laprak 1 - asam salisilat

19
Laporan Praktikum Manajement Kesehatan Ternak “Pengenceran Asam Salisilat” Oleh: Kelompok 8 Ridwan Fikri 200110070105 Aa Saepudin 200110090008 Ferdian Wibisono 200110090021 Devra Rizki Januar 200110090024 Aditya Alqamal Alianta 200110090029 Indra Yudha 200110090033 Ruben Varian 200110090050 FAKULTAS PETERNAKAN

Upload: wibi-kesono

Post on 03-Jul-2015

195 views

Category:

Documents


24 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPRAK 1 - Asam Salisilat

Laporan Praktikum

Manajement Kesehatan Ternak

“Pengenceran Asam Salisilat”

Oleh:

Kelompok 8

Ridwan Fikri 200110070105

Aa Saepudin 200110090008

Ferdian Wibisono 200110090021

Devra Rizki Januar 200110090024

Aditya Alqamal Alianta 200110090029

Indra Yudha 200110090033

Ruben Varian 200110090050

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2011

Page 2: LAPRAK 1 - Asam Salisilat

I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebersihan merupakan barometer dari kehidupan yang sehat. Barometer

ini harus tunjang dengan suatu sistem biosecurity atau pengamanan terhadap

organisme hidup yang dalam hal ini adalah jenis virus, protozoa, bakteri dan

jamur. Dalam usaha peternakan sistem ini di terapkan dalam bentuk Sanitasi dan

higiene, yang bertujuan untuk mewujudkan lingkungan yang sehat bagi manusia,

hewan, dan produk hewan. Dari aspek ekonomi, sanitasi dan higiene juga

memberikan dampak positif terutama bagi perusahaan. Hal ini karena produk

yang telah mengalami proses sanitasi dan higiene umumnya di minati oleh

konsumen.

Dalam usaha peternakan terutama budidaya, sangat perlu di perhatikan

sanitasi dan higiene untuk menjaga kesehatan ternak agar ternak tersebut tidak

terjangkit oleh penyakit yang mana akan menurunkan produksi dan membawa

kerugian pada pengelola, Oleh karena itu sangat penting memahami tentang

sanitasi dan higiene dalam kegiatan praktikum kali ini agar dapat diaplikasikan di

lapangan.

1.2. Maksud dan Tujuan

1.2.1. Maksud

Maksud dilaksanakan praktikum kali ini ialah agar mengetahui

serta memahami cara menghilangkan atau mencegah penyakit

serta mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam

rantai perpindahan penyakit yang salah satu caranya ialah

melaksanakan program sanitasi dan higiene.

1.2.2. Tujuan

Agar praktikan mengerti, memahami, dan dapat melakukan

sanitasi secara benar.

Agar praktikan dapat mengetahui bahan-bahan yang digunakan

untuk sanitasi.

Page 3: LAPRAK 1 - Asam Salisilat

Agar praktikan mampu membuat produk sanitasi.

1.3. Waktu dan Tempat

I.3.1. Waktu

Hari dan tanggal : Kamis, 03 maret 2011

Pukul : 15.30 – 17.30 WIB

I.3.2. Tempat

LAB. PRODUKSI TERNAK UNGGAS

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Page 4: LAPRAK 1 - Asam Salisilat

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sanitasi dan Higiene

Sanitasi

Sanitasi didefinisikan sebagai pencegahan penyakit dengan cara

menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam

rantai perpindahan penyakit tersebut (Ehlers dan Steele, 1958). Penerapan dari

prinsip-prinsip sanitasi adalah untuk memperbaiki, mempertahankan atau

mengembalikan kesehatan yang baik pada manusia (Betty, 1988). Dalam industri

pangan, sanitasi meliputi berbagai kegiatan secara aseptic dalam persiapan,

pengolahan dan pengkemasan produk makanan; pembersihan dan sanitasi

pabrik serta lingkungan pabrik dan kesehatan pekerja. Sedangkan dalam industri

peternakan. Prinsip-prinsip sanitasi dilakukan pada berbagai tahapan misalnya

pada usaha pembibitan, usaha pembesaran ternak, pemerahan susu, RPH/RPU,

tempat pemrosesan daging sampai pada penanganan pasca panen, pengolahan

dan penyimpanan daging, susu, telur dan sebagainya.

