lapsus konservasi gigi

36
LAPORAN ANAMNESA KASUS KONSERVASI GIGI Oleh Afida Luthfi Yuvana 1106010811 Pembimbing drg. Shallina Ricardo, Sp. KG

Upload: afidaluthfiyuvana

Post on 15-Feb-2016

71 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

laporan kasus konservasi gigi ui2015

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Konservasi Gigi

LAPORAN ANAMNESA KASUS

KONSERVASI GIGI

Oleh

Afida Luthfi Yuvana

1106010811

Pembimbing

drg. Shallina Ricardo, Sp. KG

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS INDONESIA

TAHUN 2015

Page 2: Lapsus Konservasi Gigi

DAFTAR ISI

Data Diri Pasien .......................................................................................................3sz

Foto Intraoral (sebelum perawatan) ......................................................................3

Foto Radiograf (sebelum perawatan) ......................................................................3

BAB I Pengenalan Masalah Umum......................................................................4

I.1 Temuan Masalah .......................................................................................4

I.2 Hubungan Antar Masalah .........................................................................5

I.3 Strategi Perawatan Umum ........................................................................6

I.4 Prioritas Perawatan Umum ......................................................................7

BAB II Pengenalan Masalah Konservasi ....................................................... 9

II.1 Rekam Medik Konservasi ..................................................................... 9

II.2 Prioritas Rencana Perawatan ................................................................ .9

II.3 Diagnosis dan Rencana Perawatan .........................................................10

BAB III Terapi Konservasi ..............................................................................15

III.1 Terapi Non Invasif ...................................................................................15

III.2 Terapi Invasif ..........................................................................................16

Prognosis .............................................................................................................23

Daftar Referensi ..................................................................................................24

2

Page 3: Lapsus Konservasi Gigi

DATA DIRI PASIEN

Nama : Lia Estika Sari

Tempat/Tanggal lahir : Madiun, 16 Maret 1993

Jenis kelamin : Perempuan

Status perkawinan : Belum Kawin

Alamat tetap : Jl. Paseban Barat 2, No. 34, Jakarta Pusat

Pekerjaan : Mahasiswa Pascasarjana

Riwayat penyakit : Tidak Ada / Disangkal

Foto Intraoral Sebelum Perawatan

Gigi 16 Gigi 17 Gigi 47 Gigi 28

Gigi 12

Foto Radiograf Sebelum Perawatan

Gigi 17, 16

3

Page 4: Lapsus Konservasi Gigi

BAB I

PENGENALAN MASALAH UMUM

I.1 Temuan Masalah

Pasien wanita, 22 tahun datang dengan keluhan gigi belakang atas kanan berlubang.

Gigi pernah sakit spontan dan tajam sekitar 5 bulan yang lalu selama 3 hari. Setelah itu gigi

sudah tidak pernah sakit spontan lagi. Gigi belakang atas kanan terkadang ngilu saat makan

manis dan dingin yang berlangsung hingga beberapa menit setelah makan. Pasien mengaku

saat ini giginya tidak ada yang terasa sakit. Pasien juga mengeluhkan gigi depan atas kanan

berlubang kecil dan terdapat lubang kehitaman di belakang gigi. Gigi tersebut tidak pernah

terasa sakit atau ngilu saat makan. Pasien pernah datang 3 bulan yang lalu ke klinik RSGM

FKG UI untuk membersihkan karang gigi dan mencabut sisa akar gigi.

Pada pemeriksaan ekstraoral ditemukan wajah pasien simetris, dan deskuamasi pada

bibir atas dan bawah. Pada pemeriksaan intraoral ditemukan plak dan kalkulus pada regio 1,

2, 3, dan 4 dengan skor OHIS 0,45 (baik). Kalkulus supragingiva ditemukan pada regio 1 dan

4 posterior. Hubungan rahang pasien ortognati. Pada regio kanan atas ditemukan adanya

karies D6 pada elemen 17 dengan hasil tes vitalitas (-), perkusi (+), dan palpasi (+); karies D6

pada elemen 16 dengan hasil tes vitalitas (+), perkusi (+) dan palpasi (-); karies D4 (2.1) di

sisi mesial dan di sisi palatal dengan hasil tes vitalitas (+),perkusi (-), dan palpasi (-). Pada

regio kiri atas ditemukan karies D3 (1.1) pada oklusal gigi 28. Pada regio kanan bawah

ditemukan karies D4 (1.2) pada elemen 47 dan impaksi gigi 48 yang disertai karies D4 (2.2).

Dari anamnesa, diketahui pasien menyikat gigi 2 kali sehari, pagi dan malam sebelum

tidur. Pasien mengaku menyikat gigi dengan sikat gigi besar dan gerakan horizontal. Pada

pemeriksaan faktor resiko karies, ditemukan saliva pasien berbusa dan hidrasi pasien lebih

dari 30 detik, diakui bahwa pasien kurang minum air putih, hanya minum sekitar 4-5 gelas

sehari. Pasien mengaku aplikasi fluor hanya dari pasta gigi. Pasien sering mengkonsumsi

gula, cemilan, dan permen setiap hari (lebih dari 2x/hari). Pasien juga mengaku mengunyah

satu sisi, yaitu di sisi kiri, karena menghindari mengunyah pada bagian gigi yang berlubang

di sisi kanan. Secara keseluruhan, penilaian faktor resiko karies berada pada zona kuning

dengan status pasien A2. Setelah diberi penjelasan mengenai pentingnya kesehatan gigi dan

mulut, tumbuh kesadaran pasien unutk memperbaiki kesehatan gigi dan mulutnya. Tingkat

kekooperatifan pasien baik dan pasien ingin dirawat.

