pelatihan kepemimpinan nasional tingkat ii badan

45

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN
Page 2: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II ANGKATAN XIII TAHUN 2020

BALAI PENGEMBANGAN KOMPETENSI WILAYAH IV BANDUNG

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

LAPORAN PROYEK PERUBAHAN

TATA KELOLA PENYELESAIAN TEMUAN AUDIT YANG TIDAK DAPAT DITINDAKLANJUTI GUNA PENINGKATAN MATURITAS PENGAWASAN

INTERN KEMENTERIAN PUPR

DISUSUN OLEH:

NAMA : Bimo Adi Nursanthyasto, ST, MBA

NDH : 06

BALAI PENGEMBANGAN KOMPETENSI

WILAYAH IV BANDUNG BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 2020

Page 3: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II ANGKATAN XIII TAHUN 2020

BALAI PENGEMBANGAN KOMPETENSI WILAYAH IV BANDUNG

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PROYEK

PERUBAHAN

TATA KELOLA PENYELESAIAN TEMUAN AUDIT YANG TIDAK DAPAT

DITINDAKLANJUTI GUNA PENINGKATAN MATURITAS PENGAWASAN INTERN KEMENTERIAN PUPR

Disusun oleh :

Bimo Adi Nursanthyasto, ST, MBA

NDH : 06

DISEMINARKAN PADA :

HARI : TANGGAL :

MENTOR COACH PENGUJI

Ir. Widiarto, Sp.1

NIP.196009281988111001

Ir. Lolly Martina Martief, MT

NIP.196001101988032001

Ir. Sugiyartanto, MT

NIP.196111221991031002

PENYELENGGARA KEPALA BALAI DIKLAT PUPR WIL. IV BANDUNG

Hasto Agoeng S. S.ST., M.T.

NIP.196307211992031003

Page 4: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

iii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penuis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan semesta

alam karena berkat rahmat dan hidayah-Nya dapat

menyelesaikan Laporan Rancangan Proyek Perubahan berjudul

“Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat

Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern

Kementerian PUPR” ini. Tidak lupa pula penulis haturkan

terimakasih kepada rekan-rekan di Kementerian PUPR terutama

Inspektorat Jenderal yang telah mendukung, membantu, dan

mendoakan agar rancangan proyek perubahan ini dapat terlaksana dengan baik dan

sukses membawa perubahan ke arah yang lebih baik dalam kegiatan pengawasan di

Kementerian PUPR.

Penulis pun menympaikan hormat dan terima kasih kepada Bapak Menteri Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat dan Bapak Inspektur Jenderal yang telah membantu untuk

menyelesaian Proyek Perubahan ini. Kepada Pimpinan Lembaga Administrasi Negara

(LAN), Para Widyaiswara, Coach dan Para Narasumber yang telah mengarahkan dan

membimbing dalam pelaksanaan proyek perubahan sampai dengan penyusunan

pelaporan ini hingga selesai.

Kami menyadari bahwa masih perlu banyak belajar untuk bisa menghasilkan hasil

pekerjaan yang sempurna, oleh karena itu kritik dan saran para pembaca sangat

dibutuhkan. Tanpa perlu berpanjang lebar, dengan bangga Penulis persembahkan laporan

rancangan proyek perubahan ini.

Jakarta, Oktober 2020

Bimo Adi Nursanthyasto

Page 5: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

iv

RINGKASAN EKSEKUTIF

Tantangan Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR untuk terus meningkatkan kualitas

pengawasan/maturitas pengawasan intern sejalan dengan arahan Presiden RI pada

Pembukaan Rakornas APIP 15 Juni 2020 dimana secara garis besar Inspektorat

Jenderal dituntut untuk fokus kepada pencegahan dan perbaikan tata kelola. Selain itu

hal ini sejalan dengan Misi ke-8 RPJMN 2020 – 2024, dimana pengelolaan pemerintahan

harus dilakukan secara bersih, efektif dan terpercaya. Hal ini pun tidak jauh berbeda

dengan Rencana Strategis Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR Tahun 2020 – 2024

yaitu meningkatnya kualitas tata kelola Kementerian PUPR melalui diantaranya penilaian

SAKIP dan SPIP;

Salah satu kebijakan perbaikan tata kelola Inspektorat Jenderal yang diusulkan dalam

proyek perubahan ini adalah menyusun ketentuan mengenai tata cara penyelesaian

temuan audit yang tidak dapat ditindaklanjuti guna peningkatan maturitas pengawasan

intern Kementerian PUPR. Sebelumnya Kementerian PUPR belum memiliki payung

hukum yang mengatur tentang penyelesaian temuan audit yang tidak dapat

ditindaklanjuti.

Namun pada akhir Oktober 2020, ketentuan mengenai tata cara penyelesaian temuan

audit yang tidak dapat ditindaklanjuti dapat diwujudkan yang merupakan output jangka

menengah pada propek perubahan ini yang dapat diselesaikan pada jangka pendek.

Tujuan dari adanya ketentuan ini yaitu untuk 1) meingkatkan efektifitas dan efisiensi

pelaksanaan tindak lanjut hasil audit; 2) Meningkatkan kepercayaan publik terhadap

Kementerian PUPR (Profesional, Transparan dan Akuntabel); dan 3) Meningkatnya level

kapabilititas Itjen PUPR menjadi 3 penuh dan peningkatan nilai SAKIP Inspektorat

Jenderal khususnya berkaitan dengan pemantauan tindak lanjut dan peningkatan.

Page 6: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

v

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………….iii RINGKASAN EKSEKUTIF……………………………………………………………………………..iv DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………...v DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………………………..vi BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 DESKRIPSI RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN…………………………… 1 1.2 LATAR BELAKANG………………………………………………………………… 2 1.3 PROFIL UNIT ORGANISASI….…………………………………………………... 4 1.4 IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA USG………………….…………….. 5 1.5 GAGASAN PERUBAHAN…………………………………………….…………… 8 1.6 TUJUAN DAN MANFAAT PERUBAHAN……………………………………….. 9 1.7 AREA PROYEK PERUBAHAN…………………………………………………… 9 1.8 RUANG LINGKUP………………………………………………………………..... 11

BAB 2 URAIAN DESKRIPSI DAN PROYEK PERUBAHAN 2.1 TAHAPAN PROYEK PERUBAHAN 2.1.1 Mile Stone Kegiatan…………………………....…………………………… 13 2.1.2 Peta Jaringan………………………….…………………………………….. 14 2.1.3 Tim Proyek Perubahan……………………………………….…………….. 14 2.1.4 Rencana Waktu Pelaksanaan………………………….………………….. 16 2.1.5 Perbandingan Kondisi Awal dan Kondisi yang Diharapkan………….…. 17 2.2 STAKEHOLDER PROYEK PERUBAHAN 2.2.1 Internal Stakeholder……………………………………………….………… 18 2.2.2 Eksternal Stakeholder………………………………….…………………… 18 2.3 RENCANA STRATEGI MARKETING……………….………………………. 18 2.3.1 Stakeholder Maping…………………………….…………………………… 20 2.3.2 Strategi Komunikasi/Marketing…………………….………………………. 21

BAB 3 KRITERIA KEBERHASILAN 3.1 INDIKATOR BERDASARKAN JANGKA WAKTU………..………………… 22 3.1 INDIKATOR BERDASARKAN OUTPUT, OUTCOME DAN IMPACT……. 23 3.3 FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN…………………………………..……… 25

BAB 4 DESKRIPSI DAN ANALISIS PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN 4.1 PEMBENTUKAN TIM EFEKTIF PROYEK PERUBAHAN…………………. 26 4.2 ANALISA KEBUTUHAN PEDOMAN…………………………………………. 27 4.3 PENYUSUNAN KONSEP SE MENTERI PUPR TENTANG TATD….……. 28 4.4 DISEMINASI KONSEP SE MENTERI PUPR TATD……………….………. 28 4.5 FINALISASI KONSEP SE MENTERI PUPR TATD……………..………….. 29 4.6 ANALISA PENINGKATAN MATURITAS PENGAWASAN INTERN

PEMERINTAH………………………………………………………………… 31 4.7 EVALUASI STAKEHOLDER…………………………………………………. 32 4.8 CAPAIAN STRATEGIS/POKOK MATERI SE MENTERI PUPR TENTANG TATA

CARA PENYELESAIAN TEMUAN AUDIT INSPEKTORAT JENDERAL YANG TIDAK DAPAT DITINDAKLANJUTI ………………………........................ 34

BAB 5 PENUTUP 5.1 KESIMPULAN………………………………………………………………….. 36 5.2 SARAN TINDAK LANJUT……………………………………………………. 36

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………. 38

Page 7: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

vi

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. 1 Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal……………………………………… .......... 4 Gambar 1. 2 Struktur Organisasi Sekretariat Inspektorat Jenderal ............ Error! Bookmark not defined. Gambar 1. 3 Problem Tree…...…………………………………………………………………………7 Gambar 2. 1 Mile Stone Kegiatan............................................................................................. 14 Gambar 2. 2 Peta Jaringan ...................................................................................................... 14 Gambar 2. 3 Tim Proyek Perubahan ........................................................................................ 15 Gambar 2. 4 Rencana Waktu Pelaksanaan .............................................................................. 16 Gambar 2. 5 Stakeholder Maping ............................................................................................. 21 Gambar 4. 1 Pemetaan Stakeholders………………………………………………………………...33 Gambar 4. 2 Evaluasi Stakeholders…………………………………………………………………..34 Gambar 4. 3 Bagan Alur Penyelesaian TATD.............................................................................35

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan Proyek Perubahan Berdasarkan Indikator Output, Outcome, dan Impact………………………………...………………………………...………………24

Tabel 4.1 Rincian Waktu Pelaksanaan Kegiatan……………………………………………………31

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A :Surat Keputusan Inspektur Jenderal Nomor 33/KPTS/IJ/2020 Tentang

Pembentukan Tim Efektif Proyek Perubahan Strategi Peningkatan Tata Kelola Pemantauan Hasil Audit Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

