laporan tahunan 2017 - unicef.org · relawan tinju tinja adalah tahap baru dalam kampanye daring...
TRANSCRIPT
A N N U A L R E P O R T 2 0 1 7 1
LAPORANTAHUNAN
2017UNICEF INDONESIA
2 A N N U A L R E P O R T 2 0 1 7U N I C E F I N D O N E S I A 3
Daftar Isi
Kata PengantarGlobal Leader:SDGs DIMULAI DARI ANAK
2Cerita dari lapanganSemua Anak Berhak Memiliki Identitas:MENDATA BAyI DI FLORES
11Cerita dari LapanganLiterasi Kelas Dasar:ASA DI PAPUA
17Pemanfaatan:UNTUK ANAK-ANAK
21
HASIL-HASIL KUNCI 2017 yANG DICAPAI MELALUI PROGRAM PEMERINTAH INDONESIA – UNICEF
4KAMPANyE IMUNISASI CAMPAK RUBELLA
12Cerita dari LapanganRemaja Beraksi:ORANG DEWASA MENDENGAR
18Mencerahkan Masa Depan:MEMBANTU ANAK-ANAK
22
Cerita dari Lapangan Relawan Tinju Tinja:SANITARIAN MUDA yANG MENGINSPIRASI
6UNTUK SETIAP ANAK
14Dukungan:DARI DONATUR KAMI
20BAGAIMANA MENGGUNAKAN KODE QR
24
*Baca lebih lanjut tentang program-program yang sudah saya sebutkan di sini. Tonton juga video singkat yang inspiratif dari beberapa kisah yang kami angkat dengan memindai kode QR berikut:Untuk bantuan, silahkan buka halaman 24.
2 L A P O R A N T A H U N A N 2 0 1 7U N I C E F I N D O N E S I A 3
Sahabat UNICEF,
Dengan senang hati, saya menyampaikan laporan tahun 2017. Ini adalah tahun kedua program kerja sama lima tahunan
UNICEF dengan Pemerintah Indonesia dan kita sudah melihat berbagai hasil yang luar biasa untuk anak-anak.
Pada tahun 2017, UNICEF bermitra dengan 10 kementerian,
lebih dari 80 organisasi masyarakat sipil dan 25 jejaring
anak muda. Bersama-sama, kami menjangkau lebih
dari 35 juta anak dan 20.000 bidan. Kami bekerja sama
dengan mitra untuk memberikan bukti, saran teknis dan
membangun kapasitas guna membantu pemerintah untuk
bersama-sama melindungi hak setiap anak di Indonesia.
Program kami didasari oleh Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(SDGs), dimana Indonesia adalah negara terdepan
dalam pelaksanaannya. Di UNICEF, kami percaya bahwa
pembangunan berkelanjutan berawal dari anak dan tahun ini
kami selangkah lebih dekat untuk menjadikan kepentingan
anak lebih terlihat dalam SDGs. Bersama dengan pemerintah,
kami telah menerbitkan Laporan Baseline SDG* tentang
Anak-Anak di Indonesia, sebagai bukti yang dapat digunakan
untuk mendukung pengambilan kebijakan. Analisis mendalam
mengenai makna SDGs untuk anak ini, telah diminati oleh
negara-negara lain. Laporan ini juga turut membangun
momentum untuk memanfaatkan Agenda 2030 yang berfokus
pada investasi untuk anak. Anda dapat melihat beberapa
contoh bentuk investasi tersebut dalam laporan tahunan ini.
Pertama adalah Kampanye Nasional Imunisasi Campak
dan Rubella dengan target lebih dari 35 juta anak di seluruh
Pulau Jawa. UNICEF mendukung upaya pemerintah ini dan
bekerja erat dengan media (seperti Jawa Pos) dan Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) untuk menggerakkan kepemimpinan
politik, melaksanakan kampanye komunikasi publik dan
memfasilitasi pemantauan secara real-time dengan teknologi
RapidPro. Dalam waktu dua bulan, kampanye ini telah berhasil
memberikan imunisasi kepada 35 juta anak di 119 kabupaten/
kota di enam provinsi. Anda dapat membaca lebih lanjut
mengenai contoh kemitraan yang kuat ini pada halaman 12.
UNICEF bekerja sama dengan masyarakat sipil dan pemerintah
untuk mencari langkah-langkah dalam menjangkau setiap anak
dan melindungi mereka dari bahaya. Kami bekerja bersama
jejaring masyarakat dan membantu membangun kapasitas
tokoh-tokoh masyarakat dalam rangka memenuhi hak anak di
seluruh penjuru negeri. Di Flores, masyarakat telah terbukti
berperan besar dalam upaya pencatatan kelahiran. Silahkan
baca pada halaman 11 mengenai mengapa hal ini penting.
Di Jawa, kami telah melatih bidan-bidan menggunakan
platform Infobidan, sehingga kini lebih dari 20.000 bidan
yang melayani perawatan bayi baru lahir dapat mengakses
informasi dan kiat penting seputar pekerjaan mereka melalui
ponsel*. Pada halaman 17, Anda juga dapat membaca
tentang bagaimana kami telah membantu meningkatkan
kualitas pendidikan di Papua, di mana hanya 13 persen dari
anak kelas 2 dan 3 yang memperoleh kemampuan belajar
yang memadai. Menurut kajian baseline tahun 2015, 62%
anak-anak di sekolah-sekolah sasaran program bahkan
tidak dapat membaca sepatah kata pun. Berdasarkan kajian
mid-line, pada tahun 2017 persentase anak-anak yang
tidak dapat membaca turun menjadi 27% setelah adanya
intervensi program UNICEF secara intensif. Kondisi ini
hanyalah sedikit dari banyak contoh permasalahan lainnya.
