laporan tutorial v blok vi
DESCRIPTION
laptutTRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
limpahan berkah dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial
berdasarkan hasil diskusi kami ini dengan tepat waktu.
Di dalam laporan hasil diskusi tutorial kelima pada blok enam ini, kami membahas
sebuah skenario mengenai seorang laki-laki pekerja kantoran yang mengonsumsi kopi lebih
sering dari biasanya dikarenakan ia harus lembur di kantornya. Kemudian ia mendapati
bahwa dirinya menjadi lebih sering ke kamar mandi untuk buang air kecil, volume urinnya
menjadi lebih banyak dari biasanya, dan juga dari urinnya seperti tercium bau kopi. Dalam
diskusi tutorial kami, telah dibahas mengenai proses pembentukan urin serta, anatomi dan
fisiologi dari sistem urinarius. Kami juga mendiskusikan apa kaitan dari fisiologi sistem
urinarius dengan kejadian yang dialami oleh laki-laki tersebut.
Demikian skenario beserta learning objectives yang telah kami diskusikan pada
pertemuan-pertemuan tutorial minggu kelima. Semoga hasil diskusi tutorial ini dapat
bermanfaat bagi mahasiswa-mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Mataram untuk
lebih memahami mengenai sistem urinarius manusia. Kami ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah terlibat dan turut membantu dalam penyelesaian laporan ini, masukan
sangat kami harapkan untuk perbaikan dalam pembuatan laporan tutorial selanjutnya.
Jumat, 4 Juli 2014
Kelompok Tutorial II Semester II
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... 1
Daftar Isi.......................................................................................................... 2
I. Pendahuluan
1.1 Skenario 5 Blok 6................................................................................. 3
1.2 Unfamiliar Terms dan Keywords......................................................... 3
1.3 Learning Objectives.............................................................................. 3
1.4 Mind Map............................................................................................. 4
II. Pembahasan
2.1 Anatomi dan Histologi Urinarius.......................................................... 5
2.2 Inervasi Urinarius................................................................................. 18
2.3 Aliran Darah Ginjal.............................................................................. 19
2.4 Proses Pembentukan Urin..................................................................... 21
2.5 Mikturisi dan Refleks Miksi................................................................. 26
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Urin......................................................... 30
2.7 Pemeriksaan Urin Rutin……….……................................................... 31
2.8 Analisis Skenario.................................................................................. 38
III.Penutup
Kesimpulan........................................................................................... 39
IV. Daftar Pustaka.......................................................................................... 40
I. PENDAHULUAN
1.1 Skenario 5 Blok 6
COFFEE BREAK
Seorang laki-laki pekerja kantoran menghadapi deadline pekerjaan. Ia harus
menyelesaikan pekerjaannya besok pagi untuk diserahkan kepada atasan. Ia mencoba minum
kopi agar tetap terjaga. Pada hari-hari biasa, ia sangat jarang sekali minum kopi. Satu jam
setelah minum kopi, ia merasa ingin buang air kecil. Ia mencoba menahannya beberapa saat
karena tidak ingin menghentikan pekerjaannya. Keinginan buang air kecil itu memang
menghilang beberapa saat, tetapi muncul lagi setelahnya dan terasa lebih kuat sehingga ia
buru-buru lari ke kamar mandi. Sepanjang malam itu, ia bolak-balik ke kamar mandi untuk
buang air kecil. Ia merasa frekuensi berkemihnya lebih sering dari biasanya dan volume
urinnya jadi lebih banyak. Selain itu ia merasa aroma urinnya tidak seperti biasanya, ia
seperti mencium bau kopi dari urinnya. Dapatkah anda menjelaskan apa yang dialami oleh
laki-laki ini?
1.2 Unfamiliar Terms dan Keywords
1. Urin: merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
2. Frekuensi berkemih: merupakan perhitungan seseorang mengekskresikan urin dari dalam
tubuh. Normalnya, seseorang akan mengeluarkan urin sebanyak 0,5-1cc/kg BB/jam
Keywords: berkemih, buang air kecil, urin
1.3 Learning Objectives
1. Apakah yang terjadi dalam skenario (analisis)?
2. Bagaimanakah proses pembentukan urin secara fisiologis?
3. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin?
1.4 Mind Map
SISTEM URINARIA
FUNGSI URINEVASKULARISASI
STUKTUR ANATOMI
KOMPONEN
INERVASI
PROSES PEMBENTUKAN
PROSES PEMBENTUKAN
II. PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan Histologi Urinarius
Anatomi Sistem Urinarius
Ginjal
Ginjal adalah organ sepasang, bentuknya
menerupai kacang atau kepalan tangan, sepasang kiri
dan kanan. Kedua ginjal terletak retroperitoneal pada
dinding abdomen, masing-masing sisi kanan dan sisi
kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12 sampai
vertebra L3. Ginjal dekstra terletak sedikit lebih
rendah daripada ginjal sinistra karena besarnya lobus
hepatis dekstra. Berat ginjal kira-kira 130-250 g pada
laki-laki dan 90-220 g pada wanita.
Masing-masing ginjal memiliki facies anterior
dan facies posterior, margo medialis dan marrgo lateralis, extremitas superior dan ekstremitas
inferior. Ke arah kranial masing-masing ginjal berbatas pada diaphragma yang
memisahkannya dari cavitas pleuralis dan costa XII. Lebih ke kaudal facies posterior ginjal
berbatas pada muskulus quadratus lumborum. Nervus subcostalis dan arteria subcostalis dan
vena subcostalis, serta nervus iliohypogastricus melintas ke kaudal dengan meyilang facies
posterior ginjal secara diagonal. Hepar, duodenum dan colon asenden terletak ventral
terhadap ginjal dekstra. Sedangkan ginjal sinistra di sebelah ventral berbatasan pada gaster,
lien, pancreas, jejunum, dan colon
desenden.
Pada tepi medial masing-masing
yang cekung, terdapat celah vertikal yang
dikenal dengan hilum renale, yakni tempat
arteria renalis masuk, dan vena renalis serta
pelvis renalis keluar. Hilum renale sinistra
terletak dalam bidang transpilorik, kira-kira
5 cm dari bidang median, setiggi vertebra
L1. Di hilum renale vena renalis terletak ventral dari pelvis renalis. Hilum renal memberi
jalan ke suatu ruang dalam ginjal yang yang dikenal sebagai sinus renalis yang berisi pelvis
renalis, calises renalis, pembuluh, saraf dan jaringan lemak yang banyaknya dapat berbeda-
beda.
Fiksasi renalis terdiri dari 3 pembungkus renalis, (fasial pre renalis dan post renalis, capsula
fibrosa renis, perirenal fat), organ abdomen dan tekanan intra-abdominal.
Ureter
Merupakan saluran fibromuskular
Panjangnya sekitar 25-30 cm
Terletak di bagian retroperitoneal abdomen
Mengalami 3 penyempitan :
1. Uretropelvic junction
2. Ureter menyilang arteri iliaca comunis
3. Pars interstisial
o Vaskularisasi :
1. Cabang arteri renalis
2. A. untuk gonad
3. A. vesica inferior
4. Vena berjalan mengikuti arteri
Adapun fungsi dari ureter ini ini adalah sebagai jalur transportasi urin dari ginjal menuju
ke Vesica Urinaria.
o Innervasi :
1. Plexus renalis
2. Plexus hypogasrticus
Adapun fungsi dari ureter ini ini adalah sebagai jalur transportasi urin dari ginjal menuju ke
Vesica Urinaria.
Vesika Urinaria
Vesika urinaria bekerja sebagai
penampung urin; organ ini berbentuk
buah pir. Letaknya di dalam panggul
besar, di belakang isi lainnya, dan di
depan simfisis pubis. Pada bayi letaknya
lebih tinggi. Bagian bawah terpancang
erat dan disebut basis, bagian atas atau
fundus naik kalu vesika urinaria
mengembang karena menampung urin. Puncaknya (apex) mengarah ke depan bawah dan ada
di belakang simfisis pubis.
Dinding kandung kemih terdiri atas:
- Sebuah lapisan serus sebelah luar
- Lapisan berotot
- Lapisan submukosa
- Lapisan mukosa dari epitellium
transisional
Tiga saluran bersambung dengan
kandung kemih. Dua ureter bermuara
secara oblik di sebelah basis; letak oblik
ini menghindarkan urin mengalir kembali ke dalam ureter. Urethra keluar dari
kandung sebelah depan. Daerah segitiga antara dua lubang ureter dan uretra disebut
trigonum vesica urinarius. Pada wanita, vesika urinaria terletak antara simfisis pubis,
uterus, dan vagina. adapun fungsi dari vesica urinaria adalah sebagai tempat
penampungan urin sementara.
Urethra
Urethra ialah saluran yang berjalan dari neck of vesika urinarius ke lubang bagian
terluar untuk pembuangan terakhir. Dilapisi dengan membrane mukosa yang bersambung
dengan membrane yang melapisi kandung kencing. Meatus urinarius terdiri atas jaringan
serabut otot lingkar yang membentuk spchinter urethrae.
1. Urethra Pria
Panjangnya sekitar 18-22 cm.
Urethra menyalurkan urin keluar dari
vesika urinaria melalui estisium
urethrae externum pada ujung glans
penis. Urethra merupakan penyalur
cairan sperma dan kelenjarnya
(prostat). Secara definitive urethra
dibagi menjadi 4 bagian:
o Pars pre prostatica (0,5-
1,5 cm)
o Pars prostatica (3-4 m)
o Pars membranacea (1-1,5
cm)
o Pars spongiosa/pars kavernousa (± 15 cm)
Vaskularisasinya pars prostatika urethra memperoleh darah dari rami prostatiki yang
merupakan cabang-cabang arteri vesikalis inferior dan arteri rectalis media.
Pembuluh limfe terutama melintas ke nodi lymphoidei illiaci internii, beberapa
pembuluh limfe ditampung oleh nodi lymphoidei externii.
