lembaran daerah kabupaten pandeglang nomor 3...
TRANSCRIPT
RAPERDA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
1
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG
NOMOR 3 TAHUN 2007 SERI E.1
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG
NOMOR 3 TAHUN 2007
TENTANG
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
BUPATI PANDEGLANG
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 208 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005, serta pasal 13, pasal 26 ayat (4) dan ayat (5) dan pasal 62 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa;.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan
Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);
RAPERDA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
2
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493) yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4587);
7. Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG
dan
BUPATI PANDEGLANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DESA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Pandeglang ;
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Pandeglang yang terdiri dari Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah ;
RAPERDA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
3
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pandeglang sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah ;
4. Bupati adalah Bupati Pandeglang ;
5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Pandeglang ;
6. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah Kabupaten Pandeglang ;
7. Camat adalah Camat di Wilayah Kabupaten Pandeglang;
8. Desa adalah Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia ;
9. Dusun/Kampung adalah bagian dari wilayah Kepala Desa dan merupakan lembaga yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat di wilayah kerjanya dan ditetapkan oleh Pemerintah Desa ;
10. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia ;
11. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan desa;
12. Kepala Desa adalah Kepala Desa di Wilayah Kabupaten Pandeglang;
13. Perangkat Desa adalah mereka yang memenuhi syarat dan diangkat dengan Keputusan Kepala Desa yang bertugas untuk membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya ;
14. Badan Permusyawaratan Desa selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa;
15. Pegawai Negeri Sipil adalah Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999;
16. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat APBDesa, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD, yang ditetapkan dengan Peraturan Desa;
17. Kewenangan Desa adalah hak dan kekuasaan Pemerintahan Desa dalam menyelenggarakan rumah tangganya sendiri untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
RAPERDA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
4
18. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh
BPD bersama Kepala Desa; 19. Peraturan Kepala Desa adalah peraturan perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Kepala Desa yang bersifat mengatur dalam rangka melaksanakan Peraturan Desa dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi;
20. Keputusan Kepala Desa adalah keputusan yang ditetapkan oleh Kepala Desa yang bersifat menetapkan dalam rangka melaksanakan Peraturan Desa maupun Peraturan Kepala Desa;
21. Kerjasama Desa adalah suatu rangkaian kegiatan yang terjadi karena ikatan formal antar desa atau desa dengan pihak ketiga untuk bersama-sama melakukan kegiatan usaha guna mencapai tujuan tertentu yang mengandung unsur timbal balik saling menguntungkan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan tingkat desa;
22. Pihak Ketiga adalah lembaga badan hukum dan perorangan diluar Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Desa;
23. Perselisihan adalah perbedaan pendapat yang menimbulkan konflik antar desa atau desa dengan pihak ketiga dalam melaksanakan kerjasama;
24. Swadaya Masyarakat adalah kemampuan dari suatu kelompok masyarakat dengan kesadaran dan inisiatif sendiri mengadakan ikhtiar kearah pemenuhan kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang yang dirasakan dalam kelompok masyarakat tersebut;
25. Gotong Royong adalah bentuk kerjasama masyarakat yang bersifat spontan dan melembaga serta mengandung unsur-unsur timbal balik yang ber sifat sukarela antar warga desa secara insindentil maupun berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
BAB II
PEMERINTAH DESA
Bagian Pertama
Tugas, Wewenang, Kewajiban, Hak dan
Larangan Kepala Desa
Pasal 2
(1) Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan Pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Kepala Desa mempunyai wewenang :
a. Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD ;
RAPERDA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
5
b. Mengajukan rancangan Peraturan Desa ;
c. Menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD ;
d. Menyusun dan mengajukan rancangan Peraturan Desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD;
e. Membina kehidupan masyarakat desa;
f. Membina perekonomian desa;
g. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;
h. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
i. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (1) dan (2) Kepala Desa mempunyai kewajiban;
a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
c. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat;
d. Melaksanakan kehidupan demokrasi;
e. Melaksanakan prinsip Tata Pemerintahan Desa yang bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme;
f. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa;
g. Mentaati dan menegakkan seluruh peraturan Perundang-Undangan;
h. Menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik;
i. Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa;
j. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa;
k. Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa;
l. Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa;
m. Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai Sosial Budaya dan Adat Istiadat;
n. Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa;
o. Mengembangkan potensi Sumber Daya Alam dan melestarikan lingkungan hidup.
