mini projek internship

Upload: novianastiti

Post on 13-Apr-2018

446 views

Category:

Documents


26 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    1/62

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    TB (tuberkulosis) merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

    Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang organ paru (1).

    Selain menyerang paru, TB dapat menyerang organ lain (ekstra pulmonal) (2)

    Penyakit TB masih menjadi permasalahan dunia. Berdasarkan data WHO,

    diperkirakan telah terjadi 8,8 juta kasus baru pada tahun 2010 (berkisar antara 8,59,9

    juta) dengan rasio 128 kasus tiap 100.000 penduduk. Diperkirakan, angka prevalensi

    TB paru berjumlah 12 juta kasus (berkisar antara 11 juta sampai 14 juta) (3).

    Salah satu poin yang terdapat dalam misi MDGs (Millenium Development Goals)

    adalah penanggulangan HIV/AIDS, Malaria dan penyakit lain termasuk TB. Salah satu

    tolak ukur keberhasilan program penanggulangan TB adalah angka penemuan kasus

    baru, atau yang disebut dengan CDR (Case Detection Rate) (4)

    Gambar 1. Case Detection Rate (CDR) Jawa Timur 2009 - 2011 (P2) (Dinkes

    Provinsi Jawa Timur, 2012)

    Penyakit TB Paru di Indonesia menempati urutan ketiga penyebab kematian umum.

    Di Indonesia, penyakit ini termasuk salah satu prioritas nasional untuk program

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    2/62

    2

    pengendalian penyakit karena berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi,

    serta sering mengakibatkan kematian (2)

    Berdasarkan Program Penanggulangan TB Nasional, Indonesia menetapkan target

    CDR sebesar 70%. Namun, target tersebut masih belum bisa dicapai di seluruh

    cakupan daerah Indonesia. Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007

    di Jawa Timur, prevalensi TB sebanyak 0,2% dan prevalensi di Kabupaten Malang

    sebesar 0,4% (5). Hasil penemuan penderita TB paru melalui pemeriksaan dahak tahun

    2007, BTA (+) sebesar 725 penderita, diobati sebanyak 1.138 orang, dengan penderita

    sembuh sebanyak 510 orang (77,16%). Pada tahun 2011, temuan kasus dengan BTA

    (+) semakin meningkat sebesar 1.167 penderita yang terdiri dari 653 (55,96%), dengan

    tingkat kesembuhan 698 penderita (87,36%) (2).

    Untuk mendukung jalannya program nasional tersebut, maka diperlukan upaya-

    upaya khusus, untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran, dan peran

    serta masyarakat dengan tujuan utama pemberantasan TB.

    Penelitian ini didasari oleh didapatkannya data dari Puskesmas Dau mengenai

    pencapaian angka CDR yang sebesar 16%. Angka ini masih jauh dari target nasional

    yang sebesar 70%. Ditambah lagi, ditemukannya 2 kasus baru TB dengan BTA (+) di,

    dusun Rambaan, desa Landungsari pada tahun 2012. Kedua hal ini mendasari peneliti

    untuk melakukan penelitan ini (6) .

    Sehubungan dengan masalah tersebut, penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai

    faktor yang berhubungan dengan rendahnya CDR TB dengan hasil BTA (+),

    diantaranya status pendidikan, perekonomian dan tingkat pengetahuan masyarakat

    tentang TB. Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan jumlah

    kasus baru TB dengan BTA (+), sehingga dapat dilakukan tindakan pengobatan yang

    tepat sasaran serta pencegahan yang sesuai pada lingkungan yang terkena untuk

    mengurangi angka morbiditas dan mortalitas akibat TB. (7)

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    3/62

    3

    1.2 Analisis Situasi

    Gambar 2. Peta Desa Landungsari

    (Sumber: Kantor Desa Landungsari, 2011)

    Desa Landungsari merupakan desa yang secara administratif berada di Kecamatan

    Dau, Kabupaten Malang. Secara astronomis Desa Landungsari 721'-731' Lintang Selatan

    dan 11010'-11140' Bujur Timur. Lokasinya lebih kurang 35 km dari ibukota kabupaten dan

    2 km dengan ibukota kecamatan terdekat. Adapun batas-batas Desa Landungsari adalah

    sebagai berikut (7):

    Sebelah Barat : Desa Tegalwaru dan Desa Mulyoagung, Kabupaten Malang

    Sebelah Selatan : Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

    Sebelah Utara : Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

    Sebelah Timur : Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

    Desa Landungsari terdiri dari 3 dusun, yaitu Dusun Rambaan, Dusun Bendungan,

    dan Dusun Klandungan, 12 RW yang masing-masing memiliki 2 hingga 4 RT. Dusun

    Rambaan terdiri dari 3 RW yang masing-masing memiliki 2 hingga 3 RT. Masing-masing RT

    terdiri atas beberapa kepala keluarga (KK). Pada RT 01 terdapat 78 KK, RT 02 terdapat 74,

    dan pada RT 03 terdapat 80 KK. (7)

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    4/62

    4

    Gambar 3. Peta Desa Landungsari, Dusun Rambaan

    (Sumber: Kantor Desa Landungsari, 2011)

    Desa Landungsari memiliki fasilitas kesehatan, berupa 1 POSKESDES (Pos

    Kesehatan Desa) yang dipimpin oleh seorang bidan desa, 9 POSYANDU yang masing-

    masing dipimpin oleh kader, dan 4 Pos LANSIA.(7)

    1.3 Perumusan Masalah

    1. Bagaimana cara meningkatkan angka CDR (Case Detection Rate) pada desa

    Landungsari?

    2. Bagaimanakah pengetahuan dan ketrampilan kader mengenai pentingnya deteksi

    dini pada TB Paru?

    3. Bagaimanakah pengetahuan masyarakat Dusun Rambaan tentang TB Paru dan

    pencegahannya?

    4. Bagaimana pemberdayaan warga Dusun Rambaan dalam pendeteksian kasus baru

    TB dengan BTA (+)?

    1.4 Tujuan Kegiatan

    1.4.1 Tujuan Umum

    Meningkatkan temuan kasus TB paru dengan BTA (+) agar tercapai target

    sebanyak 70% sampai dengan akhir tahun 2012.

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    5/62

    5

    1.4.2 Tujuan Khusus

    Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang TB paru.

    Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya deteksi dini TB.

    Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menanggulangi TB.

    1.5 Manfaat Kegiatan

    1. Memberikan wawasan tentang Tuberkulosis kepada masyarakat.

    2. Meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat Desa Landungsari pada umumnya dan

    Dusun Rambaan pada khususnya.

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    6/62

    6

    BAB II

    RUMUSAN DIAGNOSIS KOMUNITAS

    2.1 Menemukan Prioritas Masalah Kesehatan RW 03 Dusun Rambaan Desa

    Landungsari

    Untuk menemukan prioritas masalah kesehatan, terlebih dahulu dilakukan skoring

    terhadap 5 besar permasalahan kesehatan yang ada di Dusun Rambaan Desa Landungsari

    pada periode Januari - September 2012. Data permasalahan kesehatan diambil dari data

    sekunder yaitu SPM (Standart Pelayanan Minimal) Puskesmas Dau, laporan kepala Desa

    Landungsari, laporan bidan Desa Landungsari, kasun Dusun Rambaan, dan ketua RW 03,

    yang dikoordinasikan dengan laporan yang masuk ke Puskesmas Dau. Skoring dilakukan

    dengan metode NGT (Nominal Group Technique). Dengan mempertimbangkan data

    sekunder tersebut diatas, diambil 10 orang yang terdiri dari 4 orang wakil puskesmas

    (bidang penyakit menular, dokter fungsional), 4 orang wakil dari kantor desa, dan 2 orang

    wakil dokter muda. Berikut tabelnya:

    Tabel 1.Skoring Permasalahan Kesehatan di Puskesmas Dau dalam Kurun Waktu

    Januari 2012September 2012

    No Problem I II III IV V VI VII VIII IX X Rata-

    rata

    SKOR

    1. Pelayanan kesehatan dasar

    pasien miskin target 100%

    tercakup 22,69%

    6 6 7 5 4 5 7 7 5 6 5,8 3

    2. Jumlah kunjungan ibu hamil

    (K4) target 95% tercakup 60,4%

    5 5 6 8 5 7 5 5 5 4 5,5 5

    3. Penemuan kasus TB baru

    dengan target 67 kasus (70%),

    hanya tercakup 12 kasus (16%).

    8 10 9 10 9 9 8 7 7 8 8,5 1

    4. Hipertensi menempati peringkat

    kedua dari 15 penyakit

    terbanyak di Puskesmas Dau

    5 5 5 5 6 5 6 6 6 7 5,6 4

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    7/62

    7

    Dari skoring tersebut, didapatkan bahwa prioritas permasalahan pertama yaitu

    penemuan kasus TBC baru dengan hasil BTA (+) dengan target ditemukan 67 kasus

    target yang telah dicapai sebanyak 12 kasus (16%). (2)

    5. ISPA menempati peringkat

    pertama dari 15 penyakit

    terbanyak di Puskesmas Dau

    7 8 6 8 4 5 6 6 8 8 6,6 2

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    8/62

    8

    BAB III

    METODE PENGUMPULAN DATA

    Dalam melaksanakan penelitian terlebih dahulu dibutuhkan data primer dan data

    sekunder. Data sekunder diperlukan di awal, saat menentukan prioritas masalah kesehatan.

    Data sekunder yang diambil berupa data dari Puskesmas, profil desa dari kantor desa, data

    yang tercatat di bidan setempat, kepala dusun, kepala RW dan kepala RT. Sedangkan data

    primer, diperoleh melalui survei pada warga yang dilakukan untuk menganalisis

    kemungkinan akar permasalahan yang terjadi di dusun tersebut. Survei dilakukan dengan

    cara melakukan wawancara langsung berdasarkan kuesioner terhadap penduduk RW. 03.

    Warga RW 03, Dusun Rambaan, Desa Landungsari dipilih atas dasar ditemukannya dua

    kasus pada Dusun Rambaan. Mengingat keterbatasan waktu, keterbatasan biaya

    pengambilan sampel hanya dilakukan pada RW 03..

    Penelitian survei merupakan bentuk penelitian deskriptif, dimana bila populasinya

    sekitar 100, sampel yang diambil paling sedikit 30%.Nilai 30 ini juga dapat dibuktikan pada

    tabel-tabel pengujian dalam statistika, dimana sampel diatas 30, nilai signifikansinya tidak

    jauh berbeda dengan nilai untuk 40 sampel, 60 sampel, dan seterusnya, untuk populasi 100

    (8)

    Teknik pengambilan sampel yang digunakan terbagi menjadi 2, yakni probability

    sampling, dan non probability sampling. Desain pengambilan sampel dengan cara

    probabilitas dilakukan jika representasi sampel penting untuk menggeneralisasikan hasil

    penelitian secara luas (8). Dalam penelitian ini dilakukan probability sampling dengan

    metode simple random sampling. Teknik ini merupakan teknik yang paling sederhana,

    dimana sampel diambil secara acak tanpa memperhatikan tingkatan yang ada dalam

    populasi. Pengacakan sampel dilakukan dengan menggunakan tabel random sampel. (9).

    Berdasarkan hasil survei, maka dapat dibuat Fish bone yang terperinci, mengenai

    faktor resiko yang dimiliki warga setempat. Fish bonemerupakan diagram tulang-tulang ikan

    yang menjelaskan bagaimana suatu permasalahan (misalnya TB pada kasus ini) bisaterjadi. Fish bone yang ada, dibuat dengan mempertimbangkan faktor 5M (man, money,

    material, method, machine),environment, dan timeyang selalu menjadi akar permasalahan

    kesehatan pada umumnya. Fish boneakan berperan untuk menunjukkan presentase warga

    yang mempunyai faktor-faktor resiko tersebut. Ini akan mempermudah dalam penentuan

    intervensi yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat.

