laporan sungai brantas

11
SUNGAI BRANTAS MALANG-- Gemericik air yang keluar dari mata air Arboretum Sumber Brantas nampak bening mengalir. Mata air Sumber Brantas ini adalah daerah hulu sungai Brantas, terletak di lereng Gunung Arjuna Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu Jawa Timur.Bagi masyarakat Jawa Timur, Sungai Brantas adalah segalanya. Aliran sungai ini dimanfaatkan untuk kebutuhan irigasi, bahan baku air minum sampai pembangkit listrik Jawa Bali. Sayang, dari tahun ke tahun kualitas air Sungai Brantas terus menurun, akibat pencemaran dari limbah industri dan domestik.Belum lagi ancaman musim kemarau yang mengeringkan aliran sungai. Debit air sumber Brantas, kata Direktur Teknik Perum Jasa Tirta I, Harianto, terus menyusut. Menyusutnya debit sumber Brantas dipengaruhi kondisi daerah tangkapan di sekitarnya. Ratusan hektar hutan rusak, berubah menjadi lahan pertanian.Akibatnya simpanan air di bawah tanah menurun. Merosotnya debit Sumber Brantas mengakibatkan aliran air Sungai Brantas turut berkurang. Memasuki musim kemarau, persediaan air di Waduk Sutami Karangkates menipis. Ini ikut mengancam produksi listrik untuk Pembangkit Jawa Bali. "Tahun 1982 debit sumber Brantas mencapai 12 liter per detik. Tapi kini, tinggal 1 hingga 2 liter per detik," jelasnya. Pada musim kemarau lalu, waduk Sutami kritis tingkat elevasi tinggal enam meter dari batas aman untuk membangkitkan listrik Jawa dan Bali. Untuk itu, menambah persediaan air di waduk Sutami tidak hanya mengandalkan aliran dari anak sungai Brantas. Perum Jasa Tirta I melakukan rekayasa cuaca dengan membuat hujan buatan. Proses hujan buatan yang dikerjakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menghabiskan dana sebesar Rp 2 miliar. "Sekitar 30 tahun waduk sutami beroperasi, produksi listrik tidak banyak berkurang.Total listrik 1 miliar per tahun masih tetap tidak berubah.Kecuali tahun 1997, produksi listrik hanya sekitar 50 persen," urainya. Sungai Brantas punya arti sangat besar bagi masyarakat Jawa Timur.Sungai ini pun unik, karena melintas di 12 daerah Jawa Timur sebelum berakhir di Laut Jawa.Jutaan jiwa masyarakat bergantung pada aliran sungaisepanjang 320 kilometer ini.Dewan Daerah Walhi Jawa Timur

Upload: vickyrizaldi

Post on 28-Nov-2015

351 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Deskripsi Permasalahan Sungai Brantas

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Sungai Brantas

SUNGAI BRANTASMALANG-- Gemericik air yang keluar dari mata air Arboretum Sumber Brantas nampak bening mengalir. Mata air Sumber Brantas ini adalah daerah hulu sungai Brantas, terletak di lereng Gunung Arjuna Desa

Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu Jawa Timur.Bagi masyarakat Jawa Timur, Sungai Brantas adalah segalanya. Aliran sungai ini dimanfaatkan untuk kebutuhan irigasi, bahan baku air minum sampai pembangkit listrik Jawa Bali. Sayang, dari tahun ke tahun kualitas air Sungai Brantas terus menurun, akibat pencemaran dari limbah industri dan domestik.Belum lagi ancaman musim kemarau yang mengeringkan aliran sungai.

Debit air sumber Brantas, kata Direktur Teknik Perum Jasa Tirta I, Harianto, terus menyusut. Menyusutnya debit sumber Brantas dipengaruhi kondisi daerah tangkapan di sekitarnya. Ratusan hektar hutan rusak, berubah menjadi lahan pertanian.Akibatnya simpanan air di bawah tanah menurun. Merosotnya debit Sumber Brantas mengakibatkan aliran air Sungai Brantas turut berkurang. Memasuki musim kemarau, persediaan air di Waduk Sutami Karangkates menipis. Ini ikut mengancam produksi listrik untuk Pembangkit Jawa Bali. "Tahun 1982 debit sumber Brantas mencapai 12 liter per detik. Tapi kini, tinggal 1 hingga 2 liter per detik," jelasnya.

