laporan status lingkungan hidup kabupaten...

79
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2009 PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG PROPINSI JAWA BARAT

Upload: buikhanh

Post on 06-Mar-2019

261 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

LAPORAN

STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KARAWANG

TAHUN 2009

PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG PROPINSI JAWA BARAT

Page 2: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

ii

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

KATA PENGANTAR

Sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

Kabupaten Karawang terus melaksanakan kegiatan pembangunan di berbagai sektor. Dengan berpedoman pada Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Kabupaten Karawang berusaha mengutamakan prinsip pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Berkaitan dengan hal tersebut, Kabupaten Karawang setiap tahun menyusun buku Status Lingkungan Hidup (SLH) Kabupaten Karawang yang diharapkan berguna untuk mendukung upaya pengambilan keputusan bagi terciptanya pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan di Kabupaten Karawang. Selain itu, dengan mengacu pada Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, berguna sebagai media informasi bagi publik tentang kondisi dan perkembangan lingkungan hidup daerah yang sekaligus sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan.

Penulisan SLH Kabupaten Karawang ini mengacu kepada ketentuan yang ada dalam Pedoman Umum Status Lingkungan Hidup Provinsi, Kabupaten/ Kota 2009 dari Kementrian Negara Lingkungan Hidup yang didasarkan pada konsep hubungan sebab akibat dimana tekanan (pressure) menyebabkan perubahan pada sumberdaya alam dan lingkungan (state), dan kemudian seluruh stakeholder berupaya melakukan reaksi untuk menanganinya (respon).

Dengan dukungan data dan infomasi yang objektif, lengkap, dan akurat diharapkan ini akan membantu para stakeholder dalam memperbaiki sistem dan pola pengelolaan lingkungan yang ada. Dengan demikian kebijakan dan program yang dilaksanakan dapat lebih terarah dan tepat sasaran menuju terwujudnya lingkungan yang lestari.

Karawang, Maret 2010

KEPALA BADAN

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KARAWANG

Drs. H. ENDAY DAMANHURI, M.Si Pembina Utama Muda

NIP. 19580718 197811 1 001

Page 3: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

iii

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii DAFTAR ISI ................................................................................................ iii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv DAFTAR TABEL ........................................................................................ v

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................... 1 B. Tujuan dan Manfaat ........................................................... 3 C. Kondisi Umum .................................................................... 5 D. Sistematika Penulisan ........................................................ 8

BAB II. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP & KECENDERUNGANNYA A. Lahan dan Hutan ................................................................ 11 B. Keanekaragaman Hayati .................................................... 15 C. Air ........................................................................................ 18 D. Udara .................................................................................. 20 E. Laut, Pesisir dan Laut ......................................................... 22 F. Iklim ..................................................................................... 25 G. Bencana Alam .................................................................... 26

BAB III. TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN A. Kependudukan ................................................................... 31 B. Permukiman......................................................................... 38 C. Kesehatan .......................................................................... 42 D. Pertanian ............................................................................ 45 E. Industri ................................................................................ 48 F. Pertambangan .................................................................... 49 G. Energi .................................................................................. 49 H. Transportasi ........................................................................ 50 I. Pariwisata ........................................................................... 52 J. Limbah B3 ........................................................................... 55

BAB IV. UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN A. Rehabilitasi Lingkungan ..................................................... 61 B. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) ........... 62 C. Penegakan Hukum ............................................................. 64 D. Peran Serta Masyarakat ..................................................... 67 E. Kelembagaan ..................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Page 4: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

iv

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1. Diagram Model P-S-R .............................................................................. 2

1.2. Peta Wilayah Kabupaten Karawang ....................................................... 6

2.1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan ............................................. 12

2.2. Grafik Perbandingan Luas Lahan Kritis Tahun 2007 s.d 2009 ............... 13

2.3. Luas Lahan Kritis Kabupaten Karawang tahun 2009 .............................. 14

2.4. Grafik Rata-Rata Curah Hujan Tahunan 2005-2008 ............................... 26

2.5. Grafik Jumlah dan Jenis Bencana Alam Kabupaten Karawang

Dalam Kurun Waktu 3 tahun Terakhir ....................................................... 27

2.6. Wilayah Banjir Kabupaten Karawang Tahun 2009 ................................. 29

3.1. Grafik Perbandingan Jumlah Penduduk 2004-2009* ............................. 31

3.2. Grafik Penduduk Kabupaten Karawang Tahun 2009*

Menurut Jenis Kelamin ............................................................................. 32

3.3. Grafik Komposisi Penduduk Laki-laki dan Perempuan Menurut

Kelompok Usia di Kabupaten Karawang Tahun 2009* .......................... 33

3.4. Grafik Perbandingan Jumlah Penduduk Datang dan Pindah

Tahun 2009 ............................................................................................... 35

3.5. Grafik Jumlah Penduduk per Kecamatan di Wilayah Laut dan Pesisir .. 35

3.6. Grafik Jumlah Unit Sekolah per Kecamatan Tertinggi dan Terendah ..... 36

3.7. Grafik Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ........................... 37

3.8. Grafik Jumlah Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Rumah (a) dan

Sumber Air Minum (b) .............................................................................. 39

3.9. Jenis dan Jumlah Penderita Penyakit Utama Tahun 2009 .................... 43

3.10. Jumlah Industri Menurut Skala (a) dan Jumlah Industri Skala

Besar Menurut Jenis Modal (b) ................................................................ 48

3.11. Jenis Limbah B3 yang Dihasilkan Industri di Kabupaten Karawang ....... 58

4.1. Kegiatan Fisik Upaya Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan ....... 62

4.2. Grafik Evaluasi Laporan Semester Pengelolaan Lingkungan 2009 ........ 63

4.3. Grafik Hasil Pengawasan Penerapan Dokumen Lingkungan ................ 64

4.4. Grafik Jenis dan Jumlah Pengaduan masyarakat ................................... 64

4.5. Produk Hukum Terkait Bidang Lingkungan Hidup .................................. 69

4.6. Grafik Jumlah Anggaran Lingkungan Hidup Tahun 2005-2009 .............. 70

4.7. Jumlah Pegawai BPLH Menurut Tingkat Pendidikan ............................. 71

4.8. Jumlah Pegawai BPLH Menurut Status Kepegawaian ............................ 72

Page 5: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

v

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

II.1. Perbandingan Luas Lahan Kritis Tahun 2007 s.d. 2009 ....................... 13

II.2. Keanekaragaman Jenis Fauna di Sekitar Kawasan Kars Pangkalan . 16

II.3. Hasil Analisis Komposisi Tanah di Pesisir Pantai Karawang 2008 ...... 22

II.4. Potensi Hutan Mangrove di Kabupaten Karawang ............................... 25

III.1. Upaya Penanganan dan Pengelolaan Sampah Tahun 2009 .............. 40

III.2. Perkiraan Timbulan Sampah Kabupaten Karawang per Hari Tahun

2009 ...................................................................................................... 41

III.3. Akses Masyarakat Terhadap Sanitasi Dasar ....................................... 42

III.4. Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Karawang ........................... 44

III.5. Laporan Penggunaan Lahan Kabupaten Karawang Tahun 2008 ....... 46

III.6. Asumsi Penggunaan BBM Kendaraan Bermotor ................................... 49

Page 6: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

1

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan berlakunya Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menggantikan Undang-

Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, beberapa

perubahan yang cukup prinsip diharapkan mampu meningkatkan upaya

perlindungan dan pengelolaan terhadap kondisi lingkungan hidup.

Terkait dengan penyediaan data dan informasi lingkungan hidup,

khususnya di daerah, UU 32 Tahun 2009, pasal 63 ayat (3) salah satunya

mengamanatkan kepada pemerintah daerah untuk mengelola dan

mengembangkan informasi lingkungan hidup yang merupakan hak masyarakat

untuk mendapatkannya.

Hak atas informasi lingkungan hidup merupakan suatu konsekuensi logis

dari hak berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup yang berlandaskan pada

asas keterbukaan. Informasi lingkungan hidup dapat berupa data, keterangan

maupun informasi lain yang terkait perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup.

Laporan Status Lingkungan Hidup (SLH) Kabupaten Karawang

merupakan salah satu bentuk upaya menghadirkan data dan informasi

lingkungan hidup di Kabupaten Karawang beserta upaya pengelolaan yang

berlangsung selama satu tahun terakhir, yang diharapkan mampu meningkatkan

kepedulian akan pentingnya perlindungan dan pengelolaan lingkungan bagi

seluruh stakeholder terkait. Untuk kasus-kasus tertentu digunakan pula data

tahun-tahun sebelumnya karena data yang terbaru belum diperoleh atau karena

pertimbangan untuk menunjukkan pola kecenderungan perubahan lingkungan

yang terjadi.

Kerangka laporan SLH didasarkan kepada konsep hubungan sebab akibat

dimana kegiatan manusia memberikan tekanan kepada lingkungan (pressure)

dan menyebabkan perubahan pada sumber daya alam dan lingkungan baik

Page 7: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

2

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

secara kualitas maupun kuantitas (state). Selanjutnya pemerintah dan

masyarakat/stakeholder melakukan reaksi terhadap perubahan ini baik

melakukan adaptasi maupun mitigasi melalui berbagai kebijakan, program,

maupun kegiatan (societal respons). Hal yang terakhir merupakan umpan balik

terhadap tekanan melalui kegiatan manusia.

Gambar 1.1 Diagram Model P-S-R

Dengan demikian ada tiga indikator utama dalam kerangka PSR yang akan

dianalisis, yaitu:

1. Indikator tekanan terhadap lingkungan (pressure). Indikator ini

menggambarkan tekanan dari kegiatan manusia terhadap lingkungan dan

sumberdaya alam.

2. Indikator kondisi lingkungan (state). Indikator ini menggambarkan kualitas

dan kuantitas sumberdaya alam dan lingkungan yang menggambarkan

situasi, kondisi, dan pengembangannya di masa depan.

3. Indikator respon (response). Indikator ini menunjukkan tingkat kepedulian

stakeholder terhadap perubahan lingkungan yang terjadi, baik dari

kalangan pemerintah, industri, LSM, lembaga penelitian, maupun

masyarakat umum.

Tekanan mencakup aktivitas dan dampak seperti konsumsi energi, transportasi,

industri, pertanian, kehutanan dan urbanisasi. Tekanan juga mencakup interaksi-

interaksi berikut:

Page 8: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

3

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

1. Lingkungan berlaku sebagai sumber dari aktivitas ekonomi manusia

memperoleh bahan baku untuk memenuhi kehidupannya, seperti mineral,

makanan, serat, dan energi dan dalam prosesnya, berpotensi mengurangi

sumber-sumber daya tersebut atau sistem biologis (seperti tanah, hutan

dan perikanan) tempat dimana mereka bergantung, sebagai menunjang

sistem kehidupan mereka;

2. Aktivitas manusia menciptakan aliran polutan, sampah/limbah, dan energi

yang masuk kembali ke lingkungan, dan mengancamnya dalam bentuk

kemerosotan dan degradasi lingkungan.

3. Aktivitas manusia baik secara langsung maupun tak langsung mengubah

bentuk, mengganggu dan mendegradasi ekosistem, sehingga menurunkan

kemampuan lingkungan untuk menyediakan faktor faktor penunjang bagi

sistem kehidupan secara memadai

4. Kondisi lingkungan seperti udara yang tercemar, air yang tercemar, dan

sumber pangan yang tercemar mempunyai dampak langsung terhadap

kesehatan manusia dan kesejahteraan.

Tekanan ini akan membawa kita menuju perubahan kondisi/keadaan

lingkungan, yang pada gilirannya kembali mempengaruhi kesejahteraan manusia

itu sendiri. Kondisi lingkungan ini mencakup kualitas air, udara, lahan,

ketersediaan sumber daya alam, keanerkaragaman hayati, dan warisan budaya

rakyat.

Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda

dalam bentuk aturan/legislasi baru, teknologi baru, perubahan nilai nilai di dalam

masyarakat, obligasi/ kewajiban internasional, dan reformasi ekonomi. Respon

sosial ini mempengaruhi baik keadaan lingkungan maupun aktivitas manusia

(tekanan). Kemampuan untuk merespons tergantung pada kuantitas dan kualitas

informasi yang tersedia mengenai keadaan dan tekanan pada lingkungan.

B. Tujuan dan Manfaat

Ada tiga tujuan dasar dari Laporan SLH Kabupaten Karawang, yaitu:

1. Menyediakan dasar bagi perbaikan pengambilan keputusan pada semua

tingkat;

2. Meningkatkan kesadaran dan kefahaman akan kecenderungan dan kondisi

lingkungan;

Page 9: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

4

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

3. Memfasilitasi pengukuran kemajuan menuju keberlanjutan.

Laporan SLH dimaksudkan untuk mendokumentasikan perubahan dan

kecenderungan kondisi lingkungan. Pelaporan yang rutin akan menjamin akses

informasi lingkungan yang terkini dan akurat secara ilmiah bagi publik, industri,

organisasi non-pemerintah, serta semua tingkatan lembaga pemerintah. Laporan

SLH juga akan menyediakan referensi dasar tentang keadaan lingkungan bagi

pengambil kebijakan sehingga akan memungkinkan diambilnya kebijakan yang

baik dalam rangka mempertahankan proses ekologis serta meningkatkan

kualitas kehidupan total di masa kini dan masa datang.

Pelaporan keadaan lingkungan yang berhasil akan dapat dipergunakan

dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan berikut:

1. Secara rutin menyediakan informasi tentang kondisi lingkungan kini dan

prospeknya di masa mendatang yang akurat, berkala, dan terjangkau bagi

publik, pemerintah, organisasi non-pemerintah, serta pengambil keputusan;

2. Memfasilitasi pengembangan, penilaian dan pelaporan himpunan indikator

dan indeks lingkungan yang disepakati pada tingkat nasional;

3. Menyediakan peringatan dini akan masalah potensial, serta memungkinkan

adanya evaluasi akan rencana mendatang;

4. Melaporkan keefektifan kebijakan dan program yang dirancang untuk

menjawab perubahan lingkungan, termasuk kemajuan dalam mencapai

standar dan target lingkungan;

5. Memberikan sumbangan dalam menelaah kemajuan bangsa dalam

menjamin keberlanjutan ekologis;

6. Merancang mekanisme integrasi informasi lingkungan, sosial, dan

ekonomi, dengan tujuan untuk menyediakan gambaran yang jelas tentang

keadaan bangsa;

7. Mengidentifikasi adanya jeda (gap) pengetahuan tentang kondisi dan

kecenderungan lingkungan, serta merekomendasikan strategi penelitian

dan pemantauan untuk mengisi jeda tersebut; serta

8. Membantu pengambil keputusan untuk membuat penilaian yang

terinformasi mengenai konsekuensi luas dari kebijakan dan rencana sosial,

ekonomis dan terkait lingkungan, serta untuk memenuhi kewajiban bangsa

untuk pelaporan lingkungan.

