laporan praktikum spektrofotometri visible

14
SSpektrofotometri Visible 1. Tujuan - Menentukan panjang gelombang maksimum - Membuat kurva kalibrasi dari larutan standar dengan panjang gelombang maksimum - Menentukan absorbansi larutan cuplikan dengan menggunakan panjang gelombang maksimum - Menentukan konsentrasi larutan dengan menginterpolasikan absorbansi ke dalam kurva kalibrasi, sehingga dihasilkan konsentrasi yang tidak diketahui 2. Landasan teori Suatu sistem mempunyai variasi warna yang berubah dengan berubahnya konsentrasi atau komponen. Hal diatas merupakan dasar dari analisis kolorimetri.warna tersebut biasanya disebabkan oleh pembentukan suatu senyawa berwarna dengan ditambahkanya pereaksi yang tepat atau warna dapat melekat dalam senyawa penyusunya. Kemudian intensitas warna dari senyawa yang bersangkutan dibandingkan dengan warna dari larutan yang sudah diketahui jumlah atau konsentrasinya. Kolorimetri meruupakan suatu cara penetapan konsentrasi suatu zat atau senyawa dengan mengukur absorbansi relatif cahaya yang berhubungan dengan konsentrasi dari senyawa tersebut. Dalam kolori metri visual cahaya putih alamiah ataupun buatan biasanya digunakan sebagai sumber cahaya dan penetapanya dilakukan dengan alat sederhana yang disebut kolorimeter atau pembanding warna. Hubungan antara warna dengan warna kontemporer. Panjang Gelombang Warna Warna Kontemporer 400 - 435 ungu Hijau kekuningan 435 - 480 biru Kuning 490 - 490 Biru kehijauan jingga 490 - 500 Hijau kebiruan Merah 500 - 560 Hijau Ungu kemerahan 560 - 580 Hijau kekuningan ungu 580 - 610 Jingga Buru kehijauan 610 - 680 merah Hijau kebiruan 680 - 700 Ungu kemerahan hijau

Upload: rima-puspitasari

Post on 19-Jan-2016

1.393 views

Category:

Documents


32 download

DESCRIPTION

laboratorium : Analitik InstrumenModul : Spektrofotometri visible

TRANSCRIPT

Page 1: laporan praktikum spektrofotometri visible

SSpektrofotometri Visible

1. Tujuan

- Menentukan panjang gelombang maksimum

- Membuat kurva kalibrasi dari larutan standar dengan panjang gelombang

maksimum

- Menentukan absorbansi larutan cuplikan dengan menggunakan panjang

gelombang maksimum

- Menentukan konsentrasi larutan dengan menginterpolasikan absorbansi ke

dalam kurva kalibrasi, sehingga dihasilkan konsentrasi yang tidak diketahui

2. Landasan teori

Suatu sistem mempunyai variasi warna yang berubah dengan berubahnya

konsentrasi atau komponen. Hal diatas merupakan dasar dari analisis

kolorimetri.warna tersebut biasanya disebabkan oleh pembentukan suatu senyawa

berwarna dengan ditambahkanya pereaksi yang tepat atau warna dapat melekat

dalam senyawa penyusunya. Kemudian intensitas warna dari senyawa yang

bersangkutan dibandingkan dengan warna dari larutan yang sudah diketahui jumlah

atau konsentrasinya.

Kolorimetri meruupakan suatu cara penetapan konsentrasi suatu zat atau

senyawa dengan mengukur absorbansi relatif cahaya yang berhubungan dengan

konsentrasi dari senyawa tersebut. Dalam kolori metri visual cahaya putih alamiah

ataupun buatan biasanya digunakan sebagai sumber cahaya dan penetapanya

dilakukan dengan alat sederhana yang disebut kolorimeter atau pembanding warna.

Hubungan antara warna dengan warna kontemporer.