Pada musim kemarau lalu, waduk Sutami kritis tingkat elevasi tinggal enam meter dari batas aman untuk membangkitkan listrik Jawa dan Bali. Untuk itu, menambah persediaan air di waduk Sutami tidak hanya mengandalkan aliran dari anak sungai Brantas. Perum Jasa Tirta I melakukan rekayasa cuaca dengan membuat hujan buatan. Proses hujan buatan yang dikerjakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menghabiskan dana sebesar Rp 2 miliar. "Sekitar 30 tahun waduk sutami beroperasi, produksi listrik tidak banyak berkurang.Total listrik 1 miliar per tahun masih tetap tidak berubah.Kecuali tahun 1997, produksi listrik hanya sekitar 50 persen," urainya.

Sungai Brantas punya arti sangat besar bagi masyarakat Jawa Timur.Sungai ini pun unik, karena melintas di 12 daerah Jawa Timur sebelum berakhir di Laut Jawa.Jutaan jiwa masyarakat bergantung pada aliran sungaisepanjang 320 kilometer ini.Dewan Daerah Walhi Jawa Timur Purnawan Dwikora mengatakan, potensi Sungai Brantas harus dijaga."Sekitar 14 juta masyarakat Jawa Timur bergantung pada aliran Sungai Brantas," terangnya.

Keberadaan Sungai Brantas semakin terancam dari hari ke hari. Salah satu penandanya adalah debit air yang terus berkurang. Kalau tak segera diatasi, Jawa Timur bisa menghadapi krisis air bersih. Ancaman lain yang menimpa Sungai Brantas adalah pencemaran, sumbernya dari limbah domestik masyarakat dan industri. Sungai dianggap sama dengan tempat sampah. Masyarakat yang membutuhkan Sungai Brantas, masyarakat juga yang mencemari sungai itu.

Page 2: Laporan Sungai Brantas

Warga yang bermukim di pinggiran sungai Brantas memperlakukannya seperti toilet atau tempat sampah terpanjang.Mereka membuang sampah, air limbah diterjen dan tinja langsung ke sungai.Kepala Bagian Penelitian dan Pengelolaan Data Laboratorium Perum Jasa Tirta Vonny Setiyawati mengatakan limbah di aliran sungai Brantas terbesar berasal dari limbah domestik rumah tangga."Menurut penelitian yang dilakukan oleh vinie and partner pada tahun 1997, 60 persen limbah itu justru berasal dari libah domestik," jelasnya.

Namun, Purnawan menganggap penilaian Jasa Tirta itu keliru, sebab yang berpotensi besar menyumbang limbah berbahaya justru Industri.Sebab, industri juga mengeluarkan limbah beracun dan berbahaya."Seringkali limbah domestik yang di kedepankan sebagai menyumbang limbah.Hal ini seolah ingin menutupi penyebab utama yang paling potensial dan paling parah yaitu limbah industri," tegasnya.

Sanksi pidana bagi pelaku pencemaran ternyata tidak membikin jera, tahun 2001 Pengadilan Negeri Kepanjen memvonis Tommy Peter pemilik industri pegolahan tepung tapioka dengan dua tahun penjara.Karena, dia membuang limbah tanpa diolah ke Sungai Brantas. Pantuan Jasa Tirta pada November 2006 lalu menunjukkan bila 70 persen perusahaan membuang limbah dengan baku mutu jauh di atas ketentuan. Perusahaan-perusahaantersebut diantaranya perusahaan penyamakan kulit, rokok, tapioka, kertas dan peternakan babi.Guna menjaga kualitas dan kuantitas air di sungai Brantas Purnawan meminta para pihak seperti pemerintah, pengusaha dan masyarakat untuk menjagasecara bersama-sama. Dari sisi pemerintah, harus mengupayakan terjaganya keberlanjutan sumber air baik air permukaan dan air sungai.PDAM misalnya diwajibkan untuk meyisihkan 60 persen keuntungan untuk upaya koservasi.Bagi perusahaan yang mencemarai harus mencantumkan biaya pengolahan limbah ke dalam biaya produksi."Salama ini Wahli temui indikasi jarang sekali perusahaan memasukkan upaya pengolaan limbah dalam biaya produksi," tukasnya. EKO WIDIANTO

