efektifitas komunikasi tatap muka kepala desa … sosial...akan tetapi kebijakan ditingkat kota juga...
TRANSCRIPT
[Type the company name] Volume 16 Nomor 2 September 2015| SOSIAL | 114
EFEKTIFITAS KOMUNIKASI TATAP MUKA KEPALA DESA
TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN
DIDESA SIDOREJO KECAMATAN WUNGU
KABUPATEN MADIUN
Kristin Tri Lestari 1)
1)
Dosen Fakultas Ilmu Social dan Ilmu Politik Universitas Merdeka Madiun
Abstract
To support the implementation of regional development and the need for the
participation of rural communities is a major joint success or failure of development
currently promoted. Because the village can be developed and evolve when people
actively participate and are able to utilize the potentials that exist in the village, all for
the sake of the prosperity of rural communities themselves. On the other hand, that in
an effort to intensify development in the village as well as to encourage participation
and a sense of community responsibility in the villages on the success of development
hence the need for face to face communication village head. In terms of communication
between the leader and the led. Namely the village head and the community itself. So
very effort to stimulate public participation in development in order to improve the
welfare of community itself.It is clear that communication plays an important role in
spurring and stimulating community in an effort development. Communication through
the public can know the government's policy direction and objectives to be achieved
development. In such a case, for the implementation of development is very important in
rural communities face to face communication as the village head and people in
construction.
Keywords : face to face communication , participation , development
A. Pendahuluan
Kebijakan untuk meningkatkan
dan mengembangkan kemampuan
pemerintah daerah disegala bidang terus
diupayakan dan dimaksimalkan dalam
rangka melaksanakan pembangunan
nasional dan otonomi daerah. Langkah
tersebut dilandasi oleh pemikiran bahwa
dalam system Negara kesatuan,
pemerintah pusat dan pemerintah daerah
adalah satu kesatuan, walaupun tugas
dan perannya berbeda.
Kebijakan yang dimaksud sudah
barang tentu tidak hanya kebijakan yang
ruang lingkupnya daerah kabupaten,
akan tetapi kebijakan ditingkat kota juga
sangat penting karena ditingkat ini
langsung berhubungan dengan
masyarakat. Sesuai pasal 4 Undang-
Undang no 32 tahun 2004 dimana
disebutkan dalam ayat 1 bahwa “dalam
rangka pelaksanaan asas desentralisasi
dibentuk dan disusun daerah propinsi,
daerah kabupaten daerah kota yang
[Type the company name] Volume 16 Nomor 2 September 2015| SOSIAL | 115
berwenang mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
rakyat.
Pembangunan yang dilaksanakan
oleh bangsa Indonesia mengandung
makna peningkatan kesejahteraan yang
diarahkan untuk mencapai masyarakat
yang adil dan makmur. Dalam
pembangunan nasional tidak harus
dilaksanakan oleh pemerintah pusat akan
tetapi pemerintah daerah pemegang
otonom. Dalam menunjang pelaksanaan
pembangunan daerah perlu adanya
partisipasi masyarakat dan desa
merupakan sendi utama berhasil
tidaknya pembangunan yang sekarang
ini digalakkan. Sebab desa dapat maju
dan berkembang apabila masyarakat
aktif berpartisipasi dan mampu
memanfaatkan potensi-potensi yang ada
di desa, yang kesemuanya demi
kemakmuran masyarakat desa itu
sendiri.
Di sisi lain, bahwa dalam upaya
menggiatkan pembangunan di desa serta
untuk mendorong partisipasi dan rasa
tanggung jawab masyarakat di desa
terhadap keberhasilan pembangunan
maka perlu adanya komunikasi tatap
muka kepala desa. Dalam artian adanya
komunikasi antara pemimpin dengan
yang dipimpin. Yaitu kepala desa
dengan warga masyarakat itu sendiri.
Jadi sangat diperlukan upaya
menggairahkan partisipasi masyarakat
dalam pembangunan demi peningkatan
kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
Lebih lanjut menurut Soetomo,
dimana dijelaskan bahwa: “…terjadinya
interaktif timbal balik serta terbuka dan
tanggung jawab antar dan antara sesama
warga masyarakat dengan pemerintah
dalam memperoleh informasi tentang
pembangunan dan hasil-hasilnya,
sehingga makin meningkat kualitas,
peranan, peran serta dan tanggung jawab
masyarakat dalam pembangunan dalam
rangka menumbuhkembangkan sikap
kemandirian dan keteguhan bangsa”.1
Jelas bahwa komunikasi sangat
berperan di dalam memacu dan
menggairahkan masyarakat dalam upaya
melaksanakan pembangunan. Melalui
komunikasi masyarakat dapat
mengetahui kebijakan pemerintah, arah
dan tujuan pembangunan yang hendak
dicapai. Dalam hal yang demikian, untuk
pelaksanaan pembangunan di
masyarakat pedesaan sangat penting
komunikasi tatap muka kepala desa
1 Soetomo, Pembangunan Masyarakat,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009, Hal.2
[Type the company name] Volume 16 Nomor 2 September 2015| SOSIAL | 116
sebagai pemimpin dan rakyatnya di
dalam pembangunan. Dengan demikian
dari kenyataan yang nampak sebagai
gambaran secara umum komunikasi
tatap muka sebagai sarana yang
menjembatani ataupun penghubung
dimana akan memberikan informasi dari
apa yang telah dan akan dilaksanakan
sehingga yang terjadi di dalam
masyarakat, membuat lebih baik atau
sebaliknya.
B. Kerangka Dasar Teori
a. Komunikasi Tatap Muka
Untuk memberikan pengertian
tentang komunikasi tatap muka, terlebih
dahulu penulis akan mengemukakan
pengertian komunikasi secara umum.
