laporan tugas 1 adu a3

50
1 BAB I LATAR BELAKANG Jalan merupakan media sirkulasi dalam kota. Bagaimana kawasan tertentu terbentuk akan memberi koridor sebagai sirkulasi penghuninya. Kawasan kota seringkali menghadapi masalah akan media sirkulasinya, mulai dari kemacetan yang terjadi di jalan, kurangnya lahan parkir sehingga banyak orang dengan nyaman memarkir kendaraannya dipinggir jalan secara sembarangan. Tidak berhenti disitu saja, pelanggaran terhadap garis sempadan jalan kini makin jadi masalah serius untuk diamati dan dikaji ulang sebagai bahan pelajaran bagaimana merancang kota dengan benar. Hal serupa inilah yang terjadi di sepanjang koridor Jl. Bendungan Sutami-Jl. Galunggung. Kedua koridor jalan tersebut merupakan salah satu jalan yang terdapat di Kota Malang. Kawasan di sepanjang koridor jalan tersebut di kembangkan sebagai daerah bisnis dan pertokoan. Pertumbuhan bangunan fisik seperti ruko dan pemukiman warga semakin banyak dan padat. Bangunan-bangunan inilah yang kemudian berpengaruh pada sirkulasi jalan. Jalan makin terlihat sempit karena padatnya volume kendaraan yang tidak sepadan dengan lebar jalan, sedangkan aktivitas pengguna jalan semakin meningkat searah dengan pekembangan perdagangan dan bisnis di kawasan tersebut. Sebagian bangunan di sepanjang koridor Jl. Bendungan Sutami juga melanggar garis sempadan jalan. Di lain hal, fasilitas publik berupa tempat sampah sangat sulit ditemukan, jadi tidak mengherankan bila koridor jalan tersebut terlihat kotor karena sampah yang berserakan. Masalah lain timbul dari kenyamana pejalan kaki yang sama sekali tidak diwadahi dengan fasilitas yang nyaman. Nyaris tidak terdapat pedestrian di sepanjang jalan ini sehingga keselamatan pejalan kaki tidak terjamin. Semua permasalahan di atas berujung pada kemacetan yang panjang dan perilaku egois para pengguna jalan. Mereka selalu menginginkan perjalanan cepat sampai tujuan tanpa mengindahkan peraturan lalu-lintas. Koridor Jl. Bendungan Sutami-Jl. Galunggung merupakan daerah dengan intensitas sirkulasi kendaraan yang padat dan tinggi karena kawasan ini dikembangkan sebagai sentral bisnis dan pertokoan sudah selayaknya memberikan kenyamanan dan keamanan dalam berlalu- lintas, namun dalam kenyataannya hal ini sama sekali tidak terwujud. Permasalahan ini layaknya dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam perancangan dan perencanaan kota. Bagaimana proses perencanaan tata ruang kota serta pemanfaatan ruang kota seharusnya dapat dikendalikan dengan baik dan benar.

Upload: addindx

Post on 02-Jan-2016

138 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Laporan Tugas 1 Adu a3

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tugas 1 Adu a3

1

BAB I

LATAR BELAKANG

Jalan merupakan media sirkulasi dalam kota. Bagaimana kawasan tertentu terbentuk akan memberi koridor sebagai sirkulasi

penghuninya. Kawasan kota seringkali menghadapi masalah akan media sirkulasinya, mulai dari kemacetan yang terjadi di jalan, kurangnya

lahan parkir sehingga banyak orang dengan nyaman memarkir kendaraannya dipinggir jalan secara sembarangan. Tidak berhenti disitu saja,

pelanggaran terhadap garis sempadan jalan kini makin jadi masalah serius untuk diamati dan dikaji ulang sebagai bahan pelajaran bagaimana

merancang kota dengan benar.

Hal serupa inilah yang terjadi di sepanjang koridor Jl. Bendungan Sutami-Jl. Galunggung. Kedua koridor jalan tersebut merupakan salah

satu jalan yang terdapat di Kota Malang. Kawasan di sepanjang koridor jalan tersebut di kembangkan sebagai daerah bisnis dan pertokoan.

Pertumbuhan bangunan fisik seperti ruko dan pemukiman warga semakin banyak dan padat. Bangunan-bangunan inilah yang kemudian

berpengaruh pada sirkulasi jalan. Jalan makin terlihat sempit karena padatnya volume kendaraan yang tidak sepadan dengan lebar jalan,

sedangkan aktivitas pengguna jalan semakin meningkat searah dengan pekembangan perdagangan dan bisnis di kawasan tersebut. Sebagian

bangunan di sepanjang koridor Jl. Bendungan Sutami juga melanggar garis sempadan jalan. Di lain hal, fasilitas publik berupa tempat sampah

sangat sulit ditemukan, jadi tidak mengherankan bila koridor jalan tersebut terlihat kotor karena sampah yang berserakan. Masalah lain timbul

dari kenyamana pejalan kaki yang sama sekali tidak diwadahi dengan fasilitas yang nyaman. Nyaris tidak terdapat pedestrian di sepanjang jalan

ini sehingga keselamatan pejalan kaki tidak terjamin. Semua permasalahan di atas berujung pada kemacetan yang panjang dan perilaku egois

para pengguna jalan. Mereka selalu menginginkan perjalanan cepat sampai tujuan tanpa mengindahkan peraturan lalu-lintas.

Koridor Jl. Bendungan Sutami-Jl. Galunggung merupakan daerah dengan intensitas sirkulasi kendaraan yang padat dan tinggi karena

kawasan ini dikembangkan sebagai sentral bisnis dan pertokoan sudah selayaknya memberikan kenyamanan dan keamanan dalam berlalu-

lintas, namun dalam kenyataannya hal ini sama sekali tidak terwujud. Permasalahan ini layaknya dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

perancangan dan perencanaan kota. Bagaimana proses perencanaan tata ruang kota serta pemanfaatan ruang kota seharusnya dapat

dikendalikan dengan baik dan benar.

Page 2: Laporan Tugas 1 Adu a3

2

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

2.1 KONSEP DASAR KOTA

2.1.1 Pengertian Kota

Definisi kota secara klasik menurut Amos Rapoport ialah suatu pemukiman yang relative besar, padat dan permanen, terdiri dari

kelompok individu-individu yang heterogen dari segi sosial. Sedangkan definisi secara modern sebuah permukiman dapat

dirumuskan sebagai sebuah kota bukan dari segi ciri-ciri morfologis tertentu, atau bahkan kumpulan ciri-cirinya, melainkan dari segi

suatu fungsi khusus yaitu menyusun sebuah wilayah dan menciptakan ruang-ruang efektif melalui pengorganisasian sebuah daerah

pedalaman yang lebih besar berdasarkan hirarki-hirarki tertentu.

2.1.2 Hubungan Desain Arsitektur dan Kota

Kawasan kota memiliki sifat yang sangat mempengaruhi kehidupan tempatnya (place). Kenyataan tersebut dapat diamati

ditempat dimana suasana kota kurang baik dan dimana masyarakatnya menderita oleh wujud dan ekspresi tempatnya (place). Hal

itu bukan berarti suatu tempat yang kelihatan mewah pasti akan memiliki kehidupan perkotaan yang baik ataupun sebaliknya.

Kriteria dan prinsip-prinsip arsitektur sama-sama perlu diperhatikan, baik di tempat yang mewah maupun yang sederhana.

