strategi pengembangan wisata alam taman nasional...
TRANSCRIPT
64
STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO
CIBODAS-CIANJUR JAWA BARAT
Chaerul Ramdani
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008 M/1429 H
PENGESAHAN UJIAN
65
Skripsi berjudul “Strategi Pengembangan Wisata Alam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Cibodas-Cianjur Jawa Barat” yang ditulis oleh Chaerul Ramdani NIM 101092023387 telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 19 Maret 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis.
Menyetujui:
Penguji I,
Ir. Mudatsir Najamuddin, MMA
Penguji II,
Dr. Iwan Aminuddin, M.Si
Pembimbing I, Ir. Muhandis Natadiwirya, MM, M.Si
Pembimbing II,
Drs. Hilmi, M.A
Mengetahui:
Dekan Fakultas Sains dan teknologi UIN, DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis NIP. 150 317 956
Ketua Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis,
Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si NIP. 131 861 314
66
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Azza wa jalla yang telah memberikan nikmat
iman dan Islam kepada kita. Tiada daya upaya dan kekuatan kecuali hanya milik
Allah SWT. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasullah Muhammad
SAW, keluarga, sahabat, dan penerusnya hingga akhir zaman.
Alhamdullah wa syukurillah, atas kehendak dan izin-NYA serta dengan
perjuangan yang cukup panjang penulis bisa menyelesaikan skripsi sebagai salah
satu syarat mendapatkan gelar sarjana. Karena sesungguhnya Allah SWT Sang
Maha Pengasih menjanjikan kemudahan di dalam kesulitan yang kita hadapi.
Sebagai mahluk ciptaan-Nya yang dhoif dan tak lepas dari kesalahan,
penulis memohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan yang terdapat
dalam skripsi ini. Semoga perbedaan dapat menjadi kebaikan dan manfaat bagi
kita semua.
Akhirnya penulis mengucapkan syukron katsiron atas segala saran dan
bimbingannya maupun pengetahuan yang telah diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi dan skripsinya. Rasa terimaksih yang tak terhingga penulis
ucapkan kepada:
1. Kedua Orang Tua ku tercinta ( Ayahanda TB. Duddin Chaerudin dan
Ibunda Chaeriyah ) yang telah mengorbankan segalanya dan memberikan
cinta, Do’a, kasih sayang dan sabar mendidik ananda. Cinta dan kasih
sayang selalu menghiasi dalam setiap langkah hidup ini.
2. Bapak Ir. Muhandis Natadiwirya, MM, M.Si, selaku pembimbing I yang
telah banyak membantu dalam memberikan bimbingan dan masukan yang
sangat berarti bagi penulis selama proses penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Hilmi, M.A, selaku pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktu serta sangat sabar, bijaksana dan masukannya kepada
penulis mulai proses penyusunan proposal sampai dengan selesainya
skripsi ini.
4. Ir. Mudatsir Najamuddin, MMA, selaku penguji I yang telah menguji dan
memberikan banyak saran dan masukan agar skripsi ini lebih baik.
67
5. Ir. Iwan Aminuddin, M.Si, selaku penguji II yang telah menguji dan
membantu penulis memperbaiki kekurangan yang terdapat dalam skripsi
ini.
6. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis. Selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si selaku Ketua Program Studi dan Ir.
Achmad Tjachja M.Si selaku Sekretaris Program Studi Sosial Ekonomi
Pertanian.
8. Seluruh dosen Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis yang
tidak dapat penulis sebutkan namanya satu-satunya yang telah
memberikan ilmu kepada penulis dalam proses perkuliahan.
9. Bapak Wadud, Saini, Muksin,Hendra serta ibu Ofah, dan seluruh staf
akademik yang telah memfasilitasi penulis selama ini
10. Pihak Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango khususnya Bapak
Ir.Novianto, Bapak Ir. Jefry Susyafriyanto yang memberikan izin dan
kemudahan penulis dalam penelitian. Kepada Ibu sondang, Bapak Ace,
Bapak Agay, Bapak San Andre ( Polhut ), Bapak Aden kepala resort
Cibodas, serta Bapak Dedeh dan Ibu Nani yang memfasilitasi penulis
dalam penelitian.
11. Para staff kantor dan karyawan Balai Taman Nasional gunung Gede
Pangrango atas kerjasamanya dan telah membantu dalam penelitian.
12. Abangku tersayang Chaerul Ikhsan, S.Thi serta Istrinya Muhibaturramah
terimakasih atas segala pengorbanannya dan adik-adikku tercinta Nur
Fitriyah ”ayo... semangat ngerjain skripsinya !!! ” si Bontot Siti Nur
Hanipah ”yang selalu ngangenin Aa cepat pulang”
13. D’ Astuty Indriani penyejuk hati dan sandaran jiwa yang selalu
mendukung dan memotivasi penulis ”ketika jenuh mulai datang” hingga
skripsi ini dapat diselesaikan.
14. Keluarga Besar Pendopo tempat menuntut ilmu agama ”Kanjeng Si
Nuhuni KH. Dadang Mait” yang telah banyak memberikan Ilmu Agama
dan siraman rohani bagi penulis.
68
15. Hadrot : kakek” KH.TB.M Arif, H.Abdul Misra, entong M noh. Nenek ”
Ratu Partini. Habib Ali kwitang, TB. Gapalya, para Nabi, sahabat, wali
syeh.
16. Keluarga Besar UKM ”Kelompok Mahasiswa Pencinta Lingkungan Hidup
dan Kemanusian ”KMPLHK RANITA, Khusus angkatan XIII, Gocek,
Bobat, Sokri, Cekway, Plugo nama sayang dari organisasi.LSM WALHI,
Greend Peace, BASARNAS, ”Federasi Panjat Tebing Indonsia” FPTI,
PERPALA TIRTAGENI, KARANG TARUNA KEL.SUNTER JAYA
yang telah memberikan materi Lingkungan hidup serta kehidupan
berorganisasi.
17. Sobat-sobat yang selalu setia mengisi hari-hari dalam perkuliahan; Asep
”Babeh” N, Wildan ”Bang Haji”, ”aconk ”Moch Faisal (anak-anak kapal/
chayo 4 all), A. ”UU” Ruslan, aL Faris, ”Qimonk”, Umar ”bullet”, Opung,
Roy Suhro (makasih buat basecampnya), Aditia F, Taufan S, Ahmad
Sobari ’Zenab, Acoe, Rico, Delfin, Candra F. dan temen2 KKN
:”BOJMEN”: ”Ucok” Husain, Gandhi, Nova, Fitri, Zubed, Susi, Jenk Sri,
Hera, Ayu. Dan semua anak2 Agribisnis. ”Tembolo” Aang semoga bisa
meneruskan Perjuangan Visi dan Misi RANITA di AGRI. Bembeng TS
yang menemani saat daftar kuliah.
18. Semua orang yang telah membantu saya dan tidak dapat disebutkan satu-
persatu.
Semoga segala kebaikan dari seluruh pihak yang tersebut diatas diterima
dan memperoleh pahala dari Allah SWT. Tiada kata – kata yang dapat
menggambarkan kebaikan kalian semua. Semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat dan kemashalatan bagi semua orang.
Jakarta, Juni 2008
Penulis
69
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.....................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah....................................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian........................................................................................5
1.4. Manfaat Penelitian......................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori...........................................................................................6
2.1.1. Pariwisata..........................................................................................7
2.1.2. Ekowisata..........................................................................................8
2.1.3. Obyek dan Daya Tarik Wisata..........................................................9
2.1.4. Kepariwisataan Alam........................................................................9
2.1.5. Taman Wisata....................................................................................12
2.1.6. Pengembangan Wisata Alam15
2.1.7. Manajemen Strategi ..........................................................................17 2.1.7.1 Proses Manajemen Strategi ...................................................17 2.1.7.2. Lingkungan Perusahaan ........................................................18 2.1.7.3. Lingkungan Internal ..............................................................19 2.1.7.4. Lingkungan Eksternal ...........................................................19 2.1.7.5. Perumusan Strategi ...............................................................19 2.1.7.6. Matriks I-E (Internal-Eksternal)............................................20 2.1.7.7. Matriks SWOT
(Strength, Weakness, Oppurtunities, Dan Threats)................20 2.1.7.8. Matrix Quantitave Strategic Planing.....................................20
2.2. Penelitian Terdahulu ..................................................................................21
2.3. Kerangka Pemikiran Konseptual ...............................................................22
BAB III METODE PENELITIAN
70
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .....................................................................25
3.2. Jenis dan Sumber Data ...............................................................................25
3.3. Metode Pengumpulan Data ........................................................................25
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ......................................................26 3.4.1. Analisi Matriks EFE dan Matrik IFE................................................26 3.4.2. Analisis Internal-Eksternal................................................................29 3.4.3. Analisis Matriks SWOT....................................................................30 3.4.4. Matriks Quantitative Strategi Planning (QSPM) ..............................31
3.5. Definisi Operasional...................................................................................33
BAB IV GAMBARAN UMUM TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO
4.1. Sejarah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango...................................35
4.2. Keadaan Umum Kawasan ..........................................................................36 4.2.1. Aksesbilitas ......................................................................................36 4.2.2. Topografi...........................................................................................38 4.2.3. Geologi dan Vulkanologi ..................................................................38
4.2.3.1. Tanah.....................................................................................39 4.2.3.2. Iklim ......................................................................................39 4.2.3.3. Hidrologi ...............................................................................40
4.3. Tipe Ekosistem dan Flora ..........................................................................41
4.4. Potensi Kawasan dan Sarana Pendukung...................................................42
4.4. Visi dan Misi TNGP ..................................................................................45
4.5. Sumber Daya Manusia dan Struktur Organisasi TNGP.............................46
BAB V IDENTIFIKASI FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL
5.1. Identifikasi Faktor Internal.........................................................................52 5.1.1. Sumber Daya Manusia ......................................................................52 5.1.2. Pemasaran .........................................................................................53 5.1.3. Produksi dan Operasi ........................................................................53 5.1.4. Penelitian dan Pengembangan ..........................................................54 5.1.5. Keuangan ..........................................................................................55 5.1.6. Sistem Informasi Manajemen ...........................................................56
5.2. Identifikasi Faktor Eksternal ......................................................................57
5.2.1. Lingkungan Umum ...........................................................................57 5.2.1.1. Politik ....................................................................................57 5.2.1.2. Ekonomi ................................................................................58 5.2.1.3. Sosial Masyarakat .................................................................58 5.2.1.4. Teknologi ..............................................................................59
5.2.2. Lingkungan Industri ..........................................................................59
71
5.2.2.1. Konsumen .............................................................................59 5.2.2.2. Pesaing ..................................................................................60 5.2.2.3. Hambatan Masuk Bagi Pendatang Baru ...............................60 5.2.2.4. Ancaman Produk Substitusi ..................................................61
5.3. Identifikasi Kekuatan Dan Kelemahan Serta Peluang Dan Ancaman Perusahaan ..........................................................................61 5.3.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan ..............................................61 5.3.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman....................................................63
BAB VI PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA
6.1. Tahap Pemasukan ......................................................................................64 6.1.1. Matriks IFE .......................................................................................64 6.1.2. Matriks EFE ......................................................................................66
6.2. Tahap Pemaduan ........................................................................................69 6.2.1. Matriks I-E (Internal-Eksternal) Perusahaan ....................................70 6.2.2. Matriks SWOT..................................................................................71 6.2.3. Tahap Pemilihan strategi...................................................................74
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ................................................................................................77
7.2. Saran...........................................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA. ..............................................................................................81
LAMPIRAN..............................................................................................................83
72
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Tahun 2006 4
2 Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan................ 27
3 Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan………….. 28
4 Matrik EFE dan IFE...................................................................... 29
5 Matrik Quantitave Strategic Planning (QSPM)............................. 32
6 Informasi Pintu Masuk Wisata Ke Kawasan TNGP..................... 37
7 Data Geologi Kawasan TNGP....................................................... 39
8 Data Kondisi Iklim Kawasan TNGP............................................. 40
9 Data Keadaan Hidrologi Kawasan TNGP..................................... 40
10 Jumlah Pengunjung TNGP............................................................ 45
11 Faktor-Faktor Strategis Intenal Perusahaan................................... 62
12 Faktor-Faktor Strategis Eksternal Perusahaan............................... 63
13 Matriks IFE ( Internal Faktor Evaluation ).................................... 65
14 Matriks EFE ( Eksternal Faktor Evaluation )................................ 68
15 Penyusunan Matriks SWOT TNGP............................................... 70
16 Prioritas Strategi Pengembangan Wisata Alam TNGP................. 75
73
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Model Proses Manajemen Strategi…………………………… 17
2 Kerangka Pemikiran Konseptual................................................
23
3 Matrik Internal- Ekstrenal..........................................................
29
4 Matriks SWOT...........................................................................
30
5 Struktur Organisasi Balai TNGP................................................ 48
6 Matriks Internal-Eksternal TNGP..............................................
70
7 Matriks SWOT TNGP………………………………………… 72
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
74
1 Kuisioner Putaran Pertama……………………………………… 83
2 Kuisioner Putaran Kedua………………………………………... 84
3 Kuisoiner Putaran Ketiga............................................................... 90
4 Penilaian Bobot Faktor Strategi Internal....................................... 99
5 Penilaian Bobot Faktor Strategi Eksternal..................................... 104
6 Rataan Rating Faktor Strategi Internal dan Eksternal................... 106
7 Foto Obyek Wisata TNGP............................................................. 108
8 Peta Lokasi TNGP......................................................................... 110
9 Surat Keterangan penelitian .......................................................... 111
75
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pariwisata mempunyai peran penting dan strategis dalam pembangunan
nasional, sektor pariwisata yang juga merupakan industri jasa ini menjadikan
sektor yang dapat diandalkan untuk meningkatkan devisa, hal ini dipertegas dalam
GBHN yang menyatakan bahwa pembangunan kepariwisataan diarahkan pada
peningkatan pariwisata menjadi sektor andalan yang mampu menggalakkan
kegiatan ekonomi, sehingga lapangan kerja, pendapatan masyarakat, pendapatan
daerah dan pendapatan Negara serta penerimaan devisa akan meningkat melalui
upaya pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan
nasional. Pariwisata sebuah kata yang sering kita kenal atau bahkan kita lakukan
bahwa pariwisata adalah sebuah produk (Suyitno, 1999:7), Oleh karenanya
pengembangan pariwisata mutlak harus disusun, direncanakan dengan cermat dan
tepat, baik ditingkat nasional maupun regional, dengan tetap menjaga kepribadian
bangsa dan kelestarian lingkungan hidup.
Pembangunan pariwisata pada intinya adalah menjual daya tarik daerah,
baik berupa keindahan alam dan budaya yang khas. Indonesia memiliki sumber
daya alam yang cukup berlimpah, dengan demikian memiliki potensi pariwisata
yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai obyek wisata lebih lanjut, banyak
daerah di Indonesia tengah giat mengembangkan potensi pariwisatanya salah
satunya Cianjur, provinsi Jawa Barat. Kabupaten yang berperan sebagai pemasok
komoditas beras ke DKI Jakarta ini tengah giat mengembangkan sektor pariwisata
76
terutama di kawasan selatan, selain penghasil beras yang terkenal Cianjur tengah
berupaya uintuk meningkatkan pendapatan daerah dari sektor pariwisata. Maka
Pemerintah Kabupaten/ Kota di seluruh Indonesia memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya dengan penyelenggaraan otonomi
seluas-luasnya, nyata dan bertanggung jawab dalam tatanan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Pada prinsipnya pengembangan wisata alam disamping memberikan
dampak ekonomis tidak boleh menimbulkan gangguan terhadap kondisi alam itu
sendiri seperti pencemaran, kerusakan lingkungan, gangguan terhadap ekosistem
dan atau menghilangkan daya tarik dari kawasan konservasi. Gangguan terhadap
kondisi alam tidak hanya dapat ditimbulkan oleh para wisatawan tetapi juga oleh
masyarakat yang tinggal dan menggantungkan hidupnya di dalam kawasan wisata
alam tersebut. Oleh karena itu pengembangan wisata alam diharapkan mampu
memberikan multiplier efek positif dan peluang meningkatkan kondisi ekonomi
masyarakat dikawasan wisata.
Agrowisata merupakan salah satu usaha bisnis di bidang pertanian dengan
menekankan penjualan jasa kepada konsumen. Bentuk jasa tersebut dapat berupa
keindahan, ketentraman, dan pendidikan. Pengembangan usaha agrowisata
membutuhkan manajemen yang prima, sementara agrowisata salah satu cabang
kegiatan ekowisata yang saat ini menjadi alternatif pilihan bagi wisatawan dalam
berwisata yaitu dengan memanfatkan usaha agro (agribisnis) sebagai obyek wisata
dengan memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan hubungan usaha di
bidang pertanian, sedangkan Ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menaruh
besar terhadap kelestarian sumberdaya pariwisata (Janianton, 2006:37). Diantara
77
sekian banyak obyek wisata yang ada, salah satunya Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango masih merupakan obyek wisata yang paling banyak di kunjungi,
kawasan TNGP memiliki potensi kekayaan flora yang tinggi. Kurang lebih 1.000
jenis flora dengan 57 famili ditemukan dikawasan ini, yang tergolong tumbuhan
berbunga (Spermatophyta) 925 jenis. Tumbuhan paku 250 jenis, lumut 123 jenis
dan jenis ganggang, Spagnum, Jamur dan jenis-jenis Thalophyta lainnya. Pohon
rasamala terbesar dengan diameter batang 150 cm dan tinggi 40 m dapat
ditemukan disekitar jalur pendidikan wilayah Resort Cibodas. Jenis puspa terbesar
dengan diameter 149 cm ditemukan di jalur pendakian Salabintana-Gunung Gede,
dan pohon jamuju terbesar di wilayah Resort Bodogol. Kawasan ini juga memiliki
jenis-jenis unik dan menarik, diantaranya "si pembunuh berdarah dingin" kantung
semar (Nephentes gvmnamphora); saudara si bunga bangkai" ( Rafflesia
rochusseni ), "si bunga sembilan tahun" (Strobilanthus cernua). Kawasan TNGP
kaya dengan jenis anggrek, tercatat 199 jenis anggrek di kawasan ini. Saat ini
telah dilakukan pemetaan sebaran beberapa jenis flora yang ada di kawasan TNGP
(Data Statistik TNGP, 2006:16), selain sebagai sarana konservasi, penelitian
biologi, sarana pendidikan sekaligus sebagai museum lingkungan hidup. Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango menjadi kawasan tujuan wisata yang
mendatangkan penghasilan. Artinya hal ini merupakan sumber pendapatan daerah,
pengunjung Taman Nasional Gunung Gede Pangrango berasal dari daerah
Cianjur, Bogor, Jakarta, sekitar Jawa Barat, Sumatera bahkan hingga Manca
Negara seperti Korea, Jepang, Cina dan Austrlia.. Tujuan wisatawan ke TNGP
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Jumlah dan Jenis Kunjungan Wisatawan ke Balai Taman Nasional Gunung Gede pangrango Tahun 2006.