    Berikut adalah fish boneuntuk permasalahan TB:

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    9/62

    9

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    10/62

    10

    Selanjutnya, dengan mempertimbangkan Fish bone dari prioritas permasalahan

    tersebut, dilakukan inventarisasi akar penyebab masalah dan dilakukan skoring dengan

    menggunakan metode NGT (Nominal Group Technique) untuk menentukan prioritasnya,

    sebagaimana dijabarkan dalam tabel berikut.

    Tabel 2. Inventarisasi Akar Penyebab Masalah

    No Akar

    Permasalahan

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rata-

    rata

    Prioritas

    MAN

    1. 68% warga

    merupakan

    kelompok usia

    produktif (21-50

    tahun)

    1 2 2 1 1 2 1 3 3 3 19 1,9 16

    2. 30% warga tidak

    memeriksakan

    diri ke

    pelayanan

    kesehatan

    5 4 6 5 8 7 7 6 5 5 58 5,8 8

    3. 20% warga

    menganggap

    imunisasi BCG

    kurang penting

    4 5 5 3 6 3 6 5 5 5 47 4,7 9

    4. 100% kader

    kurang berperan

    dalam kegiatan

    10 9 9 10 9 9 8 10 8 9 91 9,1 2

    5. 17% warga tidak

    memeriksakan

    dahak secara

    sukarela bilaada yang

    terdiagnosis TB

    6 8 7 7 8 7 7 7 6 7 70 7,0 6

    6. 80% warga

    kurang

    pengetahuan TB

    9 8 10 10 9 9 9 10 9 9 92 9,2 1

    7. 7% warga

    menganggap

    bahwa jika ada

    penderita TBC

    3 4 2 2 3 5 3 3 4 4 33 3,3 15

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    11/62

    11

    harus di isolasi

    8. 93% warga tidak

    mengetahui

    cara

    mengeluarkandan membuang

    dahak yang

    benar

    7 9 9 6 8 8 9 9 8 8 81 8,1 3

    METHOD

    9. 82% warga tidak

    mengikuti

    penyuluhan

    8 7 5 8 7 8 8 9 9 8 77 7,7 4

    10. 50% wargamenganggap

    tidak ada tindak

    lanjut dari

    petugas

    kesehatan

    setelah

    diadakan

    penyuluhan

    3 3 4 3 3 4 5 5 4 5 39 3,9 11

    MACHINE

    11. 83% warga tidak

    memakai

    masker pada

    saat batuk atau

    sakit.

    3 3 4 3 2 4 5 4 4 5 37 3,7 12

    12. 70% warga

    menganggap

    tabung untuk

    menampungdahak sukar

    didapatkan

    2 3 4 1 3 4 5 5 4 4 35 3,5 13

    13. 13% warga

    mendapatkan

    informasi

    kesehatan

    melalui leaflet

    5 6 7 6 7 6 6 5 6 6 60 6,0 7

    MONEY

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    12/62

    12

    14. 50% warga

    memiliki

    penghasilan

    rendah.

    2 2 4 1 3 4 5 5 4 4 34 3,4 14

    ENVIRONMENT

    15. 80% warga

    merupakan

    warga asli

    (penduduk

    tetap)

    1 2 1 1 1 1 1 2 3 3 16 1,6 17

    16. 40% warga tidak

    memiliki rumah

    ideal (kepadatan

    tidak sesuaidengan jumlah

    anggota

    keluarga yang

    tinggal, jumlah

    ventilasi,

    lingkungan

    rumah)

    4 3 5 3 3 4 5 5 4 5 41 4,1 10

    TIME

    17. 85% waktu

    penyuluhan

    kurang tepat

    6 7 6 8 7 9 8 7 8 8 74 7,4 5

    Setelah dilakukan skoring, didapatkan prioritas akar penyebab masalah, ditentukan

    inventarisasi solusi akar penyebab masalah, sebagaimana yang ditunjukkan dalam tabel

    berikut.

    Tabel 3. Inventarisasi Solusi Akar Penyebab Masalah

    No Prioritas Masalah Solusi

    Jangka Pendek Jangka Panjang

    1. 80% warga kurang

    pengetahuan TB.

    Memberikan

    penyuluhan tentang

    penyakit TB disertai

    dengan pemutaran

    video singkat agar

    warga lebih tertarik dan

    lebih mengerti

    Memberikan

    penyuluhan secara

    berkala dengan

    sasaran terutama

    warga yang beresiko

    terinfeksi

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    13/62

    13

    2. 100% warga menganggap

    kader kurang berperan

    dalam kegiatan

    Mengaktifkan kembali

    kader kesehatan di

    masyarakat, dengan

    memberikan pelatihan

    dan edukasi kepada

    kader agar dapat

    secara rutin

    memberikan

    penyuluhan kepada

    warga

    Evaluasi secara

    berkala kepada

    para kader untuk

    meyakinkan bahwa

    kader memberikan

    informasi yang

    dibutuhkan oleh

    warga

    Advokasi kepada

    perangkat desa,

    dinas kesehatan

    untuk lebih

    memperhatikan

    kinerja kader, dan

    memastikan kader

    yang ada telah

    berperan secara

    maksimal

    Meningkatkan peran

    kader kesehatan yang

    ada di masyarakat

    dengan cara

    mengikutsertakan

    dalam tiap program

    yang dilaksanakan

    Pembagian pin dan

    pocket-book kepada

    kader

    Advokasi kepada

    puskesmas untuk dapatmenindaklanjuti

    programa yang telah

    dengan cara

    mewajibkan kader TB

    untuk melakukan

    pelaporan skrining TB

    secara berkala

    3. 93% warga tidak

    mengetahui cara

    mengeluarkan dan

    membuang dahak yang

    benar

    Memberikan

    penyuluhan dan

    peragaan mengenai

    cara mengeluarkan dan

    membuang dahak yang

    benar dengan bahasa

    yang mudah dimengerti

    dan menarik

    Memberikan

    penyuluhan secara

    berkala dengan

    sasaran terutama

    warga dengan gejala

    batuk

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    14/62

    14

    Pembuatan stiker

    ilustrasi mengenai cara

    pengeluaran dan

    pembuangan dahak

    yang benar untuk

    ditempel di rumah

    warga

    Pelatihan senam paru

    untuk mendukung

    pengeluaran dahak

    4. 82% warga tidak mengikuti

    penyuluhan

    Mengadakan

    penyuluhan dengan

    bahasa yang awam dimasyarakat, yang

    mengedepankan

    interaksi 2 arah (role

    play), sehingga warga

    yang menjadi sasaran

    lebih tertarik

    Melakukan

    dokumentasi seluruh

    acara penyuluhansebagai referensi

    kelompok penyuluhan

    selanjutnya atau

    tenaga kesehatan lain

    Memfasilitasi kader

    agar dapat memberikan

    penyuluhan secara

    langsung kepada warga

    5. 85% waktu penyuluhan

    kurang tepat

    Melaksanakan

    penyuluhan pada saat

    diadakannya acara

    rutin warga

    Dokumentasi rundown

    acara yang akan

    diberikan kepada kader

    setempat untuk di

    sosialisasikan kepada

    penyuluh selanjutnya

    Melibatkan kader dalam

    sosialisasi acara

    Membuat perencanaan

    acara (rundown acara)

    yang terperinci serta

    sosialisasi jauh

    sebelum acara

    dilaksanakan

    6. 17% warga tidak

    memeriksakan dahak

    secara sukarela bila ada

    Memberikan

    penyuluhan mengenai

    prosedur pemeriksaan

    Advokasi kepada kader

    setempat dan

    posyandu setempat

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    15/62

    15

    yang terdiagnosis TB dan pelaporan jika

    terdapat kasus TB baru

    untuk edukasi berkala

    mengenai prosedur

    pemeriksaan dan

    pelaporan jika terdapat

    kasus TB baru

    7. 13% warga mendapatkan

    informasi kesehatan

    melalui leaflet

    Memberikan leaflet

    mengenai informasi-

    informasi TB yang

    harus diketahui

    Advokasi kepada pihak

    puskesmas untuk

    memperbanyak leaflet

    dan membagikan

    kepada warga saat

    penyuluhan

    selanjutnya

    8. 30% warga tidak

    memeriksakan diri ke

    pelayanan kesehatan

    Memberikan sosialisasi

    mengenai prosedur

    pemeriksaan di

    pelayanan kesehatan

    terdekat

    Advokasi kepada kader

    setempat dan

    posyandu setempat

    untuk sering

    mengingatkan warga

    agar segera berobat

    jika sakit

    9. 20% warga menganggap

    imunisasi BCG kurang

    penting

    Memberikan

    penyuluhan mengenai

    imunisasi BCG, akibatyang akan timbul dan

    manfaatnya bagi tubuh

    Advokasi kepada kader

    setempat dan

    posyandu setempatuntuk edukasi berkala

    mengenai pentingnya

    imunisasi, khususnya

    BCG

    10. 40% warga tidak memiliki

    rumah ideal (kepadatan

    tidak sesuai dengan jumlah

    anggota keluarga yang

    tinggal, jumlah ventilasi,

    lingkungan rumah)

    Memberikan

    penyuluhan kepada

    warga mengenai syarat

    rumah sehat dan

    bagaimana cara

    mencapai rumah sehat.

    Advokasi kepada dinas

    kesehatan dan

    peumahan rakyat

    untuk melakukan

    screening berkala pada

    warga tentang rumah

    sehat

    Setelah dilakukan inventarisasi solusi akar penyebab masalah, kembali dilakukan

    skoring dengan menggunakan metode NGT untuk menentukan prioritas solusi yang dapat

    dilakukan.

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    16/62

    16

    Tabel 4. Prioritas Solusi Akar Penyebab Masalah

    No Solusi 1 2 3 4 5 6 7 TotalRata-

    rataSkor

    1

    Memberikan

    penyuluhan tentang

    penyakit TB disertai

    dengan pemutaran

    video singkat agar

    warga lebih tertarik dan

    lebih mengerti

    10 10 9 9 10 9 9 66 9,4 1

    2

    Memberikan

    penyuluhan secara

    berkala dengan

    sasaran terutama

    warga yang beresiko

    terinfeksi

    5 5 5 5 6 7 7 40 5,7 20

    3

    Mengaktifkan kembali

    kader kesehatan di

    masyarakat, dengan

    memberikan pelatihan

    dan edukasi kepada

    kader agar dapat

    secara rutin

    memberikan

    penyuluhan kepada

    warga

    10 10 9 9 8 8 9 63 9 3

    4

    Meningkatkan peran

    kader kesehatan yang

    ada di masyarakat

    dengan cara mengikut

    sertakan dalam tiap

    program yang

    dilaksanakan

    10 10 9 9 9 9 8 64 9,1 2

    5

    Pembagian pin dan

    pocket-book kepada

    kader

    9 8 7 8 7 8 7 54 7,7 6

    6 Evaluasi secara berkala 5 4 5 5 6 7 7 39 5,5 21

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    17/62

    17

    kepada para kader

    untuk meyakinkan

    bahwa kader

    memberikan informasi

    yang dibutuhkan oleh

    warga

    7

    Advokasi kepada

    perangkat desa, dinas

    kesehatan untuk lebih

    memperhatikan kinerja

    kader, dan memastikan

    kader yang ada telah

    berperan secara

    maksimal

    6 6 5 5 6 6 7 39 5,5 22

    8

    Memberikan

    penyuluhan dan

    peragaan mengenai

    cara mengeluarkan dan

    membuang dahak yang

    benar dengan bahasa

    yang mudah dimengerti

    dan menarik

    8 7 7 7 6 7 7 49 7 11

    9

    Pembuatan stiker

    ilustrasi mengenai cara

    pengeluaran dan

    pembuangan dahak

    yang benar untuk

    ditempel di rumah

    warga

    8 8 7 7 7 7 8 52 7,4 8

    10

    Pelatihan senam paruuntuk mendukung

    pengeluaran dahak

    5 6 6 6 7 7 6 43 6,1 15

    11

    Memberikan

    penyuluhan secara

    berkala dengan

    sasaran terutama

    warga dengan gejala

    batuk

    5 5 6 5 6 6 7 40 5,7 19

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    18/62

    18

    12

    Mengadakan

    penyuluhan dengan

    bahasa yang awam di

    masyarakat, yang

    mengedepankan

    interaksi 2 arah (role

    play), sehingga warga

    yang menjadi sasaran

    lebih tertarik

    7 7 7 7 7 7 7 49 7 12

    13

    Memfasilitasi kader

    agar dapat memberikan

    penyuluhan secara

    langsung kepada warga

    8 7 7 8 7 8 7 52 7,4 7

    14

    Melakukan

    dokumentasi seluruh

    acara penyuluhan

    sebagai referensi

    kelompok penyuluhan

    selanjutnya atau tenaga

    kesehatan lain

    6 5 6 5 6 6 7 41 5,8 18

    15

    Melaksanakan

    penyuluhan pada saatdiadakannya acara

    rutin warga

    6 6 5 6 6 7 6 42 6 16

    16Melibatkan kader dalam

    sosialisasi acara8 8 8 7 7 8 8 54 7,7 5

    17

    Membuat perencanaan

    acara (rundown acara)