4

Page 5: Lapsus Konservasi Gigi

I.2 Hubungan Antar Masalah

5

Faktor Lokal

Anatomi Pit dan Fissure dalam

Retensi Makanan

Karies D6 (pulputis kronis

disertai periodontitis

apikalis kronis) pada gigi 16 vitalitas (+), perkusi (+), palpasi (-)

Rencana perawatan:

- 16 PSA Vital + onlay

- 17 PSA Non Vital + onlay

- 12 Restorasi Resin Komposit

- 47 Restorasi Resin Komposit

- 28 Restorasi GIC

- 38, 48: Odontektomi

Karies D4 (2.2) pada bagian mesial dan

palatal gigi 12

Status Umum

- Jenis Kelamin perempuan usia 22 th

- Keadaan umum compos mentis

- Latar belakang sosial dan ekonomi menengah

- Pasien merupakan seorang mahasiswi

Faktor Risiko Karies

- Hidrasi saliva tanpa stimulasi 30-60 detik

- Viskositas saliva jernih cair

- Diet glukosa >2x sehari

- Diet asam <1x sehari- Fluor hanya pada

pasta gigi- Faktor modifikasi

OS terdapat karies aktif dan mau memperbaiki sikap

Faktor Kebersihan

Mulut

- Skor OHIS 0,45 (oral hygiene baik)

- Pasien menyikat gigi 2x/hari (pagi hari dan malam hari sebelum tidur)

Karies D6 (abses apikalis kronis et

causa nekrosis pulpa) pada gigi

17vitalitas (-), perkusi (+), palpasi (+)

Impaksi gigi 38 dan 48

Karies D4 (1.2) pada oklusal 47

Karies D3 (1.1) pada oklusal 28

Page 6: Lapsus Konservasi Gigi

I.3 Strategi Perawatan Umum

Berdasarkan pengumpulan informasi dan pemeriksaan kondisi klinis pasien, masalah

yang ditemukan dalam rongga mulut pasien disebabkan oleh berbagai faktor. Tingkat

kesadaran dan pengetahuan pasien untuk memelihara kesehatan rongga mulut yang masih

kurang mengakibatkan beberapa masalah dalam rongga mulutnya.

Dalam penilaian faktor resiko karies pada pasien, diketahui bahwa pasien memiliki

kebiasaan mengkonsumsi makanan yang manis dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari.

Makanan manis mengandung karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri yang

kemudian menghasilkan asam, mengakibatkan demineralisasi pada email gigi. Hal ini

diperparah dengan kurangnya konsumsi air mineral pasien, sehingga hidrasinya lebih dari 30

detik dan mulut serta bibir pasien menjadi kering. Hal ini menyebabkan kurangnya faktor

perlindungan saliva. Saliva mempunyai peran penting dalam perlindungan terhadap karies,

sebagai pendukung remineralisasi. Kurangnya faktor yang mendukung remineralisi tersebut

menyebabkan dominasi proses demineralisasi sehingga terjadi karies pada rongga mulut

pasien.

Dari berbagai permasalahan tersebut, operator menyadari bahwa penting untuk

memberikan DHE (Dental Health Education) pada pasien sebagai langkah perawatan non

invasif untuk mengeliminasi faktor predisposisi yang mendukung terbentuknya plak bakterial

sebagai etiologi utama karies. DHE yange diberikan antara lain mengenai peningkatan

kebersihan mulut dengan memperbaiki waktu menyikat gigi yaitu 2x sehari pagi setelah

sarapan (30 menit setelah sarapan) dan malam sebelum tidur. Sikat gigi dilakukan 30 menit

setelah makan karena berdasarkan kurva Stephan, saliva akan bekerja untuk menetralkan

asam di dalam mulut dalam kurun waktu tersebut memberikan waktu bagi gigi untuk

remineralisasi. Sikat gigi yang dilakukan langsung setelah makan dapat mengakibatkan

semakin banyak mineral hidroksiapatit yang larut pada permukaan email gigi akibat kondisi

rongga mulut yang asam. Selain itu, diperlukan juga pemahaman kepada pasien tentang cara

menyikat gigi yang benar, yaitu dengan bulu sikat lembut agar tidak melukai gingiva dan

bentuk sikat gigi yang cukup kecil untuk menjangkau gigi belakang. Sikat gigi perlu untuk

diganti setiap 3 bulan sekali atau ketika bulu sikat sudah tidak layak untuk digunakan. Sikat

gigi dilakukan dengan metode Bass yang dimodifikasi, yaitu dengan cara membentuk sudut

45° antara sikat gigi dengan gusi dan gigi, sikat diarahkan ke bawah pada gigi geligi rahang

atas dan sikat diarahkan ke atas pada gigi geligi rahang bawah untuk membersihkan gigi dari

6

Page 7: Lapsus Konservasi Gigi

plak. Penyikatan gigi dilakukan pada permukaan luar, dalam, dan permukaan kunyah gigi.