Persarafan; saraf-saraf bersal dari nervus pudendus dan plexus prostatikus system saraf
otonom. Plexus prostatikus berasal dari bagian kaudal plexus hipogastrikus inferior (plexus
pelvikus).
2. Urethra Wanita
Urethra melintas dari vesika urinaria kea rah ventrokaudal, dorsal, dan lalu kaudal dari
symfisis pubica. Urethra terletak ventral terhadap vagina dan melalui diafragma pelvis,
diafragma urogenitale dan perineum bersama dengan vagina. Pada ujung kaudal urethra
melingkari muskulus spchinter urethrae dan beberapa serabut otot ini melingkari urethra
sekaligus vagina.
Vaskularisasi; urethra memperoleh darah melalui arteria pudenda interna dan arteria
vaginalis.
Pembuluh limfe; pembuluh limfe terbanyak dari urethra melintas ke nodi limfoidei sacrales
dan nodi limfoidei illiaci internii. Beberapa pembuluh limfe ditampung oleh nodi lymphoidei
inguinales.
Persarafan; saraf-saraf untuk urethra berasal dari nervus pudendus. Serabut aferen terbanyak
dari urethra terdapat pada nervi splanchnici pelvic (nervi erigantes). Adapun fungsi dari
Urethra ini adalah untuk saluran pengeluaran urin.
Histologi Sistem Urinaria
Ginjal
Berbentuk seperti kacang merah, dengan panjang antara 12-13 cm dan tebal 3,5-5 cm,
terdapat di bagian posterior abdomen bagian atas, pada masing-masing sisi vertebra lumbal
atas. Ginjal di bungkus oleh simpai jaringan fibrosa yang tipis. Pada sisi medial terdapat
cekungan hilus, tempat keluar masuk pembuluh darah dan keluarnya sakuran keluar, ureter.
Bagian ataas ureter melebar mengisi hilus ginkjal, bagian ini (pelvis) terbagi menjadi
mangkuk besar dan kecil yaitu calyx mayor dan minor, biasanya ada 2 kaliks mayor dan 8-12
kaliks minor. Setiap kaliks minor meliputi tonjolan jaringan ginjal berbentuk kerucut yang
disebut papilla ginjal yang berlubang. Pada potongan vertikal ginjal tampak bahwa tiap
papilla merupakan puncak daerah pyramid yang meluas dari hilus sampai ke kapsula dan
yang dalam keadaan segar tampak pucat dan bergaris-garis, daerah ini disebut pyramid
medulla dan gambaran bergaris-garis itu karena adanya tubulus lurus dan pembuluh darah
sejajar. Bagian tepi atau basal piramida tidak berbatasd tegas dari korteks ginjal yang
granular, gelap dan kecoklat-coklatan, karena substansi medulla meluas ke korteks sebagai
berkas radier yang hlaus, berrkas medulla.
o Nefron
Di dalam tiap ginjal terdapat 1 juta tau lebih nefron, setiap nefron merupakan saluran
panjang yang dibatasi epitel, yang mulai buntu dan ujungnya menyatu dengan saluran keluar,
akan tetapi nefron sangat berkelok-kelok dan bercampur baur senhingga sajian histology
tidak memberikan gambran yang jelas mengenai bentuknya. Bagian pertama nefron terdapat
dalam korteks, bersifat buntu, menggelembung, dan dilapisi oleh epitel yang sangat tipis.
Bagian yang melebar diinvaginasi menjadi bentuk cangkir oleh jumbai kapiler, yang disebut
korpuskel ginjal (Malpighi). Bagian yang melebar disebut kapsula Bowman dan jumbai
kapiler dikenal sebagai glomerulus. Yang berhubungan dengan korpuskel ginjal adalah
tubulus proksimal pars kontorta dan pars rekta, suatu segmen tipis, dan tubulus distal pars
rekta dan pars kontorta. Tubulus kontortus proksimal dan distal terletak berdekatan dengan
korpuskel ginjal dalam korteks. Bagian nefron lain di antara kedua tubulus membentuk ansa
henle yang terletak dalam berkas medulla dan meluas dari korteks ke medulla untuk jarak
tertentu. Ansa henle mempunyai pars asenden dan desenden yang berjalan radial dan sejajar
yang dihubungkan oleh lengkungan yang tajam.
o Korpuskel Ginjal
Terdapat rongga berupa celah yang sempit, rongga kapsula, diantara lapisan luar atau
parietal (epitel kapsula) dan lapisan dalam atau visceral (epitel glomerulus) yang melekat erat
pada jumbai kapiler. Seluruh korpuskel ginjal, yaiut kapsula bowman dengan glomerulus
kapiler berbentuk bundar.
Korpuskel ginjal mempunyai
polus vascular, tempat
arteriol afferent dan efferent
masuk dan keluar glomerulus
serta tempat lapisan parietal
kapsula membalik untuk melapisi pembuluh darah sebagai lapisan visceral. Korpuskel ginjal
juga mempunyai polus urinary pada sisi sebelahnya, tempat rongga kapsula berhubungan
dengan lumen tubulus kontortus proksimal dan tempat epitel parietal (gepeng) melanjutkan
diri pada epitel kuboid atau silindris rendah tubulus kontortus proksimal.
Lapisan parietal kapsula bowman tersusun atas epitel selapis gepeng dengan inti agak
menonjol ke rongga kapsula. Organel sitoplasma kurang berkembang. Pada polus urinary,
sel-sel gepeng ini bertambah tinggi melebihi 4-5 sel untuk berhubungan dengan epitel
silindris rendah yang melapisi diding tubulus kontortus proksimal. Lapisan visceral epitel
melekat erat pada kapiler glomerulus dengan inti sel-sel epitel ini pada sisi kapsula lamian
basal, akan tetapi tidak membentuk lembaran yang utuh dan sel-selnya telah mengalami
perubahan. Sel ini disebut podosit. Sel ini berbentuk bintang, dengan dengan sel yang hampir
tidak pernah melekat pada lamina basal kapiler glomerulus akan tetapi etrpisah sejauh 1-2
µm. Dengan mikroskop electron, terlihat inti podosit sering tidak teratur dengan lipatan-
lipatan ke dalam dan di dalam sitoplasma dekat inti terdapat aparat golfi yang berkembang
baik, reticulum endoplasma granural, dan sejumlah ribososm bebas.
Di bawah pedikel terdapat lamina basal kira-kira setebal 0,3 µm. Di tengah-tengah
terdapat lamina basal kedap electron pada permukaan luar dan dalam yang disebut denagn
lamina rara eksterna dan lamian rara interna.
o Sel juxtaglomerular
Berdekatan dengan glomeerulus sel-sel otot polos dalam tunika media arteriol bersifat
epiteloid. Intinya bulat dan sitoplasmanya mengandung granula, walaupun granulanya tidak
tanpak dengan pulasan rutin hematoksilin dan eosin. Sel-sel ini adalah sel justaglomelurar
(JG). Dalam arteriol
aferen, lamina elastika
interna tidak ada, sehingga
sel JG berdekatan dengan
endotel. Sel-sel ini
berdekan erat dengan
macula densa. Macula
densa tidak mempunyai
lamina basal. Berhubungan
dengan sel yang bergranula terdapat beberapa sel waran pucat disebut sel lacis atau sel
mesangial ekstraglomerular. Dengan mikroskop electron, sel JG mengandung retikulin
endoplasma yang bergranul , aparat golgi yang berkembang baik dan granula sekretorik
berdiameter 10-40 µm, bulat atau lonjong, dibatasi membrane dan berisi granula atau Kristal.
o Sawar Ginjal
Sawar ginjal adalah yang digunakan untuk bangunan-bangunan yang memisahkan
darah kapiler glomerulus dari filtrate dalam rongga kapsula korpuskel ginjal. Sawar ini
meliputi endotel bertingkap, lamina basal, dan pesikel podosit yang dihubungkan dengan
membrane celah. Namun lapisan yang paling utuuh dari ketiganya yaitu lamina basal.
o Tubulus Kontortus Proksimal
Mulai dari polus urinarius korpuskel ginjal, panjang hampir 14mm dengan diameter
luar 50-60 µm.sesuai dengan namanya, tubulus ini jalannya sangat berkelok-kelok dan selalu
membentuk lengkung yang besar menghadap ke permukaan kapsula ginjal. Tubulus ini
berakhir sebagai saluran yang lurus dan melanjutkan diri dengan ansa henle. Pada pangkal
ansa henle terdapat bagian sempit yang disebut leher, tempat terjadsinya peralihan yang
mendadak dari epitel gepeng kapsula bowman ke epitel selapis silindris rendah tubulus
proksimalis. Batas sel tak jelas karena system interdigitasi yang rumit dari membrane plasma
lateral sel-sel yang bersisian. Interdigitasi lipatan-lipatan basal yang serupa juga tampak,
dengan mitokonria yang memajang, yang menyebabkan gambaran bergaris-garis basal. Inti
besar, bulat, dan terletak di pusat sering kali dengan anak inti yang menonjol dan sebuah
aparat golgi yang etrletak supranatural. Walaupun terdapat 6-12 sel di sekeliling tubulus
kontortus proksimal, jarang tampak lebih dari 4-5 inti, sebab sel lebih besar dibandingkan
dengan tebalnya potongan. Di bagian apical sel-sel terikat bersama oleh sabuk kedap dengan
tautan intermediate di mana-mana pada sisi pembatas lateral. Di bawah membrane basal
terdapat lamina basal kontinua yang memisahkan sel-sel epitel dari kapiler sekitarnya yang
dilapisi endotel bertingkap.
o Ansa Henle
Segmen tipis
Peralihan ansa henle dari pars desendes yang tebal ke segmen tipis biasanya
mendadak, berselang beberapa sel dengan perubahan epitel dan kuboid atau torak rendah ke
gepeng. Diameter luar segmen tipis hanya 12-15µm, dengan diameter lumen relative besar,
sedangkan tinggi epitel hanya 1-2µm. inti menonjol ke lumen dan walaupun epitel lebih tebal
daripada endotel, segmentipis sangat menyerupai endotel dan hal ini harus dapat kita
bedakan. Segmen tipis memiliki cirri khusus yaitu terdapat interdigitasi antara tonjolan
sitoplasma sel-sel yang berdampingan sehingga pada potongan melintang tampak 20 atau
lebih bagian sel. Dan hanya beberapa di antaranya yang mengandung inti.
