analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

93
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPABILITAS ANGGOTA DPRD DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH (APBD) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Disusun Oleh: INDAH MUSTIKA DEWI NIM C2C007059 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2011

Upload: vuongphuc

Post on 31-Dec-2016

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KAPABILITAS ANGGOTA

DPRD DALAM PENGAWASAN KEUANGAN

DAERAH (APBD)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)

pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro

Disusun Oleh:

INDAH MUSTIKA DEWI

NIM C2C007059

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2011

Page 2: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

2

PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama Penyusun : Indah Mustika Dewi

Nomor Induk Mahasiswa : C2C007059

Fakultas/Jurusan : Ekonomi/Akuntansi

Judul Skripsi : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KAPABILITAS

ANGGOTA DPRD DALAM

PENGAWASAN KEUANGAN

DAERAH (APBD)

Dosen Pembimbing : Warsito Kawedar, S.E., Msi., Akt

Semarang, 01 Maret 2011

Dosen Pembimbing,

(Warsito Kawedar, S.E., Msi., Akt)

NIP 19740510 199802 1001

Page 3: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

3

PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN

Nama Penyusun : Indah Mustika Dewi

Nomor Induk Mahasiswa : C2C007059

Fakultas/Jurusan : Ekonomi/Akuntansi

Judul Skripsi : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KAPABILITAS

ANGGOTA DPRD DALAM

PENGAWASAN KEUANGAN

DAERAH (APBD)

Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 25 Maret 2011

Tim Penguji

1. Warsito Kawedar, S.E., MSi., Akt (.........................................)

2. Darsono, S.E., MBA., Akt (.........................................)

3. Drs. Agustinus Santosa Adiwibowo, MSi., Akt (.........................................)

Page 4: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

4

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Indah Mustika Dewi, menyatakan

bahwa skripsi dengan judul : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kapabilitas Anggota DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah (APBD),

adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan

sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian

tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam

rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau

pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya

sendiri, dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin,

tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan

penulis aslinya.

Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut

di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi

yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti

bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-

olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan

oleh universitas batal saya terima.

Semarang, 01 Maret 2011

Yang membuat pernyataan,

(Indah Mustika Dewi)

NIM : C2C007059

Page 5: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

5

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh personal background,

political background, pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran, dan

pemahaman anggota DPRD terhadap Peraturan, Kebijakan dan Prosedur terhadap

kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fakta bahwa latar belakang individu akan

berpengaruh terhadap perilaku individu terhadap aktivitas politik.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah personal background,

political background, pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran, dan

pemahaman anggota DPRD terhadap Peraturan, Kebijakan dan Prosedur. Variabel

dependennya adalah kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan keuangan

daerah (APBD). Data dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh

dari kuesioner yang disebarkan langsung kepada responden. Data yang berhasil

dikumpulkan berasal dari 102 responden yang merupakan anggota DPRD

Kabupaten dan Kota se-Eks Karisidenan Semarang. Hipotesis dalam penelitian ini

diuji dengan menggunakan regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa, pertama, personal

background berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kapabilitas anggota

DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD) dengan nilai p = 0,104 dan

koefisien regresi = 0,199. Kedua, political background berpengaruh negatif dan

tidak signifikan terhadap kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan keuangan

daerah (APBD) dengan nilai p = 0,349 dan koefisien regresi adalah = -0,084.

Ketiga, pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan keuangan

daerah (APBD) dengan nilai p = 0,000 dan koefisien regresi = 0,531. Keempat,

pemahaman anggota DPRD terhadap Peraturan, Kebijakan dan Prosedur

mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kapabilitas anggota DPRD

dalam pengawasan keuangan daerah (APBD) dengan nilai p = 0,000 dan koefisien

regresi = 0,039.

Kata kunci : Personal background, political background, pengetahuan anggota

DPRD tentang anggaran, pemahaman anggota DPRD terhadap

Peraturan, Kebijakan dan Prosedur, peran DPRD, dan pengawasan

keuangan daerah (APBD).

Page 6: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

6

ABSTRACT

This study aims to examine the influence of personal background,

political background, budgeting knowledge members of DPRD and

understanding members of DPRD on Rules, Policies and Procedures towards the

capability members of DPRD on region financial oversight (APBD). This

research is motivated by the fact that individual background will effect to

individual behavior on political activity.

Independent variables in this research are personal background, political

background, budgeting knowledge members of DPRD and understanding

member of DPRD on Rules, Policies and Procedures. Dependent variable are the

capability members of DPRD on region financial oversight (APBD). The data in

this research consist of primary data that taken from questionaires distributed

directly to respondents. The collected are from 102 respondents that members of

DPRD at ex Semarang Residence. Hipothesis of this study are examine by using

Multiple Linear Regression.

The result of this study indicaed that’s, first, personal background

political have positive and not significant influence toward the capability

members of DPRD on regional financial oversight (APBD) with p value = 0,104

and coefficient regression are = 0,199. Second, political background have

negative and not significant influence towards the capability members of DPRD

on region financial oversight (APBD) with p value = 0,349 and coefficien

regression are = -0,084. Third, budgeting knowledge members of DPRD have

positive and significant influence toward the capability members of DPRD on

regional financial oversight (APBD) with p value = 0,000 and coefficient

regression are = 0,531. Fourth, understanding members of DPRD on Rules,

Policies and Procedures have positive and significant influence toward the

capability members of DPRD on regional financial oversight (APBD) with p

value = 0,000 and coefficient regression are = 0,039.

Keywords : Personal background, political background, budgeting knowledge,

understanding members of DPRD on Rules, Policies and

Procedures, the role of DPRD, and region financial oversight

(APBD).

Page 7: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

7

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah

SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Kapabilitas Anggota DPRD dalam Pengawasan Keuangan

Daerah (APBD)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan Program Sarjana (S1) Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro

Semarang. Penulis menyadari sebagai manusia biasa dalam penulisan ini tidak

lepas dari kesalahan dan kekurangan akibat keterbatasan pengetahuan serta

pengalaman. Kepada semua pihak yang memberikan bantuan moril dan materiil

baik secara langsung maupun tidak langsung hingga tersusun skripsi ini, melalui

kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Mohamad Nasir, Msi, Akt, Ph. D., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

2. Prof. Dr. Muchamad Syafruddin, M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

3. Bapak Warsito Kawedar, S.E., M.Si., Akt selaku dosen pembimbing

yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,

bantuan dan saran sampai terselesainya skripsi ini.

4. Bapak Marsono, S.E., M.Adv. Acc., Akt. selaku dosen wali yang telah

membimbing penulis dari awal sampai akhir dalam belajar di Fakultas

Page 8: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

8

Ekonomi Universitas Diponegoro. Terimakasih atas bimbingan dan

nasihatnya.

5. Kedua orang tuaku, ibunda Siti Mustikaroh dan ayahanda Sujino yang

telah membimbing dan membesarkan penulis dengan penuh kasih

sayang dan cintanya, ”terima kasih atas doa, nasihat, semangat,

motivasi dan kesabarannya, tidak ada kata yang pantas kecuali rasa

syukurku memiliki orang tua seperti kalian…Dan ini sedikit kado kecil

yang baru bisa aku berikan untuk kalian”.

6. Adikku tercinta Adi Prasestyo Nugroho yang selalu menemeni dan

memberikan semangat bagi penulis. ”Adik, kau adalah kebanggaanku.

Jangan ragu untuk terus melangkah, jangan pernah merasa lelah dan

putus asa dalam mencapai cita-citamu. Aku tahu kamu pasti bisa!!!

doaku selalu bersamamu”.

7. Seluruh dosen pada Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Akuntansi

Universitas Diponegoro yang telah memberikan pengetahuan kepada

saya selama mengikuti kuliah selama ini.

8. Seluruh staf tata usaha Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

9. Eyangku tercinta, ”doamu adalah segalanya….”.

10. Pakdhe dan Omku tersayang beserta keluarga atas segala

dukungannya.

11. Ibu Tatik dan bapak Soegeng terima kasih atas doa, nasehat,

bimbingan dan motivasinya.

12. Mbak Santi “terima kasih buat dukungan dan motivasinya”.

Page 9: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

9

13. Sahabat-sahabatku: Irma dan Yeli “terima kasih sudah ditemenin jadi

bolang”, Jatu, Icha, Yunita, Ririn, dan Andrian terima kasih atas

semangat dan bantuannya selama ini. “Bersama kalian adalah

kenangan yang terindah dan tidak terlupakan....”.

14. Teman-teman Akuntansi 2007 lainnya, terima kasih atas bantuan dan

semangatnya.

15. Seluruh responden (Anggota) DPRD Kabupaten dan Kota Se-Eks

Karisidenan Semarang yang telah membantu dalam penyelesaian

skripsi ini.

16. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga bantuan, dukungan dan doa yang telah diberikan mendapat

balasan dan limpahan rahmat dari Allah SWT. Amin. Akhir kata penulis mohon

maaf apabila terdapat kekurangan dalam penulisan dan penyajian tesis ini.

Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.

Semarang, 01 Maret 2011

Penulis,

Indah Mustika Dewi

Page 10: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

10

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................. ii

PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN .................................................. iii

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ........................................... iv

ABSTRAK .............................................................................................. v

ABSTRACT .............................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ............................................................................. vii

DAFTAR ISI ........................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................... 1

1.2 Perumusan Masalah...................................................... 8

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................. 9

1.3.1 Tujuan Penelitian ............................................... 9

1.3.2 Kegunaan Penelitian ........................................... 10

1.4 Sistematika Penulisan ................................................... 11

BAB II TELAAH PUSTAKA ............................................................. 12

2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu ................. 12

Page 11: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

11

2.1.1 Teori Peran .................................................. 12

2.1.2 Fungsi DPRD .............................................. 15

2.1.3 Keuangan Daerah ........................................ 24

2.1.4 Anggaran (APBD) ....................................... 25

2.1.5 Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) ...... 29

2.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kapabilitas Anggota DPRD dalam

Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) ...... 37

2.1.7 Penelitian Terdahulu .................................... 51

2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis .................................... 57

2.3 Hipotesis Penelitian .................................................. 58

2.3.1 Pengaruh Personal Background terhadap

Kapabilitas Anggota DPRD dalam

Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) ...... 58

2.3.2 Pengaruh Political Background terhadap

Kapabilitas Anggota DPRD dalam

Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) ...... 59

2.3.3 Pengaruh Pengetahuan Anggota DPRD

tentang Anggaran terhadap Kapabilitas

Anggota DPRD dalam Pengawasan

Keuangan Daerah (APBD) .......................... 60

2.3.4 Pengaruh Pemahaman Anggota DPRD

terhadap Peraturan, Prosedur, dan Kebijakan

Page 12: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

12

terhadap Kapabilitas Anggota DPRD dalam

Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) ...... 62

BAB III METODE PENELITIAN........................................................ 64

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............ 64

3.1.1 Variabel Dependen (Y) ............................... 64

3.1.2 Variabel Independen (X) ............................ 65

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .. 68

3.3 Jenis dan Sumber Data ............................................. 68

3.4 Data dan Metode Pengumpulan Data ........................ 68

3.5 Metode Analisis Data ............................................... 69

3.5.1 Uji Statistik Deskriptif ............................... 70

3.5.2 Uji Kualitas Data ........................................ 70

3.5.3 Uji Asumsi Klasik....................................... 71

3.5.4 Uji Hipotesis ............................................... 74

BAB IV HASIL DAN ANALISIS ........................................................ 77

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ....................................... 77

4.1.1 Deskripsi sampel Penelitian ........................ 77

4.1.2 Demografi Responden Penelitian ................ 79

4.2 Analisis Data............................................................ 91

4.2.1 Statistik Deskriptif Penelitian ..................... 91

4.2.2 Uji Kualitas Data ........................................ 94

4.2.3 Uji Asumsi Klasik....................................... 97

4.2.4 Uji Hipotesis ............................................... 103

Page 13: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

13

4.3 Interpretasi Hasil ...................................................... 108

4.3.1 Interpretasi Hasil Pengujian Hipotesis

Pertama (H1) ............................................... 108

4.3.2 Interpretasi Hasil Pengujian Hipotesis

Kedua (H2) ................................................. 109

4.3.3 Interpretasi Hasil Pengujian Hipotesis

Ketiga (H3) ................................................. 110

4.3.4 Interpretasi Hasil Pengujian Hipotesis

Keempat (H4) ............................................. 111

BAB V PENUTUP ............................................................................. 113

5.1 Simpulan ...................................................................... 113

5.2 Keterbatasan ................................................................. 114

5.3 Saran ............................................................................ 114

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 115

LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 118

Page 14: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

14

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Ringkasan Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner

Berdasarkan Wilayah........................................................... 78

Tabel 4.2 Demografi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .............. 79

Tabel 4.3 Demografi Responden Berdasarkan Usia ............................. 80

Tabel 4.4 Demografi Responden Berdasarkan Agama ......................... 81

Tabel 4.5 Demografi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...... 82

Tabel 4.6 Demografi Responden Berdasarkan Latar Belakang

Pendidikan .......................................................................... 82

Tabel 4.7 Demografi Responden Berdasarkan Latar Belakang

Pekerjaan ............................................................................. 83

Tabel 4.8 Demografi Responden Berdasarkan Pengalaman Organisasi 84

Tabel 4.9 Demografi Responden Berdasarkan Pengalaman Politik ...... 85

Tabel 4.10 Demografi Responden Berdasarkan Pengalaman di DPRD .. 86

Tabel 4.11 Demografi Responden Berdasarkan Partai ........................... 86

Tabel 4.12 Demografi Responden Berdasarkan Ideologi Partai ............. 87

Tabel 4.13 Demografi Responden Berdasarkan Komisi ......................... 88

Tabel 4.14 Demografi Responden Berdasarkan Jabatan di Partai........... 89

Tabel 4.15 Demografi Responden Berdasarkan Jabatan di DPRD ......... 89

Tabel 4.16 Demografi Responden Berdasarkan Jumlah Partai yang

Pernah Diikuti ..................................................................... 90

Page 15: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

15

Tabel 4.17 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ................................ 91

Tabel 4.18 Rentang Kategori Skor Variabel .......................................... 92

Tabel 4.19 Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas .......................................... 95

Tabel 4.20 Ringkasan Hasil Uji Validitas .............................................. 96

Tabel 4.21 Uji Statistik Kolmogorov Smirnov Test ............................... 99

Tabel 4.22 Ringkasan Hasil Uji Multikolonieritas ................................. 100

Tabel 4.23 Hasil Uji Koefisien Korelasi ................................................ 101

Tabel 4.24 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis ................................... 104

Page 16: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

16

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................. 57

Gambar 4.1 Gambar Grafik Histogram..................................................... 98

Gambar 4.2 Gambar Grafik Normal Probability Plot ............................... 98

Gambar 4.3 Gambar Grafik Scatterplot .................................................... 102

Page 17: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

17

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ............................................................. 118

Lampiran 2 Daftar Responden.................................................................. 129

Lampiran 3 Demografi Responden ........................................................... 157

Lampiran 4 Hasil Analisis Statistik Deskriptif .......................................... 162

Lampiran 5 Hasil Uji Kualitas Data ......................................................... 163

Lampiran 6 Hasil Uji Asumsi Klasik ........................................................ 175

Lampiran 7 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ........................................ 178

Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian ............................................................... 195

Lampiran 9 Surat Bukti Penelitian ........................................................... 197

Page 18: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejak dikeluarkannya peraturan tentang otonomi daerah yaitu Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang

Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Daerah, maka kekuasaan atau tanggung jawab yang dibebankan kepada

pemerintah daerah untuk mengelola daerahnya secara maksimal menjadi lebih

besar. Hal ini ditujukan supaya distribusi dan pemanfaatan sumber daya alam

nasional dapat merata dan terciptanya keseimbangan keuangan antara pemerintah

daerah dan pemerintah pusat. Manajemen keuangan daerah dikelola secara penuh

oleh pemerintah daerah. Supaya menajemen keuangan daerah dapat

dipertanggungjawabkan secara sosial maka diperlukan komponen pokok yang

harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh pemerintah daerah yaitu pengelolaan

keuangan daerah (APBD) secara transparan, akuntabel, efektif, dan efisien.