Pasien juga diinstruksikan untuk rutin berkunjung ke dokter gigi memeriksakan giginya.

Faktor saliva pasien harus ditingkatkan, pasien memerlukan peningkatan asupan air

minum, sedikitnya 8 gelas/hari. Pasien juga dianjurkan untuk mengunyah permen karet

xylitol. Dengan cara tersebut diharapkan kuantitas saliva pasien dapat meningkat dan

berfungsi dengan baik dalam menjalankan pertahanannya terhadap karies. Modifikasi diet

juga diperlukan untuk mengurangi konsumsi gula dan cemilan diantara waktu makan utama.

Makanan/minuman manis (cemilan) hendaknya dikonsumsi bersamaan saat waktu makan

utama. Pasien juga dianjurkan berkumur atau menyikat gigi 30 menit setelahnya. Hal ini

bertujuan untuk meningkatkan remineralisasi setelah proses demineralisasi akibat fermentasi

karbohidrat oleh bakteri.

Setelah seluruh perawatan non invasif diberikan, perawatan invasif baru dilakukan.

Perawatan invasif yang diberikan kepada pasien mencakup scaling untuk membersihkan

rongga mulutnya dari kalkulus. Untuk perawatan gigi geligi, keluhan utama pasien untuk

merawat gigi 16 dan 17 agar dapat mengunyah secara normal. Gigi-gigi tersebut telah

mengalami karies mencapai pulpa dan memerlukan perawatan saluran akar dan restorasi

indirect untuk menghilangkan sumber infeksi. Pasien juga ingin gigi depannya (gigi 12)

dirawat. Selain itu, terdapat karies pada gigi 47 dan 28 yang memerlukan prosedur restorasi

sederhana untuk mencegah terjadinya karies yang lebih dalam. Gigi 38 dan 48 juga sebaiknya

dilakukan odontektomi akibat posisinya yang impaksi. Setelah semua keluhan selesai

dirawat, lanjut menjadi karies yang lebih luas.

I.4 Prioritas Perawatan Umum

I.4.1 Perawatan Non Invasif

a. Mengevaluasi & meningkatkan kebersihan mulut

Sikat gigi 2 kali sehari dengan metode Bass yang dimodifikasi, dengan

membentuk sudut 45° antara sikat gigi dengan gusi dan gigi, sikat diarahkan ke

bawah pada gigi geligi rahang atas dan sikat diarahkan ke atas pada gigi geligi

rahang bawah untuk membersihkan gigi dari plak. Penyikatan gigi dilakukan

pada permukaan luar, permukaan dalam, dan permukaan kunyah gigi.

7

Page 8: Lapsus Konservasi Gigi

b. Peningkatan faktor saliva. Pasien mengaku sering mengkonsumsi makanan manis

dan minuman bersoda, tetapi kurang minum air putih, hanya sekitar 4-5 gelas

sehari. Untuk itu pasien diberi penjelasan mengenai pentingnya kebutuhan air

tercukupi bagi kesehatan tubuh dan terutama untuk kesehatan gigi dan mulut.

Pasien juga disarankan untuk meminum sekurang-kurangnya 8 gelas air putih

setiap harinya. Selain itu pasien juga disarankan untuk mengkonsumsi permen

karet dengan pemanis xylitol agar dapat meningkatkan laju aliran saliva tanpa

menimbulkan risiko karies.

c. Modifikasi diet. Pasien diminta untuk mengurangi konsumsi gula dan cemilan

diantara waktu makan utama, serta mengurangi konsumsi minuman bersoda.

Makanan/minuman manis (cemilan) hendaknya dikonsumsi bersamaan saat waktu

makan utama atau anjuran pada pasien untuk berkumur atau untuk menyikat gigi

30 menit setelahnya.

I.4.2 Perawatan Invasif

a. Gigi 16 pro perawatan saluran akar vital dengan restorasi pasca endodontik onlay.

b. Gigi 17 pro perawatan saluran akar non-vital dengan restorasi pasca endodontik

onlay.

c. Gigi 12 pro restorasi dengan resin komposit pada sisi mesial dan restorasi resin

komposit dengan laminasi RM-GIC pada sisi palatal

d. Gigi 47 pro restorasi resin komposit

e. Gigi 28 pro restorasi GIC

f. Gigi 38 dan 48 pro odontektomi

8

Page 9: Lapsus Konservasi Gigi

BAB II

PENGENALAN MASALAH KONSERVASI

II.1 Rekam Medik Status Konservasi (17 Juli 2011)Perawatan Invasif

Elemen K TV DiagnosisRencana

PerawatanElemen K TV Diagnosis

Rencana Perawatan

18 21 61

17 D6 -Abses Apikalis

Kronis e.c. Nekrosis Pulpa

PSA Non Vital +onlay

22 62

16 D6 +

Pulpitis Kronis disertai

Periodontitis Apikalis Kronis

PSA Vital +onlay

23 63

15 55 24 6414 54 25 6513 53 26

12 52 D4 + 2.1

1.2

RKLiner RMGIC + RK

27

11 51 28 D3 + 1.1 GIC

41 81 3842 82 3743 83 3644 84 35 7545 85 34 7446 33 7347 D4 + 1.2 RK 32 72

48 D4 +2.2

Impaksi gigiOdontektomi 31 71

Elemen yang tidak ada K : Karies D1-D6 /KS ; TV: Tes Vitalitas : +/- RK = Resin Komposit

II. 2 Prioritas Rencana Perawatan

No

.

