laporan sterilisasi media

16
Laporan Praktikum ke- 1 Hari/Tanggal: Senin/ 24 Februari 2014 m.k. Manajemen Kesehatan Organisme Asisten: 1. Netty Dwi Chandrawati Akuatik 2. Amalia Putri Firdausi 3. Alit Briliant 4. Dendi Hidayatullah 5. Dian Eka R. 6. Evy Nurul A 7. Ike Dewi Nur F 8. Indriani Anggi P. 9. M Fitrah Akbar 10. Rudi Angga K 11. Septi Novia STERILISASI MEDIA Oleh: Veronika Eri Febriani C14110023

Upload: veronica-eri-febriani

Post on 20-May-2017

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Sterilisasi Media

Laporan Praktikum ke- 1 Hari/Tanggal: Senin/ 24 Februari 2014m.k. Manajemen Kesehatan Organisme Asisten:1. Netty Dwi Chandrawati Akuatik 2. Amalia Putri Firdausi

3. Alit Briliant4. Dendi Hidayatullah5. Dian Eka R.6. Evy Nurul A7. Ike Dewi Nur F8. Indriani Anggi P.9. M Fitrah Akbar10. Rudi Angga K11. Septi Novia

STERILISASI MEDIA

Oleh:Veronika Eri Febriani

C14110023

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2014

Page 2: Laporan Sterilisasi Media

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sterilisasi media merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting

dilakukan di dalam dunia manajemen kesehatan organisme akuatik, karena

dengan adanya sterilisasi media, maka dapat diminimalisir terjadinya suatu

penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang terdapat pada media

budidaya. Sterilisasi itu sendiri merupakan proses untuk mematikan semua

organisme yang ada pada suatu benda (Aris 2008). Sterilisasi media itu sendiri

dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain sterilisasi secara fisik, mekanik,

dan kimiawi (Suriawira 1983). Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan

menggunakan penyinaran dengan gelombang pendek (sinar X, UV, gamma) dan

menggunakan pemanasan. Sedangkan sterilisasi secara mekanik dapat

menggunakan filter atau saringan. Sedangkan Sterilisasi secara kimiawi dapat

menggunakan bahan desinfektan seperti klorin, PK, kaporit, formalin, dan larutan

AMC (campuran antara garam Hg dan asam klorida.

Salah satu bahan desinfektan yang banyak digunakan untuk sterilisasi media

adalah klorin. Penggunaan klorin dalam media budidaya sendiri diharapkan dapat

mematikan semua mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit

pada ikan. Pengetahuan mengenai kinerja klorin dalam membunuh

mikroorganisme patogen pada media budidaya dapat diketahui dengan

menghitung nilai TPC koloni bakteri yang tumbuh pada media setelah dilakukan

penyebaran air yang telah diberi perlakuan klorin pada media TSA.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kinerja klorin dalam

membunuh mikroorganisme patogen dengan memberikan perlakuan dosis dan

lama waktu yang berbeda dengan menghitung nilai TPC koloni bakteri yang

tumbuh pada media setelah dilakukan penyebaran air yang telah diberi perlakuan

pada media TSA.

Page 3: Laporan Sterilisasi Media

II. METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 17 Februari 2014,

pukul 15.00 – 18.00 WIB di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya

Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Sedangkan pengamatan dilaksanakan pada hari Selasa, 18 Februari 2014, pukul

12.00 – 13.00 WIB di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya

Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

2.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah toples kaca, stopwatch, bunsen, korek api,

mikropipet 100 µl, mikrotip, cawan petri, batang penyebar, dan inkubator.

Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah air kolam budidaya, klorin, dan

alkohol 70%.

2.3 Prosedur Kerja

2.3.1 Persiapan Wadah dan Media

Wadah yang digunakan dalam praktikum ini adalah toples kaca. Air kolam

budidaya diambil sebanyak 2 liter. Sedangkan media yang digunakan untuk

menumbuhkan koloni dari air kolam budidaya adalah media TSA yang dibuat

pada cawan petri.