Kedua Undang-Undang tersebut telah merubah akuntabilitas atau

pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dari pertanggungjawaban vertikal

(kepada Pemerintah Pusat) ke pertanggungjawaban horizontal (kepada masyarakat

melalui DPRD), sehingga akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan daerah

menjadi lebih jelas. Berlakunya Undang-Undang tentang Otonomi Daerah serta

Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Pengawasan Keuangan Daerah tersebut

juga memberikan dampak positif bagi kedudukan, fungsi dan hak-hak DPRD,

Page 19: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

19

dimana anggota DPRD atau yang sering disebut dewan akan lebih aktif dalam

menyampaikan aspirasi masyarakat. Selain itu, adanya otonomi daerah merupakan

tuntutan bagi pemerintah daerah dalam menciptakan good governance yaitu

dengan mengutamakan akuntabilitas dan transparansi.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah menjelaskan bahwa: 1) pengawasan atas keuangan

daerah dilakukan oleh dewan, 2) serta adanya pemeriksaan terhadap pengelolaan

keuangan daerah oleh eksternal yaitu BPK. Pada umumnya, lembaga legislatif

mempunyai tiga fungsi yaitu: 1) fungsi legislasi (fungsi membuat peraturan

perundang-undangan), 2) fungsi anggaran (fungsi menyusun anggaran), 3) fungsi

pengawasan (fungsi untuk mengawasi kinerja eksekutif).

Berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa salah satu aspek penting

dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi adalah masalah

keuangan dan anggaran daerah (APBD). Oleh karena itu, diperlukan peranan

anggota DPRD yang sangat besar untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah

(APBD) yang ekonomis, efisien, efektif, transparan dan akuntabel. Namun

demikian, pada kenyataannya tuntutan tersebut juga harus dihadapkan pada

kondisi faktual bahwa sebagian besar anggota DPRD periode ini didominasi oleh

wajah baru, yang dipilih dan diangkat dari partai-partai pemenang pemilu yang

mempunyai latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang berbeda sebelum

menjadi anggota DPRD. Sehingga ketika mereka dipilih menjadi anggota dewan,

keterbatasan pengetahuan dan pengalaman ini akan menjadi kendala dalam

melaksanakan fungsi pengawasan. Hal ini memerlukan waktu yang relatif lebih

Page 20: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

20

banyak untuk mendalami dan memahami tugas serta wewenangnya dalam

menjalani peran sebagai wakil rakyat.

Hal ini juga yang menyebabkan terjadinya permasalahan dan kelemahan

dalam pengelolaan keuangan daerah dari aspek lembaga legislatif yaitu masih

rendahnya peran DPRD dalam keseluruhan proses atau siklus anggaran mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, pelaporan hingga pengawasan program kerja eksekutif

(Winarna dan Murni, 2007). Akibatnya banyak terjadi sejumlah masalah

penyimpangan anggaran di pemerintah. Salah satu contoh penyelewengan

terhadap APBD yang dilakukan oleh DPRD Kota Semarang yang pada tahap

perencanaan anggaran para pimpinan dan anggota dewan telah memasukkan

sejumlah pos pengeluaran yang tidak sesuai peraturan dan ditujukan untuk

memperkaya diri sendiri sehingga mengakibatkan kerugian terhadap keuangan

daerah. Beberapa hal tersebut merupakan masalah yang menarik dan penting,

karena sangat berdampak bagi kepentingan individu, masyarakat, bangsa dan

negara.

Berdasarkan penjelasan diatas lemahnya fungsi pengawasan legislatif

merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja legislatif terhadap eksekutif.

Pengawasan keuangan daerah (APBD) yang dilakukan oleh dewan dipengaruhi

oleh sistem dan individu secara pribadi (Sastroatmodjo, 1995 dalam Winarna dan

Murni, 2007). Kelemahan yang terjadi atas peranan legislatif dalam pengawasan

keuangan daerah mungkin terjadi karena kelemahan sistem politiknya ataupun

individu sebagai pelaku politik. Secara aktual kegiatan politik dilakukan oleh

Page 21: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

21

individu, sedangkan perilaku lembaga politik pada dasarnya berpedoman pada

perilaku individu dengan pola tertentu.

Oleh karena itu, untuk menjelaskan perilaku suatu lembaga dalam hal ini

DPRD yang perlu ditelaah bukan lembaganya, melainkan latar belakang individu

yang secara aktual mengendalikan lembaga yaitu para anggota dewan. Latar

belakang anggota DPRD terdiri dari personal background, political background,

dan pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran, serta pemahaman anggota

DPRD terhadap peraturan, kebijakan, dan prosedur mengenai pengawasan

keuangan daerah (APBD) yang terdiri dari Undang-Undang, Peraturan

pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan Daerah, dan lain-lain.

Personal background merupakan latar belakang diri dari yang melekat

pada seorang individu. Latar belakang diri ini meliputi banyak aspek antara lain

seperti nama, jenis kelamin, usia, agama, latar belakang pendidikan dan lain

sebagainya. Personal background berkaitan erat dengan kualitas sumber daya

manusia. Sumber daya manusia merupakan pilar penyangga utama sekaligus

penggerak roda organisasi dalam usaha mewujudkan elemen organisasi yang

sangat penting, karenanya harus dipastikan sumber daya manusia ini harus

dikelola sebaik mungkin dan akan mampu memberikan kontribusi secara optimal

dalam upaya pencapaian tujuan organisasi (Winarna, 2007).

Menurut penelitian yang dilakukan Murni dan Witono (2003)

menunjukkan bahwa strata pendidikan dan latar belakang pekerjaan berpengaruh

signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah. Sedangkan Witono dan Baswir

(2003) membuktikan bahwa variabel personal background berupa jenis kelamin,

Page 22: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

22

tingkat pendidikan dan pendidikan dan pengalaman di bidang politik tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan

daerah.

Political background merupakan latar belakang dari pengalaman

seseorang dalam berkecimpung di dunia politik. Berbicara mengenai politik, tentu

saja tidak lepas dari partai politik. Dalam menjalankan tugasnya anggota DPRD

diharuskan mengikuti aturan kerja yang telah ditetapkan sesuai bidang masing-

masing, di sinilah latar belakang politik terkadang menyebabkan perbedaan sudut

pandang bahkan terjadinya perselisihan. Seorang anggota dewan harus

mempunyai latar belakang politik yang baik dalam menjalankan tugasnya sebagai

angota dewan. Menurut La Palombara (1974) dalam Winarna dan Murni (2007)

ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap, perilaku, dan peran legislatif yaitu

institusi politik, partai politik, karakteristik personal, pengalaman politik dan sifat

pemilih. Sebagai variabel independen, political culture berpengaruh secara

signifikan tetapi sebagai variabel moderat. Hasil ini menguatkan hubungan antara

variabel personal background dengan peran DPRD dalam pengawasan keuangan

daerah (Witono dan Baswir, 2003). Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Winarna dan Murni (2007) memberikan bukti empiris bahwa political

background secara umum tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peran

DPRD dalam pengawasan keuangan daerah.

Pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran dapat diartikan sebagai

pengetahuan dewan terhadap mekanisme penyusunan anggaran mulai dari tahap

perencanaan sampai pada tahap pertanggungjawaban serta pengetahuan dewan

Page 23: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

23

tentang peraturan perundangan yang mengatur pengelolaan keuangan daerah

(APBD). Pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran ini akan semakin penting

apabila dikaitkan dengan mekanisme penyusunan dan penetapan APBD yang

berlangsung saat ini. Hasil penelitian Werimon (2005) menunjukkan bahwa

pertama, terdapat hubungan yang positif signifikan antara variabel pengetahuan

anggota DPRD tentang anggaran dengan pengawasan keuangan daerah (APBD).

Hasil ini konsisten dengan penelitian Indriani dan Baswir (2003) mengenai

pengaruh pengetahuan dan RPPs terhadap peranan DPRD dalam pengawasan

keuangan daerah menyimpulkan bahwa pengetahuan tentang anggaran

berpengaruh terhadap peranan DPRD dalam pengawasan keuangan daerah. Selain

itu, Yudoyono (2000) juga menyatakan bahwa DPRD akan dapat memainkan

peranannya dengan baik apabila pimpinan dan anggota-anggotanya berada dalam

kualifikasi ideal, dalam arti memahami benar hak, tugas, dan wewenangnya dan

mampu mengaplikasikannya secara baik, dan didukung dengan tingkat pendidikan

dan pengalaman di bidang politik dan pemerintahan yang memadai.

Selain personal background, political background, dan pengetahuan

tentang anggaran terdapat faktor lain yang mempengaruhi kapabilitas anggota

DPRD dalam melakukan pengawasan keuangan daerah yaitu pemahaman anggota

DPRD terhadap peraturan, kebijakan dan prosedur tentang keuangan daerah

(APBD). Peraturan, kebijakan dan prosedur tersebut terdiri dari Undang-Undang,

Peraturan pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan Daerah, dan lain-lain.

Peraturan, kebijakan dan prosedur ini berfungsi sebagai pedoman anggota DPRD

dalam melakukan pengawasan keuangan daerah (APBD) agar berjalan secara

Page 24: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

24

efektif sehingga memastikan apakah pelaksanaan keuangan daerah (APBD) telah

sesuai dengan tujuan dan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan. Oleh

karena itu, setiap anggota DPRD harus memahami peraturan perundang-undangan

tersebut. Semakin tinggi tingkat pemahaman anggota DPRD terhadap peraturan

perundang-undangan tersebut diharapkan semakin tinggi kapabilitasnya dalam

melakukan pengawasan keuangan daerah (APBD).

Namun demikian, menurut Badein dan Zammuto (1991) dalam Indriani

dan Baswir (2003) menyatakan bahwa jumlah peraturan, kebijakan dan prosedur

yang terlalu banyak dapat berpengaruh terhadap disfungsionalisasi individu dan

organisasi, serta membunuh inisiatif individu dan mengurangi kepuasan kerja.

Hasil penelitian Indriani dan Baswir (2003) juga menunjukkan bahwa pemahaman

anggota DPRD terhadap peraturan, kebijakan dan prosedur tentang keuangan

daerah (APBD) tidak memiliki pengaruh terhadap peran DPRD dalam

pengawasan keuangan daerah.

Hasil penelitian sebelumnya yang masih belum konsisten dan masih

terbatasnya penelitian di bidang pemerintahan memotivasi peneliti untuk meneliti

kembali pengaruh personal background, political background, dan pengetahuan

dewan tentang anggaran terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan

daerah. Pada dasarnya penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah

dilakukan oleh Jaka Winarna dan Sri Murni (2007), hanya saja dalam penelitian

ini ditambahkan satu variabel penelitian yaitu peraturan, prosedur, dan kebijakan.

Adapun fakor-faktor yang akan diuji kembali dalam penelitian ini adalah personal

Page 25: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

25

background, political background, pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran,

serta pemahaman anggota DPRD terhadap peraturan, kebijakan dan prosedur.

Dengan latar belakang masalah di atas, penelitian ini diberi judul

“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kapabilitas Anggota DPRD

dalam Pengawasan Keuangan Daerah (APBD).”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa

dalam menjalankan fungsi dan wewenangnya dalam melakukan pengawasan

terhadap keuangan daerah (APBD), serta masih sedikitnya penelitian di Indonesia

yang mengenai peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD) dengan

menggunakan variabel-variabel dari dalam diri anggota dewan (DPRD), seperti

personal background, political background, dan pengetahuan anggota DPRD

tentang anggaran mendorong untuk dilakukan pengujian kembali terhadap faktor-

faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan

keuangan daerah (APBD). Adapun faktor-faktor yang akan diuji kembali dalam

penelitian ini adalah personal background, political background, pengetahuan

anggota DPRD tentang anggaran, serta pemahaman anggota DPRD terhadap

peraturan, kebijakan dan prosedur tentang keuangan daerah (APBD).

Berdasarkan uraian di atas, masalah yang akan diteliti selanjutnya dapat

dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah personal background berpengaruh positif terhadap kapabilitas

anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD)?

Page 26: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

26

2. Apakah political background berpengaruh positif terhadap kapabilitas

anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD)?

3. Apakah pengetahuan anggota DPRDtentang anggaran berpengaruh

positif terhadap kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan

keuangan daerah (APBD)?

4. Apakah pemahaman anggota DPRD terhadap peraturan, prosedur dan

kebijakan berpengaruh positif terhadap kapabilitas anggota DPRD

dalam pengawasan keuangan daerah (APBD)?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini ditujukan:

1. Untuk mengetahui pengaruh personal background terhadap

kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah

(APBD).

2. Untuk mengetahui pengaruh political background terhadap kapabilitas

anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).

3. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan anggota DPRD tentang

anggaran terhadap kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan

keuangan daerah (APBD).

4. Untuk menguji pengaruh pemahaman anggota DPRD terhadap

peraturan, prosedur dan kebijakan terhadap kapabilitas anggota DPRD

dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).

Page 27: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

27

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Praktisi

a. Bagi DPRD, sebagai masukan dalam mendukung pelaksanaan

otonomi daerah khususnya peran DPRD dalam pengawasan

keuangn daerah dan dalam rangka mewujudkan good governance.

Sehingga DPRD diharapkan dapat membuat program yang

memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas dan

kapabilitasnya.

b. Bagi partai politik, dapat dijadikan sebagai masukan dan

melakukan evaluasi dalam merekrut anggota dewan bagi masing-

masing partai serta pengembangan kader partai.

2. Manfaat Teoritis dan Akademis

Memberikan masukan pada para akademisi untuk memberikan

kontribusi terhadap pengembangan literatur akuntansi sektor publik

(ASP) di Indonesia terutama dalam pengembangan sistem manajemen

di sektor publik, dan dapat digunakan sebagai acuhan peneliti

selanjutnya.

3. Manfaat Kebijakan

Bagi pemerintah daerah hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

masukan dalam melaksanakan otonomi daerah, khususnya dalam

peningkatan kinerja DPRD yang berkaitan dengan pengawasan

Page 28: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

28

anggaran (APBD) untuk mewujudkan good government

(pemerintahan yang baik).

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini menggunakan sistematika untuk masing-masing bab.

