kinerja anggota dprd kabupaten pandeglang …repository.fisip-untirta.ac.id/569/1/file 2 kinerja...
TRANSCRIPT
KINERJA ANGGOTA DPRD KABUPATEN
PANDEGLANG PERIODE 2009-2014 (PADA
TAHUN 2012-2014) DALAM FUNGSI
LEGISLASI
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrasi Kebijakan Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
oleh
Victoria Hidayat Tullah
NIM 6661083076
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, JUNI 2015
Dengan segala kerendahan hati dan
kekurangan, serta dengan seganap rasa
hormat , kupersembahkan karya ini
untuk yang teristimewa dalam hidupku:
Kedua orangtuaku tercinta, Adiku
tersayang, dan Bidadari yang kelak
menjadi pendamping hidupku
ABSTRAK
Victoria Hidayat Tullah. NIM. 6661083076. Skripsi. Kinerja Anggota DPRD
Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014 (Pada Tahun 2012-2014) Dalam
Fungsi Legislasi. Pembimbing I: Dr. Suwaib Amirudin., M.Si. dan
Pembimbing II: Listyaningsih, S.Sos., M.Si.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan Kinerja
DPRD Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014 (Pada Tahun 2012-2014)
Dalam Funsi Legislasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan sekunder. Data diolah dari hasil pengamatan dan wawancara dengan
anggota DPRD serta pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi DPRD Kabupaten Pandeglang. Sedangkan data sekunder diperoleh
dari secretariat DPRD dan Tokoh Masyarakat. Objek dalam penelitian ini adalah
DPRD Kabupaten Pandeglang sebagai suatu lembaga organisasi. Adapun variabel
dalam penelitian ini adalah Responsivitas, Responbiitas dan Akuntabilitas sebagai
variabel Independen. Sedangkan yang menjadi variable dependen adalah kinerja
DPRD Kabupaten Pandeglang. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kinerja
DPRD Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014 sudah baik tapi belum
maksimal. Hal ini dapat dilihat dari indicator Responsivitas, Responbilitas dan
Akuntabilitas. Belum maksimalnya kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang ini
dikarenakan banyaknya ketidak sesuaian kebijakan DPRD dengan apa yang di
aspirasikan oleh masyarakat, , karena masih lambannya pelayanan, dalam hal
pengaduan aspirasi, kritik dan permasalahan yang dialami konstituennya Dalam
peran serta pemberdayaan DPRD untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja
DPRD Pandeglang dimasa yang akan datang Perlu dilakukan peningkatan kualitas
anggota, baik dari segi pengalaman dan juga pelatihan yang berhubungan dengan
tugas dan fungsinya agar kualitas kinerja anggota semakin baik.
Kata Kunci : Kinerja, Responsivitas, Responsibilitas dan Akuntabilitas
ABSTRACT
Victoria Hidayat Tullah. NIM. 6661083076. The Performance Of DPRD As
Well As The Factors That Affect The Performance Of DPRD Pandeglang
Period 2009-2014 (In Years 2012-2014) In The Legislative Functtion. The 1st
advisor is Dr. Suwaib Amirudin., M.Si. and the 2nd advisor is Listyaningsih,
S.Sos., M.Si.
The purpose of this study was to determine and describe the performance of
DPRD Pandeglang Period 2009-2014 (In Years 2012-2014). The data used in this
study are primary and secondary data. Data compiled from the observations and
interviews with legislators and the parties related to the execution of the duties
and functions of DPRD Pandeglang. While secondary data obtained from the
secretariat of DPRD and Community Leaders. The object of this research is
Pandeglang district legislature as an institution organization. The variables in
this study are the responsiveness, Responbiitas and Accountability as an
independent variable. While the dependent variable is the performance
Pandeglang district legislature. The analysis method used in this research is
descriptive qualitative. These results indicate that the performance of DPRD
Pandeglang 2009-2014 period has been good but not maximized. It can be seen
from the indicators Responsiveness, Responbilitas and Accountability. Not
maximal performance DPRD is because many discrepancies policy in DPRD with
the aspiration of public, because they slow the service, in terms of the aspirations
of complaints, critic and problems experienced by constituents in the role and
empowerment of DPRD to improve and enhance the performance of DPRD in the
future need to improve the quality of members, both in terms of experience and
also training related to the duties and functions that the better the quality of the
performance of members.
Keywords: Performan ce, Responsiveness, Accountability and Responsibility
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb
Dengan mengucap alhamdulilah penulis bersyukur atas berkat rahmat
Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Karena dengan izinNya lah
penulis dapat menyelesaikan sekripsi ini dengan sebaik mungkin. Shalawat
beserta salam senantiasa selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita nabi
besar Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta tidak lupa kita yang selalu
istiqomah dan ikhlas untuk menjadi umatnya.
Penulisan skripsi diajukan untuk memenuhi syarat dalam menempuh ujian
sarjana S-1 pada program studi Administrasi Negara Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan judul : “Kinerja Anggota DPRD
Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014 (Pada Tahun 2012-2014) Dalam
Fungsi Legislasi”. Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak akan berhasil
dan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Terima kasih kepada orang tua
yang sangat penulis cintai yaitu Bapak dan Ibu. Terima kasih selama ini telah
memberikan semangat dan tak henti-hentinya selalu memanjatkan do‟a untuk
penulis dan selalu memberikan kasihsayangnya sehingga penulis dengan
semangat dalam penulisan skripsi dan dengan segera untuk menyelesaikannya.
Akhirnya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan
skripsi ini, yaitu kepada :
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, M.S.i, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Kandung Sapto Nugroho S.sos, M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Mia Dwiana M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultang Ageng Tirtayasa
5. Gandung Ismanto S.Sos, MM., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Rahmawati S.Sos, M.Si., Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
7. Ipah Ema Jumiati, M.Si., Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultang Ageng
Tirtayasa.
8. Anis Fuad S.Sos, M.S.i, Dosen pembimbing akademik yang
memberikan arahan selama perkuliahan.
9. Dr. Suwaib Amirudin, M.Si., Dosen pembimbing I skripsi yang
memberikan arahan dan motivasi selama melakukan proses
penyusunan skripsi.
10. Listyaningsih, S.Sos, M.Si., Dosen pembimbing II skripsi yang
memberikan arahan dan motivasi selama melakukan proses
penyusunan skripsi.
11. Semua Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang
membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
12. Sekretaris Dewan Sekretariat DPRD yang telah memberikan ijin
kepada peniliti untuk melakukan penelitian di Sekretariat DPRD.
13. Kepala Bagian, Kepala Sub Bagian, serta para Staf di Sekretariat
DPRD yang telah memberikan data dan informasi kepada peneliti.
14. Kedua orang tuaku tercinta ayahanda Drs. Taupik Hidayat,M. M.Pd.,
dan Ibunda Asmawati, S.Pd., yang selalu mengiringi setiap langkahku
dengan do‟a dan restunya dan adiku tersayang Vitaria Hidayati yang
selalu memberi wwarna keceriaan di dalam keluarga.
15. Nuri Sulhatul Imamah A.Md.Keb., Terimakasih telah memberikan
support dan perhatian nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
16. Sahabatku Aif, Emat, Yayat, Om Ipul, Ompong, John, Ojan, Alul,
Bombom, terimakasih atas persahabatan yang luar biasa ini, suka duka
telah kita lewati bersama selama masa perkuliahan ini.
17. Saudara-saudara seperjuangan kelas G Administrasi Negara 2008
selama kita menuntut ilmu terima kasih atas kenangan selama
perkuliahan.
18. Para informan yang telah membantu dengan meluangkan waktunya
untuk wawancara dengan peneliti.
Selain itu peneliti sebagai penyusun menyadari akan adanya kekurangan-
kekurangan, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak. Dilain sisi peneliti juga berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Akhir kata peneliti ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum wr.wb
Serang, Juni 2015
Peneliti
Victoria Hidayat Tullah
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJIAN
LEMBAR PENGESAHAN
PERSEMBAHAN
ABSTRAK ............................................................................................................ i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ............................................ 13
1.3. Rumusan Masalah .................................................................................. 14
1.4. Tujuan Penelitian ................................................................................... 15
1.5. Manfaat Penelitian ................................................................................. 15
1.6. Sistematika Penelitian ............................................................................ 15
BAB II STUDI PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 19
2.1.1. Organisasi Publik ............................................................................ 19
2.1.2. Kinerja ............................................................................................. 23
2.1.3. Kinerja Organisasi Publik ............................................................... 27
2.1.4. Pengukuran Kinerja ......................................................................... 29
2.1.5. Faktor-Faktor Kinerja ...................................................................... 31
2.1.6. Peraturan Daerah ............................................................................. 39
2.1.7 Konsep DPRD .................................................................................. 42
2.2 Kerangka Berfikir .................................................................................... 46
2.3 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian .................................................................................. 54
3.2. Ruang Lingkup ....................................................................................... 54
3.3 Lokasi Penelitian ...................................................................................... 55
3.4 Variabel Penelitian ................................................................................... 55
3.4.1 Definisi Konsep ................................................................................ 55
3.4.2 Definisi Operesional ......................................................................... 56
3.5 Intstrument Penelitian .............................................................................. 58
3.6 Informan Penelitian .................................................................................. 59
3.7 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 61
3.7.1 Wawancara ....................................................................................... 61
3.7.2 Observasi ........................................................................................ 65
3.7.3 Studi Dokumentasi ......................................................................... 66
3.8 Teknik Analisis Data ................................................................................ 66
3.9 Jenis Penelitian ........................................................................................ 69
3.10 Sumber Data ........................................................................................... 70
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian .................................................................... 73
4.1.1. Deskripsi Kabupaten Pandeglang ................................................... 73
4.1.2. Kependudukan ................................................................................. 74
4.1.3 Gambaran Umum DPRD Kabupaten Pandeglang............................ 75
4.1.4 Struktur Organisasi ........................................................................... 76
4.1.5 Bentuk Struktur Organisasi .............................................................. 77
4.1.6 Uraian Tugas .................................................................................... 77
4.1.7 Daftar Keanggotaan Alat Kelengkapan DPRD ................................ 82
4.1.8 Susunan Fraksi DPRD ...................................................................... 83
4.1.9 Pembidangan Komisi-Komisi .......................................................... 86
4.2. Deskripsi Data ........................................................................................ 90
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 92
4.3.1 Kinerja Anggota DPRD Kabupaten Pandeglang
Periode 2012-2014 .......................................................................... 92
4.3.2 Responsivitas DPRD Kabupaten Pandeglang .................................. 96
4.3.2.1 Kemampuan DPRD Kabupaten Pandeglang dalam mengenali
kebutuhan masyarakat .............................................................. 99
4.3.2.2 Keselarasan Program-Program DPRD dengan Aspirasi
Masyarakat ................................................................................ 104
4.3.3 Responsibilitas DPRD Kabupaten Pandeglang dalam
Bidang Legislasi .............................................................................. 107
4.3.3.1 Pelaksanaan Kegiatan DPRD Kabupaten Pandeglang
sesuai dengan Fungsi dan Tugas DPRD dalam bidang
Legislasi .................................................................................... 108
4.3.4 Akuntabilitas DPRD Kabupaten Pandeglang dalam Bidang
Legislasi ........................................................................................... 111
4.3.4.1 Kesesuaian Kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang
dalam Bidang Legislasi ............................................................. 112
4.3.4.2 Tindakan DPRD Kabupaten Pandeglang dalam
Pembuatan kebijakan ................................................................ 114
V. PENUTUP
5.1.Kesimpulan .............................................................................................. 118
5.2.Saran ....................................................................................................... 119
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1 RAPERDA Tahun 2012 ................................................................................. 4
1.2 RAPERDA Tahun 2013 ................................................................................. 5
1.3 RAPERDA Tahun 2014 .................................................................................. 5
1.4 Tingkat Pendidikan ......................................................................................... 8
3.1 Informan Penelitian ........................................................................................ 60
3.2 Pedoman Wawancara 1 ................................................................................. 62
3.3 Pedoman Wawancara 2 ................................................................................. 64
3.4 Jadwal Penelitian ............................................................................................ 70
4.1 Fraksi Demokrat ............................................................................................. 83
4.2 Fraksi PPP ....................................................................................................... 83
4.3 Fraksi Golkar ................................................................................................... 84
4.4 Fraksi PDIP .................................................................................................... 84
4.5 Fraksi PKS ...................................................................................................... 84
4.6 Fraksi PBB ..................................................................................................... 85
4.7 Fraksi Hanura Plus ......................................................................................... 85
4.8 Fraksi Akir ..................................................................................................... 85
4.8 Komisi I Bidang Pemerintahan dan Perundang-undangan ............................. 86
4.9 Komisi II Bidang Perekonomian, Keuangan Dan Asset Daerah .................... 87
4.10 Komisi III Bidang Pembangunan ................................................................. 88
4.11 Komisi IV Bidang Kesejahtraan Rakyat ...................................................... 89
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.2 Kerangka Berfikir .......................................................................................... 51
3.1 Analisis data menurut Miles & Huberman ..................................................... 67
4.1 Peta Kabupaten Pandeglang .......................................................................... 73
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) merupakan salah satu lembaga
atau badan perwakilan rakyat di Daerah yang mencerminkan struktur dan sistem
pemerintahan demokratis di Daerah, sebagaimana terkandung dalam pasal 18
UUD 1945, penjabarannya lebih lanjut pada UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah. DPRD berdasarkan pasal 1 ayat (4) UUD No. 32 Tahun
2004 adalah lembaga perwakilan rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan Daerah. Hal ini menunjukan bahwa secara hukum DPRD
mempunyai kedudukan yang strategis dalam melaksanakan kebijaksanaan
pembangunan di Daerah. Sebab DPRD merupakan suatu lembaga Perwakilan
Rakyat yang mencerminkan aspirasi politik masyarakat. DPRD berkedudukan
sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan Daerah, sehingga mampu
memberikan pelayanan kepada masyarakat, dengan mengembangkan prinsip–
prinsip Good Governance.
Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah Negara yang berkedaulatan rakyat yang dalam pelaksanaannya menganut
prinsip kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan. Untuk melaksanakan prinsip - prinsip kedaulatan
rakyat tersebut perlu diwujudkan lembaga perwakilan rakyat baik di pusat
maupun di Daerah yang mampu mewujudkan nilai-nilai demokrasi dalam
kehidupan ketatanegaraan. Untuk mengembangkan kehidupan demokrasi dalam
penyelenggara pemerintahan Daerah bersama dengan Pemerintah Daerah yang
diharapkan mampu mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
DPRD dalam melaksanakan tugasnya, mempunyai hak (Pasal 19, 20 dan
21), wewenang (Pasal 18) dan kewajiban (Pasal 22) didalam mengemban tugas
sebagai wakil rakyat. Pemberian hak-hak yang luas kepada DPRD, merupakan
suatu petunjuk bahwa upaya demokratisasi pemerintahan Daerah diharapkan
makin menunjukkan bentuk yang lebih nyata. Pada masa reformasi sekarang ini
sering mendapat sorotan kritis dari masyarakat, dimana selama pelaksanaan
otonomi Daerah berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian dirubah
dengan UU No. 32 Tahun 2004 diharapkan peran dan fungsi DPRD ini dapat
ditingkatkan.
DPRD semakin populer dikalangan masyarakat. Terbukti dari semakin
banjirnya kelompok masyarakat dan mahasiswa yang datang aktif memanfaatkan
DPRD untuk dapat mengaspirasikan aspirasi mereka. Disisi lain, sering sekali
terdengar suara sumbang dari masyarakat terhadap keberadaan DPRD seperti
anekdot 5 D, yaitu datang, duduk, dengar, diam, duit. Anekdot ini sering muncul
sebagai akibat belum optimalnya fungsi DPRD sebagai aspirsi rakyat Daerah.
Selain itu suara–suara lainnya mengenai kualitas Anggota Dewan, akibat sistem
rekruitment yang belum sepenuhnya mencerminkan kemandirian Lembaga
Legislatif.
Secara umum, fungsi badan perwakilan berkisar pada fungsi perundang-
undangan, fungsi keuangan dan fungsi pengawasan. Keseluruhan hak DPRD yang
diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 pada dasarnya telah memuat fungsi-
fungsi tersebut. Sebagai lembaga legislatif, DPRD berfungsi membuat peraturan
perundang-undangan. Melalui fungsi ini DPRD mengaktualisasikan diri sebagai
wakil rakyat. Pasal 18 (d) dan 19 (d) UU Nomor 32 Tahun 2004 mengatur
kewenangan DPRD dalam menjalankan fungsi perundang-undangan.
Fungsi lain DPRD adalah menetapkan kebijaksanaan keuangan. Dalam
UU Nomor 32 Tahun 2004 telah diatur hak anggaran sebagai salah satu hak
DPRD. Hak anggaran memberi kewenangan kepada DPRD untuk ikut
menetapkan atau merumuskan kebijakan Daerah dalam menyusun Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Disamping itu, DPRD juga mempunyai
hak untuk menentukan anggaran belanja sendiri (pasal 19 g). Dalam konteks
pengawasan, penetapan kebijakan dan peraturan perundangan oleh DPRD,
merupakan tahap pertama dari proses pengawasan. Penilaian terhadap
pelaksanaan peraturan-peraturan Daerah oleh eksekutif adalah bentuk pengawasan
lainnya. DPRD sebagai lembaga politik melakukan pengawasan secara politis,
yang tercermin dalam hak-hak DPRD yaitu hak mengajukan pertanyaan, hak
meminta keterangan dan hak penyelidikan.
Selanjutnya, DPRD sebagai organisasi publik. Senantiasa mengalami
dinamika dan perubahan yang diakibatkan oleh adanya perubahan lingkungan,
sehingga dalam organisasi perlu menyesuaikan dengan perubahan tersebut agar
lebih efektif, efisien, kompetitif, adaptif dan responsibility dalam pencapaian
tujuan.
Kinerja para pejabat Daerah dan anggota lembaga Daerah juga dipandang
masih rendah, dan ini telah menjadi perbincangan luas dikalangan masyarakat.
Sebagai contoh adalah dalam pembuatan perda pada masa persidangan tahun
2012,2013 dan 2014 perda yang telah ditentukan belum memenuhi target hal ini
dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 1.1
RAPERDA Tahun 2012
No RAPERDA STATUS
1 Pertanggung jawaban pelaksanaan APBD Tahun
anggaran 2011 SELESAI
2 Perubahan APBD Tahun Anggaran 2012 SELESAI
3 Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2013 SELESAI
4 Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah SELESAI
5 Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) SELESAI
6 Pamong Praja (Sat Pol PP) Kabupaten
Pandeglang SELESAI
7 Pembentukan Sekretariat Korpri Kabupaten
Pandeglang TIDAK SELESAI
8 Administrator Kawasan Ekonomi Khusus TIDAK SELESAI
9 Pengelola Daerah Penyangga Taman Nasional
Ujung Kulon (TNUK) TIDAK SELESAI
10 Biaya Transportasi Jamaah Haji dan Panitia
Penyelenggara Haji Daerah TIDAK SELESAI
11 Pengelolaan Zakat TIDAK SELESAI
12 Rencana Induk Pengelolaan Pariwisata di
Kabupaten Pandeglang TIDAK SELESAI
Sumber : DPRD Kab. Pandeglang
Tabel 1.2
RAPERDA Tahun 2013
No RAPERDA STATUS
1 Pertangguangjawaban Pelaksanaan APBD Tahun
Anggaran 2012 SELESAI
2 Perubahan APBD Tahun Anggaran 2013 SELESAI
3 Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2013 SELESAI
4 Administrator Kawasan Ekonomi Khusus TIDAK SELESAI
5 Pembentukan PDAM TIDAK SELESAI
6 Pembentukan SOTK Perangkat Daerah TIDAK SELESAI
7 Insentif Pajak dan Retribusi Daerah KEK
Pariwisata Tanjung Lesung TIDAK SELESAI
8 Raperda Tentang Pengelolaan Daerah Penyangga
Taman Nasional Ujung Kulon SELESAI
9 Raperda Tentang Biaya Transportasi Jamaah Haji
dan Panitia Penyelenggara Haji Daerah SELESAI
10 Raperda Tentang Pengelolaan Zakat TIDAK SELESAI
11 Raperda Tentang Standar Pelayanan Mnimal TIDAK SELESAI
12 Rencana Induk Pengelolaan Pariwisata di
Kabupaten Pandeglang TIDAK SELESAI
13 Raperda Tentang Bongkaran aset Daerah TIDAK SELESAI
Sumber : DPRD Kab. Pandeglang
Tabel 1.3
RAPERDA Tahun 2014
No RAPERDA STATUS
1 Pertangguangjawaban Pelaksanaan APBD Tahun
Anggaran 2013 SELESAI
2 Perubahan APBD Tahun Anggaran 2014 SELESAI
3 Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2014 SELESAI
4 Pembentukan SOTK Perangkat Daerah SELESAI
5 Pembentukan PDAM SELESAI
6 Raperda Tentang Insentif Pajak dan Retribusi
Daerah KEK Pariwisata Tanjung Lesung TIDAK SELESAI
7 Raperda Tentang Pengelolaan Sampah TIDAK SELESAI
8 Dana Cadangan Pemilu Kepala Daerah TIDAK SELESAI
9 Retribusi Perpanjangan Ijin Memperkerjakan
Tenaga Kerja Asing TIDAK SELESAI
10 Raperda Tentang Ijin Usaha Jasa Konstruksi TIDAK SELESAI
11 Pelayanan Publik TIDAK SELESAI
12 Raperda Tentang Bongkaran Aset Daerah TIDAK SELESAI
13 Revisi Raperda Tentang Rencana Tata Ruang dan
Rencana Tata Wilayah TIDAK SELESAI
14 Raperda Tentang arencana Induk Pengelolaan
Pariwisata di Kabupaten Pandeglang TIDAK SELESAI
15 Raperda Tentang Pemerataan Modal BUMD TIDAK SELESAI
Sumber : DPRD Kab. Pandeglang
Lembaga perwakilan memiliki peran sentral untuk secara optimal
mewujudkan apa yang menjadiharapan masyarakat atau paling tidak
memperjuangkan aspirasi rakyatnya (konstituen). Dalam konteks ini, perlu
tercipta kedekatan hubungan antar konstituen, baik dalam arti pemilih maupun
dalam arti penduduk wilayah yang diwakili, dengan wakil-wakilnya di DPRD.
Dalam lain perkataan, apa yang dilakukan DPRD semestinya dalam rangka
menuju apa yang menjadi harapan masyarakat dan tentu saja kesemuanya itu
harus mampu dipertanggungjawabkan pada rakyat (accountable).
Untuk dapat mennetukan kebijaksanaan yang sesuai dengan kehendak
rakyat yang diwakilinya, DPRD dapat memperhatikan kepentingan dan aspirasi
rakyat. Kepentingan dan aspirasi rakyat ini beraneka ragam, baik karena jumlah
rakyat yang sangat besar, maupun karena rakyat terdiri dari berbagai lapisan yang
masing - masing memiliki kepentingan sendiri - sendiri. Aspirasi atau kepentingan
rakyat dapat berwujud material seperti sandang, pangan, perumahan, kesehatan,
dan sebagainya, maupun bersifat spiritual seperti pendidikan, kebebasan.
Keadilan, keagamaan, dan sebagainya. Kadang-kadang keinginan tersebut saling
bertentangan satu sama lain.
Kepentingan rakyat tersebut akan dapat diselenggarakan dengan baik
ketika wakil rakyat itu mengetahui aspirasi mereka yang diwakili dan kemudian
memiliki kemampuan untuk merumuskan secara jelas dan umum serta menetukan
cara-cara pelaksanaannya. Sehingga adanya hubungan timbal balik bagi
masyarakat maupun anggota Dewan.
Pendidikan dapat memberikan pengetahuan yang luas dan mendalam
tentang bidang yang dipilih atau yang dipelajari seseorang. Dan juga dapat
melatih berfikir secara rasional dan menggunakan kecerdasan kearah yang tepat,
melatih manusia menggunakan akalnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
berfikir, menyatakan pendapat maupun bertindak. Pendidikan juga dapat
memberikan kemampuan dan keterampilan kepada amnesia untuk merumusakan
pikiran, pendapat yang hendak disampaikan orang lain secara logis dan sistematis
sehingga mudah dimengerti.
Hal itu akan diperoleh anggota DPRD bila mereka memperoleh
pendidikan yang cukup, pengetahuan yang luas dan mendalam akan memberikan
kemampuan untuk mengartikulasi segala kepentingan rakyat serta menetukan cara
yang lebih tepat dan efisien. Kemampuan berfikir secara rasional diperlukan
untuk mempertimbangkan dan menilai berbagai kepentingan rakyat dan cara-cara
pelaksanaannya serta menetapkan kebijaksanaan Daerah berdasarkan urutan
prioritas dan kemampuan dari Pemerintah Daerah.
Keterampilan untuk merumuskan pikiran secara logis dan sitematis
diperlukan untuk merumusakan kebijaksanaan Daerah, sehingga mudah dipahami
oleh para pelaksana dan masyarakat umum. faktor latar belakang keilmuan dan
latar belakang pekerjaan menjadi catatan tersendiri dalam melihat kendala DPRD
Kabupaten Pandeglang dalam melaksanakan fungsi legislasinya. Dari 50 anggota
DPRD Kabupaten Pandeglang periode 2009-2014 yang berlatar belakang
pendidikan hukum hanya 5 orang.
Tabel 1.4
Tingkat Pendidikan
No Anggota DPRD berdasar latar
belakang pendidikan Jumlah Prosentase
1 Pendidikan setara sarjana dengan
latar belakang bidang Hukum 5 10 %
2 Pendidikan setara sarjana dengan
latar belakang non Hukum 18 36 %
3 Pendidikan dibawah sarjana 27 54%
Sumber : DPRD Kab. Pandeglang
Menjadi ironi manakala lembaga yang bertugas memproduk aturan namun
diisi oleh orang-orang dengan pengalaman minim dibidangnya. Tidak heran
ketika aturan yang dihasilkannya banyak yang berorientasi pada pemenuhan solusi
pemerintahan yang tidak sistematis. Apalagi dari ke 50 anggota DPRD tersebut
ada yang belum pernah mengenyam pendidikan diperguruan tinggi. Akan terjadi
pemaksaan ide ketika kekuasaan legislasi dipegangnya.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah berdasarkan UU No. 22 tahun 2003
tentang Susunan dan Kedudukan MPR/DPR/D/DPD dan UU No. 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah telah memberikan kekuasaan membuat Peraturan
Daerah (Perda) kepada DPRD sebagaimana yang diamanahkan dalam bab Ketiga
Pasal 77 tentang Fungsi DPRD yaitu “DPRD Kabupaten/Kota mempunyai fungsi:
a. Legislasi;
b. Anggaran dan c. Pengawasan
Sedangkan pasal 78 mengatur tentang tugas dan wewenang DPRD, “DPRD
Kabupaten/Kota mempunyai tugas dan wewenang:
a. Membentuk peraturan Daerah yang dibahas dengan bupati/walikota untuk
mendapat persetujuan bersama;
b. Menetapkan APBD Kabupaten/Kota bersama-sama dengan
bupati/walikota;
c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan Daerah
dan peraturan perundang-undangan lainnya, keputusan bupati/walikota,
APBD, kebijakan pemerintah Daerah dalam melaksanakan
programpembangunan Daerah, dan kerjasama internasional di Daerah.
d. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian bupati/wakil bupati
atau walikota/wakil walikota kepada Menteri Dalam Negeri melalui
gubernur;
e. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota terhadap rencana perjanjian internasional yang
menyangkut kepentingan Daerah; dan
f. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupati/walikota dalam
pelaksanaan tugas desentralisasi.
Ketentuan tersebut diatur juga dalam UU No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dalam pasal 41 “DPRD memiliki fungsi legislasi, anggaran,
dan pengawasan”. Dan Pasal 42 yang berbunyi :
DPRD mempunyai tugas dan wewenang :
a. Membentuk peraturan Daerah yang dibahas dengan bupati/walikota untuk
mendapat persetujuan bersama;
b. Menetapkan APBD Kabupaten/Kota bersama-sama dengan
bupati/walikota;
c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan Daerah
danperaturan perundang-undangan lainnya, keputusan bupati/walikota.
APBD, kebijakan pemerintah Daerah dalam melaksanakan
programpembangunan Daerah, dan kerjasama internasional di Daerah.
d. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian bupati/wakil bupati atau
walikota/wakil walikota kepada Menteri Dalam Negeri melalui gubernur;
e. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota terhadap rencana perjanjian internasional yang
menyangkut kepentingan Daerah; dan
f. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupati/walikota dalam
pelaksanaan tugas desentralisasi.
Namun pergeseran kekuasan legislasi di Daerah dari eksekutif kepada
legislative tersebut belum disertai dengan peningkatan produktifitas DPRD dalam
memproduk Peraturan Daerah yang berasal dari inisiatif DPRD, itulah yang
selama ini terjadi di DPRD Kabupaten Pandeglang. Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten Pandeglang masih tetap lebih banyak berasal dari eksekutif dari pada
legislatif, lalu dimana letak urgensi dari pergeseran tersebut kalau pergeseran itu
tidak dibarengi dengan peningkatan baik kualitas maupun kuantitas peraturan
Daerah dari inisiatif DPRD.
Kesinergisan hubungan yang harmonis antara penyelengara Daerah yaitu
DPRD dengan masyarakat, maka perlunya adanya komunikasi timbal balik antara
penyelenggara pemerintah DPRD sebagai jembatan aspirasi dari masyarakat
sebagai pembuat kebijakan dengan masyarakat Kabupaten Pandeglang sebagai
bagian dari pertimbangan pembuat serta pengawas kebijakan.
