lembaga ketahanan nasional - menjadi polisi …€¦ · web viewdisisi lain kita dipahamkan tentang...
TRANSCRIPT
LEMBAGA KETAHANAN NASIONALREPUBLIK INDONESIA
ESSAY BLOK I
TOPIK : KETERKAITAN ANTAR BIDANG MATERI CORE LEMHANNAS
KEPEMIMPINAN NASIONAL DAN KETAHANAN NASIONAL
JUDUL :PENERAPAN KEPEMIMPINAN YANG RAHMATAN LIL ALAMIN DI
LINGKUNGAN POLRI GUNA MEMANTAPKAN KETAHANAN NASIONAL
Oleh :ZULKARNAIN
Nomor Urut : 82Kelompok : C
PROGRAM PENDIDIKAN REGULER ANGKATAN (PPRA) XLVILEMBAGA KETAHANAN NASIONAL R.I
TAHUN 2011
2
ESSAY BLOK I
Topik : Keterkaitan antar Bidang Materi Core Kepemimpinan Nasional dan Ketahanan Nasional.
Nama : ZULKARNAIN, Kelompok : C, No. Urut : 82 Judul : Penerapan Kepemimpinan Yang Rahmatan Lil
Alamin (RLA) di Lingkungan Polri Guna Memantap-kan Ketahanan Nasional.
A. Pendahuluan
1. UmumSesuatu yang penting direnungkan dalam pemaknaan Pancasila
sebagai falsafah pandangan hidup bangsa yaitu Pancasila digali dari
nilai-nilai luhur yang lebih mementingkan adanya keseimbangan
hubungan antar manusia dengan Tuhan, antara manusia dengan
manusia dan antara manusia dengan alam sekitarnya. Pancasila
mengajarkan sebuah ketaqwaan kepada sang penciptanya dan
religiusitas dimana hubungan manusia dengan Tuhan akan menjadi
dasar hubungan manusia dengan sesama manusia dan alam
ciptaannya. Hubungan yang harmonis ini akan memunculkan suasana
damai antar sesama manusia dan dengan alam sekitarnya. 1 Dengan
bahasa lain dapat dikatakan bahwa kehadiran manusia yang ber-
Pancasila akan memberikan kemamfaatan bagi sesamanya manusia
serta alam dengan segala isinya atau dikatakan rahmatan lil alamin
(membawa rahmat atau kemamfaatan bagi sesamanya manusia serta
alam dan seisinya). Membawa rahmat bagi siapapun juga ini
dimaksudkan baik bagi sesamanya manusia yang memang baik seperti
patuh kepada ajaran agama dan Pancasila maupun bagi sesamanya
yang tidak baik, dalam bahasa hukum yang patuh hukum maupun yang
tidak patuh hukum.
1 Lemhannas R.I., Tim B.S. Idiologi, TOR DAK B.S Idiologi PPRA XLVIII-2012, Jakarta, 2012, Hal. 2.
1
Disisi lain kita dipahamkan tentang Kepemimpinan Nasional yang
dikatakan Kepemimpinan adalah kata sifat yang berasal dari kata
“pemimpin”, sehingga dapat dikatakan bahwa Kepemimpinan adalah
sifat atau perilaku dari seorang pemimpin.2
Teori tentang Kepemimpinan ini seperti diketahui cukup banyak.
Seperti George R. Terry misalnya mengatakan : Kepemimpinan
merupakan hubungan seseorang dengan pimpinannya, dimana
pemimpin tersebut dapat mempengaruhi untuk bekerja bersama-sama
secara ikhlas. Sayidin Suryodiningrat dalam Kepemimpinan Abri, 1996,
menguraikan : Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk
membawa atau mengajak orang-orang lain untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dengan memperoleh kepercayaan dan respek
dari orang-orang itu. Harold Koontz dan Cyrill O’ Donnel menyatakan
bahwa : Kepemimpinan dapat didifinisikan sebagai kemampuan untuk
mempengaruhi seseorang dengan sarana komunikasi untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
Berkaitan dengan bangsa dan negara maka Kepemimpinan ini
dimaksudkan sebagai Kepemimpinan Nasional yang dapat didifinisikan
sebagai kelompok pemimpin bangsa pada segenap strata kehidupan
nasional di dalam setiap gatra (Astagatra) pada bidang/ sektor profesi
baik di supra struktur, infra struktur dan sub struktur, formal dan
informal yang memiliki kemampuan dan kewenangan untuk
mengarahkan/ mengerahkan segenap potensi kehidupan nasional
(bangsa dan negara) dalam rangka pencapaian tujuan nasional
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta memperhatikan dan
memahami perkembangan lingkungan strategis guna mengantisipasi
berbagai kendala dalam memanfaatkan peluang.3 Dari difinisi tentang
Kepemimpinan dan Kepemimpinan Nasional menegaskan kepada kita
bahwa begitu penting dan strategis posisi dan kedudukan dari seorang
pemimpinan dalam berkehidupan di organisasi apalagi dalam
kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Posisi atau
2 Lembaga Ketahanan Nasional R.I., Pokja Bidang Studi Kepemimpinan, Kepemimpinan Nasional, Jakarta, 2012, hal. 33 Ibid, hal. 12.
2
kedudukan para pemimpin sangat menentukan apakah tujuan
organisasi, bangsa dan negara mereka dapat dicapai atau tidak.