Arti komunikasi menurut Keit Davis
dalam bukunya Human Relation at Work
menyebutkan sebagai berikut:
Comunication is processing of passing
information and understanding from one
person to another. artinya Komunikasi
adalah proses jalur informasi dan
pengertian dari seseorang ke orang lain.2
Sedangkan Carl I. Havland dalam
bukunya Social Communication
memberikan pengertian komunikasi
sebagai berikut : Communication in the
2 Keit Davis dalam Suhartin Citrobroto,
Prinsip-prinsip dan Teknik Berkomunikasi,
Batara Karya Aksara, Jakarta, 1978, hal. 1.
process with an individual (the
communicator) transmit (usulan simbol)
to modifythe behavior of the other
individual. (Komunikasi adalah proses
dimana individu komunikator)
mengoperkan stimuli (biasanya berupa
lambang-lambang bahasa) untuk
mengubah tingkat laku orang lain.3
Sedangkan menurut Drs. Onong Uchiana
Effendi, MA dalam bukunya Dimensi-
dimensi Komunikasi, mengemukakan
bahwa : "Komunikasi adalah proses
penyampaian lambang yang berarti oleh
seseorang kepada orang lain, baik
dengan maksud agar mengerti maupun
agar berubah perilakunya".4
Dari beberapa pengertian di muka,
penulis dapat menyimpulkan bahwa
pengertian komunikasi dalam artian
umum adalah suatu kegiatan dimana
terjadi penyampaian pesan/informasi
dari seseorang kepada orang lain yang
mempunyai maksud dan tujuan untuk
terjadinya perubahan perilaku maupun
pengertian si penerima pesan.
Selanjutnya ada baiknya jika di sini juga
dikemukakan tentang pengertian khusus
dari pada. komunikasi antar pribadi yang
3 Demi Abdulrahman M. A. Dasar-dasar
Public Relation, Alumni, Bandung, 1975, hal. 15 4 Drs. Onong U. Effendi, MA. Dimensi-
dimensi Komunikasi, Alumni, Bandung, 1986,
hal. 30
[Type the company name] Volume 16 Nomor 2 September 2015| SOSIAL | 117
sifatnya tatap muka, sebagaimana
menjadi pilihan skripsi ini.
Drs. Onong U. Effendy, MA,
memberikan definisi komunikasi tatap
muka itu sebagai berikut : “Komunikani
antar pribadi sering pula disebut diadic
communication adalah komunikasi
antara dua orang atau lebih, dimana
terjadi kontak langsung dalam bentuk
percakapan”.5
b. Keunggulan dan Efektifitas
Komunikasi Tatap Muka
Everet M. Rogers dalam tulisannya
tentang efektifitas komunikasi tatap
muka ini dinyatakan dalami pernyataan
berikut:
”... Hasil penelitian membuktikan
bahwa massa media akan berperan
secara efektif dalam merubah
pendapat (menambah pengetahuan),
sedangkan komunikasi antar
pribadi/tatap muka umumnya lebih
efektif dalam merubah sikap dan
perilaku”.6
Di sini Everet M. Rogers
menegaskan bahwa komunikasi tatap
muka memiliki keunggulan dan efekti-
fitas dalam hal merubah sikap dan
perilaku si penerima pesan (komunikan).
Berbeda halnya dengan komunikasi
media massa yang hanya mempengaruhi
5 Ibid, hal. 50.
6 Drs. Eduard Depari dan Dr. Collin Mac
Andrews, Peranan Komunikasi Massa dalam
Pembangunan, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, 1978, hal. 15
pendapat itulah sebabnya penulis lebih
memilih komunikasi tatap muka yang
dilakukan oleh Kepala Desa dalam
mempengaruhi warga desanya untuk
mau berpartisipasi dalam pembangunan
di desanya Partisipasi ini hanya mungkin
timbul jika pada warga desa memiliki
sikap dan perilaku yang positif terhadap
setiap program pembangunan desanya.
Selanjutnya menurut Stewart L.
Tube dan Sylvia Moss menyebutkan
bahwa komunikasi tatap muka itu
memperlihatkan efektifitasnya apabila
dapat menimbulkan lima hal yaitu
"Pengertian, kesenangan, pengaruh pada
sikap, hubungan yang semakin baik, dan
tindakan".7
Jadi menurut pendapat ahli
komunikasi diatas, sebagaimana
dinyatakan oleh Everet M Rogers,
bahwa komunikasi tatap muka itu
memiliki efektifitas yang tinggi yaitu
bisa menghasilkan terjadinya perubahan
sikap dan perilaku tersebut dan apabila
dihubungkan dengan pendapat Onong U.
Effendy dapat dipahami faktor
penyebabnya. Menurut Onong U.
Effendy efektifitas komunikasi tatap
muka itu dinyatakannya demikian
"Efektifnya komunikasi antar pribadi itu
7 Drs. Jalaludin Rakhmat, M.Sc. Psikologi
Komunikasi, Remajakarya, Bandung, 1986, hal.
16.
[Type the company name] Volume 16 Nomor 2 September 2015| SOSIAL | 118
ialah karena adanya arus balik langsung.
Komunikator dapat melihat seketika
tanggapan komunikan, baik secara
verbal dalam bentuk jawaban dengan
kata maupun secara secara non verbal
dalam bentuk gerak-ger-ik sehingga
komunikator dapat mengulangi atau
meyakinkan pesanannya kepada
komunikan.”8 Dengan demikian dapat
ditarik kesimpulan bahwa komunikasi
tatap muka ini memiliki efektifitas tinggi
dalam menghasilkan efek karena
komunikator dapat mengulangi dan
memperbaiki pesannya sehingga dapat
lebih meyakinkan komunikan.
Sedangkan pendapat Stewar-t L.
Tube dan Sylvia Moss di atas yang
dimaksudkan komunikasi itu dikatakan
efektif apabila mengandung lima hal,
yang oleh Jalaluddin Rakhmat diuraikan
lebih lanjut sebagai berikut :
1. Pengertian artinya penerimaan cermat
dari isi stimulasi seperti yang
dimaksudkan oleh komunikator.
2. Kesenangan
Dimaksudkan untuk menimbulkan
kesenangan yang menimbulkan
hubungan kita hangat, akrab dan
menyenangkan
3. Mempengaruhi sikap
Paling sering kita melakukan
komunikasi untuk mempengaruhi
orang lain
4. Hubungan sosial yang baik
8 Onong U. Effendy, Op. Cit, hal. 50.
Komunikasi juga ditujukan untuk
menumbuhkan hubungan sosial yang
baik
5. Tindakan
Komunikasi untuk menimbulkan
pengertian memang sukar, tetapi lebih
sukar lagi mempengaruhi sikap.
Tetapi efektifitas komunikasi
biasanya diukur dari tindakan nyata
yang dilakukan komunikan.9
Sedangkan menurut Drs. C.
Sardiono yang dimaksudkan dengan
Komunikasi efektif ialah : Kalau kita
berbicara tentang komunikasi efektif
maka yang dimaksud adalah komunikasi
yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam perilaku penerima
sebagai yang dikehendaki oleh sumber-
nya/komunikator. Terdapat tiga type
utama. mengenai efek-efek komunikasi :
a. Perubahan-perubahan dalam
pengetahuan penerima/ komunikan.
b. Perubahan-perubahan SIKAP
penerima (walaupun tidak selalu,
tetapi suatu sikap kerap kali
meramalkan tindakan yang bakal
diambil oleh seorang individu).
c. Perubahan-perubahan dalam perilaku
overt penerima, seperti tindakan
memilih (voting), kesediaan membeli
barang-barang yang
dianjurkan/ditawarkan, masuk kerja
pada waktunya, dan lain-lain.10
Ketiga perubahan seperti tersebut
di atas berlangsung secara berturut-turut
maupun tidak berurutan. Perubahan
9 Jalaludin Rakhmat, Op. Cit, hal. 16 – 20
10 Drs. C. Sardjono, Beberapa Pendekatan
dalam Study dan Research Komunikasi,
FISIPOL UNS, Surakarta, 1981, hal. 6
[Type the company name] Volume 16 Nomor 2 September 2015| SOSIAL | 119
dalam sikap, dan ini akan mendahului
purubahan dalam perilaku overt. Dan
dari perubahan-perubahan tadi
menggambarkan tanggapan atau umpan
balik/feedback yang merupakan perwu-
judan respon komunikan terhadap pesan
yang disampaikan oleh komunikator.
3. Komponen-komponen dalam
Komunikasi
Dalam proses berlangsungnya
kegiatan komunikasi, paling tidak ada
lima komponen yang penting
sebagaimana yang dikemukakan oleh
Drs. Ton Kertapi berikut ini.
a. Pihak yang lebih dahulu mengirim
pesan disebut “Komunikator”.
b. Pihak yang menjadi sasaran pesan
disebut “Komunikan”.
c. Isi pesan yang dikirimkan disebut
“Komunika”.
d. Saluran yang dipergunakan dalam
komunikasi disebut “Chanel”.
e. Hasil yang dicapai disebut “efek”.11
Sebagaimana telah dikemukakan
pada bagian terdahulu, bahwa
komunikasi antar pribadi yang tatap
muka itu mempunyai efektifitas yang
tinggi dalam hal menghasilkan efek.
Artinya komunikasi tersebut dikatakan
efektif apabila pada komunikan terjadi
perubahan-perubahan baik
pengetahuannya, sikap ataupun perilaku-
nya seperti yang diinginkan
11
Ton Kertapi, Dasar-dasar Publisistik,
Penerbit Soeroengan, Djakarta, 1968, hal. 84.
komunikator. Untuk berlangsungnya
suatu komunikasi yang efektif, dalam
teori komunikasi bukan terletak kepada
seringnya dilakukan kegiatan
komunikasi tetapi terutama terletak pada
caranya melakukan komunikasi yaitu
mengikuti cara-cara-yang efektif.
4. Cara-Cara Melaksanakan
Komunikasi yang Efektif
Beberapa cara melaksanakan
komunikasi yang efektif tersebut, ada
beberapa pendapat yang diajukan para
ahli komunikasi. Menurut Drs. A. W.
Widjaja agar pesan yang disampaikan
komunikator kepada komunikan
mengena, artinya bisa dimengerti dan
menarik minat komunikan maka pesan
harus memenuhi syarat-syarat :
(a) Pesan harus direncanakan
(dipersiapkan) secara baik serta
sesuai dengan kebutuhan.
(b) Pesan itu dapat menggunakan
bahasa yang dapat dimengerti.
(c) Pesan itu harus menarik minat dan
kebutuhan pribadi penerima serta
menimbulkan kepuasan.12
Apabila memperhatikan pendapat
di atas, dapatlah ditarik pengertian
bahwa pesan yang disampaikan komu-
nikator hanya akan menghasilkan efek
jika diatur sedemikian rupa yaitu
menyelaraskan kepentingan atau
12
A.W. Widjaja, Komunikasi dan
Hubungan Masyarakat, Bina Aksara, Jakarta,
1986, hal. 15.
[Type the company name] Volume 16 Nomor 2 September 2015| SOSIAL | 120
kebutuhan komunikan, disampaikan
dengan bahasa yang dapat dimengerti
dan dapat merangsang tumbuhnya minat
komunikan karena kepentingannya dapat
terpuaskan.
Lebih lanjut A.W. Widjaja juga
mengemukakan pendapatnya bahwa
untuk dapat melangsungkan komunikasi
yang efektif maka komunikator harus
memperhatikan hal-hal :
(1) Mau mendengarkan pendapat orang
lain dan tidak pernah menganggap
dirinya benar.
(2) Ingin bekerjasama dan
memperbincangkan sesuatu
persoalan dengan sesamanya
sehingga timbul saling pengertian.
(3) Dia tidak terlalu. mendominir situasi
dan mau mengadakan komunikasi
timbal balik.
(4) Dia menganggap bahwa buah pikiran
orang banyak lebih baik dari
seseorang.13
Jika persyaratan keempat hal di
atas juga menjadi perhatian dan
pertimbangan Kepala Desa dalam
mengadakan komunikasi tatap muka
dengan warga desanya, pastilah hasilnya
akan sangat baik yaitu dalam hal
menumbuhkan kesediaan warga mau
berpartisipasi.
