laporan validasi spektrofotometri

26
LABORATORIUM KIMIA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN LAPORAN KELOMPOK SPEKTROFOTOMETRI & VALIDASI METODE ANALISIS OLEH KELOMPOK III SRI MEGAWATI N111 09 013 SUHARPIAMI N111 10 122 FITRI AQMALIAH B N111 10 263 SURYANINGSIH N111 10 268 ARDY N TODING BUA N111 10 276 EKA HARDIYANTI N111 10 287 NURUL MUTHMAINNAH N111 10 905 GOLONGAN RABU

Upload: eka-hardiyanti-husain

Post on 06-Aug-2015

1.615 views

Category:

Documents


99 download

DESCRIPTION

Laporan ke 4 setelah analisis unsur n logam, xantin analgetik, dan vitamin, yang aku kerja selama aku menjadi praktikan AF. Saya sangat berharap sesuatu yg sya sangat harapkan terjadi dengan apa yang saya telah lakukan ini...

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Validasi Spektrofotometri

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN KELOMPOK

SPEKTROFOTOMETRI & VALIDASI

METODE ANALISIS

OLEH

KELOMPOK III

SRI MEGAWATI N111 09 013

SUHARPIAMI N111 10 122

FITRI AQMALIAH B N111 10 263

SURYANINGSIH N111 10 268

ARDY N TODING BUA N111 10 276

EKA HARDIYANTI N111 10 287

NURUL MUTHMAINNAH N111 10 905

GOLONGAN RABU

ASISTEN : MUH. TRI HIDAYAT

MAKASSAR

2012

Page 2: Laporan Validasi Spektrofotometri

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Analisis kimia kuantitatif dapat diartikan sebagai metode analisis

prosedur kimia kuantitatif terhadap bahan-bahan yang dipakai dalam bidang

farmasi terutama dalam penentuan kadar dan mutu dari obat-obatan dan

senyawa-senyawa kimia yang tercantum dalam farmakope dan buku-buku

resmi lainnya.

Obat-obatan di pasaran sampai ke tangan konsumen dalam waktu

yang cukup lama. Dalam waktu tersebut, tidak menutup kemungkinan kadar

zat aktif dalam sediaan telah mengalami penurunan. Untuk itulah perlu

adanya penentuan kadar senyawa aktif dalam suatu sampel,sediaan farmasi

yakni dengan mengunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Namun dalam

penggunaan metode tertentu perlu dilakukan validasi metode analisis

tersebut. Maka, dalam percobaan ini akan membahas mengenai analisis

spektrofotometri dan validasi metode analisisnya.

I.2 Maksud dan Tujuan

I.2.1 Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami cara melakukan validasi metode analisis

spektrofotometri dengan berdasarkan pada parameter-parameternya.

Page 3: Laporan Validasi Spektrofotometri

I.2.2 Tujuan Percobaan

Mengetahui cara melakukan validasi metode analisis spektrofotometri

terhadap sampel tablet parasetamol generik dengan berdasarkan parameter

akurasi, presisi, linearitas, batas deteksi dan batas kuantitas.

I.3 Prinsip Percobaan

a. Melakukan validasi metode analisis spektrofotometri terhadap sampel

tablet parasetamol generik dengan berdasarkan parameter akurasi,

presisi, linearitas, batas deteksi dan batas kuantitas.

Page 4: Laporan Validasi Spektrofotometri

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Derivat dari para amino fenol yaitu fenasetin dan asetaminofen.

Asetaminofen (parasetamol) merupakan metabolit fenasetin dengan efek

antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak tahun 1893. Efek terapetik

ditentukan oleh gugus aminobenzen.fenasetin tidak digunakan lagi dalam

pengobatan karena efeknya yang dapat menyebabkan analgetik nefropati,

anemia hemolitik, dan mungkin kanker kandung kemih. (1)

Spektrofotometri absorbansi adalah sebuah instrumen untuk

mengukur absorbs/penyerapan cahaya dengan energy (panjang gelombang)

tertentu oleh suatu atom atau molekul.