LAMPIRAN B : Kumpulan Hasil Pelaksanaan Proyek Perubahan B.1 Pembentukan Tim Efektif Proyek Perubahan B.2 Analisa Kebutuhan Pedoman

B.3 Penyusunan Konsep SE Menteri PUPR tentang Penyelesaian Temuan Audit Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti

B.4 Diseminasi Konsep SE Menteri PUPR tentang Penyelesaian Temuan Audit Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti

B.5 Finalisasi Konsep SE Menteri PUPR tentang Penyelesaian Temuan Audit Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti

LAMPIRAN C : Surat Edaran Menteri PUPR Nomor 23 Tahun 2020 Tentang Tata Cara Pennyelesaian Temuan Audit Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti

Page 8: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 DESKRIPSI RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN

Sesuai dengan Permen PAN Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Pedoman Umum

Pelaksanaan, Pemantauan, Evaluasi, Dan Pelaporan Tindak Lanjut Hasil

Pengawasan Fungsional, secara garis besar mengatur:

a. Kewajiban pimpinan instansi untuk melaksanakan tindaklanjut hasil pengawasan

fungsional terhadap instansi pemerintah, baik yang dilakukan oleh Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) maupun Aparat Pengawasan Intern Pemerintah

(APIP);

b. Temuan hasil pengawasan yang sulit atau tidak dapat ditindaklanjuti dan memiliki

sebab-sebab yang logis berdasarkan evaluasi kasus dan kondisi, atau telah

diupayakan pelaksanaan Tindak Lanjutnya oleh auditi, dapat dihapuskan dari

temuan hasil pengawasan.

Rekomendasi temuan audit Inspektorat Jenderal belum seluruhnya ditindaklanjuti dan

berpotensi meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan penelitian Tim Efektif Proyek

Perubahan terdapat beberapa kemungkinan penyebab yang menjadikan temuan audit

tersebut belum ditindaklanjuti atau tidak dapat ditindaklanjuti antara lain:

a. Rekomendasi yang cacat;

b. Temuan hasil audit yang tidak memadai;

c. adanya force majeur;

d. Memiliki alasan yang sah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan,

dsb.

Penyelesaian atas temuan audit yang tidak dapat ditindaklanjuti (TATD), hingga saat

ini di Kementerian PUPR belum memiliki payung hukum terkait pedoman mekanisme

penyelesaiannya berupa Peraturan Menteri PUPR. Mekanisme penyelesaian TATD

seharusnya diatur dalam Peraturan Menteri karena sifatnya umum, berisi pengaturan

dan mengikat secara umum.

Berdasarkan kondisi tersebut, dipandang perlu untuk menyusun pedoman Peningkatan

Tata Kelola Pemantauan Hasil Audit Inspektorat Jenderal Di Kementerian PUPR

khususnya terkait TATD.

Page 9: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

2

1.2 LATAR BELAKANG

Sesuai Permen PUPR Nomor 13 Tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian PUPR, Inspektorat Jenderal mempunyai:

a. Tugas menyelenggarakan pengawasan intern di Kementerian;

b. Fungsi menyelenggarakan pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan

Kementerian terhadap kinerja dan keuangan melalui AREPP (audit, reviu, evaluasi,

pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya);

c. Tugas memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh unsur di

Inspektorat Jenderal melalui Sekretariat Inspektorat Jenderal yang salah satu

fungsinya menyelenggarakan fungsi koordinasi, pengelolaan data, pemantauan

dan evaluasi tindak lanjut hasil pengawasan.

Berdasarkan LAKIP Inspektorat Jenderal Tahun 2018 dan 2019 diketahui bahwa isu

strategis internal Inspektorat Jenderal adalah berkaitan dengan output dan instrumen.

Terkait output, temuan hasil pengawasan belum seluruhnya dipantau dengan baik,

dan salah satu isu strategis terkait instrumen yaitu masih terdapat peraturan mengenai

kegiatan pengawasan yang perlu dimutakhirkan dan SOP yang perlu ditinjau kembali.

Sesuai hasil LAKIP Tahun 2017 prosentasi rekomendasi hasil pengawasan yang

ditindaklanjuti dan tuntas serta tepat waktu adalah 78% dari target yang ditetapkan

80%.

Kemudian berdasarkan hasil pemantauan atas tindak lanjut temuan audit Inspektorat

Jenderal Kementerian PUPR sampai dengan 15 Agustus 2020 jumlah temuan yang

ada adalah sebanyak 848 temuan dan 1488 rekomendasi. Temuan terlama yang

belum dapat ditindaklanjuti pada database adalah tahun 2008 sejumlah 11 temuan

dan jumlah kerugian negara yang belum tuntas adalah sebanyak Rp

31.864.152557,54.

Terdapat beberapa kemungkinan penyebab yang menjadikan temuan belum

ditindaklanjuti atau tidak dapat ditindaklanjuti antara lain:

a. Rekomendasi yang cacat;

b. Temuan hasil audit yang tidak memadai;

c. Adanya force majeur;

d. Memiliki alasan yang sah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan,

dan sebagainya.

Page 10: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

3

Tindak lanjut temuan audit dilakukan dalam rangka menciptakan akuntabilitas

penyelenggaraan pemerintahan dan memberikan nilai tambah kepada auditi/

organisasi yang menjadi objek audit.

Selain itu tindak lanjut temuan ditujukan dalam rangka peningkatan Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Internal Audit Capibility Model

(IACM) Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR yang dievaluasi setiap tahunnya oleh

Menpan dan BPKP. Hingga saat ini maturitas APIP Kementerian PUPR masih berada

pada level 3 dengan catatan.

Peningkatan tata kelola pemantauan atas hasil pengawasan setidaknya mampu

menjadikan maturitas APIP Kementerian PUPR mencapai level 3 integrated tanpa ada

catatan dimana APIP dapat menilai ekonomis, efisiensi, efektifitas suatu kegiatan dan

mampu memberikan konsultasi pada tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian

intern

Terkait penyelesaian atas temuan khususnya TATD, hingga saat ini Kementerian

PUPR belum memiliki dasar hukum mengenai mekanisme penyelesaian temuan yang

tidak dapat tindaklanjuti. Sebagai referensi, beberapa Kementerian/Lembaga seperti

Kementerian Perhubungan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian

Keuangan, BPKP dan BPK RI telah mengaturnya dalam bentuk peraturan.

Dengan adanya peraturan terkait TATD di Kementerian PUPR diharapkan mampu

mengurangi jumlah temuan, dimana temuan yang belum tuntas per 15 Agustus 2020

adalah 476 temuan dan 814 rekomendasi, artinya perkiraan jumlah temuan yang dapat

dituntaskan adalah sekitar 50% dari total temuan dan jumlah kerugian negara yang

dapat dituntaskan diperkirakan sebesar Rp 3.176.576.991,23.

Page 11: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

4

1.3 PROFIL UNIT ORGANISASI

a. Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal

Gambar 1. 1 Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal

b. Struktur Organisasi Sekretariat Inspektorat Jenderal

Gambar 1. 2 Struktur Organisasi Sekretariat Inspektorat Jenderal

Page 12: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

5

1.4 IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA USG

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 583 Permen PUPR

Nomor 13 Tahun 2020, Sekretariat Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:

a. koordinasi, penyusunan, dan evaluasi atas rencana, program dan anggaran;

b. penyusunan rencana dan pengembangan strategi, serta rencana strategis

pengawasan intern di lingkungan Kementerian;

c. pelaksanaan urusan administrasi keuangan;

d. koordinasi, pengelolaan data, pemantauan, dan evaluasi tindak lanjut laporan hasil

pengawasan;

e. pelaksanaan penyusunan laporan sistem pengendalian intern pemerintah di

lingkungan Inspektorat Jenderal;

f. pelaksanaan urusan administrasi barang milik negara;

g. koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan, fasilitasi advokasi

hukum, dan pemberian pertimbangan hukum;

h. penyelenggaraan komunikasi publik dan penyusunan kebijakan pengendalian

kepatuhan intern dan manajemen risiko Inspektorat Jenderal;

i. pelaksanaan urusan kepegawaian, penataan dan evaluasi organisasi dan tata

laksana, serta fasilitasi reformasi birokrasi dan pengelolaan jabatan fungsional; dan

j. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Dalam menjalankan fungsinya, masih terdapat beberapa permasalahan di lingkungan

Sekretariat Inspektorat Jenderal yaitu:

a. Pengelolaan data, pemantauan, dan evaluasi tindak lanjut laporan hasil

pengawasan, seperti pemantauan tindak lanjut belum sepenuhnya berjalan

termasuk didalamnya TATD;

b. Penyelenggaraan komunikasi publik dan penyusunan kebijakan pengendalian

kepatuhan intern dan manajemen risiko Inspektorat Jenderal, seperti belum adanya

pedoman pengendalian kepatuhan intern, karena UKI sendiri baru dibentuk dan

arahan Menteri PUPR dalam semester ini fokus pada penyusunan pedoman;

c. Pelaksanaan urusan administrasi Barang Milik Negara seperti penatausahaan

Barang Milik Negara.

Page 13: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

6

Matriks yang digunakan dalam menentukan prioritas pemecahan masalah adalah

dengan metode USG (Urgency, Seriosness, Growth)

No Masalah U S G Total

1. Pengelolaan data, pemantauan, dan evaluasi tindak lanjut laporan hasil pengawasan

5 5 5 15

2. Penyelenggaraan komunikasi publik dan penyusunan kebijakan pengendalian kepatuhan intern dan manajemen risiko Inspektorat Jenderal

2 3 3 8

3. Pelaksanaan urusan administrasi Barang Milik Negara

2 2 2 6

4. Sinkronisasi data Perencanaan, Penugasan, dan Pelaporan hasil Pengawasan

2 2 2 6

Keterangan: Berdasarkan Skala Likert 1-5

5 = Sangat Besar

4= Besar

3 = Sedang

2= Kecil

1= Sangat Kecil

Berdasarkan tabel di atas maka permasalahan yang paling mendesak untuk

diselesaikan adalah terkait Pemantauan Tidak Lanjut Hasil Audit khususnya

Pemantauan Hasil Audit Atas Temuan Audit yang Tidak Dapat Diselesaikan (TATD).