Pemaknaan pentingnya posisi dan kedudukan pemimpin ini tentu
dapat kita padankan kesetiap Kementerian dan Lembaga atau
organisasi apapun yang ada pada setiap gatra, termasuk didalamnya
organisasi Polri sebagai bagian dari gatra hankam atau aparat
keamanan dan penegak hukum. Oleh karena itu rumusan
permasalahan dalam tulisan esay blok ini adalah : Apakah dengan
penerapan kepemimpinan yang rahmatan lil alamin (RLA) di
lingkungan Polri dapat memantapkan sebuah kondisi ketahanan
nasional sebagai out put dari berbagai strategi dan upaya bangsa
dalam mencapai tujuan nasional. Dari pokok permasalahan tersebut
setidaknya ada empat pokok persoalan yaitu : (1) Apa konsepsi
kepemimpinan RLA yang perlu diterapkan di lingkungan Polri, (2)
Bagaimana penerapan kepemimpinan RLA di lingkungan Polri saat ini,
(3) Nilai-nilai yang terkandung dalam kepemimpinan RLA dan (4)
Kontribusi penerapan kepemimpinan yang RLA terhadap pemantapan
ketahanan nasional. Persoalan-persoalan tersebut akan dijawab dalam
pembahasan lebih lanjut.
2. Maksud dan tujuanMaksud penulisan naskah ini adalah untuk mengkaji dan
memberikan gambaran mengenai penerapan kepemimpinan yang
rahmatan lil alamin di lingkungan Polri guna memantapkan ketahanan
nasional. Adapun tujuannya adalah sebagai sumbang saran kepada
pemerintah dalam menganalisis makna strategis kepemimpinan
rahmatan lil alamin di lingkungan Polri guna menjamin stabilitas
keamanan dan ketertiban masyarakat sehingga ketahanan nasional
dapat diujudkan dengan baik.
3. Ruang lingkup dan tata urutRuang lingkup penulisan ini dibatasi pada kajian yang terkait
penerapan kepemimpinan rahmaatan lil alamin di lingkungan Polri
dalam pengembanan tugas pokoknya untuk mewujudkan keamanan
3
dan ketertiban masyarakat yang dapat memberikan kontribusi
maksimal terhadap kokohnya ketahanan nasional, dengan tata urut
penulisan sebagai berikut :
a. Pendahuluan, berisikan tentang gambaran umum sebagai
latar belakang judul, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan tata
urut, serta beberapa pengertian.
b. Pembahasan; menguraikan fakta yang didukung oleh data
aktual dan teori, serta gagasan-gagasan penulis dalam
pemahaman dan penerapan kepemimpinan nasional dengan
berbagai style atau gaya khususnya kepemimpinan yang rahmatan
lil alamin di lingkungan Polri guna memantapkan ketahanan
nasional.
c. Penutup; berisikan inti pemikiran penulis dari pembahasan
sebagai jawaban atas judul yang ditentukan.
4. Pengertiana. Rahmatan Lil Alamin diambil dari bahasa Al Qur’an atau Arab
dari surat Al-Anbiya ayat (107), yang artinya “Dan tiada kami
mengutus kamu (wahai Muhammad) melainkan untuk menjadi
rahmat bagi semesta alam”. Jadi sesungguhnya rahmatan lil alamin
ini sesuatu yang melekat pada Nabi Muhammad SAW, sesuatu
yang berhubungan dengan “diin” atau keyakinan Islam. Dengan
tidak menghilangkan pemaknaan tersebut, penulis mengambil
istilah rahmatan lil alamin sebagai sebuah ungkapan yang
bermakna “rahmat bagi semesta alam”, menebar cinta kasih bagi
seluruh umat manusia di dunia dan segala ciptaan Tuhan di alam
semesta baik benda hidup maupun benda mati. Rahmatan lil
alamin yang dimaksud oleh penulis adalah sebuah paradigma yang
harus memberi mashlahat (kebaikan atau kemamfaatan), tidak
boleh merusak dan menghancurkan yang juga bermakna anti
kekerasan (baik phisik maupun psikis) dan toleran terhadap
perbedaan yang melampaui dari makna kebhinekaan.
b. Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi
dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya
4
proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan
nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan
tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman, yang
mengandung kemampuan membina serta mengembangkan
potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah,
dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan
bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan
masyarakat.4
c. Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia
yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi
berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional, dalam menghadapi dan
mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan,
baik yang datang dari luar maupun dari dalam, untuk menjamin
identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta
perjuangan mencapai tujuan nasionalnya.5
B. Pembahasan
1. Konsepsi Kepemimpinan rahmatan lil alamin yang perlu diterapkan
di lingkungan Polri.
Pada saat Polri masih di lingkungan Abri (sebelum tahun
2000), Kepemimpinan di lingkungan Polri tentu saja senantiasa
berkorelasi dengan nilai-nilai Kepemimpinan yang ada di lingkungan
Abri pada saat itu yang cukup dikenal yaitu dengan “11 (sebelas)
asas Kepemimpinan Abri”. Walaupun tentu saja ada nilai-nilai
secara khusus yang berlaku di lingkungan Polri sebagaimana
adanya nilai-nilai falsafah hidup Polri yang bersumber dari
Pancasila yaitu Tribrata dan pedoman kerja Polri yaitu Catur
Prasetya, yang dengan sendirinya akan mempengaruhi gaya atau
style Kepemimpinan di lingkungan Polri. Akan tetapi setelah
berpisah dengan Abri, gaya atau style kepemimpinan di lingkungan 4 Lembaran Negara R.I Tahun 2002 Nomor 2, Tentang UU No. 2 Tahun 2002 Tentang Polri, Jakarta, 2002, Pasal 1 ayat (5).5 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia. Pokja Bidang Studi Ketahanan Nasional. Pokok Bahasan: Kondisi Ketahanan Nasional.
5
Polri belum ada secara khusus yang dapat dikatakan sebagai ciri
khas Kepemimpinan yang berlaku di lingkungan Polri seperti ketika
berlaku 11 (sebelas) asas Kepemimpinan Abri sebelumnya.