    yang terperinci serta

    sosialisasi jauh

    sebelum acara

    dilaksanakan

    9 8 7 7 6 7 6 50 7,1 10

    18

    Dokumentasi rundown

    acara yang akan

    diberikan kepada kader

    setempat untuk di

    sosialisasikan kepada

    penyuluh selanjutnya

    5 5 5 5 6 5 6 36 5,1 29

    19 Memberikan 7 7 6 7 7 7 6 47 6,7 14

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    19/62

    19

    penyuluhan mengenai

    prosedur pemeriksaan

    dan pelaporan jika

    terdapat kasus TB baru

    20

    Advokasi kepada kader

    setempat dan

    posyandu setempat

    untuk edukasi berkala

    mengenai prosedur

    pemeriksaan dan

    pelaporan jika terdapat

    kasus TB baru

    6 5 5 6 5 6 7 38 5,4 23

    21

    Memberikan leaflet

    mengenai informasi-

    informasi TB yang

    harus diketahui

    8 8 8 7 8 8 8 55 7,8 4

    22

    Advokasi kepada pihak

    puskesmas untuk

    memperbanyak leaflet

    dan membagikan

    kepada warga saat

    penyuluhan selanjutnya

    5 6 6 5 6 5 5 37 5,2 26

    23

    Memberikan sosialisasi

    mengenai prosedur

    pemeriksaan di

    pelayanan kesehatan

    terdekat

    8 8 6 7 7 7 8 51 7,2 9

    24

    Advokasi kepada kader

    setempat dan

    posyandu setempat

    untuk sering

    mengingatkan warga

    agar segera berobat

    jika sakit

    5 6 5 6 5 6 6 38 5,4 24

    25

    Memberikan

    penyuluhan mengenai

    imunisasi BCG, akibat

    yang akan timbul dan

    manfaatnya bagi tubuh

    7 7 6 8 7 7 6 48 6,8 13

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    20/62

    20

    26

    Advokasi kepada kader

    setempat dan

    posyandu setempat

    untuk edukasi berkala

    mengenai pentingnya

    imunisasi, khususnya

    BCG

    6 6 5 5 6 6 5 38 5,4 25

    27

    Memberikan

    penyuluhan kepada

    warga mengenai syarat

    rumah sehat dan

    bagaimana cara

    mencapai rumah sehat

    6 6 5 5 6 5 5 37 5,2 27

    28

    Advokasi kepada dinas

    kesehatan dan

    peumahan rakyat untuk

    melakukan screening

    berkala pada warga

    tentang rumah sehat

    5 6 5 5 5 6 5 36 5,1 28

    29

    Advokasi kepada

    petugas puskesmas

    untuk dapatmenindaklanjuti

    program yang telah

    dengan cara

    mewajibkan kader TB

    untuk melakukan

    pelaporan skrining TB

    secara berkala

    6 5 6 6 6 5 7 41 5,8 17

    Berdasarkan skoring di atas, dipilih 17 prioritas intervensi jangka pendek yang akan

    dilakukan pada Dusun Rambaan, Desa Landungsari yaitu sebagai berikut:

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    21/62

    21

    Tabel 5. Prioritas Intervensi Jangka Pendek

    No Prioritas

    1 Memberikan penyuluhan tentang penyakit TB disertai dengan pemutaran video singkat agar

    warga lebih tertarik dan lebih mengerti.

    2 Meningkatkan peran kader kesehatan yang ada di masyarakat dengan cara mengikut sertakan

    dalam tiap program yang dilaksanakan.

    3 Mengaktifkan kembali kader kesehatan di masyarakat, dengan memberikan pelatihan dan

    edukasi kepada kader agar dapat secara rutin memberikan penyuluhan kepada

    warga.

    4 Memberikan leaflet mengenai informasi-informasi TB yang harus diketahui.

    5 Melibatkan kader dalam sosialisasi acara.

    6 Pembagian pin dan pocket-book kepada kader.

    7 Memfasilitasi kader agar dapat memberikan penyuluhan secara langsung kepada warga.

    8 Pembuatan stiker ilustrasi mengenai cara pengeluaran dan pembuangan dahak yang benar

    untuk ditempel di rumah warga.

    9 Memberikan sosialisasi mengenai prosedur pemeriksaan di pelayanan kesehatan terdekat.

    10 Membuat perencanaan acara (rundown acara) yang terperinci serta sosialisasi jauh sebelum

    acara dilaksanakan.

    11 Memberikan penyuluhan dan peragaan mengenai cara mengeluarkan dan membuang dahak

    yang benar dengan bahasa yang mudah dimengerti dan menarik.

    12 Mengadakan penyuluhan dengan bahasa yang awam di masyarakat, yang mengedepankan

    interaksi 2 arah (role play), sehingga warga yang menjadi sasaran lebih tertarik.

    13 Memberikan penyuluhan mengenai imunisasi BCG, akibat yang akan timbul dan manfaatnya

    bagi tubuh.

    14 Memberikan penyuluhan mengenai prosedur pemeriksaan dan pelaporan jika terdapat kasus

    TB baru.

    15 Pelatihan senam paru untuk mendukung pengeluaran dahak.

    16 Melaksanakan penyuluhan pada saat diadakannya acara rutin warga.

    17 Advokasi kepada petugas puskesmas untuk dapat menindaklanjuti program yang telah dengan

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    22/62

    22

    cara mewajibkan kader TB untuk melakukan pelaporan skrining TB secara berkala.

    Dari prioritas intervensi masalah di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa rencana

    intervensi yang dipilih untuk dilakukan kepada warga Dusun Rambaan, Desa Landungsariadalah berupa:

    Penyuluhan yang mencakup materi mengenai:

    - penyakit TB

    - cara mengeluarkan dan membuang dahak yang benar

    - imunisasi BCG

    - prosedur pelayanan kesehatan

    Pelatihan:

    - pelatihan kader dengan tujuan untuk mengaktifkan kembali kader kesehatan

    - cara mengeluarkan dan membuang dahak yang benar

    - senam paru untuk mendukung pengeluaran dahak

    Pembuatan media, berupa:

    - pocket bookberisi informasi dasar tentang TB

    - pin untuk kader

    - stiker mengenai cara batuk dan mengeluarkan dahak yang benar

    - leaflet mengenai penyakit TB

    - form skrining TB

    Pembuatan dan pemutaran video:

    - penyakit TB

    - testimoni penderita TB

    - senam paru

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    23/62

    23

    BAB IV

    RENCANA KEGIATAN

    4.1 Rencana Kegiatan

    Dalam merencanakan program intervensi pada warga Dusun Rambaan diperlukan

    penentuan permasalahan utama yang menjadi dasar untuk menentukan tujuan umum

    kegiatan, sebagaimana ditulis dalam tabel berikut:

    Tabel 6. Health Problemdan Goal

    Health Problem Goal

    Penemuan kasus TBC baru dengan

    target 47 kasus baru (70%), hanya

    tercakup target 12 kasus (16%).

    Meningkatkan temuan kasus TB paru dengan

    BTA (+) agar tercapai target sebanyak 70%

    sampai dengan akhir tahun 2012.

    Selain menentukan health problem dan goal untuk program intervensi, perlu

    ditentukan juga kelompok yang akan menjadi sasaran kegiatan. Kelompok sasaran dibagimenjadi tigakelompok, yaitu kelompok sasaran primer, sekunder, dan tersier. Kelompok

    sasaran pada penelitian ini, akan terinci pada Tabel 7.

    Tabel 7. Kelompok Sasaran dari Health Prob lem

    Target Group

    Primer Warga RW. 03, Dusun Rambaan, Desa Landungsari

    Sekunder Kader kesehatan

    Pelayan kesehatan (bidan desa, POSYANDU)

    Tersier Puskesmas Dau

    Pengurus Desa Landungsari

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    24/62

    24

    Selain menentukan goal dari intervensi yang akan dilakukan, perlu ditentukan juga

    objective dari program intervensi warga. Objective ini dibuat berdasarkan faktor-faktor

    resiko yang menyebabkan munculnya health problem di warga Dusun Rambaan. Hal ini

    akan ditunjukkan pada tabel berikut.

    Tabel 8. Faktor Resiko dan Object ive

    Risk Factor Object ive

    80% warga mempunyai

    pengetahuan yang kurang

    mengenai penyakit TB.

    Meningkatkan pengetahuan warga

    mengenai penyakit TB sebanyak 100%

    pada akhir program.

    20% warga menganggap

    imunisasi BCG kurang penting.

    Meningkatkan jumlah warga yang

    mengimunisasi BCG sebanyak 100%.

    17% warga tidak memeriksakan

    dahak secara sukarela bila ada

    yang terdiagnosis TB.

    Meningkatkan jumlah warga yang akan

    memeriksakan dahak secara sukarela

    bila ada yang terdiagnosis TB sebanyak

    100% pada akhir program.

    93% warga tidak mengetahui cara

    batuk dan mengeluarkan dahak

    yang benar

    Meningkatkan pengetahuan warga

    mengenai batuk dan mengeluarkan

    dahak yang benar sebanyak 100% pada

    akhir program

    30% warga tidak memeriksakan

    diri ke pelayanan kesehatan.

    Meningkatkan kesadaran warga untuk

    memeriksakan diri ke pelayanan

    kesehatan sebanyak 100% pada akhir

    program.

    Tujuan khusus ini perlu dirinci secara lebih detail untuk menentukan sub objective.

    Sub objective diperoleh dari contributing risk factor yang menyebabkan risk factor muncul.

    Hal ini akan ditunjukkan pada tabel berikut.

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    25/62

    25

    Tabel 9. Contribut in g Risk Factor danSub Object ive

    Risk Factor Contr ibut in g RF Sub object ive

    80% warga mempunyai

    pengetahuan yang kurang

    mengenai penyakit TB.

    Predisposing:

    82% warga tidak

    pernah mengikuti

    penyuluhan

    kesehatan

    Enabling:

    95% warga kurang

    mendapat

    penyuluhan tentang

    TB.

    75% warga

    menganggap kader

    kesehatan yang ada

    kurang berperan,

    terutama masalah

    TB.

    Hanya 13% wargamendapatkan

    informasi kesehatan

    melalui leaflet.

    Meningkatkan jumlah

    penyuluhan tentang

    TB untuk warga

    sebanyak 50% pada

    akhir program.

    Meningkatkan

    kehadiran warga

    yang mengikuti

    penyuluhan sebanyak

    50% pada akhir

    program.

    Meningkatkan

    pelatihan dan edukasi

    terhadap kader

    sebanyak 80% pada

    akhir program.