RAPERDA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
6
Pasal 4
(1) Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya Kepala Desa bertanggung jawab kepada rakyat, dengan kewajiban :
a. Menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada Bupati melalui Camat 1 (satu) kali dalam 1(satu) tahun pada setiap akhir Tahun Anggaran;
b. Menyampaikan Laporan Keterangan pertanggungjawaban kepada BPD 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun dalam forum Musyawarah BPD;
c. Menyampaikan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada masyarakat baik secara tertulis maupun secara lisan.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf ”a” digunakan oleh Bupati sebagai dasar melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan desa dan sebagai bahan pembinaan lebih lanjut.
(3) Terhadap Laporan Keterangan pertanggungjawaban kepala desa, BPD dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan, tetapi tidak dalam kapasitas menolak atau menerima.
Pasal 5
Dalam pelaksanaan tugasnya, Kepala Desa mempunyai hak, antara lain : a. memperoleh penghasilan tetap atau penghasilan lainnya sesuai
ketentuan yang berlaku dan kemampuan keuangan desa; b. mengajukan cuti sesuai ketentuan yang berlaku;
Pasal 6
Kepala Desa dilarang :
a. Menjadi pengurus partai politik;
b. Merangkap jabatan sebagai ketua dan / atau anggota BPD, dan lembaga kemasyarakatan di desa bersangkutan;
c. Merangkap jabatan sebagai anggota DPRD;
d. Terlibat dalam kampanye pemilihan umum, Pemilihan Presiden, dan pemilihan Kepala Daerah;
e. Merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain;
f. Melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;
g. Menyalahgunakan wewenang; dan
h. Melanggar sumpah/janji jabatan;
i. Bertempat tinggal/berdomisili di luar desa yang bersangkutan terhitung mulai tanggal pelantikan sebagai Kepala Desa.
RAPERDA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
7
Bagian Kedua
Perangkat Desa
Pasal 7
(1) Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya;
(2) Perangkat Desa lainnya, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari :
a. Sekretariat Desa; b. Pelaksana Teknis Lapangan; dan c. Unsur Kewilayahan.
(3) Perangkat Desa lainnya, sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diangkat oleh Kepala Desa.
(4) Pengangkatan Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa, yang untuk selanjutnya disampaikan kepada Bupati melalui Camat selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah ditetapkan untuk mendapat pengesahan.
Pasal 8
(1) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 7, bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya ;
(2) Dalam melaksanakan tugasnya, Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertanggung jawab kepada Kepala Desa.
Pasal 9
(1) Sekretaris Desa diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Sekretaris Desa yang ada selama ini yang bukan Pegawai Negeri Sipil, tetap melaksanakan tugasnya sampai dengan ditetapkannya ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 10
Yang dapat diangkat menjadi Perangkat Desa lainnya sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (2), adalah penduduk desa yang bersangkutan Warga Negara Republik Indonesia dengan syarat-syarat :
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dan
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta Pemerintah; c. berijazah paling rendah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
dan/atau sederajat; d. berumur sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) tahun dan setinggi-
tingginya 60 (enam puluh) tahun; e. berkelakuan baik;
RAPERDA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
8
f. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan hukuman paling singkat 5 (lima) tahun;
g. terdaftar sebagai penduduk desa yang bersangkutan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun terakhir dengan tidak terputus-putus;
h. sehat rohani dan jasmani; i. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan
yang mempunyai kekuatan hukum tetap; j. mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di desa setempat; dan k. tidak sedang bertugas sebagai Pegawai Negeri, baik Pegawai Negeri Sipil,
TNI, dan POLRI.
Pasal 11
(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perangkat Desa diatur dengan Peraturan Bupati ;
(2) Peraturan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekurang-kurangnya memuat :
a. Mekanisme Pengangkatan Perangkat Desa;
b. Pemberhentian Sementara dan Pemberhentian Perangkat Desa.