Komunikasi politik dapat memberikan pengaruh dalam proses pembuatan
kebijakan, juga berfungsi sebagai jalan mengalirnya informasi politik, sehingga
secara lebih spesifik dapat mengetahui apa-apa yang menjadi aspirasi rakyat yang
akan dirumuskan dalam suatu kebijakan yang dapat dirasakan oleh rakyat sebagai
aspirasi mereka. Melalui kegiatan komunikasi politik yang dilandasi oleh
kepentingan seluruh rakyat serta memberikan kelangsungan hidup dari lembaga
perwakilan rakyat Daerah sekaligus berfungsinya lembaga tersebut yang bekerja
dalam suatu sistem politik melalui informasi-informasi dari hasil komunikasi-
komunikasi politik yang merupakan input bagi DPRD.
Komunikasi DPRD dapat berjalan efektif dan efesien jika adanya alat
penunjang sebagai jembatan aspirasi dan penyaluran informasi antara masyarakat
dengan anggota dewan, atupun sebaliknya anggota dewan terhadap masyarakat
salah satunya yaitu dengan adanya website. Masyarakat dapat berinteraksi secara
efesien dan adanya transparansi mengenai agenda kegaiatan-kegiatan yang
dilaksankan DPRD serta keterbukaan data-data mengenai APBD.
Kinerja DPRD dapat dilihat melalui pelaksanaan kegiatan reses. Kegiatan
reses merupakan kewajiban bagi Pimpinan dan Anggota DPRD dalam rangka
jaring aspirasi masyarakat secara berkala untuk bertemu konstituen pada daearah
pemilihan masing-masing. Bertujuan untuk meyerap dan menghimpun aspirasi
konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala, untuk menampung dan
menindaklanjuti aspirsi dan pengaduan masyarakat, dan guna memberikan
pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di Daerah
pemilihannya.
Ketidakpuasan yang dirasakan masyarakat mengenai kinerja anggota
dewan dapat dilihat dari data aksi unjuk rasa yang dilakukan masyarakat dan
mahasiswa. Unjuk rasa merupakan salah satu bentuk kekecewaan masyarakat
terhadap kinerja anggota DPRD dalam hal kinerja dan hasil perda. Disinilah
anggota dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menjelaskannya kepada
masyarakat sebagai konstituennya mengenai hasil-hasil kebijakan yang di
keluarkan DPRD.
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang diemban oleh lembaga
legislatif sebagai representasi dari masyarakat/rakyat yang diwakilinya,
peningkatan kinerja merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan output guna
pencapaian tujuan dari keberadaan lembaga ini.
Kinerja organisasi adalah seberapa jauh output yang dihasilkan memenuhi
target (rencana yang telah ditetapkan), sehingga optimalisasi peran DPRD
Kabupaten Pandeglang dalam pelaksanaan otonomi Daerah Kabupaten
Pandeglang menjadi sangat krusial. Itu bukan saja karena ia merupakan tempat
lahirnya semua peraturan yang menjadi landasan bagi setiap kebijakan publik
yang diterapkan di DaerahKabupaten Pandeglang, tetapi karena posisinya yang
menentukan dalam proses pengawasan pemerintahan. Karena itu, penguatan
posisi lembaga DPRD di era otonomi Daerah ini merupakan kebutuhan yang
harus diupayakan jalan keluarnya, agar dapat melaksanakan tugas, wewenang dan
hak-haknya secara efektif sebagai lembaga legislatif DaerahKabupaten
Pandeglang.
Optimalisasi peran ini sangat dipengaruhi, baik faktor internal maupun
eksternal lembaga ini. Peran yang diharapkan dari Lembaga DPRD amat strategis
dalam upaya pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan
DaerahKabupaten Pandeglang. DPRD diharapkan mampu menjadi penyambung
aspirasi dan kepentingan masyarakat DaerahKabupaten Pandeglang, guna
kemajuan kemakmuran masyarakat sehingga dengan keluarnya Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 membawa perubahan dan paradigma baru terhadap
penyelenggaraan pemerintahan Daerah.
Sebagai lembaga perwakilan rakyat di DaerahKabupaten Pandeglang,
DPRD mempunyai peran yang sangat besar dalam mewarnai jalannya
pemerintahan Daerah otonom. Denganyang demikian itu, aspek responsibilitas
dalam pelaksanaan tugas menjadi salah satu faktor penentu dalam memaknai dan
memberikan manfaat terhadap jalannya pemerintahan di Daerah guna
mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan berdaulat. Pemahaman ini sekaligus
menyajikan pandangan bahwa lembaga legislatif perlu terus mengembangkan
dirinya, yang tentunya tidak bisa terlepas dari dinamika kualitas infrastruktur
politik, hubungan dengan lembaga lainnya dalam bingkai nilai-nilai pemerintahan
nasional.
Dari masalah kinerja anggota DPRD yang belum maksimal tersebut dalam
rangka mencapai efektivitas kinerjanya diperlukan penerapan kode etik atau tata
tertib yang mengatur segala akitivitasnya. Disamping itu dengan memberikan
motivasi yang intensif diharapkan akan menciptakan kondisi kinerja yang selalu
semangat dan termotivasi dalam melaksanakan tugasnya. Dengan kata lain bahwa
setiap perilaku, sikap dan kinerjanya menjadi kewajiban dan tanggung jawab
seluruh individu anggota DPRD. Dari uraian di atas penulis merasa perlu untuk
melakukan penelitian lebih lanjut yang diberi judul :“Kinerja Anggota Dprd
Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014 (Pada Tahun 2012-2014) Dalam
Fungsi Legislasi”
1.2 Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Berdasarkan penjelasan yang telah peneliti uraikan dalam latar belakang
masalah diatas, maka peneliti melakukan identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Kinerja anggota DPRD dalam pembentukan PERDA sebagai penjabaran
dari fungsi legislasi belum sesuai target.
2. Disiplin anggota DPRD belum optimal. Dari absensi kehadiran anggota
DPRD yang jarang terlihat di kantor, di komisi ataupun rapat-rapat,
anggota mempunyai kesibukan masing–masing. Dan masih belum adanya
perubahan yang begitu signifikan yang dirasakan oleh masyarakat
Kabupaten Pandeglang.
3. Kurangnnya pemahaman anggota DPRD terhadap legislasi.
4. Masih banyaknya aksi unjuk rasa di depan kantor DPRD, merupakan salah
satu bentuk ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja anggota dewan.
5. Tingkat pendidikan para anggota DPRD Kabupaten Pandeglang (2009-
2014) yang masih rendah.
Setelah melakukan identifikasi beberapa masalah yang terdapat dalam
Kinerja Anggota DPRD Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014 (Pada Tahun
2012-2014) Dalam Fungsi Legislasi, maka peneliti melakukan pembatasan ruang
lingkup masalah yang akan diteliti. Yaitu sebagai berikut : Kinerja Anggota
DPRD Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014 (Pada Tahun 2012-2014)
Dalam Fungsi Legislasi.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dibuat oleh peneliti, maka
masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana Kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014
(Pada Tahun 2012-2014) ditinjau dari segi Responsivitas Dalam
Fungsi Legislasi ?
2. Bagaimana Kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014
(Pada Tahun 2012-2014) ditinjau dari segi Responsibilitas Dalam
Fungsi Legislasi ?
3. Bagaimana Kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014
(Pada Tahun 2012-2014) ditinjau dari segi Akuntabilitas Dalam Fungsi
Legislasi ?
1.4 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan menganalisis Kinerja Anggota DPRD Kabupaten
Pandeglang Periode 2009-2014(Pada Tahun 2012-2014) Dalam Fungsi Legislasi.
1.5 Manfaat Penelitian
Adpun manfaat penelitian dapat dilihat dari manfaat teoritis dan manfaat
praktis.
1.5.1 Manfaat Teoritis
Bagi khasanah keilmuan dan civitas akademika, hasil penelitian ini dapat
menambah khasanah keilmuan dan bahan referensi bagi pengembangan
pengetahuan serta penelitian yang akan datang.
1.5.2 Manfaat Praktis
Dapat memberikan hasil atau manfaat dalam usaha meningkatkan serta
mengembangkan kualitas agar menghasilkan kinerja yang lebih baik sebagai
lembaga DPRD, khususnya DPRD Kabupaten Pandeglang
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari Latar Belakang, identifikasi masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan Penelitian dan Manfaat penelitian.
1.1 Latar Belakang
Menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti
dalam bentuk uraian secara deduktif, dari lingkup yang paling umum hingga
menukik ke masalah yang spesifik, yang relevan dengan judul skripsi.
1.2 Identifikasi Masalah
Mengidentifikasikan dikaitkan dengan tema/topic/judul dan fenomena
yang akan diteliti.
1.3 Rumusan masalah
Mengidentifikasikan dikaitkan dengan tema/topic/judul dan fenomena
yang akan diteliti.
1.4 Tujuan penelitian
Mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan
dilaksanakannya penelitian, terhadap masalah yang telah dirumuskan.
1.5 Manfaat penelitian
Menjelaskan masnfaat teoritis dan praktis temuan peneliti.
BAB II DESKRIPSI TEORI
Teori yang relevan dengan permasalahan dan variabel penelitian.
Kerangka berfikir yang menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan
dari kajian teori. Yang terdiri dari:
2.1 Tinjauan Pustaka
Mengkaji berbagai teori dan konsep-konsep yang relevan dengan
permasalahan dan variabel penelitian, kemudian menyusun secara teratur dan rapi
yang digunakan untukmerumuskan asumsi dasar. Deskripsi teori harus mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan merujuk ke sumber
aslinya. Untuk meningkatkan kualitas kajian teori, pembahasannya perludikaitkan
dengan hasil-hasil penelitian terdahulu.
2.2 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir menggambarkan alur berfikir peneliti dalam
penelitiannya.
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh
peneliti sebelum nya, yang dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini.
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini, penulis menggambarkan tentang metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini, kemudian instrumen penelitian, populasi dan
sampel penelitian, teknik pengolahan dan analisis data serta lokasi dan jadwal
penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis menguraikan tentang hasil penelitian yang terdiri dari
deskripsi obyek penelitian, deskripsi data, kemudian dilakukan pengujian
hipotesis dan ditafsirkan data tersebut dalam bentuk interpretasi hasil penelitian,
serta dilakukan pembahasan lebih lanjut tentang hasil penelitian ini. Deskripsi
obyek penelitian memaparkan tentang obyek penelitian yang meliputi lokasi
penelitian dengan jelas, struktur organisasi yang telah ditentukan serta hal lain
yang berhubungan dengan obyek penelitian.
Sementara, deskripsi data menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah
diolah dari data mentah dengan mempergunakan teknik analisis data yang relevan.
BAB V : PENUTUP
Bab ini memaparkan kesimpulan yang menyimpulkan hasil penelitian
secara singkat, jelas serta sesuai dengan permasalahan penelitian. Serta saran yang
berisi masukan dari peneliti terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis dan
praktis.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Organisasi Publik
Untuk memahami konsep organisasi publik secara utuh, perlu memahami
definisi dari “organisasi” dan makna kata “publik” itu sendiri. Banyak pakar yang
telah mendefinisikan organisasi, berikut ini beberapa pakar yang memberikan
pendefinisian tersebut, yaitu :
Menurut Prajudi Atmosudirdjo menggambarkan bahwa organisasi memiliki sifat
yang abstrak, sulit dilihat namun bisa dirasakan eksistensinya. (Prajudi
Atmosudirdjo, 1982:77)
Menurut James D. Mooney, organisasi adalah segala bentuk setiap
perserikatan orang-orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. (Inu Kencana
Syafiie, 2006:113)
Menurut D. Millet, organisasi adalah sebagai kerangka struktur dimana
pekerjaan dari beberapa orang diselenggarakan untuk mewujudkan suatu tujuan
bersama. (Inu Kencana Syafiie, 2006:113)
Menurut Herbert A. Simon, organisasi adalah sebagai pola komunikasi
yang lengkap dan hubungan lain di dalam suatu kelompok orang-orang. (Inu
Kencana Syafiie, 2006:113)
Secara teoritis, organisasi memang dapat dipahami dari berbagai macam
sudut pandang atau perspektif. (Miftah Thoha, 2008:35) Lebih lanjut Miftah
Thoha memaknai organisasi sebagai kesatuan rasional dalam upaya untuk
mengejar tujuan, sebagai koalisi pendukung yang kuat di mana organisasi
merupakan instrumen untuk mengejar kepentingan masing-masing, sebagai suatu
sistem terbuka di mana kelangsungan hidup organisasi sangat tergantung input
dari lingkungan, sebagai alat dominasi dan banyak lagi perspektif yang dapat
dipakai untuk memaknai organisasi.
Paling tidak ada 2 (dua) pendekatan yang dapat digunakan untuk
memaknai organisasi yaitu pendekatan struktural dan pendekatan behavioral atau
perilaku. Pendekatan struktural menyoroti organisasi sebagai wadah, sehingga
dapat dikatakan pendekatan ini melihat organisasi sebagai sesuatu yang statis.
Organisasi disini diartikan sebagaitempat penyelenggaraan berbagai kegiatan
dengan penggambaran yang jelas tentang hierarki kedudukan, jabatan serta
saluran wewenang dan pertanggungjawaban.
Adapun organisasi dengan pendekatan perilaku menyoroti organisasi
sebagai suatu organisasi yang bersifat dinamis yang dapat juga dikatakan bahwa
organisasi merupakan proses kerjasama yang serasi antara orang-orang di dalam
perwadahan yang sistematis, formal dan hirarkial yang berfikir dan bertindak
seirama demi terciptanya tujuan secara efektif dan efisien.
Teori tentang Organisasi telah mengalami perkembangan yang sangat
pesat dari waktu ke waktu dari mulai Teori klasik, Teori Modern sampai dengan
teori Post Modern. Teori Klasik mendefinisikan organisasi sebagai struktur
hubungan, kekuasaan-kekuasaan, tujuan-tujuan, peranan-peranan, kegiatan-
kegiatan, komunikasi dan faktor-faktor lain yang terjadi bila orang-orang
bekerjasama. Teori Modern lebih menekankan bahwa organisasi harus bersifat
terbuka atau berhubungan dengan lingkungan, sedangkan Teori Post Modern lebih
memperhatikan pada sifat politis organisasi dimana organisasi merupakan koalisi
dari berbagai kelompok dan individu dengan tuntutan yang berbeda-beda.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas maka pada dasarnya terdapat
kesamaan pengertian dari keseluruhan definisi tentang organisasi yaitu
menyatakan bahwa organisasi sebagai satu kesatuan sosial dari kelompok
manusia, yang saling berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap
anggota organisasi memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing. Dari pengertian
tersebut maka jika diuraikan secara lebih terperinci setiap organisasi pasti akan
memiliki berbagai dimensi yang penting sebagai ciri suatu organisasi yaitu, antara
lain :(Miftah Thoha, 2008:36)
a. Wadah atau struktur yang menjadi kerangka orang-orang yang menjadi
bagian dari organisasi tersebut melakukan aktivitasnya;
b. Anggota yang menjadi bagian dari organisasi;
c. Interaksi yang terpolakan dengan mekanisme tertentu sehingga terjadi
koordinasi yang baik antara satu orang atau bagian dengan orang atau bagian
yang lain; dan
d. Tujuan bersama yang ingin diwujudkan oleh orang-orang yang menjadi
bagian dari organisasi tadi.
Organisasi pada dasarnya seperti sebuah organisme yang memiliki siklus
hidup. Organisasi dalam siklus hidupnya mengalami masa-masa layaknya
manusia seperti lahir, tumbuh, dewasa tua dan mati. Namun agak berbeda sedikit
dengan manusia, organisasi dapat senantiasa diperbaharui. Ketika siklusnya mulai
menurun, organisasi harus segera berbenah dan menyesuaikan dengan
lingkungannya agar dapat sejalan dengan perkembangan zaman. (Herbert G.
Hicks & G. Ray Gullet, 1996:646)
Publik berasal dari bahasa latin “Public” yang berarti “of people”
berkenaan dengan masyarakat. Mengenai pengertian publik, (Inu Kencana Syafiie
dkk 1999) memberikan pengertian sebagai berikut: “Sejumlah manusia yang
memiliki kebersamaan berpikir,perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang
benar danbaik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki”. Itulah
sebabnya, Inu Kencana Syfiie dkk. , mengatakan bahwa publik tidak langsung
diartikan sebagai penduduk, masyarakat, warga negara ataupun rakyat, karena
kata-kata tersebut berbeda.
Organisasi publik sering dilihat pada bentuk organisasi pemerintah yang
dikenal sebagai birokrasi pemerintah (organisasi pemerintahan). Menurut Prof.
Dr. Taliziduhu Ndraha Organisasi publik adalah organisasi yang didirikan untuk
memenuhi kebutuhan msyarakat akan jasa publik dan layanan civil. (Taliziduhu
Ndraha, 2005:18)Organisasi publik adalah organisasi yang terbesar yang
mewadahi seluruh lapisan masyarakat dengan ruang lingkup Negara dan
mempunyai kewenangan yang absah (terlegitimasi) di bidang politik, administrasi
pemerintahan, dan hukum secara terlembaga sehingga mempunyai kewajiban
melindungi warga negaranya, dan melayani keperluannya, sebaliknya berhak pula
memungut pajak untuk pendanaan, serta menjatuhkan hukuman sebagai sanksi
penegakan peraturan.
Organisasi ini bertujuan untuk melayani kebutuhan masyarakat demi
kesejahteraan sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi sebagai pijakan dalam
operasionalnya. Organisasi publik berorientasi pada pelayanan kepada masyarakat
tidak pada profit/laba/untung.
Miftah Thoha telah memprediksi organisasi-organisasi dimasa mendatang
yang salah satunya di bidang penataan organisasi, dimana organisasi dimasa
mendatang akan mempunyai sifat-sifat yang unik. Struktur organisasi formal
akan mengalami penambahan dan perubahan yang bervariasi, sehingga banyak
dijumpai organisasi-organisasi baru tanpa menganalisis lebih lanjut struktur
formal yang ada. Sehingga banyak dijumpai organisasi-organisasi tandingan yang
nonstruktural. Keadaan seperti ini sering dinamakan gejala proliferation dalam
organisasi. Suatu pertumbuhan yang cepat dari suatu organisasi, sehingga banyak
dijumpai organisasi-organisasi formal yang nonstruktural yang dibentuk untuk
menerobos kesulitan birokrasi.
Kelebihan dari kejadian diatas adalah organisasi akan lebih memberikan
perhatian terhadap pemecahan persoalan dibandingkan dari penekanan program.
Dengan demikian, organisasi-organisasi masa mendatang akan merupakan suatu
kombinasi dari gejala-gejala adaptasi (adaptive process), pemecahan masalah
(problem solving), sistem temporer (temporary system) dari aneka macam
spesialis, dan evaluasi staf tidak lagi didasarkan atas hierarki vertikal berdasarkan
posisi dan pangkat. Inilah bentuk organisasi masa depan yang bakal menganti
birokrasi. (Miftah Thoha, 2006:196)
2.1.2 Kinerja
Istilah kinerja secara mentah dapat diartikan sebagai suatu penilaian untuk
mengetahui tujuan akhir yang ingin dicapai oleh individu, kelompok maupun
organisasi. Dalam arti ini kinerja merupakan suatu alat yang dapat digunakan
untuk menilai prestasi atau kebijakan kelompok maupun individu. Beberapa
pendapat mengenai kinerja juga dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut :
Menurut Keban (2004) kinerja merupakan terjemahan dari performance
yang sering diartikan sebagai “penampilan”, “unjuk rasa” atau “prestasi”. Hal ini
juga sependapat dengan yang dikatakan Mangkunegara (2008:67) bahwa istilah
kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yakni prestasi
kerja atau prestasi yang ingin dicapai.
Menurut Keban (2004:183) pencapaian hasil (kinerja) dapat dinilai
menurut pelaku yaitu:
1. Kinerja individu yang menggambarkan sampai seberapa jauh seseorang
telah melaksanakan tugas pokoknya sehingga dapat memberikan hasil
yang telah ditetapkan oleh kelompok atau instansi.
2. Kinerja kelompok, yaitu menggambarkan sampai seberapa jauh seseorang
elah melaksanakan tugas pokoknya sehingga dapat memberikan hasil yang
telah ditetapkan oleh kelompok atau instansi.
3. Kinerja organisasi, yaitu menggambarkan sampai seberapa jauh satu
kelompok telah melaksanakan semua kegiatan pokok sehingga mencapai
visi dan misi institusi.
4. Kinerja program, yaitu berkenaan dengan sampai seberapa jauh kegiatan-
kegiatan dalam program yang telah dilaksanakan sehingga dapat mencapai
tujuan dari program tersebut.
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi
organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi (Mahsun, 2006
:25).
Kinerja adalah seperangkat keluaran (outcome) yang dihasilkan oleh
pelaksanaan fungsi tertentu selama kurun waktu tertentu (Tangkilisan, 2003 :
109).
Menurut The Scibner Bantam English Dictionary terbitan Amerika Serikat
dan Canada tahun 1979 (Widodo, 2005:77-78) kinerja diartikan sebagai berikut :
1. To do or carry out; execute.
2. To discharge or fulfill; as a vow.
3. To potray, as a character in a play.
4. To render by the voice or a musical instrument.
5. To execute or complete an undertaking.
6. To act a part in a play.
7. To perform music.
8. To do what is expectedof a person in machine.
Dalam Encyclopedia of Public Administration and Public Policy tahun
2003, Kinerja menggambarkan sampai seberapa jauh organisasi tersebut mencapai
hasil ketika dibandingkan dengan kinerjanya terdahulu (previous performance)
dibandingkan dengan organisasi lain (brenchmarking) dan sampai seberapa jauh
pencapaian tujuan dan target yang telah ditetapkan. ” (Keban, 2004:193).
Menurut Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (Pasolong,
2007:175) menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program, kebijaksanaan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.
Menurut Prawirosentono (Pasolong, 2007:176) berpendapat bahwa kinerja
adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh pegawai atau kelompok pegawai dalam
suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing
dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa konsep
kinerja adalah gambaran mengenai pencapaian oleh pegawai atau kelompok
dalam suatu organisasi dalam pelaksanaan kegiatan, program, kebijaksanaan guna
mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Hal ini menjelaskan pula bahwa konsep kinerja berhubungan erat dengan konsep
organisasi. Adapun pengertian organisasi dijelaskan oleh beberapa ahli sebagai
berikut :
Menurut Reitz (Prastowo, 1999:20) yang menyatakan suatu organisasi
adalah unit sosial yang dibentuk mencapai tujuan atau beberapa tujuan. Pengertian
sebuah organisasi bergantung dari sudut pandang yang digunakan untuk melihat
Hal itu. Dua pendekatan dalam memahami pengertian organisasi yang umumnya
yaitu pandangan obyektif dan subyektif.
a. Pandangan obyektif mengatakan bahwa sebuah organisasi adalah sesuatu
yang bersifat fisik dan konkrit, dan merupakan sebuah struktur.
b. Pandangan subyektif memandang organisasi sebagai sebuah kegiatan yang
dilakukan orang-orang dari tindakan-tindakan, interaksi dan transaksi yang
melibatkan orang-orang. (Paca dan Faules, 2000:11).
Menurut Mooney (Wursanto, 2005:52), menyatakan bahwa “Organization
is the form of every human association for the attainment of common purpose”
(organisasi merupakan bentuk dari setiap perserikatan manusia untuk mencapai
suatu tujuan bersama).
Mahsun (2006:1) memberikan konsep organisasi yaitu Organisasi sering
dipahami sebagai kelompok orang yang berkumpul dan bekerja sama dengan cara
yang terstruktur untuk mencapai tujuan atau sejumlah sasaran tertentu yang telah
ditetapkan bersama. Kumpulan pedagang, kumpulan mahasiswa, kumpulan
pegawai, kumpulan pengusaha, bahkan kumpulan para pengangguran pun
merupakan suatu organisasi jika mereka mempunyai tujuan dan sasaran tertentu
yang hendak dicapai.
Menurut Hodges (Sutarto, 1993:27) mengemukakan Organization was
defined as the procces of building, for any enterprise, a structure that will provide
for the separation of activities to be performed and for the arrangement of the
activities in a framework which indicated their hierarchical importance and
fungsional associations.
2.1.3 Kinerja Organisasi Publik
Kinerja dalam sebuah organisasi merupakan salah satu unsur yang tidak
dapat dipisahkan dalam suatu lembaga organisasi, baik itu lembaga pemerintahan
maupun lembaga swasta. Dua pengertian konsep sebelumnya setidaknya
menjelaskan dimana posisi kinerja dan dimana posisi organisasi ketika dua konsep
tersebut masih berjalan secara terpisah. Jika digabungkan, konsep kinerja dan
organisasi membentuk satu variabel baru yaitu kinerja organisasi adalah
kemampuan melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepada organisasi
dengan sebaik-baiknya guna mencapai sasaran yang telah disepakati.
Jadi disini bukan hanya menitikberatkan pada pencapaian tujuan belaka
melainkan juga pada proses mengelola sub-sub tujuan dan hasil evaluasinya,
kondisi intern organisasi pengaruh lingkungan luar dan tenaga kerja atau pihak-
pihak yang terlibat.
Menurut Swanson (Keban, 2004:193) Kinerja organisasi adalah
mempertanyakan apakah tujuan atau misi suatu organisasi telah sesuai dengan
kenyataan kondisi atau faktor ekonomi, politik, dan budaya yang ada; apakah
struktur dan kebijakannya mendukung kinerja yang diinginkan; apakah memiliki
kepemimpinan, modal dan infrastuktur dalam mencapai misinya; apakah
kebijakan, budaya dan sistem insentifnya mendukung pencapaian kinerja yang
diinginkan; dan apakah organisasi tersebut menciptakan dan memelihara
kebijakan-kebijakan seleksi dan pelatihan, dan sumber dayanya.
Kinerja organisasi oleh Bastian (2001:329) sebagai gambaran mengenai
tingkaat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi dalam upaya
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi tersebut
Kinerja organisasi merupakan gambaran mengenai hasil kerja organisasi
dalam mencapai tujuannya yang tentu saja akan dipengeruhi oleh sumber daya
yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Sumber daya yang dimaksud dapat berupa
fisik seperti sumber daya manusia maupun nonfisik seperti peraturan, informasi,
dan kebijakan, maka untuk lebih memahami mengenai faktor-faktor yang mampu
mempengaruhi sebuah kinerja organisasi.
Konsep kinerja organisasi juga menggambarkan bahwa setiap organisasi
publik memberikan pelayanan kepada masyarakat dan dapat dilakukan
pengukuran kinerjanya dengan menggunakan indikator-indikator kinerja yang ada
untuk melihat apakah organisasi tersebut sudah melaksanakan tugasnya dengan
baik dan untuk mengetahui tujuannya sudah tercapai atau belum. Sementara itu
(Dalam Pedoman Penerapan Pelaporan Kinerja InstansiPemerintah (AKIP) yang
diterbitkan oleh LAN di Jakarta pada tahun 2002), Kinerjadiartikan sebagai
gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaankegiatan/program/kebijakan
dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visiorganisasi. Dari berbagai definisi
kinerja organisasi di atas maka dapat disimpulkanbahwa kinerja organisasi ialah
hasil yang ditunjukkan oleh sebuah organisasi atautingkat pencapaian pelaksanaan
tugas suatu organisasi dalam upaya mewujudkansasaran, tujuan, misi dan visi
organisasi tersebut. Dan dapat diketahui bahwa unsurunsuryang terdapat dalam
kinerja organisasi terdiri dari :
a. Hasil-hasil atau evaluasi fungsi pekerjaan
b. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karyawan/pegawai
seperti: motivasi, kecakapan, persepsi peranan, dan sebagainya.
c. Pencapaian tujuan organisasi.
d. Periode waktu tertentu.
2.1.4 Pengukuran Kinerja
Untuk dapat mempelajari kinerja suatu organisasi, harus diketahui ukuran
keberhasilan untuk menilai kinerja tersebut. Sehingga indikator atau ukuran
kinerja itu tentunya harus dapat merefleksikan tujuan dan misi dari organisasi
yang bersangkutan, karena itu berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Dalam organisasi publik, masih sulit untuk menentukan kriteria kinerja
yang sesuai. Bila ditinjau dari tujuan dan misi utama kehadiran organisasi publik
adalah untuk memenuhi dan melindungi kepentingan publik, maka kinerja
organisasi publik dapat dikatakan berhasil apabila mampu mewujudkan tujuan dan
misinya dalam memenuhi kepentingan dan kebutuhan publik tersebut. Mengenai
kesulitan dalam pengukuran kinerja organisasi publik ini dikemukakan oleh Agus
Dwiyanto
“Kesulitan dalam pengukuran kinerja organisasi publik sebagian muncul
karena tujuan dan misi organisasi publik seringkali bukan hanya sangat
kabur, tetapi juga bersifat multidimensional. Organisasi publik memiliki
stakeholders yang jauh lebih banyak dan kompleks ketimbang organisasi
swasta. Staekholders organisasi publik seringkali memiliki kepentingan
yang berbenturan antara satu dengan yang lain”. (Dwiyanto1995:1)
Namun berdasarkan atas pemahaman terhadap tujuan dan misi organisasi,
Dwiyanto lebih lanjut mengemukakan ada lima indikator untuk menilai kinerja
organisasi publik, yaitu : produktifitas, kualitas layanan, responsivitas,
responsibilitas dan akuntabilitas. Mirip dengan pendapat tersebut Lenvine
mengusulkan tiga konsep untuk menilai kinerja organisasi publik, yaitu
:responsivenees (daya tanggap), responsibility (tanggung jawab) dan
accountability (pertanggungjawaban) (Dwiyanto, 1995:7). Guna mewujudkan
lembaga ini agar berfungsi sebagaimana keinginan tersebut maka kedudukan,
susunan, tugas, wewenang, hak dan kewajibannya diatur dalam Undang-Undang.