Bila dilihat dari tingkat urgensinya/ tingkat kepentingan (dikaitkan dengan waktu yang

tersedia dan desakan waktu untuk memecahkan masalah) maka:

a. Masalah ini cukup mendesak dikarenakan temuan-temuan yang tidak dapat

ditindaklanjuti tidak pernah dipantau dan tidak pernah dibahas pemecahannya. Hal

ini dapat mempengaruhi penilaian pada Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP) dan Internal Audit Capibility Model (IACM) yang dievaluasi

setiap tahunnya oleh Menpan dan BPKP;

b. Dilihat dari sisi desakan waktu bila tidak diselesaikan maka terdapat potensi jumlah

temuan yang tidak dapat ditindaklanjuti semakin besar jumlahnya.

Dilihat dari sisi tingkat keseriusan masalah maka akan mempengaruhi:

a. Reputasi Kementerian PUPR terkait tindak lanjut hasil audit khususnya berkaitan

dengan akuntabilitas dan transparansi tata kelola pemantauan tindak lanjut;

b. Keberhasilan kinerja berkaitan dengan penilaian SAKIP dan IACM.

c. Sistem tata kelola pemantauan di Bagian Pemantauan dan Evaluasi Tindak Lanjut

Hasil Pengawasan, karena jumlah dan nilai temuan akan terus tercatat termasuk

temuan yang tidak dapat ditindaklanjuti.

Page 14: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

7

Dilihat dari tingkat perkembangan (growth) maka apabila TATD tidak diselesaikan

jumlah temuan akan semakin banyak jumlahnya yang pada akhirnya mempengaruhi

penilaian SAKIP dan IACM. Jumlah temuan TATD yang semakin besar mengakibatkan

usaha/effort untuk menuntaskan/menyelesaikan itu akan semakin besar.

Problem Tree

Gambar 1. 3 Problem Tree

Berdasarkan Problem Tree di atas, yang menjadi target utama untuk dijadikan dalam

proyek perubahan adalah penyelesaian atas temuan audit yang tidak dapat

ditindaklanjuti

Tata Kelola Pementauan Hasil Pengawasan Pada Itjen kurang akuntabel dan transparan

Kinerja Pemantauan dan Hasil Pengawasan Belum Efektif dan Efektif

Belum adanya payung hukum atas Temuan Audit

Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti

Institusi (Itjen) belum sepenuhnya memberikan

perhatian penuh atas Temuan Audit Yang Tidak

Dapat Ditindaklanjuti

Kesadaran Auditi untuk melakukan penuntasan

atas temuan masih lemah/kurang

Tersedianya kebijakan berupa ketentuan yang mengatur

penyelesaian Temuan Audit Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti di

Kementerian PUPR

Adanya sistem pemantauan yang terintegrasi dengan Kegiatan

Pengawasan untuk Pemantauan Temuan Audit Yang Tidak Dapat

Ditindaklanjuti dalam suatur Sistem Informasi Itjen

Page 15: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

8

1.5 GAGASAN DAN KERANGKA PERUBAHAN

Gambar 1.4 Gagasan Perubahan

Gambar 1.5 Kerangka Perubahan

Page 16: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

9

1.6 TUJUAN DAN MANFAAT PERUBAHAN

1.6.1 Tujuan Jangka Pendek (waktu berakhirnya diklat)

Terwujudnya Konsep SE Menteri PUPR Tentang Tata Cara Penyelesaian Temuan

Audit Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti.

1.6.2 Tujuan Jangka Menengah (1 Tahun)

a. Terwujudnya SE Menteri PUPR;

b. Sosialisasi SE Menteri PUPR;

1.6.3 Tujuan Jangka Panjang (lebih dari 1 tahun)

a. Terwujudnya Peraturan Menteri PUPR Tentang Tata Cara Penyelesaian Temuan

Audit Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti;

b. Sosialisasi Peraturan Menteri PUPR;

c. Pengembangan sistem informasi yang terintegrasi terkait evaluasi dan monitoring

tindak lanjut temuan Inspektorat Jenderal.

1.6.4 Manfaat Perubahan

a. Adanya kepastian hukum terkait hasil audit Inspektorat Jenderal yang tidak dapat

ditindaklanjuti;

b. Penyelesaian tidak lanjut atas hasil audit yang tidak dapat ditindaklanjuti akan

akuntabel dan lebih efektif serta efisien;

c. Meningkatkan kepercayaan publik terhadap Kementerian PUPR (Profesional,

Transparan dan Akuntabel).

1.7 AREA PROYEK PERUBAHAN

1.7.1 Rasionalitas

Terkait dengan judul rancangan perubahan dalam tulisan kami, dapat kami

identifikasi isu-isu aktual yang terjadi sebagai berikut:

a. Pencegahan Korupsi.

Pencegahan korupsi masih menjadi isu utama sejalan dengan arahan Presiden

Republik Indonesia kepada Kabinet Indonesia Maju 2020 - 2024, yaitu “Jangan

Korupsi, ciptakan sistem yang menutup celah terjadinya korupsi”

b. Perubahan organisasi Inspektorat Jenderal.

Perubahan organisasi tersebut juga sejalan dengan salah satu unsur dalam

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), yaitu Lingkungan Pengendalian

yang harus diciptakan dan dipelihara sehingga menimbulkan perilaku positif dan

kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan

kerjanya, diantaranya melalui perwujudan peran aparat pengawasan intern

Page 17: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

10

pemerintah (APIP) yang efektif;

c. Temuan hasil pengawasan belum seluruhnya dipantau dengan baik;

d. Belum adanya dasar hukum mengenai mekanisme penyelesaian temuan yang

tidak dapat tindaklanjuti di Kementerian PUPR;

e. Peningkatan nilai SAKIP dan Maturitas IACM APIP Kementerian PUPR.

1.7.2 Keterkaitan Area Proyek Perubahan dengan Isu Strategis Organisasi

Proyek Perubahan ini memiliki keterkaitan dengan Isu Strategis Organisasi yaitu:

a. Arahan Presiden RI pada Pembukaan Rakornas APIP tanggal 15 Juni 2020

1) Tata kelolanya harus baik, sasarannya harus tepat, prosedurnya harus

sederhana dan tidak berbelit-belit;

2) BPKP, Inspektorat, dan juga LKPP adalah aparat internal pemerintah, harus

fokus ke Pencegahan dan Perbaikan Tata Kelola.

Output dari proyek perubahan ini untuk menjawab arahan Presiden RI dalam

rangka peningkatan kualitas pengawasan yang professional, transparan dan

akuntabel sehingga mewujudkan tata kelola yang baik, tepat dan tidak berbelit-

belit, yaitu dengan menerbitkan Permen PUPR Tentang Penyelesaian Temuan

Audit Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti.

b. Perubahan Organisasi Inspektorat Jenderal sesuai dengan Permen PUPR Nomor

13 Tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR.

Diharapkan dengan adanya perubahan organisasi menjadi per bidang (SDA, BM,

CK, Perumahan dan SIBB) dapat memudahkan atau lebih fokus terhadap

pemantauan tindak lanjut hasil audit.

c. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024

Tujuh Agenda Pembangunan RPJMN IV, dua diantaranya adalah:

1) Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi dan

Pelayanan Dasar, melalui salah satunya adalah peningkatan pengaturan dan

pembinaan dan pengawasan dalam pembangunan;

2) Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan Transformasi Pelayanan Publik

melalui salah satunya reformasi kelembagaan untuk pelayanan publik

berkualitas dengan isu strategis akuntabilitas kinerja dan pengawasan yang

handal efektif dan berintergrasi.

Page 18: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

11

Diharapkan dengan dua agenda pada RPJMN IV 2020-2024 dapat sejalan dan

mempermudah dalam penyusunan Permen PUPR dimaksud.

d. Renstra Inspektorat Jenderal Tahun 2020-2024

1) Sasaran Strategis, Meningkatnya Kualitas Tata Kelola Kementerian PUPR,

melalui diantaranya penilaian SAKIP dan SPIP;

2) Sasaran Kegiatan 1, Tingkat Dukungan Manajemen Pengawasan

Kementerian PUPR dengan penilaian indikator salah satunya adalah nilai

implementasi SAKIP dengan bobot 15% dimana didalamnya terkait dengan

pemantauan tindak lanjut terhadap pengawasan;

3) Sasaran Kegiatan 2, Meningkatnya Kualitas Pengawasan Kinerja dan

Keuangan di masing-masing bidang/wilayah Pengawasan Inspektorat

dengan penilaian indikator salah satunya Persentase tindak lanjut

Rekomendasi Laporan Hasil Pengawasan dengan bobot 20 %.

Diharapkan dengan adanya Renstra ini, pelaksanaan penyelesaian TATD dapat

memiliki kontribusi dalam penilaian SAKIP melalui sasaran strategis dan kegiatan

yang ditetapkan.

1.8 RUANG LINGKUP

1.8.1 Internal

Ruang lingkup internal rancangan proyek perubahan meliputi output sebagai berikut:

a. Kajian kebutuhan Pedoman Penyelesaian TATD;

b. Penyusunan Konsep SE Menteri PUPR dan Permen PUPR;

c. Diseminasi Konsep SE Menteri PUPR dan Permen PUPR;

d. Penerapan SE Menteri PUPR dan Permen PUPR;

e. Pengesahan SE Menteri PUPR dan Permen PUPR;

f. Sosialisasi SE Menteri PUPR dan Permen PUPR;

g. Pengintegrasian pemantauan TATD dengan tata cara penyelesaian

TATD pada suatu Sistem Informasi Inspektorat

1.8.2 Eksternal

Ruang lingkup eksternal rancangan proyek perubahan meliputi output sebagai

berikut:

a. Public Hearing konsep Permen PUPR;

b. Harmonisasi Permen PUPR dengan Kemenkumham.