Page 10: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

5

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

C. Kondisi Umum

1. Kondisi Kabupaten Karawang

Dengan luas wilayah 1.753,27 km2 atau 3,73 persen dari luas Provinsi

Jawa Barat dan luas laut 4 mil x 73 km, Kabupaten Karawang merupakan salah

satu daerah yang memiliki lahan yang subur di Jawa Barat, sehingga sebagian

besar lahannya digunakan untuk pertanian.

Secara geografis Kabupaten Karawang terletak antara 107o02’–107o40’

Bujur Timur 5o56’–6o34’ Lintang Selatan, termasuk daerah yang relatif rendah,

mempunyai variasi kemiringan wilayah antara 0–1.279 meter di atas permukaan

laut dengan kemiringan wilayah 0–2% (datar), 2–15% (bergelombang), 15–40%

(curam) dan di atas 40% (sangat curam), dengan suhu rata-rata 27oC.

Wilayah Kabupaten Karawang memiliki dataran dan pantai yang luas

terhampar di bagian utara dengan ketinggian antara 0–50 meter di atas

permukaan laut, dan di bagian tengah terdapat perbukitan sedangkan di bagian

selatan merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian 50–1.291 m di atas

permukaan laut, dan mengandung sumber daya alam yang potensial.

Kabupaten Karawang dilalui oleh aliran sungai yang melandai ke arah

utara. Sungai Citarum merupakan pemisah antara Kabupaten Karawang dengan

Kabupaten Bekasi, sedangkan Sungai Cilamaya merupakan batas wilayah

dengan Kabupaten Subang. Selain sungai, terdapat juga 3 saluran irigasi yang

besar yaitu Saluran Induk Tarum Utara, Saluran Induk Tarum Tengah dan

Saluran Induk Tarum Barat yang dimanfaatkan untuk pengairan sawah, tambak

dan Pembangkit Tenaga Listrik.

Secara administratif, dapat dilihat pada peta wilayah (gambar 2) berikut

ini, dimana Kabupaten Karawang mempunyai batas-batas wilayah yaitu:

Sebelah Utara batas alam yaitu Laut Jawa

Sebelah Timur dengan Kabupaten Subang

Sebelah Tenggara dengan Kabupaten Purwakarta

Sebelah Selatan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur

Sebelah Barat dengan Kabupaten Bekasi

Page 11: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

6

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

Keterangan: Tanpa Skala

Gambar 1.2 Peta Wilayah Kabupaten Karawang

Kabupaten Purwakarta

Laut Jawa

Kabupaten Subang

Kabupaten

Cianjur

Kabupaten

Bekasi

Page 12: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

7

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

Kondisi sumber daya pesisir sesuai dengan kewenangannya, Kabupaten

Karawang memiliki panjang pantai 76,42 km dan luas pesisir lebih 2/3 dari luas

wilayah seluruhnya atau sekitar 1.168,85 km2 atau 3,73% dari luas Provinsi Jawa

Barat yang merupakan sumber daya berupa perikanan tangkap dan ekosistem

(hutan bakau). Secara administratif kawasan pesisir di Kabupaten Karawang

terdiri dari 25 Desa dari 9 Kecamatan yang meliputi Kecamatan Pakisjaya,

Batujaya, Tirtajaya, Cibuaya, Pedes, Cilebar, Tempuran, Cilamaya Kulon dan

Cilamaya Wetan.

Wilayah Kabupaten Karawang sebagian besar tertutup dataran pantai

yang luas, yang terhampar di bagian pantai Utara dan merupakan batuan

sedimen yang dibentuk oleh bahan-bahan lepas terutama endapan laut dan

aluvium vulkanik.

Di bagian tengah ditempati oleh perbukitan terutama dibentuk oleh batuan

sedimen, sedang di bagian Selatan terletak Gunung Sanggabuana dengan

ketinggian 1.291 m di atas permukaan laut.

Memperhatikan rencana struktur tata ruang pada Rencana Tata Ruang

Wilayah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Karawang termasuk ke dalam Kawasan

Andalan Purwasuka (Purwakarta-Subang-Karawang), dengan arahan

mengembangkan Purwasuka sebagai kawasan unggul industri pengolahan,

pariwisata, perkebunan, pertanian tanaman pangan, perikanan darat,

peternakan dan bisnis kelautan yang berdaya saing tinggi dan berorientasi

ekspor.

2. Kependudukan

Kependudukan adalah salah satu bidang yang mendapat perhatian besar

dari Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang dalam proses kegiatan

pembangunan. Masalah kependudukan seperti jumlah penduduk, kualitas

penduduk (tingkat pendidikan dan kesehatan) dan angkatan kerja, senantiasa

mendapat perhatian utama. Persoalan jumlah penduduk perlu diperhatikan

karena selain sebagai subyek, penduduk juga merupakan obyek bagi

pembangunan.

Berdasarkan data Karawang Dalam Angka Tahun 2009 oleh BPS

Kabupaten Karawang, jumlah penduduk Kabupaten Karawang pada tahun 2008

adalah 2.094.408 jiwa terdiri dari 1.060.919 jiwa penduduk laki-laki dan

Page 13: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

8

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

1.033.489 jiwa perempuan dengan laju pertumbuhanan penduduk (LPP) sebesar

1,62%. Dengan luas wilayah sebesar 1.753,27 km2 maka kepadatan

penduduknya adalah sebesar 1.260 jiwa/km2.

Permasalahan utama kependudukan adalah persebaran penduduk yang

tidak merata, sementara daya dukung lingkungan (luas wilayah) penduduk tidak

seimbang sehingga berpengaruh pada tingkat kepadatan penduduk pada suatu

wilayah.

Kepadatan penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Karawang Barat

yaitu 3.999 jiwa/km2. Hal ini disebabkan Kecamatan Karawang Barat merupakan

daerah pusat kota dan daerah pengembangan yang memungkinkan masyarakat

melakukan migrasi ke Kecamatan tersebut. Dengan kepadatan penduduk yang

tinggi dapat menimbulkan berbagai masalah lingkungan, ekonomi, sosial dan

lain-lain.

3. Isu Strategis

Beberapa isu dan permasalahan strategis lingkungan hidup di Kabupaten

Karawang, sepanjang tahun 2009 menyangkut beberapa komponen yang

menjadi urusan wajib pemerintah daerah bidang lingkungan hidup, antara lain:

1) Pengelolaan limbah B3, limbah padat dan sampah domestik

2) Sumberdaya air dan pencemaran air

3) Sumberdaya lahan, hutan dan kerusakannya

4) Pencemaran Udara

5) Pengelolaan ekosistem pesisir dan laut

6) Penaatan hukum dan kelembagaan

7) Sarana dan prasarana pemantauan lingkungan

D. Sistematika Penulisan

Laporan SLH Kabupaten Karawang terdiri dari 2 buah buku, yaitu:

1. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup (Buku I)

Berisi analisis keterkaitan antara perubahan kualitas lingkungan hidup

(status), kegiatan yang menyebabkan terjadinya perubahan kualitas lingkungan

hidup (tekanan), dan upaya untuk mengatasinya (respon).

Page 14: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

9

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

Analisis yang digunakan berdasarkan urutan tabel pada Buku Data,

ataupun berdasarkan data dan kajian lainnya yang dapat mempertajam analisis.

Untuk permasalahan tertentu yang dianggap merupakan isu strategis seperti

Limbah B3, air dan udara, limbah padat domestik dan lainnya, dibahas lebih rinci

agar dapat dijadikan acuan bagi pemecahan permasalahan yang ada.

Sistematika penulisannya terdiri dari 4 (empat) bab utama yang terbagi lagi

menjadi 26 (dua puluh enam) sub bab, yaitu:

a. Bab I. Pendahuluan, berisi tentang Latar Belakang, Tujuan dan Manfaat,

Kondisi Umum dan Sistematika Penulisan;

b. Bab II. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya, berisi tentang

Lahan dan Hutan, Keanekaragaman Hayati, Air, Udara, Laut, Pesisir dan

Pantai, Iklim dan Bencana Alam;

c. Bab III. Tekanan Terhadap Lingkungan, berisi tentang Kependudukan,

Permukiman, Kesehatan, Pertanian, Kesehatan, Pertanian, Industri,

Pertambangan, Energi, Transportasi, Pariwisata dan Limbah B3;

d. Bab IV. Upaya Pengelolaan Lingkungan, berisi tentang Rehabilitasi

Lingkungan, AMDAL, Penegakan Hukum, Peran Serta Masyarakat,

Kelembagaan.

2. Buku Kumpulan Data (Buku II)

Berisi data kualitas lingkungan hidup menurut media lingkungan (air, udara,

lahan serta pesisir dan pantai), data kegiatan/hasil kegiatan yang menyebabkan

terjadinya perubahan kualitas lingkungan hidup, data upaya atau kegiatan untuk

mengatasi permasalahan lingkungan, dan data penunjang lainnya yang

diperlukan untuk melengkapi analisis.

Dalam buku II terdapat beberapa data yang tidak dapat diperoleh maupun

tidak tersedia, sehingga diberikan keterangan Tidak Tersedia Data. Selain itu

juga terdapat tabel data tambahan untuk mempertegas data terkait.

Data dalam tabel-tabel dikelompokkan dalam masing-masing judul tabel

dan kode sebagai berikut:

SD : Sumberdaya Alam (Kondisi sumberdaya alam suatu daerah)

DE : Demografi (Perubahan dan struktur penduduk)

Page 15: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

10

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

DS : Demografi Sosial (Korelasi antara pertumbuhan dan struktur penduduk

dengan kebutuhan fasilitas)

SE : Sosial Ekonomi (Hubungan timbal balik antara pertumbuhan dan

struktur penduduk dengan aktivitas dan pengembangannya)

SP : Sumber Pencemaran (Indentifikasi terhadap sumber dan beban

pencemaran yang menekan lingkungan)

BA : Bencana Alam (Intensitas kejadian bencana yang telah terjadi di suatu

daerah menurut jenis dan jumlah kerugian)

UP : Pengelolaan Lingkungan (Realisasi dari kegiatan pengelolaan

lingkungan hidup)

Page 16: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

11

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

BAB II KONDISI LINGKUNGAN HIDUP

DAN KECENDERUNGANNYA

A. Lahan dan Hutan

Lahan menjadi hal pokok bagi berlangsungnya kehidupan masyarakat.

Tersedianya kebutuhan lahan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat perlu diatur dan dikembangkan oleh Pemerintah melalui Rencana

Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang terpadu dan konsisten.

Adapun gambaran kondisi dari penggunaan lahan dan hutan khususnya

yang menjadi penyeimbang di Kabupaten Karawang saat ini akan dapat dilihat

dalam uraian di bawah ini.

1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Karawang menurut penggolongan

berdasarkan kriteria “Non-Pertanian”, “Sawah”, “Lahan Kering”, “Perkebunan”,

“Hutan” dan “Lainnya” sesuai dengan data pada Buku Data, Tabel SD-1 adalah

sebagai berikut:

a. Tutupan lahan paling besar adalah untuk persawahan yang pada tahun

2009 ini mencapai lebih dari 53% luas Kabupaten Karawang yakni sebesar

94.311 Ha. Adapun luasan tutupan lahan terkecil adalah untuk perkebunan,

yakni hanya 0,2% dari luas Kabupaten Karawang (hanya seluas 432 Ha).

b. Apabila dibagi per kecamatannya (jumlah kecamatan di Kabupaten

Karawang adalah 30), maka kecamatan paling luas adalah Kecamatan

Ciampel, sedangkan paling kecil luasnya adalah Kecamatan Purwasari.

c. Di Ciampel, tutupan lahan terbesar berupa lahan kering, sebesar 4.868 Ha

(sekitar 2,8% luas Kabupaten Karawang). Jumlah sebesar ini patut menjadi

perhatian Pemerintah untuk mengelolanya, mengingat satu kecamatan

menyumbangkan lahan kering terbesar.

d. Penggunaan lahan untuk sawah yang terbesar terdapat di Kecamatan

Tempuran yang berada di daerah pesisir pantai utara, sebesar 6.348 Ha

(sekitar 3,6% luas Kabupaten Karawang). Adapun penggunaan lahan untuk

Page 17: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

12

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

sawah yang terkecil terdapat di Kecamatan Cikampek, yang mana

Cikampek ini terbesar penggunaan lahan untuk non-pertaniannya

(peruntukan bagi pemukiman dan industri).

e. Lahan untuk hutan hanya terdapat di 8 (delapan) kecamatan, dari yang

terbesar hingga terkecil yakni: Tegalwaru (seluas 5.637 Ha), Ciampel,

Pangkalan, Telukjambe Barat, Telukjambe Timur, Batujaya, Tirtajaya, dan

Cikampek (seluas 16 Ha). Dengan luas hutan total 14.524 Ha (hanya

sekitar 8,3% luas Kabupaten Karawang), Pemerintah Karawang masih

perlu usaha lebih keras lagi dalam peningkatan luas hutan, sebab hutan

menjadi barometer penting yang dapat mempengaruhi iklim.

Gambar 2.1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Tahun 2009

2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Statusnya

Kawasan hutan di Kabupaten Karawang yang dikategorikan menurut

penggolongan fungsi/statusnya yakni “Kawasan Konservasi”, “Hutan Lindung”,

dan “Hutan Produksi” sesuai dengan data dari Perum Perhutani Unit III KPH

Purwakarta pada Buku Data, Tabel SD-2 dengan analisis sebagai berikut:

a. Telah terjadi penurunan luasan hutan lindung dari tahun 2008 hingga 2009

sebesar 282 Ha.

b. Terjadi peningkatan luasan hutan produksi terbatas sebesar 1.022 Ha.

c. Terjadi peningkatan luasan hutan produksi konservasi sebesar 2.897 Ha.

d. Secara total, terjadi peningkatan luasan kawasan hutan dalam waktu

setahun ini sebesar 1.124 Ha (tahun 2009 meningkat sekitar 5% dari tahun

2008).