Adapun komunikasi tatap muka
Kepala Desa dalam pembangunan yang
efektif antara lain:
13
Ibid, hal 13.
a. Frekwensi penyampaian informasi
pembangunan oleh Kepala Desa
b. Pesan-pesan tentang pembangunan
dapat dimengerti oleh warga desa
c. Materi pesan komunikasi sesuai
tidaknya dengan kepentingan dan
aspirasi warga desa
d. Kesediaan Kepala Desa membuka diri
saat melakukan percakapan dengan
warga desanya
e. Kesediaan Kepala Desa untuk
bekerjasama dan mufakat dengan
warga desa demi mengembangkan
rasa kebersamaan dalam menghadapi
persoalan mereka
f. Kepala Desa memberikan kesempatan
kepada warga seluas-luasnya untuk
memberikan masukan
g. Hasil keputusan selalu diutamakan
sebagai kesepakatan bersama atas
dasar kebersamaan14
c. Partisipasi Masyarakat Dalam
Pelaksanaan Pembangunan Desa
1. Pengertian Partisipasi
Masyarakat
Moelyono Tjokroaminoto
mengemukakan pendapat tentang
partisipasi sebagai berikut : Pernyataan
mental dan emosi seseorang di dalam
suatu kelompok, yang mendorong
mereka untuk menyumbangkan ide
pikiran, dan perasaan bagi terciptanya
tujuan bersama dan bertanggung jawab
terhadap tujuan yang dikehendaki.15
Kemudian Koentjoroningrat dalam
bukunya mengemukakan sebagi berikut :
"Partisipasi adalah turut sertanya
14 Ibid hal 21
15 Moeljyanto Tjokroaminoto, Ketetapan-
Ketetapan RI, Bina Ilmu, Surabaya, 1978, hal.
29.
[Type the company name] Volume 16 Nomor 2 September 2015| SOSIAL | 121
masyarakat pedesaan dalam aktivitas-
aktivitas bersama dalam pembangunan.16
Sedangkan menurut AMA
(American Management Assosiation)
mengemukakan pengertian partisipasi
adalah : "Partisipasi adalah berarti
mengikut serta kreatif yang ada dalam
kelompok untuk merencanakan dan
menyelesaikan pekerjaan yang ada pada
kelompok masyarakat tersebut."17
Dengan demikian pengertian dan
pemahaman beberapa pendapat tersebut,
secara umum kata partisipasi adalah
keikutsertaan warga masyarakat dalam
setiap kegiatan yang berlangsung di
wilayah desanya, dalam artian adanya
penyertaan kecerdasan, minat, bakat dan
kreatif, ikut serta dalam penyampaian ide
dan gagasan, ikut serta dalam
pelaksanaan daripada ide-ide dan
gagasan tersebut, dan ikut bertanggung
jawab terhadap hasil semua kegiatap
pembangunan.
2. Bentuk Partisipasi Masyarakat
Menurut Taliziduhu Ndraha
bentuk partisipasi dibagi atas tiga hal,
yaitu :
16
Koentjoroningrat, Kebudayaan
Mentalitet Pembangunan, PT. Gramedia, Jakarta,
1983, hal. 59 17
I. Nyoman Baratha, Desa, Masyarakat
Desa dan Pembangunan, PT. Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1982, hal. 59.
1. Titik berat partisipasi adalah pada
keterlibatan mental dan emosional.
Kehadiran secara pribadi/fisik semata
di dalam suatu kelompok tanpa
keterlibatan tersebut bukanlah
partisipasi.
2. Kesediaan untuk memberikan
kontribusi, tergerak. Wujud
kontribusi di dalam pembangunan ada
bermacam-macam. Misalnya barang,
uang, bahan, jasa, buah pikiran,
ketrampilan dan sebagianya.
3. Kesediaan untuk turut
bertanggungjawab terbangkitkan.18
Dengan memahami dan
memperhatikan pendapat di atas, maka
akan dapat ditarik pengertian bahwa
bentuk partisipasi masyarakat dalam
pembangunan itu ada tiga hal penting
yaitu keterlibatan mental dan emosional,
kesediaan memberikan dan sebagainya
serta kesediaan bertanggungjawab atas
semua hasil atau efek dari partisipasi.
a. Partisipasi tertekan oleh hukum atau
peraturan, yaitu keikutsertaan dalam
suatu kegiatan yang diatur oleh
hukum/peraturan yang berlaku yang
bertentangan dengan keyakinan atau
pendiriannya sendiri, tanpa harus
memerlukan persetujuan terlebih
dahulu.
b. Partisipasi paksaan karena keadaan
sosial ekonomi. Partisipasi ini,
18
Talizziduhu Ndaraha, Metodologi
Penelitian Pembangunan Desa, PT. Bina Aksara,
Jakarta, 1985. hal 24.
[Type the company name] Volume 16 Nomor 2 September 2015| SOSIAL | 122
seolah-olah dapat disamakan dengan
partisipasi bebas, karena partisipasi
sama sekali tidak memperoleh
tekanan atau paksaan secara langsung
dari siapapun juga, untuk
berpartisipasi. Tetapi jika ia tidak
berpartisipasi dalam kegiatan tertentu,
ia akan menghadapi tekanan,
ancaman atau bahkan bahaya yang
akan menekan kehidupannya sendiri
dan keluarganya. Misalnya,
keikutsertaan seseorang dalam partai-
partai politik, keikutsertaan petani
kecil dalam kelompok patron -
client tertentu, ataupun keanggotaan
petani dalam kelompok tani.
c. Partisipasi karena kebiasaan, yaitu
suatu bentuk partisipasi yang
dilakukan karena kebiasaan setempat,
seperti kebiasaankebiasaan karena
jenis kelamin, ras, agama/aliran
kepercayaan, dan sebagainya.19
3. Ukuran Keberhasilan Partisipasi
Masyarakat
Ukuran Keberhasilan partisipasi
sebagaimana. dikemukakan oleh Drs.
Alex S. Nitisemito, adalah sebagai
berikut: “Ukuran keberhasilan partisipasi
bilamana keputusan dan rencana tersebut
19
Totok Mardikanto, Komunikasi
Pembangunan, Sebelas Maret University Press,
hal 105-107.
dilaksanakan dengan penuh kesadaran
dan tanggung jawab, serta mereka ikut
memiliki, sehingga dengan demikian kita
harus berusaha semaksimal mungkin
dalam usaha meningkatkan partisipasi
sehingga dapat menimbulkan rasa
keikutsertaan memiliki.”20
Keberhasilan partisipasi dapat
diukur atau dapat dinilai dengan baik,
bilamana adanya suatu bentuk atau
proses komunikasi tatap muka anatara
pemimpin dalam hal ini kepala desa
dengan yang dipimpin yaitu masyarakat
didalam segala kegiatan, baik dalam
perencanaan, pelaksanaan dan
pemeliharaan atau pengelolaan
pembangunan. Dengan demikian rakyat
atau masyarakat akan merasa dan
muncul "Handarbeni" atau rasa memiliki
dan dimiliki dalam proses pembangunan.
