lapsus internship - asma.doc

19
No. ID dan Nama Peserta / dr. Kartika Handayani No. ID Nama Wahana RSUD Daya Kota Makassar Topik : Asma Bronchial Tanggal ( Kasus) : 23/11/2013 Nama Pasien : Tn. N No. RM : 136410 Tanggal Presentasi : 17 / 02/ 2014 Pendamping : dr. Hj. A. Rahmawati Malik Tempat presentasi : RSUD Daya Makassar Obyek Presentasi : Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonat us Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi : Seorang pria usia 56 tahun dirawat di perawatan Interna RSU Daerah Makassar dengan keluhan sesak napas dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.. sebelumnya pasien sering sesak nafas jika suasana dingin atau kelelahan. Awalnya sesak nafas hanya timbul satu bulan sekali tapi lama kelamaan frekuensi sesak semakin sering terutama dua tahun terakhir ini. Sesak nafas dirasakan memberat pada malam hari atau suasana dingin atau jika pasien kelelahan. Pasien juga mengeluh batuk berdahak bersamaan dengan sesaknya. Selama dua bulan terakhir ini pasien rutin meminum obat dari hasil kontrol di poliklinik 1

Upload: sherla-wijoyo

Post on 19-Jan-2016

144 views

Category:

Documents


35 download

DESCRIPTION

laporan kasus internship ASMA

TRANSCRIPT

Page 1: LAPSUS internship - ASMA.doc

No. ID dan Nama Peserta / dr. Kartika Handayani

No. ID Nama Wahana RSUD Daya Kota Makassar

Topik : Asma Bronchial

Tanggal ( Kasus) : 23/11/2013

Nama Pasien : Tn. N No. RM : 136410

Tanggal Presentasi : 17 / 02/ 2014 Pendamping : dr. Hj. A. Rahmawati Malik

Tempat presentasi : RSUD Daya Makassar

Obyek Presentasi :

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi : Seorang pria usia 56 tahun dirawat di perawatan Interna RSU Daerah Makassar

dengan keluhan sesak napas dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.. sebelumnya

pasien sering sesak nafas jika suasana dingin atau kelelahan. Awalnya sesak nafas hanya

timbul satu bulan sekali tapi lama kelamaan frekuensi sesak semakin sering terutama dua

tahun terakhir ini. Sesak nafas dirasakan memberat pada malam hari atau suasana dingin atau

jika pasien kelelahan. Pasien juga mengeluh batuk berdahak bersamaan dengan sesaknya.

Selama dua bulan terakhir ini pasien rutin meminum obat dari hasil kontrol di poliklinik

penyakit dalam. Pasien mendapat 2 jenis obat, namun pasien tidak mengetahui nama obatnya.

Riwayat sesak (+) sejak 2 tahun terakhir. Riwayat terbangun karena sesak pada malam hari

(+). Batuk (+), Nyeri dada (-). Demam (-), riwayat demam (-) riwayat keringat malam (-).

Sakit kepala (-), Mual (), muntah (-), nyeri ulu hati (+). BAB : biasa, warna ,BAK : lancar,

warna kuning tua.

Riwayat Penyakit Sebelumnya :

Riwayat DM (-)

Riwayat hipertensi (-)

Riwayat penyakit jantung (-)

Riwayat alergi (+) terhadap debu dan asap rokok

1

Page 2: LAPSUS internship - ASMA.doc

Tujuan : Menegakkan diagnosis dan memberikan penangan terhadap pasien dengan diagnosa

diatas.

Bahan Bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit

Cara

Membahas:

Diskusi Presentasi dan

diskusi

E-mail Pos

Data Pasien Nama : Tn.N No.Registrasi : 136410

Nama Klinik Perawatan Interna RSU

Daerah Makassar

Data Utama Bahan Diskusi

Diagnosis/ Gambaran Klinis : Seorang pria usia 56 tahun dirawat di perawatan Interna RSU

Daerah Makassar dengan keluhan sesak napas dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah

sakit.. sebelumnya pasien sering sesak nafas jika suasana dingin atau kelelahan. Awalnya

sesak nafas hanya timbul satu bulan sekali tapi lama kelamaan frekuensi sesak semakin sering

terutama dua tahun terakhir ini. Sesak nafas dirasakan memberat pada malam hari atau

suasana dingin atau jika pasien kelelahan. Pasien juga mengeluh batuk berdahak bersamaan

dengan sesaknya. Selama dua bulan terakhir ini pasien rutin meminum obat dari hasil kontrol

di poliklinik penyakit dalam. Pasien mendapat 2 jenis obat, namun pasien tidak mengetahui

nama obatnya. Riwayat sesak (+) sejak 2 tahun terakhir. Riwayat terbangun karena sesak pada

malam hari (+). Batuk (+), Nyeri dada (-). Demam (-), riwayat demam (-) riwayat keringat

malam (-). Sakit kepala (-), Mual (), muntah (-), nyeri ulu hati (+). BAB : biasa, warna ,BAK :

lancar, warna kuning tua. Riwayat DM (-), Riwayat hipertensi, Riwayat penyakit jantung (-),

Riwayat alergi (+) terhadap debu dan asap rokok.

