laporan survei the south china sea – indonesian seas
TRANSCRIPT
LAPORAN SURVEI
The South China Sea – Indonesian Seas Transport/Exchange (SITE)
Di Selat Karimata, 19 -26 Desember 2014
Disusun Oleh :
Teguh Agustiadi, Mukti Trenggono, Bayu Priyono, Agung Yunanto, M. Arief Rahman
BALAI PENELITIAN DAN OBSERVASI LAUT KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
2014
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb.,
Alhamdulillah, puji syukur kami sampaikan ke khadirat Allah SWT bahwa survei SITE
di Selat Karimata dengan Kapal Baruna Jaya VIII berjalan dengan lancar dan semua
personil kembali dengan selamat. Survei ini ditujukan untuk recovery dan
redeployment TRBM (Trawl Resistant Bottom Mounted), yang berlangsung selama 8
hari mulai dari tanggal 19 -26 Desember 2014.
Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuan dari tim survey
Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, tim survey dari BPOL-KKP, tim survey dari FIO-
China, serta dari Nakhoda dan seluruh crew Kapal Baruna Jaya VIII. Tak lupa juga
Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dari Kepala Balai Penelitian dan
Observasi Laut atas terlaksananya kegiatan survey ini.
Insya Allah, semoga upaya kita untuk memasang alat di lokasi survey nantinya
dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang dinamika laut yang sedang
diteliti.
Wassalam,
Jakarta, Desember 2014
Tim Survei
i
Daftar Isi
Kata Pengantar .................................................................................. i
Daftar Gambar .................................................................................. iii
Daftar Tabel ..................................................................................... iv
I. ............................................................................. 1 PENDAHULUAN
II. ..................................................................................... 1 TUJUAN
III. ............................................................. 2 WAKTU DAN LOKASI SURVEI
IV. WAHANA SURVEI DAN PERALATAN ...................................................... 3
V. .................................................................... 7 PELAKSANAAN SURVEI
VI. PERSONIL .................................................................................. 22
ii
iii
Daftar Gambar
Gambar 1. Area survey ........................................................................ 2
Gambar 3. Safety briefing ................................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. Recovery TRBM di lokasi B4 .................................................... 14
Gambar 5. Recovery ADCP (floater) di lokasi B4 ...... Error! Bookmark not defined.
Gambar 6. Casting CTD dan water sampling di lokasi B4 ............................... 15
Gambar 7. Recovery TRBM di lokasi B3 ................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 8. Redeployment TRBM di lokasi B3........... Error! Bookmark not defined.
Gambar 9. Pertemuan evaluasi kegiatan ............... Error! Bookmark not defined.
Gambar 10. Tail rope tersangkut pada alat garuk di lokasi B2 ........................ 16
Gambar 11. Tali floater TRBM tidak ter-release sempurna (lokasi B2) .......... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 12. Tim rubber boat melakukan recovery ADCP (floater) di lokasi B2 Error!
Bookmark not defined.
Gambar 13. Kondisi TRBM hasil recovery di lokasi B2 Error! Bookmark not defined.
Gambar 14. Redeployment TRBM di lokasi B2 ......... Error! Bookmark not defined.
Gambar 15. Recovery TRBM di lokasi B1................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 16. Redeployment TRBM di lokasi B1 ......... Error! Bookmark not defined.
Gambar 17. Redeployment TRBM di lokasi B4 ......... Error! Bookmark not defined.
Gambar 18. Peralatan survey di deck buritan ......... Error! Bookmark not defined.
Gambar 19. Presentasi oleh perwakilan tim dari FIO-China ..... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 20. Diskusi ilmiah di anjungan belakang ..... Error! Bookmark not defined.
Gambar 21. Lokasi Pengukuran CTD ........................................................ 21
Gambar 22. Lokasi recovery dan redeployment TRBM Error! Bookmark not defined.
Gambar 23. Tim Survei SITE-April 2014 ................. Error! Bookmark not defined.
iv
Daftar Tabel
Tabel 1. Posisi TRBM ........................................................................... 2
Tabel 2. Posisi TRBM, 24-30 April 2014 .................................................... 20
Tabel 3. Posisi stasiun CTD dan water sampling ......................................... 20
Tabel 4. Detail pelaksanaan kegiatan survei.............................................. 22
Tabel 5. Daftar personil survei .............................................................. 29
Tabel 6. Crew KR. Baruna Jaya VIII ........................................................ 30
1
I. PENDAHULUAN
Program SITE merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk
menentukan magnitude dan variabilitas dari transport/pertukaran massa air,
suhu, salinitas dan heat flux antara perairan Indonesia dan Laut Cina
Selatan di selat Karimata dengan cara memasang beberapa TRBM (Ttrawl-
Resistant Bottom Mounted Acoustics Current Doppler Profiler).
Aliran air yang masuk ke Selat Karimata dianggap sebagai factor
yang mememegang peranan dalam mengontrol dinamika antara Laut Cina
Selatan dan perairan Indonesia, dan mempengaruhi arus lintas Indonesia
serta berdampak pada migrasi ikan secara musiman.
Fase I dan II dari program SITE ini sudah diimplementasikan dari
bulan November 2007 hingga Oktober 2011. Data yang didapatkan dari
Selat Karimata dan Selat Sunda menyatakan bahwa ada transport massa air
yang signifikan yaitu sekitar 3.6 Sverdrup (Sv) yang mengalir dari Laut Cina
Selatan ke Laut Jawa pada saat musim barat dan sekitar 1.8 Sv mengalir
dari Laut Jawa ke Laut Cina Selatan pada saat musim timur. Hal ini
mengindikasikan bahwa Selat Karimata berkontribusi secara musiman lebih
dari 5 Sv dalam arus lintas Indonesia (ITF).
Pada tahun 2014, program SITE ini telah melakukan 3 kali cruise
yaitu pada bulan April, September dan Desember. Pada cruise yang pertama
telah berhasil merecovery dan mendeploy ulang sebanyak 4 TRBM yang
telah dipasang pada tahun 2013, pada cruise yang kedua rencananya
melakukan recovery mooring di Selat Lombok yang dideploy pada bulan
November 2013 akan tetapi tidak berhasil.
II. TUJUAN
Adapun tujuan dari survei kali ini yaitu :
- Recovery dan redeployment 4 (empat) buah TRBM ADCP di selat Karimata.
- Menentukan karakteristik dan stratifikasi massa air dengan menggunakan alat
CTD, multi parameter sensor dan sampling air.