BAB III
SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA
PEMERINTAH DESA
Pasal 12
(1) Organisasi Pemerintah Desa disusun berdasarkan kebutuhan, kondisi sosial budaya masyarakat setempat, jumlah penduduk dan kemampuan dan kemampuan Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa).
(2) Penetapan Organisasi Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Desa setelah mendapatkan persetujuan BPD.
(3) Unsur Organisasi Pemerintah Desa terdiri dari:
a. Pimpinan, adalah Kepala Desa;
b. Pembantu Pimpinan, adalah Perangkat Desa;
(4) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf ”b” terdiri dari :
a. Unsur Staf, adalah pelaksana administrasi, memberikan pelayanan staf atau ketatausahaan yang terdiri dari Sekretaris Desa dan Kepala-Kepala Urusan;
b. Unsur Pelaksana, adalah Pelaksana Teknis Lapangan, yaitu Kepala Seksi;
c. Unsur Kewilayahan, adalah Pembantu Kepala Desa di wilayah bagian desa, yaitu Kepala Dusun/Kampung.
RAPERDA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
9
Pasal 13
(1) Organisasi Pemerintah Desa terdiri dari:
a. Organisasi Pemerintah Desa Pola Maksimal;
b. Organisasi Pemerintah Desa Pola Minimal.
(2) Penentuan Pola susunan Organisasi Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berdasarkan kriteria yang meliputi unsur :
a. Kekayaan desa;
b. Pendapatan asli desa;
c. Jumlah penduduk;
d. Kondisi alam;
e. Luas wilayah.
Pasal 14
Susunan Organisasi Pemerintah Desa Pola Maksimal terdiri dari:
a. Kepala Desa;
b. Sekretariat Desa terdiri atas Sekretaris Desa dan Urusan-Urusan:
1. Urusan Pemerintahan;
2. Urusan Perencanaan;
3. Urusan Umum;
4. Urusan Keuangan.
c. Pelaksana Teknis Lapangan terdiri dari:
1. Seksi Keamanan;
2. Seksi Pajak/Retribusi dan Pungutan Desa;
3. Seksi Pamong Tani/Nelayan;
4. Seksi Kesejahteraan Rakyat dan Keagamaan;
5. Seksi Perekonomian dan Pembangunan Desa.
d. Unsur Kewilayahan, yaitu Kepala Dusun/Kampung.
Pasal 15
Susunan Organisasi Pemerintah Desa Pola Minimal terdiri dari:
a. Kepala Desa;
b. Sekretariat Desa terdiri atas Sekretaris Desa dan Urusan-Urusan:
1. Urusan Pemerintahan;
2. Urusan Perencanaan;
3. Urusan Umum dan Keuangan;
RAPERDA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
10
c. Pelaksana Teknis Lapangan terdiri dari:
1. Seksi Keamanan;
2. Seksi Pamong Tani/Nelayan;
3. Seksi Kesejahteraan Rakyat dan Keagamaan;
4. Seksi Perekonomian dan Pembangunan Desa.
d. Unsur Kewilayahan, yaitu Kepala Dusun/Kampung.
Pasal 16
(1) Untuk Organisasi Pemerintah Desa Pola Minimal tugas pemungutan pajak, retribusi dan pungutan desa dilaksanakan oleh Seksi Perekonomian dan Pembangunan Desa.
(2) Bagan Struktur Organisasi Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud pada Lampiran I dan II merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 17
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pedoman Penyusunan Organisasi Pemerintahan Desa diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB IV
KEWENANGAN DESA
Pasal 18
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup :
a. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa ;
b. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten yang diserahkan pengaturannya kepada desa ;
c. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah Kabupaten ; dan
d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada desa.
Pasal 19
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten yang diserahkan pengaturannya kepada Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf ”b” adalah urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat.
RAPERDA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
11
Pasal 20
(1) Pelaksanaan penyerahan urusan yang menjadi kewenangan Kabupaten yang diserahkan pengaturannya kepada Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf ”b” ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
(2) Penyerahan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disertai dengan pembiayaannya serta berdasarkan :
a. Potensi desa meliputi kondisi geografis, ekonomi, sosial budaya dan Sumber Daya Manusia; dan
b. Sarana dan prasarana.
Pasal 21
(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kewenangan Desa diatur dengan Peraturan Bupati.
(2) Peraturan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekurang-kurangnya memuat :
a. Jenis pendelegasian urusan pemerintahan;
b. Penyelenggaraan/pengelolaan urusan;
c. Pembinaan dan pengawasan;
d. Pelaporan.
BAB V
PENYUSUNAN PERATURAN DESA
Pasal 22
(1) Jenis Peraturan Perundang-undangan pada Tingkat Desa meliputi : a. Peraturan Desa; dan b. Peraturan Kepala Desa.
(2) Peraturan Desa dibentuk berdasarkan pada asas pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 23
(1) Rancangan Peraturan Desa diprakarsai oleh Pemerintah Desa dan dapat berasal dari usul inisiatif BPD;
(2) Rancangan Peraturan Desa dibahas secara bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD;
(3) Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa bersama BPD.
(4) Peraturan Desa dibentuk dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
(5) Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat desa setempat.
RAPERDA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
12
(6) Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilarang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi;
(7) Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib mencantumkan batas waktu penetapan pelaksanaan.
Pasal 24
(1) Masyarakat berhak memberikan masukan secara tertulis maupun lisan dalam rangka penyiapan atau pembahasan Rancangan Peraturan Desa.
(2) Masukan secara tertulis maupun lisan dari masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan dalam proses penyusunan Rancangan Peraturan Desa;
(3) Peraturan Desa dan peraturan pelaksanaannya wajib disebarluaskan kepada masyarakat oleh Pemerintah Desa.
Pasal 25
Peraturan Desa disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati melalui Camat sebagai bahan pengawasan dan pembinaan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan.
Pasal 26
(1) Untuk melaksanakan Peraturan Desa, Kepala Desa menetapkan Peraturan Kepala Desa dan/atau Keputusan Kepala Desa.
(2) Peraturan Kepala Desa dan/atau Keputusan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilarang bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Pasal 27
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB VI
KERJASAMA DESA
Bagian Pertama
Ruang Lingkup
Pasal 28
(1) Desa dapat mengadakan kerjasama antar desa untuk kepentingan desa masing-masing.
RAPERDA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
13
(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi bidang :
a. peningkatan perekonomian masyarakat desa; b. keagamaan dan kerukunan hidup antar umat beragama; c. kelestarian dan pengembangan adat-istiadat; d. sosial budaya; e. pendidikan; f. olah raga; g. kesehatan; h. pembinaan dan pengembangan Sumber Daya Manusia; i. lingkungan hidup; j. pengelolaan dan pengembangan potensi ekonomi desa; k. pemanfaatan Sumber daya Alam dan teknologi tepat guna dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan; l. batas desa; m. keamanan dan ketertiban; n. sumber pendapatan dan kekayaan desa; o. pembangunan.
(3) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang membebani masyarakat dan desa harus mendapatkan persetujuan BPD.
(4) Kerjasama antar desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan kewenangannya.
(5) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa setelah mendapat persetujuan BPD dan rekomendasi Camat, dilaporkan kepada Bupati.
Pasal 29
(1) Desa dapat melakukan kerjasama dengan pihak ketiga.
(2) Pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain Lembaga, Badan Hukum dan perorangan di luar Pemerintah Desa;
(3) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi bidang :
a. Peningkatan perekonomian masyarakat desa; b. Peningkatan pelayanan pendidikan; c. Kesehatan; d. Sosial budaya; e. Ketentraman dan ketertiban; dan/atau f. Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan teknologi tepat guna dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan.
(4) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang membebani masyarakat dan desa harus mendapatkan persetujuan BPD.
(5) Kerjasama dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan kewenangannya.
(6) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Perjanjian Bersama setelah mendapat persetujuan BPD dan rekomendasi Camat, dilaporkan kepada Bupati.
RAPERDA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
14
Pasal 30
(1) Untuk pelaksanaan kerjasama sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 dan pasal 29 dapat dibentuk Badan Kerjasama.
(2) Pembentukan Badan Kerjasama disesuaikan dengan kebutuhan dan memperhatikan cakupan obyek kerjasama, pembiayaan atau kompleksitas jenis kegiatan.
