ld-perda no. 3 - irigasi 2008 filemurs-raperda irigasi kab. pdg th 2008 1 lembaran daerah kabupaten...

26
MURS-Raperda Irigasi Kab. Pdg Th 2008 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. bahwa irigasi sebagai salah satu faktor pendukung keberhasilan pembangunan pertanian perlu dilakukan pengelolaan secara optimal, dalam rangka meningkatkan dan melestarikan ketahanan pangan di daerah; b. bahwa dengan ditetapkannya Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, sangat berpengaruh terhadap kebijakan pengelolaan irigasi yang telah ditetapkan Pemerintah dalam Program Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif ( PPSIP ); c. bahwa dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi, pengelolaan irigasi diselenggarakan secara partisipatif mengutamakan kepentingan masyarakat petani dan dengan menempatkan perkumpulan petani pemakai air sebagai pelaku utama dalam pengelolaan irigasi sesuai dengan kewenangan hak, kewajiban dan tanggung jawab di masing-masing wilayah kerjanya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan c, perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Irigasi; Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 3. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419); 4. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); 5. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010);

Upload: volien

Post on 03-May-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MURS-Raperda Irigasi Kab. Pdg Th 2008 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

NOMOR 3 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

NOMOR 3 TAHUN 2008

TENTANG

I R I G A S I

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PANDEGLANG,

Menimbang : a. bahwa irigasi sebagai salah satu faktor pendukung keberhasilan

pembangunan pertanian perlu dilakukan pengelolaan secara optimal, dalam rangka meningkatkan dan melestarikan ketahanan pangan di daerah;

b. bahwa dengan ditetapkannya Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, sangat berpengaruh terhadap kebijakan pengelolaan irigasi yang telah ditetapkan Pemerintah dalam Program Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif ( PPSIP );

c. bahwa dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi, pengelolaan irigasi diselenggarakan secara partisipatif mengutamakan kepentingan masyarakat petani dan dengan menempatkan perkumpulan petani pemakai air sebagai pelaku utama dalam pengelolaan irigasi sesuai dengan kewenangan hak, kewajiban dan tanggung jawab di masing-masing wilayah kerjanya;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan c, perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Irigasi;

Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);

3. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);

4. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);

5. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010);

MURS-Raperda Irigasi Kab. Pdg Th 2008 2

6. Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377);

7. Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);

9. Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3225);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang - Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4624);

14. Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

16. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang Nomor 4 Tahun 1986 tentang Penunjukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang Melakukan Penyidikan Terhadap Pelanggaran Peraturan Daerah yang Memuat Ketentuan Pidana (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang Tahun 1986 Nomor 5 Seri D);

17. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang Nomor 9 Tahun 1997 tentang Garis Sempadan di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang Tahun 1997 Nomor 4 Seri C);

18. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Pandeglang (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2004 Nomor 12 Seri D.1);

19. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2004 Nomor 14 Seri E.1);

MURS-Raperda Irigasi Kab. Pdg Th 2008 3

20. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Ijin Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2007 Nomor 23);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

dan

BUPATI PANDEGLANG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG IRIGASI

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Pandeglang; 2. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat sebagai perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia; 3. Pemerintah Propinsi adalah Gubernur dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Daerah; 4. Pemerintah Kabupaten adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Daerah; 5. Gubernur adalah Gubernur Banten; 6. Bupati adalah Bupati Pandeglang; 7. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Kabupaten Pandeglang; 8. Dinas adalah Dinas Teknis di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pandeglang yang tugas pokok

dan fungsinya membidangi irigasi; 9. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas maupun di bawah permukaan tanah,

termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat;

10. Sumber Daya Air adalah air, sumber air dan daya air yang terkandung di dalamnya; 11. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada, di atas

ataupun di bawah permukaan tanah; 12. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk

hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain;

13. Daya Air adalah potensi yang terkandung dalam air dan atau pada sumber air yang dapat memberikan manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan dan penghidupan manusia serta lingkungannya;

14. Daerah Irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan irigasi;

MURS-Raperda Irigasi Kab. Pdg Th 2008 4

15. Forum Koordinasi Pengelolaan Irigasi adalah wadah koordinasi dan komunikasi informal dari dan antar pengguna air dan Petugas Pemerintah Kabupaten pada suatu daerah irigasi yang bersifat multi guna yang dibentuk atas dasar kebutuhan dan kepentingan bersama;

16. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian, yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak;

17. Inventarisasi Daerah Irigasi adalah kegiatan pencatatan/pendataan aset, kondisi dan perubahan jaringan irigasi guna menunjang pelaksanaan pengelolaan irigasi;

18. Jaringan Irigasi adalah saluran, bangunan dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi;

19. Jaringan Irigasi Primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangan, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya;

20. Jaringan Irigasi Sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang teridiri dari saluran sekunder, saluran pembuangnya, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya;

21. Jaringan Irigasi Tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter, dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter serta bangunan pelengkapnya;

22. Jaringan Irigasi Desa adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh masyarakat desa; 23. Komisi Irigasi Kabupaten adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara wakil pemerintah

kabupaten, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah irigasi, dan wakil pengguna jaringan irigasi pada kabupaten;

24. Operasi Jaringan Irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangnya, termasuk kegiatan membuka menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau, dan mengevaluasi;

25. Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif yang untuk selanjutnya disebut PPSIP adalah penyelenggaraan sistem irigasi berbasis peran serta petani sejak pemikiran awal sampai dengan pengambilan keputusan, dan pelaksanaan kegiatan pada tahapan perencanaan, pembangunan, peningkatan, operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi;

26. Pertanian adalah suatu kegiatan yang mencakup tanaman pangan, perkebunan, perikanan air tawar perikanan air payau dan peternakan;

27. Petak Irigasi adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi; 28. Petak Tersier adalah kumpulan petak irigasi yang merupakan kesatuan dan mendapatkan air

irigasi melalui saluran tersier yang sama; 29. Penyediaan Air Irigasi adalah penentuan banyaknya air per satuan waktu dan saat pemberian

air yang dapat dipergunakan untuk menunjang pertanian; 30. Pembagian Air Irigasi adalah penyaluran air yang dilaksanakan oleh pihak yang berwenang dari

jaringan irigasi utama hingga saluran tersier; 31. Pemberian Air Irigasi adalah penyaluran alokasi air dari petak tersier ke petak kuarter; 32. Penggunaan Air Irigasi adalah pemanfaatan air di tingkat usaha tani; 33. Pembuangan/Drainase adalah pengaliran kelebihan air irigasi yang sudah tidak dipergunakan

lagi pada suatu daerah irigasi tertentu; 34. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) adalah istilah umum untuk kelembagaan pengelolaan

irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerah pelayanan irigasi yang dibentuk oleh petani sendiri secara demokratis, termasuk kelembagaan lokal pengelola irigasi, Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) dan Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air (IP3A);

MURS-Raperda Irigasi Kab. Pdg Th 2008 5

35. Pengembangan Jaringan Irigasi adalah pembangunan jaringan irigasi baru dan/atau peningkatan jaringan irigasi yang sudah ada;

36. Pembangunan Jaringan Irigasi adalah seluruh kegiatan penyediaan jaringan irigasi di wilayah tertentu yang belum ada jaringan irigasi;