Semua pihak, dari pemerintah hingga masyarakat akar rumput,
punya peran untuk memenuhi hak anak. Pada tahun keempat
kampanye untuk mengakhiri Buang Air Besar Sembarangan
(BABS), kami juga meluncurkan gerakan Relawan Tinju
Tinja. Gerakan ini menghimpun pahlawan akar rumput yang
bersemangat memberikan komitmen membantu komunitas
mereka meraih status bebas BABS. Salah satu relawannya
adalah Mathilda. Ia berbicara tentang rencananya untuk
fokus mengajari anak-anak usia muda pada halaman 6.
Tahun ini kami juga bekerja keras untuk
memberikan anak muda kesempatan
bersuara dan mendengar pandangan
mereka. Lebih dari 110.000 anak muda
berdialog antar mereka dan dengan
pembuat keputusan (melalui platform
“U-Report”), untuk mempromosikan
investasi yang lebih besar lagi bagi
kesejahteraan anak*. Kami juga
melakukan survei kesejahteraan
yang sepenuhnya bersifat sukarela
dan merupakan yang pertama untuk
survei jenis ini, bersama lebih dari
24.000 anak usia 8 hingga 12 tahun.
Pada halaman 18, Anda juga dapat
membaca tentang bagaimana anak
muda di Kupang menginspirasi
pemimpin setempat untuk melihat apa
yang bisa dilakukan untuk mereka.
Kami sangat bersemangat dengan
hasil-hasil yang saya sampaikan tadi,
namun hal ini tidak mungkin terjadi
tanpa dukungan 60.000 donatur
individu kami di Indonesia, yang
beberapa diantaranya menyampaikan
suaranya pada halaman 22.
Secara pribadi, tahun ini saya telah
berkesempatan bertemu dengan
perempuan, lelaki, dewasa, dan anak-
anak yang sangat menginspirasi, baik di
pemerintahan tingkat teratas maupun
di kalangan masyarakat pedesaan
yang sulit dijangkau, juga perwakilan
dari sektor swasta dan masyarakat
sipil. Keberagaman kita adalah
kekuatan kita, menggunakan keahlian
masing-masing untuk mencari cara
yang lebih baik dalam bekerja sama
untuk kepentingan hak anak-anak.
Saya harap Anda senang membaca kisah
sosok-sosok yang menginspirasi serta
program kami ini dan saya berharap
dapat menceritakan lebih banyak
lagi pada tahun yang akan datang.
Gunilla Olsson
Perwakilan UNICEF Indonesia
Kata Pengantar
Global Leader:TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (SDGs) DIMULAI DARI ANAK
4 L A P O R A N T A H U N A N 2 0 1 7U N I C E F I N D O N E S I A 5
UPAYA UNICEF BERSAMA PARA MITRA UNTUK MEMBERIKAN BUKTI TELAH MENGHASILKAN:
Laporan Baseline Pertama tentang
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(SDGs) dan Anak-Anak, serta panel
daring pelengkap, yang memetakan
target-target global terhadap data
baseline yang ada. Alat ini akan memberi
informasi tentang perencanaan,
pemantauan, dan pelaporan SDGs
yang berhubungan dengan anak.*
Data baru tentang keuangan dan
kemiskinan anak multidimensi
yang diproduksi bersama Badan Pusat
Statistik (BPS), menyoroti ketimpangan
di Indonesia. Laporan ini mendukung
diperkenalkannya dana bantuan
universal bagi anak oleh pemerintah
daerah di Aceh dan Papua.*
30.000 remaja perempuan dan
lelaki mendapat manfaat dari
meningkatnya pengetahuan dan
kesadaran tentang menstruasi, juga
membantu mendobrak pola-pola
diskriminasi dan menjaga agar anak-
anak perempuan tetap bersekolah.*
SARAN KEBIJAKAN UNICEF KEPADA PARA MITRA-MITRA TELAH MENGHASILKAN:
Peraturan Presiden tentang
pengasuhan anak, yang akan
membantu lebih dari 500.000 anak-
anak yang tinggal di institusi untuk
kembali ke pengasuhan di rumah.
Panduan baru mengenai anggaran untuk
anak-anak di tingkat desa, yang dikeluarkan
oleh Kementerian Desa mempromosikan
penggunaan dana desa untuk prioritas-
prioritas anak di 75.000 desa.
Kontribusi terhadap gerakan nasional
penurunan stunting untuk memberikan
manfaat bagi jutaan anak. Hal ini
meliputi upaya mempromosikan akses
terhadap layanan nutrisi, kesehatan,
kebersihan, sanitasi, perkembangan
anak usia dini, dan perlindungan sosial.
Empat belas kabupaten baru
bebas malaria, melalui intervensi
seperti kelambu, pelatihan,
dan peraturan daerah.
Mobilisasi mitra-mitra keagamaan
untuk mengalokasikan Pembiayaan
Islami sebesar 250.000 USD untuk
program-program air, sanitasi, dan
kebersihan di Nusa Tenggara Barat.