2.3.2 Sterilisasi Media

Desinfektan yang digunakan pada sterilisasi media berupa klorin. Adapun

dosis yang digunakan adalah 0 ppm, 15 ppm, dan 30 ppm. Sedangkan jumlah

klorin yang dibutuhkan untuk mencapai dosis tersebut pada 2 liter air adalah 0 µl,

30 µl, dan 60 µl. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah klorin

tersebut adalah banyak klorin yang dibutuhkan = dosis klorin x volume media.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam memasukkan klorin ke dalam 2

liter air kolam budidaya yang telah terdapat pada toples kaca adalah klorin

diambil sebanyak 60 µl menggunakan mikropipet. Adapun prosedur yang

dilakukan secara aseptik, yaitu meja kerja dan tangan disterilkan dengan

Page 4: Laporan Sterilisasi Media

menggunakan alkohol. Namun sebelumnya, mikropipet telah disetting pada skala

60 µl. Setelah meja kerja dan tangan steril, bunsen dihidupkan lalu mikrotip

diambil dan dipasang pada ujung mikropipet. Kemudian ujung mikropipet yang

telah terdapat mikrotip dilewatkan pada api bunsen, lalu klorin diambil dengan

menggunakan mikropipet lalu dimasukkan ke dalam air yang terdapat di toples

dengan sedikit diaduk menggunakan ujung mikropipet. Kemudian air yang telah

diberi klorin didiamkan selama 60 menit. Sebelum mencapai waktu 60 menit,

batang penyebar direndam dalam larutan alkohol, dan mikropipet disetting pada

skala 50 µl. Setelah 60 menit, meja kerja dan tangan disterilkan dengan alkohol

70%, lalu bunsen dihidupkan. Kemudian mikrotip diambil dan dipasang pada

ujung mikropipet, lalu air yang telah diberi klorin diambil sebanyak 50 µl dan

disebar pada cawan petri yang telah disterilkan pada bagian mulutnya dengan

melewatkannya pada api bunsen. Kemudian air + klorin tadi disebar secara merata

menggunakan batang penyebar yang telah dilewatkan pada api bunsen. Kemudian

setelah air + klorin yang ada pada media telah cukup kering, cawan petri diberi

wrap hingga bagian mulut cawan tertutup rapat. Kemudian cawan tersebut

diinkubasi selama 24 jam.

2.3.3 Pengujian TPC (Total Plate Count)

Pengujian TPC (Total Plate Count) dilakukan dengan metode cawan sebar,

yaitu dengan cara sampel berupa air yang telah diberi klorin disebar pada media

TSA yang terdapat pada cawan petri.

2.3.4 Perhitungan TPC (Total Plate Count)

Setelah proses inkubasi, proses pengamatan dan perhitungan TPC (Total

Plate Count) dilakukan dengan cara jumlah koloni yang tumbuh pada media TSA

dihitung dan nilai TPC diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

TPC = ∑ koloni x x

Page 5: Laporan Sterilisasi Media

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Berikut ini merupakan data hasil perhitungan TPC pada perlakuan

sterilisasi dengan bahan klorin pada dosis dan lama waktu yang berbeda.

Tabel 1 Hasil perhitungan TPC pada perlakuan sterilisasi dengan bahan klorin

pada dosis dan lama waktu yang berbeda

Kelompok Dosis (ppm) Waktu (menit) Jumlah TPC

10

30 TBUD2 60 2,98 X 103

315

30 TBUD4 60 TBUD5

3030 TBUD

6 60 TBUD7

030 TBUD

8 60 TBUD9

1530 TBUD

10 60 TBUD11

3030 TBUD

12 60 TBUDBerdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai TPC tertinggi

terdapat pada hampir semua kelompok yang memiliki nilai TPC TBUD dengan

dosis dan lama waktu yang berbeda. Sedangkan nilai TPC terendah terdapat pada

kelompok 2, yaitu sebesar 2,98 x 103 dengan perlakuan klorin sebanyak 0 ppm dan

lama waktu 60 menit.

3.2 Pembahasan

Sterilisasi media merupakan proses mematikan semua bentuk kehidupan

mikroorganisme termasuk spora pada suatu media (Aris 2008). Sterilisasi dapat

dilakukan secara fisik, kimiawi, dan mekanik (Suriawira 1983). Menurut Aris

(2008), sterilisasi secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan bahan

desinfektan, salah satunya adalah klorin. Klor (Cl) menurut Annurunnisa (2002)

dalam Sinuhaji (2009) merupakan unsur kimia yang memiliki nomor atom 17 dan

merupakan golongan halogen. Klor berasal dari bahasa Yunani “Chloros” yang

Page 6: Laporan Sterilisasi Media

berarti hijau pucat. Unsur ini memiliki berat atom 35,46 dan memiliki titik didih

sebesar -34,7oC dengan titik beku sebesar 0,102 oC dan memiliki kepadatan 2,488

atau 2,5 kali berat udara (Adiwisastra 1989 dalam Sinuhaji 2009). Menurut

Annurunisa (2002) dalam Sinuhaji (2009), klor (Cl) memiliki ciri-ciri utama yaitu

merupakan unsur murni yang mempunyai keadaan fisik berwarna kuning

kehijauan dan dapat bergabung dengan hampir seluruh unsur lain, karena klor

bukan unsur logam yang bersifat elektromagnetif. Klorin menurut Edward (1990)

dalam Sinuhaji (2009), terletak pada golongan VII A dan pada periode III, hal ini

membuat klorin bersifat sangat reaktif dan tidak stabil karena strukturnya yang

belum mencapai oktet atau 8 elektron untuk memperoleh struktur elektron gas

mulia. Selain bersifat sangat reaktif dan tidak stabil, klorin juga bersifat oksidator.

Pada air sungai dan air laut, klorin akan membentuk asam hipoklorit (HClO) yang

merupakan oksidator, dan menurut Edward (1990) dalam Sinuhaji (2009)

memiliki reaksi sebagai berikut:

Cl2 + HOH → HClO + H+ + Cl-

HCLO → OCl- + H+

Klorin merupakan salah satu jenis pemutih, dimana pemutih jenis klorin ini

dapat berupa padat dan cair. Pemutih dalam bentuk padat adalah Kalsium

Hipoklorit, sedangkan pemutih dalam bentuk cair adalah Sodium Hipoklorit

(NaOCl). Kalsium Hipoklorit (CaOCl2) berupa bubuk putih dan biasa dikenal

sebagai kaporit. Jika dibandingkan antara Kalsium Hipoklorit (CaOCl2) dan

Sodium Hipoklorit (NaOCl), yang memiliki kelarutan lebih baik adalah pemutih

dalam bentuk cair, yaitu Sodium Hipoklorit (NaOCl), yang memiliki kelarutan

hingga 100% (Parnomo 2003 dalam Sinuhaji 2009). Namun sebagai pemutih,

klorin memiliki sifat toksisitas yang membahayakan. Menurut U.S. Department of

Health and Human Services (2007) dalam Sinuhaji (2009), klorin memiliki efek

toksik yang utama yaitu bersifat korosif. Klorin memiliki kemampuan

mengoksidasi yang sangat kuat, dimana ketika berada di dalam air, klorin akan

melepaskan hidrogen klorida dan oksigen yang dapat menyebabkan kerusakan

jaringan. Sehingga klorin akan diubah menjadi asam hipoklorit sebagai

alternatifnya, namun klorin ini juga dapat merusak struktur sel. Selain itu menurut

Luthana (2008) dalam Sinuhaji (2009), klorin di dalam tubuh akan dapat

Page 7: Laporan Sterilisasi Media

mengganggu sintesa protein, dan akan membentuk oksidasi dekarboksilasi dari

asam amino menjadi aldehid dan nitrit, serta akan bereaksi dengan purin,

pirimidin, dan asam nukleat. Selain itu, klorin juga akan melakukan induksi asam

deoksiribonukleat (DNA) dengan diiringi hilangnya kemampuan DNA

transforming. Lebih membahayakan lagi, klorin akan menyebabkan timbulnya

penyimpangan kromosom.