78
Jumlah Wisatawan NO Jenis Kunjungan
Dalam negeri Luar Negeri 1 Rekreasi 34 363 2 Pendakian 44 7 3 Penelitian 229 0 4 Pendidikan 24 3 5 Berkemah 83 84
Total 414 457 ( Statistik Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, 2006)
Serta letaknya yang strategis pada jalur utama Jakarta - Bandung menjadikan
wisata ini memiliki keunggulan tersendiri dan dapat dijadikan obyek penelitian
produk agribisnis khususnya.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, melihat banyaknya potensi yang dimiliki
TNGP serta wisatawan yang berkunjung baik dari Dalam Negeri dan Luar Negeri,
penelitian ini akan mengangkat tiga pertanyaan yang berkaitan dengan Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango yaitu :
1. Mengetahui kondisi lingkungan internal dan eskternal dalam
mengembangkan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ?
2. Strategi apakah yang menjadi prioritas dalam mengembangkan Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango ?
3. Alternatif strategi yang paling tepat dikembangkan di Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango ?
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk :
79
1. Menganalisis lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango.
2. Mengetahui strategi yang menjadi prioritas dalam mengembangkan
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
3. Menyusun alternatif strategi yang dapat diterapkan Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango.
1.4.Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango di harapkan dapat mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Rujukan bagi pengelola dalam pengembangan Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango.
2. Memberikan masukan kepada pemerintah daerah khususnya Dinas Parawisata
dan Departemen Kehutanan untuk dapat memperbaiki dan menambah fasilitas
sarana dan prasarana agar dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan
ke Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang pada akhirnya dapat
meningkatkan pendapatan Negara dan Daerah setempat.
3. Dapat di jadikan bahan untuk penelitian selanjutnya serta untuk peneliti agar
dapat membandingkan dengan teori dan juga menambah pengetahuan.
80
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pariwisata dan Ekowisata
Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,
termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait
di bidang tersebut, sedangkan kepariwisataan adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan penyelenggaran pariwisata, ( Depar Postel, 1990 ).
Menurut Yoeti (1991:103), Pariwisata berasal dari kata sansekerta, yaitu : -
Pari : berarti banyak, berkali- kali, berputar- putar.
- Wisata : perjalanan, berpergian.
Maka arti pariwisata adalah perjalanan yang di lakukan berkali-kali atau berputar-
putar dari suatu tempat ke tempat lain. Sedangkan definisi wisatawan itu sendiri
adalah orang yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa
menetap di tempat yang di datanginya. Sedangkan menurut pendapat Khodyat
(1996:1), Pariwisata adalah suatu fenomena yang ditimbulkan oleh kegiatan
perjalanan (travel) sebagian salah satu bentuk kegiatan manusia yang digunakan
untuk memenuhi keinginan (rasa ingin tahu) yang bersifat rekreasi dan edukatif.
Hunziker dan Krapt (1989) dalam Khodyat (1996:3), merumuskan bahwa
pariwisata keseluruhan fenomena (gejala) dan hubungan-hubungan yang
ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia diluar tempat tinggalnya,
dengan maksud bukan tinggal menetap (ditempat yang disinggahinya) dan tidak
berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan upah.
81
Menurut Suyitno (1999:8), untuk membedakan dengan kegiatan perjalanan
pada umumnya, wisata mempunyai karakteristik tersendiri, yaitu :
1. Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata
akan kembali ke tempat asalnya.
2. Melibatkan beberapa komponen wisata, misalnya sarana transportasi,
akomodasi, restoran, obyek wisata, toko cindera mata (souvenir shop) dan
lain-lain.
3. Umumnya dilakukan dengan mengunjungi obyek wisata dan atraksi
wisata di daerah atau bahkan negara secara berkesinambungan.
4. Memiliki tujuan tertentu yang intinya untuk mendapatkan kesenangan.
5. Tidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan, bahkan keberadaannya
dapat memberikan kontribusi pendapatan bagi masyrakat atau daerah
yang dikunjungi, karena uang yang dibelanjakan dibawa ke tempat asal.
2.1.2. Ekowisata
Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang mengadopsi prinsip-
prinsip pariwisata, yang membedakannya dengan wisata lain :
a. Menyumbang kegiatan konservasi alam dan budaya.
b. Melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan, pengembangan, dan
pengelolaan wisata serta memberikan sumbangan positif terhadap
kesejahteraan mereka.
c. Dilakukan dalam bentuk wisata independen atau organisasi dalam
bentuk kecil. (Damanik dan Weber 2006:38)
82
Dari beberapa sumber diatas penulis menyimpulkan pada dasarnya kegiatan
pariwisata dan ekowisata, yakni tujuan pokoknya mencari kesenangan atau
pengalaman baru tanpa disertai keinginan bermukim secara permanen dan juga
kegiatan produksi jasa ini tidak mengurangi kelestarian lingkunganya, menaikan
nilai tambah suatu area yang mendatangkan keuntungan materi dan manfaat bagi
beberapa pelaku ekonomi dan bagi wisatawan didapat berupa kesegaran jasmani
dan rohani serta merupakan kegiatan mengisi waktu luang diantara waktu kerja.
2.1.3. Obyek dan Daya Tarik Wisata
Salah satu kegiatan ekowisata terdapat beberapa obyek wisata yang dapat
dinikmati wisatawan dan tempatnya sangat menarik.
Menurut Undang-undang No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab I
Pasal 4, obyek dan tarik wisata terdiri dari :
a. Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang
berwujud keindahan alam serta flora dan fauna.
b. Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro,
wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan
tempat hiburan, (Depar Postel, 1990).
Menurut MacKinnon et al (1990:49), faktor-faktor yang membuat suatu
kawasan menarik bagi pengunjung adalah :
1. Letaknya dekat, cukup dekat atau jauh terhadap bandar udara
internasional atau pusat wisata.
83
2. Perjalanan ke kawasan tersebut mudah dan nyaman, perlu sedikit usaha,
sulit atau berbahaya.
3. Kawasan tersebut memiliki atraksi yang menonjol, misalnya satwa liar
yang menarik atau khas untuk tempat tertentu.
4. Kemudahan untuk melihat atraksi atau satwa di jamin.
5. Memiliki beberapa keistimewaan berbeda.
6. Memiliki tambahan budaya yang sangat menarik.
7. Unik dalam penampilannya.
8. Mempunyai obyek rekreasi pantai, danau, sungai, air terjun, kolam
renang, rekreasi lainnya.
9. Cukup dengan lokasi lain yang menarik wisatawan sehingga dapat
menjadi bagian kegiatan wisatawan.
10. Sekitar kawasan tersebut memiliki pemandangan yang indah.
11. Keadaan makanan dan akomodasi tersedia.
2.1.4. Kepariwisataan Alam
Wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut
yang dilakukan secara sukarela dan bersifat sementara untuk menikmati gejala
keunikan dan keindahan alam taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata
alam. Sedangkan pengusahaan wisata alam didefinisikan sebagai suatu kegiatan
untuk menyelenggarakan usaha sarana pariwisata di zona pemanfaatan taman
nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam berdasarkan rencana
pengelolaannya.
84
Berdasarkan PP No.18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam
di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata
Alam pada Bab I, Pasal I, parawisata alam didefinisikan sebagai segala sesuatu
yang berhubungan dengan wisata alam termasuk pengusahaan obyek dan daya
tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Dalam peraturan
pemerintah tersebut juga terdapat definisi wisata alam dan pengusahaan wisata
alam.
Pada BAB II pasal 3 ayat 3, Menurut PP No. 18 Tahun 1994 tentang
Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman
Hutan Raya dan Taman Wisata Alam jenis-jenis usaha sarana pariwisata alam
yang diperbolehkan adalah :
a. Akomodasi seperti pondok wisata, bumi perkemahan, karavan,
penginapan remaja.
b. Makanan dan minuman.
c. Sarana wisata tirta.
d. Angkutan wisata.
e. Cinderamata.
f. Sarana wisata budaya. (Departemen Kehutanan, 1994)
Menurut Douglass (1982) dalam Nuryani (2000:5), kegiatan wisata alam
yang dapat dilakukan adalah :
1. Berenang (swimming)
Kegiatan wisata ini dapat dilakukan di perairan alam seperti danau dan
pantai serta dapat juga dilakukan di perairan alam seperti danau dan pantai
85
serta dapat juga dilakukan di perairan buatan seperti waduk dan kolam
renang, yang dibuat sebagai tempat wisata.
2. Jalan-jalan sambil melihat obyek wisata (sightseeing) kegiatan seperti ini
biasanya dilakukan dengan menggunakan kendaraan atau berjalan kaki.
Obyek yang dilihat sangat bervariasi sehingga setelah melakukan aktifitas
ini, dapat membandingkan semua obyek yang dilihat.
3. Penjelajahan yang masih alami (tracking)
Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan menggunakan oleh kelompok
wisatawan tertentu dan biasanya mempunyai tujuan ganda, yaitu
berekreasi dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
4. Berkemah (camping)
Berkemah merupakan kegiatan di alam terbuka dengan mempergunakan
tenda dan sejenisnya untuk tempat menginap.
5. Hiking
Kegiatan ini hampir sama dengan penjelajahan, tetapi tujuan yang hendak
dicapai telah ditentukan terlebih dahulu.
Pada umumnya faktor-faktor yang mempengaruhi kepariwisataan alam
adalah :
a. Penduduk
Faktor penduduk ini terdiri dari atas struktur wisatawan (umur, mata
pencaharian dan pendidikan) serta jumlah yang bertempat tinggal kota dan
pedesaan.
b. Dana
86
Faktor dana ini berhubungan dengan besarnya pendapatan penduduk serta
kemampuannya untuk menabung.
c. Waktu
Faktor waktu berkaitan dengan pekerjaan dan mobilitas, jenis pekerjaan
yang berbeda akan mempunyai kesempatan yang berbeda pula.
d. Komunikasi
Faktor ini sangat erat kaitannya dengan media massa (koran,majalah,
leaflet, booklet dan media internet) yang akan memberikan pengaruh
langsung.
e. Pasar
Faktor pasar ini terdiri dari dua aspek, yaitu ketersediaan obyek wisata dan
tingkat aksebilitas.
Pasar merupakan salah satu daya tarik tersendiri, bila pasar tersebut
menyediakan keunikan produk yang ditawarkan sesuai dengan
karekteristik wilayah wisata dan kebutuhan dari ragamannya permintaan
konsumen.
2.1.5. Taman Wisata
Taman wisata merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai
ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No.68 Tahun 1998 tentang
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam Bab III Pasal 33, suatu
kawasan ditetapkan sebagai kawasan taman wisata alam apabila :
87
a. Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala
alam serta geologi yang menarik.
b. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan daya
tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam.
c. Kondisi lingkungannya mendukung upaya pengembangan pariwisata
alam.
Pasal 44 menyatakan bahwa upaya pengawetan taman nasional, taman
hutan raya dan taman wisata alam dilaksanakan dengan ketentuan dilarang
melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi kawasan. Pada
Pasal 46 disebutkan bahwa kegiatan yang mengakibatkan perubahan fungsi
kawasan taman wisata alam tersebut adalah :
a. Berburu menebang pohon, mengangkut kayu dan satwa atau bagian-
bagiannya di dalam dan keluar kawasan serta memusnahkan sumber daya
alam di dalam kawasan.
b. Melakukan kegiatan usaha yang menimbulkan pencemaran kawasan.
c. Melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan rencana pengelola
dan atau rencana pengusahaan yang telah mendapat persetujuan dari
pejabat yang berwenang.
Menurut UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya Bab VI Pasal 29, kawasan pelestarian alam terdiri dari
tiga macam, yaitu taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam. Pada
Pasal 1 dinyatakan bahwa definisi taman wisata adalah kawasan pelestarian alam
yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam, dan pada Pasal
30 dinyatakan bahwa kegiatan yang dapat dilakukan di taman wisata alam adalah
88
kegiatan untuk kepentingan penelitian, ilmu pngetahuan, pendidikan, menunjang
budidaya, budaya dan wisata alam. Kegiatan-kegiatan tersebut harus dilakukan
tanpa mengurangi fungsi pokok kawasan. ( Departemen Kehutanan, 1990)
Menurut Sulthoni (2000:7), secara relatif pengelolaan taman wisata lebih
sederhana apabila dibandingkan dengan taman laut dan taman buru, karena tidak
diperlukannya sarana dan prasarana pelayanan pengunjung yang bersifat khusus
atau persyaratan pengunjung, contohnya peralatan untuk scuba diving atau alat
untuk berburu. Taman wisata dapat berbentuk hutan alam ataupun hutan tanaman,
faktor yang paling penting adalah daya tariknya untuk kebanyakan pengunjung
baik karena panoramanya, kesejukan udara atau keindahan yang lain, keragaman
sarana untuk berbagai kebutuhan olahraga alam seperti hiking, camping, surfing
atau water skiing dan lain-lain. Karena daya tarik alamnya tertenu, maka luas
taman wisata dapat berskala kecil atau sedang.
Tingkat pembukaan wilayah terutama dibagian-bagian wilayah yang tidak
rentan-ekologi dapat diperbesar agar dapat dijangkau oleh pengunjung yang ingin
menikmati keindahan alamnya, untuk bagian wilayah yang akan dikembangkan
untuk olah raga hiking atau mendaki gunung cukup dengan jalan-jalan setapak,
lokasi untuk pelayanan camping perlu ditentukan wilayah yang dekat dengan
sumber air dan tidak peka kebakaran.
2.1.6. Pengembangan Wisata Alam
Pengembangan wisata alam adalah memanfaatkan potensi ekonomis
sumber daya alam yang ada di dalam kawasan wisata alam untuk kepariwisataan,
tanpa meninggalkan prinsip pelestarian sumber daya alam tersebut. Pada
dasarnya, pengembangan kepariwisataan di suatu tempat dimaksudkan untuk
89
dapat meningkatkan keuntungan ekonomi. Namun didalam pengembangan ini
harus diupayakan juga agar tidak menyebabkan terjadinya perubahan sosial dan
kerusakan lingkungan. Mempertahankan kualitas lingkungan pada kepariwisataan
alam mutlak diperlukan sebab daya tarik utamanya justru pada lingkungan ini
(Fendeli,2002:21).
Menurut pendapat Sulthoni (2000:8), taman wisata adalah merupakan
kawasan rekreasi yang terbuka untuk umum tanpa adanya persyaratan yang harus
dipenuhi oleh para pengunjung dan diperuntukan semua umur. Mengingat
peruntukannya yang tidak dibatasi oleh klasifikasi kemampuan dan umur
pengunjung, maka pengembangan fisiknya harus diusahakan untuk menampung
sebanyak-banyaknya kepentingan rekreasi, baik rekreasi yang bersifat olah raga
ataupun yang bersifat santai.
Menurut Fandeli (2002:14), pengembangan kepariwisataan alam sedikit
berbeda dengan kepariwisataan lainnya. Dalam kepariwisataan alam, obyek dan
atraksi yang dijual bertumpu pada alam, sehingga pengembangan kepariwisataan
alam sudah seharusnya selalu memperhatikan aspek-apek berikut :
1. In situ
Obyek dan daya tarik wisata alam yang masih alami hanya dapat dinikmati
oleh wisatawan ditempatnya. Proses alam, kekayaan, keunikan dan prilaku
flora dan fauna serta gejala geologisnya hanya dapat dinikmati sepenuhnya
ditempat kejadiannya. Kepuasan dan pengalaman untuk menikmati, melihat
dan merasakan alam di lokasinya mempunyai nilai dan tingkat kepuasan
yang sempurna.
90
2. Total experinces
Kepuasan wisatawan diperoleh dari evaluasi seluruh perjalanan, di lokasi
obyek dan kembali ke tempat semula merupakan total pengalaman yang
harus dinikmati dan dihargai seluruhnya tanpa mengecewakan. Sehingga
pengembangan wisata alam keberhasilannya sangat ditentukan oleh seluruh
stakeholders yang terkait dan sebaiknya dilaksanakan secara terpadu atau
dilaksanakan oleh satu holding company.
3. Perishable
Atraksi alam tertentu hanya dapat dilihat dan dinikmati pada waktu-waktu
tertentu saja dan tidak dapat terulang lagi atau dapat dinikmati kembali
tetapi dalam jangka waktu yang panjang.
4. Non recoverble
Apabila terjadi kerusakan pada suatu ekosistem alam, maka pemulihannya
akan memakan waktu yang lama. Walaupun terjadi pemulihan atau recovey secara
alami, tetapi tidak mungkin sama dengan bentuk ekosistem sebelumnya.
2.1.7. Manajemen Strategi
Manajeman strategi didefinisikan sebagai sekumpulan keputusan dan
tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan
(implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran
perusahaan, (Pearce dan Robinson dalam Atikah, 1997:20). Sedangkan menurut
Jauch dan Glueck (1988:6), merumuskan manajemen strategi adalah sejumlah
91
keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi atau
sejumlah strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan.
Definisi lain mengartikan manajemen stratregi selalu berorientasi tindakan
pergerakan sepanjang waktu dan kegiatan yang terus berjalan, merespon
perubahan yang terjadi pada lingkungan bisnisnya, ( David, 2004:5 ).
2.1.7.1. Proses Manajemen Strategi
Manajemen strategi ialah perencana strategi menentukan sasaran dan
mengambil keputusan, ( Jauch dan William, 1988:6 ). Manajemen strategi
merupakan sekelompok keputusan dan tindakan yang menentukan kinerja jangka
panjang organisasi. Oleh karenanya, implementasi strategi bertumpu pada alokasi
dan pengorganisasian sumber daya manusia (SDM) yang diwujudkan melalui
penentapan struktur organisasi, mekanisme kepemimpinan yang berjalan beserta
budaya perusahaan. Adapun proses manajemen strategi dapat dipelajari dan
diterapkan dengan menggunakan suatu model.
Umpan Balik
Implementasi Strategi
Evaluasi Strategi
Perumusan Strategi
Pengukuran dan
Penetapan Misi
Pengembangan,Evaluasi dan Penetapan Strategi
Tujuan jangkaPanjang
Alokasi Sumber Daya
Penetapan Kebijakan dan Tujuan tahunan
Analisis Eksternal (O - T)
Analisis Internal (S – W)
92
Gambar 1.Model Proses Manajemen Strategi
Sumber : (David, 2002:14)
Gambar tersebut merupakan rangkaian pengukuran proses manajemen
strategi dengan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan.
2.1.7.2.Lingkungan Perusahaan
Dalam menjalankan aktifitas usahanya, perusahaan akan selalu
berhubungan langsung dengan lingkungannya. Lingkungan perusahaan yang
dihadapi mencakup lingkungan internal dan lingkungan eksternal yang dapat
menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman.