PENGEMBANGAN KAPASITAS MITRA UNICEF TELAH MENGHASILKAN:
Puncak dari program beberapa tahun
yang telah mencapai akses sanitasi
berkelanjutan bagi lebih dari
setengah juta orang, termasuk
anak-anak dan keluarga paling miskin,
di kabupaten-kabupaten terpilih.
Platform pemantauan berbasis
SMS yang inovatif untuk
memfasilitasi respon cepat bagi
imunisasi 35 juta anak dalam
kampanye Campak dan Rubella
yang dipimpin oleh Kementerian
Kesehatan. Platform ini direplikasi
untuk intervensi terhadap malaria,
HIV, dan penyakit-penyakit lainnya.
30% peningkatan dalam cakupan
pencatatan kelahiran di Banda Aceh,
melalui kombinasi pendekatan inovatif
dan pembelajaran oleh pemerintah
daerah di seluruh Indonesia.*
Kesuksesan implementasi program
percontohan literasi, yang
berdampak pada peningkatan
literasi hingga dua kali lipat di
kalangan anak-anak kelas awal
sekolah dasar di wilayah-wilayah
terpencil Papua dan Papua Barat.*
KERJA SAMA UNICEF DENGAN PARA MITRA TELAH MENGHASILKAN:
110.000 anak muda berpartisipasi
dalam dialog antara mereka dengan
pembuat keputusan untuk membahas
hal-hal yang menjadi perhatian
mereka dan mempromosikan aksi
untuk kesejahteraan anak.*
Rencana Aksi Nasional tentang
Hak Anak dalam Bisnis bersama
Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia serta sektor swasta.
Perhatian yang lebih lekat terhadap
kesejahteraan anak oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa dan mitra-mitra
organisasi masyarakat madani dalam
perencanaan kesiapsiagaan untuk
mendukung tanggap bencana skala
besar yang dipimpin pemerintah.
Program baru pencegahan
perundungan yang dipimpin oleh
remaja di sekolah-sekolah di Makassar
telah berdampak mengurangi
perundungan hingga 30 persen.*
Pekerjaan terus berlanjut selama anak-anak masih menderita kekurangan sebagai akibat dari besarnya ketimpangan. Kami berterima kasih kepada 60.000 individu pemberi donasi, mitra-mitra pembangunan, dan semua pembela hak anak di Indonesia yang terus membuat kemajuan dapat tercapai.
Tinjauan
HASIL-HASIL KUNCI 2017 yANG DICAPAI MELALUI PROGRAM PEMERINTAH INDONESIA-UNICEF
6 L A P O R A N T A H U N A N 2 0 1 7U N I C E F I N D O N E S I A 7
Beberapa kebiasaan buruk mudah kita pahami bahayanya, seperti mengemudi tanpa mengenakan sabuk pengaman. Namun kebiasaan lain seperti buang air besar sembarangan (BABS), nampak abstrak dan seringkali dianggap tidak berbahaya. Kenyataanya kebiasaan tersebut bisa sama mematikannya. Diare adalah salah satu penyebab utama kematian balita di Indonesia dan sanitasi yang baik adalah faktor penting untuk menurunkan angka kematian tersebut.
Pada bulan November, bertepatan dengan Hari Toilet Sedunia, UNICEF Indonesia ikut serta bersama pejabat Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur, meresmikan gerakan “Relawan Tinju Tinja” dan merayakan aksi daerah dalam memerangi Buang Air Besar Sembarangan (BABS).
“Di lingkungan saya, sebagian besar orang dewasa dan remaja sudah terbiasa menggunakan toilet,” kata Mathilda Aeirce Bani, remaja berusia 19 tahun dan salah satu orang pertama yang bergabung dengan gerakan ini. “Anak-anak usia mudalah yang harus dijangkau.”
Relawan Tinju Tinja adalah tahap baru dalam kampanye daring Tinju Tinja dari UNICEF yang sudah berjalan sejak empat tahun lalu. Gerakan ini mengajak anak-anak muda untuk terlibat secara langsung dan mengambil langkah nyata dalam mengakhiri kebiasaan BABS di lingkungan mereka.
Sekitar 4.000 orang sudah bergabung dan menggunakan tagar #tinjutinjasquad di media sosial saat mengunggah kabar tentang gerakan ini di sekolah-sekolah dan organisasi seperti Pramuka.
Tahun lalu, 35 desa di kabupaten asal Mathilda, yaitu Sumba Barat Daya, telah dinyatakan berstatus bebas BABS. Keberhasilan tersebut adalah puncak dari upaya pemerintah daerah dan UNICEF dalam menyalurkan lebih banyak dana untuk sarana sanitasi dan bangunan toilet.
Pada acara perayaan keberhasilan tersebut, gerakan Relawan Tinju Tinja diluncurkan. Mathilda mendapatkan sepaket perlengkapan: kaus Tinju Tinja, kartu identitas, dan materi pendukung untuk mengedukasi anak-anak mengenai pentingnya penggunaan toilet dan mencuci tangan. Sebanyak 499 anak lain di seluruh Indonesia akan menerima perangkat yang sama secara cuma-cuma.
“Harapan saya, dengan perlengkapan ini saya dapat membuat desa saya bebas BABS,” ujar Mathilda. Ia berencana mewujudkan keinginan itu dengan mengadakan sesi penyuluhan usai sekolah.
