lapsus konjungtivitis vernal

Upload: lita-muliawati

Post on 09-Mar-2016

266 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

kesehatan

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANKonjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa (Ilyas, 2010).Konjungtivitis vernalis adalah bentuk konjungtivitis alergi yang penyebabnya tidak diketahui. Konjungtivitis vernalis paling sering terjadi pada anak anak, prevalensi pada kedua jenis kelamin sama dan sering terjadi pada anak dengan riwayat eksema, asma, atau alergi musiman. Konjungtivitis vernalis biasanya kambuh setiap musim semi dan hilang pada musim gugur dan musim dingin. Banyak anak tidak mengalaminya lagi pada umur dewasa muda (Medicastore, 2016).Penyebaran konjungtivitis vernalis merata di dunia, terdapat sekitar 0,1% hingga 0,5% pasien dengan masalah tersebut. Penyakit ini lebih sering terjadi pada iklim panas (misalnya di Italia, Yunani, Israel, dan sebagian Amerika Selatan) daripada iklim dingin (seperti Amerika Serikat, Swedia, Rusia dan Jerman).Umumnya terdapat riwayat keluarga yang bersifat alergi atopik (turunan). Sekitar 65% pasien yang menderita konjungtivitis vernalis memiliki satu atau lebih sanak keluarga setingkat yang memiliki penyakit turunan (misalnya asma, hay fever, iritasi kulit turunan atau alergi selaput lendir hidung permanen). Penyakit-penyakit turunan ini umumnya ditemukan pada pasien itu sendiri (Masnjoer, 2000).Beberapa penelitian tentang penyakit ini melaporkan bahwa biasanya kondisi akan memburuk pada musim semi dan musim panas di belahan bumi utara, itulah mengapa dinamakan konjungtivitis vernalis (atau musim semi). Di belahan bumi selatan penyakit ini lebih menyerang pada musim gugur dan musim dingin. Akan tetapi, banyak pasien mengalami gejala sepanjang tahun, mungkin disebabkan berbagai sumber alergi yang silih berganti sepanjang tahun (Mansjoer, 2000).

1.1 TujuanUntuk melaporkan kasus konjungtivitis vernalis.

BAB IILAPORAN KASUS

2.1 Identitas PasienNama: MRUmur : 7 tahunJenis Kelamin: Laki - lakiAlamat: Temanjir, PringgabayaAgama: IslamPekerjaan: Pelajar

2.2 Anamnesis (autoanamnesia) Keluhan UtamaKedua mata terasa gatal. Riwayat penyakit sekarang Pasien datang dengan keluhan mata merah yang dirasakan sejak 3 hari yang lalu, hilang timbul. Mata merah dirasakan pada kedua mata pasien dan terus memerah hingga hari ini. Mata terasa semakin memerah bila pasien bermain di luar rumah (bersepeda) dan dikucek-kucek. Merah pada mata berkurang bila pasien tidak bermain ke luar rumah atau bermain sepeda di siang hari. Mata merah disertai dengan rasa gatal, rasa gatal ini dirasakan terus menerus oleh pasien dan dirasa sangat mengganggu sehingga pasien sering mengucek matanya. Pasien juga mengeluhkan pembengkakan pada kedua kelopak mata pasien. Rasa nyeri pada kedua mata, silau dan pandangan kabur disangkal oleh pasien

Riwayat penyakit dahulu Pernah mengalami sakit mata sebelumnya seperti ini

Riwayat pengobatan Pernah berobat sebelumnya

- Riwayat keluarga Tidak didapatkan keluarga yang mengalami penyakit yang sama 2.3 Pemeriksaan FisikKeadaan umum: BaikKesadaran: Composmentis2.4 Status Generalis Pemeriksaan kepala: dbn Pemeriksaan leher : dbn Pemeriksaan Abdomen : dbn Pemeriksaan ekstremitas: dbn

2.5 Pemeriksaan Fisik Khusus / Status OftalmologiPEMERIKSAANODOS

Visus15/1515/15

Palpebra, KonjungtivaEdema(+), Sekret (+)Edema(+), Sekret (+)

KorneaJernihJernih

Kamera Okuli AnteriorDalamDalam

Iris/PupilBulat. Regular, centralBulat. Regular, central

Reflek PupilPositifPositif

LensaJernihJernih

TIOPalpasi normalPalpasi normal

MBODalam batas normalDalam batas normal

2.6 Diagnosis Kerja ODS Konjungtivitis Vernalis

2.7 Diagnosis BandingTrakomaKonjungtivitis VernalisKonjungtivitis Flikten

2.8 Terapi AB steroid topikal ( C. Polynel ed. 6xODS ) Kortikosteroid topical ( Dextamin 3x1/2 cth ) Kontrol poliklinik 2 minggu, diminta kontrol karena KIE