Bab I merupakan pendahuluan. Bab ini menguraikan tentang latar belakang

masalah yang mendorong dilakukannya penelitian ini. Selain itu, di dalam bab ini

juga diuraikan perumusan masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian ini. Bagian

akhir dari bab ini adalah sistematika penulisan.

Pada bab II berupa tinjauan pustaka. Bab ini menguraikan tentang tinjauan

pustaka yang berkaitan dengan landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian

ini. Dalam bab ini juga diuraikan penelitian terdahulu, dan kerangka pikir

penelitian, serta hipotesis penelitian.

Bab III yaitu metode penelitian. Bab ini menguraikan tentang variabel

penelitian dan definisi operasional, jenis dan sumber data, metode pengumpulan

data, dan metode analisis data.

Bab IV adalah hasil dan pembahasan. Bab ini menguraikan tentang

diskriptif obyek penelitian, analisis data dan pembahasannya. Selain itu dalam bab

ini, dijelaskan dan dibandingkan pula hasil yang diperoleh dari penelitian yang

sebelumnya.

Bab V merupakan penutup. Bab ini merupakan Bab ini menguraikan

tentang simpulan atas hasil pembahasan, analisis data penelitian, keterbatasan

penelitian, dan saran-saran yang bermanfaat untuk penelitian selanjutnya.

Page 29: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

29

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu

2.1.1 Teori Peran

Dasar perlunya peran anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah

yang ditujukan kepada pemerintah daerah dijelaskan dalam lingkup

behavioralisme yaitu teori peran. Definisi peran menurut Ralph Linton (1936)

adalah sebagai aspek dinamis dari suatu status, bahwa setiap status dalam

masyarakat memiliki peran yang melekat dan setiap peran melekat pada status.

Sementara Raplh Linton (1936) mendefinisikan status sebagai kumpulan hak dan

kewajiban, selanjutnya status dilihat sebagai posisi dan peran sebagai

serangkaian hak dan kewajiban yang di harapkan. Sedangkan Siegel dan Helena

(1989) mendefinisikan peran secara sederhana sebagai bagian-bagian yang orang

bermain dalam interaksi mereka dengan orang lain. Peran membedakan perilaku

orang yang menduduki posisi-posisi organisasi tertentu dan berfungsi untuk

menyatukan kelompok dengan menyediakan untuk spesialisasi dan koordinasi

fungsi.

Teori peran fokus pada perspektif perilaku dengan menjelaskan interaksi

sosial sebagai perilaku yang terkait dengan posisi sosial tertentu. Teori peran

menawarkan potensi untuk mempelajari manusia sebagai makhluk hidup,

makhluk rasional, dan untuk mendapatkan kontrol terhadap keberadaan sosial

(Biddle, 1979) dalam (Broderick, 1998). Sedangkan Arfan dan Ishak (2008) teori

Page 30: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

30

peran menjelaskan bahwa peran dapat digambarkan secara sederhana sebagai

bagian dari orang-orang yang berinteraksi satu sama lain. Teori peran berasal dari

teori penetrasi sosial (Altman dan Taylor, 1973); pendekatan interaksi sosial

untuk sosiologis pemikiran (Goffman, 1959, 1967; Simmel, 1908/1950) dan

elemen diad teori pertukaran sosial (Homans, 1961; Kelley dan Thibaut, 1978)

menekankan fokusnya pada interaktivitas dalam pola pertukaran sosial

(Broderick, 1998).

Teori peran melihat perilaku individu dalam lingkungan sosial yang

merupakan penentu utama dari batasan pertukaran sosial dan kemungkinan masa

depan. Salah satu asumsi yang dibuat dalam menerapkan peran di lingkungan

sosial yaitu keberhasilan tugas dan kewajiban yang tergantung pada penguasaan

perilaku peran.

Berdasarkan penjelasan tersebut, peran berfungsi untuk membedakan

perilaku dari orang yang menduduki posisi organisasi tertentu dan berfungsi untuk

mempersatukan kelompok yang ada dalam organisasi dengan melengkapi

spesialisasi dan fungsi koordinasi (Siegel dan Helene, 1989). Setiap peran

berhubungan dengan suatu identitas yang menggambarkan individu dalam hal

bagaimana mereka perlu bertindak dalam situasi khusus. Sejumlah orang

mempunyai peran dan identitas, bergantung pada situasi di mana mereka

menemukan diri mereka (Ikhsan dan Ishak, 2008). Posisi seseorang dalam suatu

organisasi formal atau informal akan mempengaruhi pola perilaku bersama yang

diharapkan. Oleh karena itu, setiap orang harus memahami peran masing-masing

dalam organisasi.

Page 31: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

31

Oleh karena itu, anggota dewan harus memahami peran yang melekat pada

dirinya yang merupakan wakil rakyat. Setiap anggota dewan memiliki peran

masing-masing dalam legislatif yaitu baik sebagai anggota komisi yang terdiri

dari komisi A, B, C, dan D maupun sebagai anggota badan kelengkapan DPRD

yang terdiri dari badan musyawarah, badan anggaran, dan badan legislasi daerah.

Selain itu, peran anggota DPRD juga disesuaikan berdasarkan fungsi yang

dilaksanakannya, yaitu fungsi anggaran, fungsi legislasi , dan fungsi pengawasan.

Peran anggota DPRD khususnya dalam pengawasan keuangan daearah

(APBD) ditujukan untuk memastikan apakah pelaksanaan keuangan daerah

(APBD) sudah sesuai dengan peraturan dan tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya secara efektif dan efisien. Adanya pengawasan yang efektif dari

DPRD akan bermakna positif untuk meningkatkan kinerja birokasi pemerintahan

itu sendiri, yaitu dalam konteks memberikan pelayanan yang terbaik bagi

masyarakat, sebagaimana masih menjadi harapan publik selama ini. Oleh karena

itu, peran anggota DPRD dalam menjalankan pengawasan keuangan daerah

sangatlah penting, karena dengan adanya pengawasan keuangan daerah yang

secara maksimal diharapkan dapat mewujudkan pemerintahan yang transparan,

akuntabel, dan efektif. Selain itu, pengawasan terhadap pelaksanaan pemerintahan

daerah dan keuangan daerah yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan

sehingga dapat mendorong terwujudnya good governance dan mencegah adanya

tindakan KKN.

Page 32: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

32

2.1.2 Fungsi DPRD

Pada sistem Pemerintahan Daerah terdapat pembagian dua kekuasaan,

yaitu DPRD sebagai Badan Legislatif dan Pemerintah Daerah/Kepala Daerah

sebagai Eksekutif. Untuk mencegah terjadinya konflik antara kedua lembaga

tersebut, perlu diatur suatu mekanisme yang mengatur hubungan saling

mengendalikan dan saling mengimbangi satu sama lain dalam hubungan

kesetaraan melalui prinsip “checks and balance,” dalam Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2004 disebutkan bahwa DPRD sebagai Badan Legislatif Daerah

berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari Pemerintah Daerah. Dalam

kedudukan seperti ini kedua lembaga itu saling mengawasi dan saling

mengendalikan, dan tidak saling menjatuhkan, melainkan saling memelihara

kerjasama yang baik, kecuali dalam sistem parlementer, di mana pemerintah dapat

membubarkan parlemen, demikian pula parlemen dapat menjatuhkan pemerintah.

DPRD dan Pemerintah Daerah memiliki tanggungjawab yang sama dalam

mewujudkan pemerintahan daerah yang berdayaguna dan berhasil guna, serta

transparan dan akuntabel dalam rangka memberikan pelayanan yang prima kepada

masyarakat guna terjaminnya produktivitas dan kesejahteraan masyarakat di

daerah. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah

Badan Legislatif Daerah Propinsi, Kabupaten, dan Kota. DPRD merupakan

lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai lembaga

pemerintahan daerah. DPRD adalah lembaga legislatif yang mempunyai hak

budget (hak untuk menetapkan anggaran sekaligus melakukan pengawasan

pelaksanaan APBD).

Page 33: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

33

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah dapat disimpulkan bahwa fungsi DPRD secara umum ada tiga, yaitu:

1. Fungsi Legislasi

Hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD pada dasarnya

merupakan hubungan kerja yang kedudukannya setara dan bersifat

kemitraan. Hal ini dapat dicerminkan dalam membuat kebijakan daerah

berupa Peraturan Daerah. Hubungan kemitraan bermakna bahwa antara

Pemerintah Daerah dan DPRD adalah sama-sama mitra sekerja dalam

membuat kebijakan daerah untuk melaksanakan otonomi daerah sesuai

dengan fungsi masing-masing sehingga antar kedua lembaga itu

membangun suatu hubungan kerja yang sifatnya saling mendukung

(sinergi) bukan merupakan lawan ataupun pesaing satu sama lain dalam

melaksanakan fungsi masing-masing.

Legislasi atau pembentukan peraturan daerah merupakan proses

perumusan kebijakan publik. Sehingga peraturan daerah yang

dihasilkan dapat pula dilihat sebagai suatu bentuk formal dari suatu

kebijakan publik. Sebagai suatu kebijakan publik, maka substansi dari

peraturan daerah memuat ketentuan yang berkaitan dengan

kepentingan masyarakat yang terkait dengan materi yang diatur.

Dalam hal ini, jelas peran yang dilakukan oleh anggota DPRD adalah

merumuskan kebijakan publik. Melalui kebijakan tersebut, DPRD

telah melakukan salah satu fungsi negara, yaitu mewujudkan

distributive justice. Melalui kewenangan tersebut DPRD

Page 34: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

34

mengartikulasikan dan merumuskan berbagai kepentingan kelompok

masyarakat yang menjadi sasaran dari peraturan atau undang-undang

yang dibuat (Laksono, 2009).

Dalam melaksanakan fungsi legislasi, anggota DPRD

diharuskan memiliki pemahaman yang memadai sebagai konsekuensi

dari supremacy of law, ada keyakinan yang kuat bahwa hukum yang

dihasilkan merupakan suatu instrumen yang memberikan kepastian

mengenai arah pembangunan nasional.

Syahrudin dan Taifur (2002) menjelaskan bahwa sebagai patner

pemerintah daerah dan DPRD mempunyai kewenangan dalam

pembuatan kebijakan daerah yang bertujuan untuk mengatur tata cara

pelaksanaan tugas eksekutif dalam menjalankan pemerintahan.

Peranan DPRD sangat besar dalam pengesahan sebuah rancangan

kebijakan daerah yang diajukan oleh Pemerintah Daerah. Rancangan

kebijakan tersebut dapat menjadi kebijakan daerah apabila DPRD

sudah menyetujuinya. Begitu juga halnya dengan Peraturan

Pemerintah Daerah yang membutuhkan persetujuan DPRD sebelum

dapat diimplementasikan.

Dalam proses pembahasan bersama ini, pihak eksekutif dan

legislatif melakukan fungsi “checks and balances” untuk mencapai

suatu rumusan kepentingan bersama atau publik. Bagi DPRD peran

“checks and balances” dalam pembentukan kebijakan publik

sangatlah penting sebagai bagian dari pelaksanaan tugasnya sebagai

Page 35: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

35

wakil rakyat. Oleh karena itu, peran DPRD dalam pembentukan

undang-undang haruslah dilihat sebagai bentuk pertanggungjawaban

kepada konstituen atau rakyat pemilihnya (Laksono, 2009).

2. Fungsi Penganggaran

Penganggaran merupakan proses penyusunan dan penetapan

anggaran pendapatan dan belanja daerah bersama-sama pemerintah

daerah. Dalam menjalankan fungsi ini, DPRD harus terlibat secara

aktif, proaktif, dan bukan reaktif & sebagai legitimator usulan APBD

yang diajukan pemerintah daerah.

Menurut Laksono (2009), peran DPRD dalam penetapan

APBD sangatlah penting, karena Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah merupakan instrumen kunci kebijakan ekonomi suatu daerah,

yang memerlukan keterlibatan parlemen dalam penetapannya.

Penetapan APBD tidak hanya menyangkut masalah teknis, namun

berhubungan juga dengan aspek kebijakan publik. Oleh karena itu,

Pemerintah Daerah dan DPRD, bahkan partai politik berkepentingan

untuk memperjuangkan aspirasi kebijakan ekonominya dalam APBD.

Peran parlemen dalam penetapan APBD sangatlah penting, hal

ini didasarkan pada beberapa alasan, yaitu (Laksono, 2009):

1. Perlunya mekanisme “checks and balances” dalam

hubungan kerja dan kewenangan antara Pemerintah

Page 36: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

36

Daerah dan DPRD (Parlemen) untuk mewujudkan tata

pemerintahan yang baik dan pemerintahan yang bersih.

2. Aspek keterbukaan atau transparansi. Biasanya

mekanisme perumusan kebijakan Pemerintah daerah lebih

tertutup dibandingkan dengan mekanisme yang

berlangsung di DPRD. Oleh karena itu, peran DPRD

dalam penetapan APBD ditujukan untuk menciptakan

keterbukaan dan transparansi dalam perumusan kebijakan

penting bagi publik. Secara tidak langsung hal tersebut

membuka peluang partisipasi publik atau masyarakat

dalam mengkritisi progam serta kebijakan yang tertuang

dalam APBD.

3. Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen

untuk menjamin pelaksanaan kegiatan sesuai dengan kebijakan dan

rencana yang telah ditetapkan serta untuk memastikan bahwa tujuan

dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Pengawasan anggaran secara yuridis telah diatur baik di

tingkat Undang-Undang, peraturan pemerintah dan juga dalam

peraturan daerah mengenai pengelolaan keuangan daerah. Dalam

konteks pengelolaan keuangan, pengawasan terhadap anggaran

dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Page 37: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

37

Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 132 yang menyatakan bahwa

DPRD melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah

tentang APBD.

Pengawasan tersebut bukan berarti pemeriksaan, tapi lebih

mengarah pada pengawasan untuk menjamin pencapaian sasaran yang

telah ditetapkan dalam APBD. Hal ini sesuai juga dengan Keputusan

Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa

untuk menjamin pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, DPRD

melakukan pengawasan atas pelaksanaan APBD. Ini berarti bahwa

pengawasan yang dilakukan oleh DPRD merupakan pengawasan

eksternal dan ditekankan pada pencapaian sasaran APBD.

Bagi pemerintah daerah, adanya pengawasan yang efektif dari

DPRD akan bermakna positif untuk meningkatkan kinerja birokasi

pemerintahan itu sendiri, yaitu dalam konteks memberikan pelayanan

yang terbaik bagi masyarakat, sebagaimana masih menjadi harapan

publik selama ini. Pengawasan yang dijalankan oleh DPRD melalui

alat-alat kelengkapan dan mekanisme kerja yang dimiliki merupakan

suatu pertanggungjawaban posisi DPRD sebagai lembaga politik

perwakilan rakyat (Laksono, 2009).

Secara umum, pengawasan yang dilakukan oleh DPRD

bertujuan untuk memelihara akuntabilitas publik, terutama dari

lembaga-lembaga yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan

kebijakan dan program pemerintahan serta pembangunan.

Page 38: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

38

Pengawasan juga dapat berlangsung pada berbagai tingkatan ke-

bijakan, program, proyek maupun kasus yang ada sepanjang memiliki

arti penting secara politik strategis.

