legalitas hukum atas penarikan kendaraan bermotor …

87
LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR YANG DILAKUKAN OLEH PIHAK LEASING DITINJAU DARI PERATURAN MENTERI KEUANGAN NO.130/PMK.010/2012 TENTANG PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh : MARDIANA SHANAZA NIM : 120200087 DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN

BERMOTOR YANG DILAKUKAN OLEH PIHAK LEASING

DITINJAU DARI PERATURAN MENTERI KEUANGAN

NO.130/PMK.010/2012 TENTANG PENDAFTARAN JAMINAN

FIDUSIA BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

MARDIANA SHANAZA

NIM : 120200087

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara

Page 2: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

Universitas Sumatera Utara

Page 3: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

i

ABSTRAK

Mardiana Shanaza*

Rosnidar Sembiring**

Puspa Melati Hsb ***

Penarikan kendaraan karena alasan menunggak angsuran oleh leasing

selaku petugas dari lembaga pembiayaan merupakan peristiwa yang sering

dijumpai dari berbagai media pemberitaan dan pengalaman dalam masyarakat. Atas

dasar kepastian hukum bagi perusahaan pembiayaan sehubungan dengan

pelaksanaan transaksi fidusia maka terbit Peraturan Menteri Keuangan

No.130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan

Pembiayaan yang melakukan pembiayaan Untuk Kendaraan Bermotor dengan

Pembebanan Jaminan Fidusia. Adapun rumusan masalahnya adalah bagaimana

pengaturan pendaftaran jaminan fidusia bagi perusahaan pembiayaan kendaraan

bermotor, bagaimana akibat hukum atas penarikan kendaraan bermotor yang

dilakukan pihak leasing dan bagaimana bentuk perlindungan hukum yang diberikan

terhadap konsumen yang mengalami penarikan kendaraan bermotor oleh pihak

leasing.

Jenis penelitian yang diterapkan adalah memakai metode penelitian

deskriptif dengan bentuk yuridis normatif (penelitian hukum normatif). Sumber

data yang digunakan adalah data primer, sekunder dan tersier. Teknik pengumpulan

data dilakukan melalui studi pustaka (library research). Analisis data pada

penelitian ini dilakukan secara kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian penulis adalah Pelaksanaan pendaftaran

jaminan fidusia bagi perusahaan pembiayaan kendaraan bermotor meliputi

pengajuan permohonan pendaftaran jaminan fidusia, pemeriksaan kelengkapan

persyaratan permohonan pendaftaran jaminan, pencatatan dalam Buku Daftar

Fidusia, dan penerbitan Sertifikat Jaminan Fidusia. Akibat hukum atas penarikan

kendaraan bermotor yang dilakukan pihak leasing Maka Perjanjian dengan jaminan

Fidusia tersebut hanyalah berupa Akta dibawah tangan yang tidak mempunyai

kekuatan eksekutorial untuk mengeksekusi langsung barang yang ada dalam

penguasaan konsumen. Ketika konsumen tidak membayar angsuran dalam

beberapa waktu tertentu atau tidak melunasinya maka Pihak Perusahaan

Pembiayaan tidak dapat secara serta merta mengeksekusii secara langsung. Proses

eksekusi harus dilakukan dengan cara mengajukan gugatan perdata ke

Pengadilan melalui proses hukum acara perdata hingga putusan pengadilan

berkekuatan hukum tetap. Bentuk perlindungan hukum yang diberikan terhadap

konsumen yang mengalami penarikan kendaraan bermotor oleh pihak leasing

melalui kementerian keuangan telah mengeluarkan satu terobosan peraturan baru

yang dicantumkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.010/2012

tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan, yang melarang

perusahaan leasing malakukan penarikan paksa kendaraan bermotor dijalan.

Kata kunci : Penarikan, Kendaraan Bermotor, Leasing

* Penulis, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

*** Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Page 4: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas berkat dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang merupakan

karya ilmiah dengan judul “Legalitas Hukum atas Penarikan Kendaraan Bermotor

yang dilakukan oleh Pihak Leasing ditinjau dari Peraturan Menteri Keuangan

No.130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan

Pembiayaan” yang disusun dan diajukan untuk memenuhi syrarat memperoleh

gelar Sarjana Hukum Universitas Sumatera Utara

Pelaksanaan penulisan skripsi ini diakui banyak mengalami kesulitan dan

hambatan, namun berkat bimbingan, arahan, serta petunjuk dari dosen pembimbing,

maka penulisan ini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua atas segala perhatian,

dukungan, doa dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, tidak lupa dengan segala hormat penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. OK Saidin, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Puspa Melati, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara dan selaku pembimbing II Penulis, yang selalu

Universitas Sumatera Utara

Page 5: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

iii

memberikan inspirasi beserta dorongan kepada saya dalam penyusunan skripsi

ini.

4. Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

5. Dr. Rosnidar Sembiring, SH, M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sekaligus Dosen

Pembimbing I yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan

masukan, arahan-arahan serta bimbingan di dalam pelaksanaan penulisan

skripsi ini.

6. Bapak Dr. Dedi Harianto, SH., M.Hum sebagai Penasehat Akademik yang

telah banyak membantu Penulis selama ini dalam menyelesaikan studi di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh Staf Dosen dan Staf Administrasi Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan pembelajaran dan membimbing

Penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

8. Seluruh Bapak dan Ibu staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

9. Kepada sahabat terbaik selama ini tidak dapat penulis sebut satu persatu, terima

kasih buat semangat, doa dan dukungannya dalam perkuliahan selama ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

iv

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, atas segala kesalahan dan

kekurangan saya mohon maaf. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2018

Penulis

Mardiana Shanaza

Universitas Sumatera Utara

Page 7: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... v

BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................... 5

C. Tujuan Penulisan ....................................................................... 5

D. Manfaat Penulisan ..................................................................... 5

E. Metode Penelitian ...................................................................... 6

F. Sistematika Penulisan ............................................................... 8

G. Keaslian Penulisan .................................................................... 10

BAB II : PENGATURAN PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA

BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN KENDARAAN

BERMOTOR .................................................................................. 11

A. Jaminan Hak Tanggungan berdasarkan UU No.4 Tahun 1996 . 11

B. Pendaftaran Jaminan Fidusia berdasarkan Undang-Undang

No. 42 Tahun 1999 .................................................................... 13

C. Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia Menurut Peraturan

Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 ........................................... 21

D. Pendaftaran Fidusia bagi Perusahaan Pembiayaan Menurut

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 130/PMK.010/

2012 ........................................................................................... 26

BAB III : TINJAUAN HUKUM MENGENAI PENARIKAN

KENDARAAN BERMOTOR YANG DILAKUKAN PIHAK

LEASING......................................................................................... 33

Universitas Sumatera Utara

Page 8: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

vi

A. Pengertian dan Sejarah Perkembangan Leasing ........................ 33

B. Pihak-pihak yang Berkepentingan dalam Leasing ..................... 38

C. Penarikan Kendaraan Bermotor Yang Dilakukan Pihak

Leasing ....................................................................................... 41

BAB IV : PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR DILAKUKAN

OLEH PIHAK LEASING DITINJAU DARI PERATURAN

MENTERI KEUANGAN NOMOR 130/PMK.010/2012

TENTANG PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA BAGI

PERUSAHAAN PEMBIAYAAN .................................................. 47

A. Pelaksanaan Pendaftaran Jaminan Fidusia bagi Perusahaan

Pembiayaan Kendaraan Bermotor............................................. 47

B. Akibat Hukum Atas Penarikan Kendaraan Bermotor yang

dilakukan Pihak Leasing ........................................................... 53

C. Perlindungan Hukum Yang Diberikan Terhadap Konsumen

Yang Mengalami Penarikan Kendaraan Bermotor Karena Kredit

Macet ......................................................................................... 60

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 73

A. Kesimpulan................................................................................. 73

B. Saran ........................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

Page 9: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan akan lembaga yang bisa membantu dan mendukung terwujudnya cita-

cita pembangunan ekonomi menjadi sesuatu yang mendesak, sehingga keberadaan

leasing dianggap sebagai salah satu konstruktif dalam mendukung percepatan cita-cita

nasional tersebut. Memang harus diakui jika keberadaan leasing belum begitu sangat

familiar diandingkan dengan perbankan, namun anggapan seperti ini sering dengan

kemajuan zaman yang begitu pesat ternyata semuanya telah berubah.1

Perusahan sewa guna usaha di Indonesia lebih kenal dengan nama leasing.

Kegiatan utama perusahaan leasing adalah bergerak bidang pembiayaan untuk keperluan

barang-barang modal yang diinginkan oleh nasabah. Pembiayaan di sini maksud jika

seorang nasabah membutuhkan barang-barang modal seperti kendaraan bermotor dengan

cara disewa atau dibeli secara kredit dapat diperoleh di perusahaan leasing. Pihak leasing

dapat membiayai keinginan nasabah sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati kedua

belah pihak.2

Salah satu sebab yang mengakibatkan timbulnya leasing belakangan ini banyak

diresahkan oleh para pengusaha, karena pasaran barang hasil industri semakin

menyempit, hal ini disebabkan karena daya saing semakin ketat antara perusahaan-

perusahaan yang sejenis, sedangkan daya beli masyarakat secara kontan semakin

berkurang, untuk menjaga kontinuitas hasil produksinya maka para pengusaha berusaha

mencari jalan keluar, yakni melalui lembaga sewa guna usaha (leasing).3

1 Irham Fahmi, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya : Teori dan Aplikasi, Penerbit

Afabeta , Bandung, 2014, hal 143 2 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta, 2013,

hal 242 3 Nurwidiatmo, Kompilasi Bidang Hukum Tentang Leasing, Penerbit Badan Pembinaan

Hukum Nasional & Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Jakarta, 2011, hal 2

Universitas Sumatera Utara

Page 10: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

2

Leasing adalah kontrak di mana seseorang menggunakan peralatan milik orang

lain. Pengguna (Lessee) membayar sejumlah tertentu secara rutin kepada pemilik

(Lessor). Ciri yang penting dari leasing adalah bahwa penggunaan peralatan terpisah dari

kepemilikannya. Aturan dalam leasing memberikan manfaat kepada kedua belah pihak di

mana lessee bisa menghasilkan pendapatan ekstra dengan penggunaan peralatan, dan

pemilik menerima pendapatan selama tetap menjadi pemilik. Perusahaan-perusahaan

diseluruh dunia mengunakan leasing untuk mendanai kendaraan, mesin dan peralatan.4

Pada dasarnya Peraturan Menteri tersebut mengatur mengenai kewajiban

pendaftaran jaminan fidusia dalam jangka waktu tertentu. Kewajiban tersebut hanya

dibebankan kepada perusahaan pembiayaan konsumen yang melakukan pembiayaan

kendaraan bermotor sebagaimana ditegaskan dalam ketentuan Pasal 1 Peraturan Menteri

Keuangan No.130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan

Pembiayaan.

Pembelian kendaraan bermotor secara angsuran dalam hukum Perdata bersifat

sewa beli yang termasuk perjanjian Inominat atau perjanjian yang tidak diatur dalam

KUHPerdata, karena dalam KUHPerdata hanya mengatur jual beli dan sewa menyewa

tukar menukar, jual beli itu sendiri dengan sistem tunai cash.5

Pembeli kendaraan dalam leasing sebagai konsumen yang harus dilindungi sesuai

Undang-undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) dalam

konsiderannya, antara lain menyatakan : “bahwa pembangunan ekonomi nasional pada

era globalisasi harus dapat mendukung tumbuhnya dunia usaha sehingga mampu

menghasilkan beraneka barang dan/atau jasa yang memiliki kandungan teknologi yang

dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat banyak dan sekaligus mendapatkan

kepastian atas barang dan/atau jasa yang diperoleh dari perdagangan tanpa

4 Linda Deelen, Mauricio Dupleich, Louis Othieno & Oliver Wakelin, Leasing untuk

Usaha Kecil dan Mikro, Organisasi Perburuhan Internasional, Jakarta, 2003, hal 1 5 Demy Amelia Amanda Manalip, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam

Penarikan Kendaraan Bermotor yang dilakukan oleh Perusahaan, Journal Lex Administratum,

Vol. V/No. 3/Mei/2017, hal 42

Universitas Sumatera Utara

Page 11: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

3

mengakibatkan kerugian konsumen.” Tidak jarang pengorbanan yang diberikan tidak

sebanding dengan pemulihan hak-haknya yang dilanggar.6

Penarikan kendaraan karena alasan menunggak angsuran oleh leasing selaku

petugas dari lembaga pembiayaan merupakan peristiwa yang sering dijumpai dari

berbagai media pemberitaan dan pengalaman dalam masyarakat. Atas dasar kepastian

hukum bagi perusahaan pembiayaan sehubungan dengan pelaksanaan transaksi fidusia

maka pada tanggal 7 Agustus 2012 yang lalu terbit Peraturan Menteri Keuangan

No.130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan

Pembiayaan yang melakukan pembiayaan Untuk Kendaraan Bermotor dengan

Pembebanan Jaminan Fidusia.7

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.010./2012 tentang Pendaftaran

Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan yang Melakukan Pembiayaan Konsumen

Untuk Kendaraan Bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia. Latar belakang

Lahirnya peraturan menteri keuangan ini seiring marak berdirinya perusahaan-perusahaan

pembiayaan yang menyelenggarakan pembiayaan kendaraan bermotor. Kendaraan

bermotor dikategorikan sebagai benda bergerak sebagai jaminan fidusia.8

Menurut Pasal 1 PMK No. 130/PMK.010/2012, Perusahaan Pembiayaan yang

melakukan pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor dengan pembebanan

jaminan fidusia wajib mendaftarkan jaminan fidusia dimaksud pada Kantor Pendaftaran

Fidusia, sesuai undang-undang yang mengatur mengenai jaminan fidusia (pasal 1). Pasal

2 PMK Nomor 130/PMK.010/2012, menyebutkan bahwa Perusahaan Pembiayaan wajib

mendaftarkan jaminan fidusia pada Kantor Pendaftaran Fidusia paling lama 30 (tiga

6 Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen Dan InstrumenInstrumen Hukumnya, PT. Citra

Aditya Bakti, Jakarta. 2000, hal 301 7 Widaningsih, Tinjauan Yuridis Pendaftaran Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan

(Peraturan Menteri Keuangan No. 130/PMK.010/2012), Jurnal Politeknik Negeri Malang, 2016,

hal 550 8 Yelia Nathassa Winstar, Penjaminan Kendaraan Bermotor Milik Orang Lain

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, Jurnal Hukum,

Fakultas Hukum Universitas Lancang Kuning Pekanbaru, hal 3

Universitas Sumatera Utara

Page 12: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

4

puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal perjanjian pembiayaan konsumen.9 Selain

mengatur kewajiban tersebut, Peraturan Menteri tersebut juga mengatur sejumlah sanksi

terhadap perusahaan pembiayaan yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut

sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (1) antara lain berupa peringatan, pembekuan

kegiatan usaha atau pencabutan izin usaha.10

Bila ternyata sebelum berakhirnya jangka waktu sanksi peringatan Perusahaan

Pembiayaan telah memenuhi ketentuan maka Menteri Keuangan dapat mencabut sanksi

peringatan.Sedangkan apabila pada masa berlaku peringatan ketiga berakhir dan

Perusahaan Pembiayaan tetap tidak memenuhi ketentuan maka Menteri Keuangan dapat

mengenakan sanksi pembekuan kegiatan usaha. Sanksi pembekuan kegiatan usaha

diberikan secara tertulis kepada Perusahaan Pembiayaan, yang berlaku selama jangka

waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak surat sanksi pembekuan kegiatan usaha

diterbitkan. Demikian juga dengan sanksi pembekuan usaha, bila sebelum berakhirnya

jangka waktu pembekuan kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan telah

memenuhiketentuan maka Menteri Keuangan mencabut sanksi pembekuan kegiatan

usaha dan apabila sampai dengan berakhirnya jangka waktu pembekuan kegiatan usaha

sebagaimana dimaksud Perusahaan Pembiayaan tidak juga memenuhi ketentuan Menteri

Keuangan mencabut izin usaha Perusahaan Pembiayaan yang bersangkutan.11

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti guna penyusunan

skripsi dengan judul: Legalitas Hukum atas Penarikan Kendaraan Bermotor yang

dilakukan oleh Pihak Leasing ditinjau dari Peraturan Menteri Keuangan

No.130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan

Pembiayaan.

9 Widaningsih, Op.Cit, hal 550

10 Daniel Juniardy Sutanto, Jaminan Keadilan dan Kepastian Hukum Dalam Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.010/2012 Mengenai Kewajiban Pendaftaran Jaminan

Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan Kendaraan Bermotor Ditinjau dari Undang- Undang

Nomor 42 Tahun 1999, Jurnal Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2014 11

Widaningsih, Analisis Yuridis Peraturan Menteri Keuangan (PMK) NO.

130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan, Jurnal Panorama

Hukum Vol. 1 No. 1 Juni 2016, hal 95

Universitas Sumatera Utara

Page 13: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

5

B. Perumusan Masalah

Adapun permasalahan yang diajukan dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan pendaftaran jaminan fidusia bagi perusahaan

pembiayaan kendaraan bermotor?

2. Bagaimanakah akibat hukum atas penarikan kendaraan bermotor yang dilakukan

pihak leasing?

3. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum yang diberikan terhadap konsumen

yang mengalami penarikan kendaraan bermotor oleh pihak leasing?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penelitian skripsi yang akan penulis lakukan adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pendaftaran jaminan fidusia bagi

perusahaan pembiayaan kendaraan bermotor.

2. Untuk mengetahui akibat hukum atas penarikan kendaraan bermotor yang

dilakukan pihak leasing.

3. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum yang diberikan terhadap

konsumen yang mengalami penarikan kendaraan bermotor oleh pihak leasing.

D. Manfaat penulisan

1. Kegunaan Teoritis

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum bisnis khususnya tentang

Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

6

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara realistis

solusi yang dapat dilakukan apabila terjadi permasalahan dalam penarikan

kendaraan bermotor yang dilakukan oleh pihak leasing.

2. Kegunaan Praktis

a) Memberi sumbangan pemikiran dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang

telah ada untuk menunjang mata kuliah Hukum Perdata.

b) Sebagai sumber informasi dan sumber bacaan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan.

c) Bagi Penulis, Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

E. Metode Penelitian

Metode adalah prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu.Sementara itu

metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam

metode tersebut. Dengan demikian metodologi penelitian adalah sebuah materi

pengetahuan untuk mendapatkan pengertian yang lebih dalam mengenai sistematisasi

atau langkah-langkah penelitian. Penelitian merupakan terjemahan dari bahasa bahasa

Inggris yaitu research, yang berasal dari kata re (kembali) dan to search (mencari).

Dengan demikian secara logawiyah berarti “mencari kembali”.12

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis,

metodologis dan konsisten karena melalui proses penelitian tersebut dilakukan analisis

dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah.13

12

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta : Penerbit Rajawali Pers,

2012, hal 27. 13

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan

Singkat, Jakarta : Penebit Rajawali Pres,2013, hal 1.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

7

Karena dengan menggunakan metode penelitian akan memberikan kemudahan

dalam mencapai tujuan dari penelitian maka penulis menggunakan metode penelitian

yakni :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang diterapkan adalah memakai metode penelitian deskriptif dengan

bentuk yuridis normatif (penelitian hukum normatif)14

, yaitu penelitian yang mengacu

kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan

yang berlaku sebagai pijakan normatif.

