bab i pendahuluan a. latar belakang...

22
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air adalah salah satu kebutuhan yang sangat penting dalam kegiatan sehari- hari di perikehidupan manusia, dimana kegiatan sehari-hari manusia seperti mandi, makan, mencuci pakaian dan lain-lainnya membutuhkan air. Sehingga untuk mendukung kegiatan sehari-hari manusia, dibutuhkan sumber air yang kualitas kebersihannya terjamin. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan dibawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk dan muara. 1 Provinsi Jawa Timur mempunyai sumber air yang terkenal dan bersejarah yaitu Sungai Berantas. Sungai Brantas adalah sebuah sungai di Jawa Timur yang merupakan sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo. Sungai Brantas bermata air di Desa Sumber Brantas, Kota Batu, yang berasal dari simpanan air Gunung Arjuno, lalu mengalir ke Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang dan Mojokerto. 2 Sungai Brantas adalah salah satu sumber air penting di Jawa Timur yang seharusnya dijaga kebersihannya oleh masyarakat setempat. Hanya saja yang terjadi malah sebaliknya. Hal ini terbukti dari adanya sampah atau limbah popok 1 Lihat Peraturan Daerah Kota Malang No. 3 Tahun 2017 tentang Pengendalian Pencemaran Air 2 Lihat Anonim “Sungai Brantas: Asal-usul, Mitos dan Misteri Dibaliknyadalam https://spot-misteri.blogspot.co.id/2016/12/sungai-brantas-asal-usul-mitos-dan.html, diakses tgl 9 November 2017

Upload: doanhuong

Post on 08-Jun-2019

286 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahwidyagama.org/pustaka/repo/files/original/234089f0751e8f3f504d490d08cf986a.pdfyaitu Sungai Berantas. Sungai Brantas adalah sebuah sungai

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Air adalah salah satu kebutuhan yang sangat penting dalam kegiatan sehari-

hari di perikehidupan manusia, dimana kegiatan sehari-hari manusia seperti mandi,

makan, mencuci pakaian dan lain-lainnya membutuhkan air. Sehingga untuk

mendukung kegiatan sehari-hari manusia, dibutuhkan sumber air yang kualitas

kebersihannya terjamin. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan

dibawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai,

rawa, danau, situ, waduk dan muara.1

Provinsi Jawa Timur mempunyai sumber air yang terkenal dan bersejarah

yaitu Sungai Berantas. Sungai Brantas adalah sebuah sungai di Jawa Timur yang

merupakan sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo.

Sungai Brantas bermata air di Desa Sumber Brantas, Kota Batu, yang berasal dari

simpanan air Gunung Arjuno, lalu mengalir ke Malang, Blitar, Tulungagung,

Kediri, Jombang dan Mojokerto.2

Sungai Brantas adalah salah satu sumber air penting di Jawa Timur yang

seharusnya dijaga kebersihannya oleh masyarakat setempat. Hanya saja yang

terjadi malah sebaliknya. Hal ini terbukti dari adanya sampah atau limbah popok

1

Lihat Peraturan Daerah Kota Malang No. 3 Tahun 2017 tentang Pengendalian

Pencemaran Air 2 Lihat Anonim “Sungai Brantas: Asal-usul, Mitos dan Misteri Dibaliknya” dalam

https://spot-misteri.blogspot.co.id/2016/12/sungai-brantas-asal-usul-mitos-dan.html, diakses tgl 9

November 2017

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahwidyagama.org/pustaka/repo/files/original/234089f0751e8f3f504d490d08cf986a.pdfyaitu Sungai Berantas. Sungai Brantas adalah sebuah sungai

2

bayi yang terdapat di sepanjang aliran Sungai Brantas pada kawasan Jalan

Muharto, Kota Malang. Perihal pencemaran air Sungai Brantas oleh limbah

popok bayi tersebut Brigade Evakuasi Popok (BEP)3 yang menyisiri daerah aliran

Sungai Brantas di kawasan tersebut selama satu jam mendapatkan sekitar satu

kwintal limbah popok bayi. Ternyata Sungai Brantas bukan satu-satunya sungai

yang dicemari oleh limbah popok bayi. Sungai lain yang juga dicemari oleh

limbah popok bayi pun terjadi pada Sungai dan Kali di Surabaya.