1. Riwayat pengobatan : Pasien pernah kontrol di poliklinik penyakit dalam 2 bulan yang

lalu.

2. Riwayat kesehatan/ penyakit : Pasien sudah pernah menderita penyakit serupa

sebelumnya

3. Riwayat keluarga : Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.

2

Page 3: LAPSUS internship - ASMA.doc

Daftar Pustaka :

a. NoerS,dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi III.1996.Jakarta: Balai penerbit

FKUI.

b. Iris, Rengganis. Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial.2008. Maj Kedokt Indon vol.

58. IDI

c. Yunus, Faisal. Penatalaksanaan Rasional Asma Bronkial. 1990. Cermin Dunia

Kedokteran No.63. FK-UI: Jakarta.

Hasil Pembelajaran :

1. Menegakkan diagnosis Asma Bronchial

2. Memberikan penanganan pasien dengan serangan asma bronchial

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:

1. Subyektif

Seorang pria usia 56 tahun dirawat di perawatan Interna RSU Daerah Makassar dengan

keluhan sesak napas dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.. sebelumnya pasien

sering sesak nafas jika suasana dingin atau kelelahan. Awalnya sesak nafas hanya timbul

satu bulan sekali tapi lama kelamaan frekuensi sesak semakin sering terutama dua tahun

terakhir ini. Sesak nafas dirasakan memberat pada malam hari atau suasana dingin atau

jika pasien kelelahan. Pasien juga mengeluh batuk berdahak bersamaan dengan sesaknya.

Selama dua bulan terakhir ini pasien rutin meminum obat dari hasil kontrol di poliklinik

penyakit dalam. Pasien mendapat 2 jenis obat, namun pasien tidak mengetahui nama

obatnya. Riwayat sesak (+) sejak 2 tahun terakhir. Riwayat terbangun karena sesak pada

malam hari (+). Batuk (+), Nyeri dada (-). Demam (-), riwayat demam (-) riwayat

keringat malam (-). Sakit kepala (-), Mual (), muntah (-), nyeri ulu hati (+). BAB : biasa,

warna ,BAK : lancar, warna kuning tua. Riwayat DM (-), Riwayat hipertensi, Riwayat

penyakit jantung (-), Riwayat alergi (+) terhadap debu dan asap rokok.

2. Obyektif :

Dari hasil pemeriksaan fisik diperoleh:

TD: 110/70 mmHg P : 36x/i

3

Page 4: LAPSUS internship - ASMA.doc

N : 96x/I S : 36,5 C

Kepala

Konjungtiva : Anemis (-)

Sklera : Ikterus (-)

Bibir : Sianosis (-)

Leher

Massa tumor : (-)

Nyeri tekan : (-)

DVS : R-2 cmH2O

Thoraks

Inspeksi : Simetris kiri = kanan,

Palpasi : MT (-), NT (-), VF kiri = VF kanan.

Perkusi : Sonor, BPH ICS VI kanan depan

Auskultasi : BP: vesikuler, BT: Rh (-)/(-), Wh (+)/(+)

Cor

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

Perkusi : Pekak, batas jantung kesan normal

Auskultasi : BJ I/II murni reguler, bunyi tambahan: bising (-)

Abdomen

Inspeksi : Cembung, ikut gerak napas

Palpasi : MT (-), NT (-), Hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : Tymphani

Auskultasi : Peristaltik (+) kesan Normal

Ekstremitas

Edema pretibial : (-)/(-)

Edema dorsum pedis : (-)/(-)

3. Assesment

Asma bronkial adalah penyakit inflamasi kronik pada saluran nafas yang melibatkan

berbagai sel dan elemen sel. Inflamasi kronik ini menyebabkan hiperresponsivitas saluran

4

Page 5: LAPSUS internship - ASMA.doc

nafas yang ditandai oleh episode berulang berbagai gejala dan tanda seperti bisingmengi,

batuk, sesak nafas dan dada terasa penuh, terutama pada malam atau dini hari. Episode

serangan asma biasanya berhubungan dengan obstruksi aliran udara pernafasan yang

bervariasi derajatnya dan umumnya reversibel, baik secara spontan maupun dengan

pengobatan.