2.1.7.3. Lingkungan Internal
Lingkungan internal menggambarkan suatu kondisi yang berada di
dalam perusahaan. Lingkungan internal terdiri dari aspek sumber daya manusia,
pemasaran, keuangan, manajemen, sistem manajemen informasi, produksi dan
operasi, serta penelitian dan pengembangan yang dapat diidentifikasi menjadi
faktor kekuatan dan kelemahan perusahaan.
2.1.7.4. Lingkungan Eksternal
93
Lingkungan eksternal memberikan kesempatan bagi perencana strategi
untuk mengantisipasi peluang dan membuat rencana untuk melakukan tanggapan
pilihan terhadap peluang ini. Hal ini juga membantu perencana strategi untuk
mengembangkan sistem peringatan dini untuk menghindari ancaman atau
mengembangkan strategi yang dapat mengubah ancaman menjadi keuntungan
perusahaan. (Jauch dan Glueck, 1988:89).
2.1.7.5.Perumusan Strategi
Dalam merumuskan suatu strategi diperlukan input berupa faktor
internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
yang selanjutmya akan dirumuskan menggunakan matriks I-E (Internal-
Eksternal), matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunities dan Threats)
serta QSPM ( Quantitave Strategic Planning Matriks ).
2.1.7.6.Matriks I-E ( Internal – Eksternal )
Matriks I–E merupakan gabungan dari lingkungan internal dan eksternal
yang berisikan sembilan sel lengkap dengan strateginya yang memperlihatkan
kombinasi dari matriks IFE dan EFE matriks I-E juga dapat digunakan untuk
mengetahui posisi perusahaan dengan berdasarkan pada total skor internal dan
eksternal ( Wheelen dalam Rangkuti, 2000 :137 ).
2.1.7.7.Matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunities dan Threats)
Matriks SWOT merupakan salah satu alat pencocokan yang penting
membantu untuk membantu manajer dalam mengembangkan empat tipe strategi
yang akan menghasikan alternatif strategi. Empat strategi tersebut ialah :
94
1. Strategi S-O, strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan
untuk memanfaatkan peluang eksternal.
2. Strategi W-O, bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
menggunakan peluang eksternal.
3. Strategi S-T, strategi ini menggunakan kekuatan internal untuk
menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal.
4. Strategi W-T, merupakan pengurangan kelemahan internal dan
menghindari ancaman eksternal, David (2004:284).
2.1.7.8. Quantitave Strategic Planning Matiks ( QSPM )
QSPM adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk
mengevaluasi alternatif strategi secara obyektif, berdasarkan faktor internal dan
eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Tekhnik ini secara obyektif
mengindikasikan alternatif strategi mana yang terbaik, QSPM merupakan tahap ke
tiga dalam merumuskan strategi yang akan menghasilkan skala prioritas yang
dapat diterapkan sesuai kebutuhan dan kemampuan dari suatu perusahaan, (David
2004 :308).
2.2. Penelitian Terdahulu
Sesuai dengan judul penelitian yang akan bahas tentang strategi
pengembangan wisata alam TNGP, penulis akan mengacu pada penelitian
terdahulu dan mengembangkannya. Widagti (2003), dalam penelitiannya dengan
judul Pengembangan Wisata Alam Di Taman Wisata Alam Plawangan Turgo
Kaliurang –Yogyakarta, menganalisis lingkungan internal dan eksternal dalam
95
mengembangkan Wisata Alam Plawangan Turgo. Faktor internal dan eksternal
perusahaan tersebut dianalisis dengan menggunakan matriks SWOT yang
mengahasilkan beberapa alternatif strategi. Strategi utama menunjukan strategi S-
O menjadi pilihan yang dapat dikembangkan lebih lanjut dalam pengembangan
strategi utama perusahaan, dan diikuti dengan jenis strategi lainnya yaitu, strategi
W-O, W-T dan S-T. Strategi utama yang dijalankan adalah dengan
mengoptimalkan keunggulan dan pengelolaan wisata alam untuk mengundang
selera konsumen ( back to nature) yang berbasis lingkungan, melalui penonjolan
ciri khas obyek wisata, peningkatan sarana pengunjung, peningkatan nilai tambah
dengan pemandangan alam yang alami dan rekreasi alam lainnya, menambah
keindahan dan kenyamanan lingkungan yang lebih baik.
Sedangkan Rahayu (2004), dengan judul Analisis Strategi Pengembangan
Wisata Agro Taman Buah Mekarsari Bogor. Faktor strategi internal dan eksternal
dalam matriks IFE dan EFE, dari kombinasi matriks EFE dan IFE dalam matriks
IE memposisikan Taman Buah Mekarsari pada sel V pertahankan dan pelihara
(hold and mainten). Dengan posisi tersebut perusahaan dapat menerapkan strategi
penetrasi pasar dan pengembangan produk. Strategi penetrasi pasar dapat
dikembangkan mulai dari jangka pendek berupa meningkatkan promosi melalui
media elektronik, pemasangan billboard di tempat yang strategis. Kemudian
bekerjasama dengan biro-biro perjalanan yang sudah terjalin sebelumnya, dan
melakukan perkembangan strategi jangka panjang terutama dari segi sumber daya
manusia dengan mengadakan training leadership. Untuk strategi pengembangan
produk perusahaan dapat melakukan perbaikan sarana dan prasarana yang rusak
untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung.
96
2.3. Kerangka Pemikiran Konseptual
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui strategi pengembangan yang
tepat bagi perusahaan dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada. Sebelum
merumuskan strategi bagi Wisata Alam Taman Nasional Gunung Gede-
Pangrango, perlu diketahui terlebih dahulu visi dan misi perusahaan. Setelah
mengetahui perumusan visi dan misinya, maka akan dilakukan analisa terhadap
lingkungan internal dan eksternal yang telah diidentifikasi menjadi faktor-faktor
peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan. Umumnya analisa lingkungan
eksternal mencakup bidang politik, ekonomi, sosial, tekhnologi. Sedangkan
analisa lingkungan internal mencakup manajemen yang telah dijalankan,
sumberdaya manusia, keuangan, produksi, penelitian dan pengembangan dan
sistem informasi manajemen. Faktor-faktor strategis dari lingkungan eksternal dan
internal dianalisis dan diringkas dalam matriks EFE dan IFE. Beberapa alternatif
strategi matriks EFE dan IFE dianalisis dengan menggunakan matriks SWOT.
QSPM digunakan dalam mendapatkan prioritas strategi yang selanjutnya dapat
diusulkan penulis untuk diterapkan perusahaan dalam mengembangkan usahanya.
Alur kerangka pemikiran konseptual ini dapat dilihat pada Gambar 2. Dalam alur
pikir tersebut, penulis akan mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman perusahaan dalam mengembangkan perusahaan. Setelah
teridentifikasi akan dirumumuskan alternatif strategi dengan QSPM, penyusun
strategi untuk mengevaluasi alternatif strategi secara obyektif berdasarkan faktor
internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya.
97
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Konseptual
BAB III METODE PENELITIAN
Visi dan Misi Wisata Alam Taman Nasional Gn. Gede-Pangrango
Analisis Faktor Eksternal dan Internal
Perusahaan
Faktor Eksternal Lingkungan umum :
( Analisis PEST ) Politik
Ekonomi Sosial
Teknologi Lingkungan Industri :
Konsumen Pesaing
Hambatan masuk pendatang baru Ancaman produk subsitusi
Faktor Internal ( Analisis Fungsional )
Manajemen Sumber Daya Manusia
Keuangan Pemasaran
Produksi dan Operasi Penelitian dan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen
Eksternal Faktor Evaluation Matriks
(EFE Matriks )
Matriks I-E Matriks SWOT
Prioritas Strategi Pengembangan ( QSPM )
Internal Faktor Evaluation Matriks
(IFE Matriks )
98
3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di taman wisata alam Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango ( TNGP ), Resort Cibodas - Jawa Barat pada bulan April sampai
akhir bulan Juni 2007.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data kuantitatif dan
kualitatif, baik berupa data primer maupun sekunder yang diperoleh dari sumber
internal maupun eksternal perusahaan.
Data sekunder yang dihimpun, yaitu :
a) Dokumen perusahaan yang berkaitan dengan penelitian.
b) Rencana-rencana pengembangan, kebijakan-kebijakan yang berlaku dalam
pengelolaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terutama yang
berkaitan dengan pariwisata alam, kegiatan-kegiatan wisata alam yang
dilaksanakan, permasalahan yang dihadapi dan solusi yang diupayakan.
Data primer didapat dari hasil pengisian kuisioner dan wawancara langsung
dengan pihak manajemen Taman Nasional sesuai dengan data yang dibutuhkan.
3.3.Metode Pengumpulan Data
Data primer didapat dari hasil pengisian kuisioner dan wawancara langsung
dengan pihak Balai Taman Nasional gunung Gede Pangrango. Data sekunder
diperoleh dari laporan perusahaan, laporan penelitian terdahulu, literatur yang
relavan dengan masalah penelitian. Sedangkan data tersier diperoleh dari situs
internet.
3.4.Metode Pengolahan dan Analisis Data
99
Metode yang dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif, analisis kualitatif
digunakan untuk mengembangkan alternatif strategi dalam pengembangan wisata
alam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Dalam menentukan suatu
alternatif strategi, perlu adanya perumusan strategi yang dilakukan melalui tiga
tahap : pada tahap pertama, menggunakan analisis matriks Eksternal Factor
Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE). Tahap kedua, dengan
menggunkan matriks I-E (Internal-Eksternal) dan Strenght, Weakness,
Opportunities, Threats (SWOT). Dan tahap ketiga, menentukan prioritas startegi
dengan menggunakan matriks Quantitative Strategic Planning Matrix ( QSPM ).
3.4.1.Analisis Matriks EFE dan Matriks IFE
Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) dan Internal Faktor Evaluation
(IFE) merupakan alat dalam merumuskan suatu strategi. Matriks EFE dapat
membantu mengambil keputusan dalam meringkas dan mengevaluasi informasi
politik, ekonomi, sosisal, budaya, demografi, lingkungan dan teknologi (PEST).
Juga informasi tentang konsumen, pesaing, hambatan masuk bagi pendatang baru
dan ancaman produk substitusi. Sedangkan matriks IFE meringkas dan
mengevaluasi kekuatan dan kelemahan dalam berbagai bidang fungsional dari
suatu usaha yang terdiri dari fungsi manajemen, keuangan, produksi, dan operasi,
sumber daya manusia, pemasaran dan sistem informasi manajemen.
Dalam membuat matriks EFE dan IFE terdapat lima langkah ( David,
2002:131)
1. Membuat faktor-faktor penting dari lingkungan eksternal yang menjadi
peluang dan ancaman bagi perusahaan.
100
2. Penentuan bobot variabel untuk semua faktor ditentuikan mulai dari 0,0
untuk yang sangat tidak penting sampai 1,0 untuk faktor yang sangat penting.
Bobot ini menyatakan seberapa penting dari setiap faktor tersebut dalam industri
dimana wisata alam tersebut berada. Dan perlu diperhatikn bahwa total seluruh
bobot tersebut sama dengan 1,0. Penentuan bobot dalam matriks EFE dilakukan
dengan jalan mengajukan faktor strategis eksternal tersebut kepada pihak
manajemen atau pakar dengan menggunakan metode “Paired Comparison”
( Kinnear dalam Roganda 2003:38 ).
Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot
setiap faktor penentu internal. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan
skala 1,2 dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah :
1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.
2= jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal.
3= jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
Tabel 2. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan( EFE )
Faktor Strategis Eksternal A B C D … Total A B C D
…. Total
Tabel 3. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan( IFE )
Faktor Strategis Internal A B C D … Total A B C D
…. Total
101
Sumber : Kinnear dalam Roganda ( 2003 : 39 )
Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel
terhadap jumlah keeluruhan variabel dengan menggunakan rumus :
3. Masing-masing faktor diberikan peringkat mulai dari 1 sampai 4. peringkat
ini menggambarkan seberapa besar efektifitas strategi yang merespon dari
berbagai faktor internal dan eskternal. Dengan penilaian 4= jawaban superior, 3=
jawaban diatas rata-rata, 2= jawaban rata-rata, 1= jawaban dibawah standar.
4. Pada langkah ini, kalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk
menentukan nilai yang dibobot.
5. Jumlahkan nilai yang dibobot setiap variabel untuk mengetahui total nilai.
Tabel 4. Matrik EFE dan IFE
Faktor Eksternal Bobot Peringkat Total Peluang
1. 2...dst
Ancaman 1. 2...dst
Faktor Internal Kekuatan
nXiai =
∑ Xi
1=i
keterangan :
ai= Bobot variabel ke-1 Xi = total nilai variabel i = A,B.C,D,….n n = jumlah variabel
102
1. 2...dst
Kelemahan 1. 2...dst Jumlah
3.4.2. Analisis Matriks Internal – Eksternal ( Matriks I-E )
Matriks I-E merupakan perpaduan faktor strategis antara IFE dan EFE.
Matriks I-E dianalisis guna mengetahui posisi perusahaan saat ini dan
merumuskan suatu strategi yang dapat diterapkan oleh perusahaan. Matriks I-E ini
dapat di gambarkan sebagai berikut : Total Skor Bobot IFE
Kuat Sedang Lemah 4,0 3,0 2,0 1,0
I
Pertumbuhan
II
Pertumbuhan
III
Penyusutan
IV
Stabilitas
V
PertumbuhanStabilitas
VI
Penyusutan
VII
Pertumbuhan
VIII
Pertumbuhan
IX
Likuidasi
Gambar 3. Matriks Internal – Eksternal (I-E) Sumber : Rangkuti (2000 :151)
Matriks Internal dan Eksternal (I-E) dapat dibagi tiga bagian utama yang
mempunyai implikasi strategi yang berbeda. Tiga bagian utama tersebut adalah
Pertama, meliputi bagian sel I, II dan IV termasuk dalam bagian tumbuh dan bina.
Strategi yang sesuai dengan bagian ini adalah strategi intensif, misalnya penetrasi
pasar, pengembangan produk dan strategi integrasi misalnya integrasi horizontal
dan integrasi vertikal. Kedua, meliputi bagian sel III, V dan VIII strategi yang
3.0
2.0
1.0
Tinggi
Menengah
Rendah
Total Skor Faktor EFE
103
terbaik dapat dikelola dan dipertahankan. Penetrasi pasar dan pengembangan
produk merupakan dua strategi yang terbanyak dilakukan untuk tipe divisi ini.
Ketiga, meliputi bagian sel VI, VII dan IX adalah bagian panen atau divestasi
(harvest and divest ), ( David, 2002 : 196 ).
3.4.3.Analisis Matriks SWOT
Matriks SWOT merupakan alat pencocokan yang penting guna membantu
pengambil keputusan dalam mengembangkan suatu perusahaan dan terdapat
empat tipe strategi : Strategi SO, Strategi WO, Strategi ST dan Strategi WT. Data
dan informasi yang digunakan oleh masing-masing strategi ini diperoleh dari
matriks IFE dan EFE. Matriks SWOT dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Faktor Internal Faktor Eksternal
KEKUATAN – S
Daftar kekuatan
KELEMAHAN – W
Daftar kelemahan
PELUANG – O
Daftar Peluang
STARTEGI SO Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
STRATEGI WO Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang
ANCAMAN –T
Daftar Ancaman
STRATEGI – ST Gunakan kekuatan untuk
menghindari ancaman
STRATEGI WT Meminimilisasikan
kelemahan dan menghindari ancaman
Gambar 4. Matriks SWOT (Rankuti, 2000 : 186 )
1. Membuat daftar kekuatan internal wisata alam TNGP.
2. Membuat daftar kelemahan internal wisata alam TNGP.
3. Membuat daftar peluang eksternal wisata alam TNGP.
4. Membuat daftar ancaman eksternal wisata alam TNGP.
5. Mencocokan kekuatan internal dengan peluang ekternal dan mencatat hasilnya
dalam strategi SO.
104
6. Mencocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat
hasilnya dalam strategi WO.
7. mencocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat
hasilnya dalam strategi ST.
8. Mencocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat
hasilnya dalam strategi WT.
Analisis SWOT adalah cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara
sistematis dalam merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan Peluang (opportunities), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weekness) dan ancaman
(threats)
3.4.4.Matriks Quantitave Strategic Planning ( QSPM )
Matriks QSPM merupakan alat untuk mengevaluasi strategi berdasarkan
alternatif secara obyektif yang didapat dari ananlisis SWOT berdasarkan pada
faktor – faktor lingkungan internal dan eksternal yang dikenali sebelumnya.
Matriks QSPM dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 5. Matriks QSPM
Alternatif – Alternatif Strategi Faktor kunci strategi
Bobot AS Strategi 1
TAS Strategi 1
AS Strategi 2
TAS Strategi 2
Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman Jumlah TAS Sumber : ( David, 2002 : 200 )
Tahapan untuk mengembangkan QSPM adalah :
105
1. Mendata peluang / ancaman kunci eksternal dan kekuatan / kelemahan internal
perusahaan dalam kolom kiri dari QSPM. Informasi ini harus diambil langsung
dari matriks EFE dan IFE.
2. Memberikan bobot untuk setiap faktor eksternal dan internal, bobot ini identik
dengan yang dipakai dalam matriks EFE dan IFE.
3. Mencocokan 2 tahap ( pencocokan ) matriks dan mengidentifikasi strategi
alternatif yang harus dipertimbangkan perusahaan untuk diimplementasikan.
4. Menetapkan nilai daya tarik (AS / Attractivennes scor ), tentukan nilai numerik
yamg menunjukan daya tarik relatif dari setiap strategi dalam alternatif sel
tertentu. Nilai daya tarik ditentukan dengan memeriksa setiap faktor eksternal dan
internal satu per satu. Bila faktor tersebut mempengaruhi strategi pilihan yang
akan dibuat maka strategi harus dibandingkan relatif terhadap faktor kunci. Nilai
daya tarik harus ditentukan pada setiap strategi untuk menunjukan daya tarik
relatif dari satu strategi atas strategi yang lain. Nilai daya tarik itu adalah :
1 = tidak menarik,
2 = sedikit menarik,
3 = cukup menarik dan
4 = sangat menarik.
5. Menghitung total nilai daya tarik ( Total Attractiveness Score / TAS ). Total
nilai daya tarik ditetapkan sebagai hasil perkalian bobot dengan nilai daya tarik
dalam setiap baris. Total nilai daya tarik menunjukan daya tarik relatif dari setiap
strategi alternatif, semakin tinggi TAS semakin menarik alternatif strategi itu.
106
6. Menghitung jumlah total nilai daya tarik, menjumlahkan total nilai daya tarik
dalam setiap kolom strategi QSPM. Jumlah total nilai daya tarik mengungkapkan
strategi mana yang paling menarik dalam set strategi
3.5.Definisi Operasional
1. Wisata Alam adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan secara sukarela dan
bersifat sementara untuk menikmati fenomena alam dan keindahan alam taman
nasional, taman hutan raya. Dan melakukan penjelajahan yang masih alami
dengan berkemah di alam terbuka.