37. Peningkatan Jaringan Irigasi adalah kegiatan meningkatkan fungsi dan kondisi jaringan irigasi yang sudah ada atau kegiatan menambah luas areal pelayanan pada jaringan irigasi yang sudah ada dengan mempertimbangkan perubahan kondisi lingkungan daerah irigasi;

38. Pengelolaan Jaringan Irigasi adalah kegiatan yang meliputi operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi;

39. Pengelolaan Aset Irigasi (PAI) adalah proses manajemen yang terstruktur untuk perencanaan pemeliharaan dan pendanaan sistem irigasi guna mencapai tingkat pelayanan yang ditetapkan dan berkelanjutan bagi pemakai air irigasi dan pengguna jaringan irigasi dengan pembiayaan pengelolaan aset irigasi seefisien mungkin;

40. Pengamanan Jaringan Irigasi adalah upaya untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya kerusakan jaringan irigasi yang disebabkan oleh daya rusak air, hewan atau oleh manusia guna mempertahankan fungsi jaringan irigasi;

41. Pemeliharaan Jaringan Irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya;

42. Rehabilitasi Jaringan Irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula;

43. PPNS adalah Penyidik Pegawai Negeri Sipil pada lingkungan Pemerintah Kabupaten Pandeglang yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

BAB II

ASAS, TUJUAN DAN FUNGSI

Bagian Kesatu

Asas

Pasal 2

Irigasi diselenggarakan berdasarkan asas keadilan, keseimbangan sosial, ekonomi, teknis, efisiensi, efektivitas, berkelanjutan, kemandirian, transparansi dan akuntabilitas publik.

Bagian Kedua

Tujuan

Pasal 3 Irigasi diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan kemanfaatan air yang sebesar - besarnya bagi kemakmuran masyarakat pemakai air secara menyeluruh, terpadu dan berwawasan lingkungan.

Bagian Ketiga

Fungsi

Pasal 4 Irigasi berfungsi mendukung produktivitas usaha tani guna meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani.

MURS-Raperda Irigasi Kab. Pdg Th 2008 6

BAB III

PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI PARTISIPATIF (PPSIP)

Bagian Kesatu

Pengertian dan Prinsip Penyelenggaraan PPSIP

Pasal 5

PPSIP adalah pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang diselenggarakan secara partisipatif, terpadu, berwawasan lingkungan, transparan, akuntabel dan berkeadilan, dengan tujuan untuk menciptakan penyelenggaraan urusan kepemerintahan dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang baik.

Pasal 6

(1) Pengembangan sistem irigasi adalah Pengembangan jaringan irigasi yang terdiri dari

pembangunan jaringan irigasi baru dan/atau peningkatan jaringan irigasi.

(2) Pengelolaan jaringan irigasi terdiri dari operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi.

Pasal 7

Prinsip penyelenggaraan PPSIP adalah :

1. Partisipasi secara konstruktif yaitu keterlibatan masyarakat secara langsung maupun melalui P3A/GP3A/IP3A dalam pembuatan keputusan;

2. Transparansi, dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan;

3. Kebertanggungjawaban (responsiveness), lembaga pengelola irigasi cepat dan tanggap dalam melayani stakeholders;

4. Kesepakatan berorientasi pada kepentingan dan kemanfaatan umum yang lebih luas, tidak terbatas untuk irigasi saja;

5. Keadilan, setiap masyarakat petani memiliki kesempatan yang sama dalam pemanfaatan sistem irigasi;

6. Efisiensi dan efektivitas pengelolaan sistem irigasi dilakukan secara efisien dan efektif;

7. Akuntabel, pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang dilakukan.

Bagian Kedua

Kerjasama Dalam PPSIP

Paragraf 1

P3A Dengan Kabupaten

Pasal 8

Pelaksanaan pengelolaan jaringan irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab P3A yang bersangkutan, dalam hal P3A yang bersangkutan tidak mampu, maka P3A dapat bekerjasama dengan pemerintah kabupaten dengan memperhatikan prinsip kemandirian.

MURS-Raperda Irigasi Kab. Pdg Th 2008 7

Paragraf 2

Kabupaten Dengan Provinsi/Pemerintah

Pasal 9

Pemerintah Kabupaten dapat saling bekerja sama dengan Provinsi/Pemerintah dalam perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder, pengelolaan aset sistem irigasi, hak guna dan alokasi air irigasi, pemberdayaan lembaga pengelola air irigasi, pembiayaan kegiatan pengelolaan irigasi dan upaya keberlanjutan sistem irigasi atas dasar kesepakatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 3

Kerjasama Dengan Pihak Ketiga

Pasal 10

Badan usaha, badan sosial, atau perseorangan yang akan memanfaatkan air dari sumber air melalui jaringan irigasi yang dibangun pemerintah dapat membangun jaringannya sendiri setelah memperoleh izin dan persetujuan desain dari Bupati sesuai dengan kewenangannya.

Bagian Ketiga

Prinsip Partisipasi Masyarakat

Pasal 11

Partisipasi masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dimaksudkan untuk meningkatkan rasa memiliki, rasa tanggung jawab dan kemampuan perkumpulan petani pemakai air dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektivitas dan keberlanjutan sistem irigasi.

Pasal 12

Bentuk partisipasi dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi antara lain berupa pemikiran, gagasan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan, sumbangan waktu, tenaga, material dan dana.

BAB IV KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI)

Bagian Kesatu

Tujuan dan Fungsi Kelembagaan Pengelolaan Irigasi

Pasal 13

(1) Untuk mewujudkan tertib pengelolaan Jaringan Irigasi yang dibangun pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten, dibentuk kelembagaan pengelolaan irigasi.

(2) Tujuan dibentuknya kelembagaan pengelolaan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu untuk mengkoordinasikan dan memadukan perencanaan serta mencegah terjadinya tumpang tindih atau kesenjangan dalam berbagai kegiatan pengelolaan irigasi dan pembiayaan antar pengelola irigasi dalam pelaksanaan koordinasi dan keterpaduan perencanaan mulai dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, dan pihak lain yang terkait dalam pelaksanaan pengelolaan jaringan irigasi.

MURS-Raperda Irigasi Kab. Pdg Th 2008 8

(3) Fungsi koordinasi dan perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yaitu agar

terkelolanya sumber daya air dan irigasi dengan baik, terencananya berbagai aktivitas pengelolaan irigasi kabupaten untuk tahunan dan lima tahunan, terwujudnya koordinasi antar instansi dalam perencanaan dan pelaksanaan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi serta terciptanya harmonisasi para pelaku dan kelembagaan pengelola irigasi dalam melaksanakan pengelolaan irigasi.

Pasal 14

Unsur-unsur Kelembagaan Pengelolaan Irigasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 yaitu Instansi Pemerintah Kabupaten yang membidangi irigasi, perkumpulan petani pemakai air dan komisi irigasi.

Bagian Kedua

Komisi Irigasi

Pasal 15

(1) Pembentukan Komisi Irigasi Kabupaten ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

(2) Keanggotaan komisi irigasi terdiri dari wakil pemerintah kabupaten dan wakil non pemerintah yang meliputi wakil perkumpulan petani pemakai air dan/atau wakil kelompok pengguna jaringan irigasi dengan prinsip keanggotaan proporsional dan keterwakilan.