Kegiatan sanitasi yang berhubungan dengan produk makanan meliputi

(a). pengawasan mutu bahan mentah, (b) perlengkapan dan suplai air, (c) usaha

pencegahan dan kontaminasi penyakit, (d) pengolahan, (e) penggudangan dan

(f) kemasan, memerlukan proses sanitasi yang baik agar kualitas produk yang

dihasilkan benar-benar aman dan sehat dari pengaruh hazard yang mungkin

timbul sehingga menyebabkan penyakit pada konsumen. Kontaminasi

mikroorganisme dapat terjadi pada semua titik dalam proses produksi. Oleh

karena sanitasi harus diterapakan pada semua proses produksi ternak dan

penanganan pasca panen. Oleh karenanya sanitasi harus diterapkan pada

semua proses produksi ternak dan penanganan pasca panen. Resiko terjadinya

penyakit pada ternak dan juga manusia dipengaruhi oleh interaksi antara 3

komponen yaitu ternak, lingkungan dan mikroorganisme.

Sanitaiser harus mempunyai sifat sebagai berikut :

1. Merusak mikroorganisme

2. Ketahanan terhadap lingkungan

3. Sifat-sifat membersihkan yang baik

4. Tidak beracun dan menyebabkan iritasi

Page 5: LAPRAK 1 - Asam Salisilat

5. Larut dalam air

6. Bau yang ditimbulkan dapat diterima

7. Stabil dalam larutan pekat dan encer

8. Banyak tersedia

9. Mudah digunakan

10. Murah

11. Mudah diukur dalam larutan yang telah digunakan

Sanitasi lebih banyak dikaitkan dengan proses pembersihan kotoran yang

tidak terlihat dengan mata biasa. Untuk usaha sanitasi biasanya digunakan

proses pemanasan, penguapan atau menggunakan satu atau lebih lahan kimia

sehingga jumlah mikroorganisme dapat dikendalikan. Beberapa hal sebagai

akibat program sanitasi yang tidak efektif antara lain (a) kerusakan daging

menjadi lebih tinggi misalnya mempercepat proses pembusukkan, (b)

pendapatan produsen berkurang, dan (c) sebagai sumber kontaminasi

mikroorganisme yang berbahaya bagi manusia atau sebagai food born diseases

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sanitasi adalah (a) ruang

dan alat yang akan disanitasi, (b) metode yang akan digunakan (c) bahan atau

zat kimia serta aplikasinya (d) monitoring program sanitasi (e) harga bahan kimia

yang akan digunakan (f) sifat atau bahan produk kimia yang akan digunakan (g)

keterampilan pekerja (h) sifat bahan atau produk dimana kegiatan tersebut akan

dilakukan. Jika dengan menggunakan pemanasan air diperkiraka sudah dapat

mengatasi masalah maka penggunaan bahan kimia sebaiknya dihindarkan.

Pemakaian bahan kimia hendaknya juga menggunakan bahan yang aman baik

untuk pekerja, bahan makanan atau daging dan tidak menimbulkan residu yang

berbahaya

Keberhasilan program sanitasi sangat ditentukan oleh pekerja, supervisor

sanitasi dan lingkungan, intesitas pekerjaan, jenis bahan dan mikroorganisme

serta proses penanganan pangan tersebut. Cara yang paling baik untuk

mencegah adanya food born discases dari daging dimulai dari sterilisasi alat.

Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunh semua jasad renik yang ada

sehingga tidak ada lagi jasad renik yang tumbuh. Sterilisasi agak sulit dilakukan

dalam industri perunggasan (kecuali dalam pengemasan atau pengalengan

daging)

Page 6: LAPRAK 1 - Asam Salisilat

Cara lain untuk mengurangi kontaminasi mikroorganisme khususnya

bersifat patogenik adalah menggunakan desinfektan. Desinfeksi adalah suatu

proses untuk membunuh jasad renik yang bersifat pathogen dengan

menggunakan cara fisik dan kimia. Kebanyakan desinfektan efektif terhadap sel

vegetatif tetapi tidak selalu efektif terhadap sporanya (Fardiaz, 1989). Perlakuan

fisik antara lain adalah pemanasan basah dengan cara (a). perebusan, (b)

pemanasan dengan tekanan (c) tindalisasi dan (d) pasteurisasi. Cara lainnya

adalah menggunakan pemansan kering dan radiasi untuk produk pangan

(daging)

Higiene

Selain harus memperhatikan masalah sanitasi dalam rangka memperbaiki

atau memaksimalkan produksi, yaitu hygiene. Perencanaan hygiene terapan

harus memperhatikan kekhususan dari:

1. Struktur pada bentuk pemeliharaan,

2. Setiap bangsa dan tingkat perbedaan adaptasinya lokasi pemeliharaan,

3. Ekologi lokasi,

4. Situasi sosio ekonomi peternak,

5. Infrastruktur lokasi,

6. Situasi politik dan perekonomian nasional Negara,

7. Makna ekonomi luar negeri terhadap peternakan.

Perencanaan hygiene perlu mengembangkan suatu konsep yang

memperhatikan persyaratan masing-masing lokasi dengan kondisi ekonomisnya

untuk menciptakan situasi hygiene yang pantas.

Basis rencana hygiene yang sesuai dengan lokasinya adalah

pengetahuan yang memadai mengenai penyebab timbulnya wabah dan

kemungkinan memerangi wabah di daerah tropic dan sub tropic.

Perencananaan hygiene terdiri dari koordinasi usaha pemeliharaan,

pembiakan, dan pakan, begitu juga pencegahan melalui imunisasi dan

pencegahan secara kimiawi dengan memanfaatkan secara optimal pengetahuan

yang ada serta memperhatikan persyaratan yang berlaku. Yang terakhir konsep

hygiene merupakan bagian terpadu dari proses ekonomi perusahaan secara

keseluruhan.

Page 7: LAPRAK 1 - Asam Salisilat

Program sanitasi dan hygiene yang baik adalah penting sekali dalam

industri makanan. Pengembangan seperti program tersebut adalah penting untuk

pencegahan dari mikrobiologi yang dapat mencemari produk makanan macam-

macam penyakit bagi yang mengkonsumsi produk itu. Pentingnya program

sanitasi dan hygiene ini menjadi jelas ketika seseorang mempertimbangkan

kesukaran yang berhubungan dengan pendeteksian pencemaran mikrobiologi di

dalam makanan, waktu dan kesukaran terlibat secara spesifik dalam

mengidentifikasi penyebab invasi, dan peliknya penyakit atau keracunan yang

disebabkan makanan.

Kegiatan pencegahan penyakit melalui tindakan higienis pada ternak

dapat dilakukan antara lain dengan menjaga environment dan lngkungan ternak

agar tetap baik, tindakan sanitasi dan desinfeksi pada alat yang sering digunakan

oleh ternak, mempersempit terjadinya kontak langsung dengan carrier atau

hewan yang mungkin membawa bibit penyakit, memperkajakan pekerja yang

benar-benar sehat, dan lainnya. Kegiatan atau tindakan higienis juga harus

dilakukan terhadap alat atau bahan yang digunakan untuk wadah produk yang

dihasilkan seta tempat atau gedung yang digunakan untuk menyimpan produk.

Bahkan tempat pendinginan (refrigerator) dan pembekuan dagingpun sebaiknya

dilakukan tindakan untuk mempertahankan suasana higienis. Misalnmya control

terhadap naik turunnya suhu, udara dan kelembaban.

Salah satu sumber kontaminan yang paling baik adalah air, tanah dan

pekerja. Ketiga komponen terebut memerlukan perhatian tersendiri dalam

kaitannya dengan masalah hygiene.