Hal mana lembaga perwakilan rakyat di Daerah melaksanakan fungsi legislatif
sepenuhnya sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat. Sebagaimana dikemukakan
Imawan bahwa tujuan dari perwakilan politik adalah menerjemahkan will of the
people menjadi will of the state dimana fungsinya dibedakan kedalam 2 (dua)
katagori besar, yakni fungsi wakil dan fungsi lembaga perwakilan. (Imawan,
2000:23)
Lebih lanjut dikemukakan Imawan bahwa sebagai institusi, para wakil
dalam dewan atau lembaga perwakilan memiliki 4 (empat) fungsi dasar adalah :
(Imawan, 2000:8)
1. Fungsi legislasi (perundangan) meliputi pembuatan aturan sendiri,
menentukan pucuk pimpinan Eksekutif secara mandiri, serta menjadi
mediator kepentingan rakyat dan pemerintah.
2. Fungsi budget (penganggaran) meliputi merancang dan menentukan
arah serta tujuan aktivitas pemerintahan.
3. Fungsi pengawasan, meliputi aktivitas memfasilitasi perkembangan
kepentingan dalam masyarakat vis-à-vis agenda yang telah ditentukan
oleh pemerintah. Lembaga perwakilan menilai apakah aktivitas
pemerintahan masih selaras dengan aspirasi masyarakat, serta
memastikan bahwa perkembangan aspirasi masih bisa diakomodir
dalam rencana kerja pemerintah.
4. Fungsi regulator konflik, meliputi aktivitas menampung dan menyerap
konflik kepentingan yang berkembang dalam masyarakat, sehingga
konflik pada tataran masyarakat dapat diubah menjadi konflik internal
lembaga perwakilan sebagai bagian dari sebuah sistem politik.
(Imawan, 2000:8)
Dari keempat fungsi dasar lembaga perwakilan tersebut maka dalam
menjalankan tugas-tugasnya ia memiliki hak-hak untuk mengajukan pertanyaan,
mengajukan usul pernyataan pendapat, meminta keterangan (interplasi),
mengadakan penyelidikan (angket) dan mengubah aturan yang berlaku
(amandemen). Dalam mengaktualisasikan fungsi dan haknya anggota Dewan atau
lembaga perwakilan rakyat sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Kedua faktor ini sekaligus merefleksikan kualitas dan akuntabilitasnya
sebagai wakil rakyat.
Menurut Arbi Sanit, DPRD mempunyai fungsi legislasi, pengawasan,
anggaran, pemilihan pejabat, internasional dan perwakilan, DPRD sebagai salah
satu unsur Pemerintah Daerah merupakan fungsi legislatif yang mewakili
kepentingan atau aspirasi masyarakat. Sedangkan hak dan kewajiban DPRD
adalah melaksanakan secara konsekuen GBHN, Ketetapan-Ketetapan MPR, serta
mentaati segala Peraturan Perundangan yang berlaku. Kemudian DPRD bersama
Kepala Daerah menyusun APBD untuk kepentingan Daerah dalam batas-batas
wewenang yang diserahkan kepada Daerah atau melaksanakan Peraturan
Perundangan yang pelaksanaannya ditugaskan kepada Daerah.
2.1.5 Faktor – Faktor Kinerja
Faktor-faktor yang menentukan kinerja dari sebuah organisasi adalah
faktor-faktor internal maupun eksternal organisasi yang menyumbang atau
memprediksikan keberhasilan organisasi. Setiap organisasi memiliki ukuran dan
faktor penentunya sendiri dalam mencapai kinerja sebab setiap organisasi
memiliki keunikan sendiri-sendiri.
Sejalan dengan itu Imawan mengemukakan bahwa mengklasifikasikan
faktor-faktor yang dapat menghambat anggota legislatif dalam melaksanakan
fungsinya kedalam 2 (dua) faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal.
(Imawan, 1993:79)
1. Faktor-faktor internal meliputi :
a. Peraturan Tata Tertib
Tujuan diciptakannya sebuah peraturan adalah agar tugas-tugas
yang dijalankan dapat dilaksanakan secara tertib dan efisien. Namun
bila peraturan itu terlalu detail, hal ini dapat menghambat pelaksanaan
satu tugas. Peraturan tata tertib yang terlalu detail yang menjerat para
anggota legislatif untuk melaksanakan tugasnya.
b. Data dan Informasi
Hal yang paling menonjol dalam topik ini adalah terlambatnya
anggota legislatif dalam memperoleh informasi yang diperlukan
dibandingkan pihak Eksekutif. Kondisi ini dapat dimaklumi, sebab
pihak Eksekutiflah yang bergelut dengan masalah kenegaraan sehari-
hari. Selain itu untuk memutuskan satu tindakan/kebijakan yang
sifatnya kolektif organisasi jauh lebih sulit dibandingkan pada pihak
Eksekutif, mengingat banyaknya kepentingan yang ada dalam lembaga
legislatif sehingga perlu adanya bargaining para anggota/kelompok.
c. Kualitas Anggota Legislatif
Secara formal, kualitas teknis anggota legislatif mengalami
peningkatan, akan tetapi hal ini tidak berimplikasi secara signifikan
terhadap peningkatan kinerja anggota legislatif. Persoalannya
terpulang pada tekad dan mental anggota legislatif untuk benar-benar
mewakili rakyat. Bahkan rahasia umum, bahwa karena mereka
dicalonkan oleh partai sehingga banyak anggota legislatif yang tidak
memiliki akar dalam masyarakat. Kondisi semacam ini menimbulkan
banyaknya anggota legislatif yang berperan seperti seorang birokrat,
yang berfikir bahwa mereka harus dilayani rakyat dan bukan
sebaliknya.
2. Sedangkan yang termasuk dalam katagori faktor eksternal, adalah :
a. Mekanisme Sistem Pemilu
Sistem Pemilu yang kita anut, sebenarnya sudah sangat memadai
untuk mendapatkan wakil rakyat yang representatif, namun mekanisme
pelaksanaan sistem perwakilan berimbang dengan stelsel daftar yang
kita anut, telah banyak memunculkan tokoh-tokoh masyarakat
karbitan. Pengguna vote getter yang dikenal selama ini, telah
membuka kemungkinan bagi munculnya tokoh yang sama sekali tidak
dikenal oleh masyarakat.
b. Kedudukan Eksekutif dan Legislatif
Dalam sistem pemerintahan Indonesia, lemabaga legislatif
ditempatkan sebagai partner eksekutif. Partner dalam konteks ini lebih
bersifat kooptasi, dimana satu pihak (eksekutif) kedudukannya jauh
lebih kuat dari pihak yang lain (legislatif) sehingga kondisi ini sangat
berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing
institusi/lembaga.
Adapun argumen yang penulis ajukan adalah bahwa walaupun DPRD
merupakan lembaga politik, tetapi kinerjanya sebagai suatu organisasi tetap tidak
dapat dilepaskan dari faktor kelembagaan (organisasi), Sumber Daya Manusia dan
informasi. Walaupun diakui faktor politik memberi pengaruh terhadap kinerja
DPRD sebagai lembaga politik, tetapi ke 3 (tiga) faktor tersebut juga memberi
pengaruh pula terhadap kinerja DPRD sebagaimana halnya kinerja organisasi
pada umumnya.
Selain itu penelitian ini merupakan studi dibidang administrasi publik,
oleh karena itu layak pula menganalisis kinerja DPRD dari faktor kelembagaan
(organisasi), Sumber Daya Manusia dan informasi dan bukan dari faktor politik.
Maka variabel penjelas dari kinerja lembaga DPRD tersebut adalah :
1. Kelembagaan (Organisasi)
Organisasi dapat diartikan 2 macam yaitu :1). Dalam arti statis,
organisasi sebagai wadah kerja sama sekelompok orang yang bekerja
sama untuk mencapai tujuan tertentu. 2). Dalam arti dinamis,
organisasi sebagai sistem atau kegiatan sekelompok orang untuk
mencapai tujuan tertentu. (Syamsi, 1994:13) Sebagai kelembagaan
posisi dan bentuk DPRD sebagai institusi lembaga Daerah,
sebenaranya sudah cukup jelas, namun apakah hal ini dengan
sendirinya akan menjadi hal positif? syarat apa yang masih diperlukan?
Menurut Suhartono, ada dua hal yang perlu diperhatikan, Pertama,
bagaimana lembaga Daerah akan menjadi oposisi dari Eksekutif, tentu
akan dipandang sebagai gangguan atas kemampuan yang sudah ada.
Dalam posisi yang demikian, institusi atau kekuatan sosial politik apa
yang diharapkan akan mendorong pelaksanaan lembaga Daerah,
sehingga kualitas lembaga Daerah (DPRD) tidak dicemari oleh unsur-
unsur Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Kedua, sebagai
organisasi yang akan bekerja bagi kepentingan rakyat banyak, tentu
saja secara teknis, lembaga Daerah akan membutuhkan sarana dan
prasarana operasional. Yang menjadi masalah siapa atau dari mana
kebutuhan tersebut akan dipenuhi. (Suhartono, dkk, 2000:202)
Terhadap masalah ini muncul beberapa dugaan : 1) Pengurus lembaga
Daerah akan malas sebab tidak ada insentif yang jelas; 2) Pihak Daerah
(Perangkat Daerah) akan bisa mengendalikan karena pembiayaan masuk dalam
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang dikelola oleh Eksekutif; dan
3) Akan terjadi konflik baru di Daerah, sehubungan dengan kemungkinan
administrasi operasional DPRD pada rakyat. (Suhartono, dkk, 2000:204)
Dari berbagai uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pelaksanaan fungsi dan tugas serta kinerja dari DPRD terletak dari daya dukung
organisasi dan sarana prasarana yang tersedia yang ada untuk menyelaraskan
berbagai kepentingan atau pihak yang terlibat, sehingga memungkinkan kerja
lembaga tersebut lebih efektif dan efisien. Maka untuk mengetahui kinerja DPRD
dapat dilihat dari seberapa jauh kemandirian organisasinya.
2. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam menuju misi,
tujuan dan pencapaian hasil organisasi. Tanpa adanya sumber daya manusia
proses yang ada dalam organisasi tidak dapat dijalankan. Dari berbagai sumber
daya yang ada dalam organisasi, manusia merupakan sumber daya yang paling
penting dalam organisasi untuk mencapai keberhasilan. Sebab sumber daya
manusia merupakan satu-satunya yang punya akal, perasaan keinginan,
kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dorongan, daya dan karya. (Gomes,
1995:211)
Sebelum membahas mengenai kemampuan anggota DPRD, terlebih
dahulu penyusun akan membahas obyek yang menjadi fokus perhatian atau
orientasi anggota DPRD adalah kebijaksanaan yang dibahas atau yang disusun.
Dalam kaitan ini, ia dapat cenderung kepada pihak terwakil (pemilih), organisasi
politik yang mendukungnya, pihak eksekutif (pusat atau Daerah), atau dirinya
sendiri. Kecenderungan tindakan ini dapat dibedakan dalam lima kemungkinan
orientasi anggota DPRD yaitu :(Sanit,,1985:211)
1. Tipe Perwakilan : tipe ini menunjukkan anggota DPRD mempunyai
kebebasan yang banyak dalam memberikan dukungan atau suaranya
kepada pilihan-pilihan yang tersedia dalam proses perumusan dan
pemutusan suatu kebijaksanaan.
2. Tipe Perwakilan delegasi atau utusan : tipe ini menunjukkan, dimana
mereka tidak bebas mengambil keputusan, dan tetapi mengikuti
instruksi dan pihak kliennya. Dalam tipe ini, bila dalam rangka
pengambilan keputusan para anggota diharuskan berkonsultasi terlebih
dahulu dengan pihak yang diwakili atau harus mengikuti petunjuk
mereka.
3. Tipe Perwakilan Partisan : tipe ini menunjukkan bahwa orientasi
anggota ditujukan kepada organisasi politik yang mendudukkan mereka
dalam lembaga DPRD.
4. Tipe Perwakilan Policio : tipe ini merupakan gabungan dari tipe wali
dan delegasi. Orientasi anggota disesuaikan dengan isu atau
permasalahan yang diperdebatkan. Sekiranya isu atau masalah tersebut
menyangkut kepentingan pihak yang diwakili, maka ia (wakil)
bertindak sebagai utusan dan jika isu atau masalah itu langsung
menyangkut kepentingan dari anggota, maka ia (wakil) bertindak
sebagai wali.
5. Tipe Perwakilan Eksekutif : tipe ini menunjukkan bahwa orientasi
anggota ditujukan kepada pihak pemerintah, terutama Pemerintah
Daerah. (Sanit,,1985:211)
Memperhatikan kelima tipe tersebut di atas, yang menjadi fokus utama
atau fokus perhatian adalah fokus perhatian wakil terhadap terwakil. Secara
jelasnya untuk melihat bagaimana orientasi para anggota DPRD bila mana
dihubungkan dengan konsep orientasi di atas, adalah terutama ditujukan kepada
pelaksanaan pemerintahan Daerah. Dalam kaitannya dengan kinerja DPRD yang
langsung berhubungan dengan anggota DPRD Kabupaten Pandeglang. Jika
dikaitkan dengan kualitas kemampuan, maka dapat dikatakan bahwa anggota
DPRD yang berkualitas adalah anggota DPRD yang mempunyai kemampuan
dalam pelaksanaan tugas, sehingga bisa menjadi teladan bagi anggota DPRD
lainnya.
Sedangkan menurut Miftah Toha, arti penting manusia dalam organisasi
dikatakan sebagai berikut :
“Betapapun majunya suatu organisasi dan betapapun modernnya peralatan
yang digunakan, manusia dalam organisasi tetap menduduki peranan yang
menentukan. ” (Thoha, 1989:60)
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat dikatakan manusia
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan maupun kegagalan dalam suatu
organisasi. Untuk mencapai keberhasilan dalam pembuatan kebijakan yang tepat
dan bermutu, melalui tahap dan proses yang tidak mudah kerena kebijakan publik
menyangkut berbagai aspek kehidupan masyarakat yang sangat kompleks.
Sebagaimana pendapat Levelt yang menyatakan membuat Undang-
Undang merupakan pekerjaan yang sulit. Untuk itu, disamping pengetahuan
tentang hukum tata negara dan hukum tata usaha negara, diperlukan juga
penguasaan sepenuhnya materi yang diatur, demikian pula pengalaman rutin.
(Prakoso, 1985:7) Sehingga untuk menunjang keberhasilan DPRD dituntut
kemampuan yang tinggi, keahlian dan pengalaman tertentu.
Kemampuan disini dapat ditempuh melalui pendidikan formal dan
pengalaman. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang aktifitasnya di
sekolah dan bermanfaat untuk mengembangkan daya fikir. Arti penting
pendidikan ialah dapat memberi pengetahuan yang luas dan mendalam, melatih
manusia berfikir rasional dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari, serta
memberi kemampuan dan keterampilan untuk merumuskan fikiran dan
pendapatnya. (Kaho, 1991:72)
Sementara itu, Miftah Toha mengungkapkan bahwa kemampuan
seseorang dalam organisasi ditempuh dengan pengalaman. Pengalaman adalah
keseluruhan pelajaran yang dapat dipetik dari segenap peristiwa atau hal-hal yang
dilalui dalam perjalanan hidup seseorang. Dari pengalaman, seseorang akan
mendapat pengetahuan sehingga menjadikan mereka lebih menguasai bidang
kerja yang ditekuninya dan pengalaman banyak membantu seseorang dalam
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. (Thoha, 1989:60)
Dengan demikian pengalaman suatu hal yang telah dikerjakan oleh
seseorang, apa yang telah dikerjakan oleh seseorang itu kadang benar dan kadang
salah. Dan bisa juga apa yang telah dilakukan pada masa lalu itu manis atau pahit,
sehingga hal ini akan membekas pada kehidupan seseorang yang tentu saja hal ini
akan mempengaruhi seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa potensi sumber daya manusia
akan menentukan kinerja organisasi. Dalam penelitian ini, sumber daya manusia
dilihat dari tingkat pendidikan yang pernah ditempuh dan pengalaman dibidang
organisasi.
3. Informasi
Dalam masyarakat modern peranan dan pengaruh informasi dalam
kehidupan seseorang dan organisasi sangat terasa. Tidak ada kegiatan yang
dilakukan oleh masyarakat dan organisasi, yang tidak memerlukan informasi.
Demikian pentingnya informasi khususnya dalam suatu oranisasi, informasi
dianalogikan sebagai Daerah dalam organisasi. Ini berarti kalau aliran darah
mengalami hambatan maka organisasi akanjatuh pada posisi tidak sehat.
(Wahyudi Kumorotomo, dan Subando, Margono, Agus, 1998:11) Dalam setiap
organisasi, keterangan atau informasi dianggap bahan pokok bagi setiap
pembuatan keputusan.
Informasi adalah data yang tersusun sedemikian rupa sehingga bermakna
dan bermanfaat karena dapat dikemukakan pada seseorang yang akan
menggunakannya untuk membuat suatu keputusan. (Wahyudi Kumorotomo, dan
Subando, Margono, Agus, 1998:11)
Dengan demikian bahwa informasi sangat berguna dalam menunjang
pelaksanaan fungsi DPRD, baik informasi dari media cetak seperti koran lokal
dan buletin lokal maupun informasi dari masyarakat dengan melakukan
pertemuan-pertemuan (dialog) dalam menjaring dan menampung informasi
masyarakat. Maka apabila terhambatnya suatu informasi akan mengakibatkan
tidak dapat berjalan dengan baik fungsi dan tugas DPRD sebagai wakil rakyat.
Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu informasi
merupakan hal yang penting untuk mendukung kelancaran pelaksanaan fungsi dan
tugas DPRD. Dalam penelitian ini, informasi dapat dilihat dari sumber informasi
yang digunakan, keterbukaan menerima dan menyampaikan informasi dan
intensitas dalam menyerap informasi masyarakat.
2.1.6 Peraturan Daerah
Peraturan perundang-undangan menurut Bagir Manan (Moleong, 2001:13)
adalah yang dibuat oleh suatu jabatan atau pejabat yang berwenang (pemangku
jabatan Negara atau pejabat pemerintah) yang berisi aturan tingkah laku yang
bersifat atau yang mengikat secara umum.
Peraturan Daerah adalah instrument hukum yang bermaksud menjadi
pedoman dan mengarahkan perubahan masyarakat kearah perubahan yang lebih
maju dan demokratis, serta mampu mengaktualisasikan prinsip-prinsip otonomi
yang luas, nyata, dan bertanggung jawab secara benar.
Menurut Bagir Manan (Moleong 2001:13), “Peraturan Daerah adalah
peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh pemerintah Daerah atau salah
satu unsur pemerintahan Daerah yang berwenang membuat peraturan perundang-
undangan tingkat Daerah”. Unsur-unsur yang terdapat dalam batasan pengertian
peraturan perundang-undangan tingkat Daerah tersebut adalah :
1. Peraturan
2. Undang-undang
3. Tingkat Daerah
4. Pemerintah Daerah
5. Kewenangan
Unsur peraturan yang terdapat dalam rumusan batasan pengertian
peraturan yang terdapat dalam rumusan pengertian peraturan perundang-undangan
tingkat Daerah adalah peraturan hukum yang mengatur tingkah laku orang
termasuk mengatur fungsi lembaga sabagi badan hukum. Unsur Undang-undang
adalah mengandung pengertian yang luas, yaitu segala peraturan hukum yang
dibuat oleh badan publik baik di pusat maupun di Daerah. Pandangan ini
berangkat dari pendapat Wirjono Projodikoro yang mengatakan undang-undang
adalah suatu peraturan hukum bersifat istimewa, sebagai peraturan hukum maka
isi dari undang-undang adalah untuk mengatur berbagai kepentingan dalam
masyarakat. Unsur tingkat Daerah adalah tingkatan lembaga pemerintahan yang
mengandung pengertian sub kordinasi, berada di bawah pemerintahan pusat, yang
merupakan satuan Daerah otonom, yang terdiri dari Daerah otonom provinsi,
Kabupaten dan kota.
Unsur pemerintahan Daerah yang dimaksud Bagir Manan itu adalah bukan
pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam ketentuan UU No 32/2004
ataupun UU No 22/1999, melainkan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan UU
Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, yang
menunjuk pada unsur pemerintah Daerah yang terdiri dari Kepala Daerah dan
DPRD. Kewenangan adalah kekuasaan dan hak untuk melakukan sesuatu, dalam
hal ini kekuasaan dan hak membuat peraturan perundang-undangan. Kewenangan
yang demikian, di Daerah ada pada Kepala Daerah dan DPRD.
Untuk membuat suatu peraturan Daerah, DPRD harus mampu lebih dahulu
mengakomodasikan keinginan dan tuntutan masyarakat. Peraturan yang dibuat
harus membawa dampak yang positif dan memiliki keberpihakan pada rakyat
tanpa mengesampingkan kepentingan dan tujuan yang hendak dicapai oleh
pemerintah Daerah setempat. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam
pasal 42 ayat (1 a) UU No 32 Tahun 2004 dan pasal 78 ayat (1 a) UU No DPRD
mempunyai tugas dan wewenang membentuk Perda yang dibahas dengan kepala
Daerah untuk mendapat persetujuan bersama.
Dilihat dari jenisnya Peraturan Daerah dapat dikelompokan menjadi dua
macam yaitu :
1. Kelompok rutin seperti pengesahan APBD, perubahan APBD, pengesahan
APBD.
2. Kelompok incidental meliputi semua peraturan Daerah yang dibuat hanya
sekali, sesuai dengan kebutuhan.
Perda sejak proses penyusunan sampai dengan
pengundangan/pemberlakuannya sepenuhnya menjadi wewenang dan
tanggungjawab pemerintah Daerah, sehingga ketika perda telah diundangkan,
maka sejak itulah perda yang bersangkutan langsung berlaku. Perda mengatur
urusan rumah tangga di bidang otonomi dan urusan rumah tangga di bidang tugas
pembantuan.
Dengan demikian yang dimaksud dengan peraturan Daerah adalah
peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD yang
harus memenuhi syarat-syarat formal tertentu dan mempunyai kekuatan hukum
yang mengikat dalam upaya mengatur hidup bersama, melindungi hak dan
kewajiban manusia dalam masyarakat Daerah yang bersangkutan. Dengan
demikian, selain sebagai sarana demokrasi peraturan Daerah juga menjadi sarana
komunikasi timbal balik antara pemerintah Daerah dengan masyarakat di Daerah
tersebut.
2.1.7 KONSEP DPRD
DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat Daerah dan berkedudukan
sebagai unsur penyelenggara pemerintah Daerah (Marbun,2006:156). Kedudukan
DPRD sebagai lembaga Pemerintrahan Daerah mempunyai kedudukan dan fungsi
yang sama dengan Pemerintah Daerah dalam membangun dan mengusahakan
dukungan dalam penetapan kebijakan Pemerintah Daerah, yang dapat menampung
dan menyalurkan aspirasi masyarakat sehingga kebijakan dimaksud dapat dierima
oleh masyarakat luas. Oleh karena itu DPRD yang merupakan bagian dari
Pemerintahan Daerah wajib menerapkan prinsip – prinsip Good Governance
yaitu: efisien, efektif, ekonomis, transparan, bertanggungjawab, keadilan,
kepatuhan dan manfaat dalam melaksanakan kegiatannya untuk pencapaian
sasaran program – program yang tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD). Dalam hal inilah maka pokok – pokok pikiran DPRD
dirumuskan sebagai manifestasi dari aspirasi rakyat untuk dituanngkan dalam arah
kebijakan umum yang selanjutnya akan dijabarkan lebih lanjut dalam dokumen
APBD.
2.1.7.1 Peran DPRD
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah lembaga perwakilan Daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Daerah, DPRD adalah lembaga
perwakilan rakyat di Daerah yang merupakan wahana untuk melaksanakan
demokrasi di Daerah berdasarkan Pancasila. DPRD sebagai badan legislatif
Daerah dan merupakan unsur penyelenggara pemerintahan Daerah.
UU No 32 Tahun 2004 pasal 1 ayat (2) dan ayat (3) serta pasal 40 menyatakan :
1. Pasal 1 ayat (2) berbunyi: “Pemerintahan Daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan Daerah oleh pemerintah Daerah
dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prisip-
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia
2. Pasal 1 ayat (4) berbunyi : “Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat Daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Daerah”
3. Pasal 40 berbunyi :”DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat
Daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan
Daerah”
Peranan DPRD dalam pembentukan peraturan Daerah sebagaimana
telah diatur dalam UU No 32 Tahun 2004 terdapat dalam beberapa pasal
yaitu :
a. Pasal 42 ayat 1 a berbunyi ”DPRD mempunyai tugas dan
wewenang membentuk Perda yang dibahas dengan kepala
Daerah untuk mendapat persetujuan bersama”
b. Pasal 42 ayat 1 b berbunyi ”DPRD mempunyai tugas dan
wewenang membahas dan menyetujui rancangan Perda tentang
APBD bersama dengan kepala Daerah”
c. Pasal 136 ayat 1 berbunyi ”Perda ditetapkan oleh kepala
Daerah setelah mendapat persetujuan bersama DPRD”
d. Pasal 140 ayat 1 berbunyi ”Rancangan Perda dapat berasal dari
DPRD, Gubernur, atau Bupati/Walikota”
2.1.7.2 Fungsi DPRD
DPRD Kabupaten/Kota mempunyai fungsi, yaitu ;
1. fungsi legislasi yaitu untuk membentuk peraturan Daerah
Kabupaten/kota bersama Bupati/Walikota.
2. fungsi Anggaran adalah fungsinDPRD Kabupaten/Kota bersama –
sama dengan pemerintah Daerah untuk menyusun dan menetapkan
APBD yang didalamnya termasuk anggaran untuk pelaksanaa fungsi,
tugas, dan wewenang DPRD Kabupaten/Kota.
3. fungsi Pengawasan adalah fungsi DPRD Kabupaten/Kota untuk
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaa undang – undang,
peraturan Daerah, dan keputusan bupati/walikota serta kebijakan yang
ditetapkan oleh pemerintah Daerah.
2.1.7.3 Tugas DPRD
DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat Daerah dan berkedudukan
sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan Daerah yang memiliki fungsi
legilasi, anggaran dan pengawasan. Berdasarkan fungsi tersebut DPR memiliki
tugas dan wewenang sebagai berikut:
1. Membentuk perda yang dibahas dengan kepala Daerah untuk
mendapat persetujuan bersama;
2. Membahas dan menyetujui rancangan perda tentang APBD bersama
dengan kepala Daerah;
3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan perda dan peraturan
perundang-undangan lainnya, peraturan kepala Daerah, APBD,
kebijakan pemerintah Daerah dalam melaksanakan program
pembangunan Daerah, dan kerjasama internasional di Daerah;
4. Mengusulkan peningkatan dan pemberhentian kepala Daerah/wakil
kepala Daerah kepada priseden melalui menteri dalam negeri bagi
DPRD provinsi, dan kepada menteri dalam negeri, melalui gubernur
bagi DPRD Kabupaten/Kota
5. Memilih wakil kepala Daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan
wakil kepala Daerah;
6. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah Daerah
terhadap rencana perjanjian internasional di Daerah;
7. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional
yang dilakukan oleh pemerintah Daerah;
8. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala Daerah
dalam penyelenggaraan pemerintah Daerah;
9. Membentuk panitia pengawas pemilihan kepala Daerah;
10. Melakukan pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam
penyelenggaraan pemilihan kepala Daerah;
11. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama antara Daerah
dan dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan Daerah.
2.1.7.4 Hak dan Kewajiban DPRD
Hak anngota DPRD :
1. Hak interpelasi adalah hak DPRD untuk meminta keterangan kepada
kepala Daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada
kehidupan masyarakat, Daerah dan Negara.
2. Hak angket adalah pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD untuk
melakukan penyelidikan terhadap suatu kebijakan tertentu kepala
Daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada
kehidupan masyarakat, Daerah, dan Negara yang diduga bertentangan
dengan peraturan perundang – undangan.
3. Hak menyatakan pendapat adalah hak DPRD untuk menyatakan
pendapat terhadap kebijakan kepala Daerah atau sebagai lembaga
mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di Daerah disertai dengan
rekopmendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan
hak interpelasi dan hak angket.
Adapun kewajiban DPRD adalah sebagai berikut:
1. Mengamalkan pancasila, melaksanakan UUD Negara RI Tahun 1945
dan mentaati segala peraturan perundang-undangan
2. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan Daerah
3. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan
NKRI
4. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat di Daerah
5. Menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi
masyarakat
6. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi,
kelompok dan golongan
7. Memberikan pertanggungjawaban atas tugas dan kinerjanya selaku
anggota DPRD sebagai wujud tanggung jawab moral dan politis
terhadap Daerah pemilihannya.