Azis sebagai salah satu koordinator Brigade Evakuasi Popok (BEP) yang

bertugas mengumpulkan popok-popok bayi di sekitaran Sungai Brantas

mengungkapkan bahwa popok bayi mempunyai 37% dari keseluruhan sampah

yang mencemari sungai. Begitu juga dengan Eddy Sudjono yang berperan sebagai

pakar Teknologi Lingkungan dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS)

Surabaya memberikan pemaparan, bahwa popok bayi memang tidak boleh ada di

sungai, sebab ditemukannya bakteri E-coli di dalam air, berarti mengindikasikan

tercemarnya badan air itu oleh tinja. Bahkan, menurut Direktorat Pengawasan

Makanan dan Minuman, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, air yang memenuhi syarat sebagai air

minum tidak boleh mengandung bakteri golongan koli dalam 100 ml contoh air

yang dianalisis. Belum lagi, bahan baku popok yang terbuat dari plastik yang sulit

terurai.4

3 Brigade Evakuasi Popok (BEP) adalah tim yang beranggotakan aktivitis yang tergabung

dalam organisasi penyelamatan lingkungan Ecoton. 4 Lihat Anonim “Tiga juta popok bayi setiap hari cemari Sungai Brantas di Jawa

Timur” dalam http://www.bbc.com/indonesia/majalah-41304773, diakses tgl 9 November 2017

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahwidyagama.org/pustaka/repo/files/original/234089f0751e8f3f504d490d08cf986a.pdfyaitu Sungai Berantas. Sungai Brantas adalah sebuah sungai

3

Popok bayi juga diketahui mengandung dioksin, yang akhir-akhir ini menjadi

salah satu musuh kesehatan yang lain yakni produk samping yang beracun dari

pemutih klorin dan dari industri bubuk kertas. Dioksin dilepaskan ketika terjadi

pemprosesan ulang secara kimiawi dan ketika limbah-limbah medis dibakar.

Kemudian, dioksin jatuh dari atmosfer dan menempel pada rumput-rumput yang

kemudian dimakan oleh binatang-binatang ternak dan liar. Dioksin diketahui

menyebabkan kanker, kemandulan, dan cacat kelahiran.5

Dengan adanya bakteri berbahaya dari limbah popok dengan jumlah yang

sangat banyak setiap harinya, tentunya Sungai Brantas sudah mengalami

pencemaran. Padahal Sungai Brantas bukan hanya berfungsi sebagai bahan baku

air minum saja tetapi juga menjadi faktor penting dari kegiatan irigasi di Jawa

Timur. Berdasarkan perisitiwa ini, kita dapat melihat bahwasannya kesadaran

manusia akan arti penting lingkungan hidup masih sangat kurang. Padahal dari

kurangnya kesadaran mengenai arti penting lingkungan hidup pun juga akan

menimbulkan banyak dampak negatif serta kerugian pada kehidupan manusia itu

sendiri.

Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam ketentuan umum Pasal 1 ayat (1) yang

dimaksud Lingkungan Hidup adalah: “Kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

5 Kathryn Marsden, The Complete Book of Food Combining, terj. Lala Herawati

Dharma (Bandung, 2008), hlm. 306

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahwidyagama.org/pustaka/repo/files/original/234089f0751e8f3f504d490d08cf986a.pdfyaitu Sungai Berantas. Sungai Brantas adalah sebuah sungai

4

mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan

manusia serta makhluk hidup lain.”

Pengertian lingkungan hidup di atas menjelaskan bahwa hubungan antara

mahluk hidup dengan lingkungan yang ditinggalinya saling berakitan erat, di

mana keduanya dapat diibaratkan sebagai sebuah simbiosis mutualisme yang

saling menguntungkan satu sama lain. Faktanya yang terjadi, banyak terjadi

pencemaran lingkungan yang didominasi oleh aktivitas manusia, salah satu

contohnya adalah pencemaran air sungai yang disebabkan oleh sampah atau

limbah yang dibuang sembarangan.

Sungai sebagai salah satu sumber air yang fungsinya sangat penting dalam

memenuhi kebutuhan masyarakat dan sekaligus sebagai sarana penunjang utama

dalam meningkatkan pembangunan nasional. Bahkan Pemerintah pun

memperhatikan bahwa manfaat sungai tidaklah kecil dalam kehidupan, maka

untuk pelestariannya, Pemerintah melakukan pengaturan mengenai sungai yang

meliputi perlindungan, pengembangan, penggunaan, dan pengendalian sungai dari

segala bentuk pencemaran yang berakibat rusaknya dan tidak berfungsinya

kembali sungai yang tidak sesuai dengan kualitas sebenarnya.

Usaha Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Kota Malang dalam upaya

melestarikan lingkungan hidup termuat dalam beberapa aturan seperti berikut:

1. Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam

Hayati dan Ekosistemnya;

2. Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahwidyagama.org/pustaka/repo/files/original/234089f0751e8f3f504d490d08cf986a.pdfyaitu Sungai Berantas. Sungai Brantas adalah sebuah sungai

5

3. Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengendalian dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup;

4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2011 tentang Sungai;

5. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran;

6. Peraturan Daerah Kota Malang No. 3 Tahun 2017 tentang Pengendalian

Pencemaran Air.