Memang telah banyak diskusi dan kajian-kajian khususnya di
Sespimmen dan Sespimti Polri yang membahas tentang
Kepemimpinan di lingkungan Polri ini yang pada dasarnya identik
dengan pembahasan di Lemhannas yang membahas tentang
Kepemimpinan Nasional, Kepemimpinan Negarawan,
Kepemimpinan Visioner, Kepemimpinan Kontemporer, bahkan
karena salah satu tugas pokok Polri adalah pengayoman,
perlindungan dan pelayanan masyarakat maka dikemukakan juga
tentang “kepemimpinan melayani” yang pada dasarnya juga
mendasari dari teori-teori Kepemimpinan Negarawan dan Visioner.
a. Membangun Polri yang Rahmatan Lil Alamin 2020.Dibutuhkannya kepemimpinan rahmatan lil alamin diawali
dengan sebuah kehendak atau keinginan yang menjadi Focal
Concern (FC) yaitu “Membangun Polri yang Rahmatan Lil Alamin
2020”. Dari ananlisis teori Scenario Learning, membangun polisi
yang rahmatan lil alamin 2020 adalah sebuah alternatif masa
depan yang plausible atau sesuatu yang mungkin terjadi. Dengan
melalui proses langkah-langkah scenario learning maka ditentukan
dari sekian banyak variabel atau Driving Forces (DF) dari FC
membangun Polri yang rahmatan lil alamin 2020 maka dipilih atau
ditentukan dua variabel atau DF yaitu Moralitas dan
Profesionalisme. Dipilihnya kedua DF tersebut karena yang paling
kritis dan sangat penting untuk mewujudkan FC, serta kondisinya
terkadang tidak menentu, sehingga mempengaruhi pencapaian FC
yang telah ditentukan.
Mengapa teori Scenario Learning yang digunakan untuk
membangun Polri dimasa depan yang dibatasi oleh target waktu,
karena senyatanya learning atau belajar bukan sekedar sarana
untuk menghasilkan atau mengejar pengetahuan tetapi juga untuk
menggunakannya. Scenario adalah tantangan “mindset” para
6
manajer dengan mengembangkan alternatif yang plausible atau
mungkin, kridibel dan relevan, sebagai masukan yang sinambung
pada pembuatan keputusan. Learning, menggunakan dialog dan
diskusi mengenai gagasan, persepsi, temuan dan lain-lain.
Scenario Learning melatih para manajer untuk mengorganisasikan
apa yang mereka ketahui dengan apa yang dapat mereka
bayangkan menjadi cerita-cerita bermakna dan logis tentang masa
depan, serta melihat dan mempertimbangkan implikasi-implikasi
cerita masa depan tersebut terhadap pilihan-pilihan strategi masa
kini maupun masa depan.
b. Perlu Kepemimpinan yang Rahmatan Lil Alamin.Dari focal concern “membangun Polri yang Rahmatan lil
alamin 2020” di atas dan didasarkan pada sebuah analisis teori
marketing “PDB Triangle” (Segitiga : Positioning-Differensiation-
Brand), maka untuk mewujudkan scenario I yaitu “berlayar di laut
yang tenang” atau Polri yang rahmatan lil alamin diambillah
rumusan kebijakan bahwa untuk mewujudkannya membutuhkan
DITERJANG BADAI
PROFESIONALISME (+)PROFESIONALISME (-)
SKENARIO I : SDM Polri yang menguasai tugas dengan baik dan menjalankannya dengan memberikan kemamfaatan. Didukung oleh Sarpras, Sitem dan pendanaan yang cukup, citra Polri sangat baik. Masyarakat percaya dan mencintai Polri dengan baik. Polri yang rahmatan lil alamin.
SKENARIO II : Terjadi berbagai kegoncangan, kritikan dan hujatan walau polisi telah dapat menjalankan tugas dengan baik, kepercayaan masyarakat melemah karena moralitas menyebabkan banyak KKN di lingkungan Polri.
SKENARIO IV : Situasi memprihatinkan, walaupun moral anggota baik-baik tetapi profesionalisme kurang, sarpras tidak mendapat penambahan, anggaran untuk operasional sangat minim dan sistem metode tidak jelas.
SKENARIO III : Polri semakin terpuruk dan citranya jatuh di mata publik karena SDM tidak profesional , sarpras yang tidak mendukung serta anggaran minim. Banyak anggota yang melakukan KKN, masyarakat antipati dengan Polri.
MORALITAS (+)
MORALITAS (-)
KAPAL KARAM
BERKAYAR DI SAMUDERA YANG TENANG
KAPAL BOCOR
Gambar Matriks Scenario dan ciri-ciri kunci setiap scenario“Membangun Polri yang Rahmatan Lil Alamin 2020”
7
kepemimpinan yang juga rahmatan lil alamin. Berdasarkan kajian
literatur tentang kepemimpinan dari Nabi Muhammad SAW yang
menekankan pada empat sifat, yaitu shidiq, amanah, tabliq dan
fatonah6 dengan kepemimpinan nasional di Indonesia, kepemimpi-
nan negarawan, kepemimpinan visioner dan kepemimpinan
kontemporer maka variabel utama atau driving force yang kritical
dalam kepemimpinan yang rahmatan lil alamin adalah sama
dengan membangun Polri yang rahmatan lil alamin 2020, yaitu
moralitas dan profesionalisme.
2. Penerapan Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin di Lingkungan
Polri Saat Ini.
Sesungguhnya Polri sejak tahun 2000 telah mulai mereformasi diri
yang mencakup pada tiga bidang pokok, yaitu : struktur, instrumental
dan kultur. Reformasi dibidang struktur sebagai contohnya adalah
pemisahan organisasi Polri dengan TNI dikarenakan bidang tugas yang
berbeda sebagai sebuah tuntutan reformasi. Di dalam organisasi Polri
sendiripun telah beberapa kali terjadi perubahan struktur organisasi
dengan orientasi mendekatkan organisasi Polri sebagai bagian fungsi
pelayanan pemerintah dengan masyarakat yang akan dilayani.