Masyarakat sering menganggap bidang arsitektur hanya berarti bagi kelompok sosial menengah ke atas. Pandangan tersebut kurang

benar, khususnya di dalam lingkungan kota. Di dalam setiap kawasan perlu diperhatikan beberapa prinsip dan elemen-elemen

perkotaan yang arsitektural, supaya di dalam kehidupan dan segala aktivitasnya masyarakat setempat merasa nyaman di tempat itu.

Page 3: Laporan Tugas 1 Adu a3

3

2.1.3 Bentuk Kota Malang dan Dinamikanya

Kata dinamis merupakan lawan dari kata statis dan kata dinamika berarti berhubungan dengan benda yang bergerak baik

konkret maupun abstrak. Dinamika kota perlu diperhatikan karena wujud kota tidak boleh dipandang dari 3 dimensi saja, tetapi

dimensi waktu juga menjadi unsur yang sangat mempengaruhi kehidupan di kota, khususnya pada masa kini. Berdasarkan sejarah,

dapat diamati bagaimana dinamika kota dipengaruhi oleh perkembangan masyarakatnya dan demikian pula sebaliknya. Artinya,

perkembangan masyarakat terungkap dalam perkembangan kota. Dinamika ini terjadi secara alamiah karena masyarakat yang hidup

selalu mempunyai kecenderungan untuk mengekspresikan kehidupan melalui perkembangannya. Dinamika yang terjadi di Kota

Malang cenderung menuju trend yang negatif. Hal ini dibuktikan dengan kurang tertatanya lahan di Kota Malang, seperti tata lahan

pada daerah sekitar Jl.Veteran dan Jl.Bandung yang seharusnya diperuntukkan sebagai kawasan pendidikan justru dibangun

bangunan komersial seperti Pusat Perbelanjaan. Selain itu masih banyak lagi penyalahgunaan peruntukkan lahan di Kota Malang.

2.2 TATA RUANG

A. Pengertian tata ruang

Menurut Undang-undang no 24 tahun 1992, Tata ruang adalah wujud struktural dari pola pemanfaat ruang yang

direncanakan maupun tidak. Kondisi penduduk secara sosial maupun ekonomi sangat terkait erat dengan penataan ruang kota,

serta pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam yang ada. Sedangkan di dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999,

adalah mengenai penetapan kawasan perkotaan selain kawasan perkotaan yang berstatus daerah kota, penetapan tersebut

terdiri dari Daerah Kabupaten, Kawasan Perkotaan Baru yang merupakan hasil Pembangunan yang mengubah kawasan

Page 4: Laporan Tugas 1 Adu a3

4

pedesaan menjadi kawasan perkotaan, dan kawasan perkotaan yang merupakan dari dua atau lebih daerah yang berbatasan

sebagai daerah satu kesatuan sosial, ekonomi dan fisik perkotaan.

B. Rencana tata ruang

Rencana tata ruang disusun guna menuju keadaan masa depan yang diharapkan.

Tata Guna Lahan di Kota Malang

Tabel Tata Guna Lahan Kota Malang

NO. KECAMATAN LUAS (Ha)

TATA GUNA LAHAN JUMLAH

PENDUDUK TERBANGUN (Ha) TIDAK

TERBANGUN (Ha)

1. KLOJEN 883 754,25 128,75 108,268

2. BLIMBING 1.776,65 1.445,30 331,35 163.637

3. SUKUN 2.096,57 1.235,40 861,17 166.675

4. LOWOWARU 2.260,00 1.598,01 661,993 182.839

5. KEDUNG KANDANG 3.989,44 1.869,73 2.119,71 167.930

TOTAL 11.005,66 6.902,69 4.102,97 789.349

Sumber: BPS,2007

Page 5: Laporan Tugas 1 Adu a3

5

Tata guna lahan (land use) di Kota Malang didominasi oleh ruang terbangun dengan luasan total 6.902,7 ha, sedangkan lahan tidak

terbangun dengan luasan total 4.102,9 ha. Data tata guna lahan tersebut memperlihatkan ketimpangan orientasi penggunaan lahan yang

cenderung terus bertumbuh untuk pembangunan permukiman dan fasilitas perekonomian lainya. Kebijakan yang tidak berorientasi pada

lingkungan diduga berdampak pada berkurangnya lahan peruntukan untuk ruang terbuka hijau dan area pepohonan yang menyebabkan

penurunan kualitas dan kenyamanan hidup perkotaan. Konversi lahan yang tidak terkendali menyebabkan ruang tumbuh ekologis berkurang.

Dari data diketahui bahwa proporsi ruang terbangun adalah 62,4% dari total kawasan dan ruang tidak terbangun adalah 37,3%.

Gambar Struktur Ruang Kota Malang

Page 6: Laporan Tugas 1 Adu a3

6

2.3 HUBUNGAN WILAYAH KORIDOR JALAN BENDUNGAN SUTAMI-GALUNGGUNG DENGAN KOTA MALANG

Jalan Bendungan Sutami-Galunggung terletak di

Kecamatan Dinoyo dan Kecamatan Oro-oro Dowo. Koridor

jalan ini menghubungkan daerah BWK (Bagian Wilayah

Kota) Malang Utara dengan Pusat BWK Malang Utara

(Unmer, Dieng dan Plaza).

A. Terhadap Linkage

Page 7: Laporan Tugas 1 Adu a3

7

B. Terhadap Fungsi Jalan

Jalan Bendungan Sutami-Galunggung merupakan

jalan kolektor sekunder Jalan kolektor

sekunder adalah jalan yang

melayani angkutan pengumpulan atau

pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak

sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah

jalan masuk dibatasi, dengan peranan

pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat di

dalam kota.

Page 8: Laporan Tugas 1 Adu a3

8

C. Terhadap Tata Guna Lahan

Tata Guna Lahan di sekitar koridor Jalan Bendungan

Sutami-Galunggung digunakan sebagai

perdagangan dan jasa (ungu), pendidikan (coklat),

pemukiman (kuning). Di sepanjang tepi Jalan

Bendungan Sutami-Galunggung rata-rata adalah

area perdagangan dan jasa

Page 9: Laporan Tugas 1 Adu a3

9

2.4 KHARAKTERISTIK SIFAT MASYARAKAT KOTA MALANG KHUSUSNYA DI SEPANJANG JL. BENDUNGAN SUTAMI- JL. GALUNGGUNG

Sebuah wilayah desa juga dapat berkembang menjadi wilayah perkotaan menurut perkembangan tingkat besar-kecilnya

wilayah, perilaku warga, dan hal-hal lain yang mendukung terbentuknya pola keruangan masyarakat kota. Masyarakat kota dengan

segala potensi dan permasalahan yang terjadi di dalamnya akan menimbulkan hubungan, kehidupan dan karakteristik masyarakat yang

berbeda. Untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang timbul sebagai dampak hasil-hasil pembangunan diperlukan upaya

perencanaan dan partisipasi masyarakat agar arah pembangunan yang dilaksanakan dapat sesuai dengan daya dukung lingkungan dan

kebutuhan kota.

Kota Malang merupakan salah satu daerah otonom dan merupakan kota besar kedua di Jawa Timur setelah Kota Surabaya.