(3) Komisi irigasi kabupaten membantu Bupati dengan tugas:

a. merumuskan kebijakan untuk mempertahankan dan meningkatkan kondisi dan fungsi irigasi;

b. merumuskan pola tanam dan rencana tata tanam pada daerah irigasi dalam kabupaten; c. merumuskan rencana tahunan penyediaan air irigasi; d. merumuskan rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi bagi pertanian dan

keperluan lainnya; e. merekomendasikan prioritas alokasi dana pengelolaan irigasi; dan f. memberikan pertimbangan mengenai izin alih fungsi lahan beririgasi.

Bagian Ketiga

Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai AIR (P3A)

Pasal 16

(1) Petani pemakai air wajib membentuk perkumpulan petani pemakai air secara demokratis pada setiap daerah layanan/petak tersier atau desa.

(2) Perkumpulan petani pemakai air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat membentuk gabungan perkumpulan petani pemakai air pada daerah layanan/blok sekunder, gabungan beberapa blok sekunder, atau satu daerah irigasi.

(3) Gabungan perkumpulan petani pemakai air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat membentuk induk perkumpulan petani pemakai air pada daerah layanan/blok primer, gabungan beberapa blok primer, atau beberapa daerah irigasi.

MURS-Raperda Irigasi Kab. Pdg Th 2008 9

Pasal 17

Kegiatan Pemberdayaan P3A meliputi : 1. Penguatan dalam organisasi yang dilakukan secara demokratis hingga memiliki status hukum

jelas atau badan hukum sesuai kebutuhannya dan mempunyai hak dan tanggung jawab atas pengelolaan irigasi diwilayahnya;

2. Memfasilitasi organisasi, mengembangkan kemampuan sendiri dibidang teknis, keuangan, manajerial, administrasi dan organisasi agar dapat mengelola daerah irigasi secara mandiri dan berkelanjutan dalam proses dinamis dan bertanggung jawab.

Pasal 18

Prinsip Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air dilakukan secara berkelanjutan sesuai dengan tingkat perkembangan dinamika masyarakat dan mengacu pada proses dan pelaksanaan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi partisipatif secara terkoordinasi oleh dinas/instansi terkait dibidang irigasi di Kabupaten Pandeglang sehingga dapat tercapai suatu upaya pemberdayaan/pembinaan terpadu dengan efektifitas dan efisiensi pencapaian hasil yang tinggi.

Pasal 19

Strategi pemberdayaan dilakukan melalui pendekatan yang dipakai dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Adanya asas kemitraan, transparansi, demokrasi, akuntabilitas, stimulasi dan kepastian hukum

sesuai kepentingannya; 2. Adanya perencanaan yang baik melalui pendekatan partisipatif, dialogis, berwawasan

lingkungan dan berbasis sumber daya dan kearifan lokal; 3. Keadaan sosio kultural masyarakat yang beragam baik ditinjau dari sudut pandang geografis,

sosial ekonomi setempat maupun lingkungan; 4. Pemberdayaan dilakukan dengan berorientasi pada pelayanan, yang artinya bahwa

pemberdayaan berdasarkan kebutuhan dan kepentingan perkumpulan petani pemakai air sehingga strategi, metode maupun materi pemberdayaan disusun dan dilaksanakan dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhannya.

Pasal 20

Tahapan pemberdayaan dilakukan melalui :

1. Tahap Persiapan a. Menggali aspirasi, kebutuhan dan kepentingan petani yang dilakukan melalui penelusuran

kebutuhan petani dan dipandu oleh Kelompok Pemandu Lapangan dengan metode pemahaman partisipatif kondisi pedesaan;

b. Penyusunan program oleh dinas/instansi tingkat kabupaten yang terkait dibidangi irigasi dengan acuan dari hasil penelusuran kebutuhan dan kepentingan petani yang dikelompokkan dalam 3 (tiga) aspek yaitu kelembagaan, teknis irigasi dan teknis usaha tani dan ekonomi perkumpulan petani pemakai air;

c. Penyusunan dan penetapan kebutuhan program pemberdayaan dilaksanakan satu tahun sebelum tahun anggaran berikutnya, sehingga program pelatihan yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan perkumpulan petani pemakai air.

MURS-Raperda Irigasi Kab. Pdg Th 2008 10

2. Tahap Pelaksanaan a. Sebagai pelaksana pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air adalah dinas/instansi

teknis yang membidangi irigasi dan didukung oleh dinas/instansi terkait yang membidang pertanian secara terpadu dan terkoordinasi;

b. Sebagai pelaksana dilapangan dilaksanakan oleh Kelompok Pemandu Lapangan (Juru Pengairan, Penyuluh Pertanian Lapangan dan Kepala Desa/Kelurahan).

3. Tahap Pemantauan dan Evaluasi a. Dilaksanakan 1 (satu) tahun setelah selesai pemberdayaan; b. Pelaksana tim pemantau dan evaluasi adalah perkumpulan petani pemakai air yang

dipandu oleh Kelompok Pemandu Lapangan (Juru Pengairan, Penyuluh Pertanian Lapangan dan Kepala Desa);

c. Hasil pemantauan dan evaluasi disampaikan kepada petugas instansi yang terkait dalam bidang irigasi ditingkat kecamatan untuk analisa program selanjutnya.

BAB V

WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB

Pasal 21

(1) Wewenang dan tanggung jawab pemerintah kabupaten dalam urusan pemerintahan bidang pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi meliputi : a. menetapkan kebijakan kabupaten dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi

berdasarkan kebijakan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi nasional dan provinsi dengan memperhatikan kepentingan kabupaten sekitarnya;

b. melaksanakan pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder pa penggunaan dan penguasaan air tanah di wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan untuk keperluan daerah irigasi dalam satu kabupaten;

c. melaksanakan pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi dalam satu kabupaten/kota yang luasnya kurang dari 1.000 ha;

d. memberi ijin penggunaan dan penguasaan air tanah di wilayah kabupaten yang bersangkutan untuk keperluan irigasi;

e. menjaga efektivitas, efisiensi dan ketertiban pelaksanaan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi yang utuh dalam satu kabupaten;

f. menjaga efektivitas, efisiensi dan ketertiban pelaksanaan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi dalam satu kabupaten yang luasnya kurang dari 1.000 ha;

g. memfasilitasi penyelesaian sengketa antar daerah irigasi yang berada dalam satu kabupaten yang dengan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi;

h. memberikan bantuan kepada masyarakat petani dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang menjadi tanggung jawab masyarakat petani atas permintaannya berdasarkan prinsip kemandirian;

i. membentuk komisi irigasi kabupaten; j. melaksanakan pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air; dan k. memberikan ijin pembangunan, pemanfaatan, pengubahan dan/atau pembongkaran

bangunan dan/atau saluran irigasi primer dan sekunder dalam satu kabupaten.

(2) Wewenang dan tanggung jawab pemerintah desa meliputi : a. melaksanakan peningkatan dan pengelolaan sistem irigasi yang dibangun pemerintah desa; b. menjaga efektivitas, efisiensi dan ketertiban pelaksanaan peningkatan sistem irigasi yang

dibangun oleh pemerintah desa; dan c. menjaga efektivitas, efisiensi dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sistem irigasi yang

dibangun oleh pemerintah desa.