Diposkan 20th May 2011 oleh eko widianto

20 Tahun lagi krisis air di Malang Raya memuncak2 September 2008

Arief Lukman Hakim, ahli kehutanan dari Enviromental Service Program (ESP) Jawa Timur, mengatakan selain krisis air, ancaman lain adalah bencana tanah longsor dan banjir.

"Dari foto satelit yang dirilis 2006, zona tiga yang berada di kawasan Taman Hutan Rakyat (Tahura) Raden Soeryo Kec.Bumiaji Kota Batu juga banyak yang gundul.Kondisi ini mengancam kelangsungan sumber mata air dibawahnya terutama Sumber Binangun di Kec.Bumiaji Kota Batu dan Sumberawan di Kec. Singosari Kab. Malang," kata Arief, akhir pekan lalu. Dia mengutarakan hal itu di selasela kunjungan ESP Jatim, PDAM Kota Malang, PDAM Kab. Malang, Perhutani Malang, dan Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTN BTS) ke Sumber Binangun dan Sumberawan.

Hutan gundul, lanjut dia, merusak daerah penangkapan air di zona perlindungan mata air.Menurut dia, jika kondisi ini dibiarkan, tidak menutup kemungkinan pemda se-Malang Raya akan mengalami krisis air dalam kurun waktu 20 tahun mendatang."Selain itu, kerusakan ini juga

Page 3: Laporan Sungai Brantas

akanberpengaruh besar terhadap kehidupan sepertiga jumlah total penduduk di Jatim, mengingat banyak sumber air di Kota Batu dan Kab. Malang yang mengalir ke Sungai Brantas, tumpuan hidup mayoritas warga Jatim." Data dari Kantor Dinas Sumber Daya Alam dan Energi (SDAE) Kota Batu mencatat lebih dari 11 sumber air dalam keadaan mati, sementara 46 sumber mata air dari 111 titik sumber air yang ada di Kota Batu, debitnya menyusut pada musim kemarau ini.

Perlindungan pengguna

Demikian pula, di wilayah Kab.Malang, dari 640 sumber air yang ada, sepertiganya mengalami penurunan debit dari 10 liter menjadi 5 liter, bahkan 3 liter per detik."Untuk mengatasi masalah ini, pemda di Malang Raya harus segera membuat aturan pengelolaan sumber air yang lebih baik, khususnya perlindungan bagi para penggunanya.Selama ini aturan yang ada hanya penarikan retribusi pemakaian air, tanpa disertai kewajiban bagi PDAM untuk melakukan perlindungan terhadap sumber air," tambahnya.Kepala Unit (Kanit) Produksi PDAM Kota Malang, M. Sahran, mengatakan untuk menjaga kelestarian di sekitar sumber air Binangun, PDAM Kota Malang telah membebaskan 9,3 hektare lahan.

Langkah lainnya adalah dengan melakukan penghijauan di daerah tangkapan air, dan menanam sedikitnya 500 pohon setiap tahun."Sejauh ini debit air di sumber Binangun dari tahun ke tahun tidak mengalami penurunan debit, yakni 250 liter per detik," jelasnya. (k25) ([email protected])

BISNIS INDONESIA

Source :Bisnis Indonesia

MENJAGA BRANTAS, MEMPERTAHANKAN KEHIDUPANApril 13, 2013 11:49 am | Leave a Comment | admin

Catatan Hari Pertama Susur Brantas I

sahabatsungai.or.id – Sahabat Sungai Indonesia mengawali perjalanan susur Brantas 1 di daerah Bunul, Malang pada sabtu(13/4) pagi. Tujuh personel yang menjadi bagian dari tim air melakukan penyusuran sungai, sementara empat personel yang tergabung dalam tim darat melakukan pengamatan pada lokasi-lokasi hulu sungai Brantas. Pemilihan lokasi kecamatan Bunul sebagai lokasi awal karena tempat ini menjadi pertemuan aliran dari hulu timur dan sebagian hulu barat, yang kemudian bertemu lagi dengan sungai yang berhulu di Sumber Brantas.