2. Sumber Data

Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa penelitian ini menggunakan metode

penelitian hukum normatif, oleh karena itu maka upaya untuk memperoleh data

dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan penelitian kepustakaan, yaitu

mengumpulkan data baik yang bersifat bahan hukum primer, sekunder maupun

tersier seperti doktrin-doktrin dan perundang-undangan atau kaedah hukum yang

berkaitan dengan penelitian ini.

Bahan atau data yang dicari berupa data sekunder yang terdiri dari:

a. Bahan hukum Primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat. Bahan hukum

primer, terdiri dari : KUHPerdata, Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999

tentang Jaminan Fidusia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor

130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan

Pembiayaan .

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai

hukum bahan hukum primer15

. Dalam penelitian ini adalah buku-buku, makalah,

artikel dari surat kabar, majalah, dan internet.

14

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT

RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013, hal 163 15

Ibi, hal 118 dan 119

Universitas Sumatera Utara

Page 16: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

8

c. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan atau

petunjuk terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti: kamus, kamus

hukum, jurnal, makalah, diktat dan lain sebagainya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka (library research)16

, yaitu

studi terhadap data sekunder melalui pengkajian terhadap Peraturan Perundang-

undangan, literatur-literatur, tulisan-tulisan para pakar hukum, bahan kuliah, yang

berkaitan dengan penelitian ini.

4. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif, yaitu semua data

yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan dianalisis secara

kualitatif, untuk mencapai kejelasan terhadap masalah yang akan dibahas.

Data yang telah dianalisis secara kualitatif tersebut, kemudian dikemukakan

secara deduktif (logika berpikir dari umum ke khusus) dengan

menghubungkannya terhadap permasalahan yang diteliti dan

disistematisasikan untuk mendapatkan klasifikasi yang selaras dengan

permasalahan dalam bentuk uraian secara sistematis dengan menjelaskan

hubungan antara berbagai jenis data sehingga permasalahan dapat dijawab.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab berbagi atas beberapa sub-sub

bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat

digambarkan sebagai berikut :

16

Bambang Sunggono, Op.Cit, hal 112

Universitas Sumatera Utara

Page 17: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

9

Bab I, Pendahuluan, berisi gambaran tentang latar belakang masalah,

permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, sistematika

penulisan dan keaslian penulisan.

Bab II, pengaturan pendaftaran jaminan fidusia bagi perusahaan pembiayaan

kendaraan bermotor, pada bab ini akan membahas mengenai jaminan hak tanggungan

berdasarkan UU No.4 Tahun 1996, pendaftaran jaminan fidusia berdasarkan UU No. 42

Tahun 1999, tata cara pendaftaran jaminan fidusia menurut Peraturan Pemerintah Nomor

21 Tahun 2015 dan pendaftaran fidusia bagi perusahaan pembiayaan menurut Peraturan

Menteri Keuangan (PMK) Nomor 130/PMK.010/2012.

Bab III, tinjauan hukum mengenai penarikan kendaraan bermotor yang dilakukan

pihak leasing, pada bab ini akan membahas mengenai pengertian dan sejarah

perkembangan leasing, Pihak-pihak yang berkepentingan dalam leasing dan penarikan

kendaraan bermotor yang dilakukan pihak leasing.

Bab IV, penarikan kendaraan bermotor dilakukan oleh pihak leasing ditinjau dari

Peraturan Menteri Keuangan nomor 130/PMK.010/2012 tentang pendaftaran jaminan

fidusia bagi perusahaan pembiayaan, pada bab ini akan membahas mengenai pelaksanaan

pendaftaran jaminan fidusia bagi perusahaan pembiayaan kendaraan bermotor, akibat

hukum atas penarikan kendaraan bermotor yang dilakukan pihak leasing dan

perlindungan hukum yang diberikan terhadap konsumen yang mengalami penarikan

kendaraan bermotor karena kredit macet.

Bab V, Kesimpulan dan Saran, pada bab ini akan membahas mengenai bab

penutup dari seluruh rangkaian bab-bab sebelumnya, yang berisikan kesimpulan

yang dibuat berdasarkan uraian skripsi ini, yang dilengkapi dengan saran-saran.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

10

G. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelusuran pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara

khususnya Fakultas Hukum, di dapati bahwa “Legalitas Hukum atas Penarikan

Kendaraan Bermotor yang dilakukan oleh Pihak Leasing ditinjau dari Peraturan Menteri

Keuangan No.130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan

Pembiayaan”, belum pernah ada yang meneliti sebelumnya.

Penulisan skripsi ini adalah asli dari ide, gagasan, pemikiran, dan usaha penulis

sendiri dengan adanya bantuan dan bimbingan dari dosen pembimbing penulis, tanpa

adanya penipuan, penjiplakan, atau hal-hal lainnya yang dapat merugikan para pihak

tertentu. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian untuk skripsi ini adalah asli.

Dan untuk itu penulis dapat bertanggung jawab atas keaslian penulisan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

11

BAB II

PENGATURAN PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA BAGI

PERUSAHAAN PEMBIAYAAN KENDARAAN BERMOTOR

A. Jaminan Hak Tanggungan berdasarkan UU No.4 Tahun 1996

Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang

berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya

bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud

dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap

berada dalam penguasaan Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang

tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia

terhadap kreditor lainnya.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas

Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan Dengan Tanah (“UU 4/1996”) yang

tetap berada dalam penguasaan Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan

utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima

Fidusia terhadap kreditor lainnya. Dalam hal ini, kendaraan bermotor masuk

dalam kategori benda bergerak pada objek jaminan Fidusia tersebut.

Pemegang hak tanggungan atau subjek hak tanggungan ialah Pemberi Hak

Tanggungan dan Pemegang Hak Tanggungan. Yang dimaksud sebagai Pemberi

hak tanggungan ialah orang atau badan hukum yang mempuyai kewenangan

untuk melakukan perbuatan hukum terhadap obyek Hak Tanggungan yang

bersangkutan. Sedangkan yang pemegang Hak tanggungan adalah orang atau

badan hukum yang berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang.

Hak Tanggungan memiliki sifat yakni :

Universitas Sumatera Utara

Page 20: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

12

1. Tidak dapat dibagi-bagi (ondeelbaar), berarti Hak Tanggungan membebani

secara utuh obyeknya dan setiap bagian daripadanya. Pelunasan sebagian

utang yang dijamin tidak membebaskan sebagian obyek dari beban Hak

Tanggungan, tetapi Hak Tanggungan tetap membebani seluruh obyeknya

untuk sisa utang yang belum dilunasi.

2. Hak Tanggungan hanya merupakan ikutan (“accessoir”) dari perjanjian

pokok, yaitu perjanjian yang menimbulkan hubungan hukum utang

piutang. Keberadaan, berakhir dan hapusnya Hak Tanggungan dengan

sendirinya tergantung pada utang yang dijamin pelunasannya tersebut.

Pembebanan Hak Tanggungan wajib memenuhi syarat yang ditetapkan

dalam UUHT, yaitu:

1. Pemberian Hak Tanggungan didahului dengan janji untuk memberikan Hak

Tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu yang dituangkan di

dalam dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian kredit

yang bersangkutan atau perjanjian lainnya yang menimbulkan utang

tersebut.

2. Pemberian Hak Tanggungan wajib memenuhi syarat spesialitas yang

meliputi: nama dan identitas pemegang dan pemberi Hak Tanggungan,

domisili para pihak, pemegang dan pemberi Hak Tanggungan, penunjukan

secara jelas utang atau utang-utang yang dijaminkan pelunasannya dengan

Hak Tanggungan, nilai tanggungan, dan uraian yang jelas mengenai objek

Hak Tanggungan.

3. Pemberian Hak Tanggungan wajib memenuhi persyaratan publisitas melalui

pendaftaran Hak Tanggungan

Universitas Sumatera Utara

Page 21: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

13

4. Sertipikat Hak Tanggungan sebagai tanda bukti adanya Hak Tanggungan

memuat titel eksekutorial dengan kata-kata "Demi Keadilan Berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa".

5. Batal demi hukum, jika diperjanjikan bahwa pemegang Hak Tanggungan

akan memiliki objek Hak Tanggungan apabila debitor cidera janji

(wanprestasi).

Hak Tanggungan berisi hak untuk melunasi utang dari hasil penjualan

benda jaminan dan tidak memberikan hak bagi kreditur untuk memiliki benda

jaminan (Pasal 12 UUHT). Sifat ini sesuai tujuan Hak Tanggungan yaitu untuk

menjamin pelunasan utang jika debitur cidera janji dengan mengambil hasil

penjualan benda jaminan itu, bukan untuk dimiliki kreditur sebagai pemegang

Hak Tanggungan. Bila debitur setuju memberikan atau mencantumkan janji

bahwa benda jaminan akan menjadi milik kreditur jika debitur cidera janji, maka

janji ini oleh UU dinyatakan batal demi hukum.

Ketentuan dari Pasal 8 ayat (2) UUHT yang menentukan, bahwa

kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap objek hak tanggungan

sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 ayat (1) UUHT tersebut di atas harus ada

(harus telah ada dan masih ada) pada pemberi hak tanggungan pada saat

pendaftaran hak tanggungan dilakukan.

B. Pendaftaran Jaminan Fidusia berdasarkan UU No. 42 Tahun 1999

Istilah fidusia berasal dari isitlah Romawi yang berasal dari kata “fides”

yang berarti kepercayaan. Sesuai dengan arti kata ini, maka hubungan (hukum)

Universitas Sumatera Utara

Page 22: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

14

antara debitor (pemberi fidusia) dan kreditor (penerima fidusia) merupakan

hubungan hukum yang berdasarkan kepercayaan.17

Istilah fidusia berasal dari

bahasa Belanda, yaitu fiducie, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut fiduciary

transfer of ownership, yang artinya kepercayaan.18

Istilah yang dikenal adalah Fiducia Eigendom Overdracht atau jaminan

atas dasar kepercayaan. Hal ini terjadi karena adanya kebutuhan masyarakat akan

kredit dengan jaminan benda bergerak tanpa melepas barang jaminan dimaksud.19

Fiducia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan

dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap

dalam penguasaan pemilik benda.20

Perkataan fidusia berarti “secara kepercayaan: ditujukan kepada

kepercayaab yang diberikan secara bertimbal balik oleh salah satu pihak kepada

pihak yang lain, bahwa apa yang keluar tambahkkan sebagai pemindahan milik,

sebenarnya kedalam hanya merupakan suatu jaminan saja untuk suatu hutang.21

Unsur-unsur jaminan fidusia adalah adanya hak jaminan, adanya objek

yaitu benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda

tidak bergerak. Khusunya bangunan yang tidak dibebani hak tanggungan. Ini

berkaitan dengan pembebanan jaminan rumah susun, benda menjadi objek

17

Yurizal, Aspek Pidana dalam Undang-undang No.42 Tahun 1999 tentang Jaminan

Fidusia, Penerbit Media Nusa Creatif (MNC), Malang, 2015, hal 8 18

Salim HS., Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT RajaGrafindo Persada,

Jakarta, 2002, hal 55 19

Arus Akbar Silondae & Andi Fariana, Aspek Hukum dalam Ekonomi & Bisnis, Jakarta :

Mitra Wacana Media, 2013, hal 62 20

Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan pada Bank, CV. Alfabeta, Bandung, 2003,

hal 206 21

Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis untuk Perusahaan, Teori dan Contoh Kasus, Penerbit

Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2014, hal 34

Universitas Sumatera Utara

Page 23: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

15

jaminan tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia dan memberikan

kedudukan yang diutamakan kepada kreditur.22

Jaminan fidusia diatur dalam UU Fidusia mempunyai sifat-sifat sebagai

berikut:

1. Jaminan fidusia mempunyai sifat accesoir artinya jaminan fidusia bukan hak

berdiri sendiri tetapi lahirnya keberadaan atau hapusnya tergantung perjanjian

pokoknya.

2. Jaminan fidusia mempunyai sifat droit de suite. sifat droit de suite artinya

penerima jaminan fidusia/kreditur mempunyai hak mengikuti benda yang

menjadi objek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda itu berada. Hal

ini berarti dalam keadaan debitur lalai, maka kreditur sebagai pemegang

jaminan fidusia tidak kehilangan haknya untuk mengeksekusi objek fidusia

walaupun objek fidusia walaupun objek tersebut telah dijual dan dikuasai

oleh pihak lain.

3. Jaminan fidusia memberikan hak preferent, artinya kreditur sebaga penerima

fidusia memiliki hak yang didahulukan (preferent) terhadap kreditur lainnya

untuk menjual atau mengeksekusi benda jaminan fidusia dan hak didahulukan

untuk mendapatkan perlunasan hutang dari eksekusi benda jaminan fidusia

tersebut dalam hal debitur cidera janji atau lalai membayar hutangnya.

4. Jaminan fidusia untuk menjamin utang yang telah ada atau akan ada.

5. Jaminan fidusia dapat menjamin lebih dari satu utang. Maksudnya bahwa

benda jaminan fidusia dapat dijaminkan oleh debitur kepada beberapa

kreditur yang secara bersama-sama memberikan kredit kepada seseorang

debitur dalam suatu perjanjian kredit.

22

Salim HS, Op.Cit, hal 57

Universitas Sumatera Utara

Page 24: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

16

6. Jaminn fidusia mempunyai kekuatan eksekutorial. Kreditur sebagai penerima

fidusia mempunyai hak untuk mengeksekusi benda jaminan bila debitur

cidera janji.

7. Jaminan fidusia mempunyai sifat spesialitas dab publisitas. Artinya, sifat

spesialitas adalah uraian yang jelas dari rinci mengenai objek jaminan fidusia

dalam akta jaminan fidusia. Sedangkan sifat publisitas adalah berupa

pendaftaran akta jaminan fidusia yang dilakukan di Kantor Pendaftaran

Fidusia.

8. Jaminan fidusia berisi hak untuk melunasi utang. Sifat ini sesuai dengan

fungsi setiap jaminan yang memberikan hak dan kekuasaan kepada kreditur

untuk mendapatkan perlunasan dari hasil penjualan jaminan tersebut bila

debitur cidera janji dan bukan untuk dimiliki kreditur.

9. Jaminan fidusia meliputi hasil benda yang menjadi objek jaminan fidusia dan

klaim asuransi.23

Pengaturan mengenai jaminan fidusia sebelum adanya Undang-undang

Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia masih didasarkan pada

yurisprudensi. Bentuk jaminan fidusia ini digunakan secara luas oleh masyarakat

dalam transaksi pinjam meminjam karena proses pembebanannya dianggap

sederhana, mudah dan cepat, tetapi dalam pelaksanannya belum dapat menjamin

adanya kepastian hukum.24

UU No.42 Tahun 1999 tentang lembaga jaminan yang disebut jaminan

fidusia. Jaminan fidusia adalah lembaga jaminan yang dapat digunakan untuk

23

Perpustakaan Nasional : Katalog dalam Terbuatan (KDT), Panduan Bantuan Hukum di

Indonesia : Pedoman Anda Memahami dan Menyelesaikan Masalah Hukum, Penerbit YLBHI,

Jakarta, 2007, hal 145 24

Supinato, Hukum Jaminan Fidusia Prinsip Hukum Publisitas pada Jaminan Fidusia,

Penerbit Garudhawaca, Jakarta, 2015, hal 14

Universitas Sumatera Utara

Page 25: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

17

mengikat objek jaminan yang berupa barang bergerak dan barang tidak bergerak

khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan.

Undang-undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia merupakan

salah satu peraturan yang memberikan kepastian hukum di dalam masyarakat

mengguna jaminan fidusia. Hal tersebut dapat dilihat pada Pasal 1 butir 2 Undang-

undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang menyatakan bahwa

“sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan

yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya”.

Berdasarkan hal tersebut maka status perjanjian kredit dengan jaminan fidusia

memang efektif untuk memberikan perlidungan baik untuk kepentingan debitor

maupun kreditor. Untuk kepentingan kreditor, hal tersebut dilandasi dalam Pasal

27 ayat (3) Undang-Undang Jaminan Fidusia, yang menyatakan bahwa suatu

perjanjian dengan jaminan fidusia selain memberikan kedudukan yang

diutamakan kepada penerima fidusia terhadap para kreditor lainnya, juga hak

tersebut tidak akan hapus dengan adanya kepailitan dan atau likuidasi pemberi

fidusia.25

Jaminan fidusia telah digunakan di Indonesia sejak masa Hindia Belanda

sebagai suatu bentuk lembaga jaminan yang lahir dari yurisprudensi yang

memungkinkan kepada pemberi fidusia untuk menguasai barang yang dijaminkan

untuk melakukan kegiatan usaha yang dibiayai dari pinjaman dengan

menggunakan jaminan fidusia. Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu

25

Muhammad Hilmi Akhsin dan Anis Mashdurohatun, Akibat Hukum Jaminan Fidusia

Yang Tidak Didaftarkan Menurut UU Nomor 42 Tahun 1999, Jurnal Akta Vol. 4 No. 3 September

2017, hal 486

Universitas Sumatera Utara

Page 26: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

18

barang atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa barang yang hak

kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam pengusahaan pemiliknya.26

Jaminan Fidusia adalah jaminan kebendaan atas benda bergerak baik yang

berwujud maupun tidak berwujud sehubungan dengan hutang-piutang antara

debitur dan kreditur. Jaminan fidusia diberikan oleh debitur kepada kreditur untuk

menjamin pelunasan hutangnya.

Jaminan fidusia sendiri diartikan sebagai hak jaminan atas benda bergerak,

baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, dan benda tidak bergerak,

khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan,

yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi

pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada

penerima fidusia terhadap kreditor lainnya (Perhatikan Pasal 1 angka 2 UU No. 42

Tahun 1999).

Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia

menegaskan bahwa Benda yang dibebani dengan Jaminan Fidusia wajib

didaftarkan. Pendaftaran Jaminan Fidusia tersebut, untuk memberikan kepastian

hukum kepada para pihak yang berkepentingan dan pendaftaran memberikan hak

yang didahulukan (preferen) kepada Penerima Fidusia terhadap kreditor lain.

Karena Jaminan Fidusia memberikan hak kepada Pemberi Fidusia untuk tetap

menguasai Benda Berdasarkan hal tersebut, dan untuk melaksanakan Pasal 5 ayat

(2) dan Pasal 13 ayat (4) Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan

Fidusia, perlu diatur tata cara pendaftaran Jaminan Fidusia dan biaya pembuatan

26

M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, PT

RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, hal 50

Universitas Sumatera Utara

Page 27: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

19

Akta Jaminan Fidusia. Proses pendaftaran Jaminan Fidusia dimulai dengan

pembuatan Akta Jaminan Fidusia oleh notaris yang kemudian dilakukan

pendaftaran di Kantor Pendaftaran Fidusia.