MURS-Raperda Irigasi Kab. Pdg Th 2008 11

(3) Hak dan tanggung jawab masyarakat petani dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi meliputi : a. melaksanakan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi petak tersier; b. menjaga efektivitas, efisiensi dan ketertiban pelaksanaan pengembangan dan pengelolaan

sistem irigasi tersier yang menjadi tanggung jawabnya; dan c. memberikan persetujuan pembangunan, pemanfaatan, pengubahan dan/atau

pembongkaran pembangunan dan/atau saluran irigasi pada jaringan irigasi tersier berdasarkan pendekatan partisipatif.

BAB VI

PENGELOLAAN AIR UNTUK IRIGASI

Bagian Kesatu

Hak Guna Air Untuk Irigasi

Pasal 22

(1) Hak guna air untuk irigasi berupa hak guna pakai air untuk irigasi dan hak guna usaha air untuk irigasi.

(2) Hak guna pakai air untuk irigasi diberikan untuk pertanian rakyat. (3) Hak guna usaha air untuk irigasi diberikan untuk keperluan pengusahaan di bidang pertanian.

Bagian Kedua

Penyediaan Air Irigasi

Pasal 23

(1) Penyediaan air irigasi ditujukan untuk mendukung produktivitas lahan dalam rangka meningkatkan produksi pertanian yang maksimal.

(2) Dalam hal tertentu, penyediaan air irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dalam batas tertentu untuk pemenuhan kebutuhan lainnya.

(3) Penyediaan air irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) direncanakan berdasarkan pada prakiraan ketersediaan air pada sumbernya dan digunakan sebagai dasar penyusunan rencana tata tanam.

(4) Dalam penyediaan air irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten sesuai dengan kewenangannya mengupayakan: a. optimalisasi pemanfaatan air irigasi pada daerah irigasi atau antardaerah irigasi; b. keandalan ketersediaan air irigasi serta pengendalian dan perbaikan mutu air irigasi dalam

rangka penyediaan air irigasi.

Bagian Ketiga

Pengaturan Air Irigasi meliputi

Pasal 24

(1) Pelaksanaan pengaturan air irigasi didasarkan atas rencana tahunan pengaturan air irigasi yang memuat rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi.

(2) Rancangan rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi disusun oleh dinas kabupaten atau dinas provinsi sesuai dengan kewenangannya berdasarkan rencana tahunan penyediaan air irigasi dan usulan perkumpulan petani pemakai air mengenai kebutuhan air dan rencana tata tanam.

MURS-Raperda Irigasi Kab. Pdg Th 2008 12

(3) Rancangan rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dibahas dan disepakati oleh komisi irigasi kabupaten atau komisi irigasi provinsi sesuai dengan daerah irigasinya dengan memperhatikan kebutuhan air untuk irigasi yang disepakati perkumpulan petani pemakai air di setiap daerah irigasi.

(4) Rancangan rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang telah disepakati oleh komisi irigasi ditetapkan oleh bupati atau gubernur sesuai dengan kewenangan dan/atau wewenang yang ditugaskan kepada Pemerintah Kabupaten.

(5) Pembagian dan pemberian air irigasi berdasarkan rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dimulai dari petak primer, sekunder sampai dengan tersier dilakukan oleh pelaksana pengelolaan irigasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

(6) Pelaksana pengelolaan irigasi adalah petugas lapangan yang melakukan pembagian dan pemberian air irigasi dalam satu daerah irigasi, misalnya penjaga pintu air, penjaga pintu bendung, juru pengairan, dan pengamat pengairan.

Bagian Keempat

Pembuangan/Drainase

Pasal 25

(1) Setiap pembangunan jaringan irigasi dilengkapi dengan pembangunan jaringan drainase yang merupakan satu kesatuan dengan jaringan irigasi yang bersangkutan.

(2) Jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk mengalirkan kelebihan air agar tidak mengganggu produktivitas lahan.

(3) Kelebihan air irigasi yang dialirkan melalui jaringan drainase harus dijaga mutunya dengan upaya pencegahan pencemaran agar memenuhi persyaratan mutu berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(4) Pemerintah Kabupaten, perkumpulan petani pemakai air, dan masyarakat berkewajiban menjaga kelangsungan fungsi drainase.

(5) Setiap orang dilarang melakukan tindakan yang dapat mengganggu fungsi drainase.

Bagian Kelima

Penggunaan Air Irigasi Langsung Dari Sumber Air

Pasal 26 (1) Penggunaan air untuk irigasi yang diambil langsung dari sumber air permukaan harus

mendapat izin dari Pemerintah Kabupaten sesuai dengan kewenangannya dalam pengelolaan sumber daya air.

(2) Penggunaan air untuk irigasi yang diambil langsung dari cekungan air tanah harus mendapat izin dari Pemerintah Kabupaten sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

MURS-Raperda Irigasi Kab. Pdg Th 2008 13

BAB VII

PENGEMBANGAN JARINGAN IRIGASI

Bagian Kesatu

Pembangunan Jaringan Irigasi

Pasal 27

(1) Pembangunan jaringan irigasi dilaksanakan berdasarkan rencana induk pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai dengan memperhatikan rencana pembangunan pertanian, dan sesuai dengan norma, standar, pedoman, dan manual yang ditetapkan oleh Menteri.

(2) Rencana Induk Pengembangan Irigasi disusun berdasarkan atas rencana pengembangan sumberdaya air dan rencana tata ruang wilayah serta memperhatikan pelestarian sumberdaya air dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

(3) Rencana Induk Pengembangan Irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didasarkan pada kesepakatan bersama antar sektor, antar wilayah, masyarakat dan petani, serta pihak lain yang berkepentingan.

(4) Pembangunan jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapat izin dan persetujuan desain dari Pemerintah Kabupaten sesuai dengan kewenangannya.

Bagian Kedua

Peningkatan Jaringan Irigasi

Pasal 28

(1) Peningkatan jaringan irigasi dilaksanakan berdasarkan rencana induk pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai dengan memperhatikan rencana pembangunan pertanian dan sesuai dengan norma, standar, pedoman, dan manual yang ditetapkan oleh Menteri.

(2) Peningkatan jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapat izin dan persetujuan desain dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, atau Pemerintah Kabupaten sesuai dengan kewenangannya.

(3) Pengawasan peningkatan jaringan irigasi dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, atau Pemerintah Kabupaten sesuai dengan kewenangannya.

BAB VIII

PENGELOLAAN, PEMELIHARAAN DAN REHABILITASI JARINGAN IRIGASI

Bagian Kesatu

Pengelolaan Jaringan Irigasi

Pasal 29

Pengelolaan jaringan irigasi dilaksanakan melalui tahap pengumpulan data, perencanaan operasi, pelaksanaan operasi,pengamanan jaringan operasi dan bangunan pelengkapnya serta monitoring dan evaluasi.