Masalah Diagnosis Alternatif

Perawatan

Perawatan yang

Dipilih

Prognosis

1. Gigi 16 : D6

2.4

Pulpitis Kronis

disertai

Periodontitis

Apikalis Kronis

PSA vital +

restorasi

onlay

PSA vital +

dowel crown

PSA vital +

restorasi

onlay

Baik

2. Gigi 17 : D6

2.3

Abses Apikalis

Kronis e.c.

Nekrosis Pulpa

PSA non vital

+ restorasi

PSA non

vital +

restorasi

Baik

9

Page 10: Lapsus Konservasi Gigi

onlay

PSA non vital

+ dowel

crown

onlay

3. Gigi 12 D4 (2.1)

D4 (1.2)

Restorasi

Resin

Komposit

Liner RM

GIC +

Restorasi

Resin

Komposit

GIC

Restorasi

Resin

Komposit

Liner RM

GIC +

Restorasi

Resin

Komposit

Baik

4. Gigi 47 D4 (1.2) GIC

Resin

Komposit

Resin

Komposit

Baik

5 Gigi 28 D3 (1.1) GIC GIC Baik

6. Terapi

pemeliharaa

n

Kunjungan

berkala ke

dokter gigi 6

bulan

Scaling

Kunjungan

berkala ke

dokter gigi

3-6 bulan

Scaling

Baik

II.3 Diagnosis dan Rencana Perawatan

1. Gigi 16

Diagnosis : Pulpitis kronis disertai periodontitis apikalis kronis (D6 site 2.4 )

DD : Hiperemi pulpa disertai periodontitis apikalis kronis(D6 site 2.4 )

Pemeriksaan :

Pemeriksaan subjektif :

10

Page 11: Lapsus Konservasi Gigi

Pasien mengeluhkan gigi belakang atas kanan kadang ngilu saat makan manis

dan dingin yang berlangsung hingga beberapa menit setelah makan.

Pemeriksaan objektif :

Gigi berlubang dengan kavitas dentin meluas pada daerah proksimal mesial

dan proksimal distal. Setelah diekskavasi, karies sudah mencapai pulpa (pin

point). Pemeriksaan tes vitalitas dengan tes termal (dengan ethyl chloride) dan

stimulasi dentin langsung peka, menunjukkan gigi masih vital. Rasa ngilu

setelah disensitisasi dengan ethyl chloride berlangsung hingga sekitar 1 menit

setelah tes dilakukan. Tes perkusi peka menunjukkan keterlibatan lesi

periapikal. Tes palpasi tidak peka.

Radiograf :

Terdapat gambaran radiolusen terbatas pada mahkota di sisi mesial dan

radiolusen meluas di sisi distal. Kamar pulpa terlihat menyempit. Pada daerah

periapikal terlihat adanya pelebaran ruang periodontal dan penebalan lamina

dura.

Rencana perawatan : PSA Vital

Rencana restorasi : Onlay

Alasan :

Pada kasus ini, toksik bakteri yang telah mencapai pulpa menyebabkan

kelainan pada daerah periapikal. PSA dilakukan untuk membersihkan

ruang pulpa dan saluran akar dari bakteri dan produknya. Apeks gigi sudah

terbentuk sempurna, foramen apikal sudah terbentuk sempurna, dan gigi

masih dapat direstorasi pasca endodontik. Untuk restorasi pasca

endodontik, digunakan onlay karena sisa jaringan mahkota yang ada masih

cukup kuat menanggung beban kunyah atau beban oklusal dan ada salah

satu akar yang bengkok sehingga menyulitkan pembuatan restorasi apabila

dibuatkan dowel crown.

2. Gigi 17

Diagnosis : Abses Apikalis Kronis et causa Nekrosis Pulpa (D6 site 2 size 3)

DD : Periodontitis Apikalis Kronis et causa Nekrosis Pulpa (D6 site 2 size 3)

11

Page 12: Lapsus Konservasi Gigi

Pemeriksaan :

Pemeriksaan subjektif :

Pasien mengeluhkan belakang kanan atas ada yang pernah sakit spontan dan

tajam sejak 5 bulan yang lalu. Sakit berlangsung selama 3 hari. Setelah itu gigi

tidak pernah sakit spontan lagi hingga sekarang. Pasien mengaku kadang sakit

jika mengunyah dengan gigi di sebelah kanan atas belakang, sehingga pasien

menghindari mengunyah dengan sisi tersebut.

Pemeriksaan objektif :

Gigi berlubang dengan kavitas dentin meluas pada daerah proksimal mesial.

Pemeriksaan tes vitalitas dengan tes termal (dengan ethyl chloride) dan

stimulasi dentin tidak peka, menunjukkan gigi sudah non vital. Tes perkusi

peka dan palpasi tidak peka. Tidak ditemukan fistula.