- Pengukuran underway ADCP dan batimetri
2
III. WAKTU DAN LOKASI SURVEI
Survei recovery dan reployment 4 (empat) buah TRBM di Selat Karimata
dilaksanakan pada tanggal 19 – 26 Desember 2014. Lokasi survei berada di
selat Karimata seperti yang ditampilkan pada gambar 1.
Gambar 1. Lokasi Stasiun TRBM
Tabel 1. Posisi Koordinat Stasiun TRBM
3
IV. WAHANA SURVEI DAN PERALATAN
4.1 Kapal Penelitian Kapal yang digunakan untuk melaksanakani kegiatan penelitian ini adalah
KR.BARUNA JAYA VIII. Kapal ini dinilai sangat memenuhi syarat untuk melakukan
kegiatan penelitian ini karena dilengkapi dengan peralatan yang lengkap dan
memadai ( Simrad Planing Station, Gyro Compass, Tension meter, Dynamic
Positiong, side mounting pool transducer, Hight Cleaning Pressure, Winch heavy
Load, A Frame, Crane, dan lain-lain ) sesuai kebutuhan jenis kegiatan penelitian
meta ocean ( mooring ), serta telah mempunyai pengalaman melaksanakan kegiatan
penelitian yang sama baik laut dalam maupun laut dangkal.
Spesifikasi KR.BARUNA JAYA VIII sebagai berikut :
1. Panjang Keseluruhan : 53,2 meter
2. Lebar : 12,5 meter
3. Sarat Maximum : 4,3 meter
4. Gross tonage : 1273 RT
5. Tahun Pembangunan : 1997-1998
6. Galangan Pembuat : Mjellem&Karlsen, Bergen, Norwegia
Gambar 2. Foto dan General Arangement KR.BARUNA JAYA VIII
4
4.2 Peralatan Penelitian 4.2.1. CTD ( Conductivity Temperature and Depth )
CTD dipergunakan untuk mengukur beberapa parameter air laut ( Suhu,
Salinitas,Chlorophil, Kecerahan dan kekeruhan, Oksigen, pH dan profil TSS ),
kemudian juga untuk mengambil sampel air dengan mempergunakan rosset
sampler.
Spesifikasi CTD sebagai berikut : Type : SBE-911 Plus Sensor : C, T, D, Fluorometer, Oxigen,
Transmissionmeter, Turbidity meter, pH Bottle Sampler : Carrousel Bottle Sampler with 12 Niskin
Bottle Maximum Kedalaman : 5000 meter
Gambar 3. CTD + Rosset Sampler dan Deck Unit
4.2.2 ADCP ( Acostic Dopler Current Profile )
ADCP digunakan untuk mengukur pola arus di lokasi penelitian Spesifikasi : Merk : RDI Type : BBVMADCP Frequency : 75 kHz Blank after Transmit : 8 m Minimum Beam Size : 5m Number of Beam : 128 Maximum Depth for Bottom Track : 500m
Gambar 4. ADCP ( Deck unit dan Transducer )
5
4.2.3 Singlebeam Echosounder
Alat untuk mengukur kedalaman, dengan spesifikasi sebagai berikut :
Merk : SIMRAD Type : Single Beam EA-500 Beam : 1 Beam Frequency : 12 kHz Depth Range : 3-11.000 meter
Gambar 5. Singlebeam Echosounder EA500
4.2.4 Trawl Resistance Bottom Mounting ( TRBM )
Ada 2 ( dua ) type TRBM yang digunakan dalam penelitian ini yaitu type
pyramida dan setengah bulatan (UFO). Prinsip kerjanya sama, dan begitu
juga peralatan yang dirakit di dalamnya juga sama, adapun alat ini dilengkapi
dengan ADCP, Auto Release dan pelampung yang dilengkapi dengan tali
pelampung. Alat ini akan merekam karakter arus di lokasi mooring
ditempatkan yang dirancang selama lebih kurang 1-2 tahun
Gambar 6. TRBM ( Trawl Resistance Bottom Mounting ) mooring
6
4.2.5 Acoustic Realease
Alat yang digunakan untuk melepas rilis akustik dan untuk menentukan posisi
TRBM
Gambar 7. Deck unit Acoustic Release
7
V. PELAKSANAAN SURVEI
5.1. Proses Recovery TRBM
Dalam melakukan kegiatan recovery TRBM ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu : • Setelah kapal riset tiba di titik koordinat lokasi penempatan TRBM
selanjutnya komunikasi dengan Transponder Acoustic Release Unit yang terpasang pada TRBM.
• Komunikasi dilakukan dengan cara melakukan ping antara Acoustic Release Unit Deck dan Acoustic Release Tranducer Unit yang dimasukan kedalam kolom air sedalam ± 5 meter dibawah permukaan air dengan Transponder Acoustic Release Unit yang terpasang didalam TRBM.
• Komunikasi dilakukan beberapa kali sampai mendapatkan jarak yang terbaik untuk melakukan proses Realease Transponder Acoustic Release Unit.
• Jarak yang terbaik adalah kira-kira 100 meter dan posisi TRBM sebaiknya ada di sebelah Kanan lambung Kapal agar pada saat tali yang terikat antara TRBM dan Floating yang muncul ke permukaan air tidak terbelit ke Baling-baling (propeler) Kapal Riset.
• Setelah jarak dan posisi Optimal TRBM dari Kapal Riset diperoleh selanjutnya dilakukan proses release Transponder Acoustic Release Unit.
• Seluruh Tim Peneliti dan Crew Kapal riset selanjutnya melakukan pengamatan secara visual di permukaan perairan untuk melihat floating (biasanya berwarna Oranye atau kuning cerah dan terdapat ADCP di dalamnya) yang akan muncul di atas perairan yang terikat dengan tali (rope) yang terhubung dengan TRBM.
• Setelah Floating muncul diatas permukaan perairan selanjutnya perahu karet diturunkan dari atas kapal riset dengan membawa 4 orang penumpang (3 orang kru kapal dan 1 orang dari tim peneliti) serta membawa tali bantu (± 100 -200 meter) dan 2 buah shackle yang akan digunakan untuk menghubungkan antara tali yang dibawa oleh floater dan terikat dengan TRBM dengan wire kapal.
• Perahu karet mendekati floating, selanjutnya floating diangkat keatas perahu karet.
• Tali yang terikat dibagian bawah floating yang terhubung dengan TRBM yang terdapat di dasar perairan dilepas pada bagian Shacklenya dan dihubungkan dengan shackle yang terdapat di salah satu ujung tali bantu.
• Perahu karet mendekat ke kapal riset dan memberikan ujung tali bantu lainnya yang telah terpasang shackle ke kru diatas deck kapal (Buritan).
• Kru menerima tali bantu dan menghubungkannya dengan wire menggunakan shackle yang telah terpasang sebelumnya.