Menurut Laksono (2009), pengawasan DPRD sangat diperlukan

bagi pelaksanaan good governance. Hal ini didasarkan pada beberapa

argumentasi atau pemikiran, yaitu:

1. Pertama, Parlemen (DPRD) merupakan representasi rakyat

dalam menilai dan mengawasi kinerja pemerintah daerah

dalam mengelola keuangan daerah dan melaksanakan

undang-undang, kebijakan pemerintah, dan berbagai

kebijakan publik lain secara konsisten.

2. Kedua, pengawasan mengaktualisasi pelaksanaan etika tata

pemerintahan yang baik dan demokratis (good governance).

3. Ketiga, pengawasan dapat digunakan untuk meredam

“penyakit” KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) di

kalangan pemerintah, termasuk berdampak pada DPR

sendiri.

4. Keempat, pengawasan memungkinkan terbangunnya

hubungan timbal balik (checks and balances) antara

lembaga legislatif, eksekutif dan masyarakat sipil.

Pengawasan DPRD dapat dilakukan melalui beberapa

mekanisme, yaitu rapat kerja, rapat dengar pendapat, rapat dengar

pendapat umum, dan kunjungan kerja. Di samping itu, pengawasan

Page 39: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

39

dilakukan melalui penggunaan hak-hak DPRD, antara lain: hak

interpelasi, hak angket, hak mengajukan/menganjurkan, memberikan

persetujuan, memberikan pertimbangan, dan memberikan pendapat.

Menurut Kaho (2001) dalam Indriani dan Baswir (2003)

menyatakan bahwa untuk melaksanakan fungsi kedua yaitu

melakukan pengawasan, DPRD mempunyai hak untuk meminta

laporan pertanggungjawaban dari Gubernur, Wali Kota, dan Bupati,

berhak untuk memperoleh penjelasan dari pemerintah daerah,

melakukan pemeriksaan, memberikan usulan-usulan, dan menanyakan

pertanyaan dari masing-masing anggota.

Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 tentang

Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah Pasal 40

menyebutkan bahwa pengawasan atas pelaksanaan APBD dilakukan

oleh DPRD. Dalam penjelasan pasal ini dinyatakan bahwa

pengawasan yang dimaksud dalam Ayat ini adalah bukan pemeriksaan

tetapi pengawasan yang mengarah untuk menjamin pencapaian

sasaran yang telah ditetapkan APBD.

Menurut perkembangan paradigma baru, DPRD memiliki posisi,

tugas, dan fungsi penting dalam pengawasan APBD yang lebih luas.

Dimana anggota DPRD harus melakukan fungsi pengawasan secara

nyata. Indriani dan Baswir (2003) menyatakan bahwa pengawasan

keuangan daerah (APBD) harus dimulai dari proses perencanaan

Page 40: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

40

hingga proses pelaporan. Fungsi pengawasan tersebut akan dijelaskan

sebagai berikut:

1. Perencanaan

Pada tahap ini DPRD memiliki peran dalam melakukan

kegiatan: a) menampung aspirasi masyarakat, b) menetapkan

petunjuk dan kebijkan publik tentang APBD dan menentuakn

strategi dan prioritas dari APBD tersebut, c) melakukan

klarifikasi dan ratifikasi (diskusi APBD dalam rapat paripurna),

4) mengambil keputusan dan pengesahan.

2. Pelaksanaan

Peran DPRD dapat direalisasikan dengan melakukan evaluasi

terhadap APBD yang dilaporkan secara kuarter dan melakukan

pengawasan lapangan melalui inspeksi dan laporan realisasi

anggaran, termasuk juga evaluasi terhadap revisi atau perubahan

anggaran. Hal tersebut dikarenakan adanya masalah yang sering

timbul pada tahap implementasi yaitu banyaknya revisi dan

perubahan APBD.

3. Pelaporan

Peran dari DPRD dapat diimplementasikan dengan

mengevaluasi laporan realisasi APBD secara keseluruhan

(APBD tahunan) dengan memeriksa laporan APBD dan catatan

APBD dan juga inspeksi lapangan.

Page 41: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

41

2.1.3 Keuangan Daerah

Pengertian keuangan daerah sebagaimana dimuat dalam ketentuan umum

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah adalah sebagai berikut:

Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat

dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat

dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan

kewajiban tersebut.

Berdasarkan pengertian tersebut pada prinsipnya keuangan daerah

mengandung beberapa unsur pokok, yaitu hak daerah yang dapat dinilai;

kewajiban daerah dengan uang; dan kekayaan yang berhubungan dengan hak dan

kewajiban tersebut. Hak daerah dalam rangka keuangan daerah adalah segala hak

yang melekat pada daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

digunakan dalam usaha pemerintah daerah mengisi kas daerah.

Keuangan daerah dituangkan sepenuhnya kedalam APBD. Menurut

Peraturan Pemerintah RI Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya

disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang

dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan

dengan peraturan daerah. Selanjutnya pengelolaan keuangan daerah merupakan

keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,

pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah. Dalam

konteks ini lebih difokuskan kepada pengawasan keuangan daerah yang dilakukan

oleh DPRD.

Page 42: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

42

2.1.4 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

2.1.4.1 Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD

adalah suatu rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 pasal

1 butir 8 tentang Keuangan Negara).

APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun

anggaran. APBD merupakan rencana pelaksanaan semua pendapatan daerah dan

semua belanja daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dalam tahun

anggaran tertentu. Pemungutan semua penerimaan daerah bertujuan untuk

memenuhi target yang ditetapkan dalam APBD. Demikian pula semua

pengeluaran daerah dan ikatan yang membebani daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi dilakukan sesuai jumlah dan sasaran yang ditetapkan dalam APBD.

Karena APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah, maka APBD

menjadi dasar pula bagi kegiatan pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan

keuangan daerah.

2.1.4.2 Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran merupakan suatu pernyataan formal yang dibuat oleh

manajemen berupa rencana-rencana yang akan dilakukan pada masa yang akan

datang dalam suatu periode tertentu, dimana rencana tersebut merupakan suatu

pedoman dalam pelaksanaan kegiatan selama periode tersebut (Hanson, 1996

dalam Robinson, 2006). Banyak pihak yang terlibat dalam penyusunan anggaran,

Page 43: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

43

baik manajer tingkat atas maupun manajer tingkat bawah dan ini akan berdampak

langsung terhadap perilaku manusia, terutama bagi orang yang langsung

mempunyai hubungan dengan penyusunan anggaran.

Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 3 Ayat (4) Undang-Undang Nomor

17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, fungsi APBN/ APBD terdiri dari :

1. Fungsi Otorisasi, anggaran daerah merupakan dasar untuk

melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.

2. Fungsi Perencanaan, anggaran daerah merupakan pedoman bagi

manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang

bersangkutan.

3. Fungsi Pengawasan, anggaran daerah menjadi pedoman untuk

menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai

dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

4. Fungsi Alokasi, anggaran daerah diarahkan untuk mengurangi

pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan

efisiensi dan efektivitas perekonomian.

5. Fungsi Distribusi, anggaran daerah harus mengandung arti/

memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

6. Fungsi Stabilisasi, anggaran daerah harus mengandung arti/harus

menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan

fundamental perekonomian.

Page 44: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

44

2.1.4.3 Siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Menurut Henley et al dalam Indriani dan Baswir (2003) siklus anggaran

diklasifikasikan menjadi empat tahap, yang terdiri dari:

1. Tahap Persiapan

Pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota yang didasarkan pada

Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 menyatakan bahwa

pemerintah daerah diwajibkan untuk membuat dokumen tentang

perencanaan daerah yang terdiri dari PROPEDA (RENSTRADA).

2. Tahap Ratifikasi

Tahap ini merupakan proses politik yang sangat kompleks. Pihak

eksekutif tidak hanya diminta untuk mempunyai kemampuan

manajerial tetapi juga harus mempunyai kemampuan di bidang politik,

membangun hubungan kerjasama dan koalisi.

3. Tahap Implementasi

Hal yang paling penting pada tahap ini yaitu untuk disesuaikan dengan

sistem informasi akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang

ada.

4. Tahap Pelaporan dan Evaluasi

Tahap persiapan, ratifikasi, dan implementasi anggaran berhubungan

dengan aspek operasional dari anggaran tersebut, dimana tahap

pelaporan dan evaluasi itu sendiri berhubungan dengan aspek

akuntabilitas.

Page 45: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

45

2.1.4.4 Prinsip-prinsip Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Prinsip-prinsip dasar (azas) yang berlaku di bidang pengelolaan anggaran

daerah yang berlaku juga dalam pengelolaan anggaran negara/daerah sebagaimana

bunyi penjelasan dalam Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara, yaitu:

1. Kesatuan, azas ini menghendaki agar semua pendapatan dan belanja

negara/daerah disajikan dalam satu dokumen anggaran.

2. Universalitas, azas ini mengharuskan agar setiap transaksi keuangan

ditampilkan secara utuh dalam dokumen anggaran.

3. Tahunan, azas ini membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu

tahun tertentu.

4. Spesialitas, azas ini mewajibkan agar kredit anggaran yang

disediakan terinci secara jelas peruntukannya.

5. Akrual, azas ini menghendaki anggaran suatu tahun anggaran

dibebani untuk pengeluaran yang seharusnya dibayar, atau

menguntungkan anggaran untuk penerimaan yang seharusnya

diterima, walaupun sebenarnya belum dibayar atau belum diterima

pada kas.

6. Kas, azas ini menghendaki anggaran suatu tahun anggaran dibebani

pada saat terjadi pengeluaran/ penerimaan uang dari/ ke kas daerah.

Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja

berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 13, 14, 15 dan 16

Page 46: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

46

dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, dilaksanakan selambatlambatnya

dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja

berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran

berbasis kas.

2.1.5 Pengawasan Keuangan Daerah

Pengawasan adalah segala kegiatan dan tindakan untuk memastikan bahwa

pelaksanaan suatu kegiatan tidak menyimpang dari rencana dan tujuan serta

rencana yang telah ditetapkan (Baswir, 1999) dalam (Indriani dan Baswir, 2003) .

Pengawasan juga diartikan sebagai suatu proses pengamatan seluruh kegiatan

organisasi untuk menjamin agar pelaksanaannya berjalan sesuai dengan rencana

yang telah ditentukan (Sondang, 1998) dalam Robinson (2006).

Sedangkan pengawasan keuangan daerah merupakan semua tindakan

untuk memastikan pengelolaan keuangan daerah agar sesuai dengan peraturan dan

tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan tidak hanya dilaksanakan pada tahap

implementasi dan evaluasi tetapi juga pada tahap perencanaan (Mardiasmo, 2001).

Pengawasan keuangan daerah bukanlah tahap yang terpisah dari siklus anggaran

tetapi merupakan bagian pelengkap pada tahap perencanaan hingga tahap

pelaporan.

Pengawasan keuangan daerah, dalam hal ini adalah pengawasan terhadap

anggaran keuangan daerah/APBD. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintah Daerah Pasal 42 menjelaskan bahwa DPRD mempunyai

tugas dan wewenang melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan

Page 47: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

47

peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD,

kebijakan pemerintah dalam melaksanakan program pembangunan daerah dan

kerjasama internasional di daerah.. Berdasarkan dari Undang-Undang tersebut

dapat diambil kesimpulan bahwa pengawasan keuangan daerah dilakukan oleh

DPRD yang berfokus kepada pengawasan terhadap pelaksanaan APBD.

Pengawasan terhadap pelaksanaan APBD wujudnya adalah dengan

melihat, mendengar, dan mencermati pelaksanaan APBD yang dilakukan oleh

SKPD, baik secara langsung maupun berdasarkan informasi yang diberikan oleh

konstituen, tanpa masuk ke ranah pengawasan yang bersifat teknis. Apabila ada

dugaan penyimpangan, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Memberitahukan kepada Kepala Daerah untuk ditindaklanjuti oleh

Satuan Pengawas Internal.

2. Membentuk pansus untuk mencari informasi yang lebih akurat.

3. Menyampaikan adanya dugaan penyimpangan kepada instansi

penyidik (Kepolisian, Kejaksaan, dan KPK) (Fanindita, 2010).

Pengawasan anggaran meliputi seluruh siklus anggaran, mulai dari tahap

perencanaan, pelaksanaan, maupun pertanggungjawaban. Secara sederhana

pengawasan anggaran merupakan proses pengawasan terhadap kesesuaian

perencanaan anggaran dan pelaksanaannya dalam melaksanakan pembangunan

daerah. Pengawasan terhadap pelaksaanaan perlu dilakukan, hal ini bertujuan

untuk memastikan seluruh kebijakan publik yang terkait dengan siklus anggaran

dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

Page 48: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

48

berorientasi pada prioritas publik. Namun sebelum sampai pada tahap

pelaksanaan, anggota dewan harus mempunyai bekal pengetahuan mengenai

anggaran sehingga nanti ketika melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan

anggaran, anggota dewan telah dapat mendeteksi apakah ada terjadi kebocoran

atau penyimpangan alokasi anggaran.

Keputusan Presiden RI Nomor 74 Tahun 2001 (tentang tata cara

pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah) pasal 1 Ayat 6 menyebutkan

bahwa pengawasan pemerintah daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan

untuk menjamin agar pemerintahan daerah berjalan sesuai dengan rencana dan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya juga

disebutkan bahwa pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah terdiri atas

pengawasan fungsional, pengawasan legislatif dan pengawasan masyarakat.

Ada empat institusi yang berperan dalam pengawasan pelaksanaan APBD

yaitu: 1) DPRD sebagai Badan Legislatif Daerah, 2) Satuan Pengawasan Internal

(SPI), 3) Pengawasan Eksternal dan 4) Menteri Dalam Negeri (Syahrudin &

Werry, 2002). Berdasarkan pedoman penyusunan APBD 2001, peranan DPRD

yaitu melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan APBD, pengawasan yang

dimaksud bukan bersifat pemeriksaan keuangan, tetapi pengawasan yang lebih

mengarah untuk menjamin tercapainya sasaran yang telah ditetapkan.

Pengawasan yang dilakukan oleh DPRD (pengawasan legislatif) bisa

dilakukan secara preventif dan represif, serta secara langsung maupun tidak

langsung. Tujuan pengawasan APBD adalah untuk: 1) menjaga agar anggaran

yang disusun benar-benar dapat dijalankan, 2) menjaga agar pelaksanaan APBD

Page 49: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

49

sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan, dan 3) menjaga agar hasil

pelaksanaan APBD benar-benar dapat dipertanggungjawabkan (Alamsyah, 1997)

dalam Robinson (2006).

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 42 Ayat 1 (h) menyatakan

bahwa DPRD diberi hak untuk meminta laporan keterangan pertanggungjawaban

kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Mengenai hak

meminta pertanggungjawaban kepala daerah, hal ini merupakan hak yang strategis

bagi DPRD dalam menjalankan fungsi pengawasannya. Dengan demikian, sesuai

dengan paradigma baru yang berkembang saat ini, DPRD mempunyai posisi,

tugas, dan fungsi yang penting dan semakin luas dalam pengawasan pengelolaan

keuangan daerah. Oleh karena itu, sebagai lembaga legislatif DPRD harus benar-

benar melakukan fungsi pengawasan tersebut secara efektif dan efisien.