2.10 Prognosis Dubius ad sanam/bonam

BAB IIIPEMBAHASAN

Pasien datang dengan keluhan mata merah pada kedua mata sejak 3 hari sebelum dilakukan pemeriksaaan, disertai dengan rasa gatal. Rasa nyeri pada kedua mata, silau dan pandangan kabur disangkal oleh pasien. Hal ini sesuai dengan teori pada kepustakaan, di mana gejala-gejala konjungtivitis vernalis meliputi rasa gatal, mata merah, mata berair, rasa pedih terbakar, dan perasaan seolah ada benda asing yang masuk. Gejala-gejala ini cukup menyusahkan, muncul berulang, dan sangat membebani aktivitas penderita sehingga menyebabkan ia tidak dapat beraktivitas normal. Konjungtiva banyak sekali mengandung sel dari sistem kekebalan (mast sel) yang melepaskan senyawa kimia (mediator) dalam merespon terhadap berbagai rangsangan (seperti serbuk sari atau debu tungau). Mediator ini menyebabkan radang pada mata, yang mungkin sebentar atau bertahan lama. Alergi mata merah yang berkelanjutan terjadi sepanjang tahun; paling sering disebabkan oleh tungau debu, bulu hewan, dan bulu unggas (Vaughan, 2009). Konjungtivitis vernalis adalah peradangan konjungtiva bilateral dan berulang (recurrence) yang khas, dan merupakan suatu reaksi alergi (hipersensitivitas tipe I). Penyakit ini juga dikenal sebagai catarrh musim semi, konjungtivitis musiman atau konjungtivitis musim kemarau. Pada kasus ini pasien merupakan anak laki-laki dengan usia 7 tahun yang datang dengan keluhan kedua mata gatal dan merah kurang lebih sudah 3 hari, sebelumnya pasien pernah mengeluhkan hal yang sama Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa konjungtivitis vernalis paling sering terjadi pada anak dengan prevalensi pada kedua jenis kelamin sama dan sering terjadi pada anak dengan riwayat eksema, asma, atau alergi musiman. Konjungtivitis vernalis biasanya kambuh setiap musim semi dan hilang pada musim gugur dan musim dingin. Banyak anak tidak mengalaminya lagi pada umur dewasa muda.Pada pemeriksaan mata didapatkan visus mata kanan dan kiri normal, edema palpebra pada kedua kelopak mata kanan dan kiri, tidak ditemukan papil cobble stone pada konjungtiva tarsalis superior kedua mata. Pada pemeriksaan sklera, kornea, bilik mata depan, iris, pupil, lensa, dan refleks fundus tidak ditemukan adanya kelainan. Tanda-tanda pada pemeriksaan fisik mata pada pasien ini sesuai dengan tanda-tanda konjungtivitis vernalis (Ilyas, 2010).Konjungtivitis vernalis merupakan suatu reaksi alergi (hipersensitivitas tipe I). Pada reaksi hipersensitivitas tipe I terjadi pelepasan mediator sel mast (histamin) yang dapat memicu vasodilatasi, peningkatan permeabilitas pembuluh darah, rasa gatal, dan peningkatan produksi mukus dari sel-sel goblet pada lapisan konjungtiva. Vasodilatasi arteri konjungtiva posterior yang memasok darah ke konjungtiva bulbi mengakibatkan penampakan mata merah yang dominan ditemukan pada fornix. Peningkatan permeabilitas pembuluh darah mengakibatkan terjadinya edema palpebra dan kemosis. Keluhan lain seperti nyeri, silau dan penurunan visus tidak dijumpai pada pasien, karena proses patologis dari penyakit ini tidak melibatkan media refraksi seperti kornea, bilik mata depan dan lensa. Papil terbentuk sebagai respon terhadap peradangan yang ditandai oleh infiltrasi sel-sel radang (limfosit, eosinofil, basofil dan sel mast), neovaskularisasi, deposit jaringan ikat kolagen dan terjadinya hiperplasia sel-sel epitel konjungtiva (Bielory, 2000).Pada kasus ini didiagnosis banding dengan konjungtivitis trakoma. Pada konjungtivitis trrkoma gambaran lesi pada kasus dini didapatkan adanya papula kecil atau bercak merah bertaburan dengan bintik putih-kuning (folikel trakoma). Sedangkan pada konjungtivitis vernalis didapatkan gambaran nodul lebar datar dalam susunan cobble stone pada konjungtiva tarsal atas dan bawah, diselimuti lapisan susu. Ukuran lesi dan lokasi lesi pada konjungtivitis trakoma berupa penonjolan besar lesi konjungtiva tarsal atas dan teristimewa lipatan retrotarsal kornea-panus, bawah infiltrasi abu-abu dan pembuluh tarsus terlibat, sedangkan pada konjungtivitis vernalis berupa penonjolan besar tipe tarsus atau palpebra; konjungtiva tarsus terlibat, forniks bebas. Tipe limbus atau bulbus; limbus terlibat forniks bebas, konjungtiva tarsus bebas (tipe campuran lazim) tarsus tidak terlibat. Tipe cairan sekresi pada konjungtivitis trachoma stadium lanjut berupa kotoran air berbusa atau frothy, sedangkan pada konjungtivitis vernalis bergetah, bertali, seperti susu (Tobbara, 2000).Pada kasus ini konjungtivitis alergi dan konjungtivitis folikularis dapat dijadika differential diagnose. Pada konjungtivitis alergi gejala utamanya adalah radang (merah, sakit, bengkak, dan panas) gatal yang berulang. Tanda karakteristik lainnya terdapat papil besar pada konjungtiva, datang bermusiman yang dapat mengganggu penglihatan. Kemudian pada konjungtivitis folikularis gejala klinisnya terdapat penonjolan merah-muda pada lipatan retrotarsal, juga terdapat secret mukoid atau purulen (Ilyas, 2010).Pemberian antibiotik steroid topikal dan obat kortikosteroid topical , dengan deksametason 1% topikal, diberikan tiap 2 jam,8 kali sehari (Ilyas, 2010). Pasien juga disarankan untuk kontrol ke poliklinik dua minggu lagi untuk menilai tekanan intra ocular dan kemerahannya serta untuk menilai respon dari terapi yang diberikan. KIE nya antara lain ; Menghindari tindakan menggosok mata dengan tangan atau jari tangan, karena telah terbukti dapat merangsang pembebasan mekanis dari mediator-mediator sel mast. Di samping itu, juga untuk mencegah superinfeksi yang pada akhirnya berpotensi ikut menunjang terjadinya glaukoma sekunder dan katarak ;Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga membawa serbuksari; Menggunakan kaca mata berpenutup total untuk mengurangi kontak dengan alergen di udara terbuka; Prognosis penderita konjungtivitis baik karena sebagian besar kasus dapat sembuh spontan (Mansjoer, 2000).