Reformasi instrumental juga telah dilakukan seperti misalnya lahirnya
Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Polri sebagai perubahan
dari Undang-undang sebelumnya yaitu UU No. 28 Tahun 1997 tentang
Polri dimana pada periode tersebut Polri masih bersama-sama dengan
Abri. Kemudian juga telah dirubah berbagai macam Pedoman atau
Petunjuk yang disebut sebagai pedoman induk, pedoman dasar,
Petunjuk Pelaksana, petunjuk tehnis menjadi Peraturan-peraturan
Kapolri sesuai dengan amant Undang-undang No. 4 Tahun 2010
tentang Tata Cara Pembuatan Peraturan dan Perundang-undangan
6 Penjelasan : Nabi Muhammad SAW dikatakan di dalam memimpin memiliki sifat-sifat utama yang diantaranya sering diulang-ulang adalah empat sifat utama, yaitu : (1) Shidiq, artinya benar, komitmen pada kebenaran, selalu berkata benar dan berjuang menegakan kebenaran. (2) Amanah, artinya jujur, dapat dipercaya, obyektif, ucapan dan perbuatannya sesuai dengan bisikan hatinya, adil dan aspiratif. (3) Tabligh, artinya komonikatif, transparan, demokratis, siap bermusyawarah dan bermufakat untuk kebenaran. (4) Fatonah, artinya cerdas, cerdik, luas wawasan, terampil dan menekankan profesionalisme.
8
yang terakhir telah dirubah dengan Undang-undang No. 12 Tahun
2011 tentang Tata Cara Pembuatan Peraturan Perundang-undangan.
sedangkan perubahan kultur, hal ini dirasakan relatif sulit untuk
dilakukan oleh Polri. Berdasarkan beberapa literatur perubahan kultur
di lingkungan Polri ini dimaksudkan adalah perubahan artefak,
perubahan perilaku dan perubahan paradigma (mindset) atau yang
sering disebut kultur set. Beberapa hal budaya yang ingin dirubah
secara mendasar di lingkungan Polri misalnya adalah budaya
organisasi yang tadinya antagonis menjadi protagonis, reaktif menjadi
proaktif, legalitas menjadi legitimitas, elitis menjadi populis, arogan
menjadi humanis, atoriter menjadi demokratis, tertutup menjadi
transparan, akuntabilitas vertikal menjadi akuntabilitas publik dan dari
monologis menjadi dialogis.
Sesungguhnya juga Polri telah memiliki Grand Strategi Polri 2005-
2025 yang dikukuhkan berdasarkan Keputusan Kapolri Nomor Polisi :
Kep/360/VI/2005 tanggal 10 Juni 2005. Grand Strategi ini bukan dibuat
oleh Polri semata, tetapi lebih melibatkan civitas akademika dari UI dan
UGM. Dalam Grand Strategi ini secara umum mengarahkan
pembangunan Polri untuk 20 tahun kedepan, Polri akan dibawa
kemana, dan sesuai Grand Strategi tersebut secara garis besar arah
pembangunan Polri adalah : Renstra pertama 2005-2009 yang lalu
pembangunan Polri sesungguhnya diarahkan kepada pembangunan
kepercayaan masyarakat kepada Polri atau Trust Building. Kemudia
Renstra ke dua 210-2014 diarahkan kepada membangun kemitraan
atau kebersamaan atau Pathnership Building dan kemudian Renstra
ketiga 2015-2025 diarahkan kepada pembangunanyang
mengkukuhkan organisasi untuk dapat memberikan pelayanan secara
prima kepada publik atau Stive for Excellence. Setiap Renstra tersebut
tentulah tidak parsial, tetapi saling bersinergi dan saling menguatkan,
artinya ketika Renstra pertama lalu (2005-2009) menekankan kepada
pembangunan kepercayaan, bersama itu juga dibangun kemitraan dan
pelayanan prima, hanya memang penekanan atau orientasinya kepada
pembangunan kepercayaan. Begitu juga pada Renstra kedua yang
9
sedang berjalan (2010-2014), penekanan pembangunan Polri kepada
kemitraan atau pathnership, akan tetapi tentu juga dilakukan
pembangunan kepercayaan dan telah dirintis upaya untuk memberikan
pelayanan yang prima. Jadi pembangunan di lingkungan Polri ada
penekanan yang berkelanjutan atau suistanable program.
Kondisi Polri dimata masyarakat sebagai indikator hasil kinerja atau
penerapan kepemimpinan rahmatan lil alamin saat ini dapat dilihat dari
berbagai persepsi masyarakat terhadap Polri sebagai hasil penelitian
ataupun survey, yang dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Hari survey dari PERC (Political and Economic Risk
Counsulting) menempatkan Indonesia sebagai negara nomor dua
terburuk masalah kemanan individu setelah Philipina bagi para
investor (2010).
b. Kompolnas merelease bahwa penyimpangan Polri terjadi
paling besar pada penegakan hukum, yaitu sebesar 72% (2009).
c. TII (Transparancy International Indonesia) menempatkan Polri
sebagai Institusi dengan tingkat suap tertinggi (2009).
d. Global Coruption Barometer (GCB), menempatkan Polri
sebagai institusi terkorup di Indonesia dengan indeks 4,2 (2010).
e. Penelitian yang dilakukan oleh lembaga independent
Markplus in Sight menyimpulkan tingkat kepuasan masyarakat atas
pelayanan Polri baru 54,37% (2009).
f. Penelitian oleh Staf Ahli Kapolri, Biro Litbang Polri,
Mahasiswa PTIK, merelease bahwa tingkat harapan masyarakat
atas pelayanan Polri sebesar 86,32%, sedangkan rata-rata
transparansi pelayanan yang diberikan kepada masyarakat baru
sebear 64,21%, jadi masih ada gap atau disparitas antara harapan
masyarakat dan yang dapat diberikan oleh Polri yang cukup tinggi,
yaitu sebesar 22,11% (2010).