Selain perdagangan, Kota Malang juga dikenal dengan industrinya. Sebagai kota besar, Malang tidak lepas dari permasalahan sosial dan

lingkungan yang semakin buruk kualitasnya.

Jl. Bendungan Sutami- Jl. Galunggung termasuk dalam Kecamatan Lowokwaru dan Klojen, Kota Malang. Sesuai dengan RDTR

Kota Malang, kawasan tersebut diperuntukkan sebagai pusat perdagangan dan jasa serta fasilitas pendidikan dan fasilitas umum. Oleh

karena itu mayoritas pencaharian masyarakatnya adalah di bidang non agraris seperti pekerjaan-pekerjaan di bidang perdagangan,

kepegawaian, pengangkutan dan di bidang jasa serta lain-lainnya. Karena berada di kawasan pendidikan, masyarakat kawasan ini memiliki

tingkat pendidikan yang tinggi dikarenakan kesadaran untuk memenuhi kualifikasi lapangan pekerjaan yang tersedia. Berikut beberapa

ciri-ciri kharakteristik masyarakat di sepanjang Jl. Bendungan Sutami- Jl. Galunggung antara lain :

Tumbuhnya sikap egois disebabkan karena adanya pengaruh individualis sehingga melahirkan persaingan antar warga.

Memiliki pekerjaan yang beraneka ragam. Pekerjaan masyarakat kota pada umumnya bergerak di bidang jasa dan perdagangan.

Pola pikir masyarakat lebih terbuka dan berkembang karena tingginya tingkat pendidikan.

Kehidupan keagamaan sudah berkurang karena kesibukan kerja, masyarakat menjadi materialistis, memiliki kontrol sosial rendah, dan

emosi keagamaan berkurang.

Page 10: Laporan Tugas 1 Adu a3

10

BAB III

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KAWASAN STUDI

3.1 LOKASI DAN BATAS-BATAS JALAN

Lokasi : Jalan Bendungan Sutami- Jalan Galunggung

BATAS JL. BENDUNGAN

SUTAMI

PEREMPATAN ITN

P

BATAS JL BENDUNGAN SUTAMI

DENGAN JL GALUNGGUNG

BATAS JL GALUNGGUNG

PEREMPATAN DIENG

Panjang Jl. Bendungan Sutami : 845 m

Panjang Jl. Galunggung : 1.055 m

Total Panjang Jl. Bendungan Sutami –

Galunggung : 1.900 m

Utara : Perempatan ITN yang terdiri

dari Jl. Gajayana, Jl. Veteran, Jl. Sigura-

gura

Selatan : Perempatan Dieng yang terdiri

dari Jl. Dieng, Jl. Terusan Dieng, Jl. Raya

Langsep.

Page 11: Laporan Tugas 1 Adu a3

11

3.2 TATA GUNA LAHAN

Lahan di Jalan Bendungan Sutami didominasi oleh bangunan ruko karena koridor ini adalah pusat perdagangan. Terdapat

Institusi pendidikan Universitas Negeri Malang, ITN, dan Kampus 2 Muhammadyah Malang serta Pom Bensin di ujung utara. Lahan

terbuka hijau sangat sedikit.

Page 12: Laporan Tugas 1 Adu a3

12

Di sepanjang koridor Jalan Galunggung terdapat banyak bangunan ruko. Selain itu ada pula institusi pendidikan, KCP Bank dan

kantor pemerintah. Lahan terbuka sangat minim. Sepanjang koridor jalan ini dipadati oleh kepentingan bisnis perdagangan dan jasa.

Jalan Galunggung memiliki lebar jalan yang lebih besar daripada Jalan Bendungan sutami, sehingga volume kendaraan yang padat masih

bisa berjalan dengan lancar walaupun terkadang masih terjadi kemacetan. Sirkulasi kendaraan bermotor lebih lancar dikarenakan

terdapat perempatan yang memecah arus padat kendaraan, dimana perempatan ini yang menjadi batas antara Jalan Bendungan Sutami

dengan Jalan Galunggung.

Page 13: Laporan Tugas 1 Adu a3

13

3.3 KAWASAN SEKITAR JALAN BENDUNGAN SUTAMI DAN JALAN GALUNGGUNG

POM BENSIN BENDUNGAN

SUTAMI KAWASAN RUKO

PLAZA DIENG

Page 14: Laporan Tugas 1 Adu a3

14

3.4 PEMBANGKIT LALU LINTAS

Yang dimaksud dengan pembangkit lalu-lintas ialah kawasan-kawasan yang terdiri dari bagian atau sebagian wilayah kota yang

menimbulkan arus lalu-lintas, misalkan kawasan perumahan, kawasan perdagangan, kawasan industri, kawasan pendidikan. Setiap kawasan

dapat menjadi asal (origin) ataupun tujuan (destination) dari lalu-lintas. Jumlah pembangkitan lalu-lintas dari suatu kawasan per satuan waktu

tergantung kepada pola penggunaan lahan dan perkembangan suatu kawasan, ciri khas sosial ekonomi dari pelaku lalu-lintas dan sifat dan

daya tampung sistem transportasi.

Bangkitan lalu lintas utama yang didapat dalam survai di lapangan pada sepanjang jalan Bendungan Sutami dan jalan Galunggung

adalah jalan tersebut menjadi penghubung antar sumber pembangkit lalu lintas, yaitu kawasan pendidikan, kawasan perdagangan, dan

kawasan perumahan.

Page 15: Laporan Tugas 1 Adu a3

15

Yang termasuk dalam kawasan pendidikan disini adalah :

UTARA

Jl. Veteran : (A) Universitas Brawijaya, (B)Universitas Negeri Malang,

(C) SMAN 8, (D) SMP 4, (E) SMKN 2

Jl. Bendungan Sigura-gura : (F) Institut Teknologi Nasional (ITN)

Jl. Gajayana : (G) Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN)

SELATAN

Jl. Raya Dieng : (H) Universitas Merdeka

TIMUR

Jl. Veteran : (B) Universitas Negeri Malang

Jl. Jakarta : (I) Poltekes Malang

BARAT

Jl. Raya Tidar : (J) Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKI) Malang

Page 16: Laporan Tugas 1 Adu a3

16

Yang termasuk dalam kawasan perdagangan disini adalah :

UTARA Jl. Veteran : (A) Malang Town Square (MATOS), (B) MX,

SELATAN

Jl. Raya Dieng : (C) Plaza Dieng, (D) Togamas

TIMUR : -

BARAT : -

Yang termasuk dalam kawasan perumahan disini adalah :

Utara : Istana Gajayana, pemukiman warga, rumah kost

Selatan : pemukiman warga, rumah kost

Timur : pemukiman warga, rumah kost

Barat : pemukiman warga, rumah kost

Penggunaan kawasan pendidikan akan memberi pembangkit lalu-lintas lebih

dari kawasan perumahan/pemukiman, sedangkan kawasan perdagangan akan

lebih dari kawasan pendidikan. Masyarakat dengan status sosial menengah ke

atas yang pada umumnya mempunyai mobil pribadi akan memberi kepadatan

lalu-lintas yang lebih tinggi dari masyarakat dengan status menengah ke bawah.