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya

serangan asma bronchial:

a. Faktor predisposisi

• Genetik

a. Atopi / alergi. Hal yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum

diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit

alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena

adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial

jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran

pernafasannya juga bisa diturunkan.

b. Obesitas, merupakan faktor pencetus asma. Mediator tertentu seperti leptin dapat

mempengaruhi fungsi saluran napas dan meningkatkan kemungkinan terjadinya

asma. Meskipun mekanismenya belum diketahui tetapi penurunan berat badan

padapasien obesitas dengan asma dapat memperbaiki gejala fungsi paru.

b. Faktor presipitasi

• Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan, ex: debu, bulu binatang, serbuk

bunga, spora jamur, bakteri dan polusi

2) Ingestan, yang masuk melalui mulut, ex: makanan dan obat-obatan

3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit, ex: perhiasan, logam dan jam

tangan.

• Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.

Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan

5

Page 6: LAPSUS internship - ASMA.doc

asma.Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan,

musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan serbuk bunga dan debu.

Asap rokok bagi perokok aktif maupun pasif

Asap rokok berhubungan dengan penurunan fungsi paru. Pajananasap rokok,

sebelum dan sesudah kelahiran berhubungan dengan efek berbahaya yang dapat diukur

seperti meningkatkan risiko terjadinya gejala asma pada usia dini

• Stres

Stres/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa

memperberat serangan asma yang sudah ada.Disamping gejala asma yang timbul harus

segera diobati, penderita asma yang mengalami stres/gangguanemosi perlu diberi nasehat

untuk menyelesaikan masalah pribadinya.Karena jika stresnya belum diatasi maka gejala

asmanya belumbisa diobati.

KLASIFIKASI

Asma dapat diklasifikasikan pada saat tanpa serangan dan pada saat

serangan.tidak ada satu pemeriksaan tunggal yang dapat menentukan berat-ringannya

suatu penyakit, pemeriksaan gejala-gejala dan uji faal paru berguna untuk

mengklasifikasi penyakit menurut berat ringannya. Klasifikasi itu sangat penting untuk

penatalaksanaan asma. Berat ringan asma ditentukan oleh berbagai faktor seperti

gambaran klinis sebelum pengobatan (gejala, eksaserbasi, gejala malam hari, pemberian

obat inhalasi ß-2 agonis dan uji faal paru) serta obat-obat yang digunakan

untukmengontrol asma (jenis obat, kombinasi obat dan frekuensi pemakaian obat).Asma

dapat diklasifikasikan menjadi intermiten, persisten ringan, perisiten sedang, dan

persisten berat.

Tabel 1. Klasifikasi derajat asma berdasarkan gejala pada orang dewasa

Derajat asma Gejala Gejala malam Faal paru

Intermitten Bulanan

Gejala:

≤2 kali sebulan Variabilitas APE

< 20%

6

Page 7: LAPSUS internship - ASMA.doc

<1x/minggu tanpa

gejala diluar

Serangan singkat

VEP1 > 80% nilai

prediksi

APE > 80% nilai

terbaik

Persisten ringan Mingguan

Gejala:

>1x/minggu tetapi

<1x/hari

Serangan dapat

menganggu

aktivitas dan tidur

> 2 kali sebulan Variabilitas APE

20 - 30%

VEP1 > 80% nilai

prediksi

APE > 80% nilai

terbaik

Persisten sedang Harian

Gejala: setiap hari

Serangan

mengganggu

aktivitas dan tidur.

Bronkodilator

setiap hari

>2 kali sebulan Variabilitas APE

> 30%

VEP1 60-80%

nilai prediksi

APE 60-80% nilai

terbaik

Persisten berat Kontinyu

Gejala: terus

menerus

Serangan

seringkambuh

Aktivitas terbatas

Sering Variabilitas APE

> 30%

VEP1 < 60% nilai

prediksi

APE < 60% nilai

terbaik

7

Page 8: LAPSUS internship - ASMA.doc

Ket: APE = arus puncak ekspirasi

FEV1 = volume ekspirasi paksa dalam 1 detik

Tabel 2. Klasifikasi derajat beratnya serangan asma

RINGAN SEDANG BERAT

Aktivitas Dapat berjalan

Dapat berbaring

Jalan terbatas

Lebihsuka duduk

Sukar berjalan

Duduk

membungkuk

kedepan

Bicara Beberapa kalimat Kalimat terbatas Katademikata

Kesadaran Mungkin

terganggu

Biasanya

terganggu

Biasanya

terganggu

Frekuensi napas Meningkat Meningkat Sering >30

kali/menit

Retraksi otot-otot

bantu napas

Umumnya tidak

ada

Kadang kala ada Ada

Mengi Lemah sampai

sedang

Keras Keras

Frekuensi nadi <100 100-120 >120

Pulsusparadoksus Tidak ada

(<10mmHG)