    Meningkatkankesadaran kader

    akan peran serta

    dirinya di masyarakat

    sebanyak 70% pada

    akhir program

    Meningkatkan

    pengetahuan

    kesehatan wargadengan penyuluhan

    menggunakan leaflet

    sebanyak 100% pada

    akhir program.

    20% warga menganggap

    imunisasi BCG kurang

    penting.

    Predisposing:

    83% warga tidak

    mengetahui

    Meningkatkan

    pengetahuan warga

    mengenai imunisasi

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    26/62

    26

    mengenai manfaat

    imunisasi BCG

    Enabling:

    100% warga merasa

    penyuluhan

    mengenai BCG

    kurang.

    BCG sebanyak 100%

    pada akhir program.

    .

    17% warga tidak

    memeriksakan dahak

    secara sukarela bila ada

    yang terdiagnosis TB.

    Predisposing:

    80% warga kurang

    mengetahui tentang

    prosedur

    pemeriksaan TB.

    Enabling:

    82% warga merasa

    kurang diberi

    penyuluhan

    mengenai prosedur

    pemeriksaan dahak

    Meningkatkan

    pengetahuan warga

    mengenai prosedur

    pemeriksaan TB

    sebanyak 100% pada

    akhir program.

    93% warga tidak mengetahuicara batuk dan

    mengeluarkan dahak yang

    benar

    Predisposing: 93% memiliki

    pengetahuan yang

    kurang mengenai

    cara batuk yang

    benar

    Enabling:

    80% warga kurang

    mendapat informasi

    mengenai cara batuk

    & mengeluarkan

    dahak.

    Meningkatkan jumlahmedia informasi

    mengenai cara batuk

    dan mengeluarkan

    dahak dengan benar

    sebanyak 80% pada

    akhir program

    dengan penyuluhan.

    30% warga tidak

    memeriksakan diri ke

    pelayanan kesehatan.

    Predisposing:

    14% tingkat

    awareness/kesadara

    n yang rendah untuk

    Meningkatkan

    kesadaran warga

    untuk memeriksakan

    diri ke pelayanan

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    27/62

    27

    memeriksakan diri ke

    pelayanan kesehatan

    Enabling:

    82% warga

    menganggap

    kurangnya

    penyuluhan dari

    tenaga kesehatan

    75% warga

    menganggap kader

    kesehatan yang ada

    kurang berperan,

    terutama masalah

    TB.

    kesehatan sebanyak

    100% pada akhir

    program.

    Meningkatkan

    kesadaran kader

    akan peran serta

    dirinya di masyarakat

    sebanyak 70% pada

    akhir program

    4.3 Metode Kegiatan

    Metode kegiatan yang dipilih didasarkan pada prioritas intervensi yang akan

    dilakukan pada warga yang telah disusun dan dijelaskan pada BAB III. Metode kegiatan

    yang digunakan berupa penyuluhan dan pelatihan kader kesehatan yang diharapkan akan

    menjadi kader TB. Metodenya adalah dengan menyuluh beberapa kader yang sudah ada

    ditambah dengan beberapa pengurus RT. Diharapkan dengan diadakannya Penyuluhan

    dan Pelatihan Kader Anti-Tuberkulosis (PEKAT), akan menambah kesadaran warga

    Landungsari khususnya warga Dusun Rambaan untuk memeriksakan diri apabila ada

    kecurigaan terkena TB. Dengan meningkatnya kesadaran warga, maka akan meningkatkan

    angka CDR-TB di wilayah Puskesmas Dau.

    4.3 Strategi Kegiatan

    Strategi yang digunakan dalam rangka memenuhi promosi kesehatan, dibagi

    menjadi 3 yaitu strategi untuk warga, kader dan Puskesmas. Strategi untuk warga berupa,

    intervensi saat kegiatan rutin (setelah acara PKK). Strategi kedua, melakukan penyuluhan

    yang menarik dan informatif dengan menampilkan video, role play atraktif serta

    mempraktikkan senam paru. Kemudian memberikan stiker dan leaflet, serta doorprize

    berupa souvenir untuk warga yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan penyuluhan,.

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    28/62

    28

    Sedangkan untuk kader, akan dilakukan penyuluhan terlebih dahulu dengan

    menampilkan video dan memberikan pocketbookmengenai pengetahuan tentang TB yang

    lebih lengkap dan pembagian pin yang menandakan terpilihnya sebagai kader TB.

    4.4 Media Kegiatan

    Media yang digunakan dalam intervensi ini berupa slide presentasi yang berwarna

    dengan banyak ilustrasi gambar dan dengan bahasa yang mudah diterima oleh warga, serta

    kami tampilkan testimoni dari penderita TB yang telah sembuh. Selain itu dibuat juga stiker

    yang berisi cara batuk dan cara mengeluarkan dahak yang benar, yang bisa ditempel di

    rumah warga, dan leaflet mengenai pengetahuan TB secara umum, serta pocket book

    mengenai pengetahuan tentang TB yang lebih lengkap untuk kader. Kemudian juga

    diberikan video inovasi mengenai senam paru untuk warga dan kader agar dapat diterapkan

    sendiri oleh warga.

    4.5 Jadwal Kegiatan

    Kegiatan direncanakan dilakukan selama 3 kali. Karena keterbatasan waktu,

    keterbatasan biaya, dan dengan mempertimbangkan lokasi tempat kejadian tuberkulosis

    maka dipilih 3 lokasi kegiatan dan dengan mempertimbangkan keaktifan kader di Dusun

    Landungsari tersebut, diadakan kegiatan tambahan berupa penyuluhan dan pelatihan kader.

    Tabel 10. Jadwal Kegiatan

    No. Waktu Kegiatan

    1. Kamis, 25 Oktober 2012 Penyuluhan dan pelatihan kader anti-TB

    2. Minggu, 28 Oktober 2012 Penyuluhan dan pelatihan warga RT 01 oleh kader

    3. Selasa, 6 November

    2012

    Penyuluhan dan pelatihan warga RT 02 dan RT 03

    4.6 Tantangan

    Terdapat beberapa tantangan yang didapatkan selama kegiatan antara lain

    terbatasnya waktu dan dana dalam melaksanakan program secara holistik meliputi seluruh

    faktor resiko, sehingga memaksa kami untuk masuk ke dalam kegiatan yang rutin dilakukan

    oleh warga.

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    29/62

    29

    4.7 Sistem Evaluasi

    Berbagai kegiatan yang akan dilakukan di Dusun Rambaan, Desa Landungsari terdiri

    atas penyuluhan TB, cara batuk dan cara mengeluarkan dahak yang benar, pelatihan

    senam paru, dan kuis interaktif. Kegiatan-kegiatan tersebut akan dilaksanakan sesuai

    rencana kegiatan yang telah ditentukan berdasar metode dan strategi yang telah dijelaskan

    sebelumnya. Berikut pada tabel akan dijelaskan sistem evaluasi pada masing masing

    kegiatan intervensi warga.

    Tabel 11. Sistem Evaluasi Kegiatan Intervensi

    KEGIATAN TOLAK UKUR

    Penyuluhan tentang TB serta cara batuk dan mengeluarkan

    dahak yang benar

    Pretest dan posttest

    Diskusi (tanya jawab)

    Jumlah kehadiran dalam setiap

    kegiatan

    Pelatihan tentang senam paru

    Penayangan video testimoni dari penderita TB yang sudah

    sembuh

    Antusiasme warga dalam mengikuti

    kegiatan (perhatian, aktif bertanya,

    mengikuti acara sampai selesai)

    Jumlah kehadiran dalam setiap

    kegiatan

    Antusiasme warga dalam mengikuti

    kegiatan (perhatian, aktif bertanya,

    mengikuti acara sampai selesai)

    Jumlah kehadiran dalam setiap

    kegiatan

    Kuis interaktif Antusiasme warga dalam mengikuti

    kegiatan (perhatian, jumlah warga

    yang aktif mengikuti permainansampai selesai)

    Diskusi (tanya jawab)

    Jumlah kehadiran dalam setiap

    kegiatan

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    30/62

    30

    4.4 Metode Kegiatan

    Metode kegiatan yang dipilih didasarkan pada prioritas intervensi yang akan

    dilakukan pada warga yang telah disusun dan dijelaskan pada BAB III. Metode kegiatan

    yang digunakan berupa penyuluhan dan pelatihan kader kesehatan yang diharapkan akan

    menjadi kader TB. Metodenya adalah dengan menyuluh beberapa kader yang sudah ada

    ditambah dengan beberapa pengurus RT. Diharapkan dengan diadakannya Penyuluhan

    dan Pelatihan Kader Anti-Tuberkulosis (PEKAT), akan menambah kesadaran warga

    Landungsari khususnya warga Dusun Rambaan untuk memeriksakan diri apabila ada

    kecurigaan terkena TB. Dengan meningkatnya kesadaran warga, maka akan meningkatkan

    angka CDR-TB di wilayah Puskesmas Dau.

    4.3 Strategi Kegiatan

    Strategi yang digunakan dalam rangka memenuhi promosi kesehatan, dibagi

    menjadi 3 yaitu strategi untuk warga, kader dan Puskesmas. Strategi untuk warga berupa,

    intervensi saat kegiatan rutin (setelah acara PKK). Strategi kedua, melakukan penyuluhan

    yang menarik dan informatif dengan menampilkan video, role play atraktif serta

    mempraktikkan senam paru. Kemudian memberikan stiker dan leaflet, serta doorprize

    berupa souvenir untuk warga yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan penyuluhan,.

    Sedangkan untuk kader, akan dilakukan penyuluhan terlebih dahulu dengan

    menampilkan video dan memberikan pocketbookmengenai pengetahuan tentang TB yang

    lebih lengkap dan pembagian pin yang menandakan terpilihnya sebagai kader TB.

    4.5 Media Kegiatan

    Media yang digunakan dalam intervensi ini berupa slide presentasi yang berwarna

    dengan banyak ilustrasi gambar dan dengan bahasa yang mudah diterima oleh warga, serta

    kami tampilkan testimoni dari penderita TB yang telah sembuh. Selain itu dibuat juga stiker

    yang berisi cara batuk dan cara mengeluarkan dahak yang benar, yang bisa ditempel dirumah warga, dan leaflet mengenai pengetahuan TB secara umum, serta pocket book

    mengenai pengetahuan tentang TB yang lebih lengkap untuk kader. Kemudian juga

    diberikan video inovasi mengenai senam paru untuk warga dan kader agar dapat diterapkan

    sendiri oleh warga.

    4.5 Jadwal Kegiatan

    Kegiatan direncanakan dilakukan selama 3 kali. Karena keterbatasan waktu,

    keterbatasan biaya, dan dengan mempertimbangkan lokasi tempat kejadian tuberkulosis

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    31/62

    31

    maka dipilih 3 lokasi kegiatan dan dengan mempertimbangkan keaktifan kader di Dusun

    Landungsari tersebut, diadakan kegiatan tambahan berupa penyuluhan dan pelatihan kader.

    Tabel 10. Jadwal Kegiatan

    No. Waktu Kegiatan

    1. Kamis, 25 Oktober 2012 Penyuluhan dan pelatihan kader anti-TB

    2. Minggu, 28 Oktober 2012 Penyuluhan dan pelatihan warga RT 01 oleh kader

    3. Selasa, 6 November

    2012

    Penyuluhan dan pelatihan warga RT 02 dan RT 03

    4.8 Tantangan

    Terdapat beberapa tantangan yang didapatkan selama kegiatan antara lain

    terbatasnya waktu dan dana dalam melaksanakan program secara holistik meliputi seluruh

    faktor resiko, sehingga memaksa kami untuk masuk ke dalam kegiatan yang rutin dilakukan

    oleh warga.

    4.9 Sistem Evaluasi

    Berbagai kegiatan yang akan dilakukan di Dusun Rambaan, Desa Landungsari terdiri

    atas penyuluhan TB, cara batuk dan cara mengeluarkan dahak yang benar, pelatihan

    senam paru, dan kuis interaktif. Kegiatan-kegiatan tersebut akan dilaksanakan sesuai

    rencana kegiatan yang telah ditentukan berdasar metode dan strategi yang telah dijelaskan

    sebelumnya. Berikut pada tabel akan dijelaskan sistem evaluasi pada masing masing

    kegiatan intervensi warga.