2.1.5.1 Kapabilitas Anggota DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah

(APBD)

Kapabilitas DPRD dalam melaksanakan fungsinya sebagai anggota dewan

berpengaruh terhadap kinerjanya. Adapun hal-hal yang mempengaruhi kapabilitas

anggota DPRD dalam penelitian ini dilihat dari sudut pandang individu anggota

dewan yang berada pada DPRD Kabupaten/Kota Semarang, Kabupaten Kendal,

Kabupaten Demak, dan Kabupaten Kudus periode 2009-2014.

Kapabilitas adalah kapasitas individu untuk menggunakan sumber daya

yang dimilikinya yang diintegrasikan dengan tujuan untuk mencapai tujuan akhir

yang diinginkan. Kapabilitas memampukan individu untuk menciptakan dan

Page 50: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

50

mengeksploitasi peluang-peluang eksternal dan mengebangkan keunggulan yang

ada ketika digunakan dengan pengetahuan dan keahlian yang dimilikinya.

Pengetahuan merupakan salah satu faktor penting karena akan meningkatkan

kapabilitas anggota DPRD. Apabila tingkat pendidikan dan pengetahuan anggota

DPRD rendah, maka kapabilitasnya juga rendah. Hal ini akan berpengaruh

terhadap rendahnya kemampuan untuk menjalankan fungsi dan peranannya dalam

pengawasan keuangan daerah (APBD).

Sedangkan kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai

seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang

didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Kinerja

mengandung dua komponen penting yaitu: kompetisi; berarti individu atau

organisasi memiliki kemampuan untuk mengidentifikasikan tingkat kinerjanya.

Produktivitas; kompetisi tersebut dapat diterjemahkan kedalam tindakan atau

kegiatan-kegiatan yang tepat untuk mencapai hasil kinerja atau outcome

(Wibowo, 2007).

Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa kapabilitas DPRD dalam

pengawasan keuangan daerah/APBD adalah kapasitas yang dimiliki oleh anggota

dewan dalam melaksanakan kegiatan atau tindakan pengawasan terhadap

penggunaan APBD dengan kuantitas dan kualitas yang terukur yang didasarkan

atas kompetensi, pendidikan, pengalaman, dan pengetahuan yang dimiliki oleh

anggota dewan tersebut.

Mengenai tugas dan fungsi DPRD bahwa tugas utama badan Legislatif

adalah di bidang perundang-undangan, menentukan policy (kebijaksanaan) dan

Page 51: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

51

membuat undang-undang, termasuk mengadakan amandemen terhadap

perundang-undangan yang diajukan oleh Pemerintah dan hak budget serta

mengontrol badanbadan eksekutif agar semua tindakannya sesuai dengan

kebijaksanaan yang telah ditentukan

Fungsi dan tugas DPRD juga dijelaskan didalam Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 27 Tahun

2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD menyatakan bahwa DPRD sebagai

lembaga legislatif mempunyai tiga fungsi, yaitu: 1) fungsi legislasi, 2) fungsi

anggaran dan 3) fungsi pengawasan. Fungsi legislasi yaitu fungsi DPRD dalam

membuat peraturan perundang-undangan. Fungsi anggaran yaitu fungsi DPRD

dalam menyusun anggaran, dan Fungsi pengawasan yaitu fungsi DPRD untuk

mengawasi kinerja eksekutif dalam pengelolaan keuangan daerah dan

melaksanakan peraturan daerah, kebijakan pemerintah daerah dan berbagai

kebijakan publik lainnya secara konsisten.

Dalam penelitian ini fungsi dewan yang dibahas adalah fungsi pengawasan

yaitu pengawasan dewan terhadap APBD. Hal ini juga diatur di dalam Undang-

Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD Pasal 293

dan 343 ayat (1) huruf c yang menyatakan bahwa DPRD

Provinsi/Kabupaten/Kota mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan

pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan anggaran pendapatan dan

belanja daerah Provinsi/Kabupaten/Kota. Hal ini merupakan penegasan bahwa

tugas dan wewenang DPRD adalah melaksanakan pengawasan terhadap

pelaksanaan APBD Provinsi/Kabupaten/Kota.

Page 52: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

52

Agar fungsi pengawasan dapat berjalan secara efisien dan efektif, maka

diperlukan adanya pengorganisasian proses yang baik dan terarah. Tahap demi

tahap pengawasan dituangkan dalam suatu rencana kerja disertai dengan

penjadwalan serta keterlibatan berbagai pihak dari dalam maupun dari luar

DPRD. Produk akhir dari proses pengawasan ini adalah rekomendasi yang harus

disikapi oleh eksekutif.

Pengawasan anggaran meliputi seluruh siklus anggaran. Secara sederhana

pengawasan anggaran merupakan proses pengawasan terhadap kesesuaian

perencanaan anggaran dan pelaksanaannya dalam melaksanakan pembangunan.

Adapun dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap keuangan daerah dalam

hal ini pengawasan DPRD terhadap eksekutif dalam melaksanakan APBD, para

anggota dewan yang baru terpilih dapat melakukan beberapa hal berikut

(Nurhayati, 2008):

1. Menghadiri rapat/sidang paripurna DPRD, rapat/sidang kerja komisi-

komisi dengan eksekutif yang diwakili oleh pejabat pengelola keuangan

daerah. Dalam rapat ini, DPRD dapat mengadakan pembahasan mengenai

berbagai hal dengan pemerintah terutama menyangkut kebijakan anggaran

maupun selain itu, DPRD juga dapat membahas hasil dengar pendapat

komisi-komisi dengan masyarakat, LSM dan akademisi. Oleh karena itu

anggota dewan sebisa mungkin harus menghadiri rapat-rapat atau sidang

yang sudah diagendakan untuk membahas masalah yang sedang terjadi di

masyarakat.

Page 53: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

53

2. Memahami setiap masalah yang sedang dibahas didalam sidang/rapat yang

sedang diikuti. Anggota dewan harus bisa mencermati dan memahami apa

saja masalah yang sedang dibahas dalam setiap sidang DPRD. Untuk

meningkatkan kinerja di bidang pengawasan APBD, anggota dewan harus

menguasai keseluruhan proses dan struktur anggaran, Hal ini diperlukan

agar anggota dewan dapat memahami dan mengkaji secara teliti

permasalahan anggaran yang sedang dibahas sehingga pengawasan

terhadap proses pelaksanaan anggaran bisa berjalan lancar nantinya.

3. Melakukan kunjungan kerja, kunjungan kerja ini dapat berupa kunjungan

lapangan dan hearing dengan pimpinan unit kerja yang ada di pemerintah

daerah setempat ataupun kunjungan ke Kabupaten/Kota di Provinsi lain

yang bertujuan untuk melakukan studi banding mengenai mekanisme

anggaran yang dilakukan di daerah tersebut apakah sudah sesuai dengan

aturan atau belum. Hasil kunjungan kerja tersebut dapat dijadikan sebagai

bahan pembelajaran bagi para anggota dewan dalam melaksanakan

kegiatannya.

Untuk dapat meningkatkan kapabilitasnya di dalam pengawasan keuangan

daerah/APBD, anggota DPRD harus aktif mengikuti kegiatan-kegiatan

pengawasan keuangan daerah. Selain itu agar kegiatan pengawasan tersebut dapat

berjalan dengan efektif anggota DPRD harus meningkatkan kualitasnya secara

individu baik dari segi personal, pengalaman politik serta pemahaman dan

pengetahuan mengenai anggaran secara keseluruhan sesuai dengan perkembangan

Page 54: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

54

termasuk penyesuaian terhadap peraturan perundang-undangan yang ada.

Banyaknya wajah-wajah baru yang terpilih sebagai anggota DPRD periode 2009-

2014, memerlukan waktu yang relatif lebih banyak untuk mendalami dan

memahami tugas serta wewenangnya dalam menjalani peran sebagai wakil rakyat

di daerah terutama dalam melaksanakan fungsi pengawasan pelaksanaan APBD.

2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kapabilitas Anggota DPRD dalam

Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)

2.1.6.1 Personal Background

Menurut Sastroatmodjo (1995) dalam Witono dan Baswir (2003) terdapat

dua tingkat orientasi politik yang mempengaruhi perilaku politik, yaitu sistem dan

individu. Lemahnya peran DPRD dalam kesalahan pada keuangan daerah (APBD)

mungkin dikarenakan oleh lemahnya sistem politik atau individu sebagai aktor

politik.

Dalam pendekatan behaviorisme, individulah yang dipandang secara

aktual melakukan kegiatan politik, sedangkan perilaku lembaga politik pada

dasarnya merupakan perilaku individu dengan pola tertentu. Oleh karena itu untuk

menjelaskan perilaku suatu lembaga yang perlu ditelaah bukan lembaganya,

melainkan latar belakang individu yang secara aktual mengendalikan lembaga

(Winarna dan Murni, 2007).

Personal background merupakan latar belakang diri dari yang melekat

pada seorang individu. Latar belakang diri ini meliputi banyak aspek antara lain

seperti nama, jenis kelamin, usia, agama, latar belakang pendidikan dan lain

Page 55: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

55

sebagainya. Dalam penelitian ini personal background yang dimaksud adalah

personal background dari anggota DPRD periode 2009-2014 yaitu latar belakang

diri dari anggota dewan yang meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan,

bidang pendidikan, pengalaman pekerjaan anggota dewan, dan pegalaman

organisasi. Semakin anggota DPRD memiliki personal background yang tinggi

maka pengawasan keuangan daerah yang dilakukannya juga semakin maksimal.

Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan tingginya tingkat pendidikan, serta

pengalaman anggota DPRD tersebut baik pengalaman organisasi maupun

pekerjaan. Semakin besar pengalaman dan keahlian seseorang maka orang

tersebut semakin berkualitas dalam menjalankan tugasnya.

Personal background berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia.

Sumber daya manusia merupakan pilar penyangga utama sekaligus penggerak

roda organisasi dalam usaha mewujudkan elemen organisasi yang sangat penting,

karenanya harus dipastikan sumber daya manusia ini harus dikelola sebaik

mungkin dan akan mampu memberikan kontribusi secara optimal dalam upaya

pencapaian tujuan organisasi (Winarna dan Murni, 2007).

Adanya personal background yang berbeda diantara para anggota dewan

sedikit banyaknya memberikan pengaruh dalam melaksanakan fungsi dan

tugasnya. Anggota DPRD periode ini yaitu yang dipilih dan diangkat dari partai-

partai pemenang pemilu mempunyai personal background dan pekerjaan yang

berbeda sebelum menjadi anggota DPRD. Personal background tersebut meliputi

beberapa indikator sebagai berikut:

Page 56: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

56

1. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan perbedaan seks yang berarti pembedaan

antara laki-laki dan perempuan atas dasar ciri-ciri biologis. Anggota

dewan terdiri dari laki-laki dan perempuan. Jumlah anggota dewan

yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibanding dengan

perempuan. Anggota dewan dipilih dari partai-partai politik pemenang

pemilu. Keterwakilan perempuan sebagai anggota legislatif diatur

dalam Pasal 52 Ayat (3) dan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD

yang menyebutkan. Setiap partai politik peserta pemilu dapat

mengajukan calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD

Kabupaten/Kota untuk setiap daerah pemilihan dengan memperhatikan

keterwakilan anggota perempuan sekurang-kurangnya 30%. Undang-

Undang ini juga akan meminimasi kemungkinan praktek diskriminasi

berdasarkan jenis kelamin dalam menentukan kapabilitas seseorang

untuk menjadi kandidat dalam pemilu.

2. Usia

Anggota DPRD merupakan warga Indonesia yang telah berumur 21

(dua puluh satu) tahun atau lebih. Hal ini sesuai dengan Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota

DPR, DPD, dan DPRD Pasal 50 Ayat (1) (a).

Page 57: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

57

3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah

pendidikan formal yang sering disebut pendidikan persekolahan berupa

jenjang pendidikan yang telah baku mulai dari jenjang SD sampai

dengan perguruan tinggi dan pendidikan nonformal. Tingkat pendidikan

anggota dewan sangat penting diperhatikan karena tingkat pendidikan

yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi pola fikir, sikap dan

tingkah laku mereka dalam melakukan suatu aktivitas.

4. Latar Belakang Pendidikan

Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh anggota dewan terdiri

dari beranekaragam jurusan. Latar belakang pendidikan yang dimiliki

oleh anggota DPRD yang baru saja terpilih terdiri dari bidang

pendidikan ekonomi, hukum, sosial politik, ilmu agama dan jurusan

lainnya. Pendidikan formal yang dimiliki anggota dewan sebagian besar

tidak berasal dari pendidikan yang berhubungan dengan administrasi

pemerintahan, bahkan pendidikan mereka bertolak belakang dengan

situasi pekerjaan sebagai dewan.

5. Latar Belakang Pekerjaan

Pekerjaan terakhir yang dimaksud di sini adalah profesi terakhir yang

digeluti oleh anggota DPRD sebelum terpilih menjadi anggota dewan.

Pekerjaan ini umumnya terdiri dari wiraswasta, karyawan swasta dan

Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Page 58: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

58

6. Pengalaman Organisasi

Pekerjaan organisasi yang dimaksud di sini adalah organisasi yang

pernah digeluti oleh anggota DPRD sebelum terpilih menjadi anggota

dewan. Pengalaman organisasi ini umumnya terdiri dari LSM, non-

LSM, organisasi politik, akademisi, organisasi masyarakat, dan lainnya.

2.1.6.2 Political Background

Faktor lain yang mempengaruhi perilaku lembaga politik dalam hal ini

DPRD adalah budaya politik (Almond dan Verba, 1990 dalam Witono dan

Baswir, 2003). Sebagai sebuah perwujudan dari sikap politik, perilaku politik

tidak dapat dipisahkan dari political background. Political background ini

meliputi beberapa dimensi, yaitu: pengalaman politik, pengalaman di DPRD,

latar belakang partai politik, latar belakang ideologi partai politik dan asal

komisi.

Menurut Sastroatmodjo (1995) dalam Witono dan Baswir (2003), negara

adalah suatu budaya politik atau political background yang berupa sebuah

distribusi dari pola orientasi spesifik menjadi tujuan politik dalam lembaga politik

yang ada di sebuah negara. Hal tersebut merupakan pola dari perilaku individu

yang berhubungan dengan kehidupan politik dalam beberapa sistem politik.

Political background merupakan latar belakang dari pengalaman

seseorang dalam berkecimpung di dunia politik. Berbicara mengenai politik, tentu

saja tidak lepas dari partai politik. Partai politik dan parlemen (legislatif)

merupakan dua aktor utama yang memperoleh mandat dari masyarakat sipil,

Page 59: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

59

berperan mengorganisir kekuasaan dan meraih kontrol atas negara untuk

kepentingan masyarakat. Ketika Pemilu dan Pilkada, parpol berperan sebagai

institusi yang menyeleksi, menganalisa dan menentukan pencalonan para

pasangan kepala daerah, capres dan wapres, serta para calon anggota legislatif di

pusat dan daerah, sebelum menghadapi pemilu dan pilkada untuk dipilih oleh

rakyat.

