laporan tahunan 2013 -...
TRANSCRIPT
LAPORAN TAHUNAN 2013
1
LAPORAN TAHUNAN 2013
2
LAPORAN TAHUNAN 2013
3
PENGANTAR
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu
terbentuk pada tanggal 14 Juni 2001 sesuai SK. Menteri
Pertanian RI No.350/Kpts/OT.210/6/ 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPTP. Sebelum menjadi BPTP instansi ini
dulunya berasal dari Proyek Informasi Pertanian (PIP) Bengkulu sejak tahun 1985 yang merupakan Proyek dari
Badan DIKLATLUH yang di koordinir oleh Kantor Wilayah
Departemen Pertanian Propinsi Bengkulu. PIP kemudian berubah menjadi Balai Informasi Pertanian (BIP) sesuai
dengan SK. Mentan No.26/Kpts/OT.210/I/92 tanggal 17 Juni 1992 tentang Organisasi dan Tata kerja Balai Informasi Pertanian. Perubahan nama kembali terjadi
dari BIP menjadi Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP) dengan SK. Mentan No.798/Kpts/OT.210/12/94 tanggal 13 Desember 1994 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai dan Loka Pengkajian Teknologi Pertanian.
Keberadaan BPTP ini membuka peluang yang lebih besar bagi tersedianya teknologi maju untuk mendukung pembangunan pertanian di Propinsi Bengkulu yang sesuai
dengan kebijakan, kondisi sumberdaya alam dan sumberdaya riset, sosial ekonomi pertanian dan budaya masyarakat setempat. Untuk mendukung pencapaian sasaran
pembangunan pertanian di Provinsi Bengkulu, BPTP Bengkulu selama Tahun
Anggaran (TA) 2013 telah melaksanakan berbagai kegiatan pengkajian untuk mendapatkan paket teknologi spesifik lokasi. Selain melaksanakan pengkajian, BPTP
juga melakukan kegiatan diseminasi hasil pengkajian dan mempercepat transfer teknologi kepada pengguna melalui kegiatan seminar, lokakarya, workshop, temu
lapang, ekspose atau pameran serta publikasi di media cetak dan elektronik.
Laporan tahunan ini juga menyajikan informasi mengenai kegiatan yang dilakukan selama tahun 2013 dengan pembiayaan dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) BPTP Bengkulu No.018.09.2.633996/2013 tanggal 5 Desember 2012 Laporan ini sekaligus juga menyajikan ringkasan hasil-hasil pengkajian dan diseminasi selama
TA. 2013. Terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi aktif dalam pembuatan laporan ini.
Bengkulu, Desember 2013
Kepala Balai,
Dr. Ir. DEDI SUGANDI, MP
NIP. 19590206 198603 1002
DAFTAR ISI
LAPORAN TAHUNAN 2013
4
PENGANTAR ..........................................................................................
DAFTAR ISI ...........................................................................................
DAFTAR TABEL ......................................................................................
I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1.1. Gambaran Umum......................................................................
1.2. Sumberdaya Pengkajian dan Diseminasi..................................... 1.3. Visi, Misi dan Strategi Utama......................................................
1.4. Sasaran Utama dan Tujuan........................................................
1.5. Program Utama BPTP Bengkulu..................................................
II. REFORMASI BIROKRASI.................................................................... 8 2.1. Pengembangan Kapasitas Lembaga………….................................
2.2. Kondisi dan Kompetensi Sumber Daya Manusia...........................
2.3. Budaya Kerja............................................................................
III. SARANA DAN PRASARANA................................................................. 32 3.1. Barang Tidak Bergerak..............................................................
3.2. Barang Bergerak.......................................................................
IV. KINERJA HASIL KERJASAMA DAN PELAYANAN PENGKAJIAN ................
4.1. Urusan Pelayanan Pengkajian....................................................... 4.1.1. Laboratorium tanah......................................................... 34
4.1.2. Perpustakaan.................................................................. 4.1.3. Laboratorium Diseminasi..................................................
4.1.4. Laboratorium Pascapanen................................................
4.1.5. Laboratorium Rumah Kaca................................................ 4.2. Kerjasama Pengkajian dan Diseminasi........................................
4.3. Urusan Perencanaan dan Program.............................................. 4.4. Evaluasi dan Pelaporan..............................................................
V. ANGGARAN.......................................................................................
VI. INTISARI HASIL KEGIATAN............................................................... 6.1. Kegiatan Pengkajian..................................................................
6.1.1. Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian Kabupaten Bengkulu Tengah Skala 1 : 50.000....................................
6.1.2. Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian Peningkatan
Produksi Padi Melalui SL-PTT di Provinsi Bengkulu.............. 6.1.3. Integrasi Tanaman Kopi Dengan Ternak Sapi di Kabupaten
Rejang Lebong................................................................ 6.1.4. Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Aneka Produk
Tanaman Pangan dan Hortukultura Lokal Unggulan
Pangan dan Hortikultura Lokal Unggulan Bengkulu............. 6.1.5. Pengkajian Teknologi Pengendalian Hama Penggerek Buah
Kakao (PBK) di Provinsi Bengkulu...................................... 6.1.6. Pengelolaan Sumberdaya Genetik.....................................
Halaman i
ii
iv
1 1
2 4
6
6
9 9
10
17
21 21
21
23
23 23
25 26
29
31 31
35 36
38
40 40
40
43
49
53
57 61
LAPORAN TAHUNAN 2013
5
6.1.7. Pengkajian Pengelolaan Lahan Sub Optimal Untuk Mendukung Swasembada Pangan di Provinsi Bengkulu.......
6.1.8. Model Akselerasi Pembangunan Pertanian Ramah
Lingkungan (M-AP2RL) dengan Pendekatan Analisis Modelling Mendukun Desentralisasi Rencana Aksi
(Decentralized Action LAN/DAP) Peningkatan Produksi Padi di Provinsi Bengkulu..................................................
6.1.9. Mapping Potensi BBI dan BBU dalam Penyediaan Benih Berkualitas di Provinsi Bengkulu........................................
6.1.10. Model Pengembangan Pertanian Perdesaan (MP3MI)
Berbasis Jeruk di Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu...... 6.2. Kegiatan Diseminasi..................................................................
6.2.1. Komunikasi (Sosialisasi, Temu Informasi, Pameran, Melatih di BPP)................................................................
6.2.2. Penyusunan Bahan Diseminasi dan Publikasi Hasil
Penelitian dan Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi lalui Siaran TV, Radio, Cetakan.........................................
6.3. Kegiatan Pendampingan............................................................ 6.3.1. Demfarm Kedelai.............................................................
6.3.2. Kalender Tanam Terpadu ................................................ 6.3.3. Pendampingan SL-PTT Padi di Provinsi Bengkulu...............
6.3.4. Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari M-
KRPL) pada Berbagai Agroekosistem di Provinsi Bengkulu... 6.3.5. Model Pengembangan Pertanian Pedesaan melalui Inovasi
(M-P3MI) Komoditas Kentang Merah................................. 6.3.6. Diseminasi Model Pengembangan Pertanian Pedesaan
melalui Inovasi (m-P3MI) Berbasis Integrasi Sapi-Padi
di Provinsi Bengkulu......................................................... 6.3.7. Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di
Provinsi Bengkulu............................................................ 6.3.8. Pendampingan Swasembada Daging Sapi Kerbau di
Provinsi Bengkulu............................................................
6.3.9. Penyediaan dan Percepatan Penyebaran VUB Melalui UPBS di Provinsi Bengkulu.........................................................
VII. PENUTUP..........................................................................................
VIII. KINERJA HASIL..............................................................................
65
66
70
73 75
75
83
85 85
87 89
91
94
100
105
108
112
115
116
LAPORAN TAHUNAN 2013
6
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Program Pengkajian dan Pengembangan Pertanian BPTP Bengkulu
Tahun 2013..................................................................................
2. Keragaan Pegawai BPTP Bengkulu Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tahun 2013..................................................................................
3. Pengembangan SDM BPTP Bengkulu Pelaksanaan Diklat Fungsional,
Peneliti, Penyuluh dan lain-lain tahun 2013.....................................
4. Keikutsertaan dalam Workshop/Simposium/Seminar/Sosialisasi
sampai dengan 31 Desember 2013.................................................
5. PNS BPTP Bengkulu yang sedang mengikuti program pendidikan
jangka panjang sampai dengan Desember 2013 .............................
6. Rekaputulasi Hasil Pengolahan Data Rinci Dibedakan Berdasarkan
laki-laki dan perempuan.................................................................
7. Rekapitulasi Barang Tidak Bergerak................................................
8. Rekapitulasi Barang Bergerak.........................................................
9. Koleksi Buku Perpustakaan BPTP Bengkulu per 31 Desember
2013............................................................................................
10. Rekapitulasi Produksi Media Cetak laboratorium Diseminasi Tahun
2013............................................................................................
11. Judul, Materi dan Narasumber pengisi Siaran Perdesaan..................
12. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Belanja Tahun 2013............
13. Judul leaflet yang dicetak pada Tahun 2013....................................
14. Evaluasi dan Analisis Akuntansi Kinerja Tahun 2013.........................
Halaman
7
11
11
12
16
18
22
22
26
28
34
38
83
117
LAPORAN TAHUNAN 2013
7
I PENDAHULUAN
1.1. Gambaran Umum
Tugas pokok BPTP Bengkulu adalah melaksanakan pengkajian dan
perakitan teknologi tepat guna spesifik lokasi. Adapun fungsi dari BPTP
Bengkulu adalah: 1) Inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi
pertanian, 2) Pengkajian dan perakitan teknologi pertanian, 3) Penyiapan
paket teknologi untuk penyuluhan pertanian, 4) Pelayanan teknik kegiatan
pengkajian dan 5) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai.
Pengkajian dilaksanakan berdasarkan identifikasi kebutuhan teknologi
dan diprioritaskan pada komoditas unggulan nasional dan daerah. Pengkajian
dan diseminasi hasil pengkajian dilaksanakan secara sinergis, efektif dan
efisien sesuai dengan kondisi agroekosistem dan sosial budaya masyarakat
Bengkulu. Tujuan dari diseminasi adalah untuk mempercepat adopsi dan
difusi inovasi teknologi yang dihasilkan. Manfaat dari adopsi dan difusi
teknologi adalah peningkatan produktivitas, produksi dan nilai tambah produk
pertanian secara berkelanjutan, sehingga berdampak terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat tani.
Kondisi lingkungan internal maupun ekternal selalu berubah dan
dinamis seiring dengan perjalanan waktu. BPTP Bengkulu telah mengemban
rencana strategis untuk mengantisipasi perubahan dan dinamika lingkungan
dalam kurun waktu 2010-2014. Rencana strategis diperlukan sebagai
panduan dalam pelaksanaan seluruh program dan kegiatan BPTP Bengkulu
dalam mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan.
Rencana strategis disusun secara rasional, ringkas, jelas, akurat,
terukur, dan dapat dicapai pada kurun waktu tertentu (5 tahun). Struktur
rencana strategis secara komprehensif dijabarkan dalam visi, misi, strategi
utama, sasaran utama, tujuan dan program serta indikator kinerja utama
tahunan. Sebagai wujud dari pertanggung jawaban pelaksanaan rencana
LAPORAN TAHUNAN 2013
8
kerja tahunan 2013, disusun laporan tahunan dengan rincian sebagai berikut:
(i) pendahuluan meliputi gambaran umum kinerja sumberdaya pengkajian,
diseminasi, visi dan misi dan program utama tahun 2013, (ii) reformasi
birokrasi, (iii) sarana dan prasarana, (iv) kinerja hasil kerjasama dan
pengkajiana, (v) anggaran dan (vi) intisari hasil kegiatan tahun 2013.
1.2. Sumberdaya Pengkajian dan Diseminasi
BPTP Bengkulu dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.
16/Permentan/OT.140/3/2006 tanggal 1 Maret 2006. BPTP Bengkulu
dikoordinir secara langsung oleh Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian (BBP2TP). BPTP Bengkulu dipimpin oleh pejabat
struktural Eselon IIIa sebagai Kepala Balai dan dibantu oleh dua pejabat
struktural Eselon IVa yaitu Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Kepala Seksi
Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP). Wilayah kerja BPTP Bengkulu
meliputi 9 kabupaten dan kota, yaitu Kabupaten Mukomuko, Lebong,
Bengkulu Utara, Rejang Lebong, Kepahiang, Bengkulu Tengah, Seluma,
Bengkulu Selatan, Kaur dan Kota Bengkulu.
Keberadaan BPTP Bengkulu membuka peluang yang lebih besar bagi
tersedianya teknologi spesifik lokasi untuk mendukung pembangunan
pertanian di Provinsi Bengkulu yang sesuai dengan kebijakan, kondisi
sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, sosial ekonomi dan budaya
masyarakat Bengkulu.
Kekuatan
Ketersediaan SDM dan fasilitas`pendukung yang berupa alat
transportasi, laboratorium, perpustakaan, rumah kaca dan klinik agribisnis
memainkan peran yang sangat strategis dalam mendukung program
pembangunan pertanian daerah dan nasional. Kelengkapan database wilayah
yang penting seperti peta AEZ dan status kesuburan lahan, paket
rekomendasi teknologi, serta sumber referensi digital, memposisikan BPTP
LAPORAN TAHUNAN 2013
9
sebagai salah satu pilar sumber informasi perkembangan teknologi pertanian
di Provinsi Bengkulu.
Dengan program peningkatan kompetensi SDM yang terus
ditingkatkan, keberadaan BPTP Bengkulu semakin diperhitungkan oleh
Pemerintah Daerah Bengkulu yang tercermin dengan semakin bertambahnya
peran strategis dalam pengawalan dan pendampingi program strategis
nasional dan daerah seperti pendampingan program SL-PTT, PSDSK, dan
kawasan hortikultura.
Kelemahan
Ketersediaan SDM yang berkualitas, dana yang memadai, dan
managemen yang baik merupakan komponen penting dalam pelaksanaan
pengkajian dan perakitan teknologi tepat guna spesifik lokasi serta diseminasi
hasil pengkajian. Tiga komponen tersebut saling mengunci satu dengan yang
lainnya, sehingga jika ada salah satu komponen yang kurang optimal akan
berpengaruh terhadap kinerja dari komponen lainnya. Kurang tersedianya
SDM dan dana merupakan komponen yang paling sering menjadi faktor
pembatas dalam pelaksanaan dan pencapaian tugas suatu intisari di BPTP
Bengkulu sebagai berikut 14 orang peneliti, 6 orang penyuluh, 16 orang
calon peneliti dan 2 orang calon penyuluh, 2 orang teknisi dan 38 orang
administrasi.
Wilayah kerja BPTP Bengkulu yang luas dengan keragaman
agroekosistem, sosial-ekonomi dan budaya masyarakat menuntut tersedianya
SDM dan dana yang cukup besar. Anggaran Belanja BPTP Bengkulu tahun
2013 sebesar Rp.11.119.309.000, dengan komposisi belanja gaji
Rp.4.296.708.000, barang Rp.4.966.691.000, dan modal Rp.1.855.910.000.
Kondisi ini dirasakan masih belum proporsional sehingga masih perlu
ditingkatkan guna tercapainya harapan para pemangku kebijakan
(stakeholders di daerah).
LAPORAN TAHUNAN 2013
10
Isu-Isu Strategis
Pekembangan isu strategis yang berpeluang dalam peningkatan peran
BPTP Bengkulu diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Perhatian Pemerintah Daerah terhadap kemajuan pembangunan
pertanian di Bengkulu semakin meningkat seiring dengan program
otonomi dan pemekaran daerah.
2. Kegiatan sektor pertanian di Bengkulu belum sepenuhnya mengadopsi
teknologi yang telah dihasilkan/direkomendasikan oleh BPTP Bengkulu.
3. Pesatnya perkembangan teknologi informasi, memungkinkan proses
produksi dan distribusi inovasi pertanian dapat dilakukan lebih cepat dan
tepat sasaran.
Isu-isu strategis lainnya juga memberikan tantangan bahkan ancaman
bagi pengkajian dan diseminasi ke depan diantaranya adalah:
1. Sebagai UPT Pusat di daerah, BPTP bertugas melakukan pendampingan
program strategis KEMENTAN yang cenderung meningkat, selain
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
2. Pertambahan penduduk berimplikasi pada meningkatnya kebutuhan
produk pertanian yang harus dihasilkan dari lahan yang semakin
terbatas, sehingga memerlukan penyesuaian strategi pengkajian dan
diseminasi inovasi yang lebih baik.
3. Diratifikasinya piagam ASEAN (ASEAN Charter) oleh DPR-RI pada tanggal
8 Oktober 2008 berdampak pada peningkatan persaingan kualitas,
kuantitas dan harga produk-produk pertanian, sehingga diperlukan
inovasi teknologi untuk meningkatkan daya saing.
4. Perubahan iklim global berdampak langsung pada produksi pertanian
sehingga menuntut penataan ulang sistem pertanian.
LAPORAN TAHUNAN 2013
11
1.3. Visi, Misi dan Strategi Utama
1.3.1. Visi
Sejalan dengan Visi Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian tahun 2010-2014, untuk menjadi lembaga pengkajian
dan pengembangan inovasi pertanian tepat guna bertaraf internasional,
maka visi BPTP Bengkulu adalah:
“Pada Tahun 2013 BPTP Bengkulu menjadi lembaga pengkajian terdepan
penghasil dan penyedia teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi
untuk menunjang pembangunan pertanian di Bengkulu”.
1.3.2. Misi
1. Menghasilkan dan menyediakan teknologi pertanian spesifik lokasi
kepada pengguna.
2. Meningkatkan kemitraan dengan pemerintah daerah/kabupaten, intitusi
terkait dan swasta dalam pemberdayaan petani
3. Meningkatkan kapasitas SDM dan fasilitas pendukung pengkajian dan
diseminasi.
4. Memberikan bahan masukan kepada Pemerintah Daerah dalam
penyusunan kebijakan pertanian.
5. Mempercepat transfer teknologi pertanian kepada pengguna dan
memperoleh umpan balik kepada stakeholders bagi penajaman program
pengkajian teknologi pertanian berikutnya.
1.3.3. Strategi Utama
Beranjak dari visi dan misi yang ada, strategi utama BPTP Bengkulu
Optimalisasi sumberdaya internal/eksternal untuk peningkatan kapasitas
institusi.
Meningkatkan intensitas dan efektifitas koordinasi antara BPTP dengan
BBP2TP, Puslit/BB/LRPI dan Balit serta dengan berbagai lembaga penelitian
pertanian dari dalam dan luar negeri;
- Mendapatkan dan mendistribusikan inovasi teknologi dan kelembagaan
untuk mendukung pembangunan pertanian Provinsi Bengkulu.
- Membangun sistem manajemen mutu untuk semua lini kegiatan.
LAPORAN TAHUNAN 2013
12
1.4. Sasaran Utama dan Tujuan
1.4.1. Sasaran Utama
Sasaran utama BPTP Bengkulu pada tahun 2013 yang ingin dicapai
adalah:
1. Tersedianya teknologi pertanian unggulan spesifik lokasi.
2. Meningkatnya penyebarluasan (diseminasi) teknologi pertanian.
3. Meningkatnya kerjasama nasional dan internasional (di bidang
pengkajian, diseminasi dan pendayagunaan inovasi pertanian).
4. Meningkatnya sinergi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi
pertanian.
5. Meningkatnya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi
pertanian.
1.4.2. Tujuan
1. Meningkatkan ketersediaan teknologi pertanian unggulan spesifik lokasi.
2. Meningkatkan penyebarluasan teknologi pertanian unggulan spesifik
lokasi.
3. Meningkatnya kapasitas dan kompetensi pengkajian dan pengembangan
inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi.
1.5. Program Utama BPTP Bengkulu
Untuk mencapai sasaran utama dan tujuan di atas, pada tahun 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu merencanakan 6
program utama: 1) Penelitian, pengkajian dan pengujian inovasi pertanian
spesifik lokasi Bengkulu; 2) Pengkajian dan penelitian inovasi pertanian
unggulan Provinsi Bengkulu; 3) Percepatan pengembangan sumberdaya
informasi, komunikasi, diseminasi dan penjaringan umpan balik inovasi
pertanian spesifik lokasi; 4) Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian
Berbasis inovasi Pertanian; 5) Kerjasama kemitraan penelitian, pengkajian
dan pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi; 6) Pendampingan
program strategis pembangunan pertanian.
LAPORAN TAHUNAN 2013
13
Program tersebut dijabarkan dalam 8 sub program sebagaimana diuraikan
dalam langkah operasional.
Langkah Operasional
Agar program utama dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan
sasaran yang ditetapkan maka ditetapkan kebijakan operasional sebagai
berikut: 1) Rayonisasi dalam proses perencanaan, monitoring dan evaluasi;
2) Pembentukan tim pendukung manajemen sesuai kebutuhan; dan 3)
Penetapan indikator kinerja utama untuk masing-masing program.
Langkah operasional dari program pengkajian dan pengembangan
pertanian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Program Pengkajian dan Pengembangan Pertanian BPTP Bengkulu Tahun
2013.
No Program Sub Program Indikator Kinerja Utama
1.
Penelitian,
pengkajian dan pengujian inovasi
pertanian spesifik
lokasi Bengkulu.
Peneltian,
pengkajian dan pengujian spesifik
lokasi yang lebih
dibutuhkan petani.
Informasi dan umpan balik
dari calon pengguna yang
menjadikan penelitian di BPTP Bengkulu lebih fokus.
Paket hasil penelitian dan
pengkajian spesifik lokasi
yang siap didiseminasikan.
2.
Pengkajian dan
penelitian inovasi pertanian unggulan
Provinsi Bengkulu.
Peningkatan
pengkajian dan penelitian inovasi
pertanian unggulan
Provinsi Bengkulu.
Menghasilkan paket
rekomendasi teknologi unggulan Provinsi Bengkulu.
3.
Percepatan
pengembangan
sumberdaya informasi,
komunikasi, diseminasi dan
penjaringan umpan balik inovasi
pertanian
spesifik lokasi.
Optimasi
pengembangan
sistem informasi diseminasi inovasi
pertanian. Pengembangan
diseminasi partisipatif.
Optimasi
penyebaran benih/bibit, dan
jasa analisis/uji.
Makin beragamnya media
diseminasi yang digunakan
BPTP. Kegiatan diseminasi yang
lebih efektif dalam mensosialisasikan hasil
pengkajian.
Nilai PNBP BPTP meningkat
dua kali lipat sampai tahun
2014.
4.
Analisis kebijakan pembangunan
Analisis kebijakan pembangunan
Opsi kebijakan pembangunan pertanian wilayah yang
LAPORAN TAHUNAN 2013
14
No Program Sub Program Indikator Kinerja Utama
pertanian berbasis inovasi pertanian
pertanian yang bersifat antisipatif
dan responsif.
antisipatif dan responsif.
5.
Pendampingan program strategis
pembangunan pertanian
Pendampingan program strategis
kementerian pertanian dan
program
pembangunan pertanian daerah.
Integrasi program BPTP
dengan program Kemtan semakin baik.
Integrasi program BPTP
dengan program daerah semakin baik.
LAPORAN TAHUNAN 2013
15
II. REFORMASI BIROKRASI
2.1. Pengembangan Kapasitas Lembaga
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan
berkualitas BPTP Bengkulu sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan
Litbang Pertanian berkewajiban melaksanakan kebijakan reformasi birokrasi
yang telah diimplementasikan secara nasional baik di lembaga-lembaga
maupun instansi pemerintah secara berkelanjutan. Sesuai dengan semangat
reformasi dan birokrasi setiap UPT dituntut untuk memiliki standar
performance sesuai standar mutu dalam bidang pelayanan publik, BPTP
Bengkulu telah melaksanakan reformasi birokrasi sejak 1 Juli 2010 atas
arahan Badan Litbang Pertanian untuk menerapkan sertifikasi ISO 9001 :
2008.
Reformasi birokrasi menuntut adanya perubahan kultur dalam budaya
bekerja, salah satunya adalah disiplin pegawai dalam kehadiran dengan
mentaati jam kerja yang telah disepakati. Untuk mendukung hal tersebut,
BPTP Bengkulu telah menerapkan sistem absensi mesin hand key untuk
meningkatkan disiplin kerja. Hasil absensi secara berkala dilaporkan ke
BBP2TP dan Badan Litbang Pertanian. Pelaksanaan disiplin pegawai Negeri
Sipil (PNS) juga mengacu kepada Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010
Pasal 3 butir 11 “ Setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS) wajib masuk kerja dan
mentaati jam kerja”.
Komitmen Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 juga diatur
dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 06/PERMENTAN/OT.140/1/2010
tanggal 22 Januari 2010 tentang pedoman peningkatan disiplin pegawai. PNS
adalah abdi Negara diharapkan dapat memiliki sikap, tindakan dan perilaku
yang dapat menginisiasi terciptanya aparatur negara efisien, hemat dan
disiplin tinggi serta anti KKN.
LAPORAN TAHUNAN 2013
16
2.2. Kondisi dan Kompetensi Sumber Daya Manusia
Sumberdaya manusia sebagai salah satu input dalam indikator kinerja
BPTP Bengkulu memiliki peran yang sangat strategis dalam mendukung
kinerja BPTP menuju institusi yang akuntabel. Perencanaan, pembinaan dan
pengembangan SDM. BPTP Bengkulu yang berkualitas akan memberikan
dampak langsung terhadap perbaikan potensi, kinerja dan dorongan untuk
meningkatkan kompetensi institusi. Keberhasilan pengembangan SDM ini
pada akhirnya akan meningkatkan kinerja pelaksanaan pengkajian dan
diseminasi serta manajemen institusi.
BPTP Bengkulu perlu didukung oleh sumberdaya manusia yang
berkualitas agar mampu melaksanakan tugas dan fungsi untuk melakukan
pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian sesuai dengan tugas dan
fungsi serta Visi dan Misi BPTP sebagai lembaga pengkajian terdepan.
BPTP Bengkulu pada tahun 2013 didukung oleh 78 orang pegawai
yang terdiri dari 14 orang peneliti, 6 orang penyuluh, 16 calon peneliti, 2
orang teknisi dan 38 orang staf (administrasi, kebersihan, pengemudi dan
keamanan). Keragaan SDM BPTP berdasarkan pendidikan disajikan pada
tabel 2 dengan sebaran terbesar tingkat pendidikan Pegawai BPTP Bengkulu
didominasi pada tingkat strata 1 (S1) 34.61 % dengan komposisi sebagai
tenaga fungsional penyuluh pertanian, peneliti pertama dan peneliti non
kelas, selanjutnya jabatan non fungsional atau tenaga administrasi
didominasi oleh tingkat SLTA (35.90 %) sebagai tenaga administrasi dan
ketatausahaan, sebaran keragaan PNS BPTP seperti pada Tabel 2.
LAPORAN TAHUNAN 2013
17
Tabel 2. Keragaan Pegawai BPTP Bengkulu Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2013.
No Pendidikan Jumlah (orang) Persen (%)
1. S3 4 5.13
2. S2 10 12.82
3. S1 27 34.61
4. D4 - -
5. D3 6 7.70
6. SLTA 28 35.90
7. SLTP 3 3.84
Jumlah 78 100
Peningkatan kualitas dan pembinaan manajemen sumberdaya
manusia BPTP Bengkulu dilakukan melalui kegiatan 1) Perencanaan dan
pengembangan pegawai antara lain: pelatihan jangka panjang (sekolah biaya
Negara dan biaya sendiri), pelatihan jangka pendek, Ujian Dinas/persamaan
Ijazah, Penerimaan pegawai dan pemutakhiran database SIMPEG. 2) Mutasi
Kepegawaian meliputi: Kenaikan pangkat regular maupun fungsional,
pemrosesan DP3 pegawai, Penyesuaian Ijazah, impassing gaji dan proses
cuti.
