lapsus stase mata
DESCRIPTION
mataTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
Ny.R (70 Tahun) Datang dengan Keluhan Mata Kanan Pandangan Kabur
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
Stase Ilmu Penyakit Mata
Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Sofia Yuniati R W, Sp.M
Disusun Oleh :
Nuzulia Ni’matina H2A010037
Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Penyakit Mata
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RSUD TUGUREJO SEMARANG
Periode 25 Agustus – 21 September 2014
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Usia : 70 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jln. Tambakharjo Semarang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Jaminan Kesehatan : Umum
No. CM : 431450
Tanggal masuk rumah sakit : 08 September 2014
II. ANAMNESE
Anamnese dilakukan secara autoanamnese di poli mata RSUD
Tugurejo Semarang pada tanggal 08 September 2014 pukul 09.30 WIB.
Keluhan utama : Mata kanan pandangan kabur
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan mata kanan pandangan kabur. Mata
kiri juga dirasakan pandangan kabur, akan tetapi ang dirasa paling
mengganggu adalah mata kanan. Keluhan dirasakan sejak ± 6 bulan yang
lalu. Keluhan pandangan kabur dirasakan perlahan-lahan hingga hanya
melihat warna putih seperti saat ini, keluhan dirasakan lebih berat saat
siang hari terutama jika terkena sorot lampu.
Pasien mengeluh silau. Keluhan mata cekot-cekot disangkal, merah
pada mata disangkal, nrocos disangkal, keluar lodok disangkal, terasa
ngganjal disangkal, seperti melihat di dalam terowongan disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien pernah salah meneteskan minyak kapak ke mata kanan ± 6
bulan yang lalu. Pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Pasien
menyangkal memiliki penyakit gula dan riwayat operasi pada mata.
Riwayat alergi disangkal.
1
Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien tidak mengetahui riwayat penyakit keluarganya.
Sosial Ekonomi :
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, tinggal serumah bersama
dengan anak laki-lakinya, menantu dan kedua cucunya. Pasien tidak
memiliki jaminan/asuransi kesehatan. Pasien gemar mengonsumsi
makanan berminyak dan berlemak. Saat ini pasien tidak sedang
mengonsumsi obat-obatan tertentu.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan di poli mata RSUD Tugurejo
Semarang pada tanggal 08 September 2014 pukul 09.45 WIB.
1. KEADAAN UMUM DAN TANDA VITAL
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 150/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respiratory rate : 20 kali/menit
Berat badan : 42 kg
Tinggi badan : 150 cm
Kesan gizi : Kesan gizi cukup (normoweight)
2. STATUS GENERALIS
- Kepala : kesan mesosefal
- Leher : dalam batas normal
- Thorax : dalam batas normal
- Abdomen : dalam batas normal
- Ekstremitas : dalam batas normal
2
3. STATUS OFTALMOLOGIS
1/60 VISUS 6/60
Tidak dilakukan VISUS KOREKSI Tidak dilakukan
Tidak dilakukan SENSUS COLORIS Tidak dilakukan
Bebas segala arah PERGERAKAN BOLA
MATA
Bebas segala arah
Ortoforia KEDUDUKAN BOLA
MATA