Panjang Gelombang

Warna Warna Kontemporer

400 - 435 ungu Hijau kekuningan

435 - 480 biru Kuning

490 - 490 Biru kehijauan jingga

490 - 500 Hijau kebiruan Merah

500 - 560 Hijau Ungu kemerahan

560 - 580 Hijau kekuningan ungu

580 - 610 Jingga Buru kehijauan

610 - 680 merah Hijau kebiruan

680 - 700 Ungu kemerahan hijau

Page 2: laporan praktikum spektrofotometri visible

Hukum dasar dari spektrofotometri dan kolorimetri, diterangkan oleh lambert

dan beer, sehingga hukum atau persamaan yang digunakan dikenal dengan “hukum

lambert beer”. Bila cahaya jatuh pada suatu medium homogen, maka sebagian

cahaya tersebut akan dipantulkan, sebagian diserap dalam medium dan sisanya

diteruskan. Jika intensitas cahaya yang masuk dinyatakan dengan Io, intensitas

cahaya yang dipantulkan Ir, intensitas cahaya yang diserap Ia, dan intensitas cahaya

yang diteruskan It, maka :

Io = Ia + Ir + It

Untuk antar muka udara-kaca sebagai akibat penggunaan sel kaca, cahaya yang

dipantulkan hanya sekitar 4%, sehingga Ir biasanya terhapus dengan penggunaan

suatu control (misalnya dengan sel pembanding atau blanko), jadi :

Io = Ia + It

Lambert menjelaskan bahwa serapan cahaya merupakan fungsi ketebalan

medium. sedangkan Beer menjelaskan bahwa serapan cahaya sebagai fungsi

konsentrasi larutan yang bersangkutan.

A = k b c

dengan :

A = absorbansi

b = ketebalan medium

c = konsentrasi larutan

k = tetapan atau koefisien absorpsi yang tergantung pada satuan konsentrasi

k dinyatakan sebagai absorptivitas serapan (= a) jika konsentrasi larutan dalam

satuan gram/liter dan k dinyatakan sebagai absorptivitas molar atau ekstingsi molar

(= E), jika konsentrasi larutan dalam satuan mol/liter.

A = a b c (gram/liter)

A = E b c (mol/liter)

log

= A dan T =

T adalah cahaya yang diteruskan atau transmitansi

A = log

Dari persamaan Lambert-Beer diatas menunjukan bahwa absorbansi (A)

berbanding lurus dengan konsentrasi larutan (c). Jika dibuat suatu kurva antara

Page 3: laporan praktikum spektrofotometri visible

absorbansi (A) lawan Konsentrasi (c), maka akan diperoleh suatu kurva garis lurus

(linier). Kurva linier tersebut biasa dikenal dengan kurva kalibrasi atau kurva standar

yang dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan uji (sampel) setelah

absorbansi dari larutan uji tersebut diukur.

3. Metoda

spektrofotometri , sp.spektronik-20 dan SP Genesy.

4. Pereaksi yang digunakan

1. Larutan induk Fe3+ 100 ppm

2. Larutan H2SO4

3. Larutan HNO3

4. Larutan KCNS 10%

5. Akuades

5. Alat yang digunakan

1. Spektrofotometer ‘spectronic 20”

2. Spektrofotometer genesys

3. Pipet tetes

4. Pipet ukur 5 ml, 10 ml

5. 6 buah labu takar 50 ml

6. Botol semprot

7. Gelas kimia 250 ml, 100ml

8. Bola isap

6. Cara kerja

Persiapan larutan

Siapkan 6 buah labu takar 50 ml

Kedalam masing masing labu tambahkan larutan standar sebanyak 0

ml,1ml,2ml,3ml,4ml,5ml

Page 4: laporan praktikum spektrofotometri visible

Pengukuran dengan Spectronic genesys

a. Penentuan panjang gelombang maksimum

Tambahkan 5ml larutan KCNS 10% dan

5ml larutan HNO3 4 N

Encerkan hingga tanda batas dan kocok

Atur sekala pada posisi nol

Atur panjang gelombang yang diinginkan

Hubungkan alat dengan sumber

Nyalakan alat dengan memutar tombol yang terletak di bagian bawah sebelah kiri

Masukan kuvet atau sel yang berisi larutan blanko ke dalam alat

Atur skala %T pada posisi 100% dengan memutar tombol

bagian depan bawah, sebelah kanan

Ganti larutan blanko dengan larutan standar yang berkonsentrasi sedang

dan ubah panjang gelombang sesuai dengan senyawa yang akan diukur

Page 5: laporan praktikum spektrofotometri visible

b. Penentuan kurva kalibrasi dan konsentrasi cuplikan

Catat nilai %T yang tertera pada alat

Ulangi langkah 2, 3, 4, 5 dan 6 sampai

diperoleh panjang gelombang maksimum

Buat kurva antara panjang gelombang lawan absorbansi

dan tentukan panjang gelombang maksimumnya

Ulangi pengerjaan/langkah (a) ke 2, 3, 4 dan 5 (panjang gelombang

diatur pada panjang gelombang maksimum dari percobaan (a) diatas)