Page 19: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

12

Berdasarkan output yang ada maka diharapkan tercapainya outcome yaitu:

a. Terselesaikan atau tuntasnya hasil audit Inspektorat Jenderal yang tidak dapat

ditindaklanjuti (adanya kepastiah hukum);

b. Adanya peningkatan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan tindak lanjut hasil

audit Inspektorat Jendera

Page 20: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

13

BAB II

URAIAN DESKRIPSI DAN RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN

2.1 TAHAPAN PROYEK PERUBAHAN

2.1.1 Mile Stone Kegiatan

Proyek perubahan dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu janga pendek, jangka

menengah, dan jangka panjang. Simak gambar berikut:

No. Tahapan dan Kegiatan Waktu

A. Jangka Pendek

Terwujudnya Konsep SE Menteri PUPR Tentang Penyelesaian Temuan Audit

Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti.

1 Pembentukan Tim Efektif Proyek

Perubahan Minggu II Agustus 2020

2 Analisa kebutuhan pedoman; Minggu III Agustus 2020

3 Penyusunan Konsep SE Menteri PUPR Minggu IV Agustus sd Minggu III

September 2020

4 Diseminasi Konsep SE Menteri PUPR Minggu IV September sd Minggu II

Oktober 2020

5 Finalisasi Konsep SE Menteri PUPR Minggu III dan IV Oktober 2020

B. Jangka Menengah

1 Pengesahan SE Menteri PUPR Tentang

Penyelesaian Temuan Audit Inspektorat

Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti

Minggu I dan II November 2020

2 Sosialiasasi SE Menteri PUPR Minggu III November sd. Minggu II

Desember 2020

3 Penyusunan Konsep Permen PUPR

Januari sd Februari 2021

4 Diseminasi Konsep Permen PUPR

Maret 2021

5 Public Hearing Konsep Permen PUPR

April 2021

6 Harmonisasi Konsep Permen PUPR

Mei sd Juni 2021

Page 21: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

14

2.1.2 Peta Jaringan

Gambar 2. 2 Peta Jaringan

2.1.3 Tim Proyek Perubahan

Tim proyek perubahan terdiri atas sponsor, coach, project leader, mentor, dan tim

efektif yang anggotanya merupakan Pejabat Struktural, Auditor, dan Jabatan

Fungsioanal Sekretariat Inspektorat Jenderal yang ditetapkan berdasarkan SK

Inspektur Jenderal Tim Efektif. Simak Gambar 2.3

C. Jangka Panjang

1 Pengesahan Permen PUPR Tentang

Penyelesaian Temuan Audit Inspektorat

Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti

Juli 2021

2 Sosialisasi Permen PUPR Agustus sd September 2021

Gambar 2. 1 Mile Stone Kegiatan

Page 22: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

15

Gambar 2. 3 Tim Proyek Perubahan

Deskripsi:

a. Tugas Mentor:

1. Memberikan arahan kepada Tim Efektif tentang output yang harus dihasilkan

oleh tim;

2. Memberikan arahan penyusunan strategi proyek perubahan;

3. Memberikan arahan tentang kebutuhan SDM, alat dan prasarana pendukung;

4. Memfasilitasi, membantu dan menjadi inspirator dalam mengatasi kendala

yang muncul selama proses pelaksanaan Proyek Perubahan.

b. Tugas Coach:

1. Monitoring pelaksanaan proyek perubahan;

2. Memberikan masukan dan saran pelaksanaan proyek perubahan;

3. Bersama dengan Mentor memberikan bantuan;

4. Menyelesaikan masalah komunikasi.

c. Tugas Project Leader;

1. Memberikan arahan dan saran dalam pelaksanaan proyek perubahan;

2. Bertanggung jawab terhadap seluruh pelaksanaan proyek perubahan dan

memberikan dukungan penuh secara moril-materiil, teknis administratif serta

ketersediaan anggaran sesuai dengan aturan yang berlaku kepada tim

pelaksana dalam melaksanakan proyek perubahan yang akan dilakukan;

3. Memantau setiap perkembangan dan capaian proyek perubahan sesuai

dengan milestones yang telah ditetapkan.

Page 23: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

16

d. Peran Stakeholder

1. Memberikan masukan terhadap proyek perubahan;

2. Memberi dukungan untuk penerapan proyek perubahan.

3. Tugas dari Tim Efektif

4. Melaksanakan seluruh pelaksanaan proyek perubahan, baik secara teknis

maupun administrasi sesuai dengan aturan yang berlaku;

5. Merencanakan, mengkoordinasikan dan berkoordinasi dengan stakeholder;

6. Melaporkan perkembangan proyek perubahan administrasi dalam

pelaksanaan proyek perubahan.

2.1.4 Rencana Waktu Pelaksanaan

a. Tahun 2020

No. Kegiatan AGS SEP OKT NOP DES

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Terwujudnya Permen PUPR Tentang Penyelesaian Temuan Audit Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti

1 Pembentukan Tim Efektif Proyek Perubahan

v

2 Analisa kebutuhan pedoman;

v

3 Penyusunan Konsep SE Menteri PUPR

v v v v

4 Diseminasi Konsep SE Menteri PUPR

v v v

5 Finalisasi Konsep SE Menteri PUPR

v v

6 Pengesahan SE Menteri

v v

7 Sosialiasasi SE Menteri

v v v v

b. Tahun 2021

No. Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Penyusunan Konsep Permen PUPR

v v

2 Diseminasi Konsep Permen PUPR

v

3 Public Hearing Konsep Permen PUPR

V

4 Harmonisasi Konsep Permen PUPR

v v

5 Pengesahan Permen PUPR

v

8 Sosialisasi Permen PUPR

v v

Gambar 2. 4 Rencana Waktu Pelaksanaan

Page 24: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

17

2.1.5 Perbandingan Kondisi Awal dan Kondisi yang Diharapkan

a. Kondisi Saat Ini

1) Berdasarkan LAKIP Inspektorat Jenderal Tahun 2018 dan Inspektorat

Jenderal Tahun 2019 diketahui:

a) Isu Strategis Internal Itjen terkait:

(1) Output salah satunya adalah temuan hasil pengawasan belum

seluruhnya dipantau dengan baik;

(2) Instrumen salah satunya, masih terdapat peraturan mengenai kegiatan

pengawasan yang perlu dimutakhirkan dan SOP yang perlu ditinjau

kembali.

b) Isu Strategis Eksternal Inspektorat Jenderal terkait ketaatan salah satunya

adalah masih banyaknya rekomendasi hasil pengawasan yang tidak

ditindaklanjuti tepat waktu.

2) Sesuai hasil LAKIP Tahun 2017 prosentasi rekomendasi hasil pengawasan

yang ditindaklanjuti dan tuntas serta tepat waktu adalah 78% dari target yang

ditetapkan 80%;

3) Kemudian berdasarkan hasil pemantauan atas tindak lanjut temuan audit

Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR sampai dengan 15 Agustus 2020

jumlah temuan yang ada adalah sebanyak 848 temuan dan 1488

rekomendasi. Temuan terlama yang belum dapat ditindaklanjuti pada

database adalah tahun 2008 sejumlah 11 temuan dan jumlah kerugian negara

yang belum tuntas adalah sebanyak Rp 31.864.152557,54.

4) Temuan terlama yang belum dapat ditindaklanjuti pada database adalah tahun

2008 sejumlah 11 temuan;

5) Terdapat beberapa kemungkinan penyebab yang menjadikan temuan belum

ditindaklanjuti atau tidak dapat ditindaklanjuti antara lain rekomendasi yang

cacat, temuan hasil audit yang tidak memadai, terjadi force majeur, memiliki

alasan yang sah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, dsb;

6) Tindak lanjut temuan audit dilakukan dalam rangka menciptakan akuntabilitas

penyelenggaraan pemerintahan dan memberikan nilai tambah kepada auditi/

organisasi yang menjadi objek audit;

7) Hingga saat ini Kementerian PUPR belum memiliki dasar hukum mengenai

mekanisme penyelesaian temuan yang tidak dapat tindaklanjuti;

Page 25: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

18

8) Sebegai referensi beberapa Kementerian/Lembaga seperti Kementerian

Perhubungan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Keuangan, BPKP dan

BPK RI telah mengaturnya dalam bentuk peraturan.

b. Kondisi Yang Akan Dicapai/Diharapkan

1) Diterbitkannya Permen PUPR Tentang Penyelesaian Temuan Audit

Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti;

2) Adanya peningkatan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tindak lanjut hasil

audit;

3) Adanya peningkatan nilai SAKIP Inspektorat Jenderal khususnya berkaitan

dengan pemantauan tindak lanjut dan peningkatan maturitas SPIP;

4) Meningkatkan kepercayaan publik terhadap Kementerian PUPR (Profesional,

Transparan dan Akuntabel).

2.2 STAKEHOLDER PROYEK PERUBAHAN

2.2.1 Internal Stakeholder

a. Inspektur Jenderal;

b. Komite Audit Itjen Kementerian PUPR;

c. Seluruh Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Itjen Kementerian PUPR;

d. Kepala Bagian Pelaporan Evaluasi Tindak Lanjut Hasil Pengawasan;

e. Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian;

f. Kepala Bagian Hukum, Komunikasi Publik dan Kepatuhan Intern;

g. Para Auditor.

2.2.2 External Stakeholder

a. Menteri PUPR;

b. Para Pejabat Pimpinan Tinggi Madya Kementerian PUPR;

c. Kepala Biro Hukum Kementerian PUPR;

d. Badan Pemeriksa Keuangan RI (BPK RI)/Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP);

e. Kejaksaan RI.