Ortoforia
Tumbuh penuh normal SUPERSILIA Tumbuh penuh normal
Trikiasis (-)
Distrikiasis (-)
SILIA Trikiasis (-)
Distrikiasis (-)
Edema (-)
Hiperemis (-)
Spasme (-)
Massa (-)
PALPEBRA SUPERIOR Edema (-)
Hiperemis (-)
Spasme (-)
Massa (-)
Edema (-)
Hiperemis (-)
Spasme (-)
Massa (-)
PALPEBRA INFERIOR Edema (-)
Hiperemis (-)
Spasme (-)
Massa (-)
Entropion (-)
Ektropion (-)
MARGO PALPEBRA Entropion (-)
Ektropion (-)
3
Arkus senilis
Pupil: D= 5mm (dengan midriatikum)Lensa: keruh tak rata
Pupil: D= 3mmLensa: keruh tak rata
Hiperemis (-)
Folikel (-)
Corpus alienum (-)
Sekret (-)
KONJUNGTIVA
PALPEBRA SUPERIOR
Hiperemis (-)
Folikel (-)
Corpus alienum (-)
Sekret (-)
Hiperemis (-)
Folikel (-)
Corpus alienum (-)
Sekret (-)
KONJUNGTIVA
PALPEBRA INFERIOR
Hiperemis (-)
Folikel (-)
Corpus alienum (-)
Sekret (-)
Hiperemis (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi silier (-)
Corpus alienum (-)
KONJUNGTIVA BULBI Hiperemis (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi silier (-)
Corpus alienum (-)
Ikterik (-)
Sklerektasis (-)
SKLERA Ikterik (-)
Sklerektasis (-)
Arcus senilis (+)
Jernih
Infilrat (-)
Sikatriks (-)
KORNEA Arcus senilis (+)
Jernih
Infilrat (-)
Sikatriks (-)
Kedalaman cukup
Tyndall effect (-)
COA Kedalaman cukup
Tyndall effect (-)
Bulat, Sentral, Reguler
D: 5 mm (dengan
midriatikum)
Refleks direk/indirek (+/+)
PUPIL Bulat, Sentral, Reguler
D: 3 mm
Refleks direk/indirek (+/+)
Kripte normal
Iris shadow (+)
IRIS Kripte normal
Iris shadow (+)
Kekeruhan tidak rata
(dengan midriatikum)
LENSA Kekeruhan tidak rata
(tanpa midriatikum)
T dig Normal TEKANAN BOLAMATA
DIGITAL
T dig Normal
4
IV. RESUME
Ny. R berusia 70 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan mata
kanan pandangan kabur, mata kiri juga dirasakan pandangan mulai kabur
akan tetapi yang paling mengganggu adalah mata kanan. Keluhan
dirasakan sejak ± 6 bulan yang lalu. Pandangan kabur dirasakan perlahan-
lahan hingga pasien merasa hanya melihat warna putih seperti saat ini.
Keluhan memberat saat siang hari dan jika terkena sorot lampu.
Fotofobia(+), riwayat hipertensi (+), pasien pernah meneteskan minyak
kapak ke mata kanan ± 6 bulan yang lalu, pasien gemar mengonsumsi
makanan berminyak dan berlemak.
Dari pemeriksaan didapatkan hipertensi (150/80 mmHg), VOD:
1/60, VOS: 6/60, Iris shadow (+/+), kekeruhan lensa tak rata pada oculi
dextra dan sinistra.
V. DAFTAR MASALAH
Anamnesis: Pemeriksaan Fisik:
1. Ny. R 70 tahun keluhan mata kanan pandangan kabur sejak ± 6 bulan yang lalu, pandangan kabur dirasakan perlahan-lahan hingga pasien merasa hanya melihat warna putih seperti saat ini, keluhan memberat saat siang hari dan jika terkena sorot lampu.
2. Mata kiri juga dirasakan pandangan mulai kabur
3. Fotofobia(+)4. riwayat hipertensi (+)5. pasien pernah meneteskan minyak kapak
ke mata kanan ± 6 bulan yang lalu6. pasien gemar mengonsumsi makanan
berminyak dan berlemak.
7. hipertensi (150/80 mmHg)
8. VOD: 1/609. VOS: 6/6010. Iris shadow (+)
oculi dextra11. Iris shadow (+)
oculi sinistra12. kekeruhan lensa
tak rata pada oculi dextra
13. kekeruhan lensa tak rata pada oculi sinistra.