Segmen tebal.
Peralihan dari segmen tipis ke segmen tebal terjadi secara tiba-tiba, dengna sel-sel
yang bertanbah tinggi dari geoeng sampai kuboid. Strukturnya mirip tubulus distal pars
kontorta, akan tetapi tinggi epitel lebih pendek dan inti cenderung menonjol ke lumen. Sel-sel
ini sangant tidak teratur bentuknya dengan banyak sekali interdigitasi dan lipatan plasmalema
basal dan dengan mitikondria ynag lonjong di antara lipatan-lipatan ini.
o Macula Densa
Dalam macula densa, sel epitel tubulus sangat berdekatan dengan arteriol aferen dan
eferen. Sel-sel macula berbeda dari segmen tebal pars asenden dan tubulus kontortus distal,
karena di dalamnya terdapat mitokondria lonjong kecil tersebar luas, vakuolisasi luas di
bawah permukaan, lipatan dangkan plasmalema basal yang tak teratur dan sebuah apparatus
golgi yang terletak di bawahnya.
o Tubulus Kontortus Distal
Lebih pendek dari tubulus kontortus proksimal sehingga pada sediaan tampak dalam
jumlah yang lebih kecil, diameter lebih kecil, dan sel-sel kuboid lebih kecil dan tidak
mempinyai batas sikat. Biasanya 6-8 inti tampak dalam potongan melintang. Umumnya sel
kurang mengambil warna dalam pewarnaan dibandingkan dengan tubulus kontortus
proksiaml. Dengan mikroskop electron, sel-sel tampak kuboid dengan inti di tengan atau di
apeks. Di dalam sitoplasma basal terdapat interdigitasi tonjolan-tonjolan sel lateral yang
rumit mirip dengan yang tampak pada tubulus kontortus proksimal dengan mitokondria yang
besar, tersusun radiar. Hal ini memberikan gambaran bergaris pada bagian basal sel dan
merupakan mekanisme pompa natrium yang aktif dari cairan tubular.
o Duktus Koligens
Sel-sel yang melapisi saluran ekskretorius ini bervariasi ukurannya, mulai dari tubulus
rendah di bagian proksimal sampai silindris tinggi di duktus papilaris utama.batas sel teratur
dengan sedikit interdigirtasi dan umumnya sel tampak pucat dengan beberapa organel. Tipe
sel kedua-sel gelap atau interkalaris mengandung
lebih banyak mitokondria denagn gelembung
apical, permukaan apical memperlihatkan
lipatan-lipatan. Sel ini ditemukan pada duktus
koligens bagian luar, akan tetapi tidak ditemuakn
di duktus papilaris. Pada duktus koligens yang
besar, ribosom tampak menonjol dan rongga
interselular yang lebar, dan kedalamannya
menonjol juluran mirip pseudopodia dari sel yang
bersisian
o Interstisium Ginjal
Jaringan ikat sangat sedikit di dalam korteks dengan berkas kolagen yang tipis lebih
menonjol sekitar pembuluh darah. Fibroblast terdapat dalam jumlah yang sedikit dengan
beberapa sel mononuklir yang bersifat fagositik. Jaringan ikat di dalam medulla lebih banyak
dan mengandung sel mirip fibroblast yang lonjong khusus yang tgerletak sejajar terhadap
tubulus dan pembuluh dan mempunyai juluran yang bercabang-cabang dan panjag dan
melingkari pembuluh dan tubulus. Sel-sel ini terletak dalam bahan membrane basal dan
berhubungan dengaberkas kolagen yang kecil. Sel-sel ini dianggap bersifat kontraktil dan
fagosit.
o Fungsi dari ginjal :
1. Pengeluaran keseimbangan Air dan Elektrolit
2. Pengaturan tekanan arteri
3. Pengaturan keseimbangan asam basa
4. Pengaturan produksi eritrosit
5. Pengaturan produksi 1,25 Dihidroksivitamin D3
6. Sintesis glukosa
Pelvis dan Ureter
Seperti yang dikatakan di atas bahwa ujung atas ureter melebar atau pelvis terletak
dalam hilus ginjal dan tebelah dalam kaliks mayor dan minor. Setiap kaliks minor melingkupi
palpila medulla. Dinding pelvis lebih tipis dari dinding ureter, dan memang ketebalan dinding
ini bertambah sejak dari awal sampai bagian akhir saluran keluar ini. Panjang ureter ± 25-30
cm, terletak pada dinding posterior abdomen di beleakang peritoneum, dan berakhir dengan
menembus dinding kandung kemih secara serong (oblique).
Lapisan Pelivis dan ureter tersusun atas:
- Mukosa
Pada pelvis dan ureter, mukosa pembatas terdiri atas epitel transisional yang disokong
laimna propria. Epitel terdiri atas 2-3 lapis sel pada bagian pelvis dan 4-5 lapis sel pada
bagian ureter. Sel permukaan mempunyai batas konveks pada lumen, dapat berinti dua, dan
mungkin menunuukkan kekhususan. Sel ini berfariasi bentuk dari kuboid sampai gepeng (bila
organ dalam keadaan diregangkan), dan permukaannya tidak teratur disertai indentasi
(lekukan) dan vesikel fusiform dalam sitoplasma apical. Vesikel ini disalut membrane yang
mempunyai ketebalan yang sama dengan plasmalema apical. Vesikel ini diduga merupakan
cadangan membrane yang dibentuk bila organ dalam keadaan istirahat dan akan
dimanfaatkan sebagai penmabah membrane permukaan selama organ diregangkan.
Epitel terletak di atas lamina basal tipis, dan lamina propria merupakan jaringan
fibrosa yang relative padat dengan banyak serat elastin. Terdapat sedikit jaringan limfoid
longgar dan lapis luar lamina propria bersifat lebih longgar. Ada yang menyebut lapis ini
sebagai submukosa. Pada lamina propria tidak terdapat kelenjar. Lumen pada potongan
melintang tampak berbentuk bintang yang disebabkan adanya lipatan mukosa yang
memanjang. Lipatan ini terjadi akibat longgarnya lapis luar lamina propria, adanya jaringan
elastis, dan muskularis. Lipatan ini akan “menghilang” bila ureter diregangkan.
- Muskularis
Muskularis tebal dan
terdiri atas berkas sel
otot polos yang
dipisahkan berkas-
berkas jaringan ikat.
Otot polos ini disusun
dalam lapis dalam yang longitudinal dan lapis luar yang sirkuler (tersusun berlawanan dengan
yang terdapat pada usus). Lapisan ini tidak berbatas jelas, dan pada bagian bawah ureter
terdapat lapis ketiga, yaitu lapis serong atau longitudinal luar. Pada bagian pelvis, ototnya
terutama disususn melingkar mengitari papilla dan mungkin mempunyai fungsi sebagai
spingter, yang memeras papilla dan dengan demikian mengeluarkan kemih dari duktus
Belini. Pada bagian bawah ureter, tidak lagi terdapat otot polos melingkar, tetapi kedua lapis
otot memanjang, yang sekarang tidak dipisahkan oleh l;apis sirkuler, cukup mencolok dan
berlanjut sampai muara uretre. Pengaliran balik kemih dari kandung kemih kembali ke ureter
dicegah oleh adanya penutup membrane mukosa kandung kemih dan oleh penggenbungan
dari dalam kandung kemih. Kemih tidak mengalir secara terus-menerus menuruni uereter;
dapat dikatakan ia memasuki kandung kemih beruoa semburan dan serat longitudinal
berkontraksi membuka muara ureter.
- Adventitia
Sebelah luar muskularis terdapat lapisan jaringan ikat fibro-elastis. Pada pelvis
jaringan berbaur dengan simpai ginjal dan menyatu dengan jaringan ikat dinding
posterior abdomen sepanjang ureter. Permukaan anterior pelvis dan ureter ditutupi sevara
longgar oleh peritoneum.
Ureter mnedapat darah arteri, dengan pleksus vascular dan limfatik dalam muskularis
dan lamina propria. Terdapat saraf, dengan beberapa sel ganglion, dan memasok serta
motoris system otonom kepada muskularis. Serat sensoris meluas melalui muskularis
menembus diantara sel-sel epitel.
Vesica Urinaria
Penampilan irisan
kandung kemih mirip
ureter. Epitel
transisionalnya lebih
tebal, terdiri atas 6-8
lapis sel pada
kandung kemih
kososng, dan hanya
setebal 2-3 lapis pada
kandung kemih terisi
penuh. Di bawah
epitel terdapat muskularis mukosa yang tidak utuh yang dibentuk oleh serat-serat otot kecil
yang tidak beraturan, dengan banyak serat saraf. Beberapa kelenjar kecil terdiri atas sel-sel
bening penghasil mucus, dengan saluran keluar tunggal atau bercabang, terdapat dalam
lamina propria, terutama dekat dmuara ureter dan muara uretra dalam. Lamina proprianya
tebal dengan lapis luar yang longgar, kadang disebut submukosa, yang memungkinkan
mukosa ini berlipat pada kandung kemih kosong. Tebal muskularis sedang saja, terdiri atas
tiga lapisan, lapis sirkular tengah yang paling mencolok dan membentuk sfingter tebal sekitar
muara uretra dalam dan tidak begitu tebal sekitar muara ureter. Lapis adventitia terdiri atas
jaringan fibro-elastis, hanya permukaan superiorkandung kemih saja yang ditutupi
peritoneum secara longgar. Bagian akhir saluran keluar yang menghubungkan kandung
kemih dengan uretra.
Uretra
Uretra pria sangat berbeda dengan uretra pada wanita.