2. Pengembangan Wisata Alam, pada dasarnya untuk meningkatkan keuntungan
ekonomi. Namun didalam pengembangan ini harus diupayakan tidak terjadinya
perubahan sosial dan kerusakan lingkungan, dengan mengedepankan kualitas
lingkungan sebab daya tarik dari pariwisata ini utamanya dari masih alaminya
hutan dan lingkungannya.
3. Manajemen strategi merupakan rencana yang disatukan, menyeluruh dan
terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan
lingkungan yang dirancang untuk tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui
pelaksanaan yang tepat.
4. Perumusan manajemen strategi dimana para perencana menentukan sasaran
dan mengambil keputusan dengan tepat. Dengan mengevaluasi faktor internal -
eksternal (I-E) perusahaan dan mempunyai alternatif strategi dan
mengindikasikannya dalam skala prioritas strategi.
107
BAB IV GAMBARAN UMUM TAMAN NASIONAL
GUNUNG GEDE PANGRANGO
4.1. Sejarah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) sebagai kawasan
pelestarian memiliki tugas dan fungsi utama didalam melindungi sistem
penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman hayati dan menyediakan
sumber daya alam hayati untuk pemanfaaatan secara berkelanjutan. Kawasan ini
memiliki sumber daya hutan yang relatif masih terjaga dengan baik serta menjadi
harapan dan benteng terakhir keberadaan hutan di Jawa Barat. TNGP memiliki
luas kawasan 15.196 ha sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor 174/Kpts-II/ 2003, TNGP diperluas 21.975 ha. Berdasarkan Sk tersebut
dapat diketahui sebagai berikut:
• Luas : 975.21± Ha
• Panjang Batas Luar : 198.375± Meter
• Jumlah Pal Batas : 278.7± Buah
Wilayah kerja TNGP secara administratif berada di 3 kabupaten yaitu,
kabupaten Sukabumi (9.356,10 ha), Bogor (7.155,00 ha) dan Cianjur (5.463,90
ha). Dalam pengelolaannya kawasan TNGP dibagi kedalam 3 seksi konservasi
wilayah (SKW), SKW I Sukabumi, SKW II Bogor dan SKW III Cianjur serta di
bagi kedalam 13 resort pemangkuan taman nasional. Panjang batas luar telah
diorientasi dalam 2 tahun anggaran 2004 dan 2005 oleh BPKH Wilayah XII
Yogyakarta.
108
4.2. Keadaan Umum Kawasan
Secara geogarafis TNGP terletak antara 106º 51' -107º 02' BT dan 60º 41'-6º
51' LS dan secara administratif pemerintahan, wilayah TNGP mencakup 3 (tiga)
kabupaten, yaitu:
1. Sebelah Utara : Wilayah Kabupaten Cianjur dan Bogor.
2. Sebelah Barat : Wilayah Kabupaten Sukabumi dan Bogor.
3. Sebelah Selatan : Wilayah Kabupaten Sukabumi.
4. Sebelah Timur : Wilayah Kabupaten Cianjur.
4.2.1. Aksesibilitas
Pengelolaan kawasan TNGP dibagi dalam 13 resort yang merupakan unit
pengelolaan terkecil. Dari 13 resort tersebut secara administratif terbagi menjadi 4
di wilayah kabupaten Cianjur, 5 resort di wilayah kabupaten Sukabumi dan 4
resort di wilayah kabupaten Bogor. Dari 13 Resort di TNGP, hanya 6 resort yang
merupakan pintu masuk wisata, yaitu Resort Cibodas dan resort Gunung Putri
(Kabupaten Cianjur), Resort Salabintana dan resort Situgunung (Kabupaten
Sukabumi), Resort Bodogol dan Resort Cisarua ( Kabupaten Bogor). Berikut
keterangan untuk tiap pintu masuk seperti pada Tabel 6 berikut.
109
Tabel 6. Informasi Pintu Masuk Wisata ke Kawasan TNGP.
Pintu Masuk/ Resort
Jalur Jarak (Km)
Waktu (Jam)
Obyek Wisata
Cibodas Jakarta-Ciawi/ Bogor-Puncak-Cibodas
103 2,5 -Telaga Biru -Air Terjun Cibeurem
Bandung-Cianjur-Cipanas-Cibodas
90 3 -Pendakian ke Puncak Gn.Gede dan Puncak Gn. pangrango
Gunung Putri Jakarta-Ciawi/ Bogor-Puncak-Cipanas-Gn.Putri
115 2,5 -Bumi Perkemahan Bobojong -Pendakian ke Puncak Gn. Gede dan puncak Gn.Pangrango
Bandung-Cianjur-Cipanas-Gn.Putri
93 3,5
Salabintana Jakarta-Ciawi/Bogor-Sukabumi-Salabintana
156 3,5 - Bumi Perkemahan Pondok Halimun - Air terjun Cibeurem
Bandung-Cianjur- Sukabumi-Salabintana
92 3,5
Situgunung Jakarta-Ciawi/Bogor-Cisaat-Situgunung
135 3,5 - Telaga Situgunung - Curug Sawer
Bandung-cianjur-Sukabumi-Cisaat-Situgunung
161 4
Bodogol Jakarta-Ciawi/Bogor- Cicurug-Bodogol
61 2 -Pusat Pendidikan Konservasi alam Bodogol -Air terjun Cipadaranten dan Air terjun Cisareun
Bandung-Cianjur-Ciawi/Bogor-Cicurug-Bodigol
125 4,5
Cisarua Jakarta-Ciawi/Bogor- Cisarua
57 2 -Bumi Perkemahan Barubolang - Air terjun Beret
Bandung-Cianjur-Puncak-Cisarua
91 3,5
Sumber: Statistik Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 2006.
110
4.2.2. Topografi
Kawasan TNGP merupakan rangkaian gunung berapi, terutama Gunung
Gede (2.958 m dpl) dan Gunung Pangrango (3.019 m dpl). Topografinya
bervariasi mulai dari landai hingga bergunung, dengan kisaran ketinggian antara
700 m dan 3000 m dpl. Jurang dengan kedalaman sekitar 70 m banyak dijumpai
di kedua kawasan tersebut. Sebagian besar kawasan TNGP merupakan dataran
tinggi tanah kering dan sebagian kecil lagi merupakan daerah rawa, terutama di
daerah sekitar Cibeurem yaitu Rawa Gayonggong.
Pada bagian selatan kawasan yaitu daerah Situgunung, memiliki kondisi
lapangan yang berat karena terdapatnya bukit-bukit ( Bukit Masigit) dengan
kelerengan 20-80%. Kawasan Gunung Gede yang terletak dibagian Timur
dihubunhkan Gunung Pangrango oleh punggung yang berbentuk tapal kuda,
sepanjang 500.2± meter dengan sisi-sisinya yang membentuk lereng-lereng
curam berlembah menuju dataran Bogor, Cianjur dan Sukabumi.
4.2.3. Geologi dan Vulkanologi
Gunung Gede dan Gunung Pangrango merupakan bagian rangkaian gunung
berapi yang membujur dari Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara, terbentuk sebagai
akibat pergerakan lapisan kulit bumi secara terus menerus selama periode kuarter,
sekitar 3 juta tahun lalu, dan dalam skala waktu geologi kedua gunung termasuk
kedalam golongan gunung muda. Data geologi kawasn TNGP tercantum pada
Tabel 7 berikut.
111
Tabel 7. Data Geologi Kawasan TNGP
No. Batuan Vulkanik Formasi Keterangan Posisi 1. Gunung Pangrango Qvpo Endapan tua, lahar dan
lava, andesit dengan oligloklas-andesin, labradorit, olivin, piroksin dan horenblenda
Utara Barat Laut Barat Daya
Qvpy Endapan muda, lahar dan bersusun andesit
Barat
2 Gunung Gede Qvpy Breksi tufan dan lahar andesit dengan oligoklas- andesit,( tekstur seperti trakhit)
Qvpy Aliran lava termuda P. Gede ke Utara 2,15 Km
Qvpy Aliran lava berusun andesit basal
Sumber : Statistik Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 2006
4.2.3.1. Tanah
Merujuk Peta Tanah Provinsi Jawa Barat Skala 1:250.000 (Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat,1966). Jenis tanah yang mendominasi kawasan TNGP
adalah latosol coklat, asosiasi andosol, coklat dan regosol, kompleks regosol
kelabu dan litosol, abu pasir, tuf dan batuan vulkan intermedier sampai dengan
basis.
4.2.3.2. Iklim
Berdasarkan klasifikasi iklim Scmid-Ferguson, TNGP termasuk kedalam
tipe iklim A dengan curah hujan yang tinggi. Oleh karena itu TNGP merupakan
salah satu daerah terbasah di Pulau Jawa. Berikut data kondisi iklim kawasan
TNGP sebagaimana pada Tabel 8 berikut.
112
Tabel 8. Data Kondisi Iklim Kawasan TNGP.
Iklim (Klasifikasi Schmidt –ferguson)
Tipe A Nilai Q = 5 - 9 %
Curah hujan Tinggi Rata-rata 3000-4000 mm
Suhu 10ºC ( Siang Hari) dan 5ºC (Malam Hari)
Kelembaban Udara 80-90 % Kelembaban tinggi menyebabkan terbentuk tanah yang khas "peaty soail"
Angin Muson Bulan Desember-Maret (penghujan); angin bertiup dari Barat Daya dengan kecepatan tinggi. Musim kemarau, angin bertiup dari arah Timur Laut dengan kecepatan rendah
Sumber : Statistik Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 2006.
4.2.3.3. Hidrologi
Kawasan TNGP merupakan hulu dari DAS (Daerah Aliran Sungai) Citarum
dan DAS Citanduy (Bogor). Data keadaan hidrologi kawasan TNGP pada Tabel 8.
berikut.
Tabel 9. Data Keadaan Hidrologi Kawasan TNGP
Peta Hidrologi Skala 1:250.000 (Direktorat Geologi Tata lingkungan, 1986).
Sebagian besar Akuifer daerah tanah langka Sebagian kecil akuifer produktif sedang Debit air tanah kurang dari 5 liter per detik
Daerah produktif kandungan sumber air tanah
Kaki Gunung Gede, Cibadak-Sukabumi, mutu memenuhi persyaratan air minum disamping untu irigasi
Akuifer terpenting Bahan lepas hasil produk gunung berapi seperti lahar dan lava vesikuler
Hidrologi 58 sungai dan anak sungai: Bogor: 17 sungai dan anak sungai (Cisadane, Cisarua, Cimande, Cibogo dan Ciliwung Cianjur: 20 sungai dan anak sungai (Cikundul, Cimacan, Cibodas, Ciguntur, Cisarua dan Cibeleng) Sukabumi: 23 sungai dan anak sungai antara lain (Cibeurem, Cipada, Cisagaranteun, Cimahi, Cigunung dan Cipanyairan
Kulitas air Baik, sumber air utama bagi kota-kota sekitarnya Sumber: Statistik Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 2006.
113
4.3. Tipe Ekosistem dan Flora
Secara umum tipe ekosistem kawasan TNGP dibedakan menurut
ketinggiannya yaitu, ekosistem Sub Montana ( 500.1≤ mdpl), Ekosistem Montana
(1.500-2.400 mdpl) dan Ekosistem Sub Alpin (>2.400 mdpl ). Ekosistem hutan
Sub Montana dan Montana memiliki keaneka ragaman hayati vegetasi yang tinggi
dengan pohon-pohon besar, tinggi dan memiliki 3 strata tajuk. Strata paling tinggi
( 30-40 m) didominasi oleh jenis litsea spp. Pada ekosistem Sub Alpin,
keanekaragaman vegetasinya lebih rendah dibandingkan kedua tipe ekosistem
lain. Vegetasi tipe ekosistem Sub Alpin memiliki strata tajuk sederhana dan yang
pendek disusun oleh jenis-jenis pohon kecil (kerdil), dengan tumbuhan bawah
yang tidak terlalu rapat. Tinggi pohon tidak lebih dari 10 m, hanya memiliki satu
lapisan kanopi yang berkisar antara 4 dan 10 m. Pepohonan di hutan ini
berdiameter kecil dan pada batangnya diselimuti lumut Usnea yang tebal.
Keaneka ragaman jenis jauh lebih rendah dibanding dengan tipe hutan lain. Selain
3 (tiga) tipe ekosistem utama tersebut ditemukan beberapa tipe ekosistem khas
lainnya yang tidak dipengaruhi oleh ketinggian tempat, ekosistem tersebut adalah
ekosistem rawa, ekosistem kawah, ekosistem alun-alun, ekosistem danau dan
ekosistem hutan tanaman.
Kawasan TNGP memiliki potensi kekayaan flora yang tinggi. Kurang lebih
1.000 jenis flora dengan 57 famili ditemukan dikawasan ini, yang tergolong
tumbuhan berbunga (Spermatophyta) 925 jenis. Tumbuhan paku 250 jenis, lumut
123 jenis dan jenis ganggang, Spagnum, Jamur dan jenis-jenis Thalophyta
lainnya. Pohon rasamala terbesar dengan diameter batang 150 cm dan tinggi 40 m
114
dapat ditemukan disekitar jalur pendidikan wilayah Resort Cibodas. Jenis puspa
terbesar dengan diameter 149 cm ditemukan di jalur pendakian Salabintana-
Gunung Gede, dan pohon jamuju terbesar di wilayah Resort Bodogol. Kawasan
ini juga memiliki jenis-jenis unik dan menarik, diantaranya "si pembunuh
berdarah dingin" kantung semar (Nephentes gvmnamphora); saudara si bunga
bangkai" ( Rafflesia rochusseni ), "si bunga sembilan tahun" (Strobilanthus
cernua). Kawasan TNGP kaya dengan jenis anggrek, tercatat 199 jenis anggrek di
kawasan ini. Saat ini telah dilakukan pemetaan sebaran beberapa jenis flora yang
ada di kawasan Taman Naional Gunung Gede Pangrango ( TNGP).
4.4. Potensi Kawasan dan Sarana Pendukung
Sebagai kawasan konservasi yang memiliki peran penting dalam
mewujudkan pelestarian jenis satwa, tumbuhan dan ekosistem yang bermanfaat
bagi masyarakat, TNGP mengembangkan program-program yang menunjang
fungsi dan tujuan konservasi diantaranya yaitu pengembangan wisata dan rekreasi
alam; pengamanan kawasan; rehabilitasi lahan garapan; pengembangan daerah
penyangga; pemetaan; pengembangan database dan informasi; penelitian keaneka
ragaman hayati; dan analisis jenis tumbuhan meliputi ekosistem dan habitatnya.
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) memiliki pesona dan rahasia
alam yang menarik minat setiap orang untuk datang dan melihat dikarenakan
sumber daya alam yang khas dan unik baik itu berupa tumbuhan, satwa, ekosistem
dan gejala alamnya yang masih utuh dan asli. Letak kawasan yang strategis berada
didaerah puncak yang mudah dicapai dan dikelilingi oleh kota besar seperti
115
Jakarta, Bandung, Bogor dan sebagainya menyebabkan kawasan ini manjadi salah
satu tujuan wisata.
Di kawasan ini juga dapat dijumpai sekitar 260 jenis burung, 58 jenis
dilindungi oleh undang-undang, 21 jenis diantaranya endemik Jawa-Bali,
termasuk Elang Jawa (Spizaetus bartesil). Jenis mamalia yang tercatat hidup
sebanyak 108 jenis, sekitar 15 jenis sudah langka dan dilindungi undang-undang,
3 jenis dari mamalia yang hidup di kawasan ini merupakan endemik di wilayah
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Beberapa jenis satwa langka tersebut
diantaranya macan tutul (Panthera pardu), kijang Muntiacus muntjak), owa
(Hylobates moloc), ajag (Cuon alpinu)), landak (Hystrik javanica), trenggiling
(Manis javanica) dan sigung (Mydaus javansis). Kawasan hutan yang juga
dikenal masyarakat sebagai tempat tumbuh flora hutan hujan tropis pegunungan
yang kaya akan 900 jenis tumbuhan bunga (Spermatophytae), dimana 8 jenis
diantaranya sudah langka dan dilindungi undang-undang dan 3 jenis diantaranya
merupakan jenis endemik Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Di kawasn
ini hidup sekitar 400 jenis tumbuhan paku (Pteridophytae), lebih dari 114 jenis
lumut (Bryophytae) dan diperkaya oleh berbagai jenis tumbuhan jamur dan
tumbuhan thalus. Salah satu jenis thalus yang endemik di Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango adalah Sphagnum gedeanum.
Disamping memiliki keragaman jenis tumbuhan dan satwa yang tinggi,
didalam dan sekitar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terdapat berbagai
keindahan dan fenomena alam antara lain landscape, air terjun, goa, kawah,
danau, puncak gunung, padang rumput dan sebagainya. Kekayaan dan suasana
116
alam yang nyaman merupakan aset penting dalam upaya pengembangan
ekoturism (pariwisata alam) di kawasan ini. Di dalam kawasan ini diketahui
terdapat 20 jenis air terjun, beberapa diantaranya sudah dikenal luas dan
dikembangkan untuk obyek wisata seperti air terjun Cibeurem Cibodas, air terjun
Cibeurem Salabintana, air terjun Curug sawer Situgunung, air terjun
Cipadaranteun Bodogol.
Obyek unik lainnya yang terdapat didalam kawasan ini adalah danau dan
rawa pegunungan dengan lokasi antara lain Danau Situgunung di Sukabumi,
Telaga Biru di Cibodas, Rawa Gayonggong dan Rawa Denok di Cibodas, dengan
sumber air panas yang dijumpai dikawasan ini berlokasi di blok air panas (jalur
pendakian pintu Cibodas) dan Rawa Denok. Puncak gunung merupakan obyek
yang banyak diminati para pengunjung, puncak gunung yang telah dikembangkan
adalah puncak Gede dan puncak Pangrango. Dari puncak Gede banyak obyek
yang dinikmati dan dikunjungi antara lain kawah Gede, alun-alun Surya Kencana
(padang rumput seluas 51 ha) yang banyak ditumbuhi bunga edelwies dan alun-
alun Mandalawangi seluas 5 ha. Selain itu masih banyak terdapat obyek yang
menarik seperti goa, salah satunya goa di lereng Gunung Gumuruh yang banyak
dinikmati pengunjung. Goa Ciheulang disekitar air terjun resort Cimungkad yang
dihuni oleh burung walet serta goa lalay yang dihuni oleh kalelawar berlokasi di
Cibodas.
Dalam menunjang pelasanaan kerjanya Balai TNGP telah memiliki sarana
dan prasarana pendukung untuk kepentingan pengelolaan meliputi sarana
pengawasan kawasan (pondok jaga dan pos jaga), rekreasi penelitian dan
117
pendidikan lingkungan, visitor centre, information centre, sarana rekreasi (Canopy
trail, jalan trail, jembatan kayu, jalan setapak, camping ground ), pusat pendidikan
konservasi, gazebo, MCK, Mushala, dan perlengkapan kantor lainnya.