MURS-Raperda Irigasi Kab. Pdg Th 2008 14

Paragraf 1

Pengumpulan Data

Pasal 30

Pengumpulan data dilaksanakan dengan ketentuan Dinas yang membidangi irigasi di tingkat kabupaten dan provinsi serta instansi pusat yang membidangi irigasi menyelenggarakan pengelolaan sistem informasi irigasi sesuai dengan kewenangannya meliputi data antara lain : a. kondisi hidrologis: curah hujan, debit sungai, tinggi muka air, debit saluran pembawa, saluran

pembuang; b. kondisi hidrometeorologis: suhu/ tempetarur udara, kecepatan angin, kelembaban, radiasi

matahari, penguapan; c. kondisi hidrogeologis: potensi air tanah, pemantauan fluktuasi muka air tanah; d. kondisi pertanaman: luas tanam, luas panen, intensitas tanam, produktivitas.

Paragraf 2

Perencanaan Operasi

Pasal 31

Perencanaan operasi meliputi : a. rencana tahunan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi disepakati bersama secara tertulis

antara Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten sesuai kewenangannya dengan perkumpulan petani pemakai air, dan pengguna jaringan irigasi lainnya di setiap daerah irigasi;

b. rencana tahunan penyediaan air irigasi yang disusun oleh dinas yang membidangi irigasi di tingkat kabupaten, provinsi dan instansi pusat sesuai dengan kewenangannya;

c. rencana tahunan tersebut pada butir b dibahas dan disepakati dalam komisi irigasi dan ditetapkan oleh bupati, gubernur atau menteri sesuai dengan kewenangannya;

d. rencana tahunan penyediaan air irigasi disampaikan oleh komisi irigasi kabupaten atau provinsi dalam rapat dewan sumberdaya air yang bersangkutan guna mendapat alokasi air untuk irigasi;

e. alokasi air untuk irigasi disampaikan kepada P3A/GP3A/IP3A melalui dinas kabupaten yang membidangi irigasi, dalam hal terjadi ketidaksesuaian dengan rencana tahunan penyediaan air irigasi yang telah disepakati, perlu dilakukan peninjauan kembali oleh P3A/GP3A/IP3A dan pemakai air irigasi lainnya terhadap rencana tahunan penyediaan air irigasi;

f. rencana tata tanam disusun oleh dinas kabupaten yang membidangi irigasi berdasarkan prakiraan ketersediaan air di sumbernya dan usulan luas tanam dari P3A/GP3A/IP3A, guna optimalisasi bila diperlukan diterapkan sistem golongan;

g. rencana tata tanam pada daerah irigasi multiguna disusun dengan mengacu pada hasil konsultasi dan komunikasi dalam forum koordinasi daerah irigasi;

h. rencana tata tanam pada daerah irigasi lintas provinsi atau strategis nasional dilakukan melalui kerjasama antara provinsi yang bersangkutan dalam forum koordinasi antar komisi irigasi provinsi;

i. rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi disusun oleh dinas kabupaten atau dinas provinsi yang membidangi irigasi sesuai dengan kewenangannya berdasarkan rencana tahunan penyediaan air irigasi, usulan luas tanam P3A/GP3A/IP3A dan pemakai air untuk kepentingan lainnya;

MURS-Raperda Irigasi Kab. Pdg Th 2008 15

j. rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi disepakati oleh komisi irigasi kabupaten atau provinsi sesuai dengan cakupan tugasnya berdasarkan : - kebutuhan air irigasi yang diperlukan; - tidak melampaui hak guna air untuk irigasi yang telah ditentukan; - kesepakatan dengan P3A/GP3A/IP3A di setiap daerah irigasi. - Rencana pengeringan saluran untuk keperluan pemeriksaan dan keperluan pelaksanaan

pekerjaan. k. kalibrasi bangunan ukur debit dengan membuat/memperbaharui tabel pembacaan debit

dilakukan secara berkala; l. rencana pengamanan jaringan irigasi berupa:

- sosialisasi peraturan perundangan sumberdaya air; - penetapan garis sempadan saluran dan bangunan.

m. penyusunan rencana anggaran biaya operasi jaringan irigasi.

Paragraf 3

Pelaksanaan Operasi

Pasal 32

Pelaksanaan operasi meliputi : 1. Rencana tahunan pembagian dan pemberian air menjadi dasar pelaksanaan pembagian dan

pemberian air irigasi; 2. Dalam hal terjadi perubahan keadaan tanaman dan/atau debit tidak sesuai dengan rencana

tahunan pembagian dan pemberian air dilakukan dengan menerapkan faktor koefisien (faktor K) yang merupakan angka perbandingan antara debit tersedia dengan debit kebutuhan;

3. Dalam hal faktor koefisien kurang dari nilai tertentu sesuai dengan kondisi dan karakteristik daerah irigasi, dinas kabupaten dapat menetapkan pola giliran pembagian dan pemberian air irigasi yang dilaksanakan oleh dinas kabupaten, provinsi sesuai dengan kewenangannya;

4. Realisasi pembagian dan pemberian air irigasi serta kemajuan tanaman dilaporkan pada setiap periode operasi, 10 harian atau tengah bulanan;

5. Pengukuran debit saluran pada setiap bangunan ukur debit/ pintu pengambilan dicatat sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap hari dan dilaporkan pada setiap periode operasi, 10 harian atau tengah bulanan;

6. Pemberian air irigasi ke petak tersier dilakukan melalui bangunan-sadap tersier yang telah ditentukan dalam rencana teknis sesuai kesepakatan dengan perkumpulan petani pemakai air;

7. Penggunaan air irigasi dilakukan dari saluran kuarter pada tempat pengambilan yang telah ditetapkan oleh perkumpulan petani pemakai air.

Paragraf 4

Pengamanan Jaringan Irigasi dan Bangunan Pelengkapnya

Pasal 33

(1) Sebagai usaha pengamanan saluran dan bangunan-bangunan dalam jaringan irigasi ditetapkan garis sempadan irigasi untuk bangunan dan pagar.

(2) Bilamana ditentukan lain garis sempadan untuk bangunan di ukur dari sisi atas tepi saluran yang bertanggul atau dari kaki tanggul sebelah luar saluran/bangunan irigasi atau drainase dengan jarak : a. 5 meter untuk saluran dengan kapasitas debit air 4 m³/detik atau lebih; b. 3 meter untuk saluran dengan kapasitas debit air 1 m³ sampai dengan 4 m³ /detik; c. 2 meter untuk saluran dengan kapasitas debit air kurang dari 1 m³/detik.

MURS-Raperda Irigasi Kab. Pdg Th 2008 16

(3) Garis sempadan untuk pagar pengaman di ukur dari sisi atas tepi saluran yang tidak bertanggul atau dari kaki tanggul sebelah luar saluran bangunan irigasi atau drainase dengan jarak : a. 3 meter untuk saluran dengan kapasitas debit air 4 m³/detik atau lebih; b. 2 meter untuk saluran dengan kapasitas debit air 1 m³ sampai dengan 4 m³ /detik; c. 1 meter untuk saluran dengan kapasitas debit air kurang dari 1 m³/detik.

(4) Di daerah dengan pembangunan padat jarak-jarak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b, bisa diperkecil menjadi masing-masing 4 dan 2 meter.

Pasal 34

Untuk menghindari kehilangan air, Bupati berwenang menetapkan larangan membuat galian pada jarak tertentu di luar garis sempadan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33.

Pasal 35

Tanpa ijin Bupati, siapapun dilarang mendirikan, mengubah atau membongkar bangunan-bangunan lain yang berada di dalam, di atas serta yang melintasi saluran irigasi.