Absorbsi cahaya oleh suatu molekul merupakan bentuk interaksi

antara gelombang cahaya (foton) dan molekul/atom. Jika suatu molekul atau

atom terpanjang dengan radiasi elektromagenetik, energi dapat diserap

melalui salah satu dari ketiga cara di bawah ini:

1. Energi dapat menaikkan electron dari orbital ikatan menuju orbital anti

ikatan yang berenergi lebih besar sehingga disebut transisi elektronik.

2. Energi dapat bekerja untuk meningkatkan getaran atau osilasi atom

disekitar ikatan kimia. Ini diistilahkan sebagai transisi getaran.

Page 5: Laporan Validasi Spektrofotometri

3. Energi dapat menyebabkan peningkatan putaran atom disekitar ikatan

kimia, yaitu transisi putaran.

Tiap transisi elektronik dikaitkan dengan transisi putaran dan getaran,

karena transisi elektronik memerlukan energy yang sangat banyak, hanya

cahaya dengan panjang gelombang pendek yang memiliki energy yang

cukup untuk dapat melakukan transisi elektronik. Cahaya tampak dan

ultraviolet umumnya diperlukan untuk menghasilkan transisi elektronik.

Energi cahaya yang diserah oleh molekul atau atom akan digunakan

oleh electron dalam molekul atau atom untuk bertransisi ke tingkat energi

elektronik yang lebih tinggi. Absorbs hanya akan terjadi jika selisih kedua

tingkat energy elektronik tersebut (ΔE = E2 – E1) bersesuaian dengan energy

cahaya (foton) yang datang, yakni : ΔE = Efoton.

Untuk molekul organik, absorbs cahaya UV/Vis terjadi pada group

fungsional (kromofor) yang mengandung electron-elektron valensi. Proses

absorbs cahaya UV/Vis berkaitan dengan promosi electron dari satu orbital

molekul dengan tingkatan energy elektronik yang lebih tinggi. Transisi

elektronik tersebut biasanya adalah σ σ* atau n σ* (bersesuaian

dengan energy cahaya UV) dan π π* atau n π* (bersesuaian dengan

cahaya visible). (2)

Validasi metode adalah suatu proses yang menunjukkan bahwa

prosedur analitik telah sesuai dengan penggunaan yang dikehendaki.

Page 6: Laporan Validasi Spektrofotometri

Validasi merupakan persyaratan mendasar yang diperlukan untuk menjamin

kualitas dan hasil dari semua aplikasi analitik (Ermer, 2005). Adapun

karakteristik dalam validasi metode menurut USP (United States

Pharmacopeia) XXX yaitu akurasi/kecermatan, presisi/keseksamaan,

spesifisitas, batas deteksi, batas kuantitasi, linieritas, rentang dan

kekuatan/ketahanan. (3)

a. Akurasi

Akurasi adalah kedekatan antara nilai hasil uji yang diperoleh melalui

metode analitik dengan nilai sebenarnya. Akurasi dinyatakan dalam persen

perolehan kembali (% recovery). Akurasi dapat ditentukan dengan dua

metode, yakni spiked – placebo recovery dan standard addition method.

Pada spiked – placebo recovery atau metode simulasi, analit murni

ditambahkan (spiked) ke dalam campuran bahan pembawa sediaan farmasi,

lalu campuran tersebut dianalisis dan jumlah analit hasil analisis

dibandingkan dengan jumlah analit teoritis yang diharapkan. Jika plasebo

tidak memungkinkan untuk disiapkan, maka sejumlah analit yang telah

diketahui konsentrasinya dapat ditambahkan langsung ke dalam sediaan

farmasi. Metode ini dinamakan standard addition method atau metode

penambahan baku. (4)