Relawan Tinju Tinja:SANITARIAN MUDA yANG MENGINSPIRASI
Pertahun, sekitar
40.000 dari 150.000 kasus kematian balita di Indonesia disebabkan secara langsung oleh
diareyang dapat dikurangi secara drastis dengan adanya
sanitasi yang memadai.
Peluncuran Gerakan Relawan Tinju Tinja yang bertepatan dengan Hari Toilet Sedunia 2017, dihadiri oleh pejabat daerah, anak-anak, sanitarian muda dan selebriti termasuk Champion for Children UNICEF dan Duta Tinju Tinja, Melanie Subono.
Inilah kesempatan bagi anak muda untuk memimpin, kesempatan untuk menjadi sanitarian yang tindakannya dapat menyelamatkan nyawa. Gunilla Olsson, Perwakilan UNICEF Indonesia
Menurut Aidan Cronin, mantan kepala program WASH dari UNICEF Indonesia, “Kemajuan di Sumba Barat Daya menunjukkan bahwa kepemimpinan politik dan keterlibatan akar rumput bisa menghasilkan capaian luar biasa dalam kurun waktu yang singkat. Harapan kami, keberhasilan NTT dapat memotivasi kepala daerah, DPRD, dan komunitas lain di Indonesia untuk turut memprioritaskan sanitasi.”
Bertambahnya anggota Relawan Tinju Tinja di seluruh Indonesia jelas menunjukkan bahwa anak muda siap memimpin.
Tak berlebihan jika dikatakan bahwa hidup banyak anak bergantung pada peran mereka.
Cerita dari Lapangan: Air, Sanitasi dan Kebersihan (WASH)
© UNICEF Indonesia/2017/Cory Rogers
Saya tidak takut diimunisasi. Saya mau tumbuh dengan sehat.-Ayu, 10 tahun, dari Jawa Timur-
8 L A P O R A N T A H U N A N 2 0 1 7U N I C E F I N D O N E S I A 9
10 L A P O R A N T A H U N A N 2 0 1 7U N I C E F I N D O N E S I A 11
Maumere, Flores:
“Pintu rumah saya diketuk kepala
desa,” kata Karolina Klong sambil
tersenyum lebar di beranda gereja.
Menurut Ibu muda berusia 27 tahun
dari Maumere itu, kunjungan dari kepala
desalah yang mengingatkannya untuk
datang ke Gereja Hati Kudus Yesus
Yang Maha Kudus di Paroki Ili, tempat
layanan keliling untuk pembuatan akta
kelahiran sedang berlangsung.
“Sudah lama sekali, gereja jalan sendiri,
pemerintah jalan sendiri,” ungkap
Romo Yohanes, direktur Pusat Pastoral
(Puspas) Keuskupan Maumere. “Tapi,
masih ada banyak masalah lain yang
tidak bisa ditangani hanya oleh Gereja
atau hanya oleh Pemerintah. Kita tahu
anak-anak perlu akta kelahiran untuk
bersekolah, mendapatkan paspor, ataupun
memenuhi haknya yang lain,” jelasnya.
Bagi Karolina, kelahiran putranya belum
tercatat karena alasan yang lazim terjadi
di lingkungannya. Agar akta kelahiran
bisa diterbitkan, nama kedua orang tua harus dicantumkan dan untuk itu diperlukan
akta nikah. Namun, biaya pernikahan dengan tradisi Belis dan pertukaran hadiah
antar pengantin sangat mahal sehingga Karolina belum dapat melaksanakannya.
“Kami tahu biayanya besar, tapi tradisi ini sudah ada turun temurun, sehingga akan
tetap kami jalankan,” katanya. Oleh sebab itu, putra Karolina pun belum tercatat, dan
ia tidak sendiri. Tahun lalu, hanya 38% anak-anak di Kabupaten Sikka, Maumere, yang
memiliki akta kelahiran. Jumlah tersebut kurang dari separuh rata-rata nasional yang
adalah sebesar 67% dan masih jauh dari target nasional yaitu 85% pada 2019.
UNICEF, Puspas dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) bekerja sama
mempercepat pencatatan kelahiran dengan membentuk tim khusus di tingkat desa
serta melaksanakan kampanye layanan keliling pembuatan akta kelahiran di wilayah-
wilayah gereja. Pegawai Dinas Dukcapil bekerjasama dengan pengurus keuskupan
di 12 paroki untuk mendorong para orang tua mendaftarkan anak-anak mereka. Saat
ini, tengah dirancang rencana perluasan program ke seluruh 36 paroki di Sikka.
Sepekan sebelum kunjungan gereja, anggota Puspas berkoordinasi dengan
pendeta setempat dan pemerintah untuk menginstruksikan kepala desa
agar melakukan sosialisasi program pada keluarga dengan anak yang belum
memiliki akta—dari sinilah Karolina mengetahui soal layanan keliling.
Sebagai salah satu dari puluhan ibu yang hadir, Karolina mengaku kesulitan
membiayai pengobatan setiap kali anaknya sakit. Dengan akta kelahiran, Karolina
dapat mendaftarkan diri sebagai peserta layanan kesehatan gratis dari pemerintah.
Melalui peran Puspas dalam menggerakkan masyarakat dan Dinas Dukcapil
Sikka dalam menggiatkan pencatatan, hasil positif mulai terlihat. Beberapa
bulan sejak kampanye keliling dimulai, lebih dari 200 bayi—seperempat
dari total anak yang belum tercatat di paroki—sudah didaftarkan di Ili.