Dalam rangka peningkatan kompetensi dan pengalaman karyawan
BPTP Bengkulu pada tahun 2013 telah mengikutsertakan kepada pegawai
untuk mengikuti berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan jangka pendek
seperti kursus, seminar, lokakarya dan symposium yang diadakan oleh Badan
Litbang Pertanian maupun institusi-institusi lain (LIPI).
Tabel 3. Pengembangan SDM BPTP Bengkulu Pelaksanaan Diklat Fungsional, Peneliti, Penyuluh dan lain-lain Tahun 2013.
No Jenis Diklat/Pelatihan Tanggal
Pelaksanan Tempat Jumlah
1. Pelatihan bahasa Inggris klas IBT Preparation Tingkat Intermediate
17 Februari s/d 18 April 2013 (2 bulan)
Bogor 1 orang
2.
Diklat Fungsional Peneliti Tk. Pertama kelas IPA
17 Februari s/d 9 Maret 2013 (8 minggu )
Bogor
2 orang
3. Diklat Fungsional Peneliti Tk. Pertama kelas IPA Gel. III
28 Februari s/d 21 Maret 2013 (3 minggu)
Bogor 1 orang
4. Diklat Teknis perencanaan bagi Petugas Angkatan I dan II
11 s/d 20 Maret 2013 (1 minggu)
Bogor
1 orang
5. Diklat Fungsional Peneliti Tk. Pertama kelas IPA
24 Maret s/d 13 April 2013 (3 minggu)
Bogor 2 orang
LAPORAN TAHUNAN 2013
18
6. Diklat Fungsional Penyuluh Ahli 22 April s/d 11 Mei 2013 (2 minggu)
Bogor 1 orang
7. Pelatihan Manajemen Sistem Produksi Padi Berkelanjutan bagi Penyuluh
24 April s/d 4 Mei 2013 (1 minggu)
Bogor 1 orang
8. Mengikuti TOEFL IBT 26 s/d 28 Mei 2013 Jakarta 1 orang
9. Pelatihan Bahasa Inggris 3 September s/d 30 Oktober 2013
Bogor
1 orang
10. Diklat Fungsional Peneliti Tk. Pertama klas IPS
8 s/d 28 September 2013
Bogor 2 orang
11.
Diklat Fungsional Tk.I klas IPA/IPS IPT tahun 2013
24 Nopember s/d 14 Desember 2013
Bogor
1 orang
12.
Diklat Analisis Kepegawaian
Tingkat Keahlian dan Ketermpilan
14 s/d 27 Nopember
2013
Bogor 1 orang
13.
Diklat Analisis Kepegawaian Tingkat Terampil
22 Nopember s/d 4 Desember 2013
Bogor 1 orang
Tabel 4. Keikutsertaan dalam Workshop/Simposium/Seminar/Sosialisasi sampai dengan 31 Desember 2013.
No Jenis Kegiatan Tanggal
Pelaksanaan Tempat Jumlah
1. Rekonsiliasi BMN SM.II TA. 2012 2 Januari 2013 Bengkulu 1 orang
2. Rekonsiliasi Data SAI dengan SAU periode Desember 2012
3 Januari 2013 Bengkulu 1 orang
3. Pertemuan Kelompok Wanita Tani MKRPL
21 Februari 2013 Kota Bengkulu
1 orang
4. Pelaksanaan Ujian Kenaikan Pangkat Penyesuaian Ijazah
18 s/d 23 Februari 2013
Bogor 1 orang
5. Rakernas PERHIPTANI tahun 2013 19 s/d 24 Februari 2013
Jakarta 1 orang
6. Pertemuan Regional Peneliti, Penyuluh dan Perekayasa tahun 2013
20 s/d 24 Februari 2013
Medan Sumut
10 orang
7. Diklat Teknis Perencanaan bagi Petugas Angkatan I dan II
11 s/d 20 Maret 2013
Bogor
1 orang
8. Apresiasi PUAP 2013 9 April s/d 11 April 2013
Palembang 1 orang
9. Panen Raya Padi Sawah Musim Tanam 2012/2013
9 April 2013 Kelurahan Kandang Limun Bengkulu
1 orang
10. Sosialisasi Pengembangan Jabatan Fungsional Pengembangan Mutu Hasil Pertanian (PMHP)
10 April 2013 Bengkulu 2 orang
11. Sosialisasi Pengembangan Jabatan Fungsional Pengembangan Mutu Hasil Pertanian (PMHP)
10 April 2013
Bengkulu
1 orang
12. Pembukaan dan Nara Sumber Sekolah Lapang Iklim 2 (SL12)
9 April 2013 Bengkulu 4 orang
13. Workshop Pengembangan SDM dan Revitalisasi Kebun Percobaan Lingkup BBP2TP
17 April s/d 20 April 2013
Bangka Belitung
4 orang
LAPORAN TAHUNAN 2013
19
14. Evaluasi Proposal Kegiatan UK/UPT TA.2014 Lingkup Badan Litbang Pertanian
13 s/d 15 Mei 2013
Sukabumi Jabar
1 orang
15. Acara Joint Workshop Penyusunan Centralized Action Plan (DAP) untukPengembangan Model Perencanaan Pertanian Ramah Lingkungan (M-P3RL)
8 s/d 11 Mei 2013
Sukabumi 1 orang
16. Pembinaan SPIP Lingkup KEMTAN untuk wilayah Indonesia Bagian Barat
22 s/d 24 Mei 2013
Bandung 1 orang
17. Diklat Teknisi Penulisan KTI 16 s/d 21 Juni 2013
Bengkulu
4 orang
18. konsultasi Pengelolaan Tanaman Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS)
18 s/d 20 Juni 2013
Yogyakarta
1 orang
19. Koordinasi dan Sinkro nisasi Tata Kelola PNBP menuju Pengelolaan Keuangan Negara Yang Lebih Berkualitas
18 s/d 20 Juni 2013 Juni 2013
Yogyakarta
2 orang
20. - Penyusunan RKAKL, Pagu Indikatif - Mengikuti sosialisasiPMK tentang
penyusunan penelaahan RKAKL penelaahan RKAKL dan Finalisasi RKAKL TA.2014 Lingkup Badan Litbang Pertanian
24 s/d 25 Juni 2013
Badan Litbang Pertanian
2 orang
21. Ujian Dinas Tk. I 24 s/d 28 Juni 2013
Bogor 2 orang
22. Open House dalam rangka Temu Teknologi padi
2 s/d 4 Juli 2013 Balitpa Sukamandi Jawa Barat
1 orang
23. Pertemuan Gabungan Komisi Nasiona Sumberdaya Genetik
3 s/d 8 Juli 2013 Bandung 1 orang
24. Pertemuan Regional TPK-BPTP- Wilayah Bogor
4 s/d 8 Juli 2013 BBP2TP Bogor
4 orang
25. Workshop Akselarasi Pelaksanaan Kegiatan SMARTD
11 s/d 13 Juli 2013
Bogor 1 orang
26. Kerjasama Diseminasi Hasil dengan BPTP Sumatera Barat
22 s/d 24 Juli 2013
BPTP Sumbar Padang
3 orang
27. Konsultasi Kegiatan M-P3MI Jeruk dan mengikuti Temu Teknis Jabatan Fungsional Non Peneliti
20 s/d 23 Agustus 2013
Bogor 1 orang
28. Pelantikan Pejabat Struktural Badan Litbang Pertanian
21 s/d 22 Agustus 2013
Jakarta 1 orang
29. Rapat Kerja Khusus Badan Litbang Pertanian
23 s/d 25 Agustus 2013
Bogor
1 orang
30. Workshop Tengah Tahun Kegiatan Strategis Lingkup Balai Besar Pengkajian
26 s/d 28 Agustus 2013
Bogor
1 orang
31. Open House dan Seminar Inovasi Teknologi Florikultura
29 Agustus 2013 Cianjur Jawa Barat
1 orang
LAPORAN TAHUNAN 2013
20
32. Expo Nasional Inovasi Perkebunan (ENIP) 2013
30 Agustus s/d 2 September 2013
Jakarta Convention Center
1 orang
33. Workshop Tengah Tahun Kegiatan Strategis Lingkup Balai Besar Pengkajian
26 s/d 28 Agustus 2013
Cisarua Bogor
5 orang
34. Koordinasi Rencana Pelaksanaan LIPI Science Fair, Raflesia Beach Festival dan Bengkulu Expo
3 September 2013
Pemda Bengkulu
1 orang
35. Pelatihan bagi Petugas pendamping dan Pengurus Kelompok P2KP Kabupaten Bengkulu Selatan mengenai pemanfaatan pekarangan dg konsep kawasan Rumah Pangan Lestari di BP3K kecamatan Sulau yang akan dilaksanakan tanggal 11 September 2013
11 September 2013
Sulau Kab. Kaur
4 orang
36. Forum Koordinasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pertanian dengan tema “Evaluasi Implementasi Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian”
11 s/d 14 September 2013
Bekasi
1 orang
37. FGD 19 s/d 20 September 2013
Bogor
1 orang
38. semiloka tentang Status Riset dan Pengajaran Hutan dan Perubahan
Iklim serta pengembangan Jejaring Kerja Universitas dan Lembaga Penelitian regional Sumatera, di Bengkulu
19 s/d 20 September 2013
Bengkulu
3 orang
39. Seminar Nasional Lahan Suboptimal 19 s/d 22 September 2013
UNSRI Palembang
2 orang
40. International Conference on Tropical Horticulture (ICTH)
2 s/d 4 Oktober 2013
Yogyakarta
3 orang
41.
Workshop AEZ, Konsultasi Hasil Monitoring kegiatan Pengkajian BBP2TP
16 s/d 19 oktober 2013
Depok dan BBP2TP Bogor
1 orang
42. Pengurusan kontrak sertifikasi ISO 9001:2008 dan mengikuti Diklat Fungsional Peneliti Tingkat Pertama Kelas IPS di Pusbindiklat Peneliti LIPI
17 Oktober s/d 8 November 2013
Bogor 1 orang
43. Workshop tentang Pemantapan Implementasi M-P3MI dan Finalisasi Struktur Dinamika Sistem untuk M-AP2RL2
23 s/d 26 Oktober 2013
Semarang Jawa Tengah
2 orang
44. Penyusunan RKAKL Pagu Defenitif
22 s/d 28 Oktober 2013
BBP2TP Bogor dan Litbang Pertanian
1 orang
LAPORAN TAHUNAN 2013
21
45. Penyusunan RKAKL Pagu Defenitif
22 s/d 28 Oktober 2013
BBP2TP Bogor dan Badan Litbang Pertanian
2 orang
46. Mengikuti penyusunan RKAKL Pagu Defenitif
26 s/d 28 Oktober 2013
BBP2TP Bogor dan badan Litbang Pertanian
1 orang
47. Workshop Konsorsium Pengawalan SITT dan PSDSK
3 s/d 5 November 2013
Puslitbangnak Bogor
1 orang
48. Workshop Konsorsium Pengawalan SITT dan PSDSK Koordinasi dan Sinkronisasi Perencanaan Penganggaran Berbasis Kinerja di UPT Kemtan TA.2014
3 s/d 6 November 2013
Puslitbangnak Bogor
1 orang
49. Koordinasi dan Sinkronisasi Perencanaan Penganggaran Berbasis Kinerja di UPT Kementerian Pertanian TA. 2014
6 s/d 9 November 2013
Yogyakarta
1 orang
50. Sertifikasi Propesi Penyuluh Pertanian PNS Lingkup Badan Litbang Pertanian thn 2013
12 s/d 15 November 2013
Cinagara
1 orang
51. Padu Padan Pengawalan/ pendampingan SL-PTT Padi, Jagung
dan kedelai 2013
14 s/d 16 November 2013
Bogor 1 orang
52. Mengikuti Kegiatan Seminar Nasional Sains & Teknologi
18 s/d 21 November 2013
Bandar Lampung
1 orang
53. Dalam rangka memperkokoh jaringan kerja (networking) serta meningkatkan solidaritas Satlak IP
19 s/d 21 November 2013
Cianjur Jabar
2 orang
54. Narasumber dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lebong
19 Nov 2013 Kabupaten Lebong
1 orang
55. Pelaksanaan Mempromosikan Hasil-hasil Litkaji Diseminasi BPTP Bengkulu melalui Pekan Pertanian Spesifik Lokasi II
19 s/d 22 November 2013
Sulawesi Tenggara
1 orang
56. Training of Trainer (TOT) Analisis Sosek Kegiatan Diseminasi Hasil Litkaji bagi Penyuluh Pertanian Lingkup BBP2TP Tahun 2013
30 November s/d 9 Desember 2013
Yogyakarta
2 orang
57. Tenaga Pendamping pada Workshop Penyelesaian Laporan Akhir Model Akselarasi Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan Lestari (M-AP2RI.2), Sosialisasi Corporate Manajemen System (CMS) dan
Analisis Kebijakan (ANJAK)
1 s/d 6 Desember 2013
Tanjung Pinang
1 orang
58. Pembinaan Percepatan 2 s/d 5 IPB Bogor 1 orang
LAPORAN TAHUNAN 2013
22
Pemberantasan Korupsi”Komitmen Anti Korupsi Menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) lingkup Kementan
Desember 2013
59. Pembinaan Percepatan Pemberantasan Korupsi ”Komitmen Anti Korupsi Menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) lingkup Kementerian Pertanian”
2 s/d 5 Desember 2013
IPB Bogor 1 orang
60. Workshop Penyelesaian Laporan Akhir Model Akselarasi Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan Lestari (m-AP2RL.2), Sosialisasi Corporate Management System (CMS) dan Analisis Kebijakan (Anjak)
2 s/d 6 Desember 2013
Pontianak Kalbar
1 orang
61. Magang Diseminasi Pengembangan Kampung Ternak Unggas
3 s/d 7 Desember 2013
Balitnak Ciawi Bogor
1 orang
62. Magang Pengelolaan Situs Web BPTP Bengkulu
5 s/d 7 Desember 2013
Badan Litbang pertanian
1 orang
Selain meningkatkan kompetensi melalui pendidikan jangka pendek,
BPTP Bengkulu hingga tahun 2013 juga telah mengirimkan bebarapa
pegawai untuk mengikuti pendidikan jangka panjang (tugas belajar)
beasiswa program Strata 2 (S2) dan strata 3 (S3) serta pendidikan atas biaya
sendiri. PNS BPTP yang sedang mengikuti program pendidikan disajikan pada
Tabel 5.
LAPORAN TAHUNAN 2013
23
Tabel 5. PNS BPTP Bengkulu Mengikuti Program Pendidikan Jangka Panjang hingga Desember 2013.
No Nama / NIP Program/ jurusan
Universitas Tahun
Rencana Selesai
Keterangan
1. Andi Ishak, A.Pi, M.Si 197311211999031003
S3/ Sosek
IPB Bogor 2016 Beasiswa Badan
Litbang
Pertanian
2. Shannora Yuliasari,
STP, MP 197407312003122001
S3/
Ilmu Pangan
IPB Bogor 2014 Beasiswa
Badan Litbang
Pertanian
3. Ir. Miswarti 196508202000032001
S2/Ilmu Pertanian
UNPAD Bandung
2014 Beasiswa Badan
Litbang
Pertanian
4. Harwi Kusnadi, S.Pt
197611182008011007
S1/
Peternakan
UGM
Yogyakarta
2014 Beasiswa
Badan
Litbang
5. Rizal Efendi
197206052000031001
S1/
Ekonomi
UMB
Bengkulu
2014 Biaya sendiri
6. Bastian 197404021999031002
S1/ Ekonomi
UMB Bengkulu
2014 Biaya sendiri
7. Adianto, A.Md
197201031998031004
S1/Teknik
Informatika
UMB
Bengkulu
2014 Biaya sendiri
8. Waluyo, A.Md 197601112000031001
S1/Teknik Informatika
UMB Bengkulu
2014 Biaya sendiri
9. Sudarwati 197605192007012001
S1/ Agribisnis
UMB Bengkulu
2015 Biaya sendiri
10. Heryan Iswadi
198310102008121002
S1/
Agribisnis
UMB
Bengkulu
2015 Biaya sendiri
11. Johardi 197201102007011001
S1/ Agrbisnis
UMB Bengkulu
2015 Biaya sendiri
12. Robiyanto
19800103200710001
S1/
Peternakan
UMB
Bengkulu
2015 Biaya sendiri
13. Hendri Suyanto
197401012007011001
S1/
Agribisnis
UMB
Bengkulu
2015 Biaya sendiri
LAPORAN TAHUNAN 2013
24
2.3. Budaya Kerja
BPTP Bengkulu pada tahun 2013 telah melaksanakan budaya kerja
terhadap disiplin kehadiran pegawai sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.
53 Tahun 2010 Pasal 3 butir 11 “Setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS) wajib
masuk kerja dan mentaati jam kerja”. Berdasarkan hasil rekapitulasi
kehadiran pegawai dengan menggunakan system absensi elekronik terlihat
peningkatan kedisiplinan pegawai terhitung sejak bulan Februari 2013
dengan rata-rata persentase kehadiran sebelum jam 7.30 yaitu 72.67.
Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan perilaku
pegawai sebagai aparatur Negara agar dapat meningkatkan produktivitas dan
kreativitas kerja guna menghadapi berbagai tantangan dan masa mendatang.
Rekapitulasi Pengukuran IPNBK aparatur BPTP Bengkulu Tahun 2013 dapat
dilihat pada Tabel 6.
Upaya BPTP Bengkulu dalam melakukan perubahan dalam budaya
kerja adalah melakukan Survey Evaluasi Indek Penerapan Nilai Dasar Budaya
Kerja (IPNBK) terhadap seluruh pegawai BPTP Bengkulu untuk tahun 2013.
Survei dilakukan dengan menyebarkan kuisioner untuk diisi oleh seluruh PNS.
Kuisioner Pengukuran Indek Nilai Dasar Budaya Kerja (IPNBK)
Aparatur Negara lingkup Departemen Pertanian berdasarkan Keputusan
Menteri Pendayaan Aparatur Negara No. 25/Kep/M.PAN/4/2002. Berdasarkan
hasil rekapitulasi pengolahan data pengukuran IPNBK aparatur BPTP
Bengkulu tahun 2013, rata-rata IPNBK pegawai BPTP Bengkulu adalah 3,24
dengan nilai kualitas budaya kerja 81.08. Capaian nilai IPNBK pada tahun
2013 lebih baik dibandingkan dengan IPNBK pada tahun 2013 yang berada
pada angka 3,24 dengan nilai kualitas budaya kerja 68,80. Artinya IPNBK
pegawai BPTP Bengkulu masuk dalam kategori 68,01-84,00 dengan predikat
baik. Secara rinci nilai IPNBK pegawai BPTP Bengkulu disajikan pada Tabel 6
dan Diagram pengolahan data pengukuran IPNBK aparatur BPTP Bengkulu
tahun 2013 disajikan dengan model sarang laba-laba seperti pada Gambar 1.
LAPORAN TAHUNAN 2013
25
Secara umum IPNBK BPTP Bengkulu pada tahun 2013 mengalami
peningkatan yang signifikan dengan nilai diatas rata-rata (3,24),sehingga
rencana tindak lanjut adalah mempertahan nilai IPNBK serta memperbaiki
pada tahun 2013.
Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Rinci Dibedakan Berdasarkan Laki-Laki dan Perempuan.
No KOMPONEN PERTANYAAN LAKI-LAKI PEREMPUAN
NILAI KONVERSI NILAI KONVERSI
1. Komitmen 1.1 –1.15 3.00 75.00 3.03 75.71
2. Keteladanan 2.1. 2.10 3.00 75.00 3.13 78.21
3. Profesionalisme 3.1 – 3.5 2.75 68.75 3.10 77.50
4. Integritas 4.1 – 4.8 3.14 78.57 3.01 75.36
5. Disiplin 5.1 – 5.9 3.00 75.00 3.21 80.18
NILAI KUALITAS BUDAYA KERJA 2.98 74.46 3.10 77.39
KLASIFIKASI KUALITAS BUDAYA KERJA
B (BAIK) B (BAIK)
Analisis hasil pengolahan data responden pimpinan dan pegawai BPTP
Bengkulu:
1. Nilai IPNBK ......... BPTP Bengkulu laki-laki = 2.98
2. Nilai IPNBK ......... BPTP Bengkulu (perempuan) = 3.10
3. Nilai IPNBK konversi ... BPTP Bengkulu (laki-laki) = 74.46
4. Nilai IPNBK konversi ... BPTP Bengkulu (perempuan) = 77.39
5. Klasifikasi Kualitas Budaya Kerja BPTP Bengkulu = Baik
6. Diagram sarang laba-laba menunjukkan nilai dari 5 komponen, yaitu;
Laki-laki
LAPORAN TAHUNAN 2013
26
Perempuan
Gambar 1. Diagram model sarang laba-laba pengukuran IPNBK aparatur BPTP Bengkulu tahun 2013.
A. Nilai laki-laki
1. Nilai tertinggi pada laki-laki = 3.20 pada komponen integritas
2. Nilai terendah pada laki-laki = 2.40 pada komponen profesionalisme
B. Nilai Perempuan
1. Nilai tertinggi pada perempuan= 3.30 pada komponen disiplin
2. Nilai terendah pada perempuan = 2,90 pada komponen integritas
Evaluasi IPNBK di BPTP Bengkulu merupakan salah satu upaya
komitmen organisasi untuk melakukan perubahan dan perbaikan system
organisasi yang mengarah keprofessional dan kemampuan aparatur untuk
memberikan pelayanan yang optimal kepada para stakeholders.
2.402.602.803.003.20
Komitmen
Keteladanan
ProfesionalismeIntegritas
Disiplin
2.903.003.103.203.30
Komitmen
Keteladanan
ProfesionalismeIntegritas
Disiplin
LAPORAN TAHUNAN 2013
27
III. SARANA DAN PRASARANA
Dalam rangka mendukung Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu diperlukan adanya sarana
dan prasarana serta sumber dana yang mencukupi. Dukungan sarana dan
prasarana akan sangat menunjang kegiatan pengkajian dan administrasi
yang dilakukan oleh BPTP Bengkulu. Pengadaan inventaris sarana dan
prasarana BPTP Bengkulu diperoleh dari hibah dan pembelian melalui
anggaran DIPA BPTP. Dalam pengelolaan dan pemanfaatan barang inventaris
Barang Milik Negara (BMN) tersebut meliputi barang-barang tidak bergerak
dan barang bergerak, BPTP Bengkulu dalam mempertanggungjawabkan
barang-barang tersebut melalui proses yang mengacu pada Modul Sistem
Akuntansi Barang Milik Negara.
3.1. Barang Tidak Bergerak
Barang tidak bergerak berupa tanah dan bangunan yang berlokasi di
Jalan Irian Km 6,5 Kelurahan Semarang Kecamatan Sungai Serut Kota
Bengkulu. Dengan kondisi sebagai berikut:
Luas lahan seluruhnya 22.874 m2, yang digunakan untuk bangunan
gedung perkantoran, Gedung Rumah Kaca, Perpustakaan, Garasi/pool,
Klinik Teknologi, Mess/guest house dan perumahan dinas.
Barang-barang bangunan kantor BPTP Bengkulu berasal dari Eks Balai
Informasi Pertanian (BIP). Rekaputulasi barang tidak bergerak disajikan
pada Tabel 7.
3.2. Barang Bergerak
Inventaris barang bergerak dibagi menjadi barang inventaris alat
angkutan dan inventaris peralatan kantor. Tahun 2013 BPTP Bengkulu
memiliki kendaraan roda 4 (empat) sebanyak 6 unit dan kendaraan roda 2
(dua) sebanyak 8 unit. Rekapitulasi barang bergerak disajikan pada Tabel 8.
Tabel 7. Rekapitulasi Barang tidak Bergerak.
LAPORAN TAHUNAN 2013
28
No Jenis Jumlah (m2)
1. Luas Lahan 22.874
2. Gedung Perkantoran 694
3. Rumah Kaca 129
4. Laboratorium Tanah 130
5. Gedung Pasca panen 129
6. Laboratorium Diseminasi 65
7. Klinik Teknologi(etalase bibit) 76
8. Garasi/pool kendaraan 170
9. Perpustakaan 500
10. Gedung Utama 160
11. Pos Jaga 24
12. Unit Procesing Unit 129
13. Gudang Arsip 25
14. Mess/guest house 210
15. Rumah Dinas 910
Tabel 8. Rekapitulasi Barang Bergerak.
No Jenis Jenis Kendaraan Jumlah (unit)
1.
Kendaraan
Roda 4
1.Toyota Kijang 3
2.Mitsubishi Kuda 1
3.Toyota Kijang Innova 1
4.Toyota Hillux 1
2. Kendaraan
Roda 2
1.Honda Mega Pro 4
2.Honda GL Pro 3
3.Honda Supra Fit 1
LAPORAN TAHUNAN 2013
29
IV. KINERJA HASIL KERJASAMA DAN PELAYANAN PENGKAJIAN
4.1. Urusan Pelayanan Pengkajian
Sarana dan peralatan untuk melaksanakan penelitian dan pengkajian
dalam menghasilkan teknologi yang dapat direkomendasikan sangat
diperlukan. BPTP Bengkulu saat ini memiliki 1 unit gedung utama, yang
digunakan untuk ruang kerja Kepala, Sub Bagian Tata Usaha, Seksi
Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian, unit program dan keuangan, 1 unit
gedung Auditorium, 1 unit gedung pustaka, 1 unit gedung laboratorium
tanah, 1 unit Laboratorium Diseminasi, 2 unit rumah kaca, 1 unit gedung
workshop, 1 unit garasi, 1 unit gudang dan 1 unit mushalla, 1 unit klinik
teknologi. Disamping itu, juga terdapat rumah jabatan/dinas sebanyak 18
unit dan 1 unit mess, 1 unit procesing padi yang berada dikomplek
perkantoran BPTP Bengkulu. Mobilitas aktivitas kantor didukung oleh
tersedianya kendaraan operasional yang terdiri atas 6 (enam) unit mobil
minibus dan 8 (delapan) unit sepeda motor.
4.1.1. Laboratorium Tanah
Laboratorium Tanah merupakan salah satu sarana penelitian/
pengkajian yang digunakan untuk mendukung penelitian/pengkajian dasar
dan terapan, serta melayani pengguna untuk analisis tanah, tanaman, air dan
pupuk. Laboratorium tanah berfungsi untuk melayani permintaan analisis dari
peneliti baik dari BPTP maupun dari luar seperti: perguruan tinggi,
perusahaan Swasta dan instansi pemerintah serta petani. Laboratorium
Tanah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu berdiri sejak tahun
2003 dan mulai operasional pada tahun 2004.
LAPORAN TAHUNAN 2013
30
Gambar 2,3,4. Aktifitas laboran pada saat analisis tanah di laboratorium.
Peralatan yang dimiliki laboratorium tanah BPTP Bengkulu antara lain
adalah Digestion System untuk distruksi unsur, alat Destilasi untuk
pengukuran nitrogen, Laboratory Drying Oven, Mufle Furnance dan lain-lain.
Adapun jenis layanan analisis Laboratorium Tanah BPTP Bengkulu antara
lain: 1) Analisis Tanah meliputi kadar air, tekstu 3 fraksi, ph air dan KCl,
bahan organik (C dan N), P dan K potensial, P dan K tersedia, nilai tukar
kation (kapasitas tukar kation, Ca-dd, Mg-dd, K-dd, Na-dd), dan kemasaman
ditukar (Al-dd dan H-dd), 2) Analisis Tanah untuk tujuan khusus meliputi;
serapan P, retensi P, fraksionasi P, fraksionasi bahan organik, Al dan Fe,
ekstrak ditionit oksalat, pirofosfat, 3) Analisis Tanaman meliputi; unsur makro
dan mikro (N, P, KCa, Mg, S, Fe, Al, Mn, Cu, Zn, B dan Mo), unsur logam
berat (Pb, Cd, Co, Cr, Ni, Ag, As, Se, Sn, 4) Analisis Air irigasi dan 5) Analisis
Pupuk dan Amelioran. Untuk analisis tanah dan analisis tanaman (unsur
makro) dilakukan di laboratorium BPTP Bengkulu, sedangkan untuk jenis
analisis lainnya dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanah, Bogor.
