perparkiran kendaraan bermotor
TRANSCRIPT
Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2
Bab I Pendahuluan
Setelah bergerak dan sampai ke tempat tujuannya, kendaraan akan
berhenti dan harus diparkir, bahkan kadang-kadang ditinggalkan untuk
keperluan tertentu. Dengan demikian masih terdapat persoalan rekayasa
lalulintas lainnya yang perlu disediki, yaitu persoalan lalulintas dalam
keadaan berhenti. Pada umumnya badan jalan adalah pilihan terdekat dan
paling gampang untuk parkir. Semakin besar volume lalulintas di jalan,
semakin besar pula kebutuhan pelataran parkir.
Akibat parkir di badan jalan, walaupun hanya beberapa kendaraan
yang diparkir sepanjang ruas jalan, kendaraan-kendaraan itu secara
efektif mengurangi lebar jalan dan hal ini berarti mengurangi kapasitas
jalan yang bersangkutan. Sebagai gambaran, hanya tiga buah kendaraan
yang diparkir pada sebuah ruas jalan sepanjang satu kilometer akan
secara efektif mengurangi lebar jalan dari 5,5 meter (18 ft) menjadi tinggal
4,6 meter (15 ft), yaitu dari jalan untuk lalulintas dua arah menjadi satu
arah.
Jelas bahwa parkir di pinggir jalan harus diatur dan dibatasi. Tetapi
kendaraan harus dimungkinkan untuk berhenti pada suatu tempat di
tujuan perjalanannya. Oleh karena itu, sebelum usaha mencari suatu
penyelesaian dan melakukan tindakan, sebuah survey harus dilakukan
baik terhadap sumber-sumber parkir maupun terhadap kebutuhan parkir.
Sebelum melakukan survey parkir secara terperinci, agar
diperhatikan bahwa terdapat keperluan yang saling berbenturan diantara
berbagai ‘permintaan’ parkir, yaitu seperti terlihat pada Tabel. Pkr-1. di
bawah ini.
Adalah tugas akhli perlalulintasan mencari keseimbangan antara
kepentingan-kepentingan yang berbenturan ini sejauh mungkin. Hal ini
dilakukannya dengan menyeimbangkan parkir waktu lama dan waktu
parkir pendek. Akan diperhatikannya imbalan parkir di jalan (yaitu pada
TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 1 -
Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2
kerb atau pinggiran) dan parkir di luar jalan, di bawah tanah atau
bangunan parkir bertingkat, dan menyediakan sesuatu bagi setiap orang.
Tabel. Pkr-1. Berbagai Permintaan Parkir
Penumpang/sopir pribadi
Pemilik toko
Operator kendaraan Umum
Sopir mobil komersial
Lalulintas langsung
Petugas parkirAkhli perlalulintasan
- menghendaki parkir bebas, nyaman bagi kepentingan berbelanja
- menginginkan mudah bongkar muat dan parkir yang menyenangkan bagi pelanggan
- menghendaki jalur bebas/khusus untuk bus agar dapat menepati jadwal waktu
- menginginkan mudah bongkar muat, dan apabila pelataran parkir tidak memadai, mereka akan ‘parkir ganda’
- menghendaki tidak ada kemacetan akibat parkir
- menghendaki parkir bebas di mana saja- ingin menyenangkan setiap orang dan
tetap menjaga kelancaran lalulintas
Banyak pakar yang mengeluarkan pendapat tentang parkir, yang
pada intinya dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Parkir adalah suatu keadaan dimana sebuah kendaraan
ditinggalkan di suatu tempat tertentu oleh pemiliknya dalam jangka
waktu tertentu yang pada saatnya akan diambil kembali oleh
pemiliknya tersebut.
2. Parkir adalah meletakkan kendaraan pada suatu areal tertentu
untuk jangka waktu tertentu pula (durasi parkir tertentu). Atau
dapat dilukiskan dalam gambar berikut :
Masuk Keluar
Gambar. Pkr-1. Ilustrasi Parkir
TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 2 -
Pelayanan Parkir(tempat parkir)
Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2
Lokasi dimana kendaraan parkir dinamakan fasilitas parkir. Fasilitas
parkir merupakan suatu bagian yang sangat penting dari sebuah sistem
transportasi. Peran fasilitas parkir dalam sebuah sistem transportasi dapat
dilihat dari fungsinya dalam menyediakan tempat untuk menyimpan
kendaraan di tempat-tempat tujuan perjalanan dari pergerakan lalu lintas.
TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 3 -
Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2
Bab II. Jenis Parkir
Jenis parkir dapat diklasifikasikan menurut beberapa hal, yaitu
sebagai berikut :
1. Menurut penempatannya
2. Menurut sifatnya
3. Menurut jenis kendaraan
4. Menurut tujuan
5. Menurut cara pengelolaannya
2.1. Menurut Penempatannya
Menurut penempatannya, parkir dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Parkir di badan jalan (On Street Parking)
2. Parkir di luar jalan (Off street Parking)
2.1.1. Parkir di Badan Jalan (On Street Parking)
Parkir di badan jalan (On Street Parking) adalah parkir yang
menggunakan bagian dari jalan sebagai tempat parkir. Sarana parkir ini
biasanya terletak di pinggir jalan yang secara fisik ditentukan dengan
memberikan pembatas dengan bentuk empat persegi panjang dengan
menggunakan cat atau sejenisnya. Parkir di jalan dapat banyak terlihat
pada daerah pusat kegiatan yang padat, karena tiadanya tempat parkir
khusus. Perlu diperhatikan bahwa kategori ini dapat mempengaruhi arus
lalu lintas jalan tersebut.
Pengoperasian parkir pada badan jalan harus diperhatikan supaya
tidak mengganggu lalu lintas di sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu
kendaraan yang parkir dibatasi untuk tipe-tipe kendaraan tertentu, yaitu
misalnya kendaraan besar tidak diperbolehkan untuk parkir pada tempat
tersebut.
TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 4 -
Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2
2.1.2. Parkir di Luar Jalan (Off Street Parking)
Tempat parkir di luar jalan (Off Street Parking) adalah tempat parkir
yang tidak menggunakan bagian dari badan jalan sebagai tempat parkir,
tapi merupakan suatu tempat yang sengaja dibangun atau suatu tempat
tertentu yang sengaja dijadikan tempat parkir.
Tempat parkir jenis ini lebih baik dari jenis yang telah disebutkan
sebelumnya. Karena jenis ini tidak mengganggu fasilitas jalan yang sudah
ada. Tapi parkir jenis ini juga mempunyai kelemahan yaitu harus
direncanakan secara khusus yang berarti timbulnya biaya untuk
perencanaan, pembebasan tanah dan konstruksi tambahan.
Bentuk-bentuk dari parkir di luar jalan adalah sebagi berikut:
a. Lapangan Parkir
Tempat parkir bentuk ini berupa lapangan terbuka atau berupa
taman yang sengaja dibangun untuk tempat parkir.
b. Gedung Parkir
Gedung parkir adalah bangunan yang sengaja dibuat khusus untuk
tempat parkir. Untuk menyediakan jumlah tempat yang diinginkan,
sementara itu luas tanah yang tersedia kurang, maka biasanya
bangunan ini dibuat bertingkat. Jenis ini cocok untuk daerah
perkotaan dimana lahan kososng sudah susah didapatkan.
c. Parkir Bawah Tanah (Basement)
Parkir bawah tanah adalah tempat parkir yang memanfaatkan
basement sebagai tempat parkir. Jadi bedanya dengan gedung
parkir yaitu pada jenis ini gedungnya dibangun untuk kegiatan lain
misalnya kantor, pusat perbelanjaan atau lainnya.
d. Garasi
Garasi merupakan salah satu tempat parkir yang bersifat pribadi
yang dibangun untuk tempat parkir atau tempat menyimpan mobil
keluarga.
TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 5 -
Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2
2.2. Menurut Sifatnya
Menurut sifatnya parkir dapat juga dibedakan menjadi beberapa
bagian :
1. Tempat Parkir Umum
Sesuai dengan namanya umum, maka tempat parkir jenis ini
adalah tempat parkir yang dapat dipakai oleh umum dan untuk
semua jenis kendaraan.
2. Tempat Parkir Khusus
Tempat parkir khusus merupakan tempat parkir yang memiliki
peraturan tertentu dalam pengelolaannya. Misalnya parkir untuk
pengelola, parkir motor motor dan lain sebagainya. Biasanya pada
tempat-tempat tersebut diberi tanda (rambu-rambu) khusus untuk
keperluan itu.