Menurut Astrid Dioniso, Spesialis Perlindungan Anak UNICEF di Jakarta, kemajuan
di Sikka menunjukkan bahwa hal serupa juga bisa dilakukan di wilayah lain.
“Pengalaman di Sikka menunjukkan bahwa Gereja bisa menggunakan
misi kemasyarakatannya untuk melaksanakan suatu inisiatif bersama
dengan Pemerintah,” katanya. “Kini terlihat langkah ke depan untuk
terus memastikan bahwa semua anak berhak memiliki identitas.”
Dengan pendanaan dan bantuan teknis UNICEF, keuskupan dan pemerintah daerah bekerja sama di 12 dari 36 paroki di Sikka untuk memberikan identitas pada anak.
Semua Anak Berhak Memiliki Identitas:MENDATA BAyI DI FLORES
Cerita dari Lapangan
© UNICEF Indonesia/2017/Cory Rogers
Karolina Klong tersenyum saat melengkapi persyaratan administrasi untuk akta kelahiran putranya.
Romo John membahas tentang program-program Puspas di kantornya di Maumere.
12 L A P O R A N T A H U N A N 2 0 1 7U N I C E F I N D O N E S I A 13
KAMPANyE IMUNISASICAMPAK-RUBELLA
3.617 PUSKESMAS
119 KABUPATEN 6 PROvINSI DALAM 10 PEKAN
HASIL KESELURUHAN
>95% TARGET JANGKAUAN 35.141.969 ANAK USIA 9 BULAN-15 TAHUN DIIMUNISASI DALAM KURUN 10 PEKAN
Memanfaatkan kemitraan strategis untuk mengimunisasi anak sangat penting untuk mencegah penyebaran campak dan rubella. Selama kampanye imunisasi tahun 2017, vaksin telah diberikan kepada sekitar 35 juta anak di Jawa.
Sebanyak 35 juta anak lain di luar Jawa ditargetkan mendapat imunisasi pada tahun 2018. UNICEF mendukung strategi Kementerian Kesehatan yang meliputi mobilisasi masyarakat melalui komunikasi publik terarah seperti iklan layanan
masyarakat di televisi dan radio, SMS, media sosial dan ajakan untuk bertindak. Selain itu, tokoh-tokoh seperti selebriti, dokter dan pemuka masyarakat juga dilibatkan untuk meluruskan persepsi serta memotivasi orangtua, anak dan pelajar untuk mendapatkan imunisasi Campak dan Rubella. Advokasi tingkat tinggi dengan pemimpin daerah termasuk gubernur, walikota dan bupati adalah kunci penting lainnya untuk mencapai target imunisasi.
KAMPANyE CAMPAK RUBELLA DILUNCURKAN OLEHPRESIDEN JOKO WIDODO PADA 1 AGUSTUS 2017 DI yOGyAKARTA
RAPIDPRO
“Dengan RapidPro, kami langsung mendapat informasi dan dapat menanggapi masalah dengan segera,” kata Ibu Ani, kepala Dinas Kesehatan Semarang.
RapidPro adalah alat pemantauan kesehatan yang dikembangkan oleh UNICEF yang bersifat mobile, gratis, berbasis SMS. RapidPro menyediakan analisis real-time dari tingkat puskesmas. Untuk pertama kalinya, teknologi ini diperluas pemanfaatannya oleh pemerintah dalam skala nasional, dan dengan banyaknya puskesmas yang harus dijangkau, analisis yang ada sebelumnya belum pernah sampai sedetail ini.
Tenaga khusus di puskesmas mencocokkan jumlah anak yang sudah diimunisasi selama kunjungannya ke sekolah-sekolah atau posyandu dan mengirimkan jumlah kasarnya melalui SMS ke pusat data in Jakarta.
Data tersebut—bisa ditampilkan berdasarkan hari, minggu, atau bulan—diunggah ke panel utama (dashboard) RapidPro dan memperlihatkan scorecard yang menunjukkan provinsi, kabupaten, dan puskesmas mana yang sudah memenuhi target imunisasinya. Setiap puskesmas dan kabupaten mempunyai kode lokasi, sehingga setiap masalah yang muncul di masing-masing wilayah dapat segera dipetakan.
“Teknologi ini sederhana dan mudah digunakan,” kata Ibu Ani. “Selain itu cepat dan akurat.”
FATHUL DAN AKHSAN
“Siang hari, ibu Akhsan bekerja di pabrik garmen, sementara saya kerja malam,” kata Fathul, warga Regunang, Jawa Tengah—desa teduh berkelok menghadap Gunung Merbabu, gunung dengan ketinggian 3.145 m yang menjulang dari sela-sela lembah.
“Hari ini, hanya saya yang mengantar.”
Fathul dan putranya yang berusia 3 tahun, Akhsan, adalah satu-satunya pasangan ayah-anak di halaman Posyandu pada hari itu, namun mereka nampak nyaman; sama seperti 30 pasangan ibu-anak lainnya, mereka datang untuk mendapatkan imunisasi Campak dan Rubella (MR) — dua penyakit yang meskipun dapat dicegah, namun bisa menimbulkan dampak fatal bagi anak.
“Sakit?” tanya Fathul pada Akhsan yang asyik mengamati sekumpulan anak-anak balita lain—ada yang menangis, ada yang lega—seolah terpukau melihat hiruk-pikuk di sekelilingnya. Akhsan hanya menggelengkan kepala. “Dia tidak menangis!” seru Fathul bangga. “Sama sekali tidak!”