• Operator Winch selanjutnya melakukan penggulungan Wire.
8
• Operator A Frame mengoperasikan A Frame dalam posisi keluar. • Master Deck melakukan pengawasan proses pengangkatan TRBM
dengan selalu melakukan koordinasi melalui radio komunikasi dengan Operator Winch, Nahkoda dan Chief Scientist.
• Tali yang terikat pada TRBM dan ditarik oleh winch diupayakan selalu pada posisi pukul 06 terhadap haluan kapal.
• Pada saat TRBM sudah muncul diatas permukaan air wire ditarik (digulung perlahan) sementara A Frame juga di operasikan dalam posisi masuk.
• 4 orang kru yang bertugas memegang tali stoper ( 2 orang pemegang stoper kanan, 2 orang pemegang stoper kiri) selanjutnya melakukan tugasnya untuk menjaga keseimbangan TRBM pada saat akan diletakan diatas deck kapal.
• Salah seorang kru stoper kanan mengikatkan salah satu ujung tali stoper kanan pada tiang A Frame sementara kru stoper kanan lainnya mengaitkan ujung tali stoper kanan lainnya pada TRBM.
• Begitu juga pada petugas pemegang tali stoper kiri, salah seorang kru stoper kiri mengikatkan salah satu ujung tali stoper kiri pada tiang A Frame sementara kru stoper kiri lainnya mengaitkan ujung tali stoper kiri lainnya pada TRBM.
• 2 orang petugas penyedia bantalan (dudukan) selanjutnya meletakan 2 buah balok kayu pada sisi sebelah kanan dan kiri sebagai dudukan TRBM diatas deck.
• Master deck memerintahkan operator winch untuk mengendurkan wire (area).
• Selanjutnya petugas Stoper kanan dan Stoper kiri meletakan TRBM diatas bantalan balok kayu.
• Perahu karet beserta 4 orang petugas dan floating selanjutnya dinaikkan ke atas Kapal
• Proses Recovery Selesai. Kegiatan recovery TRBM membutuhkan waktu sekitar 2 Jam. Adapun Petugas yang terlibat terdiri dari 15 orang diantaranya adalah :
• 1 orang Operator Acoustic Release Unit Deck (anggota tim survei) • 1 orang Operator Acoustic Release Tranducer Unit (anggota tim survei) • 4 orang Petugas Pengangkat Floater (3 kru kapal dan 1 anggota tim survei) • 1 orang Master Deck (kru kapal) • 4 orang petugas pemegang tali stoper (2 kru kapal dan 2 anggota tim survei) • 1 orang Operator A Frame (kru kapal) • 1 orang Operator Winch (kru kapal) • 1 orang Chief Scientis (anggota tim survei) • 1 orang Chief Party (anggota tim survei)
9
5.2. Proses Pembersihan TRBM dan Instrumen Setelah TRBM berada diatas deck untuk selanjutnya dilakukan proses pembersihan TRBM. Adapun prosesnya adalah sebagai berikut : • 4 orang Petugas membersihkan bagian luar TRBM melakukan
pengerokan atau pembersihan bagian luar TRBM dari teritip, lumpur atau kotoran lainnya dengan menggunakan sikat kawat dan Kape.
• Setelah bagian luar di kerok atau disikat selanjutnya Petugas Penyemprot air membersihkan frame bagian luar TRBM dengan menggunakan High Pressure Cleaner.
• Setelah permukaan frame bagian luar luar bersih, petugas pembersih bagian luar membuka baut-baut yang terpasang pada frame TRBM dan menempatkan baut-baut pada wadah khusus (Zipper bag) yang telah diberi tanda (keterangan).
• Selanjutnya Petugas melepas frame TRBM dan membersihkannya dari teritip, lumpur atau kotoran lainnya dengan menggunakan sikat kawat dan Kape.
• Petugas Penyemprot air membersihkan bagian dalam frame TRBM dengan menggunakan High Pressure Cleaner.
• Petugas Penyemprot melepaskan tali utama (main rope) yang terikat pada main Body TRBM.
• 4 orang petugas membuang lumpur yang terdapat di bagian dalam TRBM (main body) dengan menggunakan sekop atau sendok semen.
• selanjutnya Petugas Penyemprot air membersihkan bagian dalam TRBM (main body) dengan menggunakan High Pressure Cleaner.
• Chief party berkoordinasi dengan master deck untuk melakukan proses penggantungan main body TRBM.
• Master deck akan memerintahkan Operator Winch untuk menarik wire (area) sehingga posisi TRBM tergantung.
• 4 orang petugas melakukan pencopotan instrumen yang terpasang pada main body TRBM (2 orang mencopot Transponder Acoustic Release Unit, 1 orang melepaskan Shackle tali utama (Main Rope) dan 1 orang melepaskan Shackle Tali ekor (tail Rope)
• 2 orang petugas yang sebelumnya melepaskan Transponder Acoustic Release Unit selanjutnya membersihkan Transponder Acoustic Release Unit tersebut dari lumpur teritip ataupun kotoran lainnya yang menempel.
• 2 orang yang sebelumnya melepaskan tali utama (main rope) dan tali ekor (tail rope)selanjutnya mencuci, melepaskan shackle-shackle yang terikat dalam tali utama dan tali ekor tersebut.
• Setelah selesai membersihkan Acoustic release 2 orang petugas melepaskan ADCP dan CTD yang terpasang pada Floater.
• Selanjutnya ADCP dan CTD direndam dalam air tawar untuk melepaskan teritip yang melekat dan dibersihkan.
10
5.3. Proses Penyiapan Instrumen Setelah TRBM di recovery, Instrumen di bersihkan dan di download datanya untuk selanjutnya dipasangkan kembali ke dalam TRBM untuk di deploy ulang. Akan tetapi sebelumnya perlu dilakukan pengecekan dan penyetingan ulang. Instrumen yang perlu dilakukan pengecekan dan penyetingan ulang tersebut adalah : a. 2 unit Transponder Acoustic Release Unit b. 1 unit Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP) c. 1 unit Conductivity Temperature Depth (CTD)
Berikut adalah langkah-langkah pengecekan dan penyetingan instrumen tersebut diatas : a. Transponder Acoustic Release Unit
• Buka Casing Transponder Acoustic Release Unit • Lepaskan battery lama • Ambil battery baru dan ukur voltagenya • Pasang battery baru tersebut • Pasang kembali casing Transponder Acoustic Release Unit • Lapisi karet / gasket pada casing dan penutup casing dengan
menggunakan O ring Lube untuk menjaga elatisitas karet/gasket. • Ganti Zink Anodenya apabila sudah tidak bagus • Lakukan pengecekan Release (membuka/melepas) , Unrealease
(menutup) serta Ping dengan menggunakan Acoustic Release Unit Deck dan Acoustic Release Tranducer Unit.
b. Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP) • Buka Casing Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP) • Lepaskan battery lama • Ambil battery baru dan ukur voltagenya • Pasang battery baru tersebut • Pasang kembali casing Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP) • Lapisi karet / gasket pada casing dan penutup casing dengan
menggunakan O ring Lube untuk menjaga elatisitas karet/gasket. • Ganti Zink Anodenya apabila sudah tidak bagus
c. Conductivity Temperature Depth (CTD)
• Buka Casing Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP) • Lepaskan battery lama • Ambil battery baru dan ukur voltagenya • Pasang battery baru tersebut • Pasang kembali casing Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP) • Lapisi karet / gasket pada casing dan penutup casing dengan
menggunakan O ring Lube untuk menjaga elatisitas karet/gasket.