Setiap lembaga (DPRD) memiliki political background seperti individu

yang ada didalamnya. Karakteristik utama dari political background adalah terkait

dengan nilai. Nilai merupakan prinsip dasar yang dijadikan sebagai pedoman

hidup individu, dengan kata lain political background merupakan pedoman bagi

anggota DPRD dalam menjalankan perannya khususnya yaitu pengawasan

keuangan daerah (APBD). Sesuai dengan penelitian Witono dan Baswir (2003)

yang memberikan bukti bahwa political background memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap peran DPRD dalam menjalankan fungsinya yaitu pengawasan

keuangan daerah (APBD).

Dalam menjalankan tugasnya anggota DPRD diharuskan mengikuti aturan

kerja yang telah ditetapkan sesuai bidang masing-masing, di sinilah latar belakang

politik terkadang menyebabkan perbedaan sudut pandang bahkan terjadinya

perselisihan. Seorang anggota dewan harus mempunyai latar belakang politik

yang baik dalam menjalankan tugasnya sebagai angota dewan. Menurut La

Palombara (1974) dalam (Winarna dan Murni, 2007) terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi sikap, perilaku, dan peran legislatif yaitu institusi politik,

partai politik, karakteristik personal, pengalaman politik dan sifat pemilih.

Page 60: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

60

Dalam penelitian ini faktor pengalaman politik (political background)

yang mempengaruhi perilaku legislatif dalam melaksanakan fungsinya difokuskan

ke dalam beberapa indikator, yaitu:

1. Pengalaman Politik

Merupakan pengalaman anggota dewan di bidang politik atau lama

menjabat di partai politik.

2. Pengalaman di DPRD

Merupakan pengalaman anggota dewan menjadi anggota DPRD. Ada

diantara anggota DPRD yang baru terpilih dalam pemilu sudah pernah

menjadi anggota dewan pada periode sebelumnya dan ada juga muka-

muka baru yang duduk di lembaga legislatif.

3. Asal Partai Politik

Merupakan asal partai dari anggota dewan yang terpilih. Partai politik

yang dimaksud di sini adalah partai politik yang telah memenuhi

persyaratan sebagai peserta pemilu. Partai-partai tersebut memperoleh

suara terbanyak dalam pemilu dan mendapatkan kursi bagi kadernya di

Lembaga DPRD. Di lembaga legislatif daerah, peran partai politik juga

sangat signifikan dan menentukan. Melalui fraksinya yang merupakan

perwakilan partai politik di lembaga legislatif, parpol merupakan

institusi yang mengarahkan, bahkan menetukan pengambilan keputusan

di DPRD. Karena dalam prakteknya, mekanisme pengambilan

keputusan di DPRD menempuh mekanisme kesepakatan fraksi, bukan

mekanisme praktek dan musyawarah (Thaha, 2004) dalam (Sari,

Page 61: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

61

2010). Oleh karena itu, kader yang diajukan partai politik sebagai

anggota dewan haruslah memiliki kompetensi dan pengalaman yang

cukup di bidang pemerintahan daerah sehingga nanti ketika terpilih

menjadi anggota dewan dapat melaksanakan fungsi dan tugasnya

dengan baik dan benar.

4. Latar Belakang Ideologi Partai Politik

Yaitu dasar ideologi dari partai politik tempat anggota dewan berasal.

Setiap partai politik memiliki dasar ideologi yang berbeda-beda. Dasar

ideologi ini disesuaikan dengan visi, misi, serta tujuan dari partai politik

tersebut.

5. Asal Komisi

Yaitu asal komisi anggota dewan di DPRD. Menurut Undang-Undang

Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD Pasal 356

(b) menyatakan bahwa DPRD Kabupaten/Kota yang beranggotakan

lebih dari 35 (tiga puluh lima) orang membentuk 4 (empat) komisi.

DPRD beranggotakan 45 (empat puluh lima) orang. Semua DPRD yang

menjadi sampel terdiri dari 4 (empat) komisi yaitu Komisi A, B, C, dan

D.

6. Jabatan di Partai Politik

Merupakan keaktifan anggota dewan dalam partai politik yang dilihat

dari keikutsertaannya sebagai pengurus di dalam partai politik.

Page 62: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

62

7. Jabatan di DPRD

Kedudukan anggota dewan dalam DPRD. Kedudukan ini meliputi ketua

dewan, wakil ketua dewan, ketua komisi, wakil ketua komisi, dan

anggota dewan.

8. Jumlah Partai yang Pernah Diikuti

Merupakan jumlah partai yang pernah diikutii oleh anggota DPRD. Ada

diantara anggota DPRD yang pernah berada lebih dari satu partai atau

pernah pindah dari satu partai ke partai yang lain dan ada juga baru

bernaung dalam satu partai politik.

DPRD akan dapat memainkan peranannya dengan baik apabila pimpinan

dan anggota-anggotanya berada dalam kualifikasi ideal dalam arti memahami

benar hak, tugas dan wewenangnya dan mampu mengaplikasikannya secara baik,

dan didukung dengan pengalaman di bidang politik dan pemerintahan yang baik

(Yudoyono, 2000).

2.1.6.3 Pengetahuan Anggota DPRD tentang Anggaran

Pengetahuan merupakan persepsi responden tentang anggaran

(RAPBD/APBD) dan deteksi terhadap pemborosan atau kegagalan, dan

kebocoran anggaran. Sedangkan Nur dan Bambang (1999) dalam Winarna dan

Murni (2007) menyebutkan bahwa pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil

dari proses melihat, mendengar, merasa dan berpikir yang menjadi dasar manusia

dalam bersikap dan bertindak. Dengan demikian pengetahuan tentang sesuatu

Page 63: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

63

merupakan dasar bagi siapa saja dalam melakukan suatu tindakan atau bersikap

terhadap sesuatu tersebut.

Pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran dapat diartikan sebagai

pengetahuan dewan terhadap mekanisme penyusunan anggaran mulai dari tahap

perencanaan sampai pada tahap pertanggungjawaban serta pengetahuan dewan

tentang peraturan perundangan yang mengatur pengelolaan keuangan

daerah/APBD.

Pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran berkaitan erat dengan

fungsi penganggaran dan fungsi pengawasan yang dimiliki oleh anggota dewan.

Fungsi penganggaran menempatkan anggota DPRD untuk selalu ikut dalam

proses anggaran bersama-sama dengan eksekutif. Fungsi pengawasan DPRD

memberikan kewenangan dalam pengawasan kinerja eksekutif dalam pelaksanaan

APBD. Dalam situasi demikian anggota DPRD dituntut memiliki keterampilan

dalam membaca anggaran serta memiliki kemampuan terlibat dalam proses

anggaran di daerah sehingga DPRD dapat bekerja secara efektif dalam melakukan

pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran.

Untuk meningkatkan kapabilitas dalam pengawasan keuangan daerah,

DPRD harus menguasai keseluruhan struktur dan proses anggaran. Untuk itu,

pengetahuan dasar tentang ekonomi dan anggaran daerah harus dikuasai oleh

anggota DPRD. Pengetahuan dewan tentang mekanisme anggaran ini berasal dari

kemampuan anggota dewan yang diperoleh dari latar belakang pendidikannya

ataupun dari pelatihan dan seminar tentang keuangan daerah yang diikuti oleh

anggota dewan.

Page 64: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

64

Pelatihan/seminar mengenai keuangan daerah yang diikuti oleh anggota

dewan akan meningkatkan pemahaman anggota dewan bahwa proses alokasi

anggaran bukan sekedar proses administrasi, tetapi juga politik. Memastikan

anggaran sesuai prioritas harus dilakukan oleh DPRD sejak penyusunan rencana

jangka menengah daerah hingga proses penentuan Kebijakan Umum APBD

(KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS). Menurut Peraturan

Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang keuangan daerah Pasal 34 ayat (3 dan

4) yang menyatakan bahwa Kepala Daerah menyampaikan rancangan kebijakan

umum APBD (KUA) kepada DPRD. Rancangan kebijakan umum APBD (KUA)

tersebut selanjutnya disepakati menjadi Kebijakan Umum APBD (KUA).

Berdasarkan kebijakan umum APBD (KUA) yang telah disepakati,

pemerintah daerah dan DPRD membahas prioritas plafon anggaran sementara

(PPAS). Pada tahap inilah peran DPRD dalam menjalankan fungsi pengawasan

harus dioptimalkan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi

dengan jelas alokasi dana dalam anggaran pemerintah daerah dengan harapan agar

tidak terjadi penyelewengan pada saat pelaksanaan anggaran. Untuk menghasilkan

kinerja yang baik dalam pengawasan keuangan daerah/APBD, anggota dewan

harus membekali dirinya dengan pengetahuan tentang anggaran secara

keseluruhan serta menambah pengetahuan tentang mekanisme pengawasan

terhadap pelaksanaan keuangan daerah/APBD.

Yudoyono (2000) mengatakan bahwa agar mampu menjalankan tugasnya

dengan baik, DPRD seharusnya tidak hanya mempunyai kemampuan di bidang

politik, tetapi juga pengetahuan yang cukup mengenai mekanisme kerja DPRD,

Page 65: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

65

kebijakan publik, konsep dan teknik pemerintahan, teknik pengawasan, dan

sebagainya. Dalam lingkup pengawasan terhadap anggaran maka pengetahuan

yang spesifik tentang anggaran akan mempengaruhi kinerja bagi pihak yang

melakukan pengawasan, yaitu tingkat efektivitas pengawasan dalam menjalankan

fungsi dan wewenangnya tersebut. Semakin luas pengetahuan anggota dewan

tentang anggaran maka semakin besar kapabilitas anggota dewan tersebut dalam

melakukan pengawasan keuangan daerah. Dimana pengetahuan akan memberikan

kontribusi lebih ketika didukung dengan pendidikan dan pengalaman yang cukup

untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota dewan

(Indriani dan Baswir, 2003).

2.1.6.4 Pemahaman Dewan terhadap Peraturan, Prosedur dan Kebijakan

Menurut Badei dan Zammuto (1991) dalam Witono dan Baswir (2003),

peraturan menjelaskan tindakan apa saja yang boleh dilakukan atau tidak.

Prosedur mengindikasikan serangkaian strategi untuk mencapai tujuan.

Sedangkan kebijakan merupakan pernyataan umum sebagai pedoman dalam

pengambilan keputusan. Adanya peraturan, prosedur dan kebijakan tentang

keungan daerah ditujukan untuk membantu anggota dewan dalam melaksanakan

perannya dalam hal ini yaitu melakukan pengawasan keuangan daerah. Peraturan,

prosedur dan kebijakan ini berfungsi sebagai pedoman untuk memastikan apakah

pelaksanaan keuangan daerah (APBD) telah sesuai dengan tujuan dan peraturan

perundang-undangan yang ditetapkan. Adanya undang-undang juga berpengaruh

terhadap perilaku organisasional karena besarnya eksistensi dari organisasi dan

Page 66: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

66

hal tersebut berhubungan dengan kegiatan harian dalam kerangka peraturan yang

akan mempengaruhi peraturan pusat dan peraturan daerah.

Namun demikian, jumlah peraturan, prosedur dan kebijakan yang

berlebihan dapat berpengaruh terhadap disfungsionalisasi individu dan organisasi,

serta membunuh inisiatif individu, mengeliminasi perilaku risk-taking,

mengurangi kepuasan kerja serta memicu sisnisme dan persaingan.Fakta juga

menunjukkan bahwa salah satu fungsi anggota DPRD adalah untuk membuat dan

melaksanakan peraturan dan kebijakan daerah itu sendiri, sehingga posisi DPRD

diartikan sebagai posisi politik. Sehingga adanya peraturan, prosedur dan

kebijakan tersebut memiliki pengaruh negatif terhadap pengawasan keuangan

daerah atau APBD (Witono dan Baswir, 2003).

Selain itu, pemahaman anggota DPRD tentang peraturan, kebijakan dan

prosedur juga berkaitan dengan pemahaman anggota DPRD tentang undang-

undang atau peraturan-peraturan yang mengatur tentang pengelolaan keuangan

daerah. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005

tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 132 dan 133 yang menyatakan

bahwa DPRD melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah

tentang APBD. Selanjutnya dalam Pasal 133 menyebutkan bahwa pengawasan

pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Hal ini berarti bahwa dalam melaksanakan pengawasan terhadap APBD,

DPRD harus mengacu kepada peraturan yang berlaku. Hal ini juga

mengindikasikan bahwa anggota dewan harus mempunyai bekal pemahaman

Page 67: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

67

yang cukup mengenai peraturan, kebijakan dan prosedur yang berlaku. Ketika

sedang melaksanakan fungsi pengawasan di bidang anggaran, anggota dewan

sekurang-kurangnya harus mengetahui undang-undang atau peraturan apa saja

yang mengatur mengenai anggaran tersebut. Sehingga anggota dewan tersebut

dapat mengetahui apakah pelaksanaan anggaran telah sesuai dengan peraturan

perundangan yang ditetapkan atau tidak.

Peraturan, kebijakan dan prosedur yang digunakan sebagai untuk

mengetahui tingkat pemahaman dewan dalam pengawasan keuangan daerah

(APBD) terdiri dari:

a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

b. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

c. Undang-Undang Nomor 27 tahun 2009 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan

Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat.

e. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2009 tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun

Page 68: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

68

2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah.

2.1.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengawasan keuangan daerah yang dilakukan oleh

anggota DPRD telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya penelitian

yang dilakukan oleh Witono dan Baswir (2003) tentang pengaruh personal

background dan political culture terhadap peran DPRD dalam pengawasan

keuangan daerah. Sampel penelitian terdiri dari 120 anggota DPRD

Kabupaten/Kota se-Provinsi DIY. Alat analisis yang digunakan yaitu regresi

berganda dan Moderated Regression Analysis (MRA). Variabel independen

berupa personal background dan political culture, sedangkan variabel dependen

adalah peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah. Selain sebagai variabel

independen, political culture juga berperan sebagai variabel moderat. Hasil

penelitian membuktikan bahwa variabel personal background berupa jenis

kelamin, tingkat pendidikan dan pendidikan dan pengalaman di bidang politik

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peran DPRD dalam pengawasan

keuangan daerah. Sebagai variabel independen, political culture berpengaruh

secara signifikan tetapi sebagai variabel moderat. Hasil ini menguatkan hubungan

antara variabel personal background dengan peran DPRD dalam pengawasan

keuangan daerah.

Berdasarkan penelitian Indriani dan Baswir (2003) mengenai pengaruh

pengetahuan dan RPPs terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan

Page 69: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

69

daerah. Sampel akhir dari penelitian ini adalah 97 anggota DPRD

Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu. Alat analisisnya berupa regresi berganda.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga variabel, yaitu

pengetahuan tentang anggaran, RPPs terhadap peran DPRD dalam pengawasan

keuangan daerah. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa pengetahuan

tentang anggaran berpengaruh terhadap peranan DPRD dalam pengawasan

keuangan daerah. Sedangkan RPPs tidak memiliki pengaruh secara signifikan

terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah.