Pendaftaran merupakan suarat mutlak yang harus dipenuhi sebagai syarat

lahirnya jaminan fidusia dan untuk memenuhi prinsip publisitas. Pendaftaran

wajib dilakukan terhadap benda yang dibebani jaminan fidusia meskipun benda

tersebut berada di luar negeri. Pendaftaran memiliki arti yuridis sebagai suatu

rangkaian yang tidak terpisah dari proses terjadinya perjanjian jaminan fidusia,

selain itu pendaftaran jaminan fidusia merupakan perwujudan dari asas publisitas

dan kepastian hukum.27

Keharusan mendaftarkan jaminan fidusia sebagaimana diatur dalam

ketentuan Pasal 11 UU jaminan fidusia ini maka UU jaminan fidusia teah

memenuhi asas publisitas yang merupakan salah satu dasar hukum jaminan

kebendaan. Mengingat bahwa pemberi fidusia tetap menguasai secara benda yang

menjadi objek jaminan fidusia dan dialah yang memakai serta merupakan pihak

yang sepenuhnya memperoleh manfaat ekonomis dari pemakaia benda tersebut,

maka pemberi fidusialah yang bertanggungjawab atas semua akibat dan harus

memikul semua risiko yang timbul berkaitan dengan pemakaindan keadaan benda

jaminan tersebut berdasarkan ketentuan Pasal 24 UU jaminan fidusia.28

Pandaftaran jaminan fidusia diatur dalam Pasal 11 sampai dengan Pasal 18

Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang jaminan fidusia dan peraturan

pemerintah Nomor 86 tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia

dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia.

27

Supianto, Op.Cit, hal 45 28

Ronald Saija dan Roger F.X.V. Letsoin, Buku Ajar Hukum Perdata, Penerbit

Deepublish, Yogyakarta, 2016, hal 102

Universitas Sumatera Utara

Page 28: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

20

Tujuan dari pendaftaran adalah untuk memberikan kepastian hukum

kepada penerima dan pemberi fidusia serta pihak ketiga yang berkepentingan.

Dengan adanya pendaftaran tersebut maka setiap orang dapat mengetahui bahwa

benda yang dimaksud adalah benar-benar masih dalam arti tidak digunakan

sebagai jaminan utang, dapat dilakukan dengan cara melihat daftar tersebut di

suatu tempat yang diberi wewenang untuk melakukan pendaftaran dimaksud.

Segala keterangan mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia yang ada

pada kantor pendaftaran fidusia terbuka untuk umum. Melalui sistem pendaftaran

fidusia ini diatur ciri-ciri yang sempurna dari jaminan fidusia sehingga

memperoleh sifat sebagai hak kebendaan yang menyandang asas droit de suite

yang berarti hak jaminan itu mengikuti bendanya, kecuali terhadap benda

persediaan (inventory goods).29

Adapun pendaftaran jaminan fidusia berdasarkan Undang-undang Nomor

42 Tahun 1999 tentang jaminan fidusia, yaitu:

1. Benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib didaftarkan (Pasal 11 ayat

(1). Dalam hal benda yang dibebani dengan jaminan fidusia berada di luar

wilayah negara Republik Indonesia, kewajiban tetap berlaku (Pasal 11 ayat

(2)). Pendaftaran benda yang dibebani jaminan fidusia dilaksanakan di tempat

kedudukan pemberi fidusia dan pendaftarannya mencakup benda, baik yang

berada di dalam maupun diluar wilayah negara Republik Indonesia untuk

memenuhi asas publisitas, sekaligus merupakan jaminan kepastian terhadap

kreditor lainnya mengenai benda yang telah dibebani jaminan fidusia.

2. Pendaftaran jaminan fidusia dilakukan di Kantor Pendaftaran Fidusia (Pasal

12 ayat (1). Untuk pertama kali, Kantor pendaftaran fidusia didirikan di

29

Yurizal, Op.Cit, hal 31

Universitas Sumatera Utara

Page 29: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

21

Jakarta dengan wilayah kerja mencakup seluruh wilayah negara Republik

Indonesia (Pasal 12 ayat (2)). Kantor pendaftaran fidusia berada dalam

lingkup tugas Departemen Kehakiman (Pasal 12 ayat (3)). Ketentuan

mengenai pembentukan Kantor Pendaftaran Fidusia untuk daerah lain dan

penetapan wilayah kerjanya diatur dengan Keputusan Presiden (Pasal 12 ayat

(4)).

3. Permohonan pendaftaran jaminan fidusia dilakukan oleh penerima fidusia,

kuasa dan wakilnya dengan melampirkan pernyataan pendaftaran jaminan

fidusia (Pasal 13 ayat (1)).

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran jaminan fidusia dan

biaya pendaftaran diatur dengan peraturan pemerintah (Pasal 13 ayat (4).

Benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib didaftarkan pada

Kantor Pendaftaran Fidusia yang berada dalam lingkup tugas Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia. Permohonan pendaftaran jaminan fidusia

dilakukan oleh pemerima fidusia, kuasa atau wakilnya dengan melimpahkan

pernyataan pendaftaran jaminan fidusia.30

C. Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia Menurut Peraturan Pemerintah

Nomor 21 Tahun 2015

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pendaftaran

Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia mengatur bahwa untuk

meningkatkan pelayanan pendaftaran jaminan fidusia dengan mudah, cepat, dan biaya

rendah, perlu dilakukan pelayanan pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik.

Diberlakukannya pendaftaran fidusia secara elektronik yaitu agar terciptanya pelayanan

30

Wahyu Utami dan Yogabakti Adipradana, Pengantar Hukum Bisnis dalam Perspektif

Teori dan Praktiknya di Indonesia, Penerbit Jala Permata Aksara, Jakarta, 2017, hal 170

Universitas Sumatera Utara

Page 30: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

22

one day service dan meminimalisir lonjakan pendaftaran yang melampaui batas setiap

harinya.

Pendaftaran jaminan fidusia harus dibuat akta notariil, jika pendaftaran jaminan

fidusia tidak dibuat dengan akta notariil maka jaminan fidusia tersebut tidak dapat

didaftarkan. Fungsi dari suatu akta adalah untuk mendapatkan pembuktian sempurna di

mata hukum. Karna jika sebuah akta dibuat melalui akta bawah tangan maka akta tersebut

tidak mempunyai kekuatan pembuktian yang kuat, karna tanda tangan pada akta dibawah

tangan masih bisa untuk dihindari. Pendaftaran jaminan fidusia dapat dilakukan setelah

akta jaminan fidusia telah ditandatangani oleh para pihak pada Kantor Pendaftaran

Fidusia di Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM ditempat kedudukan pemberi

fidusia.

Setelah akta pembebanan jaminan fidusia sudah ditandatangani oleh para pihak

yang berkepentingan, setalah itu barulah dilakukan pendaftaran akta pembebanan jaminan

fidusia pada kantor Pendaftaran fidusia. Hal ini sesuai dengan Pasal 11 ayat (1) Undang-

undang Jaminan Fidusia yang mengatur bahwa; benda yang dibebani dengan jaminan

fidusia wajib untuk didaftarkan.

Maksud pendaftaran jaminan fidusia, yaitu dengan memperhitungkan asas

publisitas yang biasanya dianut dalam pelaksanaan pendaftaran, adalah agar pihak ketiga

mempunyai kesempatan untuk tahu mengenai pendaftaran benda, ciri benda yang didaftar

dan benda-benda tententu terikat sebagai jaminan untuk keuntungan kreditor tertentu,

untuk suatu jumlah tertentu, dengan janji-janji tertentu. Sudah bisa diduga, bahwa

pendaftaran dimaksudkan agar mempunyai akibat terhadap pihak ketiga. Dengan

pendaftaran, maka pihak ketiga dianggap tahu ciri-ciri yang melekat pada benda yang

bersangkutan dan adanya ikatan jaminan dengan ciri-ciri yang disebutkan di sana, dan

dalam hal pihak ketiga lalai untuk memperhatikan/ mengontrol register/daftar, maka

pihak ketiga tidak bisa mengharapkan adanya perlindungan berdasarkan itikad baik

dengan harus memikul risiko kerugian, tetapi sehubungan dengan adanya Kantor

Universitas Sumatera Utara

Page 31: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

23

Pendaftaran Fidusia yang terbatas yang hanya ada di kota-kota besar saja, hal itu

membawa konsekuensi pada biaya yang harus dikeluarkan untuk pendaftaran akta

jaminan fidusia.

Berdasarkan pemaparan uraian tersebut jaminan fidusia merupakan

jaminan yang harus mendapatkan kepastian hukum, untuk mendapatkan kepastian

hukum dalam jaminan fidusia haruslah dibuat akta otentik dalam pembuatan akta

jaminan fidusia. akta otentik dalam pembuatan akta jaminan fidusia dibuat oleh

notaris, notaris adalah pejabat umum yang berwenang dalam membuat akta

otentik termasuk dalam pembuatan akta jaminan fidusia karna akta yang dibuat

oleh notaris memiliki pembuktian kuat di hadapan hukum. Notaris diwajibkan

untuk membuat akta otentik sesuai dengan aturan Undang-undang yang berlaku

termasuk dalam membuat akta jaminan fidusia notaris harus memperhatikan tata

cara pembuatan akta jaminan fidusia yang baik dan benar sesuai prosedur yang

sudah ditentukan yaitu melakukan tahapan-tahapan mekanisme pembuatan yang

baik sperti harus membuat perjanjian kredit yg dibuat oleh notaris, yaitu

membebankan benda dengan jaminan fidusia ditandai dengan pembuatan akta

jaminan fidusia, yang memuat hari, tanggal, waktu pembuatan, identitas para

pihak, perjanjian pokok fidusia,uraian objek fidusia, nilai penjaminan serta nilai

objek jaminan fidusia. kemudian harus mendaftarkan jaminan fidusia tersebut di

Kementrian Hukum dan HAM dengan akta notariil, jika tidak dibuat dengan akta

notariil makan jaminan fidusia tidak dapat didaftarkan. Maka dari itu jika notaris

tidak memperhatikan prosedur jaminan fidusia secara cermat maka akan

Universitas Sumatera Utara

Page 32: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

24

merugikan pihak yang sudah memberikan kepercayaan membuat akta jaminan

fidusia kepada notaris.

Kementerian Hukum dan HAM terus melakukan penyempurnaan. Kuartal

pertama 2015 pemerintah telah mengesahkan Peraturan Pemerintah Nomor 21

Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia Dan Biaya

Pembuatan Akta Jaminan Fidusia. Namun, dilihat dari semangatnya, pelaksanaan

pendaftaran fidusia secara elektronik ini hanya menekankan pada efektifitas waktu

semata tanpa memerhatikan aspek-aspek lain yang tidak kalah penting.

Pendaftaran fidusia secara elektronik justru menimbulkan masalah hukum yang

berkaitan dengan asas publisitas dan kepastian hukum di dalamnya.

Ketentuan Pasal 11 ayat (1) UU Jaminan Fidusia ditentukan bahwa Benda

yang dibebani dengan Jaminan Fidusia wajib didaftarkan. Pasal 13 ayat (4) UU

Jaminan Fidusia mengatur bahwa Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara

pendaftaran Jaminan Fidusia dan biaya pendaftaran diatur dengan Peraturan

Pemerintah. Artinya, segala benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib

didaftarkan, dan tata cara pendaftaran maupun biaya pendaftaran diatur dengan

Peraturan Pemerintah. Sejak bulan April 2015, Peraturan Pemerintah Nomor 21

Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan

Akta Jaminan Fidusia telah resmi diundangkan. Peraturan Pemerintah tersebut

secara resmi telah menutup sejarah pendaftaran jaminan fidusia secara manual,

yang dahulu didaftarkan ke KPF (Kantor Pendaftaran Fidusia), sekarang

didaftarkan melalui sistem online.

Pasal 20 ayat (1) PP No. 21 Tahun 2015 mengatur bahwa Seluruh data

yang tersimpan dalam pangkalan data sebagai hasil proses pendaftaran Jaminan

Fidusia mempunyai kekuatan yang sama dengan buku daftar fidusia. Pangkalan

Universitas Sumatera Utara

Page 33: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

25

data (database) jaminan fidusia saat ini, memiliki peran yang sama dengan buku

daftar fidusia pada masa sebelumnya ketika pendaftaran jaminan fidusia masih

manual ke Kantor Pendaftaran Fidusia. Artinya, seluruh informasi mengenai

rician obyek jaminan fidusia yang tersimpan dalam database jaminan fidusia

seharusnya terbuka untuk umum dan dapat diakses oleh siapapun.

Pengaturan baru yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah ini, antara lain:

1. Adanya kewajiban bagi Penerima Fidusia, kuasa atau wakilnya untuk

memberitahukan penghapusan Jaminan Fidusia. Pemberitahuan

penghapusan tersebut tidak dikenakan biaya. Dengan tidak adanya biaya

yang dikenakan diharapkan Penerima Fidusia, kuasa atau wakilnya dapat

melakukan pemberitahuan penghapusan Jaminan Fidusia tersebut dengan

sukarela dan tanpa beban. Hal ini akan memudahkan bagi Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk melakukan pemantauan terhadap

Jaminan Fidusia yang sudah berakhir atau akan berakhir jangka waktunya.

2. Besarnya biaya pembuatan akta Jaminan Fidusia ditentukan berdasarkan

nilai penjaminan yang mengacu pada besarnya biaya pembuatan akta

3. Adanya ketentuan bahwa seluruh data yang diisi dalam permohonan

pendaftaran Jaminan Fidusia,permohonan perbaikan sertifikat Jaminan

Fidusia, permohonan perubahan sertifikat Jaminan Fidusia, dan

pemberitahuan penghapusan sertifikat Jaminan Fidusia secara elektronik

serta penyimpanan dokumen fisiknya menjadi tanggung jawab Penerima

Fidusia, kuasa atau wakilnya.

4. Saat ini tidak hanya Notaris saja yang dapat mengakses pendaftaran Jaminan

Fidusia. Pihak-pihak lain seperti multifinance maupun masyarakat dapat

pula mengakses pendaftaran jaminan fidusia.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

26

Di dalam Pasal 11 Undang-undang Jaminan Fidusia diatur tentang

kewajiban pendaftaran jaminan fidusia yang dalam pelakanaan pendaftarannya di

atur sebagaimana Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 tentang Tata Cara

Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia,

sebagaimana ketentuan Pasal 4 yaitu kewajiban melakukan pendaftaran akta

jaminan fidusia dilakukan maksimal 30 hari setelah tanggal akta dibuat, hal ini

wajib dilakukan agar memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang

berkepentingan dan pendaftaran jaminan fidusia ini memberikan hak yang

didahulukan (preferen) kepada penerima fidusia terhadap kreditor lain. Karena

jaminan fidusia memberikan hak kepada pihak pemberi fidusia untuk menguasai

benda yang menjadi objek jaminan fidusia berdasarkan kepercayaam, dengan

demikian sistem pendaftaran yang diatur dalam UUJF tersebut memberikan

jaminan kepada pihak Penerima Fidusia dan pihak yang mempunyai kepentingan

terhadap benda tersebut.

D. Pendaftaran Fidusia bagi Perusahaan Pembiayaan Menurut Peraturan

Menteri Keuangan (PMK) Nomor 130/PMK.010/2012

Lahirnya fidusia digantungkan pada perwujudan asas publisitas

sebagaimana diatur pada Pasal 14 ayat 3 Undang-Undang No. 42 Tahun 1999

tentang Jaminan Fidusia (selanjutnya disingkat UUJF) bahwa jaminan fidusia

lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal dicatatnya jaminan fidusia dalam

Buku Daftar Fidusia. Pada praktiknya lembaga pembiayaan konsumen yang

memberikan pembiayaan untuk pembelian kendaraan bermotor jarang sekali

membuat akta jaminan fidusia secara notariil, akta jaminan fidusia dilakukan

Universitas Sumatera Utara

Page 35: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

27

dengan pembuatan akta di bawah tangan, hal ini dilakukan untuk kepraktisan dan

mengurangi beban biaya bagi konsumen. Sebagaimana diketahui bahwa syarat

lahirnya jaminan fidusia, pembebanan benda dengan jaminan fidusia dibuat

dengan akta notaris kemudian dilakukan pendaftaran ke Kantor Pendaftaran

Fidusia. Akibat hukum tidak adanya pendaftaran maka tidak pernah lahir hak

kebendaan dan posisi lembaga pembiayaan konsumen hanya berposisi sebagai

kreditor konkuren. Akan tetapi, dalam praktiknya perusahaan pembiayaan

konsumen melakukan penyitaan terhadap kendaraan bermotor seakan-akan lahir

jaminan fidusia padahal kalau ditinjau dari ketentuan jaminan fidusia perusahaan

pembiayaan bukan sebagai kreditor pemegang jaminan fidusia.31

Penarikan paksa kendaraan karena alasan menunggak angsuran oleh debt

collector selaku petugas dari lembaga pembiayaan merupakan peristiwa yang

sering dijumpai dari berbagai media pemberitaan dan pengalaman dalam

masyarakat. Atas dasar kepastian hukum bagi perusahaan pembiayaan dan

konsumen sehubungan dengan pelaksanaan transaksi fidusia maka pada tanggal 7

Agustus 2012 yang lalu terbit Peraturan Menteri Keuangan No.

130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan

Pembiayaan Yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan

Bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia. Menurut Pasal 1 PMK No.

130/PMK.010/2012, Perusahaan Pembiayaan yang melakukan pembiayaan

konsumen untuk kendaraan bermotor dengan pembebanan jaminan fidusia wajib

mendaftarkan jaminan fidusia dimaksud pada Kantor Pendaftaran Fidusia, sesuai

undang-undang yang mengatur mengenai jaminan fidusia (Pasal 1).

31

Trisadini Prasastinah Usanti, Lahirnya Hak Kebendaan, Jurnal Perspektif Volume

XVII No. 1 Tahun 2012 Edisi Januari , hal 50

Universitas Sumatera Utara

Page 36: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

28

Dengan keluarnya peraturan ini, maka seluruh perusahaan pembiayaan

harus mendaftarkan fidusia untuk setiap transaksi pembiayaannya. Oleh sebab itu

pasal 2 PMK No. 130/PMK.010/2012, menyebutkan bahwa Perusahaan

Pembiayaan wajib mendaftarkan jaminan fidusia pada Kantor Pendaftaran Fidusia

paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal perjanjian

pembiayaan konsumen.

Menurut Pasal 1 PMK No. 130/PMK.010/2012, Perusahaan Pembiayaan

yang melakukan pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor dengan

pembebanan jaminan fidusia wajib mendaftarkan jaminan fidusia dimaksud pada

Kantor Pendaftaran Fidusia, sesuai undang-undang yang mengatur mengenai

jaminan fidusia (Pasal 1).

Maksud dari pendaftaran jaminan fidusia adalah: diberikan waktu selama

30 hari untuk melakukan pendaftaran ke kantor Fidusia sejak tanggal Perjanjian

pembiayaan Maksudnya demikian: misalnya Perjanjian Pembiayaan ditanda-

tangani pada tanggal 1 Agustus 2012, maka pihak multifinance harus mulai meng-

order kepada notaris selambat-lambatnya 10 hari kemudian (misalnya tanggal 10

Agustus 2012). Sehingga Notaris masih mempunyai kesempatan untuk

mempersiapkan aktanya dan menanda-tangani akta jaminan fidusia tersebut,

menerbitkan salinan dan mendaftarkan selambat-lambatnya pada tanggal 30

Agustus 2012. Jika Perusahaan Pembiayaan belum memiliki Sertifikat Jaminan

Fidusia (sebagai hasil dari pendaftaran jaminan fidusia tersebut), maka menurut

Pasal 3 PMK No. 130/PMK.010/2012, Perusahaan Pembiayaan tersebut dilarang

melakukan penarikan benda jaminan fidusia berupa kendaraan bermotor tersebut.