11
5.4. Proses Penyiapan TRBM Sebelum dipasang instrumen dan di deploy ulang TRBM harus dibersihkan dan dilakukan penyetingan ulang dengan prosedur sebagai berikut : • Pertama frame dan main body TRBM harus dibersihkan dan dikeringkan
terlebih dahulu. • Lakukan pengecatan pada frame, spon bouyancy dan main body TRBM
dengan menggunakan cat khusus (epoxy) warna putih. • Lakukan pengecatan pada Floater dan pemberat (semen) main body
TRBM dengan menggunakan cat anti foaling berwana terang (oranye atau kuning cerah)
• Pasang 2 unit Transponder Acoustic Release Unit pada tempat yang telah disediakan.
• Siapkan tali pengait dan pasangkan pada kedua Transponder Acoustic Release Unit.
• Siapkan 1 gulung tali yang telah disusun sedemikan rupa sehingga tidak akan membelit pada saat tertarik sebagai tali utama (main rope)
• Siapkan 1 gulung tali (rope) lainnya sebagai tali ekor (tail rope) • Lapisi casing luar CTD dengan menggunkan isolasi listrik warna hitam
untuk menghindari teritip menempel di casing CTD. • Pasang ADCP dan CTD pada Floater sesuai dengan posisi yang telah
ditentukan. • Siapkan tali dan chain blok • Gantung chain blok dan ikatkan tali pada pengait yang terdapat di floater • Angkat floater dengan chain blok sedemikian hingga posisinya berada
diatas lubang dudukan floater TRBM • Letakan tumpukan tali utama di bagian dasar lubang floater • Ikatkan salah satu ujung tali utama menggukan shackle ke bagian bawah
floater. • Ikatkan ujung tali utama lainnya ke tali pengait yang terpasang pada
kedua Transponder Acoustic Release Unit. • Masukan floater kedalam lubangnya sesuai dengan posisi yang tepat • Pastikan ujung CTD dan Ujung floater telah masuk kedalam lubang
sesuai dengan posisinya masing-masing. • Lakukan pengecekan Zink Anode dan ganti jika sudah tidak baik • Lumasi bagian-bagian TRBM yang memerlukan pergerakan agar tidak
ditempeli teritip dengan greace (stemplet/gemuk) sehingga pada saat di realeser floater dapat dengan mudah terlepas dari main body dan muncul ke permukaan
• Pasangkan spon bouyancy sesuai dengan urutan posisinya • Pasangkan frame luar TRBM • Pasang baut-baut pada frame luar TRBM tersebut • Pasang Shackle pada pengait utama TRBM
12
5.5. Proses Deploymen (Penempatan) TRBM • Tempatkan TRBM dibagian buritan dengan cara di beri bantalan
dengan menggunakan balok kayu • Pasang tali ekor pada main body TRBM dan pasangkan beberapa
shackle di ujung tali ekor lainnya, sehingga ketika terjadi kegagalan pada proses realease menggunakan Acoustic Release, Shackle yang terpasang pada tali ekor dapat dengan mudah terkait dengan jangkar pengait ketika dilakukan penggarukan.
• Siapkan 1 unit Acoustic Realeaser LF dan 2 unit Floating Glassball • Pasang ujung Acoustic Realeaser LF pada Shackle pengait utama • Pasang Floating Glassball pada ujung Acoustic Realeaser LF lainnya
dan hubungkan dengan wire. • 4 orang kru yang bertugas memegang tali stoper ( 2 orang pemegang
stoper kanan, 2 orang pemegang stoper kiri) selanjutnya melakukan tugasnya untuk menjaga keseimbangan TRBM pada saat akan diangkat dari atas deck kapal.
• Salah seorang kru stoper kanan mengikatkan salah satu ujung tali stoper kanan pada tiang A Frame sementara kru stoper kanan lainnya mengaitkan ujung tali stoper kanan lainnya pada TRBM.
• Begitu juga pada petugas pemegang tali stoper kiri, salah seorang kru stoper kiri mengikatkan salah satu ujung tali stoper kiri pada tiang A Frame sementara kru stoper kiri lainnya mengaitkan ujung tali stoper kiri lainnya pada TRBM.
• Master deck memerintahkan operator winch untuk menarik wire (hibop), Operator Winch selanjutnya melakukan penggulungan Wire sehingga TRBM terangkat
• 2 orang petugas penyedia bantalan (dudukan) selanjutnya mengambil 2 buah balok kayu pada sisi sebelah kanan dan kiri sebagai dudukan TRBM diatas deck sebelumnya.
• Operator A Frame mengoperasikan A Frame dalam posisi keluar. • Master Deck memerintahkan operator winch untuk mengulur wire
(area) sehingga TRBM, Floating Glassball dan Acoustic Realeaser LF masuk kedalam air hingga tenggelam sampai dasar
• 2 orang petugas melakukan penguluran tali ekor • Apabila posisi TRBM sudah dianggap cukup baik selanjutnya Operator
Acoustic Release Unit Deck melakukan proses Realease Acoustic Realeaser LF.
• Acoustic Realeaser LF, Floating Glassballdan wire akan muncul ke permukaan air.
• Master Deck memerintahkan operator winch untuk menggulung wire • Operator A Frame mengoperasikan A Frame dalam posisi Masuk. • Setelah diatas Deck Acoustic Realeaser LF dan Floating Glassball
dilepas dari wire
13
5.6 Rangkaian Kegiatan Selama Survei : Hari ke-1, Jumat 19 Desember 2014
Sekitar jam 12.15 WIB KR. Baruna Jaya VIII tolak dari pelabuhan
Muara Baru menuju lokasi survey yang pertama yaitu lokasi B4 yang berada
di Selat Gelasa. Kecepatan kapal rata-rata sekitar 9 knot. Dalam perjalanan
menuju lokasi survey diselenggarakan safety briefing yang dipimpin oleh
Chief Officer KR. Baruna Jaya VIII.