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    32/62

    32

    BAB V

    EVALUASI KEGIATAN

    5.1 Pelatihan Tuberkulosis Pada Kader (Penyuluhan Kader, Pelatihan Batuk dan

    Dahak, Peragaan Senam Paru)

    Waktu Pelaksanaan : Kamis, 25 Oktober 2012

    Tempat : Rumah Bu Pii(Mantan Ketua Kader)RT 1 RW 3,

    Dusun Rambakan, Kecamatan Dau

    Peserta : Kader Kesehatan Dusun Rambakan

    Tujuan Kegiatan :

    1. Meningkatkan pengetahuan kader Dusun Rambakan terkait penyebab,

    penularan, serta pencegahan penyakit Tuberkulosis melalui penyuluhan

    mengenai Tuberkulosis dan pembagian Buku TB Kader, Leaflet, sticker, serta

    PIN Kader anti TB

    2. Meningkatkan kesadaran Kader Dusun Rambakan terkait pentingnya

    pencegahan Tuberkulosis melalui kegiatan pelatihan perilaku Batuk dan Dahak

    yang benar

    3. Meningkatkan peran kader Dusun Rambakan untuk berperan aktif dalam

    penemuan suspek Tuberkulosis (screening gejala, pelaporan ke petugas

    kesehatan desa, advokasi serta membantu pengeluaran dahak untuk warga yang

    di suspek), pencegahan penyakit Tuberkulosis, serta berperan sebagai PMO

    bagi penderita TB

    Jadwal kegiatan :

    25 Oktober 2012

    17.45 : Berangkat dari Puskesmas Dau menuju Dusun Rambakan RW 3

    17.45-18.00 : Berkumpul di rumah ketua kader, persiapan presentasi danperkenalan pada para kader

    18.00-18.30 : Menuju ke rumah Bu Pii, pembagian dan pengerjaan pretest pada

    kader. Dilanjutkan pembagian buku, stiker, pin dan leaflet

    18.30-19.00 : Presentasi penyuluhan TB dan Peragaan cara batuk dan dahak

    (termasuk pemutaran video senam paru)

    19.00-19.10 : Tanya jawab

    19.10-19.20 : Post test dan pembagian souvenir pada kader

    19.20-19.30 : Persiapan dan kembali ke puskesmas Dau

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    33/62

    33

    Pencapaian hasil :

    Untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan pelatihan kader tentang

    TB, dilakukan pre dan post test yang terdiri dari 15 soal. Sebelum dilakukan

    penyuluhan tentang TB hasilnya adalah 100% peserta kurang memiliki pengetahuan

    tentang TB ( pengetahuan dikatakan baik jika minimal dapat menjawab dengan benar

    sebanyak 11 pertanyaan). Sebelum penyuluhan , didapatkan 0% peserta menjawab

    benar > 10 soal. Setelah pelaksanaan penyuluhan, didapatkan data bahwa 100%

    peserta menjawab benar >10 soal.

    Setelah dilakukan penyuluhan, diperoleh hasil sebanyak 100% peserta

    memiliki pengetahuan yang cukup tentang DBD. Dari 5 peserta yang mengikuti

    penyuluhan, didapatkan data hasil pretest dan postest sebagai berikut:

    PRETEST: Jumlah

    Jawaban Benar

    Peserta

    1 -

    2 -

    3 -

    4 -

    5 I

    6 III

    7 I

    8 -

    9 -

    10 -

    11 -

    12 -

    13 -

    14 -

    15 -

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    34/62

    34

    POSTTEST: Jumlah

    Jawaban Benar

    Peserta

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11 I

    12 II

    13 II

    14

    15

    Pelaksanaan kegiatan:

    Situasi pelaksanaan :

    Kader tampak antusias dan menyambut dengan baik. Kondisi ruangan terbatas dan

    kurang memadai untuk melakukan presentasi dengan LCD, peragaan serta

    pemutaran video sehingga beberapa peserta kurang fokus menyimak materi

    penyuluhan. Peserta duduk di atas sofa di dalam ruangan menghadap layar

    proyektor yang diletakkan di tengah ruangan. Presentator berada di samping

    priyektor didepan audience dan mampu menguasai seluruh audience.

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    35/62

    35

    Analisa Kelebihan :

    - Kader Dusun Rambakan tampak sangat antusias dalam menerima materi

    penyuluhan yang disampaikan

    - Kader Dusun Rambakan juga sangat memperhatikan penyuluhan yang diberikan

    sehingga mudah dalam memasukkan informasi tentang DBD. Serta beberapa

    kader memberikan masukan serta pertanyaan saat diadakan penyuluhan

    - Penggunaan video sebagai media penyampaian materi demo membuat warga lebih

    tertarik menerima materi

    - Kader Dusun Rambakan memiliki semangat tinggi dan termotivasi untuk ikut

    berperan serta dalam screening, penemuan, pencegahaan TB dan PMO di Dusun

    Rambakan

    Analisa kekurangan :

    - Kondisi ruangan yang terbatas memadai untuk menampilkan proyektor LCD

    sehingga beberapa peserta kurang fokus menyimak materi penyuluhan

    Hambatan :

    - Terbatasnya waktu dalam pelaksanaan kegiatan ini dikarenakan waktu penyuluhan

    bersamaan dengan malam takbiran.

    Peluang :

    - Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan kader mengenai penyakit TBC

    dan peran serta kader dalam screening, penemuan, pencegahaan serta peran

    sebagai PMO.

    - Dengan kegiatan ini diharapkan kader yang mengikuti pelatihan dapat meneruskan

    wawasan yang telah diperolehnya pada warga sekitarnya.

    Analisis tingkat keberhasilan program:

    - Program ini dinilai cukup berhasil karena beberapa faktor:

    Kegiatan diikuti secara tertib oleh seluruh peserta yaitu kader Dusun Rambakan

    Desa Sumbersekar, sebanyak 5 orang Jumlah peserta yang hadir ini sudah memenuhi 100% target. Walaupun 1 orang

    kader harus meninggalkan acara lebih dulu karena ada acara lain yang harus

    dihadiri.

    Antusiasme peserta terhadap materi yang diberikan cukup baik, hal ini

    dikarenakan penyajian materi yang mudah dimengerti, bahasa yang digunakan

    adalah bahasa sehari-hari, dan penyajiannya menarik dengan menggunakan

    LCD dibantu oleh pembagian buku dan leaflet bergambar kepada tiap peserta.

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    36/62

    36

    Pemateri menggunakan teknik diskusi dengan penjelasan singkat dan lebih

    banyak menggali pengetahuan dan pengalaman peserta dengan memberi

    pertanyaan mengenai materi yang telah diberikan, kemudian dilanjutkan sesi

    tanya jawab.

    Penyuluhan dan pelatihan yang diberikan dapat diterima dengan baik oleh

    hampir semua peserta, hal ini dibuktikan dari data yang diperoleh bahwa terjadi

    peningkatan jumlah peserta yang pengetahuannya baik, yaitu dari 0% peserta

    menjadi 100% peserta (hasil pretest-post test).

    Pelajaran yang dapat diambil:

    Peserta adalah para kader Dusun Rambakan yang sebagian besar belum

    menerima pelatuhan tentang penyakit tuberkulosis. Dengan kegiatan intervensi ini

    diharapkan dapat menambah wawasan serta meningkatkan peran kader untuk warga

    sekitarnya dalam screening, penemuan, pencegahan dan menjadi PMO.

    5.2. Penyuluhan Warga tentang Tuberkulosis oleh Kader Dusun Rambakan

    Waktu Pelaksanaan :Minggu, 29 Oktober 2012

    Tempat :Rumah Bu Pii(Mantan Ketua Kader)RT 1 RW 3,

    Dusun Rambaan, Kecamatan DauSasaran kegiatan : Ibu-ibu PKK RT 1 RW 3 Dusun Rambaan, Kecamatan Dau

    Tujuan Kegiatan :

    1. Memberi pengetahuan tentang TB, cara pencegahan, penanganan, dan

    meningkatkan kesadaran masyarakat yang waspada TB melalui penyuluhan dan

    pembagian leaflet.

    2. Memberikan pelatihan cara batuk dan dahak yang benar serta peragaan senam

    paru pada ibu-ibu PKK RT 1 RW 3 Dusun Rambaan, Kecamatan Dau

    Target Kegiatan :

    Meningkatkan pengetahuan warga mengenai penyakit TB sebanyak 100% pada

    akhir program.

    Jadwal kegiatan :

    28 Oktober 2012

    18.30 : Berangkat dari Puskesmas Dau menuju rumah Bu Pii selaku tuan

    rumah ibu-ibu PKK

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    37/62

    37

    18.45-19.00 : Perkenalan, ramah tamah, pembagian dan pengerjaan pretest

    pada peserta.

    19.00-19.10 : Persiapan presentasi dan presensi

    19.10-19.40 : Presentasi penyuluhan TB oleh kader (termasuk peragaan senam,

    pemutaran video senam, animasi tuberculosis, dan testimony dari

    penderita TB yang sudah sembuh )

    19.40-20.00 : Tanya jawab

    20.00-20.10 : Post test dan pembagian souvenir pada kader

    20.10-20.15 : Persiapan dan kembali ke puskesmas Dau

    Pencapaian hasil :

    Untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan penyuluhan tentang TB dan

    pelatihan kader anti TB, dilakukan penilaian kualitatif terhadap kader yang menyuluh

    serta pre dan post test yang terdiri dari 15 soal. Peserta digolongkan dalam kategori

    pengetahuan baik bila mencapai skor 60 Dan dikategorikan pengetahuannya kurang

    bila skornya < 60.

    Sebelum dilakukan penyuluhan hasilnya adalah 80% peserta pengetahuannya

    kurang dan 20% peserta pengetahuannya baik. Setelah pelaksanaan penyuluhan

    didapatkan peningkatan jumlah peserta yang pengetahuannya baik yaitu sebesar 80%

    dan peserta yang pengetahuannya kurang yaitu sebesar 20%. Dalam penyuluhan

    tersebut kader berperan sebagai presentator atau penyuluh, berdasarkan penilaian

    kami secara kualitatif adalah sebagai berikut:

    NO. KRITERIA BAIK CUKUP KURANG

    1 Sikap Penyuluh

    2 Kesiapan materi

    3 Penguasaan materi

    4 Bahasa penyampaian yang

    mudah dimengerti

    5 Feedback dari peserta

    TABEL NILAI PRETEST

    PESERTA NILAI PESERTA NILAI PESERTA NILAI PESERTA NILAI

    1 33.33 6 80 11 60 16 33.33

    2 46.67 7 46.67 12 60 17 46.67

    3 53.33 8 53.33 13 53.33 18 53.33

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    38/62

    38

    4 46.67 9 33.33 14 46.67 19 46.67

    5 53.33 10 60 15 53.33 20 53.33

    TABEL NILAI POST TEST

    PESERTA NILAI PESERTA NILAI PESERTA NILAI PESERTA NILAI

    1 73.33 6 86.67 11 60 16 33.33

    2 66.67 7 60 12 60 17 66.67

    3 60 8 73.33 13 53.33 18 60

    4 73.33 9 80 14 46.67 19 73.33

    5 80 10 86.67 15 53.33 20 80

    Pelaksanaan kegiatan:

    Situasi pelaksanaan :

    Tuan rumah dan kader penyuluh bersikap ramah dan menyambut peserta dengan

    baik. Kondisi ruangan kurang memadai walaupun mampu menampung seluruh

    peserta dan penyuluh. Hal tersebut dikarenakan peserta duduk di kursi di dalam

    ruangan dan sebagian duduk di karpet yang digelar menghadap layar proyektor yang

    diletakkan di tengah ruangan. Presentator berada di depan audience dan mampu

    menguasai seluruh audience.Analisa Kelebihan :

    Para warga menanggapi dengan baik materi penyuluhan yang disampaikan

    kader serta dapat berdiskusi dengan baik pula dengan peserta penyuluhan

    Para kader PEKAT (Penyuluhan dan Pelatihan Kader Anti TB) telah memiliki

    pengetahuan dasar tentang TB sehingga mudah memasukkan informasi

    Para kader PEKAT (Penyuluhan dan Pelatihan Kader Anti TB) memiliki

    semangat tinggi untuk ikut berperan serta meningkatkan angka CDR (Case

    Detection Rate) di Desa Landungsari

    Antusiasme warga yang ditandai dengan banyaknya pertanyaan dan aktifnya

    peserta dalam penyuluhan membuat suasana penyuluhan tampak hidup.

    Analisa kekurangan :

    Kurangnya informasi mengenai kondisi tempat pelaksanaan menyebabkan focus

    peserta penyuluhan sedikit terganggu dikarenakan beberapa peserta duduk di

    kursi dan beberapa peserta yang lain duduk di karpet atau berdiri.

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    39/62

    39

    Waktu pelaksanaan pada malam hari (19.00) menyebabkan beberpa rundown

    acara dilaksanakan secara terburu-buru dan singkat.

    Hambatan :

    Tidak seluruh kader Dusun Rambaan yang dilatih pada pelatihan sebelumnya

    hadir dalam kegiatan ini.

    Terdapat beberapa kader yang hadir namun tidak dapat mengikuti kegiatan

    dengan baik dikarenakan kesibukannya.

    Waktu pelaksanaan pada malam hari (19.00) menyebabkan beberpa rundown

    acara dilaksanakan secara terburu-buru dan singkat.

    Peluang :

    Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan kader dan warga mengenai

    penyakit TB dan peran serta tugasnya sebagai kader anti TB sehingga kader dapat

    meneruskan wawasan yang telah diperolehnya pada warga sekitarnya dan kader lain

    yang saat itu tidak dapat mengikuti kegiatan ini, serta secara tidak langsung

    meningkatkan angka cakupan CDR (Case Detection Rate)

    Analisis tingkat keberhasilan program:

    Program ini dinilai cukup berhasil karena beberapa faktor:

    Kegiatan diikuti secara tertib oleh seluruh peserta yaitu kader kesehatan DusunRambaan serta warga RT 1 RW 3 Dusun Rambaan, peserta yang hadir

    sebanyak 20 orang.

    Jumlah peserta yang hadir ini sudah memenuhi lebih dari 50% target (dari jumlah

    total target ibu-ibu PKK di RT 1 RW 3 Dusun Rambaan sebanyak 27 orang)

    dikarenakan kegiatan ini dilakukan bersamaan waktunya dengan adanya

    pernikahan salah satu warga RT 1 RW 3 Dusun Rambaan.

    Antusiasme peserta terhadap materi yang diberikan cukup baik, hal ini

    dikarenakan penyajian materi yang mudah dimengerti, bahasa yang digunakan

    adalah bahasa sehari-hari, dan penyajiannya menarik dengan menggunakan

    LCD dibantu oleh pembagian leaflet bergambar kepada tiap peserta.

    Kader menggunakan teknik diskusi dengan penjelasan singkat dan lebih banyak

    menggali pengetahuan dan pengalaman peserta dengan memberi pertanyaan

    mengenai materi yang telah diberikan, kemudian dilanjutkan sesi tanya jawab.

    Penyuluhan dan pelatihan yang diberikan dapat diterima dengan baik oleh

    hampir semua peserta, hal ini dibuktikan dari data yang diperoleh bahwa terjadi

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    40/62

    40

    peningkatan jumlah peserta yang pengetahuannya baik, yaitu dari 20% peserta

    menjadi 80% peserta (terjadi peningkatan 4 kali lipat).

    Pelajaran yang dapat diambil:

    Peserta adalah para kader kesehatan secara umum, tidak ada kader kesehatan

    khusus untuk anti TB, sehingga kader-kader tersebut perlu diberikan pemahaman lebih

    mendalam mengenai TB dan tanggung jawabnya dalam berperan meningkatkan

    angka cakupan CDR.

    5.3 Penyuluhan TB (Tuberculosis), Pelatihan Batuk dan Dahak, Peragaan Senam Paru

    Waktu Pelaksanaan : 06 November 2012

    Tempat : Rumah bapak RW 3 Dusun Rambaan Desa Landungsari

    Peserta : Ibu- ibu PKK RT 2 dan 3 di Dusun Rambaan Desa Landungsari

    Tujuan Kegiatan :

    1. Memberi informasi tentang tuberculosis

    2. Memberikan pelatihan batuk dan dahak

    3. Memberikan peragaan senam paru

    Manfaat Kegiatan : Masyarakat mengetahui penyebab tuberculosis, mengetahui gejala

    dan pencegahannya

    Target Kegiatan : Meningkatkan angka CDR Tuberculosis di wilayah cakupan

    Puskesmas Dau sampai 70% sampai akhir 2012

    Jadwal Kegiatan :

    06 November 2012

    15.15 : Berangkat dari Puskesmas Dau menuju rumah Bapak RW 03

    Dusun Rambaan Desa Landungsari

    15.45-16.15 : Persiapan presentasi dan perkenalan diri

    16.15-16.45 : Presensi kehadiran dan pembagian pretest pada warga.16.45-17.00 : Pengerjaan Pretest dan pengumpulan hasil pretest.

    17.00-17.35 : Presentasi penyuluhan TB termasuk pemutaran video, pelatihan

    batuk dan dahak serta peragaan senam paru

    17.35-17.45 : Tanya jawab, kuis interaktif dan doorprize

    17.45-18.00 : Post test dan pembagian souvenir pada warga

    18.00 : Acara selesai dan persiapan dan kembali ke puskesmas Dau

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    41/62

    41

    Pencapaian hasil :

    Untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan penyuluhan tentang TB dilakukan

    pre dan post test yang terdiri dari 15 soal. Diberikan indikator keberhasilan baik dan kurang,

    dikatakan baik jika, peserta dapat menjawab soal 10. Sebelum dilakukan penyuluhan

    tentang TB hasilnya adalah peserta menjawab benar < 10 soal adalah 100%. Setelah

    pelaksanaan penyuluhan didapatkan data bahwa 81% peserta menjawab benar 10 soal

    dan 19% peserta menjawab benar < 10 soal.

    Peserta pre-test post test

    1 26 46,67

    2 40 40

    3 40 40

    4 33 40

    5 60 80

    6 33 80

    7 33 80

    8 60 80

    9 60 73

    10 60 73

    11 60 73

    12 53,3 73

    13 53,3 73

    14 53,3 73

    15 53,3 73

    16 53,3 73

    17 53,3 73

    18 53,3 66,67

    19 53,3 66,67

    20 53,3 73

    21 53,3 73

    Pelaksanaan kegiatan:

    Situasi pelaksanaan :

    Pemilik rumah (bapak RW 03) bersikap ramah dan menyambut penyuluhan dengan

    baik. Kondisi ruangan yang terbatas dan dibatasi dengan sekat walaupun mampu

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    42/62

    42

    menampung seluruh peserta dan penyuluh tetapi peserta terpaksa terbagi menjadi

    dua kelompok di ruangan sebelah. Penyuluhan diadakan sore hari, peserta duduk

    diatas karpet yang digelar di dalam ruangan menghadap proyektor yang diletakkan di

    depan ruangan. Presentator berada di depan proyektor di depan peserta dan mampu

    menguasai peserta. Peserta terlihat sangat antusias dalam menerima materi dan

    tanya jawab saat penyuluhan.

    Analisa Kelebihan :

    Penyuluhan berjalan lancar dan sangat kondusif. Penyuluhan disampaikan

    dengan bahasa yang mudah dimengerti sehingga dapat dengan mudah diterima

    oleh warga.

    Antusiasme warga yang baik membuat penyuluhan lebih hidup dan beberapa kali

    warga melontarkan pertanyaan dan pernyataan terkait dengan materi yang

    diberikan

    Pembagian leaflet dan stiker membuat warga lebih memahami yang disampaikan

    oleh presentator

    Hambatan :

    Waktu pelaksanaan yang tidak sesuai dengan waktu yang direncakan karena

    menunggu warga yang hadir di acara PKK.

    Tidak semua warga datang mengikuti kegiatan penyuluhan TB, kegiatan ini

    dilakukan bersamaan dengan acara PKK warga RT 02 dan 03 RW 03. Selain ituDesa Landungsari tidak memiliki tempat yang memadai untuk menyelenggarakan

    kegiatan yang dapat menampung orang banyak.

    Sulitnya mengatur waktu yang tepat untuk melaksanakan penyuluhan karena

    kesibukan warga sehari- hari

    Peragaan senam yang dilakukan tidak optimal karena terbatasnya ruangan

    Kader tidak bisa hadir dalam acara dikarenakan kesibukan masing-masing

    Peluang :

    Warga RT 02 dan 03 RW 3 Dusun Rambaan Desa Landungsari sangat terbuka dan

    sangat antusias kepada dokter muda yang akan datang ke dusunnya sehingga sangat

    memudahkan untuk memberikan intervensi

    Analisis tingkat keberhasilan program:

    Program ini dinilai cukup berhasil karena beberapa faktor:

    Kegiatan diikuti secara tertib oleh seluruh peserta, jumlah peserta yang hadir ini

    sudah memenuhi lebih dari 50% target (dari jumlah total target ibu-ibu PKK di RT

    02 dan 03 RW 3 Dusun Rambaan sebanyak 30 orang)

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    43/62

    43

    Antusiasme peserta terhadap materi yang diberikan cukup baik, hal ini

    dikarenakan penyajian materi yang mudah dimengerti, bahasa yang digunakan

    adalah bahasa sehari-hari, dan penyajiannya menarik dengan menggunakan

    LCD dibantu oleh pembagian leaflet bergambar dan stiker kepada tiap peserta.

    Penyuluh menggunakan teknik diskusi dengan penjelasan singkat dan lebih

    banyak menggali pengetahuan dan pengalaman peserta dengan memberi

    pertanyaan mengenai materi yang telah diberikan, kemudian dilanjutkan sesi

    tanya jawab.

    Penyuluhan dan pelatihan yang diberikan dapat diterima dengan baik oleh

    hampir semua peserta, hal ini dibuktikan dari data yang diperoleh bahwa terjadi

    peningkatan jumlah peserta yang pengetahuannya baik, yaitu dari 0% peserta

    menjadi 81% peserta (terjadi peningkatan 8 kali lipat).

    Ketika dilaksanakan kuis interaktif, semua pertanyaan mampu dijawab oleh

    warga yang hadir. Dan warga sangat antusias dalam sesi kuis interaktif yang

    ditandai dengan warga yang berebut untuk menjawab kuis.

    Pelajaran yang dapat diambil:

    Sebelum dilakukan penyuluhan sebaiknya dilakukan survei tempat dan kondisi

    ruangan yang akan dijadikan tempat menyuluh sehingga penyuluh mempunyai gambaran

    untuk menempatkan posisi proyektor, presentator dan mobilisasi warga agar bisa tercakupsemua dalam penyuluhan.

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    44/62

    44

    BAB VI

    TINJAUAN PUSTAKA

    6.1 Tuberkulosis

    6.1.1 Epidemiologi

    Diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium

    tuberculosis. Berdasarkan data WHO, diperkirakan telah terjadi 8,8 juta kasus baru pada

    tahun 2010 (berkisar antara 8,5 9,9 juta) dengan rasio 128 kasus tiap 100.000 penduduk.