2.3. Menurut Jenis Kendaraan
Berdasarkan jenis kendaraan yang mengisinya, fasilitas parkir
terdiri dari :
1. Parkir kendaraan tidak bermotor, yang diperuntukkan bagi
kendaraan seperti sepeda dan sebagainya.
2. Parkir kendaraan bermotor roda dua, yang diperuntukkan bagi
kendaraan seperti sepeda motor dan sebagainya.
3. Parkir kendaraan bermotor roda empat atau lebih, yang merupakan
parkir untuk kendaraan-kendaraan seperti mobil, truk dan
sebagainya.
2.4. Menurut Tujuannya
Berdasarkan tujuan parkirnya, sebuah fasilitas parkir dapat dibagi
menjadi :
1. Parkir Penumpang
Fasilitas parkir ini ditujukan sebagai tempat menaikturunkan
penumpang.
TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 6 -
Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2
2. Parkir Barang
Fasilitas parkir ini ditujukan sebagai tempat bongkar-muat barang.
2.5. Menurut Cara Pengelolaannya
Menurut pengelolaan, fasilitas parkir dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Parkir bebas
Parkir bebas atau parkir tidak dipungut biaya dapat dijumpai pada
tempat parkir yang menggunakan badan jalan. Namun pada
tempat-tempat tertentu terdapat pengecualiaan, yang dimaksudkan
untuk dapat membatasi waktu parkir atau lamanya kendaraan
parkir.
2. Parkir dengan sejumlah pembayaran
Biasanya tempat parkir jenis ini berupa bangunan gedung atau
lapangan terbuka yang dikelola sendiri atau disewakan pada orang
lain untuk mengelolanya. Kemudian pengelolanya dapat
menetapkan sejumlah uang untuk ongkos parkir guna perawatan
dan keamanan parkir.
TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 7 -
Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2
Bab III. System Parkir
3.1. Beberapa System Parkir
Ada beberapa system parkir yang biasa digunakan untuk keadaan
khusus yaitu :
a. Park and walk facility
Adalah jenis parkir dimana pelaku perjalanan memarkir kendaraan
di suatu lahan parkir dan selanjutnya berjalan kaki untuk mencapai
tujuan mengingat jarak jarak tempuh dengan jalan kaki relatif
pendek . Hal ini terjadi misalnya di pusat pertokoan dan
perkantoran.
b. Park and ride facility
Dapat diartikan dengan pengendara yang akan memarkir
kendaraannya ke areal parkir dalam waktu lama karena
pengendara mempunyai tempat tinggal yang cukup jauh.
c. Kiss and ride facility
Dipakai untuk mengantar dan menjemput menuju dan datang di
suatu teminal. Menaik-turunkan penumpang di pagi hari tidak
menimbulkan permasalahn yang berarti, namun masalah besar
baru muncul pada sore atau malam hari pada saat menunggu
kedatangan, maka perparkiran tersebut akan mengganggu lalu
lintas di jalan sekitarnya yang pada akhirnya akan menimbulkan
kemacetan.
3.2. Cara Pembayaran Uang Parkir
Ada berbagai cara yang diterapkan oleh pengelola untuk
pembayaran uang parkir :
1. Free Entry/Pay On Exiting
Pada jenis ini si pemarkir mengambil tiket pada pintu masuk dan
membayar pada pintu keluar. Dengan pembayaran seperti ini maka
pemarkir tidak terlalu lama menunggu mobil didepannya jika antri
TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 8 -
Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2
dan pelayanan pintu masuk jadi lebih efisien. Namun cara ini akan
memberikan bebannya pada pintu keluar.
2. Free Entry/Pay Before Exiting
Pada cara ini pemarkir mengambil tiket pada pintu masuk dan
kemudian membayar pada loket yang telah ditentukan sebelum ia
keluar.
3. Pay On Entry/Free Exiting
Pemarkir mengambil tiket dan membayar biaya parkir pada pintu
masuk. Sehingga beban terbesarnya terjadi pada pintu masuk.
4. Langganan
Pembayaran dilakukan secara menyeluruh untuk jangka waktu
tertentu. Pada sistem ini si pemarkir tinggal memarkirkan mobilnya
tanpa harus membayar pada setiap parkirnya.
TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 9 -
Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2
Bab IV Lay Out Parkir
Yang dimaksud dengan lay out parkir adalah bagaimana tempat
parkir tersebut diatur sehingga memberikan jumlah ruang parkir yang
dapat memenuhi kebutuhan, dengan jalan mengoptimalkan luas lahan
yang tersedia. Selain jumlah tempat parkir, pengaturan tersebut juga
harus memberikan keamanan dan kenyamanan bagi kendaraan yang
akan masuk ke atau keluar dari tempat parkir tersebut.
4.1. Panjang dan Lebar Ruang Parkir
Yang dimaksud dengan panjang dan lebar ruang parkir adalah
besaran yang dibutuhkan bagi sebuah kendaraan untuk parkir. Ukuran
panjang dan lebar ruang parkir biasanya disesuaikan dengan ukuran
kendaraan yang parkir. Sedangkan ukuran kendaraan itu berbeda-beda.
Informasi mengenai panjang dan lebar kendaraan bisa didapatkan dari
Automobile Manufacturers Association.
4.2. Lebar Jalan Akses dan Sirkulasi Parkir
Lebar jalan akses parkir adalah jalan atau ruang pada tempat parkir
yang diperuntukkan bagi kendaraan bergerak sebelum atau sesudah
parkir. Jalan akses ini sangat erat hubungannya dengan kemudahan
pengemudi yang akan memarkirkan mobil atau untuk mencapai pintu
keluar.
Jalan akses yang baik akan memberikan kenyamanan pada
pengemudi untuk bergerak keluar atau masuk ke ruang parkir tanpa was-
was akan menabrak atau membahayakan kendaraan didekatnya. Namun
jalan akses yang terlalu besar merupakan pemborosan tempat dan itu
juga tidak baik. Jadi harus seefisien mungkin.
Sirkulasi parkir merupakan pangaturan arah lalu lintas kendaraan
yang berada pada lokasi fasilitas parkir, baik yang baru masuk dan
TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 10 -
Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2
sedang mencari tempat yang kosong maupun yang sudah akan keluar
dari lokasi fasilitas parkir.
Arah lalu lintas kendaraan dalam suatu fasilitas parkir dapat
berupa:
- Satu arah
- Dua arah
- Kombinasi satu arah dan dua arah
Pemilihan tipe sirkulasi parkir di atas harus dilakukan secara
seksama. Rute menuju stall parkir seharusnya dibuat sependek mungkin
dan lalu lintas dibuat tersebar untuk menghindari kemacetan (HOBBS,
1974). Namun perlu juga diingat bahwa sirkulasi satu arah akan lebih
memberikan arus lalu linas yang efisien dan meminimalkan bentrokan
(O’FLAHERTY,1974). Berbagai alternatif arah lalu lintas di atas dapat
dilihat pada Gambar. Pkr-2 di bawah ini.
TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 11 -
Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2
Gambar. Pkr-2. Alternatif arah lalu lintas dalam fasilitas parkir (O’FLAHERTY)
Pada fasilitas parkir yang bertingkat, sirkulasi kendaraan dari satu
lantai kelantai lainnya memerlukan alat bantu. Alat bantu tersebut dapat
berupa :
- Elevator
- Ramp
Penggunaan elevator sebagai alat bantu pada fasilitas parkir
tidaklah banyak, bahkan di Indonesia dapat dikatakan tidak ada. Alat
bantu yang digunakan pada fasilitas parkir di Indonesia adalah ramp, baik
yang berbentuk lurus maupun melingkar. Selain itu ada pula suatu bentuk
ramp istimewa yang disebut parking ramp atau sering pula disebut slope
floor yaitu suatu ramp yang juga digunakan sebagai sebuah modul parkir.
TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 12 -
Kombinasi Satu Arah dengan Dua Arah
In Out
O u t
In
O u tIn
O u t
Kombinasi Satu Arah
Kombinasi Dua Arah
In
O u t
O u tIn
In
O u t In
O u t
O u tIn
In
O u t
In
O u t
Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2
Gambar. Pkr 3. Layout lantai dan ramp dalam fasilitas parkir bertingkat
Hal ini tentunya dapat dilakukan apabila ramp tersebut memiliki
lebar yang cukup sebagai suatu modul parkir, dan memiliki kemiringan
yang tidak terlalu besar. Kemiringan suatu ramp secara umum hendaknya
tidak melebihi 10% jika lurus dan 8% jika melingkar, sedangkan untuk
parking ramp kemiringannya hendaknya tidak melebihi 5%
(HOBBS,1974).