Gambar 8. Safety Breifing oleh Chief Officer KR. Baruna Jaya VIII
Hari ke-2, Sabtu 20 Desember 2014
Pada hari kedua dilakukan Technical Meeting dan Presentasi Ilmiah
latar belakang pelaksanaan kegiatan SITE. Dalam Technical Meeting
dijelaskan mengenai kegiatan yang akan dilakukan selama pelayaran serta
proses recovery dan redeploy TRBM yang dipaparkan oleh Chief Scientis
kegiatan Cruise SITE Leg-3 sdr. Teguh Agustiadi, S.T. Sementara Presentasi
ilmiah dilakukan oleh Dr. Dwi Susanto.
14
Gambar 9. Presentasi Ilmiah oleh Dr. Dwi Susanto
Pada pukul 12.15 WIB kapal riset Baruna Jaya VIII tiba di stasiun TRBM B4. Kegiatan dilanjutkan dengan proses recovery TRBM di stasiun TRBM B4. Proses recovery ini memakan waktu kurang lebih sekitar 2 jam. Setelah TRBM B4 berada diatas deck kapal menuju stasiun B1 dan kegiatan dilanjutkan dengan melakukan recovery TRBM di Stasiun TRBM B1. Floater TRBM sukses dapat menucul ke permukaan air dan dapat diangkat ke atas deck. Pada saat proses recovery TRBM tali utama putus dan TRBM gagal naik keatas deck. Kegiatan dilanjutkan dengan melakukan penggarukan untuk mengait tali ekor akan tetapi sampai waktu menjelang petang hari proses penggarukan gagal mengait tali ekor.
Gambar 10. Recovery TRBM di lokasi B4
15
Pada malam harinya kegiatan dilanjutkan dengan pengambilan CTD di Stasiun CTD STA-01 / lokasi TRBM B1 dan stasiun CTD STA-03.
Gambar 11. Casting CTD dan water sampling di lokasi TRBM B4
Hari ke-3, Minggu 21 Desember 2014
Melanjutkan penggarukan tali ekor TRBM B1 dan berhasil direcovery. Pada
pukul 12.00 TRBM B1 sudah berada di atas deck. Pengukuran CTD dan
pengambilan Sampel air dan plankton di Stasiun CTD STA-04, STA-05 dan
STA-06.
Gambar 10. Recovery TRBM di lokasi B1
16
Hari ke-4, Senin 22 Desember 2014
Proses recovery dan rededploy TRBM di stasiun TRBM B2 dan di stasiun TRBM
B3. Pengukuran CTD dan pengambilan Sampel air dan plankton di Stasiun
CTD STA-06, STA-07 dan STA-08. Selain Pengukuran parameter kualitas air
dari Rosset Sampler juga dilakukan pengukuran parameter kualitas air yang
diambil dari permukaan secara berkala setiap 1 jam sekali selama 24 jam.
Gambar 2. Redeploy TRBM di lokasi B2
Gambar 12. RedeployTRBM di lokasi B1
Hari ke-5,
, Selasa 23
Pada har
pengambil
09 dan p
secara be
mooring m
Met
penentuan
masing-ma
Titik P me
dan D ya
Jarak diuk
Den
merupaka
D, sehingg
lingkaran
dengan ja
tersebut a
diketahui.
Pos
mengukur
terpasang
lurus dala
3 Desembe
ri ke 5
lan Sampe
pengukuran
rkala setia
maka dilaku
tode pene
n posisi su
asing terh
erupakan t
ang diketah
kur dari ma
Gamba
ngan me
n jari-jari li
ga terbent
A dengan
ari-jari r3,
akan berp
sisi pembe
jarak da
di sekitar
am ruang
er 2014
kegiatan
el Air, pen
n paramet
ap 1 jam s
ukan triang
yang di
gambilan s
ter kualita
sekali selam
gulasi di sta
ilakukan
sampel pla
s air yan
ma 24 jam
asiun TRB
adalah p
ankton di
g diambil
m. Untuk m
M B3.
engukuran
stasiun CT
dari perm
memastikan
n CTD,
TD STA-
mukaan
n posisi
ntuan pos
atu titik da
hadap titik
itik yang a
hui posisin
asing-masi
sisi pembe
ari minimal
yang aka
akan dicari
nya yakni
ng titik ters
erat moorin
3 titik yan
an dicari p
i posisinya
(xA,yA), (x
sebut terha
ng didasar
ng diketahu
posisinya,
a terhadap
xB,yB), (xC
adap titik P
rkan pada
ui posisi da
lihat Gam
p titik-titik A
,yC), dan
P (xP,yP).
prinsip
an jarak
bar 18.
A, B, C,
(xD,yD).
r 13. Metodee Penentuann Posisi Jarrak-jarak
enggunaka
ingkaran d
tuk empat
n jari-jari r
dan lingka
otongan d
n prinsip
engan pus
lingkaran
r1, lingkara
aran D de
di titik P.
p geomet
sat di masi
yakni ling
an B deng
engan jari-
Jadi koor
trik, jara
ing-masing
gkaran A d
gan jari-jar
-jari r4. Ke
rdinat titik
k-jarak t
g titik A, B,
dengan jar
ri r2, lingk
eempat lin
P (xP,yP)
ersebut
C, dan
ri-jari r1,
karan C
ngkaran
) dapat
erat moorin
ari kapal
r pemberat
tiga dime
ng di dasa
ke pembe
t tersebut.
ensi, sehin
ar laut da
erat mela
Jarak ya
ngga untuk
apat diketa
lui acoust
ng diukur
k mendap
ahui denga
tic release
merupaka
patkan pos
an cara
e yang
an jarak
sisi titik
17
18
pemberat harus berupa jarak (r) di bidang datar (Gambar 14). Untuk
menghitung jarak (r) terlebih dahulu harus diketahui kedalaman rata-rata di
sekitar area tersebut. Rumus pythagoras dapat diterapkan untuk menghitung
jarak r1, lihat Gambar 14.
Gambar 14. Menghitung Jarak r1 dengan Rumus Pythagoras
Pengukuran dilakukan dengan alat transponder yang memancarkan sinyal
akustik melalui transducer yang digantung di dalam air disamping kapal survei,
terhadap acoustic release di dasar laut. Kapal bergerak di empat posisi yang
berbeda yakni di sebelah utara yang mewakili titik A, sebelah timur yang
mewakili titik B, sebelah selatan yang mewakili titik C, dan sebelah barat yang
mewakili titik D (Gambar 15).