Page 4: Laporan Sungai Brantas

Brantas, sungai dengan panjang aliran 320 Km (melintasi Kota Batu, Kota Malang, Kabupaten Malang, Kabupaten Blitar, Kabupaten Tulung Agung, Kabupaten Kediri, Kabupaten Jombang, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kabupaten Sidoarjo dan kemudian lurus ke Laut Jawa (Selat Madura). Menghidupi lebih dari 14 juta jiwa penduduk Jawa Timur, yang digunakan untuk keperluan domestik, irigasi, industri, rekreasi, pembangkit tenaga listrik, dan perikanan.

Anton Novenanto, sosiolog Universitas Brawijaya yang ikut bergabung bersama tim darat mengungkapkan bahwa peranan manusia bisa memberi perbedaan pada kawasan sungai. “Kita harusnya tidak hanya melihat bagaimana sungai mempengaruhi perkembangan peradaban manusia, namun juga bagaimana politik manusia mempengaruhi kondisi sungai,” ungkapnya. Kemauan masyarakat untuk memperhatikan sungai pada akhirnya juga akan menyelamatkan kehidupan bersama.

Merujuk pada data Badan Lingkungan Hidup dan penelitian Wahana Lingkungan Hidup, Konfigurasi titikmata air dan kebutuhan mata air di Malang Raya menunjukkan kecenderungan kritis. Kabupaten Malang misalnya, memiliki 873 sumber air dengan debit airnya bervariatif antara 1 liter perdetik – 4 ribu liter perdetik. Tahun 2008 tercatat sepertiga dari sumber air yang ada mengalami penurunan debit air.Sumber air di Batu dari 111 titik yang tersebar di Kecamatan Bumiaji sumber air yang ada 57 titik saat ini tinggal 28 titik. Sedangkan di Kecamatan Batu dari 32 sumber air tinggal 15 titik. Sementara itu sumber air di Kecamatan Junrejo dari 22 titik tinggal 15 titikDi Kota Malang sumber air PDAM Malang berasal dari 7 sumber air : Wendit, Karangan, Binangun, Banyuning, Supit Urang, Dieng, dan Candi Badut. Jumlah pelanggan yang dilayani sampai saat ini sebanyak 98 ribu pelanggan

Sepanjang aliran Kalisari-Bango-Amprong-Brantas yang mengalir di tengah Kota Malang teridentifikasi adanya 107 mata air pada sisi kiri (Timur) dan kanan (Barat) Sungai, di mana banyaknya mata air di dominasi pada bantaran sebelah kiri (Timur) Sungai. (Kualitas air pada mata air tersebut masuk dalam golongan B, yakni air dapat diminum dengan perlakuan.

Karakeristik pencemaran yang ada adalah menjelang masuk aliran Kali Amprong di bawah Jembatan Muharto hingga masuk aliran Kali Brantas di Tempuran Mergosono hampir 98% limbah didominasi oleh limbah domestik, yakni limbah yang berasal dari hunian rumah tangga maupun indsutri-industri rumahan semacam usaha pemotongan ayam. Sementara itu selepas aliran Kali Brantas di tempuran ke arah selatan, ditemui adanya limbah industri (2%) diantaranya adalah pencemaran industri pabrik kulit Cipto Mulyo, limbah industri Rumah Potong Hewan, limbah penggergajian kayu, limbah penggilingan padi (sekam), limbah ampas tahu, maupun limbah dari lairan buangan rumah sakit.