Non Pertanian

31.039

Sawah 94.311

Lahan Kering 35.021

Perkebunan 432

Hutan 14.524

Page 18: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

13

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

3. Luas Lahan Kritis

Jumlah total lahan kritis di Kabupaten Karawang mengalami penurunan

yang cukup berarti selama 2 (dua) tahun terakhir dari tahun 2007, yakni 2.912

Ha. Perbandingan luas lahan kritis tahun 2007 s.d. 2009, seperti terlihat pada

Tabel II.1 dan Gambar 2.2. berikut:

Tabel. II.1 Perbandingan Luas Lahan Kritis Tahun 2007 s.d. 2009

Keterangan : Data s.d. Juni 2009 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Karawang

Gambar 2.2 Grafik Perbandingan Luas Lahan Kritis tahun 2007 s.d. 2009

Analisis berdasarkan Buku Data, Tabel SD-5 adalah sebagai berikut:

a. Lahan kritis di Kabupaten Karawang tersebar di 14 (empat belas)

kecamatan. Urutan dari yang paling besar yakni kecamatan: Pakisjaya,

Ciampel, Tegalwaru, Batujaya, Tirtajaya, Cilamaya Wetan, Pedes,

Telukjambe Timur, Tempuran, Telukjambe Barat, Cibuaya, Cilebar,

Pangkalan, dan Cilamaya Kulon.

11.887 9.695 8.975

2007 2008 2009

Luas Lahan Kritis (Ha)

Page 19: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

14

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

b. Kecamatan Pakisjaya mempunyai lahan kritis terluas yakni 1.572 Ha atau

hampir seperempat dari luas area se-kecamatan. Kecamatan Cilamaya

Kulon lahan kritisnya hanya 92 Ha (sekitar 1,5% dari luas area se-

kecamatan).

c. Selama kurun waktu 2007 sampai 2009 di Kecamatan Tegalwaru terjadi

penurunan luas lahan kritis yang terbesar, yakni hingga 1.511 Ha.

d. Sedangkan Kecamatan Cilamaya Wetan justru terjadi peningkatan lahan

kritis seluas 270 Ha (sekitar 4% dari luas area se-kecamatan).

Gambar 2.3 Luas Lahan Kritis Kabupaten Karawang Tahun 2009

4. Luas Kerusakan Hutan

Data kerusakan hutan selama tahun 2009 tidak tersedia, namun tahun

2008 telah terekam terjadinya kerusakan sebagian kawasan hutan di Kabupaten

Karawang yang disebabkan oleh faktor alih fungsi hutan menjadi tambak, seperti

terlihat pada Buku Data, Tabel SD-6, bahwa luas kerusakan hutan pada tahun

2008 adalah sebesar 250 Ha (sekitar 1,1% dari total luas hutan di Karawang).

5. Luas Konversi Hutan

Data konversi hutan selama tahun 2009 tidak tersedia, namun tahun 2008

telah terjadi konversi hutan atas nama PT. Atlasindo sebesar 14 Ha (sekitar

0,06% dari total luas hutan), seperti terlihat pada Buku Data Tabel SD-14.

1.004 1.272

270 92

689 226

1.572 132

520 1.134

322 500

412 830

- 500 1.000 1.500 2.000

Luas Lahan Kritis (Ha)

Kecam

ata

n

Tirtajaya

Tempuran

Telukjambe Timur

Telukjambe Barat

Tegalwaru

Pedes

Pangkalan

Pakisjaya

Cilebar

Cilamaya Wetan

Cilamaya Kulon

Cibuaya

Ciampel

Batujaya

Page 20: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

15

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

B. Keanekaragaman Hayati

1. Ekosistem Lahan basah

Jenis-jenis bakau/ mangrove yang ada di Kabupaten Karawang meliputi

Rhizophora adiculata, Rhizophora mucronata, Avicenia marina, Sonneratia

alba dan Lumnitzera racemoza serta vegetasi hutan lainnya adalah

Dolichandrone soatacea, Acrostichum aurecum dan Acanthus ilicifoleus.

Jenis-jenis komunitas terumbu karang yang ada di Kabupaten Karawang

adalah Pontes, Acropora dan Sponge. Beberapa jenis ikan hias hidup di daerah

ini seperti ikan anjel (Angelfish) dan ikan kupu-kupu (Butterfly Fish).

2. Flora yang Ada di Karawang

Jenis flora yang terdapat di Kabupaten Karawang cukup bervariasi mulai dari jenis

tumbuhan pantai sampai tumbuhan daratan/ pegunungan dan palawija. Akan tetapi

sampai saat ini belum diketahui jumlah seluruh jenis flora yang ada di Kabupaten

Karawang

Kabupaten Karawang memiliki wilayah yang cukup luas, dengan topografi yang

beraneka ragam, termasuk memiliki jenis flora yang khas. Terhadap flora khas

tersebut, Bina Kependudukan dan Lingkungan Hidup Pemerintah Propinsi

Daerah Tingkat I Jawa Barat tahun 1993/1994 menetapkan bahwa Jambu Air

Cingcalo (Syzuim aquem) sebagai flora khas Daerah Kabupaten Karawang.

Selain jambu air Cingcalo, ditetapkan jenis species pohon lainnya yang

merupakan ciri khas Kabupaten Karawang yaitu pohon buah kawista. Jenis pohon

ini dinyatakan sebagai flora yang sudah langka sehingga perlu dijaga

kelestariannya.

Segmen Kars Pangkalan merupakan kawasan hutan tanaman, yang jenisnya

dikuasai jati (Tectona grandis). Pada saat ini hutan terancam gundul karena

tanaman jenis fancy-wood tersebut dijarah oleh masyarakat. Sebagian besar hutan

yang telah rusak tersebut dimanfaatkan oleh penduduk untuk berkebun. Beberapa

jenis tumbuhan yang relatif tidak terganggu di antaranya adalah beringin (Ficus

benfamina).

Di antara sisa-sisa tanaman jati masih terdapat satu jenis tumbuhan yang

kayunya dapat digunakan untuk bahan bangunan, yaitu kinyere (Bridelia monica).

Sedangkan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar antara lain

tangkolok (Kleinhovia hosita), kiara (Ficus annulata), kedoya (Dvsoxvlum sp.),

Page 21: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

16

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

kesambi (Schleichera oleosa) juga untuk bahan pembuatan arang, petal-hutan

(Albizia trocera), dan seserehan (Pter aduncum).

Beberapa jenis tumbuhan di segmen Kars Pangkalan yang berpotensi sebagai

obat antara lain Chromolaena odorata dan Polvqala paniculata. Kelompok bambu

yang berada di daerah ini di antaranya adalah bambu tali (Giqantochloa apus) dan

bambu-gombong (Dendrocalamus aspen).

3. Fauna yang Ada di Karawang

Jenis fauna khas Kabupaten Karawang yang telah ditetapkan Kabupaten

Karawang yaitu Ayam Ciparage (Gallus-gallus) sebagai fauna khas Daerah

Kabupaten Karawang oleh Bina Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat tahun 1993/1994.

Meskipun dalam jumlahnya sedikit, temyata beberapa jenis ikan asli sungai

Citarum masih ditemukan seperti lempuk (Callichrous bimacuiatus), seven

(Cvclocheilichtvs sp.), sengal (Owtosterrnum platvdoqon), balidra (Notwterus

chitala), dan ikan betutu.

Burung walet (Aerodramus fuciphaqus) merupakan fauna yang menghuni 11

gua dari sekitar 32 gua di segmen Kars Pangkalan. Selain populasi burung walet

terdapat beberapa fauna lain yang habitatnya di dalam dan di sekitar segmen Kars

Pangkalan di antaranya terdapat pada Tabel II.2 berikut:

Tabel II.2

Keanekaragaman Jenis Fauna disekitar Kawasan Kars Pangkalan

No. Nama Lokasi Nama Ilmiah Keterangan

1 Kutilang Pycnonotus goiavier Jenis burung dengan populasi cukup banyak

2 Tekukur Streptopelia chinensis Pupulasinya cukup banyak dan meningkat yang berhabitat di kawasan terbuka menunjukkan semakin banyak kebun yang dibuka di wilayah hutan

3 Perkutut Geopelia striata Populasi cukup banyak dan meningkat yang berada di kawasan terbuka

4 Gelatik-jawa Padda oryzivora Jenis burung pemakan padi-padian yang telah mengalami kepunahan dari kawasan Kars Pangkalan karena jenis burung ini diperdagangkan dan diekspor ke luar negeri

5 Manyar jambul Ploceus manyar Populasi burung telah mengalami kepunahan

6 Bondol-haji Lonchura maja Populasi telah mengalami kepunahan

7 Bondol-jawa Lonchura Populasi telah mengalami kepunahan

8 Elang-brontok Haliastur indus Jenis burung dengan populasi yang masih dapat dijumpai disebabkan oleh banyaknya ikan di S. Cibeet

Page 22: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

17

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

9 Cekakak-sungai

Todirhampus sanctus Burung langka yang bertahan di sekitar hutan kars

10 Burung puyuh Tumix suscitator Populasinya masih dijumpai karena jenis ini dapat bertahan hidup dengan cara bersembunyi di dalam rumpun semak

11 Babi hutan Sus scrofa Populasinya masih ditemukan di sekitar kawasan Kars Pangakalan

12 Monyet-warek Macaca fascicularis Di Kars Pangkalan adalah binatang yang potensial menjadi hama pertanian, kelompoknya tinggal di pepohonan yang tinggi dan populasinya relatif sedikit yang berada di dalam hutan yang tersisa

13 Bajing kalapa Callosciurus notatus Keberadaannya mengikuti perkembangan lahan pertanian, masih dapat dijumpai dengan populasi yang sangat rendah, populasinya menjadi lebih kecil lagi karena binatang pengerat ini diburu oleh manusia untuk diambil dagingnya

14 Trenggiling Mans javanicus Merupakan hewan pemakan semut , keberadaannya masih dapat dijumpai di segmen Kars Pangkalan

15 Landak Hystrix javanica Populasinya masih ditemukan di sekitar kawasan Kars Pangakalan di tempat yang tidak terganggu

16 Musang Paradoxurus hermaproditus

Populasinya terbatas dan semakin menurun disebabkan ketersediaan pakan yang semakin sedikit

17 Kancil Tragulus javanicus Populasinya sudah hampir mengalami kepunahan

18 Meong-cangkok Feiis bengalensis Satwa ini masih sedikit dijumpai di Gunung Sanggabuana tidak jauh dari Kars Pangkalan

19 Herpeto-fauna Naja sputatrix Seperti ular kobra, jenis ini masih ditemukan di sekitar kawasan Kars Pangkalan

20 Ular-gibug/ ular tanah

Callooselesma, rhodostoma atau Angkistrodon rhodostoma

Satwa ini masih ditemukan di sekitar kawasan Kars Pangkalan dan merupakan hewan pemangsa tikus

21 Ular-sanca Phyton reticulates Satwa jenis ini masih ditemukan dan merupakan hewan pemangsa tikus karena populasi tikus yang banyak terdukung oleh luasnya lahan sawah di sekitar Kars Pangkalan

22 Biawak berukuran besar

Varanus salvator Jenis satwa ini masih banyak ditemukan di kawasan hutan Kars Pangkalan dan kehadiran satwa ini menunjukan daur pakan di kawasan Kars Pangkalan masih berjalan

Sumber: Laporan hasil penelitian oleh Amiruddin & H. Samodra (Pusat Survei Geologi Badan Geologi)

Page 23: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

18

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

C. Air

Seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan industri di Kabupaten

Karawang, maka makin tinggi pula beban pencemaran yang dditerima oleh SDA

yang ada terutama badan air (sungai). Namun hal ini dapat diminimisasi dengan

tersedianya waste water treatment process (WWTP) di setiap industri yang

menghasilkan buangan berupa air limbah.

Meskipun di setiap industri terdapat WWTP, tapi tidak menjamin bahwa air

sungai tidak tercemari, karena beberapa alasan sebagai berikut:

1. Sumber pencemaran terhadap badan air, tidak hanya berasal dari industri

saja melainkan bisa berasal dari permukiman (domestik), terjadinya proses

erosi alamiah pada tanah di sekeliling badan air, pertanian, limpasan air

hujan, kegiatan pertambangan, kegiatan perikanan dan pariwisata,

peternakan;

2. Terkait dengan Sumberdaya Manusia, biaya operasionalisasi, teknologi,

WWTP yang ada tidak berfungsi dan/tidak difungsikan secara optimal

dalam operasionalisasinya, sehingga beberapa parameter effluentnya

melebihi Nilai Ambang Batas Baku Mutu Air Limbah;

3. Nilai Ambang Batas Baku Mutu Air Limbah di Indonesia ditetapkan

berdasarkan teknologi yang terbaik saat itu yang dapat mengolah air

limbah secara maksimal dan tidak didasarkan atas kemampuan badan air

dan ekosistem yang ada di dalamnya untuk dapat menerima beban

pencemar yang masuk (tidak ditetapkan berdasarkan daya tampung dan

daya dukung lingkungannya), sehingga meskipun effluent telah memenuhi

baku mutu air limbah, belum tentu air sungai tersebut dikatakan tidak

tercemar.

Sebetulnya, badan air memiliki kemampuan untuk memulihkan dirinya (self

purification) dari gangguan perubahan kualitas yang disebabkan masuknya

pencemar, artinya badan air dapat mengasimilasi pencemar guna

mengembalikan kualitas airnya seperti sediakala.

Pemulihan diri suatu badan air disebabkan oleh interaksi dari berbagai

proses berikut:

1. Pengenceran; akibat sedikitnya volume pencemar dibanding jumlah air

dalam badan air,

Page 24: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

19

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

2. Reaksi kimia; seperti oksidasi-reduksi, adsorpsi, pembentukan garam,

pertukaran ion,

3. Reaksi fisika; seperti penguapan, perubahan suhu, pengendapan, filtrasi,

4. Reaksi biologis atau biodegradasi dan

5. Penyerapan oleh tumbuhan air

Kemampuan pemulihan diri dari suatu badan air ada batasnya. Batas itu

semakin mudah terlampaui jika jumlah limbah cair yang masuk semakin banyak

dan kualitasnya semakin buruk.

