legal memorandum ataopinion

15
1 LEGAL MEMORANDUM ATAU OPINION Oleh: Zen Zanibar M.Z. A. Pengantar Legal memorandum 1 dari konteksnya bermakna catatan hukum. Sebuah catatan hukum selalu berkaitan dengan suatu kondisi atau peristiwa yang mengandung aspek hukum. Karena itu legal memorandum akan dibicarakan dalam satu nafas dengan legal opinion (LO) 2 . LO atau pendapat hukum lazim di kalangan praktisi hukum. Biasanya LO diberikan oleh penasehat hukum terhadap suatu kasus yang sedang dihadapi oleh klien dalam rangka mengatur langkah atau strategi membangun solusi kasus. Sebuah LO dirumuskan setelah dilakukan legal audit (LA) 3 . LA dilakukan dengan cara meneliti berkas, wawancara dan jika sangat perlu observasi singkat. Sebuah LA biasanya memuat hasil analisis tentang suatu kasus. Karena itu materinya memuat berbagai hal: legal posisi (duduk perkara), dasar hukum/norma hukum yang berkaitan, pihak terkait, daftar berkas/naskah hukum, alat bukti tersedia, dan lain-lain yang dianggap perlu (kondisional). Berat ringannya suatu LA tergantung kasus. Kasus hukum privat terutama bisnis yang melibatkan perusahaan besar dan pihak terkaitnya juga perusahaan besar, misalnya dalam hal akan mengadakan merger akan sangat rumit LA yang perlu dilakukan. B. Masalah Hukum Masalah hukum konkrit pada umumnya berbasis pada pelanggaran hukum baik oleh individu maupun negara. Pelanggaran hukum oleh individu terhadap hak individu dalam bidang hukum privat mengacu pada ketentuan-ketentuan hukum antar pribadi (KUHP, UU PT, UUP dll). Pelanggaran hukum oleh warga terhadap hak warga lainnya mengacu Makalah disampaikan dalam Semiloka diselenggarakan oleh FH Unsri, Palembang, 8 Oktober 2004. 1 Black‟s Law Dictionary, 7 th Edt, An informal written note or record outlining the terms of a transaction or contract; a party’s written statement of its legal arguments presented to the court, usu. In the form of a brief <memorandum of law> 2 Ibid. A written document in which an attorney provides his or her understanding of the law as applied to assumed facts. 3 Ibid. Dalam kamus Blak, tidak ditemukan istilah Legal Audit. Tetapi audit diartikan “an audit examination of individual’s or organization’s accounting records, finacial situation, or compliance with some others set of standards”.

Upload: danielle-martin

Post on 21-Apr-2017

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Legal Memorandum Ataopinion

1

LEGAL MEMORANDUM ATAU OPINION Oleh: Zen Zanibar M.Z.

A. Pengantar

Legal memorandum

1 dari konteksnya bermakna catatan hukum. Sebuah catatan

hukum selalu berkaitan dengan suatu kondisi atau peristiwa yang mengandung aspek

hukum. Karena itu legal memorandum akan dibicarakan dalam satu nafas dengan legal

opinion (LO)2. LO atau pendapat hukum lazim di kalangan praktisi hukum. Biasanya LO

diberikan oleh penasehat hukum terhadap suatu kasus yang sedang dihadapi oleh klien

dalam rangka mengatur langkah atau strategi membangun solusi kasus. Sebuah LO

dirumuskan setelah dilakukan legal audit (LA)3. LA dilakukan dengan cara meneliti

berkas, wawancara dan jika sangat perlu observasi singkat. Sebuah LA biasanya memuat

hasil analisis tentang suatu kasus. Karena itu materinya memuat berbagai hal: legal posisi

(duduk perkara), dasar hukum/norma hukum yang berkaitan, pihak terkait, daftar

berkas/naskah hukum, alat bukti tersedia, dan lain-lain yang dianggap perlu

(kondisional).

Berat ringannya suatu LA tergantung kasus. Kasus hukum privat terutama bisnis

yang melibatkan perusahaan besar dan pihak terkaitnya juga perusahaan besar, misalnya

dalam hal akan mengadakan merger akan sangat rumit LA yang perlu dilakukan.

B. Masalah Hukum

Masalah hukum konkrit pada umumnya berbasis pada pelanggaran hukum baik oleh

individu maupun negara. Pelanggaran hukum oleh individu terhadap hak individu dalam

bidang hukum privat mengacu pada ketentuan-ketentuan hukum antar pribadi (KUHP,

UU PT, UUP dll). Pelanggaran hukum oleh warga terhadap hak warga lainnya mengacu

Makalah disampaikan dalam Semiloka diselenggarakan oleh FH Unsri, Palembang, 8 Oktober

2004. 1Black‟s Law Dictionary, 7

th Edt, An informal written note or record outlining the terms of a

transaction or contract; a party’s written statement of its legal arguments presented to the court, usu. In

the form of a brief <memorandum of law> 2Ibid. A written document in which an attorney provides his or her understanding of the law as

applied to assumed facts. 3Ibid. Dalam kamus Blak, tidak ditemukan istilah Legal Audit. Tetapi audit diartikan “an audit

examination of individual’s or organization’s accounting records, finacial situation, or compliance with

some others set of standards”.

Page 2: Legal Memorandum Ataopinion

2

kepada hukum publik karena fungsi negara wajib melindungi untuk kertertiban umum

(KUHP, UU lainnya yang mengandung ketentuan ancaman pidana, dll). Pelanggaran hak

warga oleh badan hukum administrasi mengacu kepada hukum administrasi (KUHAP,

Pelanggaran hak warga/individu/manusia oleh badan hukum publik mengacu kepada

ketentuan hukum yang berbasis HAM).

Masing-masing pelanggaran tersebut akan diidentifikasi kepada ketentuan mana

yang menjadi dasar hubungan hukum. Hubungan hukum bersumber peristiwa hukum

yang terjadi antara kedua subyek hukum.

C. Studi Kasus (Case study)

Dalam penelitian pada umumnya dan hukum khususnya studi kasus salah satu

metode yang kerap digunakan. Studi kasus dilakukan dengan cara mengobsevasi suatu

kasus yang sedang terjadi dalam waktu tertentu. Guna memperoleh gambaran yang jelas

sejak awal sampai akhir. Bisa jadi suatu kasus yang diobservasi sudah berlangsung

beberapa waktu ketika peneliti memulai obervasi. Karena itu dimungkinkan menghimpun

data tentang perkembangan kasus tersebut melalui berbagai cara misalnya wawancara,

dokumentasi [surat, agenda, kliping, surat dan catatan administrasi kantor], arsip [peta,

chart, daftar nama, catatan pribadi, kalender, catatan layanan, data sensus dll],

pengamatan langsung, dan pengamatan terlibat).4

Studi kasus untuk suatu masalah hukum atau perkara tidak berbeda dengan studi

kasus untuk bidang lain. Kalaupun berbeda mungkin hanya soal intensitas obervasi yang

dilakukan. Studi kasus hukum acapkali mengandalkan wawancara, dokumen dan telaah

peraturan perundang-undangan yang berkaitan. Kegiatan semacam itu di kalangan

praktisi hukum disebut legal audit. Dari LA tersebut diperoleh setidaknya 4 hal: pertama,

duduk perkara/ legal posisi/legal standing; kedua, dasar hukum (peraturan perundang-

undangan)/alasan pihak atau para pihak; ketiga, alat bukti yang tersedia atau dimiliki

pihak atau para pihak (disusun secara kronologis jika mungkin, dikalsifikasikan bukti

kuat dan bukti lemah); keempat, kesimpulan.5

4Robert K. Yin, Case Study Research Design and Methods, 5

th, Printed, Sage Publications, Inc,

London-New Delhi, 1987, h. 79-87 5 Kesimpulan LA belum merupakan LO, LO sudah memuat strategi solusi

Page 3: Legal Memorandum Ataopinion

3

D. Legal Opinion (LO)

1. Judicial Review/Pengujian Undang-Undang

Hal-hal penting untuk menyusun LO:

a. Filosofi:

Judicial revieu filosofinya karena UU dibuat oleh parlemen. Sementara

parlemen sendiri lebih merupakan perwakilan parpol (political representative)

ketimbang wakil rakyat. Karena itu UU yang dibuat oleh parlemen lebih mewakili

kepetingan politik (political interest) kelompok mayoritas yang terwakili di parlemen.

Sementara kepentingan minoritas terabaikan. Hal ini terjadi karena logika politik

dalam parlemen adalah siapa memperjuangkan kepentingan siapa. Celakanya

kepentingan politik selalu bersinergi dengan kepentingan ekonomi di luar pagar

parlemen. Dalam banyak kasus produk parlemen acapkali menonjolkan kepentingan

pasar, atau pihak tertentu, sehingga warna pasar atau kepentingan pihak tertentu

tercermin.

Dalam kajian hukum politik pengakomodasian kepentingan membuka peluang

terjadinya pelanggaran hak orang lain atau hak kelompok tertentu yang posisi

perwakilannya lemah di dalam parlemen. Karena itu mungkin saja suatu UU (Pasal

atau pasal-pasal, ayat atau bagian tertentu) melanggar atau bertentangan dengan

konstitusi.

Analisis:

Legal standing:

Bahwa menurut Pasal 51 ayat (1) UU No. 24 Tahun 2003 Pemohon adalah pihak yang

menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya

undang-undang, yaitu: a. perorangan warga Negara Indonesia;

Hak konstitusional (constitusional right):

Menurut penjelasan Pasal 51 ayat (1) UU no. 24 tahun 2003 „yang dimaksud

dengan “hak konstitusional” adalah hak-hak yang diatur dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Hak konstitusional dalam UUD Negara Republik Indonesia tertera dalam Pasal

27, 28, 28A, 28B, 28C, 28D, 28E, 28F, 28G, 28H, 28I dan 28 J tidak memuat

Page 4: Legal Memorandum Ataopinion

4

hak konstitusional yang dimaksud pemohon (Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 dan

Pasal 28 I ayat (2) UUD 1945);

Ronald Dworkin, 1978:

h. 191

“…constitutional rights that we call fundamental like the right of free speech, are

supposed to represent rights against the Government in the strong sense; that is the point

of the boast that our legal system respects the fundamental rights of citizen.”

Ronald Dworkin, 1985:

h. 300

Every citizen has a constitutional right that he not suffer disadvantage, at least in the

competition for any public benefit, because the race or religion or sect or region or

other natural artificial group to which he belongs is the object of prejudice or contempt.

h. 395

The constitution, as a whole, defines as well as commands the conditions under that

each citizen be able to vote and participate in politics as the equal of any other. Free

speech is essential to equal participation, but so is the right of each citizen that others,

whose access to information may be superior to his, not be prevented from speaking to

him.

Dari uraian di atas bahwa pemohon tidak dapat membuktikan dirinya mengalami

kerugian dengan diberlakukannya Pasal 30 ayat (2), (3), (4) dan (5) UU No. 22 tahun

2003;

Bahwa Pemohon memposisikan diri selaku warga Negara Indonesia;

Bahwa Pemohon tidak dapat membuktikan kerugian hak konstitusionalnya oleh

diberlakukannya ketentuan Pasal 30 ayat (2), (3), (4) dan (5) UU No. 22 tahun

2003;

E. Legal Opinion Perkara Bisnis

LO dalam bidang hukum bisnis seperti telah lazim dibuat bagi korporasi yang akan

masuk pasar modal. Biasanya, seperti dapat dilihat dalam prospektus, memuat tentang

„kesehatan hukum“ korporasi guna meyakinkan berbagai pihak baik penyelenggara

pasar modal maupun masyarakat yang berkepentingan dengan korporasi tersebut. LO

juga dibuat dalam rangka korporasi akan merger. LO juga dibuat dalam rangka

Page 5: Legal Memorandum Ataopinion

5

menganalisis kasus tertentu yang sedang dihadapi oleh sebuah korporasi. Berikut satu

contoh yang sekarang masih menjadi persolan besar di Pertamina.

CCoonnttoohh 11::

PPTT PPeemmbbaanngguunnaann PPeerruummaahhaann

PPeennaawwaarraann UUmmuumm OObblliiggaassii IIII

KKeetteerraannggaann TTeennttaanngg PPeerrsseerrooaann

11.. RRiiwwaayyaatt ssiinnggkkaatt ppeerrsseerrooaann

Memuat: i. nama perseroan pertama kali didirikan, perubahan bentuk perseroan

berdasarkan PP, perubahan-perubahan anggaran dasar (AD) sampai dengan yang

terakhir kali, juga muat maksud dan tujuan perseroan.

Riwayat perseroan disusun berdasarkan Akta Pendirian dan akta-akta perubahan

yang sah. Dalam prakteknya akta-akta yang diteliti biasanya berupa foto copy.

22.. KKeeppeemmiilliikkaann ssaahhaamm ppeerrsseerrooaann

Penjualan saham, persetujuan penjualan saham, perubahan susunan pemegang

saham, semua hal itu disertai dengan dokumen-dokumen berkaitan dan yang sah.

33.. PPeennyyeerrttaaaann ppeerrsseerrooaann ppaaddaa ppeerruussaahhaaaann llaaiinn

Restrukturisasi perusahaan, perubahan visi dan misi dengan fokus jasa konstruksi,

penerapan ISO-9000, pembinaan SDM, dll. Perusahaan patungan berikut akta

pendiriannya, perubahan AD. Pengurusan dan pengwasan, struktur permodalan.

44.. OOrrggaanniissaassii mmaanneejjeemmeenn

Memuat: susunan direksi dan komisaris perseroan berdasarkan surat resmi yang

berhubungan dengan susunan direksi dan komisaris.

Page 6: Legal Memorandum Ataopinion

6

KKeetteerraannggaann ddaallaamm LLOO ddiibbuuaatt bbeerrddaassaarrkkaann aauuddiitt sseemmuuaa bbeerrkkaass yyaanngg ddiimmiilliikkii ppeerruussaahhaaaann..

UUnnttuukk ppeerrttaanngggguunnggjjaawwaabbaann hhuukkuumm bbaaggii llaawwyyeerr yyaanngg cceerrmmaatt ddaann hhaattii--hhaattii sseellaalluu mmeemmiinnttaa

ddookkuummeenn aassllii ((ddookkuummeenn ootteennttiikk)) aaggaarr ttiiddaakk mmeemmbbeerrii ooppiinnii yyaanngg mmeennggaanndduunngg

kkeebboohhoonnggaann.. AAkkaann tteettaappii sseerriinnggkkaallii kkoorrppoorraassii yyaanngg bbeerrssaannggkkuuttaann bbaannyyaakk mmaassaallaahh ddeennggaann

ddookkuummeenn--ddookkuummeenn aassllii,, mmiissaallnnyyaa ddiijjaaddiikkaann jjaammiinnaann ddii bbaannkk kkrreeddiittoorr aattaauu ppiihhaakk kkeettiiggaa..

DDaallaamm hhaall ddeemmiikkiiaann bbiiaassaannyyaa llaawwyyeerr ppaaddaa bbaaggiiaann aakkhhiirr LLOO aakkaann mmeennyyaattaakkaann,, mmiissaallnnyyaa::

““sseemmuuaa kkeetteerraannggaann ddii aattaass ddiibbuuaatt sseessuuaaii ddeennggaann ddookkuummeenn yyaanngg ddiisseerraahhkkaann kkeeppaaddaa ssaayyaa””..

CCaattaattaann:: llaawwyyeerr ppeemmbbuuaatt LLOO sseeccaarraa hhuukkuumm bbeerrttaanngggguunngg jjaawwaabb aattaass sseeggaallaa kkeetteerraannggaann

yyaanngg ddiibbuuaattnnyyaa..

CCoonnttoohh 22::

KKAARRAAHHAA BBOODDAASS CCOOMMPPAANNYY vvss PPEERRTTAAMMIINNAA

Kasus Posisi:

Desember 1994 penutupan kontrak kerjasama dan penjualan energi (30 th)

dengan Karaha Bodas Company (KBC) dan PLN dengan nilai US$ 349 juta.

KBC (PT Sumara Dayasakti 10%, Java Geothermal 89%, Duval Corp. 1%);

Pertamina 1997 berdasarkan Keppres No.39/1997 menunda secara sepihak

proyek kerjasama dengan KBC, kemudian kerjasama dilanjutkan lagi

berdasarkan Keppres No.47/1997. Tahun 1998 berdasarkan Keppres No.5/

1998 kembali ditunda;

KBC tanggal 30 September 1999 berdasarkan Pasal 13 JOC (Joint

Operation Contract) dan Pasal 8 ESC (Energy Sales Contract) menginisiasi

arbitrase ke Arbitrase Internasional di Genewa atas penundaan proyek

secara sepihak oleh Pertamina (1998);

Sesusai dengan Pasal 13 JOC dan 8 ESC sengketa secara final akan

diselesaikan melalui arbitrase (an arbitral tribunal) yang tunduk pada

peraturan UNCITRAL. Berdasarkan ketentuan UNCITRAL tersebut

masing-masing pihak akan mengangkat arbtrator dalam waktu 30 hari

setelah tgl pengajuan inisiasi arbitrasi, kemudian secara bersama akan

mengangkat arbitrator ketiga (a third arbitrator) setelah mengangkat

arbitrator kedua (the second arbitrator). Arbitrator ketiga akan bertindak

sebagai pimpinan peradilan arbitrase. Jika arbitrator tidak diangkat dalam

waktu dimasud, maka sekretaris jenderal ICSID (Internt’l Center for

Settlement of Investment Disputes) akan mengangkat sendiri arbitrator.

Putusan arbitrase tersebut akan dilaksanakan oleh kedua pihak.

Page 7: Legal Memorandum Ataopinion

7

Keputusan arbitrase bersifat final dan mengikat para pihak sekaligus sebagai

input bagi peradilan manapun yang berwenang untuk penegakannya. Atas

putusan tersebut para pihak sepakat tidak akan naik banding ke pengadilan

manapun.

Putusan Arbitrase International Swiss 18 Desember 2000 memutuskan

Pertamina harus bayar ganti rugi (arbitation award) atas tuntutan KBC

sebesar US $261,1 juta (US$ 111,1 juta investasi + US$ 150 juta potensi

keuntungan/keuntungan-keuntungan yg diharapkan) karena melanggar

kontrak;

Pengadilan Banding Texas mengesahkan proses Arbitrase Internasional di

Swiss;

Pengadilan Texas memerintahkan Bank Of New York dan Bank of America

menetapkan penahanan asset dan memberian wewenang pembekukan

rekening Pertamina senilai US$ 520 juta;

Pertamina menggugat KBC ke PN Jakarta Pusat (tindakan ini melanggak

Pasal 13 JOC dan 8 ESC).

Pertamina mengajukan banding atas putusan Pengadilan Texas fifth circuit

di New Orleans agar tidak dieksekusi;

Pengadilan Distrik Texas menyatakan Pertamina melanggar temporary

restraining order (larangan maju ke pengadilan);

Pengadilan Hongkong tgl 23 Mei 2002 mengesahkan putusan Arbitrase

Internasional

Pengadilan Singapura tgl 29 Mei 2002 mengesahkan putusan Arbitrase

Internasional

Pengadilan Banding Amerika (19 Juni 2002) second circuit menguatkan

putusan pengadilan yg membekukan rekening Pertamina US$275 juta dari

US$520 juta di rekening penampung (trust account) a.n. Pertamina.

Pengadilan Delaware (18 Juli 2002) memutuskan jaminan yang ditahan

berdasarkan putusan New York sudah cukup

Kesimpulan:

Posisi KBC sangat kuat, sebaliknya Pertamina sangat lemah, karena:

Pertamina melakukan contempt of court dan Pertamina melanggar

temporary restraining order (larangan maju ke pengadilan di Jakarta)

Page 8: Legal Memorandum Ataopinion

8

Putusan Arbitrase Internasional dikukuhkan oleh pengadilan distrik Texas,

Hong Kong dan Singapura.

Pengadilan Banding Amerika (second circuit) menguatkan putusan

pengadilan Texas dengan membekukan US$275 juta dari US$520 juta trust

account.

Kalau Pertamina bertahan citra Pertamina dan RI di mata bisnis global

khususnya perminyakan akan rontok;

Pertamina memiliki pertimbangan lain, kalau bertahan dengan sikap

membangkang dan terus memperkarakan berarti Pertamina harus

mombongkar affair kontrrak untuk membuktikan pelanggaran hukum. Itu

berarti membuka persoalan yang sangat besar.

Pertamina masih memiliki kekuatan yuridis lain dengan menggunakan pihak

ketiga yang dapat digunakan untuk menolak membayar ganti rugi.

Rekomendasi:

Apakah pemegang saham KBC masih memiliki posisi hukum seperti pada

akta pendirian (perlu diteliti akte-akte perubahan kalau ada, atau

perjanjian-perjanjian lain yang mengikat antara para pemegang saham)?

Apakah para pemegang saham KBC mengetahui dan menyetujui langkah-

langkah inisiasi arbitase ?

Apakah perundingan-perundingan mengenai pelaksanaan putusan

arbitrase dilakukan oleh para pemegang saham KBC/kuasanya?

F. Legal Opinion Perkara Tata Usaha Negara

Contoh:

Perkara No.148/G.TUN/2001/PTUN.JKT

BS vs Jaksa Agung RI

Tingkat PTUN

Gugatan BS dikabulkan PTUN dengan pertimbangan:

- Ketentuan Pasal 32 huruf g UU No.5/1991 perlu pembuktian lebih dahulu kesalahan

penggugat dalam perkara BLBI

- Jika ada bukti barulah Jagung bebas menentukan sikap (mencekal/ tidak mencekal)

Page 9: Legal Memorandum Ataopinion

9

- Harus ada putusan pidana barulah Jagung berwenang menerbitkan keputusan

pencekalan

- Pencekalan hanya dapat dilakukan jika terlibat dalam perkara pidana

- Ketentuan Pasal 32 tidak menjelaskan arti “terlibat dalam perkara pidana”

(pertimbangan ini sudah menafsirkan UU)

- PTUN justru mengakui arti terlibat dengan merujuk arti secara gramatikal kata

“tersangkut = turut terbawa-bawa dalam perkara pidana”

- Tindakan Jagung memenuhi kriteria Pasal 53 ayat 2a UU No.5/1986

- Keputusan Jagung cacat hukum karena antara maksud dan tujuan diterbitkannya Kep-

128/D/Dsp.3/06/ 2001 tgl 22 Juni 2001 bertentangan (BS ada di luar negeri ketika

keputusan diterbitkan)

- Jagung melanggar asas kecermatan (zorgvuldigheidsbeginsel) dan sewenang-wenang

(billekeur) melanggar asas nalar yang sehat (redelijkheidsbeginsel) karena itu

keputusan Jagung invalid atau memenuhi kriteria Pasal 53 ayat 2c UU No.5/1986 dan

telah melanggar asas-asas umum pemerintahan yang baik.

Kesimpulan:

pertimbangan PTUN karena tidak menyoroti secara lengkap dasar hukum sah

tidaknya Keputusan a quo (Kep-128/D/Dps.3/06/2001) sebagai keputusan pejabat

adminitrasi;

pertimbangan PTUN mengada-ada karena memberi penafsiran luas terhadap arti

“terlibat dalam suatu perkara” dalam Pasal 32 huruf g UU No. 5/1991 (terlibat =

harus dibuktikan lebih dulu dgn putusan pidana);

Tingkat Banding/PTTUN

Memori banding Jaksa Agung (Jagung):

- PTUN tidak benar bahwa untuk melaksanakan Pasal 32 huruf g UU No.5/1991 harus

dibuktikan lebih dulu keterlibatan BS

- PTUN keliru menfasirkan “keterlibatan dalam perkara pidana” untuk menguji

keputusan a quo Jagung tanpa mengkaitkan dengan UU No.9/1992 tentang

keimigrasian, Keputusan Jagung No. Kep-30/JA/3/1994 ttg Tugas wewenang Jagung

melakukan CEKAL, KUHAP

- Pengertian “pencegahan” (Pasal 1 butir 12 UU No.9/1992) adalah larangan bersifat

sementara thd org tertentu untuk ke luar wilayah RI berdasarkan alasan tertentu

- Pasal 11 ayat 1 UU No.9/1992 Jagung berwenang dan bertanggungjawab

mencegah seseorang pergi ke LN sepanjang menyangkut Pasal 32 huf g UU

No.5/1991 baik dalam tahap penyelidikan, penyidikan dan penuntutan

- Pertimbangan PTUN bahwa Jagung harus membuktikan lebih dahulu keterlibatan BS

dalam tindak pidana bertentangan dengan UU No 9/1992, UU No. 5/1991 dan

persyaratan yang ditentukan Kept Jagung No. 017/JA/01/1996; tanggung jawab

Jagung cukup apabila sudah memperoleh bukti-bukti yg kuat dan memenuhi syarat

untuk diajukan dakwaan ke PN; keterlibatan seseorang dalam tindak pidana apabila

telah ada bukti permulaan yang cukup yg menunjukkan seseorang terlibat

- Penafsiran PTUN keliru dan tidak ada dasar hukumnya karena tindakan Jagung

mencekal BS sesuai KUHAP :

Page 10: Legal Memorandum Ataopinion

10

Pasal 5 ayat 1 huruf a angka 4 KUHAP --.mengadakan tindakan lain menurut

hukum yg bertanggung jawab;

Pasal 7 ayat 1 hruf j KUHAP mengadakan tindakan lain menurut hukum yg

bertanaggung jawab;

Pasal 14 sub I KUHAPmengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan

tanggung jawab sebagai penuntut umum menurut ketentuan undang-undang ini

- Pertimbangan PTUN seyogyanya dasar ditetapkannya keputusan Jagung (tentang

pencekalan) bukan ttg keterlibatan BS dalam perkara pidana;

- Pertimbangan PTUN tidak benar bahwa ada pertentangan antara maksud dan tujuan

dari tindakan cekal Jagung karena secara faktual BS sudah ada di LN. Padahal

tindakan Jagung didasarkan pada alasan hukum yg jelas, terang dan benar, obyektif

dan adil. Karena sesuai dengan: Pasal 11 huruf e, 12 ayat 1,2,3 dan 13 ayat 2 UU

No.9/1992 jo Pasal 2, 4, 5, 6 ayat 1, Pasal 7 dan 8 ayat 1 huruf a PP no.30/1994 dan

Pasal 32 huruf g UU No.5/1991 jo Pasal 4 Kept Jagung RI No. Kep-030/JA/03/1994;

- Keputusan pencekalan semata-mata adanya keterlibatan BS dan untuk mempermudah

pemeriksaan pada tahap penyidikan;

- Keputusan pencekalan dilakukan dalam batas-batas kepantasan, kewajaran dan

kepatutan karena sesuai dengan UU No. 9/1992 jo PP No. 30/1994 dan UU

No.5/1991;

- Tidak ada ketentuan yang menyatakan bahwa pihak yg dicekal berada di dalam

wilayah RI harus berada dalam wilayah RI;

- Penundaan pelaksanaan Kept No.128-D/Dps.3/06/2001 tgl 22 Juni 2001 dengan

alasan masih sangat diperlukan untuk menjaga agar kepentingan BS jangan sampai

dirugikan adalah tidak tepat, sebab:

Tidak terlihat adanya keadaan yg sangat mendesak yg dapat merugikan BS

sebagaimana disyaratkan oleh Pasal 67 ayat 4 huruf a UU No.5/1986;

Sudah selayaknya BS bersedia memenuhi panggilan Tim Penyidik jika merasa

memiliki reputasi bisnis yg baik untuk memberikan keterangan/klarifikasi

dugaan keterlibatan tindak pidana;

Pencekalan BS demi kelancaran pemeriksaaan.

Kesimpulan:

Alasan Jagung/pembanding sudah tepat tetapi tidak tajam.

Seyogyanya:

- Keputusan Jagung berdasarkan bukti permulaan yang menyimpulkan ada dugaan kuat

keterlibatan BS;

- BS sudah dipanggil secara layak tetapi tidak memiliki itikad baik karena tidak

memenuhi panggilan Pembanding/Jagung (Kalau BS punya reputasi bisnis yg baik

semestinya melakukan klarifikasi ke pihak pembanding/Jagung tanpa perlu dipanggil

oleh penyidik);

- Sebagai penegak hukum lebih-lebih berdasarkan Tap MPR, demi menyelamatkan

uang negara dan demi keadilan pembanding harus mencekal BS;

- Ada dugaan kuat bahwa kepergian BS/terbanding ke LN berkaitan dengan tindak

pidana yang dilakukannya;

Page 11: Legal Memorandum Ataopinion

11

G. Legal Opinion Perkara Pidana

Dakwaan terhadap BS (T1) dan AKR (T2)

Dakwaan Primer

(Pasal-pasal primer yang didakwakan= Pasal 1 ayat (1) sub a jo Pasal 28 jo Pasal 34 c

UU No. 3/ 1971 jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 e jo Pasal 64 ayat (1) jo UU no.31/1999 jo UU

No.20/2001 ):

Pasal 1 (1)

a. Dihukum karena tindak pidana korupsi ialah

(1) a. barang siapa dengan melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya

diri sendiri atau orang lain, atau suatu badan, yang secara langsung atau tidak

langsung merugikan keuangan negara dan atau perekonomian negara, atau

diketahui atau patut disangka olehnya bahwa perbuatan tersebut merugikan

keuangan negara atau perekonomian negara;

juncto

Pasal 28

Barangsiapa melakukan tindak pidana korupsi yang dimaksdukan Pasal 1 ayat

(1) sub a, b, c, d, e dan ayat (2) Undang-undang ini, dihukum dengan

hukuman penjara seumur hidup atau penjara selama-lamanya 20 tahun dan/atau

denda setinggi-tingginya 30 (tiga puluh) juta rupiah. Selain itu dapat

dijatuhkan juga hukuman tambahan tersebut dalam Pasal 34 sub a, b, dan c

Undang-undang ini.

juncto

Pasal 34

c. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan

harta benda yang diperoleh dari korupsi.

juncto

Pasal 55 (penyertaan)

(1) Dipidana sebagai pelaku tindak pidana:

1 e. mereka yang melakukan, dan turut serta melakukan tindak pidanan itu;

juncto

Pasal 64 (Gabungan beberapa perbuatan)

(1) Bila antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing merupakan

kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga

harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut, maka hanya hanya

Page 12: Legal Memorandum Ataopinion

12

diterapkan satu aturan pidana; bila berbeda-beda, maka yang diterapkan

adalah yang memuat ancaman pidana pokok yang paling berat;

juncto

UU No.31/1999 diubah dengan UU No.20/2001 (Pasal 1 ayat 3 dan Pasal 2 ayat 1 tidak

diubah) pasal-pasal tidak disebutkan karena JPU memberlakukan UU No.3/1971

untuk kejahatan TI dan TII

Pasal 1

(3) Setiap orang adalah orang perseorangan atau termasuk korporasi

Pasal 2

(1) Setiap yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri

sendiri atau orang lain yang suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan

negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup

atau pidana pejara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)

tahun dan denda paling sedikit Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan

paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu ,ilyar rupiah)

(2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan

dalam keadaan tertentu pidana mati dapat dijatuhkan.

juncto

UU No.20/2001:

(Pasal 3 UU No.20/2001 sama dengan Pasal 3 UU No.31/1999)

Perbuatan para terdakwa:

Melawan hukum

Memperkaya mereka tedakwa atau orang lain atau suatu badan. Perbuatan mana

mengakibatkan kesulitan likuiditas PTBSTbk (rekening giro PTBSTbk di BI saldo

negatif)

Secara langsung atau tidak langsung merugikan keuangan negara Rp.

1.963.897.431.978,17 atau setidak-tidaknya Rp.1.515.025.000.000,-

Dakwaan Subsidiair

(Pasal-pasal yang didakwakan=Pasal 1 ayat (1) Sub b jo Pasal 28 jo Pasal 34 C UU

No.3/1971 jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 e Jo Pasal 64 ayat (1) jo UU No.31/1999 jo UU

No.20/2001)

Pasal 1

(1)

b. Barangsiapa dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau

suatu Badan, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada

Page 13: Legal Memorandum Ataopinion

13

padanya karena jabatan atau kedudukan , yang secara langsung atau tidak

langsung dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;

juncto

Pasal 28

Barangsiapa melakukan tindak pidana korupsi yang dimaksdukan Pasal 1 ayat

(1) sub a, b, c, d, e dan ayat (2) Undang-undang ini, dihukum dengan

hukuman penjara seumur hidup atau penjara selama-lamanya 20 tahun dan/atau

denda setinggi-tingginya 30 (tiga puluh) juta rupiah. Selain itu dapat dijatuhkan

juga hukuman tambahan tersebut dalam Pasal 34 sub a, b, dan c Undang-

undang ini.

juncto

Pasal 34

c. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan

harta benda yang diperoleh dari korupsi.

juncto

Pasal 55 (Penyertaan)

(1) Dipidana sebagai pelaku tindak pidana:

1 e. mereka yang melakukan, dan turut serta melakukan tindak pidana itu;

juncto

Pasal 64 (gabungan beberapa perbuatan pidana)

(1) Bila antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing merupakan

kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga

harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut, maka hanya hanya

diterapkan satu aturan pidana; bila berbeda-beda, maka yang diterapkan

adalah yang memuat ancaman pidana pokok yang paling berat;

juncto

UU no.31/1999 diubah dengan UU No.20/2001 (pasal 3 tidak diubah) pasal-pasal

tidak disebutkan karena JPU memberlakukan UU No.3/1971 untuk kejahatan TI

dan TII

Pasal 3

Setiap orang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya

karena jabatan atau kedudukan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau

kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana

Page 14: Legal Memorandum Ataopinion

14

dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun

dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp.50.000.000,-

(lima pilih juta rupiah) dan paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

Perbuatan para terdakwa:

Melawan hukum

Memperkaya mereka terdakwa atau orang lain atau suatu badan. Perbuatan mana

mengakibatkan kesulitan likuiditas PTBSTbk (rekening giro PTBSTbk di BI negatif)

Secara langsung atau tidak langsung merugikan keuangan negara Rp.

1.963.897.431.978,17 atau setidak-tidaknya Rp.1.515.025.000.000,-

Rekomendasi

Bukti yang diperlukan:

Perintah kepada orang lain utk mengajukan nota kredit (tertulis sah, lisansaksi

min 2 orang)

Keterkaitan T I dan T II dalam perusahaan sehingga tindak pidana merupakan

perbuatan bersama (posisi TI dan TII dalam perusahaan dibuktikan dengan akta

pendirian/akta perubahan)

Penyaluran dana yang mengarah ke dalam kekuasaan/kewenangan TI dan TII

(fluktuasi rekening tujuan/ keterangan saksi yang mendapat perintah mentransfer)

Kapan T I dan T II mengetahui Rekening Giro bersaldo negatif

Sangkalan/Bukti pihak TI dan TII yang perlu diwaspadai:

Dakwaan Pasal 55 ayat (1) ke 1 e jo Pasal 64 ayat (1) tidak disebutkan UU-nya

(semestinya disebut Pasal 55 Ayat (1) ke 1e jo Pasal 64 ayat (1) KUHP) karena

tidak disebut KUHP maka dapat dijadikan alasan bagi pengacara terdakwa

“Dakwaan tidak jelas/kabur);

Dakwaan tidak menyebutkan Pasal yang didakwakan dalam UU No.31/1999 jo

UU No20/2001 dapat dijadikan alasan “dakwaan tidak jelas/kabur”;

Tidak dibuat alasan mengapa UU No. 3/1971 yang digunakan/diterapkan. Hal

ini bisa dijadikan alasan bagi pengacara TI dan TII. Pasal 43A ayat (1) UU

No.20/2001 seyogyanya disebut dalam dakwaan untuk menjelaskan mengapa

Pasal 1 ayat (1) sub a (primer) sub b (subsidair) didakwakan.

Perintah TI berbentuk lisan (langsung di tempat di mana para saksi/yg mendapat

perintah; locus perintah (kalau via telpon bisa melemahkan dakwaaan jika T I bisa

membuktikan bahwa dia menelpon di luar wilayah PN Jakarta Pusat)

Perintah TI berbentuk tertulis (dibuktikan bahwa tanda tangan TI sah/diakui TI atau

keterangan saksi yg menyaksikan TI menanda tangani);

TI bisa membuktikan bahwa tindakannya dilakukan atas perintah Komisaris Utama

PTBSTbk/atau hasil rapat Direksi. Bukti TI bisa saja lisan (harus dengan dua saksi)

dan bisa juga tertulis (bisa dibantah keasliannya);

Karena TI maupun TII in absentia prosedur penentuan domisili/alamat pemanggilan

dan penyampaiannya bisa dijadikan alasan keberatan/ pledoi/pembelaan

Page 15: Legal Memorandum Ataopinion

15

Ancaman hukuman

Paling singkat 1 th paling lama 20 tahun dalam keadaan tertentu dapat dihukum mati

Denda serendahnya Rp.50 jt setingginya Rp 1 m

Hukuman tambahan pembayaran uang pengganti maksimal sama dengan hasil

korupsi

H. P e n u t u p

Dari uraian di atas dua hal yang dapat disimpulkan:

1. Belum ada rumusan baku tentang legal memorandum atau legal opinion.

2. Belum ada format yang baku bagaimana sebaiknya sebuah legal memorandum

atau legal opinion.

3. Dalam hukum bisnis format legal opinion seringkali ditemukan dalam

prospektus, yang formatnya agak berbeda dengan format legal opinion bidang

lain;

4. Format baku dapat dirancang sesuai dengan kebutuhan

5. Format legal memorandum atau legal opinion yang disarankan untuk keperluan

kurikulum, kecuali untuk keperluan korporasi yang akan masuk pasar modal,

menurut hemat saya, intinya 6 (enam) hal saja:

Pertama. Legal standing/kasus posisi;

Kedua, alasan/dalil;

Ketiga, bukti pendudung;

Keempat, analisis;

Kelima, kesimpulan;

Keenam, rekomendasi.

Keenam hal di atas kalau diringkaskan menjadi 3 pokok, yaitu legal

standing/kasus posisi, alasan/dalil, analisis, kesimpulan dan rekomendasi.

Palembang, 3 Januari 2014

Zen Zanibar M.Z.