Dengan banyaknya fasilitas yang dimiliki TNGP hampir setiap tahunnya jumlah
pengunjung meningkat meskipun ada penurunan tidak terlalu drastis, adapun data
pengunjung dapat dilihat pada Tabel 10. sebagai berikut :
Tabel 10. Jumlah Pengunjung Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Jenis Kunjungan
Rekreasi Pendakian Penelitian Pendidikan berkemah Lain-lain Jumlah Tahun
DN LN DN LN DN LN
DN LN
DN LN DN LN DN LN DN+LN
2002 15,814 378 31,627 756 442 7 2,126 0 356 0 437 195 50,838 1,336 52,174
2003 26,95 1,761 37,031 29 693 18 1,959 150
2,348 0 91 16 68,517 1,974 70,491
2004 60,169 1,129 6,48 0 213 0 1,481 18 4,754 0 3,666 0 76,736 1,147 77,883
2005 25,928 455 28,779 15 128 0 624 0 4,320 124 12,839
0 72,618 594 73,212
2006 33,515 363 43,518 7 229 3 510 0 2,435 3 2,714 0 82,921 439 83,360
Sumber: Statistik Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 2006.
Jumlah pengunjung TNGP dari tahun 2002 hingga tahun 2006 mengalami
kenaikan dan turun mencapai rata-rata 13% per tahun ditingkat kunjungan,
dikarenakan adanya perubahan sistem manajemen kawasan dan penutupan
kawasan selama 3 bulan untuk penghijauan.
4.5. Visi dan Misi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Pernyataan visi TNGP mengacu sepenuhnya pada pernyataan visi Direktorat
Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, yang memiliki tugas pokok
dalam pengelolaan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya secara
118
benar, terarah sehingga mampu memberikan manfaat kepada seluruh masyarakat
secara optimal. Dukungan terhadap Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Pelestarian Alam dituang dalam visi Balai TNGP Yaitu "Mewujudkan kawasan
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang aman, mantap secara hukum
dengan luas kawasan yang tetap, dengan memiliki kelembagaan dalam
menunjang pengelolaan yang mendapat dukungan dari para mitra, serta mampu
mengoptimalkan pengembangan wisata alam yang berkelanjutan yang
memberikan manfaat kepada masyrakat". Dalam mewujudkan visi tahun 2005-
2009, Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango menetapkan Misi sebagai
berikut :
a. Pemantapan batas luar kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
yang jelas berikut zonasinya.
b. Pemantapan SDAHE secara optimal berbasis ekowisata dan jasa lingkungan
yang menunjang PNBP dan memberikan manfaat kepada masyarakat.
c. Penguatan kelembagaan dan pengembangan kemitraan melalui kepedulian dan
peran aktif masyarakat dibidang Konservasi SDHE.
d. Meningkatkan pengamanan dan perlindungan SDAHE serta penegakan
hukum.
4.6. Sumber Daya Manusia Dan Struktur Organisasi TNGP
Kondisi awal tahun 2006 jumlah pegawai yang mendukung pengelolaan
TNGP sebanyak 124 orang terdiri dari atas 119 orang PNS dan 5 orang tenaga
119
upah. Dari jumlah tersebut 5 orang tenaga struktural, 46 orang tenaga non
struktural dan tenaga fungsional berjumlah 68 orang yang terdiri atas 38 orang
Polhut dan 30 orang PEH.
Selama perjalanan sampai dengan bulan Desember tahun 2006 terjadi
mutasi, pensiun dan penerimaan pegawai baru, dimana 1 orang tenaga fungsional
Polhut dimutasi ke Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan, 3 orang
pensiun dan 1 orang sarjana penerimaan baru. Sehingga jumlah pegawai manjadi
121 orang dengan perincian 116 orang PNS dan 5 orang tenaga upah. Sesuai
dengan tugas dan fungsinya maka penempatan personil PNS dibagi menjadi dua
bagian yakni di kantor Balai dan di lapangan dengan perincian, 40 orang di kantor
Balai dan 81 orang di lapangan yang tersebar di masing-masing Seksi Konservasi
Wilayah dan Resort.
Pengelolaan TNGP dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan nomor 6186/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni 2003 yang diperbaharui
dengan Peraturan Menteri kehutanan No. P.29/Menhut-II/2006 tanggal 2 juni
2006 tentang organisasi Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Yang
berdasarkan tipeloginya kedalam Tipe B setingkat eselon III, dibantu 4 pejabat
eselon IV meliputi Kepala Sub Bagian Tata usaha berkedudukan di Balai Taman
Nasional, Kepala Seksi Konservasi Wilayah I di Sukabumi, Kepala Seksi
Konservasi Wilayah II di Bogor, dan Kepala Seksi Konservasi wilayah III Di
Cianjur. Selaku UPT pusat, kepala Balai bertanggung jawab kepada Direktur
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan.
120
Adapun Struktur organisasi Balai Taman Nasional Gunung Gede pangrango
sebagai berikut :
Gambar 5 : Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Sesuai Surat Keputusan Kepala Balai No.09/IV-T.12/2005
Adapun tanggung jawab, tugas dan wewenang dari setiap bagian yang ada
di struktur Taman Nasional Gunung Gede Pangrango :
KEPALA BALAI TAMAN NASIONAL
KEPALA SUB BAGIAN TATA USAHA
PU. Umum
PU. Kepegawaian
PU. Keuangan
PU. Perlengkapan Dan Rumah Tangga
PU. Penelaah & Penyusun Data Perencanaan
PU. Penyaji evaluasi & Pelaporan
PU. Kerjasama & hub. Masyarakat
PU. BCA & Kader Konservasi
PU. Bina kons. & Perlindungan
Pengetik & Operator
Operator Radio Komunikasi
Pengemudi
Mekanik
Pramu Kantor
Pengaman Kantor
Kelompok PEH
Kelompok Polhut
SEKSI WILAYAH III
GUNUNG PUTRI
SEKSI WILAYAH II
BODOGOL
SEKSI WILAYAH I
SALABINTANA
121
1. Kepala Balai : Mempunyai tugas pokok mengkoordinir penyusunan rencana,
program dan evaluasi, pengelolaan taman nasional, pengawetan dan
pemanfaatan secara lestari taman nasional, perlindungan, pengamanan dan
penanggulangan kebakaran taman nasional, promosi dan informasi, bina wisata
dan cinta alam, serta penyuluhan konservasi sumber daya alam dan hayati dan
ekosistemnya, kerjasama pengelolaan taman nasional, pelaksanaan urusan tata
usaha dan rumah tangga.
2. Sub Bagian Tata Usaha : mempunyai tugas pokok melakukan urusan
kepegawaian, keuangan, tata persuratan, perlengkapan, kearsipan, rumah
tangga, mengkoordinasikan penyusunan bahan rencana dan program,
monitoring, evaluasi dan pelaporan Balai Taman Nasional.
3. Penata Usaha Umum mempunyai tugas mengarsipkan dan mengagendakan
surat (masuk dan keluar), koreksi format surat, mengedarkan surat/
mengantarkan surat, melaksanakan tugas pengiriman surat dinas kepada alamat
tujuan sesuai kebutuhan, mempersiapkan surat-surat, arsip-arsip yang
diperlukan.
4. Penata Usaha Kepegawaian mempunyai tugas menyusun data kepegawaian,
mengurus formasi dan mutasi pegawai, memproses administrasi jabatan
fungsional dan membuat laporan dilingkup Balai Taman Nasional.
5. Penata Usaha Keuangan mempunyai tugas membuat daftar gaji, melaksanakan
pemabayaran gaji pegawai, membayar tagihan atas perintah atasan, dan
menyiapkan data perbendaharaan dana pembukuan anggaran
122
6. Penata Usaha Perlengkapan Rumah Tangga mempunyai tugas menyusun dan
mengusulkan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, distribusi dan penghapusan
barang inventaris.
7. Penelaah Dan Penyusun Data mempunyai tugas menyusun rencana ( jangka
penjang, jangka menengah, jangka pendek ) menyusun anggran, menyusun
rencana kegiatan, menyusun TOR kegiatan, menyiapkan peta kerja dan
menyusun laporan kegiatan.
8. Penyaji Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas memantau kegiatan,
malaksanakan tindak lanjut laporan hasil pemeriksaaan, menyusun pelaporan
akuntabilitas, menyusun data dan statistic.
9. Penata Kerjasama dan Hubungan Masyarakat mempunyai tugas
mengumpulkan, mengolah data dan menyusun konsep program kerja sama,
menyusun untuk pelayanan perijinan.
10. Penata Bina Cinta Alam mempunyai tugas mengumpulkan, mengolah dan
penyusun data kegiatan kader konservasi, bahan penyuluhan, bahan pembinaan
masyarakat.
11. Penata Bina Konservasi Dan Perlindungan mempunyai tugas mengolah dan
menyusun data, kebutuhan tenaga pengamanan, bahan penyusun rencana kegiatan
konservasi kawasan. Flora dan fauna.
12. Pengetik/ Operator mempunyai tugas menyiapkan perlengkapan serta
mengoperasikan komputer, menyiapkan dan mengetik konsep surat.
13. Operator Radio Komunikasi mempunyai tugas menerima, mengirim,
mencatat, melayain pernyataan pengiriman berita atau pesan, serta mengamankan
dan memelihara sarana komunikasi.
123
14. Pengumudi/ Juru Mudi Kapal mempunyai tugas mempersiapkan dan
mengemudikan kendaraan dinas darat dan air sesuia kebutuhan dan keperluan
serta mengamankan dan merawat kendaraan dinas darat dan air.
15. Mekanik mempunyai tugas menyiapkan perlatan, memperbaiki dan
memeriksa kendaran dinas darat dan air.
16. Pramu Kantor mempunyai tugas membukakan, menutup dan membersihkan
kantor, menyiapkan dan melayani kebutuhan makan dan minum pegawai dan
tamu.
17. Pengaman Kantor, mempunyai tugas menjaga dan mengatur keamanan,
ketertiban kantor dan lingkungan.
18. POLHUT ( Polisi Hutan ) mempunyai tugas menjaga dan mengamankan
kawasan hutan konservasi.
19. PEH ( Pengendali Ekosistem Hutan ) mempuyai tugas memberikan
penyuluhan kepada para tamu ( peneliti) dan pengunjung dikawasan konservasi.
20. Seksi Konservasi Wilayah memiliki tugas pokok melakukan penyusunan
kerja, program dan evaluasi, pengelolaan, pengawetan, dan pemanfaatan lesatari,
perlindungan dan pengamanan kebakaran kawasan. Dalam operasionalnya dibantu
seperti struktur diatas.
124
BAB V
IDENTIFIKASI FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL
5.1. Identifikasi Faktor Internal
Identifikasi faktor-faktor internal perlu dilakukan intuk mengetahui sisi
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
( TNGP ). Informasi mengenai kondisi Internal Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango diperoleh melalui wawancara pihak manajemen dan observasi secara
langsung dilapangan. Faktor-faktor yang terkait dengan kondisi Internal
perusahaan yaitu sumberdaya manusia, pemasaran, produksi dan operasi,
keuangan, penelitian dan pengembangan sistem informasi manajemen.
5.1.1. Sumber Daya Manusia
Taman Nasional Gunung Gede pangrango melakukan penyerapan tenaga
kerja melalui sistem ketenaga kerjaan Departemen Kehutanan. Pihak Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango telah mengambil kebijakan-kebijakan tertentu,
untuk meningkatkan SDM antara lain dengan mengikut sertakan program S1 bagi
tingkat pendidikan SLTA dan pelatihan yang banyak diikuti oleh pegawai
diantaranya, pengarsipan, bendaharawan, administrasi, kepegawaian, aplikasi
keuangan, manajemen material, penjenjangan kehutanan, pelatihan SDAHE dan
mobile traning untuk bahasa Inggris. Proses penilaian prestasi kerja oleh tim
fungsional TNGP meliputi ketrampilan tekhnis, kehadiran, kepribadian,
penampilan, dan hubungan sesama karyawan. Penilaian ketrampilan tekhnis
antara lain kecakapan tekhnis dalam melaksanakan tugas dan mutu kerja yang
125
profesional. Kepribadian dan penampilan meliputi sikap dan kejujuran serta
loyalitas terhadap perusahaan. Namun berdasarkan pelaksanaan dilapangan
kuantitas SDM Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, sangat minim
dikarenakan kurangnya personil pada setiap pintu masuk kawasan. Hal ini perlu
dipertimbangkan kepada pihak pengelola.
5.1.2. Pemasaran
Pemasaran yang dilakukan TNGP sudah memenuhi standar perusahaan,
TNGP menggunakan jasa perikalanan melalui media cetak seperti brosur, spanduk
dan situs internet untuk melakukan pemasarannya. Tetapi pada kondisi
dimasyrakat Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ( TNGP ) harus
melakukan kegiatan promosi secara intensif, artinya masih banyak para
pengunjung atau masyarakat sekitar kawasan yang tidak mengerti dengan hutan
konservasi, sehingga perambahan hutan dan pencurian kayu masih sering terjadi,
selain digunakan sebagai kegiatan berwisata, penelitian dan pendidikan
lingkungan. Berbagai media informasi dapat digunakan untuk mempromosikan
kegiatan wisata yang berbasis lingkungan hidup dan pelestarian hutan, dan
membuat paket wisata dan tiket terusan kepada perusahaan sejenis. Guna
mencapai keinginan dan kebutuhan pengunjung.
5.1.3. Produk dan Operasi Wisata
Secara umum kegiatan produk dan operasi wisata Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango yang sangat menarik, baik untuk sekedar rekreasi ataupun untuk
pendidikan serta penelitian, yaitu: Air Terjun Cibereum, Telaga Biru, Kawah,
126
Alun-Alun Surya kencana, Puncak Gunung Gede dan Pangrango. Selain itu
kawasan ini merupakan ekositem hutan hujan tropis pegunungan yang terbagi
kedalam tiga sub ekoisitem hutan hujan pegunungan rendah (sub montana) dan
sub ekosisitem hutan hujan pegunungan tinggi ( sub alpin). Disamping itu sebagai
akibat gejala atau proses alam dan perilaku manusia, dikawasan ini terdapat juga
ekosisitem khusus seperti, ekosistem danau, rawa, pegunungan,padang rumput,
pegunungan, kawah, air panas dan hutan sekunder. Kawasan hutan Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango juga dikenal sebagai tempat tumbuh flora dan
jenis tanaman hias, hutan hujan tropis pegunungan yang kaya akan jenis fauna dan
sarana prasarana pengunjung yang dapat dinikmati, namun terdapat beberapa
fasilitas yang sudah rusak akibat termakan usia dan harus di perbaiki antara lain,
papan informasi yang menuju puncak gunung, selter ( pos ) yang digunakan untuk
istirahat pendaki dan sarana prasarana pendukung untuk kepentingan pengelolaan
pengamanan kawasan.
5.1.4. Penelitian Dan Pengembangan
Peran litbang TNGP berada pada pengawasan Departemen Kehutanan,
seiring dengan perubahannya TNGP dalam pengembanganya membuat sistem
masuk kawasan melalui jasa internet. Dengan situs ini sangat memudahkan
wisatawan asing ataupun domestik melakukan perijinan.
Dalam kegiatan penelitian Taman Nasional Gunung Gede pangrango sering
sekali dijadikan tempat penelitian oleh para peneliti baik dari lembaga non formal
maupun dari perguruan tinggi, yang tertarik dengan keaneka ragaman hayati flora
dan fauna seperti, jenis tumbuhan paku, jenis lumut, jenis tumbuhan tanaman hias,
127
dan binatang mamalia, serangga, binatang melata dan binatang yang hidup di air
dan darat. Pihak Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sangat terbuka sekali
bagi yang ingin melakukan kegiatan penelitian di kawasan ini, karena dari
penelitian tersebut adanya timbal balik yang tentunya bermanfaat bagi kedua
belah pihak. Bagi perusahan hasil dari penelitian merupakan satu masukan positif
baik berupa evaluasi maupun saran, perkembangan usaha dan penambahan kolesi
flora dan fauna yang terdapat disekitar kawasan wisata.
Pengembangan wisata alam Taman Nasional Gunung Gede pangrango
kurang optimal dalam hal penanganan sarana dan prasarana pengunjung
dikarenakan keterbatasan anggaran belanja setiap tahunnya dan dilaksanakan
dengan skala prioritas, ini dapat dilihat pada beberapa bangunan dan fasilitas
pengunjung yang harus di perbaiki. Pengelolaan yang baik akan mampu
meningkatkan konsep wisata alam yang produktif dengan perkembangan industri.
Kebersihan disekitar kawasan wisata harus dapat ditingkatkan lagi, hal tersebut
dapat menjadikan pencapaian kepuasan pengunjung. Untuk pengembangan
ekowisata ini memburuhkan sumber daya manusia yang berbekal pendidikan
khusus, kemampuan pihak manajemen dalam menetapkan target sasaran dan
menyediakan serta menyajikan paket-paket wisata sesuai dengan potensi yang
dimiliki serta promosi yang terus menerus yang pada akhirnya masyarakat sadar
akan hutan konservasi.
5.1.5. Keuangan
Wisata alam Taman Nasional Gunung Gede Pangarango adalah satu hutan
konservasi di bawah Departemen Kehutanan. Maka sumber modal untuk sarana
128
prasarana penunjang wisata alam TNGP berasal dari anggaran pemerintah
(APBN) dan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) melaui daftar isian
pelaksaan anggran (DIPA). Sebagaimana tertuang didalam Undang-Undang No.1
tahun 2004 tentang perbendaharaan negara, dimana pemerintah menerepkan
Unified Budget dalam tahun 2006. Pemantauan dan pengendalian keuangan
dimonitor melalui mekanime sistem akutansi pemerintah pusat. Yang
bertanggung jawab terhadap Sistem Akutansi Internal (SAI) menyangkut dana
arus masuk dan keluar, dalam mengemban fungsi pelaporan keuangan maka
pelaksanaan SAI didukung dengan sistem pelaporan secara manual yang
memberikan informasi keuangan dan fisik secara rinci, menurut komponen
anggaran belanja masing-masing Mata Anggran Kegiatan (MAK) pada setiap
penggunaan dan jenis kegiatan masuk kedalam Daftar Isian Penggunaan
Anggraran (DIPA). Pengembangan wisata alam TNGP membutuhkan anggaran
yang cukup besar namun hingga saat ini belum semuanya terealisasi karena
terbatasnya anggaran belanja dari pusat. Permasalahan tersebut tidak menghambat
pengembangan wisata alam TNGP modal awal untuk operasional didapat dari
kunjungan wisata TNGP itu sendiri, dengan demikian sumber pemasukan Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango dan negara Pendapatan Negara Bukan Pajak
(PNBP) terbesar berasal dari penjualan tiket masuk kunjungan wisata alam
Taman Nasional Gunung Gede pangrango. Pendapatan dari tiket masuk ini
disetorkan ke Negara, Dephut. Pemerintah daerah dan Balai TNGP.
5.1.6. Sistem Informasi Manajemen
129
Wisata alam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dalam kegiatan
opersionalnya sudah didukung sistem informasi yang berbasis komputer.