Fathul dan Akhsan di Posyandu memamerkan ibu jari ungu yang menandakan seorang anak telah menerima imunisasi MR. © UNICEF Indonesia/2017/Cory Rogers
© UNICEF Indonesia/2017/Raditya Rizky Henrile
UNTUK SETIAP ANAK
14 L A P O R A N T A H U N A N 2 0 1 7U N I C E F I N D O N E S I A 15
“Saya mau jadi dokter supaya bisa mengobati orang sakit
dengan gratis!” - Andes, 6 tahun, Tangerang -
“Saya ingin jadi pemadam kebakaran. Saya harus sehat.”
- Alvin, 14 tahun, Garut -
“Kalau saya sehat,saya bisa jadi guru.”- Reva, 9 tahun, Garut -
“Saya ingin tumbuh sehat karena saya ingin jadi
seperti ayah.” - Niko, 10 tahun, Tulung Agung -
“Saya ingin tetap sehat. Setelah besar, saya ingin mengunjungi
ibu saya di desanya.”- Tian, 5 tahun, Surabaya -“Cita-cita saya jadi pemain
sepak bola. Saya harus sehat!” - Fahri, 9 tahun, Surabaya -
“Imunisasi tidak hanya untuk saya, tetapi juga teman-teman saya
dan setiap anak!”- Naura, 10 tahun, Surabaya -
Imunisasi Campak dan Rubella tak hanya memenuhi hak anak. Setiap tetes vaksin dari petugas kesehatan memastikan bahwa
jutaan anak Indonesia dapat menyongsong cita-cita dengan gembira.
16 L A P O R A N T A H U N A N 2 0 1 7U N I C E F I N D O N E S I A 17
Sejak tahun 2015 hingga 2017, UNICEF
telah menguji coba model literasi kelas
dasar di tingkat sekolah dan masyarakat
di Provinsi Papua dan Papua Barat.
Dengan dukungan dana dari The
Australian Department of Foreign
Affairs and Trade (DFAT), UNICEF
melaksanakan Inisiatif Pendidikan
Perdesaan dan Wilayah Terpencil untuk
kedua provinsi Papua tersebut. Inisiatif
ini memperkuat upaya pemerintah untuk
meningkatkan mutu pendidikan di Papua.
Inisiatif tersebut telah memberikan
hasil yang menjanjikan— di sekolah
sasaran program, persentase
pelajar kelas dasar yang tidak bisa
membaca turun dari 63% ke 27%.
Inti program ini sederhana: meningkatkan
kemampuan guru dalam mengajar
bahasa Indonesia melalui pelatihan.
Kini, ratusan guru dan kepala sekolah
mampu mengajar membaca dengan
efektif. Ribuan anak pun mendapat
manfaat dari metode dan kegiatan
pengajaran yang baru.
Aspek lain yang penting dalam
inisiatif ini adalah “Gemilang” (Gemar
Membaca Masa Depan Cemerlang),
yaitu serangkaian buku yang dibuat
sesuai tingkat kemampuan baca
untuk mengasah kesukaan membaca
sekaligus kefasihan berbahasa
Indonesia. Teks dalam Seri Buku
Gemilang singkat dan sederhana,
menyajikan cerita yang sesuai dengan
kehidupan setempat dan mendorong
anak agar terbiasa membaca. Anak
dapat memilih buku yang sesuai
dengan kemahiran membacanya.
Program ini juga mendorong masyarakat
dan keluarga agar mendukung anak
untuk meningkatkan kemampuan
baca tulis di rumah dan di sekolah
dengan menekankan arti penting
literasi dan mutu pendidikan bagi masa
depan yang lebih cerah. Kesadaran
masyarakat dan guru yang lebih baik
telah menurunkan angka ketidakhadiran
guru secara signifikan—suatu hal
yang merupakan tantangan besar
di banyak wilayah di Papua.
Saat ini, para mitra sedang berusaha
untuk mereplikasi model program
ini di kabupaten dan provinsi lain.
Hampir di setiap aspek kinerja sistem sekolah Papua tertinggal dari rata-rata nasional. Namun, kemampuan baca kini naik dan angka ketidakhadiran guru menurun.
Literasi Kelas Dasar:ASA DI PAPUA
Cerita dari Lapangan: Pendidikan
All photos to Cory Rogers / UNICEF / 2017
Murid kelas dua (8 tahun) di SD Bosnabraidi, Kabupaten Biak, Provinsi Papua sedang membaca buku tentang budaya dan kehidupan setempat.
© UNICEF Indonesia/2017/Cory Rogers
18 L A P O R A N T A H U N A N 2 0 1 7U N I C E F I N D O N E S I A 19
remaja mengenali risiko di lingkungan
mereka dan solusi yang sesuai
menggunakan Perangkat Ekspresi
dan Inovasi Remaja dari UNICEF.
Perangkat ini terdiri atas perlengkapan
untuk sesi belajar yang difasilitasi,
dikenal sebagai Lingkar Remaja, yang
memandu sekelompok anak muda
melalui kegiatan yang mengasah
kemampuan bekerja dalam tim,
kepemimpinan, berpikir kreatif
dan memecahkan masalah.