LAPORAN TAHUNAN 2013
31
4.1.2. Perpustakaan
Hasil-hasil pengkajian yang telah diperoleh BPTP Bengkulu, perlu
dikemas dan dipublikasikan kepada pengguna. Unit Sarana dan Hasil
Pengkajian mempunyai tugas untuk membantu kepala Balai dalam
melakukan penyiapan bahan informasi dan dokumentasi, penyebarluasan
dan pendayagunaan hasil-hasil pengkajian serta penyiapan bahan laporan.
Gambar 5. Tampilan perpustakaan digital BPTP Bengkulu.
Dalam melaksanakan tugasnya, BPTP Bengkulu telah dilengkapi
dengan satu unit perpustakaan yang melayani buku dan publikasi di bidang
ilmu pertanian dan ilmu pengetahuan umum yang terkait dengan pertanian
serta hasil-hasil penelitian BPTP Bengkulu. Pengguna perpustakaan terdiri
dari peneliti, teknisi, dan karyawan lingkup BPTP, serta masyarakat umum
dan perguruan tinggi. Pada Unit Perpustakaan masih diperlukan tenaga yang
profesional untuk mengelola perpustakaan dalam rangka meningkatkan
pengetahuan sumber daya manusia melalui kegiatan pelatihan/kursus.
Selama tahun 2013, perpustakaan BPTP Bengkulu mendapatkan
penambahan beberapa koleksi buku yang berasal dari pengadaan dan hasil-
hasil penelitian. Koleksi buku pustaka disajikan pada Tabel 9.
LAPORAN TAHUNAN 2013
32
Tabel 9. Koleksi Buku Perpustakaan BPTP Bengkulu per 31 Desember 2013.
No Jenis Koleksi Judul Exemplar
1 Buku teks 2.150 5.311
2 Prosiding 199 207
3 Majalah/Buletin/Jurnal 161 1.102
4 Bibliografi khusus 37 37
5 Brosur 95 156
6 Liptan/leaflet/folder 278 712
7 Laporan 174 185
8 Lain-lain (surat kabar) 2 720
9 CD 18 18
Jumlah 3.114 8.448
Mulai tahun 2009 BPTP Bengkulu telah memiliki website. Website BPTP
Bengkulu disajikan dalam berbentuk 2 versi bahasa yaitu bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris.
4.1.3. Laboratorium Diseminasi
Laboratorium Diseminasi dibentuk untuk meningkatkan kapasitas
kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal. Menyadari bahwa baik
dokumen maupun bahan informasi sejatinya menjadi keharusan dalam
penyampaian atau penyajiannya sudah dalam bentuk dikemas dengan baik,
maka diperlukan upaya dan penanganan secara baik pula dan dipandang
perlu ditangani secara profesional. Tidak dipungkiri bahwa kualitas kemasan
dokumen maupun produk diseminasi lainnya tidak kalah pentingnya perlu
diperhatikan, selain kualitas data maupun informasi yang dikemas. Kedua
aspek tersebut (isi dan kemasan) merupakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan dan ikut menentukan citra dan tampilan BPTP Bengkulu dimata
luar.
Di tahun 2013, pelayanan Laboratorium Diseminasi telah cukup
memberikan andil besar bagi pelaksanaan tugas dan fungsi Balai. Banyak
LAPORAN TAHUNAN 2013
33
kegiatan administrasi dan lapangan yang membutuhkan suplay bahan
cetakan yang bersifat segera telah dapat dilayani dengan baik.
Sampai akhir tahun kegiatan tahun 2013, pelayanan Laboratorium
Diseminasi telah diupayakan maksimal dan terbukti semua kebutuhan Balai
menyangkut produk Laboratorium Diseminasi dapat dipenuhi pada saat
dibutuhkan.
Selain menyangkut produk media tercetak sendiri, Laboratorium
Diseminasi juga memberikan andil besar dalam kelancaran pelaksanaan
setiap kegiatan dengan penanggulangan sementara beban pembiayaannya.
Hal ini mengingat sistem keuangan di Balai yang pemenuhan biaya/anggaran
direalisasikan oleh bendahara pengeluaran setelah kegitan fisik selesai
dilaksanakan. Untuk itulah, dirasakan sangat diperlukan Laboratorium
Diseminasi menyediakan dana taktis operasional dalam bentuk pengelolaan
keuangan kas sendiri. Sampai akhir tahun 2013 kebutuhan tersebut telah
dapat ditangani secara mandiri oleh Laboratorium Diseminasi.
Peran Laboratorium Diseminasi lainnya dalam pelaksanaan tugasnya,
selain melakukan pelayanan internal Balai, selama tahun 2013 juga telah
dapat melayani instansi lingkup pertanian di Provinsi Bengkulu diantaranya;
1) Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu, 2) Dinas Perkebunan Provinsi
Bengkulu, 3) Balai Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Dinas Perkebunan
Provinsi Bengkulu, dan 4) Badan Pelaksanan Penyuluhan dan Ketahanan
Pangan Kabupaten Mukomuko.
Dalam upaya lebih meningkatkan lagi kinerja Laboratorium Diseminasi
di tahun 2013, diperlukan upaya-upaya melengkapi kebutuhan peralatan dan
penyempurnaan manajemen operasional ke arah yang lebih proporsional dan
profesional sehingga pelayanan dapat dilakukan dengan lebih baik lagi.
a. Aktivitas Laboratorium Diseminasi Tahun 2013
Pelaksanaan pelayanan/produksi media cetak Laboratorium
Diseminasi dalam tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 10.
LAPORAN TAHUNAN 2013
34
Tabel 10. Rekapitulasi Produksi Media Cetak Laboratorium Diseminasi Tahun 2013.
No Jenis Publikasi Jumlah
1 Spanduk 75
2 Leaflet 5.600
3 Buku 870
4 Plang Merek 34
5 Mini banner 9
6 Amplop 500
7 Piagam 1.033
8 Baliho 9
9 X-banner 31
10 Kartu 221
11 Cd-Cover CD 32
12 Poster 405
13 Map 900
14 Kemasan produk 1.213
15 Stiker 485
16 Jilid Proposal, laporan,dll 711
17 Umbul-umbul 160
Jumlah 12.288
b. Pelayanan Internal/BPTP
Pelayanan Laboratorium Diseminasi untuk keperluan penyediaan
bahan tercetak BPTP Bengkulu sendiri mencakup; cetak/penggandaan, jilid
laporan dan proposal, penyiapan bahan informasi berupa buku dan leaflet,
pembuatan spanduk, plang merk, amplop, piagam, baliho, X-banner, mini
banner, kartu, Cd-cover Cd, poster, map, kemasan produk, stiker, umbul-
umbul, pembuatan bahan Seminar dan Expose Inovasi Teknologi Pertanian
Spesifik Lokasi Hasil Pengkajian Penelitian Pengembangan dan Penerapan
Badan Litbang Pertanian tanggal 9 – 10 Desember 2013.
Kegiatan pelayanan internal yang menonjol di tahun 2013 adalah
memenuhi kebutuhan kelengkapan acara Produk yang dilayani meliputi
pembuatan leaflet, piagam seminar, banner, spanduk dan baliho.
LAPORAN TAHUNAN 2013
35
c. Pelayanan Ekternal/Instansi lain
Instansi lain yang memanfaatkan jasa layanan Laboratorium
Diseminasi di tahun 2013 adalah:
1. Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu
2. Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu
3. Balai Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih
4. Badan Pelaksanan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten
Mukomuko
Jenis produk yang umumnya dilayani berupa pembuatan leaflet,
desain banner, baliho dan spanduk serta penggandaan laporan. Laboratorium
diseminasi BPTP Bengkulu juga telah menjadi penyedia utama kebutuhan
baliho, spanduk, leaflet pada acara Pekan Daerah (PEDA) KTNA ke XIV di
Kabupaten Mukomuko.
4.1.4. Laboratorium Pascapanen
Laboratorium Pascapanen BPTP Bengkulu memiliki dua unit sarana
bangunan, yaitu unit pengolahan hasil pertanian dan unit produksi beras.
Kedua unit tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Unit pengolahan pangan
berfungsi untuk mengembangkan teknologi pengolahan hasil pertanian
melalui serangkaian ujicoba. Sementara itu, unit produksi beras berfungsi
untuk memproduksi beras dan melayani jasa penggilingan padi bagi
masyarakat sekitar. Secara umum, sarana dan prasarana unit Laboratorium
Pascapanen sudah lengkap.
LAPORAN TAHUNAN 2013
36
Gambar 6. Aktifitas pelayanan pendukung pengkajian di laboratorium Pascapanen
Unit pengolahan hasil pertanian dilengkapi dengan sarana bangunan
yang cukup memadai, dengan peralatan yang lengkap. Peralatan pada unit
ini terbagi menjadi alat-alat pengolahan pangan, mesin pertanian, alat
penyimpanan, pengemasan, alat pengukuran, dan perlengkapan
pameran/ekspose. Kondisi peralatan tersebut dalam keadaan baik, namun
beberapa diantaranya perlu dimodifikasi agar dapat beroperasi secara
maksimal. Selain itu, beberapa alat mesin (alsin) pertanian seperti alat
pengupas kopi (pulper) dan alat pencuci lendir (washer) yang dipinjamkan
kepada kelompok tani di Desa Imigrasi Permu, Kabupaten Kepahiang sudah
ditarik kembali. Sementara alsin pencacah tongkol jagung yang masih
dimanfaatkan olah kelompok tani di Desa Air Meles, Kabupaten Rejang
Lebong.
Harapan ke depan, Laboratorium Pascapanen dilengkapi dengan
instrumen analisis mutu fisik dan kimia komoditas pertanian sehingga
produk-produk yang dihasilkan dapat dievaluasi mutunya agar sesuai dengan
standar mutu yang ada. Selain itu, diperlukan sarana bangunan yang lebih
luas untuk menyimpan peralatan yang ada. Peralatan yang sudah ada juga
dioptimalkan dalam hal penggunaan dan perawatannya.
Perawatan juga dibutuhkan dalam menangani alsin pada unit produksi
beras yang telah dilengkapi dengan dua unit perontok padi (power thresser),
satu unit penggiling padi (rice milling), satu unit mesin sosoh dan lantai
jemur padi. Sarana dan prasarana tersebut selain digunakan untuk
memproduksi beras juga dimanfaatkan oleh Unit Produksi Benih/Bibit Sumber
(UPBS). Sejauh ini, peralatan tersebut masih bisa beroperasi dengan baik
kecuali satu unit perontok padi (power thresser) yang tidak dapat digunakan.
Oleh karena itu, bangunan unit produksi beras perlu disempurnakan
lagi, dilengkapi dengan plafon, jaring-jaring penutup ventilasi, dan kanopi
penghalang hujan. Selain itu, teknis koordinasi perlu diperjelas lagi karena
LAPORAN TAHUNAN 2013
37
saat ini unit produksi padi berada dikoordinir oleh koordinator Laboratorium
Pascapanen, namun secara operasional ditangani oleh Unit Alih Teknologi
dan UPBS.
Kegiatan yang dilaksanakan di Unit Laboratorium Pascapanen
Bengkulu meliputi;
a. Pelayanan Konsultasi Teknologi Pascapanen
b. Alih teknologi
c. Pengkajian Pascapanen Komoditas Pertanian Spesifik Lokasi
d. Pameran dan ekspose
4.1.5. Laboratorium Rumah Kaca
Instalasi Rumah Kaca/screen house merupakan sumber daya yang
sangat penting bagi pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan
serta diseminasi inovasi teknologi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Bengkulu.
Oleh karena itu pengelolaan Rumah Kaca perlu mempertimbangkan
optimalisai penggunaan dan pemanfaatannya untuk mendukung keberhasilan
program Kementerian Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Bengkulu pada saat ini mempunyai 2 unit rumah kaca dengan luas lahan
lebih kurang 1962 M2. Kegiatan pengelolaan Rumah Kaca bertujuan adalah:
1) Meningkatkan profesinalisme sumber daya manusia (peneliti, penyuluh,
teknisi litkayasa) BPTP Bengkulu melalui kegiatan penelitian/pengkajian
mandiri, 2) Display Komponen teknologi/paket teknologi secara berkelanjutan
selama 12 bulan melalui kegiatan diseminasi seperti plot teknologi.
4.2. Kerjasama Pengkajian dan Diseminasi
Kerjasama penelitian dengan berbagai pihak baik pemerintah maupun
swasta dilaksanakan dalam upaya peningkatan efektifitas dan efesiensi
penelitian. Selain itu, melalui kerjasama dapat saling memanfaatkan potensi
yang dimiliki masing-masing pihak dengan tujuan saling memberi dan
LAPORAN TAHUNAN 2013
38
menerima informasi yang bermanfaat dalam upaya menentukan arah dan
langkah kebijakan dibidang pembangunan pertanian berikutnya. Kerjasama
pengkajian dan diseminasi telah dilakukan dengan berbagai pihak antara lain:
a. Universitas Bengkulu dalam kegiatan “Model Pengembangan Pertanian
Pedesaan Melalui Inovasi (MP3MI) Berbasis Jeruk di Kabupaten Lebong
Provinsi Bengkulu”.
b. Kerjasama dengan persaudaraan Muslimah (SALIMAH) Kabupaten
Bengkulu Tengah dalam kegiatan “Percepatan, Perluasan, dan
Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Melalui
kerjasama dengan mitra.
Gambar 7. Workshop Daerah Salimah dalam rangka kerjasama pelaksanaan kegiatan.
Gambar 8. Pelaksanaan kegiatan KRPL, bimbingan penyemaian.
c. Kerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Mukomuko dalam
pelaksanaan PEDA KTNA ke XIV, BPTP Bengkulu membuat Desain dan
LAPORAN TAHUNAN 2013
39
pembangunan lahan seluas 2,2 hektar yang tidak produktif menjadi
lahan yang produktif dengan 68 komoditas pertanian.
Gambar 9. Lahan gambut yang telah menjadi produktif di kabupaten Mukomuko sebagai ekspo pada PEDA KTNA ke XIV.
d. Kerjasama dengan Biro Sumber Daya Alam Sekretariat Daerah Provinsi
Bengkulu untuk Desain dan pembangunan pusat edukasi kebun PKK
Provinsi Bengkulu.
Gambar 10. Pusat Edukasi Kebun PKK Provinsi Bengkulu.
LAPORAN TAHUNAN 2013
40
e. Kerjasama dengan BB Padi dalam kegiatan “Uji daya Hasil Padi Dataran
tinggi.
Gambar 11. Pelaksanaan kegiatan Uji Daya Hasil Padi Dataran Tinggi.
f. Kerjasama dengan Radio Republik Indonesia (RRI) Bengkulu untuk
penyebaran informasi pertanian pada siaran pedesaan.
Tabel 11. Judul Materi dan Narasumber pengisi Siaran Pedesaan.
Bulan Judul Materi
Januari Mulsa Plastik Hitam Perak Pada Tanaman Cabai
Februari Hama Ulat Pemakan Daun Sawit dan Pengendaliannya
Maret Teknik Penyiapan Lahan dengan Penggunaan Mulsa Plastik
Hitam Perak Pada Tanaman Cabai
April Pemeliharaan ternak ayam dan ikan dengan sistem longyam
Mei Cara Membuat Mesin Penetas Telur
Mei Pemeliharaan Tanaman Kakao
Mei Tumpang Sari Pada Tanaman Cabe
Mei Pengenalan Lab. Tanah
Juli Budidaya Padi SRI
September Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa Sawit
November Pemeliharaan dan Pengendalian OPT Tanaman Kopi
November Pemanfaatan Hasil Sampingan Buah Kopi Sebagai Pakan
Ternak Sapi Potong
LAPORAN TAHUNAN 2013
41
g. Kerjasama dengan SMK pertanian dan Fakultas Pertanian Universitas
Dehasen dan Universitas Bengkulu. Selama tahun 2013 telah
dilaksanakan bimbingan terhadap 39 siswa praktek kerja industry, 5
siswa praktek kerja usah dan 5 mahasiswa magang.
Gambar 12. Siswa magang bersama pembimbing dari BPTP dan pembimbing dari SMK/ pihak sekolah.
4.3. Urusan Perencanaan dan Program
Urusan perencanaan dan program meliputi penyiapan bahan
penyusunan rencana dan program pengkajian serta diseminasi, melakukan
penyiapan bahan penyusunan anggaran pengkajian dan diseminasi serta
menyusun database dan SIM.
Menyiapkan bahan pembahasan rencana dan program
pengkajian/diseminasi, menghimpun, mengolah menyajikan data
pelaksanaan program pengkajian dalam Data Base Sistem Informasi
Manajemen Program (SIMPROG). Menyiapkan bahan penyusunan dan
pembahasan rencana dan program pengkajian. Menyiapkan bahan usulan
dan perhitungan anggaran pengkajian. Menyiapkan bahan pendukung
pembahasan anggaran Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dari aspek
komponen kegiatan pengkajian. Mengusulkan, mengolah dan menyiapkan
LAPORAN TAHUNAN 2013
42
bahan para daftar isian pelaksanaan anggaran dan lembaran kerja (RKA-KL)
berdasarkan satuan tiga. Menyiapkan bahan dan menyelesaikan naskah serta
rencana operasional kegiatan. Disamping itu juga mendapatkan umpan balik
bagi kegiatan pengkajian maupun diseminasi. Urusan Perencanaan dan
Program juga melaksanakan seminar ROPP/RODHP, Temu Informasi
Teknologi serta seminar hasil pengkajian.
4.4. Evaluasi dan Pelaporan
Monitoring dan evaluasi (Monev) kegiatan pengkajian dan diseminasi
tahun anggaran 2013 telah dilakukan oleh Tim Monitoring dan Evaluasi yang
terdiri dari pejabat struktural, Ketua Kelompok Pengkaji dan staf program.
Monev kegiatan pengkajian dan diseminasi BPTP Bengkulu TA. 2013
bertujuan untuk mengevaluasi/menilai kegiatan pengkajian dan diseminasi
dan memberikan saran sebagai masukan dalam perbaikan kegiatan dan
laporan.
Gambar 13,14. Monitoring ke lokasi kegiatan pengkajian dan diseminasi.
Monev tersebut dilakukan terhadap administrasi dan pelaksanaan
kegiatan penelitian/pengkajian dan diseminasi di lapangan yang terdiri dari
15 kegiatan pengkajian dan 2 kegiatan diseminasi. Monev administrasi
LAPORAN TAHUNAN 2013
43
dilakukan dengan mengevaluasi kesesuaian dan kelengkapan kegiatan
pengkajian dan diseminasi secara administrasi mulai dari RPTP/RDHP,
ROPP/RPTP dan Juknis/Juklak, Sedangkan monev lapangan dilakukan dengan
membandingkan ROPP/RODHP dan Juknis/Juklak dengan pelaksanaan
kegiatan di lapangan.
LAPORAN TAHUNAN 2013
44
V. ANGGARAN
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu sebagai
lembaga pengkajian pusat yang berada di daerah memiliki tugas dan fungsi
melakukan kegiatan pengkajian serta perakitan teknologi pertanian tepat
guna spesifik lokasi. Untuk menjalankan aktivitas tersebut, BPTP Bengkulu
mengelola anggaran pembiayaan tahunan untuk kepentingan berbagai
kegiatan selama satu tahun.
Dalam melaksanakan tupoksinya sebagai unit pelaksana teknis
dibidang pengkajian dan pengembangan Satker BPTP Bengkulu pada TA.
2013 didukung oleh sumber dana yang berasal dari Dana APBN dalam bentuk
Rupiah Murni (RM).
Anggaran Satker Susunan Surat Pengesahan Daftar Isian Anggaran
(DIPA) BPTP Bengkulu TA. 2013 tanggal 5 Desember 2012 sebesar
Rp.11.663.874.000, revisi Rp.11.119.309.000, Realisasi Rp.10.785.240.247
(97 %) sisa Rp.334.068.753 (3 %), SSBP Rp.65.459.289. Dana tersebut
dialokasikan untuk melaksanakan program-program Badan Litbang Pertanian
dalam mendukung Program Kementerian Pertanian. Capaian Kinerja
Keuangan Berdasarkan Belanja Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 12. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Belanja Tahun 2013.
No Jenis Belanja
Pagu DIPA (Rp) Realisasi (Rp) Sisa Dana (Rp)
Realisasi (%)
1 Pegawai 4.296.708.000 4 .214.856.719 1.851.281 98,10
2 Barang 4.930.691.000 4.690.336.028 240.354.972 95,13
3 Modal 1.891.910.000 1.880.047.500 11.862.500 99,37
Jml DIPA 11.119.309.000 10.785.240.247 334.068.753 97
4 SKPA.1 70.000.000 70.000.000 - 100
5 SKPA.2 362.550.000 362.472.100 77.900 99.86
Realisasi belanja dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip
penghematan dan efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya kegiatan-
kegiatan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Anggaran
LAPORAN TAHUNAN 2013
45
Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL). Realisasi keuangan Satker BPTP
Bengkulu atas dasar SP2D sampai dengan akhir TA. 2013 mencapai
Rp.10.785.240.247 (97 %) dari total anggaran yang dialokasikan dalam DIPA
2013.
Realisasi anggaran tertinggi pada belanja modal sebesar
Rp.1.880.047.500 (99,37). Realisasi anggaran terendah pada belanja barang,
yaitu sebesar Rp.4.690.336.028 (95,13 %). Sisa anggaran tahun 2013, yaitu
sebesar sebesar Rp.334.068.753 atau 3 %.
Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang dihasilkan oleh BPTP
Bengkulu pada tahun 2013 diperoleh dari penerimaan umum dan penerimaan
fungsional. Estimasi PNBP yang dialokasikan pada Satker BPTP Bengkulu
sesuai DIPA tahun anggaran 2013 adalah sebesar Rp.20.137.824,- yang
terdiri sari estimasi penerimaan umum sebesar Rp.7.137.824,- dan
penerimaan fungsional sebesar Rp.13.000.000,- Realisasi penerimaan umum
dan pada tahun 2013 sebesar Rp.31.003.431,-estimasi PNBP pada tahun
2013 mengalami surplus sebesar Rp.23.865.607,- atau mencapai434,35 %.
Sedangkan realisasi penerimaan fungsional pada tahun 2013 dari estimasi
Rp.13.000.000,- realisasi sebesar Rp.36.316.000,- atau mengalami surplus
sebesar Rp.23.316.000,- atau mencapai 279,35 %. Berdasarkan kategorinya,
penerimaan umum diperoleh dari penerimaan pendapatan sewa rumah
dinas/negara, penerimaan kembali belanja pegawai pusat TAYL, dan
pendapatan anggaran lain-lain (tunjangan fungsional peneliti). Pendapatan
fungsional diperoleh dari pendapatan info penerbitan dan hasil cetak di
Laboratorium Diseminasi, jasa analisis tanah di Laboratorium Tanah,
pendapatan penjualan hasil pertanian berupa benih padi dari Unit
Pengelolaan Benih Sumber (UPBS) dan pendapatan penjualan hasil pertanian
kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL).
LAPORAN TAHUNAN 2013
46
VI. INTISARI HASIL KEGIATAN
6.1. Kegiatan Pengkajian
6.1.1. Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian Kabupaten Bengkulu Tengah Skala 1:50.000
Provinsi Bengkulu memiliki potensi sumberdaya alam yang terbatas,
sehingga sangat diperlukan upaya pemanfaatan lahan secara optimal. Dari
luas wilayah provinsi 1.978.870 ha, hanya 1.000.913 ha (51,58%) yang
dapat digolongkan sebagai kawasan budidaya. Selebihnya merupakan
kawasan hutan dengan topografi bergelombang hingga berbukit/bergunung.
Oleh sebab itu dalam pengembangan usaha pertanian, kebijakan yang
diperlukan adalah mewujudkan optimalisasi penggunaan lahan, melakukan
usaha intensifikasi teknologi pertanian dan penggunaan komoditas
unggulan/spesifik lokasi pada lahan-lahan yang telah dimanfaatkan.
Permasalahan utama yang dihadapi khususnya dalam pengembangan
komoditas pertanian unggulan yang berkaitan dengan pemanfaatan
sumberdaya lahan, yaitu belum dipetakannya tingkat kesesuaian lahan yang
menunjukkan keunggulan komparatif. Pengembangan komoditas pertanian
unggulan harus didukung oleh daya dukung agroekologi, artinya bahwa
komoditas tersebut untuk dapat tumbuh dan berproduksi tinggi harus
didukung oleh kondisi biofisiknya (tanah dan iklim), teknologi, dan sosial
budaya petani. Selain itu komoditas pertanian tersebut harus mempunyai
permintaan yang tinggi baik di pasar dalam maupun di luar daerah tersebut
yang merupakan keunggulan kompetitif.
LAPORAN TAHUNAN 2013
47
Gambar 15. Peta Kabupaten Bengkulu Tengah.
Untuk memenuhi kebutuhan informasi sumberdaya lahan Provinsi
Bengkulu yang masih terbatas, tahun 2013 BPTP Bengkulu melakukan
kegiatan penyusunan peta pewilayahan komoditas pertanian di Kabupaten
Bengkulu Tengah. Kegiatan ini dilaksanakan mendukung program
pembangunan pertanian Propinsi Bengkulu dalam pengembangan kawasan
sentra produksi dan agribisnis. BPTP Bengkulu sudah melaksanakan
pemetaan satuan lahan dan pewilayahan komoditas tahun 2002-2004
dengan skala 1 : 50.000 di Kecamatan Arga Makmur dan Padang Jaya
(Kabupaten Bengkulu Utara), Kecamatan Curup, Bermani Ulu dan Selupu
Rejang (Kabupaten Rejang Lebong) serta Kecamatan Manna dan Seginim
(Kabupaten Bengkulu Selatan) (Gunawan, at al. 2004).
LAPORAN TAHUNAN 2013
48
Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi
sumberdaya lahan di Kabupaten Bengkulu Tengah serta menyusun peta
kesesuaian lahan dan peta pewilayahan komoditas pertanian unggulan
berdasarkan zona agroekologi skala 1 : 50.000 di Kabupaten Bengkulu
Tengah. Penyusunan peta dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu:
inventarisasi sumberdaya lahan berupa penyusunan peta dasar, analisis
satuan lahan, verifikasi lapangan berupa pengumpulan data primer dan data
sekunder meliputi data biofisik (pengamatan tanah, pengambilan contoh
tanah, penyusunan satuan evaluasi lahan) dan data sosial ekonomi
pertanian, dan evaluasi sumberdaya lahan. Evaluasi sumberdaya lahan
didasarkan pada karakteristik lahan yang bersumber dari data/peta satuan
lahan hasil analisis terrain yang dilengkapi dengan data tanah dan iklim, serta
data sosial ekonomi dan budaya. Pendekatan evaluasi lahan dilakukan
dengan menggunakan program SPKL 1.0 yang disusun oleh tim Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP).
Pewilayahan komoditas pertanian merupakan kegiatan yang
menghasilkan arahan penggunaan lahan untuk pertanian dengan
mempertimbangkan daya dukung lahan (kesesuaian lahan), penggunaan
lahan saat ini (existing landuse), kondisi sosial ekonomi (kompetitif dan
komperatif), tabel prioritas tanaman unggulan daerah, dan peta status
kawasan hutan.
