laporan vulkanologi
DESCRIPTION
GEOLOGITRANSCRIPT
TUGAS VULKANOLOGI
PETA RAWAN BENCANA
DisusunOleh :
Adhelian Gufron Nurachman 21100113120029
Izza Hayyu Hanani 21100113120039
Deviana Shinta Maulana 21100113140071
Aditya Febrianto Ramadhan 21100113140067
Dyatmico Pambudi 21100113130069
LABORATORIUM
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
JUNI 2015
PEMBAHASAN
Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu
lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasifik. Pada pertemuan –
pertemuan inilah nantinya akan mengeluarkan magma dan kemudian akan
membentuk gunung api. Indonesia menjadi kawasan ring of fire dan hal ini
setidaknya menghasilkan lebih dari 100 gunung api. Karenanya, Indonesia
menjadi sangat rawan akan bencana gunung meletus.
Sindoro menjadi salah gunung strato aktif yang berada di Jawa Tengah yang
berada di Kabupaten Temanggung dan Kabuputen Wonosobo. Peta Kawasan
Rawan Bencana menjadi petunjuk tingkat kerawanan bencana di suatu daerah
apabila terjadi bencana alam, salah satunya gunung meletus. Peta Kawasan Rawan
Bencana Gunungapi menjelaskan tentang jenis atau sifat bahaya gunungapi,
kawasan rawan bencana, arah atau jalur penyelamatan diri, lokasi evakuasi
maupun pos penanggulangan bencana.
1. Potensi Bahaya Gunungapi
Potensi bahaya Gunung Sindoro berupa bahaya langsung dan tidak langsung.
Untuk bahaya langsung, hal ini berupa aliran piroklastik (awan panas), jatuhan
piroklastik, dan aliran lava. Sedangkan untuk bahaya sekunder (tidak
langsung) yakni lahar.
Pada peta kontur daerah Gunung Sindoro yang ada dapat dibuat mengenai
peta Mitigasi Bencana Gunung Api. Pembuatan peta ini dilakukan secara manual
maupun menggunakan software Arcgis. Pada pembahasan kali ini akan dijabarkan
mengenai Peta Kawasan Rawan Bencana di Gunung Sindoro. Penjabarannya
sebagai berikut :
2. Kawasan Rawan Bencana
Hal ini dibagi berdasarkan tingkat kerawanan, yaitu Kawasan Rawan Bencana
1, Kawasan Rawan Bencana 2, dan Kawasan Rawan Bencana 3.
KRB (Kawasan Rawan Bencana) 1
Pada peta ini dilakukan deliniasi menggunakan warna kuning.
Unsur-unsur pembuatan deliniasi pertama dilihat dari segi morfometri atau
kelerenganya. Di dapatkan dengan skala peta 1 : 120.000 ini disayat lima
buah pada garis kontur dengan masing-masing nilai morfometri yaitu
15.625 %, 12.5 %, 11.62 %, 8.4 %, 8.06 %. Nilai rata-rata morfometri di
atas yaitu 11.241 %. Meurut klasifikasi Van Zuidam termasuk dalam Relief
Bergelombang Miring ( Van Zuidam, 1983). Dari hasil morfometri dapat
diinterpretasikan litologi yang termasuk dalam letusan gunung Sindoro.
Daerah KRB I ini terdapat banyak aliran sungai dengan ciri-ciri dendritik.
Material yang terdapat pada kawasan KRB I ini berupa banjir lahar dingin.
Material dari atas gunung terlontarkan sampai ke daerah bawah kemudian
bertemu dengan air sungai daerah tinggian dapat menimbulkan banjir lahar
dingin. Terlebih jika musim hujan maka banjir lahar dingin ini sangat
berbahaya bagi warga atau permukiman warga yang masuk dalam wilayah
KRB I. Dilihat dari kenampakan sungai yang terdapat pada peta kontur,
dampak mengenai lahar dingin akan semakin mengecil seiring dengan
jauhnya dari awal terjadi bajir lahar dingin. Ini adalah kawasan yang
berpotensi terlanda lahar dan kemungkinan dapat terkena perluasan aliran
piroklastik (awan panas). Apabila letusannya membesar, maka kawasan ini
sangat berpotensi tertimpa bahan jatuhan piroklastik berupa lontaran batu
(pijar) dan hujan abu. Daerah untuk Kawasan Rawan Bencana ini terletak
pada radius 8 km dan hal ini terdapat pemukiman, KRB 1 ini berupa:
a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa lahar dan
kemungkinan perluasan awan panas ditandai dengan warna kuning.