2.3 RENCANA STRATEGI MARKETING

Strategi Marketing Sector Public pada Proyek Perubahan ini disusun berdasarkan 5

elemen Potter Marketing Mix, yaitu Product, Price, Place, Promotion, dan Customer

(4P 1C) yang dijelaskan sebagai berikut:

Page 26: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

19

a. Customer

1. Identifikasi Customer/Stakeholders

Identifikasi customers (stakeholders) dilakukan untuk memahami keberadaan,

serta peran dan dukungan masing-masing dalam meningkatkan effektifitas

penyelenggaran tata kelola pemantauan atas tindak lanjut hasil pengawasan.

Berdasarkan keberadaannya, customer dalam Proyek Perubahan ini dibagi ke

dalam dua kelompok, yaitu (1) internal, yaitu

Internal dalam ini Inspektorat Jenderal yang meliputi (1) Sekretaris Inspektorat

Jenderal sebagai project leader, (2) Para Kepala Bagian, (3) Auditor dan Jabata

Fungsional laiinya di Inspektorat Jenderal;

Eksternal, yaitu kelompok yang sifatnya di luar entitas langsungInspektorat

Jenderal antara lain dari BPK, BPKP dan Komite Audit Itjen PUPR.

2. Penggolongan Stakeholder

Primary (pemangku kepentingan utama, mereka yang terkena dampak/pengaruh

terbesar baik positif atau negatif dari tindakan yang dilakukan organisasi),

Secondary (pemangku kepentingan sekunder, mereka yang terkena

dampak/terpengaruh secara tidak langsung dari tindakan yang dilakukan oleh

organisasi) dan Key (pemangku kepentingan kunci, mereka yang mempunyai

pengaruh signifikat di dalam organisasi).

3. Pemetaan Customer/Stakeholders (Partnership)

Proyek Perubahan ini disusun dan dilaksanakan oleh Sekretariat Inspektorat

Jenderal sebagai penanggung jawab pelaksanaan program, yang bertanggung

jawab kepada Inspektur Jenderal sebagai penanggung jawab Program. Para

Inspektur beserta para Kepala Bagian pada Sekretariat Inspektorat Jenderal

sebagai pembantu atasan langsung berkepentingan pada tugas pengaturan dan

pembinaan sehingga sinergi dan kolaborasi menjadi kunci bagi efektivitas

kebijakan ini.

Pemetaan Customer/Stakeholders telah diidentifikasi menurut tingkat pengaruh

(influence/power/pengaruh) dan tingkat kepentingan (interest), dalam hal ini

kelompok internal disebut sebagai kelompok Promoters (memiliki kepentingan

besar terhadap program dan juga kekuatan/power untuk membantu keberhasilan

proyek perubahan). Sedangkan kelompok eksternal terbagi atas 3 tipikal, yakni

Latents (pengaruh kuat, namun kepentingan rendah). Kelompok kedua yakni

Page 27: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

20

Defenders (pengaruh rendah, kepentingan tinggi) dan yang ketiga Apathetics

(pengaruh rendah dan kepentingan rendah).

b. Product

Merumuskan produk proyek perubahan dengan produk organisasi yang disusun

mengacu kepada Tugas dan Fungsi dari Sekretriat Inspektorat Jenderal, salah

satunya adalah dikeluarkan produk hukum terkait dengan pengaturan temuan audit

yang tidak dapat ditindaklanjuti.

c. Price

Penerapan strategi ini dimaksudkan agar kebijakan pemantauan tindak lanjut hasil

pengawasan ini dapat meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam pemantauan

dan tuntasnya temuan audit baik administasi dan kerugian negara.

d. Place

Yang menjadi lokasi penerapan strategi ini pada kantor Inspektorat Jenderal

Kementerian PUPR.

e. Promotion

Melalui kegiatan-kegiatan webinar, forum group discusson, classic meeting, dengan

strategi komunikasi yang ditempuh berdasarkan pemetaan posisi stakeholders.

2.3.1 Stakeholder Maping

Stakeholder maping diperlukan agar peran masing-masing stakeholder diketahui

Gambar 2. 5 Stakeholder Maping

LATENTS:

1. BPK RI/BPKP;2. Komite Audit Itjen PUPR

PROMOTERS:1. Inspektur Jenderal;2. Para Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Itjen PUPR;3. Kepala Bagian Pelaporan Evaluasi Tindak Lanjut Hasil;4. Kepala Bagian HKIKP;5. Kepala Biro Hukum Kementerian PUPR

APATHETICS:

Auditor PUPR

DEFENDERS:1. Menteri PUPR 2. Seluruh Pejabat Pimpinan Tinggi Madya

Page 28: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

21

2.3.2 Strategi Komunikasi/Markerting

Berikut beberapa strategi komunikasi pemasaran yang digunakan untuk

mendapatkan dukungan maksimal dari masing-masing stakeholder:

a. Promotion;

Dilakukan melalui diseminasi dengan para unit organisai, audensi publik,

harmonisasi Konsep Permen PUPR dengan Kemenkumham dan sosialisasi

melalui klasikal maupun media online (video conference)

b. Public relation & Publicity;

Publikasi output dipublikasikan melalui website Kementerian PUPR, website Itjen

PUPR

c. Word of Mouth.

Page 29: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

22

BAB III

KRITERIA KEBERHASILAN

Untuk menilai keberhasilan proyek perubahan ini, maka diperlukan beberapa kriteria dan

indikator keberhasilan berdasarkan jangka waktu dan berdasarkan output, outcome dan

impact. Pengelompokan kriteria dibagi berdasarkan jangka waktu yang sebelumnya sudah

dikelompokan di atas.

3.1 INDIKATOR BERDASARKAN JANGKA WAKTU

Kriteria dan indikator keberhasilan berdasarkan jangka waktu dibagi atas:

a. Indikator keberhasilan proyek perubahan dalam jangka pendek, diukur melalui

kriteria sebagai berikut:

1) Terlaksananya seluruh tahapan dalam proses penyusunan Surat Edaran Menteri

Tentang Penyelesaian Temuan Audit Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat

Ditindaklanjuti sebagaimana yang telah ditetapkan pada milestone jangka

pendek seperti:

a) Pembentukan Tim Efektif Proyek Perubahan;

b) Analisa kebutuhan pedoman;

Analisa kebutuhan diperoleh berdasarkan masukan dari berbagai

stakeholders dan pihak-pihak lain yang terkait dengan kegiatan audit dan

pemantauan tindak lanjut temuan seperti Komite Audit Inspektorat Jenderal,

c) Penyusunan Konsep SE Menteri PUPR;

Penyusunan dilakukan oleh Tim Penyusun Surat Edaran yang termasuk

didalamnya Tim Efektif dari proyek perubahan.

d) Diseminasi Konsep SE Menteri PUPR;

(1) Pada tahap ini dilakukan kepada seluruh Unit Organisasi di Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk menerima masukan

dalam rangka penyusunan Konsep SE Menteri PUPR;

(2) Selain itu dilakukan kepada seluruh auditor di Inspektorat Jenderal.

e) Finalisasi Konsep SE Menteri PUPR.

Finalisasi konsep dilakukan berdasarkan berbagai masukan pada proses

diseminasi

2) Terwujudnya Konsep Surat Edaran Menteri PUPR yang telah disetujui oleh

Inspektur Jenderal dan Pimpinan Unit Organisasi Lainnya.

Penyusunan Surat Edaran ini mengacu kepada beberapa referensi Surat Edaran

Page 30: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

23

sejenis pada beberapa kementerian dan badan instansi pemerintah seperti pada

Kementerian Perhubungan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian

Keuangan dan Badan Pemeriksa Keuangan RI.

b. Indikator keberhasilan proyek perubahan dalam jangka menengah, diukur melalui

kriteria sebagai berikut:

1) Terwujudnya Surat Edaran Menteri;

2) Terlaksananya Sosialisasi Surat Edaran Menteri PUPR;

3) Adanya kesadaran dari Inspektorat Jenderal dan Unit Organisasi lainnya untuk

menuntaskan temuan-temuan yang tidak dapat ditindaklanjuti.

c. Indikator keberhasilan proyek perubahan dalam jangka panjang, diukur melalui

kriteria sebagai berikut:

1) Terwujudnya Peraturan Menteri PUPR;

2) Sosialisasi Peraturan Menteri PUPR;

3) Pegembangan sistem informasi yang terintegrasi terkait evaluasi dan monitoring

tindak lanjut temuan Inspektorat Jenderal.

3.2 INDIKATOR BERDASARKAN OUTPUT, OUTCOME, DAN IMPACT

Kementerian Keuangan mendefinisikan output sebagai suatu produk akhir yang

dihasilkan dari serangkaian proses yang diperuntukkan bagi customer atau target

group agar outcome dapat terwujud, sedangkan outcome adalah keadaan yang ingin

dicapai atau dipertahankan pada penerima manfaat dalam periode waktu tertentu, baik

pada jangka panjang, menengah, maupun pendek (Kemenkeu, 2014). Sementara

impact adalah kondisi yang akan dicapai secara nyata dari proyek perubahan yang

mencerminkan pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya hasil (outcome). Berikut

adalah indikator output, outcome, dan impact yang digunakan pada proyek perubahan

ini.

No. Indikator Benchmark

2019

Target Jangka

Pendek

Target Jangka

Menengah

Target Jangka

Panjang

A. Indikator Output (Keluaran)

1 Terwujudnya Peraturan

Menteri PUPR

Tidak Ada Ada,

Konsep Surat

Edaran yang

disetujui oleh

Inspektur

Jenderal dan

Para Pimpinan

Unor lainnya

Adanya

kebijakan untuk

ditetapkan

dalam SE

Menteri PUPR

Adanya

kebijakan untuk

ditetapkan

dalam Permen

PUPR

Page 31: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

24

No. Indikator Benchmark

2019

Target Jangka

Pendek

Target Jangka

Menengah

Target Jangka

Panjang

2 Terbangunnya Sistem

Informasi Itjen terkait

pemantauan tindak

lanjut hasil audit yang

tidak dapat

ditindaklanjuti

Tidak ada Pengembangan

program

pemantauan

TATD melalui

Sistem Informasi

Itjen

Ujicoba Sistem

Informasi Itjen

terkait TATD

Sudah ada

Sistem

Informasi terkait

TATD

B. Outcome (Hasil)

Adanya kepastian hukum dalam penyelesaian tidak lanjut atas hasil audit yang tidak dapat

ditindaklanjuti.