4.3. Pengaturan Parkir
Dengan meningkatnya perjalanan maka kebutuhan akan ruang
parkir juga semakin meningkat. Hal ini tidak menutup kemungkinan akan
meningkatkan perlunya lahan dan tata ruang yang digunakan untuk parkir.
Pilihan tata letak parkir kendaraan tergantung pada bentuk dan
dimensi bidang yang tersedia di mana hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah akses kendaraan untuk masuk dan keluar areal parkir.
TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 13 -
Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2
Pemilihan sudut parkir yang baik akan memberikan jumlah tempat yang
optimal.
Pertimbangan tersebut diperlukan mengingat :
a. Kapasitas parkir yang direncanakan
b. Lebar gang (aisle width) dan sirkulasi arus lalu lintas.
c. Tingkat kemudahan, kenyamanan dan keselamatan yang
diinginkan.
Pertimbangan tersebut diperlukan mengingat :
a. Parkir membentuk sudut
b. Parkir sejajar/pararel
Parkir membentuk sudut biasanya memudahkan pemarkir untuk
melakukan manuver masuk dan keluar dari ruang parkir. Parkir
membentuk sudut membutuhkan waktu yang sedikit dibandingkan dengan
parkir pararel, tetapi parkir membentuk sudut akan menyebabkan konflik
yang lebih besar antara kendaraan yang masuk atau keluar dari ruang
parkir dengan kendaraan yang bergerak dalam arus pergerakan
kendaraan pada pelataran parkir. Di bawah ini beberapa bentuk dari
pemilihan sudut parkir :
TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 14 -
Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2
Gambar. Pkr 4. Pemilihan Sudut Parkir
Apabila kebutuhan parkir sangat tinggi dan ruangan parkir yang
tersedia sudah tidak mencukupi, maka diperlukanm perluasan lahan parkir
atau perlu dibuatnya gedung parkir yang dapat dibangun di bawah tanah
(basement) ataupun di atas tanah. Dalam merancang gedung parkir, ada
4 faktor yang perlu diperhatikan yaitu biaya, kemudahan dan kenyamanan
pemarkir, permintaan akan parkir serta keserasian dan keharmonisan
gedung parkir dengan lingkungan sekitarnya.
TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 15 -
Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2
4.4. Masalah Perparkiran
Perencanaan, operasional, manajemen dan pengawasan sebuah
tempat parkir secara professional akan dapat memberikan informasi yang
lebih akurat mengenai tempat parkir tersebut. Kebutuhan terhadap data
spesifik dapat dilakukan dengan penyelidikan secara langsung di
lapangan. Sehingga masalah yang dihadapi pada sebuah tempat parkir,
khususnya perparkiran off street parking akan dapat diketahui. Masalah
yang sering ditemui adalah ketersediaan lahan parkir (Supplay) dan
kebutuhan lahan parkir (demand) itu sendiri. Masalah yang mungkin
sering ditemui :
1. Penyediaan Lahan
Penyediaan lahan untuk parkir sangat bergantung pada jumlah
tempat yang parkir yang harus disediakan. Besarnya lahan parkir
pada suatu gedung biasanya disesuaikan dengan :
a. luasnya gedung tersebut
b. jenis kegiatan
c. besar kegiatan yang terjadi atau akan terjadi pada gedung
tersebut.
Selain itu penyediaan lahan parkir juga sangat tergantung pada ada
tidaknya tanah kosong untuk membangun tempat tersebut. Dan
untuk mengatasi masalah kekurangan lahan ini maka orang
membangun gedung parkir bertingkat. Selain itu mengoptimalkan
penggunaan lahan yang sudah ada, misalnya pemakaian sudut
parkir yang tepat juga akan membantu masalah ini.
2. Kebutuhan Parkir
Kebutuhan akan tempat parkir akan muncul setelah adanya
kegiatan di suatu gedung atau pusat kegiatan. Karakteristik dari
kebutuhan tersebut akan dipengaruhi :
a. Jumlah perjalanan dengan mobil (frekuensi parkir) pada tempat
itu.
TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 16 -
Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2
b. Durasi parkir
c. Aktifitas utama pada areal tersebut
Selain penyediaan lahan dan jumlah kebutuhan terhadap tempat
pada suatu gedung, analisis jumlah kepemilikan kendaraan pada suatu
daerah tersebut dapat membantu memperkirakan jumlah kebutuhan
terhadap tempat parkir.
Jadi parkir merupakan bagian dari suatu perjalanan dengan
menggunakan kendaraan, seperti ke tempat kerja, ke sekolah, ke took
atau super market, atau ketika pulang ke rumah. Ketersediaan suatu
ruang untuk tempat parkir adalah sangat penting untuk dapat memberikan
kelancaran bagi perjalanan tersebut.
Selain tersedianya tempat juga sangat di butuhkan jaminan
keamanan dan kenyamanan. Sehingga pemarkir tidak was-was
kendaraannyaakan hilang atau rusak selama parkir.
4.5. Pengukuran Parkir
Dalam analisis sebuah tempat parkir ada beberapa parameter-
parameter penting pada analisis tempat parkir.
1. Akumulasi Parkir
Akumulasi parkir adalah jumlah kendaraan yang parkir di suatu
tempat parkir pada periode waktu tertentu. Data jumlah kendaraan
yang parkir didapat dari hasil perhitungan selisih kendaraan yang
masuk dan keluar tempat parkir dalam satuan waktu tertentu.
TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 17 -
Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2
Sumber : F.D. HOBBS
Gambar. Pkr 5. Contoh Kurva Akumulasi Parkir
2. Volume Parkir
Volume parkir menyatakan jumlah kendaraan yang masuk ke
tempat parkir pada selang waktu tertentu (jumlah kendaraan per
periode tertentu). Biasanya volume parkir ini dihitung per hari.
3. Lama Parkir (Parking Duration)
Lama parkir adalah waktu yang digunakan oleh suatu kendaraan
untuk parkir pada periode waktu tertentu.
4. Pergantian Parkir (Parking Turn Over)
Yaitu tingkat pemakaian ruang parkir yang diperoleh dari
pembagian volume parkir dengan jumlah ruang yang tersedia untuk
periode tertentu.
5. Waktu Sibuk
TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 18 -
Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2
Yaitu waktu dimana pemakaian ruang parkir mendapat beban
paling tinggi. Ini ditandai dengan banyaknya kendaraan yang
masuk dan keluar pada tempat parkir tersebut.
6. Kapasitas Parkir Harian
Kapasitas parkir harian adalah banyaknya kendaraan yang dapat
dilayani oleh suatu tempat parkir dalam satu hari. Harga dari
kapasitas harian tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
KPH =
Dimana :
KPH = Kapasitas Parkir Harian
K = Faktor efisiensi
Kapasitas ruang parkir adalah jumlah petak parkir yang tersedia
(yang diperhitungkan).
Waktu pelayanan parkir harian adalah lamanya waktu operasi
lahan parkir perhari yang dihitung mulai dari kendaraan pertama
masuk sampai dengan waktu kendaraan terakhir keluar.
7. Indeks Parkir
Indeks parkir merupakan tingkat pemakaian ruang parkir pada
suatu lahan parkir pada waktu tertentu yang dihitung dengan
membandingkan jumlah kendaraan yang parkir dengan kapasitas
parkir yang tersedia. Nilai dari indeks parkir dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
IP =
8. Faktor Kebutuhan Parkir
Faktor kebutuhan parkir adalah suatu harga yang menunjukan
berapa jumlah petak parkir yang dibutuhkan untuk setiap satuan
luas lantai bangunan berdasarkan kendaraan parkir maksimum per
jam setiap hari pengamatan.
TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 19 -
Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2
Harga faktor kebutuhan parkir dapat dihitung dengan rumus berikut:
FKP =
4.6. Studi Terdahulu
Di beberapa negara penentuan jumlah tempat parkir yang harus
disediakan sudah merupakan suatu kewajiban. Untuk menentukan jumlah
tersebut ada beberapa metoda yang diterapkan.
Harga akumulasi parkir dapat digambarkan dalam sebuah grafik.
Grafik yang sering dijumpai adalah seperti pada Gambar. Pkr 6 di bawah
ini. Namun disamping itu juga dapat digambarkan dengan selisih dari
grafik kumulatif kedatangan dan grafik kumulatif keberangkatan.