Page 8: LAPRAK 1 - Asam Salisilat

III

ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA

3.1. Alat

Timbangan digital

Sendok

Plastik

Penumbuk porselen

3.2. Bahan

Asam Salisilat (bahan dasar)

Vaselin putih

3.3 Prosedur Kerja

a. Setiap kelompok mendapatkan tugas untuk membuat yang telah diberikan

oleh asisten dosen

b. Kelompok 8 mendapat tugas untuk membuat pengenceran asam salisilat.

c. Menghitung berapa larutan pengencer yang dibutuhkan untuk mengencerkan

asam salisilat dengan konsentrasi 95%.

d. Membuat larutan pengenceran asam salisilat dengan menggunakan bahan

dasar sesuai perhitungan dengan ditambah vaselin putih hingga mencapai

volume yang diinginkan. Campur bahan hingga homogen dengan

menggunakan penumbuk porselen. Hasil yang homogen dimasukan ke

dalam plastik.

IV

Page 9: LAPRAK 1 - Asam Salisilat

Hasil Pengamatan dan Pembahasan

4.1 Hasil

Bahan dasar Konsentrasi Jumlah yang

dibutuhkan

Konsentrasi

Asam salisilat

(%)

95 20 gram 5%

4.2 Pembahasan

Dik : Bahan dasar = asam salisilat (%)

Konsentrasi (n1) = 95 %

Jumlah yang dibutuhkan (v2) = 20 gram

Konsentrasi (n2) = 5 %

Dit : Jumlah komposisi larutan yang dibutuhkan ?

Jawab : v1 . n1 = v2 . n2

v1 . 95% = 20gram . 5%

v1 = 1,05 gram (Asam salisilat)

pelarut = 20 – 1,05 = 18,95 gram (vaselin putih)

Page 10: LAPRAK 1 - Asam Salisilat

V

KESIMPULAN

Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat

diambil kesimpulan asam salisilat 1,05gram dengan konsentrasi 95%, untuk

mendapatkan jumlah yang dibutuhkan 20gram dengan konsentrasi 5%. Maka

dari itu pelarut yang dibutuhkan (vaselin putih) sekitar 18,95gram.

Page 11: LAPRAK 1 - Asam Salisilat

LAMPIRAN

Bahan dasar

Konsentrasi bahan

dasarJumlah yg

dibutuhkanKonsentrasi akhir

Kelas A

Rivanol (ppm) 1000 60 ml 50

PK

(konsentrasi

fumigasi)

4x

t =140 cm

p =150 cm

l =125 cm

Chlorin (ppm) 0,2 % 60 ml 10

Alcohol (%) 95 40 ml 30 %

Natrium

Benzoate (%)100 20 gram 5 %

Cao (%) 95 60 ml 4 %

Iodium (%) 40 60 ml 6 %

Kresol (%) 95 60 ml 11 %

Asam salisilat

(%)95 20 gram 5 %

Pembahasan

1. Rivanol (ppm)

Dik : Bahan dasar = rivanol (ppm)

Konsentrasi (n1) = 1000

Jumlah yang dibutuhkan (v2) = 60 ml

Konsentrasi (n2) = 50

Dit : Jumlah komposisi larutan yang dibutuhkan ?

Jawab : v1 . n1 = v2 . n2

v1 . 1000 = 60 ml . 50

Page 12: LAPRAK 1 - Asam Salisilat

v1 = 3 ml (rivanol)

pelarut = 60 - 3 = 57 ml (aquqdes)

2. PK

Dik : Bahan dasar = PK

Panjang = 150 cm

Lebar = 125 cm

Tinggi = 140 cm

Volume = 2625000 cm3 = 2,625 m3

Konsentrasi = 4 x

Dit : fumigasi ?

Jawab : KmnO4 = 2,625/2,83 x 20 = 74,20 gram

Formalin = 2,625/2,83 x 160 = 148,41 ml

3. Chlorin (ppm)

Dik : Bahan dasar = chlorin (ppm)

Konsentrasi (n1) = 0,2 %

= 0,2/100 x 10000/10000 = 2000/1000000

= 2000 ppm

Jumlah yang dibutuhkan (v2) = 60 ml

Konsentrasi (n2) = 10

Dit : Jumlah komposisi larutan yang dibutuhkan ?