4. Pengertian Pembangunan Desa
Sedangkan pengertian
pembangunan itu sendiri menurut
Sondang P. Siagian adalah sebagai
berikut "Pembangunan adalah suatu
usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan
dan perubahan yang dilakukan secara
sadar oleh suatu bangsa, negara dan
pemerintah menuju moderinitas dalam
20
Drs. Alex S. Nitisemito, Management
Personalia, Shalia Indonesia, 1982, hal. 268
[Type the company name] Volume 16 Nomor 2 September 2015| SOSIAL | 123
pembinaan bangsa".21
Dari pendapat
tersebut di atas dapat ditarik suatu
pemahaman atau pengertian bahwa
pembangunan adalah suatu rangkaian
usaha untuk mengadakan perubahan dari
hal yang dianggap kurang baik menuju
kepada keadaan yang dianggap lebih
baik.
Kemudian perlu diperjelas
kembali, bahwasanya dalam penelitian
ini hanya membatasi pembangunan
dalam arti atau dalam bidang fisik.
Sedangkan pengertian Mengenai
Pembangunan fisik dalam buku Pola
Gerak Operasional Pembangunan
Masyarakat Desa disebutkan sebagai
berikut:
Pembangunan desa pada dasarnya
mempunyai maksud dan tujuan yaitu
meningkatkan taraf hidup, kesejahte-
raan, keadilan dan kemakmuran
semua lapisan masyarakat serta
menciptakan tatanan atau keadaan
fisik, metal spiritual yang baik. 22
Jadi pembangunan desa harus
memperhatikan dari pada keadaan
lingkungan masyarakat itu sendiri,
sehingga dapat mempermudah dari
pada proses pembangunan
21
Sondang P. Siagian, Administrasi
Pembangunan, Gunung Agung, Jakarta, 1984
hal. 3 22
Direktorat Jendral Pembangunan
Masyarakat Desa, Pola Dasar dan Gerak
Operasional Pembangunan Masyarakat Desa,
1977, hal. 14
masyarakat desa. Komunikasi yang ada
di dalam masyarakat sangatlah
bermacam-macam bentuknya, media
televisis radio, koran, dikatakan sebagai
alat komunikasi yang umum diketahui
oleh kebanyakan orang. Komunikasi
Tatap Muka, yang proses dilakukan oleh
kepala desa dengan masyarakat
merupakan hal yang terpenting di dalam
menyampaikan pesan-pesan pembangu-
nan dan dengan informasi tersebut
tinggal bagaimana masyarakat
mengekspresikan, sehingga di sini juga
kembali kepada masyarakat seberapa
besar pemahaman yang dilakukan.
Diharapkan masyarakat desa melalui
proses komunikasi tatap muka, mampu
memahami dan menjabarkan isi pesan-
pesan yang disampaikan oleh kepala
desa atau pimpinan desa ke dalam pola
pikir dan penerapannya di dalam proses
pembangunan.
Setelah penulis kemukakan
pengertian partisipasi masyarakat dan
pembangunan, maka selanjutnya akan
penulis kemukakan pengertian sebagai
berikut : “Desa adalah suatu wilayah
yang ditempati oleh sejumlah penduduk
sebagai kesatuan masyarakat termasuk di
dalamnya kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai organisasi pemerintah
terendah langsung di bawah Camat yang
[Type the company name] Volume 16 Nomor 2 September 2015| SOSIAL | 124
berhak menyelenggarakan rumah
tangganya sendiri dalam ikatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia”.23
Dari pemahaman pendapat tersebut
di atas, dapat ditarik pengertian yang
lebih singkat dan jelas, yaitu sebagai
berikut :
- Desa merupakan suatu wilayah yang
ditempati oleh sejumjah orang atau
penduduk.
- Desa sebagai bentuk kesatuan
masyarakat yang memiliki adat
istiadat, budaya, agama, norma-norma
atau peraturan-peraturan
kemasyarakatan yang berlaku di desa
itu sendiri maupun dengan desa yang
lainnya.
Adapun partisipasi masyarakat
dalam pembagunan dapat ditunjukan
antara lain:
a. Kehadiran warga desa dalam
pertemuan yang diadakan oleh Kepala
Desa
b. Minat dan perhatian warga desa untuk
ikut aktif dalam pertemuan desa saat
membicarakan program
pembangunan
c. Kesediaan warga desa untuk ikut
bertanggung jawab atas pelaksanaan
pembangunan di desanya
23
Bayu Suryaningrat, Desa dan
Kelurahan, PT. Metro Pos, Jakarta, 1980, hal. 10
d. Adanya kesempatan ikut menikmati
hasil-hasilpembangunan
e. Adanya rasa tanggung jawab dalam
memelihara dan mengamankan hasil
pembangunan24
C. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Penelitian deskriptif menurut Moh
Nazir adalah sebagai berikut: Suatu
Metode dalam penelitian status
kelompok manusia suatu obyek, suatu
kondisi, suatu sistem pemikiran atau
suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Dan tujuannya adalah
membuat deskripsi pada masa sekarang.
Dan tujuanya adalah membuat deskripsi
atau gambaran atau lukisan secara
sistematis, aktual, akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antar fenomena yang diselidiki.25
b. Variabel dan indikator
Variabel bebas menurut Hadari
Nawawi adalah sejumlah gejala faktor
atau unsur yang menentukan atau
mempengaruhi adanya atau munculnya
gejala atau faktor ataupun unsur lainya.26
Pada penelitian ini yang menjadi
variabel bebas adalah efektifitas
24
Ibid 70 25
Moh Nzir, Metode Penelitian, Cetakan
2, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985, hal 63. 26
Ibid, hal 57
[Type the company name] Volume 16 Nomor 2 September 2015| SOSIAL | 125
komunikasi tatap muka kepala desa,
dengan indikator sebagai berikut:
a. Frekwensi penyampaian informasi
pembangunan oleh Kepala Desa.
b. Pesan-pesan tentang pembangunan
dapat dimengerti oleh warga desa.
c. Materi pesan komunikasi sesuai
tidaknya dengan kepentingan dan
aspirasi warga desa.
d. Kesediaan Kepala Desa membuka diri
saat melakukan percakapan dengan
warga desanya.
e. Kesediaan Kepala Desa untuk
bekerjasama dan mufakat dengan
warga desa demi mengembangkan
rasa kebersamaan dalam menghadapi
persoalan mereka
f. Kepala Desa memberikan kesempatan
kepada warga seluas-luasnya untuk
memberikan masukan.
g. Hasil keputusan selalu diutamakan
sebagai kesepakatan bersama atas
dasarn kebersamaan.