Pasal 36

Masyarakat wajib turut serta aktif mengamankan fungsi jaringan irigasi beserta bangunan pelengkapnya.

Paragraf 5

Monitoring Dan Evaluasi

Pasal 37

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan operasi dilaksanakan dengan ketentuan : a. pelaksanaan operasi dimonitor melalui pencatatan dan pelaporan meliputi :

- debit saluran pada setiap periode operasi selama masa tanam sepanjang tahun; - realisasi luas tanam, luas panen, produktifitas; - kerusakan tanaman akibat banjir, kekeringan, hama dan penyakit tanaman; - konflik antarpemakai air irigasi atau antara pemakai air dan pengguna jaringan irigasi.

b. evaluasi hasil monitoring dilakukan untuk menyusun perencanaan operasi tahun berikutnya meliputi:

- neraca air dan produktifitas lahan dan air; - faktor kehilangan air di saluran primer dan sekunder; - perbandingan luas tanam dan luas panen; - intensitas tanam; - perhitungan besarnya kerugian akibat kerusakan tanaman; - penyelesaian konflik antar pemakai air irigasi atau antara pemakai air dan pengguna jaringan

irigasi.

Bagian Kedua

Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Pasal 38

Pemeliharaan jaringan irigasi dilaksanakan melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring dan evaluasi pemeliharaan jaringan irigasi.

MURS-Raperda Irigasi Kab. Pdg Th 2008 17

Paragraf 1

Perencanaan Pemeliharaan

Pasal 39

Perencanaan pemeliharaan dilaksanakan dengan ketentuan : 1. rencana tahunan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi disepakati bersama secara tertulis

antara Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten sesuai kewenangannya, dengan perkumpulan petani pemakai air, dan pengguna jaringan irigasi lainnya di setiap daerah irigasi;

2. rencana pemeliharaan disusun oleh dinas kabupaten, provinsi yang membidangi irigasi sesuai kewenangannya, hasilnya disampaikan kepada P3A/GP3A/IP3A untuk dilakukan penelusuran bersama pada bagian-bagian jaringan irigasi yang memerlukan penelusuran;

3. rencana pemeliharaan definitif disusun berdasarkan hasil penelusuran bersama untuk membuat desain pekerjaan pemeliharaan dan menyusun rencana anggaran biaya;

4. rencana pemeliharaan terdiri dari: a. pengelompokan pemeliharaan yaitu rutin, berkala, tahunan, insidentil untuk perbaikan

bersifat darurat; b. penetapan cara pelaksanaan yaitu kontraktual dan/atau swakelola termasuk bentuk

penugasan kepada P3A/GP3A/IP3A; c. pemberian bantuan kepada P3A untuk tersier berdasarkan permintaan P3A dengan prinsip

kemandirian. 5. penggabungan rencana anggaran biaya pemeliharaan dengan rencana anggaran biaya operasi

menjadi anggaran kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan (AKNOP); 6. rencana pengeringan saluran untuk keperluan pemeriksaan dan keperluan pelaksanaan

pekerjaan.

Paragraf 2

Pelaksanaan Pemeliharaan

Pasal 40

Pemeliharaan dilaksanakan dengan ketentuan : 1. pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan

kewenangannya, bertanggung jawab dalam pelaksanaan pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder;

2. perkumpulan petani pemakai air dapat berperanserta dalam pelaksanaan pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder;

3. perkumpulan petani pemakai air bertanggung jawab dalam pelaksanaan pemeliharaan jaringan irigasi tersier;

4. pelaksanaan konstruksi dapat dilakukan secara kontraktual atau swakelola sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;

5. pelaksanaan pemberian bantuan kepada perkumpulan petani pemakai air untuk pemeliharaan jaringan irigasi tersier dilakukan dengan transfer dana melalui rekening perkumpulan petani pemakai air atau berupa bahan bangunan yang diperlukan.

MURS-Raperda Irigasi Kab. Pdg Th 2008 18

Paragraf 3

Monitoring dan Evaluasi Pemeliharaan

Pasal 41

Monitoring dan evaluasi pemeliharaan dilakukan sebagai berikut : 1. monitoring target fisik dan fungsi, serta target manfaat dan kendala pemeliharaan; 2. evaluasi pemeliharaan dilakukan terhadap hasil monitoring meliputi:

a. pemecahan masalah/kendala pelaksanaan pemeliharaan; b. pencapaian target fisik, fungsi dan manfaat.

Bagian Ketiga

Rehabilitasi Jaringan Irigasi

Pasal 42 Rehabilitasi Jaringan Irigasi Dilaksanakan Melalui Tahap Perencanaan, Pembebasan Lahan, Pelaksanaan Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan.

Paragraf 1

Perencanaan

Pasal 43

Kegiatan perencanaan dilaksanakan dengan ketentuan : 1. prioritas kebutuhan perbaikan jaringan irigasi disusun oleh dinas kabupaten, dinas provinsi,

atau instansi pusat yang membidangi irigasi sesuai kewenangannya dilakukan dengan penilaian kondisi dan fungsi jaringan irigasi bersama P3A/GP3A/IP3A;

2. prioritas kebutuhan perbaikan jaringan irigasi disepakati dalam forum komisi irigasi kabupaten, dan atau provinsi;

3. survai, investigasi, dan desain untuk rehabilitasi jaringan irigasi dilakukan dengan menerima masukan, sanggahan dan usulan P3A/GP3A/IP3A, hasilnya disepakati bersama melalui konsultasi publik.

Paragraf 2

Pembebasan Lahan

Pasal 44

Pembebasan lahan dilaksanakan sesuai peraturan perundangan yang berlaku, dengan ketentuan : 1. Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten memberikan penggantian yang

layak atas kerugian yang dialami masyarakat sebagai akibat pelaksanaan rehabilitasi jaringan irigasi, misalnya hilang atau berkurangnya fungsi atau hak atas tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda lain yang berada di atasnya karena adanya pembuatan kantong lumpur, fasilitas rumah/ kantor operasi, tanggul penutup;

2. Penggantian yang layak atas kerugian yang dialami masyarakat sebagai akibat pelaksanaan rehabilitasi jaringan irigasi merupakan hak masyarakat;

3. Dalam pelaksanaannya Pemerintah, atau Pemerintah Kabupaten sesuai dengan kewenangannya melakukan sosialisasi adanya rencana pembangunan jaringan irigasi.

MURS-Raperda Irigasi Kab. Pdg Th 2008 19

Paragraf 3

Pelaksanaan Konstruksi

Pasal 45

Pelaksanaan konstruksi dilaksanakan dengan ketentuan : 1. Pelaksanaan rehabilitasi jaringan irigasi primer dan sekunder menjadi tanggung jawab

pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten sesuai dengan kewenangannya; 2. Pelaksanaan rehabilitasi jaringan irigasi tersier menjadi tanggung jawab perkumpulan petani

pemakai air yang bersangkutan. Dalam hal perkumpulan petani pemakai air yang bersangkutan tidak mampu, pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten dapat membantu pelaksanaan rehabilitasi berdasarkan permintaan dari perkumpulan petani pemakai air dengan memperhatikan prinsip kemandirian;

3. Pelaksanaan rehabilitasi jaringan irigasi yang dibangun oleh badan usaha, badan sosial, perseorangan atau pemakai air irigasi untuk keperluan lainnya dilakukan oleh yang bersangkutan;

4. Pelaksanaan konstruksi dapat dilakukan secara kontraktual atau swakelola sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Paragraf 4

Pemantapan Operasi dan Pemeliharaan

Pasal 46

Pemantapan operasi dan pemeliharaan rehabilitasi jaringan irigasi dilakukan sebagai berikut: 1. pemantapan P3A/GP3A/IP3A pada seluruh daerah irigasi yang telah direhabilitasi; 2. menyampaikan kebutuhan personil dinas pengelola irigasi; 3. mengkaji ulang pedoman operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan menetapkan pedoman

yang baru.