Indikator Outcome (Hasil)

1 Adanya kepastian hukum dalam proses penyelesaian TATD

Tidak ada Proses pengusulan Konsep SE

kepada Menteri

Ada Ada

2 Terintegrasinya

penyelesaian TATD

dalam suatu sistem

informasi (Pemantauan

TATD efektif dan

efesien)

Tidak Ada Proses

pengembangan

Terintegrasi Terintegrasi

C. Impact (Dampak)

Meningkatnya kualitas pemantauan penyelesaian TATD, nilai maturitas pengawasan intern dan

nilai SAKIP

Indikator Impact (Dampak)

1 Meningkatnya

partisipasi para unor

untuk menyelesaikan

TATD

Rendah Sedang Tinggi Tinggi

2 Meningkatnya

efektivitas dan efisiensi

Rendah Sedang Tinggi Tinggi

3 Meningkatnya

akuntabilitas

Sedang Sedang Tinggi Tinggi

4 Meningkatnya nilai

maturitas pengawasan

intern

Sedang Sedang Tinggi Tinggi

5 Meningkatnya Nilai

SAKIP

Sedang Sedang Tinggi Tinggi

Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan Proyek Perubahan Berdasarkan Indikator Output,

Outcome, dan Impact

Page 32: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

25

3.3 FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN

Dalam beberapa proyek perubahan ini terdapat beberapa faktor kunci perubahan

yaitu:

a. Matangnya konsep Surat Edaran dan Peraturan Menteri PUPR Tentang

Penyelesaian Temuan Audit Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti

dengan mempertimbangkan referensi-referensi yang sudah ada dan

menyempurnakannya dengan proses bisnis dan control environment Kementerian

PUPR;

b. Adanya antusiasme, partisipasi, dan feedback konstruktif dari Unor-Unor di

Kementerian PUPR terkait penyusunan konsep Surat Edaran dan Peraturan

Menteri PUPR Tentang Penyelesaian Temuan Audit Inspektorat Jenderal Yang

Tidak Dapat Ditindaklanjuti;

c. Adanya kesadaran dari Inspektorat Jenderal dan Unit Organisasi lainnya untuk

menuntaskan temuan-temuan yang tidak dapat ditindaklanjuti;

d. Adanya pengembangan sistem informasi yang terintegrasi terkait evaluasi dan

monitoring tindak lanjut temuan Inspektorat Jenderal.

Page 33: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

26

BAB IV

DESKRIPSI DAN ANALISIS PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN

Pelaksanaan proyek perubahan dibagi ke dalam 3 tahapan yaitu: jangka pendek, jangka

menengah dan jangka panjang. Sebagaimana dikemukakan pada penjelasan

sebelumnya, tahapan jangka pendek terbagi lagi kedalam 5 kegiatan yaitu:

a. Pembentukan Tim Efektif Proyek Perubahan;

b. Analisa Kebutuhan Pedoman;

c. Penyusunan Konsep SE Menteri PUPR;

d. Diseminasi Konsep SE Menteri PUPR; dan

e. Finalisasi Konsep SE Menteri PUPR.

Target atau capaian dalam jangka pendek yaitu terwujudnya Konsep SE Menteri PUPR

Tentang Penyelesaian Temuan Audit Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat

Ditindaklanjuti.

4.1 Pembentukan Tim Efektif Proyek Perubahan

Tahap ini merupakan kick off dimulainya proyek perubahan dilakukan. Kick off dimulai

dengan dilakukannya rapat bersama antara Sekretaris Inspektorat Jenderal dengan

empat Kepala Bagian di Inspektorat Jenderal. Masing-masing Kepala Bagian

memberikan masukan mengenai proyek perubahan yang di gagas oleh Sekretaris

Inspektorat Jenderal. Beberapa masukan dari masing-masing Kepala Bagian berkisar

mengenai tujuan, manfaat, urgensi dan jangka waktu pelaksanaan serta persiapan

yang harus dilakukan, yaitu:

a. Kepala Bagian Pemantauan dan Evaluasi Tindak Lanjut Hasil Pengawasan:

Gagasan yang diusulkan oleh Sekretaris Inspektorat Jenderal dirasa sangat

penting untuk saat ini, dimana berdasarkan pemantauan tindak lanjut temuan hasil

audit, yang memang merupakan tugas dari Bagian Pemantauan dan Evaluasi

Tindak Lanjut Hasil Pengawasan diketahui masih banyak beberapa temuan yang

belum ditindak lanjuti. Adanya ketentuan mengenai TATD dapat menyelesaikan

permasalahan mengenai banyaknya temuan yang belum/tidak dapat

ditindaklanjuti.

b. Kepala Bagian Hukum, Kepatuhan Intern, Komunikasi Publik

Dari sisi hukum, adanya ketentuan ini dapat memberikan kepastian hukum akan

TATD. Selama ini ada kemungkinan para auditi merasa kebingungan akan TATD

Page 34: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

27

sehingga adanya ketentuan ini dapat membantu auditi dalam menyelesaikan

permasalahan akan TATD.

Dari sisi penyusunan SE Menteri ini, bagian hukum memberikan saran bahwa

apabila ketentuan ini akan menjadi produk hukum maka untuk jangka pendek (3

bulan) kiranya produk yang dihasilkan berbentuk konsep final SE Menteri tentang

TATD sedangkan untuk jangka menengah berbentuk Surat Edaran Menteri.

c. Kepala Bagian Perencanaan dan Keuangan

Adanya ketentuan mengenai ini dapat membantu meningkatkan maturitas

pengawasan intern pemerintah. Hal ini dikarenakan berkaitan erat dengan konsep

peningkatan maturitas SPIP yaitu rancangan pengendalian intern dan penerapan

dari rancangan pengendalian intern. Salah satu pengendalian intern yang

dilakukan oleh Inspektorat Jenderal adalah berkaitan dengan pemantauan tindak

lanjut. Ketentuan terkait TATD dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk

rancangan pengendalian intern.

Selain itu adanya ketentuan TATD serta implementasinya tentu dapat

meningkatkan nilai SAKIP karena penilaian SAKIP salah satunya berkaitan dengan

pemantauan tindak lanjut.

d. Kepala Bagian Kepegawaian dan Umum

Bagian Kepegawaian dan Umum siap mendukung dari sisi administrasi terkait

kegiatan penyusunan ketentuan TATD yang merupakan proyek perubahan di

lingkungan Inspektorat Jenderal.

4.2 Analisa Kebutuhan Pedoman

Dalam melakukan Analisa Kebutuhan Pedoman, Tim Proyek Perubahan meminta

saran dan pendapat atau berdiskusi dengan berbagai pihak/stakeholder seperti:

a. Komite Audit Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR;

b. Para Direktur Jenderal di Kementerian PUPR;

c. Kejaksanaan Agung dalam hal ini Jaksa Agung Muda Intelijen;

d. Badan Pemeriksa Keuangan RI dalam hal ini Kepala Auditorat IV a.

Secara garis besar pendapat dan saran dari berbagai pihak di atas tidaklah jauh

berbeda seperti:

a. Ketentuan mengenai tata cara penyelesaian TATD sangat penting untuk

memberikan kepastian hukum dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam

penyelesaian temuan audit yang tidak dapat ditindaklanjuti;

Page 35: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

28

b. Sudah seharusnya Kementerian PUPR memiliki ketentuan yang mengatur hal ini

seperti halnya di berbagai Kementerian lain.

Berdasarkan berbagai pendapat dan saran tersebut maka Project Leader dan Tim

Efektif sepakat untuk menyusun konsep SE Menteri PUPR Tentang TATD.

4.3 Penyusunan Konsep SE Menteri PUPR Tentang TATD

Dalam penyusunan SE Menteri terkait penyelesaian TATD, Tim Efektif Proyek

Perubahan dibantu dengan Tim Penyusun SE Menteri TATD. Penyusunan SE Menteri

ini dapat diuraikan sebegai berikut:

a. Identifikasi permasalahan yang selama ini ada berkaitkan dengan tindak lanjut

temuan audit;

Pada tahap ini Tim penyusun mengidentifikasi potensi penyebab temuan yang

belum/tidak dapat ditindaklanjuti.

b. Mempelajari segala referensi peraturan TATD seperti:

1) Peraturan Inspektur Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor

62/PER-IRJEN/2017 Tentang Pedoman Penyelesaian Temuan Hasil

Pengawasan Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Di

Lingkungan Kementerian Kelauatan dan Perikanan;

2) Peraturan Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan Nomor SK

79/KP.801/ITJEN-2014 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Dan

Pemantauan Tindak Lanjut Laporan Hasil Audit Di Lingkungan Kementerian

Perhubungan;

3) Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 237/PMK.09/2016 Tentang Tata Kelola

Pengawasan Intern Di Lingkungan Kementerian PUPR;

4) Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI No 2 Tahun 2017 Tentang

Pemantauan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan badan Pemeriksa

Keuangan; dan

5) Lain sebagainya.

c. Penyusunan konsep SE Menteri terkait TATD;

d. Legal drafting SE Menteri terkait TATD.

4.4 Diseminasi Konsep SE Menteri PUPR TATD

Diseminasi dilakukan oleh Tim Penyusun Proyek Perubahan dan Tim Penyusun

Peraturan kepada seluruh Unit Organisasi Kementerian PUPR yang dihadiri oleh para

Sekretaris Unit Organisasi dan personil yang mewakilinya. Diseminasi dipimpin

langsung oleh Sekretaris Inspektorat Jenderal yang merupakan project leader dari

Page 36: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

29

proyek perubahan ini. Diseminasi dilakukan setelah dilakukan diskusi terfokus/Focus

Grup Discussion (FGD) dengan seluruh auditor di Inspektorat Jenderal setelah konsep

SE Menteri terbentuk.