Pewilayahan komoditas Kabupaten Bengkulu Tengah terdiri dari 12
zona, yaitu Pertanian lahan basah, tanaman pangan (IV/Wfs) untuk
komoditas padi sawah, umbi-umbian, sayuran seluas 3.940 ha (3,77%),
Pertanian lahan kering, tanaman tahunan/perkebunan, tanaman pangan
(IV/Dfsei dan III/Dfsei) komoditas kelapa sawit, karet, padi gogo, jagung,
umbi-umbian seluas 31.598 ha (30,22%) dan 15.879 ha (15,19%). Pertanian
lahan kering, tanaman pangan, tanaman hortikultura (IV/Dfuf) komoditas ubi
jalar, pisang seluas 1.193 ha (1,14%). Pertanian lahan kering, tanaman
LAPORAN TAHUNAN 2013
49
tahunan/perkebunan (II/Dei) komoditas karet, kelapa sawit, kopi robusta,
durian seluas 8.932 ha (8,54%). Pertanian lahan kering, tanaman kehutanan
(II/Dej dan I/Dej) komoditas durian, sengon, kayu bawang seluas 10.823 ha
(10,35%) dan 2.063 ha (1,97%). Hutan lindung (HL) seluas 27.607 ha
(26,41%). Lain-lain berupa bukit terjal (X.1) seluas 1.133 ha (1,08%),
Pemukiman (X.2) seluas 851 ha (0,81%), Badan air/danau (X.3) seluas 360
ha (0,34%) dan Areal tambang (X.5) seluas 170 ha (0,16%). Luas Kabupaten
Bengkulu Tengah berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
tahun 2010 adalah 104.549 ha.
Dari hasil evaluasi kesesuaian lahan beberapa komoditas
menunjukkan bahwa lahan yang dapat dikembangkan untuk komoditas
pertanian di Kabupaten Bengkulu Tengah seluas 76.942 ha (73,59%),
sedangkan sisanya seluas 27.607 ha (26,41%) tidak dapat dikembangkan
untuk pertanian dikarenakan kondisi biofisik lahan tidak memungkinkan.
Apabila lahan-lahan tersebut dipaksakan untuk dikelola/ dikembangkan untuk
pertanian, maka kemungkinan akan terjadi degradasi lahan dan kerusakan
lingkungan. Lahan-lahan tersebut diarahkan sebagai kawasan konservasi.
Kesimpulan kegiatan ini adalah:
1. Pewilayahan komoditas Kabupaten Bengkulu Tengah terdiri atas 12 zone,
dengan dominasi pertanian lahan kering, tanaman tahunan/perkebunan,
tanaman pangan untuk komoditas kelapa sawit, karet, padi gogo, jagung,
umbi-umbian (30,22 % atau 31.598 ha).
2. Lahan yang dapat dikembangkan untuk komoditas pertanian di Kabupaten
Bengkulu Tengah seluas 76.942 Ha (73,59%).
6.2.2. Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian Peningkatan Produksi Padi Melalui SL-PTT di Provinsi Bengkulu
Analisis kebijakan diarahkan untuk memfasilitasi adopsi teknologi,
pengembangan agribisnis, serta mendukung pembangunan pertanian wilayah
dan perdesaan. Sintesa kebijakan diharapkan mampu memecahkan
LAPORAN TAHUNAN 2013
50
permasalahan teknis, sosial, dan ekonomi pembangunan pertanian wilayah
dalam arti luas, baik yang bersifat responsif maupun antisipatif.
Gambar 16,17. Olah tanah dan pemupukan yang dilakukan petani.
Peningkatan produksi padi di Provinsi Bengkulu lebih dipengaruhi oleh
peningkatan luas areal panen, bukan oleh peningkatan produktivitas. Kondisi
ini menunjukkan bahwa pelaksanaan SL-PTT belum mampu meningkatkan
produktivitas secara signifikan.
Gambar 18,19. Pelaksanaan survey dengan kelompok tani di Kabupaten
Seluma
Upaya dan strategi untuk meningkatkan produktifitas dan produksi
mutlak diperlukan melalui implementasi inovasi teknologi. Untuk itu perlu
dilakukan analisis yang berkaitan dengan kebijakan dan pelaksanaan SL-PTT
LAPORAN TAHUNAN 2013
51
yang difokuskan untuk mengevaluasi tentang kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman. Permasalahan-permasalahan dalam upaya peningkatan
produktivitas bersifat kompleks, menyangkut koordinasi dan tupoksi lintas
institusi, sehingga seringkali sulit diselesaikan secara permanen. Untuk itu
perlu dicari solusi dan akar permasalahan. Hal ini perlu dilakukan untuk
menghindari permasalahan yang berulang dalam upaya peningkatan produksi
yang ditekankan melalui peningkatan produktivitas. Permasalahan yang
sering muncul dalam upaya peningkatan produktivitas adalah; pemanfaatan
benih unggul, masalah pupuk, masalah irigasi, masalah iklim dan bencana
alam, masalah ledakan OPT, pasca panen dan masalah harga.
Tujuan dari pelaksanaan pengkajian analisis kebijakan pembangunan
pertanian peningkatan produksi padi melalui SL-PTT di Provinsi Bengkulu
adalah:
1. Mengkaji kinerja program SLPTT terhadap peningkatan produksi padi di
Provinsi Bengkulu.
2. Menyusun alternatif rekomendasi perbaikan pelaksanaan program SLPTT
di Provinsi Bengkulu.
Analisis Kebijakan Peningkatan Produksi Padi melalui SL-PTT di
Provinsi Bengkulu dilakukan dengan metode survei untuk mengetahui kinerja
program SL-PTT terhadap peningkatan produksi padi. Kegiatan ini
dilaksanakan sebagai suatu bentuk evaluasi yang dilakukan dari hasil
kegiatan SL-PTT. Metode evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi summatif
yaitu setelah suatu kegiatan selesai dilaksanakan. Kegiatan ini dilaksanakan
di Kabupaten Seluma, Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah dan Lebong. Data
yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
dikumpulkan melalui kegiatan survei melalui wawancara terhadap para
pemangku kebijakan tingkat provinsi (Dinas Pertanian, Bakorluh, BPTP),
tingkat kabupaten (Dinas Pertanian, Bapeluh, LO BPTP), dan pelaksana SL-
PTT di tingkat lapangan (PPL, petani) serta lembaga pendukung benih dan
LAPORAN TAHUNAN 2013
52
pupuk. Wawancara terhadap pemangku kebijakan diarahkan untuk menilai
pelaksanaan Permentan 45 tahun 2011.
Salah satu indikator keberhasilan SL-PTT adalah peningkatan produksi
dan produktivitas padi. Produksi padi dalam 5 tahun terakhir Provinsi
Bengkulu meningkat rata-rata 5,74 %/tahun, dari 484.594 ton GKG pada
tahun 2009 menjadi 600.282 ton GKG pada tahun 2013 (ARAM II) sedangkan
laju peningkatan produktivitas mencapai 2,34 %/tahun dan luas panen
meningkat rata-rata 3,25 %/tahun. Peningkatan produksi tidak terlepas dari
peran program SL-PTT. Sebelum ada program SL-PTT produksi sebesar
484.594 ton (2009) menjadi 550.792 ton (2012) atau mengalami
peningkatan sebesar 13,66%. Peningkatan produksi padi di Provinsi Bengkulu
terjadi karena meningkatnya produktivitas padi di tingkat petani. Peningkatan
produktivitas disebabkan para petani sudah banyak yang mengadopsi
teknologi PTT misalnya pemakaian benih varietas unggul bermutu
produktivitas tinggi termasuk benih padi inbrida dan hibrida dan penanganan
panen.
Secara umum jumlah input yang digunakan oleh petani SL-PTT lebih
sedikit bila dibandingkan dengan petani non SL-PTT. Peningkatan produksi
dan penurunan biaya input tentu saja mengakibatkan jumlah pendapatan
petani SL-PTT lebih tinggi dibandingkan dengan petani non SL-PTT karena
jumlah produksi dan jumlah biaya input merupakan faktor utama penentu
besar kecilnya pendapatan usahatani. Produksi dan jumlah input petani
peserta SL-PTT bila dibandingkan dengan produksi dan jumlah input yang
mereka gunakan pada saat sebelum mengenal program SL-PTT ternyata juga
menunjukkan perbedaan yang nyata. Nilai R/C ratio usahatani padi sawah
yang diusahakan dengan menerapkan komponen PTT lebih tinggi
dibandingkan dengan sebelum menerapkan komponen PTT. Artinya
usahatani padi sawah yang dikelola dengan menerapkan komponen PTT lebih
LAPORAN TAHUNAN 2013
53
layak dan menguntungkan dibandingkan dengan tidak menerapkan
komponen PTT.
Secara umum semua komponen PTT telah diketahui dan dilaksanakan
oleh semua petani peserta SL-PTT (> 50%) walau memang tidak semua
komponen PTT yang diketahui mereka terapkan dalam usahatani. Tidak
diterapkannya komponen PTT yang diketahuinya tersebut disebabkan oleh
berbagai faktor seperti ketersediaan sarana dan prasarana, modal usaha
serta kendala teknis. Komponen dasar yang diketahui petani namun banyak
tidak mereka laksanakan adalah penggunaan pupuk berimbang. Hal ini
disebabkan karena penghitungan kebutuhan pupuk tanaman dan status hara
tanah hanya dapat dilakukan dengan menggunakan Bagan Warna Daun
(BWD), Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) atau diuji langsung di
Laboratorium Tanah. Keterbatasan alat yang dimiliki oleh petani dan jauhnya
akses ke laboratorium membuat petani melakukan pemupukan sesuai
dengan inisiatifnya sendiri dan sesuai dengan dana yang dimilikinya.
Komponen pilihan yang diketahui namun tidak dilaksanakan
terbanyak adalah penggunaan bibit muda. Komponen PTT ini sulit diterapkan
karena menurut petani bila bibit ditanam terlalu muda maka akan terjadi
serangan hama keong yang dapat merusak tanaman mereka. Namun
demikian komponen pilihan untuk pengelolaan panen dan pasca panen.
Penanganan panen dan pasca panen menurut mereka akan memberikan
hasil yang optimal karena dengan penanganan yang baik akan mengurangi
kehilangan hasil produksi.
Luas sebaran SL-PTT komoditas padi di Provinsi Bengkulu sebanyak
69.200 ha yang tersebar di 9 kabupaten dan 1 kota. Jumlah sebaran SL-PTT
di Provinsi Bengkulu sudah mencapai 68,41 % dari total luas lahan sawah
baku di Provinsi Bengkulu. Kabupaten yang paling luas sebaran SL-PTT
adalah Kabupaten Seluma dan Bengkulu Utara dengan masing-masing
sebaran mencapai 12.800 ha dan 12.300 ha. Disamping itu juga kedua
LAPORAN TAHUNAN 2013
54
kabupaten tersebut merupakan kabupaten yang paling luas lahan sawah
bakunya yaitu 20.150 ha dan 15.300 ha.
Di Provinsi Bengkulu sudah terbentuk kelembagaan baik untuk tim
pembina maupun tim pelaksana yang mengacu pada pelaksanaan Permentan
No. 45 Tahun 2011. Masing-masing dinas/instansi masih melaksanakan
tupoksinya secara parsial, sehingga koordinasi dan sinergitas belum berjalan
secara optimal. pelaksanaan tugas sesuai dengan permentan 45 tahun 2011
dari masing-masing instansi sudah mencapai rata-rata 55 %. Lemahnya
koordinasi antar penentu kebijakan berdampak pada pelaksanaan SL-PTT di
tingkat lapangan. Sinergitas yang harmonis akan berdampak terhadap
meningkatnya kinerja yang signifikan dari masing-masing dinas/institusi
maupun tim dalam mewujudkan pertumbuhan dan peningkatan produksi
padi di Provinsi Bengkulu. berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Program SL-PTT di Provinsi Bengkulu telah mampu
meningkatkan produksi padi sebanyak 13,66% atau dari 484.594 ton
(2009) menjadi 550.792 ton (2012).
2. Jumlah sebaran SL-PTT di Provinsi Bengkulu sudah mencapai 68,41 %
dari total luas lahan sawah baku di Provinsi Bengkulu.
3. Kinerja Kelembagaan Penentu Kebijakan Tingkat Provinsi dan Kabupaten
dalam mendukung SL-PTT rata-rata mencapai 55 %.
4. Rekomendasi alternatif arah kebijakan untuk perbaikan pelaksanaan SL-
PTT di Provinsi Bengkulu adalah 1) mengoptimalkan koordinasi antar
kelembagaan penentu kebijakan baik ditingkat provinsi maupun
kabupaten perlu dioptimalkan dalam mendukung program SL-PTT, 2)
Peningkatan produksi sebagai akibat dari kegiatan SL-PTT padi sawah
perlu dipertahankan dan ditingkatakan sehingga dapat memenuhi target
produksi di Provinsi Bengkulu, 3) peningkatan difusi inovasi perlu
ditingkatkan dengan cara mendorong petani terutama oleh penyuluh
LAPORAN TAHUNAN 2013
55
untuk mensosialisasikan keunggulan teknologi SL-PTT kepada petani
lain.
6.1.3. Integrasi Tanaman Kopi Dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong
Pengkajian integrasi tanaman kopi dengan ternak sapi dilaksanakan
di Kabupaten Rejang Lebong dengan dua subkegiatan yaitu pemberian pakan
tambahan terhadap induk sapi bali selama dua bulan sebelum dan sesudah
melahirkan dan pemberian pupuk kompos berbahan dasar kotoran ternak.
Tujuan dari pelaksanaan pengkajian integrasi tanaman kopi dengan
ternak sapi di Kabupaten Rejang Lebong pada tahun 2013 adalah 1)
Mendapatkan formula pakan flushing untuk ternak sapi di Kabupaten Rejang
Lebong, 2) Mendapatkan dosis pupuk kompos untuk tanaman kopi. Keluaran
yang diharapkan adalah formula pakan flushing untuk ternak sapi di
Kabupaten Rejang Lebong dan dosis pupuk kompos untuk tanaman kopi.
Rancangan acak kelompok dengan tiga perlakuan, setiap perlakuan
diulang 7 kali ulangan. Rata-rata bobot lahir anak sapi bali yang diberikan
pakan tambahan berupa kulit kopi yang difermentasi ditambah dengan dedak
padi, ubi kayu maupun tidak , dapat menambah bobot lahir anak sapi bali
yaitu perlakuan I : 14,9 kg, perlakuan II: 18 kg perlakuan III: 17,7 kg.
Konsumsi hijauan dan pakan tambahan induk sapi sejak dua bulan sebelum
melahirkan dan tiga perlakuan yang berbeda yaitu perlakuan I : Hijauan 40
kg, perlakuan II: hijauan 29,5 kg/ekor/hari dan pakan tambahan 3,2
kg/ekor/hari, perlakuan III : hijauan 30 kg/ekor/hari dan pakan tambahan
3,5kg/ekor/ hari. Sedangkan rata-rata produksi awal tanaman kopi petani di
Desa air Meles Bawah masih rendah, berkisar antara 4,22 sampai dengan
4,47 kg/batang/musim.
Berdasarkan uji statistic, bobot lahir anak sapi bali pada perlakuan
kedua memberikan perbedaan yang nyata (P<0,05) bila dibandingkan
LAPORAN TAHUNAN 2013
56
dengan bobot lahir anak sapi bali yang tidak diberikan tambahan pakan.
Pemberian pakan tambahan dua bulan sebelum melahirkan menambah bobot
lahir anak sapi.
Kesimpulan yang diperoleh adalah formula pakan yag terbaik untuk
diberikan pada induk sapi bali dengan metode flushing di Kabupaten Rejang
Lebong yaitu rumput lapangan/jerami 10 % dari berat badan ditambah
pakan tambahan yag terdiri dari kulit kopi fermentasi 2,4 kg/ekor/hari
ditambah dedak padi 1,6 kg/ekor/hari yang dapat menghasilkan rata-rata
bobot lahir anak sapi bali 18,0 kg. Sedangkan dosis pupuk organik yang
terbaik dari pengomposan kotoran ternak sapi untuk tanaman kopi di
Kabupaten Rejang Lebong untuk sementara adalah 10 kg/batang, tapi
produksi buah kopi belum dapat diketahui karena tanaman kopi belum
menghasilka sampai laporan ini di buat.
Pengkajian Integrasi tanaman kopi dengan ternak sapi dilaksanakan
di Kabupaten Rejang Lebong dengan menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan, setiap perlakuan diulangi sebanyak 7
ulangan untuk perlakuan pada ternak sapi yaitu: (P1)Pakan rumput
lapangan/jerami 10% dari berat badan, (P2) Formula pakan terdiri dari
rumput lapangan/jerami 10% dari berat badan + pakan tambahan (kulit kopi
fermentasi 2,4 kg/ekor/hari + dedak padi 1,6 kg/ekor/hari) dan (P3) Formula
pakan terdiri dari rumput lapangan/jerami 10% dari berat badan + pakan
tambahan (kulit kopi fermentasi 2,4 kg/ekor/hari + dedak padi 0,8
kg/ekor/hari + ubi kayu 0,8 kg/ekor/hari).
Pengkajian pemberian pupuk kompos pada tanaman kopi yang sudah
produksi dirancang dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga
perlakuan, setiap perlakuan diulangi sebanyak (7) tujuh ulangan yaitu: (P1)
Tanaman tidak dipupuk dengan kompos sapi, (P2) Tanaman dipupuk dengan
kompos sapi 5 kg/pohon dan (P3) Tanaman dipupuk dengan kompos sapi 10
kg/pohon. Tiap ulangan ada 10 batang tanaman. Parameter yang diukur
LAPORAN TAHUNAN 2013
57
adalah bobot lahir anak, konsumsi pakan, produksi tanaman kopi dan
kesehatan ternak sapi.
Gambar 20. Proses pembuatan pupuk kompos kotoran sapi.
Hasil analisa uji proksimat fermentasi kulit kopi menunjukan
kandungan protein kasar 12,87%, kadar abu 7,25%, serat kasar 42,09%,
lemak 0,73%, kadar air 12,16%, energi 3830 kkal, ca 0,58%, P 0,12%. Hasil
analisis laboratorium kompos kotoran ternak sapi dan kulit kopi menunjukan
kandungan kadar air 11,20%, Nitrogen 2,85%, Pospor 8,32%, Kalium
0,48%, C-organik 1,33%, pH H2O 7,52%.
Rata-rata bobot lahir anak sapi Bali yang diberikan pakan tambahan
berupa kulit kopi yang difermentasi ditambah dengan dedak padi, ubi
kayu maupun yang tidak, dapat menambah bobot lahir anak sapi Bali yaitu
perlakuan I : 14,9 kg, perlakuan II : 18,0 kg, perlakuan III : 17,7 kg.
Rata-rata konsumsi hijauan dan pakan tambahan induk sapi sejak dua
bulan sebelum melahirkan sampai induk sapi melahirkan dari tiga perlakuan
yang berbeda yaitu perlakuan I: hijauan 40kg, perlakuan II: hijauan 29,5
kg/ekor/hari dan pakan tambahan 3,2 kg/ekor/hari, perlakuan III: hijauan 30
kg/ekor/hari dan pakan tambahan 3,5 kg/ekor/hari. Rata-rata produksi awal
LAPORAN TAHUNAN 2013
58
tanaman kopi petani di Desa Air Meles Bawah masih rendah, berkisar antara
4,22 sampai dengan 4,47 kg/batang/musim.
Berdasarkan uji statistik yang dilakukan menunjukkan bahwa bobot
lahir anak sapi Bali pada perlakuan kedua memberikan perbedaan yang nyata
(P<0,05) bila dibandingkan dengan bobot lahir anak sapi Bali yang tidak
diberikan pakan tambahan perlakuan pertama/kontrol. Begitu juga dengan
bobot lahir anak sapi pada perlakuan ketiga memberikan pengaruh nyata
(P<0,05) bila dibandingkan dengan bobot lahir anak sapi Bali pada perlakuan
pertama/kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pakan tambahan
dua bulan sebelum melahirkan menghasilkan bobot lahir anak sapi Bali yang
lebih berat dari pada bobot lahir anak sapi pada perlakuan kontrol.
Pemberian pakan tambahan membantu pemenuhan kebutuhan induk sapi
yang sedang bunting terhadap nutrisi zat makanan karena kandungan zat
gizi dari pakan tambahan (protein dan energy metabolism) yang tinggi
dibandingkan dengan kandungan zat gizi dari hijauan saja.
Bobot lahir anak sapi Bali pada perlakuan kedua tidak berbeda nyata
(P>0,05) dengan perlakuan ketiga. Tetapi bobot lahir anak sapi Bali pada
perlakuan kedua lebih tinggi bila dibandingkan dengan bobot lahir anak sapi
Bali pada perlakuan ketiga. Hal ini disebabkan karena kandungan nutrisi
protein kasar dan energi metabolis dari pakan tambahan pada perlakuan
kedua lebih tinggi dari pada kandungan nutrisi protein kasar dan energy
metabolis dari pakan tambahan pada perlakuan ketiga.
Kesimpulan dari kegiatan ini adalah:
1. Kandungan proksimat fermentasi kulit kopi adalah protein kasar 12,87%,
kadar abu 7,25%, serat kasar 42,09%, lemak 0,73%, kadar air 12,16%,
energi 3830 kkal, Ca 0,58% dan P 0,12%.
2. Kandungan kompos kotoran ternak sapi dan kulit kopi adalah kadar air
11,20%, Nitrogen 2,85%, pospor 8,32%, Kalium 0,48%, C-organik 1,33%
dan Ph H2O 7,52%.
3. Pemberian pakan tambahan dua bulan sebelum melahirkan meningkatkan
bobot lahir anak sapi.
LAPORAN TAHUNAN 2013
59
6.1.4. Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Aneka Produk Tanaman Pangan dan Hortikultura Lokal Unggulan Bengkulu
Di provinsi Bengkulu terdapat beberapa komoditas tanaman pangan
dan hortikultura lokal unggulan yang mempunyai potensi nilai ekonomi yang
cukup baik bila diberi sentuhan teknologi pengolahan untuk meningkatkan
nilai tambahnya, seperti jagung, jeruk Gerga Lebong, pisang Curup, labu
kuning (prenggi), kentang merah, terung dan tomat, yang tersedia
sepanjang musim dengan harga di tingkat petani yang masih sangat rendah.
Sentra produksi komoditas jagung, pisang Curup, dan prenggi
terdapat di kabupaten Rejang Lebong sedangkan sentra buah jeruk Gerga
Lebong terdapat di kabupaten Lebong. Namun komoditas tersebut belum
dimanfaatkan secara optimal. Sebagai contoh, jagung yang saat ini lebih
banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sementara pisang Curup yang
bertekstur lembut mengalami proses pematangan yang cepat serta mudah
terkena infeksi dan penyakit pascapanen sehingga memiliki daya simpan
yang rendah, dan labu kuning yang masih banyak terbuang karena hasil
yang melimpah dengan nilai komoditas yang rendah.
Jeruk Gerga Lebong pemasarannya sudah cukup luas. Namun,
terdapat permasalahan budidaya jeruk Gerga Lebong yakni banyaknya buah
yang rontok akibat berbagai faktor salah satunya pengaruh iklim. Peristiwa
rontok buah sebesar ±20% sehingga menyebabkan kerugian yang tidak
sedikit bagi petani produsen. Dengan luas areal pertanaman jeruk Gerga
Lebong sekitar 500 ha dan masih dilakukan pengembangan areal tanam oleh
pemerintah daerah setempat hingga menjadi 6000 ha dalam kurun 5 tahun
kedepan.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan pemanfaatan jagung dan pisang
Curup serta mengurangi kerugian pada budidaya jeruk yaitu adanya
kerontokan buah jeruk Gerga Lebong, maka dilakukan pengolahan komoditas
tersebut menjadi aneka produk olahan. Pengolahan komoditas tanaman
LAPORAN TAHUNAN 2013
60
pangan dan hortikultura lokal unggul Provinsi Bengkulu ini bertujuan untuk
meningkatkan nilai tambah aneka produk jagung lokal, jeruk Gerga Lebong,
dan pisang Curup.
Tujuan dari kegiatan Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Aneka Produk
Tanaman Pangan dan Hortikultura Lokal Unggulan Bengkulu adalah:
1. Mengidentifikasi berbagai jenis produk olahan tanaman pangan dan
hortikultura lokal unggulan Bengkulu.
2. Meningkatkan diversifikasi produk olahan tanaman pangan dan
hortikultura lokal unggulan Bengkulu.
3. Mengkaji dan menganalisis nilai tambah aneka produk olahan tanaman
pangan dan hortikultura lokal unggulan Bengkulu.
4. Mendiseminasikan hasil kajian ke stakeholder dan pengguna.
Gambar 21. Berbagai hasil olahan produk tanaman pangan dan hortikultura.
Pengkajian dilaksanakan di Kelompok Pengolah Hasil/Kelompok
tani. Pengkajian diawali dengan ujicoba pembuatan produk di Laboratorium
Pascapanen BPTP Bengkulu dan hasil formula produk yang tebaik
diintroduksikan kepada kelompok tani di lokasi pengkajian Kabupaten Rejang
Lebong dan Kabupaten Lebong. Ruang lingkup kegiatan meliputi pengkajian
pendahuluan berupa identifikasi produk olahan tanaman pangan dan
hortikultura di Propinsi Bengkulu dan formulasi produk, dan pengkajian
LAPORAN TAHUNAN 2013
61
utama yang mencakup kegiatan introduksi teknologi ke kelompok tani.
Selanjutnya dilakukan analisis nilai tambah produk olahan tanaman pangan
dan hortikultura lokal unggulan Bengkulu.
Hasil kegiatan pengkajian menunjukkan bahwa Propinsi Bengkulu
memiliki potensi produk tanaman dan hortikultura unggulan yang sebagian
besar sudah ada diipasaran dan identifikasi hasil produk olahan tersebut
meliputi produk olahan jagung berupa marning, dan produk olahan
komoditas hortikultura yang paling banyak ditemukan di pasaran seperti
keripik pisang, lempuk durian, manisan terong, dan manisan tomat. Selain
itu, sudah dilakukan diversifikasi pengolahan tanaman pangan sehingga
dihasilkan produk olahan tanaman pangan seperti stik ubi jalar, macaroni ubi
jalar, dan kare-kare. Sementara, produk olahan hortikultura juga sudah
beraneka ragam, terdiri dari permen pepaya, dodol terong, dodol pepaya,
permen tomat, keripik bayam.
Hasil pengkajian diperoleh formulasi terbaik produk tortilla jagung,
selai jeruk Gerga, dan es krim pisang Curup. Sejauh ini sudah dilakukan
introduksi teknologi pengolahan produk tersebut kepada kelompok
pengolahan hasil di Kabupaten Rejang Lebong dan kelompok tani di
Kabupaten Lebong. Pengolahan jagung menjadi tortilla jagung menghasilkan
nilai tambah sebesar Rp. 28.000,00. Sementara pengolahan jeruk Gerga
menjadi selai dan pisang Curup menjadi es krim meningkatkan nilai tambah
masing-masing komoditas sebesar Rp. 22.500,00 dan Rp. 31.200,00.
Kegiatan introduksi teknologi pengolahan tortilla jagung, selai jeruk
Gerga, dan es krim pisang Curup tidak hanya terbatas pada lokasi
pengkajian, tetapi juga dilakukan pelatihan kepada kelompok lain diluar
kelompok pengkajian dengan tujuan mempercepat transfer teknologi kepada
pengguna. Kesimpulan kegiatan pengkajian ini adalah:
1. Jenis produk olahan tanaman pangan dan hortikultura lokal unggulan di
Provinsi Bengkulu adalah keripik pisang, sale pisang kering dan basah,
LAPORAN TAHUNAN 2013
62
tepung singkong, stik ubi jalar, makaroni ubi jalar, kare-kare ubi jalar,
lempuk durian, emping melinjo, marning, manisan terong, manisan
tomat, dodol terong, dodol tomat, dodol pepaya.
2. Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Aneka Produk Tanaman Pangan
dan Hortikultura Lokal Unggulan Bengkulu di kabupaten Rejang Lebong
dan Lebong cukup memiliki potensial untuk diterapkan dan
dikembangkan oleh kelompok tani, karena bahan baku cukup mudah
didapatkan di pasar dan harganya cukup murah.
3. Diversifikasi produk berupa paket teknologi produk olahan tanaman
pangan dan hortikultura lokal unggulan Bengkulu yaitu es krim pisang
Curup, tortila jagung, selai Jeruk Gerga lebon
4. Peningkatan nilai tambah paket teknologi aneka Produk Tanaman
Pangan dan Hortikultura Lokal unggulan Bengkulu untuk Pengolahan
jagung menjadi tortilla jagung menghasilkan nilai tambah sebesar Rp.
28.000,00. Sementara pengolahan jeruk Gerga menjadi selai dan pisang
Curup menjadi es krim meningkatkan nilai tambah masing-masing
komoditas sebesar Rp. 22.500,00 dan Rp. 31.200,00.
5. Penerapan pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Aneka Produk
Tanaman Pangan dan Hortikultura Lokal Unggulan Bengkulu di
kabupaten Rejang Lebong dan Lebong di tingkat petani perlu dukungan
dengan memberikan pembinaan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petani dalam memproses pembuatan aneka produk
tanaman pangan dan hortikultura lokal unggul mulai dari penanganan
buah segar sebagai bahan baku, sortasi buah, persiapan mulai dari
pengupasan, pengirisan, perendaman, pemasakan hingga pengemasan
agar produk yang dihasilkan berkualitas tinggi dan dapat diterima
konsumen.
6. Kegiatan Ekspose Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Aneka Produk
Tanaman Pangan dan Hortikultura Lokal Unggulan Bengkulu merupakan
salahsatu cara untuk mendiseminasikan teknologi pengolahan aneka
produk tanaman pangan dan hortikultura lokal unggulan Bengkulu
sebagai salah satu pemanfaatan hasil komoditas lokal unggulan daerah
dan dapat meningkatkan nilai tambah produk kepada pengunjung
ekspose.
LAPORAN TAHUNAN 2013
63
Hasil perhitungan nilai tambah dan kelayakan ekonomi (Tabel 12),
menunjukkan bahwa pengolahan jagung menjadi tortilla menghasilkan nilai
tambah sebesar Rp. 28.000,00, sementara pengolahan jeruk Gerga menjadi
selai memberikan nilai tambah sebesar Rp. 22.500,00. Nilai tambah yang
lebih tinggi yakni sebesar Rp. 31.200,00 diperoleh dari pengolahan pisang
Curup menjadi es krim. Hal ini karena harga bahan baku pisang Curup lebih
rendah daripada produk yang lain. Selain itu, proses pembuatan es krim juga
relatif lebih mudah, hanya membutuhkan waktu dan tenaga kerja yang lebih
sedikit dibandingkan pembuatan tortilla jagung dan es krim pisang Curup.
Selain itu, usaha pengolahan tortilla jagung, selai jeruk Gerga, dan es
krim pisang Curup memiliki nilai R/C ratio masing-masing sebesar 1.59, 1.52
dan 1,75. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap pengeluaran sebesar 1
rupiah akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 1.59 pada proses pembuatan
tortilla jagung, Rp 1.52 pada proses pembuatan selai jeruk Gerga, dan Rp.
1,75 pada pembuatan es krim pisang Curup. Walaupun ketiga produk
tersebut memiliki nilai R/C ratio > 1 namun usaha es krim pisang Curup lebih
layak dikembangkan dibandingkan dengan tortilla jagung dan selai jeruk
Gerga.
Berdasarkan hasil perhitungan titik impas, BEP pengolahan tortilla
jagung, selai jeruk Gerga, dan es krim pisang Curup akan tercapai apabila
masing-masing produk telah terjual sebanyak 93.54 kg dengan penerimaan
sebesar Rp.4.665.094,00 untuk proses pembuatan tortilla jagung, dan 135.33
kg dengan penerimaan sebesar Rp.4.446.428,00 untuk proses pembuatan
selai jeruk Gerga, serta 7800 cup es krim pisang Curup dengan penerimaan
sebesar Rp.15.600.000,00.
LAPORAN TAHUNAN 2013
64
6.1.5. Pengkajian Teknologi Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Provinsi Bengkulu
Sektor perkebunan di Provinsi Bengkulu menyumbang devisa negara
cukup tinggi setelah tanaman pangan. Kakao merupakan salah satu
komoditas andalanyang cukup prospektif di Provinsi Bengkulu karena
didukung oleh kesesuaian agroekosistem dan kondisi sosial masyarakat
petani yang mengusahakannya. Luas areal perkebunan Kakao di Bengkulu
saat ini mencapai 14.363 hektar dengan produksi 3.959 ton (produktivitas
rata rata 0,8 ton/ha) dan jumlah petani yang mengusahakannya sebanyak
22.667 KK. Sebaran perkebunan kakao rakyar hampir merata di semua
Kabupaten yaitu di Kabupaten Bengkulu Selatan 1.437 hektar, Bengkulu
Utara 2.424 ha, Kepahiang 6.040 ha dan Kaur 1.454 hektar. Perkebunan
terluas saat ini berada di Kabupaten Kepahiang yang mencapai 42% dari luas
perkebunan kakao di Provinsi Bengkulu. Pesatnya pertambahan luasan di
Kabupaten Kepahiang karena pada tahun2005 Pemerintah daerah Kabupaten
Kepahiangmengembangkan tanaman Kakao sebanyak 4 juta batang untuk
petani dengan luas mencapai 2000 ha.
Dilihat darisegi produktivitas yang baru mencapai rata-rata 0,8
ton/ha/th, maka kondisi ini masih jauh dari potensi tanaman yangt bisa
mencapai diatas 2 ton/ha/th. Permasalahan utama yang dihadapi adalah
adanya serangan hama Penggerek Buah Kakao (PBK) yang hampir
menyerang semua pertanaman. PBK merupakan hama penting kakaoyang
menyerang buah tanamanyang mengakibatkan pertumbuhan buah dan biji
tidak normal. Serangan PBK ini dapat menurunkan produksi lebih dari 80%.
Disamping produksi menurun juga mengakibatkan mutu tanaman sangat
rendah yang berakibat pada harga jual sangat juga rendah, sehingga
pendapatan petani kakao turun drastis.
LAPORAN TAHUNAN 2013
65
Gambar 22, 23. Lokasi Kegiatan Pengkajian Pengendalian hama PBK.
Beratnya serangan yang disebabkan oleh PBK serta peningkatan luas
areal terserang memerlukan pengendalian yang harus segara dilakukan.
Sebagai daerah yang sedang melakukan pengembangan kakao dalam skala
yang cukup besar diharapkan terbebas dari hama PBK. Sehingga pengkajian
mengenai pengendalian spesifik lokasi perlu dilakukan agar serangan PBK
dapat ditekan sekecil mungkin. Komponen teknologi pengendalian
Pengandalian Penggerek Buah Kakao (PBK) dari Badan Litbang Pertanian
saat ini sudah tersedia antara lain: 1) pemangkasan; 2) frekuensi panen
sering; 3) sanitasi dan system rampasan; 4) pengendalian hayati; 5)
pengendalian kimiawi;dan sarungisasi buah kakao.
Tujuan kegiatan pengkajian teknologi pengendalian hama penggerek
buah kakao (PBK) di Provinsi Bengkulu tahun 2013 adalah:
1. Mendapatkan paket teknologi pengendalian hama PBK pada perkebunan
kakao rakyat.
2. Evaluasi penerapan petani terhadap teknologi pengendalian hama PBK.
Pengkajian dilaksanakan di Desa Suro Bali Kecamatan Ujan Mas
Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu pada bulan Januari sampai
Desember 2013. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan di
lapangan dan melalui survei. Pengkajian dilaksanakan menggunakan
LAPORAN TAHUNAN 2013
66
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan yaitu; 1)
penyemprotan kimia, 2) penyemprotan pestisida nabati, 3) penyarungan
buah kakao dan 4) pemeliharaan tanaman yang biasa dilakukan petani
sebagai kontrol. Pemeliharaan tanaman lain yang dilakukan pada masing-
masing perlakuan adalah pemangkasan tanaman kakao dan tanaman
naungan, panen sering, pengendalian gulma serta pemupukan. Pengamatan
dilakukan 3 Bulan Setelah Aplikasi (BSA). Data yang diperoleh dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf
5%.
Hasil pengujian statistik dengan menggunakan Uji Duncan pada taraf
5% menunjukkan perbedaan nyata terhadap persentase serangan hama PBK
pada masing-masing pengamatan. Perlakuan penyarungan buah kakao
menunjukkan hasil berbeda nyata terhadap perlakuan penyemprotan kimia,
pestisida nabati dan kontrol. Perlakuan penyarungan buah kakao
menurunkan serangan dari 78,57% menjadi 40,00% dengan intensitas
sebelum perlakuan 62,50% (intensitas serangan berat) menjadi 5,84%
(intensitas serangan ringan). Berdasarkan hasil tersebut, perlakuan
penyarungan buah kakao menunjukkan hasil yang lebih efektif dibandingkan
penyemprotan pestisida kimia dan pestisida nabati. Berdasarkan hasil kajian,
maka penggunaan sarung dapat direkomendasikan sebagai teknologi untuk
penghendalian hama penggerek buah kakao di Kabupaten Kepahiang.
Tingkat pemahaman petani terhadap paket pengendalian hama PBK cukup
tinggi yang diindikasikan dengan aplikasi lapangan secara berkelanjutan dan
diikuti oleh petani lainnya.
Kesimpulan dari pengkajian ini adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengkajian paket teknologi pengendalian hama PBK
(Pemangkasan, panen sering, sanitasi, penyarungan, pengendalian
nabati dan penyemprotan kimia), maka metode penyarungan buah lebih
efektif menurunkan intensitas serangan berat (50%) menjadi intensitas
LAPORAN TAHUNAN 2013
67
ringan (5,84%). Metode penyarungan dapat direkomendasi sebagai
teknologi pengendalian hama PBK di Kabupaten Kepahiang.
2. Tingkat pemahaman petani terhadap paket pengendalian hama PBK
cukup tinggi yang diindikasikan dengan aplikasi lapangan secara
berkelanjutan dan diikuti oleh petani lainnya.
6.1.6. Pengelolaan Sumberdaya Genetik
Sumber daya genetik tanaman merupakan bahan yang dapat
dimanfaatkan secara langsung atau tidak langsung untuk mendukung
ketahanan pangan. Pemanfaatan langsung SDG tanaman berupa
budidaya langsung untuk memenuhi kebutuhan tanpa memerlukan
perbaikan tanaman melalui pemuliaan. Pemanfaatan SDG secara tidak
langsung, yaitu memanfaatkan keanekaragaman bahan genetik yang
terdapat di dalam SDG tanaman untuk merakit variertas unggul baru melalui
kegiatan pemuliaan tanaman.
Informasi keanekaragaman serta keberadaan SDG tanaman di
Indonesia sangat diperlukan sebagai dasar penyusunan kebijakan
pengelolaan dan pemanfaatan SDG pertanian untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Informasi dapat diperoleh melalui serangkaian
kegiatan inventarisasi SDG tanaman, baik melalui inventarisasi SDG tanaman
yang berada di lahan pekarangan rumah petani, lahan petani maupun hutan.
Hasil inventarisasi keanekaragaman SDG tanaman dapat memberikan
informasi tingkat keberagaman/diversitas dan potensi pemanfaatan serta
sumber keberadaannya berupa peta sebaran secara spatial.
Provinsi Bengkulu memiliki berbagai sumber daya genetik baik dari
tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, kentang merah), aneka buah (jeruk,
mangga, durian, pisang, manggis), tanaman hias (anggrek Vanda hokeriana,
bunga raflesia), tanaman perkebunan (melinjo), ikan, maupun hewan
(kerbau Enggano).
LAPORAN TAHUNAN 2013
68
Peran BPTP dalam pengelolaan SDG sangat strategis dan sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya dalam pengembangan teknologi spesifik
lokasi. Kegiatan pengelolaan SDG diarahkan pada upaya identifikasi,
eksplorasi, karakterisasi, penyelamatan, pemanfaatan, dan pengembangan
sumberdaya lokal spesifik Bengkulu. Sumberdaya genetik dengan keunggulan
lokal perlu dilestarikan dan dikembangkan sebagai sumber plasma nutfah
untuk perbaikan sumber daya genetik tanaman maupun hewan. Tujuan dari
kegiatan ini adalah:
1. Mendorong dan menstimulasi kinerja Komda SDG Provinsi Bengkulu.
2. Meningkatkan pemahaman pemangku kepentingan (stakeholders) tentan
arti penting dan manfaat dari sumberdaya genetik lokal spesifik
Bengkulu.
3. Mengidentifikasi dan karakterisasi SDG (flora dan fauna) spesifik
Bengkulu.
4. Menyelamatan, memanfaatkan, dan mengembangkan sumberdaya
genetik lokal spesifik Bengkulu, khususnya komoditas pangan dan
hortikultura.
Kegiatan pengelolaan SDG dilaksanakan di 7 Kabupaten dan Kota,
yang meliputi Kabupaten Rejang Lebong, Lebong, Bengkulu Utara, Kaur,
Bengkulu Tengah, Mukomuko, dan Kota Bengkulu. Kegiatan dilaksanakan
dari bulan Januari sampai dengan Desember 2013. Tahapan kegiatan adalah:
1) Koordinasi, 2) Sosialisasi dan apresiasi, 3) Eksplorasi dan 4) Membangun
kebun koleksi.
Sejak terbentuknya kepengurusan Komda SDG tahun 2011sampai
awal 2013 belum ada kegiatan yang dilaksanakan. BPTP Bengkulu
mengambil inisiatif dengan mengundang ketua Komda SDG Propinsi
Bengkulu membahas mengenai kinerja komda SDG. BPTP Bengkulu
menawarkan untuk mensinergikan kegiatan SDG BPTP Bengkulu dengan
Komda SDG Provinsi Bengkulu agar aktifitas Komda SDG berjalan. Komda
SDG Bengkulu melakukan pembaharuan kepengurusan yang diketuai oleh
Kepala Badan Penelitian Pengembangan dan Statistik Daerah (BPP Stada)
LAPORAN TAHUNAN 2013
69
Provinsi Bengkulu, dengan sekretaris Kepala BPTP Bengkulu. Kepengurusan
Komda SDG pembaharuan ini terdiri dari Pembina (Gubernur Bengkulu), Tim
Pengarah (Ketua: Sekretaris Daerah), Pelaksana Harian (Ketua : Kepala BPP
Stada) dan 5 Komisi.
Beberapa aktivitas yang sudah dilakukan oleh KOMDA SDG Propinsi
Bengkulu antara lain Rapat Koordinasi, Rapat Koordinasi Penyusunan rencana
kerja, Sosialisasi SDG dan Pemanfaatannya untuk daerah di Prop. Bengkulu
dan rapat Kerja Komda SDG Propinsi Bengkulu. Dari program program yang
sudah dilakukan Komda SDG Propinsi Bengkulu pada intinya menekankan
pentingnya upaya untuk melestarikan kekayaan sumber daya genetika yang
ada di Propinsi Bengkulu, Potensi dan peluang dari masing-masing komoditi
dan Peluang daerah dalam memanfaatkan SDG yang unik. Sosialisasi melalui
pertemuan dengan stakeholders di tingkat provinsi dan kabupaten. Pada
acara sosialisasi disampaikan hal yang berkaitan dengan rencana
pelaksanaan kegiatan Pengelolaan sumber daya genetic (SDG) spesifik
Bengkulu. Pada tahun 2013, BPTP Bengkulu melaksanakan kegiatan
Pengelolaan SDG yang difokuskan pada komoditas tanaman buah tahunan.
Diberitahukan juga bahwa BPTP Bengkulu merencanakan pembuatan kebun
koleksi khusus untuk tanaman hortikultura. Stakeholders menyambut baik
dan akan mendukung kegiatan tersebut dengan memberikan informasi
lokasi, komoditas dan bahan koleksi.
Gambar 24. Pelaksaan FGD penguatan daya saing komoditas kopi.
LAPORAN TAHUNAN 2013
70
Inventarisasi dalam bentuk FGD di BPTP Bengkulu dihadiri oleh 25
orang yang berasal dari Universitas Bengkulu, Universitas Hazairin,
Universitas Muhammadiyah Bengkulu, Balitbangda Provinsi Bengkulu, BPSB
Provinsi Bengkulu, Bappeda Provinsi Bengkulu dan BPTP Bengkulu.
Inventarisasi mencakup, komoditas, kolektor/peneliti, institusi, bentuk koleksi
dan lokasi. Hasil inventarisasi tanaman pangan 8 aksesi, sayuran 6 aksesi,
Hortikultura 11 aksesi, perkebunan 3 aksesi, tanaman obat 3 aksesi dan
bunga 2 aksesi.
Karakterisasi sumberdaya genetik yang sudah dilakukan dengan
metode survey, mengunjungi lokasi yang memiliki plasma nutfah spesifik
pada 7 Kabupaten/Kota. Karakterisasi yang dilakukan meliputi : Pendataan
tentang komoditi, lokasi geografis dan administratif, nama kolektor dan
pemanfaatan tanaman yang bersangtkutan bagi masyarakat. Tanaman
hortikultura yang sudah di Karakterisasi adalah Sawo pusaka, Durian bentara,
Durian tebal jeribing, Mangga Bengkulu, jeruk kalamansi, pisang curup,
manggis lebong, dan jeruk gerga lebong.
Inventarisasi lahan pekarangan dilaksanakan di Desa Padang Jaya
Kecamatan Padang Jaya dan desa Batu Layang Kecamatan Hulu Palik
Kabupaten Bengkulu Utara. Dari kedua desa di survey 10 sampel petani yang
mempunyai karagaman SDG di lahan pekarangannya. Tanaman yang
diinventarisasi adalah semua jenis tanaman serta jumlah/luas,
penggunaan/pemanfaatan serta letak koordinat dari masing masing lahan
pekarangan petani. Dari survey tersebut didapatkan sebanyak 64 jenis
tanaman pekarangan dan 2 jenis tanaman di luar pekarangan. Tanaman
pekarangan yang diusahakan petani sangat beragam dari tanaman tua
(tahunan), hortikultura dan sayuran. Untuk tanaman diluar pekarangan yang
terdapat agak jauh dari rumah terdiri dari 2 jenis tanaman tahunan yaitu
Karet dan kelapa sawit.
Pembuatan kebun koleksi di BPTP Bengkulu dengan penanaman
tanaman buah spesifik Bengkulu. Penanaman dilakukan di tanah pekarangan
LAPORAN TAHUNAN 2013
71
dan tabulampot. Tanaman hortikultura unggul yang sudah dikoleksi dikoleksi
adalah Manggis Lebong, Jeruk Kalamansi, Pisang Curup, Mangga Bengkulu,
Jeruk Gerga Lebong, Sawo Pusaka, Durian Bentara, Mangga madu, dan
Kelengkeng. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah:
1. Kegiatan SDG di BPTP Bengkulu telah dapat menstimulasi aktivitas dan
kinerja KOMDA SDG Provinsi Bengkulu.
2. Sosialisasi dan kordinasi mampu meningkatkan pemahaman stakeholders
terhadappentingnya SDG untuk kesejahteraan masyarakat.
3. Telah diinventarisasi 8 aksesi tanaman pangan, 6 aksesi tanaman sayuran,
11aksesi tanaman hortikultura, 3 aksesi tanaman perkebunan, 3 aksesi
taman obat dan tanaman hias sebanyak 2 aksesi.
4. Terdapat 64 jenis tanaman pekarangan yang diinventarisir di Povinsi
Bengkulu.
5. Telah terbentuk kebun koleksi mini berbagai tanaman buah unggul
(mangga, manggis, durian, sawo, jeruk) Bengkulu dan screen house.
6.1.7. Pengkajian Pengelolaan Lahan Sub Optimal Untuk Mendukung Swasembada Pangan di Provinsi Bengkulu
Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan produktivitas lahan
rawa melalui penerapan paket teknologi system tanam dan varietas adaptif.
Dengan keluaran adalah rekomendasi paket teknologi pengolahan lahan rawa
melalui penerapan paket teknologi system tanam dan varietas adaptif.
Gambar 25, 26. Lokasi pengkajian dan pelaksanaan analisis hara dengan alat uji hara tanah rawa.
LAPORAN TAHUNAN 2013
72
Kesimpulan yang didapatkan adalah dengan menerapkan komponen
teknologi PTT lahan rawa terjadi peningkatan produksi dari 2-3 ton/hektar
menjadi 4,5-5,5 ton/hektar. Varietas padi rawa yang adaptif adalah inpara 2,
inpara 1 dan inpara 3. Lebih lengkapnya paket rekomendasi untuk lahan
rawa bergambut adalah:
a. Pengolahan lahan; membuat/membersihkan saluran sekunder dan tersier
(cacaing) yang masuk kelahan.
b. Membersihkan lahan (sanitasi) dengan herbisida atau lainnya tapi tidak
boleh di bakar.
c. Olah lahan dengan cangkul atau hand traktor kura-kura, dapat dilakukan
2-3 kali lalu beri dolomite.
d. Pemupukan harus sesuai kebutuhan tanaman dapat diketahui dengan
alat PUTR pada wilayah kegiatan rekomendasi pupuk adalah: urea
300kg/ha, SP 36 50 kg/ha, KCL 125 kg/ha dan kapur 500-1000 kg/ha.
Pupuk dasar umur 7-14 hst (33 % urea+100% SP36). Susulan 1 umur
21-30 hst (33 % urea + 50% KCL) susulan 2 pada umur 35-45 hst (33%
+50% KCL).
e. Persemaian basah dengan jumlah benih 25 kg, umur bibit 25-30 HST
bibit tanam 2-3 batang.
f. Gunakan jajar legowo 2:1.
g. Lakukan panen 80 % daun bendera mongering dan penjemuran sampai
kadar air 12 %.
6.1.8. Model Akselerasi Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan (M-AP2RL) dengan Pendekatan Analisis Modelling Mendukung Desentralisasi Rencana Aksi (Decentralized Action LAN/DAP) Peningkatan Produksi padi di Provinsi Bengkulu
Padi merupakan komoditas pangan utama. Komoditas ini merupakan
salah satu komoditas unggulan yang termasuk dalam program empat sukses
kementerian pertanian. Program ini bertujuan untuk mewujudkan ketahanan
pangan nasional. Beras sebagai bahan utama di Indonesia dibutuhkan lebih
dari 90% penduduk. Kebutuhan beras dewasa ini belum dapat dipenuhi dari
produksi dalam negeri.
LAPORAN TAHUNAN 2013
73
Gambar 27. Causal loop diagram sistem produksi padi Provinsi Bengkulu.
Upaya peningkatan produksi beras telah dilakukan sejak lama.
Namun, dalam beberapa tahun belakangan ini, masalah kecukupan pangan
menjadi isu penting karena permintaan beras terus meningkat seiring dengan
laju pertumbuhan penduduk. Optimasi produktivitas padi di lahan sawah
merupakan salah satu peluang peningkatan produksi gabah nasional. Hal ini
sangat dimungkinkan bila dikaitkan dengan hasil padi pada agroekosistem ini
masih beragam antar lokasi dan belum optimal. Rata-rata hasil 4,7 t/ha,
sedangkan potensinya dapat mencapai 6 – 7 t/ha.
Berdasarkan agroekosistem dan kesesuaian lahannya, tanaman padi
mempunyai potensi dan peluang yang besar untuk dikembangkan di Provinsi
Bengkulu. Provinsi Bengkulu memiliki lahan sawah seluas 105.177 ha dengan
produktivitas yang masih rendah (4,03 t/ha). Peluang untuk meningkatkan
Luas tanam
padi
Intensitas
Pertanaman
Produktivitas
padi
Pupuk
Benih
OPT
Luas sawah
Ketersediaan
air
Cetak
sawah
Alih fungsi
lahan
Produksi
padi
+
+
+
+
+
+
Penyuluhan
Mekanisasi
+
+
Losses
pra panen
+
+
--
+
+
-
Tenaga kerja
pertanian
+-
+
(-)
Jumlah
penduduk Pertambahan
jumlah
penduduk
+
+
(+)
Lahan
suboptimal
+
Curah
hujan
+
+
Sosial-budaya-
Sawah irigasi
+
Sawah non-
irigasi +
Regulasi
Pemerintah
Jaringan
irigasi
+
+
Ekspor padi
-
(-)
-
+
+
Bencana
Alam+
LAPORAN TAHUNAN 2013
74
produksi padi di Provinsi Bengkulu masih terbuka melalui intensifikasi dan
efisiensi penggunaan lahan.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan aplikasi system
modeling pada studi dan analisis pengembangan bahan rekomendasi
kebijakan peningkatan produksi padi di Provinsi Bengkulu dan melakukan
koordinasi analisis pengembangan kebijakan peningkatan produksi padi
(decentralized action plan) dengan pendekatan model Perencanaan
Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan (M-P3RL) .
Data yang digunakan dalam kegiatan ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer akan dikumpulkan dari petugas lapang dan petani,
sedangkan data sekunder dari dinas pertanian, PU, transmigrasi dan sosial,
BMKG, BPS serta BPSB. Data yang dikumpulkan antara lain: alih fungsi lahan,
luas sawah, petugas lapang, sarana irigasi, benih, pupuk, OPT, laju
pertumbuhan penduduk, tingkat konsumsi beras, susut hasil dan pengolahan
lahan. Setelah pengumpulan data dilakukan indetifikasi sistem, pembuatan
struktur model, uji validasi dan uji sensitivitas untuk mengetahui tingkat
kepekaan variabel-variabel yang mempengaruhi. Data kemudian diolah
dengan menggunakan program komputer dan selanjutnya dilaporkan secara
deskriptif.
Dari hasil simulasi data eksisting yang dilanjutkan dengan menguji
sensitivitas diketahui bahwa variabel yang mempengaruhi produksi padi di
Provinsi Bengkulu adalah: konversi lahan, Cetak sawah baru, Pemanfaatan
lahan suboptimal, Ketersediaan jaringan irigasi, Pengelolaan air,
Pengendalian OPT, Intensitas Penyuluhan, Rekomendasi benih, Rekomendasi
pupuk , Losses dan Mekanisasi Pertanian.
Dengan mensimulasi variabel-variabel diatas, diperoleh beberapa skenario
kebijakan:
1 . Adopsi Rekomendasi pupuk dari 35% menjadi 70% melalui penjaminan
ketersediaan pupuk tepat waktu.
LAPORAN TAHUNAN 2013
75
2 . Optimalisasi Lahan marjinal hingga 12.000 Ha untuk meningkatkan luas
lahan sawah.
4. Peningkatan penggunaan VUB berkualitas dari 25% menjadi 60%
melalui program bantuan benih.
5. Peningkatan intensitas penyuluhan dari 10 % menjadi 30%.
6. Peningkatan Indeks Pertanaman (IP) dari 120 menjadi 200.
Peningkatan penggunaan pupuk dari 35% menjadi 70% dari
rekomendasi, dapat dilaksanakan jika ada jaminan ketersediaan pupuk yang
memenuhi 6 tepat (Waktu, Jenis, Dosis, Lokasi, Jumlah dan Harga).
Pemanfaatan lahan sub optimal juga berperan dalam peningkatan produksi
padi di provinsi Bengkulu. Lahan sub optimal yang ada di Provinsi Bengkulu
terdiri atas rawa Lebak dangkal dan pantai. Optimalisasi lahan-lahan tersebut
dapat meningkatkan produksi secara signifikan.