g. Pada tahun 2002, mahasiswa PTIK juga telah melakukan
penelitian di 10 Polda yang menyoroti tentang pergeseran
paradigma sebagai upaya melakukan perubahan budaya untuk
10
meningkatkan kinerja. Ditemukan ada dua faktor utama yang
menerangkan kinerja Polri, yaitu pemahaman personil tentang
paradigma itu sendiri dan peranan atasan atau pemimpin di
lingkungan Polri. Ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya
kehadiran seorang pemimpin yang rahmatan lil alamin.
h. Hasil survey Jaringan Survey Indonesia yang dimuat di harian
Kompas hari Rabu, 2 Nopember 2011 tentang tingkat kepercayaan
dan tingkat kepuasan masyarakat atas kinerja aparat penegak
hukum. Hasilnya adalah, untuk tingkat kepercayaan Polri
menduduki peringkat yang terbaik yaitu 58,2%, kemudian KPK :
53,8%, MA : 47,8%, MK : 47,3%, Kejagung : 46,0%. Untuk tingkat
kepuasan masyarakat Polri juga terbaik yaitu 53,6%, KPK : 45,0%,
MK : 43,5%, MA : 42,1% dan Kejagung : 41,1%. Sedangkan
terakhir hasil survey Sugeng Suryadi Syndicate pada tanggal 14-24
Mei 2012 yang lalu di 33 Provinsi menempatkan DPR sebagai
lembaga terkorup di Indonesia dengan nilai 47%.
3. Nilai-nilai apa yang terkandung dalam kepemimpinan rahmatan lil
alamin yang akan diterapkan.
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa ada dua driving forces yang
paling kritikal untuk menerapkan kepemimpinan rahmatan lil alamin di
lingkungan Polri, yaitu kualitas moralitas dan kualitas profesionalisme
seorang pemimpin. Kondisi ini juga sebenarnya dipengaruhi oleh
falsafah hidup dan pedoman kerja yang berlaku di lingkungan Polri
yaitu Tribrata dan Catur Prasetya.
Berkaitan dengan falsafah hidup dan pedoman kerja di atas, seiring
dengan perkembangan reformasi birokrasi Polri telah terjadi perubahan
pemaknaan tentang Tribrata dan Catur Prasetya dengan ditandai oleh
perubahan kata-kata dan pemaknaanya. Sehingga sesunguhnya
dengan mencermati perubahan ini, dimana Tribrata sebagai falsafah
hidup Polri dan Catur Prasetya sebagai pedoman kerja Polri dengan
sendirinya akan berpengaruh pada Kepemimpinan di lingkungan Polri.
Tribrata sebagai pedoman hidup bagi anggota Polri diuraikan sebagai
berikut :
11
KAMI POLISI INDONESIA,1. BERBAKTI KEPADA NUSA DAN BANGSA DENGAN PENUH
KETAQWAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA 2. MENJUNJUNG TINGGI KEBENARAN, KEADILAN, DAN
KEMANUSIAAN DALAM MENEGAKKAN HUKUM NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA YANG BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG-UNDANG 1945
3. SENANTIASA MELINDUNGI MENGAYOMI DAN MELAYANI, MASYARAKAT DENGAN KEIKHLASAN UNTUK MEWUJUDKAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN
Makna Tribrata :
Tribrata dalam pengertian lama merupakan dua kata yang ditulis tidak terpisahkan. Tri artinya tiga dan brata/ wrata artinya jalan/ kaul. Maka artinya adalah tiga jalan/ kaul. Sedangkan Tribrata dalam pengertian baru telah menjadi satu sukukata TRIBRATA yang artinya TIGA AZAS KEWAJIBAN menegakkan hukum.7
Tribratra ini pada dasarnya bersumber dari tugas pokok Polri dan
polisi secara universal, yaitu Tugas pokok Kepolisian Negara Republik
Indonesia adalah:
a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;b. menegakkan hukum; danc. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.8
Catur Prasetya sebagai pedoman kerja bagi Polri diuraikan sebagai berikut :
SEBAGAI INSAN BHAYANGKARA, KEHORMATAN SAYA ADALAH BERKORBAN DEMI MASYARAKAT, BANGSA DAN NEGARA, UNTUK,1. MENIADAKAN SEGALA BENTUK GANGGUAN KEAMANAN 2. MENJAGA KESELAMATAN JIWA RAGA, HARTA BENDA DAN
HAK ASASI MANUSIA 3. MENJAMIN KEPASTIAN BERDASARKAN HUKUM 4. MEMELIHARA PERASAAN TENTRAM DAN DAMAI
Pengertian istilah dalam Catur Prasetya, Insan Berarti manusia sebagai makhluk tertinggi yang secara moral memiliki kesempurnaan dan bersih dari cela. Bhayangkara berarti Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bertugas mengawal dan mengamankan masyarakat, bangsa dan negara. Insan Bhayangkara, berarti setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (yang juga disebut sebagai Bhayangkari) yang secara ikhlas mengawal dan mengamankan negara
7 Kepolisian Negara R.I., Surat Edaran Kapolda Metro Jaya Nomor : SE/01/I/2012, Tanggal 2 Januari 2012, Pengucapan dan Pemenggalan Ucapan, Jakarta, 2012.8 Lembaran Negara R.I Nomor 2 Tahun 2002, UU No. 2 Tahun 2002 Tentang Polri, Pasal 13.