Pada masyarakat dengan status sosial menengah ke bawah juga bisa menjadi sumber kepadatan lalu-lintas dengan kendaraan bermotor

(sepeda motor) dan angkutan umum yang banyak dan tidak mentaati peraturan lalu-lintas. Dengan tingginya tingkat pembangunan dan

banyaknya sarana dan prasarana umum akhirnya dapat dikemukakan bahwa lalu-lintas itu tergantung juga kepada kapasitas jalan, seperti

banyaknya lalu-lintas yang ingin bergerak, tetapi kalau kapasitas jalan tidak dapat menampung, maka lalu-lintas yang ada akan terhambat dan

akan mengalir sesuai dengan kapasitas jaringan jalan maksimum.

Page 17: Laporan Tugas 1 Adu a3

17

3.5 POSISI GEOGRAFIS

Secara geografis Jalan Bendungan Sutami-Jalan Galunggung memiliki panjang 1,90 KM dengan lebar jalan enam meter. Kedua

jalan ini termasuk dalam kelurahan Sumber Sari, kecamatan Sukun, Kota Malang, jalan ini dilewati oleh; mobil, angkutan umum, motor,

bis pariwisata, dan truck. Disepanjang Jalan Bendungan Sutami-Galunggung merupakan daerah pertokoan.

3.6 IDENTIFIKASI KONDISI FISK ALAMI

3.6.1 Topografi

Topografi Jalan Bendungan Sutami-Galunggung relatif datar, bergelombang dan sedikit berkontur. Kondisi jalan cukup

baik dengan material aspal. Terdapat saluran air di bahu jalan dan ditengah jalan. Pada Jalan Bendungan Sutami cenderung tidak

ada vegetasi sedangkan pada Jalan Galunggung terdapat vegetasi walaupun jarang.

3.6.2 Street Furniture

Street furniture merupakan salah satu elemen pendukung kegiatan pada suatu ruang public berupa ruas jalan yang akan

memperkuat karakter suatu blok perancangan yang lebih besar. (Peraturan Menteri PU No. 06 Tahun 2007). Street furniture

yang terdapat di sepanjang Jl. Bendungan Sutami – Jl. Galunggung antara lain :

Page 18: Laporan Tugas 1 Adu a3

18

TABEL STREET FURNITURE

STREET FURNITURE

KETERANGAN JUMLAH

GAMBAR

Lampu Jalan

JL. Ben. Sutami Timur : 21 Barat : -

JL. Galunggung

Timur : 22

Barat : 4

Page 19: Laporan Tugas 1 Adu a3

19

STREET FURNITURE

KETERANGAN JUMLAH

GAMBAR PERSEBARAN

Tempat Sampah

JL. Ben. Sutami Timur : 17 Barat : 21

JL. Galunggung

Timur : -

Barat : -

Page 20: Laporan Tugas 1 Adu a3

20

STREET FURNITURE

KETERANGAN JUMLAH

GAMBAR PERSEBARAN

Signed Board

JL. Ben. Sutami Timur : 2 Barat : 1

JL. Galunggung

Timur : 5

Barat : 1

Page 21: Laporan Tugas 1 Adu a3

21

STREET FURNITURE

KETERANGAN JUMLAH

GAMBAR PERSEBARAN

Trafic Light

JL. Ben. Sutami Timur : - Barat : 1

JL. Galunggung

Timur : 4

Barat : 3

Page 22: Laporan Tugas 1 Adu a3

22

STREET FURNITURE

KETERANGAN JUMLAH

GAMBAR PERSEBARAN

Tiang Telepon

JL. Ben. Sutami Timur : 21 Barat : -

JL. Galunggung

Timur : 20

Barat : -

Page 23: Laporan Tugas 1 Adu a3

23

STREET FURNITURE

KETERANGAN JUMLAH

GAMBAR PERSEBARAN

Tiang Listrik

JL. Ben. Sutami Timur : - Barat : 19

JL. Galunggung

Timur : -

Barat : 20

Page 24: Laporan Tugas 1 Adu a3

24

STREET FURNITURE

KETERANGAN JUMLAH

GAMBAR PERSEBARAN

Pohon

JL. Ben. Sutami Timur : 6 Barat : 12

JL. Galunggung

Timur : 53

Barat : 27

Page 25: Laporan Tugas 1 Adu a3

25

3.7 BENTUK DAN MASSA BANGUNAN (BUILDING FORM AND MASSING)

Building Form and Massing membahas mengenai bagaimana bentuk dan massa-masssa bangunan yang ada dapat membentuk

suatu kota serta bagaimana hubungan antar-massa (banyak bangunan)yang ada. Pada penataan suatu kota bentuk dan hubungan

antar-massa seperti ketinggian bangunan, jarak antar bangunan, bentuk bangunan, fasad bangunan, dan sebagainya harus diperhatika

sehingga ruang yang terbentuk menjadi teratur, mempunyai garis langit horizon (skyline) yang dinamis serta menghindari adanya lost

space (ruang tidak terpakai. Bentuk dan massa bangunan dapat meliputi kualitas yang berkaitan dengan penampilan bangunan, yaitu:

1. Ketinggian bangunan

Ketinggian bangunan dengan jarak pandang manusia, baik yang berada dalam bangunan maupun yang berada pada jalur

pejalan kaki (luar bangunan). Ketinggian bangunan pada suatu kawasan membentuk sebuah garis horizon. Ketinggian bangunan

di tiap fungsi ruang perkotaan akan berbeda, tergantung dari tata guna lahan.

Bangunan yang terdapat di jalan bendungan sutami dan jalan galunggung rata-rata memiliki ketinggian bangunan 1- 3

lantai dengan tinggi lantai 3 m - 3,5 m yang termasuk dalam kategori rumah tinggal, ruko, rukan.

Skyline Jalan Bendungan Sutami

Page 26: Laporan Tugas 1 Adu a3

26

2. Koefisien lantai bangunan

Koefisien lantai bangunan adalah jumlah luas lantai bangunan berbanding luas tapak (jika KLB = 200 %, maka di tapak

seluas 100 m2, dapat dibangun bangunan dengan luas lantai 200 m2 – lantai banyak). Koefisien lantai bangunan dipengaruhi oleh

daya dukung tanah, daya dukung lingkungan, nilai harga tanah, dan faktor-faktor khusus tertentu sesuai dengan peraturan

setempat.

3. Koefisien Dasar Bangunan

Adalah luas tapak yang tertutup dibandingkan dengan luas tapak keseluruhan. Koefisien dasar bangunan di maksudkan

untuk menyediakan area terbuka yang cukup di kawasan perkotaan agar tidak keseluruhan tapak diisi dengan bangunan. Hal ini

dimaksudkan agar daur lingkungan tidak terhambat, terutama penyerapan air ke dalam tanah.

Koefisien dasar bangunan disepanjang jalan Bendungan Sutami-Galunggung rata-rata adalah 50% - 80% yang terdiri

dari rumah tinggal, ruko dan sekolah.

