tatap muka 4
DESCRIPTION
TATAP MUKA 4. HUKUM PAJAK. Dj.Gade & M.Gade ( Hukum Pajak ) LPFE UI, Edisi Revisi 2002. Kedudukan Hukum Pajak. HUKUM. HUKUM Perdata ( privat ). HUKUM PUBLIK( umum ). Hak hak benda hub antar orang di suatu negara. hub antar orang dengan negara. HUKUM PIDANA. HUKUM PERDATA. - PowerPoint PPT PresentationTRANSCRIPT
TATAP MUKA 4
HUKUM PAJAK
HUKUM Perdata (privat)
Objek, Wajib pajak
Hutang pajak penagihan
Keberatan & banding dll
HUKUM PIDANAHUKUM PERDATA
HUKUM PUBLIK(umum)
HUKUM
Hak hak benda
hub antar orang di suatu negara hub antar orang dengan negara
umum khusus=dagang pidana tata
negara pajak
adm.negara, TUN
Kejahatan & kriminal (incl.saknsi)
Negara, pemerintah, PerUUan
Tugas & kewajiban pejabat negara/pemerintah
Dj.Gade & M.Gade (Hukum Pajak) LPFE UI, Edisi Revisi 2002
Prof. DR. Rochmat Soemtro, SH
Kumpulan peraturan yg mengatur hubungan antara Pemerintah sbg. pemungut pajak) danRakyat sbg. pembayar pajak
Keseluruhan peraturan yg meliputi wewenang Pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorangDan menyerahkannya kembali kpd masyarakatmelalui kas negara---(bagian huk.publik)
Objek pajak Wajib pajak
Hutang pajak penagihan
Keberatan & banding dll
R. Santoso Brotodhardjo, SH
DASAR HUKUM PAJAK
SILA KE EMPAT PANCASILA
Pasal 23A Amandemen ketiga UUD 1945
“No Taxation Without Representation”(Falsafah pajak di Inggris)
“Taxation Without Representation is Roberry”(Falsafah pajak di Amerika Serikat)
DASAR HUKUM PAJAK
“Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang” (Pasal 23 ayat 2 UUD 1945)
”Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang.”
(Pasal 23A Amandemen ketiga UUD 1945)
“Betapa caranya rakyat sebagai bangsa akan hidup dan darimana didapatnya belanja buat hidup, harus ditetapkan oleh rakyat sendiri, dengan perantaraan Dewan Perwakilannya. Rakyat menentukan nasibnya sendiri, karena itu juga cara hidupnya…Oleh karena penetapan belanja mengenai hak Rakyat untuk
menentukan nasibnya sendiri, maka segala tindakan yang menempatkan beban kepada Rakyat, sebagai pajak dan lain-lainnya, harus ditetapkan dengan undang-undang, yaitu dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.”
KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAH KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN/ PERWAKILAN
(SILA KE EMPAT PANCASILA)
Hukum Materiil
• Objek Pajak– Keadaan– Perbuatan– Peristiwa
• Subjek Pajak• Tarif Pajak• Timbul dan Hapusnya Utang
Pajak• Hubungan Hukum Antara
Pemerintah dan Wajib Pajak
Hukum Formal
• Bentuk dan Tata Cara Mewujudkan Hukum Materiil menjadi Kenyataan, seperti:
• Tata Cara Mendaftar Sebagai Wajib Pajak
• Tata Cara Membayar Pajak dan Melaporkan SPT
• Tata Cara Penetapan Utang Pajak
• Hak-hak Fiskus• Hak-hak Wajib Pajak
UU PPN/PPnBM
UUPPh
HukumMateriil
UU KUP
UU PPSP
UU PP
HukumFormal
UU PBBUU BPHTB
Hukum Materiil &Hukum Formal
Dlm satu naskahUU BeaMaterai
K U P
P P h
PPN&
PPnBM
P B B B P H T B
BeaMaterai
P P S P
B P S P
P P
No.
Materi
Undang
Perubahan 1 Perubahan 2 Perubahan 3
Undang
1Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)
No. 6 No. 9 No. 16 No. 28
Th 1983 Th1994 Th 2000 Th 2007
No.
Materi
Undang
Perubahan 1
Perubahan 2
Perubahan 3
Perubahan 4
Undang
2 Pajak Penghasilan (PPh)
No. 7 No. 7 No. 10 No. 17 No. 36
Th 1983 Th 1991 Th 1994 Th 2000 Th 2008
No.