Gambar. Pkr 6. Grafik Kumulatif Kendaraan Masuk dan Keluar.
Jumlah kebutuhan parkir dapat dihitung dari jumlah kendaraan
parkir maksimum pada suatu waktu tertentu. Jumlah kendaraan parkir
maksimum pada suatu waktu tertentu. Jumlah kendaraan parkir adalah
TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 20 -
Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2
jarak vertikal antara grafik masuk dan grafik keluar. Jumlah parkir
maksimum berarti jarak vertikal maksimum antara dua grafik tersebut.
Dengan diketahuinya akumulasi parkir maka indeks parkir akan
diketahui. Yaitu merupakan perbandingan jumlah kendaraan yang parkir
terhadap jumlah petak parkir (kapasitas parkir) yang tersedia.
Dengan indeks parkir ini dapat dilihat tingkat pemakaian ruang
parkir. Jika harga indeks parkir tersebut lebih dari 100% maka dikatakan
tingkat pemakaian ruang parkir lebih besar dari kapasitas. Sebaliknya jika
kurang dari 100% maka tingkat pemakaian ruang parkir lebih kecil dari
kapasitas.
4.7. Standar Kebutuhan Parkir
Kebijaksanaan standar kebutuhan parkir pada suatu negara
berbeda dari yang satu dengan yang lainnya. Lain negara akan lain pula
kebijaksanaan penetapan jumlah petak parkir yang harus disediakan
untuk luas tertentu. Seperti ditunjukan pada tabel 2.1. untuk perkantoran
kebijakan di Paris adalah satu ruang parkir untuk setiap 50 meter persegi
luas lantai yang mana berbeda dengan kebijaksanaan di London yang
menetapkan satu ruang parkir untuk 185 meter persegi luas lantainya.
Selain itu yang juga mempengaruhi jumlah ruang parkir yang harus
disediakan yaitu pada jenis kegiatan (zona) dan besarnya kegiatan
Tabel. Pkr 2. Standar Ruang Parkir Untuk Pusat-Pusat Kota Terpilih
Tataguna LahanPemerintahan Perumahan Perkantoran Shops Stores
Satu Ruang Parkir Untuk
TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 21 -
Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2
Frenc Min of Equipment 0.67 - 1 dwelling 40m² 30m² -Paris 1 50m² 50m² -Copenhagen 1 - 1.5 - - 50 - 100m²London 1 185m² 232m² -Hamburg 1.00 100m² 50m² -Britain 1 32.5 - 232m² 37232m² -Sumber : (O’Flaherty,1974)
Tabel. Pkr 3. Kebutuhan Tempat Parkir Menurut Zona
Zona Satu tempat parkir untuk setiap
PerkantoranToko dan pasarRestauranBioskopHotel bintang 4 dan 5Hotel bintang 3Hotel bintang 2MotelRumah sakit
70 m² luas lantai80 m² luas lantai
10 kursi20 kursi
4 kamar tidur8 kamar tidur
10 kamar tidur1 kamar tidur
10 tempat tidurSumber : (Geofferey & Funaro 1977)
Kebutuhan tempat parkir menurut jenis kegiatan (zona) akan
berbeda dari yang satu dengan yang lainnya. Seperti terlihat pada tabel
2.2. untuk zona perkantoran adalah satu tempat parkir untuk setiap 70
meter persegi luas lantai sedangkan zona toko dan pasar akan
membutuhkan 80 meter persegi luas lantai untuk satu tempat parkir.
Bab V Survei Perparkiran
TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 22 -
Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2
Dalam rangka study perparkiran terdapat beberapa jenis survey
perparkiran yang sering dilakukan, yaitu sebagai berikut :
5.1. Penghitungan di Tapal Batas Daerah Perencanaan (Cordon Count).
Daerah perencanaan yang akan disurvei dikelilingi (di tapal-tapal
batasnya) oleh pos-pos pengawasan. Pada tiap pos, dilakukan
penghitungan terpisah antara kendaraan yang masuk dan yang keluar
dengan cara pencatatan plat nomor kendaraan. Penjumlahan secara
aljabar semua kendaraan yang masuk dan yang keluar menghasilkan
akumulasi seluruh kendaraan pada area tersebut.