Pada Peraturan Daerah no.1 tahun 2004 pasal 7 disebutkan bahwa :

Skyline Jalan Bendungan Sutami

Page 27: Laporan Tugas 1 Adu a3

27

Rumah sedang/menengah lebar dinding muka tidak boleh lebih 65% (enam puluh lima persen) dari lebar halaman

dengan ketentuan jarak antara batas halaman dan gedung tanpa loteng tidak boleh kurang dari 2 (dua) meter dan jika

dengan loteng tidak boleh kurang dari 3 (tiga) meter;

Toko, lebar dinding muka tidak boleh lebih 100% (seratus persen) dari lebar halaman dengan ketentuan jarak antara

batas halaman dan gedung tanpa loteng tidak boleh kurang dari 2 (dua) meter dan jika dengan loteng tidak boleh

kurang dari 3 (tiga) meter sampai dengan 6 (enam) meter;

Berdasarkan peraturan tersebut diketahui bahwa setiap bangunan

harus memiliki area terbuka seperti halaman dengan jarak minimum yang sudah

ditentukan. Namun, ada sebagian bangunan yang terletak di sepanjang area jalan

Bendungan Sutami – jalan Galunggung tidak memiliki area terbuka/halaman yang

memenuhi syarat.

4. Garis Sempadan Bangunan

Garis Sempaan Bangunan merupakan jarak bangunan terhadap as jalan.

Garis ini sangat penting dalam mengatur keteraturan bangunan di tepi jalan kota.

Selain itu juga berfungsi sebagai jarak keselamatan pengguna jalan terutama jika

terjadi kecelakaan.

Pada Peraturan Daerah no. 1 tahun 2004 pasal 12 ayat 3 disebutkan bahwa :

“Untuk lebar jalan atau sungai yang kurang dari 5 (lima) meter, letak garis sempadan bangunan ditentukan 2,5 (dua

koma lima) meter dihitung dari tepi jalan atau pagar”

Contoh salah satu bangunan yang tidak memiliki area

terbuka yang cukup di Jalan Bendungan Sutami

Page 28: Laporan Tugas 1 Adu a3

28

Bangunan yang terdapat di jalan Bendungan Sutami dan jalan Galunggung banyak yang melanggar batas garis sempadan

bangunan sehingga rawan terjadi kecelakaan lalu lintas mengingat

padatnya kendaraan yang melewati jalan tersebut.

5. Langgam

Langgam atau gaya dapat diartikan sebagai suatu kumpulan karakteristik bangunan dimana struktur, kesatuan dan

ekspresi digabungkan di dalam satu periode atau wilayah tertentu. Peran dari langgam ini dalam skala urban jika direncanakan

dengan baik dapat menjadi guide line yang dapat menyatukan fragmen-fragmen dan bentuk bangunan di kota.

Langgam yang digunakan di sepanjang koridor Jalan Bendungan Sutami-Galunggung adalah country dan modern. Namun

langgam massa bangunan satu dengan yang lainnya terlihat tidak menyatu disebabkan komposisi yang tidak sebanding

6. Skala

Rasa akan skala dan perubahan-perubahan dalam ketinggian ruang atau bangunan dapat memainkan peranan dalam

menciptakan kontras visual yang dapat membangkitkan daya hidup dan kedinamisan. Ketinggian bangunan yang terdapat di

Contoh salah satu bangunan yang terdapat di Jalan Bendungan

Sutami yang melanggar Garis Sempadan Bangunan

Page 29: Laporan Tugas 1 Adu a3

29

sepanjang area jalan Bendungan Sutami – Galunggung cukup beragam yang tersusun secara acak sehingga menciptakan

kedinamisan tersenndiri.

7. Material

Material yang banyak digunakan pada bangunan di sekitar jalan Bendungan Sutami – jalan Galunggung adalah bata dan

beton sebagai material utama.

8. Tekstur

Dalam sebuah komposisi yang lebih besar (skala urban) sesuatu yang dilihat dari jarak tertentu maka elemen yang lebih

besar dapat menimbulkan tekstur. Seperti blok-blok ruko yang terdapat di sepanjang jalan Bendungan Sutami – Galunggung

menciptakan tektur tersendiri ditengah kawasan pemukiman di daerah tersebut.

9. Warna

Warna-warna yang terdapat di koridor Jalan Bendungan Sutami-Galunggung sangat beragam sehingga terlihat tidak

berkesinambungan terlihat dari bangunan-bangunan ruko yang menggunakan warna yang menyolok berbeda dengan rumah-

rumah tinggal dan sekolah yang menggunakan warna yang lembut.

Page 30: Laporan Tugas 1 Adu a3

30

3.8 SIRKULASI KORIDOR JALAN BENDUNGAN SUTAMI & GALUNGGUNG

a. Sirkulasi Kawasan Jalan Bendungan Sutami

A Persimpangan Jalan Bendungan Sutami – Jalan Terusan Surabaya

B Perempatan Jalan Bendungan Sutami-Veteran-Sigura-Gura Selatan-Sumber Sari

Jalan Bendungan Sutami

Jalan Terusan Surabaya

Gambar 1: Kawasan Bendungan Sutami: daerah dengan tingkat sirkulasi kendaraan yang padat

Page 31: Laporan Tugas 1 Adu a3

31

Bendungan Sutami didominasi oleh kawasan ekonomi (pertokoan serta ruko dengan berbagai macam jenis usaha) yang dapat

mempengaruhi sirkulasi pada kawasan tersebut. Pada kawasan ini sirkulasi kendaraan tergolong padat dan ramai terutama pada jam

sibuk (pagi-sore). Selain itu Jalan Bendungan Sutami termasuk jalan provinsi, di mana jalan tersebut banyak dilalui berbagai jenis

kendaraan dengan intensitas yang cukup sering. Sehingga tidaklah mengherankan jika kawasan ini sering terjadi ketidak lancaran

sirkulasi lalu lintas. Ketidak lancaran sirkulasi salah satunya disebabkan oleh kurang tertatanya lalu lintas pada jalan jalan arteri yang ada

di sekitar jalan Bendungan Sutami. Seperti pada persimpangan jalan Bendungan Sutami dan jalan Terusan Surabaya. Pada daerah

tersebut volume kendaraan dari dan menuju jalan Bendungan Sutami yang melewati jalan arteri cukup besar, sehingga kelancaran

sirkulasi kendaraan cukup terganggu. Dominasi pertokoan juga menjadi penyumbang ketidak lancaran sirkulasi, banyaknya kendaraan

yang parkir sembarangan membuat lebar jalan menjadi semakin sempit.

Gambar 2: Sirkulasi Jalan Terusan Surabaya

Gambar 3: Penyempitan Lebar Jalan Akibat Lahan Parkir yang Terbatas

Page 32: Laporan Tugas 1 Adu a3

32

Pada daerah gerbang masuk kawasan Bendungan Sutami, sirkulasi kendaraan menjadi lebih ramai hingga sering menimbulkan

kemacetan. Di kawasan tersebut terdapat perempatan Jalan Sumber Sari, Veteran, Sigura – Gura Selatan serta Jalan Bendungan Sutami.

Selain itu terdapat SPBU yang cukup ramai terletak di persimpangan Jalan Bendungan Sutami yang menyumbang kurang lancarnya lalu

lintas pada jam sibuk.

Gambar 3: Perempatan Jalan Bendungan Sutami-Veteran-

Sigura-Gura Selatan-Sumber Sari

Gambar 4: SPBU Jalan Bendungan Sutami

Page 33: Laporan Tugas 1 Adu a3

33

b. Sirkulasi Kawasan Jalan Galunggung

A Persimpangan Jalan Galunggung-Raya Dieng-Terusan Raya

Dieng-Raya Langsep

Jalan Galunggung

Kawasan Galunggung juga didominasi kawasan pertokoan, namun daerah memiliki tingkat kelancaran lalu lintas yang lebih lancar dari

pada kawasan Bendungan Sutami. Ketika memasuki persimpangan jalan (Jalan Galunggung-Raya Dieng-Terusan Raya Dieng-Raya Langsep)

kemacetan tidak terlalu terlihat dibanding persimpangan di Jalan Bendungan Sutami. Hal ini disebabkan volume kendaraan lebih sedikit

dibanding di kawasan bendungan Sutami, selain itu di kawasan ini terdapat pemisahan antar lajur jalan, sehingga kemacetan sirkulasi

kendaraan dapat terurai dengan cepat.