Sopanah dan Mardiasmo (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh

partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik terhadap hubungan

antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan APBD. Sampel

penelitian terdiri dari 44 anggota DPRD Kota Malang, Kabupaten Malang dan

Kota Batu di Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan analisis regresi

berganda. Variabel penelitian ini terdiri dari partisipasi masyarakat dan

transparansi kebijakan publik sebagai variabel moderating, sedangkan

pengetahuan dewan tentang anggaran dan pengawasan APBD masing-masing

sebagai variabel independen dan dependen. Hasil penelitian menunjukan bahwa

pengetahuan anggaran berpengaruh positif signifikan terhadap pengawasan APBD

yang dilakukan oleh dewan. Disamping itu, interaksi pengetahuan anggaran

dengan partisipasi masyarakat berpengaruh signifikan terhadap pengawasan

APBD yang dilakukan oleh dewan. Sedangkan interaksi pengetahuan anggaran

dengan transparansi kebijakan publik tidak berpengaruh signifikan terhadap

pengawasan yang dilakukan oleh dewan

Page 70: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

70

Sopanah dan Wahyudi (2005) meneliti tentang pengawasan keuangan

daerah. Sampel dalam penelitian ini ada dua yaitu 44 anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD) yang berada di wilayah Malang Raya Jawa Timur yang

terdiri dari Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu serta 44 orang

masyarakat yang terdiri dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), tokoh

masyarakat, organisasi masyarakat, akademisi, mahasiswa dan media masa.

Hipotesis dalam penelitian ini akan diuji dengan menggunakan multiple

regression untuk masing-masing sampel, yaitu berdasarkan nilai p value, dan R

square dan menggunakan chow test. Variabel Independen dalam penelitian ini

adalah pengetahuan anggaran. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini

adalah pengawasan keuangan daerah (APBD) pada tahap penyusunan,

pengesahan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban. Sedangkan akuntabilitas

publik, partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik dijadikan sebagai

variabel moderating.

Hasil dari penelitian ini adalah pertama, pengetahuan anggaran

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengawasan APBD baik menurut

sampel dewan maupun masyarakat. Kedua, interaksi pengetahuan anggaran

dengan akuntabilitas publik berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

pengawasan APBD baik menurut sampel dewan maupun sampel masyarakat.

Ketiga, interaksi pengetahuan anggaran dengan partisipasi masyarakat

berpengaruh signifikan terhadap pengawasan APBD menurut dewan, sedangkan

menurut masyarakat tidak signifikan. Keempat, interaksi pengetahuan anggaran

dengan transparansi kebijakan publik tidak berpengaruh signifikan terhadap

Page 71: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

71

pengawasan APBD baik menurut dewan maupun masyarakat. Terakhir, terdapat

perbedaan signifikan antara fungsi pengawasan APBD menurut dewan dan

masyarakat.

Robinson (2006) melakukan penelitian tentang pengaruh kualitas anggaran

terhadap efektivitas pengawasan anggaran: pengetahuan tentang anggaran sebagai

variabel moderating. Penelitian ini menggunakan sampel yang terdiri dari 89

anggota DPRD yang juga menjadi anggota panitia anggaran di 8 Kabupaten/Kota

se-Propinsi Bengkulu. Penelitian ini diuji dengan dua alat analisis yaitu regresi

linier dan uji interaksi atau juga disebut dengan moderated regression analysis

(MRA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas anggaran mempengaruhi

(meningkatkan) efektivitas pengawasan yang dilakukan oleh anggota DPRD

terhadap anggaran, sedangkan untuk variabel pengetahuan tentang anggaran tidak

berpengaruh atau bukan sebagai variabel moderating dalam hubungan antara

kualitas anggaran terhadap pengawasan anggaran. Walaupun demikian, dari hasil

regresi secara langsung antara variabel pengetahuan tentang anggaran terhadap

variabel pengawasan anggaran hasilnya menunjukkan adanya pengaruh yang

positif dan signifikan.

Roseptalia (2006) juga melakukan penelitian tentang pengaruh

pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap pengawasan keuangan daerah

dengan variabel moderating partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan

publik. Penelitian ini mengambil sampel anggota Komisi C dan anggota panitia

anggaran DPRD Propinsi Jawa Tengah sebanyak 27, dan alat analisis berupa

regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dewan

Page 72: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

72

tentang anggaran berpengaruh positif terhadap pengawasan keuangan daerah,

kedua interaksi pengetahuan dewan tentang anggaran dan partisipasi masyarakat

berpengaruh positif terhadap pengawasan keuangan daerah, dan ketiga interaksi

antara pengetahuan dewan tentang anggaran dan transparansi kebijakan publik

berpengaruh positif terhadap pengawasan keuangan daerah.

Studi yang dilakukan oleh Coryanata (2007) tentang pengawasan

keuangan daerah oleh anggota DPRD di Provinsi Bengkulu. Jumlah sampel akhir

yaitu 30 anggota dewan di Komisi C. Alat analisis yang digunakan adalah analisis

berganda (multiple regression). Variabel independen dalam penelitian ini terdiri

dari: pengetahuan dewan tentang anggaran, partisipasi masyarakat, akuntabilitas,

dan transparansi kebijakan publik. Variabel dependen adalah pengawasan

keuangan daerah (APBD). Penelitian ini membuktikan adanya pengaruh

pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap pengawasan keuangan publik pada

anggota dewan DPRD di kota Bengkulu yang sangat signifikan. Serta semua

variabel yang peneliti turunkan yaitu partisipasi masyarakat, transparansi

kebijakan publik serta akuntabilitas, yang disebut dengan variabel moderating,

semuanya ikut mempengaruhi hubungan antara pengetahuan dewan tentang

anggaran dengan pengawasan keuangan publik.

Werimon, Ghozali, dan Nazir (2007) menguji pengaruh partisipasi

masyarakat dan transparansi kebijakan publik terhadap hubungan antara

pengetahuan Dewan tentang anggaran dengan pengawasan keuangan daerah

(APBD), yang di moderasi oleh partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan

publik. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan Dewan

Page 73: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

73

tentang anggaran dan variable dependennya adalah pengawasan keuangan daerah

(APBD). Sampel dalam penelitian ini adalah anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) se-Provinsi Papua peroide 1999-2009, dengan jumlah responden

sebanyak 313. Penelitian ini menggunakan alat analisis berupa multiple

regression. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

positif signifikan antara variabel pengetahuan dengan pengawasan keuangan

daerah (APBD), dan interaksi antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan

partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik berpengaruh negatif

signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah (APBD).

Winarna dan Murni (2007) menguji pengaruh personal background,

political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap peran

DPRD dalam pengawasan keuangan daerah sampel penelitian terdiri dari 85

anggota panitia anggaran DPRD se-eks Karisidenan Surakarta yang meliputi 7

Kabupaten yaitu Kabupaten Sragen, Karanganyar, Sukoharjo, Wonogiri, Klaten,

Boyolali dan Kota Surakarta dan Kabupaten/Kota se-Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta (DIY) yang meliputi 5 Kabupaten yaitu: Kabupaten Sleman,

Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Kulon Progo, dan Kota

Yogyakarta. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Multivariate Analysis of Variance (MANOVA). Variabel dependen yang

digunakan adalah peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah pada tahap

perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban sedangkan variabel

independennya terdiri dari personal background, political background, dan

pengetahuan dewan tentang anggaran. Hasil penelitian ini memberikan bukti

Page 74: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

74

empiris bahwa pengetahuan dewan tentang anggaran memiliki pengaruh

signifikan terhadap peran DPRD dalam pengawan keuangan daerah. Sedangkan

personal background dan political background secara umum tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan

daerah.

2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis ini digunakan untuk menjelaskan pengaruh

antara variabel independen yang terdiri dari personal background, political

background, pengetahuan tentang anggaran, serta pemahaman dewan terhadap

peraturan, prosedur dan kebijakan terhadap variabel dependen yang berupa

pengawasan keuangan daerah. Berdasarkan landasan teori di atas dapat disusun

kerangka pemikiran teoritis dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut:

Gambar 2.1

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kapabilitas Anggota DPRD dalam

Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)

H4

H1

H2

H3

Variabel Dependen

Variabel Independen

Pengawasan

Keuangan Daerah

(APBD)

Pengetahuan Anggota DPRD

tentang Anggaran

Pemahaman Anggota DPRD

terhadap Peraturan, Kebijakan dan

Prosedur

Personal Background

Political Background

Page 75: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

75

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

diduga dapat mempengaruhi kapabilitas DPRD dalam melalukan pengawasan

keuangan daerah (APBD) di antaranya ada empat yaitu personal background,

political background, pengetahuan tentang anggaran, dan pemahaman dewan

terhadap peraturan, prosedur serta kebijakan publik.

2.3.1 Pengaruh Personal Background terhadap Kapabilitas Anggota DPRD

dalam Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)

Personal background merupakan latar belakang diri dari yang melekat

pada seorang individu. Latar belakang diri ini meliputi banyak aspek antara lain

seperti nama, jenis kelamin, usia, agama, latar belakang pendidikan dan lain

sebagainya. Dalam penelitian ini personal background yang dimaksud adalah

personal background dari anggota DPRD periode 2009-2014 yaitu latar belakang

diri dari anggota dewan yang meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan,

bidang pendidikan, pengalaman pekerjaan anggota dewan, dan pegalaman

organisasi.

Personal background berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia.

Sumber daya manusia yang semakin berkualitas akan mampu memberikan

kontribusi secara optimal dalam upaya pencapaian tujuan organisasi (Winarna,

2007). Semakin anggota DPRD memiliki personal background yang tinggi maka

pengawasan keuangan daerah yang dilakukannya juga semakin maksimal. Dengan

demikian dapat dirumuskan bahwa variabel personal background berpengaruh

Page 76: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

76

positif terhadap kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah

(APBD).

Penelitian yang dilakukan oleh Winarna dan Murni (2007) menemukan

bukti empiris bahwa personal background tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap pengawasan keuangan daerah (APBD). Dari uraian di atas maka

hipotesis yang diajukan adalah:

H1 : Personal background berpengaruh positif terhadap kapabilitas

anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).

2.3.2 Pengaruh Political Background terhadap Kapabilitas Anggota DPRD

dalam Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)

Political background merupakan latar belakang dari pengalaman

seseorang dalam berkecimpung di dunia politik. Berbicara mengenai politik, tentu

saja tidak lepas dari partai politik. Setiap lembaga (DPRD) memiliki political

background seperti individu yang ada didalamnya. Karakteristik utama dari

political background adalah terkait dengan nilai. Nilai merupakan prinsip dasar

yang dijadikan sebagai pedoman hidup individu.

Dalam menjalankan tugasnya anggota DPRD diharuskan mengikuti aturan

kerja yang telah ditetapkan sesuai bidang masing-masing, di sinilah latar belakang

politik terkadang menyebabkan perbedaan sudut pandang bahkan terjadinya

perselisihan. Seorang anggota dewan harus mempunyai latar belakang politik

yang baik dalam menjalankan tugasnya sebagai angota dewan. Menurut La

Palombara (1974) dalam Winarna dan Murni (2007) terdapat beberapa faktor

Page 77: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

77

yang mempengaruhi sikap, perilaku, dan peran legislatif yaitu institusi politik,

partai politik, karakteristik personal, pengalaman politik dan sifat pemilih.

Semakin seorang anggota DPRD memiliki political background yang lebih baik

maka pengawasan terhadap pelaksanaan keuangan daerah (APBD) akan semakin

berkualitas dan baik. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa personal

background berpengaruh positif terhadap kapabilitas DPRD dalam pengawasan

keuangan daerah (APBD).

Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Witono dan Baswir

(2003) menyatakan bahwa political background berpengaruh terhadap kapabilitas

anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD). Dari uraian di atas

maka hipotesis yang diajukan adalah:

H2 : Political background berpengaruh positif terhadap kapabilitas

anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).

2.3.3 Pengaruh Pengetahuan Anggota DPRD tentang Anggaran terhadap

Kapabilitas Anggota DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah

(APBD)

Pengetahuan merupakan persepsi responden tentang anggaran

(RAPBD/APBD) dan deteksi terhadap pemborosan atau kegagalan, dan

kebocoran anggaran. Sedangkan Nur dan Bambang (1999) dalam Winarna dan

Murni (2007) menyebutkan bahwa pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil

dari proses melihat, mendengar, merasa dan berpikir yang menjadi dasar manusia

dalam bersikap dan bertindak. Dengan demikian pengetahuan tentang sesuatu

Page 78: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

78

merupakan dasar bagi siapa saja dalam melakukan suatu tindakan atau bersikap

terhadap sesuatu tersebut. Pengalaman dan pengetahuan yang tinggi akan sangat

membantu seseorang dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya sesuai

dengan kedudukan anggota DPRD Sebagai wakil rakyat. Semakin luas

pengetahuan anggota dewan tentang anggaran maka semakin besar kapabilitas

anggota dewan tersebut dalam melakukan pengawasan keuangan daerah.

Sehingga dapat dirumuskan bahwa pengetahuan anggota dewan tentang anggaran

berpengaruh positif terhadap kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan

keuangan daerah (APBD).

Dalam Yudoyono (2000) menyatakan, bahwa DPRD akan mampu

menggunakan hak-haknya secara tepat, melaksanakan tugas dan kewajibannya

secara efektif serta menempatkan kedudukannya secara proposional jika setiap

anggota mempunyai pengetahuan yang cukup dalam hal konsepsi teknis

penyelenggaraan pemerintah, kebijakan publik. Dengan mengetahui tentang

anggaran diharapkan anggota Dewan dapat mendeteksi adanya pemborosan dan

kebocoran anggaran. Pengetahuan DPRD tentang anggaran dapat meningkatkan

kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah. Dari uraian di

atas maka hipotesis yang diajukan adalah:

H3 : Pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran berpengaruh

positif terhadap kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan

keuangan daerah (APBD).

Page 79: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

79

2.3.4 Pengaruh Pemahaman Anggota DPRD terhadap Peraturan, Prosedur,

dan Kebijakan terhadap Kapabilitas Anggota DPRD dalam

Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)

Peraturan digunakan untuk menjelaskan tindakan apa saja yang boleh

dilakukan atau tidak. Prosedur mengindikasikan serangkaian strategi untuk

menjcapai tujuan. Sedangkan kebijakan merupakan pernyataan umum sebagai

pedoman dalam pengambilan keputusan. Peraturan, kebijakan dan prosedur ini

berfungsi sebagai pedoman anggota DPRD dalam melakukan pengawasan

keuangan daerah (APBD) agar berjalan secara efektif sehingga memastikan

apakah pelaksanaan keuangan daerah (APBD) telah sesuai dengan tujuan dan

peraturan perundang-undangan yang ditetapkan.

Adanya peraturan dan undang-undang juga berpengaruh terhadap perilaku

organisasional karena besarnya eksistensi dari organisasi dan hal tersebut

berhubungan dengan kegiatan harian dalam kerangka peraturan yang akan

mempengaruhi peraturan pusat dan peraturan daerah. Semakin paham anggota

dewan terhadap peraturan, prosedur, dan kebijakan tentang keuangan daerah

(APBD) maka anggota DPRD tersebut akan semakin kapabel dalam melakukan

pengawasan keuangan daerah (APBD). Sehingga dapat dirumuskan bahwa

pemahaman dewan terhadap peraturan, prosedur dan kebijakan yang ada

berpengaruh positif terhadap kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan

keuangan daerah (APBD).