Berada di sepanjang daerah aliran sungai atau hilir sungai yang berhulu
di daerah puncak. Lahar kemungkinan terjadi di sekitar barat,
baratdaya, selatan, timur, dan timurlaut Gunung Sindoro melalui sungai
– sungai besar yang mengalir ke arah tersebut. Sungai-sungai besar
yang berhulu di lereng atas/ puncak G.Sindoro, diantaranya adalah
K.Capar/K.Sayangan, berpotensi dilalui lahar ujan yang akan melanda
daerah daerah baratdaya. K.Pahat (mempunyai dua cabang: satu
bergabung dengan K.Capar, dan yang satu lagi dengan K.Begalah),
merupakan salah satu sungai yang berpotensi dilalui lahar di sektor
selatan. K.Kabelukan (bermuara di K.Begalah mengalir ke bagian
baratdaya), merupakan sungai cukup besar yang berpotensi dilalui lahar
hujan di sektor selatan. K.Sigandu, merupakan sungai yang cukup besar
dan berpotensi dilalui lahar d sektor tenggara. K.Galeh, merupakan
sungai cukup besar yang mengalir di daerah pematang antara G.Sindoro
dan G.Sumbing, berpotensi sebagai media transportasi lahar hujan. Di
daerah Kledung aliran K.Galeh mempunyai dua cabang, yakni: ke arah
timurlaut, namanya tetap K.Galeh, dan ke arah dan ke arah baratdaya,
namanya adalah K.Begalah, K.Brangkongan, K.Prupu, K.Datar,
K.Guntur, K.Deres, K.Progo dan K.Lutut, merupakan sungai-sungai
yang cukup besar, sangat berpotnsi dilalui lahar di bagian timur dan
timur laut. Di ujung daerah pemetaan, K.Progo dan K.Galeh bergabung
dan mengalir ke arah timur-timurlaut.
b. Kawasan rawan bencana terhadap jatuhan piroklastik berupa hujan abu
saat terjadi letusan (tanpa memperhatikan arah angin) dan dapat juga
terkena lontaran batu (pijar). Hal ini dapat mencapai jarak hingga 7-8
km dari pusat erupsi, dan abu letusan dapat lebih dari 8 km tergantung
pada kecepatan angin. Kawasan jatuhan piroklastik ini berupa garis
lingkaran putus – putus warna kuning.
KRB (Kawasan Rawan Bencana) 2
Pada peta ini dilakukan deliniasi menggunakan warna kuning. Unsur-unsur
pembuatan deliniasi pertama dilihat dari segi morfometri atau
kelerenganya. Di dapatkan dengan skala peta 1 : 120.000 ini disayat lima
buah pada garis kontur dengan masing-masing nilai morfometri yaitu 41.66
%, 31.64 %, 35.21 %, 34.24 %, 35.71 %. Nilai rata-rata morfometri di atas
yaitu 35.692 %. Meurut klasifikasi Van Zuidam termasuk dalam Relief
Berbukit Terjal ( Van Zuidam, 1983). Dari hasil morfometri dapat
diinterpretasikan litologi yang termasuk dalam letusan gunung Sindoro.
Daerah KRB II ini merupakan awal dari adanya sungai pada Gunung
Sindoro. Material yang terdapat pada kawasan KRB II ini menyerupai
material pada wilayah di atasnya namun lebih kea rah ukura butirannya.
Pada KRB II ini material dapat berupa awan panas yang meluncur, batuan
ukuran besar, piroklastik ukuran pasir. Dari segi komposisi terlihat awan
panas sedikit mengenai daerah KRB II karena jarak luncur awan panas ini
tergantung dari kekuatan letusan dan arah letusan, namun juga dapat penuh
terisi oleh luncuran awan panas. Kemudian didominasi oleh material
ukuran bongkahan dan ukuran pasir. Kawasan ini dilarang mendirikan
bangunan serta dihuni oleh penduduk. Kawasan KRB II ini akan
menimbulkan kematian pada manusia, ganggungan pernafasan serta mata,
dan kehilangan harta serta benda. Kawasan ini berpotensi terlanda awan
panas, aliran lava, lontaran batu dan hujan abu. Pada kawasan ini
pemukiman permanen dalam jumlah yang relatif sedikit, beberapa
pemukiman yang terpencar. Daerah yang termasuk dalam kawasan rawan
bencana 2 terdiri atas Canggal, Gedegan, Katekau, Candisari, Gentingsari,
Mranggen Kidul, Tlogowero, Dumangan, Sanggrahan, Kwadungan
Gunung, Krincing, G. Watu, G. Kembang, G. Kekep, Kuripan, Kalikalang,
Buntu, dan Sigedang.
a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa awan panas dan
aliran lava. Daerah yang menjadi aliran massa ini diberi warna merah
muda. Pada kawasan ini dapat menjadi daerah yang teraliri aliran
piroklastik pada bagian selatan, baratlaut, timur dan timurlaut. Sedang
aliran lava juga kemungkinan akan mengalir pada daerah tersebut. jika
akan terjadi letusan maka kemungkinan juga akan mengalir ke kawah
dan sekitar puncak, dan selanjutnya jika penuh akan mengalir hingga
lereng.
b. Kawasan rawan bencana terhadap bahan lontaran batu dan hujan abu.