Radiograf :

Terdapat gambaran radiolusen meluas pada mahkota di sisi mesial. Pada

daerah periapikal terlihat adanya pelebaran ruang periodontal dan terputusnya

lamina dura di 1/3 apikal akar gigi, serta gambaran radiolusensi difus di apeks

gigi dengan diameter 1,5 mm.

Rencana perawatan : PSA Non Vital

Rencana restorasi : onlay

Alasan :

Pada kasus ini, toksisitas bakteri telah mencapai jaringan pulpa dan

menyebabkan kelainan pada daerah periapikal, serta menyebabkan gigi

tersebut nekrosis. PSA dilakukan untuk membersihkan ruang pulpa dan

saluran akar dari bakteri, toksik bakteri, dan jaringan nekrosis. Apeks gigi

sudah sempurna, foramen apikal sudah terbentuk sempurna, dan gigi

masih dapat direstorasi pasca endodontik. Untuk restorasi pasca

endodontik, digunakan onlay karena sisa jaringan mahkota yang ada masih

cukup kuat menanggung beban kunyah atau beban oklusal.

3. Gigi 12

Diagnosis : Karies D4 site 2 Size 1 dan Karies D4 site 1 size 2

Pemeriksaan :

12

Page 13: Lapsus Konservasi Gigi

Pemeriksaan subjektif : gigi berlubang di bagian kontak dengan gigi sebelah

dan terlihat kehitaman di bagian belakang gigi. Gigi tidak pernah sakit atau

ngilu saat makan.

Pemeriksaan objektif:

Pada pemeriksaan awal terdapat kavitas terbatas pada area mesial yang

membayang hingga dentin. Pada sisi palatal juga terdapat kavitas kehitaman.

Pemeriksaan dengan sondasi (-), pemeriksaan dengan perkusi (-).

Rencana Perawatan :

- Restorasi Resin Komposit di sisi mesial gigi

- Liner RM-GIC dan Restorasi resin komposit pada sisi palatal gigi

Alasan :

Untuk kavitas pada area proksimal mesil, karies terbatas dan diperkirakan

masih jauh dari kamar pulpa, sehingga digunakan restorasi direk resin

komposit. Sedangkan pada bagian palatal gigi, akibat struktur anatomis yang

dekat dengan kamar pulpa, perlu diberi laminasi berupa liner RM-GIC untuk

melindungi pulpa dan dilanjutkan dengan restorasi direk resin komposit. Liner

dalam kavitas dapat mengurangi irtasi pulpa dan membantu remineralisasi

pada bagian dalam dentin, sedangkan resin komposit dipilih karena memiliki

estetik yang baik pada gigi bagian depan.

4. Gigi 47

Diagnosis : Karies D4 site 1 Size 2

Pemeriksaan :

Pemeriksaan subjektif : gigi berlubang di bagian kunyah berupa bintik-bintik

kehitaman dan makanan sering tersangkut pada bagian kunyah gigi. Gigi

tidak pernah ngilu saat makan atau tidak pernah ada rasa sakit pada gigi.

Pemeriksaan objektif:

Pada pemeriksaan awal terdapat kavitas terbatas pada area oklusal gigi yang

tersangkut sonde. Sonde masuk sekitar 2 mm dan terdapat bayangan

kehitaman hingga dentin. Perkusi (-), palpasi (-), tes vitalitas dengan ethyl

chloride (+).

Rencana Perawatan :

13

Page 14: Lapsus Konservasi Gigi

Restorasi Resin Komposit

Alasan :

Untuk kavitas pada area oklusal posterior yang sudah mencapai dentin,

kehilangan struktur mahkota sudah cukup besar akan lebih retentif jika

menggunakan resin komposit. GIC memang memiliki ikatan yang baik, akan

tetapi warnanya kurang baik dibandingkan resin komposit, karena itu

digunakan bahan tambal resin komposit.

5. Gigi 28

Diagnosis : Karies D3 Site 1 Size 1

Pemeriksaan :

Pemeriksaan subjektif : jika makanan manis menyangkut pada area untuk

mengunyah pada gigi tersebut sulit dibersihkan

Pemeriksaan objektif: pada pemeriksaan awal terdapat kavitas pada area

oklusal, tersangkut sonde. Pemeriksaan dengan sondasi (-).

Rencana Perawatan : GIC

Alasan :

Untuk kavitas ini, karies baru mencapai email dan perluasan lesi hanya

mencapai fisur gigi molar. Jika direstorasi dengan resin komposit akan lebih

mengambil jaringan yang masih sehat. GIC yang memiliki ikatan kimiawi,

lebih retensi tanpa dibutuhkan preparasi juga melepaskan fluor yang

membantu proses remineralisasi.