Namun demikian, jumlah peraturan, prosedur dan kebijakan yang

berlebihan dapat berpengaruh terhadap disfungsionalisasi individu dan organisasi,

Page 80: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

80

serta membunuh inisiatif individu, mengeliminasi perilaku risk-taking,

mengurangi kepuasan kerja serta memicu sisnisme dan persaingan. Fakta juga

menunjukkan bahwa salah satu fungsi anggota DPRD adalah untuk membuat dan

melaksanakan peraturan dan kebijakan daerah itu sendiri, sehingga posisi DPRD

diartikan sebagai posisi politik. Sehingga adanya peraturan, prosedur dan

kebijakan tersebut memiliki pengaruh negatif terhadap pengawasan keuangan

daerah atau APBD (Witono dan Baswir, 2003).

Indriani dan Baswir (2003) juga membuktikan bahwa peraturan, prosedur

dan kebijakan (RPPs) tidak berpengaruh signifikan terhadap kapabilitas anggota

DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD). Semakin banyak peraturan,

prosedur, dan kebijakan yang ada, maka akan memberikan kecenderungan pada

anggota dewan untuk lebih banyak lagi melanggar peraturan, prosedur, dan

kebijakan tersebut. Dari uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah:

H4 : Pemahaman anggota DPRD terhadap peraturan, prosedur dan

kebijakan berpengaruh positf terhadap kapabilitas anggota

DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).

Page 81: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

81

BAB III

METODE PENELITIAN

3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.1.1 Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama peneliti

(UmaSekaran, 2003). Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan

adalah Pengawasan keuangan daerah (APBD). Pengawasan yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah pengawasan terhadap anggaran yang mengacu pada tindakan

atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak di luar eksekutif dalam hal ini adalah

DPRD, untuk mengawasi anggaran. Fungsi pengawasan hendaknya dilakukan

oleh DPRD pada saat perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan APBD.

Pengawasan anggaran diukur dengan menggunakan kuesioner yang

dikembangkan oleh Sopanah (2003). Variabel ini menggunakan 9 item pernyataan

yang menanyakan aktivitas pengawasan yang dilakukan oleh setiap anggota

DPRD pada setiap tahapan APBD.

Variabel ini diukur dengan menggunakan Skala Likert. Skala Likert adalah

metode pengukuran yang berisi beberapa alternatif kategori pendapat yang

memungkinkan bagi responden untuk memberi alternatif penilaian (Indriantoro &

Supomo, 1999) dalam (Winarna dan Murni, 2007) yang sesuai dengan sikap dan

tindakan yang dilakukan atas pernyataan yang diajukan. Pengukuran variabel

dengan skala 1 sampai dengan 5, yaitu: 1= tidak pernah; 2= jarang; 3= kadang-

Page 82: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

82

kadang; 4= sering; dan 5= selalu. Jawaban item pernyataan tersebut memiliki nilai

kisaran 9 – 45.

3.1.2 Variabel Independen (X)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel

dependen, baik pengaruh positif maupun negatif. Variabel independen (X) yang

digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Personal Background (X1)

Personal background merupakan latar belakang diri dari yang melekat

pada seorang individu. Variabel personal Background meliputi beberapa

dimensi, yaitu: jenis kelamin, usia, agama, tingkat pendidikan, bidang

pendidikan, latar belakang pekerjaan, pengalaman organisasi. Dimensi

tersebut didasarkan pada penelitian yang dikembangkan oleh Winarna dan

Murni (2007). Variabel ini diukur dengan skala nominal.

2. Political Background (X2)

Political background merupakan latar belakang dari pengalaman

seseorang dalam berkecimpung di dunia politik Variabel ini meliputi

beberapa dimensi, yaitu: pengalaman politik, pengalaman di DPRD, latar

belakang partai politik, latar belakang ideologi partai politik, asal komisi,

jabatan di partai politik, jabatan di DPRD, dan jumlah partai politik yang

pernah diikuti. Dimensi tersebut didasarkan pada penelitian yang

dikembangkan oleh Winarna dan Murni (2007). Variabel ini diukur

dengan skala nominal.

Page 83: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

83

3. Pengetahuan Anggota DPRD tentang Anggaran (X3)

Pengetahuan angota DPRD tentang anggaran merupakan persepsi

responden tentang anggaran (RAPBD/APBD) dan deteksi terhadap

pemborosan atau kegagalan, dan kebocoran anggaran. Instrumen

pengukuran pengetahuan anggaran dilakukan dengan menanyakan

pengetahuan dan pemahaman anggota DPRD tentang RAPBD/APBD

dalam konteks anggaran yang berbasis kinerja. Variabel ini diukur dengan

menggunakan 10 item pernyataan yang dikembangkan oleh Sopanah

(2003). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert dengan

rentang nilai antara 1 sampai 5, yaitu: 1= tidak pernah; 2= jarang; 3=

kadang-kadang; 4= sering; dan 5= sangat sering. Jawaban item

pernyataan tersebut memiliki nilai kisaran 10-50.

4. Pemahaman Anggota DPRD terhadap Peraturan, Kebijakan, dan Prosedur

(X4).

Peraturan menjelaskan tindakan apa saja yang boleh dilakukan atau tidak.

Prosedur mengindikasikan serangkaian strategi untuk mencapai tujuan.

Sedangkan kebijakan merupakan pernyataan umum sebagai pedoman

dalam pengambilan keputusan. Variabel ini diukur dengan menanyakan

tingkat pemahaman anggota DPRD tentang peraturan dan perundang-

undangan yang berlaku. Pernyataan ini dikembangkan oleh penulis dengan

mengacu pada Peraturan dan Undang-Undang tentang pengawasan, serta

mempertimbangkan fungsi pengawasan pada setiap tahapan APBD yakni

mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada tahap pelaporan.

Page 84: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

84

Variabel ini menggunakan 15 item pernyataan yang diukur dengan

menggunakan skala likert dengan rentang nilai antara 1 sampai 5, yaitu: 1=

tidak pernah; 2= jarang; 3= kadang-kadang; 4= sering; dan 5= sangat

sering. Masing-masing item pernyataan terdiri dari lima peraturan dan

Undang-Undang sehingga jawaban item pernyataan tersebut memiliki nilai

kisaran 75-375. Peraturan dan Undang-Undang tersebut terdiri dari:

a. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

b. Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

c. Undang-Undang Nomor 27 tahun 2009 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan

Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat.

e. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2009 tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun

2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah.

Page 85: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

85

3.7 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh anggota DPRD Kabupaten/Kota

Se-Eks Karesidenan Semarang dan Se-Eks Karesidenan Pati. Dengan

menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel secara tidak

acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu

dimana umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian. Oleh karena

itu, sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah seluruh anggota DPRD

periode 2009-2014 di 4 Kabupaten dan Kota Se-Eks Karesidenan Semarang,

meliputi Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, dan Kota

Semarang serta 1 Kabupaten Se-Eks Karesidenan Pati yaitu DPRD Kabupaten

Kudus. DPRD Kota/Kabupaten tersebut merupakan DRPD yang berada di

wilayah Karesidenan Semarang dan Karesidenan Pati. Selain itu, seluruh anggota

DPRD tersebut melakukan fungsi pengawasan keuangan daerah (APBD).

3.8 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data

primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara langsung

melalui penyampaian kuesioner kepada responden di lingkungan DPRD yang

terdiri dari DPRD Kota Semarang, DPRD Kabupaten Semarang, DPRD

Kabupaten Kendal, DPRD Kabupaten Demak, dan DPRD Kabupaten Kudus.

3.9 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data primer dari responden dilakukan dengan survei,

yaitu dengan cara mengumpulkan data pokok (data primer) dari suatu sampel

Page 86: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

86

dengan menggunakan instrumen kuisioner dengan cara memberikan daftar

pernyataan tertulis kepada responden. Setiap paket kuisioner terdiri dari dua

bagian yang harus dijawab oleh responden dengan mengikuti perintah yang

terdapat didalam setiap bagian. Bagian pertama berisi pernyataan yang

berhubungan dengan personal background dan political background dari

responden yang meliputi jenis kelamin, pendidikan, jabatan, pengalaman politik,

pengalaman di DPRD, latar belakang partai politik, dan lain-lain. Bagian kedua

adalah pernyataan yang berhubungan dengan pengetahuan dewan tentang

anggaran, pemahaman dewan terhadap peraturan, prosedur dan kebijakan, serta

pengawasan keuangan daerah.

Metode penyebaran kuesioner adalah Personally Administered

Questionaires, yaitu penggunaan kuesioner yang disampaikan dan dikumpulkan

oleh peneliti dengan menemui responden secara langsung, sehingga peneliti dapat

memberikan penjelasan seperlunya kepada responden mengenai hal-hal yang

belum dimengerti oleh responden. Selain itu juga, penyebaran kuasioner juga di

tinggal di kantor DPRD. Hal ini disebabkan karena kesibukan anggota DPRD

pada akhir tahun sehingga kurang terdapat kesulitan untuk ditunggu secara

langsung.

3.5 Metode Analisis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diolah kemudian dianalisis

dengan alat statistik sebagai berikut:

Page 87: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

87

3.5.5 Uji Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel

dalam penelitian ini. Alat analisis yang digunakan adalah rata-rata (mean), standar

deviasi, maksimum dan minimum. (Ghozali, 2007). Statistik deskriptif

menyajikan ukuran-ukuran numerik yang sangat penting bagi data sampel.

3.5.6 Uji Kualitas Data

Penelitian yang mengukur variabel dengan menggunakan instrumen dalam

kuesioner harus dilakukan pengujian kualitas terhadap data yang diperoleh dengan

uji validitas dan reliabilitas. Uji reliabilitas dan validitas dilakukan untuk

mengetahui ketepatan alat ukur dalam mengukur objek yang diteliti.

3.5.2.1 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah jawaban responden

terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan memiliki tingkat kestabilan yang

tinggi dari waktu ke waktu atau tidak. Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini

menggunakan coefficient cronbach’s alpha. Cronbach’s alpha merupakan teknik

pengujian konsistensi reliabilitas antar item yang paling popular dan menunjukkan

indeks konsistensi reliabilitas yang cukup sempurna, semakin tinggi koefisien

alpha, berarti semakin baik pengukuran suatu instrumen (Sekaran, 2000:206).

Suatu variabel dapat dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha >

0.60 (Nunnally, 1967 dalam Ghozali, 2007).

Page 88: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

88

3.5.2.2 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan korelasi bivariate antara

masing-masing skor tiap-tiap item pernyataan dengan skor total seluruh

pernyataan dalam kuesioner (Ghozali, 2007).

3.5.7 Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik yang digunakan adalah Uji Normalitas, Uji

Multikolinearitas, dan Uji Heteroskedastisitas.

3.5.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,

variabel-variabel memiliki distribusi normal. Data yang terdistribusi normal akan

memperkecil kemungkinan terjadinya bias. Salah satu cara termudah untuk

melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang

membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi

normal. Namun ada metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal

probability plot yang membandingkan distrbusi kumulatif dari distribusi normal.

Distrbusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data

residual akan dibandingkan dengan garis diagonal, jika distribusi data residual

normal, maka garis yang menggambarkan data yang sesungguhnya akan

mengikuti garis diagonalnya. Jika kondisi di atas tidak terpenuhi maka data yang

Page 89: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

89

tersedia untuk analisis regresi linear berganda tidak memenuhi asumsi normalitas

(Ghozali, 2007).

Selain itu, pengujian normalitas dapat dilakukan dengan uji statistik One

Sampel Kolmogorov Smirnov. Dasar pengambilan keputusan dari uji normalitas

dengan uji statistik One Sampel Kolmogorov Smirnov adalah (Ghozali, 2007):

1. Jika hasil One Sampel Kolmogorov Smirnov diatas tingka signifikansi

0,05 menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi

memenuhi asumsi normalitas, dan

2. Jika hasil One Sampel Kolmogorov Smirnov di bawah tingkat

signifikansi 0,05 tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka

model regresi memenuhi asumsi normalitas.

3.5.3.2 Uji Multikolonearitas

Uji multikolonearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen, maka uji jenis ini hanya

diperuntukan untuk penelitian yang memiliki variabel independen lebih dari satu.

Multikolonearitas dapat dilihat dengan menganalisis nilai VIF (Variance Inflation

Factor). Suatu model regresi menunjukkan adanya multikolonearitas jika:

1. Tingkat korelasi > 95%,

2. Nilai Tolerance < 0,10, atau

3. Nilai VIF > 10.

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi atau tidak terjadi

multikolinearitas antar variabel independen (Ghozali, 2007).

Page 90: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

90

3.5.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regesi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,

maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang berjenis homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas (Ghozali, 2007).

Uji statistik yang digunakan adalah uji Scatterplot. Uji Scatterplot

digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan

melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED

dengan residualnya SRESID. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot

antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan

sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.

Dasar analisisnya adalah (Ghozali, 2007):

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),

maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Page 91: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

91

3.5.8 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan secara multivariate dengan menggunakan

regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh

dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2007).

Regresi berganda digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel

independen personal background (X1), political background (X2), pengetahuan

anggota DPRD tentang anggaran (X3), serta pemahaman anggota DPRD terhadap

peraturan, kebijakan, dan prosedur tentang keuangan daearh (APBD) (X4)

mempengaruhi kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah

(APBD).

Model regresi berganda yang digunakan untuk menguji hipotesis sebagai

berikut:

Y = 0 + 1 X1 + 2 X2 + 3 X3 + 4 X4 + e

Keterangan :

Y = Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)

X1 = Personal Background

X2 = Political Background

X3 = Pengetahuan Anggota DPRD tentang Anggaran

X4 = Pemahaman Anggota DPRD terhadap Peraturan, Kebijakan dan

Prosedur tentang keuangan Daerah (APBD)

= Koefisien regresi

e = error

Page 92: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

92

Pengujian hipotesis ini dapat dilakukan dengan menggunakan Uji

Goodness of Fit Model. Uji Goodness of Fit Model digunakan untuk mengukur

ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksirkan nilai aktual. Secara statistik,

terdapat dua cara untuk mengukur goodness of fit, yaitu dari nilai koefisien

determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t.

3.5.4.1 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel dependen. Semakin nilai R2 mendekati satu

maka variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan

untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai R2

semakin

kecil maka kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi dependen

sangat terbatas.

3.5.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen

yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel dependen. Uji statistik F merupakan uji model yang

menunjukkan apakah model regresi fit untuk diolah lebih lanjut. Pengujian

dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%). Ketentuan

peneriman atau penolakan hipotesis adalah sebagai berikut :

1. Jika nilai signifikansi f > 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien

regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara simultan keempat

Page 93: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota dprd

93

variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variabel dependen.

2. Jika nilai signifikansi f ≤ 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien

regresi signifikan). Ini berarti secara simultan keempat variabel

independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

variabel dependen.

3.5.4.3 Uji Statistik t

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel

dependen (Ghozali, 2007). Pengujian dilakukan dengan menggunakan

significance level 0,05 (α=5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan

dengan kriteria sebagai berikut :

1. Jika nilai signifikansi t > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien

regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara parsial variabel

independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel dependen.

2. Jika nilai signifikansi t ≤ 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien

regresi signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen

tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen.