lbm 3 kb.doc

26
LBM 3 ANOTHER MORTALITY STEP 7 1. Apa tujuan dan manfaat demografi? Manfaat Demografi Mempelajari kuantitas, komposisi, dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu serta perubahan-perubahannya. Menjelaskan pertumbuhan masa lampau dan mengestimasi pertumbuhan penduduk di masa mendatang. Mengembangkan hubungan sebab-akibat antara perkembangan penduduk dan bermacam-macam aspek pembangunan sosial, ekonomi, budaya, politik, lingkungan dan keamanan. Memperlajari dan mengantisipasi kemungkinan dampak yang timbul dari pertumbuhan penduduk di masa mendatang. PENGANTAR ILMU DEMOGRAFI, Andri Wijanarko Ilmu demografi digunakan oleh para ahli umumnya terdiri dari empat tujuan pokok, yaitu: a. Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu.

Upload: faniaapriska

Post on 09-Nov-2015

233 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

LBM 3

LBM 3

ANOTHER MORTALITY

STEP 7

1. Apa tujuan dan manfaat demografi?

Manfaat Demografi

Mempelajari kuantitas, komposisi, dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu serta perubahan-perubahannya.

Menjelaskan pertumbuhan masa lampau dan mengestimasi pertumbuhan penduduk di masa mendatang.

Mengembangkan hubungan sebab-akibat antara perkembangan penduduk dan bermacam-macam aspek pembangunan sosial, ekonomi, budaya, politik, lingkungan dan keamanan.

Memperlajari dan mengantisipasi kemungkinan dampak yang timbul dari pertumbuhan penduduk di masa mendatang.

PENGANTAR ILMU DEMOGRAFI, Andri Wijanarko

Ilmu demografi digunakan oleh para ahli umumnya terdiri dari empat tujuan pokok, yaitu:

a. Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu.

b. Menjelaskan pertumbuhan penduduk masa lampau, penurunannya dan persebarannya dengan sebaik-baiknya dan dengan data yang tersedia.

c. Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk dengan bermacam-macam aspek organisasi sosial.

d. Mencoba meramalkan pertumbuhan pendukuduk di masa yang akan datang dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya.

Pada akhirnya, keempat tujuan pokok tersebut akan bermanfaat untuk:

a. Perencanaan pembangunan yang berhubungan dengan pendidikan, perpajakan, kemiliteran, kesejahteraan sosial, perumahan, pertanian dan lain-lain yang dilakukan pemerintah menjadi lebih tepat sasaran jika mempertimbangkan komposisi penduduk yang ada sekarang dan yang akan datang.

b. Evaluasi kinerja pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dengan melihat perubahan komposisi penduduk yang ada sekarang dan yang lalu beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

c. Melihat peningkatan standar kehidupan melalui tingkat harapan hidup rata-rata penduduk, sebab tidak ada ukuran yang lebih baik kecuali lamanya hidup sesorang di negara yang bersangkutan.

d. Melihat seberapa cepat perkembangan perekonomian yang dilihat dari ketersediaan lapangan pekerjaan, persentase penduduk yang ada di sektor pertanian, industri dan jasa.

Lembaga Demografi FE UI. 2007. Dasar-dasar Demografi. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI.

2. Apa saja komponen , faktor pendorong dan penghambat dari demografi?

Lembaga Demografi FE UI. 2007. Dasar-dasar Demografi. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI.

Kata demografi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari kata :

demos, yang artinya rakyat/penduduk grafein, yang artinya menggambar atau menulis.

Demografi: adalah tulisan atau karangan tentang rakyat atau penduduk

Ilmu yang mempelajari besarnya jumlah penduduk ,distribusi yang menyebabkan perubahan2 penduduk seperti kelahiran, kematian, mobilitas (migrasi). David V.Glass (1953): demografi terbatas pada studi penduduk sebagai akibat pengaruh dari proses demografi, yaitu: fertilitas, mortalitas, dan migrasi

UN ( 1958); IUSSP ( 1982): demografi adalah studi ilmiah mengenai masalah penduduk yang berkaitan dengan jumlah, struktur, serta pertumbuhannya. Masalah demografi lebih ditekankan pada segi kuantitatif dari berbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk yaitu: fertilitas, mortalitas dan migrasi

Donald J. Bogue (1973) : Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik menyangkut perubahan penduduk, besar/jumlah, komposisi dan distribusi penduduk melalui 5 komponen demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial. Jadi dapat disimpulkan bahwa demografi mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah, yang strukturnya meliputi : Jumlah, Persebaran dan Komposisi Penduduk. Struktur penduduk ini dapat selalu berubah-rubah dan perubahan ini disebabkan karena proses demografi yaitu : kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Kuliah pakar dr. Ophi

Komponen demografi yang dapat mempengaruhi jumlah dan usia penduduk ada 3, yaitu kelahiran, migrasi dan kematian.

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-16186-Chapter1-pdf.pdfFAKTOR PENDORONG :

A. Mortalitas : faktor penyakit, bencana alam, kurangnya gizi

B. Natalitas/ fertilitas : anggapan banyak anak banyak rezeki, secara alami pengen punya keturunan, menikah usia muda, hub seks bebas

C. Migrasi : makin berkurangnya sumber daya alam, menyempitnya lap kerja, tidak cocok dengan adat.

FAKTOR PENGHAMBAT :

A. Kebalikannya

B. KB , pembatasan anak

C. Tanggung jawab pada keluarga dll

3. Bagaimana cara pengukuran demografi?a. Sensus Penduduk (SP).Indonesia telah melakukan sesus pada tahun 71, 80, 90, dan 2000 (SP71, SP80, SP90, dan SP2000)b. Survey penduduk, yaitu diataranya :-SUPAS (Survei Penduduk Antar Sensus) pada tahun 1985 dan 1995.-Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional)-SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga)-SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia)c. Registrasi Penduduk, misalnya : Akte Kelahiran, Akta Nikah, Pembuatan KTP.Seiring dengan waktu untuk mengetahui keadaan penduduk mengalami perubahan. Info kependudukan berkaitan dengan keakuratan data, data kependudukan yang tidak akurat menyebabkan informasi yang dihasilkan salah. Padahal data tersebut digunakan sebagai perencanaan pembangunan.4. Apa saja yang mempengaruhi mortalitas?

Faktor pendorong kematian (promortalitas) Adanya wabah penyakit seperti demam berdarah, flu burung dan sebagainya. Adanya bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir dan sebagainya. Kesehatan serta pemenuhan gizi penduduk yang rendah. Adanya peperangan, kecelakaan, dan sebagainya. Tingkat pencemaran yang tinggi sehingga lingkungan tidak sehat. Faktor penghambat kematian (antimortalitas) Tingkat kesehatan dan pemenuhan gizi masyarakat yang sudah baik. Negara dalam keadaan aman dan tidak terjadi peperangan. Adanya kemajuan iptek di bidang kedokteran sehingga berbagai macam penyakit dapat diobati. Adanya pemahaman agama yang kuat oleh masyarakat. Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan selama ini dianggap telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, hal tersebut ditandai oleh beberapa indikator,

antara lain Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI). Program pembangunan kesehatan mencakup kesehatan ibu dan anak yaitu program pemberdayaan masyarakat dan program kesehatan masyarakat yang ditujukan untuk kesehatan ibu dan anak.

Di Indonesia jumlah kematian bayi dan ibu hamil sudah dikenal cukup tinggi.

Tingginya jumlah kematian bayi di Indonesia masih menjadi permasalahan bagi pemerintah, tercatat setiap hari 430 bayi di Indonesia meninggal dunia atau setiap 2,5 menit satu bayi meninggal dunia. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 yang telah dilakukan, jumlah kematian bayi di Indonesia yaitu 34 bayi per 1000 kelahiran, dengan rincian 157000 bayi meninggal per tahun atau 430 bayi per hari. Jumlah tersebut tidak terlalu baik mengingat hanya terjadi sedikit perbaikan dibandingkan dengan jumlah kematian bayi tahun 2003 yang jumlahnya 35 bayi per 1000 kelahiran hidup (Kompas.com, 2009).Jumlah kematian bayi merupakan indikator yang penting untuk mengukur keadaan tingkat kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi yang baru lahir sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat orang tua si bayi tinggal dan sangat erat kaitannya dengan status sosial orang tua si bayi. Dengan demikian upaya

untuk mengetahui tingkat kecenderungan jumlah kematian bayi menjadi prioritas untuk meningkatkan perkembangan pembangunan di bidang kesehatan dari waktu ke waktu yang bertujuan menurunkan jumlah kematian bayi dengan mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi jumlah kematian bayi di Indonesia (Ardiyanti, 2010).

Demografi_mortalitas_digilib_ITS

Factor-faktor yang mempengaruhi mortalitas :

1. Status perkawinan

Mortalitas penduduk yang sudah menikah ternyata lebih rendah dibandingkan dengan yang belum menikah, dan perbedaan untuk pria lebih besar daripada wanita. Hal ini sebagian disebabkan oleh faktor bahwa perkawinan biasanya mensyaratkan orang-orang yang sehat, maupun karena perbedaan kebiasaan dan kondisi hidup.

2. Tempat tinggal

Mortalitas di daerah pedesaan pada umumnya lebih rendah dibandingkan di daerah kota, tetapi sekarang perbedaan tersebut sudah berkurang. Beberapa penyakit menyerang daerah iklim panas, dan ada juga yang melanda tempat-tempat yang dingin; akibatnya perbedaan iklim dapat juga menjadi faktor penyebab kematian. Atas dasar alasan ini juga di tempat tinggal yang sama dapat terjadi fluktuasi mortalitas musiman.

3. Cara hidup

Pada umumnya apabila kondisi sosial semakin memuaskan ( diukur dari segi kualitas perumahan, kebersihan, pelayanan kesehatan, dan lain-lain ), angka kematian akan menurun. Kebiasaan hidup, misalnya merokok, makan dan minum, dapat juga mempengaruhi mortalitas.

4. Faktor genetik

Beberapa penyakit ternyata dapat menular dari generasi yang satu ke generasi lain; dengan demikian terdapat juga beberapa alasan tertentu mengapa para keluarga harus berusaha memperpanjang masa kehidupan. Walaupun jumlah penyakit seperti itu tidak begitu banyak, dan pengaruhnya terhadap mortalitas dirasakan tidak menentu. Dengan demikian dewasa ini perbedaan keturunan secara komparatif dianggap tidak berarti.

Sumber : Teknik Demografi, PT Bina Aksara

5. Apa saja target yang ingin dicapai MDGs dan brapa angka yang ingin dicapai?

1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan

2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan

Perempuan

4. Menurunkan Angka Kematian Anak

5. Meningkatkan Kesehatan Ibu

6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular

Lainnya

7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup

8. Mengembangkan Kemitraan Global untuk Pembangunan

dkijakarta.bkkbn.go.id/infoprogram/Documents/MDGs.pdf

6. Apa saja indikator mortalitas dan bagaimana cara mengukur tingkat mortalitas!

Indikator :

A. Angka kematian kasar : belum memperhitungkan umur dari penduduknya

B. Angka kematian bayi

C. Angka kematian balita : 0-5th

D. Angka kematian anak : 1-5thE. Angka kematian ibu

F. Angka harapan hidup

Cara mengukur :

a. Registrasi penduduk

Cara pengumpulannya prospektif, yaitu pencatatan yang kontinyu terhadap tiap tiap peristiwa kematian.

b. Penelitian (survei)

Biasanya penelitian kematian penduduk ini dijadikan satu dengan penelitian kelahiran (fertilitas) yang disebut dengan penelitian statistic vital.

c. Sensus penduduk

Dalam sensus penduduk, mengenai kelahiran dan kematian penduduk, ditanyakan jumlah perempuan yang pernah kawin menurut umur, jumlah anak yang dilahirkan hidup, jumlah anak yang meninggal dan jumlah anak yang masih hidup.

Dari informasi diatas dibuatlah perkiraan (estimasi) mengenai tingkat kematian bayi, dan tingkat kematian anak.

Prof. Ida Bagoes Mantra, Ph. D. Demografi Umum. Edisi Kedua. Pustaka Pelajar

Pengukuran Data Kematian Penduduk

Tingkat Kematian Kasar (Crude Death Rate).

adalah banyaknya kematian pada tahun tertentu,tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun.

Tingkat Kematian Menurut Umur (Age Specific Death Rate)

adalah jumlah kematian penduduk pada tahun tertentu berdasarkan klasifikasi umur tertentu.

Tingkat Kematian Bayi { Infant Death Rate(IDR)/Infat Mortality Rate (IMR)}

Chabib Musthofa. Sosiologi Kependudukan

http://oc.its.ac.id/ambilfile.php?idp=1798

7. Apa saja komponen dari mortalitas!

8. Mengapa mortalitas dijadikan sebagai indikator kesehatan?

Sejak tahun 1988 Depkes RI fokus programnya pada peningkatan Kesehatan dan kesejahteraan Ibu dan Anak. MaternalMortality Rate(MMR) atau Angka Kematian Ibu adalah salah satu Indikator kesehatan Wanita,tapi juga menggambarkan tingkat akses,integritas dan efektivitas sektor kesehatan.Sehingga MMR sering dipakai untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan suatu negara. Beberapa faktor yg diperkirakan menjadi masalah tersebut, termasuk kualitas Pelayanan Kesehatan oleh tenaga kesehatan yang tidak adekuat dan buruk,berdampak pada lebih dari 200.000 kematian ibu setiap tahunnya. Status dan pendidikan wanita yang rendah utamanya di daerah pedesaan sehingga memberikan dampak negatif pada kematian maternal. Adanya keterbatasan akses pada pertolongan persalinan oleh tenaga terampil dan sistem rujukan yang tidak memadai mengakibatkan hampir 40% wanita melahirkan tanpa pertolongan tenaga kesehatan trampil dan 70% tidak mendapatkan pelayanan pasca persalinan dalam waktu 6 minggu setelah persalinan.Dalam rangka mewujudkan kesehatan Ibu dan Anak,maka WHO, UNFPA, UNICEF,World Bank, dan lain-lain menempatkan Kesehatan Ibu menjadi agenda utama pada upaya peningkatan kesehatan masyarakat dalam skala internasional dimana titik beratnya pada mobilitas Sumber Daya Manusia yang berkualitas di dukung dengan Pelayanan yang berdasarkan Evidence-based.Untuk menurunkan AKI/MMR menjadi 125/100.000 kelahiran hidup maka harus di dukung dengan berbagai sumber daya, seperti sumber daya manusia, sarana dan prasarana, anggaran yang cukup dan dukungan kebijakan oleh para pengambil keputusan pada level top leader dan harus komitmen dengan kebijakan tersebut.Langkah tersebut sudah di dukung dengan membangun Puskesmas di setiap kecamatan dan penempatanminimal1(satu) orang tenaga dokter dan dokter gigi serta beberapa tenaga bidan dan perawat di setiap puskesmas. Dari segi penyebaran sarana fisik pelayanan kesehatan khususnya Puskesmas boleh dikatakan sudah merata di seluruh pelosok indonesia,tetapi kondisi ini tidak di ikuti sepenuhnya dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan keterjangkauan oleh seluruh lapisan masyarakat.

http://dinkes.sulbarprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=50:penilaiantenagakesehatanteladanprovinsisulawesibarat&catid=35:sekretariat&Itemid=53

http://www.infodokterku.com/component/content/article/16-data/data/200-indikator-angka-kematian-maternal-mmr-atau-aki-dan-penyebab9. Bagaimana cara mengatasi masalah mortalitas?

a. Keluarga berencana, yang memastikan bahwa setiap orang / pasangan memiliki akses ke informasi dan pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak. Dengan demikian diharapkan tidak ada kehamilan yang tidak diinginkan, yaitu kehamilan yang masuk dalam kategori 4 terlalu (terlalu muda atau terlalu tua untuk kehamilan, terlalu sering hamil dan terlalu banyak anak).

b. Pelayanan antenatal, untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin, dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani memadai.

c. Persalinan yang aman, memastikan bahwa semua penolong persalinan memiliki pengetahuan, ketrampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih, serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi.

d. Pelayanan obstetri esensial, memastikan bahwa pelayanan obstetri untuk risiko tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkannya.

Chabib Musthofa. Sosiologi Kependudukan

http://oc.its.ac.id/ambilfile.php?idp=1798Kebijakan dan program

Program Pembangunan Nasional. Selama ini upaya penurunan angka kematian bayi dan balita merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan kesehatan. Dalam dokumen Propenas 20002004, upaya-upaya ini termaktub dalam tiga program kesehatan nasional, yaitu

Program Lingkungan Sehat, Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat;

Program Upaya Kesehatan; serta

Program Perbaikan Gizi Masyarakat.

Strategi dan usaha untuk mendukung upaya penurunan kematian bayi dan balita antara lain adalah meningkatkan kebersihan (hygiene) dan sanitasi di tingkat individu, keluarga, dan masyarakat melalui

penyediaan air bersih,

meningkatkan perilaku hidup sehat

kepedulian terhadap kelangsungan dan perkembangan dini anak;

pemberantasan penyakit menular,

meningkatkan cakupan imunisasi

meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi termasuk pelayanan kontrasepsi dan ibu,

menanggulangi gizi buruk, kurang energi kronik dan anemi, serta promosi pemberian ASI ekslusif dan pemantauan pertumbuhan.

Jaring Pengaman Sosial antara lain dengan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan gratis bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi untuk keluarga miskin, serta bantuan pembangunan sarana kesehatan.

Peraturan perundangan.

Dengan ditetapkannya UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, kesempatan anak Indonesia untuk hidup sehat, tumbuh, dan berkembang secara optimal menjadi semakin terbuka.

Dalam undang-undang itu dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental spiritual, dan sosial.

Program Nasional bagi Anak Indonesia. Merujuk pada kebijakan umum pembangunan kesehatan nasional, upaya penurunan angka kematian bayi dan balita merupakan bagian penting dalam Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) yang antara lain dijabarkan dalam Visi Anak Indonesia 2015 untuk menuju anak Indonesia yang sehat. Strategi nasional bagi upaya penurunan kematian bayi dan balita adalah

pemberdayaan keluarga,

pemberdayan masyarakat,

meningkatkan kerja sama dan kordinasi lintas sektor, dan

meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan anak yang komprehensif dan berkualitashttp://www.bappenas.go.id/index.php?10. Bagaimana hubungan antara mortalitas dan pertumbuhan sosial ekonomi dan kesehatan?

11. Apa saja intervensi yang dapat diberikan untuk mengurangi MMR?

12. Faktor-faktor yang mempengaruhi MMR?

Faktor pendorong kematian (promortalitas) Adanya wabah penyakit seperti demam berdarah, flu burung dan sebagainya. Adanya bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir dan sebagainya. Kesehatan serta pemenuhan gizi penduduk yang rendah. Adanya peperangan, kecelakaan, dan sebagainya. Tingkat pencemaran yang tinggi sehingga lingkungan tidak sehat. Faktor penghambat kematian (antimortalitas) Tingkat kesehatan dan pemenuhan gizi masyarakat yang sudah baik. Negara dalam keadaan aman dan tidak terjadi peperangan. Adanya kemajuan iptek di bidang kedokteran sehingga berbagai macam penyakit dapat diobati. Adanya pemahaman agama yang kuat oleh masyarakat. Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan selama ini dianggap telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, hal tersebut ditandai oleh beberapa indikator,

antara lain Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI). Program pembangunan kesehatan mencakup kesehatan ibu dan anak yaitu program pemberdayaan masyarakat dan program kesehatan masyarakat yang ditujukan untuk kesehatan ibu dan anak.

Di Indonesia jumlah kematian bayi dan ibu hamil sudah dikenal cukup tinggi.

Tingginya jumlah kematian bayi di Indonesia masih menjadi permasalahan bagi pemerintah, tercatat setiap hari 430 bayi di Indonesia meninggal dunia atau setiap 2,5 menit satu bayi meninggal dunia. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 yang telah dilakukan, jumlah kematian bayi di Indonesia yaitu 34 bayi per 1000 kelahiran, dengan rincian 157000 bayi meninggal per tahun atau 430 bayi per hari. Jumlah tersebut tidak terlalu baik mengingat hanya terjadi sedikit perbaikan dibandingkan dengan jumlah kematian bayi tahun 2003 yang jumlahnya 35 bayi per 1000 kelahiran hidup (Kompas.com, 2009).

Jumlah kematian bayi merupakan indikator yang penting untuk mengukur keadaan tingkat kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi yang baru lahir sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat orang tua si bayi tinggal dan sangat erat kaitannya dengan status sosial orang tua si bayi. Dengan demikian upaya

untuk mengetahui tingkat kecenderungan jumlah kematian bayi menjadi prioritas untuk meningkatkan perkembangan pembangunan di bidang kesehatan dari waktu ke waktu yang bertujuan menurunkan jumlah kematian bayi dengan mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi jumlah kematian bayi di Indonesia (Ardiyanti, 2010).

Demografi_mortalitas_digilib_ITS

Factor-faktor yang mempengaruhi mortalitas :

5. Status perkawinan

Mortalitas penduduk yang sudah menikah ternyata lebih rendah dibandingkan dengan yang belum menikah, dan perbedaan untuk pria lebih besar daripada wanita. Hal ini sebagian disebabkan oleh faktor bahwa perkawinan biasanya mensyaratkan orang-orang yang sehat, maupun karena perbedaan kebiasaan dan kondisi hidup.

6. Tempat tinggal

Mortalitas di daerah pedesaan pada umumnya lebih rendah dibandingkan di daerah kota, tetapi sekarang perbedaan tersebut sudah berkurang. Beberapa penyakit menyerang daerah iklim panas, dan ada juga yang melanda tempat-tempat yang dingin; akibatnya perbedaan iklim dapat juga menjadi faktor penyebab kematian. Atas dasar alasan ini juga di tempat tinggal yang sama dapat terjadi fluktuasi mortalitas musiman.

7. Cara hidup

Pada umumnya apabila kondisi sosial semakin memuaskan ( diukur dari segi kualitas perumahan, kebersihan, pelayanan kesehatan, dan lain-lain ), angka kematian akan menurun. Kebiasaan hidup, misalnya merokok, makan dan minum, dapat juga mempengaruhi mortalitas.

8. Faktor genetik

Beberapa penyakit ternyata dapat menular dari generasi yang satu ke generasi lain; dengan demikian terdapat juga beberapa alasan tertentu mengapa para keluarga harus berusaha memperpanjang masa kehidupan. Walaupun jumlah penyakit seperti itu tidak begitu banyak, dan pengaruhnya terhadap mortalitas dirasakan tidak menentu. Dengan demikian dewasa ini perbedaan keturunan secara komparatif dianggap tidak berarti.

Sumber : Teknik Demografi, PT Bina Aksara