Sebaran dari kawasan ini berupa garis melingkar putus – putus dengan
warna merah muda. Kawasan ini kemungkinan terkena lontaran bom
vulkanik dengan ukuran yang cukup besar, maupun ukuran yang kecil
atau halus dimana cukup tebal di dekat sumber erupsi. Beberapa sungai
yang menjadi media transportasi diantaranya K.Galeh, K. Capar,
K.Sigandu, K.Prupu, K.Datar, K.Progo.
KRB (Kawasan Rawan Bencana) 3
Pada peta ini dilakukan deliniasi menggunakan warna kuning. Unsur-unsur
pembuatan deliniasi pertama dilihat dari segi morfometri atau
kelerenganya. Di dapatkan dengan skala peta 1 : 120.000 ini disayat lima
buah pada garis kontur dengan masing-masing nilai morfometri yaitu
71.42 %, 83.33 %, 92.59 %, 86.20 %, 83.33 %. Nilai rata-rata morfometri
di atas yaitu 83.452 %. Meurut klasifikasi Van Zuidam termasuk dalam
Relief Pegunungan Sangat Terjal ( Van Zuidam, 1983). Dari hasil
morfometri dapat diinterpretasikan litologi yang termasuk dalam letusan
gunung Sindoro. Daerah KRB III ini merupakan daerah utama dari luaran
material hasil letusan gunung Sindoro. Produk letusan ini sangat bervariasi
mulai dari awan panas, material piroklastik dari bongkahan sampai pasir,
lava, serta gas yang berbahaya. Pada KRB III ini sangat tidak
diperbolehkan terdapat bangunan yang berdiri. Penduduk harus segera luar
dari kawasan ini saat terjadi letusan. Dampak dari letusan pada KRB III ini
berupa kematian, gangguan pernapasan dan mata, kebakaran pada tubun
maupun bangunan,serta gatal-gatal. Kawasan Rawan Bencana-III adalah
kawasan yang sering terlanda awan panas, aliran lava, gas beracun, bahan
lontaran batu (pijar), dan hujan abu lebat. Penarikan batas sebaran
Kawasan Rawan Bencana-III didasarkan pada keadaan topografi atau
morfologi G.Sindoro (terutama disekitar puncak dan lereng bagian atas-
tengah), dan didasarkan pada sejarah kegiatan/letusan G.Sindoro pada
masa silam. Perluasan awan panas kemungkinan dapat terjadi apabila
letusan di masa mendatang lebih besar dari letusan sebelumnya atau terjadi
proses percampuran magma, sehingga terjadi letusan hebat yang merubah
keadaan morfologi G.Sindoro secara drastis. Daerah yang termasuk dalam
kawasan rawan bencana 3 meliputi G. Gede serta daerah lain disekitar
puncak dan lereng bagian atas-tengah G.Sindoro.
Kawasan Rawan Bencana-III G.Sindoro terdiri atas dua bagian , yaitu
kawasan yang akan selalu terlanda oleh:
a. Aliran massa (awan panas dan aliran lava)
Daerah yang menjadi aliran massa ini diberi warna merah.
Kawasan Rawan Bencana Terhadap Awan Panas
Seperti telah disajikan di atas bahwa berdasarkan data geologi dan
sejarah kegiatan masa lampau menunjukkan bahwa produk letusan
G.Sindoro didominasi oleh aliran piroklastik (awan panas) dan
aliran lava. Apabila G.Sindoro meletus kembali pada masa datang
dengan jenis dan tipe letusan relatif identik dengan letusan –letusan
sebelumnya, maka pola aliran massanya diprediksi akan relatif
sama, dan kemungkinan akan diarahkan terutama ke bagian timur
dan timur laut. Kawasan Rawan Bencana-III ini hampir seluruhnya
merupakan daerah perhutani dan hutan lindung. Dan hanya
sebagian kecil yang dijadikan sebagai lahan perkebunan penduduk.
Nihil unit pemukiman, bahkan gubug/saung pekebun pun hampir
tidak pernah ditemukan.