7. Peraturan Daerah Kota Malang No. 10 Tahun 2010 tentang Pengelolaan

Sampah.

8. Peraturan Daerah Kota Malang No. 17 Tahun 2001 tentang Konservasi Air

Walaupun Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sudah mengeluarkan

beberapa aturan agar pengelolaan lingkungan hidup dapat berjalan dengan baik

apabila sumber daya manusia tetap tidak mempunyai kesadaran yang tinggi,

pencemaran lingkungan akan tetap terjadi. Bahkan saat ini, ketersediaan air sudah

menjadi sebuah permasalahan besar, sehingga adanya tuntutan otonomi

pengelolaan sumber daya air dikarenakan terjadinya krisis air bersih dikota-kota

besar yang terus mengancam kehidupan pendudukan kota dan lingkungan hidup.

Melihat kandungan yang termuat dalam popok bayi tersebut dapat dipastikan

bahwa masyarakat yang menggunakan air Sungai Brantas sebagai bahan baku air

minum yang statusnya sudah tercemar dapat terkena penyakit kanker, mengalami

kemandulan dan dapat melahirkan anak yang cacat akibat meminum air yang

sudah tercemar oleh limbah popok bayi tersebut. Tidak hanya itu, mahluk hidup

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahwidyagama.org/pustaka/repo/files/original/234089f0751e8f3f504d490d08cf986a.pdfyaitu Sungai Berantas. Sungai Brantas adalah sebuah sungai

6

seperti ikan-ikan kecil yang berhabitat di Sungai Brantas dapat mengalami

kematian.

Berdasarkan pemaparan di atas untuk mengetahui, memahami, dan juga

mengkaji masalah pencemaran air Sungai Brantas akibat pembuangan limbah

popok bayi di Kota malang, maka penulis tertarik mengangkat dan menganalisis

permasalahan dalam bentuk penulisan hukum dengan judul “Analisis terhadap

Perlindungan Hukum Sungai Brantas dari Pencemaran Air di Kota Malang:

Studi Kasus Pembuangan Limbah Popok Bayi di Sungai Brantas.”

B. Perumusan Masalah

Dari berbagai kenyataan-kenyataan yang ada maka permasalahan dapat di

indentifikasi, sebagai berikut:

1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap Sungai Brantas di Kota Malang

dari pencemaran sungai?

2. Mengapa Sungai Brantas di Kota Malang belum terlindungi dari

pencemaran sungai?

3. Bagaimanakah upaya yang dapat dilakukan untuk perlindungan sungai

dari pencemaran air di Kota Malang?

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahwidyagama.org/pustaka/repo/files/original/234089f0751e8f3f504d490d08cf986a.pdfyaitu Sungai Berantas. Sungai Brantas adalah sebuah sungai

7

C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan :

1. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan

penulisan ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk memaparkan perlindungan hukum Sungai Brantas dari pencemaran

sungai.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis Sungai Brantas yang belum

terlindungi dari pencemaran sungai.

c. Untuk menjelaskan upaya yang dapat dilakukan dalam memberi jaminan

perlindungan hukum bagi Sungai Brantas dari pencemaran sungai.

2. Kegunaan Penulisan

a. Secara Teoritis

Penulisan hukum ini diharapkan dapat digunakan sebagai bentuk

pengembangan ilmu pengetahuan dalam ruang lingkup hukum lingkungan,

khususnya mengenai pencemaran Sungai Brantas oleh limbah popok bayi

yang terjadi di Kota Malang.

b. Secara Praktis

1) Bagi Pemerintah: Sebagai bahan masukan dalam memperbaharui

kebijakan serta peraturan yang telah ada terkait dengan hukum lingkungan

khususnya tentang pencemaran air sungai.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahwidyagama.org/pustaka/repo/files/original/234089f0751e8f3f504d490d08cf986a.pdfyaitu Sungai Berantas. Sungai Brantas adalah sebuah sungai

8

2) Bagi Masyarakat: Penulisan hukum ini diharapkan memberikan tambahan

wawasan ilmu pengetahuan terkait hukum lingkungan mengenai

pencemaran air sungai.

3) Bagi Universitas Widyagama: Penulisan hukum ini diharapkan dapat

dijadikan referensi dalam kepustakaan ilmu hukum, khususnya bagi para

peneliti yang meminati bidang yang sama.

D. Tinjauan Pustaka

1. Teori Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum merupakan suatu hal yang melindungi subyek-

subyek hukum melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku dan di

paksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Perlindungan hukum dapat di

bedakan menjadi dua yaitu: pertama, perlindungan preventif merupakan

perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah

sebelum terjadinya pelanggaran, hal ini terdapat dalam peraturan perundang-

undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta

memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan suatu

kewajiban, kedua, perlindungan hukum represif merupakan perlindungan

akhir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang

diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah di lakukan suatu

pelanggaran.6

6 Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia (Surabaya, 1987), hlm.