- Uretra Pria
Panjang uretra pria antara 15-20 cm dan dibagi dalam empat bagian, yaitu:
1. Pars Pre Prostatica (0,5-1,5 cm)
2. Pars Prostatica (3-4 m)
Berjalan menurun dari muara uretra dalam pada kandnug kemih menembus kelenjar
prostat. Bagian ini adalah pars prostatika dan padanya bermuara dua duktus ejakulatorius dan
saluran keluar kelenjar prostat.
3. Pars Membranasea (1-1,5 cm)
Bagian ini hanya pendek dan berjalan dari puncak prostat diantara otot rangka
pelvis menembus membaran perineal dan berakhir dalam bulbus korpus kavernosus
uretra
4. Pars Kavernosa/ Spongiosa (± 15 cm)
Bagian ujung uretra menembus korpus spongiosum dan bermuara pada glands
penis. Bagian ini disebut pars kavernosa/ spongiosa, atau hanya uretra bagian penis.
Epitel pembatas uretra pars prostatika ialah epitel transisional, tetapi pada bagian lain
beubah menjadi epitel berlapis silindris, dengan bercak-bercak epitel berlapis gepeng. Ujung
uretra bagian penis yang melebar, yaitu fosa navikularis, dibatasi epitel berlapis gepeng.
Terdapat sedikit sel goblet penghasil mucus. Di bawah epitel terdapat lamina propria yang
terdiri atas jaringan ikat fibroelastis longgar. Membaran mukosa tidak beraturan, dengan
lekukan atau sumur kecil-kecil yang meluas ke dalam membentuk kelenjar tubular (littre)
yang bercabang. Kelenjar ini lebih banyak pada permukaan dorsal uertra dan tersusun serong
dengan bagian dasar tersusun proksimal terhadap muaranya. Kelenjar ini membatasi epitel
serupa dengan yang membatasi uretra dan menghasilkan mucus.
- Uretra Wanita
Uretra wanita jauh lebih pendek daripada pria karena hanya 4 cm panjangnya. Muskularis
terdiri atas dua laisan otot polos tersusun serupa dengan yang ada pada ureter, tetapi
diperkuat dengan sfingter oto rangka pada muaranya. Epitel pembatasnya terutama berlapis
gepeng, dengan bercak-bercak epitel bertingkat silindris. Juga terdapat penonjolan berupa
kelenjar, serupa kelenjar littre pada pria. Lamina prorianya ialah jaringan ikat fibrosa longgar
yang ditandai banyaknya sinus venossus mirip jaringan kavernosa.
2.2 Inervasi Sistem Urinarius
Kandung kemih mendapat persarafan utama dari saraf-saraf pelvis, yang
berhubungan dengan medula spinalis melalui pleksus sakralis, terutama berhubungan dengan
segmen S-2k dan S-3 dari medula spinalis. Perjalanan melalui saraf pelvis terdapat dalam
dua bentuk persarafan yaitu serabut saraf sensorik dan serabut saraf motorik. Serabut sensorik
mendeteksi derajat regangan dalam dinding kandung kemih. Sinyal-sinyal regangan
khususnya dari uretra posterior merupakan sinyal yang kuat dan terutama berperan untuk
memicu refleks pengosongan kandung kemih.
Persarafan motorik yang dibawa dalam saraf-saraf pelvis merupakan serabut
parasimpatis. Saraf ini berakhir di sel ganglion yang terletak di dalam kandung
kemih.kemudian saraf-saraf postganglionik yang pendek akan mempersarafi otot detrusor.
Selain saraf pelvis, terdapat dua jenis persarafan lain yang penting untuk mengatur
fungsi kandung kemih. Yang paling penting adalah serabut motorik skeletal yang dibawa
melalui saraf pudensus ke sfingter eksterna kandung kemih. Saraf ini merupakan serabut sraf
somatik yang mempersarafi dan mengatur otot rangka volunter pada sfingter tersebut.
Kandung kemih jugamendapatkan persarafan simpatis dari rangkaian simpatis melalui saraf-
saraf hipogastrik,yang terutama berhubungan dengan segmen L-2 dari medula spinalis.
Serabut simpatis ini terutama merangsang pembuluh darah dan memberi sedikit efek
terhadap proses kontraksi kandung kemih. Beberapa serabut saraf sensorik juga berjalan
melalui persarafan simpatis dan mungkin penting untuk sensasi rasa penuh dan nyeri (pada
beberapa kasus).
Pengotrolan saraf
Aktivasi sistem saraf simpatis dapat menurunkan ekskresi natrium dan air dengan
mengkonstriksikan arteriol ginjal, sehingga mengurangi GFR. Aktivasi simpatis juga mening
katkan reabsorpsi natrium dalam tubulus proksimal, segmen tebal asenden ansa Henle, dan
kemungkinan di bagian tubulus ginjal yang lebih distal. Dan akhirnya, perangsangan sistem
saraf simpatis akan meningkatkan pelepasan renin dan pembentukan angiotensin II, yang
membantu keseluruhan efek untuk meningkatkan reabsorpsi tubulus dan menurunkan ekskresi
natrium oleh ginjal.
2.3 Aliran Darah Ginjal
Pada laki-laki dengan berat badan rata-rata 70 kg, gabungan aliran darah yang melalui kedua
ginjal kira-kira 1100 ml/menit atau kira-kira 22 persen dari curah jantung. Dengan
mempertimbangkan fakta bahwa kedua ginjal hanya mencakup 0,4 persen dari total berat
badan, kita dapat segera melihat bahwa ginjal menerima aliran darah yang sangat tinggi
dibandingkan dengan organ lain.
Seperti pada jaringan lainnya, aliran darah menyuplai ginjal dengan nutrisi dan
mengeluarkan produk sisa. Namun aliran tinggi yang menuju ginjal tersebut sangat melebihi
kebutuhan ini. Tujuan penambahan aliran ini adalah menyuplai cukup plasma untuk laju
filtrasi glomerulus yang tinggi, yang penting untuk pengaturan volume cairan tubuh dan
konsentrasi zat terlarut secara tepat. Seperti yang diperkirakan, mekanisme yang mengtaur
aliran darah ginjal berkaitan erat dengan pengaturan GFR (Glomerular Filtrate Rate) dan
fungsi ekskresi ginjal.
Aliran darah ginjal dan konsusmsi oksigen
Untuk setiap gram berat ginjal, biasanya mengonsumsi oksigen sebanyak dua kali
lipat dari konsumsi otak tetapi, memiliki aliran darah hampir tujuh kali lipat lebih banyak dari
pada otak. Jadi, oksigen yang dikirimkan ke ginjal jauh melebihi kebutuhan metaboliknya,
dan ekskresi oksigen di arteri-vena relatif rendah dibandingkan di sebagian besar jaringan
lainnya.
Sejumlah besar oksigen yang dikonsumsi oleh ginjal dikaitkan dengan laju reabsorpsi
aktif natrium yang tinggi pada tubulus ginjal. Jika aliran darah ginjal dan GFR berkurang dan
lebih sedikit natrium yang difiltrasi, maka lebih sedikit natrium yang direabsorpsi dan lebih
sedikit pula oksigen yang dikonsumsi. Konsumsi oksigen ginjal bervariasi sesuai dengan
reabsorpsi natrium. Jika filtrasi glomerulus berhenti sama sekali, reabsorpsi natrium ginjal
juga akan berhenti, dan konsumsi oksigen menurun menjadi sekitar seperempat nilai normal.
Konsumsi oksigen residu mencerminkan kebutuhan metabolik dasar dari sel-sel ginjal.
Penentuan aliran darah ginjal
Aliran darah ginjal ditentukan oleh gradien tekanan pada pembuluh renal (perbedaan
tekanan hidrostatik di arteri renalis dan vena renalis). Tekanan arteri renalis kira-kira sama
denga tekanan arteri sistemik, dan tekanan vena renalis rata-rata sekitar 3 sampai 4 mmHg
(pada sebagian besar kondisi). Seperti pada sistem pembuluh darah lainnya, total tahanan
vaskuler yang melalui ginjal ditentukan oleh jumlah tahanan pada masing-masing segmen
pembuluh darah, termasuk arteri, arteriol, kapiler dan vena.
Kebanyakan tahanan vaskuker ginjal terletak pada tiga segmen utama: arteri
interlobularis, arteriol aferen, dan arteriol eferen. Tahanan pembuluh ini dikontrol oleh sistem
saraf simpatis, berbagai hormon, dan mekanisme pengaturan internal ginjal setempat.
Kenaikan tahanan pada setiap segmen vaskular ginjal cenderung akan mengurangi aliran
darah ginjal, sedangkan penurunan tahanan vaskular akan meningkatkan aliran darah ginjal
jika tekanan arteri dan vena renalis tetap konstan.
Walaupun perubahan tekanan arteri mempunyai beberapa pengaruh terhadap aliran
darah ginjal, ginjal mempunyai mekanisme yang efektif untuk memeprthankan aliran darah
ginjal dan GFR agar relatif konstan pada kisaran tekanan arteri antara 80 dan 170 mmHg,
proses ini disebut autoregulasi. Kapasistas untuk autoregulasi terjadi melalui mekanisme
yang seluruhnya intrinsik pada ginjal.
2.4 Proses Pembentukan Urin
Proses pembentukan urin terjadi dalam tiga tahapan. Pertama, proses filtrasi di corpusculum
ginjal (glomerulus dan capsula Bowman). Kedua, proses reabsorbsi dan dan ketiga adalah
proses sekresi yang mana kedua proses tersebut terjadi di tubulus ginjal.