Gambar 15. Pengukuran Jarak-jarak terhadap posisi pemberat
Posisi GPS yang diperoleh di keempat titik tersebut langsung digambarkan di
peta kedalaman rata-rata yang terukur.
19
Hari ke-6, Rabu 24 Desember 2014
Pada hari ke 6 kegiatan yang dilakukan adalah penempatan (deploymen)
TRBM di Stasiun TRBM B4 serta melakukan proses triangulasi untuk
memastikan posisi pasti penempatan TRBM.
Lain dari itu dilakukan pula pengukuran CTD, pengambilan Sampel
Air, pengambilan sampel plankton di stasiun CTD STA-10, STA-11, STA-12 ,
STA-13 dan pengukuran parameter kualitas air yang diambil dari permukaan
secara berkala setiap 1 jam sekali selama 24 jam.
Hari ke-7, Kamis 25 Desember 2014
Pada hari ke 7 kegiatan yang dilakukan adalah pengukuran CTD,
pengambilan Sampel Air, pengambilan sampel plankton di stasiun CTD -14
dan pengukuran parameter kualitas air yang diambil dari permukaan secara
berkala setiap 1 jam sekali selama 24 jam.
Briefing dan Evaluasi selama kegiatan survei cruise SITE Leg-3 tahun
2015 yang dihadiri oleh seluruh tim survei.
Hari ke-8, Jum’at 26 Desember 2014
Perjalanan menuju pelabuhan perikanan samudera Muara Baru, Jakarta
Utara. Setelah sampai di pelabuhan dilakukan kegiatan demobilisasi berupa
pengangukutan Barang-barang dan Instrument yang digunakan selama
penelitian. Adapun barang dan instrumen sebagian besar dibawa ke gudang
di cilegon dan sebagian lagi dibawa ke kantor BPOL.
20
Tabel 2. Posisi TRBM, 24-30 April 2014
Tabel 3. Posisi stasiun CTD dan water sampling
21
Gambar 16. Lokasi Pengukuran CTD
22
Tabel 4. Detail Pelaksanaan Kegiatan Survei
Tanggal Jam Kegiatan 19 Des 2014 20 Des 2014
12:15 WIB 11:30 WIB 07:30 WIB 12:13 WIB 13:40 WIB 16:15 WIB 16:45 WIB
Kapal Baruna Jaya VIII berangkat meninggalkan pelabuhan Muara Baru. Presentasi safety induction oleh chief officer kapal Baruna Jaya VIII kepada peserta pelayaran. Presentasi dimaksudkan untuk memberi pengetahuan tentang prosedur keselamatan selama pelayaran. Technical meeting dan presentasi ilmiah latar belakang pelaksanaan kegiatan SITE. Presentasi ilmiah dilakukan oleh Dr. Dwi Susanto. Dalam technical meeting dijelaskan rincian kegiatan teknis yang dilakukan dalam pelayaran, yaitu:
- Teknis pekerjaan recovery TRBM - Teknis pekerjaan redeployment TRBM - Pembagian personel yang terlibat dalam setiap sub
pekerjaan Materi yang dipresentasikan dalam presentasi ilmiah:
- Adanya hipotesa bahwa Arlindo tidak hanya melewati selat Makasar dan Indonesia bagian timur, melainkan juga melalui selat Karimata.
- Iklim di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi laut sehingga penting untuk mengetahui kondisi perairan di Indonesia.
- Observasi variasi transpor massa air di selat Karimata perlu dilakukan untuk memahami dinamikanya, termasuk kaitannya terhadap kondisi biologi dan perikanan.
Kapal Baruna Jaya VIII sampai di posisi mooring B4, yaitu di koordinat 020 34,565’ LS dan 1070 00,844’ BT. Setelah mempersiapkan peralatan yang diperlukan, dilakukan pelepasan mooring dengan menggunakan acoustic release dari dek kapal. Pelampung (buoy) mooring B4 muncul di permukaan. Dalam buoy yang muncul kepermukaan terdapat instrumen ADCP, yaitu instrumen pengukur profil arus laut. Setelah buoy ADCP diangkat ke kapal, pekerjaan selanjutnya adalah menarik dudukan instrumen yang masih berada di dasar dengan menggunakan tali yang menghubungkan buoy dan dudukan instrumen. Proses pengangkatan (recovery) mooring di B4 dilakukan kurang lebih 2 jam dan setelah pekerjaan recovery selesai kapal bergerak menuju ke titik mooring B1. Sampel sedimen diambil dari dalam dudukan mooring untuk dianalisis benthos dan logam beratnya. Tiba di titik mooring B1 dan melakukan pekerjaan recovery mooring dengan prosedur yang sama seperti di titik B4. Sistem buoy dan ADCP mooring B1 muncul di permukaan. Proses pengangkatan dudukan mooring di titik B1 mengalami
23
21 Des 2014
17:45 WIB 18:36 WIB 21:10 WIB 05:36 WIB 08:00 WIB 12:00 WIB 18:12 WIB 20:54 WIB 22:55 WIB
hambatan ketika tali penghubung buoy dan dudukan putus pada saat ditarik ke atas kapal. Sebagai antisipasi jika buoy tidak muncul ke permukaan atau tali penghubung buoy dan dudukan putus maka disiapkan tali cadangan untuk mengangkat dudukan. Tali cadangan terletak memanjang didasar dan untuk dapat mengambilnya perlu dilakukan penggarukan dengan menggunakan semacam jangkar yang diseret di dasar. Proses penggarukan dilakukan untuk mencari tali cadangan di titik B1. Penurunan CTD dan pengambilan sampel air di titik B1 (koordinat 020 34,602’ LS dan 1070 15,023’ BT, kedalaman dasar 32,8 m). Pengambilan sampel air dilakukan di tiga lapisan yaitu permukaan (5 m), tengah (15 m), dan dasar (30 m). Pengambilan sampel plankton (phytoplankton dan zooplankton) dilakukan dengan menggunakan dua jenis plankton net. Penurunan CTD dan pengambilan sampel air di titik CTD 03 (koordinat 020 34,798’ LS dan 1070 29,165’ BT, kedalaman dasar 32,2 m). Pengambilan sampel air dilakukan di tiga lapisan yaitu permukaan (5 m), tengah (15 m), dan dasar (30 m). Pengambilan sampel plankton (phytoplankton dan zooplankton) dilakukan dengan menggunakan dua jenis plankton net. Penurunan CTD dan pengambilan sampel air di titik mooring B4 (koordinat 020 34,530’ LS dan 1070 00,756’ BT, kedalaman dasar 36,2 m). Pengambilan sampel air dilakukan di tiga lapisan yaitu permukaan (5 m), tengah (15 m), dan dasar (30 m). Pengambilan sampel plankton (phytoplankton dan zooplankton) dilakukan dengan menggunakan dua jenis plankton net. Penggarukan