Variabel terikat menurut Hadari
Nawawi adalah sejumlah gejala atau
faktor dan unsur yang ada dan muncul
dipengaruhi oleh adanya variabel
bebas.27
Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel terikat atau Y adalah
partisipasi masyarakat dalam
27
Ibid, hal 57
pembangunan. Dengan indikator sebagai
berikut :
a. Kehadiran warga desa dalam
pertemuan yang diadakan oleh Kepala
Desa
b. Minat dan perhatian warga desa untuk
ikut aktif dalam pertemuan desa saat
membicarakan program
pembangunan
c. Kesediaan warga desa untuk ikut
bertanggung jawab atas pelaksanaan
pembangunan di desanya
d. Adanya kesempatan ikut menikmati
hasil-hasilpembangunan
e. Adanya rasa tanggung jawab dalam
memelihara dan mengamankan hasil
pembangunan
b. Populasi dan Sampel
Populasi menurut Kartini Kartono
adalah semua kasus, kejadian orang, hal,
dan lain-lain yang berwujud sejumlah
mahasiswa, kurikulum, kemampuan
management, alat-alat mengajar, cara
mengajar, cara pengadminstrasian,
kepemimpinan, peristiwa, dan lain-
lain.28
Sedangkan menurut Suharsimi
Arikunto populasi adalah keseluruhan
subyek penelitian.29
Berdasarkan
28
Kartini kartono, op.cit, hal 133 29
Suharsini Arikunto, op.cit, hal 102
[Type the company name] Volume 16 Nomor 2 September 2015| SOSIAL | 126
pengertian diatas maka populasi
penelitian ini meliputi :
- Perangkat desa Sidorejo = 15 orang
- Masyarakat desa Sidorejo yang
diwakili lembaga-lembaga=
1) BPD = 9 orang
2) LPM = 17 orang
3) PKK = 15 orang
4) RW = 9 orang
5) RT = 12 orang
Jumlah = 77 orang
Berkaitan dengan besarnya
populasi tersebut, maka menurut
Suharsimi Arikunto dinyatakan sebagai
berikut: ”apabila subyek kurang dari
100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Selanjutnya jika jumlah subyek
besar dapat diambil diantara 5 -15% atau
20-25% atau lebih”.30
Dengan demikian
penelitian ini adalah penelitian populasi.
c. Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis
menggunakan sumber data primer dan
sekunder.
a) Data Primer
Menurut Hadari Nawawi data
primer adalah data autentik atau data
langsung dari tangan pertama tentang
masalah yang diungkapkan.31
Jadi
data primer diperoleh langsung dari
hasil responden yang telah diberi
30
Suharsimi Arikunto, op.cit, hal 112 31
Hadari Nawawi, op.cit, hal 80
angket yang bersifat tertutup yaitu
pertanyan yang sudah diberi jawaban.
b) Data Sekunder
Data sekunder atau tangan ke
dua adalah data yang diperoleh lewat
pihak lain, tidak langsung diperoleh
oleh peneliti dari subyek
penelitinya.32
Jadi data sekunder
diperoleh melalui pengumpulan
catatan dilokasi penelitian. Data yang
mengutip dari sumber lain sehingga
tidak bersifat autentik karena sudah
diperoleh dari tangan ke2, ke3 dan
selanjutnya.
d. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Kuesioner adalah penyelidikan
mengenai suatu masalah yang banyak
menyangkut kepentingan umum
(orang banyak) dengan jalan
mengedarkan formulir daftar
pertanyaan yang diajukan secara
tertulis kepada subyek untuk
mendapatkan jawaban atau
tanggapan, respon tertulis
e. Teknik Analisa Data
Pada dasarnya analisis data
adalah kegiatan untuk memanfaatkan
data sehingga dapat diperoleh suatu
kebenaran dan ketidakbenaran dari
suatu hipotesis. Dalam analisis
32
Ipid, hal 80
[Type the company name] Volume 16 Nomor 2 September 2015| SOSIAL | 127
diperlukan imajinasi dan kreativitas
sehingga diuji kemampuan peneliti
dalam menalar sesuatu.
Analisis data merupakan
suatu proses lanjutan dari proses
pengelolaan data untuk melihat
bagaimana menginterpretasi data,
sedangkan untuk skor pilihan
jawaban menggunakan skalla likert
yaitu dengan :
1. Untuk jawaban a diberi simbol 3
2. Untuk jawaban b diberi simbol 2
3. Untuk jawaban c diberi simbol 1
Selanjutnya simbol-simbol
tersebut diubah dalam kategori,
sehingga :
1. Untuk simbol 3 dikategorikan baik
2. Untuk simbol 2 dikategorikan
kurang baik
3. Untuk simbol 1 dikategorikan tidak
baik
Kemudian menganalisa data
dari hasil yang sudah ada pada tahap
hasil pengelolaan data untuk
klasifikasi besarnya interrval
digunakan rumus :
Jarak pengukuran (R)33
i = Jumlah interval (I)
i : Lebar Interval
33
Sutrisno Hadi, Op cit, hal. 106
R: Angka tertinggi dari
pengukuran dikurangi angka
terendah dari pengukuran
I: Jumlah Interval.