VUB sudah diakui menjadi salah satu titik ungkit dalam peningkatan
produktivitas. Penggunaan VUB secara luas dari 25% menjadi 60% dan
didukung dengan peningkatan penyuluhan akan menaikkan produksi padi di
Provinsi Bengkulu. Peningkatan produktivitas belum menjamin peningkatan
produksi jika luas panennya berkurang. Peningkatan luas panen dapat
dilakukan melalui peningkatan Indeks Pertanaman.Peningkatan Produksi padi
di Provinsi Bengkulu akan dicapai melalui peningkatan IP dari 120 menjadi
200.
Penyediaan fasilitas dan perangkat pendukung pengembangan system
Produksi padi perlu dilakukan khususunya pada sistem usahatani antara lain
penggunaan varietas unggul baru dan aspek penyuluhan.
Kesimpulan yang dapat dirumuskan di dalam kajian penelitian dan
pengkajian ini adalah:
1. Adopsi rekomendasi pupuk dari 35% menjadi 70% melalui penjaminan
ketersediaan pupuk tepat waktu.
2. Optimalisasi Lahan marjinal hingga 12.000 Ha untuk meningkatkan luas
lahan sawah.
LAPORAN TAHUNAN 2013
76
3. Peningkatan penggunaan VUB berkualitas dari 25% menjadi 60% melalui
program bantuan benih.
4. Peningkatan intensitas penyuluhan dari 10 % menjadi 30%.
5. Peningkatan IP dari 1,2 menjadi 2.
6.1.9. Mapping Potensi BBI dan BBU dalam Penyediaan Benih Berkualitas di Provinsi Bengkulu
Swasembada beras dipengaruhi oleh pemanfaatan varietas unggul,
peningkatan kualitas sarana dan prasarana pertanian (khususnya jaringan
irigasi), teknik budidaya, dan rekayasa kelembagaan. Penggunaan varietas
padi unggul yang berdaya hasil tinggi, responsif terhadap pemupukan dan
toleran terhadap serangan hama penyakit utama telah terbukti dapat
meningkatkan produktivitas, efisiensi produksi, dan kecukupan pangan.
Di Provinsi Bengkulu, penggunaan benih unggul bersertifikat secara
mandiri masih relatif rendah. Salah satu penyebab dari rendahnya
pemanfaatan benih unggul bermutu adalah lemahnya peran kelembagaan
perbenihan dalam pembinaan (penyediaan, informasi, dan distribusi) ke
petani. Kesadaran petani untuk membeli VUB di kios pertanian masih rendah,
sehingga jika tidak ada bantuan VUB dari pemerintah, para petani
menggunakan benih yang dihasilkan dari pertanamannya sendiri.
Sistem perbenihan yang tangguh (produktif, efisien, berdaya saing,
dan berkelanjutan) sangat diperlukan untuk mendukung upaya peningkatan
penyediaan benih padi dan peningkatan produksi beras nasional. Peran BBI
dan BBU sangat penting dalam penyediaan benih berkualitas yang sesuai
dengan preferensi petani.
LAPORAN TAHUNAN 2013
77
Gambar 28. Lahan produksi bibit padi dan jagung di kab.Rejang Lebong.
Tujuan dari pelaksanaan pengkajian mapping potensi BBI dan BBU
dalam penyediaan benih berkualitas di Provinsi Bengkulu pada tahun 2013
adalah:
1. Menginventarisir potensi, kinerja, dan permasalahan kelembagaan
perbenihan padi di Provinsi Bengkulu.
2. Membuat peta/mapping potensi dan kinerja kelembagaan perbenihan
padi di Provinsi Bengkulu.
3. Mengkaji sinergisitas kinerja perbenihan di Provinsi Bengkulu.
4. Mendapatkan alternatif strategi dalam pengembangan kelembagaan
perbenihan di Provinsi Bengkulu.
Pengkajian dilaksanakan di 10 kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu
dari bulan April - Juni 2013. Pengumpulan data dilakukan melalui survey dan
FGD. Survey dan FGD dilakukan untuk menghimpun data potensi dan kinerja
lembaga perbenihan yang ada di Provinsi Bengkulu dengan menggunakan
daftar/blanko isian yang sudah disiapkan. Survey terhadap petani penangkar
dilakukan pada 100 orang petani penangkar di 10 kabupaten/kota dan FGD
terhadap lembaga perbenihan dilakukan pada lembaga perbenihan di Kota
LAPORAN TAHUNAN 2013
78
Bengkulu, Kabupaten Rejang Lebong, Lebong, dan Mukomuko. Data yang
diperoleh ditabulasi selanjutnya dianalisis secara deskriptif.
Sistem kelembagaan perbenihan di Provinsi Bengkulu belum tangguh
(produktif, efisien, berdaya saing, dan berkelanjutan). Kondisi dan kinerja
lembaga perbenihan pemerintah (BBI/BBU) belum optimal yang ditunjukkan
oleh rendah dan lemahnya produksi benih, sarana prasarana, SDM,
infrastruktur, struktur organisasi, dan sistem pembiayaan.
Gambar 29. Peralatan prosesing benih.
Kebutuhan benih padi di Provinsi Bengkulu cukup tinggi yaitu
3.442,93 ton per tahun dan belum dapat terpenuhi oleh penangkaran lokal.
Kelompok petani penangkar di Provinsi Bengkulu cukup banyak yaitu 41
kelompok dengan jumlah anggota sebanyak 1.168 orang, namun aktivitasnya
masih tergantung dari keberadaan program dari pemerintah dan swasta.
Alasan dari rendahnya aktivitas petani penangkar disebabkan oleh harga,
pemasaran, keterbatasan sarana dan prasarana serta modal menjadi alasan
utama bagi petani penangkar.
Masing-masing lembaga perbenihan di kabupaten dan provinsi masih
terkesan menjalankan tupoksi lembaga masing-masing tanpa atau dengan
kadar koordinasi dan integrasi yang minim secara parsial dan belum terjalin
LAPORAN TAHUNAN 2013
79
networking yang baik. Hal ini ditunjukkan dari asal benih sumber dan
promosinya yang belum berjalan dengan baik.
Peran lembaga perbenihan sebagai penyediaan benih padi dan
pengungkit peningkatan produksi beras secara regional maupun nasional
perlu dibangun dengan komitmen yang baik dari berbagai pihak. Berdasarkan
hasil FGD yang dilakukan di Kota Bengkulu, Kabupaten Rejang Lebong,
Lebong, dan Mukomuko disimpulkan bahwa:
1. Benih berkualitas diakui menjadi syarat utama dalam peningkatan
produktivitas dan produksi padi.
2. Lembaga perbenihan di daerah perlu direvitalisasi.
3. Dinas Pertanian kabupaten akan berinisiatif untuk meningkatkan peran
lembaga perbenihan melalui dana APBD.
4. Perlu disampaikan ke pemerintah pusat untuk meninjau regulasi dan
mekanisme bantuan benih.
5. Tindakan antisipatif daerah diperlukan dalam penyediaan benih
berkualitas.
6. Perlu sinergisme dan integrasi program antar lembaga perbenihan di
Provinsi Bengkulu.
6.1.10. Model Pengembangan Pertanian Perdesaan (MP3MI) Berbasis Jeruk di Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu
Tujuan kegiatan MP3MI berbasis jeruk adalah untuk
mengintroduksikan inovasi teknologi pengolahan erpadu kebun jeruk sehat
(PTJKS) dan pasca panen jeruk kepada pengguna di kawasan pengembangan
jeruk, menimbulkan minat pengguna terhadap teknologi tersebut dan
memperoleh umpan balik dari stake holder dan pengguna untuk memperoleh
model pengembangan MP3MI berbasis jeruk yang spesifik lokasi.
LAPORAN TAHUNAN 2013
80
Gambar 30, 31. Lokasi perkebunan jeruk dan pelaksanaan temu lapang bersama anggota kelompok tani jeruk.
Keluaran tahun 2013 adalah terintruduksinya paket inovasi teknologi
jeruk dari Badan Litbang Pertanian kepada pengguna di kawasan
pengembangan jeruk; 2) peningkatan minat pengguna terhadap teknologi
PTJKS dan pasca panen jeruk dan 3) draft model pengembangan MP3MI
berbasis jeruk yang spesifik lokasi yang berdasrkan hasil umpan balik dari
stake holder dan pengguna di kawasan pengembangan jeruk.
Dari hasil kegiatan MP3MI di Kabupaten Lebong diperoleh kesimpulan
sebagai berikut: 1) Mengintroduksikan paket inovasi teknologi jeruk dari
Badan Litbang Pertanian dapat meningkatkan pengetahuan petani dan
petugas tentang PTKJS dari 15 % menjadi 31,7 %; 2) Menumbuhkan dan
meningkatkan minat petani terhadap teknologi PTKJS dari 10 % menjadi 90
% ;3) Dapat memperoleh rancangan sementara model pengembangan
pertanian pedesaan berbasis jeruk di Kabupaten Lebong berupa model
inovasi teknologi, model diseminasi teknologi dan model kelembagaan yang
disusun berdasarkan hasil umpan balik dari stakeholder dan pengguna.
LAPORAN TAHUNAN 2013
81
Model inovasi teknologi yaitu teknologi PTJKS dengan penyesuain pad
teknologi pemupukan, pemangkasan dan pengendalian OPT. model
diseminasi inovasi teknologi dan kelembagaan dengan menggunakan metode
komunikasi langsung seperti demfarm, demonstrasi cara, pertemuan, temu
lapang kunjungan/anjangsana dengan menggunakan saluran instansi terkait(
dinas pertanian, BP3K, Balitjestro, kelurahan, dan kecamatan) dan tokoh
masyarakat serta KTNA, serta pemakaian media elektronik (audiovisual) yang
didukung dengan media cetak. Model kelembagaan masih perlu dikaji lebih
mendalam pada tahun yang akan datang. Untuk sementara kelembagaan
melibatkan kelembagaan petani (gapoktan,poktan KTNA), tokoh masyrakat,
kelembagaan pemerintah (dinas pertanian dan ketahanan pangan,
BPTH,BPSB, BBIH,BP4K,PPL, kelurahan/kecamatan, BPTP/Balitjestro) yang
didukung oleh mitra usaha (swasta, koperasi, BUMN dan BUMD)
6.2. Kegiatan Diseminasi
6.2.1. Komunikasi (Sosialisasi, Temu Informasi, Pameran, Melatih di BPP)
1. Sosialisasi Hasil Penelitian dan Pengkajian TA. 2013 ke Stakeholders di Provinsi dan Kabupaten/Kota
Sosialisasi Hasil Penelitian dan Pengkajian TA. 2013 ke Stakeholders
di Provinsi dan Kabupaten/Kota dilaksanakan pada tanggal 10 Desember
2013 bertempat di Hotel Santika, Jl. Jati Kota Bengkulu. Peserta yang hadir
pada acara ini adalah sebanyak 30 orang yang terdiri dari Kepala
Dinas/Badan lingkup pertanian di provinsi dan di kabupaten/kota, serta
peneliti/penyuluh BPTP Bengkulu.
LAPORAN TAHUNAN 2013
82
Gambar 32, 33. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi hasil pengkajian dan penelitian 2013.
Sebagai narasumber pada acara Sosialisasi Hasil Penelitian dan
Pengkajian TA. 2013 adalah Kepala BPTP Bengkulu Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP.
Materi yang disampaikan adalah hasil-hasil pengkajian dan diseminasi TA.
2013 dan rencana judul-judul pengkajian dan diseminasi TA. 2014.
Narasumber berikutnya adalah Kepala Balitbang dan Statistika Daerah Ir.
Diah Iriani, M.Si yang menyampaikan program kegiatan Badan Penelitian dan
Pengembangan dan Statistika Daerah dan rencana kegiatan penelitian dan
pengembangan daerah pada tahun 2014.
2. Pameran LIPI Expo dan Bengkulu Expo
Pameran dilaksanakan di Kawasan Sport Center Pantai Panjang
Bengkulu pada tanggal 26 – 30 September 2013. Bekerjasama dengan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), SKPD se-Provinsi Bengkulu,
dan Swasta menyelenggarakan pameran ilmu pengetahuan "LIPI Expo 2013"
pada 26 hingga 30 September 2013 di Kota Bengkulu. Kegiatan ini adalah
pameran LIPI yang keempat, namun yang pertama kali diadakan di luar
LAPORAN TAHUNAN 2013
83
Jakarta. Pameran tersebut merupakan perhelatan tahunan sebagai upaya
LIPI dalam membangun masyarakat Indonesia untuk mengenal pengetahuan
dan teknologi yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Gambar 34, 35. Penampilan produk inovasi teknologi pertanian
dari BPTP Bengkulu.
Dalam rangkaian acara Expo 2013, BPTP Bengkulu ikut serta dalam
acara pameran dan talkshow. Dalam pameran BPTP Bengkulu menampilkan
produk inovasi teknologi yang telah dihasilkan dan produk-produk olahan
pasca panen serta bahan publikasi seperti leaflet, banner dan mini banner.
Produk-produk yang ditampilkan adalah: tanaman cabai merah, kubis ungu,
kubis hijau, kucai, seledri, terong, telor ayam KUB. Produk olahan makanan
LAPORAN TAHUNAN 2013
84
dari Laboratorium Pascapanen diantaranya adalah sari buah tomat, sari buah
bembam, kue tat Bengkulu, sari buah jeruk gerga, dan es krim ubi jalar.
Media cetak produksi Laboratorium Pascapanen adalah:
Leaflet berjumlah 5 judul: 1) Peningkatan produktivitas lahan sub-optimal
dengan VUB padi spesifik lokasi, 2) Budidaya bawang merah spesifik dataran
rendah, 3) Ayam KUB, 4) PTT Padi sawah, 5)Peningkatan produksi padi
melalui sistem jarwo.
Mini Banner sebayak 9 buah berjudul: 1) Prospek budidaya bawang merah
dataran rendah di pekarangan, 2) Perangkat Uji Pupuk, 3) Perangkat Uji
Tanah Kering, 4) Perangkat Uji Tanah Rawa, 5) Perangkat Uji Tanah Sawah,
6) Sari buah jeruk Gerga,7) Sari buah tomat, 8) Es krim ubi jalar, 9) Tortilla
burger.
Banner sebanyak 7 buah berjudul: 1) Caplak roda, 2) Kalender tanam
terpadu, 3) Varietas jagung, 4) VUB kacang tanah, 5) VUB padi rawa, 6) VUB
padi sawah irigasi.
Selain pameran, LIPI juga menyelenggarakan Seminar Pemanfaatan
Potensi Sumber Daya Lokal untuk Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat
Bengkulu dan beragam pemaparan hasil penelitian LIPI. Lembaga tersebut
mengadakan seminar hasil penelitian LIPI di Kantor Gubernur Bengkulu serta
beberapa diskusi interaktif di area LIPI Expo Pantai Panjang.
3. Pameran Hari Pangan Sedunia ke-33 di Padang Sumbar
Pameran Hari Pangan Sedunia ke-33 di Padang dilaksanakan di
lokasikawasan TVRI Stasiun Sumatera Barat pada tanggal Oktober 2013.
Pameran hari pangan sedunia atau world food day tahun 2013 mengangkat
tema “Sustainable food systems for food security and nutrition”. Di
Indonesia, peringatan Hari Pangan Sedunia dilaksanakan di Provinsi
Sumatera Barat dengan tema nasional “Optimalisasi Sumberdaya Lokal
melalui Diversifikasi Pangan Menuju Kemandirian Pangan dan Perbaikan Gizi
Masyarakat”. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam HPS adalah Gelar
LAPORAN TAHUNAN 2013
85
Teknologi Pertanian yang tidak lain adalah media alih pengetahuan dan
teknologi secara langsung kepada pengguna. Gelar teknologi diharapkan
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat atau petani sebagai upaya
meningkatkan produksi, guna menjawab ketersediaan pangan dan menekan
kelaparan. Lahan pertanian yang tersedia harus dimanfaatkan melalui
penerapan teknologi tepat guna, sehingga produksi dan pendapatan petani
terus meningkat yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan.
Gambar 36, 37. Produk unggulan Bengkulu di tampilkan dalam pameran Hari
Pangan Sedunia.
Pameran yang dilaksanakan pada lokasi gelar teknologi ini BPTP
Bengkulu menampilkan 2 judul leaflet yaitu: corn chips, marmalade selai
jeruk Gerga, buah jeruk Gerga 20 kg dan bibit tanaman jeruk Gerga umur 6
bulan sebanyak 14 batang, buah Mangga Bengkulu 10 kg dan bibit Mangga
Bengkulu umur 1 tahun sebanyak 10 batang dan leaflet 2 judul. Produk
olahan makanan yang dipamerkan yaitu sari buah jeruk Kalamansi, sari buah
jeruk Gerga, kue tat selai jeruk Gerga dan corn chips.
LAPORAN TAHUNAN 2013
86
4. Pameran Pekan Pertanian Spesifik Lokasi II (PPSL II) di Kendari Sulawesi Utara
Pameran PPSL II dilaksanakan pada tanggal 20 – 25 November 2013
bertempat di arena Eks MTQ Kendari. Pameran menampilkan berbagai
inovasi teknologi spesifik lokasi Badan Litbang Pertanian, Perguruan Tinggi,
Pemda, maupun lembaga penelitian non kementerian (BPPT, LIPI, Batan)
dan swasta (lisensor inovasi Badan Litbang Pertanian). Konsep penyajian
inovasi teknologi spesifik lokasi didasarkan atas 8 kluster Agroekosistem
dalam bentuk pameran maupun gelar teknologi di lokasi utama.
Pameran dari BPTP Bengkulu pada agroekosistem lahan sawah
ditampilkan model caplak roda dan dua buah banner tentang system tanam
jajar legowo 4 : 1 dengan menggunakan caplak roda, dan banner caplak
roda. Untuk di agroekosistem lahan kering dataran rendah iklim basah
ditampilkan mangga Bengkulu, sari buah bembam dan manisan bembam,
serta banner mangga Bengkulu. Untuk diagroekosistem lahan kering dataran
tinggi iklim basah ditampilkan buah jeruk gerga, kentang merah, sari buah
jeruk gerga, kue tat selai jeruk gerga, keripik kentang merah dan banner
Jeruk Gerga dan banner kentang merah
LAPORAN TAHUNAN 2013
87
Gambar 38, 39. Pameran PPSL II di Kendari Sulawesi Utara.
5. Pameran Pekan Inovasi Peternakan Ramah Lingkungan (PIP-RL) dan Ekspose pada Kebun Percobaan Gowa-Bajeng Makasar Sulawesi Selatan
Tujuan dari acara Pameran Pekan Inovasi Peternakan Ramah
Lingkungan Dan Seminar Nasional (PIP-RL) untuk memudahkan masyarakat
pengguna untuk mengakses teknologi yang dibutuhkan sehingga informasi
mengenai teknologi terkini dapat dengan cepat diketahui oleh calon
pengguna teknologi, Menghimpun ide/gagasan yang informatif dan
implementatif dalam mendukung program swasembada daging dan
pengembangan industri perternakan, Sebagai forum pertukaran informasi
mengenai teknologi perternakan yang spesifik lokasi serta ajang sosialisasi
teknologi secara nasional.
LAPORAN TAHUNAN 2013
88
Gambar 40, 41. Produk yang di pamerkan di Gowa-Bajeng Makasar SULSEL.
Pada stan pameran BPTP Bengkulu menampilkan leaflet, buku,
banner dan produk-produk pakan ternak sapi hasil inovasi teknologi produk
teknologi perternakan unggulan Bengkulu. Judul leaflet antara lain: Sistem
Perkandangan Sapi Poton, Perkawinan Yang Tepat Pada Sapi Potong,
Teknologi Pemanfaatan Limbah Ternak Untuk Pembuatan Pupuk Organik,
Formulasi Pakan Murah Dari Kulit Kopi, Tatalaksana Pemeliharaan Sapi
Potong, Teknologi Inseminasi Buatan (IB) Sapi Potong, Membantu Proses
Kelahiran Dan Penanganan Pedet, Teknologi Fermentasi Jerami Padi Untuk
Pakan Ternak.
Buku berjumlah 2 judul yaitu Pemanfaatan Kotoran Ternak Untuk
Pembuatan Biogas dan Pupuk Kompos dan buku Teknologi Pengawetan
Hijauan Makanan Ternak (HMT) Dan Limbah Pertanian. Pada stan BPTP
Bengkulu juga menampilkan produk perternakan berjumlah 3 Jenis yaitu:
1. Kulit kopi fermentasi berjumlah 4 Bungkus @ 1 Kg
2. Solid fermentasi berjumlah 4 Bungkus @ 1 Kg
3. Kompos berbahan baku kulit kopi berjumlah 4 Bungkus @ 1 Kg
LAPORAN TAHUNAN 2013
89
6.2.2. Penyusunan Bahan diseminasi dan Publikasi Hasil Penelitian dan Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi Melalui Siaran TV, Radio, Cetakan)
Selama tahun 2013 telah tersusun media informasi bahan diseminasi
dan publikasi hasil penelitian dan pengkajian teknologi pertanian spesifik
lokasi berupa:
1. Publikasi dalam bentuk media cetak terdiri atas:
- Publikasi di Tabloid SinaTani sebanyak 1 kali dengan judul Expo dan r
Seminar Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi (Exsitek)
Mendukung Empat Sukses Program Strategis Kementerian Pertanian
tanggal 14 – 15 Desember 2012 dipublikasi pada Tabloid Sinar Tani
Edisi 26 Desember 2012 tanggal 1 Januari 2013 No. 3488 Tahun XLIII.
- Buku sebanyak 4 judul antara lain: 1) 68 inovasi Badan Litbang
Pertanian, 2) Teknologi Produksi Tanaman Jeruk, 3) Pengendalian
Hama dan Penyakit, 4) Prosiding Prosiding Seminar Inovasi Teknologi
Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Empat Sukses Kementerian
Pertanian di Provinsi Bengkulu Tanaman Jeruk.
- leaflet sebanyak 22 judul.
Tabel 13. Judul leaflet yang dicetak pada Tahun 2013.
No Judul Jumlah
(eksemplar)
1. Perkawinan yang Tepat Pada Sapi Potong 25
2. Teknologi Fermentasi Jerami Padi untuk Pakan Ternak
25
3. Formulasi Pakan Murah dari Kulit Kopi 25
4. Membantu Proses Kelahiran dan Penanganan Pedet 25
5. Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Potong Bunting 25
6. Teknologi Pemanfaatan Limbah Ternak untuk Pembuatan Pupuk Organik
25
7. Sistem Perkandangan Sapi Potong 25
8. Inseminasi Buatan Sapi Potong 25
9. Budidaya Cabe 100
10. Keripik Wortel 100
11. Budidaya Kol Bunga 100
12. Peningkatan Lahan Sub Optimal dengan VUB Padi Spesifik Lokasi
100
13. Teknologi Pemanfaatan Limbah Ternak untuk
Pembuatan Pupuk Organik
100
14. Manisan Terung 100
15. Manisan Kering Tomat 100
LAPORAN TAHUNAN 2013
90
16. Marmalade Selai Gerga 100
17. Teknologi Pengolahan Tortilla Chips 100
18. Teknologi Budidaya sayuran Vertikultur 100
19. Aplikasi Trichoderma pada Pembuatan Kompos dan
Pengendalian Penyakit Tanaman Jeruk
50
20. Pengenalan dan Pengendalian Penyakit CVPD 50
21. Pembiakan Agen Hayati Trichoderma sp. Untuk
Pengendalian Penyakit Pada Tanaman Jeruk
58
22. Pembuatan Bubur Kalifornia untuk Pengendalian Hama dan Penyakit Pada Tanaman Jeruk
75
2. Publikasi dalam bentuk media elektronik terdiri atas: publikasi hasil
penelitian dan pengkajian teknologi spesifik lokasi melalui siaran radio
sebanyak judul 12 judul dan publikasi melalui siaran TV dengan judul
dengan judul “Etalase Pemanfaatan Lahan Gambut di Kabupaten
Mukomuko”. Publikasi ini dirilis dalam rangka mendukung kegiatan Pekan
Daerah XIV Mukomuko yang dilasanakan pada bulan Juni 2013. Dalam
publikasi ini melibatkan Kepala Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) DR. Agung Hendriadi, M.
Eng. sebagai narasumber.
Gambar 42. Pengambilan gambar/syuting bersama TVRI.
LAPORAN TAHUNAN 2013
91
Gambar 43. Wawancara TVRI dengan stakeholder yaitu
PEMDA Bengkulu Utara di lokasi kegiatan MKRPL.
6.3. Kegiatan Pendampingan 6.3.1. Demfarm Kedelai Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah
padi dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang
kaya akan protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan dan
pakan. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting
dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan dan
murah harganya. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan
pertumbuhan jumlah penduduk dan kebutuhan bahan industri olahan
pangan. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan kedelai cenderung
meningkat.
LAPORAN TAHUNAN 2013
92
Gambar 44. Tanaman kedelai pada lokasi denfarm.
Melalui kegiatan Demfarm diharapkan terjadi perbaikan pemahaman
petani dan kelompok tani mengenai pentingnya penerapan inovasi teknologi
dengan benar untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usahataninya.
Salah satu cara untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan petani
adalah melalui demplot tanaman di lahan. Demfarm merupakan salah satu
media diseminasi yang cukup efektif dilapangan, dapat langsung dilihat
petani yang diharapkan dapat langsung menerapkan di areal usaha taninya
sendiri.
Tujuan kegiatan Demfarm Kedelaipada tahun 2013 adalah
menyebarluaskan varietas unggul spesifik lokasi kepada petani serta
mempercepat adopsi komponen teknologi budidaya tanaman kedelai di
Provinsi Bengkulu. Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah
tersebarluasnya varietas unggul spesifik lokasi pada tingkat petani dan
teradopsinya secara luas komponen teknologi budidaya tanaman kedelai di
Provinsi Bengkulu.
Kesimpulan dari kegiatan adalah:
1. Keragaan pertumbuhan dan hasil demfarm pada Kabupaten Seluma
menunjukkan bahwa varietas anjasmoro, Argomulyo, dan Tanggamus
LAPORAN TAHUNAN 2013
93
mempunyai potensi dan peluang untuk dikembangkan secara luas di
Provinsi Bengkulu.
2. Produktivitas varietas Anjasmoro yaitu 0,5-1,8 ton/ha dan varietas
Argomulyo 0,4-0,6 ton/ha. Sedangkan untuk varietas Tanggamus 1,1
ton/ha.
3. Dari 11 komponen teknologi PTT kedelai, 9 komponen (81,8%) telah
diadopsi. Sedangkan yang belum sebanyak 2 komponen (18,2 %) yaitu
teknologi pengendalian OPT secara terpadu dan pemberian bahan
organik.
6.3.2. Kalender Tanam Terpadu
Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 45/2011 tentang Tata
Hubungan Kerja Antara Kelembagaan Teknis, Penelitian dan Pengembangan,
dan Penyuluhan Pertanian dalalm mendukung Peningkatan Produksi Beras
Nasional (P2BN), pada dasarnya terkait dengan; a) pengembangan dan
penerapan Kalender Tanam (Katam) Terpadu, baik dalam penyusunan,
maupun sosialisasi dan validasi/verifikasi lapang, dan b) mendukung upaya
adaptasi perubahan iklim dalam pengamanan/penyelamatan atau
pengurangan resiko, pemantapan pertumbuhan produksi, dan mengurangi
dampak sosial-ekonomi.
Untuk mengimplementasikan Permentan No. 45/2011, Badan Litbang
Pertanian telah menyusun Sistem Kalender Tanam Terpadu yang menjadi
rujukan dalam menyusun rencana pengelolaan pertanian tanaman pangan di
daerah. Informasi tersebut meliputi estimasi awal tanam kedepan
berdasarkan prediksi iklim, yang dilengkapi dengan informasi iklim lainnya,
serta rekomendasi teknologi berupa varietas, benih dan pemupukan
berimbang. Sistem Kalender Tanam Terpadu dapat diakses melalui website
Badan Litbang Pertanian (litbang.deptan.go.id).