Gambar 5: Kawasan Jalan Galunggung

Page 34: Laporan Tugas 1 Adu a3

34

Gambar 8: Situasi Sirkulasi Lalu Lintas Jalan Galunggung

Gambar 6: Perempatan Jalan Galunggung-Raya Dieng-Terusan

Raya Dieng-Raya Langsep

Gambar 7: Situasi Jalan Raya Dieng

Page 35: Laporan Tugas 1 Adu a3

35

3.9 KETERPADUAN RENCANA TATA RUANG DAN RENCANA SISTEM TRANSPORTASI

a. Rencana Tata Ruang Kota Malang

Telah dipaparkan pada sub-bab 3.3.1 tentang tata guna lahan Kota Malang, bahwa tata ruang Kota Malang memiliki berbagai

permasalahan. Diantaranya kurangnya lahan peruntukan untuk ruang terbuka hijau yang menyebabkan penurunan kualitas dan

kenyamanan hidup perkotaan. Selain itu ketimpangan orientasi penggunaan lahan yang cenderung terus bertumbuh untuk

pembangunan permukiman dan fasilitas perekonomian lainya.

Gambar 1: Struktur Ruang Kota Malang Tahun 2030

Dari gambar tata ruang tapak (Jl. Bendungan Sutami - Galunggung) terlihat

bahwa tapak termasuk sub pusat pelayanan Kota Malang bagian barat-

utara.

Rencana Tata Ruang Tapak (Bendungan Sutami-Galunggung)

Page 36: Laporan Tugas 1 Adu a3

36

Berikut rencana tata ruang tapak yang sesuai dengan RTRW Kota Malang:

RENCANA TATA RUANG TAPAK LOKASI KETERANGAN

Sistem Jaringan Pergerakan (Pasal 13 No.4 B dan 14 No. 1 B)

Jl. Dieng- Jl. Galunggung

Merupakan orientasi pola pergerakan di Kecamatan Mulyorejo yang sedang terjadi di pusat perdagangan dan jasa serta fasilitas pendidikan dan fasilitas umum lainnya.

Jl. Bendungan Sutami- Jl. Galunggung- Jl. Raya Langsep- Jl. Simpang Lansep, Jl. Ir. Rais- Jl. Brigjen Katamso- Jl. Ade Irma Suryani- Jl. Pasar Besar;

Adanya peningkatan mobilitas di kawasan Malang Tengah, maka dilakukan penetapan hirarki jaringan jalan, salah satunya di kawasan Jl. Bendungan Sutami - Jl. Galunggung.

Fasilitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) (Pasal 32 No.8)

RTH di Kawasan Malang Tengah: Jalur Tengah Galunggung, Taman Jalur Tengah Ijen, Taman Jalur Tengah Veteran, Taman Jalur Tengah Langsep.

RTH jalur hijau di Malang Tengah antara lain : Jalur Tengah Galunggung dengan luas 770 m², Taman Jalur Tengah Ijen dengan luas 3.498 m², Taman Jalur Tengah Veteran dengan luas 9.410m² dan Taman Jalur Tengah Langsep dengan luas 8.690m².

Rencana Perdagangan dan Jasa (Pasal 41 No.4)

Meliputi daerah yang dilewati jalan provinsi.

Kawasan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan sub pusat kota di sepanjang ruas jalan lokal meliputi ruas Jl. Letjen Sutoyo- Jl. Jaksa Agung Suprapto- Jl. Basuki Rahmad- Jl. Merdeka Barat- Jl. - Jl. Merdeka Selatan- Jl. SW. Pranoto- Jl. Sutan Syahrir- Jl. Halmahera, Jl. KH. Agus Salim, Jl. KH. Ahmad Dahlan, Jl. Kauman- Jl. Hasyim Ashari- Jl. Arief Margono, Jl. Mayjen Panjaitan- Jl. Brigjen Slamet Riyadi, Jl. Veteran- Jl. Bandung- Jl. Ijen, Jl. Bendungan Sutami- Jl. Galunggung- Jl. Raya Langsep- Jl. Simpang Lansep, Jl. Ir. Rais- Jl. Brigjen Katamso- Jl. Ade Irma Suryani- Jl. Pasar Besar dikembangkan sebagai toko modern.

Page 37: Laporan Tugas 1 Adu a3

37

RENCANA TATA RUANG TAPAK LOKASI KETERANGAN

Rencana Fasilitas Umum (Pasal 45 No.2)

Jl. Letjen Sutoyo- Jl. Jaksa Agung Suprapto- Jl. Basuki Rahmad- Jl. Merdeka Barat- Jl. - Jl. Merdeka Selatan- Jl. SW. Pranoto- Jl. Sutan Syahrir- Jl. Halmahera, Jl. KH. Agus Salim, Jl. KH. Ahmad Dahlan, Jl. Kauman- Jl. Hasyim Ashari- Jl. Arief Margono, Jl. Mayjen Panjaitan- Jl. Brigjen Slamet Riyadi, Jl. Veteran- Jl. Bandung- Jl. Ijen, Jl. Bendungan Sutami- Jl. Galunggung- Jl. Raya Langsep- Jl. Simpang Lansep, Jl. Ir. Rais- Jl. Brigjen Katamso- Jl. Ade Irma Suryani- Jl. Pasar Besar

Pengembangan fasilitas pendukung skala kota, misalnya klinik, apotek, laboraturium di sepanjang ruas jalan lokal. Pengembangan tersebut diikuti dengan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa.

Rencana Garis Sempadan Bangunan (Pasal 55 No. 1)

Jl. Letjen Sutoyo- Jl. Jaksa Agung Suprapto- Jl. Basuki Rahmad- Jl. Merdeka Barat- Jl. - Jl. Merdeka Selatan- Jl. SW. Pranoto- Jl. Sutan Syahrir- Jl. Halmahera, Jl. KH. Agus Salim, Jl. KH. Ahmad Dahlan, Jl. Kauman- Jl. Hasyim Ashari- Jl. Arief Margono, Jl. Mayjen Panjaitan- Jl. Brigjen Slamet Riyadi, Jl. Veteran- Jl. Bandung- Jl. Ijen, Jl. Bendungan Sutami- Jl. Galunggung- Jl. Raya Langsep- Jl. Simpang Lansep, Jl. Ir. Rais- Jl. Brigjen Katamso- Jl. Ade Irma Suryani- Jl. Pasar Besar.

Jalan lokal diarahkan dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) antara 4-13 m. Peraturan leber GSB merupakan timbal balik dari pengembangan bidang perdangan dan jasa serta fasilitas umum di kawasan tersebut.