5
VI. ASSESMENT
Diagnosis Banding :
OD OS
1. OD Katarak Senilis Imatur
2. OD Glaukoma sekunder
1. OS Katarak Senilis Imatur
2. OS Glaukoma sekunder
Masalah aktif Masalah pasif
1,3,5,8,10,12 OD Katarak Senilis Imatur
1,2,3,9,11,13 OS Katarak Senilis Imatur
4,6,7 Hipertensi Grade II
VII. INITIAL PLAN
Ip Dx : ODS Katarak Senilis Imatur
S : -
O : -
Ip Tx :
1. Medikamentosa
a. Operasi katarak (kekeruhan lensa hampir rata)
b. Cendo lyteers ED 4 dd gtt II ODS
c. Retinol tab 2 dd tab I
2. Non Medikamentosa
a. Edukasi untuk operasi
Ip Mx :
1. Keadaan umum dan tanda vital
2. Monitoring kekeruhan lensa
Ip Ex :
1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit pasien
2. Menjelaskan kepada pasien mengenai progresivitas penyakit pasien
3. Menjelaskan kepada pasien bahwa terapi utama adalah pembedahan jika
katarak sudah matur
4. Menjelaskan kepada pasien untuk mengontrol tekanan darahnya
6
I. PROGNOSIS
OD OS
Quo ad Vitam : dubia ad bonam dubia ad bonam
Quo ad Sanam : dubia ad malam dubia ad malam
Quo ad Visam : dubia ad malam dubia ad malam
Quo ad Cosmeticam : dubia ad malam
7
PEMBAHASAN
Pasien Ny. R berusia 70 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan mata
kanan pandangan kabur, mata kiri juga dirasakan pandangan mulai kabur akan
tetapi yang paling mengganggu adalah mata kanan. Keluhan dirasakan sejak ± 6
bulan yang lalu. Pandangan kabur dirasakan perlahan-lahan hingga pasien merasa
hanya melihat warna putih seperti saat ini. Hal ini akibat hilangnya transparansi
lensa sehingga menimbulkan pandangan kabur (tanpa nyeri), baik penglihatan
dekat maupun jauh. Penglihatan pasien berkurang secara perlahan-lahan tanpa
disertai mata merah atau tanda-tanda peradangan.
Pasien merasakan keluhan memberat saat siang hari dan jika terkena sorot
lampu. Hal ini diakibatkan karena pupil menjadi kecil pada saat melawan arah
sumber cahaya atau menghadap ke arah pintu yang terang. Pasien juga mengeluh
rasa silau, kemungkinan karena terjadinya pembiasan tidak teratur oleh lensa yang
keruh. Pasien ini akan merasa kurang silau jika memakai kacamata berwarna
sedikit gelap. Pasien gemar mengonsumsi makanan berminyak dan berlemak
dapat memengaruhi keluhan pasien karena akan menambah semakin tingginya
asam lemak, dimana zat tersebut dapat menumpuk pada lensa dan menyebabkan
kekeruhan pada lensa.
Dari pemeriksaan tajam penglihatan didapatkan VOD: 1/60 dan VOS:
6/60 dimana sudah terjadi penurunan tajam penglihatan yang terjadi akibat
hilangnya transparansi lensa.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kekeruhan lensa tak rata pada oculi
dextra dan sinistra. Faktor penyebab kekeruhan lensa terbanyak adalah penuaan,
tetapi banyak pula faktor lain yang mungkin terlibat antara lain trauma, toksin,
penyakit sistemik, merokok dan herediter. Didapatkan pula hasil iris shadow (+)
pada oculi dextra dan sinistra menggambarkan adanya bayangan iris pada lensa
akibat lensa yang membengkak dan iris yang terdorong ke depan. Sehingga
berdasarkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap
pasien, diagnosis mengarah pada katarak senilis imatur.
8
Katarak senilis merupakan katarak (kekeruhan pada lensa) yang terjadi
biasanya mulai pada usia 50 tahun. Pada katarak senilis akan terjadi degenerasi
lensa serat lensa secara perlahan-lahan karena proses penuaan. Tajam penglihatan
akan menurun secara berangsur-angsur hingga tinggal proyeksi sinar saja.1-3
Patogenesis katarak belum sepenuhnya dimengerti. Walaupun demikian,
pada lensa katarakk secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang
menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan
protein lainnya akan menyebabkan perubahan lensa menjadi warna kuning atau
coklat. Temuan lain mungkin berupa vesikel diantara serat–serat lensa atau
migrasi sel epitel dan pembesaran sel-sel epitel yang menyimpang.1
Sejumlah faktor yang diduga turut berperan adalah berkaitan dengan
faktor lingkungan seperti sinar ultra violet, obat-obatan (kortikosteroid, thiazid,
dan penotiazin), penyakit sistemik seperti diabetes melitus, dan makanan.