Penggunaan sistem komputerisasi hanya sebatas untuk kegiatan pencatatan
keuangan dan administrasi. Sebagai sarana promosi, saat ini Wisata Alam Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango mempunyai situs website di www.tngp.or.id
dan E-mail: tngp @ tngp.or.id dan faximili 0263-0519415. sarana ini digunakan
kegiatan operasional seperti pemesanan tiket (booking) sebelum melakukan
kunjungan ke TNGP dan sarana promosi. Hal ini dilakukan untuk mempelancar
kegiatan operasional.
5.2. Identifikasi Faktor-FaktorEksternal
Identifikasi faktor eksternal yang menggambarkan peluang yang dapat
dimanfaatkan oleh perusahaan untuk pengembangan Wisata Alam Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango dan ancaman apa saja yang harus dihindari.
Kondisi eksternal perusahaan tidak dapat dikendalikan secara langsung oleh
perusahaan namun keberadaanya memiliki pengaruh besar. Aspek-aspek faktor
eksternal perusahaan dapat dikelompokan menjadi dua bagian utama, yaitu
Lingkungan Umum dan Lingkungan Industri.
5.2.1. Lingkungan Umum
Lingkungan umum terdiri dari aspek politik dan keamanan, ekonomi, sosoial
masyarakat, dan teknologi.
5.2.1.1. Politik
130
Secara umum kondisi politik suatu negara sangat berpengaruh terhadap
aktifitas usaha. Kebijakan pemerintah dapat menjadi peluang dan ancaman
terhadap sektor pertanian dan pariwisata nasional.Dengan kondisi yang tidak
stabil ini dapat mengubah pandangan konsumen luar negeri maupun domestik
terhadap permintaan pariwisata menjadi negatif, dikarenakan ancaman
keselamatan bagi para pengunjung terganggu. Begitu pula dengan kawasan
Wisata Alam TNGP pengembangan usahannya menjadi terhambat. Dukungan dari
semua pihak pemerintah dan perusahaan sejenis dan kemitraan dengan pihak yang
peduli terhadap lingkungan seperti CI-IP (Conservation Internasional- Indonesian
Program). JICA (Japan International Cooperation Agency), Konsorium
Gedepahala, Volunter, IWF, CIBA dan Mahasiswa yang tergabung dalam Unit
Kegiatan Mahasisiwa Pecinta Lingkungan. Mereka melaksanakan kegiatan
berdasarkan pengelolaan dan pengembangan Wisata Alam TNGP.
5.2.1.2. Ekonomi
Kondisi perekonomian yang tidak stabil, disusul dengan kenaikan harga
dasar tarifl listrik,telepon dan BBM. Tantangan dan ancaman kelestarian kawasan
Wisata Alam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango semakin berat, gejala ini
terlihat dengan masih adanya gangguan terhadap kawasan Wisata Alam Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango seperti, perambahan kawasan hutan,
pengambilan kayu bakar, pengarangan, perburuan liar yang dilakukan oleh
masyarakat sekitar kawasan wisata. Dan juga berkurangnya pengunjung terhadap
permintaan rekreasi wisata alam. Semua ini sangat berpengaruh bagi pendapatan
dan pengembangan TNGP.
5.2.1.3. Sosial Mayarakat
131
Peranan Wisata Alam TNGP terhadap masyarakat disekitar kawasan
sangat berpeluang, karena banyak masyarakat mengadakan kegiatan barang
dagang dan jasa seperti, membuat tempat penginapan bagi para pengunjung yang
masih ingin bermalam, rumah makan, penyewaan alat pendakian, sovenir dan
jajanan ciri khas cianjur. Disaat musim liburan dan hari Raya tiba, dengan adanya
kgiatan wisata alam ini sangat membatu dan mendapatkan pendapatan lebih bagi
masyarakat sekitar kawasan Wisata Alam Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango.
5.2.1.4. Teknologi
Pemanfaatan teknologi terhadap pengembangan wisata alam TNGP sudah
mulai diterapkan, terutama untuk teknologi informasi dan pemetaan wilayah
menggunakan GPS, sistem pemesanan ijin masuk kawasan wisata (booking) bisa
melalaui internet,mesin faximili dan telepon. Sedangkan teknologi budi daya
tanaman hias masih menggunakan alat tradisional. Dengan pembaharuan
teknologi, maka peluang untuk sarana promosi pengembangan TNGP akan mudah
untuk mencapai sasarannya.
5.2.2. Lingkungan Industri
Lingkungan industri terdiri dari aspek konsumen, pesaing, hambatan
masuk bagi pendatang baru dan ancaman produk subsitusi.
5.2.2.1. Konsumen
Kegiatan wisata merupakan saatu jalan alternatif untuk menghilangkan
kejenuhan akibat dari runitas sehari-hari. Peluang tersebut dimanfatkan oleh
132
Taman Nasional Gunung Gede pangrango. Dengan menawarkan konsep wisata
yang berbasis pendidikan dan lingkungan, antara lain program pengenalan alam,
ekosistemnya dan flora fauna dari sekolah tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian kepuasan konsumen pengunjung berasal dari
berbagai lembaga pendidikan, perusahaan dan instansi instansi. Sebagian besar
tingkat kepentingsn konsumen untuk menikmati keindahan panorama diatas
puncak gunung Gede Pangrango dan air terjun Cibeurem. Konsumen Wisata alam
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango berasl dari JABOTABEK, Bandung,
dan wisatawan domestik lainnya hingga Manca Negara.
5.2.2.2. Pesaing
Persaingan dalam usaha pariwisata berbentuk persaingan harga dan
pengenalan produk baru, namun persaingan di sekitar kawasan Wisata TNGP
seperti Kebun Raya Cibodas dan Bumi Perkemahan Mandalawangi tidak begitu
signifikan. Dikarenakan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango mempunyai
ciri khas tersendiri dengan primadona pucak Gunung Gede Pangrango dan
barbagai macam jenis tumbuhan dan faunanya. Dengan berbagai macam produk
wisata Taman Nasional Gunung Gede Pangrango mempunyai daya tarik
tersendiri.
5.2.2.3. Hambatan Masuk Bagi Pendatang Baru
Dalam dunia pariwisata khususnya wisata alam hambatan masuk bagi
pendatang baru relatif rendah. Dikarenakan produk wisata tercipta dengan
keasalian akan keindahaanya begitu juga dengan topografinya, sedangkan
kegiatan wisata yang terbuat dari manusia membutuhkan waktu yang cukup lama.
133
5.2.2.4. Ancaman Produk Subsitusi
Dalam kegiatan industri pariwisata terdapat perusahan-perusahaan pesaing
dan usaha sejenis maupun produk subsitusi. Dikarenakan setiap pemerintah
daerah mengutamakan daerahnya menjadi suatu kegiatan pariwisata, sehinggas
konsumen memiliki keleluasaan dalam memilih obyek wisata pengganti. Obyek
wisata pengganti dalam wisata alam bisa berupa kegiatan surfing atau menikmati
keindahan ditepi pantai maunpun keindahan dasar laut. Obyek-obyek wisata
tersebut dikelola oleh pemerintah yaitu Dinas pariwisata dan pihak swasta.
Kegiatan agrowisata tidak hanya sebatas kegiatan pertanian yang menjual
daya tarik akan keindahannya namun kegiatan seperti kegiatan pengenalan
lingkungan dialam terbuka dan permainan outbond.
5.3. Identifikasi Kekuatan Dan Kelemahan, Serta Peluang dan Ancaman
Perusahaan
Identifikasi terhadap faktor internal dan eksternal perusahaan dilakukan
untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman perusahaan.
Hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan, serta peluang dan ancaman digunakan
untuk menyusun matrik IFE ( Internal Faktor Evaluation ) dan matriks EFE (
External Faktor Evaluation ).
5.3.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan
134
Berdasarkan identifikasi dari kondisi internal Wisata Alam Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango informasi mengenai kekuatan dan kelemahan
yang dapat dilihat secara ringkas pada Tabel 11.
Tabel 11. Kekuatan Dan Kelemahan Wisata Alam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS INTERNAL
Kekuatan Kelemahan
1. Kemudahan Ditempuh /
Aksesbilitas Lokasi
2. Pelayanan Karyawan Terhadap
Pengunjung
3. Profesionalitas SDM
4. Sistem Pencatat Keuangan
5. Hubungan Internal SDM
6. Tarif Masuk Kawasan Wisata
7. Konsep Wisata Yang Berbasis
Konservasi , Lingkungan Hidup
Dan Pendidikan
8. (Adanya variasi produk )
Menawarkan Produk Wisata
Lainnya,Yaitu Budidaya Tanaman
Hias dan Tanaman Obat
9. Tersedianya Sarana dan Prasarana
Pengunjung
10. Penggunaan Sistem Informasi
Manajemen (Internet, fak,
komputer)
1. Tingkat Promosi
2. Kuantitas SDM
3. Kondisi Infrastruktur Yang Kurang
Diremajakan Karena Sudah Rusak
4. Kondisi Keuangan Perusahaan
5 Penyuluhan dan Pembinaan hutan
konservasi di kawasan Wisata
6. Adanya Jalur Non Formal Yang
Mengakses Ke Kawasan Wisata
135
5.3.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman
Berdasarkan identifikasi dari kondisi eksternal Wisata Alam Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango diperoleh mengenai peluang dan ancaman
yang dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Peluang dan Ancaman Wisata Alam TNGP.
FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS EKSTERNAL
Peluang Ancaman
1. Dukungan dari pemerintah daerah
setempat dan lembaga sosial
2.Adanya kerjasama antar Pesaing
dikawasan Wisata
3.Tingkat Jumlah Pengunjung Ketika
Musim Liburan Dan Hari Raya
4.Perkembangan teknologi dan
informasi
5.Keberadaan Pedagang Jasa Maupun
Barang Disekitar Kawasan Wisata
6.Tradisi dan Budaya Masyarakat
Sekitar
7.Kondisi Perekonomian Yang Lebih
Baik Dapat Meningkatkan Permintaan
Pengunjung Terhadap Rekreasi
1. Kondisi Iklim Yang Tidak Dapat
Diprediksi
2. Kenaikan Harga Dasar Tarif
Telepon, Listrik dan BBM
3. Pertumbuhan Tingkat Penduduk
Meningkat
4. Situasi Politik dan Keamanan
136
BAB VI
PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA
6.1. Tahap Pemasukan
Setelah diketahui informasi dari hasil identifikasi faktor-faktor internal dan
eksternal serta pengamatan secara langsung maka diperoleh faktor-faktor kunci
kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang usaha. Berdasarkan informasi
tersebut, maka dapat masukan kedalam matriks IFE dan EFE.
6.1.1. Matriks IFE ( Internal Faktor Evaluation )
Berdasarkan identifikasi terhadap faktor-faktor strategi internal Wisata
Alam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP ), diperoleh kekuatan
(Strenght) dan kelemahan (weakness). Setelah disebarkan kuisioner yang berisi
faktor-faktor kekuatan dan kelemahan kepada sembilan orang responden yang
memiliki kemampuan dan kapasitas dalam menyusun strategi serta dilakukan
pembobotan dengan menggunakan metode Paired Comaprison maka diperoleh
bobot dari masing-masing variabel internal. Yang menjadi responden yaitu Kepala
Sub Bagian Tata Usaha, Penata Usaha Kepegawaian, Penata Usaha Keuangan,
Penata Usaha Kerjasama dan Hubungan Masyarakat, Penata Usaha Bina Cinta
Alam dan Kader Konservasi, Kepala Polhut ( Polisi Hutan ). Kepala Pengendali
ekosistem Hutan ( PEH ).
Pada pengisian kuisioner responden juga diharuskan untuk memberikan
rating untuk mengetahui kekuatan utama dan kekuatan kecil serta kelemahn utama
dan kelemahan kecil yang dimiliki perusahaan. Kemudian setelah reponden
137
memberikan peringkat, maka diambil rata-rata bobot dan peringkat sehingga
diperoleh rataan skor yang hasilnya berupa matriks IFE.
Tabel 13. Matriks IFE ( Internal Faktor Evalution )
Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor bobot
Kekuatan 11. Kemudahan Ditempuh / Aksesbilitas
Lokasi 12. Pelayanan Karyawan Terhadap
Pengunjung 13. Kualitas SDM 14. Sistem Pencatat Keuangan 15. Hubungan Internal SDM 16. Tarif Masuk Kawasan Wisata 17. Konsep Wisata Yang Berbasis
Konservasi, Lingkungan Hidup Dan Pendidikan
18. (Adanya variasi produk ) Menawarkan Produk Wisata Lainnya,Yaitu Budidaya Tanaman Hias dan Tanaman Obat
19. Tersedianya Sarana dan Prasarana Pengunjung
20. Penggunaan Sistem Informasi Manajemen (Internet, fak, komputer)
KELEMAHAN 1. Tingkat Promosi
2. Kuantitas SDM
3. Kondisi Infrastruktur Yang Kurang
Diremajakan Karena Sudah Rusak
4. Kondisi Keuangan Perusahaan
5 Penyuluhan dan Pembinaan hutan
konservasi di kawasan Wisata
6. Adanya Jalur Non Formal Yang
Mengakses Ke Kawasan
0,074 0,071 0,0640,0640,0650,0660,060 0,060 0,057 0,057 0,059 0,056 0,061 0,059 0,045 0,083
4
3.8
3.7 3.4 3.5 3.8 4
3.6
4
3.8
1.3
1.4
1.4
1.6
1.8
1.4
0,296 0,268 0,236 0,219 0,227 0,252 0,241 0,217 0,229 0,216 0,076 0,078 0,085 0,094 0,080 0,116
Total 1.000 2,931
138
Berdasarkan hasil perhitungan matriks IFE untuk Wisata Alam Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) yang menjadi kekuatan utama wisata
alam ini adalah lokasi yang mudah di tempuh dengan total nilai 0.269, diikuti
pelayanan karyawan terhadap pengunjung dengan total nilai 0.268, dan tarif
masuk kawasan wisata yang cukup murah ditambah asuransi jiwa dengan total
nilai 0.241. sedangkan yang menjadi kekuatan kecil TNGP adalah tersedianya
sarana dan prasarana, di karenakan fasilitas yang ada banyak yang pada rusak
dengan total nilai 0.229 dan penggunaan sistem informasi manajemen (internet,
fax, komputer ) dikarenakan peralatan yang terbatas dengan total nilai 0.216.
sedangkan yang menjadi kelemahan utama Wisata Alam Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango adalah adanya jalur non formal yang mengakses ke kawasan
wisata dengan total nilai 0.116 dan kondisi keuangan perusahaan dikarenakan
terbatasnya anggaran dari pemerintah pusat, dengan total nilai 0.094 sedangkan
kelemahan kecil tingkat promosi dengan total nilai 0.076.
Untuk bobot faktor internal secara keseluruhan menunjukan angka 2,931
dengan kondisi ini berada diatas rata-rata (2.50) yang artinya posisi Wisata Alam
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango mampu memanfaatkan kekuatan-
kekuatan yang dimilikinya berdasarkan rata rata hasil penilaian responden untuk
mengatasi kelemahan usaha secara optimal.
6.1.2. Matriks EFE ( Eksternal Faktor Evaluation )
Pada proses identifikasi terhadap factor-faktor strategis eksternal Wisata
Alam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango diperoleh peluang
(Opportunities) dan ancaman (Threat) yang dihadapi perusahaan dan berpengaruh
terhadap pengembangan usaha. Setelah disebarkan kuisioner yang berisi faktor-
139
faktor peluang dan ancaman kepada sembilan orang responden yang mempunyai
kemampuan dan kapisitas dalam menyusun strategi serta dilakukan pembobotan
dengan menggunakan metode Paired Comparison, maka diperoleh bobot dari
masing-masing variable eksternal. Demikian juga pemberian peringkat dilakukan
responden yang sama dan dicari rata-rata dari jawaban responden sehingga
diperoleh skor bobot dari faktor-faktor strategi eksternal. Dengan memasukan
hasil identifikasi peluang dan ancaman sebagai faktor eksternal, kemudian
pemberian bobot dan rating maka diperoleh matrik EFE.
140
Table 14. Matriks EFE ( External Faktor Evaluation )
Faktor Strategi Eksternal Bobot rating Skor Bobot
Peluang
1.Dukungan dari pemerintah daerah
setempat dan lembaga sosial
2.Adanya kerjasama antar Pesaing
dikawasan Wisata
3.Tingkat Jumlah Pengunjung Ketika
Musim Liburan Dan Hari Raya
4.Perkembangan teknologi dan informasi
5.Keberadaan Pedagang Jasa Maupun
Barang Disekitar Kawasan Wisata
6.Tradisi dan Budaya Masyarakat Sekitar
7.Kondisi Perekonomian Yang Lebih
Baik Dapat Meningkatkan Permintaan
Pengunjung Terhadap Rekreasi
Kelemahan
1. Kondisi Iklim Yang Tidak Dapat
Diprediksi
2 .Kenaikan Harga Dasar Tarif Telefon,
Listrik dan BBM
3. Pertumbuhan Tingkat Penduduk
Meningkat
4. Situasi Politik dan Keamanan
0.097
0.082
0.089
0.086
0.089
0.093
0.084
0.083
0.109
0.099
0.088
2
2.444
3.556
2.667
2.333
2.444
3.333
2.333
2
2.444
2.667
0.194
0.200
0.316
0.230
0.208
0.228
0.279
0.194
0.218
0.241
0.236
Total 1.000 2.546
Keterangan : 4 = respon perusahaan sangat bagus
3 = respon perusahaan diatas rata-rata
2 = respon perusahaan sama dengan rata-rata
1 = respon perusahan sangat kurang
141
Berdasarkan pengolahan matriks EFE dapat diketahui peluang yang sangat
berpengaruh terhadap pengembangan Wisata Alam Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango yaitu tingkat jumlah pengunjung ketika musim liburan dan Hari
Raya dengan total nilai 0.316 dan diikuti kondisi perkembangan ekonomi yang
baik dapat meningkatkan permintaan pengunjung terhadap rekreasi, dengan total
nilai 0.279. sedangkan peluang yang sangat kecil dukungan dari pemerintah
daerah setempat dan lembaga social dengan total nilai 0.194. kemudian ancaman
yang sangat berpengaruh pertumbuhan tingkat penduduk meningkat dengan
kondisi situasi politik dan keamanan dengan total nilai 0.236. anacaman yang
sangat kecil kondisi iklim yang tidak dapat diprediksi dengan total nilai 0.194.
Secara keseluruhan skor bobot yang dihasilkan pada matriks EFE
menunjukan 2.546 diatas rata-rata ( 2.50 ) yang artinya bahwa Wisata Alam
Ataman Nasional Gunung Gede Pangrango dapat memanfatkan peluang eksternal
untuk mengurangi ancaman yang dihadapi.