8. Menaati peraturan tata tertib, kode etik, dan sumpah janji anggota
DPRD
9. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga yang
terkait
2.1.7.5 Alat Kelengkapan DPRD
Alat kelengkapan DPRD, terdiri atas:
1. Pimpinan
2. Komisi
3. Panitia musyawarah
4. Panitia anggaran
5. Badan kehormatan
6. Alat kelengkapan lain yang diperlukan.
2.1.7.6 Jenis Rapat DPRD
1. Rapat Paripurna merupakan forum rapat tertinggi anggota DPRD dalam
pengambilan keputusan yang dipimpin oleh ketua atau wakil ketua DPRD.
2. Rapat paripurna istimewa merupakan rapat anggota DPRD yang dipimpin
oleh ketua atau wakil ketua untuk melaksanakan acara tertentu dan tidak
mengambil keputusan.
3. Rapat pimpinan DPRD merupakan rapat anggota pimpinan DPRD yang
dipimpin oleh ketua atau wakil ketua.
4. Rapat Fraksi adalah rapat anggota fraksi yang dipimpin oleh pimpinan
fraksi
5. Rapat Badan Musyawarah merupakan rapat anggota Badan Musyawarah
yang dipimpin oleh ketua atau wakil ketua Badan Musyawarah.
6. Rapat kerja merupakan rapat antara DPRD dan Bupati atau pejabat yang
ditunjuk antara Badan Anggaran, komisi, gabungan komisi, atau panitia
khusus dan Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
7. Rapat dengar pendapat merupakan rapat antara DPRD dan pemerintah
Daerah.
8. Rapat dengar pendapat umum merupakan rapat antara DPRD dan
masyarakat baik lembaga atau organisasi kemasyarakatan maupiun
perseorangan atau antara komisi, gabungan, komisi, atau panitia khusus
dan masyarakat baik lembaga atau organisasi kemasyarakatan maupun
perseorangan.
2.2 Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan
dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca, maka
berdasarkan judul penelitian tersebut kerangka berfikir dalam penelitian ini yaitu
ketika terjadi masalah kinerja anggota DPRD Kabupaten Pandeglang seperti
masalah anggota DPRD yang tidak disiplin, iklim kerja atau lingkungan kerja
yang kurang nyaman, serta kurang adanya tindakan yang tegas dari pimpinan
terhadap masalah anggota DPRD yang dapat menghambat kinerja DPRD.
Masalah tersebut dianggap dapat menghambat kinerja DPRD dan dapat dapat
menghambat kemajuan yang seharusnya dicapai. Yang menjadi fokus penelitian
adalah Kinerja Anggota DPRD Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014.
Dalam Pasal 20A ayat (1) UUD 1945, DPRD memiliki fungsi legislasi,
fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan. Dengan lahirnya UU No. 22 Tahun
2003 serta UU No. 32 Tahun 2004, telah member petunjuk kuat bahwa kalangan
legislatif harus mempertanggungjawabkan setiap tugas dan wewenang serta
kewajiban yang diamanatkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi. Kewajiban Anggota DPRD selain diatur dalam UU No. 32 Tahun
2004, yang diantaranya adalah memberikan pertanggungjawaban atas tugas dan
kinerjanya selaku anggota DPRD sebagai wujud tanaggungjawab moral dan
politik terhadap Daerah pemilihannya.
Pelaksanaan fungsi legislasi DPRD tidak terlepas`dari hubungan
organisasi DPRD dengan lingkungannya. Hubungan yang saling mempengaruhi
tersebut terjadi secara sistematis dan dependen. Perubahan yang tejadi pada
lingkungan akan mempengaruhi organisasi dan begitu juga sebaliknya. Apalagi
jika hubungan tersebut dikaitkan dengan isu-isu globalisasi, good governance, dan
demokrasi dan otonomi Daerah. Isu-isu tersebut bergerak mamasuki setiap sendi
kehidupan masyarakat khususnya di Kabupaten Pandeglang.
Sehubungan dengan Hal itu perlu dilakukan pendeskripsian terhadap
hubungan yang terjadi antara DPRD dan masyarakat untuk memberi gambaran
mengenai fungsi legislasi DPRD dalam mengartikulasikan aspirasi menjadi
kebijakan Daerah yang aspiratif. Melalui pendeskripsian ini diharapkan dapat
dikembangkan sebagai institusi poliik formal yang berpihak kepada rakyat dengan
menghasilkan kebijakan yang aspiratif. Kajian penetapan kebijakan dipandang
sebagai suatu proses politik yang terdapat pada lembaga tersebut dan menjadi
sesuatu yang harus ada pada kajian organisasi sistem terbuka.
Pembentukan Peraturan DaerahKebijakan Pemerintahan Daerah dapat
berupa Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah. Menurut pasal 136 ayat
(1) Perda ditetapkan oleh Kepala Daerah setelah mendapat persetujuan bersama
DPRD. UU No 32 Tahun 2004 memberikan peranan yang lebih besar pada DPRD
untuk menjadi sumber inisiatif, ide, dan konsep mengenai berbagai Peraturan
Daerah. Hal ini dapat dilihat dari adanya kebebasan untuk menyusun anggaran
sendiri, memiliki 8 (delapan) hak-hak penting (pasal 44 ayat 1) yaitu :
1. Mengajukan rancangan Perda;
2. Mengajukan pertanyaan;
3. Menyampaikan usul dan pendapat;
4. Memilih dan dipilih;
5. Membela diri;
6. Imunitas;
7. Protokoler; dan Keuangan dan administratif.
Peraturan Daerah merupakan produk dari dua lembaga penyelenggara
pemerintahan Daerah yang mana dalam penetapan kebijakan tersebut dilakukan
melalui suatu mekanisme tertentu. Mekanisme yang digunakan dalam penetapan
kebijakan Daerah, baik yang berasal dari usul eksekutif maupun legislatif, diatur
dalam peraturan tata tertib DPRD.
Peraturan Daerah tersebut merupakan produk dari dua lembaga
penyelenggara pemerintahan Daerah yang mana dalam pembentukan tersebut
dilakukan melalui suatu mekanisme tertentu. Mekanisme yang digunakan dalam
pembentukan tersebut dilakukan melalui mekanisme tertentu. Peraturan tersebut
juga memuat bentuk kemitraan antara pemerintah Daerah dan DPRD dalam
penyelenggaraan pemerintahan Daerah sebagaimana dibunyikan dalam UU No 32
Tahun 2004.
Kinerja legislatif dinilai oleh rakyat dan hasilnya tercermin pada Pemilu
yang dilakukan setiap lima tahun. Oleh karena itu, kinerja DPRD harus dapat
menimbulkan rasa aman dan adil sesuai dengan harapan dari konstituennya.
Untuk lebih jelasnya, kerangka berfikir peneliti dalam penelitian Lenvine
(Dwiyanto, 1995:7) mengusulkan tiga konsep yang dapat dipergunakan untuk
menilai kinerja birokrasi publik, yaitu :
1. Responsvitas, yakni kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan
masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan serta mengembangkan
program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat. Secara singkat, responsiviti disini menunjukan keselarasan
antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja
karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi
publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan
ketidakselarasan antara pelayanan dan kebutuhan masyarakat. Hal itu jelas
menunjukkan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan
organisasi publik. Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan
sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula.
2. Responsibilitas, yakni menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi
publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar
atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik secara implisit atau eksplisit.
3. Akuntabilitas, menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan
organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat.
Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk
melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten
dengan kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya
bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi publik
atau pemerintah, seperti pencapaian target, akan tetapi kinerja sebaiknya
harus dinilai dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku
dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas
yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan
norma yang berkembang dalam masyarakat.
Indikator tersebut dianggap cocok untuk mengatasi permasalah tersebut,
dan diharapkan akan terwujudnya kinerja yang baik di DPRD Kabupaten
Pandeglang. Berikut alur kerangka berfikir Kinerja Anggota DPRD Kabupaten
Pandeglang :
Gambar 2. 2
Kerangka Berfikir
Sumber : Peneliti 2015
Kinerja Anggota DPRD Kabupaten Pandeglang Periode
2009-2014 (Pada Tahun 2012-2014) Dalam Bidang Legislasi
Masalah Kinerja Legislasi Anggota DPRD
1. Kinerja anggota DPRD dalam pembentukan PERDA sebagai
penjabaran dari fungsi legislasi belum sesuai target
2. Masih banyaknya aksi unjuk rasa di depan kantor DPRD,
merupakan salah satu bentuk ketidakpuasan masyarakat terhadap
kinerja anggota dewan.
3. Disiplin anggota DPRD belum optimal. Dari absensi kehadiran
anggota DPRD yang jarang terlihat di kantor, di komisi ataupun
rapat - rapat, anggota mempunyai kesibukan masing – masing. Dan
masih belum adanya perubahan yang begitu signifikan yang
dirasakan oleh masyarakat Kabupaten Pandeglang
4. Kurangnnya pemahaman anggota DPRD terhadap legislasi.
5. Tingkat pendidikan para anggota DPRD Kabupaten Pandeglang
(2009-2014) yang masih rendah.
Tiga konsep Lenvine untuk mengukur
kinerja organisasi publik (Dwiyanto1995:7)
1. Responsivitas 2. Responsibilitas
3. Akuntabilitas
Kineja Anggota DPRD Kabupaten
Pandeglang Semakin Baik
2.3 Penelitian Terdahulu
No ITEM Siti Aisyah Martono
1 Judul Pelaksanaan Fungsi-fungsi
DPRD Studi Kasus di DPRD
Kota BOGOR
Kinerja DPRD
Kabupaten Sintang
Dalam Melaksanakan
Fungsi Legislasi
2 Tahun 2004 2010
3 Tujuan Untuk mengetahui pelaksanaan
fungsi-fungsi DPRD perlu
diketahui terlebih dahulu
hakikat dari perwakilan politik.
Menjelaskan dan
mengkaji secara lebih
mendalam mengenai
kinerja dari Anggota
DPRD Kab. Sintang
4 Teori Alfred de Gracia, dalam Arbi
Sanit (1985) mendefinisikan
perwakilan politik sebagai
hubungan di antara dua pihak,
yakni wakil dan terwakil,
dimana wakil memegang
peranan untuk melakukan
berbagai tindakan yang
berkenan dengan kesepakatan
yang dibuatnya dengan
masyarakat yang diwakilinya
Fatah (1999:19),
mendefinisikan kinerja
atau prestasi kerja
(performance) diartikan
sebagai”ungkapan
kemapuan yang didasari
oleh pengetahuan,
sikap, keterampilan,
dan motivasi dalam
mengehasilkan sesuatu”
5 Metode Deskriptive Kualitatif Deskriptive Kualitatif 6 Hasil
Penelitian
Berdasarkan analisa kinerja
DPRD Kota Bogor dapat
disimpulkan bahwa: pertama,
produkproduk
DPRD Kota Bogor belum
sepenuhnya mencerminkan
kepentingan dan masyarakat
kota
Bogor. Produk legislasi hampir
sebagian besar mengatur
tentang pajak dan retribusi
Daerah,
pembentukan dinas dan
organisasi tata laksana serta
APBD beserta perubahannya.
Berdasarkan hasil
peneitian diketahui
bahwa DPRD
Kabipaten Sintang dala
menjalankan fungsinya
kurang berperan, karena
dari 23 jumlah PERDA
yang diusulkan pada
2010 hanya 3 usulan
yang berasal dari
DPRD. Tetapi di dalam
pelaksanaan hak
mengadakan perubahan
atas RAPERDA sudah
dikatakan meningkat,
karena terlihat lebih
baik dari sebelum
adanya perubahan
berdasarkan asas-asas
pembentukan
perundang-undangan.
7 Sumber (Jurnal Organisasi dan
Manajemen, Voume. 2, Nomor
1, Maret 2006, 50 – 59)
Koleksi Perpustakaan
Universitas Terbuka
13/40899
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Menurut Sugiono (2008:2), metode penelitian pada dasarnya cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian
mengenai akuntabilitas kinerja anggota DPRD dapil satu Kabupaten Serang,
metode yang digunakan yaitu metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif
kualitatif.
Bogdad dan Taylor (Moleong, 2007:4) mendefinisikan metodelogi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang - orang dan perilaku yang diamati. Menurut
mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik
(utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi
kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari
suatu keadaan utuh.
3.2 Ruang Lingkup
Dimensi Legislasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Responsivitas DPRD Kabupaten Pandeglang dalam bidang legislasi
a. Kemampuan DPRD Kabupaten Pandeglang dalam mengenali
kebutuhan masyarakat.
b. Keselarasan Program-Program DPRD dengan Aspirasi Masyarakat
2. Responsibilitas DPRD Kabupaten Pandeglang mengenai Pelaksanaan
Kegiatan DPRD Kabupaten Pandeglang sesuai dengan Fungsi dan Tugas
DPRD dalam bidang Legislasi
3. Akuntabilitas DPRD Kabupaten Pandeglang dalam bidang legislasi
a. Tingkat kesesuaian kinerja DPRD dalam bidang legislasi
b. Tindakan DPRD dalam pembuatan kebijakan
3.3 Lokasi Penelitian
Lembaga Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Sekretariat DPRD
Kabupaten Pandeglang yang berlokasi di Jalan Pendidikan no. 1 Pandeglang.
3.4 Variabel Penelitian/Fenomena yang diamati
3.4.1 Definisi Konsep
3.4.1.1 Konsep Kinerja
Kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa indonesia dari kata dasar "kerja"
yang menterjemahkan kata dari bahasa asing „performance‟. Bisa pula berarti
“hasil kerja”. Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau
tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut Mangkunegara (2000 :
67) “Kinerja ( prestasi kerja ) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Menurut Sulistiyani (2003 : 223)
“Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan
kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya”. Menurut Hasibuan (2001:34)
mengemukakan “kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”.
Sedangkan menurut Nawawi (2001) yang dimaksud dengan kinerja adalah ”Hasil
dari pelaksanaan suatu pekerjaan, baik yang bersifat fisik/mental maupun non
fisik/non mental.
3.4.2 Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian merupakan suatu atribut dari kelompok objek
yang diteliti yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam
kelompok tersebut. Sugiyono dalam Husein Umar (2004:47).
Dalam penelitian ini variabel dan definisi operasional yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Pertama : Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai
variable Independen (berpengaruh)” dengan definisi operasionalnya adalah:
sesuatu yang harus dilaksanakan oleh pemerintah dalam hal ini badan legislatif
yaitu DPRD sesuai dengan tugas dan fungsinya untuk membuat suatu kinerja
yang baik dalam mengatur tata kehidupan masyarakat pada suatu Daerah.
Dwiyanto (2006:50-51), menjelaskan 5 (Lima) indikator yang digunakan
untuk menilai kinerja, yaitu sebagai berikut:
1. Produktivitas, yaitu: tidak hanya menilai tingkat efisiensi, tetapi
juga menilai efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya
dipahami sebagai ratio antra input dengan output.
2. Kualitas Layanan, yaitu: cenderung menjadi penting dalam
menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak
pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik
muncul karena ketidakpuasan publik terhadap kualitas.
3. Akuntabilitas, yaitu: menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan
kegiatan birokrasi publik tunduk pada para pejabat politik yang
dipilih oleh rakyat. Asumsinya ialah bahwa para pejabat politik
tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu
memprioritaskan kepentingan public, konsisten dengan kehendak
publik.
4. Responsivitas, yaitu: kemampuan birokrasi untuk mengenali
kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan,
dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dan aspirasi masyarakat. Secara
singkat responsivitas di sini menunjuk pada keselarasan antara
program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat.
5. Responsibilitas, yaitu: menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan
birokrasi public itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip
administrasi yang benar.
Kedua : Fungsi Legislasi meliputi pembuatan aturan sendiri, menentukan
pucuk pimpinan Eksekutif secara mandiri, serta menjadi mediator kepentingan
rakyat dan Pemerintah.
3.5 Instrumen penelitian
Dalam penelitian kualitatif ini, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri, Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus
“divalidasi” seberapa jauh peneliti siap melakukan penelitian yang selanjutnya
observasi langsung ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen
meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan
wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek
penelitian baik secara akademik maupun logistik (Sugiono, 2005:1).
Menurut Nasution (Sugiyono, 2005: 61-62), peneliti sebagai instrumen
penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memilik ciri-ciri antara lain:
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat beraksi terhadap segala stimulus
dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi
peneliti.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen
berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi
kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami
dengan pengetahuan semata. Jadi, untuk memahaminya kita perlu
sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang
diperoleh dan ia dapat menafsirkannya.
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan
dengan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan,
perubahan, perbaikan.
7. Dalam manusia sebagai instrumen, respon yang aneh dan menyimpang
diberi perhatian. Respon yang lain dari pada yang lain, bahkan yang
bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan
tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.
Hal ini sejalan dengan pendapat Irawan (2006: 17) yang menyatakan
bahwa dalam sebuah penelitian kualitatif yang menjadi instrumen terpenting
adalah peneliti sendiri. Sedangkan menurut Moleong (2005: 19) pencari tahu
alamiah (peneliti) dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya
sebagai alat pengumpul data. Oleh karena itu, instrumen dalam penelitian ini
adalah peneliti sendiri dengan membuat pedoman wawancara dan pedoman
obeservasi dalam rangka mempermudah proses pengumpulan dan analisis data.
Sehingga peneliti dapat mengumpulkan data secara lebih utuh dan alamiah dalam
rangka memperoleh hasil penelitian yang lebih mendalam.
3.6 Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang dapat memberikan
informasi kepada peneliti atau lapisan yang yang berkaitan dan dianggap perlu
oleh peneliti. Penentuan penelitian ini menggunakan purposive, yaitu teknik
penentuan informan dengan pertimbangan tertentu yang sengaja ditentukan oleh
peneliti.
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini yaitu: anggota DPRD
Kabupaten Pandeglang, Tokoh masyarakat Kabupaten Pandeglang dan wartawan
media lokal. Informan-informan yang diambil dalam penelitian ini akan
dilengkapi dengan informan diluar anggota DPRD Kabupaten Pandeglang dengan
pendekatan teknik pengumpulan data yaitu snowball sampling (sampling
berkembang) yaitu informan diambil sesuai dengan kebutuhan penelitian, maka
peneliti mengambil sumber data dari beberapa orang yang dianggap mempunyai
informasi yang relevan dengan fokus penelitian dan purposive sampling yaitu cara
pengambilan sampling berdasarkan pertimbangan tertentu.
Tabel 3.1
Informan Penelitian
No Katagori
Informan Kode Unsur Keterangan
1 Staf SEKWAN I1 SEKWAN DPRD
Kabupaten Pandglang
Key Informant
merupakan staf
DPRD yang
memiliki informasi
strategis tentang
kinerja DPRD
2 Anggota Dewan I2 Anggota Dewan DPRD
Kabupaten Pandeglang
Secondry Key
Merupakan anggota
dewan yang
membuat kebijakan
3 Mastarakat I3
Tokoh Masyarakat,LSM,
Akademisi dan Aktivis
Kabupaten Pandeglang
Third Key
merupakan pihak-
pihak yang
menyoroti setiap
langkah-langkah
DPRD di Publik.
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut :
3.7.1 Wawancara
Menurut Mulyana, (2008:180) wawancara adalah bentuk komunikasi
antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari
seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan
tertentu. Sedangkan menurut Bungin (2001: 88) wawancara dalam suatu
penelitian bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia
dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian itu merupakan suatu pembantu
utama dari metode utama (pengamatan). Oleh karena itu, wawancara dalam
penelitian kualitatif bersifat mendalam (In-dept Interview).
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
tak terstruktur. Jika dalam wawancara terstruktur, pewawancara menetapkan
sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, maka pada wawancara
tak terstruktur pertanyaan biasanya disesuaikan dengan keadaan dan ciri yang
unik dari informan, pelaksanaan tanya jawab mengalir seperti dalam percakapan
sehari-hari. Adapun kisi-kisi wawancara tak terstruktur pada penelitian ini adalah
berupa poin-poin pokok yang akan ditanyakan pada informan dan dikembangkan
pada saat wawancara berlangsung. Hal ini dimaksudkan agar proses wawancara
berlagsung secara alami dan mendalam seperti yang diharapkan dalam penelitian
kualitaitif.
Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih dahulu
berbagai keperluan yang dibutuhkan yaitu sample informan kriteria informan dan
pedoman wawancara disusun dengan rapih dan terlebih dahulu dipahami peneliti
sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu melakukan hal-hal
sebagai berikut :
1. menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian.
2. menjelaskan alasan informan terpilih untuk diwawancarai.
3. Menjelaskan institusi atau badan yang melaksanakan penelitian.
Hal-Hal itu bertujuan untuk memberikan motivasi kepada informan untuk
melakukan wawancara dengan menghindari keasingan serta rasa curiga informan
untuk memberikan dengan jujur, selanjutnya peneliti mencatat keterangan-
keterangan yang diperoleh dengan cara pemendekan kata-kata dan merangkainya
kembali dalam bentuk kalimat. (Nazir, 1985:234-242).
Tabel 3.2
Pedoman Wawancara 1
SEKWAN DPRD Kabupaten Pandeglang
Indikator Sub Indikator Kisi-Kisi Wawancara
Kinerja
(Dwiyanto,
1995:7)
Responsivitas
1. Bagaimana tindakan DPRD
dalam mengenali kebutuhan
masyarakat ?
2. Bagaimana respon DPRD
terhadap aspirasi masyarakat
dan apa bukti yang terealisasi ?
3. Apa saja Program-program
Pelayanan Publik yang dibuat
oleh DPRD ?
4. Bagaimana kualitas dari hasil
kerja DPRD ?
5. Upaya apa yang dilakukan
untuk meningkatkan kualitas
kerja anggota DPRD ?
Responsibilias
1. Apa banleg berjalan sesuai
dengan fungsinya ?
2. Apakah pelaksanaan kegiatan
birokrasi public dilakukan
sesuai dengan prinsip-prinsip
administrasi yang benar ?
3. Apa saja kendala yang dihadapi
dalam proses pelaksanaan
kegiatan birokrasi publik ?
4. Apakah proses pembuatan
kebijakan sudah sesuai dengan
tahapan ?
Akuntabilitas
1. Bagaimana respon masyarakat
terhadap kebijakan yang dibuat
oleh DPRD ?
2. Bagaimana langkah Koordinasi
yang dilakukan DPRD kepada
masyarakat ?
3. Apakah setiap kebijakan yang
dibuat oleh DPRD sudah sesuai
dengan harapan masyarakat ?
4. Apa saja yang menjadi kendala
dalam proses pembuatan
kebijakan ?
5. Apakah setiap kebijakan yang
dibuat oleh DPRD sudah
terealisasi ?
Tabel 3.3
Pedoman Wawancara 2
Anggota DPRD dan Tokoh Masyarakat Kabupaten Pandeglang
Indikator Sub Indikator Kisi-Kisi Wawancara
Kinerja
(Dwiyanto, 1995:7)
Responsivitas
1. Bagaimana respon DPRD
terhadap aspirasi masyarakat
dan apa bukti yang
terealisasi?
2. Apa saja Program-program
Pelayanan Publik yang dibuat
oleh DPRD?
3. Apakah program-program
DPRD sudah selaras dengan
aspirasi masyarakat?
Responsibilias
1. Apa banleg berjalan sesuai
dengan fungsinya
2. Apakah pelaksanaan
kegiatan birokrasi public
dilakukan sesuai dengan
prinsip-prinsip administrasi
yang benar ?
3. Apakah proses pembuatan
kebijakan sudah sesuai
dengan tahapan
Akuntabilitas
1. Bagaimana respon
masyarakat terhadap
kebijakan yang dibuat oleh
DPRD
2. Bagaimana langkah
Koordinasi yang dilakukan
DPRD kepada masyarakat
3. Apakah setiap kebijakan
yang dibuat oleh DPRD
sudah sesuai dengan harapan
masyarakat
4. Apakah setiap kebijakan
yang dibuat oleh DPRD
sudah terealisasi.
3.7.2 Pengamatan/Observasi
Observasi merupakan kegiatan yang meliputi pencatatan secara sistematik
kejadian-kejadian perilaku, objek-objek yang dilihat dan hal-hal lain yang
diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Berdasarkan
konsep yang dikemukakan oleh Faisal (Sugiyono, 2005:64) yang
mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant
observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt
observation and covert observation), dan observasi yang tidak berstruktur
(unstructured observation). Maka, observasi yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah obeservasi secara terus terang dan tersamar, dimana peneliti dalam
melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data,
bahwa sedang melakukan penelitian. Sehingga mereka yang diteliti mengetahui
sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi, dalam suatu saat peneliti
juga tidak harus berterus terang atau tersamar dalam observasi. Tujuannya adalah
untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih
dirahasiakan. Hal ini juga dilakukan untuk menghindari kemungkinan bila
dilakukan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan suatu
observasi.
Observasi juga diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan
sistematis terhadap hal-hal yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti langsung
meninjau lokasi penelitian dan melakukan pengamatan langsung terhadap obyek-
obyek yang diteliti, kemudian dari pengamatan tersebut melakukan pencatatan-
pencatatan data-data yang diperoleh yang berkaitan dengan aktivitas penelitian.
3.7.3 Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi, yakni pengumpulan data yang bersumber dari
dokumen yang resmi dan relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan.
Dokumen yang diperoleh tersebut dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang.
Adapun alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,
khususnya dalam melakukan wawancara adalah:
1. Buku catatan: untuk mencatat pencatatan dengan sumber data.
2. Tape recorder: untuk merekam semua percakapan karena jika hanya
menggunakan buku catatan, peneliti sulit untuk mendapatkan
informasi yang diberikan oleh informan.
3. Kamera: untuk memotret kegiatan yang berkaitan dengan penelitian.
Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan keabsahan penelitian.
Selanjutnya sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini terbagi atas
data primer. Data primer diambil langsung dari informan penelitian. Dalam hal
ini data primer diambil melalui wawancara (interview). Oleh karena itu, dalam
penelitian ini, data sekunder diperoleh melalui data-data dan dokumen-dokumen
yang relevan dengan masalah yang diteliti. Data-data tersebut merupakan data
yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah yang dibahas penelitian ini.
3.8 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, kegiatan analisis data dimulai sejak peneliti
melekukan kegiatan pra-lapangan smapai dengan selesainya penelitian. Analis
data dilakukan secara terus-menerus tanpa henti sampai data tetsebut bersifat
jenuh. Dalam prosesnya, analisis data dalam penelitain ini menggunakan model
interaktif yang telah dikembangkan oleh Mles & Huberman, yaitu selama proses
pengumpulan data dilakukan tiga kegiatan penting, diantaranya; reduksi data
(data reduction), penyajian data (data display), dan verivikasi (verification).
Apabila digambarkan proses tersebut akan nampak seperti berikut ini :
Gambar 3. 1
Analisis data menurut Miles & Huberman
Dari gambar 3.1 dapat dilihat bahwa pada prosesnya peneliti dapat
melakukan kegiatan berulang-ulang secara terus –menerus. Ketiga hal utama itu
tersebut merupakan sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama dan
sesudah pengumpulan data. Kegiatan di atas dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Selama proses pengumulan data dari berbagai sumber, tentunya akan
sangat banyak data yang didapatkan oleh peneliti. Semakin lama peneliti
berada di lapangan, maka data yang didapatkan akan semakin kompleks
dan rumit, sehingga apabila tidak diolah akan dapat menyulitkan peneliti,
oleh karena itu proses analisis data pada tahap ini juga harus dilakukan.
Data
colecting Data Display
Data
Reduction
Verification
Untuk memeperjelas data yang didapatkan dan mempermudah peneliti
dalam pengumpulan data selanjutnya, maka dilakukan reduksi data.
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penederhanaan, pengabstakan dan transformasi data kasar
yang muncul dalam catatan-catatan yang muncul di lapangan. Reduksi
data berlangsung selama proses pengumpulan data masih berlangsung.
Pada tahap ini juga berlangsung kegiatan pengkodean, meringkas dan
membuat partisi (bagian-bagian). Proses transformasi ini berlanjut terus
sampai laporan akhir penelitian tersusun lengkap.
2. Penyajian Data (Data Display)
Langkah penting selanjutnya dalam kegiatan analisis data kualitatif adalah
penyajian data. Secara sederhana penyajian data dapat diartikan sebagai
sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan keseimpulan dan pengambilan tindakan.
Dalam sebuah penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Namun pada penelitian ini, penyajian data yang peneliti
lakukan dalam penelitian ini adalah bentuk teks narasi. Sealai itu
penyajian data dalam bentuk bagan dan jejaring juga dilakukan pada
penelitian ini. Penyajian data bertujuan agar peneliti dapat memahami
apa yang terjadi dan merencanakan tindakan selanjutnya.
3. Verifikasi / Penarikan Kesimpulan (Verification)
Langkah ketiga dalam tahapan analisis inetaktif menurut Miles &
Huberman adalah penariakan kesimpulan dan verifikasi. Darai permulaan
pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti dari hubungan-hubungan,
mencatat keteraturan, pola-pola dan menarik kesimpulan. Asumsi dasar
dan kesimpulan awal yang dikemukakan dimuka masih bersifat
sementara, dan akan terus berubah selama peroses pengumpulan data
masih terus berlangsung. Akan tetapi, apabila kesimpulan tersebut
didukung oleh bukti0bukti (data) yang valid dan konsisten yang peneliti
temukan di lapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan.
3.9 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif
diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku
yang didapat dari apa yang diamati. (Nawawi, 1994:203) Penelitian deskriptif
digunakan untuk menggambarkan atau melukiskan apa yang sedang di teliti dan
berusaha untuk memberikan gambaran yang jelas dan mendalam tentang apa yang
diteliti dan menjadi pokok permasalahan.