Page 7: Laporan Validasi Spektrofotometri

b. Presisi

Presisi adalah ukuran keterulangan metode analitik, termasuk di

antaranya kemampuan instrumen dalam memberikan hasil analitik yang

reprodusibel. Berdasarkan rekomendasi ICH (the International Conference on

the Harmonisation), karakteristik presisi dilakukan pada 3 tingkatan, yakni

keterulangan (repeatability), presisi antara (intermediate precision) dan

reprodusibilitas (reproducibility). Keterulangan dilakukan dengan cara

menganalisis sampel yang sama oleh analis yang sama menggunakan

instrumen. yang sama dalam periode waktu singkat. Presisi antara dikerjakan

oleh analis yang berbeda. Sedangkan reprodusibilitas dikerjakan oleh analis

yang berbeda dan di laboratorium yang berbeda. (4)

c. Spesifisitas

Spesifisitas adalah kemampuan untuk mengukur analit yang dituju secara

tepat dan spesifik dengan adanya komponen lain dalam matriks sampel

seperti ketidakmurnian, produk degradatif dan komponen matriks. Secara

umum, spesifisitas dapat ditunjukkan oleh pendekatan secara langsung

maupun tidak langsung. Pendekatan langsung dapat ditunjukkan oleh

minimalnya gangguan oleh senyawa lain terhadap hasil analisis misalnya

mendapatkan hasil yang sama dengan atau tanpa senyawa pengganggu,

resolusi kromatografik yang bagus dan kemurnian puncak (peak purity).

Pendekatan tidak langsung adalah lewat pengamatan karakteristik akurasi

Page 8: Laporan Validasi Spektrofotometri

dari metode tersebut. Bila akurasi metode telah dapat diterima (acceptable)

dan valid, maka metode tersebut otomatis telah masuk kriteria sebagai

metode yang spesifik (3)

d. Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel yang

masih dapat dideteksi, meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi. Sedangkan

batas kuantitasi adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat

ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi

operasional metode yang digunakan. (4)

e. Linearitas

Linieritas adalah kemampuan suatu metode untuk memperoleh hasil

uji yang secara langsung proposional dengan konsentrasi analit pada kisaran

yang diberikan. Linieritas dapat ditentukan secara langsung dengan

pengukuran sampel (analit) yang ditambahkan baku pada sekurang-

kurangnya lima titik konsentrasi yang mencakup seluruh rentang konsentrasi

kerja. Berdasarkan rekomendasi ICH, linieritas dalam prakteknya

diperkirakan pertama kali secara visual dari penampilan kurva plot luas area /

tinggi puncak dengan konsentrasi. Untuk prosedur analitik, CDER (Center for

Drug Evaluation and Research, US FDA) merekomendasikan bahwa kriteria

linieritasnya pada tingkat koefisien korelasi tidak lebih kecil dari 0,999 (3).

Page 9: Laporan Validasi Spektrofotometri

f. Rentang

Rentang adalah konsentrasi terendah dan tertinggi yang mana suatu

metode analitik menunjukkan akurasi, presisi dan linieritas yang cukup.

Rentang suatu prosedur dapat divalidasi lewat pembuktian bahwa prosedur

analitik tersebut mampu memberikan presisi, akurasi dan linieritas yang

dapat diterima ketika digunakan untuk menganalisis sampel (4).

g. Kekuatan (Ketahanan)

Kekuatan dievaluasi dengan melakukan perubahan parameter dalam

melakukan metode analitik seperti persentase kandungan pelarut organik

dalam fase gerak, pH larutan dapar, waktu pengekstraksian analit, komposisi

pengekstraksi dan perbandingan konsentrasi fase gerak (3).

Page 10: Laporan Validasi Spektrofotometri

II.2 Uraian Bahan

1. Air suling (5)

Nama resmi : Aqua destillata

Nama lain : Aquades, air suling

RM/BM : H2O/18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

berasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Alkohol (6)

Nama Resmi : Aethanolum

Nama Lain : Etanol

RM/BM : C2H6O /46,07

Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna.

Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada

lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu

rendah dan mendidih pada suhu 78o. Mudah

terbakar.

Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur

dengan semua pelarut organik.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api.

Page 11: Laporan Validasi Spektrofotometri

3. Parasetamol (6)

Nama Resmi : Paracetamolum

Nama Lain : Parasetamol

RM/BM : C8H9NO2 / 151,16

RB :

Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau; rasa sedikit

pahit.

Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1 ,

mudah larut dalam etanol.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

II.3. Prosedur Kerja

1. Timbang seksama sejumlah serbuk tablet setara dengan 150 mg,

tambahkan 50 ml NaOH 0,1 N, encerkan dengan 100 ml air, kocok

selama 15 menit, tambahkan air secukupnya hingga 20,0 ml, campur,

saring. Encerkan 10 ml filtrat dengan air secukupnya hingga 100 ml. pada

10 ml tambahkan 10 ml NaOH 0,1 N, encerkan dengan air secukupnya

hingga 100,0 ml. Ukur serapan-1 cm larutan pada maksimum lebih kurang

257 nm. A (1%, 1 cm) pada maksimum lebih kurang 257 nm adalah 715.

(5)

Page 12: Laporan Validasi Spektrofotometri

2. Larutan baku. Timbang saksama sejumlah parasetamol BPFI, larutkan

dalam air hingga kadar lebih kurang 12 μg per ml.

Larutan uji. Timbang seksama lebih kurang 120 mg, masukkan ke dalam

labu tentukur 500 ml, larutkan dalam 10 ml metanol P, encerkan dengan

air sampai tanda. Masukkan 5 ml larutan ke dalam labu tentukur 100 ml,

encerkan dengan air sampai tanda dan campur. Ukur serapan larutan uji

dan larutan baku pada panjang gelombang serapan maksimum lebih

kurang 244 nm, terhadap air sebagai blangko. Hitung jumlah dalam mg,

C8H9NO2, dengan rumus: 10 C (AuAs

). Dengan C adalah kadar parasetamol

BPFI dalam μg per ml larutan baku; Au dan As berturut-turut adalah

serapan uji dan larutan baku. (6)

3. E1cm1% dalam metanol : 900 pada 250 nm.

dalam 0,1 N NaOH : 710 pada 255 nm. (7)

Page 13: Laporan Validasi Spektrofotometri

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan antara lain : baskom, botol semprot, buret,

Erlenmeyer, gelas ukur, labu tentukur, pipet skala, pipet ukur, pipet tetes,

seperangkat alat UV, sendok tanduk, dan timbangan analititk.

III.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan antara lain : air suling, aluminium foil,

etanol dan sampel sediaan tablet generik Parasetamol.

III.2 Cara Kerja

1. Pembuatan Kurva Baku

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang sampel baku setara 100 mg dan dicukupkan hingga volume

100 ml dengan etanol.

c. Dibuat pengenceran 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, 5 ppm, 6 ppm, dan 7 ppm.

d. Diukur absorbansi di alat spektrofotometri UV.

2. Pengenceran Sampel Presisi

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang serbuk sampel setara 280 mg, 350 mg, dan 420 mg

masing-masing tiga kali penimbangan.

Page 14: Laporan Validasi Spektrofotometri

c. Dibuat masing-masing pengenceran 2,8 ppm, 3,5 ppm, dan 4,2 ppm.

d. Diukur absorbansinya pada alat spektrofotometri UV

3. Pengenceran Sampel Akurasi

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang serbuk sampel setara dengan 280 mg, 350 mg, dan 420 mg

masing-masing tiga kali penimbangan.

c. Ditimbang serbuk sampel baku setara dengan 120 mg, 150 mg, dan

180 mg masing-masing tiga kali penimbangan.

d. Dibuat pengenceran 4 ppm untuk sampel 280 mg dan 120 mg baku

e. Dibuat pengenceran 5 ppm untuk sampel 350 mg dan 150 mg baku

f. Dibuat pengenceran 6 ppm untuk sampel 420 mg dan 180 mg baku

g. Diukur nilai absorbansinya pada alat spektrofotometri UV

Page 15: Laporan Validasi Spektrofotometri

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1 Tabel Pengamatan

1. Kurva Baku

Konsentrasi (ppm) Serapan PCT3 0.27934 0.35025 0.43526 0.50297 0.6415

2. Presisi

Bobot Sampel Setara (mg) Serapan Sampel280 0.3175280 0.3095280 0.3213350 0.3532350 0.3413350 0.3653420 0.4631420 0.4532420 0.4352