D. Hasil Penelitian dan
Pembahasan
a. Interpretasi Data
1. Rekapitulasi Variabel Bebas :
Komunikasi Tatap Muka Kepala Desa
Untuk mengetahui interpretasi data
variabel Komunikasi tatap muka
kepala desa dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
[Type the company name] Volume 16 Nomor 2 September 2015| SOSIAL | 128
Tabel 1
Rekapitulasi data variabel bebas
Komunikasi Tatap Muka
NO Jawaban pertanyaan variabel bebas
JML A B C D E F G 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 40
2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 40
3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 40
4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 40
5 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 40
6 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 40
7 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 40
8 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 40
9 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 40
10 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 40
11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
26 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
27 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
30 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
31 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
34 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
35 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
36 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
37 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
38 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
39 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
40 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
41 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
42 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
43 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
44 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
45 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
46 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
47 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
48 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
49 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
[Type the company name] Volume 16 Nomor 2 September 2015| SOSIAL | 129
50 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
51 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
52 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
53 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
54 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
55 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
56 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
57 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
58 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
59 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
60 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
61 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
62 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
63 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
64 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
65 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
66 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
67 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
68 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
69 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
70 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
71 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 37
72 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 37
73 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 37
74 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 37
75 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 37
76 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 37
77 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 37
Sumber : Data primer diolah dari pertanyaan no. 1 sampai 14
Berdasarkan tabel rekapitulasi data variabel bebas dapat diketahui bahwa
klasifikasi pengukuran skor distribusi variabel bebas menunjukkan skor angka tertinggi
dan terendah sebagai berikut :
- Skor tertinggi variabel bebas = 42
- Skor terendah variabel bebas = 37
sehingga dapat dicari lebarnya interval sebagai berikut :
I = Jarak pengukuran
Jarak interval
= 42 – 37
3
= 1,67 dibulatkan menjadi 2
Dari angka 2 tersebut, maka dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis pengukuran
yaitu :
a. 41 - 42 adalah kategori baik
b. 39 - 40 adalah kategori cukup baik
c. 37 - 38 adalah kategori kurang baik
Dengan demikian dapat disusun dalam bentuk tabel pengukuran sebagai berikut:
[Type the company name] Volume 16 Nomor 2 September 2015| SOSIAL | 130
Tabel 2
Klasifikasi variabel bebas
Komunikasi tatap muka
Kategori Responden Prosentase (%)
a. Baik 60 77,9
b. Cukup Baik 10 12,9
c. Kurang Baik 7 9,2
Jumlah 77 100 %
Sumber : Data primer diolah dari analisa data
Berdasarkan tabel diatas dapat
diketahui bahwa klasifikasi baik sebesar
77,9 % untuk klasifikasi cukup baik
sebesar 12,9 % dan klasifikasi kurang
baik sebesar 9,2%. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa komunikasi
tatap muka kepala desa Sidorejo sudah
baik.
2. Rekapitulasi Variabel Terikat :
Partisipasi masyarakat dalam
pembangunan desa. Untuk
mengetahui interpretasi data
variabel Partisipasi masyarakat
dalam pembangunan desa dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3
Rekapitulasi data variabel terikat
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa
NO
Jawaban pertanyaan variabel bebas
JML A B C D E
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 25
2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 25
3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 25
4 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 27
5 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 27
6 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 28
7 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 28
8 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 28
9 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 28
10 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 28
11 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 28
12 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 28
13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
26 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
[Type the company name] Volume 16 Nomor 2 September 2015| SOSIAL | 131
27 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
30 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
31 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
34 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
35 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
36 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
37 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
38 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
39 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
40 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
41 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
42 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
43 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
44 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
45 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
46 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
47 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
48 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
49 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
50 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
51 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
52 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
53 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
54 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
55 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
56 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
57 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
58 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
59 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
60 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
61 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
62 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
63 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
64 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
65 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
66 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
67 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
68 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
69 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
70 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
71 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 30
72 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 30
73 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 30
74 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 30
75 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 30
76 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 30
77 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 30
Sumber : Data primer diolah dari pertanyaan no. 11 sampai 24
Berdasarkan tabel rekapitulasi
data variabel terikat dapat diketahui
bahwa klasifikasi pengukuran skor
distribusi variabel terikat menunjukkan
skor angka tertinggi dan terendah
sebagai berikut :
- Skor tertinggi variabel terikat = 30
- Skor terendah variabel terikat = 25
sehingga dapat dicari lebarnya interval
sebagai berikut :
t = Jarak pengukuran
Jarak interval
= 30 – 25
3
= 1,67 dibulatkan menjadi 2
[Type the company name] Volume 16 Nomor 2 September 2015| SOSIAL | 132
Dari angka 3 tersebut, maka
dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis
pengukuran yaitu :
a. 29 - 30 adalah kategori baik
b. 27 - 28 adalah kategori cukup baik
c. 25 - 26 adalah kategori kurang baik
Dengan demikian dapat disusun
dalam bentuk tabel pengukuran sebagai
berikut:
Tabel 4
Klasifikasi variabel terikat
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa
Kategori Responden Prosentase (%)
a. Baik 65 84,4
b. Cukup baik 9 11,7
c. Kurang baik 3 3,9
Jumlah 77 100 %
Sumber : Data primer diolah dari analisa data
Berdasarkan tabel diatas dapat
diketahui bahwa klasifikasi baik sebesar
84,4% untuk klasifikasi cukup baik
sebesar 11,7 % dan klasifikasi kurang
baik sebesar 3,9%
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa partisipasi
masyarakat desa Sidorejo dalam
pembangunan desa sudah baik.
b. Hubungan Antara Komunikasi
Tatap Muka Dengan Partisipasi
Masyarakat Dalam
Pembangunan Desa Tabel 34
Perbandingan hasil penelitian
antara variabel bebas dengan variabel terikat
Klasifikasi Prosentase (%)
Variabel bebas Variabel terikat
a. Baik 77,9 84,4
b. Cukup baik 12,9 11,7
c. Kurang baik 9,2 3,9
Jumlah 100 % 100 %
Sumber : Data primer diolah dari analisa data
Berdasarkan tabel diatas dapat
diketahui bahwa komunikasi tatap muka
menunjukkan kategori baik yaitu 77,9%,
sedangkan variabel partisipasi
masyarakat dalam pembangunan desa
menunjukkan kategori baik yaitu 84,4 %.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa adanya hubungan antara
komunikasi tatap muka kepala desa
dengan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan desa di desa Sidorejo
Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun.