Di Kupang, musim kemarau panjang
yang terjadi setiap tahun membuat
sekelompok anak fokus untuk
memperbaiki ketersediaan air. Bagi
anak-anak yang bertugas mengambil
air untuk keluarga mereka, jauhnya
jarak sumber air dari rumah membuat
mereka harus bangun pukul 4 pagi
dan sering terlambat tiba di sekolah.
Mereka pun mencurahkan ide,
berdiskusi dan mematangkan rencana
untuk memasang pompa air di tengah
desa. Diagram, peta, bahkan contoh
pompa yang dibuat dari kardus
dibawa ke hadapan orang tua; orang
tua diminta mempresentasikan
ide tersebut pada rapat tahunan
rencana pembangunan desa.
“Ada yang bilang, ‘Kalian, kan, anak-
anak. Kalian tahu apa? Jangan coba-coba
memberi saran soal sesuatu yang tidak
kalian ketahui’,” ujar Devi, 18 tahun.
“Tapi kami tidak patah semangat.”
Menurut kepala desa, Bapak Ayub
Meto, sebelumnya anak-anak tidak
pernah berperan aktif dalam urusan
desa. “Saya pikir, ‘anak-anak muda
ini bukan anak kecil lagi.’ Mereka
sekarang bisa menyatakan ide dan
memikirkan soal kesejahteraan desa.”
Beliau sangat terkesan dengan inisiatif
anak-anak ini sehingga setuju untuk
mengalokasikan Dana Desa untuk
menyelesaikan proyek tersebut.
Rumah pompa dibangun di lokasi yang
strategis dan sekarang dapat memasok
air untuk minum, mencuci dan bertani
tanpa harus berjalan jauh lagi.
Hasil yang luar biasa positif ini
meyakinkan jajaran pemimpin
desa untuk memberikan dana
tambahan agar bisa membangun
dua pompa air tambahan tahun ini.
“Saya tergerak sekali melihat anak-
anak di desa kami punya potensi
dan kemampuan yang besar. Kami
butuh generasi muda seperti ini
namun kami cenderung meremehkan
anak-anak dan ide mereka.”
Menurut Pak Meto, beliau hendak
memastikan agar suara anak selalu
didengar kedepannya dengan
memformalkan keterlibatan mereka
di berbagai tahap perencanaan
pembangunan desa dan agar anak bisa
berkontribusi melalui pengumpulan
informasi dan forum anak.
“Situasi seperti ini belum pernah terjadi.
Saya tidak menyangka orang dewasa
mau mendengar ide anak-anak. Tapi,
kepala desa mau mendengar kami dan
sekarang hidup kami lebih nyaman.”
Demikianlah pendapat Ina, remaja 17
tahun dari Desa Oeletsala di Kupang,
kota yang terletak di wilayah paling
barat Pulau Timor, Indonesia timur.
Ina terlibat dalam program percobaan
di 35 desa yang berupaya membantu
Remaja Beraksi:ORANG DEWASA MENDENGAR
Cerita dari Lapangan: Pendidikan | Remaja
Semua foto © UNICEF Indonesia/2017/Elizabeth Pick
20 L A P O R A N T A H U N A N 2 0 1 7U N I C E F I N D O N E S I A 21
Dukungan:DARI DONATUR KAMI
Pemanfaatan:UNTUK ANAK-ANAK
Keberlangsungan hidup dan perkembangan anak (kesehatan, WASH, gizi)
33%Pendidikan anak usia dini
dan perkembangan remaja
29%
Perlindungan anak
10%
Kebijakan sosial
7%Kesiapsiagaan tanggap darurat dan
penurunan risiko bencana
2%Komunikasi
dan advokasi publik
4%
Lintas sektor
8%
Penggalangan dana sektor swasta
8%
Finansial
Donatur dari Sektor Swasta IndonesiaDonatur perorangan* 6.940.157
Donatur perusahaan & yayasan*
Signify Indonesia 148.354
PT Bank Central Asia Tbk 74.074
Lain-lain 73.491
Total 7.236.076*Donasi yang diterima dalam Rupiah ditampilkan dalam Dolar US berdasarkan kurs PBB per 31 Desember 2017 yang dilaporkan dalam Laporan Pendapatan Pengeluaran 2017
Tema Program GlobalGlobal - Pendidikan 684.695
Global - Air Sanitasi dan Kebersihan 620.291
Global - Perlindungan Anak 412.097
Global - Gizi 141.503
Global - HIV dan AIDS 119.972
Global - Kesehatan 31.697
Total 2.010.255
Komite Nasional UNICEFDana konsolidasi dari Komite Nasional 1.416.154
United States Fund untuk UNICEF 1.281.536
Komite Swiss untuk UNICEF 661.497
Komite Kanada untuk UNICEF 317.246
Komite Australia untuk UNICEF 244.875
Komite Hong Kong untuk UNICEF 195.886
Komite Belanda untuk UNICEF 72.461
Komite Finlandia untuk UNICEF 2.703
Total 4.192.358
Kantor UNICEFUNICEF Saudi Arabia 332.037
Total 332.037
Mitra GlobalGAVI The Vaccine Alliance 191.909
Nutrition International 4.781
Total 196.690
PemerintahAustralia 4.009.206
USA USAID 2.398.665
Selandia Baru 806.507
USA CDC 543.827
Jepang 227.616
Belanda 212.902
Indonesia 210.494
Swedia 202.518
Kanada 73.287
Total 8.685.022
Sumber tetapTotal 5.574.955
*angka dibulatkan ke atas
22 L A P O R A N T A H U N A N 2 0 1 7U N I C E F I N D O N E S I A 23
Adalah kehormatan bagi Signify Indonesia untuk bermitra dengan UNICEF
selama dua tahun terakhir. Sejak tahun 2016, melalui kampanye kami bertajuk
“Terangi Masa Depan”, kami mendukung program “Kembali ke Sekolah” dari
UNICEF yang bertujuan membantu anak usia sekolah kembali melanjutkan
pendidikan - atau mendaftar sekolah untuk pertama kali - dan tetap bersekolah.