Tabel 1: Rencana Detail Tata Ruang Kota Malang : Jl. Bandungan Sutami-Jl.Galunggung

Page 38: Laporan Tugas 1 Adu a3

38

b. Rencana Sistem Transportasi Kota Malang

Gambar 2: RTRW Kota Malang 2008-2028: Rencana

Pengadaan Bus Pemandu dan Penambahan Rute Angkutan

Umum

Kota Malang pada perkembangan transportasi pada masa mendatang lebih menitik

beratkan pada kelancaran mobilitas dari dan menuju Kota Malang. Jalur yang melewati

Bandar Udara Abdul Rahman Saleh, Stasiun KA Kota Malang hingga terminal angkutan

umum Kecamatan Buring, menjadi fokus utama. Berikut merupakan Rencana Sistem

Transportasi Kota Malang 2008-2028:

Jenis Rencana Sistem

Transportasi Lokasi Keterangan

Pengadaan bus pemandu.

Dibangun melalui jurusan: Stasiun Kota Baru – Terminal Arjosari – Tlogowaru - Bandar Udara Abdul Rahman Saleh.

Mengakomodir kebutuhan masyarakat untuk melakukan perpindahan antar moda transportasi.

Penambahan rute angkutan umum.

Kecamatan Kedungkandang dan Kecamatan Buring.

Perbaikan jalan (sarana transportasi).

Kec. Lowokwaru, Blimbing, Mulyorejo dan Kedungkandang. Serta perbatasan Kec. Purwantoro – Oro – Oro Dowo, Klojen – Mulyorejo dan Sukun – Buring.

Perbaikan jalan dikarenakan kerusakan yang tersebar di hampir keseluruhan kecamatan Kota Malang.

Pembangunan halte dan stasiun bus sesuai jurusan/rute.

Sesuai jurusan yang telah direncanakan.

Stasiun: Blimbing, Malang Kota Baru, Malang Kota Lama; Halte: Lowokwaru, Janti – Gadang, Satsuit Tubun – Kacuk.

Tabel 2: Rencana Sistem Transportasi Kota Malang 2008-2028

Page 39: Laporan Tugas 1 Adu a3

39

Rencana Sistem Transportasi Tapak (Bendungan

Sutami-Galunggung)

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota

Malang 2008-2028 mengenai perkembangan

sarana transportasi pada tapak (Jl. Bendungan

Sutami-Jl. Galunggung) belum menunjukkan

perubahan yang singnifikan. Daerah yang

dianalisis masih belum termasuk rencana sistem

transportasi yang mungkin akan dikembangkan

dimasa mendatang. Dari segi penambahan rute

angkutan umum, perbaikan jalan hingga

pembagunan halte dan stasiun bus, belum

menyinggung daerah Kecamatan Dinoyo maupun

Mulyorejo. Hanya saja terdapat rencana

perbaikan jalan di Jl. Mandala (Kec. Mulyorejo).

Gambar 4: RTRW Kota Malang

2008-2028: Rencana Stasiun - Halte

Gambar 3: RTRW Kota Malang 2008-2028: Rencana Perbaikan

Jalan (fokus Kec. Dinoyo – Kec. Mulyorejo)

Page 40: Laporan Tugas 1 Adu a3

40

c. Keterpaduan Rencana Tata Ruang dan Rencana Sistem Transportasi

Berikut keterpaduan analisis kondisi eksisting pada tapak Jl. Bendungan Sutami – Jl. Galunggung terhadap Rencana Tata Ruang dan

Rencana Sistem Transportasi tapak:

Tabel 3: Keterkaitan Aspek Tata Ruang dan Tata Sistem Transportasi Pada Kawasan Jl. Bendungan Sutami – Jl. Galunggung

Dari pembahsan di atas dapat disimpulkan bahwa keterkaitan antara rencana tata ruang dan tata sistem transportasi masih kecil. Hal ini

dikarenakan belum terencananya sistem transportasi di kawasan tersebut.

Page 41: Laporan Tugas 1 Adu a3

41

3.10 PERMASALAHAN DI KORIDOR JALAN BENDUNGAN SUTAMI-JALAN GALUNGGUNG

3.10.1 Masalah Sosial dan Lingkungan

PERMASALAHAN DI SEPANJANG JALAN

Masalah sosial merupakan permasalahan yang terjadi di masyarakat. Masalah sosial merupakan suatu keadaan di masyarakat

yang tidak normal atau tidak semestinya. Berikut beberapa penyebab permasalahan sosial dan lingkungan di kawasan jl.

Bendungan Sutami.

1. Kemacetan

Ditimbulkan oleh banyaknya volume kendaraan yang tidak sesuai dengan lebar jalan. Kemacetan timbul di tiga titik

utama yaitu dari arah utara (Jalan Veteran) karena terdapat

banguana public yang di akses oleh banyak orang (Universitas

Brawijaya, Universitas Negeri Malang serta Malang town Square),

dari arah timur (pertigaan jalan yang menjadi batas Jalan Bedungan

Sutami dengan Jalan Galunggung), dan dari arah selatan terdapat

bangunan komersial Plaza Dieng dimana disampingnya sedang

dibangun Apartement. Semua bangunan publik dan komersial ini

merupakan pusat manusia beraktivitas sesuai dengan

kebutuhannya. Aktivitas ini membutuhkan sirkulasi, dan sirkulasi

inilah yang membuat sepanjang Jalan Bendungan Sutami – Jalan

galunggung semakin macet.

Page 42: Laporan Tugas 1 Adu a3

42

2. Pelanggaran

A. Garis Sepadan Bangunan

Peraturan pemerintah menetapkan garis sepadan jalan 0.5 kali lebar jalan, tetapi di sepanjang Jalan Bendungan Sutami –

Jalan Galunggung dengan lebar enam meter tidak memenuhi garis sepadan bangunan tiga meter dari pagar atau jalur tanam.

B. Bahu Jalan

Bahu jalan merupakan jarak antara tepi jalan dengan Side

Drain/reol kota. Jalan Bendungan Sutami – Jalan Galunggung tidak semua

memiliki bahu jalan. Bahu jalan hanya terdapat di beberapa titik saja,

sehingga keamanan pejalan kaki tidak terjaga.

Page 43: Laporan Tugas 1 Adu a3

43

C. Jalur Tanam

Dengan sedikitnya vegetasi yang terdapat di Jalan Bendungan Sutami – Jalan Galunggung membuat sepanjang jalan

tersebut hanya memiliki beberapa titik jalur tanam.

D. Pedestrian

Tidak terdapat pedestrian di sepanjang tepi Jalan Bendungan

Sutami – Jalan Galunggung.

Page 44: Laporan Tugas 1 Adu a3

44

E. Area Parkir

Terdapat area parkir di depan ruko-ruko besar, sedangkan di

sepanjang tepi jalan yang tidak termasuk area pertokoan besar banyak

kendaraan yang parkir sembarangan pada bahu jalan. Hal ini sangat

menggangu sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki.

F. Prilaku tidak disiplin

Menjalankan kendaraan melawan arus, umum dilakukan oleh pengendara

motor di Jl. Bedungan Sutami-Galunggung

Page 45: Laporan Tugas 1 Adu a3

45

3.10.2 Ketidak-seimbangan Pertumbuhan Bangunan Di Sepanjang Jalan Bendungan Sutami-Galunggung

Bangunan-bangunan di

sepanjang Jl. Bendungan Sutami –

Galunggung tumbuh dan berkembang

menjadi kawasan perdagangan dan

bisnis. Terdapat ruko yang berjajar

sepanjang jalan. Selain itu terdapat

pemukiman warga dan Pesantren.