Kabupaten Karawang sendiri dialiri oleh 4 buah sungai besar, yaitu; Sungai

Citarum, Sungai Cilamaya, Sungai Cikaranggelam dan Sungai Cibeet, dimana

keempat sungai tersebut digunakan sebagai badan air penerima oleh beberapa

perusahaan/industri yang berada di sekitarnya.

Dari hasil rekapitulasi analisis kualitas air limbah di setiap perusahaan

selama tahun 2009, umumnya parameter BOD5, COD, TSS, NO3 dan NH3

terlampaui. Pembuangan senyawa organik terurai (yang ditandai dengan nilai

BOD5) ke suatu badan air akan memicu peningkatan reaksi biodegradasi di

dalam badan air tersebut, hal ini akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan

oksigen terlarut (DO atau Dissolved Oxygen) di dalam air, selama oksigen

tersedia, reaksi biodegradasi akan dilakukan oleh mikroba aerobik.

Kelangsungan reaksi biodegradasi aerobik akan menyebabkan kadar DO

badan air akan terus berkurang tanpa adanya masukan oksigen baru, reaksi

aerobik tersebut akan terhenti dan dilanjutkan dengan reaksi biodgradasi secara

anaerobik. Reaksi biodegradasi anaerobik menghasilkan beberapa senyawa

pencemar seperti metana (CH4), Hidrogen Sulfida (H2S) dan Amonia (NH3) yang

membuat air menjadi septik dengan warna hitam dan bau yang menyengat.

Pencemaran organik mengakibatkan kualitas air menurun drastis, selain

berwarna hitam dan berbau, kandungan DO tersebut juga menurun drastis.

Rendahnya kadar oksigen di dalam suatu badan air seringkali dapat

memusnahkan kehidupan flora dan fauna air termasuk ikan-ikan.

Beberapa parameter kualitas air yang mengindikasikan terjadinya

pencemaran organik antara lain adalah:

1. DO; air tercemar memiliki DO< 2,0 mg/L, bahkan tidak jarang 0 mg/L;

2. BOD5; air tercemar memiliki nilai BOD5>15 mg/L;

3. Warna; air tercemar memiliki warna hitam;

Page 25: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

20

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

4. Bau; air tercemar memiliki bau busuk menyengat

Sedangkan kandungan padatan tersuspensi yang tinggi (ditandai dengan

tingginya nilai TSS), dapat menghalangi masuknya cahaya matahari ke dalam air

dan mengakibatkan berkurangnya laju fotosintesis tumbuhan air. Suplai oksigen

dari tumbuh-tumbuhan airpun akan berkurang. Jika cahaya sepenuhnya

terhambat, tumbuhan dan makhluk hidup lainnya akan mati. Pembusukan

tumbuhan mati akan lebih menurunkan kadar DO.

Padatan tersuspensi menyerap cahaya matahari sehingga kemudian akan

meningkatkan suhu air permukaan. Suhu air yang lebih panas mengakibatkan

oksigen semakin sulit melarut. Beberapa parameter kualitas air yang

mengindikasikan terjadinya pencemaran padatan antara lain adalah:

1. TSS; air tercemar memiliki TSS > 500 mg/L

2. Kekeruhan; air tercemar umumnya mempunyai nilai TUR 50 NTU.

3. Warna; air tercemar padatan erosi berwarna kecoklatan

D. Udara

Udara tercemar adalah perbedaan komposisi udara aktual dengan kondisi

udara normal dimana komposisi udara aktual tidak mendukung kehidupan

manusia. Bahan atau zat pencemaran udara sendiri dapat berbentuk gas dan

partikel. Dalam bentuk gas dapat dibedakan dalam golongan belerang (sulfur

dioksida, hidrogen sulfida, sulfat aerosol), golongan nitrogen (nitrogen oksida,

nitrogen monoksida, amoniak, dan nitrogen dioksida), golongan karbon (karbon

dioksida, karbon monoksida, hidrokarbon), dan golongan gas yang berbahaya

(benzene, vinyl klorida, air raksa uap).

Jenis pencemaran udara berbentuk partikel dibedakan menjadi tiga.

Pertama, mineral (anorganik) dapat berupa racun seperti air raksa dan timah.

Kedua, bahan organik terdiri dari ikatan hidrokarbon, klorinasi alkana dan

benzene. Ketiga, makhluk hidup terdiri dari bakteri, virus, telur cacing. Sementara

itu, jenis pencemaran udara menurut tempat dan sumbernya dibedakan menjadi

dua, yaitu pencemaran udara bebas dan pencemaran udara ruangan.

Kategori pencemaran udara bebas meliputi secara alamiah (letusan

gunung berapi, pembusukan, dan lain-lain) dan bersumber kegiatan manusia,

misalnya berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, asap kendaraan bermotor.

Sedangkan pencemaran udara ruangan meliputi dari asap rokok, bau tidak

Page 26: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

21

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

sedap di ruangan.

Pada umumnya sektor transportasi memberikan tekanan yang lebih besar

terhadap pencemaran udara yaitu sekitar 60%-70% dibandingkan sektor industry

yang berupa gas buang dari cerobong yang hanya mencapai 10%-15%, serata

sisanya berasal dari sumber pembakaran lain, misal rumah tangga, pembakaran

sampah, kebakaran hutan dan lain-lain.

Jenis parameter pencemar udara didasarkan pada baku mutu udara

ambien menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, yang meliputi :

Sulfur dioksida (SO2), Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Ozon

(O3), Hidro karbon (HC), PM 10, Partikel debu (PM 2,5), TSP (debu), Pb (timah

hitam).

Data yang ditampilkan dalam Buku Data, Tabel SD-16 merupakan data

primer kondisi kualitas udara ambient hasil pengukuran pada tahun 2006 di

daerah sekitar permukiman, dari hasil pengukuran tersebut dapat terlihat bahwa

semua parameter pencemar dominan di setiap titik sampling masih berada di

bawah Nilai Ambang Batas Baku Mutu Udara Ambient berdasarkan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 41 Tahun 1999 dan Surat Keputusan

Menteri Negara Linkungan Hidup Republik Indonesia Nomor: Kep-

50/MenLH/II/1996.

Hal ini dapat dimengerti, karena lokasi sampling cenderung berada di dekat

lokasi permukiman, dimana aktifitas dari sumber-sumber pencemar cenderung

sedikit, kecuali untuk parameter debu angkanya sedikit lebih tinggi dibandingkan

dengan parameter-parameter lainnya meskipun masih di bawah Nilai Ambang

Batas Baku Mutu Udara Ambien. Kondisi seperti ini didorong lagi dengan

tingginya kecepatan angin di wilayah-wilayah tersebut, sehingga memungkinkan

banyak terbentuk debu terbang.

Namun hasil pengukuran tersebut belum bisa dikatakan representatif karena

hanya dilakukan pengukuran sesaat, untuk hasil yang lebih baik dan bisa

dijadikan bahan monitoring juga evaluasi, perlu dilakukan pengukuran secara

kontinyu dengan pemasangan alat telemeter/station monitoring pengukuran

udara yang ditempatkan di:

1. Persimpangan jalan raya, ditujukan untuk sumber emisi bergerak (Non Point

Source).

2. + 1 Km dari sumber emisi tidak bergerak (Point Source).

Page 27: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

22

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

E. Laut, Pesisir dan Pantai

Tekstur tanah di pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar tergolong

kelas pasir berlempung, sehingga rentan abrasi, karena ukuran partikelnya yang

kecil mudah terbawa oleh arus laut. Hanya sebagian kecil daerah yang memiliki

tekstur berkelas pasir, yakni Pantai Pakisjaya, sehingga Pantai Pakisjaya ini lebih

tahan abrasi, namun sebaliknya sering terjadi akresi.

Tabel II.3 Hasil Analisis Komposisi Tanah di Pesisir Pantai Karawang Tahun 2008

No. Pantai Pasir

(%)

Debu

(%)

Liat

(%) Kelas Tekstur

1. Pakisjaya 94,95 0,32 4,74 Pasir

2. Cibuaya 82,73 5,82 11,45 Pasir berlempung

3. Cilebar 87,29 2,55 10,16 Pasir berlempung

4. Cilamaya Kulon 81,29 4,74 13,96 Pasir berlempung

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup, Pertambangan dan Energi Kabupaten Karawang, 2008

Sebagian besar tekstur tanah di pantai Kabupaten Karawang, seperti

terlihat pada peta di bawah ini, tersusun dari sedimen lumpur yang mempunyai

ukuran partikel paling kecil, yakni <2μm. Hanya sebagian kecil daerah yang

memiliki struktur pasir atau lanau (ukuran partikel >2μm), yaitu sebagian

Kecamatan Pakisjaya dan sebagian Kecamatan Cilamaya Wetan. Semakin kecil

ukuran partikel tanah semakin mudah pula terbawa oleh arus laut. Hal ini terbukti

bahwa daerah-daerah pesisir di Kecamatan Cibuaya, Pedes, Cilebar dan

Tempuran yang memiliki tekstur tanah bersedimen lumpur memiliki tingkat abrasi

yang lebih tinggi dibandingkan pantai lainnya.

Jika dilihat dari bentuk topografi setiap lokasi pantai, hanya Pantai

Pakisjaya saja yang mengindikasikan bentuk pantai yang relatif tahan terhadap

abrasi. Terbukti dari bentuk topografinya yang masih memperlihatkan bentuk

yang menanjak dari bibir pantai ke daratan dan tidak memperlihatkan adanya

indikasi bekas kikisan abrasi.

Lain halnya dengan Pantai Cibuaya, Cilebar dan Cilamaya Kulon. Ketiga

pantai tersebut memperlihatkan bentuk topografi yang menurun dan cenderung

terlihat datar. Ini membuktikan bahwa pantai-pantai tersebut telah terkena

dampak abrasi, sehingga sebagian sedimen pantainya hilang terkikis ombak.

Page 28: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

23

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

Di kawasan pesisir dan laut Kabupaten Karawang terdapat banyak

sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, di antaranya

sumber daya hutan mangrove, sumber daya terumbu karang, sumber daya

perikanan laut dan sumber daya perikanan tambak.

1. Sumber daya terumbu karang

Ekosistem terumbu karang adalah lingkungan hidup di dasar laut yang

komunitasnya didominasi oleh karang batu, di mana kehidupan di dalam

komunitas ini saling berkaitan. Terumbu karang merupakan struktur kehidupan

yang terbentuk dari koloni ribuan hewan kecil halus yang disebut polip karang

yang hidup bersimbiosis dengan tumbuhan mikroalgae yang dinamakan

Zooxhantella yang berfotosintesis dan menghasilkan sisa metabolisme berupa

substrat kapur kalsium karbonat secara stabil dan terus menerus.

Laju pertumbuhan terumbu karang tergolong sangat lambat sekitar 1-6

cm/tahun. Terumbu karang tersebar di perairan tropis antara 30°LS-30°LU pada

suhu perairan hangat sekitar 18-34°C (optimalnya 26-30°C) dengan dasar keras,

berarus, memiliki derajat keasaman normal, salinitas tinggi 32-35‰ dan

kecerahan atau kejernihan tinggi.

Jenis terumbu karang sangat banyak sekali, di antaranya Porifera,

Acropora, Millepora, Heliopora, Halimeda, Coelenterata, Bryozoa, Tunicata, dan

lain-lain. Berdasarkan sifat kekerasannya, terumbu karang terbagi menjadi

terumbu karang keras (coral massive), agak keras (coral submassive) dan lunak

(soft coral). Sedangkan berdasarkan karakteristiknya, biota terumbu karang ada

yang berenda (lace coral), bercabang (coral branching), berongga (sponge,

ascidian), bertanduk (gorgonian), berbentuk lembaran (acropora tabulate),

berbentuk jari (acropora digitate), berbentuk seperti kerak (coral encrusting), dan

masih banyak lagi.

Potensi terumbu karang di Kabupaten Karawang tergolong kecil. Yang

masih bisa diamati adalah terumbu karang di lepas pantai Pasir Putih Kecamatan

Cilamaya Kulon. Luas terumbu karang diperkirakan sebesar 1.878 Ha di mana

separuh luasan kondisinya sudah rusak berat. Potensi terumbu karang ini

terletak pada jarak kurang lebih 2-4 mil laut dan kedalaman 3-8 meter. Jenis

terumbu karang yang dijumpai di daerah ini adalah Acropora dan Porifera

(sponge) yang membentuk gugusan gosong terumbu karang (patch reef).

Page 29: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

24

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

Potensi lainnya terdapat di sekitar pantai Ciparage Kecamatan Tempuran

seluas 131,4 Ha dan pantai Desa Sukajaya Kecamatan Cilamaya Kulon seluas

82,07 Ha. Kondisi terumbu karang di kedua lokasi tersebut sudah rusak berat

(mati).

2. Sumberdaya Hutan Mangrove

Tumbuhan yang hidup di hutan terdiri dari berbagai macam jenis

tergantung dari jenis tekstur tanah dan kondisi iklim tempat tumbuhan itu hidup.

Tumbuhan yang hidup di daerah pegunungan belum tentu sama dengan

tumbuhan yang hidup di daerah pesisir pantai. Mangrove (bakau, api-api dan

sejenisnya) adalah vegetasi khas di daerah pesisir pantai. Jenis-jenis tumbuhan

mangrove yang ada di Kabupaten Karawang adalah Rhizopora apicullata,

Rhizopora mucronata, Avicennia marina, Sonneratia alba dan Lumnitzera

racemoza. Selain itu ada pula jenis Pinus merkusii, Cocos nucifera,

Dolichandrone spathacea, Acrostichum aurecum dan Acanthus ilicifoleus.

Mangrove adalah vegetasi tropis yang sangat berperan dalam menjaga

pantai dari abrasi (pengikisan) dan akresi (pendangkalan). Akar mangrove

mempunyai andil besar dalam memperkuat kestabilan volume sedimen pantai,

sehingga volumenya tidak berkurang ataupun bertambah. Mangrove bukan

hanya penting sebagai pencegah abrasi dan akresi, tetapi juga merupakan

ekosistem yang sangat penting bagi sumber daya hayati perairan estuari dan

perairan laut. Organisme pesisir dan laut menggunakan mangrove sebagai

tempat penetasan (spawning area) dan tempat pertumbuhan (nursery area)

untuk anak-anak (juvenile) mereka sehingga keberadaan ekosistem mangrove

sangat penting bagi kelestarian sumber daya hayati laut itu sendiri.