LAPORAN TAHUNAN 2013
94
Gambar 45. Sosilisasi Kalender tanam di Kabupaten Kaur.
Untuk lebih mengefektifkan penerapan Permentan ini, maka perlu
kiranya diadakan koordinasi dan komunikasi kepada stakeholder. Oleh sebab
itu, dalam penerapannya, peranan BPTP di masing-masing daerah menjadi
strategis dan menentukan dalam mensosialisasikan dan advokasi program
sistem informasi kalender tanam terpadu ini.
Tujuan dari pelaksanaan pengawalan kalender tanam terpadu pada
tahun 2013 adalah; 1) Melaksanakan sosialisasi dan verifikasi sistem
informasi kalender tanam terpadu kepada stakeholder, 2) Membuat
rekomendasi sistem informasi kalender tanam terpadu yang spesifik lokasi.
Keluaran dari kegiatan ini adalah terlaksananya sosialisasi dan verifikasi
system informasi kalender tanam terpadu kepada stakeholder dan
rekomendasi sistem informasi kalender tanam terpadu yang spesifik lokasi.
LAPORAN TAHUNAN 2013
95
Kesimpulan dari kegiatan adalah:
1. Kegiatan sosialisasi kalender tanam terpadu MT.II tahun 2013 dan MT I
tahun 2013/2014 telah dilaksanakan pada 10 Kabupaten/Kota di Provinsi
Bengkulu yang meliputi; a) Zona timur adalah Kabupaten Kepahiang,
Rejang Lebong dan Lebong, yang telah dilaksanakan pada tanggal 8-11
April 2013, b) Zona utara adalah Kabupaten Benteng, Bengkulu Utara
dan Muko-muko yang telah pada tanggal 8-11 april 2013, c) Zona
Selatan yaitu Kabupaten seluma, Bengkulu Selatan, dan Kaur yang
dilaksanakan pada tanggal 16-18 april 2013.
2. Diperolehnya rekomendasi system informasi kalender tanam terpadu
spesifik lokasi terdiri dari; a) Rekomendasi varietas padi sawah, jagung
dan kedelai, b) Rekomendasi pupuk tunggal dan pupuk majemuk untuk
padi sawah, c) Informasi serangan OPT untuk tanaman padi sawah,
jagung dan kedelai.
6.3.3. Pendampingan SL-PTT Padi di Provinsi Bengkulu
Padi merupakan tulang punggung pembangunan subsektor tanaman
pangan dan berperan penting terhadap pencapaian ketahanan pangan. Padi
juga memberikan kontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB)
nasional (Damardjati, 2006; Dirjen Tanaman Pangan, 2008; Sembiring dan
Abdulrahman, 2008).Untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional, pada
tahun 2011 Kementerian Pertanian telah menetapkan target produksi sebesar
70,60 juta ton GKP. Sampai dengan tahun 2014 pertumbuhan produksi padi
ditargetkan meningkat sebesar 5,22% per tahun (Kementerian Pertanian,
2011).
Provinsi Bengkulu memiliki lahan sawah seluas 105.177 ha dengan
produktivitas yang masih rendah (4,06 t/ha). Produktivitas padi, jagung, dan
kacang tanah di Bengkulu masih relatif rendah yang berturut-turut adalah:
4,06 t/ha, 3,60 t/ha dan 0,99 t/ha (BPS Provinsi Bengkulu, 2010), sedangkan
potensi hasilnya dapat mencapai 6,5 t/ha untuk padi, 5,0 t/ha untuk jagung,
dan 2,0 t/ha untuk kacang tanah. Penyebabnya antara lain adalah
penggunaan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan benih bersertifikat
LAPORAN TAHUNAN 2013
96
di tingkat petani masih relatif rendah (sekitar 40-50%), penggunaan pupuk
yang belum rasional dan efisien, penggunaan pupuk organik yang belum
populer dan budidaya spesifik lokasi masih belum diadopsi dan terdifusi
secara baik. Upaya dan strategi untuk meningkatkan produktifitas dan
produksi mutlak diperlukan melalui implementasi inovasi teknologi
(Kustiyanto, 2001).
Gambar 46. Lokasi pendampingan yang telah menerapkan legowo.
Luas SL-PTT Padi tahun 2013 adalah 4.625.000 ha, yang dialokasikan
pada kawasan pertumbuhan (padi pasang surut, padi rawa lebak, padi lahan
kering dan padi sawah) seluas 297.900 ha, kawasan pengembangan (padi
sawah, padi hibrida dan padi lahan kering) seluas 589.700 ha dan luas
kawasan pemantapan (padi sawah dan padi lahan kering) seluas 3.737.400
ha. Dalam SL-PTT petani dapat belajar langsung di lapangan melalui
pembelajaran dan penghayatan langsung (mengalami), mengungkapkan,
menganalisis, menyimpulkan dan menerapkan (melakukan/mengalami
kembali), menghadapi dan memecahkan masalah-masalah terutama dalam
hal teknik budidaya dengan mengkaji bersama berdasarkan spesifik lokasi.
Melalui penerapan SL-PTT petani akan mampu mengelola
sumberdaya yang tersedia secara terpadu dalam melakukan budidaya
dilahan usahataninya berdasarkan spesifik lokasi sehingga petani menjadi
LAPORAN TAHUNAN 2013
97
lebih terampil serta mampu mengembangkan usahataninya dalam rangka
peningkatan produksi padi dan jagung. Namun demikian wilayah diluar SL-
PTT harus tetap dilakukan pembinaan, pendampingan dan pengawalan
sehingga produksi dan produktivitas tetap dapat meningkat.
Tujuan pendampingan SL-PTT pada tahun 2013 adalah:
1. Mempercepat adopsi komponen teknologi PTT padi di Provinsi Bengkulu.
2. Mengevaluasi efektivitas pendampingan SL-PTT padi yang dilaksanakan
oleh stakeholders.
Keluaran yang diharapkan pada kegiatan ini adalah tersebarluasnya
adopsi komponen teknologi di Provinsi Bengkulu dan informasi kinerja
pendampingan SL-PTT padi yang efektif di Provinsi Bengkulu.
Kesimpulan dari kegiatan adalah:
1. Komponen teknologi PTT padi telah diadopsi di 10 kabupaten/Kota
Provinsi Bengkulu melalui metode diseminasi; a) Display VUB telah
dilaksanakan di 10 kabupaten/kota di Privinsi Bengkulu seluas 50 hektar,
b) Sosialisasi dan temu lapang telah dilaksanakan di 10 kabupaten dan
kota, c) Menjadi nara sumber dalam rangka mendukung kegiatan
pendampingan, d) Distribusi bahan informasi di 10 Kabupaten/Kota seperti
buku, juklak, brosur, leaflet, banner sebanyak 2.250 eksemplar dan caplak
roda sebanyak 5 buah untuk mendukung implementasi jajar legowo.
2. Efektifitas pendampingan SL-PTT padi telah berdampak pada peningkatan
produktivitas di 10 kabupaten/kota Provinsi Bengkulu yaitu rata 4,5 -5,2
ton GKP/ha menjadi 4,8 – 6,5 GKP/ ha.
6.3.4. Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (m-KRPL) pada Berbagai Agroekosistem di Provinsi Bengkulu
Provinsi Bengkulu memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah yang
tersedia baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Ketersediaan jenis pangan
dan rempah yang beraneka ragam, berbagai jenis tanaman pangan seperti padi-
padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur, buah, dan pangan dari hewani
banyak dijumpai di daerah ini. Demikian pula berbagai jenis tanaman rempah dan
obat-obatan dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah di wilayah kita ini.
LAPORAN TAHUNAN 2013
98
Namun demikian realisasi konsumsi masyarakat masih dibawah anjuran
pemenuhan gizi, yang ditunjukkan dengan skor PPH provinsi Bengkulu 2010
sebesar 74 (BKP, 2010). Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan
ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatkan
sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya
tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga.
Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan kegiatan pemanfaatan
Lahan Pekarangan (m-KRPL,maupun P2KP, dan program lainnya),
menunjukkan bahwa perhatian petani terhadap pemanfaatan lahan
pekarangan relatif masih terbatas, sehingga pengembangan berbagai inovasi
yang terkait dengan lahan pekarangan belum banyak berkembang
sebagaimana yang diharapkan. Demplot yang dilakukan serta pelatihan
teknis budidaya sangat mempercepat masyarakat untuk mencontoh cara
pengelolaan lahan dan pemeliharaan tanaman secara benar.
Pengalaman petani pelaksana menunjukkan bahwa dari kecukupan
kebutuhan sayuran berdampak berkurangnya pengeluaran keluarga. Hal ini
mendorong masyarakat yang belum ikut dalam kelompok timbul keinginan
masyarakat khususnya di perkotaan untuk mencoba secara mandiri. Kondisi
ini membawa keuntungan bagi pengelola KBD melalui penjualan bibit
tanaman. Beberapa manfaat yang telah dirasakan ini, maka pada tahun 2013
Model KRPL perlu dikembangkan di seluruh kabupaten dan kota.
Tujuan dari pelaksanaan Pengkajian Pengembangan Model Kawasan
Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) pada Berbagai Agroekosistem di Provinsi
Bengkulu pada Tahun 2013 adalah:
1. Mengembangkan model Rumah Pangan Lestari spesifik dataran rendah
dan dataran tinggi di 10 Kabupaten dan Kota.
2. Meningkatkan keterampilan dan minat petani dalam pemanfaatan lahan
pekarangan sesuai potensi wilayah daerahnya.
LAPORAN TAHUNAN 2013
99
3. Menghemat pengeluaran konsumsi rumah tangga dan meningkatkan
pendapatan petani melalui penjualan hasil, serta peningkatan Pola Pangan
Harapan (PPH).
4. Mengembangkan Kebun Bibit Inti (KBI) melalui produks ibenih sayuran,
ubi jalar, ganyong, buah-buahan, dan ayam kampung unggul (KUB) untuk
keberlanjutan KBD dan Rumah Pangan Lestari (RPL).
5. Meningkatkan peran dan fungsi Kebun Bibit Desa (KBD).
Keluaran dari kegiatan ini adalah:
1. Berkembangnya model KRPL spesifik dataran rendah dan dataran tinggi di
10 Kabupaten dan kota.
2. Meningkatnya keterampilan an minat petani dalam pemanfaatan lahan
pekarangan melalui sosialisasi, ekspose, pameran.
3. Meningkatnya pendapatan petani dan keluarganya melalui penghematan
pengeluaran konsumsi rumah tangga dan penjualan hasil di lokasi baru,
serta PPH.
4. Dihasilkannya benih sayuran (cabe,tomat, terung, bayam, sawi) serta
benih papaya merahdelima, ubijalar, ganyong, dan ayam KUB untuk
keberlanjutan KBD dan Rumah Pangan Lestari (RPL).
5. Tumbuhnya pelaku usaha bibit di perdesaan/perkotaan melalui
penumbuhan Kebun Bibit Desa (KBD).
Gambar 47. Lokasi KRPL di Padang Jaya.
LAPORAN TAHUNAN 2013
100
Kesimpulan kegiatan ini adalah:
1. Terbentuknya 20 unit M-KRPL spesifik dataran rendah dan dataran tinggi
di 10 kabupaten/kota.
2. Kegiatan sosialisasi, ekspose/pameran secara deskriptif dapat
meningkatkan keterampilan dan minat petani dalam mengusahakan
lahan pekarangan.
3. Hasil survai rumah tangga menunjukkan bahwa tujuan utama petani
mengembangkan RPL adalah dapat meningkatkan pendapatan
rumahtangga dan meningkatkan ketersediaan pangan keluarga.
4. Kebun Bibit Inti (KBI) telah memproduksi benih sayuran (tomat, cabe,
bawang merah, pare belut, caisim, gambas), papaya kalifornia namun
belum mampu mensuplay kebutuhan KBD.
5. KBI telah memproduksi DOC ayam KUB dan telah didistribusikan di
sebagian KBD untuk keberlanjutan Rumah Pangan Lestari (RPL) serta
anggota masyarakat.
6. Sebagian KBD yang terbentuk (80%) telah mampu menjual bibit dan
tanaman sayuran dan menjadi motivasi anggota untuk tetap
mengembangkan KBD.
6.3.5. Model Pengembangan Pertanian Pedesaan melalui Inovasi (m-P3MI) Komoditas Kentang Merah
Perkembangan pembangunan nasional dan perubahan lingkungan
strategis yang terjadi akhir-akhir ini mendorong Kementerian Pertanian untuk
terus meningkatkan peran serta yang lebih proaktif dan sistematis,
khususnya dalam mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat tani,
dan umumnya dalam memecahkan berbagai masalah pembangunan
pertanian. Guna mendukung pembangunan pertanian menuju terwujudnya
pertanian unggulan berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal untuk
meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, daya saing, eksport, dan
kesejahteraan petani, salah satu aktivitas Kementerian Pertanian melalui
Badan Litbang Pertanian adalah Model Pengembangan Pertanian Perdesaan
Melalui Inovasi (m-P3MI).
LAPORAN TAHUNAN 2013
101
Konsep Model m-P3MI berada dalam koridor tupoksi Badan Litbang
Pertanian sesuai Kepres Nomor: 177/2000 dan Kepmentan Nomor:
01/Kpts/OT.210/1/2001. Meskipun arahnya menuju perluasan jangkauan
penggunaan inovasi, akan tetapi fokus m-P3MI tetap pada model
percontohan, dan bukan pada pemasalan inovasi.
Model inovasi teknologi yang diuji cobakan dalam unit percontohan
m-P3MI yaitu komponen teknologi budidaya kentang merah seperti: a) jarak
tanam dalam bedengan 35 dan 40 cm untuk mendapatkan umbi kentang
berukuran besar, b) pupuk kimia majemuk (NPK Phonska) dan pupuk tunggal
SP-36. Komponen teknologi ini merupakan komponen teknologi yang matang
dan siap digunakan pada skala pengembangan serta mempunyai potensi
untuk memberikan dampak terutama dampak produksi yang tinggi.
Gambar 48. Lokasi tanaman kentang pada saat panen pertama.
Implementasi program tersebut di lapangan berbentuk unit
Percontohan berskala pengembangan berwawasan agribisnis. Unit
percontohan bersifat holistik dan komprehensif meliputi aspek perbaikan
teknologi produksi, pasca panen, pengolahan hasil, aspek pemberdayaan
masyarakat tani, aspek pengembangan dan penguatan kelembagaan sarana
LAPORAN TAHUNAN 2013
102
pendukung agribisnis. Dengan demikian diharapkan proses pembelajaran dan
diseminasi teknologi berjalan secara simultan, sehingga spektrum diseminasi
menjadi semakin meluas.
Unit percontohan m-P3MI itu sekaligus berfungsi sebagai laboratorium
lapang, juga sebagai ajang kegiatan pengkajian, untuk perbaikan teknologi
dan perekayasaan kelembagaan pendukung usaha agribisnis. Dukungan
pengkajian ini dibutuhkan untuk mengantisipasi perubahan lingkungan bio-
fisik dan sosial ekonomi yang berkembang sangat dinamis. Selama proses
ujicoba atau pengkajian diharapkan mendapat umpan balik (feedback) untuk
penyempurnaan model pengembangan.
Tujuan pelaksanaan kegiatan pengkajian diseminasi m-P3MI berbasis
kentang merah pada tahun 2013 adalah:
a. Mendiseminasikan inovasi teknologi Kentang Merah.
b. Pembinaan kelompok tani, melalui pertemuan petani.
c. Mendorong petani menanam kentang merah sebagai tanaman spesifik
lokasi Kabupaten Rejang Lebong.
Pengkajian dilaksanakan pada bulan Januari-Desember 2013 di
Kabupaten Rejang Lebong. Ruang lingkup kegiatan yang dilakukan meliputi:
a. Menentukan desa petani sasaran yang kelompok taninya banyak
menanam kentang merah
b. Menetapkan salah satu dari kelompok tani menjadi lokasi petak
percontohan
c. Melakukan pertemuan petani
d. Identifikasi wilayah sebaran penanaman kentang merah
e. Kunjungan pembinaan teknologi pertanian
f. Analisis tanah, analisis tanaman, dan analisis kompos
g. Pelaksanaan petak percontohan penanaman kentang merah
LAPORAN TAHUNAN 2013
103
Parameter yang diukur dalam kegiatan pengkajian adalah:
1. Jumlah kelompok tani yang mengunjungi petak percontohan
2. Adopsi teknologi
3. Peningkatan pendapatan petani
4. Minat petani terhadap disemimasi teknologi
5. Pengamatan komponen pertumbuhan dan komponen hasil tanaman
kentang merah.
Dengan adanya kegiatan m-P3MI dan penerapan komponen teknologi
pada petak percontohan, beberapa dari anggota kelompok tani lain yang
ingin mengetahui kondisi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kentang
merah melakukan kunjungan ke lapangan untuk mengetahui secara
langsung. Berdasarkan informasi dari petani pelaksana petak percontohan,
ada 20 orang dari 4 kelompok yang mengunjungi petak percontohan. Petani
yang mengunjungi petak percontohan biasanya petani yang respon terhadap
inovasi teknologi dan masih berumur produktif (rata-rata 42,3 tahun).
Jumlah petani yang mengunjungi petak percontohan penanaman
kentang merah sebanyak 20 orang dari 4 kelompok tani. Jumlah petani yang
sedikit ini karena petani beranggapan bahwa teknologi yang diterapkan pada
petak percontohan sama dengan teknologi yang mereka terapkan selama ini.
Mereka beranggapan bahwa apa yang selama ini dilakukan petani sudah
sesuai dengan teknologi anjuran, dimana petani yang biasa menanam
kentang merah sebagian besar merupakan kelompok tani yang telah
mendapat bantuan dari Dinas Pertanian Kabupaten Rejang Lebong.
Menurut BPTP Bengkulu (2012), hasil survey yang dilakukan pada
petani kentang merah di lokasi kegiatan pada tahun 2012, tingkat pendidikan
petani rata-rata 8,01 tahun. Deskripsi responden tersebut menggambarkan
bahwa rata-rata tingkat pendidikan petani masih rendah karena belum
mencapai pendidikan dasar/wajib belajar yang ditetapkan pemerintah (9
tahun). Oleh karena itu kemampuan untuk menganalisa inovasi teknologi
masih sangat rendah. Biasanya kalau produksi/produktivitas yang dicapai
LAPORAN TAHUNAN 2013
104
tinggi, baru petani akan mempercayai teknologi tersebut. Namun demikian,
belum tentu petani akan menerapkan teknologi tersebut secara utuh, karena
petani cenderung mengurangi semua biaya usahatani karena takut gagal
dalam usahatani kentang merah yang penggunaan input tinggi dan biaya
besar.
Teknologi yang diaplikasikan di lapangan pada petak percontohan
merupakan teknologi yang dapat diaplikasikan dengan mudah oleh petani.
Dengan adanya petak percontohan, teknologi yang diterapkan diharapkan
diadopsi oleh petani. Apabila petani mengembangkan usahatani kentang
mengikuti anjuran teknologi (penggunaan pupuk sesuai kebutuhan, jarak
tanam, dan penggunaan pestisida yang efisien), produksi yang akan dicapai
menjadi lebih tinggi, dan keuntungan akan semakin besar.
Berdasarkan hasil pengkajian tahun 2012 di lokasi yang sama
dengan kegiatan m-P3MI, penerapan teknologi seperti yang diterapkan m-
P3MI tahun 2013, produktivitas kentang merah mencapai 22,5 t/ha.
Pada tahun 2013 ini produktivitas yang dicapai menurun menjadi
hanya 5,06 t/ha, jauh di bawah produktivitas kentang merah di Kabupaten
Rejang Lebong yang 13,65 tn/ha (Bahar, 2009). Hal ini disebabkan oleh
gangguan iklim yang sangat ekstrim pada saat itu. Pada saat tanaman
mencapai umur 55 hst, terjadi badai selama satu minggu berturut-turut,
selanjutnya reda selama tiga hari kemudian badai lagi selama satu minggu.
Akibatnya tanaman terputar-putar yang ditunjukkan oleh lubang yang
mengelilingi tanaman.
Peningkatan pendapatan petani sangat dipengaruhi oleh besarnya
biaya input yang digunakan dan produksi dengan harga jual pada saat
panen. Harga kentang sedikit bervariasi yang dipengaruhi oleh supply dan
demand serta kondisi tertentu. Namun demikian fluktuasi harga kentang
tidak terlalu besar seperti komoditas lain (cabe atau bawang merah/putih).
LAPORAN TAHUNAN 2013
105
Penanaman kentang merah di lokasi kegiatan m-P3MI (kentang
merah maupun kentang granola), memerlukan biaya yang relatif tinggi
terutama biaya bibit dan pestisida yang digunakan. Pada saat malam maupun
pagi hari yang berembun, biasanya penggunaan fungisida oleh petani sangat
tinggi dengan intensitas penyemprotan mencapai dua hari sekali. Akibatnya
input untuk penanaman kentang menjadi tinggi.
Penggunaan biaya input rendah dan harga jual pada saat panen yang
tinggi selalu menjadi sesuatu yang diinginkan petani. Sementara harga
kentang sedikit bervariasi yang dipengaruhi oleh supply dan demand serta
kondisi tertentu seperti bulan Ramadhan menjelang lebaran. Berdasarkan
harga jualnya, harga kentang dipengaruhi juga oleh ukuran umbi yang
dihasilkan. Ada tiga jenis kualitas yang ada dalam perdagangan Kentang
Merah maupun Kentang Kuning yaitu:
1. Kualitas A : kentang berukuran kecil
2. Kualitas B : kentang berukuran menengah,
3. Kualitas C : kentang berukuran super. Kentang ini adalah kualitas
kentang yangterbesar, biasanya harga jualnya lebih mahal dari kentang
ukuran menengah (selisih harga Rp 500,- sampai Rp1.000,-/kg). Namun
demikian fluktuasi harga kentang ini tidak terlalu besar seperti komoditas
lain (cabe atau bawang merah/putih).
Kegiatan lain yang dilakukan untuk penyebaran inovasi teknologi
dilakukan dengan melakukan pertemuan petani. Dari setiap undangan yang
dilakukan pada pertemuan petani, selalu dihadiri oleh petani sebanyak
jumlah undangan yang diberikan, bahkan kalau dibolehkan, petani lain yang
tidak diundang juga ingin hadir pada setiap pertemuan.
Salah satu media diseminasi yang cukup efektif dalam penyampaian
inovasi teknologi kepada petani yaitu pertemuan petani. Biasanya petani
yang diundang akan selalu hadir untuk mengikuti pertemuan yang
diselenggarakan. Ini menunjukkan minat petani terhadap inovasi teknologi
yang diselenggarakan melalui pertemuan petani sangat tinggi.
LAPORAN TAHUNAN 2013
106
Selama pelaksanaan kegiatan m-P3MI tahun 2013, dilakukan
pertemuan petani sebanyak tiga kali. Melalui pertemuan petani disampaikan
materi berupa: Kebijakan pemerintah daerah terhadap komoditas kentang
merah, Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi
(m-P3MI), Kelembagaan Petani, Peluang Pasar Kentang Merah, Pembinaan
Kelompok, Pertanian Ramah Lingkunan, Pengendalian Penyakit Penting
pada Tanaman kentang merah, dan Praktek Pembuatan Pupuk Organik.
Kesimpulan dari kegiatan ini adalah:
a. Diseminasi inovasi teknologi kentang merah telah dilakukan pada
kelompok tani kooperator dan petani sekitar melalui unit
percontohan/demplot dan pertemuan petani. Pada pertemuan petani
dijelaskan inovasi teknologi yang diterapkan dan hasil yang pernah
dicapai pada tahun sebelumnya yang tinggi.
b. Pembinaan petani telah dilakukan melalui 3 kali pertemuan petani,
sehingga informasi kegiatan dan perkembangan lapangan m-P3MI
kentang merah di Kabupaten Rejang Lebong diketahui oleh stakeholder
dan kelompok tani di sekitar lokasi kegiatan. Materi yang dibahas pada 3
kali pertemuan petani yaitu: a) kebijakan pemerintah daerah terhadap
komoditas kentang merah, b) Model Pengembangan Pertanian
Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI), c) kelembagaan petani, d) peluang
pasar kentang merah, e) pembinaan kelompok, f) pertanian ramah
lingkunan, g) pengendalian penyakit penting pada tanaman kentang
merah, dan h) praktek pembuatan pupuk organik.
c. Petani selalu didorong menanam kentang merah sebagai tanaman
spesifik lokasi Kabupaten Rejang Lebong agar komoditas tersebut tidak
punah. Untuk meyakinkan petani bahwa produktivitas tinggi dapat
dicapai pada kentang merah, ditunjukkan dengan data hasil yang pernah
dicapai pada tahun sebelumnya.
LAPORAN TAHUNAN 2013
107
6.3.6. Diseminasi Model Pengembangan Pertanian Pedesaan melalui Inovasi (m-P3MI) Berbasis Integrasi Sapi-Padi di Provinsi Bengkulu
Pembangunan pertanian pedesaan difokuskan kepada peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan produksi
sumberdaya pertanian, untuk mencapai hal tersebut harus dimulai dengan
menyusun rancangan inovasi teknologi yang akan diterapkan melalui
pendekatan integrasi sapi-padi dengan sasaran efisiensi penggunaan
sumberdaya pertanian secara terpadu dan pengembangannya berdasarkan
prinsip zero waste dengan pemanfaatan potensi limbah tanaman sebagai
sumber pakan ternak dan pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk
organik, penciptaan lapangan kerja baru di pedesaan dan peningkatan
partisipasi masyarakat dalam mewujutkan usaha agribisnis berdaya saing dan
ramah lingkungan.
Gambar 49, 50. Fermentasi jerami dan pemberian pakan jerami pada sapi.
LAPORAN TAHUNAN 2013
108
Gambar 51, 52. Kegiatan pertemuan dan pendampingan kelompok tani dan
peternak di kabupaten seluma.
Model Pengembangan Pertanian Perdesan Melalui Inovasi (m-P3MI)
merupakan suatu model pengembangan pertanian melalui inovasi dalam
suatu kawasan berbasis sumberdaya lokal dengan pendekatan agribisnis atau
kegiatan berbasiskan komoditas unggulan di perdesaan yang
diselenggarakan secara partisipatif melalui pemberdayaan masyarakat
petani. Pengembangan inovasi teknologi berbasis integrasi ternak sapi-
tanaman padi sebagai upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan
petani, maka diperlukan suatu model yang dapat mendiseminasikan inovasi
teknologi serta praktek langsung di lapangan dengan melakukan komunikasi
langsung antara perakit dan pengguna teknologi.
Diseminasi m-P3MI berbasis integrasi sapi-padi merupakan suatu
model yang berpeluang dikembangkan dalam proses mempercepat transfer
dan adopsi teknologi pertanian untuk mempertemukan petani dengan
peneliti, penyuluh, petugas pelayanan di Provinsi Bengkulu melalui
penggunaan berbagai saluran diseminasi baik itu berupa percontohan,
pertemuan, diskusi, media elektronik dan media cetak maupun implementasi
langsung oleh pengguna yang sekaligus dapat meningkatkan pengetahuan,
LAPORAN TAHUNAN 2013
109
pendapatan dan perekonomian masyarakat serta model kelembagaan
integrasi yang disesuaikan dengan kondisi wilayah dan sumberdaya tersedia
secara lebih luas.
Tujuan pelaksanaan kegiata diseminasi m-P3MI berbasis integrasi
sapi-padi di Provinsi Bengkulu Tahun 2013, antara lain untuk:
1. Penyebaran teknologi melalui implementasi inovasi integrasi ternak sapi-
tanaman padi.