Berdasarkan pendapat di atas, penelitian ini diajukan untuk mempelajari
kasus atau fenomena yang terjadi pada lembaga DPRD sebagai salah satu unsur
Pemerintah Daerah merupakan fungsi legislatif yang mewakili kepentingan atau
aspirasi masyarakat.
Tabel 3.4
Jadwal Penelitian
No
2013 2014 2015
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
1 Observasi
Awal √
2 Pengajuan
Judul Skripsi √
3 Perizinandan
Observasi √ √ √
4 Pengumpulan
Data √ √
5 Bimbingan
Skripsi √ √ √ √
√ √
√ √
√
√
6 Penyusunan
Proposal
7 Seminar
Proposal √
8 Revisi
Proposal
√
9
Penyusunan
Pedoman
Wawancara
√
√ √
10 Wawancara
√
11
Pengolahan
dan Analisis
Data
√
√
12 Sidang
Skripsi
√
13 Revisi
Skripsi
√
3.10 Sumber Data
Dalam penelitian ini pihak yang dijadikan sumber data adalah anggota
DPRD Kabupaten Pandeglang Dan Sekretariat DPRD Kabupten Pandeglang
yang dianggap mempunyai informasi kunci (key-informan) yaitu dengan
menggunakan :
1. Data Khusus (Primer)
Data primer adalah data yang secara langsung diperoleh dari sumbernya,
melalui observasi dan wawancara dengan sumber informasi terpilih. Hasil
observasi dicek kebenarannya dengan sumber data lain (data sekunder).
2. Data Umum (Sekunder)
Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak secara langsung dari
sumbernya, melalui dokumen-dokumen atau catatan tertulis. Data yang tertulis
yang bersumber pada dokumen, sehingga disebut data dokumenter, yaitu data atau
gambaran tentang lokasi penelitian, yang meliputi: keadaan geografis, demografi,
ekonomi dan sosial budaya serta keadaan Tata Pemerintahan Daerah dan DPRD
baik yang berupa data ststis maupun yang bersifat dinamais.
a. Uji Keabsahan Data
Keabsahan merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada
objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Artinya data
yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh
peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian (Sugiyono,
2005:117). Untuk menguji keabsahan data pada penelitian ini dilakukan melalui
teknik triangulasi data yang merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu. Teknik triangulasi data yang digunakan oleh peneliti adalah dengan
menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
Triangulasi sumber menurut Moleong (2005: 330) berarti membandingkan
dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang telah diperoleh
melalui alat dan waktu yang berbeda dalam penelitian kualitatif. . Triangulasi
sumber sendiri dapat dicapai dengan cara :
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi
3. Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang tentang situasi
peneliti dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang, seperti rakyat biasa, berpendidikan,
menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatau dokumen yang
berkaitan.
Triangulasi teknik menurut Sugiyono (2005:127) yaitu
“menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda”.
Pengecekan dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi,
dan studi dokumentasi. Selain itu peneliti pun melakukan membercheck, yaitu
proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan
membercheck adalah mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan
apa yang diberikan oleh pemberi data. Setelah membercheck dilakukan, maka
pemberi data dimintai tandatangan sebagai bukti otentik bahwa peneliti telah
melakukan membercheck. (Moleong, 2005:276)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Deskripsi Kabupaten Pandeglang
Wilayah Kabupaten Pandeglang berada pada bagian Barat Daya Propinsi
Banten dan secara Geografis terletak antara 6o21‟ – 7
o10‟ Lintang Selatan (LS)
dan 104o8‟ – 106
o11‟ Bujur Timur ( BT ), dengan batas administrasinya adalah :
- Sebelah Utara : Kabupaten Serang
- Sebelah Timur : Kabupaten Lebak
- Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
- Sebelah Barat : Selat Sunda
Gambar 4. 1
Peta Kabupaten Pandeglang
(Pandeglangkab. go. id)
Luas wilayah Kabupaten Pandeglang adalah 274. 689,91 Ha atau 2.
747Km2 dan secara wilayah kerja administrasi terbagi atas 35 kecamatan, 322
desa dan 13 kelurahan. Dataran di Kabupaten Pandeglang sebagian besar
merupakan dataran rendah yakni di Daerah bagian tengah dan selatan, dengan
variasi ketinggian antara 0 – 1. 778 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan
luas sekitar 85,07% dari luas wilayah Kabupaten. Secara umum perbedaan
ketinggian di Kabupaten Pandeglang cukup tajam, dengan titik tertinggi 1. 778 m
diatas permukaan laut (dpl) yang terdapat di Puncak Gunung Karang pada Daerah
bagian utara dan titik terendah terletak diDaerah pantai dengan ketinggian 0 m
dpl.
4.1.2 KEPENDUDUKAN
Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang berdasarkan
Sensus Penduduk pada bulan Mei 2010 adalah 1. 149. 610 orang dengan
komposisi penduduk laki-laki sebanyak 589. 056 orang dan perempuan sebanyak
560. 554 orang. Berdasarkan data di atas, rasio jenis kelamin pada tahun 2010
sebesar 105,08.
Sebaran penduduk per kecamatan relatif tidak merata. Kecamatan dengan
penduduk terjarang yaitu Kecamatan Sumur dengan rata-rata sebanyak 88
jiwa/Km2, sementara wilayah yang terpadat adalahKecamatan Labuan, yaitu
sebanyak 3. 439 jiwa/Km2. Sedangkan rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten
Pandeglang adalah 419 jiwa/Km2.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Pandeglang, jumlah penduduk 15 tahun
ke atas yang bekerja berjumlah 384. 657 jiwa. Lapangan pekerjaan utama
penduduk berupa pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan;
industri; perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi; dan jasa
kemasyarakatan, sosial dan perorangan.
Secara umum, pekerja di Kabupaten Pandeglang bekerja di sektor informal
(83,67%) dan sisanya bekerja di bidang formal (16,33%) dari jumlah pekerja di
atas 15 tahun berjumlah 434. 746 jiwa(Indikator Kesejahteraan Rakyat, 2009).
Dari jumlah pekerja 434. 746 jiwa, pekerja dengan status pekerjaan berusaha
sendiri memiliki proporsi yang terbesar yaitu 23,67%, sedangkan pekerja dengan
status pekerjaan berusaha dibantu buruh tidak tetap/ tidak dibayar memiliki
proporsi terkecil (2,32%).
(Pandeglangkab. go. id)
4.1.3 Gambaran Umum DPRD Kabupaten Pandeglang
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah sebuah Lembaga Perwakilan
Rakyat di Daerah yang terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum
(Pemilu) yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum. Sekretariat DPRD Kabupaten
Pandeglang merupakan alat kelengkapan DPRD Kabupaten Pandeglang untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan tugas DPRD, dibentuk Sekretariat DPRD yang
personelnya terdiri atas Pegawai Negeri Sipil. Sekretariat DPRD dipimpin seorang
Sekretaris DPRD yang diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Pimpinan DPRD.
DPRD juga berkedudukan sebagai Lembaga Pemerintahan Daerah yang
memiliki fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. DPRD berada di setiap Daerah di
Indonesia. Anggota DPRD berjumlah 20-50 orang. Masa jabatan anggota
DPRD adalah 5 tahun, dan berakhir bersamaan pada saat anggota DPRD yang baru
mengucapkan sumpah/janji.
DPRD merupakan mitra kerja bupati/walikota (eksekutif). Sejak
diberlakukannya UU Nomor 32 tentang Pemerintahan Daerah, Bupati/Walikota tidak
lagi bertanggung jawab kepada DPRD , karena dipilih langsung oleh rakyat melalui
Pilkada.
Sekretariat DPRD mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi
kesekretariatan, administrasi keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi
DPRD, dan menyediakan serta mengoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan
oleh DPRD sesuai dengan kemampuan keuangan Daerah. Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dan Sekretariat DPRD Kabupaten Pandeglang berlokasi di Jalan
Pendidikan no. 1 Pandeglang.
(Sekretariat DPRD Kabupaten Pandeglang)
4.1.4 Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan bagan yang menggambarkan suatu
hubungan kerjasama yang melibatkan sejumlah orang dengan pembagian tugas
dan pelimpahan wewenag, sehingga dengan adanya Hal itu dapat memberikan
kejelasan pada bagian-bagian yang memegang jabatan dalam struktur organisasi,
untuk menciptakan kondisi kerja yang lebih teratur dan terarah guna mencapai
tujuan.
4.1.5 Bentuk Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang ditetapkan DPRD dan Sekretariat DPRD
Kabupaten Pandeglang berbentuk garis dan staf. Otoritas garis memudahkan
setiap anggota mengetahui siapa atasan dan siapa bawahan, sedangkan otoritas
staf adalah sebagai pembantu dalam bidang tertentu untuk pimpinan, garis vertikal
menunjukan kewenangan dalam bentuk intruksi dari atasan ke bawahan,
sedangkan garis horizontal menunjukan koordinasi.
4.1.6 Uraian Tugas
Agar tujuan organisasi tercapai maka dilakukan pembagian tugas seseuai
dengan tanggung jawab dan wewenang, adapun uraian tugas tersebut secara
singkat adalah sebagai berikut :
A. Komisi DPRD Kabupaten Pandeglang
- mengupayakan terlaksananya kewajiban Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
- melakukan pembahasan terhadap rancangan peraturan Daerah dan
rancangan keputusan DPRD;
- melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan Daerah dan
APBD sesuai dengan ruang lingkup tugas komisi;
- membantu pimpinan DPRD untuk mengupayakan penyelesaian
masalah yang disampaikan oleh Bupati dan/atau masyarakat kepada
DPRD;
- menerima, menampung dan membahas serta menindaklanjuti aspirasi
masyarakat;
- memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat di Daerah;
- melakukan kunjungan kerja komisi yang bersangkutan atas persetujuan
pimpinan DPRD;
- mengadakan rapat kerja dan rapat dengar pendapat;
- mengajukan usul kepada pimpinan DPRD yang termasuk dalam
ruang lingkup bidang tugas masing-masing komisi; dan
- memberikan laporan tertulis kepada pimpinan DPRD tentang hasil
pelaksanaan tugas komisi.
B. Badan Legislasi DPRD
a. menyusun rancangan program legislasi Daerah yang memuat daftar
urutan dan prioritas rancangan peraturan Daerah beserta alasannya
untuk setiap tahun anggaran di lingkungan DPRD;koordinasi untuk
penyusunan program legislasi Daerah antara DPRD dan pemerintah
Daerah;
b. menyiapkan rancangan peraturan Daerah usul DPRD
berdasarkanprogram prioritas yang telah ditetapkan;
c. melakukan pemantapan konsepsi rancangan peraturan Daerah
yangdiajukan anggota, komisi dan/atau gabungan komisi sebelum
rancangan peraturan Daerah tersebut disampaikan kepada pimpinan
DPRD;
d. memberikan pertimbangan terhadap rancangan peraturan Daerah
yang diajukan oleh anggota, komisi dan/atau gabungan komisi, di
luar prioritas rancangan peraturan Daerah tahun berjalan atau di
luar rancangan peraturan Daerah yang terdaftar dalam program
legislasi Daerah;
e. mengikuti perkembangan dan melakukan evaluasi terhadap
pembahasan materi muatan rancangan peraturan Daerah melalui
koordinasi dengan komisi dan/atau panitia khusus;
f. memberikan masukan kepada pimpinan DPRD atas rancangan
peraturan Daerah yang ditugaskan oleh Badan Musyawarah; dan
g. membuat laporan kinerja pada masa akhir keanggotaan DPRD
baik yang sudah maupun yang belum terselesaikan untuk dapat
digunakan sebagai bahan oleh Badan Legislasi Daerah pada masa
keanggotaan berikutnya.
C. Badan Anggaran DPRD
a. memberikan saran dan pendapat berupa pokok-pokok pikiran
DPRD kepada bupati dalam mempersiapkan rancangan anggaran
pendapatan dan belanja Daerah paling lambat 5 (lima) bulan sebelum
ditetapkannya APBD;
h. melakukan konsultasi yang dapat diwakili oleh anggotanya kepada
komisi terkait untuk memperoleh masukan dalam rangka
pembahasan rancangan kebijakan umum APBD serta prioritas dan
plafon anggaran sementara;
i. memberikan saran dan pendapat kepada bupati dalam
mempersiapkan rancangan peraturan Daerah tentang perubahan APBD
dan rancangan peraturan Daerah tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD;
j. melakukan penyempurnaan rancangan peraturan Daerah tentang
APBD dan rancangan peraturan Daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD berdasarkan hasil evaluasi
gubernur bersama tim anggaran pemerintah Daerah;
k. melakukan pembahasan bersama tim anggaran pemerintah Daerah
terhadap rancangan kebijakan umum APBD serta rancangan
prioritas dan plafon anggaran sementara yang disampaikan oleh
bupati; dan
l. memberikan saran kepada pimpinan DPRD dalam penyusunan
anggaran belanja DPRD.
D. Badan Kehormatan DPRD
a. memantau dan mengevaluasi disiplin dan/atau kepatuhan terhadap
moral, kode etik, dan/atau peraturan tata tertib DPRD dalam
rangka menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPRD;
b. meneliti dugaan pelanggaran yang dilakukan anggota DPRD
c. terhadap peraturan tata tertib dan/atau kode etik DPRD;
d. melakukan penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi atas pengaduan
pimpinan DPRD, anggota DPRD, dan/atau masyarakat; dan
e. melaporkan keputusan Badan Kehormatan atas hasil penyelidikan,
verifikasi, dan klarifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf c
kepada rapat paripurna DPRD. Dalam melaksanakan penyelidikan,
verifikasi, dan klarifikasi, Badan Kehormatan dapat meminta
bantuan dari ahli independen.
f. Badan Musyawarah DPRD
g. menetapkan agenda DPRD untuk 1(satu) tahun sidang, 1(satu) masa
persidangan, atau sebagian dari suatu masa sidang, perkiraan
waktu penyelesaian suatu masalah, dan jangka waktu penyelesaian
rancangan peraturan Daerah, dengan tidak mengurangi kewenangan
rapat paripurna untuk mengubahnya;
h. memberikan pendapat kepada pimpinan DPRD dalam menentukan
garis kebijakan yang menyangkut pelaksanaan tugas dan wewenang
DPRD;
i. meminta dan/atau memberikan kesempatan kepada alat kelengkapan
DPRD yang lain untuk memberikan keterangan/penjelasan
mengenai pelaksanaan tugas masing-masing;
j. menetapkan jadwal acara rapat DPRD;
k. memberi saran/pendapat untuk memperlancar kegiatan;
l. merekomendasikan pembentukan panitia khusus; dan
m. melaksanakan tugas lain yang diserahkan oleh rapat paripurna
kepada Badan Musyawarah.
E. Sekretariat DPRD
a. Penyelenggaraan daministrasi kesekretariatan DPRD;
b. Penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD;
c. Penyelenggaraan rapat-rapat DPRD;
d. Penyediaan dan pengordinasian tenaga ahli yang di perlukan oleh
DPRD;
e. Pelaksanaan tugas lain yang di berikan oleh pimpinan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
(Sekretariat DPRD Kabupaten Pandeglang)
4.1.7 Daftar Keangotaan Alat Kelengkapan DPRD
Alat kelengkapan DPRD Kabupaten Pandeglang terdiri atas: Pimpinan,
Komisi, Badan Musyawarah,Badan Legislasi, Badan Kehormatan, Badan
Anggaran, dan alat kelengkapan lain yang diperlukan.
Pimpinan DPRD terdiri dari :
Ketua : Roni Bahroni. Sag dari fraksi Demokrat
Wakil ketua I : TB. Tengku Abdurrahman. SE dari fraksi PPP
Wakil ketua II : TB. H. Ramjani Soegiri. SH dari fraksi Golkar
Wakil ketua III : Eri Suhaeri dari fraksi PDIP
Anggota DPRD berjumlah 50 orang terdiri dari :
A. 7 orang anggota dari unsur Partai Demokrat
B. 6 orang anggota dari unsur Partai Persatuan Pembangunan
C. 6 orang anggota dari unsur Partai Golongan Karya
D. 6 orang anggota dari unsur Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
E. 5 orang anggota dari Unsur Partai Keadilan Sejahtera
F. 5 orang anggota dari unsur Partai Bulan Bintang
G. 3 orang anggota dari unsur Partai Amanat Nasional
H. 3 orang anggota dari unsur Partai Kebangkitan Bangsa
I. 3 orang anggota dari unsur Partai Hati Nurani Rakyat
J. 2 orang anggota dari unsur Partai Gerakan Indonesia Raya
K. 2 orang anggota dari unsur Partai Peduli Rakyat Nasional
L. 1 orang anggota dari unsur Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia
M. 1 orang anggota dari unsur Partai Karya Peduli Bangsa
(Sekretariat DPRD Kabupaten Pandeglang)
4.1.8 Susunan Fraksi DPRD Kabupaten Pandeglang
Jumlah fraksi yang terdapat di DPRD Kabupaten Pandeglang ada 8 fraksi
yaitu :
Tabel 4.1
Fraksi Demokrat
NO Nama Keterangan
1 H. Rain Fachrudin. SE Ketua Fraksi
2 Rahmat Hidayat Wakil Ketua Fraksi
3 Yuliana Yusuf. SPd Sekretaris Fraksi
4 Roni Bahroni. Sag Anggota
5 Ade Permana Suta Anggota
6 H. Dade Masrur Anggota
7 Muhadi Anggota
Tabel 4.2
Fraksi PPP
No Nama Keterangan
1 H. Entjep Mundajat Ketua Fraksi
2 H. Wahyudin Wahab. SH Wakil Ketua Fraksi
3 Heryanto Iswandi. SH Sekretaris Fraksi
4 Tengku Abdurrahman.
SE Anggota
5 H. M. Yusuf Anggota
6 Hj. Neneng Suciati Anggota
Tabel 4.3
Fraksi Golkar
No Nama Keterangan
1 H. S. Sudiana Sasmita. BA Ketua Fraksi
2 H. Lili Atjang Soleh Wakil Ketua Fraksi
3 H. Anton Haerul Samsi. SE Sekretaris Fraksi
4 H. TB. Ramjani Soegiri. SH Anggota
5 HJ. Heryani Anggota
6 Uus Usamah Anggota
Tabel 4.4
Fraksi PDIP
No Nama Ketrangan
1 Duriyat. DH. S. Sos. MM Ketua Fraksi
2 H. Dadan Sudarma. S. Sos Wakil Ketua Fraksi
3 Ade Kadar Solikhat Sekretaris Fraksi
4 Eri Suhaeri Anggota
5 Yadi Murodi Anggota
6 R. M. Toha Alamsyah. NTK Anggota
Tabel 4. 5
Fraksi PKS
No Nama Keterangan
1 E. Mahfud. . S. Ag Ketua Fraksi
2 Encep Barlianto.
SE Wakil Ketua Fraksi
3 Maman Lukman Sekretaris Fraksi
4 Wahab Markus Anggota
5 Yayan Mulyana.
ST Anggota
Tabel 4.6
Fraksi PBB
No Nama Keterangan PARPOL
1 H. Rangga Nurkusumah.
SE Ketua Fraksi PBB
2 H. Sulaeman Sarwan Wakil Ketua Fraksi PPRN
3 Nazamudin. SH Sekretaris Fraksi PBB
4 H. Edwin Juliansyah. SE Anggota PBB
5 Iwan Coanda Anggota PBB
6 Hj. Nani Hariani. SH Anggota PBB
7 Hj. Dra. Rusiah Minarti Anggota PPRN
Tabel 4.7
Fraksi Hanura Plus
No Nama Keterangan PARPOL
1 Oman Aryaman Ketua Fraksi Hanura
2 Ir. Ade Sutrisno Wakil Ketua Fraksi PKPB
3 Merlin Verona. . S.
Kep Sekretaris Fraksi PPPI
4 H. Sujai Anggota Hanura
5 H. Fery Irawan Anggota Hanura
Tabel 4.8
Fraksi Akir
No Nama Keterangan PARPOL
1 Edi Suhaendi Ketua Fraksi PAN
2 Sumista Wakil Ketua Fraksi Gerindra
3 Entong Djubaedil Muksin. Sag Sekretaris Fraksi PKB
4 M. Ilma Fatwa. S. Pd Anggota PAN
5 H. Endjat Djanika Anggota PKB
6 Nawawi Nurhadi. SE Anggota PKB
7 Riski. SE Anggota Gerindra
8 Fahrul Rozi. SH Anggota PAN
(Sekretariat DPRD Kabupaten Pandeglang)
4.1.9 Pembidangan Komisi – komisi
Jumlah komosi yang terdapat di DPRD Kabupaten Pandeglang ada
4komisi yaitu :
Komisi I : Bidang pemerintahan dan Perundang-undangan
Komisi II : Bidang perekonomian dan aset Daerah
Komisi III : Bidang pembangunan
Komisi IV : Bidang kesejahteraan rakyat
Tabel 4.8
Komisi I (Bidang Pemerintahan dan Perundang-undangan)
No Nama Keterangan PARPOL
1 Yadi Murodi Ketua PDIP
2 H. Wahyudin Wahab.
SH Wakil Ketua PPP
3 Encep Barlianto. SE Sekretaris PKS
4 H. Dade Masrur Anggota Demokrat
5 Muhadi Anggota Demokrat
6 Heryanto Iswandi. SH Anggota PPP
7 H. S. Sudiana Sasmita.
BA Anggota Golkar
8 Duriyat. DH. S. Sos. MM Anggota PDIP
9 Dra. Hj. Rusiah Minarti Anggota PPRN
10 H. Enjat Jatnika Anggota PKB
11 Fahrul Rozi. SH Anggota PAN
12 Ir. Ade Sutrisno Anggota PKPB
Mitra kerja Komisi I yaitu :
1. Sekretariat DPRD
2. Pemerintahan dengan mitra kerja :
a. Assisten Pemerintahan dan Kesra terdiri dari
- Kepala Bagian Pemerintahan Umum
- Kepala Bagian Hukum
b. Asissten Administrasi Umum terdiri dari Bagian :
- Bagian Umum
- Bagian Organisasi
- Bagian Humas
3. Inspektorat
4. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan pemerintahan Desa
5. Badan Pelayanan Perijinan Terpadu
6. Badan Kepegawaian Daerah
7. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
8. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.
9. Dinas Pemuda dan Olah Raga
10. Satuan Polisi Pamong Praja
Tabel 4.9
Komisi “II” Bidang Perekonomian, Keuangan Dan Asset Daerah
No Nama Keterangan PARPOL
1 Rahmat Hidayat Ketua Demokrat
2 H. Anton Haerul Samsi.
SE Wakil Ketua Golkar
3 Oman Aryaman Sekretaris Hanura
4 H. Entjep Munadjat Anggota PPP
5 Ade Kadar Solikhat Anggota PDIP
6 Wahab Markus Anggota PKS
7 H. Edwin Juniarsyah.
NTK Anggota PBB
8 Nazamudin Anggota PBB
9 Edi Suhaedi Anggota PAN
10 Nawawi Nurhadi Anggota PKB
11 H. Rain Fachrudin. SE Anggota Demokrat
Mitra kerja Komisi II, yaitu :
1. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar
2. Dinas Pengelolaan Keuangan Pendapatan dan Aset
3. Dinas Pertanian dan Perkebunan
4. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
5. Dinas Kelautan dan Perikanan
6. Dinas Kehutanan
7. Bagian Administrasi Sumber Daya Alam Setda
8. PDAM dan LPK
Tabel 4.10
Komisi “III” Bidang Pembangunan
No Nama Keterangan PARPOL
1 Hj. Heryani Ketua Demokrat
2 H. Fery Irwan Wakil Ketua Golkar
3 H. Sulaeman Sarwan Sekretaris Hanura
4 H. Dadan Sudarma. S.
Sos Anggota PPP
5 Hj. Neneng Suciati Anggota PDIP
6 Yuliana Yusuf. SPd Anggota Demokrat
7 Hj. Nani Iriani. SH Anggota PBB
8 H. Lili Atjang Soleh Anggota PBB
9 E. Djubaedi Muksin. S.
Ag Anggota PAN
10 Yayan Mulyana. STP Anggota PKS
11 H. Sujai Anggota Hanura
12 Riski. SE Anggota Gerindra
Mitra kerja komisi III, yaitu :
1. BAPPEDA
2. Dinas Pekerjaan Umum
3. Dinas tata Ruang, Pertamanan dan Kebersihan
4. Dinas Perhubungan, komunikasi dan Informatika
5. Dinas Pertambangan dan Energi
6. Kantor Lingkungan Hidup
7. Bagian Adminsitrasi pembangunan Setda
Tabel 4.11
Komisi IV Bidang Kesejahteraan Rakyat
No Nama Keterangan PARPOL
1 H. M. Yusuf Ketua PPP
2 Ade Permana Suta Wakil Ketua Demokrat
3 Maman Lukman Sekretaris PKS
4 H. Toha Alamsyah. NTK Anggota PDIP
5 H. Rangga Nurkusumah. SE Anggota PBB
6 Iwan Coanda Anggota PBB
7 E. Mahfud. S. Ag Anggota PKS
8 Uus Usamah Anggota Golkar
9 M. Ilma Fatwa. Spd Anggota PAN
10 Sumista Anggota Gerindra
11 Merlin Verona. S. Kep Anggota PPPI
Mitra Kerja Komisi IV, yaitu :
1. Badan Pemberdayaan Perempuan Kesehatan Anak dan KB
2. Dinas Pendidikan
3. Dinas Kesehatan
4. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
5. Dinas Sosial Ketenaga kerjaan dan Transmigrasi
6. Dinas Koperasi dan UMKM
7. RSUD
8. Kantor pelaksana penyuluh Pertanian dan Ketahanan Pangan
9. Kantor Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi
10. Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah
11. Bagian Administrasi Perekonomian Sekretariat Daerah
(Sekretariat DPRD Kabupaten Pandeglang)
4.2 Deskripsi Data dan Analisa Data
Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang didapat dari
hasil penelitian. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan menggunakan teknik
analisa data kualitatif. Dalam penelitian ini mengenai Kinerja DPRD Kabupaten
Pandeglang, data yang peneliti dapatkan lebih banyak berupa kata-kata dan
tindakan yang peneliti peroleh melalui proses wawancara dan observasi. Dalam
penelitian ini kata-kata dan tindakan orang yang diwawancara merupakan sumber
utama dalam penelitian. Sumber data ini kemudian oleh peneliti dicatat dengan
menggunakan catatan tertulis atau dengan menggunakan alat perekam yang
peneliti gunakan dalam penelitian.
Data yang peneliti dapatkan juga berupa data-data dalam bentuk tindakan,
dalam penelitian ini juga peneliti menggunakan data dokumentasi yang berada
diunit pelaksanaan penelitian, yaitu dikantor DPRD Kabupaten Pandeglang. studi
pustaka dan juga dokumentasi yang sengaja peneliti ambil sendiri melalui
pengamatan berperan serta. Dokumen tersebut bermacam-macam bentuknya,
diantaranya adalah, Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang nomor 2 tahun 2010
tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten Pandeglang.
Dokumentasi yang peneliti ambil saat melakukan pengamatan berperan
serta adalah catatan berupa catatan lapangan peneliti dan juga foto aktivitas orang-
orang yang peneliti amati selama peneliti berada dilapangan,alasan peneliti
menggunakan data berupa foto adalah karena foto dapat menghasilkan data
deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah dan
menganalisis obyek-oyek yang diteliti melalui segi-segi subyektif.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka dalam proses
menganalisis datanya pun peneliti melakukan analisa secara bersamaan. Seperti
yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya, bahwa dalam prosesnya analisa
dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan model interaktif yang telah
dikembangkan oleh Milles dan Huberman, yaitu selama penelitian dilakukan
dengan menggunakan tiga kegiatan penting, diantaranya; DataReduction (Reduksi
data), Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang sudah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dan memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya jika diperlukan.
Data Display (Penyajian Data), Setelah data direduksi, langkah
selanjutnya adalah mendisplaykan data, penyajian data dapat dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan selanjutnya, yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah difahami.
Conclusion Drawing /verification (Penarikan Kesimpulan), langkah ketiga
dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apa bila kesimpulan
yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan
yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Selanjutnya untuk menjaga keabsahan data selama penelitian berlangsung,
peneliti juga menggunakan aktivitas triangulasi, triangulasi yang digunakan dalam
penelitian ini oleh peneliti yaitu dengan menggunakan triangulasi sumber dan
triangulasi teknik.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
4.3.1 Kinerja Anggota DPRD Kabupaten Pandeglang Periode 2019-2014
(Pada Tahun 2012-2014) Dalam Bidang Legislasi
Kinerja merupakan gambaran mengenai pencapaian oleh pegawai atau
kelompok dalam suatu organisasi dalam pelaksanaan kegiatan, program,
kebijaksanaan guna mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Hal ini menjelaskan pula bahwa konsep kinerja
berhubungan erat dengan konsep organisasi.
Kinerja para pejabat Daerah dan anggota lembaga Daerah juga dipandang
masih rendah, dan ini telah menjadi perbincangan luas dikalangan masyarakat.
Sebagai contoh adalah dalam pembuatan perda pada masa persidangan tahun
2012,2013 dan 2014 perda yang telah ditentukan belum memenuhi target.