Mangrove dapat tumbuh subur di wilayah pesisir Karawang. Wilayah

pesisir Karawang memiliki banyak muara sungai, sehingga memiliki karakteristik

sedimen pantai berlumpur-pasir. Perairan yang kaya unsur hara dari aliran muara

sungai dan substrat yang berpasir-lumpur ini merupakan kondisi lingkungan yang

mendukung untuk tumbuh suburnya vegetasi mangrove.

Hutan mangrove di Kabupaten Karawang tersebar di sembilan kecamatan,

yaitu Kecamatan Pakisjaya, Batujaya, Tirtajaya, Cibuaya, Pedes, Cilebar,

Tempuran, Cilamaya Kulon dan Cilamaya Wetan. Namun potensi koloni hutan

mangrove yang terbesar ada di Kecamatan Tirtajaya, Cibuaya, Cilebar dan

Page 30: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

25

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

Cilamaya. Sedangkan di kecamatan-kecamatan lainnya hanya bersifat setempat

dengan jumlah pohon yang tinggal hanya beberapa batang saja. Mengingat

mangrove lebih cocok tumbuh di tanah yang berpasir-lumpur, khusus di daerah

Pakisjaya yang struktur tanahnya hanya berpasir dan tidak berlumpur, vegetasi

didominasi oleh tanaman pakis atau Pinus merkusii, bukan oleh tanaman

mangrove.

Tabel II.4 Potensi Hutan Mangrove di Kabupaten Karawang

No. Kecamatan Desa Luas Desa (Ha)

Panjang Garis Pantai

(km)

Luas Hutan Mangrove

(Ha)

1. Pakisjaya Tanjungpakis 1.828 11,25 80

2. Batujaya Segarjaya 1.626 2,25 50

3. Tirtajaya Tambaksari 2.475 6 515

4. Cibuaya Sedari 2.518 12 2.238

Cemarajaya 1.031 8 1.058

5. Pedes Sungaibuntu 996 4,5 325

6. Cilebar Pusakajaya Utara 866 6,3 200

Mekarpohaci 872 2,25 140

7. Tempuran Tanjungjaya 1.008 1,7 175

Sumberjaya 686 0,6 100

Cikuntul 547 0,8 250

Tempuran 479 1 0

Ciparagejaya 480 2,5 175

8. Cilamaya Kulon

Pasirjaya 862 0,9 50

Sukajaya 620 3,6 5

9. Cilamaya Wetan

Sukakerta 732 1 15

Rawagempol Kulon 548 1,7 20

Muara baru 738 4,5 250

Muara 1.569 2,8 453

Jumlah 20.481 73,65 6.099 Sumber: Dinas PKP Kabupaten Karawang

F. Iklim

Kabupaten Karawang mempunyai suhu udara rata-rata tahunan sebesar

27oC dengan tekanan udara rata-rata 0,01 milibar, penyinaran matahari 66% dan

kelembaban nisbi 80%. Pada bulan Januari sampai April bertiup angin Muson

Laut dan sekitar bulan Juni bertiup angin Muson Tenggara. Kecepatan angin

antara 30-35 km/jam, lamanya tiupan angin rata-rata 5-7 jam.

Rata-rata curah hujan di Kabupaten Karawang dari tahun ke tahun dalam

lima tahun terakhir dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 masing-masing

curah hujan rata-rata per tahunnya sebesar 2.534 mm, 1.722 mm, 1.512 mm,

Page 31: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

26

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

1.556 mm dan 1.895 mm (gambar 2.4). Kondisi ini erat kaitannya dengan

perubahan iklim global dan tidak menutup kemungkinan pula untuk Kabupaten

Karawang sendiri sedikitnya keadaan ini diakibatkan oleh kegiatan industri,

penambahan jumlah transportasi, dan lainnya.

Apabila curah hujan mempunyai kecenderungan menurun tiap tahunnya,

maka dapat mengakibatkan dampak yang cukup besar bagi kegiatan pertanian,

perikanan, dan sektor lainnya serta keberadaan cadangan air dapat ikut

berkurang juga.

Gambar 2.4 Grafik Rata-Rata Curah Hujan Tahunan 2005-2008

Berdasarkan data curah hujan tahun 2009 (Buku Data, Tabel SD-22), bulan

Januari merupakan bulan yang tingkat curah hujannya tertinggi yaitu 8.143 mm,

sedangkan tingkat curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus 2009,

dimana tidak terjadi hujan sama sekali (data sampai dengan bulan Oktober

2009). Rata-rata curah hujan per tahun 1.895 mm.

G. Bencana Alam

Suatu kejadian alam dikatakan sebagai bencana (disaster) apabila

mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda,

kerusakan lingkungan, kerusakan sarana, prasarana, dan utilitas umum serta

menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan masyarakat.

Karakteristik lahan yang berada di Kabupaten Karawang sebagian besar

berupa lahan persawahan yang mencapai 53% menjadi salah satu alasan sering

terjadinya banjir dan kekeringan. Pada saat musim hujan air berlimpah, namun

kondisi tanah yang berupa persawahan yang ditunjang oleh kontur tanah yang

2.534

1.722 1.512 1.556

1895

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

2005 2006 2007 2008 2009

Cu

rah

Hu

jan

(m

m/t

ah

un

)

Page 32: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

27

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

datar menyebabkan air mudah tergenang. Sedangkan pada musim kemarau,

cadangan air tidak tersedia. Hal ini lah yang menyebabkan daerah-daerah yang

sebagian besar daerahnya berupa lahan persawahan termasuk Karawang kerap

mengalami bencana banjir dan kekeringan.

Berdasarkan data survey potensi desa tahun 2008 oleh BPS Kabupaten

Karawang, dalam 3 tahun terakhir, bencana alam yang terjadi di wilayah

Kabupaten Karawang antara lain; tanah longsor (13 kali kejadian), banjir (167),

banjir bandang (3), Gempa Bumi (0), gelombang pasang (7), angin puting beliung

(100) dan kebakaran hutan (5) (Buku Data, Tabel BA-1.a).

Gambar 2.5 Grafik Jumlah dan Jenis Bencana Alam Kabupaten Karawang

Dalam Kurun Waktu 3 Tahun Terakhir

1. Bencana Banjir

Bencana banjir terjadi di Karawang pada tahun 2009 yang melanda 20

wilayah kecamatan. Banjir tersebut merusak areal persawahan, tambak,

permukiman, bangunan sekolah, sarana ibadah, serta infrastuktur jalan dan

pengairan. Lahan persawahan dan persamaian warga yang terkena banjir

dengan luas genangan mencapai 21.071 Ha, tambak air payau dan air tawar 966

ha, bangunan sekolah 76 unit, sarana ibadah 39 unit, dan permukiman 24.770

unit. Sementara itu, kerusakan infrastruktur jalan mencapai 133,625 kilometer

dan infra struktur pengairan 1.163 meter, serta menneggelamkan setidaknya

mencapai 28.945 rumah.

Selain disebabkan oleh intensitas curah hujan yang tinggi, juga disebabkan

meluapnya Sungai Citarum dan Cibeet. Kondisi Sungai Citarum saat ini

mengalami pendangkalan, sedangkan Sungai Cibeet merupakan sungai alam

yang merupakan aliran sungai dari wilayah Bogor dan Cianjur yang bermuara di

4%

57%

1% 0%

2%

34%

2% Tanah Longsor

Banjir

Banjir Bandang

Gempa Bumi

Gelombang Pasang

Puting Beliung

Kebakaran Hutan

Page 33: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

28

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

Sungai Citarum yang saat ini penataannya masih kurang diperhatikan. Kondisi itu

diperparah oleh jebolnya tanggul Sungai Citarum di beberapa tempat, antara lain

di Kampung Tangkil, Desa Kutaampel, Kecamatan Batujaya, dan Kampung

Kaceot, Desa Tunggak Jati, Kecamatan Karawang Barat.

Selain di sekitar daerah aliran Sungai Citarum dan Sungai Cibeet, wilayah

pesisir utara Kabupaten Karawang juga rawan banjir, seperti Cilamaya Wetan,

Cilamaya Kulon, Tempuran, Pedes, Cilebar, Batujaya, Jayakerta, dan Pakisjaya.

Sebanyak 19 kecamatan dari total 30 kecamatan di Kabupaten Karawang

yang dilanda banjir diantaranya adalah Kecamatan Cilebar, Jatisari, Karawang

Barat, Purwasari, Pakisjaya, Telagasari, Rengasdengklok, Pangkalan, Cilamaya

Wetan, Tirtajaya, Tempuran, Cikampek, Telukjambe Timur, Telukjambe Barat,

Rawamerta, Pedes, Batujaya, Tirtamulya, dan Cibuaya.

Di Kecamatan Cilebar, banjir merendam 325 rumah, 3.102 ha areal

persawahan, 10 ha areal tambak, dan 1519 jiwa yang tercatat di 375 KK. Di

Kecamatan Jatisari, banjir merendam 68 rumah, 30 hektar sawah, dan 218 jiwa

di 71 KK, di Kecamatan Karawang Barat merendam 968 jiwa yang terdapat di

1279 KK, sementara di Kecamatan Purwasari luas areal persawahan yang

terendam mencapai 50 ha.

Di Kecamatan Pakisjaya, banjir merendam 218 ha sawah, dan 1424 ha

tambak, Kecamatan Telagasari merendam 113,5 ha persawahan, di Kecamatan

Rengasdengklok merendam 2.550 rumah dan ribuan hektar areal persawahan,

sementara di Kecamatan Pangkalan banjir telah merendam sekitar 52 rumah,

serta 337 ha areal persawahan.

Untuk Kecamatan Cilamaya Wetan banjir merendam 1182 rumah dan

ribuan hektar areal persawahan, Kecamatan Tirtajaya merendam 578 rumah,

486 ha areal persawahan dan 285 ha tambak, Kecamatan Cikampek, merendam

50 rumah, 2 ha persawahan, dan 4 ha tambak, serta di Kecamatan Telukjambe

Timur merendam 408 ha areal sawah.

Sementara itu, banjir di Kecamatan Tempuran merendam 1.016 rumah dan

267 ha tambak, di Kecamatan Rawamerta merendam 406 rumah, 97,3 ha sawah

dan 10 ha tambak, Kecamatan Pedes merendam 603 rumah, 356 ha sawah, dan

sembilan ha tambak, sedangkan di Kecamatan Telukjambe Barat merendam

2.126 rumah (4.497 jiwa).

Page 34: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

29

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

Gambar 2.6 Wilayah Banjir Kabupaten Karawang Tahun 2009

Kec. Jatisari: merendam 68 rumah, 30 ha sawah, dan 218 jiwa di 71 KK

Kec.Karawang Barat : banjir merendam 968 jiwa yang

terdapat di 1279 KK

Kec. Purwasari: areal persawahan terendam 50 ha

Kec. Telagasari merendam 113,5 Ha persawahan

Kec. Rengasdengklok merendam 2.550 rumah dan ribuan

ha sawah

Kec. Pangkalan merendam sekitar 52 rumah, serta 337 ha areal sawah

Kec. Cilamaya Wetan merendam 1182 rumah dan ribuan ha sawah

Kec. Cikampek merendam 50 rumah, 2 ha sawah, dan 4 ha tambak

Kec. Telukjambe Timur merendam 408 ha sawah

Kec. Tempuran: merendam 1016 rumah dan 267

ha tambak

Kec. Rawamerta merendam 406 rumah, 97,3 ha sawah dan 10 ha tambak

Kec. Cilebar: merendam 325 rumah, 3.102 ha areal sawah, 10 ha areal tambak, dan 1519 jiwa yang tercatat di 375 KK.

Kec. Pakisjaya: banjir merendam 218 hektare sawah, dan 1424

hektare tambak

Kec. Tirtajaya : 578 rumah, 486 ha sawah, 285 ha tambak

Kec. Pedes merendam 603 rumah, 356 ha sawah, dan 9 ha

tambak

Kec. Telukjambe Barat merendam 2126 rumah (4.497 jiwa)

Page 35: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

30.a

2. Bencana Tanah Longsor

Bencana longsor besar pernah terjadi di Karawang pada tahun 2009 yakni

di desa Kutamaneuh dan desa Cintawargi, yang keduanya berada di wilayah

Kecamatan Pangkalan. Bencana tanah longsor ini biasanya terjadi di wilayah

yang memiliki tekstur tanah berbukit, seperti Kecamatan Pangkalan, Tegalwaru,

Telukjambe Timur, Telukjambe Barat dan Ciampel. Penyebab longsor ini adalah

kondisi tanah yang labil, berkurangnya pohon-pohon penyangga, serta curah

hujan yang tinggi.

3. Gelombang Pasang (Rob)

Gelombang pasang (Rob) juga sering terjadi di Kabupaten Karawang, yaitu

di 25 desa yang ada di sepanjang pantai, yang tersebar di 9 kecamatan, yakni

Kecamatan Pakisjaya, Batujaya, Tirtajaya, Cibuaya, Pedes, Cilebar, Tempuran,

Cilamaya Kulon dan Cilamaya Wetan. Air pasang ini disebabkan oleh semakin

tingginya tingkat abrasi pantai yang terjadi di daerah pesisir.

Rusaknya hutan bakau yang berfungsi sebagai pemecah dan penahan

gelombang yang oleh masyarakat sekitar turut memberi andil seringnya terjadi air

pasang. Hutan bakau yang pada dasarnya terjadi secara alamiah, namun

seringkali dialihfungsikan menjadi areal tambak atau persawahan.

4. Kekeringan

Dengan semakin berkurangnya jumlah areal yang ditutupi oleh vegetasi

yang dapat menyerap air, kualitas sumber daya tanah untuk konservasi air

menurun. Pada musim kemarau, cadangan sumber air tanah menjadi berkurang

dan lama-kelamaan bisa terjadi kekeringan. Beberapa daerah di Kabupaten

Karawang mengalami kekeringan di musim kemarau panjang.

Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Kehutanan pada Tahun 2008, luas

wilayah di Kabupaten Karawang yang mengalami kekeringan adalah 2.984 Ha,

tersebar di 6 kecamatan, yaitu; Kecamatan Tegalwaru (947 Ha),

Rengasdengklok (842 Ha), Pakisjaya (525 Ha), Telukjambe Timur (375 Ha),

Ciampel (250 Ha) dan Kutawaluya (45 Ha) (Buku Data, Tabel BA-2.a).

Page 36: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

31

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN

A. Kependudukan

1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan

Luas Kabupaten Karawang mencapai 1.753,27 km2, yang terdiri dari 30

kecamatan, 297 desa dan 12 kelurahan. Kecamatan terluas adalah Kecamatan

Ciampel dengan luas 110,13 km2, sedangkan kecamatan tersempit adalah

kecamatan Karawang Timur dengan luas 29,77 km2.

Jumlah penduduk di Karawang berdasarkan data Karawang Dalam Angka

Tahun 2009 (sampai dengan September 2009) adalah 2.094.408 jiwa, dengan

jumlah penduduk terbanyak di kecamatan Karawang Barat yaitu 156.660 jiwa,

sedangkan jumlah penduduk terkecil di kecamatan Tegalwaru yaitu 36.171 jiwa.

Rata-rata jumlah penduduk per kecamatan adalah 69.814 jiwa.

Dibandingkan dengan data jumlah penduduk tahun sebelumnya, terjadi

pertumbuhan penduduk sebanyak 38.899 jiwa (1,86%), dengan rata

pertumbuhan penduduk per kecamatannya yaitu 1.297 jiwa. Jumlah

pertumbuhan terbanyak di kecamatan Pangkalan yaitu 2.912 jiwa, sedangkan

pertumbuhan terkecil di kecamatan Ciampel yaitu 626 jiwa.

Gambar 3.1 Grafik Perbandingan Jumlah Penduduk Kabupaten Karawang 2004-2009*

1.934

1.972

2.015

2.051

2.082 2.094

1.850

1.900

1.950

2.000

2.050

2.100

2.150

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Ju

mla

h P

en

du

du

k (

Rib

u J

iwa)

Tahun

Page 37: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

32

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

Kecamatan Karawang Barat merupakan kecamatan terpadat dengan

tingkat kepadatan penduduk mencapai 4.651 jiwa/km2, sedangkan kecamatan

Ciampel merupakan kecamatan yang tingkat kepadatannya paling rendah, yaitu

332 jiwa/km2. 3 kecamatan terpadat lainnya yaitu kecamatan Kotabaru,

Rengasdengklok dan Karawang Timur (Buku Data, Tabel DE-1).

Selain karena Kabupaten Karawang merupakan salah satu pengembangan

daerah industri, jarak dari ibukota yang cukup dekat dan tingginya aktivitas

masyarakat di berbagai sektor seperti perdagangan, pertanian, industri kecil dan

lainnya juga menyebabkan tingkat kepadatan penduduk dan laju pertumbuhan

penduduknya cukup tinggi.

* Sumber: Karawang dalam Angka tahun 2009 (s.d. September 2009)

Gambar 3.2 Grafik Penduduk Kabupaten Karawang Tahun 2009* Menurut Jenis Kelamin

2. Penduduk Menurut Usia dan Pendidikan

Jumlah penduduk laki-laki terbanyak adalah pada kisaran usia 15-44 tahun

dengan jumlah 542.234 jiwa (51,1%), sedangkan terkecil adalah pada kisaran

usia < 1 tahun, dengan jumlah 27.894 jiwa (2,6%) (Buku Data, Tabel DE-2).

Berdasarkan data tersebut kelompok usia balita laki-laki (usia <1 tahun dan 1-5

tahun) sebanyak 121.258 atau sekitar 11,4% dari jumlah penduduk laki-laki.

-

20

40

60

80

100

120

140

160

BS

R

BJY

CP

L

CB

Y

CK

P

CK

L

CW

T

CL

B

JT

S

JY

K

KB

R

KT

M

KL

R

KT

B

KT

W LA

MJL

PK

J

PK

L

PD

S

PW

S

RW

M

RS

D

TG

W

TL

G

TJB

TJT

TM

P

TT

J

TT

M

29 39

18 26

51

34 42

22 37 33

79

49

67 53

29 33 20 19 19

38 29 27

54

18 34

24

48 33 34

24

28

40

18

25

50

33

41

21

35 32

78

47

65

51

28 32

19 19 18

36

29 25

53

18

33

23

47

32 34

23

Ju

mla

h P

en

du

du

k (

rib

u j

iwa)

Kecamatan

Laki-laki Perempuan

Page 38: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

33

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

Jumlah penduduk perempuan terbanyak adalah pada kisaran usia 15-44

tahun dengan jumlah 542.184 jiwa (52,5%), sedangkan terkecil adalah pada

kisaran usia < 1 tahun, dengan jumlah 28.463 jiwa (2,8%) (Buku Data, Tabel DE-

3). Berdasarkan data tersebut kelompok usia balita laki-laki (usia <1 tahun dan 1-

5 tahun) sebanyak 112.885 atau sekitar 10,9% dari jumlah penduduk

perempuan.

Gambar 3.3 Grafik Komposisi Penduduk Laki-Laki dan Perempuan Menurut Kelompok Usia di

Kabupaten Karawang Tahun 2009*

Jumlah rumah tangga di wilayah pesisir laut ada 140.505 rumah tangga

dengen jumlah jiwa sebanyak 568.173 jiwa, dengan jumlah rumah tangga

terbanyak di Kec. Cilamaya Wetan 20.766 rumah tangga dan terkecil di Kec.

Pakisjaya 9.395 rumah tangga.

Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan indikator yang menunjukkan

partisipasi Sekolah penduduk yang bersekolah. Hasil SIPM 2008

menginformasikan bahwa APS penduduk usia 7-12 tahun (setara dengan

pendidikan SD) sebesar 97,24%. Artinya dari seluruh penduduk usia 7-12

tahun, yang masih bersekolah pada tingkat pendidikan SD sebesar

97,24%, sedangkan sisanya ada yang tidak/belum bersekolah dan yang

sudah tidak bersekolah lagi.

APS kelompok penduduk usia 13-15 tahun (setara dengan pendidikan

SLTP) sebesar 79,55% dan pada kelompok penduduk usia 16-18 tahun

(setara dengan pendidikan SLTA) mencapai 36,72%. Semakin ke level

3%

9%

18%

51%

15%

4%

Komposisi Penduduk Laki-laki Menurut Kelompok Usia

<1 th

1-4 th

5-14 th

15-44 th

45-64 th

≥ 65 th

3%

8%

17%

52%

15%

5%

Komposisi Penduduk Perempuan Menurut Kelompok Usia

<1 th

1-4 th

5-14 th

15-44 th

45-64 th

≥ 65 th

Page 39: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

34

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

pendidikan yang lebih tinggi, persentase yang bersekolah akan mengalami

kecenderungan menurun karena penduduk masih berfokus untuk

menamatkan pendidikan dasar. Hal itu terlihat untuk APS kelompok umur

16-18 tahun yang setara SLTA terjadi penurunan dari tahun sebelumnya.

Tahun 2007 APS kelompok umur ini masih sebesar 37,69% dan ditahun 2008

menjadi 36,72%, artinya terjadi penurunan hingga 0,97 poin.

Dilihat berdasarkan jenis kelamin, secara umum APS laki-laki lebih tinggi

daripada perempuan. Hasil SIPM 2008 menunjukkan untuk kelompok usia

7-12 tahun (setara dengan pendidikan SD), APS laki-laki 97,49%, lebih tinggi

dari APS perempuan yang hanya 96,97%. dan pada kelompok usia 16-18

tahun (setara dengan pendidikan SLTA), APS laki-laki 37,74% sedangkan APS

perempuan 35,47%. Pada kelompok usia 13-15 tahun, APS perempuan

79,80% sedikit lebih tinggi dibanding APS laki-laki yang hanya 79,32%.

3. Migrasi

Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sampai dengan

Desember 2009, tercatat jumlah penduduk pendatang yang masuk ke Kabupaten

Karawang sebanyak 3.026 orang, terdiri dari 1.633 pendatang laki-laki dan 1.393

pendatang perempuan (Buku Data, Tabel DE-4).

Jumlah pendatang terbanyak berada di kecamatan Klari, yaitu sebanyak

1.729 orang, sedangkan jumlah pendatang paling sedikit di kecamatan Pakisjaya

yaitu 1 orang.

Faktor yang mempengaruhi jumlah pendatang yang masuk, diantaranya

adalah kesempatan kerja yang cukup terbuka di perusahaan/industri dan pusat

perdagangan yang ada di wilayah Kabupaten Karawang. Hal ini dapat terlihat

dari jumlah pendatang yang umumnya berdomisili di kecamatan-kecamatan yang

banyak terdapat perusahaan/industri, seperti; Kecamatan Klari (1.729 orang),

Ciampel (172 orang), Telukjambe Timur (166 orang), Karawang Barat (133

orang), Cikampek (111 orang) dan Karawang Timur (110 orang).

Sementara itu, jumlah penduduk yang pindah ke luar wilayah Karawang,

tercatat sebanyak 1.244 orang, yang terdiri laki-laki sebnayak 683 orang dan

perempuan sebanyak 561 orang.

Jumlah penduduk yang pindah terbanyak berasal dari Kecamatan

Karawang Barat (178 orang), Telukjambe Timur (132 orang), dan Klari (125

Page 40: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

35

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

orang). Sedangkan jumlah penduduk paling sedikit berasal dari kecamatan

Pakisjaya, dimana tidak tercatat penduduk yang pindah.

Rata-rata angka migrasi tahun 2009, yaitu angka datang penduduk laki-laki

54 orang, angka datang penduduk perempuan 46 orang, angka pindah penduduk

laki-laki 23 orang dan angka pindah penduduk perempuan 19 orang.

Gambar 3.4 Grafik Perbandingan Jumlah Penduduk Datang dan Pindah Tahun 2009

4. Penduduk di Wilayah Pesisir

Sampai dengan saat ini, Kabupaten Karawang memiliki 9 Kecamatan (100

desa) yang secara langsung lokasinya berdekatan dengan laut dan pesisir (Buku

Data, Tabel DE-5). Jumlah penduduk yang berada di wilayah laut pesisir, tercatat

568.173 jiwa (140.505 rumah tangga), yang tersebar di 9 kecamatan, dengan

rata-rata jumlah penduduk masing-masing kecamatan sebanyak 63.130 jiwa.

Jumlah penduduk wilayah laut dan pesisir terbanyak terdapat di kecamatan

Cilamaya Wetan (82.650 jiwa), sedangkan yang paling sedikit penduduknya di

Kecamatan Pakisjaya (38.540 jiwa).

Gambar 3.5

Grafik Jumlah Penduduk per Kecamatan di Wilayah Laut dan Pesisir

1633

683

1393

561

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

Datang Pindah

Perempuan

Laki-laki

79

51

66

83

43 39

74 65 68

-

20

40

60

80

100

BTJ CBY CLK CLW CLB PKJ PDS TMP TTJ (Ju

mla

h P

en

du

du

k (

rib

u j

iwa)

Kecamatan

Page 41: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

36

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

65

49

22 18

11 6

3 2

26

3 1 - 0

10

20

30

40

50

60

70

Karawang Barat Klari Ciampel Majalaya

SD

SLTP

SLTA

5. Jumlah Sekolah dan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan data BPS dalam Karawang Dalam Angka Tahun 2009, jumlah

sekolah yang ada di Kabupaten Karawang sebanyak 1.219 unit, yang terdiri dari

127 Unit SD, 106 unit SLTP dan 86 unit SLTA, termasuk didalamnya sekolah

pemerintah maupun sekolah swasta (Buku Data, Tabel DS-5).

Jumlah sekolah yang paling banyak terdapat di kecamatan Karawang Barat

(102 unit; 65 unit SD, 11 unit SLTP, dan 26 unit SLTA), sedangkan jumlah paling

sedikit terdapat di kecamatan Majalaya (20 unit; 18 unit SD, 2 unit SLTP).

Dari 30 kecamatan, belum terdapat sekolah setingkat SLTA di 9

Kecamatan, antara lain; Kecamatan Banyusari, Cibuaya, Cilamaya Kulon,

Cilebar, Majalaya, Rawamerta, Rengasdengklok, Tegalwaru, dan Tirtajaya.

Gambar 3.6 Grafik Jumlah Unit Sekolah per Kecamatan Tertinggi dan Terendah

Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan tertinggi dengan pendidikan

tertinggi SD yaitu sebanyak 723.960 jiwa. Jumlah penduduk dengan tingkat

pendidikan SLTP tertinggi yaitu sebanyak 251.213 jiwa. Jumlah penduduk

dengan tingkat pendidikan tertinggi SLTA yaitu sebanyak 237.972 jiwa. Jumlah

penduduk dengan tingkat pendidikan tertinggi Diploma yaitu sebanyak 26.585

jiwa. Jumlah penduduk dengan tingkat pendidikan tertinggi Sarjana yaitu

sebanyak 13.213 jiwa. Jumlah penduduk dengan tingkat pendidikan tertinggi

Pascasarjana yaitu sebanyak 1.011 jiwa dan jumlah penduduk dengan tingkat

pendidikan tertinggi Doktor (S-3) yaitu sebanyak 721 jiwa.

Page 42: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

37

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

Tidak Tamat SDSDSLTPSLTADiplomaS1S2S3

Gambar 3.7 Grafik Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Berdasarkan Survei Indikator Pembangunan Manusia 2008,

sebagian besar penduduk usia 10 tahun ke atas di Kabupaten Karawang

berpendidikan kurang atau sama dengan SD sebanyak 66,34% (1.119.557

jiwa). Dari jumlah tersebut kebanyakan perempuan yaitu mencapai

70,21% dibandingkan laki-laki yang mencapai 62,53%. Dan dari tabel

tersebut juga terlihat hanya sebesar 17,94% penduduk usia 10 tahun ke atas

yang telah bisa menamatkan program wajib belajar pend id ikan dasar 9

tahun. Sedangkan penduduk yang memil ik i i j azah

Diploma/Universitas hanya mencapai 3,02%.

Sumber yang sama menunjukkan persentase penduduk 10 tahun ke

atas yang tamat SMU/SMK sebesar 12,70%, dan sebanyak 3,02% mampu

menamatkan pendidikan hingga perguruan tinggi (Akademi/Perguruan Tinggi).