Berdasarkan hasil percobaan yang telah diperoleh, perlakuan klorin dengan

dosis 0 ppm, 15 ppm, dan 30 ppm dengan lama waktu 30 menit dan 60 menit

tidak memperlihatkan kinerja klorin yang signifikan. Hal ini dikarenakan jumlah

koloni yang tumbuh pada cawan setelah inkubasi memperlihatkan hasil yang rata-

rata sama, yaitu jumlah koloni terlalu banyak untuk dihitung (TBUD). Hasil ini

terkecuali untuk perlakuan klorin dengan dosis 0 ppm dengan lama waktu 60

menit, yang menghasilkan Total Plate Count (TPC) sebesar 2,98 x 103. Hasil ini

kurang tepat, karena air sampel yang diberi klorin dengan dosis 15 ppm dan 30

ppm justru menghasilkan nilai TPC yang TBUD, sedangkan air sampel yang tidak

diberi klorin justru menghasilkan nilai TPC yang lebih rendah. Padahal

seharusnya semakin banyak jumlah klorin yang diberikan dengan waktu

pemberian klorin yang lebih lama, jumlah koloni yang tumbuh pada cawan

seharusnya lebih sedikit daripada air sampel yang tidak diberi perlakuan klorin.

Hal ini sesuai dengan sifat klorin sebagai desinfektan. Menurut Parnomo (2003)

dalam Sinuhaji (2009), klorin memiliki sifat multi fungsi, yaitu sebagai pemutih,

penghilang noda, maupun desinfektan. Hal ini sesuai pula dengan pernyatan Ismi

dan Asih (2010) dalam penelitiannya, yang menyatakna bahwa pada air laut yang

ditambahkan klorin, terlihat bahwa total bakteri lebih rendah daripada air laut

yang tidak diberi klorin. Penggunaan klorin sebagai desinfektan memiliki efek

samping bagi organisme budidaya, antara lain iritasi selaput lendir (mucus

membrane) pada mata (Adiwisastra 1989). Selain itu menurut Ismi dan Asih

(2010), pemberian klorin sebagai desinfektan pada media pemeliharaan

menghasilkan cacat/abnormal pada yuwana. Hal ini membuktikan pula bahwa

klorin dapat menyebabkan larva kerapu bebek cacat (Ismi dan Asih 2010).

Berdasarkan hasil penelitian Ismi dan Asih (2010), cacat fisik yang dialami

yuwana kerapu bebek tersebut meliputi insang terbuka, bengkoknya tulang

Page 8: Laporan Sterilisasi Media

belakang (lordosis, khyposis, dan skoliosis), serta cacat pada mulut (mulut bawah

pendek atau mulut bawah panjang)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

kinerja klorin yang paling baik dalam sterilisasi media tidak nampak berdasarkan

hasil percobaan, karena hampir semua hasil pada perlakuan klorin dengan dosis

dan lama waktu yang berbeda menunjukkan nilai Total Plate Count yang terlalu

banyak untuk dihitung (TBUD).

4.2 Saran

Sebaiknya pada praktikum selanjutnya digunakan pengenceran terlebih

dahulu pada air sampel, agar bakteri yang tumbuh pada media tumbuh bakteri

dapat dihituung jumlahnya agar dapat ditentukan kinerja klorin paling baik dalam

sterilisasi media.

Page 9: Laporan Sterilisasi Media

DAFTAR PUSTAKA

Aris YM. 2008. Kumpulan Diktat Kuliah Mikrobolologi. Makassar: Universitas Indonesia Timur.

Ismi S dan Asih YN. 2010. Teknik pemeliharaan larva untuk peningkatan mutu benih kerapu pada produksi massal secara terkontrol. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut.

Sinuhaji DN. 2009. Perbedaan kandungan klorin (Cl2) pada beras sebelum dan sesudah dimasak tahun 2009. [skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Suriawira. 1983. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: Angkasa.

Page 10: Laporan Sterilisasi Media

LAMPIRAN

Contoh Perhitungan Jumlah Klorin yang Digunakan

Banyak klorin yang dibutuhkan untuk dosis 30 ppm dan lama waktu 60 menit:

Volume media = 2 liter.

Banyak klorin yang dibutuhkan = dosis klorin x volume media.

= 30 mg/l x 2 l

= 60 mg klorin

Contoh Perhitungan nilai Total Plate Count (TPC)

Nilai TPC untuk dosis 0 ppm dan lama waktu 60 menit:

∑ koloni pada cawan setelah inkubasi = 149

TPC = ∑ koloni x x

= 149 x 1/0,05 x 1

= 2,98 x 103

Foto Hasil Pengamatan

Gambar 1 Hasil pengamatan bakteri pada cawan petri kelompok 6 setelah

inkubasi 24 jam

Sumber: Dok. Kelompok

Page 11: Laporan Sterilisasi Media