Hal ini juga berarti komunikasi
tatap muka kepala desa akan
berpengaruh terhadap partisipasi
masyarakat dalam pembangunan di desa
[Type the company name] Volume 16 Nomor 2 September 2015| SOSIAL | 133
Sidorejo. Dimana dari penelitian yang
telah dilakukan dapat diketahui bahwa
hubungan antara komunikasi tatap muka
kepala desa sudah baik maka partisipasi
masyarakat dalam pembangunan di desa
Sidorejo Kecamatan Wungu Kabupaten
Madiun ini pun tingkatannya juga baik
sesuai dengan yang diharapkan
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
ada dapat disimpulkan beberapa hal yang
berhubungan dengan komunikasi tatap
muka kepala desa dan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan di desa
Sidorejo Kecamatan Wungu Kabupaten
Madiun sebagai berikut :
1. Variabel Bebas : Komunikasi Tatap
Muka Kepala Desa
Berdasarkan interpretasi data
diketahui bahwa klasifikasi baik
sebesar 77,9 % untuk klasifikasi
cukup baik sebesar 12,9 % dan
klasifikasi kurang baik sebesar 9,2%.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa komunikasi tatap muka kepala
desa Sidorejo Kecamatan Wungu
Kabupaten Madiun sudah baik.
2. Variabel Terikat : Partisipasi
masyarakat dalam pembangunan
desa. Berdasarkan interpretasi data
diketahui bahwa klasifikasi baik
sebesar 84,4% untuk klasifikasi
cukup baik sebesar 11,7 % dan
klasifikasi kurang baik sebesar
3,9%
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa partisipasi
masyarakat Sidorejo Kecamatan
Wungu Kabupaten Madiun dalam
pembangunan desa sudah baik.
3. Hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat
Berdasarkan interpretasi data
diketahui bahwa komunikasi tatap
muka menunjukkan kategori baik
yaitu 77,9%, sedangkan variabel
partisipasi masyarakat dalam
pembangunan desa menunjukkan
kategori baik yaitu 84,4%. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa
adanya hubungan antara komunikasi
tatap muka kepala desa dengan
partisipasi masyarakat dalam
pembangunan di desa Sidorejo
Kecamatan Wungu Kabupaten
Madiun.
Hal ini juga berarti
komunikasi tatap muka kepala desa
akan berpengaruh terhadap
partisipasi masyarakat dalam
pembangunan di desa Sidorejo
Kecamatan Wungu Kabupaten
Madiun. Dimana dari penelitian
[Type the company name] Volume 16 Nomor 2 September 2015| SOSIAL | 134
yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa hubungan antara komunikasi
tatap muka kepala desa sudah baik
maka partisipasi masyarakat dalam
pembangunan di desa Sidorejo
Kecamatan Wungu Kabupaten
Madiun ini pun tingkatannya juga
baik sesuai dengan yang diharapkan
F. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang
ada dapat dilakukan saran-saran sebagai
berikut :
1. Meskipun menurut responden kondisi
saat ini komunikasi tatap muka di
Sidorejo Kecamatan Wungu
Kabupaten Madiun sudah intensif
tetapi dengan melihat hasil antara
beberapa butir yang ada menunjukkan
bahwa peningkatan komunikasi tatap
muka kepala desa dapat memberikan
kontribusi pada peningkatan
partisipasi masyarakat dalam
pembangunan desa di desa Sidorejo.
Dalam hal lain masih ditemukannya
beberapa butir variabel komunikasi
tatap muka kepala desa yang rendah,
sehingga usaha-usaha perlu terus
dilakukan.
2. Dalam kondisi apapun selalu
dilakukan komunikasi tatap muka
antara kepala desa dengan masyarakat
sehingga masyarakatpun memiliki
kedekatan dengan kepala desanya
yang nantinya hal ini akan bermanfaat
untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan
desa.
DA FTAR PUSTAKA
A.W. Widjaja, Komunikasi dan
Hubungan Masyarakat, Bina
Aksara, Jakarta, 1986.
Bayu Suryaningrat, Desa dan
Kelurahan, PT. Metro Pos, Jakarta,
1980, hal. 10
Demi Abdulrahman M. A. Dasar-dasar
Public Relation, Alumni, Bandung,
1975.
Direktorat Jendral Pembangunan
Masyarakat Desa, Pola Dasar dan
Gerak Operasional Pembangunan
Masyarakat Desa, 1977.
Alex S. Nitisemito, Management
Personalia, Shalia Indonesia,
1982.
C. Sardjono, Beberapa Pendekatan
dalam Study dan Research
Komunikasi, FISIPOL UNS,
Surakarta, 1981.
Eduard Depari dan Collin Mac Andrews,
Peranan Komunikasi Massa dalam
Pembangunan, Gadjah Mada
[Type the company name] Volume 16 Nomor 2 September 2015| SOSIAL | 135
University Press, Yogyakarta,
1978.
Jalaludin Rakhmat, Psikologi
Komunikasi, Remajakarya,
Bandung, 1986.
Onong U. Effendi,. Dimensi-dimensi
Komunikasi, Alumni, Bandung,
1986.
Nyoman Baratha, Desa, Masyarakat
Desa dan Pembangunan, PT.
Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982,
hal. 59.
Keit Davis dalam Suhartin Citrobroto,
Prinsip-prinsip dan Teknik
Berkomunikasi, Batara Karya
Koentjoroningrat, Kebudayaan
Mentalitet Pembangunan, PT.
Gramedia, Jakarta, 1983
Moeljyanto Tjokroaminoto, Ketetapan-
Ketetapan RI, Bina Ilmu,
Surabaya, 1978.
Moh Nzir, Metode Penelitian, Cetakan
2, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985.
Soetomo, Pembangunan Masyarakat,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009,
Aksara, Jakarta, 1978,
Sondang P. Siagian, Administrasi
Pembangunan, Gunung Agung,
Jakarta, 1984.
Talizziduhu Ndaraha, Metodologi
Penelitian Pembangunan Desa,
PT. Bina Aksara, Jakarta, 1985.
Totok Mardikanto, Komunikasi
Pembangunan, Sebelas Maret
University Press.
Ton Kertapi, Dasar-dasar Publisistik,
Penerbit Soeroengan, Djakarta,
1968.