Sebagai ilustrasi, dari setiap 1.000 orang penduduk 10 tahun ke atas di

Karawang, 30 orang di antaranya ternyata berkesempatan menyelesaikan

pendidikan tingginya di berbagai level pendidikan antara lain Diploma I, II,

Akademi, Sarjana, Doktor, hingga program Master.

Peningkatan persentase penduduk yang menyelesaikan SLTA ke atas

menunjukkan animo masyarakat terhadap peningkatan kemampuan sumber

daya manusia semakin baik. Disamping realisasi pembangunan sarana

dan prasarana penunjang pendidikan yang lambat lawn terlihat hasilnya. Meski

demikian wacana, yang mengemuka di tengah masyarakat dan banyak

dikeluhkan adalah biaya pendidikan yang semakin tinggi dan semakin sulit

dijangkau oleh sebagian masyarakat Karawang. Apalagi pada jenjang pendidikan

tinggi. Setiap keluarga mau t idak mau harus memil ik i dukungan

Page 43: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

38

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

f inans ia l yang cukup agar mampu menyekolahkan anak-anak hingga

level sarjana. Hal ini pula yang mungkin memicu keengganan keluarga untuk

menyekolahkan perempuan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Terlihat dari data SIPM08 bahwa perempuan yang telah menamatkan

pendidikannya hingga jenjang SLTA ke atas hanya mencapai 9,81% jauh

lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki yang mencapai 15,54%. Sayangnya,

bila tidak dicermati secara series dan komprehensif antara pemerintah,

sektor terkait dan lembaga penyelenggara pendidikan, maka tidak mustahil

pendidikan hanya akan menjadi angan-angan saja. Pendidikan tinggi

merupakan sesuatu hal yang tidak tersentuh dan hanya mampu dinikmati

oleh sebagian kecil masyarakat yang berkemampuan secara ekonomi.

Tingkat pendidikan laki-laki Karawang lebih tinggi dibanding dengan tingkat

pendidikan perempuan. Persentase penduduk perempuan yang sekolah

menumpuk pada jenjang SLTP ke bawah sebanyak 87,75%, sedangkan

laki- laki yang menamatkan pendidikan SLTP ke bawah sebanyak

80,85%. Sosialisasi bahwa pendidikan itu penting baik bagi laki-laki maupun

perempuan perlu terus disuarakan. Tingkat pendidikan menentukan daya

saing dalam menentukan pekerjaan.

Pekerjaan sangat berpengaruh pada pendapatan. Pendapatan

berpengaruh terhadap daya beli masyarakat dan keterjangkauan terhadap

pelayanan kesehatan. Selain itu pendidikan yang rendah sangat

berpengaruh terhadap rendahnya pemahaman masyarakat akan informasi

kesehatan serta pembetukan perilaku sehat. Dengan meningkatnya tingkat

pendidikan penduduk berarti meningkat pula kualitas SDMnya.

B. Permukiman

1. Jumlah Rumah Tangga dan Kondisinya

Berdasarkan data Karawang Dalam Angka Tahun 2009, jumlah rumah

tangga seluruhnya di Kabupaten Karawang yaitu 512.728 rumah tangga, dengan

rata-rata jumlah rumah tangga per kecamatan 17.291 rumah tangga. Jumlah

rumah tangga terbanyak adalah di kecamatan Karawang Barat yaitu sebanyak

34.507 rumah tangga, sedangkan jumlah rumah tangga paling sedikit adalah di

kecamatan Ciampel yaitu 9.291 rumah tangga.

Page 44: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

39

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

Jumlah rumah tangga miskin tercatat sebanyak 166.772 rumah tangga

atau sekitar 32,2% dari jumlah rumah tangga yang ada. Jumlah rumah tangga

miskin terbanyak terdapat di kecamatan Cilamaya Wetan, yaitu 11.032 rumah

tangga, sedangkan yang paling sedikit terdapat di kecamatan Telukjambe Barat,

yaitu 930 rumah tangga.

Berdasarkan persentase, tingkat rumah tangga miskin tertinggi terdapat di

kecamatan Rawamerta yaitu 86,5%, sedangkan persentase terendah terdapat di

kecamatan Telukjambe Barat yaitu 8%.

Jumlah rumah tangga berdasarkan lokasi tempat tinggal, tidak terdapat

data secara khusus, akan tetapi data yang ada yaitu menurut status penguasaan

bangunan dan luas lantai (Buku Data, Tabel SE-2.a)

Gambar 3.8 Grafik Jumlah Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Rumah (a)

dan Sumber Air Minum (b)

Berdasarkan luas lantai rumah, jumlah terbanyak adalah rumah tangga

dengan luas lantai 49-99 m2, yaitu sebanyak 35,25%, sedangkan terendah

adalah luas lantai ≤ 10 m2, yaitu sebanyak 0,38%. Status penguasaan lahan

tertinggi adalah milik sendiri yaitu 90,36% dan terendah adalah dinas, yaitu 0,2%.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Buku Data, Tabel SE-3) dengan

jumlah sampling 486.114 rumah tangga atau 86,04% dari seluruh jumlah rumah

tangga berdasarkan sumber air minum yang digunakan, 34.557 rumah tangga

menggunakan ledeng, 174.840 RT menggunakan Sumur Pompa Tangan (SPT),

46.869 rumah tangga menggunakan sumur gali (SGL), 939 rumah tangga

menggunakan penampungan air hujan (PAH) dan 27.973 RT menggunakan

sumber air minum lainnya.

(a) <=10

11--25

26--36

37--44

45--48

49--99

34,557

174,84

46,869

0,939

0

27,973

Ledeng

SPT

SGL

PAH

Kemasan

Lainnya

0 100 200

Jumlah Rumah Tangga (Ribu)

(b)

Page 45: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

40

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

2. Jumlah Rumah Tangga Menurut Cara Pembuangan Sampah

Berdasarkan data BPS Kabupaten Karawang pada Survey Potensi Desa,

bahwa menurut cara pembuangan sampah yang dilakukan warganya, sebanyak

23 Desa/Kelurahan (7,4%) pembuangan sampahnya diangkut menggunakan truk

atau mobil bak terbuka, 267 Desa/Kelurahan (86,4%) dengan cara ditimbun dan

dibakar, 9 Desa/Kelurahan (2,9%) dengan cara di buang ke sungai, dan 10

Desa/Kelurahan (10%) menggunakan cara lainnya (Buku Data, Tabel SP-1).

Cara pembuangan dengan ditimbun dan dibakar banyak digunakan karena

sarana angkutan sampah belum menjangkau secara merata, padahal dampak

lingkungan yang ditimbulkan akibat cara pembuangan tersebut cukup merugikan

baik terhadap kesehatan masyarakat maupun kondisi lingkungan terutama udara

dan tanah.

Upaya yang telah dilakukan dalam rangka menanggulangi permasalahan

pengelolaan persampahan di Kabupaten Karawang oleh Dinas Ciptakarya

selama tahun 2009 melalui Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan

Persampahan sebagaimana tabel berikut.

Tabel III.1 Upaya Penanganan dan Pengelolaan Sampah Tahun 2009

No. Kegiatan

Keterangan

1. Pembuatan 1 unit garasi alat berat di lokasi TPA

TPA Jalupang Kec. Kotabaru

2. Pembuatan 20 unit roda dorong sampah

Masyarakat

3. Pengadaan 50 unit kontainer HDPE Sepanjang jalan utama Kaupaten Karawang

4. Pembuatan 8 unit TPS Knock Down Untuk menampung sampah dari permukiman

5. Pembuatan sel sampah & pelapis geomembran di TPA Jalupang

Untuk mengatasi rembesan air leached

6. Sosialisasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Persampahan

Tersebar di wilayah Kabupaten Karawang

7. Pembuatan Galian Lubang Sampah di lokasi TPA Jalupang

Kecamatan Kotabaru

8. Pembuatan 13 unit kontainer sampah Untuk menampung sampah dari permukiman

Sumber: Dinas Ciptakarya, Kabupaten Karawang

Saat ini jumlah penduduk yang terlayani angkutan sampah sebanyak

191.010 jiwa (9,12%). Dengan asumsi timbunan sampah tiap jiwa/hari 0,0016 m3

atau 1,6 liter, dan jumlah penduduk 2.904.408 jiwa, maka perkiraan timbunan

Page 46: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

41

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

sampah yang ada sebanyak 3.351 m3/hari, sedangkan total sampah terangkut

yaitu 422 m3/hari.

Kapasitas pengangkutan sampah sebanyak 422 m3/hari terdiri dari 80 ritasi

truk sampah. Kapasitas pembuangan sampah sementara yang tersedia

sebanyak 230 m3/hari, kapasitas pengumpul sampah 40 unit truk sampah dan

Kapasitas Tempat Pembuangan Sampah Akhir 550 m3/hari (2,5 Ha).

Tabel III.2

Perkiraan Timbulan Sampah Kabupaten Karawang per Hari Tahun 2009

3. Jumlah Rumah Tangga Menurut Sarana Sanitasi

Berdasarkan data BPS Kabupaten Karawang pada Survey Potensi Desa

tahun 2008 (Buku Data, Tabel SP-2 dan SP-3), sebanyak 143 desa/kelurahan

(46,3%) sebagian besar warganya telah memiliki tempat buang air besar sendiri,

34 desa/kelurahan (11%) sebagian warga menggunakan tempat buang air besar

Page 47: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

42

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

bersama, 30 desa/kelurahan (9,7%) sebagian besar warganya menggunakan

sarana buang air besar umum dan 102 desa/kelurahan (33%) sebagian besar

warganya belum memiliki sarana buang air besar.

Sebanyak 104 desa/kelurahan (33%) sebagian besar warganya yang

menggunakan jamban tanpa septik tank. Jumlah terbanyak adalah di kecamatan

Kutawaluya dan Pedes, sebanyak masing-masing 10 desa.

Tabel III.3

Akses Masyarakat Terhadap Sanitasi Dasar

No Indikator Tahun

2007 2008

Jumlah KK

Akses % Jumlah KK

Akses %

1. Masyarakat Akses terhadap Sarana Air Bersih

527.117 292.363 55,46 527.117 380.007 72,09

2. Jamban Keluarga yang memenuhi syarat

527.117 248.868 47,21 527.117 298.642 56,65

3. Saluran Pembuangan Air Limbah yang memenuhi syarat

527.117 238.208 45,19 527.117 297.760 56,48

4. Rumah Sehat 527.117 258.817 49,10 527.117 297.640 56,46

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang

C. Kesehatan

1. Kelahiran dan Kematian

Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catpil selama tahun 2009,

tercatat jumlah kelahiran sebanyak 52.741 jiwa. Jumlah kelahiran terbanyak

tercatat di kecamatan Karawang Barat yaitu 3.917 jiwa, sedangkan jumlah

kelahiran terkecil tercatat di kecamatan Pangkalan yaitu 771 jiwa.

Rata-rata kelahiran tiap bulan yaitu 4.393 jiwa, sedangkan rata-rata

kelahiran tiap kecamatan yaitu 1.758 jiwa.

Sedangkan jumlah kematian selama tahun 2009 tercatat, sebanyak 789

jiwa, yang terdiri dari perempuan 390 jiwa dan laki-laki 399 jiwa (Buku Data,

Tabel DS-7). Jumlah kematian tertinggi tercatat di kecamatan Karawang Barat

yaitu 85 jiwa, sedangkan terendah di kecamatan Pakisjaya, yaitu 4 jiwa.

Page 48: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

43

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

Rata-rata jumlah kematian tiap bulan yaitu 66 jiwa, sedangkan rata-rata

jumlah kematian tiap kecamatan yaitu 26 jiwa.

Angka harapan hidup Karawang meningkat dari 66,12 tahun pada tahun

2004 menjadi 67,44 tahun pada tahun 2008. Angka kematian bayi pada tahun

2004 sebesar 55,7 per 1000 kelahiran hidup, hingga mencapai 39,07 per 1000

kelahiran hidup pada tahun 2008. Artinya sepanjang rentang waktu 5 tahun angka

kematian bayi mengalami penurunan yang sangat signifikan sebagai dampak

pelaksanaan pembangunan di segala bidang, termasuk intervensi program

kesehatan yang sangat intensif dilaksanakan di wilayah ini.

Namun terjadinya berbagai kasus mengenai prevelensi balita kekurangan

energi dan protein, terutama berkaitan dengan masalah busung lapar yang banyak

diberitakan di berbagai media, menyebabkan peluang kenaikan angka kematian

bayi sangat mungkin terjadi.

2. Jenis Penyakit Utama

Berdasarkan data Dinas Kesehatan, sampai dengan Agustus tahun 2009,

jenis penyakit utama yang diderita masyarakat Kabupaten Karawang sebanyak

10 jenis, terdiri dari; ISPA akut tidak spesifik, gejala ISPA, batuk, tukak lambung,

influenza, hipertensi primer, nasofaringus akut, diare dan gastroenteritis tidak

spesifik, Demam yang tidak diketahui sebabnya dan myalgia dengan jumlah

penderitanya secara keseluruhan mencapai 875.963 orang. (Buku Data, Tabel

DS-8).

Gambar 3.9 Jenis dan Jumlah Penderita Penyakit Utama Tahun 2009

0

50

100

150

200

Jenis Penyakit Utama

Ju

mla

h P

en

deri

ta (

Rib

u)

ISPA Akut

Gejala ISPA

Batuk

Tukak lambung

Influenza

Hipertensi primer

Nasofaringus akut

Diare

Myalgia

Demam

Page 49: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

44

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

3. Sarana Kesehatan

a. Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling

Pada tahun 2008 jumlah puskesmas yang ada di Kabupaten Karawang ada

44 buah yang terdiri dari 31 puskesmas tanpa perawatan dan 13 puskesmas

dengan tempat perawatan (DTP). Dengan demikian rasio puskesmas terhadap

penduduk adalah 1 puskesmas untuk setiap 47.600 penduduk. Angka ini masih

lebih tinggi dari standar nasional yaitu 1 puskesmas untuk 30.000 penduduk.

Jumlah puskesmas pembantu (Pustu) yang ada di Kabupaten Karawang

ada 71 pustu, tetapi tidak semua pustu berjalan karena pustu rusak berat

ataupun tidak ada petugas. Sedangkan rasio pustu terhadap puskesma adalah 1

: 1,61, jadi rata-rata setiap puskesmas memiliki 1-2 buah pustu.