Mungkin ada (10-

25mmHG)

Sering ada

(>25mmHG)

APE sesudah

bronkodilator

>80% 60-80% <60%

PaCO2 <45 mmHG <45 mmHG <45 mmHG

8

Page 9: LAPSUS internship - ASMA.doc

SaCO2 >95% 91-95% <90%

DIAGNOSIS

Anamnesis dan Pemeriksaan klinis

Ada beberapa hal yang harus diketahui dari pasien asma antara lain: riwayat

ingusan atau mampat (rhinitis alergi), mata gatal,merah dan berair (konjungtivitis

alergi), dan eksematopi, batuk yang sering kambuh(kronik) disertai mengi, flu

berulang, sakit akibat perubahan musim atau pergantian cuaca, adanya hambatan

beraktivitas Karena masalah pernapasan ( saat berolahraga), sering terbangun pada

malam hari, riwayat keluarga (riwayat asma, rhinitis atau alergi lainnya dalam

keluarga), memelihara binatang di dalam rumah, banyak kecoa, terdapat bagian yang

lembab di dalam rumah. Untuk mengetahui adanya debu dalam rumah, tanyakan

apakah menggunakan karpetberbulu, sofakainbludru, kasur kapuk, banyak barang

dikamar tidur.Apakah sesak dengan bau-bauan seperti parfum, spray pembunuh

serangga, apakah pasien merokok, orang lainyang merokok dirumah atau lingkungan

kerja, obat yang digunakan pasien, apakah ada ß blocker, aspirin atau steroid.

Pada pemeriksaan fisis pasien asma ditemukan perubahan cara bernapas dan

terjadi perubahan bentuk anatomi toraks. Pada inspeksi dapat ditemukan; napas cepat,

kesulitan bernapas, menggunakan otot napas tambhaan dileher, perut, dan dada. Pada

auskultasi didapatkan mengi dan ekspirasi memanjang.

Tabel 3. Gejala –gejala kunci diagnosis asma

Gejala kunci Batuk,mengi dan sesak atau frekuensi napas cepat,

produksi sputum, sering waktu malam, respon

terhadap bronkodilator

Gambaran gejala Perennial,musiman atau keduanya; terus menerus,

episodic atau keduanya; awitan,lama,frekuensi

(jumlah hari/malam/minggu/bulan), variasi diurnal

9

Page 10: LAPSUS internship - ASMA.doc

terutama nocturnal dan waktu bangun pagi hari

Faktor presipitasi Infeksi virus, allergen lingkungan, dalam

rumah 9jamur,binatang, debu,dll) dan outdoor

(serbuk sari,dll)

Ciri-ciri rumah ( usia, lokasi, sistem

pendingin /pemanas, membakar kayu,

pelembab, karpet, jamur,hewan piaraan, mebel

dibungkus kain)

Latihan jasmani,kimiawi /alergen lingkungan

kerja

Perubahan lingkungan

Iritan ( asap rokok,baumenyengat, polusi

udara,debu,uap, gas)

Stress

Obat-obatan ( aspirin, ß blocker,antiinflamasi)

Makanan, aditif, pengawet

Perubahan udara, udara dingin

Perkembangan penyakit Usia awitan dan diagnosis

Riwayat cedera saluran napas

Progress penyakit

Penanggan sekarang dan respons, antara lain

rencana penanggananeksaserbasi

Frekuensi menggunakan SABA

Keperluan oral steroid dan frekuensi

penggunaannya

Riwayat keluarga Riwayat asma, alergi, sinusitis, rhinitis, polip nasal

pada anggota keluarga dekat

Riwayat social Tempat kerja, sekolah

Derajat pendidikan

10

Page 11: LAPSUS internship - ASMA.doc

Pekerjaan

Riwayat eksaserbasi Tanda prodromal dan gejala

Cepatnya awitan,lama, frekuensi, jumlah

eksaserbasi dan beratnya/tahun, penanganan

biasanya

Efek asma

terhadappenderita dan

keluarga

Episode perawatan diluar jadwal (gawat

darurat, dirawat di RS)