Diskusi terfokus dilakukan untuk menjaring masukan dari para auditor terkait konsep

penyelesaian TATD yang sudah terbentuk. Kemudian setelah mendapat beberapa

masukan dilakukan penyempurnaan untuk di diseminasikan. Dalam diseminasi

dipaparkan konsep tata cara penyelesaian TATD. Diseminasi merupakan proses yang

cukup penting untuk mengetaui permasalahan terkait tindak lanjut temuan yang

selama ini terjadi di masing-masing Unit Organisasi.

Beberapa masukan dari diseminasi yaitu secara garis besar diantaranya:

a. Perlu adanya penambahan dasar hukum terkait undang-undang atau ketentuan

keuangan negara;

b. Perlu adanya penambahan kriteria terkait TATD yang berkaitan dengan BMN

seperti temuan aset tanah yang tidak bersertifikat, hibah BMN kepada daerah yang

tak kunjung selesai, temuan terkait BMN yang tidak/belum ditemukan serta lain

sebagainya.

Hasil dari diseminasi dibahas kembali pada diskusi terfokus dengan para auditor

Inspektorat Jenderal untuk membahas perlu tidaknya hasil diseminasi ditambahkan

dalam kosen SE Menteri ini.

Beberapa masukan dari diskusi terfokus yaitu secara garis besar diantaranya:

a. Untuk penambahan dasar hukum maka ditambahkan UU No 17 Tentang Keuangan

Negara dan PP No 38 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Tuntutan Ganti Kerugian

Negara/Daerah Terhadap Pegawai Negeri Bukan Bendahara Atau Pejabat Lain;

b. Usulan terkait temuan BMN agar dimasukan ke dalam kriteria TATD, hal ini tidak

dapat dilakukan karena pengaturan BMN telah diatur khusus dalam Peraturan

Menteri Keuangan;

c. Tidak perlu adanya pengelompokan dari TATD seperti cacat rekomendasi, temuan

tidak memadai dan lain sebagainya. Hal ini untuk lebih menyederhanakan SE

Menteri.

4.5 Finalisasi Konsep SE Menteri PUPR TATD

Tahap ini merupakan tahap akhir dari penyusunan Konsep SE Menteri. Pada tahap ini

konsep SE Menteri yang telah disusun dibahas bersama dengan para Inspektur dan

Inspektur Jenderal untuk mendapatkan beberapa penyempurnaan dan beberapa

Page 37: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

30

masukan, sebelum diserahkan kepada Biro Hukum untuk diproses lebih lanjut.

Beberapa masukan dari para Inspektur dan Inspektur Jenderal, secara garis besar

diantaranya:

a. Para Inspektur

1) Perlu ada pengaturan yang lebih lanjut mengenai pegawai yang

bertanggungjawab namun berpindah ke instansi lain atau daerah (APBD);

2) Dasar Hukum yang digunakan agar memperhatikan referensi peraturan TATD

yang telah ada di Kementerian/Lembaga lain.

b. Inspektur Jenderal

1) Konsep SE TATD secara subtansi sudah cukup baik, namun seharusnya tidak

mengatur secara rinci teknis tata kelola di lingkungan Inspektorat Jenderal,

karena nantinya berbentuk SE Menteri maka seharusnya sifatnya umum;

2) Tata kelola pengusulan TATD di Unit Organisasi agar diatur lebih jelas dan

perlu adanya keterlibatan Unit Kepatuhan Intern dari masing-masing Unit

Organisasi;

3) Temuan berkaitan dengan kerugian negara seharusnya tetap diatur dalam

konsep SE ini dengan merujuk peraturan/ketentuan yang telah ada;

4) Konsep pedoman TATD ini ada baiknya diintegrasikan dengan Sistem

Informasi Inspektorat Jenderal terkait pemantauan hasil pengawasan.

Berkaitan dengan beberapa masukan di atas Tim Penyusun dan Tim Teknis Proyek

Perubahan melakukan penyempurnaan terhadap konsep SE TATD yang telah ada

untuk selanjutnya dikonsultasikan kembali kepada Inspektur Jenderal.

Setelah para Inspektur dan Inspektur Jenderal menyetujui konsep SE TATD maka

diproses lebih lanjut oleh Biro Hukum untuk dilakukan pembahasan bersama. Dalam

pembahasan dengan Biro Hukum terdapat beberapa masukan yaitu:

a. Dasar hukum dalam Konsep SE Menteri seharusnya hanya sebatas Peraturan

Pemerintah sehingga tidak perlu sampai kepada undang-undang;

b. Beberapa kesalahan redaksional untuk diperbaiki

Penyusunan SE Menteri ini pada prakteknya melebihi dari target yang telah ditetapkan

oleh Project Leader dimana berdasarkan milestone yang telah ditetapkan bahwa pada

milestone jangka pendek output yang dihasilkan berupa konsep final SE Menteri

tentang TATD namun dalam kenyataan sebagia milestone jangka menengah dapat

dicapai yaitu terwujudnya SE Menteri tentang TATD.

Page 38: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

31

Adapun rincian dari setiap tahapan kegiatan dapat dilihat pada tabel:

NO Kegiatan Rencana

Pelaksanaan Realisasi Pelaksanaan

A Pembentukan Tim Efektif Proyek Perubahan Minggu ke 2

Agustus 2020 Minggu ke 2 Agustus 2020

1 Rapat Pembentukan Tim Efektif Proyek Perubahan 14 Agustus 2020

2 Penerbitan SK Tim Efektif Proyek Perubahan 18 Agustus 2020

3 Penerbitan SK Tim TATD 30 Agustus 2020

B Analisa Kebutuhan Pedoman Minggu ke 3

Agustus 2020 Minggu ke 1 September

2020

1 Analisa kebutuhan Pedoman dengan Komite Audit 3 September 2020

2 Rapat Persiapan Penyusunan Pedoman 4 September 2020

3 Analisa Kebutuhan Pedoman dengan Stakeholder (BPK, KEJAGUNG, Para Direktur Jenderal)

7 September 2020

C Penyusunan Konsep SE Menteri PUPR Tentang TATD

Minggu ke 4 Agustus sampai

Minggu ke 3 September 2020

Minggu ke 3 sampai Minggu ke 4 September

2020

1 Penyusunan Draft TATD 17 - 19 Sept 2020

2 Diskusi Terfokus dengan para auditor dan Inspektur 22 September 2020

3 Rapat Zoom Perbaikan 28 September 2020

D Diseminasi Konsep SE Menteri PUPR

Minggu ke 4 September

sampai Minggu ke 2 Oktober

2020

Minggu ke 1 sampai Minggu ke 2 Oktober

2020

1 Diseminasi Internal dengan Para Ses 2 Oktober 2020

2 Diskusi Terfokus dengan para auditor, Inspektur dan Inspektur Jenderal

8 Oktober 2020

E Finalisasi Konsep SE Menteri PUPR

Minggu ke 3 sampai Minggu ke 4 Oktober

2020

Minggu ke 3 Oktober 2020

1 Rapat Finalisasi Konsep dengan Biro Hukum 19 - 21 Oktober 2020

Tabel 4.1

Rincian Waktu Pelaksanaan Kegiatan

4.6 Analisa Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Pemerintah

Kondisi pada suatu instansi akan dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi baik dari

instansi maupun di luar instansi. Untuk mengarahkan pengaruh perubahan yang

terjadi tersebut diperlukan tata kelola (Governance) yang dibangun pihak manajemen

dalam mencapai tujuan organisasi. Dalam membangun tata kelola yang baik

manajemen harus membangun SPIP dengan mempertimbangkan faktor risiko yang

menghambat/mengganggu jalannya roda instansi dalam melakukan perannya untuk

melaksanakan program-program dan kegiatannya. Proses manajemen inilah yang

dikenal dengan Governance, Risk, and Control (GRS).

Dalam membangun SPIP dalam perjalananya perlu adanya peningkatan dari SPIP itu

Page 39: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

32

sendiri. Semakin tinggi maturitas (ukuran kualitas) SPIP maka semakin baik pula

kualitas sistem pengendalian intern organisasi itu. Tingkat maturitas penyelenggaraan

SPIP merupakan kerangka kerja yang memuat karakteristik dasar yang menunjukan

tingkat kematangan penyelenggaraan SPIP yang terstruktur dan berkelanjutan.

Ukuran kualitas SPIP dapat dilihat dari kemampuan SPIP dalam mendukung

pencapaian tujuan organisasi, yang dapat diukur dari dua hal yaitu:

a. Aspek desain pengendalian intern (control design);

Aspek ini menyangkut ada tidaknya dan baik tidaknya rancangan pengendalian

intern suatu organisasi. Organisasi yang maturitas sistem pengendaliannya baik

akan memiliki rancangan pengendalian yang tepat dan melaksanakan rancangan

itu secara efektif dalam seluruh aktivitas

b. Aspek penerapan (control implementation).

Penyusunan SE Menteri tentang TATD merupakan salah satu bentuk dari rancangan

pengendalian intern di Inspektorat Jenderal. Hal ini ditujukan dalam rangka

meningkatkan pengawasan intern yang didalamnya terdapat pemantauan atas tindak

lanjut atas temuan hasil audit.

Dalam meningkatkan maturitas pengawasan intern melalui rancangan pengendalian

intern suatu organisasi pun tidaklah cukup. Namun perlu adanya penerapan dari

rancangan pengendalian yang telah disusun. Dalam hal ini maka perlu adanya

implementasi dari SE Menteri tentang TATD

4.7 Evaluasi Stakeholder

Untuk mengevaluasi keterlibatan stakeholder dalam proyek perubahan digunakan

pemetaan kelompok stakeholder (Rabinowitz, 2015) yang membagi kelompok

stakeholder berdasarkan tingkat pengaruh dan tingkat kepentingannya sebagai

berikut:

a. Promoters, memiliki kepentingan besar terhadap Proyek Perubahan dan juga

kekuatan untuk membantu mendorong keberhasilannya;

b. Defenders, memiliki kepentingan pribadi dan dapat menyuarakan dukungannya

dalam komunitas, tetapi kekuatannya kecil untuk mempengaruhi Proyek

Perubahan;

c. Latens, tidak memiliki kepentingan khusus maupun terlibat dalam Proyek

Perubahan tetapi memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi Proyek Perubahan

Page 40: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

33

jika mereka menjadi tertarik; dan

d. Apathetics, kurang memiliki kepentingan maupun kekuatan, bahkan mungkin tidak

mengetahui adanya Proyek Perubahan.