Sebenarnya secara aturan di Kantor Fidusia, sertifikat jaminan fidusia

harus sudah terbit 14 hari kerja sejak tanggal pendaftaran. Namun dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 37: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

29

praktiknya, oleh karena sekarang seluruh Perusahaan Pembiayaan wajib

mendaftarkan jaminan fidusianya, maka di dalam praktik terjadi “crash” atau

tumpukan berkas. Sehingga dalam praktik, Sertifikat Jaminan Fidusia tersebut

baru akan terbit setelah 1,5 bulan sejak tanggal pendaftaran. Hal ini tentunya

menyulitkan bagi Perusahaan Pembiayaan untuk melakukan penarikan Kendaraan

Bermotor dari nasabahnya yang sudah mulai macet dan tidak dapat membayar

cicilan. Karena berarti Perusahaan Pembiayaan tersebut harus menunggu waktu

yang cukup lama untuk bisa melakukan penarikan.

Kendaraan bermotor yang dibiayai oleh Perusahaan Pembiayaan langsung

dibebani dengan jaminan fidusia, maka akan sangat aneh jika dalam waktu 2

bulan sudah macet. Berarti dalam hal ini, harus dipertanyakan lagi mengenai

proses analisa pembiayaannya. Karena jika dikembalikan lagi kepada filosofi

kredit, seseorang akan diberikan kredit jika memenuhi criteria dasar yang

menggunakan Prinsipnya “5 C” (Character, Capital, Collateral, Capacity dan

Condition of Economic).

Di dalam Pasal 6 PMK No. 130/PMK.010/2012 menyebutkan bahwa,

Perusahaan Pembiayaan yang telah melakukan perjanjian pembiayaan konsumen

untuk kendaraan bermotor dengan pembebanan jaminan fidusia sebelum

berlakunya Peraturan Menteri ini dapat melakukan pendaftaran jaminan fidusia

sesuai kesepakatan dalam perjanjian pembiayaan konsumen antara Perusahaan

Pembiayaan dengan konsumen.

Maksud di pernyataan di dalam pasal 6 tersebut adalah: Akta Fidusia yang

lama, masih tetap dapat didaftarkan (tidak expired). tapi tentunya yang dulu belum

melakukan pembebanan jaminan fidusia harus tetap melakukan pembebanan

susulan, dengan dasar Kuasa Jaminan Fidusia. Menurut Pasal 4 PMK No.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

30

130/PMK.010/2012 perusahaan multifinance yang melanggar akan dikenakan

sanksi administratif secara bertahap berupa:

1. peringatan

2. pembekuan kegiatan usaha; atau

3. pencabutan izin usaha.

Sanksi peringatan diberikan secara tertulis paling banyak 3 (tiga) kali

berturut-turut dengan masa berlaku masing-masing 60 (enam puluh) hari kalender.

Bila ternyata sebelum berakhirnya jangka waktu sanksi peringatan Perusahaan

Pembiayaan telah memenuhi ketentuan maka Menteri Keuangan dapat mencabut

sanksi peringatan. Sedangkan apabila pada masa berlaku peringatan ketiga

berakhir dan Perusahaan Pembiayaan tetap tidak memenuhi ketentuan maka

Menteri Keuangan dapat mengenakan sanksi pembekuan kegiatan usaha. Sanksi

pembekuan kegiatan usaha diberikan secara tertulis kepada Perusahaan

Pembiayaan, yang berlaku selama jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender

sejak surat sanksi pembekuan kegiatan usaha diterbitkan. Demikian juga dengan

sanksi pembekuan usaha, bila sebelum berakhirnya jangka waktu pembekuan

kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan telah memenuhi ketentuan maka Menteri

Keuangan mencabut sanksi pembekuan kegiatan usaha dan apabila sampai dengan

berakhirnya jangka waktu pembekuan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud

Perusahaan Pembiayaan tidak juga memenuhi ketentuan Menteri Keuangan

mencabut izin usaha Perusahaan Pembiayaan yang bersangkutan. Apabila masa

berlaku sanksi peringatan dan/atau sanksi pembekuan kegiatan usaha berakhir

pada hari libur, sanksi peringatan dan/atau sanksi pembekuan kegiatan usaha

berlaku hingga hari kerja pertama berikutnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 39: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

31

Lahirnya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

130/PMK.010/2012 yang mengatur lebih lanjut mengenai pelaksanaan jaminan

fidusia. Dalam Peraturan Menteri Keuangan tersebut telah diatur hal-hal yang

sebelumnya belum diatur dalam UndangUndang sebelumnya, antara lain :

1. Mewajibkan mendaftarkan jaminan fidusia di Kantor Pendaftaran Fidusia;

2. Menegaskan jangka waktu pendaftaran untuk menjamin kepastian hukum;

3. Mengatur masalah tata cara penarikan benda jaminan fidusia sehingga tidak

bertentangan dengan rasa keadilan;

4. Diperlukan sanksi yang tegas terhadap pelanggaran ketentuan dalam

pelaksanaan pendaftaran jaminan fidusia; dan

5. Memberikan rasa keadilan dengan melaksanakan pendaftaran obyek jaminan

fidusia, apabila debitur wanprestasi akan ditempuh cara-cara eksekusi sesuai

UndangUndang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.010/2012 tersebut

membawa perubahan yang lebih baik bagi para pebisnis. Karena lebih memberi

jaminan kepastian hukum antara para pihak. Pelayanan yang prima, efektif dan

efisien juga sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, sistem pendaftaran jaminan

fidusia saat ini telah dikembangkan secara online.32

32

Liana Endah Susanti, Pengaruh Fidusia Online Terhadap Eksistensi Undang-Undang

Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, Jurnal Media Soerjo Vol. 16 No 1 April 2015

Hal 104-105

Universitas Sumatera Utara

Page 40: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

32

BAB III

TINJAUAN HUKUM MENGENAI PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR

YANG DILAKUKAN PIHAK LEASING

A. Pengertian dan Sejarah Perkembangan Leasing

Untuk memahami pola pembiayaan leasing, perlu diketahui leasing secara

jelas untuk itu ada dua pengertian yang kutip seperti dibawah ini. Pengertian

leasing yang pertama dikutip dari SK bersama antara Menteri Keuangan, Menteri

Perindustrian dan Menteri Perdagangan RI Nomor Kep122/MK/IV/2/1974,

Nomor 32/M/SK/2/1974 dan Nomor 30/Kpb/I/1974 yang mendefinisikan bahwa

leasing adalah Setiap barang kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk

penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk

jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala

disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-

barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang waktu leasing berdasarkan

nilai sisa yang telah disepakati bersama.33

Kata leasing sebenarnya berasal dari kata to lease (bahasa Inggeris) yang

berarti menyewakan. Leasing sebagai suatu jenis kegiatan dapat dikatakan masih

baru atau muda dalam kegiatan yang dilakukan di Indonesia. Di Indonesia sendiri

sudah ada beberapa perusahaan leasing yang statusnya sebagai suatu lembaga

keuangan nonbank. Fungsi leasing sebenarnya hampir setingkat dengan bank,

yaitu sebagai suatu sumber pembiayaan jangka menengah dari satu tahun hingga

lima tahun. Ditinjau dari segi perekonomian nasional, leasing telah

33

Arus Akbar Silondae & Andi Fariana, Op.Cit, hal 19

33

Universitas Sumatera Utara

Page 41: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

33

memperkenalkan suatu metode baru untuk memperoleh capital aquipment dan

menambah modal kerja.34

Istilah Leasing berasal dari kata “lease” yang berarti sewa menyewa. Jadi

leasing merupakan bentuk derivatif dari sewa menyewa. Akan tetapi kemudian

dalam dunia bisnis berkembang sewa menyewa dalam bentuk yang lebih spesifik

yang disebut leasing dan telah berubah fungsinya menjadi salah satu jenis

pembiayaan. Leasing tidak dapat dipisahkan dengan aktivitas lembaga

pembiayaan, dan leasing adalah salah satu bentuk dari sekian bentuk bidang usaha

yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, yaitu modal ventura, perdagangan

surat berharga, usaha kartu kredit dan pembiayaan konsumen. Sedangkan lembaga

pembiayaan itu sendiri suatu badan usaha yang di dalam melakukan kegiatan

pembiayaan modal bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak

menarik dana secara langsung dari masyarakat.35

Leasing adalah suatu sewa-menyewa yang dialkukan antara

seseorang/usahawan (lessee) dengan lembaga pembiayaan (lessor) atas suatu

barang modal di mana pada akhir masa sewa tersebut diberikan hak opsi kepada

lessee, agar dapat terjadinya suatu levering atas barang modal yang menjadi objek

perikatan leasing tersebut.36

Dalam SK Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 bertanggal 27

November 1991 pengertian Leasing atau yang disebut dengan sewa guna usaha

yaitu : kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara

sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa

34

Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis, PT Rineka Cipta, Jakarta,

2007, hal 107 35

Nurwidiatmo, Op.Cit, hal 7 36

H.R. Daeng Naja, Seri Keterampilan Merancang dan Kontrak bisnis : Contract

Drafting, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 2006, hal 66

Universitas Sumatera Utara

Page 42: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

34

hak opsi (operatiing lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangaka waktu

tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK. 012/2006 tentang

Perusahaan Pembiayaan Pasal 1 huruf c pengertian Sewa Guna Usaha (Leasing)

adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara

sewa guna usaha dengan hak opsi (Finance Lease) maupun sewa guna usaha

tanpa hak opsi (Operating Lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha

(Lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran.

Sewa guna usaha adalah istilah yang dipakai untuk menggantikan isitlah

leasing. Istilah leasing berasal dari bahasa Inggris, yaitu to lease yang berarti

menyewakan, tetapi berbeda pengertiannya dengan rent. Dalam bahasa

Belandanya istilah ini adalah financieringshuur.37

Kata leasing berasal dari kata

lease (bahasa Inggris) yang berarti menyewakan. Oleh karena itu, maka yang

dimaksudkan dengan leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan

dalam bentuk penyediaan atau menyewakan lain dalam jangka waktu tertentu.38

Sewa guna usaha (leasing) secara mum adalah perjanjian antara lessor

(perusahaan leasing) dengan lessee (nasabah) di mana pihak lessor menyediakan

barang dengan hak penggunaan oleh lessee dengan imbalan pembayaran sewa

untuk jangka waktu tertentu.39

Leasing sering disebut dengan isitlah kegiatan sewa guna usaha. Kata

leasing sebenarnya berasal dari kata to lease (bahasa Inggris) yang berarti

37

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2012, hal 399 38

Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis : Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, PT

RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008, hal 105 39

Kasmir, Op.Cit, hal 242

Universitas Sumatera Utara

Page 43: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

35

menyewakan. Saat ini pertumbuhan dan perkembangan leasing begitu tinggi

terjadi baik yang masih baru berdiri maupun yang sudah lama berdiri.40

Leasing merupakan pranata hukum yang cukup fleksibel, karena di satu

pihak mirip sewa menyewa, akan tetapi di lain pihak mengandung juga unsur-

unsur jual beli, bahkan di dalamnya terdapat pula unsur perjanjian pinjam

meminjam. Meskipun leasing masih relatif baru, akan tetapi sudah cukup populer

dalam dunia bisnis dewasa ini. Mulai dari leasing barang modal yang berharga

sampai kepada barang-barang keperluan kantor dan keperluan rumah tangga serta

leasing kendaraan bermotor yang notabane tidak terkait langsung dengan kegiatan

usaha. Dari segi cakupan wilayah, kegiatan leasing sudah banyak beroperasi di

berbagai kota besar di Indonesia. Dampak positifnya memang sangat dirasakan

oleh masyarakat, terutama bila masyarakat dihadapkan pada rumitnya birokrasi

untuk memperoleh fasilitas kredit bank, sehingga leasing dapat dijadikan

alternatif pilihan.

Kegiatan leasing perusahaan dapat memperoleh barang-barang modal

operasional dengan mudah bila dibandingkan dengan pengajuan proses kredit

pada bank yang memerlukan persyaratan serta jaminan. Sehingga bagi perusahaan

yang modalnya tidak terlalu besar, dengan melakukan perjanjian leasing akan

dapat membantu perusahaan dalam menjalankan usahanya, dan dengan leasing

akan lebih menghemat biaya dan waktu. Munculnya lembaga leasing merupakan

alternatif yang menarik bagi para pengusaha karena saat ini mereka cenderung

menggunakan dana rupiah secara tunai untuk kegiatan operasional perusahaan.

Melalui leasing dapat memperoleh dana untuk membiayai pembelian barang-

barang modal dengan jangka waktu pengembalian, dan keuntungan-keuntungan

40

Irham Fahmi, Op.Cit, hal 144

Universitas Sumatera Utara

Page 44: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

36

lainnya seperti kemudahan dalam prosesnya. Ada beberapa kemudahan leasing

dibandingkan dengan bentuk/pranata hukum lainnya, yaitu (1) fleksibilitas, (2)

biaya relatif murah, (3) penghematan pajak, (4) prosesnya sederhana, dan (5)

banyak kelonggaran bagi lessee. Melihat bentuknya, leasing adalah pranata

hukum yang merupakan improvisasi dari pranata hukum yang konvensional yang

disebut sewa menyewa yang telah lama dikenal oleh masyarakat. Sementara

leasing dalam arti modern pertama kali berkembang di Amerika Serikat kemudian

menyebar ke Eropa.

Di Indonesia, leasing baru dikenal mulai tahun 1974 yang kemudian

diterbitkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian

dan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. Kep-122/MK/IV/2)/1974; No.

32/M/SK/2/1974; No. 30/Kpb/I/1974 tentang Perizinan Usaha Leasing. Seiring

dengan perkembangan waktu dan perekonomian Indonesia, semakin banyak dan

kompleks permasalahan yang muncul mengenai leasing. Perkembangan

berikutnya di tanah air tidak dapat dipisahkan dari dinamika kehidupan

perekonomian nasional, yang secara gradual perkembangannya dapat dilihat dari

fase-fase sebagai berikut:

1. Fase Pengenalan

Fase ini terjadi antara tahun 1974 sampai dengan 1983. Diawali dengan diterbitkannya

beberapa peraturan pada tahun 1974 yang mengatur tentang pranata hukum leasing.

Sampai dengan tahun 1980 perusahaan leasing jumlahnya tidak lebih dari 6

perusahaan dan mengalami penambahan di tahun 1984 menjadi 48 perusahaan

leasing;

2. Fase Perkembangan

Universitas Sumatera Utara

Page 45: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

37

Fase ini antara tahun 1984 sampai dengan tahun 1990, di mana pertumbuhan leasing

cukup pesat. Tahun 1986 telah mencapai jumlah 89 perusahaan leasing dan terus

berkembang menjadi 122 perusahaan leasing di tahun 1990. Beberapa segi

operasionalisasi ataupun mekanisme leasing juga turut berubah, misalnya dalam hal

metode penghitungan aset untuk kepentingan pajak berkenaan dengan

diundangkannya ketentuan pajak di tahun 1984.

3. Fase Konsolidasi

Fase ini terjadi sejak tahun 1991 hingga dewasa ini. Pada fase ini proses perizinan

dipermudah sehingga semakin banyak bermunculan perusahaan leasing dan juga

perusahaan-perusahaan multi finance. Perubahan yang terjadi pada fase ini adalah

diubahnya sistem perpajakan, dari operating method berubah menjadi financial

method berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.I/1991.41

Perluasan usaha demi meningkatkan kemajuan di bidang ekonomi pada

hakikatnya membutuhkan pembiayaan dana dan peralatan modal. Dalam hal pembiayaan

dana, selain melalui sistem perbankan dan lembaga keuangan nonblok yang telah lama

dikenal, dan juga mengenal sistem pembiayaan alternatif lainnya, yakni sistem bisnis

“leasing”. Usaha leasing diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1974, salah satu sumber

pembiayaan pembangunan disamping sumber keuangan yang sudah ada. Kehadiran

leasing diharapkan melengkapi variasi lembaga keuangan. Mengingat usianya yang

relatif masih muda, maka belum banyak lapisan masyarakat yang mengetahui secara jelas

dan mendetail apa manfaat dan keuntungan-keuntungan jasa leasing tersebut. Kebutuhan

manusia terhadap lembaga semacam itu jelas tidak dapat diragukan lagi. Pertumbuhan

ekonomi negara Indonesia yang potensial dengan penekanan peranan sektor swasta yang

kini sedang ditingkatkan, jelas membutuhkan sumber-sumber pembiayaan yang semakin

41

Nurwidiatmo, Op.Cit, hal 10-12

Universitas Sumatera Utara

Page 46: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

38

besar bukan saja untuk periode jangka pendek, akan tetapi terutama untuk jangka

panjang.42

Dalam pelakasanaan, transaksi leasing yang merupakan suatu transaksi yang

melibatkan sejumlah besar modal dimana tidak menutup kemungkinan terjadinya ingkat

janji (wansprestasi) oleh para pihak yang tersangkut dalam transaksi tersebut, maka untuk

menjamin kelancaran dan ketertiban pembayaran uang sewa serta mencegah timbulnya

kerugian bagi pihak lessor (perusahaan leasing) sebagai pemilik barang atau pihak yang

menyewakan, maka lembaga jaminan adalah yang paling tepat digunakan untuk

memperoleh rasa aman.43

B. Pihak-pihak yang Berkepentingan dalam Leasing

Ada beberapa pihak yang terlibat dalam pemberian fasilitas leasing, dan masing-

masing pihak mempunyai hak dan kewajibannya. Masing-masing pihak dalam melakukan

kegiatannya selalu bekerja sama dan saling berkaitan satu sama lainnya melalui

kesepakatan yang dibuat bersama.44

Adapun pihak-pihak yang berkepentingan dalam

leasing adalah :

1. Lesse yaitu perusahaan pengguna barang.45

Lesse adalah seseorang atau

perusahaan yang mendapatkan jasa pembiayaan dari perusahaan leasing atau

lessor.46

Lesse adalah nasabah yang mengajukan permohonan leasing kepada

lessor untuk memperoleh barang modal yang diinginkan.47

Lessee, yaitu

pihak yang memerlukan barang modal yang dibiayai oleh lessor dan

42

C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Modul Hukum Perdata termasuk Asas-asas

Hukum Perdata, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 2004, hal 196 43

Ibid., hal 198 44

Kasmir, Op.Cit, hal 244 45

Zaeni Asyhadie, Op.Cit, hal 105 46

Ade Arthesa dan Edia Handiman, Bank & Lembaga Keuangan Bukan Bank, PT Indeks

Kelompok Gramedia, Jakarta, 2006, hal 249 47

Kasmir, Op.Cit, hal 244

Universitas Sumatera Utara

Page 47: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

39

diperuntukan bagi lessee.48

Pihak lessee mendapatkan keuntungan dari jasa

pembiayaan ini karena kebutuhan akan barang-barang modal dapat dipenuhi

tanpa mengeluarkan biaya yang besar. Lessee dapat memilih cara penyewaan

baik dengan finance lease maupun operation lease dan pilihan ini disesuaikan

dengan kebutuhan perusahaan.49

Pihak yang disebut lesee, yaitu pihak yang

menikmati barang tersebut dengan menyara sewa guna yang mempunyai hak

opsi.50

Lessee adalah pihak atau nasabah yang membutuhkan barang modal

atau memerlukan pembiayaan.51

2. Lessor yaitu perusahaan lembaga pembiayaan atau penyandang

dana.52

Lessor merupakan perusahaan leasing yang membiayai keinginan

para nasabahnya untuk memperoleh barang-barang modal.53

Lessor, yaitu

pihak yang memberikan pembiayaan dengan cara leasing kepada pihak yang

membutuhkannya. Dalam hal ini lessor dapat berupa perusahaan pembiayaan

bersifat “multi finance”.54

Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang

memberikan jasa pembiayaan atau penyewaan kepada konsumen dalam

bentuk barang modal. Lessor dapat memberikan jasa pembiayaan dalam

bentuk finance lease atau operation lease. Pilihan ini berdasarkan

kesepakatan antara pihak lessor dengan pihak penyewa atau lesee.55

Pihak

yang disebut lessor, yaitu pihak yang menyewakan brang dapat terdiri dari

beberapa perusahaan. Pihak penyewa di sebut juga sebagai investor, equity-

48

Nurwidiatmo, Op.Cit, hal 9 49

Ade Arthesa dan Edia Handiman, Op.Cit, hal 250 50

Richard Burton Simatupang, Op.Cit, hal 108 51

Arus Akbar Silondae & Andi Fariana, Op.Cit, halaman 23 52

Zaeni Asyhadie, Op.Cit, halaman 105 53

Kasmir, Op.Cit, halaman 244 54

Nurwidiatmo, Op.Cit, halaman 9 55

Ade Arthesa dan Edia Handiman, Op.Cit, halaman 250

Universitas Sumatera Utara

Page 48: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

40

holders, owner-participants atau trus-ters-owners.56

Lessor adalah

perusahaan leasing yang biasanya menyediakan barang modal atau

menyediakan fasilitas pembiayaan bagi nasabah yang membutuhkan.57

Lessor

hanya berkepentingan terhadap kepemilikan barang tersebut secara hukum.

Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar barang tersebut kepada

supplier dan barang tersebut kemudian diserahkan pada lessee.58

3. Supplier yaitu perusahaan penyedia barang.59

Supplier yaitu pedagang yang

menyediakan barang yang akan di leasing sesuai perjanjian antara lessors

dengan lessee dalam hal ini supplier juga dapat bertindak sebagai lessor.60

Supplier, yaitu pihak yang menyediakan barang modal yang menjadi objek

leasing, barang modal dibayar oleh lessor kepada supplier untuk kepentingan

lessee.61

Supplier merupakan perusahaan atau pihak-pihak yang menyediakan

barang-barang modal sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau

penyewa/lessee. Umumnya supplier telah mengetahui kebutuhan masyarakat

akan jenis barang modal tertentu.62

Pihak supllier, yaitu penjual dan pemilik

barang yang disewakan supllier ini dapat terdiri dari perusahaan

(manufacturers) yang berada di dalam negeri atau yang mempunyai kantor

pusat di luar negeri.63

Supplier adalah pihak yang memiliki atau bisa juga

memproduksi barang modal yang diperlukan oleh lessee dengan perantaraan

56

Richard Burton Simatupang, Op.Cit, halaman 108 57

Arus Akbar Silondae & Andi Fariana, Op.Cit, halaman 23 58

Agnes Liem & Frans M. Royan, Tetap Kaya di Masa Sulit, T Elex Media Komputindo,

Jakarta, 2010, hal 170 59

Zaeni Asyhadie, Op.Cit, halaman 105 60

Kasmir, Op.Cit, halaman 244 61

Nurwidiatmo, Op.Cit, halaman 9 62

Ade Arthesa dan Edia Handiman, Op.Cit, halaman 250 63

Richard Burton Simatupang, Op.Cit, halaman 108

Universitas Sumatera Utara

Page 49: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

41

lessor. Dalam al-hal tertentu kadang kala supplier dapat bertindak pula

sebagai lessor.64

4. Perusahaan asuransi.65

Asuransi merupakan perusahaan yang akan

menangggung risiko terhadap perjanjian antara lessor dengan lessee. Dalam

hal ini lessee dikenakan biaya asuransi dan apabila terjadi sesuatu, maka

perusahaan akan menanggung risiko sebesar sesuai dengan perjanjian

terhadap barang yang dileasingkan.66

Asuransi adalah pihak perusahaan yang

akan menanggung risiko apabila terjadi kerugian terhadap barang yang

menjadi obyek leasing.67

C. Penarikan Kendaraan Bermotor Yang Dilakukan Pihak Leasing

Kementerian Keuangan telah menerbitkan peraturan yang melarang

perusahaan leasing untuk menarik secara paksa kendaraan dari nasabah yang menunggak

pembayaran kredit kendaraan. Maka dengan adanya peraturan ini, Anda sebagai pemilik

kendaraan baik motor maupun mobil yang sifatnya masih kredit melalui lembaga

pembiayaan (leasing) tidak perlu lagi merasa resah, gelisah, dan khawatir akan

berhadapan dengan tukang tagih hutang dari leasing (debt collector) yang akan menarik

atau merampas kendaraan dari tangan Anda hanya karena Anda telat atau lalai-gagal

dalam memenuhi kewajiban pembayaran cicilan kredit bulanan. secara resmi telah

mengeluarkan peraturan yang melarang leasing atau perusahaan pembiayaan menarik

secara paksa kendaraan dari nasabah yang menunggak kredit kendaraan.

Peraturan ini sendiri tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan

(PMK) Nomor 130/PMK.010/2012 tentang pendaftaran fidusia bagi perusahaan

64

Arus Akbar Silondae & Andi Fariana, Op.Cit, halaman 23 65

Zaeni Asyhadie, Op.Cit, halaman 105 66

Kasmir, Op.Cit, halaman 244 67

Arus Akbar Silondae & Andi Fariana, Op.Cit, halaman 23

Universitas Sumatera Utara

Page 50: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

42

pembiayaan. Dengan telah diterbitkannya peraturan Fidusia tersebut, maka

pihak leasing tidak berhak untuk menarik atau mengambil kendaraan secara paksa.

Penyelesaian terhadap nasabah yang lalai dalam melakukan pembayaran kewajiban atas

beban cicilan kendaraan diselesaikan melalui jalur hukum.

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 130/PMK.010/2012 tersebut tentu

saja tidak serta merta membebaskan nasabah dari tanggung jawab cicilannya. Dengan

adanya peraturan menteri tersebut, nasabah masih diharuskan untuk membayar cicilan

dan angsuran setiap bulannya. Ketentuan ini kemudian dipertegas oleh beberapa

perusahaan leasing kendaraan roda empat dan dua.

;Peraturan yang dikeluarkan tersebut, tetap membebankan nasabah terhadap

tanggung jawabnya dalam cicilan kredit kendaraan yang diambil. Keterangan ini pada

akhirnya membantah spekulasi kabar bahwa nasabah akan lepas dari tanggung jawab.

Pada saat pertama kali muncul kabar ini, nasabah pembeli kendaraan secara kredit ini

memang dibuat bingung dengan kebijakan dari Peraturan Menteri Keuangan

(PMK) Nomor 130/PMK.010/2012 tersebut. Mereka mengira bahwa mereka bisa

terbebas dari kewajiban membayar angsuran kepada pihak leasing. Lebih lanjutnya,

sesuai peraturan yang ada pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor

130/PMK.010/2012 tersebut, nasabah atau debitur yang melakukan pembelian motor

melalui sistem kredit ini nantinya akan didaftarkan secara fidusia. Peraturan fidusia ini

sendiri berlaku sangat kuat karena debitur dan kreditur akan didaftarkan ke Kemenkum

HAM. Dengan demikian secara resmi perusahaan leasing dan konsumen bersangkutan

saling terikat dan memiliki perjanjian yang harus dijalani. Misalkan untuk debitur,

mereka nantinya akan mendapatkan sertifikat fidusia, di mana dalam perjanjian motor

yang telah dipegang atas nama mereka tidak boleh dialihkan sepihak.

Apabila terjadi peralihan kendaraan secara sepihak tanpa sepengetahuan pihak

pembiayaan maka ini berarti nasabah atau debitur dinyatakan telah melanggar dan

melakukan tindakan pidana. Maka dengan adanya peraturan secara fidusia ini sendiri

Universitas Sumatera Utara

Page 51: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

43

sebenarnya kedua belah pihak antara dbitur dan kreditur memiliki kekuatanya sendiri-

sendiri. Jika tadi debitur atau nasabah bisa lebih tenang karena tidak akan ada

pengambilalihan paksaan kendaraan, maka pihak leasing pun akan semakin kuat dari sisi

risiko kemacetan dan tunggakan.

Kembali ke masalah pengambilalihan paksa kendaraan oleh leasing. Dengan

adanya peraturan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 130/PMK.010/2012 ini

maka jika nasabah tidak melakukan pembayaran kendaraan bermotornya sesuai

perjanjian, pihak leasing akan melakukan analisis. Mereka akan menganalisis kendala apa

yang menyebabkan nasabah telat membayar. Dalam hal ini pihak leasing kemudian akan

masih memberi toleransi satu sampai tiga bulan asalkan nasabah memiliki niat baik untuk

membayar.

Lebih jauh terkait peraturan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor

130/PMK.010/2012 ini, diharapkan dengan adanya peraturan ini tingkat

tunggakan pun terus berkurang dari tahun ke tahun. Ditambah lagi dengan aturan

Bank Indonesia (BI) yang menyebutkan DP minimal kredit kendaraan harus 20

persen dari harga kendaraan maka hal ini akan membuat pemberian kredit pun

semakin potensial kepada nasabah yang mampu. Dengan adanya peraturan

tambahan dari BI ini maka kemungkinan terjadinya pembelian kredit kendaraan

akan berada pada konsumen yang tepat yang bisa melunasinya hingga akhir

angsuran. Debitur diminta untuk memenuhi kewajiban pembayaran angsuran

secara tepat waktu sesuai besaran dan waktu yang telah disepakati kedua belah

pihak. Pasalnya, jika debitur tidak memenuhi kewajibannya, maka risikonya,

perusahaan pembiayaan akan melakukan penarikan kendaraan.

Berikut beberapa hal yang harus dipahami masyarakat mengenai prosedur

penarikan kendaraan bermotor dari debitur oleh perusahaan pembiayaan:

Universitas Sumatera Utara

Page 52: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

44

1. Debitur perlu memastikan bahwa proses eksekusi benda jaminan fidusia

telah sesuai dengan prosedur yang diatur dalam perjanjian pembiayaan,

termasuk mengenai tahapan pemberian surat peringatan kepada

debitur/konsumen

2. Petugas yang melakukan eksekusi benda jaminan fidusia merupakan

pegawai perusahaan pembiayaan atau pegawai alih daya perusahaan

pembiayaan yang memiliki surat tugas untuk melakukan eksekusi benda

jaminan fidusia

3. Petugas yang melakukan eksekusi benda jaminan fidusia membawa

sertifikat jaminan fidusia

4. Proses penjualan barang hasil eksekusi benda jaminan fidusia harus

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan mengenai

jaminan fidusia.

Terkait pelaksanaan eksekusi benda jaminan oleh perusahaan pembiayaan,

OJK juga telah mengeluarkan peraturan OJK atau POJK No.29/2014 tentang

Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan, telah diatur ketentuan mengenai

pembebanan jaminan fidusia oleh Perusahaan Pembiayaan. Ketentuan mengenai

benda jaminan tertuang dalam Pasal 21 sampai dengan Pasal 23, dan Pasal 51.

Poin penting pada beberapa pasal itu antara lain ialah perusahaan pembiayaan

yang melakukan pembiayaan dengan pembebanan jaminan fidusia, wajib

mendaftarkan jaminan fidusia dimaksud pada kantor pendaftaran fidusia, sesuai

undang-undang yang mengatur mengenai jaminan fidusia. Kemudian, perusahaan

pembiayaan diwajibkan mendaftarkan jaminan fidusia pada kantor pendaftaran

fidusia paling lambat 1 bulan terhitung sejak tanggal perjanjian pembiayaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 53: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

45

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 130/PMK.010/2012 ini bukan

berarti bisa menjadi alasan bagi nasabah untuk dengan sengaja tidak membayar

cicilan atau menunggak pembayaran kredit kendaraannya. Pihak leasing masih

berhak menarik benda jaminan berupa kendaraan bermotor asal memenuhi

ketentuan dan persyaratan yang telah diatur dalam undang-undang mengenai

jaminan fidusia dan telah disepakati oleh para pihak dalam perjanjian konsumen

kendaraan bermotor.

Perusahaan Pembiayaan dilarang melakukan eksekusi benda jaminan

apabila kantor pendaftaran fidusia belum menerbitkan sertifikat jaminan fidusia

dan menyerahkannya kepada Perusahaan Pembiayaan. Selain itu, proses eksekusi

benda jaminan fidusia oleh perusahaan pembiayaan juga wajib memenuhi

ketentuan dan persyaratan sebagaimana diatur dalam undang-undang mengenai

jaminan fidusia dan telah disepakati oleh para pihak dalam perjanjian pembiayaan.

Dalam menjalankan proses penarikan, pegawai atau tenaga alih daya perusahaan

pembiayaan wajib memiliki sertifikat profesi di bidang penagihan dari lembaga

yang ditunjuk asosiasi dengan menyampaikan pemberitahuan kepada OJK dan

disertai dengan alasan penunjukan.68

Kewajiban pendaftaran ke fidusia diperkuat dengan adanya permenkeu RI

No.130/PMK.010/2012 tentang pendaftaran jaminan Fidusia bagi perusahaan

pembiayaan yang melakukan pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor

dengan pembebanan jaminan Fidusia. Karena jelas telah di tegaskan pada

Undang-Undang No.42 thn 1999 tentang jaminan Fidusia yang tertera pada pasal

11 ayat 1 yakni benda yang di bebani dengan jaminan Fidusia wajib di daftarkan

68

http://finansial.bisnis.com/read/20180104/89/723361/prosedur-penarikan-kendaraan-

ini-hal-yang-perlu-dicermati-nasabah

Universitas Sumatera Utara

Page 54: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

46

agar bersertifikat jaminan Fidusia pada kantor pendaftaran Fidusia wilayah

kementerian Hukum dan HAM dalam pasal 3, perusahaan pembiayaan di larang

melakukan penarikan benda jaminan Fidusia berupa kendaraan bermotor. Apabila

kantor pendaftaran Fidusia belum menerbitkan sertifikat jaminan Fidusia dan

menyerahkannya kepada perusahaan pembiayaan. Apabila ada barang jaminan

yang hendak di tarik pihak leasing, konsumen berhak untuk meminta sertifikat

jaminan Fidusia. Jika tidak ada, konsumen jangan mau di tarik begitu saja.69

69

http://www.crimecyber.net/854/hukum-penarikan-dijalan-leasing-apakah-merupakan-

pelanggaran

Universitas Sumatera Utara

Page 55: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

47

BAB IV

PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR DILAKUKAN OLEH PIHAK

LEASING DITINJAU DARI PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR

130/PMK.010/2012 TENTANG PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA BAGI

PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

A. Pelaksanaan Pendaftaran Jaminan Fidusia bagi Perusahaan

Pembiayaan Kendaraan Bermotor

Prosedur pendaftaran jaminan fidusia meliputi pengajuan permohonan

pendaftaran jaminan fidusia, pemeriksaan kelengkapan persyaratan permohonan

pendaftaran jaminan, pencatatan dalam Buku Daftar Fidusia, dan penerbitan Sertifikat

Jaminan Fidusia. Pelaksanaan pendaftaran jaminan fidusia ini dikarenakan alasan-alasan

tertentu, yaitu untuk memperoleh kepastian dan perlindungan hukum serta sebagai

perwujudan asas publisitas, namun dalam praktik tidak semua jaminan fidusia itu

didaftarkan dengan alasan, ketidakpahaman mengenai makna dari adanya klausula

pembebanan dengan jaminan fidusia, masyarakat tidak mengerti akibat yang timbul dari

pendaftaran jaminan fidusia, serta banyaknya biaya tambahan dari adanya pendaftaran

jaminan fidusia.

Pendaftaran jaminan fidusia secara manual melalui kantor jaminan fidusia selama

ini dirasakan tidak efektif, karena proses pengurusan dan pengeluaran sertifikat jaminan

fidusianya membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang dikeluarkan juga cukup

mahal. Hal ini menyebabkan pemanfaatan fidusia menjadi tidak optimal, kepatuhan para

pelaku usaha untuk mendaftarkan jaminan fidusia juga rendah, tidak jarang kreditor tetap

memungut biaya pendaftaran fidusia, namun baru melakukan pendaftaran apabila debitor

sudah memasuki tahap tidak kooperatif dan menunggak pembayaran.

Permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia memuat:

Universitas Sumatera Utara

Page 56: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

48

1. identitas pihak Pemberi Fidusia dan Penerima Fidusia;

2. tanggal, nomor akta Jaminan Fidusia, nama, dan tempat kedudukan notaris

yang membuat akta Jaminan Fidusia;

3. data perjanjian pokok yang dijamin fidusia;

4. uraian mengenai benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia;

5. nilai penjaminan; dan

6. nilai benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia.70

Permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia diajukan dalam jangka waktu paling

lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pembuatan akta Jaminan Fidusia.

Permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 memperoleh bukti pendaftaran.

Bukti pendaftaran paling sedikit memuat:

1. nomor pendaftaran;

2. tanggal pengisian aplikasi;

3. nama pemohon;

4. nama Kantor Pendaftaran Fidusia;

5. jenis permohonan; dan

6. biaya pendaftaran Jaminan Fidusia.

Pemohon melakukan pembayaran biaya pendaftaran Jaminan Fidusia melalui

bank persepsi berdasarkan bukti pendaftaran. Pendaftaran Jaminan Fidusia dicatat secara

elektronik setelah pemohon melakukan pembayaran biaya pendaftaran Jaminan Fidusia.

Jaminan Fidusia lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal Jaminan Fidusia dicatat.

Sertifikat Jaminan Fidusia ditandatangani secara elektronik oleh Pejabat pada Kantor

70

Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pendaftaran

Jaminan Fidusia Dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia

Universitas Sumatera Utara

Page 57: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

49

Pendaftaran Fidusia. Sertifikat Jaminan Fidusia dapat dicetak pada tanggal yang sama

dengan tanggal Jaminan Fidusia dicatat.71

Apabila semua syarat telah terpenuhi maka pihak perusahaan pembiayaan akan

melakukan survey terhadap calon debitor. Tidak terlepas dari kepandaian seorang analisis

pembiayaan yang melakukan analisis terhadap setiap permohonan pembiayaan konsmen

yang diajukan kepada pihak perusahaan pembiayaan kemungkinan terjadi masalah tetap

ada.

Dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan ini .tidak semuanya dapat berjalan

sebagaimana mestinya. Seperti pelaksanaan hak dan kewajiban yang disimpangi salah

satu pihak. Meskipun kedua pihak telah mengetahui hak dan kewajiban masing-masing

akan tetapi masih terjadi kelalaian khususnya pada pihak debitor yang tidak

melaksanakan prestasinya. Seperti dalam asas kebebasan berkontrak yang mengartikan

bahwa perjanjian yang telah dibuat tersebut mengikat bagi mereka yang membuatnya

seperti halnya undang-undang.

enteri Keuangan mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia bagi Perusahaan Pembiayaan

yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor dengan

Pembebanan Jaminan Fidusia. Inti dari Peraturan di atas adalah mewajibkan semua

Lembaga Pembiayaan Non Bank untuk mendaftarkan jaminan fidusia ke kantor

pendaftaran fidusia paling lama 30 hari sejak perjanjian, apabila tidak dipatuhi maka akan

keluar larangan untuk melakukan eksekusi dalam hal kegagalan bayar dan pencabutan

izin operasi lembaga keuangan tersebut. Kebijakan ini membuat lonjakan jumlah

pendaftaran fidusia hingga tiga kali lipat dari biasanya.

Menurut Pasal 1 PMK No. 130/PMK.010/2012, Perusahaan Pembiayaan yang

melakukan pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor dengan pembebanan

71

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan

Fidusia Dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia

Universitas Sumatera Utara

Page 58: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

50

jaminan fidusia wajib mendaftarkan jaminan fidusia dimaksud pada Kantor Pendaftaran

Fidusia, sesuai undang-undang yang mengatur mengenai jaminan fidusia (pasal 1).

Kewajiban pendaftaran jaminan fidusia tersebut berlaku pula bagi Perusahaan

Pembiayaan yang melakukan:

1. pembiayaan konsumen kendaraan bermotor berdasarkan prinsip syariah;

2. dan/atau pembiayaan konsumen kendaraan bermotor yang pembiayaannya

berasal dari pembiayaanpenerusan (channeling) atau pembiayaan bersama

(joint financing).

Dengan keluarnya peraturan ini, maka seluruh perusahaan pembiayaan harus

mendaftarkan fidusia untuk setiap transaksi pembiayaannya. Oleh sebab itu pasal 2 PMK

No. 130/PMK.010/2012, menyebutkan bahwa Perusahaan Pembiayaan wajib

mendaftarkan jaminan fidusia pada Kantor Pendaftaran Fidusia paling lama 30 (tiga

puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal perjanjian pembiayaan konsumen. 11

Pendaftaran jaminan fidusia adalah: diberikan waktu selama 30 hari untuk melakukan

pendaftaran ke kantor Fidusia sejak tanggal Perjanjian pembiayaan. Misalnya Perjanjian

Pembiayaan ditanda-tangani pada tanggal 1 Agustus 2012, maka pihak multifinance harus

mulai meng-order kepada notaris selambat-lambatnya 10 hari kemudian (misalnya

tanggal 10 Agustus 2012). Sehingga Notaris masih mempunyai kesempatan untuk

mempersiapkan aktanya dan menanda-tangani akta jaminan fidusia tersebut, menerbitkan

salinan dan mendaftarkan selambat-lambatnya pada tanggal 30 Agustus 2012. Jika

Perusahaan Pembiayaan belum memiliki Sertifikat Jaminan Fidusia (sebagai hasil dari

pendaftaran jaminan fidusia tersebut), maka menurut Pasal 3 PMK No.

130/PMK.010/2012, Perusahaan Pembiayaan tersebut dilarang melakukan penarikan

benda jaminan fidusia berupa kendaraan bermotor tersebut.

Secara aturan di Kantor Fidusia, sertifikat jaminan fidusia harus sudah terbit 14

hari kerja sejak tanggal pendaftaran. Namun dalam praktiknya, oleh karena sekarang

Universitas Sumatera Utara

Page 59: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

51

seluruh Perusahaan Pembiayaan wajib mendaftarkan jaminan fidusianya, maka di dalam

praktik terjadi “crash” atau tumpukan berkas. Sehingga dalam praktik, Sertifikat Jaminan

Fidusia tersebut baru akan terbit setelah 1,5 bulan sejak tanggal pendaftaran. Hal ini

tentunya menyulitkan bagi Perusahaan Pembiayaan untuk melakukan penarikan

Kendaraan Bermotor dari nasabahnya yang sudah mulai macet dan tidak dapat membayar

cicilan. Karena berarti Perusahaan Pembiayaan tersebut harus menunggu waktu yang

cukup lama untuk bisa melakukan penarikan. Bagaimana jika Kendaraan Bermotornya

keburu dijual atau hilang? Namun demikian, Kendaraan bermotor yang dibiayai oleh

Perusahaan Pembiayaan langsung dibebani dengan jaminan fidusia, maka akan sangat

aneh jika dalam waktu 2 bulan sudah macet. Berarti dalam hal ini, harus dipertanyakan

lagi mengenai proses analisa pembiayaannya. Karena jika dikembalikan lagi kepada

filosofi kredit, seseorang akan diberikan kredit jika memenuhi criteria dasar yang

menggunakan Prinsipnya “5 C” (Character, Capital, Collateral, Capacity dan Condition

of Economic).

Pasal 4 PMK No. 130/PMK.010/2012 menyebutkan bahwa Penarikan benda

jaminan fidusia berupa kendaraan bermotor oleh Perusahaan Pembiayaan wajib

memenuhi ketentuan dan persyaratan sebagaimana diatur dalam undang-undang

mengenai jaminan fidusia dan telah disepakati oleh para pihak dalam perjanjian

pembiayaan konsumen kendaraan bermotor Pasal 6 PMK No. 130/PMK.010/2012

menyebutkan bahwa, Perusahaan Pembiayaan yang telah melakukan perjanjian

pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor dengan pembebanan jaminan fidusia

sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini dapat melakukan pendaftaran jaminan fidusia

sesuai kesepakatan dalam perjanjian pembiayaan konsumen antara Perusahaan

Pembiayaan dengan konsumen.

Perusahaan multifinance yang melanggar akan dikenakan sanksi administratif

secara bertahap berupa Pasal 4 PMK No. 130/PMK.010/2012 :

Universitas Sumatera Utara

Page 60: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

52

1. peringatan;

2. pembekuan kegiatan usaha; atau

3. pencabutan izin usaha.

Sanksi peringatan diberikan secara tertulis paling banyak 3 (tiga) kali berturut-

turut dengan masa berlaku masingmasing 60 (enam puluh) hari kalender. Bila ternyata

sebelum berakhirnya jangka waktu sanksi peringatan Perusahaan Pembiayaan telah

memenuhi ketentuan maka Menteri Keuangan dapat mencabut sanksi peringatan.

Sedangkan apabila pada masa berlaku peringatan ketiga berakhir dan Perusahaan

Pembiayaan tetap tidak memenuhi ketentuan maka Menteri Keuangan dapat mengenakan

sanksi pembekuan kegiatan usaha. Sanksi pembekuan kegiatan usaha diberikan secara

tertulis kepada Perusahaan Pembiayaan, yang berlaku selama jangka waktu 30 (tiga

puluh) hari kalender sejak surat sanksi pembekuan kegiatan usaha diterbitkan. Demikian

juga dengan sanksi pembekuan usaha, bila sebelum berakhirnya jangka waktu pembekuan

kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan telah memenuhi ketentuan maka Menteri

Keuangan mencabut sanksi pembekuan kegiatan usaha dan apabila sampai dengan

berakhirnya jangka waktu pembekuan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud Perusahaan

Pembiayaan tidak juga memenuhi ketentuan Menteri Keuangan mencabut izin usaha

Perusahaan Pembiayaan yang bersangkutan.

Pelaksanaan pendaftaran fidusia ini hanya menekankan pada efektifitas waktu

semata tanpa memerhatikan aspek-aspek lain yang tidak kalah penting. Pendaftaran

fidusia secara elektronik justru menimbulkan masalah hukum yang berkaitan dengan asas

publisitas dan kepastian hukum di dalamnya. Informasi database tentang rincian objek-

objek yang telah didaftarkan dalam jaminan fidusia tersebut tidak dapat diakses melalui

sistem online ini, keterangan yang ada hanya tertulis “sesuai akta notaris”, dan hanya

notaris yang bersangkutan yang dapat mengetahui rincian objek jaminan fidusia tersebut.

Hal ini dapat mengakibatkan fidusia ulang dan sengketa hukum sangat rawan terjadi.

Universitas Sumatera Utara

Page 61: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

53

Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan No. 130/PMK.010/2012 menyatakan,

perusahaan pembiayaan dilarang melakukan penarikan benda jaminan fidusia berupa

kendaraan bermotor apabila kantor pendaftaran fidusia belum menerbitkan sertifikat

jaminan fidusia dan menyerahkannya kepada perusahaan pembiayaan. Apabila

perusahaan pembiayaan tersebut tidak mendaftarkan perjanjian jaminan fidusia, maka

perusahaan pembiayaan tersebut tidak dilindungi hak-haknya oleh UUJF. Ini berarti

perusahaan pembiayaan tersebut tidak memiliki hak untuk didahulukan daripada kreditur-

kreditur lain untuk mendapatkan pelunasan utang debitur dari benda yang dijadikan

jaminan fidusia tersebut (pasal 27 UUJF). Karena itu, perusahaan pembiayaan alias

leasing wajib mendaftarkan jaminan fidusia atau benda jaminan. Tanpa fidusia, pihak

kepolisian tidak berkewajiban memproses pengaduan pihak leasing.

B. Akibat Hukum Atas Penarikan Kendaraan Bermotor yang dilakukan

Pihak Leasing

Akibat hukum terhadap perusahaan yang melakukan perjanjian kredit dari

perpektif kontrak jual beli secara angsuran tidak ada tuntutan ganti rugi, karena dalam

jual beli kendaraan bermotor dengan system angsuran (kiredit) pembeli selama belum

melunasi berstatu sebagai penyewa. Pranata jual beli angsuran; pranata sewa beli (hire

purchase) dan sewa guna usaha (leasing) merupakan pranata hukum perjanjian yang

perkembangannya didasarkan pada “kebebasan berkontrak” sebagai asas pokok dari

hukum perjanjian yang diatur dalam Pasal 1338 juncto Pasal 1320 KUHPerdata.Secara

khusus perundang-undangan yang melandasi pranata jual beli tunai dan pranata sewa

menyewa adalah sama, keduanya memiliki dasar hukum yang diatur dalam KUHPerdata.

Dalam sistem Hukum Perdata pengelompokan Kitab-Kitab Undang-undang

Hukum Perdata disebut sebagai perjanjian bernama atau benoemde contracten atau

nominaat contracten. Sementara itu pranata jual beli angsuran dan pranata sewa beli,

Universitas Sumatera Utara

Page 62: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

54

dimasukkan dalam perjanjian tak bernama (onbenoumde contractem). J. Satrio (1996: 8)

memberikan pengertian sebagai berikut yang dimaksud dengan perjanjian innominat

(perjanjian tak bernama) adalah perjanjian-perjanjian yang belum ada pengaturannya

secara khusus di dalam undang-undang. Karena tidak diatur dalam perundang-undangan,

baik Kitab Undang-Undang Hukum Perdata maupun Kitab Undang-Undang Hukum

Dagang (KUHD), jual beli angsuran dan sewa beli keduanya didasarkan pada praktek

sehari-hari dan putusan pengadilan (Jurisprudensi)”.

Sistem yang dipergunakan oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau

Burgerlijk Wetboek yang untuk selanjutnya disebut B. W adalah sistem terbuka, Sistem

terbuka dalam KUHPerdata memungkinkan semua perjanjian termasuk sewa beli diakui

sesuai dengan Pasal 1338 KUHperdata. Perusahan Leasing kedudukanya sangat kuat

dalam perjanjian sewa beli selama tidak melanggar hak hak pembeli sebagai

konsumen.Asas kebebasan berkontrak, seperti

tercantum dalam Pasal 1338 BW. Berdasarkan asas tersebut, para pihak dapat

menggunakan persetujuan-persetujuan yang sama sekali tidak diatur dalam BW ataupun

KUHD atau Undang-Undang lain. Namun ketentuan-ketentuan umum BW Bk. III titel I

sampai dengan IV tetap berlaku, misalnya mengenai sahnya suatu perjanjian (Pasal 1320)

dan Pasal 1338 yang berhubungan dengan BW Bk. III yaitu sistem terbuka atau asas

kebebasan berkontrak.

Berdasarkan asas kebebasan berkontrak tersebut maka lahir pranata sewa beli

sebagai terobosan dari pranata jual beli tunai dan merupakan variant dari jual beli

angsuran. Berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam BW, sebagai tercantum di dalam Bab

atau Titel V sampai dengan XVIII tentang persetujuan-persetujuan tertentu khususnya

pada pranata jual beli dan sewa menyewa merupakan dasar awal timbulnya pranata sewa

beli tersebut. Hal ini didasarkan pada konstruksi sui genesis. Ajaran tersebut mendasarkan

pada prinsip bahwa syarat-syarat yang lebih dominan dari salah satu pranata apakah

Universitas Sumatera Utara

Page 63: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

55

syarat-syarat lebih banyak pada perjanjian jual beli ataukah lebih banyak mempunyai

syarat-syarat sewa menyewa.

Perjanjian jual beli kendaraan bermotor secara angsuran dalam bentuk perjanjian

sewa beli sepanjang tidak bertentangan dengan asas kebebasan berkontrak diakui

keberadaanya. Pranata sewa beli tersebut akan dapat dikelompokkan pada salah satu

pranata tersebut diatas. Dalam hal sewa beli dikelompokkan pada jual beli ataukah sewa

menyewa. Perjanjian ini merupakan perjanjian campuran dimana bahwa dalam

ketentuanketentuan mengenai perjanjian khusus diterapkan secara analogis sehingga

setiap unsur dari perjanjian khusus tetap ada (contractus sui genesris).72

Penarikan mana biasanya juga dilakukan dengan bantuan jasa, karena jaminan

fidusia hanya embel-embel di surat perjanjian bahwa seakan-akan leasing sudah

melakukan hukum fidusia. Padahal tidak dibuat dengan akta notaries, apalagi didaftarkan

sebagaimana ketentuannya. Dan bila kredit macet, maka Debt Collector-lah yang akan

bekerja. Dalam praktek juga tidak jarang terjadi Lembaga Pembiayaan (Leasing)

mengatakan kepada Pemberi Fidusia yang lagi macet pembayaran, bahwa benda Jaminan

tersebut telah dipasang dan/atau didaftarakan, akan tetapi Lembaga Pembiayaan

(Leasing) dimaksud tidak memperlihatkan Sertipikat Jaminan Fidusia, sehingga bagi

orang awam hal tersebut kadang menjadikan momok dan menakut-nakuti saja, padahal

bila Jaminan Fidusia tersebut tidak didaftarkan pada instansi yang berwenang.73

Kewajiban produsen pelaku usaha menurut Pasal 7 Undang-undang Nomor 8

tahun 1999 tentang perlindungan konsumen adalah:

1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.

72 Mariam Darus Badrulzaman. Aneka Hukum Bisnis. Bandung : Penerbit Alumni. 1994,

hal 36

73 Aermadepa, Pendaftaran Jaminan Fidusia, Masalah Dan Dilema Dalam

Pelaksanaannya, Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu Vol. 5 No.1 Juni 2012, Hal 732-733

Universitas Sumatera Utara

Page 64: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

56

2. Memberikan informasi yang benar, jelas,dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan baik barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan dan

perbaikan,dan pemeliharaan.

3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif.

4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa

yang berlaku.

5. Memberikan kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau mencoba

barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas

barang yang dibuat dan/atau diperdagangkan

6. Memberikan kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian kerugian apabila

barang dan/atau barang diterima atau dimanfaatkan konsumen tidak sesuai

dengan perjanjian.74

Pengertian Leasing dapat dilihat dalam Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009

tentang lembaga pembiayaan (perpres 9/2009). Sewa guna usaha (Leasing) adalah

kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna

berdasarkan pembayaran secara angsuran.75

Peraturan tersebut menyempurnakan aturan lama Leasing berdasarkan Pada Pasal

1 Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri, Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan, dan

Menteri Perindustrian No. KEP. 122/MK/IV/2/1974, No. 32/M/SK/2/1974, dan No.

30/Kph/I/1974 tertanggal 7 Febuari 1974, menyebutkan bahwa leasing itu adalah :“Setiap

kegiatan pembayaran perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk

digunakan oleh suatu perusahaan tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara

74 Pasal 7 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

75 Pasal 1 angka 5 perpres 9/2009

Universitas Sumatera Utara

Page 65: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

57

berkala, disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-

barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan

nilai sisa yang telah disepakati bersama”. Equipment Leasing Association di London

sebagaimana dikutip Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal memberikan

pengertian leasing sebagai berikut :“Leasing adalah perjanjian antara lessor dan lessee

untuk menyewa suatu jenis barang modal tertentu yang dipilih/ditentukan oleh lessee.

Hak pemilikan atas barang modal tersebut berdasarkan pembayaran uang sewa yang telah

ditentukan dalam suatu jangka waktu tertentu.”76

Kekuatan perusahan Leasing dalam melakukan penarikan kendaraan karena

perusahan Leasing telah membiayai barang yang diangsur tersebut. Dengan demikian

dapatlah diartikan bahwa leasing itu adalah pembiayaan perusahaan dalam bentuk

penyediaan barang-barang modal dengan pembayaran secara berkala oleh perusahaan

yang menggunakan barang-barang modal tersebut, dan dapat membeli atau

memperpanjang jangka waktu berdasarkan nilai sisa. Bahkan, Kementerian Keuangan

telah mengeluarkan peraturan yang melarang leasing atau perusahaan pembiayaan untuk

menarik secara paksa kendaraan dari konsumen yang menunggak kredit kendaraan. Hal

itu tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.130/PMK.010/ 2012 tentang

pendaftaran fidusia bagi perusahaan pembiayaan yang dikeluarkan tanggal 7 Oktober

2012.

Persoalan penting Jika pihak leasing tetap melakukan penarikan paksa terhadap

kendaraan yang dikuasai pembeli karena angsuran macet. Perusahan leasing dapat

dikenakan sanksi Pasal 368, Pasal 365 KUHP Ayat 2, 3 dan 4 juncto Pasal 3. Dalam

KUHP jelas disebutkan, yang berhak untuk melakukan eksekusi adalah pengadilan. Jadi,

apabila mau mengambil jaminan, harus membawa surat penetapan eksekusi dari

pengadilan negeri. Keputusan bersama Tiga Menteri mengenai status hukum leasing di

76 Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, Aspek Yuridis Dalam Leasing, Rineka

Cipta, Jakarta, 1994, hal. 8.

Universitas Sumatera Utara

Page 66: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

58

Indonesia, memang terus dipertanyakan dan menjadi polemic para pakar hukum Polenik

terkait dengan eksistensi leasing dalam melakukan eksekusi bila ditinjau dari segi hukum

Indonesia, sebab selama ini segi-segi ekonomislah yang lebih sering ditonjolkan dalam

informasi tehnis yang diberikan oleh pihak-pihak yang bersangkutan, namun aspek

yuridisnya belumlah dianalisis secara mendalam.