14

Page 15: Lapsus Konservasi Gigi

15

Page 16: Lapsus Konservasi Gigi

BAB III

TERAPI KONSERVASI

III.1 Terapi Non Invasif

1. Pembersihan gigi dan mulut:

a. Sikat gigi 2x/hari pada waktu yang tepat dan dengan cara yang benar dan efektif

Pembersihan gigi dan mulut dengan menyikat gigi setiap hari dilakukan untuk

membersihkan plak yang menempel pada gigi. Pasien diajarkan menyikat gigi

dengan metode Bass yang dimodifikasi, yaitu dengan cara membentuk sudut 45°

antara sikat gigi dengan gusi dan gigi, sikat diarahkan ke bawah pada gigi geligi

rahang atas dan sikat diarahkan ke atas pada gigi geligi rahang bawah untuk

membersihkan gigi dari plak. Penyikatan gigi dilakukan pada permukaan luar,

dalam, dan permukaan kunyah gigi. Menyikat gigi dilakukan 30 menit setelah

makan.

b. Menganjurkan untuk minum air putih setelah makan atau minum manis

2. Diet:

a. Pasien memiliki kebiasaan konsumsi makanan manis lebih dari 2x sehari. Untuk

itu, pasien diberi penjelasan dan dimotivasi untuk mengurangi frekuensi

konsumsi gula di luar waktu makan, karena makanan kariogenik ini dapat

dimetabolisme oleh bakteri S. Mutans dengan cepat yang dapat menyebabkan

karies. Apabila pasien menginginkan untuk makan atau minum manis disarankan

segera setelah atau sebelum makan besar karena penurunan pH rongga mulut

menjadi asam dalam frekuensi yang tinggi dapat mempercepat demineralisasi

mineral permukaan gigi.

b. Meningkatkan konsumsi air putih.

Pasien mengaku sehari-hari hanya meminum 4-5 gelas air putih. Kurangnya

konsumsi air putih pasien menyebabkan konsistensi saliva yang berbusa dan

hidrasi saliva yang kurang baik, yaitu lebih dari 30 detik. Hal itu dapat

mengurangi faktor perlindungan yang disediakan oleh saliva yang dapat

mendukung remineralisasi gigi.

3. Scaling untuk menghilangkan kalkulus yang ada di rongga mulut

16

Page 17: Lapsus Konservasi Gigi

Scaling dilakukan untuk menghilangkan kalkulus dari seluruh permukaan koronal

sampai dengan junctional epithelium. Scaling dilakukan untuk mencegah terjadinya

karies baru pada gigi geligi karena deposit kalkulus yang besar merupakan tempat

ideal bagi retensi bakteri yang terus memproduksi asam sehingga mempercepat

demineralisasi pada permukaan gigi.

III.2 Terapi Invasif

1. Gigi 16: Pulpitis kronis dengan periodontitis apikalis kronis PSA Vital + onlay

Gigi 17: Abses Apikalis Kronis e.c. Nekrosis Pulpa PSA Non-Vital + onlay

Tahap Perawatan

a. Anestesi

Anestesi hanya dilakukan pada gigi yang masih vital. Dalam kasus ini pada gigi 16,

sedangkan pada gigi 17 tidak perlu anestesi.

b. Pembersihan jaringan karies dan preparasi/akses kamar pulpa

Bersihkan jaringan karies dengan bur metal, lanjutkan preparasi akses dengan bur

intan bulat dari arah palatal dengan sudut 45( dikarenakan pasien masih muda

kamar pulpa besar) kemudian dilanjutkan sejajar sumbu gigi.

Ragangan kavitas disesuaikan dengan bentuk internal kamar pulpa. Setelah bur

terasa anjlok (menembus atap pulpa), bur ditarik ke permukaan oklusal sampai

semua atap pulpa terbuang.

Preparasi ke lateral dilakukan dengan bur diamendo. Hindari terjadinya step dan

perforasi.

Setelah kamar pulpa dibersihkan maka akan terlihat orifis.

Akses dikatakan selesai bila:

- bersih dari jaringan karies

- atap pulpa telah terangkat semua

- pandangan dasar pulpa terlihat jelas (dasar bewarna kehitaman)

- orifis terlihat lebih besar (pandangan jelas dan lebih jauh ke apikal)

c. Ekstirpasi dan Penjajakan Saluran Akar

17

Page 18: Lapsus Konservasi Gigi

Pada gigi yang vital, tahap ini harus dilakukan untuk mengangkat jaringan pada

saluran akar. Sedangkan pada gigi yang telah non-vital, tidak perlu dilakukan

ekstirpasi, cukup irigasi untuk mengangkat jaringan nekrotik dan debri.

Ekstirpasi dilakukan dengan menggunakan jarum ekstirpasi dari ukuran kecil ke

ukuran yang besar sepanjang 2/3 panjang kerja estimasi hingga tidak ada lagi

jaringan yang tertinggal dalam saluran akar.

Penjajakan saluran akar dilakukan pada gigi yang telah non-vital sepanjang 2/3

panjang kerja estimasi dengan file berukuran kecil

Irigasi dengan NaOCl

d. Penentuan panjang kerja dan foto alat

Panjang kerja dapat ditentukan dengan 2 cara yaitu :

1. Bila terdapat foto awal cara radiograf dengan alat :

Jarum yang digunakan minimal no. 20 agar terlihat jelas di foto radiograf.

Tentukan titik yang akan dijadikan acuan selama preparasi atau pengisian saluran

akar, yang stabil dan tidak berubah pada bidang oklusal yang paling mudah terlihat

dan menyentuh stopper selama perawatan.

Ukur panjang gigi pada radiograf praoperatif, lalu kurangi 3 mm untuk

mendapatkan panjang kerja estimasi

Letakkan stopper pada jarum endodontik dengan panjang yang telah dihitung

tersebut.