Page 16: Laporan Validasi Spektrofotometri

3. Akurasi

Rentang Spesifik (%)

Bobot Sampel Setara

Baku Ditambahkan

Serapan

Sampel Sampel + Baku

80 280 120 0.3125 0.429880 280 120 0.3157 0.425380 280 120 0.3133 0.4332

100 350 150 0.3553 0.5239100 350 150 0.3469 0.5345100 350 150 0.3355 0.5309120 420 180 0.4620 0.6021120 420 180 0.4573 0.6432120 420 180 0.4593 0.612

IV.2 Perhitungan

1. Persamaan Garis Kurva Baku

y = a + bx ; r = 0,9902

y = 0.0033 + 0.0877x

2. Presisi

a. Konsentrasi Sampel Setara 280 mg

y = 0.0033 + 0.0877x

x1 = 0.3175– 0.0033

0.0877 = 3.5827 bpj

x2 = 0.3095– 0.0033

0.0877 = 3.4915 bpj

x3 = 0.3213– 0.0033

0.0877 = 3.6260 bpj

Perhitungan Kadar :

Page 17: Laporan Validasi Spektrofotometri

% Kadar1 = 3.58272.8

x 100% = 127.95%

% Kadar2 = 3.49152.8

x 100% = 124.69%

% Kadar3 = 3.62602.8

x 100% = 129.50%

b. Konsentrasi Sampel Setara 350 mg

y = 0.0033 + 0.0877x

x1 = 0.3532– 0.0033

0.0877 = 3.9897 bpj

x2 = 0.3095– 0.0033

0.0877 = 3.8540 bpj

x3 = 0.3213– 0.0033

0.0877 = 4.1277 bpj

Perhitungan Kadar :

% Kadar1 = 3.98973.5

x 100% = 113.99%

% Kadar2 = 3.85403.5

x 100% = 110.16%

% Kadar3 = 4.12773.5

x 100% = 117.93%

c. Konsentrasi Sampel Setara 420 mg

y = 0.0033 + 0.0877x

x1 = 0.4631– 0.0033

0.0877 = 5.2429 bpj

x2 = 0.4532– 0.0033

0.0877 = 5.1299 bpj

Page 18: Laporan Validasi Spektrofotometri

x3 = 0.4352– 0.0033

0.0877 = 4.9247 bpj

Perhitungan Kadar :

% Kadar1 = 5.24294.2

x 100% = 124.83%

% Kadar2 = 5.12994.2

x 100% = 122.14%

% Kadar3 = 4.92474.2

x 100% = 117.26%

Tabel Hasil Perhitungan Presisi

Bobot Sampel Setara (mg)

Kadar Sampel (%)

280 127.95280 124.69280 129.50

Rata-Rata (%) 127.38SD 2.45350 113.99350 110.12350 117.93

Rata-Rata (%) 114.01SD 3.91420 124.83420 122.14420 117.26

Rata-Rata (%) 121.41SD 3.84

Sampel Setara 280 mg

RSD = SDx

x 100% = 2.45127.38

x 100% = 1.93%

Sampel Setara 350 mg

Page 19: Laporan Validasi Spektrofotometri

RSD = SDx

x 100% = 3.91114.01

x 100% = 3.43%

Sampel Setara 420 mg

RSD = SDx

x 100% = 3.84121.41

x 100% = 3.16%

DAFTAR PUSTAKA

1. Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta :

Universitas Indonesia.

2. Tim Asisten. 2012. Penuntun Praktikum Analisis Farmasi. Makassar:

UNHAS Press.

3. Sharma, Mukesh Chandra, etc. 2007. Determination and Validation of

UVSpectrophotometric method for Estimation of

Paracetamol and Diclofenac Sodium in Tablet Dosage

Forms Using Hydrotropic Solubilizing Agents. International

Journal of PharmTech Research.

4. The Official Compedia of Standart. USP 30, NF 25. 2007.

5. Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI.

6. Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departemen

Kesehatan R.

7. Authertorff dan Kovar. Identifikasi Obat. Bandung: ITB Press. 2002.