Pertumbuhan ruko sebagai wadah

aktivitas bisnis dan perdagangan

menjadikan Jl. Sutami-Galunggung

semakin padat. Namun kenyataannya bangunan ruko-ruko disana diperlakukan sebagai objek yang terpisah daripada sebagai bagian yang

selaras dengan pola yang lebih besar. Ruko-ruko seharusnya memiliki keselarasan dengan pemukiman warga sekitar sehingga tidak muncul

ketimpangan pertumbuhan bangunan di sepanjang jalan Bendungan Sutami-Galunggung.

Sepanjang jalan tidak terdapat lahan kosong lagi yang dapat di bangun, sehingga kini hanya terdapat perkembangan ke arah vertikal.

Kuantitas lahan terbangun tetap sama namun ketinggian bangunan bertambah. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya lahan terbangun yang

diperuntukkan bagi ruko yang rata-rata berlantai 2 sampai 3.

Bangunan ruko kebanyakan berlanggam modern dengan permainan garis dan konsep minimalis serta warna-warna cerah semakin tidak

seimbang dengan pemukiman warga disekitarnya yang sederhana.

Page 46: Laporan Tugas 1 Adu a3

46

3.10.3 Dampak Fungsi Bangunan Terhadap Transportasi

Pada sepanjang jl. Bendungan Sutami dan jl. Galunggung didominasi oleh bangunan-bangunan komersil. Bangunan-

bangunan itu meliputi bangunan pertokoan baik grosir maupun eceran. Meskipun bangunan-bangunan komersil sangat

mendominasi, akantetapi tetap ada rumah-rumah penduduk yang masih bertahan sebagai fungsi hunian dan bukan komersil. Selain

itu juga terdapat pusat-pusat pendidikan seperti sekolah dan universitas yang berada dekat dengan jalan jl. Bendungan Sutami dan jl.

Galunggung. Karakteristik perdagangan pada sepanjang jalan ini adalah terdapat shopping center dimana fasilitas perdagangan

terencana dengan keseragaman bentuk bangunan. Biasanya

pengunjung yang datang pada kawasan tersebut datang untuk

berbelanja atau berdagang. Fasilitas perdagangan yang ada mulai

dari penjual rokok sampai salon kecantikan. Kekuatan paling

dominan dalam menentukan pertumbuhan lingkungan adalah

kekuatan ekonomi. Dengan demikian maka aspek ekonomi ini

merupakan faktor yang menonjol dalam mempengaruhi perubahan

lingkungan. Sengan semakin meningkatnya tingkat perekonomian

pada daerah tersebut memicu adanya pembangunan.

pergerakannya sendiri. Biasanya waktu pergerakan akan

dimulai ketika aktifitas barang dan jasa dimulai dan akan berakhir ketika aktifitas barang dan jasa di akhiri. Waktu terjadinya

pergerakan ini juga tergantung jenis kegiatan yang dilakukan. Biasanya orang memulai kegiatannya pada pagi hari, baik ke sekolah,

Gambar : ruko dengan keseragaman bentuk

Page 47: Laporan Tugas 1 Adu a3

47

kerja maupun kegiatan lainnnya dan pulang pada siang atau sore hari. Pada saat orang bersamaan melakukan kegiatan pergerakan,

maka pada jam tertentu di jalan akan terjadi penumpukan arus lalulintas. Pada kondisi seperti itu disebut “jam puncak” atau peak

hours. Dalam satu hari biasanya terjadi tiga kali jam puncak, yaitu pagi hari (saat orang berangkat kerja), siang hari (jam istirahat/

pulang sekolah) dan sore hari (saat pulang kerja dll). Dari pengamatan, jam puncak yang terjadi seperti di bawah ini :

1. puncak pagi : 06.00 – 08.00

2. puncak siang : 12.00 – 14.00

3. puncak sore : 16.00 – 18.00

Jenis sarana transpostasi yang digunakan

Sarana tranportasi yang ada adalah angkutan umum seperti angkot dan kendaraan pribadi. Masyarakat menggunakan jenis

transportasi sesuai dengan tujuan dan sifat perjalanan. Pada anak-anak sekolah

karena mereka masih muda/remaja dan kebanyakan belum punya kendaraan maka

kebanyakan menggunakan angkutan umum. Sebagian kecil memilih untuk berjalan

kaki, dan sebagian lagi menggunakan sepeda dan motor (bagi yang sudah memiliki

Surat Ijin Mengemudi/SIM). Hal ini juga berlaku bagi mahasiswa, sedangkan bagi

mereka yang sudah bekerja, rata-rata menggunakan kendaraan pribadi untuk

bepergian.

Page 48: Laporan Tugas 1 Adu a3

48

3.10.4 PROBLEMATIK ANTARA PEMBANGUNAN DAN TRANSPORTASI

Adanya pembangunan yang terus menerus dan peningkatan ekonomi membuat populasi

penduduk semakin besar. Jika peningkatan penduduk itu tidak diimbangi dengan perbaikan sistem

transportasi dan lalu lintas maka hal tersebut menjadi masalah besar dalam suatu kota. Ketika

setiap individu yang datang ke kota atau penduduk yang memang telah berada di kota masing-

masing memiliki kendaraan pribadi dan meng-gunakan kendaraannya secara bersamaan dengan

tidak diikuti oleh fasilitas lalu lintas yang memadai maka akan terjadi kemacetan dan ketimpangan

dalam sistem transportasi suatu kota. Hal ini juga terjadi di sepanjang jl. Bendungan Sutami dan JL.

Galunggung. Kemacetan saat berada di jam puncak, kurangnya fasilitas transportasi, menjadi

problematika sehari-hari karena pembangunan yang terus-menerus, dan peningkatan ekonomi.

Gambar : arus lalu lintas di jl.

Galunggung

Gambar : arus lalu lintas di jl. Bendungan Sutami

Page 49: Laporan Tugas 1 Adu a3

49

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Koridor Jalan bendungan Sutami – Jalan Galunggung merupakan kawasan perdagangan dan jasa. Sepanjang koridor dua jalan ini dipenuhi oleh

deretan ruko. Sebagai kawasan padat dan berpengaruh di kota malang, kedua jalan ini memiliki berbagai masalah mulai dari kemacetan,

kurangnya lahan parkir, pelanggaran garis sempadan, minimnya ruang terbuka hijau, ketidak seimbangan pembangunan fisik, dan tidak

tersedia fasilitas bagi pejalan kaki. Koridor Jalan bendungan Sutami – Jalan Galunggung masih jauh dari kata nyaman dan banyak sekali

bangunan disekitarnya yang masih saja melanggar peraturan setempat.

Page 50: Laporan Tugas 1 Adu a3

50

DAFTAR PUSTAKA

Zahid, Markus. 2003. Perencanaan Kota Secara Terpadu. Yogyakarta; Kanisius

Gallion B, Arthus. Eisner, Simon, FAIA, APA, dan AICP. 1997. Pengantar Perancangan Kota. Jakarta; Erlangga

IPB(Institut Pertanian Bogor) http://repository.ipb.ac.id

Mirsa, Rinaldi. 2012. ELEMEN TATA RUANG KOTA. Yogyakarta; Graha Il