Kawasan Rawan Bencana Terhadap Aliran Lava
Data geologi menunjukkan bahwa aliran lava banyak ditemukan di
sektor selatan, barat, timur, dan timur laut. Berdasarkan keadaan
topografi/morfologi daerah puncak dan kawah G.Sindoro saat ini,
apabila pada letusan akan datang terjadi lagi aliran lava, maka
sebarannya diperkirakan hanya disekitar puncak/di dalam kawah
Sindoro. Dan apabila letusannya membesar kemungkinan akan
mengalir ke sektor lain, mungkin ke arah tenggara dan selatan-
baratdaya. Di sektor-sektor tersebut sama sekali tidak ditemukan
unit pemukiman penduduk.
b. Lontaran batu (pijar) seperti bom gunung api, dan jatuhan piroklastik
(hujan abu lebat)
Kawasan Rawan Bencana Terhadap Bahan Lontaran dan Hujan
Abu Lebat
Sebaran dari kawasan ini berupa garis melingkar putus – putus
dengan warna merah. Berdasarkan letusan terdahulu, jarak lontaran
batu pijar dapat mencapai 2 km (untuk ukuran bom vulkanik), dan
untuk fragmen batuan ukuran 2-6 cm dapat mencapai jarak 5 km
dari pusat erupsi. Berdasarkan penelitian lapangan membuktikan,
bahwa material lontaran batu (pijar) nerukuran 6 cm masih dapat
ditemukan di beberapa lahan perkebunan/pertanian di sebelah
timur dan timur laut G.Sindoro. Pada Kawasan Rawan Bencana-III
ini tidak terdapat unit pemukiman. Untuk mengantisipasi skala
letusan G.Sindoro yang relatif besar dari skala letusan di masa
silam, maka radius lingkaran sebaran bahan lontaran batu pijar dan
hujan abu dibatasi hingga radius 2 km dari puusat erupsi.
Beberapa sungai yang terdapat di daerah Kawasan Rawan
Bencana-III ini berpola aliran radier, memancar ke sagala arah.
Sebagian besar sungai yang terdapat di kawasan rawan bencana ini
berpotensi sebagai media transportasi bahan lontaran batu (pijar)
dan abu vulkanik prosuk G.Sindoro (apabila sesaat/ saat letusan
diikuti dengan hujan lebat, sehingga produk letusan jenis ini akan
merupakan bahan utama lahar hujan)
3. Jalur Evakuasi
` Jalur evakuasi ini merupakan jalur yang digunakan dalam proses
evakuasi warga yang berada dikawasan rawan bencana. Melihat dari daerah
kawasan rawan bencana II yaitu dimana dalam daerah kawasan rawan
bencana II ini terdapat banyak warga yang menghuni didaerah tersebut. Dan
dalam proses evakuasi titik yang evakuasi yang akan dilakukan proses
evakuasi tersebut yaitu berada di kawasan daerah rawan bencana I dan II akan
diarahkan menuju lokasi daerah yang aman yang mana dalam menuju daerah
yang aman ini akan digunakan jalur seperti jalur jalan utama yang mana
dalam jalur jalan utama ini merupakan jalur yang aman dan tergolong cepat
dalam menempuh lokasi yang aman. Selain itu, dalam peta ini telah di
letakkan arah-arah yang bagus digunakan untuk jalur evakuasi ini dimana
arah tersebut ditunjukkan dengan tanda anak panah, tanda tersebut akan
menunjukkan arah yang cocok digunakan untuk jalur evakuasi. Dalam jalur
evakuasi ini digunakan jalur yang akan aman dari bencana lahar dimana
kawasan yang rawan bencana lahar yaitu pada daerah sungai sehingga untuk
jalur evakuasi dilakukan yang tidak melewati jalur sungai. Dalam daerah
daerah yang akan menjadi pos penanggulangan bencana atau pos pengungsian
telah dibagi berdasarkan jalur evkauasi tiap daerah dimana pada daerah
daerah yang terdapat didaerah sekitar kawasan rawan bencana II titik sekitar
arah timur laut yang kemudian juga akan diarahkan menuju daerah pos
penanggulangan bencana yang cukup jauh dari bencana hasil dari letusan
yang mengarah ke arah kelerengan yang lebih rendah melewati jalur evakuasi
yang tidak melewati daerah sungai kemudian mengarah ke daerah pos
penanggulangan bencana yang mana daerah tersebut cocok dijadikan sebagai
daerah pos penanggulangan bencana atau pos pengungsian. Dari titik titik
evakuasi yang ditentukan yang ada pada daerah kawasan rawan bencana II
tersebut tiap titik evakuasinya akan diarahkan menuju daerah yang aman
ditunjukkan dengan tanda anak panah untuk jalur evakuasi menuju daerah
yang aman terdekat dimasing masing titik yang dekat dari titik evakuasi
menuju titik pos penanggulangan bencana atau titik evakuasi. Dimana anak
panah yang terdapat pada peta ini ditunjukkan dengan anak panah yang diberi
warna hijau. Dengan ini ketika dilakukan proses evakuasi akan lebih mudah
dalam menempuh jalan yang lebih cepat dan lebih aman. Sehingga dengan
keberadaan jalur evakuasi ini akan menjadikan ketidak keterdapatan korban
dari bencana apabila gunung sindoro meletus.