Di Signify Indonesia, kami berpegang pada misi memperbaiki kehidupan
masyarakat sekitar melalui inovasi dan sumbangsih sosial untuk
masyarakat. Sebagai pemain terdepan bidang pencahayaan, kami
percaya cahaya memiliki potensi luar biasa untuk membuat kehidupan
lebih cerah dan dunia lebih baik. Kemitraan kami dengan UNICEF
adalah salah satu dari banyak cara untuk mewujudkan hal itu.
Tanggung jawab mengatasi tantangan yang dihadapi anak
Indonesia dalam hal pendidikan ada di pundak kita semua, hanya
dengan bekerjasama kita bisa menciptakan perubahan.
Rami Hajjar
Presiden Direktur
Signify Indonesia
Mencerahkan Masa Depan:MEMBANTU ANAK-ANAK
Donatur Kami
Pendidikan yang baik sangat penting bagi anak dan generasi muda. Sebagai orang dewasa, kita bertanggung jawab membantu pendidikan mereka. UNICEF dapat membantu untuk mewujudkannya. Berapapun nominalnya, dukungan Anda sangat berharga. Ingat, masa depan bangsa Indonesia ada di tangan anak-anak. Toha Saleh, donatur bulanan UNICEF sejak 2013
Kasih sayang tidak bisa dilihat atau didengar, melainkan hanya bisa dirasakan dengan hati. Kebahagiaan sederhana itulah yang saya rasakan saat melihat senyum anak-anak. Terima kasih UNICEF atas kesempatan yang diberikan kepada saya. Suryani, donatur bulanan UNICEF sejak 2015
Mendukung pendidikan anak adalah cara terbaik untuk memberikan anak kesempatan meraih masa depan cemerlang. Saat kecil, saya menerima dana bantuan pendidikan melalui UNICEF. Dana pendidikan ini bisa meraih lebih banyak anak yang membutuhkan agar mereka bisa mewujudkan cita-cita dan memajukan Indonesia. UNICEF adalah pilihan utama saya dalam berdonasi karena reputasinya sebagai salah satu organisasi paling kredibel di dunia dan yang dikenal atas upayanya melindungi serta memperjuangkan hak-hak anak di manapun mereka berada. Ronny Widjaja, donatur bulanan UNICEF sejak 2008
Anak-anak adalah masa depan bangsa. Berinvestasi untuk perkembangan anak, termasuk membantu mereka tumbuh sejahtera, sehat dan terdidik akan memudahkan mereka kelak dalam meraih peluang dan menjadi sosok mandiri serta berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Leonardo Sambodo, donatur bulanan UNICEF sejak 2008
Kisah ini bermula saat saya resmi menjadi donatur, di salah satu satu pusat perbelanjaan Jakarta. Seorang relawan UNICEF meminta waktu saya dan mulai menjelaskan program UNICEF. Entah mengapa, saya memutuskan berhenti sejenak dan menyimak. Ada banyak kegiatan penggalangan dana, namun baru kali itu saya tertarik. Mungkin, naluri sebagai ibu tergerak. Sedih rasanya mendengar banyak anak tidak seberuntung anak-anak lain yang lebih sehat, sejahtera, dan memiliki keluarga. Akhirnya, saya putuskan bergabung sebagai donatur UNICEF dengan donasi otomatis dari kartu kredit setiap bulan. Sempat lupa dan jarang mengecek surel, saya baru sadar UNICEF rajin mengirim kabar kegiatan dan capaiannya setiap bulan. Saya senang dan tersentuh melihat niat baik ini dan bahwa donasi saya dapat berguna bagi anak-anak rentan di Indonesia. Terima kasih, UNICEF. Lanjutkan misi muliamu. Hernita Dwi Ariesandhy, donatur bulanan UNICEF sejak 2017
24 A N N U A L R E P O R T 2 0 1 7U N I C E F I N D O N E S I A 27
Akses toko aplikasi di ponsel Anda (Google Play Store atau Apple App Store), lalu unduh aplikasi pembaca/pemindai kode QR.
Buka aplikasi, lalu arahkan kamera ponsel pada kode yang tercantum. Tunggu satu hingga dua detik. Halaman situs sesuai kode yang dipindai akan muncul.
BAGAIMANA MENGGUNAKANKODE QR
With UNICEF funding and technical guidance, the diocese and the local government pledged to work together in 12 of the regency’s 36 parishes to bring more children out from the shadows.
Karolina Klong smiles as she finalizes the paperwork needed to register her son.
© UNICEF Indonesia/2017/Cory Rogers
28 U N I C E F I N D O N E S I A
UNICEF World Trade Centre 6, lantai 10 Jl. Jenderal Sudirman Kav. 31 Jakarta 12920, Indonesia
Tel. (021) 2996 8000
Fax. (021) 571 1326
Email [email protected]
Website www.unicef.or.id