(3) Untuk memperlancar serta mencapai daya guna dan hasil guna dalam pelaksanaan kerjasama antar desa maupun kerjasama desa dengan pihak ketiga, Camat yang bersangkutan wajib memberikan petunjuk, bimbingan dan pengawasannya.
Bagian Kedua
Bentuk Kerjasama
Pasal 31
Kerjasama Desa dapat dilakukan antara :
a. Desa dengan desa, dalam satu Kecamatan;
b. Desa dengan desa, lain Kecamatan;
c. Desa dengan desa, lain Kabupaten;
d. Desa dengan pihak ketiga.
Pasal 32
Peraturan Bersama Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada pasal 28 ayat (5), sekurang-kurangnya memuat :
a. Pihak-pihak; b. Identitas pihak-pihak; c. Maksud dan tujuan; d. Ruang lingkup; e. Tugas dan tanggung jawab; f. Pelaksanaan; g. Jangka waktu; h. Pembiayaan; dan i. Penyelesaian perselisihan.
Pasal 33
Perjanjian Bersama sebagaimana dimaksud pada pasal 29 ayat (5), sekurang-kurangnya memuat :
a. Pihak-pihak; b. Identitas pihak-pihak; c. Maksud dan tujuan; d. Ruang lingkup; e. Tugas dan tanggung jawab;
RAPERDA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
15
f. Pelaksanaan; g. Jangka waktu; h. Pembiayaan; i. Penyelesaian perselisihan; dan j. Addendum dan perubahan.
Pasal 34
Materi muatan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa dan Perjanjian Bersama sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 dan pasal 33, terlebih dahulu dibahas dalam rapat musyawarah desa dengan BPD.
Pasal 35
Pembahasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 dilaksanakan sebelum ditetapkannya Keputusan Bersama Kepala Desa dan sebelum ditandatanganinya Perjanjian Bersama.
Bagian Ketiga
Badan Kerjasama Antar Desa
Pasal 36
(1) Badan Kerjasama Antar Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 30, terdiri dari unsur Pemerintah Desa, BPD, Lembaga Kemasyarakatan Desa dan tokoh masyarakat dari desa yang mengadakan kerjasama.
(2) Badan Kerjasama bertugas menyusun rencana kegiatan dan pelaksanaan kerjasama antar desa.
Pasal 37
(1) Badan Kerjasama sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 ayat (1) dapat membentuk Sekretariat Bersama;
(2) Sekretariat Bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas membantu pelaksanaan administrasi Badan Kerjasama Antar Desa;
(3) Sekretariat Badan Kerjasama Antar desa ditetapkan dengan Keputusan Bersama Kepala Desa.
Bagian Keempat
Perubahan, Penundaan atau Pembatalan Kerjasama
Pasal 38
(1) Perubahan, Penundaan dan Pembatalan terhadap Peraturan Bersama Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 ayat (5), dilakukan oleh Kepala Desa yang melakukan kerjasama, dan ditetapkan dengan Peraturan Bersama Kepala Desa setelah mendapat persetujuan BPD masing-masing.
RAPERDA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
16
(2) Peraturan Bersama Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Bupati melalui Camat.
(3) Perubahan, Penundaan dan Pembatalan terhadap Perjanjian Bersama sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 ayat (5), dilakukan oleh Kepala Desa setelah mendapat persetujuan BPD dan pihak ketiga yang melakukan kerjasama, dan ditetapkan dengan Perjanjian Bersama.
(4) Perjanjian Bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaporkan kepada Bupati melalui Camat.
Bagian Kelima
Biaya Pelaksanaan Kerjasama
Pasal 39
(1) Biaya pelaksanaan kerjasama antar desa dibebankan pada desa yang melakukan kerjasama dengan pengelolaan keuangan dipertanggungjawabkan oleh masing-masing Kepala Desa.
(2) Dalam hal dibentuk Badan Kerjasama, maka pengelolaan keuangan dipertanggungjawabkan oleh Badan Kerjasama kepada Kepala Desa masing-masing.
Pasal 40
Biaya pelaksanaan kerjasama desa dengan pihak ketiga diatur dalam Perjanjian Bersama antara kedua belah pihak dan pengelolaan keuangan dipertanggungjawabkan masing-masing pihak.