Berdasarkan RAPERDA tahun 2012 menjelaskan bahwa kinerja dari
DPRD Kabupaten Pandeglang masih dikatakan belum maksimal, dari target 12
RAPERDA yan terlaksana hanya 6 saja. Hal tersebut dipertegas Fahriadi yang
menyatakan bahwa “banyak program dan kebijakan yang telah dibuat oleh DPRD
tidak dapat dilaksanakan, hal itu dikarenakan adanya ketidak sesuaian antara
SOP dari DPRD dengan SOP dari Eksekutif “. Dari penyataan tersebut
tergambarkan bahwa kinerja DPRD dalam pembuatan kebijakan masih kurang
baik, seharusnya sebelum pembuatan kebijakan dilakukan DPRD tidak hanya
berkoordinasi langsung dengan masyarakat, akan tetapi seharunya melakukan
koordinasi langsung wacana kebijakan tersebut dengan lembaga eksekutif.
pada tahun 2013 DPRD Kabupaten Pandeglang kembali lagia belum
menunjuna kenierjanya secara maksimal, hal tersebut dapat terlihat dari
RAPERDA yang direncakan sebanyak 13, akan tetapi yang terlaksana dan selesai
hanya 5 RAPERDA saja. RAPERDA yang selesai dilaksanakan hanyalah
perbaikan dari RAPERDA pada tahun sebelumnya. Hal itu memperlihatkan
bahwa angota DPRD belum menunjukan gebrakan baru yaitu dengan membuat
dan melaksanakan PERDA baru. Hal ini terjadi karena ada beberapa faktor yang
menjadi penghambat tidak terlaksananya RAPERDA tahun 2013, yaitu kurangnya
koordinasi antara lembaga legislasi dan lembaga eksekutif mengenai anggaran
yang akan dileuarkan untuk melaksanan sebuah peraturan baru. Selanjutnya yang
menjadi hambatan adalah masih lemahnya SDM dari masing–masing lembaga.
Indikasi tersebut terlihat dari kurangnya pemahaman tentang RAPERDA yang
akan dilaksanakan.
Gambaran dari lemahnya kinerja DPRD periode ini juga dapat dilihat dari
RAPERDA tahun 2014. Lembaga perwakilan rakyat seharusnya memberikan
sumbangsih yang lebih ektra dan cekatan dalam menanggapi aspirasi masyarakat,
yaitu dengan membuat sebuah peraturan daerah sesuai dengan apa yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Akan tetapi hal itu belum terjadi pada DPRD
Kabupaten Pandeglang. Karena dari RAPERDA yang di rencakan sebanyak 15
yang terlaksana dan selesai hanya 5 saja. Jika kita melihat RAPERDA pada tahun
2014 sungguh ironin karena RAPERDA yag diselesaikan hanyalah peraturan
daerah yang diperbaiki pada tahun sebelumnya. Ketidakmapuan DPRD dalam
menyelesaikan tugasnya terbentur oleh kendala yang terindikasi dari kurangnya
anggaran, lemahnya SDM, kurangnya koordinadi lembaga legislasi dengan
lembaga eksekutif. Sehingga RAPERDA yang dibuat tidak dapat dilaksanakan.
Kinerja DPRD Bidang Legislasi Kabupaten Pandeglang yang dimaksud
merupakan hasil kerja yang dicapai DPRD Kabupaten Pandeglang pada bidang
Legislasi, berikut adalah tugas dan fungsi DPRD Kabupaten Pandeglang. Kinerja
yang dimaksud merupakan kesesuaian program-program yang telah ditentukan
sebelumnya oleh DPRD Kabupaten Pandeglang. Pencapaian hasil dari kegiatan
yang dilakukan DPRD Kabupaten Pandeglang untuk mengetahui dan menilai
kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang dalam bidang Legislasi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan KABAG Hukum Sekretariat Dewan,
Menurut Fahriadi (52 Tahun)
“sejauh ini DPRD Kabupaten Pandeglang sudah berjalan sesuai dengan
fungsinya, hal ini dibuktikan dengan terlaksananya program-program yang
dicanangkanoleh DPRD Periode sekarang berjalan dengan baik, misalnya
adalah terciptanya perda inisiatif yang merupakan produk DPRD. Contoh
lain adalah Program DPRD Pandeglang yaitu kunjungan rutin ke
kecamatan. ”
(Wawancara Senin, jam 12.40, 23 Maret 2015, Sekretariat Dewan)
DPRD Kabupaten Pandeglang sudah berjalan dengan tugas dan fungsinya,
Hal itu dapat dibuktikan oleh anggota DPRD melalui Produk Perda dan Program-
program pelayanan public,misalnya adalah kunjungan anggota DPRD ke
kecamatan yang dilakukannya rutin. Program tersebut dilakukan untuk
menunjukan kinerja DPRD kepada masyarakat.
Penilaian kinerja tersebut tidak terlepas dari proses penyelesaian dari
kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang itu sendiri. Dengan adanya indikator-
indikator tersebut maka kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang dalam bidang
Legislasi dapat berjalan secara optimal. Akan tetapi Hal itu berbeda dari
penjelasan dari Taufik Iskandar warga kelurahan Pagadungan kecamatan
Karangtanjung, menyatakan bahwa:
“saya menilai kenerja DPRD masih belum baik, coba saja kita liat
dibeberapa kecamatan, masih banyak masyarakat yang komplen tentang program
atau perda yang menurut DPRD pro masyarakat, sejauh ini masyarakat masih
belum merasakan hasil kinerja DPRD, karena selama ini pertemuan antara DPRD
dengan masyarakat hanya dijadikan sebagai formalitas saja. ”
(wawancara,Sabtu, jam 16.00, 25 Februari 2015, Alun-alun Pandeglang)
Sejauh ini masyarakat masih belum puas dengan kinerja DPRD Kabupaten
Pandeglang, masyarakat menilai perda yang dibuat DPRD masih belum mewakili
aspirasi masyarakat. Ini juga bias dilihat masih banyaknya masyarakat yang
berdemo untuk menuntut pemerintah ataupun dewan agar membuat sebua
program atau perda yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas bahwa DPRD seharusnya lebih terbuka dan
memaksimalkan berdiskusi menerima semua aspirasi dengan semua kalangan
masyarakat sebelum membuat perda atau program, Hal itu dilakukan agar apa
yang di kerjakan oleh DPRD dapat di rasakan langsung dan sesuai apa yang
harapakan oleh masyarakat Kabupaten Pandeglang secara umum. Hasil dari
sebuah kinerja sangat penting untuk diketahuidi dalam pelaksanaan suatu
organisasi, karena dapat dijadikan sebagai dasar acuanpenentu keberhasilan tujuan
yang akan dicapai. Adapun indicator yang digunakandalam penelitian mengenai
kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang dalam bidang Legislasi terdiri dari
responsivitas, responsibilitas,dan akuntabilitas.
4.3.2 Responsivitas DPRD Kabupaten Pandeglang
Responsivitas merupakan cara yang efisien dalam memanage atau
mengatur urusan baik di tingkat pusat maupun tingkat Daerah atau lokal dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat, karenanya baik pemerintah pusat
maupun Daerah dikatakan responsif terhadap kebutuhan masyarakat apabila
kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi oleh instansi pemerintahan. Kemampuan
organisasi untuk mengenali dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas
perlu dimasukan ke dalam indikator kinerja karena menggambarkan secara
langsung kemampuan organisasi pemerintah dalam menjalankan misi dan
tujuannya.
Dalam oprasionalisasinya, responsivitas lembaga legislatif dijabarkan
melalui adanya beberapa keluhan masyarakat, sikap anggota Dewan dalam
merespon keluhan masyarakat serta penggunaan keluhan masyarakat sebagai
referensi bagi penyusunan kebijakan dan langkah perbaikan dimasa mendatang.
Keluhan yang disampaikan oleh masyarakat merupakan indikator yang
memperlihatkan bahwa fungsi perwakilan yang diemban oleh lembaga legislatif
daerah belum maksimal dengan harapan masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Tubagus Wahyudi (25 Tahun) yang
merupakan sebagai masyarakat dan berperan aktif bergabung dalam organisasi
KUMANDANG (Keluarga Mahasiswa Pandeglang) yang senantiasa berperan
aktif menyoroti, memberikan masukan dan mengawasi kinerja DPRD
Pandeglang, beliau mengatakan :
“sejauh ini DPRD masih berjalan sesuai dengan fungsinya, yaitu
menerima aspirasi masyarakat dan telah di buktikan dengan beberapa
Peraturan Daerah yang pernah kami ajukan adalah mengenai Waralaba dan
peningkatan pelayan publik. ”
(Wawancara,Minggu jam 07.30, 25 Maret 2015,Alun-alun Pandeglang)
Peraturan yang dibuat oleh DPRD Pandeglang merupakan hasil dari
diskusi antara masyarakat, aktivis dan dewan. Hal itu untuk membuktikan bahwa
DPRD sesuai dengan funginya, yaitu merespon aspirasi masyarakat dengan baik
dan menjadi acuan untuk program atau perda yang akan dibuat oleh DPRD.
Berdasarkan wawancara dengan Anggota DPRD Pandeglang yaitu H.
Dedi (49 Tahun) selaku anggota BANLEG pada periode 2009-2014, beliau
mengatakan
“DPRD periode tahun ini sangat cukup baik dalam merespon aspirasi dari
masyarakat ataupun akademisi yang terkait problematika yang terjadi di
masyarakat, justru kami sangat terbantu dengan adanya masyarakat yang
kritis dan selalu berperan aktif dalam memberikan aspirasi mereka demi
kebangkitan dan kemajuan Kabupaten Pandeglang. Beberapa hasil diskusi
kami dengan masyarakat adalah telah kami buat tentang program
pelayanan yang sudah direalisasikan contohnya adalah pemasangan
papinblok dan perbaikan jalan di setiap kecamatan. ”
(Wawancara,Jum‟at jam 14.10, 23 Maret 2015, DPRD Pandeglang)
Kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang cukup baik dan senantiasa
merespon aspirasi masyarakat, kritikan masyarakat sangat membantu dewan
dalam membuat produk unggulan yang dibutuhkan masyarakat dimasing-masih
kecamatan.
Berdasarkan uraian diatas menjelaskan bahwa sejauh ini DPRD berjala
sesaui dengan fungsinya. DPRD Kabupaten Pandeglang merespon semua aspirasi
masyarakata Pandeglang dengan cara mengajak masyarakat untuk duduk bersama
mendiskusikan permasalahan yang sedang terjadi dan membicarakan apa yang
dibutuhkan masyarakat. Hal itu dapat dibuktikan dengan dibuatnya perda inisiatif
dan program DPRD yang pro terhadapa masyarakat, misalnya adalah
tereaisasinay perda inisiatif tentang peningkatan palayanan public, perbaikan jalan
di setiap kecamatan dan perda inisiatif tentang waralaba, sehingga dapat
disimpulan bahwa respon DPRD Kabupaten Pandeglang dapat dikatakan cukup
baik.
Responsivitas memerlukan kesiapan dari seluruh aparatur yang sebagai
pembuat kebijakan, penyedia/pelaksana layanan publik, sikap cepat tanggap yang
dimiliki oleh para pembuat kebijakan, senantiasa dipelihara sehingga pelayanan
kepada masyarakat tetap berjalan dengan baik, efektif dan efisien.
4.3.2.1 Kemampuan DPRD Kabupaten Pandeglang dalam mengenali
kebutuhan masyarakat
Kemampuan mengenali kebutuhan masyarakat dipengaruhi oleh cepat
tidaknya pemberian pelayanan DPRD Kabupaten Pandeglang kepada Masyarakat.
Kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang dapat dilihat dari responsivitas DPRD
sebagai pembuat kebijakan, penyedia/pelaksana layanan publik, sikap cepat
tanggap yang dimiliki oleh para pembuat kebijakan, senantiasa dipelihara
sehingga pelayanan dapat diberikan dengan efektif dan efisien. Responsivitas
sangat diperlukan dalam pelayanan publik karena Hal itu merupakan bukti
kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda
dan prioritas pelayanan serta mengembangkan program-program pelayanan publik
sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Fahri (52 Tahun) selaku kepala
bagian hukum sekretariat DPRD Kabupaten Pandeglang
“Responsivitas DPRD Kabupaten Pandeglang dilakukan secara koordinasi
oleh DPRD kepada Masyarakat. Hal ini juga dipertegas dengan
dilakukannya wawancara dengan Masyarakat. ”
(Wawancara Senin, jam 12.40, 23 Maret 2015, Sekretariat Dewan)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut bahwa responsivitas DPRD
terhadap polemik yang terjadi di Kabupaten Pandeglang sudah terkoordinasi
dengan baik dan sudah kami tanggapi denggan baik, akan tetapi tidaklah cukup
sampai merespon saja, justru sampai saat ini masih saja ada kendala dalam
merealisasikan program yang sudah DPRD rencanakan karena tergantung pada
Pemerintah Daerah yang melaksakannya. Responsivitas yang dilakukan DPRD
Kabupaten Pandeglang sangat diperlukan dalam pelayanan publik dalam hal ini
pelayanan kepada Masyarakat. Karena Hal itu merupakan bukti kemampuan
organisasi untuk mengenali kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh Masyarakat,
menyusun agenda kebijakan dan prioritas pelayanan serta mengembangkan
program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan para stakeholders
agar tercipta pelayanan yang lebih cepat, efektif dan efisien. Koordinasi dengan
para stakeholders juga dilakukan DPRD bukan hanya dari Masyarakat, tetapi juga
DPRD menerima masukan-masukan dari pihak lain yaitu Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) yang juga ikut mengawasi jalannya pembuatan kebijakan di
Kabupaten Pandeglang. LSM berkerjasama dengan DPRD sebagai pengamat
jalannya sebuah kebijakan yang dalam pelaksanaannya bisa juga memberikan
masukan-masukan kepada DPRD.
Selain itu Fahriadi juga menyampaikan bahwa :
“pihak LSM juga sering dilibatkan oleh DPRD dalam rapat-rapat atau
musyawarah yang diselenggarakan oleh DPRD Kabupaten Pandeglang.
Hal ini dikarenakan DPRD Kabupaten Pandeglang ingin melakukan
transparansi publik, atau sebagai bentuk keterbukaan DPRD Kabupaten
Pandeglang dalam menerima masukan-masukan dari luar, untuk
selanjutnya dapat ditindaklanjuti oleh DPRD sebagai upaya untuk
melakukan daya tangkap yang responsif dan secara cepat terhadap segala
bentuk masukan-masukan yang diterima oleh DPRD. ”
(Wawancara Senin, jam 12.40, 23 Maret 2015, Sekretariat Dewan)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut menerangkan bahwa DPRD
senantiasa melibatkan LSM dalam rapat atau musyawarah yang diselenggarakan
oleh DPRD Kabupaten Pandeglang, Disamping itu, Hal ini dikarenakan DPRD
Kabupaten Pandeglang ingin melakukan transparansi publik, atau sebagai bentuk
keterbukaan DPRD Kabupaten Pandeglang dalam menerima masukan-masukan
dari luar, untuk selanjutnya dapat ditindaklanjuti oleh DPRD sebagai upaya untuk
melakukan daya tangkap yang responsif dan secara cepat terhadap segala bentuk
masukan-masukan yang diterima oleh DPRD LSM juga dapat berperan sebagai
lembaga social control pada saat proses pembuatan kebijakan berlangsung. Jika
ada kekurangan atau terjadi indikasi-indikasi dan issu-issu yang berkembang
diluar, LSM berhak melapor kepada DPRD untuk selanjutnya laporan itu
ditampung oleh DPRD sebagai sebuah masukan. Namun laporan-laporan yang
masuk kepada DPRD Kabupaten Pandeglang tidak serta merta langsung ditindak
lanjuti. DPRD pun terlebih dahulu menimbang dan melakukan uji kebenaran atas
segala bentuk laporan-laporan dan masukan-masukan yang terkait masalah dalam
pembuatan kebijakan.
Serangkaian tahapan pembuatan kebijakan yang dilakukan oleh DPRD
memang memerlukan daya tangkap yang cepat dari DPRD Kabupaten Pandeglang
sebagai pembuat kebijakan di Kabupaten Pandeglang. Meningkatnya jumlah
partisipasi atau keikutsertaan Masyarakat yang semakin meningkat, membuat
DPRD harus lebih responsif dalam menangkap segala bentuk permasalahan pada
saat pembuatan kebijakan, permasalahan yang terjadi di lapangan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan H. Dedi (49 Tahun) selaku anggota
BANLEG pada periode 2009-2014 menyatakan bahwa:
“proses pembuatan kebijakan di DPRD sesuai dengan tahapannya yaitu
dari BANLEG ke Paripurna terus Bansus dan di bahas lagi di paripurna.
Selain itu dalam menanggapi aspirasi masyarakat dan dalam membuat
kebijakan DPRD selalu melibatkan ketua agama, akademisi, tokoh
masyarakat serta forum camat, sehingga apa yang kami bahas benar-benar
mencakup dari bebagai masalah dimasyarakat. ”
(Wawancara,Jum‟at jam 14.10, 23 Maret 2015, DPRD Pandeglang)
Proses pembuatan kebijakan DPRD sesuai dengan tahapannya, selain itu
DPRD Kabupaten Pandeglang senantiasa melibatkan tokoh masyarakat, tokoh
agama, akademisi dalam proses pembuatan kebijakan. Walaupun banyak factor
yang mempengaruhi pembuatan kebijakan.
Permasalahan yang terjadi pada saat proses pembuatan kebijakan bukan
hanya ada pada kinerja DPRD, tetapi juga pada kesiapan Dinas-dinas terkait.
Berdasarkan hasil wawancara, ternyata pada saat proses pembuatan kebijakan ada
sejumlah Masyarakat yang tidak setuju, terdapat beberapa Masyarakat yang
kurang responsif dalam menerima kebijakan dari DPRD Kabupaten Pandeglang.
Hal ini tentunya menjadi kendala yang harus disikapi DPRD dengan responsif.
Responsivitas DPRD Kabupaten Pandeglang dalam bidang legislasi telah
melaksanakan tugasnya dengan baik, Badan Legislasi dalam melaksanakan
tugasnya secara reaktif menyikapi permasalahan-permasalahan yang terjadi secara
cepat dan sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Akan tetapi
dengan sikap dan respon yang cepat, DPRD dengan seluruh aparatur di dalamnya
telah mempersiapkan segala keperluan 1 (satu) tahun sebelum proses pembuatan
kebijakan dimulai. Sehingga kendala-kendala yang akan muncul pada saat proses
pembuatan kebijakkan sedikitnya telah dapat diprediksi oleh DPRD.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Feri Hasanudin selaku sekretaris
DPRD Kabupaten Pandeglang. Beliu mengatakan bahwa :
“dalam proses pembuatan kebijakan DPRD tentunya tidaklah mudah, kami
sering berhadapan dengan kendala, misalnya adalah SOP legislative tidak
sejalan dengan SOP eksekutif, SKPD tidak sejalan dan banyak hal lagi
yang terkadang menjadi kendala dalam proses pembuatan kebijakan. ”
(Wawancara,Jum‟at jam 15.00, 23 Maret 2015, DPRD Pandeglang)
Uraian tersebut menerangkan bahwa proses pembuatan kebijakan tidaklah
mudah, masih banyak kendala yang harus dihadapi. Misalnya adalah tidak
seiringnya SOP legislative dengan SOP eksekuif dan masih banyak lagi. Meski
terdapat kendala yang terjadi pada saat proses pembuatan kebijakan berlangsung,
secara responsivitas DPRD memiliki daya tangkap yang cepat dalam menerima
masukan-masukan yang diterima. Serta DPRD pula memiliki integeritas yang
tinggi dalam memberikan pelayanan kepada peserta Masyarakat.
Berdasarkan uraian hasil wawancara diatas menunjukan bahwa daya
tanggap DPRD Kabupaten Pandeglangterhadap aspirasi masyarakat bisa
dikatakan baik, Hal itu tergambarkan dari hasil wawancara yang menjelaskan
bahwa sejauh ini DPRD menggapi semua aspirasi masyarakat Pandeglang,
melakukan diskusi rutin dengan beberapa LSM, akademisi, tokoh agama dan
tokoh masyarakat. Yakni untuk mengetahui polemic yang terjadi di masyarakat,
sehingga DPRD kebijakan yang dibbuat oleh DPRD benar mencakup apa yang
terjadi dalam ruang lingkup permasalahan di masyarakat. Koordinasi dan
komunikasi yang dilakukan DPRD Kabupaten Pandeglang dengan Masyarakat
cukup baik sehingga dapat dengan cepat mengatasi kekurangan-kekurangan yang
terjadi. Selain komunikasi dan koordinasi, daya tangkap DPRD dalam proses
pembuatan kebijakan juga menjadi salah satu penentu keberhasilan DPRD dalam
pembuatan kebijakan.
4.3.2.2 Keselarasan Program-Program DPRD dengan Aspirasi Masyarakat
Pembuatan kebijakan dilakukan tujuan dan sasaran yang jelas, yakni untuk
memenuhi kepentingan masyarakat, tetapi dalam prakteknya banyak masyarakat
yang kurang responsif dalam menanggapi proses pembuatan kebijakan yang
dilakukan DPRD. Pada konteks ini, responsivitas bersinggungan dengan rasa
keadilan dan transparansi. Sikap responsif ini terbagi dalam dua konteks, yaitu
DPRD Kabupaten Pandeglang sebagai pihak yang melakukan pembuatan
kebijakan mampu melihat dan menanggapi isu-isu yang muncul ketika proses
pembuatan kebijakan berlangsung, dan DPRD mampu merespon harapan-harapan
dari para stakeholders dan juga masyarakat.
Harapan masyarakat dalam pelaksanaan pembuatan kebijakan yang
dilakukan oleh DPRD tidak terlalu mendapatkan respon yang antusias dari
masyarakat secara umumnya. Hal ini dikarenakan proses pembuatan kebijakan
sebelumnya sudah ditetapkan oleh DPRD Kabupaten Pandeglang, sehingga
sosialisasi kepada masyarakat terlaksana dan kurang mendapat tanggapan dari
masyarakat itu sendiri. Pada dasarnya responsivitas DPRD Kabupaten Pandeglang
telah cukup baik dalam pembuatan kebijakan, akan tetapi masyarakat kurang
mengetahui adanya kegiatan pembuatan kebijakan yang dilakukan oleh DPRD.
Sebab masyarakat baru akan mengetahui setelah proses pembuatan kebijakan ini
selesai dilakukan, baru setelah itu ada respon dari masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Fahriadi (52 Tahun) Sekretaris
Bagian Hukum DPRD Kabupaten Pandeglang yang mengatakan bahwa :
“setelah diumumkan Peraturan Daerah oleh DPRD, melakukan uji publik
terhadap suatu kebijakan. Pada dasarnya, masyarakat baru akan melihat
dan mengetahui ketika Perda, setelah DPRD mengesahkan Perda tersebut.
Setelah dilakukan pembuatan kebijakan, barulah Masyarakat melakukan
penolakan sebuah kebijakan. “
(Wawancara Senin, jam 12.40, 23 Maret 2015, Sekretariat Dewan)
Berdasarkan uraian dari wawancara menjelaskan bahwa setelah
dilakukanya pengumuman PERDA oleh DPRD serta melakukan uji public
terhadap suatu kebjakan. Hal itu dilakukan untuk mengetahui secara utuh hasil
kebijakan yang dibuat dan untuk mengetahui respon masyarakat menolak atau
tidak terhadap kebjakan yang telah dibuat. Penyelenggaraan demokrasi yang terus
mengalami perubahan dari tahun ke tahun dan proses dari reformasi itu sendiri
nampaknya tidak membawa banyak perubahan bagi kemajuan pembangunan yang
ada di Indonesia. Maraknya kasus-kasus korupsi, lemahnya kinerja parlemen,
tidak berjalannya parlemen sesuai dengan kehendak dan aspirasi masyarakat.
Merupakan indikasi munculnya paradigma masyarakat yang kurang begitu
merespon akan wakil masyarakat di kursi parlemen. Tidak adanya perubahan yang
begitu signifikan akan kinerja dari parlemen dari tiap penyelenggaraan pentas
demokrasi rakyat yaitu Pemilu, membuat masyarakat kurang memberikan
tanggapan atau masukan yang positif terhadap Anggota DPRD yangnotabennya
wakil rakyat sebagai lembaga yang menyalurkan aspirasi masyarakat. Keinginan
masyarakat dari serangkaian tahapan pembuatan kebijakan yang dilakukan oleh
DPRD secara garis besar kurang diketahui atau kurang mendapatkan respon dari
masyarakat. Akan tetapi setelah DPRD Kabupaten Pandeglang telah menetapkan
sebuah PERDA, baru setelah itu muncul pernyataan atau spekulasi-spekulasi dari
masyarakat dalam menanggapi hasil pembuatan kebijakan DPRD tersebut.
Setelah dilakukan uji publik, hanya sebagian dari lapisan masyarakat yang bisa
menanggapi dengan positif hasil pembuatan kebijakan DPRD Kabupaten
Pandeglang tersebut terkait PERDA yang yang telah ditetapkan DPRD. Antara
lain dari kalangan LSM, mahasiswa, dan pengamat atau pemerhati politik yang
dapat memberikan tanggapan terkait hasil pembuatan kebijakan yang telah
diumumkan DPRD.
Berdasarkan hasil wawancara penelitidengan Hj. Nenti (30 Tahun) selaku
anggota komisi 1:
“DPRD Kabupaten Pandeglang pada setiap tahapan pembuatan kebijakan,
membuka diri untuk menerima masukan-masukan dari semua kalangan.
DPRD Kabupaten Pandeglang mengadakan rapat dengan berbagai
kalangan, mulai dari LSM, Organisasi Masyarakat (Ormas), aktivis politik,
dll. Hal ini dilakukan agar DPRD bisa mendapat masukan terhadap hasil
keputusan yang telah ditetapkannya. “
(Wawancara Senin, jam 10.40, 23 Maret 2015, Sekretariat Dewan)
DPRD Kabupaten Pandeglang pada setiap tahapan pembuatan kebijakan
membuka diri untuk menerima masukan-masukan dari semua kalangan. DPRD
Kabupaten Pandeglang mengadakan rapat dengan berbagai kalangan, mulai dari
LSM, Organisasi Masyarakat (Ormas), aktivis politik, dll. Hal ini dilakukan agar
DPRD bisa mendapat masukan terhadap hasil keputusan yang telah
ditetapkannya. Selain itu, hal ini ditujukan agar terciptanya transparasi publik dan
meminimalisir timbulnya isu atau spekulasi dari semua kalangan, bahwa dalam
melakukan pembuatan kebijakan DPRD tidak transparan dan ada sistem tebang
pilih dalam pembuatan kebijakan dan DPRD Kabupaten Pandeglang harus
melakukan terobosan-terobosan baru selanjutnya, agar antusias masyarakat dan
animo masyarakat akan figur-figur yang akan mewakili mereka di parlemen bisa
lebih diterima oleh masyarakat. Disamping itu, proses pembuatan kebijakan harus
menghasilkan PERDA-PERDA yang berkualitas, sehingga kinerja mereka bisa
dirasakan langsung oleh masyarakat secara merata.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan dapat dikatakan
bahwa responsivitas DPRD Kabupaten Pandeglang dalam bidang Legislasi belum
cukup maksimal. Hal ini dapat terlihat dari kurang responsifnya tanggapan
masyarakat pada hasil pembuatan kebijakan yang dilakukan DPRD. Badan
Legislasi kurang peka terhadap kebutuhan para stakeholders serta terciptanya
komunikasi dan koordinasi yang dilakukan DPRD dengan Dinas-dinas terkait,
menjadi solusi yang dilakukan dalam meminimalisir kendala yang terjadi, akan
tetapi Hal itu tidak didukung oleh beberapa Masyarakat yang kurang responsif
dalam bidang Legislasi mengalami beberapa kendala yang terjadi pada proses
pelaksanaannya.
4.3.3 Responsibilitas DPRD Kabupaten Pandeglang dalam Bidang Legislasi
Responsibilitas merupakan Kemampuan organisasi dalam melaksanakan
program kerja yang peka akan sasaran dan target, serta mengembangkan program-
program pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat merupakan
tanggung jawab yang harus dimiliki DPRD Kabupaten Pandeglang dalam bidang
Legislasi. Responsibilitas merupakan suatu konsep yang menjelaskan persesuaian
pelaksanaan kegiatan organisasi publik dengan prinsip-prinsip administasi yang
benar atau dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit.
Responsibilitas berkaitan dengan kedisiplinan kerja telah melaksanakan
kedisiplinan kerja yang dapat dilihat dari kedisiplinan waktu kerja sesuai dengan
peraturan pemerintah. Kedisiplinan tersebut dilaksanakan sebagai komitmen dan
konsisten terhadap program kerja yang telah ditetapkan DPRD Kabupaten
Pandeglang dalam pembuatan kebijakan. Responsibilitas berkaitan dengan
pelaksanaan evaluasi atau penilaian mengenai standar pelaksanaan kegiatan yang
sesuai standar yang dibuat tepat dengan situasi dan kondisi.