Materi Undang
Perubahan 1 Perubahan 2 Perubahan 3
Undang
3 Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM)
No. 8 No. 11 No. 18 No. 42
Th 1983 Th 1994 Th 2000 Th 2009
No. Materi
Undang
Perubahan 1
Undang
4 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
No. 12 No. 12
Th 1985 Th 1994
No. Materi Undang
Undang
5 Bea Materai No. 13
Th 1985
No. Materi
Undang
Perubahan 1
Undang
6 Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (BPSP)
No. 17 No. 14
Th 1997 Th 2002
No. Materi
Undang
Perubahan 1
Undang
7 Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (PPSP)
No. 19 No. 19
Th 1997 Th 2000
No. Materi
Undang
Perubahan 1
Undang
8 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
No. 21 No. 20
Th 1997 Th 2000
No. Materi UndangUndang
Perubahan 1
Perubahan 2
Perubahan 3
Perubahan 4
1 Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) No. 6
Th 1983No. 9 Th1994
No. 16 Th2000
No. 28Th2007
2 Pajak Penghasilan (PPh) No. 7 Th 1983
No. 7 Th 1991
No. 10 Th 1994
No. 17 Th2000
No. 36Th2008
3 Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM)
No. 8 Th 1983
No. 11 Th 1994
No. 18 Th 2000 No. 42
Th 2009
4 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) No. 12 Th 1985
No. 12 Th 1994
5 Bea Materai No. 13 Th 1985
6 Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (BPSP)
No. 17 Th 1997
No. 14 Th 2002
7 Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (PPSP) No. 19
Th 1997No. 19 Th 2000
8 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
No. 21 Th 1997
No. 20 Th 2000
UNDANG-UNDANG PAJAKV
SENGKETA PAJAK
TAFSIR UU BUKTI
Diputus oleh HAKIM
Pengetahuan tentang kaidah-kaidah
hukum
Pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa
hukum
V V
PENAFSIRAN DALAM HUKUM PAJAK
Penafsiran menurut Ilmu Tata Bahasa
Penafsiran menurut sejarah terjadinya hukum
Penafsiran menurut sejarah terjadinya undang-undang
Penafsiran secara sistematis
Penafsiran secara sosiologis
Penafsiran menurut analogi
(Pengantar Ilmu Hukum Pajak – R. Santoso Brotodihardjo, SH)
Penafsiran secara otentik
(Asas dan Dasar Perpajakan – Prof. Dr. Rohmat Soemitro, SH)
Penafsiran secara otentik
Penafsiran ini dilakukan oleh pembuat undang-undang sendiri dalam undang-undang ybs, yaitu
Pasal 1 yang memuat arti dan istilah-istilah secara umum, atau diberikan dalam pasal-pasal
khusus ybs.
Penjelasan yang diberikan dalam memori penjelasan adalah tidak mengikat, sebab penjelasan bukan merupakan ketentuan
undang-undang sehingga masih dapat dipersoalkan di muka pengadilan.
Penafsiran secara sistematis
Penafsiran ini dilakukan menurut sistem yang terdapat dalam hukum
Kata-kata dalam suatu peraturan haruslah ditafsirkan dalam hubungannya dengan kalimat
yang bersangkutan; maka kalimat-kalimat ini harus pula ditafsirkan dalam hubungannya
dengan peraturan-peraturan dalam undang-undang, dan yang terakhir dalam hubungannya
dengan hukum secara keseluruhan.
Penafsiran menurut sejarah terjadinya hukum
Penafsiran ini dilakukan dengan menyelidiki asal mula suatu peraturan dari suatu sistem hukum
yang dulu pernah berlaku.
Penafsiran menurut sejarah terjadinya undang-undang
Penafsiran ini dilakukan dengan menyelidiki asal mula terjadinya undang-undang.
Di negara kita, yang pembuat undang-undangnya terdiri dari pemerintah dan parlemen, maka usaha
untuk mencari itu dicoba dengan membahas memori-memori penjelasan, laporan-laporan mengenai perdebatan-perdebatan yang dilakukan dalam
parlemen, jawaban-jawaban pemerintah, surat-menyurat antara menteri dengan komisi ybs, mosi-
mosi dsb.
Penafsiran secara sosiologis
Penafsiran ini didasarkan syarat-syarat dalam kehidupan masyarakat. Karena peristiwa-
peristiwa dan kenyataan-kenyataan turut serta dalam menentukan hukum; sebaliknya hukumpun mempunyai fungsi dalam
masyarakat.
Penafsiran menurut Ilmu Tata Bahasa
Penafsiran ini dilakukan berdasarkan bunyi kata-kata dalam kaidah-kaidah hukum yang
berupa perumusan-perumusan. Sebab dalam kata-kata itu tersimpullah kehendak pembuat
undang-undang, yang seyogyanya selalu menyatakan maksudnya dengan jelas, dengan
kata-kata yang singkat tetapi tepat.
Penafsiran menurut arti perkataan
Penafsiran menurut analogi
Cara penafsiran ini menyatakan berlakunya suatu kaidah hukum atas suatu perkara, yang sebetulnya tidak diliputi oleh kaidah itu, dan
berada di luarnya (penafsiran secara ekstensif/luas). Adapun jalannya dimulai dengan
memasukkan suatu aturan ke dalam aturan umum (yang tidak ditulis secara nyata-nyata dalam undang-undang), dan dari pengaturan
umum itu kemudian ditarik lagi kesimpulannya, hingga sampai lagi akhirnya pada perkara yang
khusus itu.
Penafsiran dilakukan untuk menghindari keragu-raguan atau arti ganda demi kepastian hukum.
Tafsiran yang mengikat adalah tafsiran otentik, disamping itu juga tafsiran yang diberikan oleh hakim dalam suatu pengadilan. Tafsiran dalam pengadilan lazimnya hanya berlaku bagi pihak-
pihak yang berperkara, dan akan menjadi yurisprudensi dan mengikat umum, bila terjadi
beberapa kali atau berulang-ulang.
(Asas dan Dasar Perpajakan – Prof. Dr. Rohmat Soemitro, SH)