Masukkan jarum tersebut ke dalam saluran akar sampai stopper menyentuh titik

acuan

Lakukan foto radiograf

Panjang kerja ditentukan dengan mengukur perbedaan antara ujung file dan apeks

radiograf, apabila ujung file berada di bawah apeks, maka panjang kerja estimasi

dikurangi jarak tersebut, sedangkan bila ujung file berada di atas apeks, jumlah

panjang kerja estimasi dengan jarak tersebut. Hasilnya kemudian dikurangi 1 mm

untuk mencapai konstriksi apikal.

Atau, langsung menghitung panjang kerja sebenarnya yaitu jarak dari titik acuan di

mahkota hingga 1 mm di atas apeks. Panjang gigi didapat dengan membandingkan

panjang mahkota pada radiograf dengan panjang mahkota klinis sehingga panjang

akar sebenarnya dapat dihitung.

2. Tidak terdapat foto awal menggunakan panjang rata – rata gigi :

18

Page 19: Lapsus Konservasi Gigi

panjang kerja estimasi = panjang rata-rata gigi – 1 mm

e. Preparasi orifis

Dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

1. Lebarkan orifis dengan mendigunakan gates glidden drill, dimulai dari nomor yang

dapat masuk hingga 2mm, lalu dilanjutkan dengan nomor yang lebih kecil berturut-

turut hingga paling jauh mencapai 2/3 dari panjang kerja kemudian irigasi dengan

NaOCl 2,5%.

2. Perbesar daerah koronal dengan protaper S1, diikuti dengan SX hingga panjang file

#15 tercapai. File selalu diolesi dengan EDTA.

f. Preparasi saluran akar dengan menggunakan Protaper

Setelah panjang kerja telah ditetapkan, gunakan protaper S1 sampai sepanjang

panjang kerja, kemudian S2 sampai sepanjang panjang kerja.

Gunakan protaper F1 sepanjang panjang kerja. Untuk akar yang lebih besar,

gunakan F2, F3, F4, dan F5 jika memungkinkan.

Prtoaper digunakan secara perlahan dan hati-hati untuk mengangkat dentin

dengan cara memutar handle searah jarum jam hingga protaper terasa pas.

Lepaskan protaper dengan cara memutar handle berlawanan arah jarum jam, 45˚-

90˚.

Haluskan dentin dengan cara memutar hanadle searah jarum jam sambil

mengangkat file tersebut.

Ulangi gerakan tersebut hingga panjang yang diinginkan tercapai.

Tergantung anatominya, protaper juga dapat digunakan dengan gerakan maju

mundur.

Cantumkan nama setiap saluran akar panjang dan nomor alat terakhir di status.

Selalu irigasi saluran akar pada setiap tahapan.

Gunakan instrumen protaper pada saluran akar yang teririgasi dengan baik dan

terlubrikasi.

g. Pemeriksaan hasil preparasi

Seluruh dinding saluran akar telah halus

Terdapat apical stop dan tug back.

19

Page 20: Lapsus Konservasi Gigi

h. Medikamen antar kunjungan

Setelah dilakukan preparasi saluran akar, saluran akar diberikan medikasi antar

kunjungan berupa ChKM, lalu kemudian ditumpat sementara dengan Cavit.

i. Pengisian saluran akar

Saluran akar telah bersih dan kering.

Kon yang sesuai dengan nomor protaper dicobakan dalam saluran akar sepanjang

panjang kerja dan terasa ada tug-back. Buat radiograf untuk melihat ketepatan

ujung kon.

Campurkan semen saluran akar dan masukkan ke saluran akar dengan

menggunakan jarum lentulo.

Kon guttap percha khusus protaper steril dimasukkan ke dalam saluran akar

perlahan-lahan agar udara dan kelebihan semen dapat keluar, kemudian kon utama

ditarik sedikit satu dua kali kemudian dimasukkan kembali sampai panjang kerja.

Bahan pengisi dipotong sebatas orifis dengan instrumen yang ujungnya telah

dipanaskan. Kemudian lakukan kondensasi vertikal dengan alat pemampat bahan

pengisi, sampai kira-kira 1 mm di bawah orifis.

Buat radiograf untuk evaluasi pengisian saluran akar.

Kamar pulpa dibersihkan dengan cotton pelet yang dibasahi alkohol kemudian

tutup dengan tumpatan sementara.

Pasien diminta untuk datang kontrol yang bertujuan untuk melihat adaptasi bahan

pengisian terhadap jaringan periapikal kemudian direncanakan pembuatan restorasi

tetap yang sesuai.

j. Restorasi onlay

Bongkar restorasi sementara dengan scaller dan ekskavator

Preparasi kavitas seminimal mungkin mengikuti ragangan yang telah ada.

Preparasi kavitas dengan menggunakan tappered bur mengikuti ragangan

kavitas sejajar atau divergen ke oklusal. Bevel seluruh tepi kavitas luar

(reverse bevel).

Bersihkan kavitas dan biarkan tetap lembab.

Cetak kavitas dengan menggunakan bahan cetak double impression

Polysiloxane Impression.

Buat catatan gigit pada malam.

20

Page 21: Lapsus Konservasi Gigi

Cetakan rubber base di cor menjadi model kerja, tandai batas tepi

preparasi/bevel pada model kerja menggunakan pensil.

Kirimkan hasil cetakan kavitas, catatan gigit, dan surat permohonan untuk

pembuatan onlay kepada laboratorium.