Penyaringan (Filtrasi)
Filtrasi darah terjadi di glomerulus, dimana jaringan kapiler dengan struktur spesifik
dibuat untuk menahan komonen selular dan medium-molekular-protein besar kedalam
vascular sistem, menekan cairan yang identik dengan plasma di elektrolitnya dan komposisi
air. Cairan ini disebut filtrate glomerular. Tumpukan glomerulus tersusun dari jaringan
kapiler. Pada mamalia, arteri renal terkirim dari arteriol afferent dan melanjut sebagai arteriol
eferen yang meninggalkan glomrerulus. Tumpukan glomerulus dibungkus didalam lapisan sel
epithelium yang disebut kapsula bowman. Area antara glomerulus dankapsula
bowman disebut bowman space dan merupakan bagian yang mengumpulkan filtrate
glomerular, yang menyalurkan ke segmen pertama dari tubulus proksimal. Struktur kapiler
glomerular terdiri atas 3 lapisan yaitu : endothelium capiler, membrane dasar, epiutelium
visceral. Endothelium kapiler terdiri satu lapisan sel yang perpanjangan sitoplasmik yang
ditembus oleh jendela atau fenestrate.
Dinding kapiler glomerular membuat rintangan untuk pergerakan air dan solute
menyebrangi kapiler glomerular. Tekanan hidrostatik darah didalam kapiler dan tekanan
oncotik dari cairan di dalam bowman space merupakan kekuatn untuk proses filtrasi.
Normalnya tekanan oncotik di bowman space tidak ada karena molekul protein yang
medium-besar tidak tersaring. Rintangan untuk filtrasi (filtration barrier) bersifat selektiv
permeable. Normalnya komponen seluler dan protein plasmatetap didalam darah, sedangkan
air dan larutan akan bebas tersaring.
Pada umunya molekul dengan raidus 4nm atau lebih tidak tersaring, sebaliknya
molekul 2 nm atau kurang akan tersaring tanpa batasan. Bagaimanapun karakteristik juga
mempengaruhi kemampuan dari komponen darah untuk menyebrangi filtrasi. Selain itu
beban listirk (electric charged) dari sretiap molekul juga mempengaruhi filtrasi. Kation
(positive) lebih mudah tersaring dari pada anion. Bahan-bahan kecil yang dapat terlarut
dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain,
dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan di
glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah
tetapi tidak mengandung protein.
Secara sederhana; sel darah, air, garam, nutrisi, dan urea yang terdapat pada arteri
akan masuk ke ginjal pada glomerulus dan terjadi penyaringan: sel darah akan tetap berada
pada kepiler darah, sedangkan urea, air, garam, dan nutrisi masuk ke dalam kapsula bowman.
hasil penyaringan ini akan disebut urin primer. Kapsula bowman akan mengalirkan hasil
penyaringan ke Tubulus proksimal untuk menyerap kembali bahan-bahan yang masih
dibutuhkan tubuh. Pada tubulus proksimal air, garam dan nutrisi akan diserap kembali ke
dalam tubuh dan diangkut melalui vena. Setelah melewati tubulus proksimal, proses berlanjut
ke tubulus distal untuk penambahan zat-zat sisa yang tidak dibutuhkan tubuh seperti sisa hasil
metabolisme. Setelah itu akan disalurkan ke Duktus pengumpul kemudian ke ureter dan
dibuang keluar dari tubuh.
Penyerapan kembali (Reabsorbsi)
Sewaktu filtrate glomerulus memasuki tubulus ginjal, filtrate ini mengalir melalui
bagian- bagian tubulus secara berurutan, yaitu tubulus proksimalis – ansa henle- tubulus
distalis-tubulus koligentes-dan akhirnya duktus koligentes. Di sepanjang jalan yang
dilaluinya beberapa zat direabsorbsi secara selektif dari tubulus kembali ke darah, sedangkan
yang lain akan disekresikan dari darah ke dalam lumen tubulus. Reabsorbsi tidak seperti
filtrasi glomerulus yang secara relatif tidak selektif, reabsorbsi tubulus sangat selektif.
Beberapa zat, seperti glukosa dan asam amino direabsorbsi hampir sempurna dalam tubulus.
Banyak ion dalam plasma, seperti natrium, klorida dan bikarbonat juga sangat direabsorbsi,
tetapi kecepatan reabsorbsinya bervariasi bergantung pada kebutuhan tubuh. Sebaliknya
produk buangan tertentu, seperti ureum, dan kreatinin, sulit direabsorbsi dari tubulus dan
diekskresi dalam jumlah yang relative besar. Dibawah ini tabel mengenai jumlah zat yang
direabsorbsi oleh tubulus ginjal dalam Guyton (2011).
Molekul /zat Jumlah yang
difiltrasi
Jumlah yang
direabsorbsi
Jumlah yang
diekskresi
% muatan yang
terfiltrasi yang
direabsorbsi
Glukosa(g/hari) 180 180 0 100
Bikarbonat(mEq/hari) 4.320 4318 2 >99,9
Natrium (mEq/hari) 25.560 25.410 150 99,4
Klorida(mEq/hari) 19.440 19.260 180 99,1
Kalium(mEq/hari) 756 664 92 87,8
ureum(g/hari) 46,8 23,4 23,4 50
Kreatinin (g/hari) 1,8 0 1,8 0
o Mekanisme Transpor aktif dan Pasif Reabsorbsi di Tubulus
Bila suatu zat akan direabsorbsi, pertama zat tersebut harus ditranspor (1) melintasi
membrane epitel tubulus ke dalam cairan interstisiil ginjal dan kemudian (2) melalui
membrane kapiler peritubulus kembali ke dalam darah. Reabsorbsi melalui epitel tubulus
kedalam cairan interstisiil meliputi transport aktif atau pasif dengan mekanisme dasar yang
sama. Transpor aktif dapat mendorong suatu zat terlarutmelawan gradient elektrokimia dan
membutuhkan energy yang berasal dari metabolisme. Transpor yang berhubungan langsung
dengan suatu sumber energy, seperti hidrolisis ATP, disebut sebagai transport aktif primer.
Suatu contoh adalah pompa natrium kalium ATPase yang berfungsi pada hampir semua
bagian tubulus ginjal. Pada sisi basolateral sel – sel epitel tubulus membrane sel mempunyai
system natrium kalium ATPase ekstensif yang menghidrolisis ATP dan menggunakan energy
yang dilepaskan untuk mentranspor ion natrium keluar dari sel masuk ke dalam interstisium.
Pada waktu yang bersamaan, kalium ditranspor dari interstisium ke dalam sel. Cara kerja
pompa ion ini mempertahankan konsentrasi natrium intrasel tetap rendah dan kalium intrasel
tetap tinggi serta menciptakan suatu muatan negative akhir kira- kira -70 milivolt didalam sel.
Reabsorbsi akhir ion natrium dari lumen tubulus kembali ke dalam darah melibatkan
setidaknya tiga tahap :
1. Natrium berdifusi melalui membrane luminal ke dalam sel mengikuti suatu gradient
elektrokimia yang terbentuk oleh pompa natrium – kalium ATPase pada sisi
basolateral membrane
2. Natrium di transport melalui membrane basolateral melawan suatu gradient
elektrokimia yang ditimbulkan oleh pompa natrium – kalium ATPase
3. Natrium, air, dan zat – zat lain direabsorbsi dari cairan interstisiil kedalam kapiler
peritubulus dengan cara ultrafiltrasi, yaitu suatu proses pasif yang digerakkan oleh
gradient tekanan hidrostatik dan tekanan koloid osmotic.
Akibat yang ditimbulkan dari reabsorbsi natrium, ada proses solvent drag yaitu proses
reabsorbsi natrium yang diikuti oleh reabsorbsi air. Selain Air, sewaktu natrium direabsorbsi
melalui sel epitel tubulus, ion negative seperti klorida ditranspor bersama dengan natrium
karena adanya potensial listrik. Dengan demikian, transport ion natrium bermuatan positif
keluar dari lumen menjadi bermuatan negative, dibandingkan dengan cairan interstisiil. Hal
ini menyebabkan ion klorida berdifusi secara pasif melalui jalur paraselular. Reabsorbsi
Reabsorbsi Na+
tambahan ion klorida timbul karena terjadinya gradient konsentrasi klorida ketika air
direabsorbsi dari tubulus dengan cara osmosis, sehingga mengkonsentrasikan ion klorida
dalam lumen tubulus. Jadi reabsorbsi aktif natrium berpasangan erat dengan reabsorbsi pasif
klorida melalui potensial listrik dan gradient konsentrasi klorida. Ureum juga direabsorbsi
secara pasif dari tubulus tetapi jauh lebih sedikit daripada ion klorida. Ketika air direabsorbsi
dari tubulus , konsentrasi ureum dalam lumen tubulus meningkat. Hal ini menimbulkan
gradient konsentrasi yang menyebabkan reabsorbsi ureum. Akan tetapi ureum tidak bisa
memasuki tubulus semudah air, kira – kira hanya satu setengah ureum yang difiltrasi melalui
glomerulus, akan direabsorbsi dari tubulus. Ureum yang masih tersisa akan masuk ke dalam
urin. Dibawah ini skema mekanisme reabsorbsi air, klorida dan ureum yang bersamaan
dengan reabsorbsi natrium.
o Reabsorpsi di Sepanjang Bagian Nefron
1. Reabsorbsi di Tubulus Proksimal
Secara normal sekitar 65 % dari muatan natrium dan air yang difiltrasi, dan
nilai persentase yang lebih rendah dari klorida, akan direabsorbsi oleh tubulus
proksimal sebelum mencapai ansa Henle. Tubulus proksimal mempunyai kapasitas
yang besar untuk reabsorpsi aktif dan pasif. Kapasitas reabsorpsi yang besar dari
tubulus proksimal adalah hasil dari sifat- sifat selularnya yang khusus.Sel epitel
tubulus proksimal bersifat sangat metabolic dan mempunyai sejumlah besar
mitokondria untuk mendukung proses transport aktif yang kuat. Selain itu, sel tubulus
proksimal mempunyai banyak brush border pada sisi lumen membrane, dan juga
labirin interselular serta kanalis basalis yang luas: semuanya ini menghasilkan area
permukaan membrane yang luas pada sisi lumen dan sisi basolateral dari epitel untuk
mentranspor ion natrium zat – zat lain dengan cepat.