15

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahwidyagama.org/pustaka/repo/files/original/234089f0751e8f3f504d490d08cf986a.pdfyaitu Sungai Berantas. Sungai Brantas adalah sebuah sungai

9

Perlindungan hukum adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta

pengakuan terhadap hak- hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum

berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan atau sebagai kumpulan

peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya.7

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwasannya perlindungan hukum

merupakan segala hal yang diupayakan untuk melindungi subyek hukum

dalam peraturan perundang-undang yang berlaku. Peraturan perundang-

undangan yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis akan

menjadi batasan bagi setiap individu dalam membebani atau melakukan

tindakan terhadap individu lainnya.

2. Sungai Sebagai Sumber Air

Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan

pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan

dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan.8Sungai merupakan suatu habitat

dari berbagai jenis organisme akuatik dimana juga dapat memberikan

gambaran tentang keadaan sungai, yakni seperti kualitas serta kuantitas dari

berbagai hubungan ekologis yang terbangun di dalamnya.

Hubungan ekologis merupakan perubahan-perubahan yang terjadi yang

mana diakibatkan oleh aktivitas manusia. Ekosistem sungai dapat terdiri dari

komponen abiotik dan biotik. Antara dua komponen tersebut, dapat

7 Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (Yogyakarta, 1994), hlm.

25 8 Lihat Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2011 Tentang Sungai

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahwidyagama.org/pustaka/repo/files/original/234089f0751e8f3f504d490d08cf986a.pdfyaitu Sungai Berantas. Sungai Brantas adalah sebuah sungai

10

melakukan interaksi untuk membentuk sebuah kesatuan, dan dari setiap

aktivitas dari satu komponen dapat mempengaruhi komponen yang lain.

3. Pencemaran Air

Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat,

energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga

kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat

berfungsi sesuai dengan peruntukannya.9 Maksud dari tingkat tertentu dalam

kalimat tersebut yakni mengenai baku mutu air yang ditetapkan dan berfungsi

sebagai tolak ukur untuk dapat menentukan telah terjadinya pencemaran air, di

mana hal tersebut merupakan arahan tentang tingkat kualitas air yang akan

dicapai ataupun dipertahankan oleh setiap program kerja pengendalian

pencemaran air.

Air sungai digolongkan sebagai air permukaan karena letaknya di atas

tanah. Air permukaan paling mudah tercemar mikroorganisme yang

diakibatkan kegiatan manusia. Misalnya, pencemaran oleh bakteri penyebab

kolera lantaran manusia atau hewan membuang kotoran di air permukaan itu.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 1975 tentang

Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, untuk bisa dikonsumsi

manusia, air harus memenuhi syarat-syarat fisika, kimia, radioaktivitas, dan

mikrobiologis. Dalam pengertian sehari-hari, air bersih ialah air yang jernih,

tidak berwarna, tawar, dan tidak berbau. Jernih berarti ia bebas atau sedikit

9 Lihat Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahwidyagama.org/pustaka/repo/files/original/234089f0751e8f3f504d490d08cf986a.pdfyaitu Sungai Berantas. Sungai Brantas adalah sebuah sungai

11

sekali tercemar lumpur. Tidak berwarna menunjukkan bahwa ia tidak

mengandung bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Kalau terasa

asin atau asam, tandanya kualitas air rendah. Bau busuk yang sering tercium di

air ciri dari terjadinya proses pelapukan bahan-bahan organik oleh

mikroorganisme di dalam air.

Secara kimiawi, air minum harus ber-pH netral. Adapun pengertian pH

(power of Hydrogen) merupakan ukuran atau derajat keasaman suatu larutan,

dapat pula zat padat. Parameter kekuatan asam dan basa dinyatakan dengan

nilai pH. Dalam wujud cair, pH akan menunjukkan konsentrasi dari ion

hidrogen (H+) dalam suatu larutan.10

Kalau terasa asam, berarti pH-nya di atas

tujuh; pahit, pH-nya di bawah tujuh. Uji kenetralan pH bisa dilakukan dengan

kertas lakmus. Persyaratan kimiawi terpenting yang perlu diperhatikan ialah

kandungan bahan-bahan kimia di dalam air. Kandungan bahan kimia itu tidak

boleh melebihi ambang batas. Pemenuhan syarat biologis pada air minum

bertujuan untuk mencegah menyebarnya bakteri patogen dan nonpatogen

melalui air. Bakteri-bakteri patogen yang tidak boleh ada, antara lain vibrio

cholerae, salmonella, dan bakteri coli. Bakteri non-patogen yang bisa

menganggu kesehatan, antara lain actinomycetes, cladocera, alga, dan rotifera.