BAB IVKESIMPULANDari anamnesis, pasien anak laki-laki berusia 7 tahun mengeluhkan mata merah dan gata-gatal kurang lebih 3 hari. Sebelumnnya, juga pasien pernah mengalami keluhan yang sama dan diberikan terapi antibiotik steroid topikal dan kortikosteroid topikal. Pada pemeriksaan fisik optalmologis didapatkan visus normal, palpebra edema, konjungtiva merah, kornea, kamera okuli anterior, iris, pupil lensa dalam batas normal. Dari hasil anamnesis dan pemriksaan fisik optalmologis yang dilakukan dapat disimpulkan pasien tersebut menderita konjungtivitis vernalis yang mengalami gejala khas yakni mata merah timbul secara berulang dan terjadi pada anak laki-laki usia dibawah 10 tahun.

DAFTAR PUSTAKA1. AAO Faundation. External eye disease and cornea in basic clinical science course. American Academy of Ophtalmology. Section 8. 2000-20012. ALLANSMITH MR. Konjunctivitis Vernalis. Dalam: Tasman W, Jaeger EA, penyunting. Duanes Clinical Ophtalmology, Philadelphia: Lippincott Ra-Ven, 2000 h.1-83. Bielory L.Allergic and immunology disorder of the eye. Part II:ocular allergy. J Allergy Clin Immunol 2000;106:805-164. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: 2010 Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.5. Kapita Selekta Kedokteran. Editor, Mansjoer Arif. Jilid I. Ed 3. Jakarta: Media Aesculapius,2000, hal 54 6. Medicastore, Konjungtivitis Vernalis. Available on: http://www.medicastore/penyakit/865/Keratokonjungtivitis_Vernalis.html (Diakses Januari, 2016)7. PubMed Central Journal list. Vernal Keratoconjunctivitis. Available on: http://www.nebi.nlm.nih.gov/pmc/article/PMC.1705659/. (Diakses Januari, 2016)8. SMF ilmu penyakit mata. Pedoman Dianosis dan Terapi Edisi III. RSUD Soetomo. Surabaya. 20069. Tobbara KF; Ocular of vernal keratokonjuctivitis. Can J Opthalmol 2000; 34:88-9210. Vaughan, Daniel G; Asbury, Taylor and Eva, Paul Riordan. Oftalmologi Umum. 14th ed. Jakarta : 2009 Widya Medika.

11