6.2. Tahap Pemaduan
Setelah faktor-faktor kritis diperoleh dari proses analisis matriks IFE yang
memberikan gambaran tentang kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dan matriks
EFE yang menggambarkan tentang kondisi peluang dan ancaman yang dihadapi
oleh Wisata Alam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dalam menjalankan
operasionalnya kemudian perusahaan dapat melakukan tahap pemaduan. Alat
analisis yang digunakan adalam matriks I-E ( Internal dan Eksternal ) dan matriks
SWOT ( Stenght, Weakness, Opportunities dan Threat ).
142
6.2.1. Matriks I-E ( Internal Eksternal) Perusahaan
Matriks I-E dapat dilihat sebagai berikut :
SKOR TOTAL BOBOT IFE
Kuat Sedang Lemah
4,0 3.0 2,0 1,0
4.0 Tinggi
3,0 – 4.0
I
II
III
Sedang
2,0 – 2.99
IV
V
VI
Skor
Tot
al E
FE
Rendah
1,0 – 1.99
1.0
VII
VIII
IX
Tabel 15. Matriks I-E ( Internal dan Eksternal )
Penggunaan alat matriks I-E ( internal dan Eksternal ) dapat diketahui
posisi perusahaan saat ini. Berdasarkan hasil yang diperoleh analisisi matriks IFE
dan EFE, total skor bobot IFE sebesar 2.931 dan EFE sebesar 2.546 menempatkan
Wisata Alam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango berada pada kuadran V
maka, strategi yang dapat dilakasanakan pada sel V adalah Hold and Mantain
(pertahankan dan pelihara), yaitu dengan melaksanakan strategi penetrasi pasar
dan pengembangan produk. Penetrasi pasar yaitu usaha peningkatan pasar atau
market share suatu produk dan jasa yang sudah ada dipasar melalui usaha
pemasaran yang lebih gencar (David, 2002:50). Untuk meningkatkan pangsa pasar
ekowisata dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain peran pengelola
TNGP dalam memberikan informasi yang lengkap kepada wisatawan, selain itu
143
media promosi melalui media cetak dan elektronik dapat dijadikan sebagai media
promosi, serta diadakan program promosi yang menarik dan sesuai dengan
sasaran yang akan dicapai dan dapat meningkatkan permintaan ekowisata. Bentuk
promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola harus dilakukan secara kontinue
dengan pemasaran yang aktif dan efektif dalam mempromosikan, yang pada
akhirnya meningkatkan minat dan kepuasan wisatawan dalam mengetahui
kawasan konservasi di kawasan TNGP.
Strategi pengembangan produk dapat dilakukan dengan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan-pelatihan dalam mengembangkan
kawasan konservasi TNGP, sebagai penjual jasa harus menjaga hubungan baik
antar karyawan agar tercipta suasana kerja yang nyaman yang dapat menghasilkan
kerja yang maksimal dan optimal.
6.2.2. Matriks SWOT ( Strenght, Weakness, Opportunities, Threats )
Matriks SWOT dapat merumuskan sebagai alternatif strategi yang
nantinya akan dipilih dengan matriks QSP (Qunatitave Strategic Planning
Matriks). Keunggulan matriks SWOT adalah untuk mempermudah
memformulasikan strategi berdasarkan gabungan faktor internal dan eksternal.
Empat strategi utama yang disarankan SO, ST, WO dan WT. analisis ini
menggunakan data yang telah diperoleh dari matriks IFE dan EFE. Hasil analisis
dapat dilihat pada gambar 6.
144
145
Gambar 6. Matriks SWOT IFE EFE
Kekuatan (S) 1. Kemudahan Ditempuh / Aksesbilitas Lokasi 2. Pelayanan Karyawan Terhadap Pengunjung 3. Kualitas SDM 4. Sistem Pencatat Keuangan 5. Hubungan Internal SDM 6. Tarif Masuk Kawasan Wisata 7. Konsep Wisata Yang Berbasis Konservasi , Lingkungan Hidup Dan
Pendidikan 8. (Adanya variasi produk ) Menawarkan Produk Wisata Lainnya,Yaitu
Budidaya Tanaman Hias dan Tanaman Obat ( I ) 9. Tersedianya Sarana dan Prasarana Pengunjung 10. Penggunaan Sistem Informasi Manajemen (Internet, fak, komputer)
Kelemahan (W) 1. Tingkat Promosi 2. Kuantitas SDM 3. Kondisi Infrastruktur Yang Kurang Diremajakan Karena
Sudah Rusak 4. Kondisi Keuangan Perusahaan 5. Rendahnya Penyuluhan dan Pembinaan hutan konservasi
di kawasan Wisata 6. Adanya Jalur Non Formal Yang Mengakses Ke Kawasan
Wisata
Peluang (O) 1. Dukungan dari pemerintah daerah setempat dan lembaga
sosial. 2. Adanya kerjasama antar Pesaing dikawasan Wisata. 3. Tingkat Jumlah Pengunjung Ketika Musim Liburan Dan
Hari Raya. 4. Perkembangan teknologi dan informasi. 5. Keberadaan Pedagang Jasa Maupun Barang Disekitar
Kawasan Wisata. 6. Tradisi dan Budaya Masyarakat Sekitar. 7. Kondisi Perekonomian Yang Lebih Baik Dapat
Meningkatkan Permintaan Pengunjung Terhadap Rekreasi.
Strategi S-O 1. Mengembangkan potensi yang dimiliki perusahaan dan tetap
mempertahankan konsep wisata yang sudah ada S1.S2.S6.S8..O2.O3.O6. 2. Mengoptimalkan sistem informasi manajemen baik dalam operasional
maupun promosi. S5. S7.S10.S12.04.05. 3. Mengadakan kerjasama antar instansi pemerintah dan perusahaan sejenis
dalam kegiatan yang sifatnya mempromosikan variasi produk baru. S3. S9.O1.O7.
Strategi W-O 1. Memperbaiki sistem manajemen agar sesuai dengan pola
kerja dan kebutuhan perusahaan sehingga dicapai efisiensi dan efektivitas untuk menekan biaya operasional. O2. O4.O7.W2.W3.W4.
2. Meningkatkan tingkat kesadaran pengunjung baik dari segi keamanan serta pelestarian dengan dukungan pemerintah dan masyarakat sekitar. O1. O3.O5.O6. WI.W5.W6
Ancaman (T) 1. Kondisi Iklim Yang Tidak Dapat Diprediksi 2. Kenaikan Harga Dasar Tarif Telefon, Listrik dan BBM 3. Pertumbuhan Tingkat Penduduk Meningkat 4. Situasi Politik dan Keamanan
Strategi S-T 1. Meningkatkan pelayanan dan SDM baik dari segi keamanan dan
kenyamanan demi tercapainya tingkat kepuasan konsumen seperti menawarkan produk baru pada setiap produk wisata. S2.S4.S9.S10.T1.T2.T4
2. Mengadakan kerjasama antar instansi pemerintah, perusahaan sejenis dan mayarakat sekitar dalam pelestarian hutan khususnya pada batas wilayah pemukiman dan hutan wisata. S7. S8. T3
Strategi W-T 1. Melakukan perawatan dan perbaikan infrastruktur demi
tercapai kepuasan dalam pelayanan..W1,W3.W6.T1. T2. 2. Menjalin kerjasama dengan lembaga non formal dalam
hal penyuluhan, pembinaan, dan pelestarian. W2.W4.W5. T3.T4.
Lampiran 2. Lanjutan
87
Hasil dari matriks SWOT didapatkan alternatif strategi sebagai berikut :
1. Strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfatkan peluang yang ada
( SO) : • Mengembangkan potensi yang dimiliki perusahaan dan tetap mempertahankan konsep
wisata yang sudah ada S1.S2.S6.S8.O2.O3.O6.
• Mengoptimalkan sistem informasi manajemen baik dalam operasional maupun promosi.
S5. S7.S10.S12.04.05.
• Mengadakan kerjasama antar instansi pemerintah dan perusahaan sejenis dalam kegiatan
yang sifatnya mempromosikan variasi produk baru. S3. S9.O1.O7.
2. Strategi yang digunakan untuk mengatasi anacaman ( ST ) :
• Meningkatkan pelayanan dan SDM baik dari segi keamanan dan kenyamanan demi
tercapainya tingkat kepuasan konsumen seperti menawarkan produk baru pada setiap
produk wisata. S2.S4.S9.S10.T1.T2.T4
• Mengadakan kerjasama antar instansi pemerintah, perusahaan sejenis dan mayarakat
sekitar dalam pelestarian hutan khususnya pada batas wilayah pemukiman dan hutan
wisata. S7. S8. T3
3. Strategi yang memperkecil kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada ( WO ) :
• Memperbaiki sistem manajemen agar sesuai dengan pola kerja dan kebutuhan
perusahaan sehingga dicapai efisiensi dan efektivitas untuk menekan biaya operasional.
O2. O4.O7.W2.W3.W4.
• Meningkatkan tingkat kesadaran pengunjung baik dari segi keamanan serta pelestarian
dengan dukungan pemerintah dan masyarakat sekitar. O1. O3.O5.O6. WI.W5.W6
4. Strategi untuk meminimalkan kelemahan dan mengantisipasi ancaman ( WT ) :
• Melakukan perawatan dan perbaikan infrastruktur demi tercapai kepuasan dalam
pelayanan..W1,W3.W6.T1. T2
• Menjalin kerjasama dengan lembaga non formal dalam hal penyuluhan, pembinaan, dan
pelestarian. W2.W4.W5. T3.T4.
6.2.3. Tahap Pemilihan Strategi
Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi melalui matriks IE dan SWOT diatas, maka
selanjutnya untuk memilih strategi mana yang terbaik yang akan dilakukan pada tahap tiga ini yaitu
QSPM ( Quantitave Strategic Planning ) Matrik ). Matriks ini akan menentukan kemenarikan
Lampiran 2. Lanjutan
88
relative ( relative attracvenees) dari tindakan-tindakan strategi alternatif yang dapat dilaksanakan
oleh wisata Alam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) terhadap faktor internal dan
eksternal perusahaan. Hasil pengolahan QSPM dapat dilihat pada lampiran 9.
Dari hasil pengolahan QSPM maka diperoleh prioritas strategi pengembangan yang akan
diurutkan berdasarkan TAS ( Total Attractiveness Score ) dari yang terbesar hingga terkecil. Hal
tersebut dapat dilihat pada Tabel 17 di bawah ini :
Tabel 17. Prioritas Strategi Pengembangan Wisata Alam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Tngp)
No. Prioritas Strategi Total
Skor
1. Mengembangkan potensi yang dimiliki perusahaan dan tetap
mempertahankan konsep wisata yang sudah ada
6.433
2. Mengoptimalkan sistem informasi manajemen baik dalam
operasional maupun promosi.
6.284
3. Mengadakan kerjasama antar instansi pemerintah dan
perusahaan sejenis dalam kegiatan yang sifatnya
6.165
Lampiran 2. Lanjutan
89
mempromosikan variasi produk baru.
4 Meningkatkan pelayanan dan kulitas SDM baik dari segi
keamanan dan kenyamanan demi tercapainya tingkat kepuasan
konsumen seperti menawarkan produk baru pada setiap produk
wisata
6.063
5. Mengadakan kerjasama antar instansi pemerintah, perusahaan
sejenis dan mayarakat sekitar dalam pelestarian hutan khususnya
pada batas wilayah pemukiman dan hutan wisata
5.892
6. Memperbaiki sistem manajemen agar sesuai dengan pola kerja
dan kebutuhan perusahaan sehingga dicapai efisiensi dan
efektivitas untuk menekan biaya operasional
5.889
7. Meningkatkan tingkat kesadaran pengunjung baik dari segi
keamanan serta pelestarian dengan dukungan pemerintah dan
masyarakat sekitar
5.713
8. Melakukan perawatan dan perbaikan infrastruktur demi tercapai
kepuasan dalam pelayanan..
5.627
9. Menjalin kerjasama dengan lembaga non formal dalam hal
penyuluhan, pembinaan, dan pelestarian
5.409
Hasil dari pengolahan Matriks QSPM strategi yang dihasilkan perlu dilakukan evaluasi
sebelum diimplementasikan yaitu dengan melihat kondisi seperti :
1. Untuk mendukung pengembangan Wisata Alam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
pada zona pemanfaatan, secara bertahap karena pembangunan sarana dan prasarana ini
diatur dalam keputusan Menteri Kehutanan Nomor :167/kpts-II/94 tentang sarana dan
prasarana pengusahaan pariwisata alam di kawasan pelestarian alam tetapi dibandingkan
sarana dan prasarana yang ada belum memadai.
2. Pembinaan organisasi dan pengembangan aparatur Pengelola TNGP, dalam rangka
peningkatan kemampuan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango perlu melakukan
pengembangan SDM dalam bentuk workshop, seminar dan kegiatan ilmiah lainnya.
3. Pembinaan peran serta masyarakat, sebagai salah satu kawasan konservasi penting, TNGP
merupakan aset nasional dan sekaligus aset dunia memerlukan peran serta seluruh
masyarakat untuk menjaganya.dan peningkatan kesadaran, kepedulian masyarakat dengan
Lampiran 2. Lanjutan
90
kegiatan-kegiatan seperti penyuluhan, pembinaan kader konservasi. Program ini dilakukan
yang berbatasan dengan TNGP.
4. Ketersediaan dana, dalam menerapkan strategi baru TNGP perlu menyediakan dana yang
sesuai untuk pengembangan kawasan wisata dilihat dari DIPA ( daftar isian penggunaan
anggaran ) dan terbatasnya anggaran pemerintah pusat.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Sejalan dengan upaya-upaya pengembangan yang dilakukan oleh pengelola balai TNGP
dalam berbagai aspek baik didalam melakukan penataan terhadap kawasan, sebagai daerah
konservasi sekaligus sebagai daerah tujuan wisata. Berdasarkan uraian yang telah dikemukan pada
bab-bab sebelumnya, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. a. Kondisi Internal yang menjadi kekuatan adalah kemudahan ditempuh / aksesbilitas lokasi,
pelayanan karyawan, peran Litbang dalam pengembangan wisata alam, kualitas SDM, sistem
pencatat keuangan, hubungan internal SDM, tariff masuk kawasan wisata, konsep wisata yang
berbasis lingkungan hidup dan pendidikan, ( adanya variasi produk) menawarkan produk wisata
lainnya, yaitu budidaya tanaman hias dan tanaman obat, kebijakan pemerintah yang berlaku dalam
pengembangan wisata alam, tersediannya saran dan sarana pengunjung, penggunaan system
Lampiran 2. Lanjutan
91
informasi manajemen ( internet, fak, computer ). Sedangkan yang menjadi kelemahannya tingkat
promosi, kuantitas SDM, kondisi infrastruktur yang kurang diremajakan karena sudah rusak,
kondisi keuangan perusahaan, penyuluhan dan pembinan hutan konservasi di kawasan wisata,
adanya jalur non formal yang mengakses ke kawasan wisata.
b. Kondisi Eksternal yang menjadi peluang adalah : dukungan dari pemerintah daerah
setempat dan lembaga sosial, adanya kerjasama antar pesaing dikawasan wisata, perkembangan
teknologi dan informasi, keberadaan pedagang jasa maupun barang disekitar kawasan wisata, tradisi
dan budaya masyarakat sekitar, kondisi perekonomian yang baik dapat meningkatkan permintaan
pengunjung terhadap rekreasi. Sedangkan yang menjadi ancaman adalah kondisi iklim yang tidak
dapat diprediksi, kenaikan harga dasar tariff telepon, listrik dan BBM, pertumbuhan tingkat
penduduk meningkat,, situasi politik dan keamanan.
2. Beberapa alternatif strategi dalam mengembangkan Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango, dengan menggunakan matriks SWOT. Kekuatan dalam memanfaatkan peluang yang
ada (SO) yaitu mengembangkan potensi yang dimiliki perusahaan dan tetap mempertahankan
konsep wisata yang sudah ada, mengoptimalkan sistem informasi baik dalam opersasional maupun
promosi, mengadakan kerjasama antar instansi pemerintah dan perusahaan sejenis dalam kegiatan
yang sifatnya mempromosikan variasasi produk baru. Strategi menggunakan kekuatan untuk
mengatasi ancaman (ST) yaitu meningkatkan pelayanan baik dari segi keamanan dan kenyamanan
demi tercapainya tingkat kepuasan konsumen seperti menawarkan produk baru pada setiap produk
wisata, mengadakan kerjasama antar instansi pemerintah, perusahaan sejenis dan masyrakat sekitar
dalam pelestarian hutan khususnya pada batas wilayah pemukiman dan hutan wisata. Strategi yang
memperkecil kelemahan dengan yang memanfaatkan peluang yang ada (WO) adalah memperbaiki
system manajemen agar sesuai dengan pola kerja dan kebutuhan perusahaan sehungga dicapai
efisiensi dan efektifitas untuk menenkan baiaya operasioanal, meningkatkan tingkat kesadaran
Lampiran 2. Lanjutan
92
pengunjung baik dari segi keamanan serta pelesatarian dengan dukungan pemerintah dan
masyarakat sekitar. Strategi untuk meminimalkan kelemahan dan mengantisipasi ancaman (WT)
adalah melakukan perawatan dan perbaikan infrastruktur demi tercapainya kepuasan dalam
pelayanan, menjalian kerjasama dengan lembaga non formal dalam hal pembinaan dan pelestarian.
3. Berdasarkan hasil pengolahan QSPM dapat sembilan alternatif strategi dengan skala prioritas
“mengembangkan potensi yang dimiliki perusahaan dan tetap mempertahankan konsep wisata yang
sudah ada“ dengan total skor nilai 6.648, kemudian dengan strategi “mengoptimalkan sistem
informasi baik dalam operasional maupun promosi” dengan total skor nilai 6.445, dan diikuti
“mengadakan kerjasama antar instansi pemerintah dan perusahaan sejenis dalam kegiatan yang
sifatnya mempromosikan variasi produk baru “ dengan total skor nilai 6.237, serta meningkatkan
pelayanan dan kualitas SDM baik dari segi keamananan dan Kenyamanan demi tercapainya tingkat
kepuasan konsumen seperti menawarkan produk baru pada setiap produk wisata dengan total skor
nilai 6.144.
7.2. Saran
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan
masukan yang bermanfaat dan membuat skala proritas dalam mengimplemntasikannya bagi
pengelola Wisata Alam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) adalah sebagai berikut :
1. Tetap menjaga kebersihan sarana dan prasarana seperti MCK, pagar pengaman, papan
informasi, rambu-rambu/ papan petunjuk, shelter, pondok wisata, perlengkapan wisma tamu,
mushola, camping ground dan mengembangkan konsep wisata yang sesuai dengan standard
internasional namun tetap menjaga keutuhan kawasan TNGP sebagai daerah hutan
konservasi dan pendidikan termasuk fasilitas akomodasi.