Keterbatasan aktivitas terutama latihan

jasmani, riwayat bangunmalam

Efek terhadap perilaku, sekolah, pekerjaan,

pola hidup dan efek ekonomi

Persepsi penderita dan

keluarga terhadap

penyakit

Pengetahuan mengenai asma: penderita, orang

tua,istri/suami atau teman dan mengetahui

kronisitas asma

Persepsi penderita mengenai penggunaan obat

pengontrol jangka lama

Kemampuan penderita, orang tua,

istri/suami/teman untuk menolong penderita

Sumber ekonomidansosiokultural

Berdasarkan patogenesis yang telah dikemukakan, strategi pengobatan asma dapat

ditinjau dari pendekatan. Seperti mengurangi respons saluran napas, mencegah ikatan allergen

dengan IgE, mencegah penglepasan mediator kimia, dan merelaksasikan otot-otot polos bronkus.

Tujuan penatalaksanaan asma :

1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala

2. Mencegah eksaserbasi akut

3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin

4. Mengupayakan aktiviti normal termasuk exercise

5. Menghindari efek samping obat

6. Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel

11

Page 12: LAPSUS internship - ASMA.doc

7. Mencegah kematian karena asma

Obat-obat simpatomimetik, yang dapat dibagi menjadi (i) alfa agonis, dan (ii) beta agonis

(obat-obat yang bekerja pada reseptor-beta). Efek yang diinginkan pada asma adalah efek beta 2

yang antara lain adalah :

Relaksasi otot polos (bronkus, pembuluh darah).

Merintangi pelepasan bahan mediator dari mastosit.

Efek samping obat simpatomimetik adalah efek beta 1, seperti takikardi dan palpitasi.

Cara pemberian, biasanya peroral atau sebagai aerosol. Pemberian Intravena hanya

dalam keadaan yang berat. Obat-obat dengan khasiat beta 2 selektif sudah beredar

dipasaran dan masih mengandung sedikit efek terhadap jantung dan otot-otot

(tremor). Pada keadaan yang gawat, dapat dianjurkan pemberian epineprin atau

isoproterenol yang kerjanya cepat, tapi di klinik biasa pemakaian beta 2 agonis

dianggap lebih aman. Efedrin adalah bentuk obat adrenergik yang banyak dipakai,

mempunyai efek kerja lama dan efektif peroral.

A. Plan :

Diagnosis :

Diagnosis asma tidaklah sulit, terutama bila telah dijumpai beberapa gejala klasik seperti

pada kasus diatas, contohnya sesak nafas, batuk, dan mengi. Adanya riwayat asma

sebelumnya, riwayat penyakit alergik seperti rinitis alergik, dan keluarga yang menderita

penyakit alergik, dapat memperkuat dugaan penyakit asma. Penemuan pada pemeriksaan

fisik penderita asma tergantung dari derajat obstruksi jalan nafas. Ekspirasi memanjang,

mengi, hiperinflasi dada, takikardi, pernapasan cepat hingga sianosis. Oleh karena itu

berdasarkan hasil anamnesa, serta pemeriksaan fisis pasien, maka pasien diatas

didiagnosa dengan asma bronchial. Dimana salah satu pencetusnya dapat disebabkan

karena cuaca yang akhir – akhir ini cukup dingin, serta keadaan pasien yang memiliki

alergi trehadap debu maupun asap rokok.

Penatalaksanaan

Terapi yang diberikan kepada pasien ini yakni:

- Posisi setengah duduk atau berbaring dengan bantal tinggi.

- O2 2-3 lpm

12

Page 13: LAPSUS internship - ASMA.doc

- IVFD RL 28 ttpm

- Combivent nebulizer / 8 jam

- Salbutamol tab 3x2 mg

- Dexamethasone tab 2x1

- Cefadroxyl 500mg 2x1

- Ranitidin amp / 8j /iv

- Ambroxol 3x1

Pendidikan

Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit seperti menilai efektivitas

obat yang diberikan serta kemungkinan efek samping obat yang diberikan.

Konsultasi

Setelah dilakukan penanganan awal pada pasien ini, dapat disimpulkan bahwa pasien ini

mengalami serangan Asma bronchial.

Rujukan

Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harusnya ditangani di rumah sakit dengan

sarana dan prasaran yang lebih memadai

13