4.3.3.1 Pelaksanaan Kegiatan DPRD Kabupaten Pandeglang sesuai dengan
Fungsi dan Tugas DPRD dalam bidang Legislasi
Responsibilitas pemberian pelayanan publik salah satunya diukur melalui
pelaksanaan evaluasi atau penilaian mengenai standar pelaksanaan kegiatan yang
sesuai standar yang dibuat. Responsibilitas juga merupakan suatu usaha positif
dalam menggerakan dan mengarahkan sumber daya manusia agar secara produktif
berhasil sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Memberikan
tanggungjawab kepada Masyarakat Kabupaten Pandeglang merupakan suatu cara
untuk dapat bekerja secara aktif dan berkompeten dalam melakukan pembuatan
kebijakan. Tanggung jawab yang telah dilaksanakan DPRD Kabupaten
Pandeglang dalam bidang Legislasi telah bekerja sesuai dengan peraturan DPRD
Nomor 03 tahun 2010 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Pandeglang, Pembuatan kebijakan. Adanya tanggung jawab DPRD
merupakan kesediaan untuk menyiapkan diri dalam menghadapi resiko terburuk
sekalipun, memberikan informasi dan kompensasi dalam melaksanakan tugas
merupakan salah satu bentuk tanggung jawab yang dilakukan DPRD. Informasi
yang diberikan DPRD Kabupaten Pandeglang kepada Masyarakat pada dasarnya
belum efektif.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Fahriadi (52 Tahun) Kepala Bagian
Hukum sekretariat DPRD Kabupaten Pandeglang mengatakan bahwa:
“untuk membangun komunikasi dalam proses pembuatan kebijakan, kami
meminta Masyarakat menyampaikan pendapatnya mengenai kebijakan
yang akan di buat, antara Masyarakat dengan DPRD Kabupaten
Pandeglang. diharapkan Masyarakat yang bersangkutan dapat
berkomunikasi dengan baik dan secara intensif pada saat proses
pembuatan kebijakan. Masyarakat nantinya akan berkomunikasi dengan
Badan Legislasi dari DPRD Kabupaten Pandeglang perihal apa saja yang
dibutuhkan pada saat proses pembuatan kebijakan, disamping itu juga
menyangkut jika ada kekurangan dalam melengkapi kekurangan-
kekurangan. ”
(Wawancara Senin, jam 12.40, 23 Maret 2015, Sekretariat Dewan)
Berdasarkan uraian diatas menerangkan bahwa untuk membangun
komunikasi dengan masyarakat, diharapkan Masyarakat yang bersangkutan dapat
berkomunikasi dengan baik dan secara intensif pada saat proses pembuatan
kebijakan. Masyarakat nantinya akan berkomunikasi dengan Badan Legislasi dari
DPRD Kabupaten Pandeglang perihal apa saja yang dibutuhkan pada saat proses
pembuatan kebijakan, disamping itu juga menyangkut jika ada kekurangan dalam
melengkapi kekurangan-kekurangan. DPRD senantiasa membuka diri untuk
berdiskusi dengan masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya Pemberian
informasi dapat terjalin dengan efektif sebelum dan sesudah proses pembuatan
kebijakan berlangsung karena adanya tim atau perwakilan dari Masyarakat yang
terus secara intensif berkomunikasi dengan Badan Legislasi, sehingga kelancaran
dari proses pembuatan kebijakan itu sendiri telah sesuai dengan prosedur dan
waktu yang telah ditetapkan sebelumnya oleh DPRD Kabupaten Pandeglang.
Adapun kekurangan dan kendala-kendala yang terjadi pada saat proses pembuatan
kebijakan, dikarenakan karena kurang responsifnya DPRD dalam menerima
masukan dari Masyarakat. Adanya kendala dan permasalahan-permasalahan yang
terjadi pada proses pembuatan kebijakan memang telah diminimalisir, akan tetapi
DPRD kurang merespon apa saja masukan yang diberikan oleh Masyarakat.
Adanya sejumlah permasalahan yang terjadi ditubuh Masyarakat, diindikasi
menjadi salah satu penyebab kurang responsifnya anggota DPRD dalam
pembuatan sebuah kebijakan
Komunikasi dan koordinasi secara intensif yang dilakukan Anggota DPRD
Masyarakat mengenai proses pembuatan kebijakan dan sosialisasi perda
merupakan sebuah tanggung jawab yang dilakukan DPRD demi meningkatkan
kinerja pada saat proses pembuatan kebijakan berlangsung. Program-program
yang dilaksanakan DPRD Kabupaten Pandeglang selalu Berdasarkan hasil diskusi
dan koordinasi dengan tokoh masyarakat, LSM dan akademisi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Fahriadi (52 Tahun) Kepala Bagian
Hukum sekretariat DPRD Kabupaten Pandeglang mengatakan bahwa:
“kita sering melakukan koordinasi kepada masyarakat seperti reses,
audiensi dan musrenbang. Selama masyarakat itu meminta untuk
berkoordinasi dengan DPRD pasti kita tanggapi. ”
(Wawancara Senin, jam 12.40, 23 Maret 2015, Sekretariat Dewan)
Wawancara diatas menjelaskan bahwa DPRD sering melakukan
koordinasi dengan masyarakat seperti rese, audiensi dan Musrenbang. Hal itu
dilakukan DPRD Kabupaten Pandeglang selama masyarakat meminta
berkoordinasi. DPRD Memiliki rasa bertanggung jawab dalam setiap tindakan
yang telah dilakukan, khususnya selama melaksanakan tugasnya pada saat
berkomunikasi secara intensif dengan Masyarakat. Peran penting DPRD dalam
memberikan informasi dan sosialisai mengani peraturan Daerah yang telah di buat
kepada Masyarakat, merupakan salah satu indikator yang cukup efektif demi
terciptanya proses pembuatan kebijakan yang sesuai dengan target yang telah
ditentukan. Terlaksananya program-program berupa rencana yang telah
ditetapkan oleh DPRD, merupakan bentuk keseriusan DPRD Kabupaten
Pandeglang dalam kinerjanya di bidang legislasi melalui tahapan pembuatan
kebijakan. Adanya delegasi yang ditugaskan DPRD kepada Masyarakat untuk
berkoordinasi dengan Badan Legislasi dalam memenuhi kekurangan-kekurangan
yang terjadi, sebagai bentuk kesiapan DPRD dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan bahwa kegiatan pembuatan
kebijakan yang dilakukan DPRD Kabupaten Pandeglang dilakukan dengan baik
sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada dan sesuai dengan prosedur yang
telah yang berlaku. DPRD Kabupaten Pandeglang juga memiliki tanggung jawab
dan kerjasama yang dijalin dengan para stakeholders. Tanggung jawab yang telah
dilaksanakan DPRD Kabupaten Pandeglang dalam bidang Legislasi telah bekerja
sesuai dengan peraturan DPRD Nomor 03 tahun 2010 tentang Tata Tertib Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pandeglang, Pembuatan kebijakan.
4.3.4 Akuntabilitas DPRD Kabupaten Pandeglang dalam Bdang Legislasi
Kesesuaian dari serangkaian tahapan pembuatan kebijakan yang dilakukan
oleh DPRD Kabupaten Pandeglang pada umumnya telah sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan oleh DPRD yang mengacu kepada peraturan-peraturan yang
digunakan pada saat proses pembuatan kebijakan. Untuk menuju pelayanan yang
adil dan merata maka diperlukan suatu pencapaian hasil yang sudah dilaksanakan
dari seluruh rangkaian program-program yang telah terencana dan terlaksana
dengan baik. Adanya kegiatan yang dilaksanakan akan kegiatan tersebut dapat
diketahui apakah berhasil atau tidak, salah satu caranya ialah dapat dilihat dari
akuntabilitas. Akuntabilitas merupakan sesuatu untuk mengurus dan mengaudit,
melakukan tanggung jawab, laporan kinerja, menjawab atas prilaku atau tindakan-
tindakan yang telah dilakukan, keputusan dan tindakan, terbuka bagi pemeriksaan
dan peradilan, bagian dari sanksi dan penghargaan.
4.3.4.1 Kesesuaian Kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang dalam Bidang
Legislasi
Peraturan dan dasar dari program kerja merupakan pedoman yang sangat
diperlukan oleh DPRD Kabupaten Pandeglang dalam menjalankan tugas dan
fungsinya dalam bidang Legislasi. Dasar acuan itu yang nantinya akan digunakan
DPRD apabila dalam teknis pelaksanaannya menghadapi kendala-kendala yang
terjadi, sehingga akuntabilitas DPRD pada saat pembuatan kebijakan bisa
dihasilkan dengan tepat dan akurat. Mewujudkan pelayanan yang adil, merata
dan menyeluruh kepada seluruh stakeholdersdalam bidang Legislasi diperlukan
suatu pencapaian hasil yang sudah direncanakan dan dilaksanakan sebelumnya
agar terciptanya suatu etos kerja yang bisa menjadi acuan DPRD Kabupaten
Pandeglang untuk kedepannya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan TB. Tengku Abdurahman. SE dari
Fraksi PPP yang menjabat sebagai wakil ketua 1 DPRD Kab. Pandeglang, beliau
menyatakan bahwa :
“kami melaksanakan kinerja sudah sangat maksimal dan sudah sesuai
dengan aturan yang berlaku, melaksanakan fungsi kami sebagai anggota
DPRD seperti melaksanakan pembuatan kebijakan, pengawasan dan
penganggaran keuangan, memang kami sadari selama proses pembuatan
kebijakan belum maksimal dan belum menyentuh semua kalangan
masyarakat, akan tetapi kita semua disini akan terus melakukan perbaikan
demi melaksanakan aspirasi rakyat Pandeglang. ”
(Wawancara Rabu, jam 10.00, 23 Maret 2015, Sekretariat Dewan)
Anggota DPRD khususnya merupakan pimpinan wakil ketua 1 DPRD Kab
Pandeglang sudah merasa selama ini kinerja yang dilaksanakan sudah cukup
maksimal. Dan sudah melaksanakan fungsi kami sebagai anggota DPRD seperti
melaksanakan pembuatan kebijakan, pengawasan dan penganggaran keuangan,
Akan tetapi tidak sejalan dengan yang dikatakan oleh warga masyarakat H. Urai
mustakim, warga kelurahan Cigadung, kecamatan Karangtanjung bahwa:
“kinerja anggota dewan belum maksimal, sedangkan mereka bisa duduk di
DPRD akibat dipilih oleh masyarakat, yang seharusnya lebih
memperhatikan lagi masyarakat. Meskipun anggota DPRD seringkali
berkerja keras dalam melaksanakan tugas dan membuat kebijakan atau
perda untuk meningkatkan pelayanan publik dan membuat program yang
sesuai aspirasi rakyat Pandeglang, namun secara dilapangan masyarakat
belum merasakan secara langsung dengan apa yang dilakukan anggota
DPRD tersebut. ”
(Wawancara Rabu, jam 10.10, 23 Maret 2015, Sekretariat Dewan)
Masyarakat menilai bahwa kenerja DPRD masih belum maksimal, sejauh
ini masyarakat belum merasakan pengaruh yang signifikan dari kebijakan yang
telah dibuat oleh DPRD, serta belum adanya kesesuain anatar kebijakan yang
dibuat DPRD dengan apa yang benar dibutuhkan oleh masyarakat. kesesuaian
DPRD Kabupaten Pandeglang dalam melakukan pembuatan kebijakan mendapat
kendala-kendala dalam proses pelaksanaannya. Namun demikian, berdasarkan
atas program serta acuan yang telah ditetapkan DPRD sebelumnya, kendala-
kendala yang terjadi pada saat pembuatan kebijakan dapat teratasi. Hal itu
tentunya tidak lepas dari kematangan DPRD dalam menentukan dan menjalani
program-program kerja yang dilakukan. Kesesuaian menjadi indikator penting
dalam menentukan sebuah kinerja yang berdasarkan atas akuntabilitas yang sesuai
dengan program kerja yang ada, Hal itu dapat menjadi penilaian DPRD
Kabupaten Pandeglang untuk menilai kinerja organisasinya sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara Masih banyaknya produk DPRD berupa
perda yang belum maksimal. Dimana perda yang tidak sesuai dan belum berpihak
pada masyarakat. Kewajiban dari DPRD Kabupaten Pandeglang ialah
mewujudkan kesesuaian kinerja dan keakuratan hasil-hasil yang telah diperoleh
selama kegiatan pembuatan kebijakan berlangsung. Kesesuaian dan tindakan yang
dilakukan oleh DPRD Kabupaten Pandeglang menjadi salah satu indikator yang
sangat menentukan apakah akuntabilitas DPRD Kabupaten Pandeglang selama
melakukan proses pembuatan kebijakan tersebut telah sesuai dengan target yang
telah diharapkan sebelumnya atau tidak. Mewujudkan akuntabilitas merupakan
hal yang harus dilakukan DPRD demi menciptakan sebuah kinerja yang maksimal
dan sebagai dasar acuan dalam pengukuran kinerja agar dapat berjalan dengan
semestinya. Kesesuaian dalam menilai akuntabilitas DPRD Kabupaten
Pandeglang tentunya harus memiliki tahapan-tahapan yang dilakukan selama
proses pembuatan kebijakan dilaksanakan.
4.3.4.2 Tindakan DPRD Kabupaten Pandeglang dalam pembuatan kebijakan
Mewujudkan akuntabilitas merupakan suatu keharusan dalam
menilaisebuah kinerja organisasi dan merupakan salah satu indikator penting
dalammenilai kinerja suatu organiasi untuk mencapai hasil yang akan dicapai oleh
DPRD. Melaksanakan program-program yang telah ditetapkan sebelumnya
merupakan langkah awal DPRD Kabupaten Pandeglang dalam menjalankan
seluruh rangkaian kegiatan pembuatan kebijakan. terdapat kendala-kendala yang
terjadi pada saat pembuatan kebijakan merupakan suatu hal teknis yang biasa
dialami oleh sebuah organisasi. Karena kendala yang muncul terhadap
pelaksanaan suatu program yang dijalankan oleh setiap organisasi ataupun
instansi pemerintahan merupakan hal yang bersifat kondisional dan dapat
sewaktu-waktu terjadi.
Akuntabilitas juga merupakan suatu instrumen untuk kegiatan kontrol di
dalam suatu organisasi terutama dalam pencapaian hasil kerja DPRD Kabupaten
Pandeglang. Dalam hal ini, diperlukan evaluasi kinerja yang dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana pencapaian hasil serta cara-cara yang digunakan untuk
mencapai suatu tujuan. Pengendalian (control) sebagai bagian penting dalam
manajemen yang baik merupakan hal yang saling menunjang akuntabilitas.
Dengan kata lain, pengendalian tidak dapat berjalan efisien dan efektif bila tidak
ditunjang dengan mekanisme akuntabilitas yang baik serta kesesuaian berupa
perencanaan terhadap program-program yang telah direncanakan sebelumnya
untuk dijadikan sebagai indicator keberhasilan organisasi. Bagi tercapainya
potensi demokrasi yang diwujudkan melalui pemilihan umum. Lembaga legislasi
Daerah menyampaiakan kepentingan dan aspirasi masyarakat yang diuabah
menjadi kebijakan.
Seperti yang diungkapkan oleh anggota DPRD Hj. Heryani (ketua fraksi
GOLKAR), beliau mengatakan bahwa :
“setiap kebijakan yang anggota buat bersama eksekutif selalu berpihak
pada kepentingan rakyat banyak, kebijakan dibuat berasal dari aspirasi
masyarakat”
(Wawancara Senin, jam 09.10, 23 Maret 2015, Sekretariat Dewan)
Berdasarkan uraian hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa setiap
kebijakan yang anggota buat bersama eksekutif selalu berpihak pada kepentingan
rakyat banyak, kebijakan dibuat berasal dari aspirasi masyarakat. Dengan
demikian bisa dikatakan bahwa proses kebijakan publik itu berlangsung dalam
ruang yang dipenuhi oleh beragam kepentingan, baik dari para aktor pemerintah,
Parlemen, masyarakat sipil atau pun para pelaku ekonomi. Fungsi legislasi
merupakan suatu proses untuk mengakomodasi berbagai kepentingan para pihak
(stakeholders), untuk menetapkan bagaimana pembangunan di Daerah akan
dilaksanakan.
Namun pada praktiknya anggota dewan tidak melakukan kewajiban
sebagai anggota dewan, seperti yang dikatakan oleh warga yang bernama Dede
Rizki (33 Tahun) warga kecamatan Labuan, beliau mengatakan bahwa:
“ seperti yang saya pribadi rasakan selama ini, masyarakat tidak dilibatkan
dalam setiap proses pembuatan kebijakan, mereka hanya lebih
mementingkan kepentingan pribadi maupun kepentingan partai
politiknya.”
(Wawancara Senin, jam 16.40, 23 Maret 2015, Rumah Makan cep udin Labuan)
Masyarakat menilai selama ini masyarakat tidak dilibatkan dalam proses
pembuatan kebijakan, lebih jau lagi masyarakat menilai bahwa kebijakan yang
sudah dibuat bukanlah mewakili apa yang di harapkan masyarakat pada umumnya
melainkan hanya untuk kepentingan politik dan kelompok saja. Jika sebuah
kebijakan tidak melibatkan masyarakat bawah, maka sebuah kebijakan itu akan
berdampak buruk bagi pembuat kebijakan, seperti masih banyaknya aksi
demonstrasi yang terjadi selama ini. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada
saat proses pembuatan kebijakan tentunya telah ditekan serendah mungkin oleh
DPRD Kabupaten Pandeglang agar pada saat pelaksanaan pembuatan kebijakan
tidak begitu menghambat kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang dalam
menjalankan tugas dan fungsinya. Akuntabilitas berupa kesesuaian dari proses
pembuatan kebijakan yang telah dilakukan menjadi hal penting yang diperhatikan
DPRD demi kelancaran proses pembuatan kebijakan baik secara teknis di
lapangan maupun secara administratif. Adanya kerjasama yang terjalin antara
DPRD dengan Masyarakat merupakan hal penting yang harus diperhatikan agar
kekurangan DPRD dapat diatasi dengan cepat, tepat, efektif, dan efisien.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa kinerja anggota DPRD
sudah baik tetapi belum maksimal, dimana anggota dewan DPRD Kabupaten
Pandeglang belum melaksanakan peran dan fungsinya secara maksimal. Maka
dapat disimpulkan :
1. Responsivitas, kinerja Anggota DPRD dapat dikatakan baik, hal ini seringnya
DPRD merespon pengaduan dan surat yang masuk atau mengadakan rapat
kerja dengan Perangkat Daerah. Namun hal ini belum diimbangi dari
banyaknya tuntutan/aspirasi masyarakat yang disampaikan kepada lembaga
ini, baik dalam bentuk unjuk rasa, mengirim delegasi hingga meminta audensi
dengan anggota DPRD.
2. Responsibilitas, Berdasarkan hasil penelitian di lapangan bahwa kegiatan
pembuatan kebijakan yang dilakukan DPRD Kabupaten Pandeglang
dilakukan dengan baik sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada dan
sesuai dengan prosedur yang telah yang berlaku. Tanggung jawab yang
telah dilaksanakan DPRD Kabupaten Pandeglang dalam bidang Legislasi
telah bekerja sesuai dengan peraturan DPRD Nomor 03 tahun 2010
tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Pandeglang, Pembuatan kebijakan.
3. Akuntabilitas, dari seberapa besar kegiatan DPRD dan kebijakannya telah
sesuai dengan fungsi dan wewenangnya konsisten dengan kehendak
masyarakat dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat masih jauh
yang diharapkan. Dimana selama ini fungsi dan hak-hak DPRD yang ada
selalu digunakan sebagai alat pemenuhan kesejahtraan anggota DPRD semata
serta kepentingan partai politik dari anggota DPRD tersebut.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, berikut saran yang peneliti
berikan kepada nggota DPRD Kabupaten Pandeglang:
1. Memaksimalkan kinerja dengan lebih membuka keran informasi, dengan
memkasimalkan situs website yang di miliki anggota dewan. Harus lebih
sering mendatangi konstituennya untuk memberikan informasi yang
akurat, sehingga konstituen merasa diperhatikan anggota dewan.
2. Daya tanggap DPRD Kabupaten Pandeglang terhadap aspirasi masyarakat
bisa dikatakan baik, Hal itu tergambarkan dari hasil wawancara yang
menjelaskan bahwa sejauh ini DPRD menggapi semua aspirasi masyarakat
Pandeglang, melakukan diskusi rutin dengan beberapa LSM, akademisi,
tokoh agama dan tokoh masyarakat.
3. Meningkatkan pelayanan yang prima dengan melakukan kegiatan
pembekalan budaya kerja, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan teknis
kepada anggota.
4. Mengevaluasi kembali perda atau kebijakan yang meyesengsarakan rakyat.
5. Lebih memperhatikan konstituennya untuk terlibat dalam pembuatan
raperda (rancangan peraturan Daerah). Agar konstituen merasa dilibatkan
dalam proses pembuatan kebijakan.
6. Perlu dilakukan peningkatan kualitas anggota, baik dari segi pengalaman
dan juga pelatihan yang berhubungan dengan tugas dan fungsinya agar
kualitas kinerja anggota semakin baik.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita,Rahardjo. 2011. Manajemen Pemerintah Daerah. Yogyakarta: Graham
Ilmu.
Agustino, Leo. 2006. Politik & Kebijakan Publik. Bandung : AIPI – Puslit KP2W
Lemlit Unpad.
Andrianto,Nico. 2007. Good e-Government: Transoaransi dan Akuntabilitas
Publik Melalalui e-Government. Jawa Timur: Bayumedia Publishing.
Dunn, William N. 2003. Pengantar Analaisis Kebijakan Publik Edisi Kedua.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Dwiyanto, Agus, 1995, Penilian Kinerja Organisasi Publik, Makalah dalam
Seminar Sehari : Kinerja Organisasi Sektor Publik, Kebijakan dan
Penerapannya, Fisipol UGM, Yogyakarta.
------------------- 2001, Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, Pusat Studi
Kependudukan dan Kebijakan, UGM, Yogyakarta.
Echols, John M, and Shadily, Hassan, 1992, An English-Indonesian Dictionary
(Kamus Inggris Indonesia), PT Gramedia, Jakarta.
Furtwengler, Dale. Penilaian Kinerja Gaffar, Afan, 2000, Politik Indonesia :
Transisi Menuju Demokrasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Imawan, Riswandha, 2000, Agenda Politik dan Ekonomi Dalam Format
Reformasi Menuju Terbentuknya Masyarakat Madani, Dalam
Membongkar Mitos Masyarakat Madani, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
------------------------- 1993, Faktor-Faktor Yang Menghambat Usaha Optimasi
Peran Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Dalam Fungsi
Legislatif Dalam Sistem Politik Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta.
Keban, Yeremias T, 1995, Indikator Kinerja Pemerintah Daerah : Pendekatan
Manajement dan Kebijakan, Seminar Sehari Kinerja Organisasi Sektor
Publik, Kebijakan dan Penerapan, 20 Mei 1995, Yogyakarta, MAP-UGM.
Kumorotomo, Wahyudi dan Subando, Margono, Agus, 1998, Sistem Informasi
Manajement Dalam Organisasi Publik, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Levelt Dalam Djoko Prakoso, 1985, Proses Pembuatan Peraturan Daerah dan
Beberapa Usaha Penyempurnaannya, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2009. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung : PT.
Refika Aditama.
Mikkelsen, Britha. 1999. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya
Pemberdayaan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Miles & Huberman. 1992. Analisis data Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia
Pers.
Moleong, Lexy J 1995, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Karya,
Bandung.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. : PT. Remaja
Rosdakarya.
Sanit, Arbi, 1985, Perwakilan Politik di Indonesia, Rajawali Press, Jakarta.
Siagian, P. Sondang 2000, Organisasi, Kepemimpinan dan Prilaku Administrasi,
PT. Gunung Agung, Jakarta.
Siagian, Sondang P. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta :
Rineka Cipta.
Sugiono. 2008. METODE PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF.
Bandung : ALFABETA.
Sumodiningrat,Gunawan.1999. Pemberdayaan masyarakat & JPS. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Thoha, Miftah 1989, Pembinaan Organisasi : Proses Diagnosa dan Intervensi,
Rajawali, Jakarta..
Widodo,Joko. 2006. Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja. Jawa timur:
Bayumedia Publishing
Peraturan Perundang-Undangan:
Peraturan Buapati Pandeglang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Rincian Tugas,
Fungsi dan Tata Kerja Sekretariat DPRD Kabupaten Pandeglang.
Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 03
Tahun 2010 Tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Pandeglang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 Tentang
Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan
Nepotisme.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah.
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI
Q
I1.1
QI
Bagaimana tindakan DPRD dalam mengenali kebutuhan
masyarakat ?
Responsivitas DPRD Kabupaten Pandeglang dilakukan secara
koordinasi oleh DPRD kepada Masyarakat. Hal ini juga dipertegas
dengan dilakukannya wawancara dengan Masyarakat
Q2
Bagaimana respon DPRD terhadap aspirasi masyarakat dan apa
bukti yang terealisasi ?
Kami senantiasa menanggapi apa yang masyarakat inginkan, dan
sejauh ini kami sudah membuat program yang sesuai masyarakat
butuhkan, misalnya adalah pembangunan jalan di masing-masing
kecamatan.
Q3
Apa saja Program-program Pelayanan Publik yang dibuat oleh
DPRD ?
Banyak sekali program yang sudah dibuat, khususnya untuk
meningkatkan pelayan public.
Q4
Bagaimana kualitas dari hasil kerja DPRD ?
kita sendiri merasa apa yang kita lakukan untuk masyarakat khususnya
masyarakat dapil 1 sudah merasa maksimal.
Q5
Upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas kerja
anggota DPRD ?
Saling mendukung dan meningkatkan kembali komunikasi emosional
dan komunikasi politik
Q6
Apa banleg berjalan sesuai dengan fungsinya ?
sejauh ini DPRD Kabupaten Pandeglang sudah berjalan sesuai
dengan fungsinya, hal ini dibuktikan dengan terlaksananya program-
program yang dicanangkanoleh DPRD Periode sekarang berjalan
dengan baik, misalnya adalah terciptanya perda inisiatif yang
merupakan produk DPRD. Contoh lain adalah Program DPRD
Pandeglang yaitu kunjungan rutin ke kecamatan
Q7
Apakah pelaksanaan kegiatan birokrasi public dilakukan sesuai
dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar ?
Sajuah ini masih harus di perbaiki
Q8
Apa saja kendala yang dihadapi dalam proses pelaksanaan
kegiatan birokrasi publik ?
Hambatan selalu ada saja, ya itu tadi ketika menemukan masyarakat
yang kontra atau melihat sesuatu tidak secara keseluruhan.
Q9
Apakah proses pembuatan kebijakan sudah sesuai dengan
tahapan ?
Itu jelas sekali, karena kalau tidak akan ada banyak yang protes
Q10
Bagaimana respon masyarakat terhadap kebijakan yang dibuat
oleh DPRD ?
Sejauh ini masyarakat sangat mendudung
Q11
Bagaimana langkah Koordinasi yang dilakukan DPRD kepada
masyarakat ?
Pihak LSM juga sering dilibatkan oleh DPRD dalam rapat-rapat
atau musyawarah yang diselenggarakan oleh DPRD Kabupaten
Pandeglang. Hal ini dikarenakan DPRD Kabupaten Pandeglang
ingin melakukan transparansi publik, atau sebagai bentuk
keterbukaan DPRD Kabupaten Pandeglang dalam menerima
masukan-masukan dari luar, untuk selanjutnya dapat ditindaklanjuti
oleh DPRD sebagai upaya untuk melakukan daya tangkap yang
responsif dan secara cepat terhadap segala bentuk masukan-masukan
yang diterima oleh DPRD
Q12
Apakah setiap kebijakan yang dibuat oleh DPRD sudah sesuai
dengan harapan masyarakat ?
Tentu saja sudah sesuai, karena setiap kebijakan yang dibuat oleh
DPRD acuannya adalah masyarakat.
Q14
Apa saja yang menjadi kendala dalam proses pembuatan
kebijakan ?
Masih banyak kepentingan politik
Q15
Apakah setiap kebijakan yang dibuat oleh DPRD sudah
terealisasi ?
Belum semua, karena masih banyak kendala.
Q
I1.2
QI
Bagaimana tindakan DPRD dalam mengenali kebutuhan
masyarakat ?
Banyak cara sudah kami lakukan untuk mengetahui apa yang
masyarakat butuhkan, misalnya adalah dengan cara mengajak
berdialog langsung dengan masyarakat.
Q2
Bagaimana respon DPRD terhadap aspirasi masyarakat dan apa bukti
yang terealisasi ?
Kami senantiasa menanggapi apa yang masyarakat inginkan, dan
sejauh ini kami sudah membuat program yang sesuai masyarakat
butuhkan, misalnya adalah pembangunan jalan di masing-masing
kecamatan.
Q3
Apa saja Program-pogram Pelayanan Publik yang dibuat oleh
DPRD ?
Kegiatan tidak hanya berupa sosialisasi kepada masyarakat, ajang
aspirassi masrakat atau yang kita sebut dengan reses, kita juga selalu
melaksanakan pengawasa – pengawasan.
Q4
Bagaimana kualitas dari hasil kerja DPRD ?
Belum karena masih belum terasanya Pemerataan Pembangunan
Daerah.
Q5
Upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas kerja
anggota DPRD ?
Melakukan koordinasi yang baik antara legislative dan masyarakat
Q6 Apa banleg berjalan sesuai dengan fungsinya ?
Sejauh ini sudah berjalan sesuai dengan fungsinya.
Q7
Apakah pelaksanaan kegiatan birokrasi public dilakukan sesuai
dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar ?
Iya sudah.
Q8
Apa saja kendala yang dihadapi dalam proses pelaksanaan
kegiatan birokrasi publik ?
Banyak sekali kalau masalah kendala, dan sulit jika di ucapkan satu
persatu
Q9
Apakah proses pembuatan kebijakan sudah sesuai dengan
tahapan ?
Jelas sekali sudah.
Q10
Bagaimana respon masyarakat terhadap kebijakan yang dibuat
oleh DPRD ?