Gambar 4.1 Pemetaan Stakeholders

Sumber (Rabinowitz, 2015)

Terkait pelaksanaan proyek perubahan yang sudah dilaksanakan, evaluasi terhadap

kelompok stakeholder dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kelompok Promoters, merupakan stakeholder kunci dalam proyek perubahan ini,

meliputi Inspektur Jenderal, Para Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama di Inspektorat

Jenderal Kementerian PUPR, Kepala Bagian Pelaporan Evaluasi dan Tindak Lanjut

Hasil Pengawasan Set. Itjen, Kepala Bagian Hukum, Kepatuhan Intern dan

Komunikasi Publik Set. Itjen, serta Kepala Biro Hukum Kementerian PUPR.

Kelompok ini secara intensif perlu dilibatkan karena kelompok ini yang akan

menerima manfaat dari proyek perubahan.

b. Kelompok Defenders, merupakan stakeholder yang memiliki kepentingan terhadap

hasil proyek perubahan ini, akan tetapi tidak membantu banyak dalam penyusunan

dan perwujudan proyek perubahan. Dalam kelompok ini terdapat para Pejabat

Pimpinan Tinggi Madya. Hasil dari proyek perubahan ini menjadi bagian penting

dalam penuntasan status temuan audit, khususnya yang tidak dapat ditindaklanjuti.

c. Kelompok Latens, merupakan kelompok yang tidak secara khusus terlibat dalam

proyek perubahan akan tetapi memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi jika

Page 41: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

34

kelompok ini tertarik. Termasuk dalam kelompok ini adalah Menteri PUPR, BPK

RI/BPKP, Komite Audit Inspektorat Jenderal PUPR dan Kejaksaan RI yang

berhubungan langsung dengan Kementerian PUPR dan para Auditor di Inspektorat

Jenderal.

d. Kelompok Apathetics, merupakan kelompok yang berkepentingan pada proyek

perubahan ini namun tidak terlibat penuh pada proses penyusunan proyek

perubahan akan tetapi memiliki potensi berpengaruh pada keberlanjutan hasil

proyek perubahan ini. Dalam tahap jangka panjang berkaitan dengan sistem

informasi yang akan dibuat maka Pusat Data dan Informasi nantinya berperan

penting dalam penyediaan dan fasilitasi wadah dari proyek perubahan ini secara

online.

Gambar 4.2 Evaluasi Stakeholders

4.8 Capaian Strategis/Pokok Materi SE Menteri PUPR Tentang Tata Cara

Penyelesaian Temuan Audit Inpsektorat Jenderal Yang Tidak Dapat

Ditindaklanjuti

Pokok materi atau inti dari Surat Edaran Menteri PUPR Tentang Tata Cara

Penyelesaian Temuan Audit Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti yang merupakan output

LATENTS:1. BPK RI/BPKP;2. Komite Audit Itjen PUPR3. Menteri PUPR 4. Kejaksanaan RI5. Auditor Itjen PUPR

PROMOTERS:1. Inspektur Jenderal;2. Para Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Itjen PUPR;3. Kepala Bagian Pelaporan Evaluasi Tindak Lanjut Hasil;4. Kepala Bagian HKIKP5. Kepala Biro Hukum Kementerian PUPR

APATHETICS:Kepala Pusat Data dan Informasi

DEFENDERS:Seluruh Pejabat Pimpinan Tinggi Madya

Page 42: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

35

dari proyek perubahan penulis terdiri dari:

a. Ruang Lingkup Surat Edaran Menteri PUPR Tentang Temuan Audit Yang Tidak

Dapat Ditindaklanjuti (TATD) terdiri atas definisi, kriteria, tata kelola usulan TATD,

adn tata kelola penuntasan TATD;

b. Kriteria TATD,

1) Rekomendasi bersifat himbauan;

2) Rekomendasi Kepada Instansi di Luar Kementerian PUPR kecuali yang didanai

dengan DIPA Kementerian PUPR

3) Rekomendasi yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku

4) Rekomendasi yang tidak memiliki dampak

5) Rekomendasi atas keadaan force majeur terbatas yang menyebabkan

kerusakan permanen atau hilangnya objek tindak lanjut dan dibuktikan dengan

surat dari instansi yang berwenang

6) dsb.

c. Alur penyelesaian TATD dapat dilihat pada gambar 4.3 di bawah;

Gambar 4.3 Bagan Alur Penyelesaian TATD

Inspektur Jenderal Sekretaris Inspektorat Jenderal Auditi Tim Penyelesaian TATD

Pelaksana

Memantau dan

menerima usulan TATD melalui Sistem Informasi

Inspektorat Jenderal

Ya

Pembahasan dan

Penelitian Usulan TATD

Apakah temuan

merupakan TATD?

Tidak

Menetapkan Status

Temuan yang sebelumnya dilakukan

pembahasan oleh Para Inspektur dan Sekretaris

Inspektorat Jenderal

Mengusulkan TATD

melalui Sistem Informasi Inspektorat Jenderal

setelah diverifikasi UKI

Menindaklanjuti

rekomendasi sesuai Laporan Hasil Audit

Update Status

Temuan

Page 43: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

36

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

a. Tantangan Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR untuk terus meningkatkan

kualitas pengawasan/maturitas pengawasan intern sejalan dengan arahan

Presiden RI pada Pembukaan Rakornas APIP 15 Juni 2020 dimana secara garis

besar Inspektorat Jenderal dituntut untuk fokus kepada pencegahan dan perbaikan

tata kelola. Selain itu hal ini sejalan dengan Misi ke-8 RPJMN 2020 – 2024, dimana

pengelolaan pemerintahan harus dilakukan secara bersih, efektif dan terpercaya;

b. Hal ini pun tidak jauh berbeda dengan Rencana Strategis Inspektorat Jenderal

Kementerian PUPR Tahun 2020 – 2024 yaitu meningkatnya kualitas tata kelola

Kementerian PUPR melalui diantaranya penilaian SAKIP dan SPIP;

c. Salah satu kebijakan perbaikan tata kelola Inspektorat Jenderal yang diusulkan

dalam proyek perubahan ini adalah menyusun tata cara penyelesaian temuan audit

yang tidak dapat ditindaklanjuti guna peningkatan maturitas pengawasan intern

Kementerian PUPR;

d. Dalam rangka menjawab tujuan tersebut, hingga akhir Oktober 2020 proyek

perubahan telah menghasilkan output berupa Surat Edaran Menteri PUPR Tentang

Tata Cara Penyelesaian Temuan Audit Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat

Ditindaklanjuti;

e. Output tersebut merupakan output yang ditetapkan untuk jangka menengah namun

dapat terselesaikan pada jangka pendek;

f. Pencapaian tersebut merupakan hasil dari rangkaian sejumlah rapat koordinasi,

pembahasan dan diseminasi baik dengan stakeholder internal maupun eksternal.

5.2 Saran Tindak Lanjut

Sebagai tindak lanjut dari implementasi proyek perubahan ini, beberapa saran yang

perlu dilakukan:

a. Jangka Menengah

1. Melakukan sosialisasi Surat Edaran Menteri PUPR tentang Tata Cara

Penyelesaian atas Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti (TATD)

kepada seluruh Unit Organisasi di Kementerian PUPR;

2. Mengimplementasikan Surat Edaran Menteri PUPR;

Page 44: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

37

3. Melakukan uji coba pengimplementasian Sistem Informasi Inspektorat Jenderal

terkait pemantauan TATD;

4. Melakukan evaluasi atas implementasi Surat Edaran Menteri PUPR dan Sistem

Informasi Inspektorat Jenderal terkait pemantauan TATD;

5. Meningkatkan kekuatan hukum dari Surat Edaran Menteri PUPR menjadi

Peraturan Menteri PUPR, dengan menyusun Konsep Peraturan Menteri PUPR

Tentang Penyelesaian Temuan Audit Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat

Ditindaklanjuti.

b. Jangka Panjang

a. Pengesahan Peraturan Menteri PUPR Tentang Tata Cara Penyelesaian

Temuan Audit Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti;

b. Sosialisasi Peraturan Menteri PUPR;

c. Mengintegrasikan pemantauan TATD dengan tata cara penyelesaian TATD

pada suatu Sistem Informasi Inspektorat.

c. Pada setiap tahapan tersebut, keterlibatan seluruh stakeholder perlu dioptimalkan.

Page 45: PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II BADAN

Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR

38

Daftar Pustaka

Rabinowitz, P. (2015). Encouraging Involvement in Community Work. Dalam Community

Tool Box. Kansas: Work Group for Community Health and Development at the

University of Kansas.

Bappenas, Rancangan Teknokratik Rencana Pembangunan Jagka Menengah Nasional

2020- 2024 Indonesia Berpenghasilan Menengah Tinggi dan Sejahtera, Adil dan

Berkesinambungan, diakses dari

https://www.bappenas.go.id/files/rpjmn/Narasi%20RPJMN%20IV%202020-

2024_Revisi%2028%20Juni%202019.pdf tanggal 25 Agustus 2020, Pukul 19.05

WIB

Suharso, Penilaian Maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, diakses dari

https://www.klikharso.com/2016/08/penilaian-maturitas-spip.html tanggal 28

Oktober 2020, Pukul 20.46 WIB

Laporan Hasil Penjaminan Kualitas (Quality Assurance) atas Penilaian Mandiri Kapabilitas

Level 3 Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Tahun 2019 tanggal 17 Oktober 2019