Dalam penarikan kendaraan bermotor karena wanprestasi status dari perusahan

leasing sangat kuat terkait dengan perjanjian yang sudah disepakati. Seperti kita ketahui

bersama, bahwa konsep leasing itu berasal dari dan berkembang di Amerika Serikat,

namun karena sistem hukum perdata kita berasal dari dan masih sangat mirip dengan

hukum perdata dan hukum dagang yang berlaku di negeri Belanda, maka logis adanya

apabila kita memandang pada tulisan-tulisan dalam bukubuku Belanda. Leasing, yang arti

asal mulanya merupakan gejala ekonomi, telah mempengaruhi isi dari kontrak-kontrak

lease, kebanyakan ditentukan oleh maksud-maksud ekonomi daripada Perusahan.. Oleh

karena itu di negara Belanda perjanjian lease itu tidak diatur suatu peraturan yang khusus,

maka untuk suatu kontrak lease yang memilih bentuk yuridis terbaik disangkutpautkan

dengan tujuan ekonomi.

Dalam sistem hukum perdata kita ada ketentuan-ketentuan atau peraturan-

peraturan yang wajib ditaati dan yang tidak boleh dikesampingkan walaupun pihak-pihak

menghendakinya dan ada peraturan-peraturan yang tidak wajib, dalam arti bahwa apabila

dikehendaki oleh pihak-pihak ketentuan-ketentuan itu dapat dikesampingkan sesuai asas

kebebasan berkontrak. Dalam perspektif kajian perdata leasing tampak adanya dua

pendapat yang berlawanan : Pendapat yang pertama menyatakan bahwa leasing dalam

pengertian yuridis adalah sewa menyewa.Sedangkan pendapat yang kedua menyatakan

bahwa kontrak lease berdasarkan hukum perdata tidak dapat ditetapkan di bawah satu

penyebutan (noemen).

Jaminan Fidusia adalah jaminan berdasarkan kepercayaan dimana obyek benda

jaminan tetap dikuasai oleh pemilik. Dengan kata lain, di samping diadakan perjanjian

Universitas Sumatera Utara

Page 67: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

59

utang kredit, diadakan pula perjanjian pengalihan hak milik atas dasar kepercayaan

(fidusia). Dengan perkataan lain bendanya sendiri secara nyata tidak pernah terlepas dan

penguasaan debitur dan beralih ke dalam penguasaan kreditur, tetapi tetap saja berada

dalam penguasaan debitur. Yang berpindah hanyalah hak milik atas benda itu, sedangkan

debitur tetap menguasai fisik benda itu tetapi tidak lagi sebagai pemilik. Debitur

menguasai fisik benda itu hanya sebagai penyimpan atau pemakai benda itu.

Jadi pada fiduciaire eigendoms ovendracht itu yang dipindahkan itu ialah hak

milik atas benda sebagai jaminan atas dasar kepercayaan, sedangkan bendanya sendiri

masih tetap berada dalam tangan si berutang, sehingga tetap dapat digunakan untuk

perusahaan dan lain-lain.”77

Dalam penyerahan hak milik pada fidusia, terjadi penyerahan

Constitutum Possessorium (penyerahan dengan melanjutkan penguasaannya). Pada

perjanjian ini yaitu pemindahan hak milik, yang dituju bukan kepemilikan kendaraan tapi

penguasaan dari kendaraan tersebut. Dengan pelunasan pembayaran dari si debitur, maka

hak milik kembali kepada pemilik semula dan si berpiutang harus mengembalikan

bendanya. Akan tetapi jika debitur lalai memenuhi pelunasan hutangnya maka kreditur

berhak mengambil pelunasan piutangnya dari benda fidusia menurut ketentuan yang telah

diatur dalam Undang-Undang No. 42 Tahun 1999. Jadi walaupun terjadi pemindahan hak

milik, akan tetapi kreditur hanya berhak mengambil pelunasan dari benda jaminan

sebagaimana ditentukan dalam pasal 1 dan pasal 2 Undang-Undang No. 42 Tahun

1999.Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 menyebutkan bahwa : Dalam

undang-undang ini yang dimaksud dengan fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan

suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak

kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. Dalam ayat (2)

ditentukan: Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud

maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak

77 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hak Jaminan Atas Tanah, Liberty Yogyakarta 1974. hal

75-76.

Universitas Sumatera Utara

Page 68: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

60

dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 4

Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan benda yang menjadi obyek tetap berada dalam

penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang

memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur

lainnya. Jadi walaupun terjadi penyerahan hak milik, kreditur bukan sebagai pemilik,

akan tetapi benda tetap sebagai agunan bagi pelunasan utang debitur; dan debitur secara

fisik masih tetap menguasai bendanya.

Menurut Hartono Hadisoeprapto, bahwa pengertian jaminan adalah: "segala

sesuatu yang diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur

akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu

perikatan. Di dalam praktek perbankan masalah jaminan ini sangat penting sekali,

terutama yang berhubungan dengan kredit yang dilepas kepada nasabahnya".78

C. Perlindungan Hukum Yang Diberikan Terhadap Konsumen Yang

Mengalami Penarikan Kendaraan Bermotor Karena Kredit Macet

Pemberian kredit bagi bank merupakan kegiatan yang utama, karena pendapatan

terbesar dari bank berasal dari sektor tersebut baik dalam bunga, provisi ataupun

pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan dan

kesinambungan usaha dari sebuah bank. Oleh karena itu, pemberian kredit harus

dilakukan dengan sebaik-baiknya, mulai dari perencanaan besarnya kredit, penentuan

suku bunga, prosedur pemberian kredit, analisis pemberian kredit, sampai kepada

pengendalian atau kredit yang macet.79

78 Hartono Hadisoeprapto, Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, Liberty,

Yogyakarta, 1984, hal. 50.

79 Jonker Sihombing, Tanggungjawab Yuridis Bankir atas Kredit Macet Nasabah, PT

Alumni, Bandung, 2009, hal

Universitas Sumatera Utara

Page 69: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

61

Suatu kredit digolongkan sebagai kredit bermasalah ialah kredit yang tergolong

sebagai kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet.80

Kredit macet dapat

disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal penyebab kredit macet,

yaitu kebijakan perkreditan yang ekspansif, penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur

perkreditan, iktikad kurang baik dari pemilik, pengurus atau pegawai bank, lemahnya

sistem informasi kredit macet. Sedangkan faktor eksternal penyebab kredit macet adalah

kegagalan usaha debitur, pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh

debitur serta menurunnya kegiatan ekonomi dan tinggu suku bunga kredit.81

Perlindungan hukum terhadap konsumen yang mengalami penarikan paksa

kendaraan bermotor berarti adanya kepastian hukum bagi konsumen yang

mengalami penarikan paksa kendaraan bermotor yang dilakukan oleh pihak kreditur atau

pihak ketiga debt collector yang bekerjasama dengan pihak

kreditur. Konsep hukum mengenai perlindungan hukum konsumen yang mengalami

penarikan paksa kendaraan bermotor merupakan topik yang sangat perlu diteliti, karena

terdapat hubungan yang sangat erat antara perkembangan hukum khususnya mengenai

kasus-kasus penarikan paksa dijalan raya yang sering terjadi dan penyelesaian kasus yang

termuat dalam putusan-putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dalam

praktek dan kebijaksanaan politik hokum oleh negara. Dalam hal kaitannya dengan

perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen yang mengalami penarikan paksa

dijalan raya pemerintah melalui kementerian keuangan telah mengeluarkan satu terobosan

peraturan baru yang melarang perusahaan pembiayaan konsumen melakukan penarikan

paksa kendaraan bermotor dijalan raya. Aturan yang

melarang perusahaan pembiayaan, menarik kendaraan bermotor baik mobil maupun

kendaraan roda dua yang masih menunggak kredit.

80

Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta, 2001, hal 259 81

Iswi Hariyani, Bebas Jeratan Utang Piutang, Penerbit Pustaka Yustisia, Yogyakarta,

2010, hal 122

Universitas Sumatera Utara

Page 70: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

62

Hal tersebut dicantumkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor

130PMK.0102012 tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan.

Peraturan Menteri Keuangan ini dengan tegas melarang perusahaan pembiayaan dilarang

melakukan penarikan benda jaminan fidusia berupa

kendaraan bermotor apabila kantor pendaftaran fidusia belum menerbitkan sertifikat

jaminan fidusia dan menyerahkannya kepada perusahaan pembiayaan.

Penarikan benda jaminan berupa kendaraan bermotor oleh perusahaan pembiayaan wajib

memenuhi ketentuan dan persyaratan sebagaimana diatur

dalam undang-undang mengenai jaminan fidusia dan telah disepakati oleh para pihak

dalam perjanjian pembiayaan konsumen kendaraan bermotor. Jika

perusahaan pembiayaan konsumen tetap memaksa mengambil alih kendaraan, maka

perusahaan pembiayaan akan dikenai sanksi sampai pembekuan dan

pencabutan izin usaha.

Syarat-syarat ada yang tidak terpenuhi, terkadang sales kendaraannya

adalah teman sendiri atau yang sudah kenal atau malah sales tersebut mengejar target

penjualan yang dengan sengaja mempermudah proses persyaratanya padahal ada

persyaratan yang tidak lengkap. Pada dasarnya banyak kesalahan yang terjadi pada proses

persetujuan kredit kendaraan khususnya sepeda motor yang membuat macetnya proses

angsuran diantaranya Murahnya DP minimum, DP murah bisa menjadi jebakan bagi

konsumen karena murahnya maka jangka waktu kredit juga panjang dan DP biasanya.

Pasal 5 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130PMK.0102012 tentang

Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan dibebankan ke proses kredit

tersebut. Belum lama ini pemerintah menerbitkan pembatasan DP minimum kredit

kendaraan bermotor. Seperti yang diketahui BI telah mengeluarkan kebijakan PMK

Nomor 43PMK.0102012 tentang Uang Muka Pembiayaan Konsumen, dimana penetapan

uang muka pembiayaan kendaraan roda dua minimal 20, kendaraan roda empat produktif

minimal 20, dan kendaraan roda empat non produktif minimal 25. Suatu hal yang positif

Universitas Sumatera Utara

Page 71: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

63

karena dengan diaturnya biaya DP minimum yang harus ditebus oleh konsumen, maka

konsumen harus punya dana yang cukup untuk membayar DP minimum untuk

menghindari macetnya angsuran pembayaran karena konsumen tidak mampu untuk

membayar.

Pembeli kendaraan dalam leasing sebagai konsumen yang harus dilindungi sesuai

Undang-undang No 8 Tahun 1999Undangundang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen (UUPK) dalam konsiderannya, antara lain menyatakan : “bahwa

pembangunan ekonomi nasional pada era globalisasi harus dapat mendukung tumbuhnya

dunia usaha sehingga mampu menghasilkan beraneka barang dan/atau jasa yang memiliki

kandungan teknologi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat banyak dan

sekaligus mendapatkan kepastian atas barang dan/atau jasa yang diperoleh dari

perdagangan tanpa mengakibatkan kerugian konsumen.” Tidak jarang pengorbanan yang

diberikan tidak sebanding dengan pemulihan hak-haknya yang dilanggar.6 Dalam

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Pasal 1, pengertian dari Perlindungan Konsumen:

“Segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan

kepada konsumen”. Pengertian tersebut diparalelkan dengan definisi konsumen, yaitu :

“Setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi

kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk

diperdagangkan”.82

Penarikan Paksa Kendaraan Bermotor Karena Kredit

Macet Perlindungan hukum terhadap konsumen yang mengalami penarikan paksa

kendaraan bermotor berarti adanya kepastian hukum bagi konsumen yang

mengalami penarikan paksa kendaraan bermotor yang dilakukan oleh pihak kreditur atau

pihak ketiga debt collector yang bekerjasama dengan pihak

kreditur. Menurut Satjipto Raharjo hukum melindungi kepentingan seseorang

82

Gunawan Widjaya & Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen,

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.2001, hal. 5.

Universitas Sumatera Utara

Page 72: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

64

dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka

kepentingannya tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara terukur, dalam

arti, ditentukan keluasan dan kedalamannya. Kekuasaan yang

demikian itulah yang disebut hak. Tetapi tidak di setiap kekuasaan dalam masyarakat bisa

disebut sebagai hak, melainkan hanya kekuasaan tertentu yang

menjadi alasan melekatnya hak itu pada seseorang.

Perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat

dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang

tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman

sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai

manusia.

Aturan yang melarang perusahaan pembiayaan, menarik kendaraan bermotor baik

mobil maupun kendaraan roda dua yang masih menunggak kredit. Hal tersebut

dicantumkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130PMK.0102012 tentang

Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan. Peraturan Menteri Keuangan

ini dengan tegas melarang perusahaan pembiayaan dilarang melakukan penarikan benda

jaminan fidusia berupa

kendaraan bermotor apabila kantor pendaftaran fidusia belum menerbitkan sertifikat

jaminan fidusia dan menyerahkannya kepada perusahaan pembiayaan.

Penarikan benda jaminan berupa kendaraan bermotor oleh perusahaan pembiayaan wajib

memenuhi ketentuan dan persyaratan sebagaimana diatur

dalam undang-undang mengenai jaminan fidusia dan telah disepakati oleh para pihak

dalam perjanjian pembiayaan konsumen kendaraan bermotor. Jika

perusahaan pembiayaan konsumen tetap memaksa mengambil alih kendaraan, maka

perusahaan pembiayaan akan dikenai sanksi sampai pembekuan dan

pencabutan izin usaha.

Universitas Sumatera Utara

Page 73: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

65

1. Syarat-syarat ada yang tidak terpenuhi, terkadang sales kendaraannya

adalah teman sendiri atau yang sudah kenal atau malah sales tersebut

mengejar target penjualan yang dengan sengaja mempermudah proses

persyaratanya padahal ada persyaratan yang tidak lengkap. Pada dasarnya

banyak kesalahan yang terjadi pada proses persetujuan kredit kendaraan

khususnya sepeda motor yang membuat macetnya proses angsuran

diantaranya:

2. Murahnya DP minimum, DP murah bisa menjadi jebakan bagi konsumen

karena murahnya maka jangka waktu kredit juga panjang dan DP

biasanya. Pasal 5 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130PMK.0102012

tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan

dibebankan ke proses kredit tersebut. Belum lama ini pemerintah

menerbitkan pembatasan DP minimum kredit kendaraan bermotor. Seperti

yang diketahui BI telah mengeluarkan kebijakan PMK Nomor

43PMK.0102012 tentang Uang Muka Pembiayaan Konsumen, dimana

penetapan uang muka pembiayaan kendaraan roda dua minimal 20,

kendaraan roda empat produktif minimal 20, dan kendaraan roda empat

non produktif minimal. Suatu hal yang positif karena dengan diaturnya

biaya DP minimum yang harus ditebus oleh konsumen, maka konsumen

harus punya dana yang cukup untuk membayar DP minimum untuk

menghindari macetnya angsuran pembayaran karena konsumen tidak

mampu untuk membayar.

3. Pihak perusahaan pembiayaan konsumen berlomba-lomba untuk

memasarkan dan mendapatkan kredit dari pembeli.

Perlindungan hukum lain yang dapat dirasakan oleh konsumen yakni,

Universitas Sumatera Utara

Page 74: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

66

dengan adanya kebebasan konsumen untuk mengajukan gugatan terhadap

pelaku usaha kepada badan penyelesaian sengketa konsumen. Gugatan

tersebut nantinya akan dproses lebih lanjut oleh BPSK dengan memeriksa,

memanggil para pihak serta melihat bukti-bukti yang ada kemudian

mengeleuarkan produk hukum berupa putusan BPSK, yang dimana jika

pelaku usaha melakukan kesalahan yang menyebabkan konsumen merugi

maka pelaku usaha, diwajibkan memberikan ganti kerugian.

Dalam hal kaitannya dengan bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepada

konsumen yang mengalami penarikan paksa dijalan raya pemerintah melalui kementerian

keuangan telah mengeluarkan satu terobosan peraturan baru yang dicantumkan dalam

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran Jaminan

Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan, yang melarang perusahaan leasing malakukan

penarikan paksa kendaraan bermotor dijalan raya.

Perlindungan hukum lain yang dapat dirasakan oleh konsumen yakni, dengan

adanya kebebasan konsumen untuk mengajukan gugatan terhadap pelaku

usaha kepada badan penyelesaian sengketa konsumen. Gugatan tersebut nantinya akan

dproses lebih lanjut oleh BPSK dengan memeriksa, memanggil para pihak

serta melihat bukti-bukti yang ada kemudian mengeleuarkan produk hukum berupa

putusan BPSK, yang dimana jika pelaku usaha melakukan kesalahan yang

menyebabkan konsumen merugi maka pelaku usaha, diwajibkan memberikan ganti

kerugian.

Perlindungan hukum terhadap perusahaan pembiayaan melalui mekanisme

pendaftaran fidusia dalam kenyataannya tidak dilaksanakan secara bersama-sama dengan

upaya memberikan perlindungan hukum yang optimal kepada pihak konsumen. Hal ini

dapat dicermati dari klausula perjanjian yang dicantumkan masih mengandung klausula

eksonerasi, tidak ada perubahan substansi perjanjian, yang ada hanya perubahan

Universitas Sumatera Utara

Page 75: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

67

formalitas pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen yang mencirikan perjanjian

sewa beli ke formalitas yang mencirikan perjanjian fidusia. Substansi kontrak secara

materil masih menunjukkan kedudukan pihak konsumen tidak diberikan secara adil oleh

pihak perusahaan pembiayaan.

Perjanjian dalam pelaksanaannya memungkinkan untuk tidak terlaksana atau

tidak sempurna, baik karena kesalahan maupun karena kekuatan memaksa namun

adakalanya perjanjian tidak terlaksana sepenuhnya seperti yang disepakati bahkan

perjanjian dapat pula tidak terlaksana sama sekali. Kondisi tidak terlaksanakanya

perjanjian tersebut dikenal dengan istilah wanprestasi. Klausula perjanjian pemilikan

kendaraan bermotor pada perusahaan pembiayaan memberikan ketegasan mengenai

akibat hukum dari setiap bentuk wanprestasi yang terjadi dalam perjanjian, yaitu :

1. Keterlambatan angsuran maupun denda keterlambatan oleh konsumen kepada

perusahaan pembiayaan oleh karena alasan apapun, maka hal ini telah

merupakan bukti bahwa konsumen telah melakukan wanprestasi dalam

perjanjian.

2. Perusahaan pembiayaan dapat memutuskan perjanjian setiap saat bilamana

konsumen melanggar ketentuan perjanjian.