“Tim menemukan beberapa titik gundukan sampah di sepanjang etape pertama. Ada juga bangunan-bangunan yang berbatas langsung dengan sungai,” ujar Nanang, salah satu anggota tim air. Sementara itu di wilayah hulu tim mendapatkan catatan bagaimana komunitas di Bulukerto mempertahankan sumber mata air dari desakan industri pariwisata. “Sesuai Perda seharusnya diwilayah tersebut tidak boleh dibangun hotel, karena tempat itu masih termasuk dalam kawasan lindung setempat,” terang Abdul Rokhman, bagian hukum Walhi Jatim yang turut mendampingi masyarakat. Lebih lanjut ia menerangkan bahwa sumber mata air Gemulo merupakan salah satu sumber mata air tersisa yang masih bisa dimanfaatkan langsung oleh masyarakat Batu.

Page 5: Laporan Sungai Brantas

Temuan SSI di bagian hulu ini setidaknya perlu ditindaklanjuti dengan penggalian informasi lebih mendalam terkait perubahan yang terjadi dan juga bagaimana memberikan dukungan kepada komunitas yang memepertahankan kawasannya dari kerusakan.

(c) Sahabat Sungai Indonesia

Posted in: Sahabat Sungai Indonesia

Akibat Sedimentasi, Debit Air Brantas Kritis29 JULI 2009 NO COMMENT

Penanganan sumber air dan aliran Brantas di Kota Batu segera dilakukan secara terpadu antara Pemkot Batu, Pemprov Jatim dan masyarakat. Tujuannya untuk mengatasi sedimentasi sungai dan krisis sumber air.Penanganan terpadu sumber air Brantas ini pun sudah dibicarakan antara Pemprov Jatim dan Pemkot Batu. Pembahasannya dipimpin Wali Kota Batu Eddy Rumpoko.“Salah satu fokus pembicaraan yakni tentang lingkungan hidup dalam hal ini Sungai Brantas. Karena Batu adalah hulu Brantas yang mengaliri 14 daerah di Jawa Timur,†� kata Kabag Humas dan Protokoler Pemkot Batu, Eko Suhartono.

Berdasarkan data Malang Post, 57 dari 111 sumber air di Batu mulai kritis. Ini menyusul penurunan debit air secara drastis. Dari 57 sumber air yang kritis itu, 30 persennya terdapat di Bumiaji.Kondisi sumber air yang kian memprihatinkan terdapat di tiga kawasan.Yakni , sumber air di Gemulo, Binangun dan Banyuning. Di tiga sumber air itu, debit airnya mulai mengalami penurunan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.Di sumber air Binangun yang digunakan PDAM Kota Malang, misalnya, saat ini debit airnya 230 liter per detik, padahal sebelumnya 250 liter per detik. Atau mulai terdapat penurunan debit sekitar 20 liter per detik.

Lebih lanjut, Eko mengatakan, salah satu bentuk penanganan sumber air yakni melakukan penghijauan secara rutin.Selain itu partisipasi masyarakat menjaga kebersihan sungai terus ditingkatkan. (van/nug/malangpost)

Keywords: air, Brantas, konservasi, lingkungan, sungai

Page 6: Laporan Sungai Brantas

Menyelamatkan Kali BrantasOleh Prigi Arisandi

Sebagian besar wilayah Jawa Timur selama ini menggantungkan hidupnya pada daerah aliran Sungai Brantas.Perkembangan peradaban Jatim dimulai dari sumber-sumber air atau DAS.Perkembangan kerajaan bergantung pada DAS Brantas yang dimulai dari Kadiri di Kediri; Singosari di lereng Gunung Arjuno, Malang; dan Majapahit di kaki Gunung Kelud serta Welirang. Sungai dan sumber mata air diperlakukan sebagai tempat suci, ditandai adanya bangunan tetenger berupa candi, stupa, atau petirtaan.

Namun, peradaban telah berubah.Banyak sekali perilaku destruktif yang berbanding terbalik dengan perilaku masyarakat pada zaman kejayaan kerajaan sebelum abad ke-19.Masyarakat "modern" kini menganggap sumber daya air menjadi komoditas/barang ekonomi yang harus dieksploitasi.Maka, tidak jarang kita melihat pelanggaran aturan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) yang menyebabkan rusaknya kawasan konservasi di daerah hulu.