Sejauh ini masyarakat masih merespon baik terhadapa kebijakan
yang telah kami buat, aka tetapi masih juga ada yang kontra
terhadap kebijakan. Wajar saja, kan Negara kita menganut
demokrasi
Q11
Bagaimana langkah Koordinasi yang dilakukan DPRD kepada
masyarakat ?
Mengajak mereka berdiskusi
Q12
Apakah setiap kebijakan yang dibuat oleh DPRD sudah sesuai
dengan harapan masyarakat ?
Masih belum
Q14
Apa saja yang menjadi kendala dalam proses pembuatan
kebijakan ?
Banyak sekali, terutama masalah SOP
Q15
Apakah setiap kebijakan yang dibuat oleh DPRD sudah
terealisasi ?
Masih sangat sulit untuk merealisasikannya.
Q
I2.1
QI
Bagaimana tindakan DPRD dalam mengenali kebutuhan
masyarakat ?
Responsivitas DPRD Kabupaten Pandeglang dilakukan secara
koordinasi oleh DPRD kepada Masyarakat. Hal ini juga dipertegas
dengan dilakukannya wawancara dengan Masyarakat.
Q2
Bagaimana respon DPRD terhadap aspirasi masyarakat dan apa
bukti yang terealisasi ?
Kami senantiasa menanggapi apa yang masyarakat inginkan, dan
sejauh ini kami sudah membuat program yang sesuai masyarakat
butuhkan, misalnya adalah pembangunan jalan di masing-masing
kecamatan.
Q3
Apa saja Program-program Pelayanan Publik yang dibuat oleh
DPRD ?
Kita selalu melaukan kegiatan salahsatunya yaitu kegiatan menampung
aspirasi konstituen, dimana kita melaksanakan ASMARA menjaring
aspirasi masyarakat yang sudah diatur didalam TATIB DPRD. Itu salah
satu bentuk pertanggungjawaban kita terhadap masyarakat.
Q4
Bagaimana kualitas dari hasil kerja DPRD ?
sudah , tapi mesti di tingkatkan lagi
Q5
Upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas kerja
anggota DPRD ?
Banyak berdiskusi dengan masyarakat
Q6 Apa banleg berjalan sesuai dengan fungsinya ?
Banleg sudah berjalan sesuai dengan fungsinya
Q7
Apakah pelaksanaan kegiatan birokrasi public dilakukan sesuai
dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar ?
Kami sadar masih banyak kekurangan dalam pelaksanaanya.
Q8
Apa saja kendala yang dihadapi dalam proses pelaksanaan
kegiatan birokrasi publik ?
Hambatan selau ada, tingga; bagaimana kita menyikapinya.
Q9
Apakah proses pembuatan kebijakan sudah sesuai dengan
tahapan ?
Proses pembuatan kebijakan di DPRD sesuai dengan tahapannya
yaitu dari BANLEG ke Paripurna terus Bansus dan di bahas lagi di
paripurna. Selain itu dalam menanggapi aspirasi masyarakat dan
dalam membuat kebijakan DPRD selalu melibatkan ketua agama,
akademisi, tokoh masyarakat serta forum camat, sehingga apa yang
kami bahas benar-benar mencakup dari bebagai masalah
dimasyarakat
Q10
Bagaimana respon masyarakat terhadap kebijakan yang dibuat
oleh DPRD ?
Sejauh ini masih ini masih dikatakan baik
Q11
Bagaimana langkah Koordinasi yang dilakukan DPRD kepada
masyarakat ?
Membuka diri kepada masyarakat untuk berdiskusi
Q12 Apakah setiap kebijakan yang dibuat oleh DPRD sudah sesuai
dengan harapan masyarakat ?
Sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat, namun masih
banyak yang belum terealisasi setiap kebijakan yang anggota buat
bersama eksekutif selalu berpihak pada kepentingan rakyat banyak,
kebijakan dibuat berasal dari aspirasi masyarakat
Q14
Apa saja yang menjadi kendala dalam proses pembuatan
kebijakan ?
Masalah utama adalah tentang anggran
Q15
Apakah setiap kebijakan yang dibuat oleh DPRD sudah
terealisasi ?
Masih banyak yang belum
Q
I2.2
QI
Bagaimana tindakan DPRD dalam mengenali kebutuhan
masyarakat ?
Banyak cara sudah kami lakukan untuk mengetahui apa yang
masyarakat butuhkan, misalnya adalah dengan cara mengajak
berdialog langsung dengan masyarakat.
Q2
Bagaimana respon DPRD terhadap aspirasi masyarakat dan apa
bukti yang terealisasi ?
Kami senantiasa menanggapi apa yang masyarakat inginkan, dan
sejauh ini kami sudah membuat program yang sesuai masyarakat
butuhkan, misalnya adalah pembangunan jalan di masing-masing
kecamatan.
Q3
Apa saja Program-program Pelayanan Publik yang dibuat oleh
DPRD ?
Kisa selalu memberikan pelayanan secara maksimal untuk seluruh
masyarakat khususnya konstituen, jika ketika masyarakat mempunyai
keluhan atau saran, kita selalu tampung, dan sebisa mungkin, kita
selalu usahakan apa yang masyarakat mau dan minta dari kita.
Q4
Bagaimana kualitas dari hasil kerja DPRD ?
Sudah sangat maksimal.
Q5
Upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas kerja
anggota DPRD ?
Harus benar benar mendengarkan aspirasi masyarakat
Q6 Apa banleg berjalan sesuai dengan fungsinya ?
Sudah sanagt baik.
Q7
Apakah pelaksanaan kegiatan birokrasi public dilakukan sesuai
dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar ?
Sudah cukup baik
Q8
Apa saja kendala yang dihadapi dalam proses pelaksanaan
kegiatan birokrasi publik ?
Sudah tentu hambatan itu pasti ada.
Q9
Apakah proses pembuatan kebijakan sudah sesuai dengan
tahapan ?
DPRD Kabupaten Pandeglang pada setiap tahapan pembuatan
kebijakan, membuka diri untuk menerima masukan-masukan dari
semua kalangan. DPRD Kabupaten Pandeglang mengadakan rapat
dengan berbagai kalangan, mulai dari LSM, Organisasi Masyarakat
(Ormas), aktivis politik, dll. Hal ini dilakukan agar DPRD bisa
mendapat masukan terhadap hasil keputusan yang telah
ditetapkannya
Q10
Bagaimana respon masyarakat terhadap kebijakan yang dibuat
oleh DPRD ?
Setelah diumumkan Peraturan Daerah oleh DPRD, melakukan uji
publik terhadap suatu kebijakan. Pada dasarnya, masyarakat baru
akan melihat dan mengetahui ketika Perda, setelah DPRD
mengesahkan Perda tersebut. Setelah dilakukan pembuatan
kebijakan, barulah Masyarakat melakukan penolakan sebuah
kebijakan.
Q11 Bagaimana langkah Koordinasi yang dilakukan DPRD kepada
masyarakat ?
Mengajak tokoh masyarakat, akademisi, lsm untuk berdiskusi
Q12
Apakah setiap kebijakan yang dibuat oleh DPRD sudah sesuai
dengan harapan masyarakat ?
Masih banyak masyarakat yang kontra
Q14
Apa saja yang menjadi kendala dalam proses pembuatan kebijakan ?
Dalam proses pembuatan kebijakan DPRD tentunya tidaklah mudah,
kami sering berhadapan dengan kendala, misalnya adalah SOP
legislative tidak sejalan dengan SOP eksekutif, SKPD tidak sejalan
dan banyak hal lagi yang terkadang menjadi kendala dalam proses
pembuatan kebijakan
Q15
Apakah setiap kebijakan yang dibuat oleh DPRD sudah
terealisasi ?
Masih banyak yang belum
Q
I2.3
QI
Bagaimana tindakan DPRD dalam mengenali kebutuhan
masyarakat ?
Banyak cara sudah kami lakukan untuk mengetahui apa yang
masyarakat butuhkan, misalnya adalah dengan cara mengajak
berdialog langsung dengan masyarakat.
Q2
Bagaimana respon DPRD terhadap aspirasi masyarakat dan apa
bukti yang terealisasi ?
DPRD periode tahun ini sangat cukup baik dalam merespon aspirasi
dari masyarakat ataupun akademisi yang terkait problematika yang
terjadi di masyarakat, justru kami sangat terbantu dengan adanya
masyarakat yang kritis dan selalu berperan aktif dalam memberikan
aspirasi mereka demi kebangkitan dan kemajuan Kabupaten
Pandeglang. Beberapa hasil diskusi kami dengan masyarakat adalah
telah kami buat tentang program pelayanan yang sudah
direalisasikan contohnya adalah pemasangan papinblok dan
perbaikan jalan di setiap kecamatan
Q3
Apa saja Program-program Pelayanan Publik yang dibuat oleh
DPRD ?
Sangat banyak.
Q4
Bagaimana kualitas dari hasil kerja DPRD ?
Sudah sangat maksimal menurut saya.
Q5 Upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas kerja
anggota DPRD ?
Menuruti apa yang menjadi asprasi masyarakat
Q6
Apa banleg berjalan sesuai dengan fungsinya ?
Sudah sesuai
Q7
Apakah pelaksanaan kegiatan birokrasi public dilakukan sesuai
dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar ?
Masih perlu ada yang di tingkatkan
Q8
Apa saja kendala yang dihadapi dalam proses pelaksanaan
kegiatan birokrasi publik ?
Terkadang ada saja hamtannya, misalnya adalah tidak sesuainya
antara SOP Badan Legistalif dan Eksekutif
Q9
Apakah proses pembuatan kebijakan sudah sesuai dengan
tahapan ?
Sejauh ini sudah sesuai
Q10
Bagaimana respon masyarakat terhadap kebijakan yang dibuat
oleh DPRD ?
Ada yang pro da nada juga yang kontra
Q11
Bagaimana langkah Koordinasi yang dilakukan DPRD kepada
masyarakat ?
Berkunjung secara rutin kepada masyarakat
Q12
Apakah setiap kebijakan yang dibuat oleh DPRD sudah sesuai
dengan harapan masyarakat ?
Masih banyak yang tidak sesuai
Q14
Apa saja yang menjadi kendala dalam proses pembuatan
kebijakan ?
Masalah SOP
Q15
Apakah setiap kebijakan yang dibuat oleh DPRD sudah
terealisasi ?
Ada yang sudah dan ada juga yang belum
Q
I2.4
QI
Bagaimana tindakan DPRD dalam mengenali kebutuhan
masyarakat ?
Banyak cara sudah kami lakukan untuk mengetahui apa yang
masyarakat butuhkan, misalnya adalah dengan cara mengajak
berdialog langsung dengan masyarakat.
Q2
Bagaimana respon DPRD terhadap aspirasi masyarakat dan apa
bukti yang terealisasi ?
Kami senantiasa menanggapi apa yang masyarakat inginkan, dan
sejauh ini kami sudah membuat program yang sesuai masyarakat
butuhkan, misalnya adalah pembangunan jalan di masing-masing
kecamatan.
Q3
Apa saja Program-program Pelayanan Publik yang dibuat oleh
DPRD ?
Kita sebagaI anggota DPRD yaitu dengan cara menerima dan
menampung aspirasi masyarakat kita, ketika mereka daang ke kantor
kami, kita usahakan menampung aspirasi mereka.
Q4
Bagaimana kualitas dari hasil kerja DPRD ?
Kami melaksanakan kinerja sudah sangat maksimal dan sudah
sesuai dengan aturan yang berlaku, melaksanakan fungsi kami
sebagai anggota DPRD seperti melaksanakan pembuatan kebijakan,
pengawasan dan penganggaran keuangan, memang kami sadari
selama proses pembuatan kebijakan belum maksimal dan belum
menyentuh semua kalangan masyarakat, akan tetapi kita semua
disini akan terus melakukan perbaikan demi melaksanakan aspirasi
rakyat Pandeglang
Q5
Upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas kerja
anggota DPRD ?
untuk membangun komunikasi dalam proses pembuatan kebijakan,
kami meminta Masyarakat menyampaikan pendapatnya mengenai
kebijakan yang akan di buat, antara Masyarakat dengan DPRD
Kabupaten Pandeglang. diharapkan Masyarakat yang bersangkutan
dapat berkomunikasi dengan baik dan secara intensif pada saat
proses pembuatan kebijakan. Masyarakat nantinya akan
berkomunikasi dengan Badan Legislasi dari DPRD Kabupaten
Pandeglang perihal apa saja yang dibutuhkan pada saat proses
pembuatan kebijakan, disamping itu juga menyangkut jika ada
kekurangan dalam melengkapi kekurangan-kekurangan
Q6
Apa banleg berjalan sesuai dengan fungsinya ?
Sudah
Q7
Apakah pelaksanaan kegiatan birokrasi public dilakukan sesuai
dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar ?
Saya yakin betul sudah sesua Semua elemen masyarakat terlibat dalam
pembangunan pemerintahan, hanya mungkin jalurnya saja, aspirasi
masyarakat ditampung kemudian diwakili oleh tokoh masyarakat, dan
seterusnya, jadi aspirasi masyarakat yang paling bawah ikut sangat
berperan penting.
Q8
Apa saja kendala yang dihadapi dalam proses pelaksanaan
kegiatan birokrasi publik ?
Tidak semua kebijakan masyarakat menerima.
Q9 Apakah proses pembuatan kebijakan sudah sesuai dengan
tahapan ?
Iya sudah
Q10
Bagaimana respon masyarakat terhadap kebijakan yang dibuat
oleh DPRD ?
Masih banyak yang kontra
Q11
Bagaimana langkah Koordinasi yang dilakukan DPRD kepada
masyarakat ?
Sajauh ini kamai terus membuka diri untuk berdiskusi
Q12
Apakah setiap kebijakan yang dibuat oleh DPRD sudah sesuai
dengan harapan masyarakat ?
Iya sudah sesuai, tapi masaih belum teralisasi semua
Q14
Apa saja yang menjadi kendala dalam proses pembuatan
kebijakan ?
Banyak sekali
Q15
Apakah setiap kebijakan yang dibuat oleh DPRD sudah
terealisasi ?
Belum semu terealisasi, karena masih banyak kendala dalam
pelaksanaanya
Q
I3.1
Q1
Bagaimana respon DPRD terhadap aspirasi masyarakat dan apa
bukti yang terealisasi ?
Kualitas kerja dari ANGGOTA DEWAN itu masih sangat kurang,
masih banyak perlu ditingkatkan, Sumber daya manusia juga perlu
ditingkatkan masalah keterampilan kerja, harusnya dilaksanakan
south course atau kursus pendek dalam peningkatan kualitas kerja
Q2
Apa saja Program-program Pelayanan Publik yang dibuat oleh
DPRD ?
Biasanya Anggota memberikan kemudahan dalam hal Pengajuan
proposal dari masyarakat.
Q3
Bagaimana kualitas dari hasil kerja DPRD ?
Saya pribadi beluk maksimal.
Q4
Apa banleg berjalan sesuai dengan fungsinya ?
Masih harus di tingkatkan kembali
Q5
Bagaimana langkah Koordinasi yang dilakukan DPRD kepada
masyarakat ?
Masih belum jelas dengan apa mereka lakukan
Q6
Apakah setiap kebijakan yang dibuat oleh DPRD sudah sesuai
dengan harapan masyarakat ?
Masih banyak yang tidak sesuai
Q7 Apakah setiap kebijakan yang dibuat oleh DPRD sudah
terealisasi ?
Banyak yang belum, terutama tentang peningkatan pelayanan public
Q
I3.2
Q1
Bagaimana respon DPRD terhadap aspirasi masyarakat dan apa
bukti yang terealisasi ?
Sejauh ini anggota dewan masih sering mengajak masyarakat untuk
berdiskusi untuk membicarakan apa yang sebenarnay dibutuhkan
Q2
Apa saja Program-program Pelayanan Publik yang dibuat oleh
DPRD ?
Biasanya anggota dewan memberikan memo untuk membantu
kelancaran suatu acara atau pengajuan proposal.
Q3
Bagaimana kualitas dari hasil kerja DPRD ?
saya menilai kenerja DPRD masih belum baik, coba saja kita liat
dibeberapa kecamatan, masih banyak masyarakat yang komplen
tentang program atau perda yang menurut DPRD pro masyarakat,
sejauh ini masyarakat masih belum merasakan hasil kinerja DPRD,
karena selama ini pertemuan antara DPRD dengan masyarakat
hanya dijadikan sebagai formalitas saja
Q4
Apa banleg berjalan sesuai dengan fungsinya ?
sejauh ini DPRD masih berjalan sesuai dengan fungsinya, yaitu
menerima aspirasi masyarakat dan telah di buktikan dengan
beberapa Peraturan Daerah yang pernah kami ajukan adalah
mengenai Waralaba dan peningkatan pelayan public
Q5
Bagaimana langkah Koordinasi yang dilakukan DPRD kepada
masyarakat ?
Kunjungan kerja
Q6
Apakah setiap kebijakan yang dibuat oleh DPRD sudah sesuai
dengan harapan masyarakat ?
Sudah sesuai, tapi masih perlu di tingkatkan
Q7
Apakah setiap kebijakan yang dibuat oleh DPRD sudah
terealisasi ?
Banyak yang belum teralisasi
Q
I3.3
Q1
Bagaimana respon DPRD terhadap aspirasi masyarakat dan apa
bukti yang terealisasi ?
Masih perlu di tingkatkan
Q2
Apa saja Program-program Pelayanan Publik yang dibuat oleh
DPRD ?
Biasanya mengadakan pertemuan.
Q3
Bagaimana kualitas dari hasil kerja DPRD ?
kinerja anggota dewan belum maksimal, sedangkan mereka bisa
duduk di DPRD akibat dipilih oleh masyarakat, yang seharusnya
lebih memperhatikan lagi masyarakat. Meskipun anggota DPRD
seringkali berkerja keras dalam melaksanakan tugas dan membuat
kebijakan atau perda untuk meningkatkan pelayanan publik dan
membuat program yang sesuai aspirasi rakyat Pandeglang, namun
secara dilapangan masyarakat belum merasakan secara langsung
dengan apa yang dilakukan anggota DPRD tersebut
Q4
Apa banleg berjalan sesuai dengan fungsinya ?
iya sudah
Q5
Bagaimana langkah Koordinasi yang dilakukan DPRD kepada
masyarakat ?
Membuka diri untuk bekerjasama
Q6
Apakah setiap kebijakan yang dibuat oleh DPRD sudah sesuai
dengan harapan masyarakat ?
Masih ada yang tidak sesuai
Q7
Apakah setiap kebijakan yang dibuat oleh DPRD sudah
terealisasi ?
Ada yang sudah dan ada juga yang belum
Q
I3.4
Q1
Bagaimana respon DPRD terhadap aspirasi masyarakat dan apa
bukti yang terealisasi ?
Banyak program yang sudah di bua oleh DPRD Pandeglang untuk
peningkatan pelayan public.
Q2
Apa saja Program-program Pelayanan Publik yang dibuat oleh
DPRD ?
Belum maskimal sih menurut saya,.
Q3
Bagaimana kualitas dari hasil kerja DPRD ?
Menurut pendapat saya sih belum.
Q4
Apa banleg berjalan sesuai dengan fungsinya ?
Sejauh ini masih masih bisa di katakana sesuai dengan fungsinya,
karena masih banak berinteraksi dengan masyarakat dala proses
pembuatan kebijakan, akan teratapi masih saja ada kendala dalam
pelaksanaannya
Q5
Bagaimana langkah Koordinasi yang dilakukan DPRD kepada
masyarakat ?
Melakukan kunjungan, memberikan kesempatan kepada masyarakat
untuk menyampaikan langsun apa yang masyarakat butukan
Q6
Apakah setiap kebijakan yang dibuat oleh DPRD sudah sesuai
dengan harapan masyarakat ?
Masih perlu ditingkatkan
Q7 Apakah setiap kebijakan yang dibuat oleh DPRD sudah
terealisasi ?
Masih banyak yang belum teralisasikan
MATRIKS HASIL WAWANCARA SESUDAH REDUKSI
2 Responsivitas DPRD Kabupaten Pandeglang
Q
6. Bagaimana tindakan DPRD dalam mengenali kebutuhan
masyarakat ?
I1.1
sejauh ini DPRD Kabupaten Pandeglang sudah berjalan sesuai
dengan fungsinya, hal ini dibuktikan dengan terlaksananya program-
program yang dicanangkanoleh DPRD Periode sekarang berjalan
dengan baik, misalnya adalah terciptanya perda inisiatif yang
merupakan produk DPRD. Contoh lain adalah Program DPRD
Pandeglang yaitu kunjungan rutin ke kecamatan.
I2.4
Banyak cara sudah kami lakukan untuk mengetahui apa yang
masyarakat butuhkan, misalnya adalah dengan cara mengajak
berdialog langsung dengan masyarakat.
I3.1
“kualitas kerja dari ANGGOTA DEWAN itu masih sangat kurang,
masih banyak perlu ditingkatkan, Sumber daya manusia juga perlu
ditingkatkan masalah keterampilan kerja, harusnya dilaksanakan
south course atau kursus pendek dalam peningkatan kualitas kerja
Q
7. Apa saja Program-program Pelayanan Publik yang dibuat
oleh DPRD?
I1.2
sejauh ini DPRD masih berjalan sesuai dengan fungsinya, yaitu
menerima aspirasi masyarakat dan telah di buktikan dengan beberapa
Peraturan Daerah yang pernah kami ajukan adalah mengenai
Waralaba dan peningkatan pelayan publik. ”
I3.3
“DPRD periode tahun ini sangat cukup baik dalam merespon aspirasi
dari masyarakat ataupun akademisi yang terkait problematika yang
terjadi di masyarakat, justru kami sangat terbantu dengan adanya
masyarakat yang kritis dan selalu berperan aktif dalam memberikan
aspirasi mereka demi kebangkitan dan kemajuan Kabupaten
Pandeglang. Beberapa hasil diskusi kami dengan masyarakat adalah
telah kami buat tentang program pelayanan yang sudah direalisasikan
contohnya adalah pemasangan papinblok dan perbaikan jalan di
setiap kecamatan. ”
Q
8. Bagaimana kualitas dari hasil kerja DPRD ?
I1.2
Responsivitas DPRD Kabupaten Pandeglang dilakukan secara
koordinasi oleh DPRD kepada Masyarakat. Hal ini juga dipertegas
dengan dilakukannya wawancara dengan Masyarakat.
I2.1
pihak LSM juga sering dilibatkan oleh DPRD dalam rapat-rapat atau
musyawarah yang diselenggarakan oleh DPRD Kabupaten
Pandeglang. Hal ini dikarenakan DPRD Kabupaten Pandeglang
ingin melakukan transparansi publik, atau sebagai bentuk
keterbukaan DPRD Kabupaten Pandeglang dalam menerima
masukan-masukan dari luar, untuk selanjutnya dapat ditindaklanjuti
oleh DPRD sebagai upaya untuk melakukan daya tangkap yang
responsif dan secara cepat terhadap segala bentuk masukan-masukan
yang diterima oleh DPRD
I3.1
Kualitas kerja dari ANGGOTA DEWAN itu masih sangat kurang, masih
banyak perlu ditingkatkan, Sumber daya manusia juga perlu ditingkatkan
masalah keterampilan kerja, harusnya dilaksanakan south course atau
kursus pendek dalam peningkatan kualitas kerja
I3.4
kinerja anggota dewan belum maksimal, sedangkan mereka bisa
duduk di DPRD akibat dipilih oleh masyarakat, yang seharusnya
lebih memperhatikan lagi masyarakat. Meskipun anggota DPRD
seringkali berkerja keras dalam melaksanakan tugas dan membuat
kebijakan atau perda untuk meningkatkan pelayanan publik dan
membuat program yang sesuai aspirasi rakyat Pandeglang, namun
secara dilapangan masyarakat belum merasakan secara langsung
dengan apa yang dilakukan anggota DPRD tersebut
3 Responsibilitas DPRD Kabupaten Pandeglang dalam Bidang Legislasi
Q
2 Apa banleg berjalan sesuai dengan fungsinya
I1.1
sejauh ini DPRD Kabupaten Pandeglang sudah berjalan sesuai
dengan fungsinya, hal ini dibuktikan dengan terlaksananya program-
program yang dicanangkanoleh DPRD Periode sekarang berjalan
dengan baik, misalnya adalah terciptanya perda inisiatif yang
merupakan produk DPRD. Contoh lain adalah Program DPRD
Pandeglang yaitu kunjungan rutin ke kecamatan
I3.2
sejauh ini DPRD masih berjalan sesuai dengan fungsinya, yaitu
menerima aspirasi masyarakat dan telah di buktikan dengan
beberapa Peraturan Daerah yang pernah kami ajukan adalah
mengenai Waralaba dan peningkatan pelayan public
Q
3 Apakah pelaksanaan kegiatan birokrasi public dilakukan
sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar
I1.2 Sejauh ini sudah berjalan sesuai dengan fungsinya..
I2.1
Semua elemen masyarakat terlibat dalam pembangunan
pemerintahan, hanya mungkin jalurnya saja, aspirasi masyarakat
ditampung kemudian diwakili oleh tokoh masyarakat, dan seterusnya,
jadi aspirasi masyarakat yang paling bawah ikut sangat berperan
penting.
Q
4 Apakah proses pembuatan kebijakan sudah sesuai dengan
tahapan
I1.2 proses pembuatan kebijakan di DPRD sesuai dengan tahapannya
yaitu dari BANLEG ke Paripurna terus Bansus dan di bahas lagi di
paripurna. Selain itu dalam menanggapi aspirasi masyarakat dan
dalam membuat kebijakan DPRD selalu melibatkan ketua agama,
akademisi, tokoh masyarakat serta forum camat, sehingga apa yang
kami bahas benar-benar mencakup dari bebagai masalah
dimasyarakat.
I2.2
DPRD Kabupaten Pandeglang pada setiap tahapan pembuatan
kebijakan, membuka diri untuk menerima masukan-masukan dari
semua kalangan. DPRD Kabupaten Pandeglang mengadakan rapat
dengan berbagai kalangan, mulai dari LSM, Organisasi Masyarakat
(Ormas), aktivis politik, dll. Hal ini dilakukan agar DPRD bisa
mendapat masukan terhadap hasil keputusan yang telah
ditetapkannya
4 Akuntabilitas DPRD Kabupaten Pandeglang dalam Bidang Legislasi
Q
d. Bagaimana respon masyarakat terhadap kebijakan yang
dibuat oleh DPRD
I1.1
Sejauh ini masyarakat masih merespon baik terhadapa kebijakan
yang telah kami buat, aka tetapi masih juga ada yang kontra terhadap
kebijakan. Wajar saja, kan Negara kita menganut demokrasi
I2.1
Setelah diumumkan Peraturan Daerah oleh DPRD, melakukan uji
publik terhadap suatu kebijakan. Pada dasarnya, masyarakat baru
akan melihat dan mengetahui ketika Perda, setelah DPRD
mengesahkan Perda tersebut. Setelah dilakukan pembuatan
kebijakan, barulah Masyarakat melakukan penolakan sebuah
kebijakan.
I2.3 kami melaksanakan kinerja sudah sangat maksimal dan sudah sesuai
dengan aturan yang berlaku, melaksanakan fungsi kami sebagai
anggota DPRD seperti melaksanakan pembuatan kebijakan,
pengawasan dan penganggaran keuangan, memang kami sadari
selama proses pembuatan kebijakan belum maksimal dan belum
menyentuh semua kalangan masyarakat, akan tetapi kita semua disini
akan terus melakukan perbaikan demi melaksanakan aspirasi rakyat
Pandeglang. ”
Q
e. Apakah setiap kebijakan yang dibuat oleh DPRD sudah
sesuai dengan harapan masyarakat
I1.1 Tentu saja sudah sesuai, karena setiap kebijakan yang dibuat oleh
DPRD acuannya adalah masyarakat.
I2.2
Sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat, namun masih
banyak yang belum terealisasi. setiap kebijakan yang anggota buat
bersama eksekutif selalu berpihak pada kepentingan rakyat banyak,
kebijakan dibuat berasal dari aspirasi masyarakat
I3.1
seperti yang saya pribadi rasakan selama ini, masyarakat tidak
dilibatkan dalam setiap proses pembuatan kebijakan, mereka hanya
lebih mementingkan kepentingan pribadi maupun kepentingan partai
politiknya
Q
f. Apakah setiap kebijakan yang dibuat oleh DPRD sudah
terealisasi
I1.1
Kita selalu memberikan pelayanan secara maksimal untuk seluruh
masyarakat khususnya konstituen kita dapil 1, jika ketika masyarakat
mempunyai keluhan atau saran, kita selalu tampung, dan sebisa
mungkin, kita selalu usahakan apa yang masyarakat mau dan minta
dari kita
I2.4
Belum semu terealisasi, karena masih banyak kendala dalam
pelaksanaanya
DOKUMENTASI
RIWAYAT HIDUP PENELITI
Nama : Victoria Hidayat Tullah
Nomor Induk Mahasiswa : 6661083076
Tempat Tanggal Lahir : Rangkas Bitung, 4 Maret 1991
Jenis Kelamin : Laki-laki
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Telepon : 085283389989
Alamat :,Kp. Munjul, Rt/Rw. 07/08, Desa. Karyawangi,
,,,Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pandeglang.
Kode Pos : 42262
PENDIDIKAN FORMAL
1. Tahun 1996. TK Muslimat.
2. Tahun 1996-2002. Sekolah Dasar Negeri Karyawangi 1.
3. Tahun 2002-2005. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pulosari.
4. Tahun 2005-2008. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pandeglang.
5. Tahun 2008-2015. S-1 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.