Ganti larutan blanko dengan larutan standar yang

berkonsentrasi paling rendah dan catat nilai %T nya

Ulangi pengerjaan nomor 2 dengan mengganti larutan

standar yang berbeda-beda konsentrasinya

Ulangi pengerjaan nomor 2 dengan mengganti larutan

standar dengan larutan cuplikan dan catat nilai %T nya

Tentukan konsentrasi larutan cuplikan tersebut dengan cara

menginterpolasikan nilai absorbansi cuplikan ke dalam kurva

kalibrasi atau ke dalam persamaan garis linier

Buat kurva kalibrasi antara konsentrasi lawan absorbansi

Page 6: laporan praktikum spektrofotometri visible

7. DATA PENGAMATAN

a. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Nilai Setelah Pengerucutan

No (nm) A

1 480 0,679

2 486 0,687

3 490 0,683

4 496 0,670

b. Penentuan Kurva Kalibrasi ( maks = 486 nm)

No Konsentrasi (ppm) A

1 0 0,000

2 2 0,221

3 4 0,441

4 6 0,683

5 8 0,872

6 10 1,049

7 sampel 1,173

No (nm) A

1 440 0,611

2 450 0,651

3 460 0,661

4 470 0,645

5 480 0,673

6 490 0, 684

7 500 0,655

8 510 0,602

9 520 0,554

10 530 0,472

11 540 0,417

12 550 0,354

13 560 0,296

14 570 0,242

15 580 0,182

Page 7: laporan praktikum spektrofotometri visible

8. Pengolahan data

Pembuatan larutan standar Fe

1. V1 = 1 ml

1 ml x 100 ppm = 50 ml x M2

M2 =

= 2 ppm

2. V1 = 2 ml

2 ml x 100 ppm = 50 ml x M2

M2 =

= 4 ppm

3. V1 = 3 ml

3 ml x 100 ppm = 50 ml x M2

M2=

= 6 ppm

4. V1 = 4 ml

4 ml x 100 ppm = 50 ml x M2

M2=

= 8 ppm

5. V1 = 5 ml

5 ml x 100 ppm = 50 ml x M2

M2=

= 10 ppm

y = 0,1063x + 0,0129 R² = 0,9974

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

0 2 4 6 8 10 12

Ab

sorb

ansi

(A

)

Konsentrasi

Kurva konsentrasi vs absorbansi

A

Linear (A)

V1 x M1 = V2 x M2

Page 8: laporan praktikum spektrofotometri visible

Perhitungan konsentrasi sampel

Persamaan linier : y = 0,1063x + 0,0129

Maka konsentrasi sampel : y = 0,1063x + 0,0129

1,173 = 0,1063x + 0,0129

x =

x = 11 ppm

Pembahasan

Nama : Rifki Muhammad Rizki

Kelas : 1A D3 – teknik kimia

NIM : 141211025

Percobaan kali ini kami bertujuan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan

dengan cara penentukan panjang gelombang maksimum melalui absorbansi larutan –

larutan tersebut. Larutan standar yang kami guanakan adalah capuran 5 ml KSCN dan 5 ml

HNO3 pada lima gelas kimia. Penambahan KSCN disini berfungsi sebagai ion pengompleks

dari Fe dan larutan menjadi berwarna merah. Sedangkan fungsi dari HNO3 adalah untuk

mengstabilkan larutan. Lalu larutan tersebut di tambahkan 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL dan 5 mL

larutan Fe untuk menghasilkan konsentrasi larutan 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm dan 10

ppm.

Selajutanya kami mencari nilai absorbansi tertinggi untuk menentukan panjang

gelombang maksimum. Larutan standar yang kami gunakan adalah larutan dengan

konsentrasi 6 ppm agar nilaipanjag gelombang yang di dapat lebih stabil. Kami mulai

melakukan percobaan penentuan absorbansi dari panjang gelombang 440 nm karena pada

literature disebutkan bahwa panjang gelombang larutan tersebut sekitar 475 nm. Kami

memulai dari panjang gelombang 440 nm dengan selisih 10 sampai dengan 580 nm.