    Diperkirakan, angka prevalensi TB paru berjumlah 12 juta kasus (berkisar antara 11 juta

    sampai 14 juta). (3)

    Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia paling produktif secara ekonomis ( 15-

    50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata rata waktu

    kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan

    rumah tangganya sekitar 20 30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan

    pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan

    dampak buruk lainnya secara sosialstigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat. (3)

    Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah:

    Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negara negara

    yang sedang berkembang

    Kegagalan program TB selama ini. Hal ini diakibatkan oleh:

    Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan.

    Tidak memadainya organisasi pelayanan TB (kurang terakses oleh

    masyarakat, penemuan kasus atau diagnosis yang tidak standar, obat tidak

    terjamin penyediannya, tidak dilakukan pemantauan, pencatatan dan

    pelaporan yang standar, dan sebagainya). Tidak memadainya tatalaksana kasus (diagnosis dan panduan obat yang

    tidak standar, gagal menyembuhkan kasus yang telah didiagnosis).

    Salah persepsi terhadap manfaat dan efektifitas BCG.

    Infrastruktur kesehatan yang buruk pada negara negara yang mengalami

    krisis ekonomi atau pergolakan masyarakat.

    Perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan

    struktur

    Dampak pandemi infeksi HIV

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    45/62

    45

    (10)

    Situasi TB di dunia semakin membururk, jumlah kasus TB meningkat dan banyak

    yang tidak berhasil disembuhkan, terutama pada negara yang dikelompokkan dalam 22

    negara dengan masalah TB besar (high burden countries). Menyikapi hal tersebut, pada

    tahun 1993, WHO mencanangkan TB sebagai kedaruratan dunia (global emergency).

    Munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia menambah permasalahan TB. Koinfeksi TV dengan

    HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB secara signifikan. Pada saat yang sama,

    kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti TB (multidrug resistance = MDR) semakin

    menjadi masalah akibat kasus yang tidak berhasil disembuhkan. Keadaan tersebut pada

    akhirnya akan menyebabkan terjadinya epidemi TB yang sulit ditangani. (3)

    Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien

    TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah

    pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB di dunia. Diperkirakan pada tahun 2004,

    setiap tahun ada 593.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. Insiden kasus TB BTA

    positif sekitar 110 per 100.000 penduduk. (10)

    6.1.2 Penularan TB

    Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB

    (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga

    mengenai organ tubuh lainnya. (11)

    6.1.2.1 Cara Penularan

    1. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif

    2. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam

    bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar

    3.000 percik dahak

    3. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada

    dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, semantara

    sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahanselama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.

    4. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang

    dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan

    dahak, makin menular pasien tersebut.

    5. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh

    konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.(11)

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    46/62

    46

    6.1.2.2 Resiko Penularan

    Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB

    paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari

    pasien TB paru dengan BTA negatif

    Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis

    Infection (ARTI) yaitu proporsi yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI

    sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk TB dibuktikan

    dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif. (3)

    6.1.2.3 Resiko menjadi sakit TB

    Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB

    Dengan ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata rata terjadi 1.000

    terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB setiap tahun.

    Sekitar 50 diantaranya adalah pasien TB BTA positif

    Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya

    tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk)

    (10)

    6.1.3 Gambaran Penyakit Tuberkulosis Paru

    Penyakit Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang menyerang paru paru,

    penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Miko bakteria adalah bakteri

    aerob, berbentuk batang, yang tidak membentuk spora. Walaupun tidak mudah diwarnai,jika telah diwarnai bakteri ini tahan terhadap peluntur warna (dekolarisasi) asam atau

    alkohol, oleh karena itu dinamakan bakteri tahan asam atau basil tahan asam. (12)

    Apabila seseorang terpapar dengan bakteri penyebab tuberkulosis akan berakibat

    buruk seperti menurunkan daya kerja atau produktivitas kerja, menularkan kepada orang

    lain terutama pada keluarga yang bertempat tinggal serumah, dan dapat menyebabkan

    kematian. Jaringan yang paling sering diserang pada penyakit ini adalah paru paru

    (95,5%). Cara penularan melalui ludah atau dahak penderita yang mengandung basil

    tuberkulosis paru. Pada waktu batuk butir butir air ludah beterbangan di udara danterhisap oleh orang yang sehat dan masuk kedalam paru parunya yang kemudian

    menyebabkan penyakit tuberkulosis paru (TB paru). (10)

    Mycobacterium Tuberculosis dapat tahan hidup diudara kering maupun dalam

    keadaan dingin, atau dapat hidup bertahun tahun dalam lemari es. Kuman dapat berada

    dalam sifat dormant (tidur). Pada saat ini kuman tersebut suatu saat dimana keadaan

    memungkinkan untuk berkembang, kuman ini dapat bangkit kembali. Tanda tandanya

    seperti di bawah ini:

    Batuk berdahak lebih dari dua minggu

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    47/62

    47

    Batuk mengeluarkan datah atau pernah mengeluarkan darah

    Dada terasa sesak atau nyeri

    Terasa sesak saat bernafas

    (10)

    Adapun masa tunas (masa inkubasi) penyakit tubercukosis paru adalah mulai dari

    terinfeksi sampai pada lesi primer muncul, sedangkan waktunya berkisar antara 4 12

    minggu untuk tuberkulosis paru. Pada pulmonair progresif dan ekstrapulmonar, tuberkulosis

    biasanya memakan waktu lebih lama sampai beberapa tahun. (11)

    Beberapa kasus tanpa pengobatan atau dengan pengobatan tidak adekuat mungkin

    akan terjadi kumat kumatan dengan sputum positif selama beberapa tahun. Tingkat atau

    derajat penularan tergantung kepada banyaknya basil tuberkulosis dalam sputum, vilurensi

    atas basil dan peluang adanya pencemaran udara dari batuk, bersin dan berbicara keras

    secara umum. Kepekaan untuk terinfeksi penyakit ini adalah semua penduduk. Kepekaan

    tertinggi pada anak kurang dari tiga tahun terendah pada anak akhir usis 12 13 tahun, dan

    dapat meningkat lagi pada umur remaja dan awal tua. (12)

    6.1.4 Morfologi dan identifikasi Mycobacterium Tuberkulosis

    1. Bentuk

    Mycobacterium Tuberculosis berbentuk batang lurus atau agak bengkok dengan

    ukuran 0,2-0,4x 1-4um. Perwarnaan Zheil-Neelsen dipergunakan untuk identifikasi bakteritahan asam. (11)

    2. Penanaman

    Kuman ini tumbuh lambat, koloni tampak setelah lebih kurang 2 minggu bahkan

    kadang-kadang setelah 6-8 minggu. Suhu optimum 370C, tidak tumbuh pada suhu 250C

    atau lebih dari 400C. medium padat yang biasa dipergunakan adalah Lowenstain-Jensen.

    PH optimum 6,4-7,0. (11)

    3. Sifat-sifat

    Mycobacterium tidak tahan panas, akan mati pada 60

    C selama 15-20 menit. Biakan

    dapat mati jika terkena sinar matahari langsung selama 2 jam. Dalam dahak dapat bertahan

    20-30 jam. Basil yang berada dalam percikan bahan dapat bertahan hidup 8-10 hari. Biakan

    basil ini dalam suhu kamar dapat hidup 6-8 bulan dan dapat disimpan dalam lemari dalam

    suhu 200C selama 2 tahun. Mycobakterium tahan terhadap berbagai chemicalia dan

    disinfektan antara lain : phenol 5%, asam sulfat 15% ,asam sitrat 3% dan NaOH 4%. Basil

    ini dihancurkan oleh yodium tincture dalam 5 menit, dengan alcohol 80% akan hancur dalam

    2-10 menit (11)

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    48/62

    48

    6.1.5 Pemeriksaan Laboratorium

    1. Bahan Pemeriksaan

    Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan perlu diperhatikan waktu pengambilan ,

    tempat penampungan, waktu penyimpanan dan cara pengiriman bahan pemeriksaan. Pada

    pemeriksaan laboratorium tuberculosis ada beberapa macam bahan pemeriksaan yaitu (1):

    Sputum (dahak), harus benar-benar dahak, bukan ingus dan juga bukan ludah. Paling

    baik adalah sputum pagi hari pertama kali keluar. Kalau sukar dapat sputum yang

    dikumpulkan selama 24 jam (tidak lebih 10 ml). tidak dianjurkan sputum yang

    dikeluarkan ditempat pemeriksaan.

    Air kemih, urin pagi hari, pertama kali keluar, merupakan urin pancaran tengah.

    Sebaiknya urin kateter.

    Air kuras lambung, umumnya anak anak atau penderita yang tidak dapat

    mengeluarkan dahak. Tujuan dari kuras lambung untuk mendapatkan dahak yang

    tertelan. Dilakukan pagi hari sebelum makan dan harus cepat dikerjakan. Bahan

    bahan lain, misalnya nanah, airan cerebrospinal, cairan pleura, dan usapan

    tenggorokan.

    2. Cara pemeriksaan laboratorium

    a. Mikroskopik, dengan pewarnaan ziehl neelsen dapat dilakukan identifikasi bakteri

    tahan asam, dimana bakteri akan terbagi menjadi dua golongan :

    Bakteri tahan asam, adalah bakteri pada pengecatan ZN tetap mengikat warnapertama, tidak luntur oleh asam dan alcohol, sehingga tidak mampu mengikat

    warna kedua. Di bawah mikroskop tampak bakteri berwarna merah dengan

    warna biru muda.

    Bakteri tidak tahan asam, dalah bakteri yang pada pewarnaan ZN, warna

    pertama, yang diberikan dilunturkan oleh asam dan alcohol, sehingga bakteri

    akan mengikat warna kedua. Dibawah mikroskop tampak bakteri berwarna biru

    tua dengan dasar biru yang lebih muda.

    b. Kultur (biakan) Media yang biasa dipakai adalah media padat Lowestain Jensen. Dapat

    pula Middlebrook JH 11, juga suatu media padat. Untuk perbenihan kaldu dapat dipaki

    Middlebrook JH9 dan JH 12.

    c. Uji kepekaan kuman terhadap obat-obatan anti tuberculosis, tujuan dari pemeriksaan

    ini, mencari obat-obatan yang poten untuk terapi penyakit tuberkulosis.

    (11)

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    49/62

    49

    6.1.6 Pencegahan Penyakit TBC-Paru

    Tindakan pencegahan dapat dikerjakan oleh penderita, masyarakat dan petugas

    kesehatan (1)

    6.1.6.1 Pengawasan penderita, Kontak dan Lingkungan

    1. Oleh penderita, dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk dan

    membuang dahak tidak disembarangan tempat.

    2. Oleh masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan terhadap bayi harus

    diberikan vaksin BCG

    3. Oleh petugas kesehatan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit TB yang

    antara lain meliputi gejala bahaya dan akibat penyakit yang ditimbulkannya

    4. Isolasi, pemeriksaan kepada orang-orang yang terinfeksi, pengobatan khusus TBC

    pengobatan rawat inap di rumah sakit hanya bagi penderita yang kategori berat yang

    memerlukan pengembangan program pengobatannya yang karena alas an alasan

    social ekonomi dan medis untuk tidak dikehendaki pengobatan jalan.

    5. Dis infeksi, cuci tangan dan tata rumah tangga kebersihan yang ketat, perlu

    perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah (piring, hundry, tempat tidur,

    pakaian) ventilasi rumah dan sinar matahari yang cukup.

    6. Imunisasi orang-orang kontak. Tidakan pencegahan bagi orang-orang sangat dekat

    (keluarga, perawat, dokter, petugas kesehatan lain) dan lainnya yang terindikasi

    dengan vaksin BCG dan tindak lanjut bagi yang positif tertular.

    7. Penyelidikan orang-orang kontak. Tuberculin-test bagi seluruh anggota keluarga

    dengan foto rotgen yang bereaksi positif, apabila cara-cara ini negative, perlu diulang

    pemeriksaan tiap bulan selama 3 bulan, perlu penyelidikan intensif

    8. Pengobatan khusus. Penderita dengan TB aktif perlu pengobatan yang tepat. Obat-

    obatan kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter diminum dengan tekun dan

    teratur, waktu yang lama (6 atau 12 bulan). Diwaspadai adanya kebal terhadap obat-

    obatan dengan pemeriksaan penyelidikan oleh dokter.(13)

    6.1.6.2 Tindakan Pencegahan

    1. Status social ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit, seperti

    kepadatan hunian, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan.