12
serta rela berkorban demi mengabdi kepentingan masyarakat dan bangsa seumur hidupnya. Kehormatan, berarti wujud sikap moral tertinggi. Berkorban, berarti secara rela dan ikhlas mendahulukan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi. Masyarakat, berarti sekelompok orang yang hidup bersama dalam norma dan aturan yang telah disepakati. Bangsa, berarti kelompok masyarakat yang tinggal di suatu wilayah tertentu yang memiliki kedaulatan ke dalam dan ke luar. Negara, berarti organisasi di suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan yang sah secara konstitusional dan ditaati oleh rakyat. Meniadakan, berarti tindakan untuk membuat sesuatu menjadi tidak ada. Gangguan keamanan, berarti suatu keadaan yang menimbulkan perasaan takut, khawatir, resah, cemas, tidak nyaman, dan tidak damai, serta ketidak pastian berdasarkan hukum. Hak Asasi Manusia, berarti hak-hak dasar yang dimiliki setiap manusia sejak lahir. Kepastian berdasarkan hukum, berarti terwujudnya penegakan hukum demi kesetaraan hak dan kewajiban setiap warga negara. 9
Selanjutnya nilai-nilai yang tekandung dalam kepemimpinan
rahmatan lil alamin yang pada dasarnya bersumber dari sifat-sifat Nabi
Muhammad SAW dan juga sebagai bentuk kontektual dengan Indonesia
yang memiliki pandangan hidup Pancasila dan memiliki pemaknaan
tentang kepemimpinan nasional, kepemimpinan negarawan, kepemimpinan
kontemporer maupun kepemimpinan visioner, juga disesuaikan dengan
nilai-nilai Tribrata dan Catur Prasetya, maka nilai-nilai yang terkandung
pada moralitas dan profesionalisme dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Unsur moralitas. Unsur moralitas ini terdiri dari : (a) Moralitas individu; seperti berbudi luhur, bijaksana, teguh hati,
berjiwa besar, berani, sederhana, tekun, cerdik dan berwawasan
luas, tajam, penuh perhatian dan lain-lain. (b) Moralitas sosial; seperti siap untuk berkorban, memiliki visi yang jelas, cinta damai,
memiliki rasa keadilan yang tinggi, punya prediksi jauh kedepan,
anti kekerasan, toleran, menjungjung tinggi nilai kemanusiaan, non
partisan, setia pada standar moral, paham kapan berubah,
dermawan, bersifat transformasional dan bukan transaksional,
usahakan soft power dan lain-laian. (c) Moralitas institusional; seperti memiliki ketahanan yang baik, baik ketahanan enginering
maupun ketahanan ecological dan ketahanan anticipatory, punya 9 Kepolisian Negara R.I., Surat Edaran Kapolda Metro Jaya Nomor : SE/01/I/2012, Tanggal 2 Januari 2012, Pengucapan dan Pemenggalan Ucapan, Jakarta, 2012.
13
prediksi jauh kedepan, demokratik serta menjungjung nilai-nilai
HAM dan kemananan, selalu berpikir sistimatis, terbuka dalam
mengambil keputusan, selalu berpikir strategis dan tidak ragu,
patriotik, taat hukum dan didasarkan pada konstitusi dan lain-lain.
(d) Moralitas universal atau global; seperti menghormati HAM,
rasa keadilan yang tinggi, memiliki karya yang monumental yang
relatif langgeng dan diakui, dihormati baik nasional, regional
maupun global, setia pada nilai-nilai absolut seperti setiap orang
harus memperlakukan orang lain seperti memperlakukan dirinya
sendiri, semangat glocalisation yaitu berpikir global dan bertindak
lokal. Nilai-nilai moralitas ini seharusnya mengkristal dalam pribadi
seorang pemimpin yang rahmatan lil alamin dan memancar dalam
kepemimpi-nan keseharian dan dengan demikian persoalan-
persoalan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan
hukum dan perlindungan, pengyoman dan pelayanan masyarakat
dapat diselesaikan dengan baik dan ketahanan nasional akan
terujud.
2) Unsur Profesionalisme. Unsur profesionalisme ini terdiri dari
kemampuan seorang pemimpin secara tehnis dibidang
pekerjaannya yang didukung oleh sarana dan prasarana, sistem
dan metode yang baik di organisasi tersebut dan penganggaran
yang baik. Profesionalisme yang dimaksudkan disini jika dilihat dari
unsur kepemimpinan adalah sebagai unsur sarana, yaitu prinsif,
tehnik kepemimpinan yang digunakan dalam memimpin yang
didalamnya mengandung bakat dan pengetahuan serta
pengalaman pemimpin tersebut. Pemenuhan profesionalitas ini
pada pengetahuan (terutama yang berkaitan dengan profesi
pemimpin untuk menumbuhkan kepercayaan diri), inisiatif,
kemampuan memutus, kemampuan untuk mempertimbangkan,
mahir soal-soal tehnis dan taktis, paham diri sendiri dan selalu
berusaha untuk memperbaiki diri, memiliki keyakinan bahwa tugas-
tugas dimengerti diawasi dan dijalankan, memahami dan
mengetahui anggota-anggota bawahan serta memilihara
14
kesejahteraan, memberikan ketauladanan atau contoh yang baik,
tumbuhkan rasa tanggung jawab dihadapan anggota, senantiasa
latih anggota sebagai tim yang kompak, membuat keputusan yang
sehat dan tepat waktu, memberikan tugas dan pekerjaan kepada
bawahan sesuai dengan kemampuan dan bertanggung jawab
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan. Profesionalisme yang
dimiliki oleh pemimpin yang rahmatan lil alamin akan dapat
memecahkan persoalan-persoalan pemeliharaan keamanan dan
ketertiban masyarakat, masalah penegakan hukum yang
memberikan kemamfaatan maupun masalah-masalah
pengayoman, perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka menjamin terwujudnya ketahanan nasional.
4. Kontribusi penerapan kepemimpinan rahmatan lil alamin di
lingkungan Polri terhadap memantapkan Ketahanan Nasional dilihat
dari aspek-aspek gatra.