Hasil pengamatan menunjukan bahwa nilai absorbansi tertinggi pada panjang

gelombang 470 sampai dengan 490 nm. Dari data tersebut kami melakukan pengerucutan

dengan pengamatan pada panjang gelombang 480 nm, 486 ndak perm, 490 nm dan 496 nm.

Ternyata absorbansi terbesar terjadi pada panjang gelombang 486 nm dngan nilai

absorbansi 0,687.

Setelah panjang gelombang maksimum sudah di peroleh maka pengaturan

dalam spectofotometri visible tidak usah di rubah lagi. Selanjutnya kita dapat menentukan

nilai absorbansi larutan standar yang lain dan dapat mengetahui nilai absorbansi sampel.

Untuk menentukan konsentrasi sampel, digunakan persamaan linier dari kurva kalibrasi.

Sehingga didapat nilai konsentrasi sampel 11 ppm.

Page 9: laporan praktikum spektrofotometri visible

Nama : Rima Puspitasari

NIM : 121411026

Pada praktikum kali ini, kami melakukan 2 pengukuran dengan spektrofotometer

genesys. Pengukuran pertama bertujuan untuk menentukan panjang gelombang maksimum

dan yang kedua bertujuan untuk menentukan konsentrasi sampel dengan cara mengukur

absorbansinya.

Sebelum melakukan pengukuran, kami terlebih dahulu membuat larutan standar dari

campuran KSCN, HNO3, dan Fe. Penambahan KSCN disini berfungsi sebagai ion

pengompleks dari Fe dan larutan menjadi berwarna merah. Sedangkan fungsi dari HNO3

adalah untuk mengstabilkan larutan. Volume larutan Fe yang dimasukkan bervariasi

sehingga menghasilkan konsentrasi larutan 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm dan 10 ppm.

Pengukuran pertama dilakukan dengan mengukur nilai absorbansi larutan dengan

konsentrasi 6 ppm. Pengukuran kami lakukan pada panjang gelombang 440 nm sampai 580

nm dengan interval 10 nm. Hasil pengukuran menunjukkan nilai absorbansi tertinggi

terletak pada kisaran panjang gelombang 480 nm sampai 490 nm. Sehingga dilakukan

pengerucutan dan diperoleh nilai absorbansi tertinggi (0,687) terdapat pada panjang

gelombang 486 nm.

Pengukuran kedua dilakukan dengan mengukur nilai absorbansi larutan standar 0

ppm, 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm, dan laruta sampel. Pengukuran dilakukan pada

panjang gelombang maksimum, yaitu 486 nm. Dari data yang diperoleh kemudian dibuat

kurva kalibrasi antara konsentrasi dan absorbansi, sehingga didapat persamaan liniernya.

Selanjutnya persamaan linier tersebut digunakan dalam perhitungan dan didapat

konsentrasi larutan sampel tersebut sebesar 11 ppm.

Nama : Siska Fizri Yuliantika

NIM : 121411027

Pada percobaan kali ini bertujuan untuk mencari panjang gelombang maksimum

suatu larutan dengan menggunakan spektrofotometri visible. Spektrofotometri visible

adalah penentuan panjang gelombang berdasarkan sinar tampak. Pada praktikum

spektrofotometri visible ini pertama – tama dibuat larutan standar yaitu dengan

mencampurkan larutan 5 ml HNO3, 5 ml KSCN, dan berbagai variasi volume dari larutan Fe2+

agar mendapat larutan dengan konsetrasi 2ppm, 4ppm, 6ppm, 8ppm, dan 10ppm.

Penambahan KSCN disini berfungsi sebagai ion pengompleks dari Fe dan larutan menjadi

berwarna merah. Sehingga larutan ini dapat dicari adsorbansi dan panjang gelombangnya

dengan menggunakan spektrofotometri visible, yang digunakan pada praktikum kali ini

Page 10: laporan praktikum spektrofotometri visible

adalah spektrofotometri genesys. Sedangkan fungsi dari HNO3 adalah untuk mengstabilkan

larutan.

Tahap selanjutnya adalah penentuan panjang gelombang maksimum.

Penentuan panjang gelombang maksimum ini ditentukan dari larutan dengan konsentrasi

6ppm, ini bertujuan agar konsentrasi dari larutan standar yang lain terwakili. Dari data

pengamatan yang diperoleh panjang gelombang maksimumnya adalah 486 nm dengan nilai

adsorbansi 0.687.