Pemerintah, melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 42 Tahun 2008 tentang pengelolaan sumber daya air, menetapkan Kali Brantas menjadi sungai strategis nasional sejak tahun 2006. Hal ini merujuk pada besarnya kontribusi DAS Brantas pada stok pangan nasional, yang mencapai 9 juta ton beras per tahun atau hampir 18 persen stok pangan nasional.

Sungai Brantas mempunyai panjang 320 kilometer (km) dan memiliki DAS seluas 12.000 km persegi, yang mencakup lebih kurang 25 persen luas Provinsi Jatim. Jumlah penduduk di DAS Brantas saat ini diperkirakan lebih dari 15,5 juta orang (angka tahun 2003) atau 43 persen jumlah penduduk Jatim. Kepadatan rata-rata di DAS Brantas adalah 1.290 jiwa per km2, yang lebih kurang 1,2 kali dibandingkan dengan rata-rata Provinsi Jatim.

Namun sayang, sampai saat ini banyak kewenangan belum dijalankan pemerintah pusat maupun daerah dalam mengelola Sungai Brantas.Ini menimbulkan kerusakan DAS Brantas. Dari hulu, indikasi kerusakan dapat dilihat dengan semakin menyusutnya jumlah mata air di daerah- daerah hulu kawasan di lima gunung yang menjadi sumber Sungai Brantas, yaitu Gunung Arjuno, Welirang, Kelud, Kawi, dan Wilis.

Sumber mata air di Kota Batu telah mengering. Sebanyak 11 mata air mengering, sedangkan 46 mata air mengalami penurunan debit dari 10 meter kubik (m3) per detik menjadi kurang dari 5 m3 per detik. Matinya mata air diakibatkan berkurangnya kawasan resapan air karena alih fungsi hutan lindung menjadi lahan produksi (pertanian tanaman semusim) sejak akhir tahun 1990-an. Jumlah mata air di Batu mencapai 170 buah pada tahun 2007, menurun menjadi 111 mata air pada 2008, dan tinggal 46 mata air pada tahun 2009.

Sebanyak 16 kota/kabupaten selama ini memanfaatkan air Sungai Brantas sebagai bahan baku air minum sebanyak 14,4 m3 per detik pada tahun 2005 dan akan meningkat menjadi 24,1 m3 per detik pada tahun 2020. Apabila tidak ada perbaikan pengelolaan Sungai Brantas, pada tahun 2020 Jatim akan mengalami defisit air karena suplai Sungai Brantas yang mencapai 39,62 m3 per detik tidak akan bisa memenuhi kebutuhan air pada tahun 2020 yang mencapai 43,12 m3 per detik (sumber: Perum Jasa Tirta 1 Malang).

Page 7: Laporan Sungai Brantas

Di kawasan Brantas tengah, kerusakan bangunan air seperti jembatan, tanggul banjir, dan saluran irigasi menelan biaya miliaran rupiah akibat aktivitas penambangan pasir menggunakan ponton. Di kawasan hilir, Sungai Brantas digerojok 330 ton limbah cair per hari, yang 63 persen berasal dari limbah domestik dan 37 persen dari limbah industri. Padahal, sebanyak 16 kota/kabupaten di wilayah DAS Brantas setiap hari memanfaatkan 20 m3 per detik air Sungai Brantas untuk bahan baku PDAM.

Sebelum manfaat Kali Brantas hilang, dibutuhkan upaya bijaksana pemerintah, baik pemerintah pusat maupun Pemerintah Provinsi Jatim dan pemerintah kabupaten/kota dalam mengorganisasi pengelolaan DAS Brantas.Dibutuhkan banyak kerja keras untuk menjauhkan masyarakat Jatim dari krisis lingkungan hidup di DAS Brantas.Segera dibuat sistem tanggap darurat pencemaran sungai karena selama ini pencemaran yang tinggi dan bersifat menahun tidak pernah ditangani serius.Maka, setiap tahun selalu terulang peristiwa seperti ikan mati massal di Bendungan Sutami, Malang; Kali Porong, Sidoarjo; dan Kali Surabaya. Pemerintah juga harus menyediakan sarana sanitasi komunal bagi masyarakat yang tinggal di kawasan DAS sebagaimana amanat PP Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran.