Reabsorbsi H2O
Konsentrasi ureum luminalKonsentrasi klorida luminal
Reabsorbsi klorida pasif Reabsorbsi ureum pasif
Pada pertengahan pertama tubulus proksimal, natrium direabsorbsi dengan
cara ko – transport bersama –sama dengan glukosa, asam amino dan zat terlarut
lainnya. Ko – transport ini dibantu oleh adanya protein di dinding lumen tubulus.
Tetapi pada pertengahan kedua dari tubulus proksimal, hanya sedikit glukosa dan
asam amino yang direabsorbsi. Pertengahan kedua tubulus proksimal memiliki
konsentrasi klorida yang relative tinggi ( 140 mEq/L) dibandingkan dengan bagian
awal tubulus proksimal(105 mEq/L) karena saat natrium direabsorbsi, natrium
membawa glukosa, bikarbonat dan ion organic pada bagian awal tubulus proksimal,
meninggalkan suatu larutan yang mempunyai konsentrasi klorida yang sangat tinggi.
Zat terlarut organic tertentu seperti glukosa , asam amino, dan bikarbonat lebih
banyak direabsorbsi daripada air, sehingga konsentrasi zat-zat tersebut menurun
dengan nyata disepanjang tubulus proksimal. Zat – zat terlarut organic yang lain yang
kurang permeable dan tidak direabsorbsi secara aktif seperti, kreatinin konsentrasinya
meningkat disepanjang tubulus.
2. Reabsorbsi di Lengkung Henle
Ansa henle terdiri dari tiga segmen fungsional yang berbeda, antara lain
segmen tipis desenden, segmen tipis asenden, dan segmen tabal asenden. Bagian
segmen desenden tipis sangat permeable terhadap air dan sedikit permeable terhadap
sebagaian zat terlarut termasuk ureum dan kreatinin. Sekitar 20 % dari air yang
difiltrasi akan direabsorbsi di ansa henle dan hampir semuanya terjadi di lengkung
tipis asenden. Lengkung asenden termasuk bagian tipis dan bagian tebal sebenarnya
tidak permeable terhadap air, suatu karakteristik yang penting untuk memekatkan
urin. Segmen tebal dari ansa henle yang dimulai dari asenden mempunyai aktivitas
metabolic tinggi dan mampu melakukan reabsorbsi aktif natrium, klorida dan kalium.
Sekitar 25 % dari muatan natrium, klorida, dan kalium yang difiltrasi akan
direabsorbsi di ansa henle, kebanyakan dilengkung tebal asenden. Pada segmen tebal
asenden juga terjadi reabsorbsi paraselular yang bermakna dari katio, seperti Mg2+,
Ca++, Na+, dan K+ yang disebabkan oleh muatan lumen tubulus yang lebih positif
dibandingkan cairan interstisial.
Sekresi
Dari lengkung Henle asenden, urin sekunder akan masuk ke tubulus distal. Di
dalam tubulus distal urin sekunder mengalami sekresi yaitu proses penambahan zat –
zat yang tidak diperlukan oleh tubuh ke dalam tubulus kontortus distal.
Zat sisa yang dikeluarkan dari pembuluh darah kapiler adalah ion hidrogen
(H+), ion kalium (K+), NH3 dan kreatinin. Pengeluaran (H+) ini membantu menjaga
pH yang tetap dalam darah. Jika Ph dalam darah mulai turun, maka sekresi ion
hidrogen akan meningkat sampai berada pada keadaan pH normal (7,3-7,4).
Selama melewati tubulus distal dan tubulus kolektifus, urin kehilangan banyak
air (H2O) sehingga konsentrasi urin semakin pekat dan akan dihasilkan urin
sesungguhnya, dengan kisaran pH 4,5-8,5. Urin sesungguhnya atau urin normal
mengandung air, urea,amonia, garam mineral, zat warna empedu, hormon,vitamin,
dan obat-obatan, dan tidak mengandung glukosa dan protein lagi. Setelah itu urin
memasuki pelvis renalis dan menuju ureter, kemudian dialirkan ke vesica urinaria
untuk ditampung sementara waktu. Urine ditampung di dalam kantong kemih (vesica
urinaria) hingga mencapai kurang lebih 300 cc. Kemudian melalui uretra, urine
dikeluarkan dari tubuh. Pengeluaran urine ini diatur oleh otot sphingter
2.5 Mikturisi dan Refleks Miksi
Mikturisi dalam bahasa sehari-hari sering disebut sebagai berkemih. Secara istilah mikturisi
yang juga disebut urinasi adalah keluarnya urine dari vesika urinaria. Mikturisi merupakan
tahap akhir dari sistem ekskresi yang melibatkan ginjal sebagai organ tempat terbentuknya
urine. Urine yang terbentuk di ginjal selajutnya melewati ureter, saluran yang
menghubungkan ginjal dengan kandung kemih atau vesika urinaria. Urine bisa sampai di
vesika urinaria berkat gerak peristaltik dinding ureter yang panjangnya mencapai 30 cm.
Ketika sudah sampai di vesika urinaria, urine akan ditampung terlebih dahulu hingga
mencapai volume tertentu yang akan memunculkan suatu keinginan untuk buang air kecil
(membuang urin melalui uretra) yang diatur oleh suatu koordinasi yang disebut refleks
mikturisi.
Refleks Mikturisi
Refleks mikturisi melibatkan sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer. Sistem saraf
pusat yang terlibat dalam refleks mikturisi adalah medula spinalis bagian sakrum dan otak di
bagian korteks serebri. Sedangkan sistem saraf perifer yang terlibat adalah sistem saraf
otonom yakni saraf parasimpatis. Meski diatur oleh saraf otonom, refleks ini nantinya dapat
ditahan secara sadar dan melibatkan kerja dari korteks serebri. Berikut ini adalah urutan
bagaimana timbulnya rasa ingin buang air kecil.
Ketika vesika urinaria terisi oleh sedikitnya 200 ml urin, tekanan di dalam vesika
urinaria naik, dan strecth receptor pada dinding vesika urinaria mengirimkan impuls melalui
saraf aferen menuju medula spinalis bagian sakrum segmen S2 dan S3 yang memicu
terjadinya refleks mikturisi. Serabut motorik parasimpatis pada saraf pelvis membawa impuls
kembali ke vesika urinaria dan merangsang otot detrusor untuk berkontraksi dan berakibat
pada meningkatnya tekanan hidrostatis dalam vesika urinaria.
Kontraksi otot detrusor inilah yang merupakan aktor utama dalam pengosongan
vesika urinaria. Saraf parasimpatis juga membuat sfingter uretra internal berelaksasi, dan
menghambat saraf motorik yang membuat sfingter uretra eksternal berkontraksi. Ketika
kontraksi otot detrusor dan relaksasi otot sfingter uretra inilah mikturisi terjadi. Namun, tidak
secepat itu karena nyatanya kita dapat menahan rasa ingin buang air kecil dan di sinilah peran
saraf somatis. Impuls pada medulla spinalis tersebut juga diteruskan oleh interneuron menuju
thalamus dan menimbulkan sensasi. Selanjutnya sensasi penuhnya kantung kemih itu
diteruskan ke korteks serebri hingga seseorang sadar bahwa ia ingin buang air kecil. Saat
itulah, otot sphincter urethra eksterna akan berkontraksi secara sadar untuk menahan buang
air kecil sampai orang tersebut menemukan waktu dan tempat yang pas untuk buang air kecil.
Namun, perlu diketahui bahwa waktu untuk menahan rasa ingin buang air kecil ini terbatas.
Jika volume urin dalam vesika urinaria sudah mencapai kurang lebih 500 ml, tekanannya
yang semakin tinggi itu cukup untuk membuka sfingter uretra internal yang otomatis
merelaksasikan sfingter uretra eksternal sehingga mikturisi pun terjadi.
Fisiologi Miksi
Miksi atau urinisasi merupakan proses pengosongan kandung kemih. Setelah dibentuk
oleh ginjal, urin disalurkan melalui ureter ke kandung kemih. Aliran ini dipengaruhi oleh
gaya tarik bumi, selain itu juga kontraksi peristaltik otot polos dalam dinding ureter. Karena
urin secara terus menerus dibentuk oleh ginjal, kandung kemih harus memiliki kapasitas
penyimpanan yang cukup
Mekanisme miksi bergantung pada inervasi parasimpatis dan simpatis juga impuls
saraf volunter. Pada pengeluaran urin dibutuhkan kontraksi aktif otot detrusor, maka:
o Bagian otot trigonum yang mengelilingi jalan keluar uretra berfungsi sebagai sfingter
uretra internal yang diinervasi oleh neuron parasimpatis.
o Sfingter uretra eksternal terbentuk dari serabut otot rangka dari otot perineal
transversa dibawah kendali volunter. Selain itu bagian pubokoksigeus pada otot
elevator juga berkontriksi dalam pembentukan sfingter
Rata-rata pengeluaran urin adalah ± 1,5 - l cc per kg BB per hari, walaupun bisa
berkurang dan meningkat tergantung asupan cairan dan nutrisi dari orang tersebut serta
aktivitas yang ia lakukan.