Sebagaimana diuraikan di atas sesungguhnya pedoman hidup Polri
yaitu Tribrata maupun pedoman kerja Catur Prasetya bersumber dari
nilai-nilai pandangan hidup bangsa dan idiologi negara Pancasila dan
nilai-nilai praksis atau operasional tentang tugas pokok kepolisian yang
diatur dalam undang-undang. Pedoman hidup maupun pedoman kerja
ini telah menjadi salah satu inspirasi dari pada kepemimpinan yang
rahmatan lil alamin (RLA). Disamping itu kepemimpinan RLA sendiri
dari pemaknaannya diujudkan oleh moralitas yang baik dan
profesilisme yang baik. Artinya, apabila kepemimpinan RLA ini
diterapkan di lingkungan Polri, disamping akan mewujudkan
tercapainya tugas pokok Polri yaitu mewujudkan situasi Kamtibmas
yang baik, tegaknya hukum yang berkemamfaatan dan masyarakat
akan merasakan kehadiran Polri selaku pengayom, pelindung dan
pelayan mereka dengan lebih baik, akan tetapi justru akan memberikan
nilai tambah kemaslahatan, baik bagi sesamanya manusia maupun
bagi alam sekitarnya. Pada gilirannya penerapan kepemimpinan RLA
ini akan memberikan kontribusi pada pemantapan ketahanan nasional
15
melalui terwujudnya kamtibmas dan tegaknya hukum yang rahmatan lil
alamin tadi.
Adapun kontribusinya penerapan kepemimpinan RLA terhadap
pemantapan ketahanan nasional dapat dilihat melalui aspek-aspek
kehidupan nasional sebagai berikut :
a. Gatra Ideologi; Dengan diterapkannya kepemimpinan RLA ini
yang pada dasarnya juga bersumber dari nilai-nilai Tribrata akan
senantiasa justru memperkokoh posisi Pancasila sebagai idiologi,
falsafah dan pandangan hidup bangsa untuk menjadi benteng
pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara.
b. Gatra Politik; Polri sebagai bagian dari anak bangsa atau supra
struktur politik yang berdasarkan undang-undang Polri sejauh ini
bersifat netral atau tidak berpolitik. Terlepas dari kondisi ini Polri
adalah sebagai aparat penegak hukum dan pemelihara kamtibmas.
Apabila kepemimpinan RLA dapat diterapkan dengan baik, baik
dalam penegakan hukum maupun dalam rangka pemeliharaan
kamtibmas, maka akan memperkokoh kehidupan atau budaya politik
dalam bernegara dengan baik, karena para pelaku politik akan ada
kepatuhan terhadap hukum dengan baik. Lebih-lebih jika pimpinan
Polri dalam penegakan hukum pada kehidupan berpolitik memberikan
nilai tambah dengan memperhatikan kemamfaatan dari pada
penegakan hukum itu sendiri, sebagai bagian dari rahmat bagi
sesamanya manusia serta alam dan seisinya, maka akan semakin
kuatlah kehidupan berpolitik bangsa dalam memperkokoh ketahanan
nasional.
c. Gatra Ekonomi; Dengan penerapan kepemimpinan RLA akan
memberikan kepastian hukum yang lebih baik, keamanan individu
akan meningkat serta situasi kamtibmas sejalan dengan peningkatan
kesejahteraan akan semakin baik, maka kondisi ini akan memberikan
kegairahan pihak-pihak luar untuk berinvestasi di Indonesia. Jika
kondisi ini dapat diwujudkan maka pembangunan ekonomi akan
semakin tumbuh dan sejalan itu akan memberikan kontribusi
peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagaimana tujuan
16
pembangunan nasional. Jika kesejahteraan meningkat ditambah
dengan kamtibamas yang kondusif, dengan sendirinya ketahanan
nasional akan semakin kuat.
d. Gatra Sosial Budaya; Dengan penerapan kepemimpinan RLA,
akan memberikan ruang berkembangnya berbagai aktifitas sosial
budaya dengan tetap menumbuh kembangkan rasa saling
menghormati, menghargai berbagai perbedaan dari sosial budaya itu
sendiri. Kekhawatiran akan pergeseran terhadap nilai-nilai budaya
yang Indonesia kebudaya-budaya Barat atau liberalisme, neo
liberalisme akan dapat dicegah dengan adanya peran aparat penegak
hukum atau pemelihara kamtibmas yang bersemangatkan RLA.
e. Gatra Pertahanan dan Keamanan; Mewujudkan kondisi
kamtibmas yang stabil dan kondusif adalah tujuan dasar dari
pelaksanaan tugas pokok Polri. Dengan sentuhan penerapan
kepemimpinan RLA justru akan memberikan nilai tambah pada
perasaan aman baik phisik maupun psikis dan masyarakat akan
semakin merasakan aman, tentram dan damai. Jika ini terujud maka
perasaan aman, damai dan tentram masyarakat akan memberikan
kontribusi pemantapan ketahanan nasional.
C. Penutup
1. Pemaknaan kepemimpinan rahmatan lil alamin (RLA) berasal dari
arti surat Al Anbiya ayat (107) yang artinya “dan tiada kami mengutus
kamu (wahai Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi
semesta alam”. Penggunaan istilah kepemimpinan RLA adalah
semata-mata karena makna dari pada RLA itu sendiri yang diartikan
“rahmat bagi semesta alam”, jadi penekanannya adalah pada
kemamfaatan sebagai pemimpin bagi sesamanya umat manusia
maupun alam serta seisinya, seperti mahluk hidup yang lain baik
tumbuh-tumbuhan, hewan maupun mahluk mati seperti sumber
kekayaan alam yang terkandung dalam bumi seperti bahan tambang
dan bahan mineral lainnya.
17
2. Penerapan kepemimpinan RLA di lingkungan Polri diawali oleh
sebuah kehendak “Membangun Polri yang RLA 2020” dengan
pendekatan teori Scenario Learning dan PDB Triangle. Jika
membangun Polri yang RLA 2020 sebagai focal concern maka ada dua
driving forces atau variabel kritikal atau dapat dikatakan sebagai
pengungkit, yaitu moralitas dan profesionalisme. Untuk mewujudkan
kehendak yang merupakan sebuah alternatif masa depan atau
plausible sesuatu yang mungkin terjadi “membangun Polri yang RLA
2020” ini, maka dibutuhkan kepemimpinan yang juga RLA.