Hal yang lebih penting daripada menetapkan permintaan parkir,
ialah kenyataan bahwa akumulasi yang ditunjukan dengan cara
perhitungan di tapal batas ini dapat dipakai sebagai kerangka
pengendalaian. Perhitungan dapat dilakukan secara manual maupun
otomatis.
Dari hasil survei pencatatan plat nomor tersebut akan didapatkan
suatu informasi dari setiap pos yaitu ;
a. Total parkir kendaraan
b. Menilai kedatangan dan keberangkatan
c. Akumulasi parkir
d. Durasi parkir
5.2. Wawancara Langsung
Pengendara kendaraan yang berparkir pada daerah studi
diwawancarai tentang asala dan tujuan perjalanannya serta maksud
melakukan parkir. Informasi ini, bersama dengan informasi lama waktu
parkir, memungkinkan perumusan karakteristik parkir utama. Wilayah
survei dibagi menjadi beberapa bagian yang ukuran tiap bagian ditetapkan
sedemikian sehingga areal tersebut dapat diliput dalam satu hari oleh tim
TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 23 -
Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2
pewawancara. Pewawancara ditugaskan pada sepenggal panjang jalan
tertentu yang dapat teramati dengan mudah dan setiap kejadian parkir
yang terjadi pada ruas jalan tersebut dapat dicatat, namun pada kondisi
parkir pusat kota yang khas panjang tersebut tidak lebih dari 100 meter.
Untuk tiap kendaraan, pewawancara mencatat informasi sebagai
berikut :
a. Nomer plat kendaraan : untuk tujuan identifikasi
b. Klasifikasi kendaraan : mobil penumpang, taksi, truk, dan
sebaginya.
c. Sifat parkir ; sah, tidak sah, sisi jalan, luar jalan, dan sebagainya.
d. Waktu kendaraan berhenti untuk parkir
e. Waktu kendaraan meninggalkan tempat parkir
f. Tempat berhenti paling akhir yang penting tempat pengemudi
menghentikan kendaraan (sebelum sampai ke tempat parkir ini).
g. Tempat tujuan pengemudi setelah meninggalkan kendaraannya di
tempat parkir.
h. Maksud pengemudi memarkir kendaraannya : belanja, bekerja,
bongkar-muat barang dan sebaginya.
Contoh formulir wawancara yang sederhana, yang cocok untuk
merekam informasi ini, terlihat pada gambar di bawah ini :
TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 24 -
WAWANCARA SURVEI
Klasifikasi kendaraan : 1. Mobil2. Taksi3. Truk
Sifat parkir : di luar jalan
Waktu kendaraan berhenti parkir 15:25
Waktu kendaraan meninggalkan tempat parkir 16:15
* Lama parkir : …………
* Jam – jam sibuk : …………
Asal Parjalanan : Perumahan sidoarum
Tempat tujuan setelah meninggalkan kendaraanDi tempat parkir : Toko Gardena, Jl Solo
* Jarak tempuh jalan kaki
Maksud perjalanan : belanja
1
Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2
Gambar 2.7. Formulir Wawancara Parkir
5.3. Survei Cara Patroli
Dalam survei ini wilayah studi dibagi menjadi beberapa bagian
yang cukup kecil sedemikian hingga dapat dipatroli setiap setengah jam
atau interval waktu lainnya yang lebih memadai. Pada tiap kali patroli,
dihitung jumlah kendaraan yang berparkir di tiap wilayah bagian studi,
dengan demikian dapat diperoleh jumlah akumulasi parkir selama waktu
survei. Selain penghitungan kendaraan parkir tersebut, petugas juga
mencatat setiap nomor plat kendaraan, maka dapat diketahui selama
berapa kali interval patroli sebuah kendaraan di parkir dan dengan
demikian didapat informasi tentang lama waktu parkir.
Total informasi yang dapat diperoleh dari survei ini:
- Total jumlah parkir
- Akumulasi parkir
- Durasi parkir
- Tingkat kedatangan
- Tingkat keberangkatan
TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 25 -
Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2
Dari ketiga metoda survei di atas, umumnya metoda yang dipilih
adalah metoda nomor 1, karena metoda ini lebih bermanfaat dan metoda
ini sangat cocok untuk studi parkir pada pusat perbelanjaan.
TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 26 -