Refleks berkemih dicetuskan apabila reseptor-reseptor regang di dalam dinding
kandung kemih terangsang. Kandung kemih orang dewasa dapat menampung sampai 250
atau 450 ml urin sebelum tegangan di dinding kandung kemih untuk mengaktifkan reseptor
regang. Makin besar peregangan melebihi ambang ini, makin besar tingkat pengaktifan
reseptor. Selain refleks ini dimulai, refleks ini bersifat regenerasi sendiri
Refleks berkemih terjadi dengan cara:
o Impuls pada medulla spinalis dikirim ke otak dan menghasilkan impuls parasimpatis
yang menjalankan melalui saraf splanknik pelvis ke kandung kemih.
o Refleks perkemihan menyebabkan otot detrusor kontraksi dan relaksasi sfingter
internal dan eksternal
Pada anak-anak, miksi merupakan sebuah refleks lokal spinal dimana pengosongan
kandung kemih dengan pencapaian tekanan kritis. Sedangkan pada dewasa, refleks ini
dibawah kontrol volunter sehingga dapat diinhibisi oleh otak
Selama miksi, proses yang terjadi berupa:
o Refleks detrusor meregang, mencetuskan refleks kontraksi dari otot-otot tersebut
sehingga timbul keinginan untuk miksi.
o Relaksasi otot puborectalis sehingga kandung kemih akan turun sedikit sehingga
penghambatan uvula menurun dan segmen bagian pertama uretra melebar.
o Relaksasi otot sfingter uretra eksterna memungkinkan kandung kemih untuk
mengosongkan isinya dan dapat dibantu dengan tindakan valsava.
o Pada akhir proses miksi, kontraksi kuat dari otot sfingter uretra eksterna dan dasar
panggul akan mengeluarkan sisa urin dalam uretra, setelah itu otot detrusor relaksasi
kembali untuk pengisian urin selanjutnya
Gangguan pada sistem saraf pusat atau komponen saluran kemih bagian bawah dapat
menyebabkan tidak sempurnanya pengeluaran dan retensi urin atau tidak dapat menahan
miksi, atau gejala-gejala kompleks kandung kemih yang berlebihan dengan karakteristik
berupa sesak dan miksi berulang-ulang dengan atau tanpa inkontinensia urin.
Pengisian dan pengeluaran urin pada kandung kemih dikontrol oleh sirkuit saraf di
otak, medula spinalis, dan ganglia. Sirkuit ini mengkoordinasikan aktifitas otot polos di
detrusor dan uretra. Suprapontin mempengaruhi keadaan “on-off switch” pada saluran kemih
bagian bawah dengan dua cara operasi yaitu penyimpanan dan pengeluaran.
Berkemih dapat dicegah dengan kontraksi sfingter uretra eksterna yang disadari.
Namun, jika kandung kemih terus menerus diisi dan teregang, maka kontrol sudah tidak
mampu lagi mengendalikan.
Berkemih juga dapat secara sengaja dimulai walaupun kandung kemih belum tergang
oleh relaksasi volunter sfingter uretra eksterna dan diafragma pelvis. Penurunan lantai
panggul juga memungkinkan kandung kemih turun, yang secara simultan membuka sfingter
uretra eksterna dan meregangkan kandung kemih. Pengaktifan reseptor-reseptor regang
menyebabkan kandung kemih berkontraksi melalui refleks miksi. Pengosongan kandung
kemih secara volunter dapat dibantu oleh kontruksi dinding abdomen dan diafragma
pernafasan yang meningkatkan tekanan abdominal sehingga memeras kandung kemih untuk
mengosongkan isinya.
Jadi, refleks berkemih merupakan sebuah siklus yang lengkap. Terdiri dari:
1. Kenaikan tekanan secara progresif
2. Periode tekanan menetap
3. Kembalinya tekanan kandung kemih ke nilai tonus basal
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Urin
Usia
Umur mempengaruhi volume urin yang dikeluarkan. Pada usia dewasa urin diproduksi lebih
banyak dari pada umur yang sudah lanjut ataupun usia yang masih dini. Hal ini dipengaruhi
beberapa faktor salah satunya faktor kerja ginjal. Ginjal pada usia remaja atau usia dewasa
memiliki kerja yang lebih berat.
Jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin pada pria dan wanita membuat produksi volume urin berbeda. Pada
pria volume urin lebih banyak daripada wanita apabila memiliki berat badan tubuh yang
sama. Wanita memiliki volume urin yang lebih banyak karena wanita memiliki lemak yang
lebih banyak daripada pria
Berat badan
Jumlah urin yang diproduksi oleh tubuh berbanding lurus dengan berat badan, urin
diproduksi 2,5cc per kilogram berat badan per menit. Jadi semakin berat tubuh seseorang
maka semakin banyak jumlah urin yang diproduksi oleh tubuh.
Infeksi
Bakteri atau virus yang menginfeksi tubuh membuat kerja ginjal ataupun saluran
pembuangan urin terganggu. Contoh pada gangguan ginjal yang menyebabkan abnormalitas
proses pengeluaran cairan dalam tubuh. Infeksi juga terkadang menyebabkan perubahan
warna pada urin dan bau urin yang berbeda dari normalnya
Suhu
Suhu tubuh yang tinggi membuat produksi urin lebih banyak dikeluarkan oleh tubuh. Hal ini
terjadi karena plasma dalam darah banyak yang dikeluarkan. Suhu turun juga membuat
vasokontriksi karena tubuh harus menjaga agar suhu stabil sehingga pembuluh darah akan
menyepit dan cairan dalam darah harus dikeluarkan oleh tubuh, apabila suhu meningkat
terjadi vasodilatasi sehingga tubuh harus mengatur agar cairan dalam tubuh tetap stabil.
Volume cairan yang dikonsumsi
Jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh mempengaruhi volume plasma dalam darah,
semakin banyak volume cairan yang dikonsumsi maka semakin banyak volume urin yang
harus dikeluarkan oleh tubuh.
Ginjal
Ginjal yang memiliki peran penting pada sistem urin memiliki peran penting dalam volume
urin yang dikeluarkan, filtrasi absorpsi dan sekresi terjadi dalam ginjal. Volume urin yang
dikeluarkan diatur oleh organ ginjal.
2.7 Pemeriksaan Urin Rutin
Pemeriksaan Makroskopik, Mikroskopik Dan Kimia Urin
Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan pemeriksaan
urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi
pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin
lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton,
bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.
Pemeriksaan Makroskopik
Yang diperiksa adalah volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin.
Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi
kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan
badan. Pengukuran volume urin yang dikerjakan bersama dengan berat jenis urin bermanfaat
untuk menentukan gangguan faal ginjal.
1. Volume urin
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan,
jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang
bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk
orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan
itu disebut poliuri.
Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan yang
berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek diuretika. Selain itu poliuri dapat pula
disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipertensi,
pengeluaran cairan dari edema. Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan
ini dikatakan oliguri.
Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis
menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml.
Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam
keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan
tersebut terbalik disebut nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.
2. Warna urin
Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat
menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda,
kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan
sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun
makanan. Pada umumnya warna ditentukan oleh kepekatan urin, makin banyak diuresa
makin muda warna urin itu. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua
yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin.
Bila didapatkan perubahan warna mungkin disebabkan oleh zat warna yang normal ada
dalam jumlah besar, seperti urobilin menyebabkan warna coklat
Disamping itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya zat warna abnormal, seperti
hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan bilirubin yang menyebabkan warna coklat.
Warna urin yang dapat disebabkan oleh jenis makanan atau obat yang diberikan kepada orang
sakit seperti obat dirivat fenol yang memberikan warna coklat kehitaman pada
urin.Kejernihan dinyatakan dengan salah satu pendapat seperti jernih, agak keruh, keruh atau
sangat keruh. Biasanya urin segar pada orang normal jernih. Kekeruhan ringan disebut
nubecula yang terdiri dari lendir, sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap. Dapat
pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan bakteri dari botol
penampung. Urin yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan oleh chilus,
bakteri, sedimen seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak.
3. Berat jenis urin
Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan
dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno
meter, refraktometer dan reagens 'pita'. Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara
1,003 -- 1,030. Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin
rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat
jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020
atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada
penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat
disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal
yang menahun.
4. Bau urin
Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang
abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang
berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol,
bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh
bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang
berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih
umpamanya pada karsinoma saluran kemih.
5. pH urin
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat
memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 -- 8,0. Selain
itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada
infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan
kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan urin
bersifat basa. Dalam pengobatan batu karbonat atau kalsium fosfat urin dipertahankan asam,
sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau oksalat pH urin sebaiknya
dipertahankan basa.
Pemeriksaan Mikroskopik
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen
urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat
ringannya penyakit. Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang
dikumpulkan dengan pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai
lensa objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan penglihatan kecil atau LPK. Selain itu
dipakai lensa objektif besar (40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB.
Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan secara semi kuantitatif, yaitu jumlah rata-
rata per LPK untuk silinder dan per LPB untuk eritrosit dan leukosit. Unsur sedimen yang
kurang bermakna seperti epitel atau kristal cukup dilaporkan dengan + (ada), ++ (banyak)
dan +++ (banyak sekali). Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur
organik dan tak organik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain
epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang tak
organik tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan seperti urat amorf dan kristal.
1. Eritrosit atau leukosit
Eritrosit atau leukosit di dalam sedimen urin mungkin terdapat dalam urin wanita yang haid
atau berasal dari saluran kernih. Dalam keadaan normal tidak dijumpai eritrosit dalam
sedimen urin, sedangkan leukosit hanya terdapat 0 - 5/LPK dan pada wanita dapat pula
karena kontaminasi dari genitalia.Adanya eritrosit dalam urin disebut hematuria. Hematuria
dapat disebabkan oleh perdarahan dalam saluran kemih, seperti infark ginjal, nephrolithiasis,
infeksi saluran kemih dan pada penyakit dengan diatesa hemoragik. Terdapatnya leukosit
dalam jumlah banyak di urin disebut piuria. Keadaan ini sering dijumpai pada infeksi saluran
kemih atau kontaminasi dengan sekret vagina pada penderita dengan fluor albus.
2. Silinder
Silinder adalah endapan protein yang terbentuk di dalam tubulus ginjal, mempunyai matrix
berupa glikoprotein (protein Tamm Horsfall) dan kadang-kadang dipermukaannya terdapat
leukosit, eritrosit dan epitel. Pembentukan silinder dipengaruhi oleh berbagai faktor antara
lain osmolalitas, volume, pH dan adanya glikoprotein yang disekresi oleh tubuli ginjal.
Dikenal bermacam-macam silinder yang berhubungan dengan berat ringannya penyakit
ginjal. Banyak peneliti setuju bahwa dalam keadaan normal bisa didapatkan sedikit eritrosit,
leukosit dan silinder hialin. Terdapatnya silinder seluler seperti silinder leukosit, silinder
eritrosit, silinder epitel dan sunder berbutir selalu menunjukkan penyakit yang serius. Pada
pielonefritis dapat dijumpai silinder lekosit dan pada glomerulonefritis akut dapat ditemukan
silinder eritrosit. Sedangkan pada penyakit ginjal yang berjalan lanjut didapat silinder
berbutir dan silinder lilin.