Kepemimpinan yang RLA ini disamping bersumber pada nilai-nilai
kepemimpinan nasional, kepemimpinan negarawan, kepemimpinan
visioner, kepemimpinan kontemporer dan sifat-siafat kepemimpinan
Nabi Muhammad SAW yang shiddiq, amanah, tabligh dan fatonah, juga
bersumber dari nilai-nilai yang ada dalam pedoman hidup Polri Tribrata
dan pedoman kerja Catur Prasetya serta ditentukan oleh dua variabel
yang menentukan yaitu moral dan profesionalisme.
3. Penerapan kepemimpinan yang RLA di lingkungan Polri pada
saat ini dapat dilihat dari kondisi Polri saat ini yang salah satu
indikatornya berdasarkan beberapa survey ilmiah dari beberapa
lembaga indipendent maupun internal Polri yang tercerminkan masih
banyaknya kekurangan-kekurangan, walaupun disisi tertentu sudah
ada perbaikan-perbaikan. Sesuatu yang menonjol dan sulit dilakukan
oleh Polri sendiri saat ini adalah reformasi di bidang kultur atau budaya
yang lebih bersifat kepada perilaku yang melekat pada personil atau
SDM Polri. karena itulah dibutuhkan suatu penerapan kepemimpinan
yang RLA untuk membawa Polri yang discenariokan “berlayar di
samudera yang tenang” dengan narasi “SDM Polri yang menguasai
tugas-tugas dengan profesional (baik) dan menjalankannya dengan
membawa kemamfaatan yang lebih. Didukung oleh sarana dan
prasarana, sistem dan metode serta pendanaan yang cukup. Citra Polri
sangat baik. Masyarakat percaya dan mencintai polisinya dengan baik,
polisi yang rahmatan lil alamin”.
18
4. Kontribusi penerapan kepemimpinan yang RLA di lingkungan
Polri akan mewujudkan kondisi dan stabilitas kamtibmas, penegakan
hukum maupun pemberian perlindungan, pengayoman dan pelayanan
kepada masyarakat dengan baik. Masyarakat akan merasakan
keadilan, keamanan, ketertiban, ketentraman dan kedamaian sebagai
sesuatu yang dihasilkan bersama dari berbagai komponen anak
bangsa untuk mendukung terselenggaranya berbagai pembangunan
nasional dalam rangka mewujudkan kesejahteraan. Demikian juga
kesejahteraan yang semakin meningkat dan dirasakan oleh
masyarakat akan memberikan kontribusi penciptaan keamanan yang
lebih baik. Kontribusi penerapan kepemimpinan RLA di lingkungan Polri
kepada pemantapan kondisi ketahanan nasional dapat dicermati dari
kontribusi pada setiap gatra baik gatra statis yaitu geografi, demografi
dan sumber kekayaan alam maupun pada setiap gatra dinamis yaitu
idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam.
Jakarta, 1 Juli 2012.
Zulkarnain.Peserta PPRA XLVIII-2012Nomor urut absen : 82
Lampiran :
1. Alur Pikir.2. Daftar Pustaka.
19
DAFTAR PUSTAKA
Lembaga Ketahanan Nasional R.I., Pokja Bidang Studi Kepemimpinan, B.S Kepemimpinan Nasional, Jakarta, 2012.
Lembaga Ketahanan Nasional R.I., Pokja Bidang Studi Kepemimpinan, Sub B.S Kepemimpinan Visioner, Jakarta, 2012.
Lembaga Ketahanan Nasional R.I., Pokja Bidang Studi Geostrategi dan Ketahanan Nasional, Pokok Bahasan: Konsepsi Gatra, Jakarta, 2012.
Lembaga Ketahanan Nasional R.I., Pokja Bidang Studi Wawasan Nusantara, Pokok Bahasan : Konsepsi Wawasan Nusantara, Jakarta, 2012.
Lembaga Ketahanan Nasional R.I., Pokja Bidang Studi Geostrategi dan Ketahanan Nasional, Pokok Bahasan : Kondisi Ketahanan Nasional dan Konsepsi Ketahanan Nasional, Jakarta, 2012.
Dr. Ir. Hermanto, MS (Sekretaris Badan Ketahanan Pangan), Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional, Bahan Ajaran Untuk Peserta Pendidikan Reguler Lemhannas Angkatan XLVIII, Jakarta, 2012.
Burt Nanus, Kepemimpinan Visioner (Edisi Bahasa Indonesia), PT. Prenhallindo, Jakarta, 2001.
Bob Wall, Robert S. Solum, Mark R. Sobol, Pemimpin yang Bervisi Kuat (Edisi Bahasa Indonesia), Interaksara, Batam, 1999.
Lembaga Ketahanan Nasional R.I., Term of Reference (TOR) Perumusan Judul Essay Blok PPRA XLVIII Tahun 2012 Keterkaitan Antar Bidang Materi Core Lemhannas, Jakarta, 2012.
Hermawan Kartajaya (Asian Marketing Guru (CIM-UK), Founder and President of MarkPlus. Inc.), Strategi Memasyarakatkan Tugas Pokok, Fungsi, dan Peran Polri dalam Rangka Meningkatkan Citra Polri, Bahan Ajaran Sespati Polri 2008, Jakarta, 2008.
Nusyirwan Zen, Scenario Learning Suatu Pengantar Untuk Merangkai Plausibilitas Masa Depan, Bahan Ajaran Sespati Polri 2008, Jakarta, 2008.
Prof. Dr. Ermaya S., Drs, SH, MS, MH., Integritas Kepemimpinan Nasional, Bahan Ajaran Sespati Polri tahun 2008, Jakarta, 2008.
______, Sespati Polri, Kepemimpinan Visioner, Bahan Kuliah Sespati Pendidikan Reguler XV Tahun 2008, Bandung, 2008.
______, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Amandemen), Jakarta, 2002.
______, Undang-undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, CV Eko Jaya, Jakarta, 2008.
Lampiran 2
20