untuk mencari tali cadangan di titik mooring B1 kembali dilanjutkan. Dudukan mooring B1 naik ke dek kapal. Sampel sedimen diambil dari dalam dudukan mooring untuk dianalisis benthos dan logam beratnya. Penurunan CTD dan pengambilan sampel air di titik CTD 04 (koordinat 020 27,865’ LS dan 1080 05,865’ BT, kedalaman dasar 36,8 m). Pengambilan sampel air dilakukan di tiga lapisan yaitu permukaan (5 m), tengah (15 m), dan dasar (30 m). Pengambilan sampel plankton (phytoplankton dan zooplankton) dilakukan dengan menggunakan dua jenis plankton net. Penurunan CTD dan pengambilan sampel air di titik CTD 05 (koordinat 020 16,745’ LS dan 1080 14,778’ BT, kedalaman dasar 40,4 m). Pengambilan sampel air dilakukan di tiga lapisan yaitu permukaan (5 m), tengah (15 m), dan dasar (38 m). Pengambilan sampel plankton (phytoplankton dan zooplankton) dilakukan dengan menggunakan dua jenis plankton net. Penurunan CTD dan pengambilan sampel air di titik CTD 06
24
22 Des 2014
06:00 WIB 06:30 WIB 07:00 WIB 08:00 WIB 08:30 WIB 09:00 WIB 09:35 WIB 10:00 WIB 11:00 WIB 11:11 WIB 12:00 WIB 13:00 WIB 14:00 WIB 15:00 WIB 15:00 WIB 16:00 WIB
(koordinat 020 05,260’ LS dan 1080 24,041’ BT, kedalaman dasar 39,0 m). Pengambilan sampel air dilakukan di tiga lapisan yaitu permukaan (5 m), tengah (15 m), dan dasar (35 m). Pengambilan sampel plankton (phytoplankton dan zooplankton) dilakukan dengan menggunakan dua jenis plankton net. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengukuran kualitas air ini kemudian dilakukan secara periodik dengan interval 1 jam selama 24 jam Melepas sistem buoy dan ADCP di mooring B2 dengan menggunakan acoustic release. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Dudukan sistem mooring B2 selesai dinaikkan ke atas kapal. Sampel sedimen diambil dari dalam dudukan mooring untuk dianalisis benthos dan logam beratnya. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Menurunkan (deploy) sistem mooring di titik B2. Pencatatan posisi dan heading kapal dilakukan sebagai acuan penentuan posisi koordinat mooring dan tali cadangan. Posisi mooring yang tercatat adalah sebagai berikut:
- Posisi 1 : 020 16,716’ LS dan 1080 14,915’ BT - Posisi 2 : 020 16,713’ LS dan 1080 14,918’ BT - Posisi 3 : 020 16,712’ LS dan 1080 14,918’ BT
Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Melepas tali cadangan (tali ekor) mooring B2. Posisi pelepasan pemberat tali cadangan adalah 020 16,689’ LS dan 1080 14,887’ BT. Heading kapal saat pelepasan pemberat tali cadangan 2900 dan arah gerak kapal 2750. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Melepas sistem buoy dan ADCP di titik B3 dengan menggunakan acoustic release. Sistem pelampung dan ADCP dapat naik ke permukaan namun karena gelombang tinggi dan kondisi yang berangin, pengangkatan sistem buoy dan ADCP ke dek ditunda hingga kondisi memungkinkan. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur
25
23 Des 2014
17:00 WIB 17:00 WIB 17:30 WIB 18:00 WIB 19:00 WIB 20:00 WIB 20:03 WIB 21:00 WIB 01:25 WIB 06:00 WIB 07:00 WIB 08:00 WIB 08:10 WIB 09:00 WIB 10:00 WIB 11:00 WIB 12:00 WIB
kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Dudukan mooring B3 naik ke dek kapal. Sampel sedimen diambil dari dalam dudukan mooring untuk dianalisis benthos dan logam beratnya. Penurunan CTD dan pengambilan sampel air di titik CTD 07/B3 (koordinat 010 54,685’ LS dan 1080 32,792’ BT, kedalaman dasar 40,6 m). Pengambilan sampel air dilakukan di tiga lapisan yaitu permukaan (5 m), tengah (15 m), dan dasar (35 m). Pengambilan sampel plankton (phytoplankton dan zooplankton) dilakukan dengan menggunakan dua jenis plankton net. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Penurunan CTD dan pengambilan sampel air di titik CTD 08 (koordinat 010 48,544’ LS dan 1080 37,416’ BT, kedalaman dasar 40,0 m). Pengambilan sampel air dilakukan di tiga lapisan yaitu permukaan (5 m), tengah (15 m), dan dasar (35 m). Pengambilan sampel plankton (phytoplankton dan zooplankton) dilakukan dengan menggunakan dua jenis plankton net. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Penurunan CTD dan pengambilan sampel air di titik CTD 09 (koordinat 010 23,540’ LS dan 1090 01,000’ BT, kedalaman dasar 25,0 m). Pengambilan sampel air dilakukan di tiga lapisan yaitu permukaan (5 m), tengah (15 m), dan dasar (24 m). Pengambilan sampel plankton (phytoplankton dan zooplankton) dilakukan dengan menggunakan dua jenis plankton net. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Membuat titik-titik triangulasi untk memastikan posisi mooring B3 yang yang telah diturunkan. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur
26
24 Des 2014
13:00 WIB 14:00 WIB 14:35 WIB 15:00 WIB 16:00 WIB 17:00 WIB 18:00 WIB 19:00 WIB 20:00 WIB 21:00 WIB 22:00 WIB 00:00 WIB 00:13 WIB 01:00 WIB 01:57 WIB 02:00 WIB 03:00 WIB 06:00 WIB 07:00 WIB 08:00 WIB
kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Membuat titik-titik triangulasi untk memastikan posisi mooring B2 yang yang telah diturunkan pada hari sebelumnya. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Penurunan CTD dan pengambilan sampel air di titik CTD 10 (koordinat 020 52,307’ LS dan 1070 16,608’ BT, kedalaman dasar 42 m). Pengambilan sampel air dilakukan di tiga lapisan yaitu permukaan (5 m), tengah (15 m), dan dasar (40 m). Pengambilan sampel plankton (phytoplankton dan zooplankton) dilakukan dengan menggunakan dua jenis plankton net. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Penurunan CTD dan pengambilan sampel air di titik CTD 11 (koordinat 020 51,831’ LS dan 1070 09,973’ BT, kedalaman dasar 48 m). Pengambilan sampel air dilakukan di tiga lapisan yaitu permukaan (5 m), tengah (15 m), dan dasar (45 m). Pengambilan sampel plankton (phytoplankton dan zooplankton) dilakukan dengan menggunakan dua jenis plankton net. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur
27
08:20 WIB 09:00 WIB 10:00 WIB 10:20 WIB 11:00 WIB 12:00 WIB 12:35 WIB 13:00 WIB 13:30 WIB 14:00 WIB 15:00 WIB 16:00 WIB 17:00 WIB 18:00 WIB 19:00 WIB 20:00 WIB
kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Menurunkan (deploy) sistem mooring di titik B1. Pencatatan posisi dan heading kapal dilakukan sebagai acuan penentuan posisi koordinat mooring dan tali cadangan. Posisi mooring yang tercatat adalah sebagai berikut:
- Posisi 1 : 020 34,664’ LS dan 1070 15,024’ BT - Posisi 2 : 020 34,662’ LS dan 1070 15,025’ BT - Posisi 3 : 020 34,662’ LS dan 1070 15,026’ BT
Kedalaman perairan di titik penurunan mooring B1 34.4 m. Posisi pelepasan pemberat tali cadangan adalah 020 34,683’ LS dan 1070 14,962’ BT. Heading kapal saat pelepasan pemberat tali cadangan 2980 dan arah gerak kapal 3080. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Menurunkan (deploy) sistem mooring di titik B4. Penurunan mooring di posisi titik B4 belum berhasil pada usaha pertama. Hal ini disebabkan tali cadangan mooring yang tersangkut di acoustic release. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengulangan penurunan (deploy) sistem mooring di titik B4. Pencatatan posisi dan heading kapal dilakukan sebagai acuan penentuan posisi koordinat mooring dan tali cadangan. Posisi mooring yang tercatat adalah sebagai berikut:
- Posisi 1 : 020 34,592’ LS dan 1070 00,885’ BT Kedalaman perairan di titik penurunan mooring B1 32,4 m. Posisi pelepasan pemberat tali cadangan adalah 020 34,599’ LS dan 1070 00,872’ BT. Heading kapal saat pelepasan pemberat tali cadangan 2300 dan arah gerak kapal 2860. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Membuat titik-titik triangulasi untk memastikan posisi mooring B4 yang yang telah diturunkan. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur
28
25 Des 2014
20:35 WIB 21:00 WIB 22:00 WIB 22:45 WIB 23:00 WIB 00:00 WIB 01:25 WIB 10:00 WIB
kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Penurunan CTD dan pengambilan sampel air di titik CTD 12 (koordinat 020 52,126’ LS dan 1060 57,613’ BT, kedalaman dasar 45 m). Di titik CTD 12 ini tidak dilakukan pengambilan sampel air di tiga lapisan. Pengambilan sampel plankton (phytoplankton dan zooplankton) dilakukan dengan menggunakan dua jenis plankton net. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Penurunan CTD dan pengambilan sampel air di titik CTD 13 (koordinat 030 10,308’ LS dan 1070 00,002’ BT, kedalaman dasar 36 m). Pengambilan sampel air dilakukan di tiga lapisan yaitu permukaan (5 m), tengah (15 m), dan dasar (30 m). Pengambilan sampel plankton (phytoplankton dan zooplankton) dilakukan dengan menggunakan dua jenis plankton net. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Pengambilan sampel air permukaan untuk kemudian diukur kualitas airnya dengan menggunakan WQC dan pH meter. Penurunan CTD dan pengambilan sampel air di titik CTD 14 (koordinat 030 10,238’ LS dan 1070 15,366’ BT, kedalaman dasar 38 m). Pengambilan sampel air dilakukan di tiga lapisan yaitu permukaan (5 m), tengah (15 m), dan dasar (35 m). Pengambilan sampel plankton (phytoplankton dan zooplankton) dilakukan dengan menggunakan dua jenis plankton net. Briefing dan evaluasi pelaksanaan pelayaran SITE Leg 2 2014.
29
VI. PERSONIL
Personil pelaksana survei melibatkan peneliti/perekayasa dan teknisi yang
berasal dari berbagai institusi, meliputi Balai Penelitian dan Observasi Laut-
Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), FIO-China, Litkayasa Pusat
Penelitian Oseanografi LIPI, Dosen Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
serta mahasiswi dari Perguruan Tinggi (Universitas Surya dan Universitas
Diponegoro). Tabel berikut memperlihatkan personil pelaksana termasuk
awak kapal KR Baruna Jaya VIII yang mengikuti kegiatan survey ini.
Tabel 2. Daftar Personil Survey
30
Tabel 3. Crew KR. Baruna Jaya VIII
31
VII. KESIMPULAN
Penelitian The SOUTH CHINA SEA-INDONESIAN SEAS TRANSPORT/EXCHANGE
(SITE) pokok utamanya adalah mempergunakan alat TRBM ( Trawl Resistance
Bottom Mounting ), dimana alat ini di letakkan di dasar laut dan ditinggal selama
antara 6 bulan - 1 tahun. Sebagai ringkasan bahwa kegiatannya adalah mengangkat
(recovery) dan menempatkan (redeploy) kembali TRBM. Secara umum hasil yang
diperoleh selama kegiatan survei cruise SITE Leg-3 Tahun 2015 adalah sebagai
berikut :
1. Recovery dan redeploy 4 buah TRBM yaitu B1, B2, B3 dan B4. Pengangkatan
dilaksanakan dengan baik, mulai dari merilis dan sampai alat berada di atas
kapal, tidak ada bantuan penyelaman akan tetapi sempat mengalami
penggarukan pada saat recovery TRBM B1 karena tali utama putus.
Sedangkan pada prose deploymen (penempatan) prosesnya dapat dilakukan
dengan sempurna dan baik
2. Pengukuran CTD di 14 Stasiun Pengamatan.
3. Pengambilan Sampel Air dan Sampel Plankton di 11 Stasiun Pengamatan
4. Pengambilan Sampel Sedimen dari 4 stasiun TRBM.
5. Pengukuran parameter kualitas air permukaan setiap 1 jam selama 24 jam 2
hari pengamatan.
6. Pengukuran Bathimetri di selat Gaspar dan Selat karimata
Secara keseluruhan kegiatan pelayaran SITE Leg 3 tahun 2014 ini berjalan sukses.