3. Kristal
Kristal dalam urin tidak ada hubungan langsung dengan batu di dalam saluran kemih. Kristal
asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan bahan amorf merupakan kristal yang sering
ditemukan dalam sedimen dan tidak mempunyai arti, karena kristal-kristal itu merupakan
hasil metabolisme yang normal. Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari jenis makanan,
banyak makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urin. Di samping itu mungkin
didapatkan kristal lain yang berasal dari obat-obatan atau kristal-kristal lain seperti kristal
tirosin, kristal leucin.
4. Epitel
Merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal didapatkan dalam sedimen
urin. Dalam keadaan patologik jumlah epitel ini dapat meningkat, seperti pada infeksi, radang
dan batu dalam saluran kemih. Pada sindroma nefrotik di dalam sedimen urin mungkin
didapatkan oval fat bodies. Ini merupakan epitel tubuli ginjal yang telah mengalami
degenerasi lemak, dapat dilihat dengan memakai zat warna Sudan III/IV atau diperiksa
dengan menggunakan mikroskop polarisasi.
Pemeriksaan Kimia Urin
Di samping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan cara
yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu memakai reagens
pita. Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di Indonesia. Reagens pita
ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah,
urobilinogen dan nitrit. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimum, aktivitas
reagens harus dipertahankan, penggunaan haruslah mengikuti petunjuk dengan tepat; baik
mengenai cara penyimpanan, pemakaian reagnes pita dan bahan pemeriksaan.
Urin dikumpulkan dalam penampung yang bersih dan pemeriksaan baiknya segera
dilakukan. Bila pemeriksaan harus ditunda selama lebih dari satu jam, sebaiknya urin tersebut
disimpan dulu dalam lemari es, dan bila akan dilakukan pemeriksaan, suhu urin disesuaikan
dulu dengan suhu kamar.
Agar didapatkan hasil yang optimal pada tes nitrit, hendaknya dipakai urin pagi atau
urin yang telah berada dalam buli-buli minimal selama 4 jam. Untuk pemeriksaan bilirubin,
urobilinogen dipergunakan urin segar karena zat-zat ini bersifat labil, pada suhu kamar bila
kena cahaya. Bila urin dibiarkan pada suhu kamar, bakteri akan berkembang biak yang
menyebabkan pH menjadi alkali dan menyebabkan hasil positif palsu untuk protein.
Pertumbuhan bakteri karena kontaminasi dapat memberikan basil positif palsu untuk
pemeriksaan darah samar dalam urin karena terbentuknya peroksidase dari bakteri.
Reagens pita untuk pemeriksaan protein lebih peka terhadap albumin dibandingkan
protein lain seperti globulin, hemoglobin, protein Bence Jones dan mukoprotein. Oleh karena
itu hasil pemeriksaan proteinuri yang negatif tidak dapat menyingkirkan kemungkinan
terdapatnya protein tersebut didalam urin. Urin yang terlalu lindi, misalnya urin yang
mengandung amonium kuartener dan urin yang terkontaminasi oleh kuman, dapat
memberikan hasil positif palsu dengan cara ini. Proteinuria dapat terjadi karena kelainan
prerenal, renal dan post-renal. Kelainan pre-renal disebabkan karena penyakit sistemik seperti
anemia hemolitik yang disertai hemoglobinuria, mieloma, makroglobulinemia dan dapat
timbul karena gangguan perfusi glomerulus seperti pada hipertensi dan payah jantung.
Proteinuria karena kelainan ginjal dapat disebabkan karena kelainan glomerulus atau tubuli
ginjal seperti pada penyakit glomerulunofritis akut atau kronik, sindroma nefrotik,
pielonefritis akut atau kronik, nekrosis tubuler akut dan lain-lain.
Pemeriksaan glukosa dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita.
Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro.
Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan
reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat
dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif
dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin
sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl. Cara ini juga lebih
spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti galaktosa, laktosa, fruktosa dan pentosa tidak
bereaksi. Dengan cara enzimatik mungkin didapatkan hasil negatip palsu pada urin yang
mengandung kadar vitamin C melebihi 75 mg/dl atau benda keton melebihi 40 mg/dl. Pada
orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena peningkatan
kadar glukosa dalam darah yang melebihi kepasitas maksimum tubulus untuk mereabsorpsi
glukosa seperti pada diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing,
phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal
yang menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi.
Benda- benda keton dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-
hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus segar.
Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat lebllh
dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam
beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat bila urin mengandung
bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8-hidroksi-quinoline yang berlebihan.
Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada keadaan puasa
yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus, kelainan
metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi. Hal ini
terjadi sebelum kadar benda keton dalam serum meningkat.
Pemeriksaan bilirubin dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan
bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam
diazonium terdiri dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam
yang dipakai adalah asam sulfo salisilat. Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan
memberikan basil positif dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu.
Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine
dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung
metabolit pyridium atau serenium.
Pemeriksaan urobilinogen dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan
normal kadar urobilinogen berkisar antara 0,1 - 1,0 Ehrlich unit per dl urin. Peningkatan
ekskresi urobilinogen urin mungkin disebabkan oleh kelainan hati, saluran empedu atau
proses hemolisa yang berlebihan di dalam tubuh.
Dalam keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin, adanya darah dalam urin
mungkin disebabkan oleh perdarahan saluran kemih atau pada wanita yang sedang haid.
Dengan pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya 150-450 ug hemoglobin per liter urin. Tes ini
lebih peka terhadap hemoglobin daripada eritrosit yang utuh sehingga perlu dilakukan pula
pemeriksaan mikroskopik urin. Hasil negatif palsu bila urin mengandung vitamin C lebih dari
10 mg/dl. Hasil positif palsu didapatkan bila urin mengandung oksidator seperti hipochlorid
atau peroksidase dari bakteri yang berasal dari infeksi saluran kemih atau akibat pertumbuhan
kuman yang terkontaminasi.
Dalam keadaan normal urin bersifat steril. Adanya bakteriura dapat ditentukan dengan
tes nitrit. Dalam keadaan normal tidak terdapat nitrit dalam urin. Tes akan berhasil positif bila
terdapat lebih dari 105 mikroorganisme per ml urin. Perlu diperhatikan bahwa urin yang
diperiksa hendaklah urin yang telah berada dalam buli-buli minimal 4 jam, sehingga telah
terjadi perubahan nitrat menjadi nitrit oleh bakteri. Urin yang terkumpul dalam buli-buli
kurang dari 4 jam akan memberikan basil positif pada 40% kasus.
Hasil positif akan mencapai 80% kasus bila urin terkumpul dalam buli-buli lebih dari
4 jam. Hasil yang negatif belum dapat menyingkirkan adanya bakteriurea, karena basil
negatif mungkin disebabkan infeksi saluran kemih oleh kuman yang tidak mengandung
reduktase, sehingga kuman tida dapat merubah nitrat menjadi nitrit. Bila urin yang akan
diperiksa berada dalam buli-buli kurang dari 4 jam atau tidak terdapat nitrat dalam urin, basil
tes akan negatif. Kepekaan tes ini berkurang dengan peningkatan berat jenis urin. Hasil
negatif palsu terjadi bila urin mengandung vitamin C melebihi 25 mg/dl dan konsentrasi ion
nitrat dalam urin kurang dari 0,03 mg/dl.
2.8 Analisis Skenario
Pada kasus skenario diketahui bahwa seorang laki-laki seringkali berkemih karena
mengonsumsi kopi dan pada saat berkemih ternyata aroma urinnya seperti kopi. Hal tersebut
terjadi karena kopi mempunyai efek diuretik. Dimana efek diuretik ini dapat menghambat
hormon ADH (Anti Diuretik Hormon) yang mempunyai peran untuk mereabsorbsi air di
Tubulus Distal dan Duktus Kolektivus sehingga menyebabkan urin sedikit keluar saat
berkemih. Seperti yang dijelaskan, bahwa kopi menghambat hormon ADH, maka pada saat
meminum kopi hormon ADH lebih sedikit mereabsorbsi air dan dampaknya urin yang keluar
lebih banyak. Selain itu, kopi dapat mempercepat proses filtrasi. Kandungan kafein yang
terdapat dalam kopi tidak dapat difiltrasi sehingga dalam urin terdapat konsentrasi kafein
yang tinggi dan muncullah bau seperti kopi dalam urin.
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem urinaria merupakan suatu sistem yang di dalamnya terjadi penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat yang tidak digunakan oleh tubuh. Zat ini akan larut dalam air
dan dikeluarkan berupa urine. Urine merupakan cairan yang diekskresikan oleh ginjal ke luar
tubuh.
Sistem urinaria terdiri dari organ-organ yang memproduksi urine dan
mengeluarkannya dari tubuh. Sistem ini merupakan salah satu sistem utama untuk
mempertahankan homeostatis (kekonstanan lingkungan internal). Sistem urinaria terdiri dari
dari dua ginjal yang memproduksi urine, dua ureter yang membawa urine ke dalam sebuah
kandung kemih untuk penampungan sementara; dan urethra yang mengalirkan urine keluar
tubuh melalui orifisium urethra eksterna.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Eroschenko Victor P. 2010. Atlas Histologi diFiore. Edisi 11. Jakarta: EGC.
Guyton & Hall. 2007. Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.
Mescher Anthony L. 2011. His t ologi Dasar Junquei r ra. Edisi 12. Jakarta: EGC.
Moore Keith L. dan Agur Anne M.R., 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates.
Sherwood, Lauralee. 2009. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. E disi 6.
Tim Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Mataram (2014) dalam Kuliah Pakar Anatomi
Sistem Urinarius
Tim Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Mataram (2014) dalam Kuliah Pakar
Fisiologi Sistem Urinarius Fakultas