Setelah hasil didapat dari lab, dapat dilakukan insersi onlay.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat pemasangan onlay adalah

pengecekan terhadap retensi, resistensi, integritas marginal, oklusi, dan

artikulasi harus semuanya baik.

Jika semuanya telah sesuai dan baik, maka dapat dilakukan sementasi onlay.

Untuk restorasi pasca endodontik kasus ini, digunakan dowel crown.

2. Gigi 12: Restorasi Resin Komposit dengan aplikasi liner RM-GIC pada kavitas

di bagian palatal gigi

Gigi 47: Restorasi Resin Komposit

a. Pembersihan jaringan karies dan preparasi

Ekskavasi jaringan karies dengan ekskavator atau bur metal bulat no. 10

hingga tersisa affected dentin.

Lakukan preparasi minimal untuk sisi oklusal

Haluskan tepi-tepi kavitas, dan preparasi beveldengan kemiringan 45° pada

tepi enamel kavitas 1.5 mm untuk retensi, kecuali pada dimensi buko-lingual

gigi posterior, karena searah enamel rod.

b. Aplikasi Liner RM-GIC

Dalam kasus ini, Liner RM-GIC hanya diaplikasikan pada kavitas di bagian

palatal gigi 12.

Siapkan powder dan liquid light cure GIC , aduk dan aplikasikan liner dengan

instrumen berujung bulat pada dasar kavitas/ dentin yang hanya tinggal selapis tipis

dari pulpa setebal 0.5 -1 mm, sinar 20 detik.

21

Page 22: Lapsus Konservasi Gigi

c. Penumpatan pada kavitas resin komposit

Pembersihan kavitas, kavitas dibersihkan dan dikeringkan dengan kapas

Etsa

Bahan etsa diulaskan ke seluruh email yang dibevel lalu didiamkan

selama 15 detik.

Cuci dengan air mengalir selama 30 detik kemudian dikeringkan sampai

kondisinya lembab.

Bonding dan penumpatan

Aplikasikan bonding agent yang didiamkan terlebih dahulu selama 20

detik

Semprotkan udara dengan tekanan ringan untuk meratakan

Sinar selama 10 detik.

Penumpatan Resin komposit

Ambil dan pilih resin komposit yang sesuai dengan warna gigi

Letakkan di kavitas secara incrementaldengan ketebalan maksimal 2 mm.

Bentuk sesuai anatomis lalu disinar. Penyinaran dilakukan selama 20

detik.

d. Pemolesan

Pemolesan dilakukan langsung dengan menggunakan enhance dengan tekanan

ringan, putaran rendah, secara intermiten dan dalam keadaan basah.

Pemolesan dilakukan agar tumpatan halus dan mengkilap sehingga mencegah

terjadinya retensi makanan yang dapat menyebabkan terjadinya karies

sekunder

3. Gigi 28 : Restorasi GIC

a. Pembersihan jaringan karies dan preparasi Ekskavasi jaringan karies dengan ekskavator atau bur metal bulat no. 10 hingga

tersisa affected dentin. Haluskan tepi-tepi kavitas.

b. Penumpatan dengan GIC

22

Page 23: Lapsus Konservasi Gigi

Siapkan powder dan liquid GIC tipe 2, aduk melipat Aplikasikan GIC dalam kavitas dengan instrumen berujung bulat, biarkan flow

GIC mengisi fisur gigi molar Rapikan tumpatan dengan plastic filling

c. Pemolesan

Pemolesan dilakukan 1x 24 jam setelah penumpatan Pemolesan dilakukan dengan menggunakan enhance dengan tekanan ringan,

putaran rendah, secara intermiten dan dalam keadaan basah. Pemolesan dilakukan agar tumpatan halus dan mengkilap sehingga mencegah

terjadinya retensi makanan yang dapat menyebabkan terjadinya karies sekunder

BAB IV

PROGNOSIS

Prognosis :

Lokal : Baik

1. Gigi 16 dan 17 Baik

23

Page 24: Lapsus Konservasi Gigi

2. Gigi 12 dan 47 Baik

3. Gigi 28 Baik.

Umum : Baik

1. Pasien tidak memiliki kelainan sistemik yang menyulitkan perawatan.

2. Pasien memiliki sikap yang kooperatif.

3. Pasien bersedia dirawat hingga tuntas.

24

Page 25: Lapsus Konservasi Gigi

DAFTAR REFERENSI

1. Cohen s, Hargreaves KM. 2006. Pathways of the Pulp. 9th Ed. Elsevier.

2. Grossman, L.I. 1987. Endodontic Practice, 7th Edition. Philadelphia: Lea & Febiger.

3. Ingle J, Bakland L, Baumgartner C. 2008. Endodontics. 6th ed. Shelton: PMPH.

4. Mount GJ, Hume WR. 2005. Preservation and restoration of tooth structure. 2nd ed.

Queensland: Knowledge books and software.

5. Nursasongko B. 2007. Buku Pegangan Endodontik Praklinik Edisi II. Jakarta:

Departemen Ilmu Konservasi Gigi FKG UI;

6. Robersson, Theodore. 2002. Sturdevant’s Art & Science of Operative Dentistry, 4th

Edition. St.Louis: Mosby, Inc.

25