BAB IX

PENGELOLAAN ASET IRIGASI

Bagian Kesatu

Inventarisasi Aset Irigasi

Pasal 47

(1) Aset irigasi terdiri dari jaringan irigasi dan pendukung pengelolaan irigasi. (2) Inventarisasi jaringan irigasi bertujuan untuk mendapatkan data jumlah, dimensi, jenis,

kondisi, dan fungsi seluruh aset irigasi serta data ketersediaan air, nilai aset, dan areal pelayanan pada setiap daerah irigasi dalam rangka keberlanjutan sistem irigasi.

(3) Inventarisasi pendukung pengelolaan irigasi bertujuan untuk mendapatkan data jumlah, spesifikasi, kondisi, dan fungsi pendukung pengelolaan irigasi.

(4) Pemerintah Kabupaten atau pemerintah desa melaksanakan inventarisasi aset irigasi sesuai dengan kewenangannya dalam pengelolaan sistem irigasi.

(5) Pemerintah kabupaten melakukan kompilasi atas hasil inventarisasi aset irigasi yang dilakukan oleh pemerintah desa dan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten;

(6) Badan usaha, badan sosial, perseorangan, perkumpulan petani pemakai air, dan pemerintah desa melakukan inventarisasi aset irigasi yang menjadi tanggung jawabnya secara berkelanjutan untuk membantu pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten melakukan kompilasi atas hasil inventarisasi.

MURS-Raperda Irigasi Kab. Pdg Th 2008 20

Bagian Kedua

Penyusunan dan Penetapan Rencana Pengelolaan Aset Irigasi

Pasal 48

(1) Perencanaan pengelolaan aset irigasi meliputi kegiatan analisis data hasil inventarisasi aset irigasi dan perumusan rencana tindak lanjut untuk mengoptimalkan pemanfaatan aset irigasi dalam setiap daerah irigasi.

(2) Pemerintah Kabupaten sesuai dengan kewenangannya menyusun dan menetapkan rencana pengelolaan aset irigasi 5 (lima) tahun sekali.

(3) Penyusunan rencana pengelolaan aset irigasi dilakukan secara terpadu, transparan, dan akuntabel dengan melibatkan semua pemakai air irigasi dan pengguna jaringan irigasi.

(4) Badan usaha, badan sosial, perseorangan, atau perkumpulan petani pemakai air menyusun rencana pengelolaan aset irigasi yang menjadi tanggung jawabnya secara berkelanjutan.

Bagian Ketiga

Pelaksanaan Pengelolaan Aset Irigasi Berkelanjutan

Pasal 49

(1) Dinas kabupaten sesuai dengan tanggung jawabnya melaksanakan pengelolaan aset irigasi secara berkelanjutan berdasarkan rencana pengelolaan aset irigasi yang telah ditetapkan.

(2) Badan usaha, badan sosial, perseorangan, atau perkumpulan petani pemakai air melaksanakan pengelolaan aset irigasi yang menjadi tanggung jawabnya secara berkelanjutan.

Bagian Keempat

Evaluasi Pelaksanaan Pengelolaan Aset Irigasi

Pasal 50

(1) Bupati sesuai dengan kewenangannya melakukan evaluasi pelaksanaan pengelolaan aset irigasi setiap tahun.

(2) Badan usaha, badan sosial, perseorangan, atau perkumpulan petani pemakai air membantu Bupati dalam melakukan evaluasi pelaksanaan pengelolaan aset irigasi yang menjadi tanggung jawabnya secara berkelanjutan.

(3) Evaluasi pelaksanaan pengelolaan aset irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk mengkaji ulang kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan pengelolaan aset irigasi.

Pasal 51

Pemutakhiran hasil inventarisasi aset irigasi dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten sesuai dengan kewenangannya.

BAB X

AUDIT PENGELOLAAN IRIGASI

Pasal 52

(1) Dinas sesuai kewenangannya melakukan audit pengelolan irigasi untuk menjamin kesesuaian antara pelaksanaan pengelolaan dengan peraturan perundang-undangan bidang irigasi dan kesepakatan yang mengikat antara Pemerintah Kabupaten dan perkumpulan petani pemakai air.

MURS-Raperda Irigasi Kab. Pdg Th 2008 21

(2) Audit pengelolaan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan setiap tahun yang didampingi perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah irigasi.

BAB XI

PEMBIAYAAN

Bagian Kesatu

Pembiayaan Pengembangan Irigasi

Pasal 53

(1) Pembiayaan pengembangan jaringan irigasi primer dan sekunder menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten sesuai dengan kewenangannya.

(2) Pembiayaan pengembangan jaringan irigasi tersier menjadi tanggung jawab perkumpulan petani pemakai air.

(3) Pembiayaan pengembangan bangunan-sadap, saluran sepanjang 50 meter dari bangunan-sadap, boks tersier, dan bangunan pelengkap tersier lainnya menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten sesuai dengan kewenangannya.

(4) Dalam hal perkumpulan petani pemakai air tidak mampu membiayai pengembangan jaringan irigasi tersier yang menjadi tanggung jawabnya Pemerintah Kabupaten sesuai dengan kewenangannya dapat membantu pembiayaan pengembangan jaringan irigasi tersier, berdasarkan permintaan dari perkumpulan petani pemakai air dengan memperhatikan prinsip kemandirian.

(5) Pembiayaan pengembangan jaringan irigasi yang diselenggarakan oleh badan usaha, badan sosial, atau perseorangan ditanggung oleh masing-masing.

(6) Dalam hal terdapat kepentingan mendesak oleh daerah untuk pengembangan jaringan irigasi pada daerah irigasi lintas Kabupaten, Pemerintah Kabupaten dapat saling bekerja sama dalam pembiayaan.

(7) Dalam hal terdapat kepentingan mendesak oleh Pemerintah Kabupaten untuk pengembangan jaringan irigasi pada daerah irigasi lintas kabupaten tetapi belum menjadi prioritas provinsi, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Provinsi dapat saling bekerja sama dalam pembiayaan.

Bagian Kedua

Pembiayaan Pengelolaan Irigasi

Pasal 54 (1) Pembiayaan pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder menjadi tanggung jawab

Pemerintah Kabupaten sesuai dengan kewenangannya. (2) Pembiayaan pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder didasarkan atas angka

kebutuhan nyata pengelolaan irigasi pada setiap daerah irigasi. (3) Perhitungan angka kebutuhan nyata pengelolaan irigasi pada setiap daerah irigasi dilakukan

Pemerintah Kabupaten sesuai dengan kewenangannya bersama dengan perkumpulan petani pemakai air berdasarkan penelusuran jaringan dengan memperhatikan kontribusi perkumpulan petani pemakai air.