Pencemaran air oleh bahan radioaktif di Indonesia relatif masih jarang ditemui.

10

pH (power of Hydrogen) merupakan ukuran atau derajat keasaman suatu larutan, dapat

pula zat padat,. Parameter kekuatan asam dan basa dinyatakan dengan nilai pH. Dalam wujud cair,

pH akan menunjukkan konsentrasi dari ion hidrogen (H+) dalam suatu larutan. Lihat Andi

Nursaiful, Akuarium Laut (Jakarta, 2004), hlm. 30

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahwidyagama.org/pustaka/repo/files/original/234089f0751e8f3f504d490d08cf986a.pdfyaitu Sungai Berantas. Sungai Brantas adalah sebuah sungai

12

Pencemaran terjadi karena adanya buangan bahan-bahan radioaktif dari

industri.11

4. Lingkungan Hidup Sebagai Subjek Hukum

Mahluk hidup membutuhkan alam untuk mempertahankan eksistensinya

karena dengan kehadiran alam banyak manfaat yang akan diperoleh oleh

mahluk hidup. Eksistensi kehidupan manusia sangat bergantung pada

lingkungan di sekitarnya. Mengingat eksistensi lingkungan sangat penting

bagi kehidupan manusia, maka kelestariannya harus dijaga dan dipertahankan.

Lingkungan yang baik dan sehat adalah untuk mewujudkan kehidupan

manusia yang baik dan juga sehat. Dengan adanya kepentingan tersebut

menusia melahirkan hak bagi lingkungan agar lingkungan tidak dirusak

ataupun dicemari. Perbuatan merusak atau mencemari lingkungan merupakan

perbuatan melanggar hak lingkungan dan sekaligus merugikan kepentingan

manusia sebab kepentingan manusia adalah inti dari hak lingkungan.

Terjadinya pencemaran atau kerusakan lingkungan pada intinya akan

berimplikasi pada kerugian terhadap kepentingan manusia itu sendiri.

Pentingnya keseimbangan dalam pengelolaan lingkungan agar terjalin

suatu interaksi yang harmonis serta seimbang antar komponen-komponen

lingkungan hidup. Stabilitas keseimbangan dan keserasian interaksi antar

komponen lingkungan hidup tersebut tergantung pada usaha manusia. Karena

manusia adalah komponen lingkungan hidup yang paling dominan dalam

11

Onny Untung, Menjernihkan Air Kotor (Jakarta, 2008), hlm. 6

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahwidyagama.org/pustaka/repo/files/original/234089f0751e8f3f504d490d08cf986a.pdfyaitu Sungai Berantas. Sungai Brantas adalah sebuah sungai

13

mempengaruhi lingkungan, sebaliknya lingkungan pun mempengaruhi

manusia. Sehingga terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara

manusia dan lingkungan hidupnya. Hal demikian, merupakan interaksi antara

manusia dan lingkungan. Salah satu cara dalam mewujudkan keseimbangan

ini tentunya dengan menegakkan hukum, terutama yang berkaitan dengan

lingkungan hidup.

Gagasan memberikan hak untuk lingkungan bukanlah suatu khayalan

belaka, melainkan telah menjadi suatu realitas. Landasan pemikiran tentang

hak lingkungan (environment right) pertama kali diketengahkan oleh

Christopher Stone dalam tulisannya yang terbit pada tahun 1972 yang

kemudian dengan cepat menjadi sangat populer. “Should Tress Have Standing”

adalah artikel yang cukup provokatif dan merupakan penggali ide awal

tentang hak lingkungan. Stone menunjukkan bahwa terdapat kegagalan untuk

melihat nilai-nilai moral terhadap benda-benda alam. Konsekuensinya adalah

kita memanipulasi alam kita sebagai suatu sumber daya yang tunduk pada

kemauan manusia, tanpa memperhatikan hak-hak untuk benda-benda alam

tersebut. Sejak diterbitkannya artikel “Should Trees Have Standing”, banyak

artikel yang menulis tentang hak hukum dan hak gugat (legal standing)

lingkungan, baik yang mendukung maupun mengkritiknya. Bagi Christopher

Stone adalah hal yang sangat serius mengajukan usul untuk memberikan hak

hukum kepada hutan-hutan, samudra-samudra, sungai-sungai dan lain-lain

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahwidyagama.org/pustaka/repo/files/original/234089f0751e8f3f504d490d08cf986a.pdfyaitu Sungai Berantas. Sungai Brantas adalah sebuah sungai

14

yang disebut sebagai „benda-benda alam‟ dalam lingkungan, dan tentu kepada

lingkungan alam secara keseluruhan.12

Sudah saatnya lingkungan juga dianggap sebagai subyek hukum. Hal yang

harus dianggap sebagai subyek kekuasaan dan hak-hak asasi bukan hanya

manusia, tetapi juga alam semesta. Alam mempunyai hak-hak dasar atau hak-

hak asasinya sendiri untuk tidak dirusak dan diganggu keseimbangannya.