Perkataan atau tingkah laku nasabah dapat memberi keyakinan kepada

perusahaan pembiayaan untuk menyelesaikan kredit yang bermasalah. Sikap petugas

perusahaan pembiayaan pun sangat menentukan upaya penyelesaian. Sikap serius kedua

belah pihak memberikan kemungkinan terjadinya kesepakatan menjual barang jaminan

secara baik-baik dan akan memberikan manfaat yang lebih besar. Alternatif penyelesaian

kredit macet dengan cara penjualan di bawah tangan akan mengalami kendala bahkan

sangat sulit dilaksanakan, jika nasabah tidak lagi beritikad baik sehingga sulit ditemui

atau tidak lagi diketahui keberadaannnya. Penyelesaian kredit macet dengan cara

penjualan di bawah tangan dilakukan agar diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan

Universitas Sumatera Utara

Page 76: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

68

semua pihak. Hal ini penting untuk menjaga kepentingan berdasarkan akan penetapan

harga yang tidak wajar oleh pihak perusahaan pembiayaan dapat dihindari. Realitas

dalam pelaksanaan sewa beli kendaraan bermotor menunjukan bahwa pada umumnya

perusahaan pembiayaan melakukan penarikan kendaraan bermotor dari tangan konsumen

secara sepihak apabila konsumen lalai melaksanakan kewajiban dalam jangka waktu 2

(dua) bulan dan telah dilakukan upaya persuasif namun tidak menyebabkan konsumen

melaksanakan kewajibannya sesuai yang diperjanjikan. Penarikan kendaraan secara

sepihak ini merupakan salah satu klausula yang terdapat pada perjanjian sewa beli dan

menjadi dasar bagi perusahaan pembiayaan untuk melakukan penarikan kendaraan

tersebut. Hal ini menurut peneliti merupakan kekeliruan yang patut dicermati dengan

mempertimbangkan beberapa hal, yaitu :

1. Penarikan kendaraan secara sepihak tanpa melalui putusan/penetapan

pengadilaan merupakan ciri dari perjanjian yang memungkinkan parate

eksekusi (eksekusi tanpa putusan hakim).

2. Pelaksanaan parate eksekusi dalam hukum jaminan hanya dimungkinkan

untuk perjanjian yang secara tegas menyebutkan mengenai parate eksekusi

dengan disertai penegasan kalimat “Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan

yang Maha Esa” melalui pendaftaran penjaminan dengan mekanisme yang

ditentukan oleh Undang-undang sebagaimana dapat dilihat dalam Undang-

Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan dan Undang-Undang No.

4 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Perjanjian sewa beli tidak diatur oleh

undangundang yang memungkinkan adanya parate eksekusi sehingga

tindakan penarikan kendaraan secara sepihak dalam pandangan peneliti

merupakan kekeliruan bagi perusahaan pembiayaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 77: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

69

3. Penarikan kendaraan secara sepihak dilaksanakan tidak berdasarkan undang-

undang tetapi hanya didasarkan pada perjanjian, sehingga klausula tersebut

merupakan suatu bentuk klausula eksonerasi yang dilarang oleh Undang-

undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Ketidakadilan

dapat terjadi dalam proses penarikan tersebut terutama apabila pembayaran

pihak konsumen telah mencapai 50 % dari perjanjian.

4. Penarikan kendaraan yang dilakukan dengan memasuki tempat di mana

kendaraan disimpan dapat menimbulkan akibat hukum berupa tindak pidana

perampasan atau tindak pidana memasuki pekarangan tanpa izin atau

perusakan. Hal ini juga bertentangan dengan ketertiban karena rentan dengan

kericuhan bahkan dapat berakhir dengan kekerasan. Konsekuensi penggunaan

pranata sewa beli dalam perjanjian pembelian kendaraan bermotor adalah

tidak dimungkinkan penarikan kendaraan secara sepihak dengan

menggunakan cara-cara yang disebutkan dalam klausula perjanjian.

Penggunaan prosedur parate eksekusi hanya dimungkinkan jika pranata yang

digunakan dalam hal ini adalah perjanjian fidusia melalui pendaftaran fidusia

1 (satu) bulan setelah penandatanganan perjanjian fidusia. Perusahaan

pembiayaan dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam penyelesaian

wanprestasi melalui penarikan kendaraan secara langsung dengan jalan

mengubah pranata yang digunakan dengan tidak menggunakan perjanjian

sewa beli tetapi menggunakan pranata perjanjian fidusia dengan melakukan

pendaftaran fidusia pada Kanwil Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pilihan bagi

perusahaan pembiayaan dalam hal ini adalah menggunakan perjanjian sewa

beli dengan prosedur lebih sederhana dan tidak memiliki kewajiban

membayar pendaftaran namun kepada perusahaan pembiayaan tidak diberikan

Universitas Sumatera Utara

Page 78: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

70

kewenangan melakukan penarikan kendaraan secara langsung atau melakukan

perjanjian pembiayaan pembelian kendaraan bermotor dengan menggunakan

pranata perjanjian fidusia dengan prosedur lebih panjang dan biaya lebih besar

namun memberikan kewenangan kepada perusahaan pembiayaan untuk

melakukan penarikan kendaraan secara sepihak (parate eksekusi).

Penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian sewa beli dapat dilakukan dengan cara

musyawarah dan jika jalan ini gagal dilaksanakan, maka bentuk penyelesaian yang tepat

adalah mengajukan gugatan wanprestasi ke Pengadilan. Pengajuan gugatan dalam

kenyataannya menimbulkan kondisi tidak efektif dan tidak efisien bagi pihak perusahaan

pembiayaan namun efektivitas dan efisiensi dalam hal ini tidak dapat dijadikan dasar

untuk mengesampingkan kaidah hukum yang telah digariskan. Setelah diterbitkannya

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 130/PMK.010/2012 tentang

Pendaftaran Jaminan Fidusia bagi Perusahaan Pembiayaan yang Melakukan Pembiayaan

Konsumen untuk Kendaraan Bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia, maka

apabila jalan kekeluargaan tidak dapat ditempuh maka pihak perusahaan pembiayaan pun

tidak diperkenaankan untuk melakukan penarikan secara sepihak tetapi dapat meminta

bantuan kepada aparat penegak hukum untuk melakukan penarikan secara paksa dengan

disertai penetapan pengadilan.

Penarikan kendaraan bermotor seharusnya dilaksanakan dengan mekanisme

eksekusi oleh juru sita Pengadilan Negeri dan dituangkan dalam Berita Acara Eksekusi.

Kendaraan yang dieksekusi dijual dengan mekanisme pelelangan atau pun penjualan di

bawah tangan untuk memperoleh harga yang lebih tinggi dan apabila terdapat kelebihan

dari selisih antara kewajiban nasabah dengan hasil penjualan kendaraan maka selisih

tersebut dikembalikan kepada pihak nasabah. Mekanisme inilah yang merupakan

Universitas Sumatera Utara

Page 79: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

71

mekanisme yang seharusnya ditempuh dalam penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian

pembiayaan konsumen setelah diwajibkannya melakukan pendaftaran fidusia.83

Perusahaan pembiayaan dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam

penyelesaian wanprestasi melalui penarikan kendaraan secara langsung dengan jalan

mengubah pranata yang digunakan dengan tidak menggunakan perjanjian sewa beli tetapi

menggunakan pranata perjanjian fidusia dengan melakukan pendaftaran fidusia pada

Kanwil Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pilihan bagi perusahaan pembiayaan dalam hal

ini adalah menggunakan perjanjian sewa beli dengan prosedur lebih sederhana dan tidak

memiliki kewajiban membayar pendaftaran namun kepada perusahaan pembiayaan tidak

diberikan kewenangan melakukan penarikan kendaraan secara langsung atau melakukan

perjanjian pembiayaan pembelian kendaraan bermotor dengan menggunakan pranata

perjanjian fidusia dengan prosedur lebih panjang dan biaya lebih besar namun

memberikan kewenangan kepada perusahaan pembiayaan untuk melakukan penarikan

kendaraan secara sepihak (parate eksekusi). Perjanjian pembiayaan konsumen dalam

pembelian kendaraan bermotor di Kota Manado saat ini dilaksanakan disertai pendaftaran

fidusia. Kewajiban ini ditegaskan oleh Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia bagi Perusahaan

Pembiayaan yang Melakukan Pembiayaan Konsumen untuk Kendaraan Bermotor dengan

Pembebanan Jaminan Fidusia.

Penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian sewa beli dapat dilakukan dengan cara

musyawarah dan jika jalan ini gagal dilaksanakan, maka bentuk penyelesaian yang tepat

adalah mengajukan gugatan wanprestasi ke Pengadilan. Pengajuan gugatan dalam

kenyataannya menimbulkan kondisi tidak efektif dan tidak efisien bagi pihak perusahaan

pembiayaan namun efektivitas dan efisiensi dalam hal ini tidak dapat dijadikan dasar

untuk mengesampingkan kaidah hukum yang telah digariskan. Setelah diterbitkannya

83

Vienna P. Setiabudi, Wanprestasi Dalam Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor,

Jurnal Ilmu Hukum Vol.I/No.1/April-Juni /2013, hal 103-107

Universitas Sumatera Utara

Page 80: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

72

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 130/PMK.010/2012 tentang

Pendaftaran Jaminan Fidusia bagi Perusahaan Pembiayaan yang Melakukan Pembiayaan

Konsumen untuk Kendaraan Bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia, maka

apabila jalan kekeluargaan tidak dapat ditempuh maka pihak perusahaan pembiayaan pun

tidak diperkenaankan untuk melakukan penarikan secara sepihak tetapi dapat meminta

bantuan kepada aparat penegak hukum untuk melakukan penarikan secara paksa dengan

disertai penetapan pengadilan.84

84

Vienna P. Setiabudi, Wanprestasi Dalam Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor,

Jurnal Ilmu Hukum Vol.I/No.1/April-Juni /2013

Universitas Sumatera Utara

Page 81: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

73

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pendaftaran jaminan fidusia bagi perusahaan pembiayaan kendaraan

bermotor meliputi pengajuan permohonan pendaftaran jaminan fidusia, pemeriksaan

kelengkapan persyaratan permohonan pendaftaran jaminan, pencatatan dalam Buku

Daftar Fidusia, dan penerbitan Sertifikat Jaminan Fidusia. Pelaksanaan ini di atur

dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomer 130/PMK.010/2012 itu mengatur tentang

pendaftaran jaminan fidusia bagi perusahaan pembiayaan yang melakukan

pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor dengan pembebanan jaminan

fidusia.

2. Akibat hukum atas penarikan kendaraan bermotor yang dilakukan pihak leasing

Maka Perjanjian dengan jaminan Fidusia tersebut hanyalah berupa Akta dibawah

tangan yang tidak mempunyai kekuatan eksekutorial untuk mengeksekusi langsung

barang yang ada dalam penguasaan konsumen. Ketika konsumen tidak membayar

angsuran dalam beberapa waktu tertentu atau tidak melunasinya maka Pihak

Perusahaan Pembiayaan tidak dapat secara serta merta mengeksekusii secara

langsung. Proses eksekusi harus dilakukan dengan cara mengajukan gugatan perdata

ke Pengadilan melalui proses hukum acara perdata hingga putusan pengadilan

berkekuatan hukum tetap.

3. Bentuk perlindungan hukum yang diberikan terhadap konsumen yang mengalami

penarikan kendaraan bermotor oleh pihak leasing melalui kementerian keuangan

telah mengeluarkan satu terobosan peraturan baru yang dicantumkan dalam 77

Universitas Sumatera Utara

Page 82: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

74

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran

Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan, yang melarang perusahaan leasing

malakukan penarikan paksa kendaraan bermotor dijalan.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan terkait dengan kesimpulan yang

didapat adalah sebagai berikut :

1. Pembentukan peraturan perundang-undangan khusus mengenai leasing

yang lebih lengkap dan efektif, serta pengaturan mengenai prosedur

mekanisme leasing secara jelas dan rinci, sehingga terdapat kepastian

hukum dan keseragaman pengaturan bagi usaha leasing khususnya.

2. Diperlukan juga perhatian bagi pihak lessor untuk membuat pengaturan

mengenai hak dan kewajiban, serta tanggung jawab para pihak terhadap

obyek leasing secara jelas dan rinci tidak memberatkan sebelah pihak,

khususnya terhadap pihak lessee untuk menghindari kesalahan perbedaan

penafsiran para pihak dalam perjanjian, sebagai upaya untuk menghindari

adanya perselisihan akibat dari perbedaan penafsiran terhadap istilah-

istilah teknis yang digunakan dalam perjanjian.

3. Sebaiknya aparat penegak hukum dalam memproses penyelesaian tindakan

penarikan unit kendaraan yang mendapat pengaduan dari debitur akibat

tindakan kekerasan ataupun ancaman kekerasan menempuh jalur yang

pertama sekali adalah dengan menyerahkan kasus tersebut kepada Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen.

Universitas Sumatera Utara

Page 83: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

75

DAFTAR PUSTAKA

I. Buku

Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis untuk Perusahaan, Teori dan Contoh Kasus,

Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2014

Akhsin, Muhammad Hilmi dan Anis Mashdurohatun, Akibat Hukum Jaminan

Fidusia Yang Tidak Didaftarkan Menurut UU Nomor 42 Tahun 1999,

Jurnal Akta Vol. 4 No. 3 September 2017

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT

RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013

Arthesa, Ade dan Edia Handiman, Bank & Lembaga Keuangan Bukan Bank, PT

Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta, 2006

Asyhadie, Zaeni, Hukum Bisnis : Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, PT

RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008

Bahsan, M., Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, PT

RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007

C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Modul Hukum Perdata termasuk Asas-

asas Hukum Perdata, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 2004

Deelen, Linda, Mauricio Dupleich, Louis Othieno & Oliver Wakelin, Leasing

untuk Usaha Kecil dan Mikro, Organisasi Perburuhan Internasional,

Jakarta, 2003

Djumhana, Muhammad, Hukum Perbankan di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2012

Universitas Sumatera Utara

Page 84: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

76

Fahmi, Irham, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya : Teori dan Aplikasi, Penerbit

Afabeta , Bandung, 2014

HS, Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT RajaGrafindo

Persada, Jakarta, 2002

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta,

2013

Liem, Agnes & Frans M. Royan, Tetap Kaya di Masa Sulit, T Elex Media

Komputindo, Jakarta, 2010

Naja, H.R. Daeng, Seri Keterampilan Merancang dan Kontrak bisnis : Contract

Drafting, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 2006

Nurwidiatmo, Kompilasi Bidang Hukum Tentang Leasing, Penerbit Badan

Pembinaan Hukum Nasional & Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia RI, Jakarta, 2011’

Perpustakaan Nasional : Katalog dalam Terbuatan (KDT), Panduan Bantuan

Hukum di Indonesia : Pedoman Anda Memahami dan Menyelesaikan

Masalah Hukum, Penerbit YLBHI, Jakarta, 2007

Saija, Ronald dan Roger F.X.V. Letsoin, Buku Ajar Hukum Perdata, Penerbit

Deepublish, Yogyakarta, 2016

Silondae, Arus Akbar & Andi Fariana, Aspek Hukum dalam Ekonomi & Bisnis,

Jakarta : Mitra Wacana Media, 2013

Simatupang, Richard Burton, Aspek Hukum Dalam Bisnis, PT Rineka Cipta,

Jakarta, 2007

Shofie, Yusuf, Perlindungan Konsumen Dan InstrumenInstrumen Hukumnya, PT.

Citra Aditya Bakti, Jakarta. 2000

Universitas Sumatera Utara

Page 85: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

77

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu

Tinjauan Singkat, Jakarta : Penebit Rajawali Pres,2013

Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta : Penerbit Rajawali

Pers, 2012

Supinato, Hukum Jaminan Fidusia Prinsip Hukum Publisitas pada Jaminan

Fidusia, Penerbit Garudhawaca, Jakarta, 2015

Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan pada Bank, CV. Alfabeta, Bandung,

2003

Utami, Wahyu dan Yogabakti Adipradana, Pengantar Hukum Bisnis dalam

Perspektif Teori dan Praktiknya di Indonesia, Penerbit Jala Permata

Aksara, Jakarta, 2017

Yurizal, Aspek Pidana dalam Undang-undang No.42 Tahun 1999 tentang

Jaminan Fidusia, Penerbit Media Nusa Creatif (MNC), Malang, 2015

II. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.130/PMK.010/ 2012 tentang pendaftaran

fidusia bagi perusahaan pembiayaan

III. Jurnal

Universitas Sumatera Utara

Page 86: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

78

Aermadepa, Pendaftaran Jaminan Fidusia, Masalah Dan Dilema Dalam

Pelaksanaannya, Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu Vol. 5 No.1 Juni 2012

Daniel Juniardy Sutanto, Jaminan Keadilan dan Kepastian Hukum Dalam

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.010/2012 Mengenai

Kewajiban Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan

Kendaraan Bermotor Ditinjau dari Undang- Undang Nomor 42 Tahun

1999, Jurnal Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta,

2014

Demy Amelia Amanda Manalip, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen

Dalam Penarikan Kendaraan Bermotor yang dilakukan oleh Perusahaan,

Journal Lex Administratum, Vol. V/No. 3/Mei/2017

Hartini, Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Kendaraan Bermotor

Roda Dua Pada Krisna Finance Surakarta, Journal : RECHSTAAT Ilmu

Hukum Fakultas Hukum UNSA Vol. 8 no. 1 Maret 2014

Farah Diana, M. Nur Rasyid dan Azhari, Kajian Yuridis Pelaksanaan

Penghapusan Jaminan Fidusia Secara Elektronik, Syiah Kuala Law

Journal : Vol. 1, No.2 Agustus 2017

Liana Endah Susanti, Pengaruh Fidusia Online Terhadap Eksistensi Undang-

Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, Jurnal Media

Soerjo Vol. 16 No 1 April 2015

Sudiharto, Keotentikan Akta Jaminan Fidusia Yang Tidak Ditandatangani Di

Hadapan Notaris, Jurnal Pembaharuan Hukum Volume II No.3 September

- Desember 2015

Shavira Ramadhanneswari, R. Suharto, Hendro Saptono, Penarikan Kendaraan

Bermotor Oleh Perusahaan Pembiayaan Terhadap Debitur Yang

Mengalami Kredit Macet (Wanprestasi) Dengan Jaminan Fidusia Ditinjau

Dari Aspek Yuridis, Diponegoro Law Journal Volume 6, Nomor 2, Tahun

2017

Universitas Sumatera Utara

Page 87: LEGALITAS HUKUM ATAS PENARIKAN KENDARAAN BERMOTOR …

79

Trisadini Prasastinah Usanti, Lahirnya Hak Kebendaan, Jurnal Perspektif Volume

XVII No. 1 Tahun 2012 Edisi Januari

Yelia Nathassa Winstar, Penjaminan Kendaraan Bermotor Milik Orang Lain

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan

Fidusia, Jurnal Hukum, Fakultas Hukum Universitas Lancang Kuning

Pekanbaru

Widaningsih, Tinjauan Yuridis Pendaftaran Fidusia Bagi Perusahaan

Pembiayaan (Peraturan Menteri Keuangan No. 130/PMK.010/2012),

Jurnal Politeknik Negeri Malang, 2016

Widaningsih, Analisis Yuridis Peraturan Menteri Keuangan (PMK) NO.

130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran Fidusia Bagi Perusahaan

Pembiayaan, Jurnal Panorama Hukum Vol. 1 No. 1 Juni 2016

Widya Justisia dan Zil Aidi, Implikasi Yuridis Permenkumham Nomor 10 Tahun

2013 Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen pada PT.

Fial Cabang Pekalongan, Jurnal Penelitian Hukum Volume 1, Nomor 3,

November 2014,

Universitas Sumatera Utara