Jawab : v1 . n1 = v2 . n2

v1 . 2000 = 60 ml . 10

v1 = 0,3 ml (chlorin)

pelarut = 60 – 0,3 = 59,7 ml (aquades)

4. Alcohol (%)

Dik : Bahan dasar = alcohol (%)

Konsentrasi (n1) = 95

Page 13: LAPRAK 1 - Asam Salisilat

Jumlah yang dibutuhkan (v2) = 40 ml

Konsentrasi (n2) = 30

Dit : Jumlah komposisi larutan yang dibutuhkan ?

Jawab : v1 . n1 = v2 . n2

v1 . 95 = 40 ml . 30

v1 = 12,63 ml (alcohol)

pelarut = 40 – 12,63 = 27,37 ml (aquades)

5. Natrium Benzoate (%)

Dik : Bahan dasar = natrium benzoate (%)

Konsentrasi (n1) = 100

Jumlah yang dibutuhkan (v2) = 20 gram

Konsentrasi (n2) = 5

Dit : Jumlah komposisi larutan yang dibutuhkan ?

Jawab : v1 . n1 = v2 . n2

v1 . 100 = 20gram . 5%

v1 = 1 gram (natrium benzoate)

pelarut = 20 – 1 = 19 gram (vaselin putih)

6. Cao (%)

Dik : Bahan dasar = Cao (%)

Konsentrasi (n1) = 95

Jumlah yang dibutuhkan (v2) = 60 ml

Konsentrasi (n2) = 4

Dit : Jumlah komposisi larutan yang dibutuhkan ?

Jawab : v1 . n1 = v2 . n2

v1 . 95 = 60 . 4

v1 = 2,53 ml (Cao)

pelarut = 60 – 2,53 = 57,47 ml (aquades)

Page 14: LAPRAK 1 - Asam Salisilat

7. Iodium (%)

Dik : Bahan dasar = Iodium (%)

Konsentrasi (n1) = 40

Jumlah yang dibutuhkan (v2) = 60 ml

Konsentrasi (n2) = 6

Dit : Jumlah komposisi larutan yang dibutuhkan ?

Jawab : v1 . n1 = v2 . n2

v1 . 40 = 60 . 6

v1 = 9 ml (Iodium)

pelarut = 60 - 9 = 51 ml (aquades)

8. Kresol (%)

Dik : Bahan dasar = Kresol (%)

Konsentrasi (n1) = 95

Jumlah yang dibutuhkan (v2) = 60 ml

Konsentrasi (n2) = 11

Dit : Jumlah komposisi larutan yang dibutuhkan ?

Jawab : v1 . n1 = v2 . n2

v1 . 95 = 60ml . 11

v1 = 6,95 ml (kresol)

pelarut = 60 – 6,95 = 53,05 ml (aquades)

9. Asam Salisilas (%)

Dik : Bahan dasar = asam salisilat (%)

Konsentrasi (n1) = 95 %

Jumlah yang dibutuhkan (v2) = 20 gram

Konsentrasi (n2) = 5 %

Dit : Jumlah komposisi larutan yang dibutuhkan ?

Jawab : v1 . n1 = v2 . n2

Page 15: LAPRAK 1 - Asam Salisilat

v1 . 95% = 20gram . 5%

v1 = 1,05 gram (Asam salisilat)

pelarut = 20 – 1,05 = 18,95 gram (vaselin putih)

DAFTAR PUSTAKA

Budinuryanto, Dwi Cipto. 2002 . Manajemen Kesehatan Ternak I. Universitas

Padjadjaran : Bandung.

Petunjuk Praktikum Manajement Kesehatan dan Kesejahteraan Ternak. 2005 .

Universitas Padjadjaran : Bandung.

http://id.wikipedia.org/wiki/Sanitasi diakses pada 8 Maret 2011 pukul 19.00 WIB.

http://id.wikipedia.org/wiki/Higiene diakses pada 8 Maret 2011 pukul 19.20 WIB.

http://id.wikipedia.org/wiki/Sanitaiser diakses pada 8 Maret 2011 pukul 20.00 WIB.