Kemudian alat di set pada panjang gelombang 486 nm untuk menentukan

adsorbansi dari larutan 2ppm, 4ppm, 6ppm, 8ppm, 10ppm, dan sampel. Dari data yang

didapat kemudian dibuat kurva kalibrasi antara konsentrasi larutan dengan absorbansinya.

Dari persamaan kurva ini dapat diperoleh konsentrasi sampel, setelah dihitung konsentrasi

sampel yang didapat yaitu 11ppm.

Nama : sumiyati

Nim : 121411028

Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan dengan menggunakan alat

spektrofotometer visible. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan

konsentrasi Fe yang belum diketahi sebelumnya.

Langkah pertama yang kami lakukan adalah membuat larutan Fe 100 ppm dari

1000 ppm dengan pengenceran. Dari larutan 100 ppm tadi Kemudian kami membuat

larutan dengan konsentrasi yang bervariasi 2 ppm, 4 ppm, 6ppm,8 ppm dan 10 ppm. Setelah

itu, kami menambahkan HNO3 4N sebanyak 5 ml dan KCNS 10% 5 ml (sebagai

pengompleks) setelah di tambahkan pengompleks warna larutan menjadi merah aga

kekuningan. Semakin besar konsentrasi wananya akan semakin pekat.

Setelah membuat larutan kemudian kami melakukan pengukuran panjang

gelombang untuk menentukan panjang gelombang maksimum. Larutan pertama yang kami

masukan ke dalam kuvet adalah larutan blangko tujuanya untuk kalibrasi alat. selanjutnya

larutan yang kami ukur adalah larutan dengan konsentrasi 6 ppm (konsentrasi tengah) agar

panjang gelombangnya stabil karena bila di rata-ratakan konsentrasinya pasti akan

diperoleh konsentrasi tengah, tenyata panjang gelombang makimum yang kami peroleh

adalah 486 nm dengan absorbansinya sebesar 0,687. Setelah di ketahui panjang gelombang

maksimumnya maka pengatur skala panjang gelombang tidak dirubah lagi kita hanya

menggati saja larutan dalam kuvet dengan konsentrasi yang berbeda kemudian baca

absorbansinya dari tiap konsentrasi. Setelah semua larutan diketahui absorbansinya

kemudian kita melakukan pengukuran absorbansi sampel dan di peroleh nilai absorbansinya

1,173 kemudian kita buat grafiknya dan akan diketahui persamaan liniernya. Nah, dari

Page 11: laporan praktikum spektrofotometri visible

prsamaan itu kita dapat mengetahui konsentrasi sampel sebesar 11 ppm dengan mencari X

nya.

Kesimpulan

1. Konsentrasi sampel yang diperoleh sebesar 11 ppm

2. Panjang gelombang maksimum yang diperoleh sebesar 486 nm

3. Ketika panjang gelombang menunjukkan nilai maksimum nilai absorban yang

diperoleh adalah 0,687.

Daftar pustaka

TIM. 2011. Petunjuk Praktikum Kimia Analitik Instrumen KKTK-1073. Bandung:Jurusan

Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung.

Page 12: laporan praktikum spektrofotometri visible

LABORATORIUM ANALITIK INSTRUMEN SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2012/2013

MODUL : Spektrofotometri – Visible

PEMBIMBING : Dra. Ari Marlina, Msi.

Oleh :

Kelompok : VII

Nama : 1. Rifki Muhammad Rizki, (121411025)

2. Rima Puspitasari, (121411026)

3. Siska Fizri Yuliantika , (121411027)

4. Sumiyati , (121411028)

Kelas : IA

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2013

Praktikum : 21 Maret 2013

Penyerahan : 28 Maret 2013

(laporan)

Page 13: laporan praktikum spektrofotometri visible

LABORATORIUM SATUAN PROSES SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2012/2013

MODUL : Pembuatan Garam Mohr

PEMBIMBING : Umar Khayam

Oleh :

Kelompok : VII

Nama : 1. Rima Puspitasari, (121411026)

2. Siska Fizri Yuliantika ,(121411027)

3. Sumiyati,(121411028)

Kelas : IA

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2013

Praktikum : 26 Februari 2013

Penyerahan : 02 April 2013

(laporan)

Page 14: laporan praktikum spektrofotometri visible