Pengakuan atas hak asasi lingkungan dapat dilihat pada pasal 25A UUD 1945

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa negara

Kesatuan Republik Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang

berciri nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan

dengan undang-undang. Ciri nusantara disini menggambarkan adanya

rangkaian pulau-pulau dan wilayah perairan dan laut diantara pulau-pulau itu,

termasuk segala isi yang terkandung di dalam air, di daratan, dan udara di

atasnya.13

5. Perlindungan Hukum Terhadap Sungai

Menjadi salah satu contoh dari bentuk lingkungan hidup, sungai diartikan

sebagai alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran

air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi

kanan dan kiri oleh garis sempadan. Di Indonesia, dapat dijumpai berbagai

jenis sungai, mulai dari sungai alami hingga sungai buatan. Merupakan salah

12

Imam Nasukron, "Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Hak Asasi Dari

Lingkungan Melalui Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan" (Skripsi. Univ.

Widyagama, Malang 2016), hlm. 20 13

Jimly Asshiddiqie, Green Constitution, Nuansa Hijau Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945(Jakarta, 2009), hlm. 120

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahwidyagama.org/pustaka/repo/files/original/234089f0751e8f3f504d490d08cf986a.pdfyaitu Sungai Berantas. Sungai Brantas adalah sebuah sungai

15

satu contoh dari lingkungan hidup yang ada di sekitar perikehidupan manusia,

tentunya sungai pun dikategorikan sebagai subjek hukum yang mempunyai

hak untuk dilindungi. Namun untuk memenuhi hak-haknya, sungai

membutuhkan manusia (orang) yang ditunjuk sebagai pengelola yang dapat

bertindak untuk mewakilinya.

Pasal 67 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa setiap orang

berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta

mengendalikan pencemaran dan atau kerusakan lingkungan. Pasal 66 Undang-

undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup juga menyatakan bahwasannya setiap orang yang

memperjuangkan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak dapat

dituntut secara pidana maupun digugat secara perdata. Bunyi pasal 66 dan 67

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup tersebut secara implisit menegaskan bahwasannya manusia

mempunyai kewajiban memelihara serta melestarikan lingkungan hidup yang

ada di sekitarnya, bahkan manusia yang dengan sengaja merusak lingkungan

hidup dapat dituntut secara pidana maupun digugat secara keperdataan.

Adapun dalam Undang-undang Nomor 18 tentang Pengelolaan Sampah

juga terdapat aturan mengenai larangan yang tidak membenarkan membuang

sampah apapun di sembarang tempat, baik itu di sungai atau tempat lainnya.

Larangan tersebut dapat dilihat dalam Pasal 29 ayat (1) yang berbunyi:

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahwidyagama.org/pustaka/repo/files/original/234089f0751e8f3f504d490d08cf986a.pdfyaitu Sungai Berantas. Sungai Brantas adalah sebuah sungai

16

“Setiap orang dilarang: a) memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia; b) mengimpor sampah; c) mencampur

sampah dengan limbah berbahaya dan beracun; d) mengelola sampah yang

menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan; e) membuang

sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan; f)

melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat

pemrosesan akhir; dan/atau g) membakar sampah yang tidak sesuai dengan

persyaratan teknis pengelolaan sampah.”

Pembuangan limbah popok bayi secara langsung ke Daerah Aliran Sungai

Brantas (DAS) menyebabkan air sungai tersebut tercemar yang tentunya juga

membawa dampak buruk untuk manusia dan kelangsungan sungai itu sendiri.

Pencemaran air mempunyai pengertian, yaitu masuknya atau dimasukkannya

mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan

manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Limbah popok bayi dikategorikan sebagai limbah padat B3 yang biasanya

berbahaya dan beracun, bersumber dari perindustrian, pertanian, rumah tangga,

rumah sakit, dan lainnya. Limbah padat B3 yang beracun sangat berbahaya

bagi manusia dan lingkungan sebab dapat menimbulkan penyakit, bahkan

kematian, jika masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit, atau mulut.

Selain itu popok bayi juga bersifat teratogenik, yakni limbah yang dapat

mengakibatkan kerusakan janin dan bersifat mutagenik, yakni limbah yang

dapat menyebabkan kerusakan struktur genetika.14

Hal lain mengenai pencemaran air sungai adalah mengenai bakteri.