Lampiran 2. Lanjutan
93
2. Meningkatkan promosi keberadaan kawasan TNGP sebagai kawasan hutan konservasi dan
penelitian disamping tempat rekreasi agar tidak salah persepsi dengan pengunjung dilihat
dari sistem masuk kawasan wisata dengan meningkatnya kujunjungan wisatawan lokal
maupun internasional dan tetap terjaga kelestariannya
3. Adanya kerjasama antar pesaing disekitar kawasan wisata pihak pengelola TNGP dan
pemerintah daerah setempat perlu menyusun suatu master plan yang dapat memanfaatkan
peluang usaha yang tecipta dari meningkatnya arus kunjungan wisatawan baik lokal maupun
internasional. Agar kawasan TNGP tetap terjaga keutuhannya, perlu komitmen bersama
antara pemerintah daerah setempat dan pengelola TNGP untuk duduk bersama
membicarakan dan menjaga agar kawasan Wisata Alam ini perlu dijaga kelestariannya
melalui peran serta masyarakat dan penegakan hukum secara konsisten dan konsekuen.
Lampiran 2. Lanjutan
94
DAFTAR PUSTAKA
Atikah, Dian. Analisis Strategi Pengembangan Agropolitan Di Kabupaten Pandeglang. [Skripsi] Jakarta, UIN “Syarif Hidayatullah, Fakultas Sains dan Teknologi, Agribisnis, 2004.
Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Undang-undang No. 5. Tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. (Jakarta: Departemen Kehutanan Republik Indonesia, 1990)
Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18.
Tahun 1994 Tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam. (Jakarta: Departemen Kehutanan Republik Indonesia, 1994)
Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 68.
Tahun 1998 Tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. (Jakarta: Departemen Kehutanan Republik Indonesia, 1998)
Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Republik Indonesia. Undang-Undang No. 9.
Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan. (Jakarta: Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Republik Indonesia, 1990)
David, Fred R. konsep Manajemen Strategi. Edisi Ke Tujuh. Versi Bahasa Indonesia. (Jakarta, PT.
Prenhallindo, 2002) ______________Manajemen Strategi. Ed. Ke- 7. Konsep Terjemahan. (Jakarta: PT. Indeks, 2004) Damanik, Janianton. dan F. Weber, Helmut. Perencanaan Ekowisata. (Yogyakarta, CV. ANDI
OFFSET, 2006) Fandeli, C. Perencanaan Kepariwisataan Alam. (Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas
Gajah Mada, 2002) Jauch, Lawrence R. dan Glueck, William F. Manajamen Strategi dan Kebijakan Perusahaan. Edisi
ke Tiga. Versi Bahasa Indonesia. (Jakarta, PT. Erlangga, 1988) Kodhyat, H. Sejarah Pariwisata dan Pengembangan di Indonesia. (Jakarta, PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, 1996) MackKinon, J., K. MackKinon, G. Child Dan J. Thorsel. Pengelolaan Kawasan yang Dilindungi di
Daerah Tropika (Terjemahan). (Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 1990) Rangkuti, F. Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis (Reorientasi Konsep Perencanaan
Strategis untuk Menghadapi Abad 21). (Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000)
Lampiran 2. Lanjutan
95
Rahayu, A Lucci. Analisis Strategi Pengembangan Wisata Agro Taman Buah Mekarsari. [Skripsi] Jurusan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. (Bogor, Institut Pertanian Bogor, 2004)
Roganda, Apriyanti. Analisis Strategi Pengmbangan Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari.
[Skripsi]. Jurusan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. (Bogor, Institut Pertanian Bogor, 2003)
Suyitno. Perencanaan Wisata. (Yogyakarta, Kanisius, 1999) Statistik Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Laporan Akuntanbilitas Instansi
Pemerintah TNGP. (Cibodas, LAKIP, 2006) Sulthoni, A. Program Pengembangan Wisata Alam. Kursus Pengusahaan Ekowisata Dalam
Kawasan Hutan (Angkatan II). (Yogyakarta, Fakultas Kehutanan, Universitas Gajah Mada, 2000
Widagti, Nuryani. Pengembangan Wisata Alam Di Taman Wisata Plawangan Turgo. [Skripsi].
Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. (Bogor, IPB, 2003) Yuti Oka A. Pengantar Ilmu Pariwisata. (Bandung: PT. Angkasa, 1991)
Lampiran 2. Lanjutan
96
Kuisioner Putaran Kedua Strategi Pengembangan Wisata Alam
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Cibodas-Jawa Barat
NAMA RESPONDEN : JABATAN/PROFESI : TUJUAN : Mendapatkan penilaian para responden terhadap tingkat kepentingan faktor-faktor strategis internal dan eksternal dalam mengembangkan usaha tambaknya di kelompok tani nelayan raja udang, berdasarkan polling pendapat dari para responden melalui kuisioner putaran pertama. Tingkat kepentingan yang dimaksud adalah berupa pemberian bobot terhadap faktor-faktor strategi untuk melihat seberapa besar faktor-faktor tersebut menentukkan tingkat keberhasilan untuk mengembangkan wisata alam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. PETUNJUK UMUM :
1. Pengisian kuisioner dilakukan secara tertulis oleh responden 2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden 3. Dalam pengisian kuisioner, responden diharapkan untuk melakukannya seara sekaligus
(tidak tertunda) untuk menghindari inkonsistensi jawaban 4. Seluruh definisi yang digunakan dalam kuisioner bersifat mutlak, karena merupakan
rangkuman dari jawaban responden pada polling putaran pertama. PETUNJUK KHUSUS : 1.Alternatif pemberian bobot terhadap faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang tersedia untuk kuisioner ini adalah dengan memberikan nilai 1, 2 atau 3 yang paling sesuai menurut responden dengan cara sebagai berikut : 1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal 2. Contoh : a. Jika Kemudahan Ditempuh /Aksesbilitas Lokasi (point 1) kurang penting daripada Pelayanan
Karyawan (point B), maka nilai untuk kolom B pada baris 1 = 1 b. Jika Kemudahan Ditempuh /Aksesbilitas Lokasi (point 1) sama penting dengan Peran Litbang
Dalam Pemgembangan Wisata (point C), maka nilai untuk kolom C pada baris 1 = 2 c. Jika KemudahanDitempuh /Aksesbilitas Lokasi (point 1) lebih penting daripada Kualitas SDM
(point D), maka nilai untuk kolom D pada baris 1 = 3
Lampiran 2. Lanjutan
97
Penentuan Bobot Faktor Strategis Internal
No
Faktor Internal
A B D E F G H I K L M N O P Q R
1 Kemudahan Ditempuh / Aksesbilitas Lokasi ( A )
2 Pelayanan Karyawan Terhadap Pengunjung ( B )
3 Kualitas SDM ( D )
4 Sistem Pencatat Keuangan ( E )
5 Hubungan Internal SDM ( F )
6 Tarif Masuk Kawasan Wisata ( G )
7 Konsep Wisata Yang Berbasis Konservasi , Lingkungan Hidup Dan Pendidikan ( H )
8
(Adanya variasi produk ) Menawarkan Produk Wisata Lainnya,Yaitu Budidaya Tanaman Hias dan Tanaman Obat ( I )
9 Tersedianya Sarana dan Prasarana Pengunjung ( K )
10 Penggunaan Sistem Informasi Manajemen ( Internet, fak, komputer ) ( L )
11 Tingkat Promosi ( M )
12 Kuantitas SDM ( N )
13 Kondisi Infrastruktur Yang Kurang Diremajakan Karena Sudah Rusak ( O )
14 Kondisi Keuangan Perusahaan ( P )
15 Penyuluhan dan Pembinaan hutan konservasi di kawasan Wisata ( Q )
1 Adanya Jalur Non Formal Yang Mengakses Ke Kawasan Wisata ( R )
Lampiran 2. Lanjutan
98
Penentuan Bobot Faktor Strategis Eksternal
No
Faktor Ekternal
A B C D E F G H I J K
1 Dukungan dari pemerintah daerah setempat dan lembaga sosial ( A )
2 Adanya Pesaing dikawasan Wisata ( B )
3 Tingkat Jumlah Pengunjung Ketika Musim Liburan Dan Hari Raya ( C )
4 Perkembangan teknologi dan informasi ( D )
5 Keberadaan Pedagang Jasa Maupun Barang Disekitar Kawasan Wisata ( E )
6 Tradisi dan Budaya Masyarakat Sekitar ( F )
7
Kondisi Perekonomian Yang Lebih Baik Dapat Meningkatkan Permintaan Pengunjung Terhadap Rekreasi ( G )
8 Kondisi Iklim Yang Tidak Dapat Diprediksi ( H )
9 Kenaikan Harga Dasar Tarif Telefon, Listrik dan BBM ( I )
10 Pertumbuhan Tingkat Penduduk Meningkat ( J )
11 Situasi Politik dan Keamanan ( K )
Lampiran 2. Lanjutan
99
B. PENENTUAN PERINGKAT (RATING) FAKTOR STRATEGIS INTERNAL DAN EKSTERNAL
TUJUAN : Untuk mengukur pengaruh masing-masing variabel dari faktor internal dan eksternal terhadap kondisi perusahaan dalam mengembangkan usahanya, digunakan skala 1,2,3, dan 4 yang menandakan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini. 1. Faktor Strategis Internal 1) penilaian diberika dengan cara membandingkan faktor-faktor strategis yang terdapat pada tabel dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama. 2). Penilaian : 1 = kelemahan utama 3 = kekuatan kecil 2 = kelemahan kecil 4 = kekuatan utama
Faktor Internal KEKUATAN 3 4 1. Kemudahan Ditempuh / Aksesbilitas Lokasi 2. Pelayanan karyawan 3. Peran Litbang Dalam pengembangan wisata alam 4. Kualitas SDM 5. Sistem Pencatat keuangan 6. Hubungan Internal SDM 7. Tarif masuk kawasn Wisata 8. Konsep Wisata Yang Berbasis Konservasi , Lingkungan
Hidup Dan Pendidikan
9. Adanya variasi produk ) Menawarkan Produk Wisata Lainnya,Yaitu Budidaya Tanaman Hias dan Tanaman Obat
10. Kebijakan Pemerintah Yang Berlaku Dalam Pengembangan Wisata alam
11. Tersedianya Sarana dan Prasarana Pengunjung 12. Penggunaan Sistem Informasi Manajemen ( Internet, fak,
komputer )
KELEMAHAN 1 2 1. Tingkat Promosi 2. Kuantitas SDM 3. Kondisi Infrastruktur Yang Kurang Diremajakan Karena
Sudah Rusak
4. Kondisi Keuangan Perusahaan 5. Penyuluhan dan Pembinaan hutan konservasi di kawasan
Wisata
6. Adanya Jalur Non Formal Yang Mengakses Ke Kawasan
Lampiran 2. Lanjutan
100
Wisata 2. Faktor Strategis Eksternal 1) Penilaian faktor peluang : 1 = rendah, respon kurang 2 = sedang, respon sama dengan rata-rata 3 = tinggi, respon diatas rata-rata 4 = sangat tinggi, respon superior 2. Penilaian faktor ancaman : 1 = ancaman sangat tinggi 2 = tinggi, ancaman diatas rata-rata 3 = sedang, ancaman sama dengan rata-rata 4 = ancaman rendah
Faktor Eksternal PELUANG 1 2 3 4 1. Dukungan dari pemerintah daerah setempat dan lembaga
sosial
2. Adanya Pesaing Dikawasan Wisata 3. Tingkat Jumlah Pengunjung Ketika Musim Liburan Dan
Hari Raya
4. Perkembangan teknologi dan informasi 5. Keberadaan Pedagang Jasa Maupun Barang Disekitar
Kawasan Wisata
6. Tradisi dan Budaya Masyarakat Sekitar ANCAMAN 1 2 3 4 1. Kondisi Perekonomian Yang Lebih Baik Dapat
Meningkatkan Permintaan Pengunjung Terhadap Rekreasi
2. Kondisi Iklim Yang Tidak Dapat Diprediksi 3. Kenaikan Harga Dasar Tarif Telepon, Listrik dan BBM 4. Pertumbuhan Tingkat Penduduk Meningkat 5. Situasi Politik dan Keamanan
Lampiran 2. Lanjutan
101
Kuisioner Putaran KeTiga Strategi Pengembangan Wisata Alam
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Cibodas-Jawa Barat
NAMA RESPONDEN : JABATAN : TUJUAN : Mendapatkan penilaian para responden tentang tingkat daya tarik faktor-faktor kunci terhadap alternatif-alternatif strategi yang ada, yang selanjutnya akan digunakan untuk menentukan strategi alternatif mana yang terbaik dan menjadi prioritas dalam pelaksanaanya. PETUNJUK PENILAIAN :
1. Pemberian nilai pada faktor-faktor kunci dengan mengajukan pertanyaan terlebih dahulu, “Apakah faktor ini mempengaruhi strategi pilihan dalam pelaksanaanya (Strategis 1, 2, 3,..........dst)? dan seberapa besar pengaruhnya?
2. Alternatif penilaian : 1 = tidak menarik 3 = cukup menarik 2 = agak menarik 4 = amat menarik
3. Alternatif strategi pilihan yang akan diberikan penilaian : Strategi 1 Mengembangkan potensi yang dimiliki perusahaan dan tetap
mempertahankan konsep wisata yang sudah ada
Strateg 2. Mengoptimalkan sistem informasi manajemen baik dalam operasional
maupun promosi.
Strateg 3. Mengadakan kerjasama antar instansi pemerintah dan perusahaan
sejenis dalam kegiatan yang sifatnya mempromosikan variasi produk
baru.
Strateg 4 Meningkatkan pelayanan dan kulitas SDM baik dari segi keamanan
dan kenyamanan demi tercapainya tingkat kepuasan konsumen seperti
menawarkan produk baru pada setiap produk wisata
Strateg 5. Mengadakan kerjasama antar instansi pemerintah, perusahaan sejenis
dan mayarakat sekitar dalam pelestarian hutan khususnya pada batas
wilayah pemukiman dan hutan wisata
Strateg 6. Memperbaiki sistem manajemen agar sesuai dengan pola kerja dan
kebutuhan perusahaan sehingga dicapai efisiensi dan efektivitas untuk
Lampiran 2. Lanjutan
102
menekan biaya operasional
Strateg 7. Meningkatkan tingkat kesadaran pengunjung baik dari segi keamanan
serta pelestarian dengan dukungan pemerintah dan masyarakat sekitar
Strateg 8. Melakukan perawatan dan perbaikan infrastruktur demi tercapai
kepuasan dalam pelayanan..
Strateg 9. Menjalin kerjasama dengan lembaga non formal dalam hal
penyuluhan, pembinaan, dan pelestarian
Lampiran 2. Lanjutan
103
Kuisioner Putaran Pertama Strategi Pengembangan Wisata Alam
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Cibodas-Jawa Barat
NAMA RESPONDEN : JABATAN/PROFESI : TUJUAN : Mendapatkan penilaian responden mengenai penentuan faktor strategi internal dan eksternal guna merumuskan strategi pengembangan wisata alam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, untuk selanjutnya dikelompokkan menjadi aspek kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman PETUNJUK UMUM
5. Pengisian kuisioner dilakukan secara tertulis oleh responden 6. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden 7. Dalam pengisian kuisioner, responden diharapkan untuk melakukannya
secara sekaligus (tidak tertunda) untuk menghindari inkonsistensi jawaban 8. Responden berhak untuk menambahkan atau mengurangi hal-hal yang
sudah tercantum dalam kuisioner dengan alasan yang jelas dan kuat 9. Seluruh definisi yang digunakan dalam kuisioner ini sepenuhnya menjadi
hak responden, dalam pengertian bahwa responden dapat saja memiliki pandangan yang berbeda suatu faktor di dalam kuisioner ini, dengan responden lainnya ataupun dengan penelitian. Hal ini dibenarkan jika dilengkapi dengan alasan yang kuat.
PETUNJUK TEKNIS :
1. Faktor strategis internal dan faktor strategis eksternal merupakan sesuatu hal yang mempunyai dampak yang kuat dan langsung terhadap aktivitas pengembangan wisata alam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
2. Kekuatan dan kelemahan (Internal factor) meliputi faktor sumberdaya manusia, keuangan, pemasaran, penelitian, sistem mananjemen informasi, produksi dan operasi. Sedangkan peluang dan ancaman (ekternal faktor) merupakan tinjauan terhadap situasi politik dan hukum, ekonomi, demografi, sosial budaya, teknologi, dan alam.
3. Faktor strategis internal : Beri tanda (√) pada ruang kekuatan atau kelemahan perusahaan sesuai dengan pilihan atau jawaban responden. Faktor strategis Eksternal : Beri tanda (√) pada ruang peluang atau ancaman perusahaan sesuai dengan pilihan/jawaban responden.
A. Faktor Strategis Internal
Lampiran 2. Lanjutan
104
No
Faktor Internal
Kekuatan Kelemahan Alasan
1 Kemudahan ditempuh / Aksestabilitas lokasi
2 Pelayanan karyawan
3 Tingkat Promosi
5
Kualitas SDM
6
Sistem pencatat keuangan
7
Hubungan internal SDM
8
Tarif masuk kawasan wisata
9 Konsep wisata yang berbasis konservasi, lingkungan dan pendidikan
10
(Adanya variasi Produk) Menawarkan produk wisata lainnya yaitu, budidaya tanaman hias dan perkebunan
12 Kuantitas SDM
13 Tersedianya sarana dan prasarana pengunjung
14
Kondisi infrastruktur di kawasan wisata yang kurang diremajakan karena sudah rusak
15
Kondisi keuangan perusahaan
Lampiran 2. Lanjutan
105
16
Penggunaan Sistem informasi manajemen ( internet, fak, dll )
17
Penyuluhan dan pembinaan hutan konservasi di kawasan wisata
18
Adanya jalur non formal yang mengakses ke kawasan wisata
B. Faktor Strategis Ekternal
No
Faktor Ekternal
Peluang Ancaman Alasan
1 Dukungan dari pemerintah daerah setempat dan lembaga sosial
Lampiran 2. Lanjutan
106
2 Adanya Pesaing di kawasan wisata
3 Kondisi iklim dan cuaca yang tidak dapat diprediksi
4 Kenaikan harga dasar tarif telefon,listrik dan BBM
5 Tingkat jumlah pengunjung ketika musim liburan dan Hari Raya
6 Pertumbuhan tingkat penduduk meningkat
7 Situasi politik dan keamanan
8 Perkembangan teknologi dan informasi
9 Keberadaan pedagang jasa maupun barang di sekitar kawasan wisata
10 Tradisi dan budaya masyarakat sekitar
11
Kondisi perekonomian yang lebih baik dapat meningkatkan permintaan pengunjung terhadap rekreasi
Lampiran 2. Lanjutan
107
OBYEK WISATA TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO
Pintu masuk Cibodas Rawa Gayonggong
Puncak Gunung Pangrango
Lampiran 2. Lanjutan
108
Air Terjun Ciwalen Air Terjun Cibeurem
Air Panas Rawa Denok
Puncak dan Kawah Gunung Gede
Lampiran 2. Lanjutan
109
Kandang Badak Telaga Biru
Lampiran 2. Lanjutan
110