Penyediaan sarana sanitasi ini penting karena 63 persen sumber pencemaran air di Kali Brantas adalah limbah domestik yang umumnya berasal dari rumah tangga. Kawasan lindung di daerah hulu diperluas dan tata air dikembalikan dengan merehabilitasi lahan-lahan di kawasan hulu. Upaya rehabilitasi wajib melibatkan masyarakat daerah hilir yang paling sering memanfaatkan air Sungai Brantas. Banyak sekali kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan-perusahaan besar dengan menanam pohon di kawasan perkotaan. Pemerintah juga harus memberikan insentif pada industri yang menerapkan produksi bersih dan teknologi ramah bagi air Sungai Brantas.

Prigi Arisandi Tim Kajian Pengelolaan Brantas Dewan Lingkungan Hidup Jawa Timur

Page 8: Laporan Sungai Brantas

Hulu Sungai Brantas KrisisPosted on May 22, 2013 by semestahijau

Konversi lahan hutan menjadi pertanian sayur menjadi penyebab degradasi lingkungan di kawasan hulu Sungai Brantas Konversi lahan hutan menjadi pertanian sayur menjadi penyebab degradasi lingkungan di kawasan hulu Sungai Brantas

MALANG, KOMPAS – Masa depan Daerah Aliran Sungai Brantas terus dicemaskan dengan munculnya gejala krisis air di hulu Sungai Brantas di kawasan arboretum dan daerah penyangganya di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur. Sebanyak 111 sumber air di wilayah ini yang merupakan pemasok air hulu Brantas, berdasarkan hasil survei 2006, kini hanya tersisa 54.Itu pun dalam kondisi memprihatinkan, bahkan pada saat musim hujan sekarang.

Mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Batu, yang pernah menerima Danamon Award sebagai penyelamat lingkungan 2012, Bambang Parianom di Batu, Jumat (22/3), menjelaskan, kawasan arboretum yang selama ini dipahami sebagai area yang mengamankan pasokan sumber air Brantas tidak dapat lagi diandalkan. Debit sumber air mengecil dan diyakini tidak lagi memiliki debit seperti perhitungan tahun 2006 sebesar 6,9 liter per detik.Kerusakan lingkungan di wilayah hulu akibat tekanan deforestasi kawasan hutan di Kecamatan Bumiaji terus berkembang.Tanaman sayur-sayuran bahkan kini ditanam di tepi sungai hulu Brantas.

”Padahal ini seharusnya hutan.Sampai tahun 2005 hutan wilayah ini wewenang Perhutani.Namun, entah bagaimana Perhutani mengizinkan pembukaan hutan untuk lahan tanaman komersial hortikultura sehingga terjadi penurunan debit.Kawasan yang seharusnya menjadi hutan Kota Batu mencapai 11.227 hektar, tetapi terus berkurang,” kata Bambang.

Rombongan buruh tani beranjak pulang dari lahan tempat bekerja di Desa Sumber Brantas, Bumiaji, Batu.Rombongan buruh tani beranjak pulang dari lahan tempat bekerja di Desa Sumber Brantas, Bumiaji, BatuHari Kamis, Bambang yang memimpin LSM Pusaka dalam proyek penyelamatan Sungai Brantas melakukan aksi konservasi bekerja sama Dompet Dhuafa. Mereka menanam 7.500 pohon jambu merah, kopi, kesemek, dan beberapa jenis pohon kayu.

Alat penjernih air

Memperingati Hari Air Sedunia, sejumlah organisasi yang peduli ketersediaan air bersih di Kabupaten Bandung memasang satu unit alat penjernih air di Kampung Ciwalengke, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung.Alat tersebut diharapkan menjadi solusi awal bagi ribuan warga yang selama ini terpaksa menggunakan air dari sungai karena tidak ada sumber air bersih.Organisasi yang terlibat di antaranya Koordinator Komunitas Peduli Cikapundung, Komunitas Elemen Lingkungan (Eling), dan Greenpeace. (ODY/ADH)

Sumber: Kompas.com