Ditemukannya bakteri golongan koliform atau biasa disebut Escherichia Coli

14

Teti Suryati, Cara Bijak Mengolah Sampah Menjadi Kompos dan Pupuk Cair (Jakarta:

2014), hlm. 6

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahwidyagama.org/pustaka/repo/files/original/234089f0751e8f3f504d490d08cf986a.pdfyaitu Sungai Berantas. Sungai Brantas adalah sebuah sungai

17

(E-coli). Keberadaannya dalam air dapat dianggap sebagai petunjuk terjadinya

pencemaran kotoran dalam arti luas, baik dari kotoran hewan maupun manusia.

Bakteri E-Coli pada dasarnya adalah salah satu jenis bakteri yang biasanya

hidup di dalam usus manusia dan juga hewan tanpa menyebabkan adanya

masalah. Perlu diketahui bahwa tidak semua bakteri E-Coli berbahaya bagi

manusia sebab terdapat sebagian bakteri E-Coli yang bermanfaat dalam

membantu pencernaan manusia, yakni yang merupakan bagian dari flora usus

agar makanan tertentu mudah dicerna seperti protein atau gula. Namun juga

terdapat jenis bakteri E-Coli yang dapat mengkontaminasi makanan manusia

sehingga dapat menimbulkan keracunan makanan yang parah.

Penyakit yang umum ditimbulkan dari bakteri E-Coli adalah terganggunya

sistem pencernaan yang ditandai dengan diare ataupun mual. Selain itu,

dampak lain yang dapat ditimbulkan dari bakteri E-Coli yaitu menghasilkan

racun yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan dapat melemahkan

dinding usus kecil pada anak-anak. Bakteri E-Coli yang dapat sangat

membahayakan adalah E-Coli O157 : H7. Bakteri E-Coli dapat juga

ditemukan pada sayuran, buah, atau daging yang terkontaminasi. E-Coli dapat

menyebabkan dehidrasi pada ibu hamil. Bila terinfeksi E-Coli sangat berat

juga dapat meningkatkan risiko ancaman keguguran dan kelahiran prematur.15

Mengingat bahwa sungai membutuhkan manusia sebagai perwakilan

untuk mengelola hak-haknya, tentunya manusia juga harus mau

15

Hiasinta A. Purnawijayanti, Sanitasi Higiene dan Keselamatan Kerja dalam

Pengolahan Makanan (Yogyakarta, 2001), hlm. 9

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahwidyagama.org/pustaka/repo/files/original/234089f0751e8f3f504d490d08cf986a.pdfyaitu Sungai Berantas. Sungai Brantas adalah sebuah sungai

18

bertanggungjawab atas tindakannya yang dapat merusak kelangsungan

lingkungan hidup, seperti melakukan pencemaran air ke sungai dengan

membuang limbah popok bayi. Setiap orang dapat dituntut secara pidana

dan/atau perdata apabila tidak melangsungkan kewajibannya untuk

memelihara melestarikan lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup. Hal ini berarti, masyarakat yang membuang limbah popok

bayi ke Sungai Brantas dapat dikenakan sanksi pidana dan/atau perdata.

Dalam rangka memberikan perlindungan hukum terhadap masyarakat dan

lingkungan hidup Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 mendayagunakan

berbagai ketentuan hukum, baik hukum administrasi, hukum perdata, maupun

hukum pidana adalah suatu keharusan. Oleh karena itu, Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2009, antara lain, dalam penegakan hukum pidana

lingkungan mempergunakan keterpaduan penegakan hukum pidana dengan

tetap memperhatikan asas ultimum remedium yang mewajibkan penerapan

penegakan hukum pidana sebagai upaya terakhir setelah penerapan penegakan

hukum administrasi dianggap tidak berhasil. Penerapan asas ultimum

remedium ini hanya berlaku bagi tindak pidana formil tertentu, yaitu

pemidanaan terhadap pelanggaran baku mutu air limbah, emisi, dan

gangguan.Pelanggaran terhadap hukum lingkungan adalah tidak bersifat

tunggal, karena di dalamnya terdapat pelanggaran hukum yang bersifat

administratif, perdata, maupun pidana. Selain itu, pelanggaran tersebut juga

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahwidyagama.org/pustaka/repo/files/original/234089f0751e8f3f504d490d08cf986a.pdfyaitu Sungai Berantas. Sungai Brantas adalah sebuah sungai

19

terkait dengan permasalahan sosial dan ekonomi atau kesejahteraan yang

diamanatkan oleh Pasal 33 UUD 1945.16

E. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan penyelesaian masalah dalam penulisan hukum ini

menggunakan pendekatan yuridis sosiologis di mana pengumpulan data untuk

pemecahan masalah dalam penelitian diperoleh melalui wawancara dengan pihak-

pihak yang terkait dengan pencemaran air Sungai Brantas serta melihat realita

permasalahannya di Kota Malang.

2. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan fokus permasalahan yang diajukan dalam penelitian, maka

lokasi penelitian ini adalah Kota Malang. Dipilihnya Kota Malang sebagai lokasi

penelitian karena terdapat permasalahan yang secara nyata terjadi, yakni

mengenai limbah popok bayi yang mencemari Sungai Brantas.

3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber

pertama, yakni yang diperoleh dari lokasi penelitian, sedangkan data sekunder

merupakan data yang diperoleh dari sumber kepustakaan dan dokumentasi.

16

Hani Adhani, Konstitusionalitas Tindak Pidana Pengelolaan Lingkungan Hidup

(Jakarta, 2015), hlm. 8

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahwidyagama.org/pustaka/repo/files/original/234089f0751e8f3f504d490d08cf986a.pdfyaitu Sungai Berantas. Sungai Brantas adalah sebuah sungai

20

Sumber data primer adalah para responden yang telah ditunjuk/terpilih dan

sumber data sekunder adalah literatur, laporan penelitian, artikel ilmiah, media

massa, undang-undang/peraturan, brosur, dan bahan-bahan pustaka serta

dokumentasi lainnya.17

4. Penentuan Responden

Mengingat terbatasnya waktu, biaya, dan tenaga maka penentuan sampel

penelitian dalam penulisan hukum ini dilakukan secara non random sampling

yang penentuan respondennya dilakukan secara purposive di mana para

respondennya telah ditentukan sebelumnya, yang antara lain adalah :

a) Prigi Arisandi selaku direktur Ecoton Surabaya, yang juga pemrakarsa

Brigade Evakuasi Popok (BEP).

b) Azis selaku ketua koordinator Brigade Evakuasi Popok (BEP) yang

berperan aktif mengumpulkan limbah popok bayi sebagai upaya

menanggulangi pencemaran air Sungai Brantas.

c) Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang.

d) Masyarakat yang bertempat tinggal di daerah sekitar aliran Sungai Brantas

di Kota Malang.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian hukum ini teknik pengumpulan data yang dilakukan

adalah:

17

Hilman Hadikusuma, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum

(Bandung, 1995), hlm. 45 – 46

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahwidyagama.org/pustaka/repo/files/original/234089f0751e8f3f504d490d08cf986a.pdfyaitu Sungai Berantas. Sungai Brantas adalah sebuah sungai

21

a) Observasi, yakni peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala atau obyek yang diteliti;

b) Wawancara, di mana peneliti mewawancarai responden secara terbuka

dengan daftar pertanyaan-pertanyaan pokok saja yang kemudian dapat

dikembangkan lebih lanjut;

c) Studi pustaka, di mana peneliti melakukan kajian-kajian pustaka guna

mencari data-data pustaka yang mendukung dan sesuai dengan penelitian

ini.

6. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian penulisan hukum ini

adalah deskriptif kualitatif, di mana penulis akan mendeskripsikan secara

sistematis data-data yang diperoleh dengan menekankan pada mutu data secara

substansial dan tidak berbentuk angka-angka.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan penelitian ini penulis akan menggunakan sistem penulisan

sebagai berikut:

Bab I adalah Pendahuluan, dalam bab ini akan diuraikan tentang latar

belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penulisan, tinjauan

pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II adalah mengenai Hasil Penelitian, dalam bab ini akan dipaparkan

tentang gambaran data lokasi penelitian dan responden, gambaran data tentang

pencemaran air Sungai Brantasyang ada di Kota Malang,sertagambaran data

tentang faktor-faktor yang mempengaruhimengapamasyarakat yang tinggal di

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahwidyagama.org/pustaka/repo/files/original/234089f0751e8f3f504d490d08cf986a.pdfyaitu Sungai Berantas. Sungai Brantas adalah sebuah sungai

22

sekitar Sungai Brantas membuang limbah popok bayi ke Daerah Aliran Sungai

(DAS) Brantas.

Bab III adalah mengenai Analisis Hasil Penelitian, yang dalam bab ini akan

membahas lebih lanjut tentang perlindungan hukum terhadap Sungai Brantas di

Kota Malang dari pencemaran sungai, sebab-sebab Sungai Brantas di Kota

Malang belum terlindungi dari pencemaran sungai, serta upaya yang dapat

dilakukan untuk perlindungan sungai dari pencemaran itu di Kota Malang.

Bab IV adalah Penutup, dalam bab ini penulis akan kemukakan tentang

kesimpulan yang dapat ditarik dari bab-bab sebelumnya dan sekaligus juga saran-

saran yang membangun sehubungan dengan persoalan-persoalan hukum yang

timbul yang telah diangkat dalam penelitian ini.