(4) Prioritas penggunaan biaya pengelolaan jaringan irigasi pada setiap daerah irigasi disepakati Pemerintah Kabupaten sesuai dengan kewenangannya bersama dengan perkumpulan petani pemakai air.

MURS-Raperda Irigasi Kab. Pdg Th 2008 22

BAB XII

KEBERLANJUTAN SISTEM IRIGASI

Pasal 55

Keberlanjutan sistem irigasi ditentukan oleh: 1. keandalan air irigasi yang diwujudkan melalui kegiatan membangun waduk, waduk lapangan,

bendungan, bendung, pompa, dan jaringan drainase yang memadai, mengendalikan mutu air, serta memanfaatkan kembali air drainase;

2. keandalan prasarana irigasi yang diwujudkan melalui kegiatan peningkatan, dan pengelolaan jaringan irigasi yang meliputi operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi;

3. meningkatnya pendapatan masyarakat petani dari usaha tani yang diwujudkan melalui kegiatan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang mendorong keterpaduan dengan kegiatan diversifikasi dan modernisasi usaha tani.

Pasal 56

(1) Pemerintah Kabupaten dan masyarakat sesuai dengan kewenangannya mempertahankan sistem irigasi secara berkelanjutan dengan mewujudkan kelestarian sumberdaya air, melakukan pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air, mencegah alih fungsi lahan beririgasi untuk kepentingan lain dan mendukung peningkatan pendapatan petani.

(2) Untuk menjamin keberlanjutan sistem irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Kabupaten melakukan pengaturan dan bersama masyarakat melakukan penegakan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan irigasi.

Pasal 57

(1) Perubahan Pengunaan lahan wilayah beririgasi untuk kepentingan selain pertanian dalam suatu

daerah irigasi yang telah ditetapkan, harus memperoleh ijin terlebih dahulu dari Bupati dengan mengacu pada tata ruang yang telah ditetapkan, serta memberikan kompensasi yang nilainya setara dengan biaya pembangunan jaringan irigasi dan setara dengan pencetakan lahan irigasi baru.

(2) Kompensasi perubahan lahan irigasi dituangkan dalam bentuk berita acara kompensasi lahan.

(3) Pemerintah Kabupaten melakukan penertiban pada lahan beririgasi yang tidak berfungsi dengan memfungsikan kembali sesuai dengan tata ruang yang telah ditetapkan.

BAB XIII

KOORDINASI

Pasal 58

(1) Koordinasi pengelolaan sistem irigasi dilakukan oleh komisi irigasi kabupaten dengan komisi irigasi kabupaten lain/komisi irigasi provinsi dan/atau forum koordinasi daerah irigasi.

(2) Dalam melaksanakan koordinasi pengelolaan sistem irigasi, komisi irigasi dapat mengundang pihak lain yang berkepentingan guna menghadiri sidang-sidang komisi untuk memperoleh informasi yang diperlukan.

(3) Hubungan kerja antar komisi irigasi dan hubungan kerja antara komisi irigasi dan dewan sumber daya air bersifat konsultatif dan koordinatif.

MURS-Raperda Irigasi Kab. Pdg Th 2008 23

(4) Koordinasi pengelolaan sistem irigasi pada daerah irigasi yang menjadi kewenangan kabupaten dan daerah irigasi yang sudah ditugaskan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah provinsi kepada kabupaten dilaksanakan melalui komisi irigasi kabupaten.

(5) Komisi irigasi kabupaten melakukan koordinasi pengelolaan sistem irigasi dengan komisi irigasi kabupaten.

(6) Koordinasi pengelolaan sistem irigasi yang jaringannya berfungsi multiguna pada satu daerah irigasi dapat dilaksanakan melalui forum koordinasi daerah irigasi.

BAB XIV

PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

Bagian Kesatu

Pengendalian

Pasal 59

(1) Dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi pada setiap daerah irigasi dilaksanakan pengendalian yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten sesuai dengan kewenangannya dengan melibatkan peran masyarakat.

(2) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan:

a. Perizinan;

b. Penerapan mekanisme insentif dan disinsentif.

(3) Perkumpulan petani pemakai air, badan hukum, badan sosial, perorangan dan pengguna air irigasi untuk keperluan lainnya berhak mengajukan pengaduan, gugatan, dan laporan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan atau Pejabat Penyidik POLRI kerugian sebagai akibat dari pelanggaran dalam penyelenggaraan pengelolaan irigasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Kedua

Pengawasan

Pasal 60

(1) Pengawasan pembangunan jaringan irigasi dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten dan/atau Pemerintah sesuai dengan kewenangannya.

(2) Peran masyarakat dalam pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menyampaikan laporan dan/atau pengaduan kepada pihak yang berwenang.

(3) Perkumpulan petani pemakai air, badan usaha, badan sosial, dan perseorangan menyampaikan laporan mengenai informasi pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang menjadi tanggung jawabnya kepada Pemerintah Kabupaten.

(4) Dalam rangka pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Kabupaten sesuai dengan kewenangannya menyediakan informasi pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi secara terbuka untuk umum.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan Peraturan/Keputusan Bupati.

MURS-Raperda Irigasi Kab. Pdg Th 2008 24

BAB XV

KETENTUAN PIDANA

Pasal 61 (1) Barang siapa melanggar ketentuan-ketentuan pasal 10, pasal 25 Ayat (5), pasal 26, pasal 33,

pasal 34, pasal 35, pasal 36 dan pasal 57 Peraturan Daerah ini, diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

Pasal 62

Barang siapa yang dengan sengaja melakukan kegiatan yang mengakibatkan rusaknya sumber air dan prasarananya, mengakibatan rusaknya prasarana sumber daya air, mengakibatkan pencemaran air, mengakibatkan terjadinya rusaknya daya rusak air dan/atau melakukan kegiatan penggunaan air yang mengakibatkan kerugian terhadap orang atau pihak lain, diancam pidana berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang Sumber Daya Air.

BAB XVI

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 63

Selain pengenaan sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 61, terhadap Badan usaha yang melakukan pelanggaran ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini dapat dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan ijin usaha.

BAB XVII

PENYIDIKAN

Pasal 64

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut :

a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah tersebut;

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah;

d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah;

MURS-Raperda Irigasi Kab. Pdg Th 2008 25

e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah;

g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;

h. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

i. Menghentikan penyidikan;

j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah menurut hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

BAB XIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 65 Ijin yang berkaitan dengan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang telah diterbitkan sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini, dinyatakan tetap berlaku sampai dengan masa berlakunya berakhir.

BAB XIX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 66

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur dengan Peraturan/Keputusan Bupati.

Pasal 67

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 07 Tahun 2002 tentang Irigasi (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2002 Nomor 42 Seri D.39), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

MURS-Raperda Irigasi Kab. Pdg Th 2008 26

Pasal 68

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang.

Ditetapkan di Pandeglang pada tanggal 23 Juni 2008

BUPATI PANDEGLANG,

Cap/ttd

A. DIMYATI NATAKUSUMAH

Diundangkan di Pandeglang pada tanggal 23 Juni 2008 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG,

Cap/ttd

ENDJANG SADINA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2008 NOMOR 3 MURS-LD-Irigasi Kab. Pdg Th 2008