2. Mendiseminasikan inovasi teknologi integrasi sapi-padi pada wilayah
sentra tanaman padi.
3. Implementasi inovasi teknologi pakan ternak sapi memanfaatkan limbah
tanaman padi.
4. Implementasi inovasi teknologi peningkatan produktivitas lahan sawah
melalui pupuk organik kompos berbahan baku kotoran sapi.
Kegiatan diseminasi hasil pengkajian m-P3MI berbasis integrasi sapi-
padi Tahun 2013 dilaksanakan di wilayah Rimbo Kedui, Kecamatan Seluma
Selatan sebagai sentra pengembangan padi sawah di Kabupaten Seluma.
Merupakan kegiatan lapangan dengan model rancangan kegiatan melalui
penerapan dan tingkat adopsi teknologi serta pembinaan kelompoktani
berupa: 1) Percontohan teknologi pemupukan organik pada lahan
pertanaman padi seluas 2,5 ha untuk memperbaiki kesuburan tanah,
membantu mengefisienkan pemupukan; 2) Penerapan teknologi pengolahan
dan pemanfaatan jerami sebagai pakan sapi di wilayah sentra padi; 3)
Melakukan pembinaan pada kelompoktani melalui berbagai pertemuan
dengan cara diskusi terfokus (FGD) untuk pemecahan permasalahan dan
umpan balik; 4) Pengembangan inovasi integrasi sapi-padi dan tingkat adopsi
petani peternak dan peningkatan jumlah petani maupun kelompoktani binaan
sebagai usaha pengembangan teknologi.
Capaian diseminasi hasil kajian yang di kembangkan menggunakan
analisis secara deskriptif dengan membandingkan produktivitas yang dicapai
dengan produktivitas pada deskripsi maupun produktivitas dari petani sekitar
LAPORAN TAHUNAN 2013
110
atau produktivitas sebelum pelaksanaan kegiatan diseminasi hasil serta
besarnya peningkatan pendapatan keluarga dihitung berdasakan analisis
usahatani dan hasil inovasi integrasi yang juga akan diukur berdasarkan
Pengukuran Indikator Kinerja m-P3MI (Badan Litbang Pertanian, 2013).
Hasil percontohan inovasi kompos 2 ton/ha pada lahan sawah
memberi dampak pada peningkatan produktivitas padi sawah diberi pupuk
organik memanfaatkan limbah kotoran sapi yang dikomposkan (5,2 ton/ha
GKP) dibandingkan dengan tidak menggunakan pupuk organik atau kompos
(3,5 ton/ha GKP). Kondisi ini memperlihatkan adanya peningkatan
produktivitas (provitas) padi sawah sebesar 48,57% yang dianalisis
menggunakan pengukuran indikator kinerja m-P3MI.
Bila dihitung bedasarakan analisa usahatani terhadap peningkatan produksi
padi yang dihasilkan memberikan kontribusi pada peningkatan pendapatan
petani belum menggunakan pupuk organik Rp. 8.276.300,-/ha meningkat
menjadi Rp. 12.653.700,-/ha dari penggunaan pupuk organik pada kegiatan
m-P3MI integrasi sapi-padi, sehingga terlihat adanya peningkatan
pendapatan petani padi sawah sebesar Rp. 4.377.400,-/ha (52,89%) dihitung
berdasarkan analisis pengukuran indikator kinerja m-P3MI.
Selain itu penggunaan pupuk kompos ini juga memberikan dampak
pada pengoptimalan pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi serta
mengurangi pencemaran lingkungan akibat bau yang ditimbulkan maupun
gas methan yang merupakan sumber emisi gas rumah kaca (GRK), sekaligus
mewujudkan akselerasi pembangunan pertanian ramah lingkungan.
Diseminasi inovasi pemanfaatan limbah jerami baru pada tahap inovasi
pengolahan jerami fermentasi yang dapat dimanfaatkan dan disimpan dalam
jangka waktu lama sebagai pakan ternak sapi, yaitu merupakan wujud
diseminasi inovasi komponen teknologi integrasi sapi-padi dalam
memanfaatkan limbah jerami padi untuk pakan sapi sekaligus dapat disimpan
lama dan dapat meningkatan kecernaan maupun kandungan protein
LAPORAN TAHUNAN 2013
111
kasarnya (PK) sampai menjadi 7 – 8% dari kandungan PK sebelumnya hanya
4,3%.
Melalui pendampingan dan diseminasi inovasi terhadap pembinaan 10
kelompoktani yang tergabung dalam Gapoktan Rimbo Jaya, difokuskan pada
penyampaian inovasi integrasi sapi padi dari berbagai tayangan video
integrasi sapi-padi (SIPT) terdahulu, meperlihatkan adanya peningkatan
pengetahuan petani peternak sebesar 61,40% dihitung berdasarkan indikator
kinerja m-P3MI (Pemahaman komponen teknologi sebelum pendampingan
sebesar 27,67 per 100 dibandingkan setelahnya mencapai 72,33 per 100).
Disamping itu melalui pendampingan kelembagaan juga di analisis
gambaran kondisi dan kepemilikan uahatani anggota kelompok, dimana dari
252 orang petani
peternak yang tergabung dalam 10 kelompoktani didapat gambaran petani
padi 234 orang (92,85%); petani padi/ternak 78 orang (30,85%); peternak
sapi 84 orang (33,33%); petani padi pemakai kompos 52 orang (20,63%);
dan petani palawija/sayuran 10 orang (3,97%). Sehingga dengan gambaran
kondisi dan kepemilikan petani peternak tersebut didapat arahan gambaran
model diseminasi dan kelembagaan integrasi sapi-padi spesifik wilayah yang
akan dikembangkan mengarah pada model integrasi sapi-padi dengan
kombinasi m-P3MI integrasi sapi-padi: 1) Petani padi-memiliki ternak sapi; 2)
Petani padi-peternak sapi; 3) Kelompoktani padi-kelompok ternak sapi; 4)
Kelompoktani-peternak sapi; dan 5) Petani padi-kelompok ternak sapi.
Bahasan hasil kajian diseminasi m-P3MI injtegrasi sapi-padi Tahun 2013
memberikan simpulan, sbb:
1. Melalui pendampingan kelompok memberikan indikasi penyebaran
teknologi intergrasi sapi padi telah terinformasikan pada 10
kelompoktani, diikuti dengan peningkatan pengetahuan petani peternak
sebesar 61,40% dihitung berdasarkan indikator kinerja m-P3MI
(Pemahaman komponen teknologi sebelum pendampingan inovasi
LAPORAN TAHUNAN 2013
112
sebesar 27,67 per 100 dibandingkan setelahnya meningkat menjadi
72,33 per 100).
2. Pengembangan model kelembagaan integrasi sapi-padi spesifik wilayah
di Bengkulu mengarah pada kombinasi model integrasi; 1) Petani padi-
memiliki ternak sapi; 2) Petani padi-peternak sapi; 3) Kelompoktani
padi-kelompok ternak sapi; 4) Kelompoktani-peternak sapi; dan 5)
Petani padi-kelompok ternak sapi.
3. Diseminasi inovasi integrasi sapi-padi melalui aplikasi pengolahan dan
penerapan penggunaan pupuk organik 2 ton/ha memanfaatkan limbah
kotoran sapi, memberikan peningkatan produktivitas padi sebesar
48,57% (tidak menggunakan kompos 3,5 ton/ha GKP, setelah
menggunakan kompos meningkat menjadi 5,2 ton/ha GKP).
4. Peningkatan pendapatan petani sebesar Rp.4.377.400,-/ha (52,89%)
untuk setiap ha usahatani padi sawah (hasil analisa usahatani tidak
menggunakan kompos sebesar Rp.8.276.300,-/ha, setelah menggunakan
kompos meningkat menjadi Rp.12.653.700,-/ha).
6.3.7. Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Provinsi Bengkulu
Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) terkait dengan
Program P2KP ini dilatarbelakangi beberapa permasalahan antara lain belum
optimalnya pemanfaatan pekarangan untuk memenuhi kebutuhan pangan
dan gizi keluarga, pengelolaan KBD sebagai sumber bibit untuk peremajaan
tanaman dan sumber pendapatan, upaya masyarakat menuju kesejahteraan
keluarga, menciptakan lingkungan hijau, bersih dan sehat. Ketahanan
Pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua decade ini
termasuk di Indonesia.
LAPORAN TAHUNAN 2013
113
Gambar 53, 54. Instruktur dari BPTP dalam pelatihan teknik penanaman dan
pemanfaatan pekarangan.
Gambar 55. Peserta Pelatihan teknik penanaman dan pemanfaatan pekarangan.
Berdasar Undang-undang no 7 tahun 1996 tentang Pangan bahwa“
Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah
tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah
maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. “ Berdasar definisi tersebut
terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga merupakan tujuan sekaligus
sebagai sasaran dari ketahanan pangan di Indonesia. Terkait dengan hal ini,
pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga
LAPORAN TAHUNAN 2013
114
merupakan salah satu alternative untuk mewujudkan kemandirian pangan
rumah tangga.
Tujuan Kegiatan pendampingan KRPL di provinsi Bengkulu
bertujuanuntuk: 1) Mendampingi kegiatan KRPL di provinsi Bengkulu yang
dilaksanakanolehBadanKetahananPanganProvinsi Bengkulu dan P2KP
Kabupaten Kota di Provinsi Bengkulu, 2) Menyebarkan/mendiseminasikan
inovasi teknologi pertanian pemanfaatan pekarangan melalui kegiatan
sosialisasi, gelar teknologi, dan pelatihan-pelatihan di 3 kabupaten di provinsi
Bengkulu
Keluaran yang diharapkan Pendampingan ini diharapkan dapat
mewujudkan KRPL untuk memenuhi kebutuhan, ketahanan, kemandirian
pangan dan pendapatan keluarga dengan: mengoptimalkan pemanfaatan
pekarangan untukl estari; meningkatkan kemampuan keluarga dalam
pengelolaan pekarangan; membangun dan mendampingi pengelolaan KBD
untuk kelestariannya, dan menumbuhkan kegiatan ekonomi produktif
keluarga dalam upaya mewujudkan kesejahteraan keluarga dan menciptakan
lingkungan hijau bersih ans ehat secara mandiri.
Kesimpulan dari kegiatan ini adalah: Terlaksananya kegiatan
pendampingan KRPL di 3 kabupaten di provinsi Bengkulu melalui sosialisasi
sebanyak 2 kali di kabupaten Lebong dan Kabupaten Seluma, Pelatihan bagi
petugas pendamping dan pengurus kelompok P2KP sebanyak 2 kali di kota
Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Selatan.
Dari hasil pelaksanaan kegiatan pelatihan bagi petugas pendamping
P2KP, dan sosialisasi serta apresiasi kegiatan pendampingan KRPL, bahwa
tingkat adopsi kelompok terhadap inovasi teknologi yang di deseminasikan
cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari respon petani saat melaksanakan
pelatihan, sosialisasi dan apresiasi.
Motivasi dalam hal pelaksanaan kegiatan juga terrcermin saat
pelaksanaan apresiasi dengan tingginya semangat untuk mengembangkan
LAPORAN TAHUNAN 2013
115
kegiatan tersebut serta kemampuan peserta dalam menyampaikan
pengalaman dan manfaat yang mereka rasakan sehingga dapat menambah
motivasi bagi peserta yang lain.
Penyebaran inovasi teknologi pemanfaatan pekarangan selain
dilakukan dengan sosialisasi, pelatihan-pelatihan dan apresiasi, dilakukan
pula dengan penyebaran dengan media informasi seperti leaflet dan brosur.
Leaflet dan brosur inovasi teknologi yang disebarkan meliputi; leaflet
budidaya tomat di pekarangan, budidaya cabe, budidaya kangkung darat,
budidaya kol bunga, budidaya buncis, budidaya bayam, pemeliharaan ternak
kambing dan brosur budidaya tomat serta pembuatan kompos.
6.3.8. Pedampingan Swasembada Daging Sapi Kerbau di Provinsi Bengkulu
Pada tahun 2013 program pendampingan PSDS/K dilakukan pada 2
kabupaten yaitu kabupaten Bengkulu Tengah dan Kabupaten Kepahiang,
yang terdiri dari 6 kelompok tani ternak demplot penggemukan ternak sapi
bali jantan melalui teknologi yang memanfaatkan bahan pakan lokal seperti
solid, pelepah sawit, kulit kopi dan onggok.
Tujuan;
1. Meningkatkan pemahaman petugas (penyuluh lapang dan inseminator)
tentang teknologi penggemukan sapi potong melalui pelatihan/apresiasi/
temu lapang.
2. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan peternak tentang teknologi
penggemukan sapi potong melalui pembinaan secara partisipatif.
3. Meningkatkan produktivitas ternak sapi potong melalui teknologi
penggemukan sapi potong.
Permasalahan utama yang dihadapi untuk pengembangan usaha
ternak diprovinsi Bengkulu adalah Sumber Daya Manusia (SDM) peternak
yang masih sangat terbatas sehingga potensi sumber daya alam (SDA) yang
ada belum termanfaatkan dengan maksimal, bahkan belum dimanfaatkan
LAPORAN TAHUNAN 2013
116
oleh peternak misalnya limbah pertanian, limbah rumah tangga, limbah
pabrik pengolahan prodak perkebunan dan sebagainya tidak sedikit pula para
peternak yang menolak teknologi baru yang di sampaikan oleh petugas
pemerintah seperti penyuluh dari BPP, mantri hewan dari Pos Kesehatan
Hewan.
Berdasarkan hasil survey tim PSDS/K BPTP Bengkulu di 2 Kabupaten
yaitu kabupaten Bengkulu Tengah dan Kabupaten Kepahiang, pada bulan
September 2013 bahwa peternak di provinsi Bengkulu pada umumnya
berpendidikan SD dan sangat sedikit sekali yang berpendidikan SLTP bahkan
tidak sedikit juga yang tidak tamat SD. Hal inilah yang menjadi penyebab
lambannya perkembangan perternakan sapi di provinsi Bengkulu. Masalah
lain yang juga turut berperan dalam pengembangan perternakan adalah;
- Masih sulitnya peternak memperoleh bibit/bakalan yang unggul.
- Kurangnya permodalan peternak
- Sulitnya memperoleh kredit usaha perternakan dari bank
- Masih terbatasnya petugas perternakan dari pemerintah sehingga sulit
untuk menjangkau perternak secara keseluruhan untuk menyampaikan
inovasi teknologi kepada peternak dan stakeholder lainnya
Gambar 56, 57. Proses fermentasi untuk pembuatan pakan dari limbah pertanian (kulit kopi dan solid).
LAPORAN TAHUNAN 2013
117
Potensi pakan ternak untuk sapi potong masih cukup tersedia dan
tersebar di seluruh kabupaten di Provinsi Bengkulu. Pakan ternak berupa
hijauan makanan ternak (HMT) masih cukup tersedia demikian pula lahan
untuk pengembangan kebun HMT. Selain itu juga limbah pertanian seperti
limbah tanaman jagung (tongkol, kelobot dan batang/daun jagung), jerami
padi, limbah tanaman kacang-kacangan, limbah kulit kopi dan limbah sayur-
sayuran masih cukup melimpah. Potensi pakan konsentrat yang banyak
tersedia diantaranya dedak padi, limbah pabrik tahu, limbah kulit kopi dan
solid.
Peluang lain yang perlu mendapat perhatian khusus di provinsi
Bengkulu untuk mendukung pengembangan usaha perternakan adalah:
a. Sumber daya alam yang cukup memadai seperti lahan dan air di propinsi
Bengkulu sangat mendukung Pengembangan usaha pengembangbiakan
dan penggemukan sapi potong.
b. Usaha penggemukan ternak sapi dengan system integrasi ternak-
tanaman seperti, sapi yang di integrasikan dengan tanaman kelapa sawit,
sapi yang di integrasikan dengan tanaman kopi, kakao, padi, jagung.
c. Usaha perternakan khusus pengembangan sapi betina produktif dalam
upaya untuk penambahan populasi ternak di provinsi Bengkulu.
d. Peluang pasar untuk produksi daging yang sangat menjanjikan
berdasarkan hasil survey/informasi yang dilakukan bahwa harga daging
sapi di Bengkulu berkisar antara Rp.80.000,- sampai dengan
Rp.110.000,-.
Kegiatan pendampingan program PSDSK merupakan kegiatan yang
menunjang 4 sukses pembangunan pertanian di Kementerian Pertanian yaitu
swasembada dan swasembada berkelanjutan. Untuk mencapai swasembada
daging sapi/kerbau pada tahun 2014 maka dilakukan kegiatan Pendampingan
Program PSDSK di Provinsi Bengkulu.
Pada tahun 2013 pendampingan PSDS/K pada kelompok peternak
sapi Bali sebanyak 6 kelompok ternak pada 2 kabupaten, inovasi teknologi
yang diberikan adalah:
LAPORAN TAHUNAN 2013
118
a. Memberikan pelatihan teknologi tentang tata laksana perkandangan,
kwalitas Hijauan Makanan Ternak (HMT).
b. Demplot pakan tambahan dengan pemanfaatan limbah tanaman
perkebunan seperti kelapa sawit (solid), kopi (kulit biji dan kulit buah
kopi)dan limbah ubi kayu (onggok).
c. Menyebarluaskan teknologi melalui kegiatan sosialisasi, temu lapang.
d. Melaksanakan apresiasi teknologi bagi penyuluh dan petani/peternak.
e. Bimbingan khusus dan penerapan teknologi penunjang dalam usaha
penggemukan sapi potong.
Kesimpulan dari kegiatan Pendampingan PSDS/K tahun 2013 adalah:
1. Pendampingan PSDSK telah meningkatkan pemahaman petugas
(penyuluh lapang dan inseminator) tentang teknologi penggemukan
sapi potong melalui pelatihan dan sosialisasi.
2. Pendampingan PSDSK juga telah meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan peternak dalam memanfaatkan limbah pertanian untuk
pakan ternak melalui kegiatan demplot penggemukan.
3. Melalui kegiatan temulapang pendampingan PSDSK petani tanaman
perkebunan, peternak dan petugas lapangan mengetahui bahwa limbah
samping dari tanaman sawit, tanaman kopi dan hasil sampingan dari
pengolahan tepung tapioka (onggok) dapat diolah menjadi pakan
berkualitas bagi ternak sapi.
4. Selain menggunakan HMT sebagai pakan ternak sapi potong sebagian
peternak di provinsi Bengkulu juga memanfaatkan limbah perkebunan
kulit kopi, dedak padi, solid dan onggok sebagao pakan tambahan.
5. Pemberian pakan, berbahan baku pakan lokal dapat memperbaiki
performan ternak sapi potong dan dapat meningkatkan produktifitas
usaha penggemukan ternak sapi potong.
6.3.9. Penyediaan dan Percepatan Penyebaran Vub Melalui UPBS di Provinsi Bengkulu
Varietas unggul dan bermutu merupakan komponen teknologi utama
dalam pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu
(Puslitbangtan, 2009; Sembiring dkk., 2008). Tidak semua varietas mampu
tumbuh dan berkembang pada berbagai agroekosistem. Dengan kata lain,
LAPORAN TAHUNAN 2013
119
tiap varietas akan memberikan hasil yang optimal jika ditanam pada lahan
yang sesuai (Kustiyanto, 2001). Penggunaan varietas yang adaptif dan
spesifik lokasi sangat diperlukan dalam mendukung peningkatan
produktivitas dan produksi padi di Provinsi Bengkulu.
Gambar 58. Penyeraha Benih padi pada petani.
Tujuan kegiatan penyediaan dan percepatan penyebaran VUB melalui
UPBS di Provinsi Bengkulu pada tahun 2013 adalah:
1. Menginventarisir kebutuhan benih, varietas, sebaran/distribusi varietas
padi, jagung dan kedelai di Provinsi Bengkulu.
2. Menyediakan benih sumber VUB tanaman pangan strategis (padi, jagung
dan kedelai) spesifik lokasi yang disesuaikan dengan kebutuhan,
permintaan, preferensi, karakteristik agroekosistem dan sosial-budaya
masyarakat Bengkulu.
3. Mempercepat penyebarluasan dan adopsi VUB tanaman pangan strategis
(padi, jagung dan kedelai) spesifik lokasi yang dihasilkan oleh Badan
Litbang Pertanian.
4. Menginventarisir aktivitas, peran dan dukungan kelembagaan perbenihan
dalam penyediaan dan penyebarluasan VUB di Provinsi Bengkulu.
Keluaran pada tahun 2013:
1. Data base kebutuhan benih, varietas, sebaran/distribusi varietas padi,
jagung dan kedelai di Provinsi Bengkulu.
LAPORAN TAHUNAN 2013
120
2. VUB tanaman pangan strategis spesifik lokasi yang dihasilkan oleh UPBS
BPTP Bengkulu, khususnya untuk padi, dapat tersebar dan diadopsi di
seluruh Kabupaten/Kota melalui kegiatan diseminasi, promosi, dan
komersialisasi, sedangkan untuk komoditas jagung dan kedelai dapat
terdistribusi dan diadopsi pada sentra-sentra produksi.
3. UPBS BPTP Bengkulu mampu menyediakan sebagian besar kebutuhan
benih sumber untuk komoditas padi di Provinsi Bengkulu dan pada
sentra-sentra produksi jagung dan kedelai sesuai dengan kebutuhan,
permintaan, preferensi, karakteristik agroekosistem dan sosial-budaya
masyarakat Bengkulu.
4. Data base dan alternatif rekomendasi dalam optimalisasi peran dan
dukungan kelembagaan perbenihan dalam penyediaan dan
penyebarluasan VUB di Provinsi Bengkulu.
Kesimpulan dari kegiatan ini:
1. Kebutuhan benih padi di Provinsi Bengkulu 3.443 ton dan didominasi
oleh varietas Mekongga dan Cigeulis. Kebutuhan benih jagung 5,7823
ton dan didominasi oleh varietas Hibrida, sedangkan kebutuhan kedelai
9,0120 ton dan didominasi oleh varietas Anjasmoro.
2. UPBS mampu mendukung penyediaan benih sumber VUB baru dengan
produksi benih padi (28 ton), jagung (2 ton) dan kedelai (1 ton) untuk
mewujudkan 6 tepat (waktu, varietas, jumlah, mutu, lokasi dan harga)
perbenihan.
3. UPBS telah berperan dalam mempercepat adopsi VUB Badan Litbang
dengan menditribusikan benih padi 2.381 kg, kedelai 1.515 kg, dan
jagung (425 kg belum terdistribusikan) serta sosialisasi perbenihan
terhadap 246 penangkar.
4. Provinsi Bengkulu memiliki 7 BBI/BBU dengan kondisi infrastruktur,
peralatan dan laboratorium yang masih sederhana. Kinerja lembaga
perbenihan belum optimal, memiliki permasalahan yang komplek dan
perlu kebijakan dan pendanaan khusus.
LAPORAN TAHUNAN 2013
121
VII. PENUTUP
Laporan tahunan ini menyampaikan hasil yang telah dicapai pada
T.A. 2013 serta kelebihan dan kekurangan yang dialami. Keberhasilan ini
tidak terlepas dari perhatian dan bantuan yang besar dari Kementerian
Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang
didukung oleh perhatian dan bantuan Pemerintah Propinsi Bengkulu beserta
Pemerintah Kabupaten dan Kota, Dinas dan Instansi terkait serta Komisi
Teknologi dan Tim Teknis pengkajian yang telah banyak memberikan
bantuan, saran masukan dalam menyusun rencana, pelaksanaan pengkajian
dan diseminasi teknologi pertanian.
Disadari bahwa pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat
guna spesifik lokasi yang sudah dilakukan masih belum sepenuhnya
memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat. Oleh karena itu, Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu terus berupaya untuk
meningkatkan kinerja atau kemampuannya agar bisa memenuhi kebutuhan
teknologi pengguna (petani dan peternak), sehingga dapat berperan dalam
percepatan pembangunan pertanian di Bengkulu di masa yang akan datang.
LAPORAN TAHUNAN 2013
122
VIII. KINERJA HASIL
Hasil yang telah dicapai pada tahun 2013 yaitu: 1) inovasi teknologi
spesifik lokasi sebanyak 6 kegiatan, 2) Jumlah teknologi yang
didiseminasikan ke pengguna sebanyak 7 kegiatan, 3) rekomendasi kebijakan
mendukung empat sukses Kementerian Pertanian program strategis
nasional/daerah kegiatan sebanyak 2 rekomedasi, 4) dokumen perencanaan
dan evaluasi kegiatan serta administrasi keuangan, kepegawaian dan sarana
prasarana sebanyak 3 dokumen, 5) penerapan ISO 9001 : 2008 sebanyak 1
dokumen, 6) peningkatan kompetensi SDM sebanyak 14 orang, dan 7)
upload website dan database secara berkelanjutan sebanyak 1 website.
Anggaran yang tersedia sebesar Rp.11.119.309.000,- yang terserap
sebesar Rp.10.785.240.247,- atau 97 %, sedangkan dana yang tidak
terserap sebesar Rp. 334.068.753 atau 3 %. Dana tersebut dialokasikan
untuk melaksanakan program-program Badan Litbang Pertanian dalam
mendukung Program Kementerian Pertanian.
Kendala-kendala yang masih dihadapi dalam pencapaian sasaran
adalah keterbatasan SDM (peneliti, penyuluh dan teknisi) ditinjau dari segi
bidang keilmuan dan jumlahnya, serta keterbatasan sarana dan prasarana
penunjang.
Langkah-langkah yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala-
kendala tersebut adalah: 1) mengoptimalkan SDM yang ada dan
meningkatkan kapasitas SDM melalui training jangka pendek, 2) melakukan
perbaikan rencana kegiatan dan RKA-KL, meningkatkan koordinasi dan
komunikasi dengan pihak terkait, serta penambahan sarana dan prasarana
yang sangat dibutuhkan.
Evaluasi dan analisis akuntabilitas kinerja Tahun 2013 dapat dilihat
pada Tabel 14.
LAPORAN TAHUNAN 2013
123
Tabel 14. Evaluasi dan Analsis Akuntasi Kinerja Tahun 2013.
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi %
1 2 3 4 5
1. Tersedianya inovasi Pertanian unggulan
1. Jumlah inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi
6 teknologi
6 teknologi
100,00
2. Meningkatnya penyebarluasan (diseminasi) teknologi pertanian
1. Jumlah teknologi yang didiseminasikan ke pengguna
6 teknologi
6 teknologi
100,00
2. Laporan kegiatan pendampingan model spectrum diseminasi multi chanel dan program strategis nasional/daerah
3 laporan
3 laporan
100,00
3. Jumlah rekomendasi kebijakan mendukung empat sukses Kementerian Pertanian program strategis nasional/daerah
1 rekomendasi
1 rekomendasi
100,00
3. Meningkatnya kerjasama nasional dan internasional (dibidang pengkajian, diseminasi dan
pendayagunaan inovasi pertanian.
1. Jumlah laporan kerjasama pengkajian, pengembangan dan pemanfaatan inovasi pertanian
1 laporan 1 laporan 100,00
4. Meningkatnya sinergi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian
1. Jumlah sinergi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian
1 laporan 1 laporan 100,00
2. Jumlah Juklak/juknis 2 juknis/ juklak
2 juknis/ Juklak
100,00
5. Meingkatnya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian
1. Jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kegiatan serta administrasi keuangan, kepegawaian dan sarana prasarana.
3 dokumen 3 dokumen 100,00
2. Jumlah BPTP yang menerapkan ISO 9001 :2008
1 satker 1 satker 100,00
3. Jumlah SDM yang meningkat kompetensinya
12 orang 12 orang 100,00
4. Jumlah publikasi bertaraf nasional/internasional
10 artikel 30 artikel 300,00
5. Jumlah website dan data base yang terupdate secara berkelanjutan
1 database 1 database 100,00