    2. Tersedia sarana sarana kedokteran, pemeriksaan penderita, kontak atau suspek

    gambas, sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini bagi penderita, kontak,

    suspek, perawatan.

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    50/62

    50

    3. Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan terhadap penyakit

    inaktif dengan pemberian pengobatan INH sebagai pencegahan.

    4. BCG, vaksisnasi, diberikan pertama tama kepada bayi dengan perlindungan bagi

    ibunya dan keluarganya. Diulang 5 tahun kemudian pada 12 tahun ditingkat tersebut

    berupa tempat pencegahan.

    5. Memberantas penyakit TBC pada pemerah air susu dan tukang potong sapi, dan

    pasteurisasi air susu sapi.

    6. Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis karena menghirup udara yang

    tercemar debu para pekerja tambang, pekerja semen dan sebagainya

    7. Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan gejala tbc paru

    8. Pemeriksaan screening dengan tuberculin test pada kelompok beresiko tinggi, seperti

    para emigrant, orang-orang kontak dengan penderita, petugas dirumah sakit,

    petugas/guru disekolah, petugas foto rontegn.

    9. Pemeriksaan foto rontegn pada orang-orang yang positif dari hasil pemeriksaan

    tuberculin test.

    (14)

    6.1.7 Pengendalian, Pengobatan dan Penyuluhan yang dilaksanakan Pada Penderita

    TBC

    6.1.7.1 Pengendalian Penderita Tuberkulosis

    1. Petugas dari puskesmas harus mengetahui alamat rumah dan tempat kerja penderita

    2. Petugas turut mengawasi pelaksanaan pengobatan agar penderita tetap teratur

    menjalankan pengobatan dengan jalan mengingatkan penderita yang lain. Disamping

    itu agar menunjuk seorang pengawas pengobatan dikalangan keluarga

    3. Petugas harus mengadakan kunjungan berkala kerumah-rumah penderita dan

    menunjukan perhatian atas kemajuan pengobatan serta mengamati kemungkinan

    terjadinya gejala sampingan akibat pemberian obat.

    (14)

    6.1.7.2 Pengobatan Penderita Tuberkulosis1. Penderita yang dalam dahaknya mengandung kuman dianjurkan untuk menjalani

    pengobatan di puskesmas

    2. Petugas dapat memberikan pengobatan jangka pendek dirumah bagi penderita

    secara darurat atau karena jarak tempat tinggal penderita dengan puskesmas cukup

    jauh untuk bisa berobat secara teratur

    3. Melaporkan adanya gejala sampingan yang terjadi, bila perlu penderita dibawa ke

    puskesmas

    (14)

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    51/62

    51

    6.1.7.3 Penyuluhan Penderita Tuberkulosis

    1. Petugas baik dalam masa persiapan maupun dalam waktu berikutnya secara berkala

    memberikan penyuluhan kepada masyarakat luas melalui tatap muka, ceramah dan

    massa media yang tersedia diwilayahnya, tentang cara pencegahan TB-paru

    2. Memberikan penyuluhan kepada penderita dan keluarganya pada waktu kunjungan

    rumah dan memberi saran untuk terciptanya rumah sehat, sebagai upaya mengurangi

    penyebaran penyakit.

    3. Memberikan penyuluhan perorangan secara khusus kepada penderita agar penderita

    mau berobat rajin teratur untuk mencegah penyebaran penyakit kepada orang lain.

    4. Menganjurkan, perubahan sikap hidup masyarakat dan perbaikan lingkungan demi

    tercapainya masyarakat yang sehat

    5. Menganjurkan masyarakat untuk melapor apabila diantara warganya ada yang

    mempunyai gejala-gejala penyakit TB paru

    6. Berusaha menghilangkan rasa malu pada penderita oleh karena penyakit TB paru

    bukan bagi penyakit yang memalukan, dapat dicegah dan disembuhkan seperti

    halnya penyakit lain.

    7. Petugas harus mencatat dan melaporkan hasil kegiatannya kepada koordinatornya

    sesuai formulir pencatatan dan pelaporan kegiatan kader.

    (15)

    6.1.8 Program Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia

    Setelah perang kemerdekaan, TB ditanggulangi memlalui Balai pengobatan Penyakit

    Paru-Paru (BP-4). Sejak tahun 1969 penanggulangan dilakukan secara nasional melalui

    puskesmas. Obat anti tuberculosis (OAT) yang digunakan adalah paduan standar INH, PAS

    dan Streptomosin selama satu sampai dua tahun. Para amino acid (PAS) kemudian diganti

    dengan Pirazinamid. Sejak 1977 mulai digunakan paduan OAT jangka pendek yang terdiri

    dari INH, Rifampisin dan Ethambutol selama 6 bulan. Sejak tahun 1995, program nasional

    penanggulangan TB mulai melaksanakan strategi DOTS yang di integrasikan dalampelayanan kesehatan dasar. Di Indonesia, TB masih merupakan masalah utama kesehatan

    masyarakat (10)

    Indonesia sampai saat ini, merupakan Negara dengan pasien TB terbanyak ke 3

    dunia setelah India dan Cina. Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 10% dari

    total jumlah pasien TB didunia. Tahun 1995, hasil survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

    menunjukan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian nomer 3 setelah penyakit

    kardiovaskular dan penyakit saluran pernafasan pada kelompok usia, dan nomor 1 dari

    golongan penyakit infeksi. Sampai tahun 2005, program penanggulangan TB dengan

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    52/62

    52

    strategi DOTS menjangkau 98% Puskesmas, sementara RS dan BP-4/RSP baru sekitar

    30%. (10)

    6.1.8.1 Kebijakan

    a) Penanggulangan TB di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan desentralisasi dengan

    kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program yang meliputi : perencanaan,

    pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta menjamin ketersediaan sumber daya

    (dana, tenaga, sarana, dan prasarana)

    b) Penanggulangan TB dilaksanakan dengan menggunakan strategi DOTS

    c) Penguatan kebijakan utnuk meningkatkan komitmen daerah terhadap program

    penanggulangan TB

    d) penguatan strategi DOTS dan pengembangannya ditujukan terhadap peningkatan

    mutu pelayanan, kemudahan akses untuk penemuan dan pengobatan sehingga

    mampu memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya MDR-TB

    e) Penemuan dan pengobatan dalam rangka penanggulangan TB dilaksanakan oleh

    seluruh Unit Pelayanan Kesehatan (UPK), meliputi puskesmas rumah sakit

    f) Pemerintah dan swasta, Rumah Sakit Paru (RSP), Balai pengobatan penyakit Paru-

    paru (BP4), klinik pengobatan lain serta dokter praktek swasta (DPS).

    g) Penanggulangan TB dilaksanakan melalui promosi, penggalangan kerja sama dan

    kemitraan dengan program terkait, sector pemerintah, non pemerintah dan swasta

    dalam wujud Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan TB (Gerdunas TB)

    h) Peningkatan kemampuan laboratorium di berbagai tingkat pelayanan ditujukan untuk

    peningkatan mutu pelayanan dan jejaring.

    i) Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk penanggulangan TB diberikan kepada pasien

    secara Cuma-Cuma dan dijamin ketersediaannya.

    j) Ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten dalam jumlah yang memadai

    untuk meningkatkan dan mempertahankan kinerja program.

    k) Penanggulangan TB lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin dan kelompok

    rentan terhadap TBl) Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya.

    m) Memperhatikan komitmen internasional yang termuat dalam millennium

    Develpoment Goals (MDGs)

    (10)

    6.1.8.2 Strategi

    a) peningkatan komitmen politis yang berkesinambungan untuk menjamin ketersediaan

    sumberdaya dan menjadikan penanggulangan TB suatu prioritas

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    53/62

    53

    b) Pelaksanaan dan pengembangan strategi DOTS yang bermutu dilaksanakan secara

    bertahap dan sistematis

    c) Peningkatan kerjasama dan kemitraan dengan pihak terkait melalui kegiatan

    advokasi, komunikasi dan mobilisasi sosial

    d) Kerjasama dengan mitra internasional untuk mendapatkan komitmen dan bantuan

    sumber daya.

    e) Peningkatan kinerja program melalui kegiatan pelatihan dan supervise, pemantauan

    dan evaluasi yang berkesinambungan

    (10)

    6.1.8.3 Kegiatan

    a. Penemuan dan pengobatan

    b. Perencanaan

    c. Pemantauan dan Evaluasi

    d. Peningkatan SDM (pelatihan, supervisi)

    e. Penelitian

    f. Promosi

    g. Kemitraan

    (10)

    6.1.8.4 Analisa Hasil Pencatatan dan Pelaporan

    a. Angka Jaringan suspek

    Angka penjaringan suspek adalah jumlah suspek yang diperiksa dahaknya diantara

    100.000 penduduk pada suatu wilayah tertentu dalam 1 tahun. Angka ini digunakan untuk

    mengetahui akses pelayanan dan upaya penemuan pasien dalam suatu wilayah tertentu,

    dengan memperhatikan kecenderungannya dari waktu ke waktu. (10)

    Rumus :

    Jumlah suspek yang diperiksa dahak x 100.000

    Jumlah pendudukJumlah suspek yang diperiksa bisa didapatkan dari buku daftar suspek (TB.06). UPK

    yang tidak mempunyai wilayah cakupan penduduk, misalnya rumah sakit, BP4 atau dokter

    praktek swasta, indikator ini tidak dapat dihitung. (10)

    b. Proporsi Pasien TB BTA Positif diantara suspek

    Proporsi Pasien TB BTA Positif diantara suspek adalah persentase pasien BTA

    positif yang ditemukan diantara seluruh suspek yang diperiksa dahaknya. Angka ini

    menggambarkan mutu dari proses penemuan sampai diagnosis pasien serta kepekaan

    menetapkan kriteria suspek. (10)

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    54/62

    54

    Rumus :

    Jumlah pasien TB BTA Positif yang ditemukan x 100%

    Jumlah seluruh suspek yang diperiksa

    Angka ini sekitar 5-15%. Bila angka ini terlalu kecil (15%) kemungkinan disebabkan :

    - Penjaringan terlalu ketat atau

    - Ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (positif palsu).

    (10)

    c. Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif diantara semua pasien TB Paru Tercatat

    Proporsi pasien TB Paru BTA positif diantara semua pasien TB Paru Tercatat adalah

    persentase pasien Tuberkulosis paru BTA Positif diantara semua pasien Tuberkulosis paru

    tercatat. Indikator ini menggambarkan prioritas penemuan pasien Tuberkulosis yang

    menular diantara seluruh pasien Tuberkulosis paru yang diobati.(DEPKES RI, 2006)

    Rumus :

    Jumlah pasien TB BTA Positif (Baru+Kambuh) x 100%

    Jumlah pasien TB BTA Positif (Baru+Kambuh) dan jumlah pasien BTA Negatif

    Angka ini sebaiknya jangan kurang dari 65%. Bila angka ini jauh lebih rendah, itu

    berarti mutu diagnosis rendah, dan kurang memberikan prioritas untuk menemukan pasien

    yang menular (Pasien BTA Positif). (10)

    d. Proporsi pasien TB Anak diantara seluruh pasien TB

    Proporsi pasien TB Anak diantara seluruh pasien TB adalah presentase pasien TB

    anak (

  • 7/27/2019 Mini projek internship

    55/62

    55

    untuk mengetahui secara cepat kecenderungan keberhasilan pengobatan dan untuk

    mengetahui apakah pengawasan langsung menelan obat dilakukan dengan benar (10)

    Contoh perhitungan angka konversi untuk pasien TB baru BTA positif :

    Jumlah pasien TB baru BTA posi