Bagian Keenam
Penyelesaian Perselisihan
Pasal 41
Penyelesaian perselisihan kerjasama antar desa dan desa dengan pihak ketiga dilaksanakan secara musyawarah mufakat dengan mengikutsertakan BPD dan dapat ditambah dari unsur Lembaga Kemasyarakatan Desa dan tokoh masyarakat.
Pasal 42
Apabila upaya musyawarah mufakat tidak dapat menyelesaikan perselisihan kerjasama antar desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 41, maka :
a. Perselisihan kerjasama antar desa dalam satu kecamatan difasilitasi dan diselesaikan oleh Camat;
b. Perselisihan kerjasama antar desa pada kecamatan yang berbeda dalam satu kabupaten difasilitasi dan diselesaikan oleh Bupati.
RAPERDA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
17
Pasal 43
(1) Penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 dilakukan secara adil dan tidak memihak.
(2) Penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 bersifat final.
Pasal 44
Apabila upaya musyawarah mufakat tidak dapat menyelesaikan perselisihan kerjasama desa dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam pasal 41, maka :
a. Perselisihan kerjasama desa dengan pihak ketiga dalam satu kecamatan difasilitasi dan diselesaikan oleh Camat;
b. Perselisihan kerjasama desa dengan pihak ketiga pada kecamatan yang berbeda dalam satu kabupaten difasilitasi dan diselesaikan oleh Bupati.
Pasal 45
Apabila pihak ketiga tidak menerima penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud dalam pasal 44, dapat mengajukan penyelesaian perselisihan ke pengadilan.
Pasal 46
Ketentuan lebih lanjut mengenai Kerjasama Antar Desa diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 47
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan/Keputusan Bupati.
Pasal 48
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku :
1. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 8 Tahun 2000 tentang Kerjasama Antar Desa/Kelurahan (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2000 Nomor 10 Seri: D-2);
2. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 14 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi Pemerintahan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2000 Nomor 16 Seri: D-8);
RAPERDA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
18
3. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Peraturan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2000 Nomor 19 Seri: D-11);
4. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2000 Nomor 21 Seri: D-13);
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 49
Peraturan Daerah ini berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang.
Disahkan di Pandeglang
pada tanggal 12 Maret 2007 BUPATI PANDEGLANG,
Cap / ttd
A. DIMYATI NATAKUSUMAH
Diundangkan di Pandeglang pada tanggal 13 Maret 2007 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG,
Cap / ttd ENDJANG SADINA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2007 NOMOR 3 SERI E.1
RAPERDA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
19
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DESA
POLA MAKSIMAL
Pandeglang, 2007 Bupati Kabupaten Pandeglang
ttd
H. A. DIMYATI NATAKUSUMAH
LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR : TANGGAL : TENTANG : PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
URUSAN PEMERINTAHAN
URUSAN PERENCANAAN
URUSAN UMUM
URUSAN KEUANGAN
SEKSI KEAMANAN
SEKSI PAJAK/RETRIBUSI
& PUNGUTAN DESA
SEKSI PAMONG TANI/ NELAYAN
SEKSI KESRA DAN KEAGAMAAN
SEKSI PEREKONOMIAN DAN
PEMBANGUNAN DESA
KEPALA DESA
SEKRETARIS DESA
DUSUN / KAMPUNG
RAPERDA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
20
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DESA
POLA MINIMAL
Pandeglang, 2007 Bupati Kabupaten Pandeglang
ttd
H. A. DIMYATI NATAKUSUMAH
LAMPIRAN II : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR : TANGGAL : TENTANG : PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
URUSAN
PEMERINTAHAN
URUSAN
PERENCANAAN
URUSAN UMUM DAN
KEUANGAN
SEKSI KEAMANAN
SEKSI PAMONG TANI/
NELAYAN
SEKSI
KESRA DAN KEAGAMAAN
SEKSI PEREKONOMIAN DAN PEMBANGUNAN DESA
KEPALA DESA
SEKRETARIS DESA
DUSUN / KAMPUNG
RAPERDA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
21
RAPERDA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
22
`