Sinar ultraviolet dapat menyebabkan katarak dengan terjadinya penghancuran
lensa secara perlahan. Katarak senilis pada penyakit sistemik misalnya darah
tinggi dapat disebabkan oleh karena terjadinya perubahan formasi struktur protein
kapsul lensa sehingga menyebabkan peningkatan permeabilitas membran dan
akhirnya terjadi peningkatan tekanan intraokular. Katarak yang terjadi pada
diabetes melitus disebabkan karena adanya perubahan glukosa menjadi sorbitol
melalui jalur poliol, sehingga sorbitol menumpuk di dalam lensa dan
menyebabkan kekeruhan pada lensa. Semakin meningkatnya usia maka semakin
tinggi asam karbon, asam lemak, asam linolenat, zat-zat tersebut dapat menumpuk
pada lensa dan menyebabkan kekeruhan pada lensa.1,3-5
Proses degenarasi terbagi menjadi 4 stadium, yaitu:1,2
1. Katarak senilis insipien
Mulai timbul katarak akibat proses degenerasi. Kekeruhan berbentuk
bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Pasien akan mengeluh gangguan
penglihatan seperti melihat ganda dengan satu matanya. Stadium ini proses
degenerasi belum menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga akan terlihat
kedalaman COA normal, iris dalam posisi biasa, disertai kekeruhan ringan
pada lensa. Tajam penglihatan pasien belum terganggu.
9
2. Katarak senilis imatur
Lensa yang degeneratif mulai menyerap cairan sehingga lensa menjadi
cembung (disebut katarak intumesensi). Pada stadium ini dapat terjadi
miopisasi akibat lensa menjadi cembung, sehingga pasien menyatakan tidak
perlu kacamata sewaktu membaca dekat. Akibat lensa yang bengkak, iris
terdorong ke depan, COA dangkal dan sudut bilik mata akan sempit atau
tertutup.
Pada katarak senilis imatur, tajam penglihatan mulai berkurang (karena
media refrakta tertutup kekeruhan lensa yang menebal). Uji bayangan iris atau
iris shadow positif (+) sehingga akan terlihat bayangan iris pada lensa.
3. Katarak senilis matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, terjadi kekeruhan seluruh lensa.
Tekanan cairan di dalam lensa sudah keadaan seimbang dengan cairan dalam
mata sehingga ukuran lensa akan menjadi normal kembali. Pada pemeriksaan
terlihat iris dalam posisi normal, COA normal, sudut bilik mata depan terbuka
normal, Uji bayangan iris atau iris shadow negatif (-). Tajam penglihatan
sangat menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi sinar positif.
4. Katarak senilis hipermatur
Proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehingga
nukleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (katarak morgagni). Pada
stadium ini terjadi juga degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa ataupun
korteks lensa yang cair keluar dan masuk ke dalam COA.
Pada stadium hipermatur akan terlihat lensa yang lebih kecil daripada
normal, yang akan mengakibatkan iris tremulans, dan COA terbuka. Pada uji
bayangan iris terlihat positif walaupun seluruh lensa telah keruh sehingga
disebut uji baangan iris pesudopositif. Bayangan iris terbentuk pada kapsul
lensa anterior yang telah keruh dengan lensa yang telah mengecil. Akibat
bahan lensa keluar dari kapsul, maka akan timbul reaksi jaringan uvea berupa
uveitis.
10
Tatalaksana untuk katarak senilis adalah tindakan bedah. Tindakan bedah
dilakukan bila telah ada indikasi pada katarak senilis, yaitu: katarak telah
mengganggu pekerjaan sehari-hari walaupun katarak belum matur, katarak matur
karena bila menjadi hipermatur akan menimbulkan penyulit (uveitis dan
glaukoma) dan katarak telah menimbulkan penyulit (seperti katarak intumesensi
yang menimbulkan glaukoma).2
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Chang DF. Pemeriksaan Oftalmologik. Dalam: Riordan-Eva P, Whitcher JP.
Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. 17th edition. (diterjemahkan
oleh Brahm U. Pendit). Jakarta: EGC; 2009. Hal 169-77.
2. Ilyas S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2008. Hal 128-37.
3. James B, Chew C, Bron A. Lecture notes Oftalmologi. 9th edition.
(diterjemahkan Asri Dwi Rachmawati). Jakarta: Penerbit Erlangga; 2006.
Hal76-84.
4. Pollreisz, A., Ursula Schmidt Erfurt. Diabetic Cataract Pathogenesis,
Epidemiology and Treatment. Journal of Opthamology [serial online].
Received 11 December 2009; Accepted 2 April 2010 [cited September 11,
2014]. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2903955/pdf/JOP2010-
608751.pdf.
5. Sinha R, Kumar C, Titiyal JS. Etiopathogenesis of cataract: Journal Review.
Indian Journal of Opthamology [serial online]. 2009 May-Jun; 57(3): 245–249
[cited September 11, 2014]. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2683436/.
12