Jumlah kendaraan puskesmas keliling roda empat pada tahun 2008 adalah

36 buah. Rasio pusling terhadap puskesmas adalah 1. Jadi hampir semua

puskesmas memiliki pusling.

Tabel III.4 Jumlah Sarana Kesehatan Di Kabupaten Karawang

Sumber: Dinas Kesehatan Karawang

b. Rumah Sakit

Rumah sakit yang ada di Kabupaten Karawang berjumlah 13 buah, yang

terdiri dari 1 rumah sakit milik Pemda (tipe B) dan 12 rumah sakit milik swasta.

Jumlah tempat tidur sebanyak 1.177 buah dengan rincian; RSUD Karawang 318

tempat tidur, R.S. Islam Karawang 73 tempat tidur, R.S. Dewi Sri 114 tempat

tidur, R.S. Bayukarta 109 tempat tidur, R.S. Karya Husada 106 tempat tidur, R.S.

Page 50: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

45

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

Saraswati 62 tempat tidur dan R.S. Proklamasi 52 tempat tidur, R.S. Delima Asih

43 tempat tidur, R.S. Cito 122 tempat tidur, R.S. Aqma 60 tempat tidur, R.S. Fikri

Medika 50 tempat tidur, R.S. Intan Barokah 48 tempat tidur, R.S.I.B. Djoko

Pramono 20 tempat tidur.

Apabila jumlah tempat tidur dibandingkan dengan jumlah penduduk di

Kabupaten Karawang tahun 2009 (2.094.408 jiwa) maka satu tempat tidur

melayani 1.779 penduduk. Bila ditinjau dari rasio tempat tidur dibandingkan

dengan jumlah penduduk, maka makin tinggi rasio makin sedikit fasilitas sarana

yang tersedia. Standar WHO untuk jangkauan pelayanan rumah sakit adalah 1

tempat tidur untuk 500 penduduk.

D. Pertanian

Kabupaten Karawang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Daerah (RPJPD) Tahun 2005-2025, mempunyai basis pembangunan pada

sektor pertanian dan industri, sebagaimana dijabarkan dalam salah satu visinya

“Karawang sejahtera berbasis pertanian dan industri”. Hal ini didasarkan pada

fakta bahwa Karawang merupakan daerah pertanian teknis yang subur, yang

menjadi karakteristik kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan memberikan

manfaat bagi peningkatan pendapatan serta menjamin ketahanan pangan. Di

samping itu keberadaan industri di Karawang secara eksisting memiliki potensi

untuk semakin tumbuh, baik yang berbasis sumber daya alam, maupun yang

memanfaatkan keuntungan faktor lokasi Karawang yang strategis (karena

dihimpit dua ibukota, yakni ibukota Provinsi Jawa Barat, Bandung, dan ibukota

Indonesia, DKI Jakarta).

Dengan demikian Karawang melaksanakan pembangunan melalui dua

kegiatan besar tersebut yang tentunya akan mempunyai dampak baik secara

langsung maupun tidak langsung terhadap kualitas lingkungan khususnya di

Kabupaten Karawang. Di dalam bab ini akan tergambar beberapa pengaruh dari

adanya kegiatan pertanian khususnya bagi lingkungan.

1. Luas Lahan Sawah dan Hasil Produksi per Hektar

Lahan sawah di Kabupaten Karawang adalah cukup luas sehingga predikat

Karawang sebagai lumbung padi Jawa Barat tetap melekat. Sesuai data pada

Tabel SE-4 adalah sebagai berikut:

Page 51: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

46

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

a. Kecamatan di Kabupaten Karawang yang mempunyai sawah terluas

adalah Tempuran, maka total produksi gabah adalah paling besar pula,

dengan rata-rata produk per hektar sebesar 7,09 ton/Ha.

b. Untuk kualitas produksi gabah per hektar yang paling besar adalah

Kecamatan Telukjambe Timur yakni sebesar 7,25 ton/Ha. Adapun rata-rata

produksi gabah di Karawang adalah 6,7 ton/Ha.

c. Maksimal frekuensi tanam di Karawang adalah 2 (dua) kali dalam setahun.

Sebagian besar daerah sudah menerapkan pola tanam tersebut dan hanya

daerah di 9 (sembilan) kecamatan saja yang dalam setahun sawahnya

hanya dapat ditanam padi 1 (satu) kali. Paling rendah frekuensi tanamnya

adalah di Kecamatan Ciampel yang rata-rata setahun hanya 1,22 kali

tanam padi.

Tabel III.5 Laporan Penggunaan Lahan Kabupaten Karawang Tahun 2008

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Karawang

Keterangan : *) Ditanami Palawija, Tanaman semusimlainnya atau tidak ditanami selama ≤ 1 Tahun **) Lebih dari 1 tahun tetapi ≤ 2 tahun, termasuk lahan sawah yang tidak diusahakan > 2 tahun

Tiga Kali Dua Kali Satu Kali ( 3+4+5+6+7 )

2 3 4 5 6 7 8

LAHAN PERTANIAN

Lahan Sawah

a. Irigasi Teknis 481,00 82.415,00 0,00 125,00 0,00 83.021,00

b. Irigasi Setengah Teknis 0,00 3.852,00 0,00 0,00 0,00 3.852,00

c. Irigasi sederhana 0,00 2.878,00 108,00 0,00 0,00 2.986,00

d. Irigasi Desa / Non PU 0,00 799,00 0,00 380,00 0,00 1.179,00

e. Tadah Hujan 0,00 741,00 2.199,00 0,00 333,00 3.273,00

f. Pasang surut 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

g. Lebak 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

h. Lainnya ( Polder, Rembesan, dll ) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah sawah 481,00 90.685,00 2.307,00 505,00 333,00 94.311,00

Luas3

5.374,00

3.203,00

412,00

1.566,00

13.264,00

0,00

597,00

333,00

10.704,00

35.453,00

23.398,00

14.601,00

197,00

7.367,00

45.563,00

175.327,00Total ( Luas Wilayah Kecamatan ) = Jumlah Lahan Sawah + Jumlah Lahan Pertanian Bukan Sawah + Jumlah Lahan

Bukan Pertanian

a. Rumah, Bangunan dan Halaman sekitarnya

b. Hutan Negara

c. Rawa-rawa ( tidak ditanami )

d. Lainnya ( jalan, sungai, danau, lahan tandus, dll )

JUMLAH LAHAN BUKAN PERTANIAN

f. Pasang Surut

g. Kolam / Tebat / Empang

h. Sementara Tidak Diusahakan **)

i. Lainnya ( Pekarangan yang ditanami tanaman pertanian, dll )

Jumlah Lahan Bukan Sawah

2 LAHAN BUKAN PERTANIAN

1 2

1.2 Lahan Bukan Sawah

a. Tegal / Kebun

b. Ladang / Huma

c. Perkebunan

d. Ditanami Pohon / Hutan Rakyat

e. Tambak

1

1.

1.1

No Penggunaan Lahan

No Penggunaan Lahan

Realisasi Dalam Satu TahunJumlah

Ditanam Padi Tidak

Ditanami

Padi *)

Sementara

Tidak

Diusahakan

Page 52: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

47

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

2. Produksi Tanaman Palawija menurut Jenis Tanaman

Beberapa tanaman palawija yang ditanam masyarakat Karawang antara

lain: jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah. Menurut data dari

Dinas Pertanian dan Kehutanan pada tahun 2008, sesuai Tabel SE-5, hasil

produksinya adalah sebagai berikut:

a. Produksi terbesar setelah padi adalah ubi kayu, yang paling banyak

ditanam di daerah Tegalwaru yang bisa menghasilkan hingga 2.903 ton

dalam tahun 2008.

b. Selanjutnya adalah jagung dengan total produksi setahun 1.934 ton.

c. Untuk kedelai produksinya sedikit, mencapai 299 ton setahun.

3. Penggunaan Pupuk untuk Tanaman Padi dan Palawija

a. Berdasarkan data Tabel SE-8 di atas, tanaman padi menggunakan pupuk

jenis urea, SP.36, KCl, dan PPC.

b. Untuk tanaman palawija lain, tidak tersedia data.

4. Jumlah Hewan Ternak Menurut Jenis Ternak

a. Berdasarkan data pada Buku Data, Tabel SE-10, binatang ternak

terbanyak adalah domba kemudian kambing. Yang paling kecil adalah sapi

perah.

b. Sapi perah hanya ada di wilayah Kecamatan Karawang Barat dan Klari.

c. Untuk sapi potong paling banyak terdapat di daerah Pangkalan.

d. Binatang babi diternakkan di daerah Cibuaya dan Karawang Barat.

5. Jumlah Hewan Unggas menurut Jenis Unggas

a. Binatang unggas terbanyak yang diternakkan di daerah Karawang adalah

jenis ayam pedaging, kemudian itik, ayam kampung, dan terkecil ayam

petelur.

b. Ayam pedaging paling banyak terdapat di daerah Telagasari, dengan

produksi hingga 820 ribu ekor dalam setahun.

c. Itik paling banyak terdapat di daerah Pakisjaya, dengan produksi hingga

539 ribu ekor setahun.

d. Ayam kampung banyak terdapat di Klari, dengan produksi hingga 219 ribu

ekor setahun.

Page 53: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

47.a

6. Perkiraan Emisi CH4 yang dihasilkan

a. Dari Tabel SP-6 pada Buku Data, terlihat bahwa aktivitas penanaman padi

di sawah mempunyai dampak terjadinya emisi CH4, yang mana semakin

luas lahan maka gas metan yang terlepas ke udara juga semakin banyak.

b. Dengan jumlah lahan sawah 94.311 Ha, Kabupaten Karawang diperkirakan

telah menyumbangkan emisi CH4 ke atmosfer sebanyak 28.990 ton dari

aktivitas pertanian dalam tahun 2009.

c. Dari Tabel SP-8 pada buku data, terlihat bahwa aktivitas pertanian yang

dalam hal ini khusus pada penggunaan pupuk urea, telah berdampak pada

terjadinya peningkatan emisi CH4 yang dilepaskan ke udara. Semakin

banyak konsumsi pupuk urea maka gas metan yang terlepas ke udara juga

semakin banyak.

d. Kabupaten Karawang diperkirakan telah menyumbangkan emisi CH4 ke

atmosfer sebanyak 7.433 ton dari aktivitas pengguaan urea dalam tahun

2009.

e. Dari Tabel SP-7 pada Buku Data, terlihat bahwa aktivitas peternakan juga

mempunyai dampak terhadap terjadinya peningkatan emisi CH4 yang

dibuang ke udara, yang mana semakin banyak jumlah binatang ternak

maka gas metan yang terlepas ke udara juga semakin banyak.

f. Berdasarkan data Dinas Peternakan Kabupaten Karawang, jumlah hewan

ternak (sapi perah, sapi potong, kerbau, kuda, kambing, domba dan babi)

yang ada pada tahun 2009 sebanyak 1.271.089 ekor dan hewan unggas

(ayam kampung, ayam petelur, ayam pedaging dan itik) sebanyak

10.057.481 ekor.

g. Kabupaten Karawang diperkirakan telah menyumbangkan emisi CH4 ke

atmosfer sebanyak 550 ton dari aktivitas peternakan dalam tahun 2009,

yang terdiri dari 314,78 ton dari hewan ternak dan 234,74 ton dari hewan

unggas.

Page 54: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

48

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

E. Industri

Berkaitan dengan pertumbuhan sektor industri, pengembangannya

diarahkan untuk tidak mengurangi areal sawah teknis. Pengembangan diarahkan

untuk mendukung dan memperkuat pembangunan di sektor pertanian, sehingga

tidak menghilangkan fungsi Karawang sebagai lumbung padi Jawa Barat.

Bahkan kebijakan pemerintah daerah diarahkan agar Kabupaten Karawang tetap

mempunyai fungsi ganda sebagai lumbung padi dan daerah pengembangan

industri.

Menurut konsep BPS, Industri dibedakan menjadi Industri Besar, Sedang,

Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga. Pengelompokkan tersebut beradasarkan

jumlah tenaga kerja yaitu yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih

digolongkan Industri Besar, Industri Sedang memiliki tenaga kerja 20–99 orang,

Industri Kecil mempunyai tenaga kerja 5–19 orang, dan Insutri Kerajinan Rumah

Tangga kerjanya berjumlah kurang dari 5 orang.

Berdasarkan data dari Departemen Perindustrian, pengelompokkan industri

didasarkan pada jenis produksi, yaitu Logam Mesin & Rekayasa, Aneka

Elektronika, Tekstil, Alat Angkut, Kimia, Agro, Pulp & Kertas serta hasil hutan.

Pada industri kecil juga dibedakan atas formal dan non formal.

Sejak diterbitkannya Keppres Nomor 53 tahun 1989 tentang

Pengembangan Kawasan Industri, Kabupaten Karawang telah ditetapkan

sebagai daerah pengembangan kawasan industri. Jumlah industri pada sampai

dengan tahun 2008 mencapai 9.409 unit, terdiri atas PMA 295 unit, PMDN 187

unit dan non fasilitas 96 unit serta industri kecil 8.831 unit. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Buku Data, Tabel SE-12 dan SE-13.

Gambar 3.10 Jumlah Industri menurut Skala (a) dan Jumlah Industri

Skala Besar menurut Jenis Modal (b)

578

8831

Industri Besar Industri kecil

295

187

97

PMA PMDN Non Fasilitas

Page 55: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

49

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

F. Pertambangan

Berdasarkan data sampai dengan tahun 2008, tercatat ada 15 kegiatan

pertambangan galian C seluas kurang lebih 89,56 Ha yang tersebar di wilayah

Kabupaten Karawang seperti; andesit, pasir laut, tanah merah, batu

gamping/kapur, dan tanah lempung (Buku Data, Tabel SE-14).

Dari 15 kegiatan pertambangan, 9 diantaranya tidak memiliki izin resmi

dari instansi terkait, karena berada di lingkungan masyarakat yang sudah turun-

temurun mengusahakan tambang batu kapur dan pasir tersebut.

G. Energi

Berdasarkan data Dinas Perhubungan pada tahun 2008, terdapat 11.768

unit kendaraan bermotor, selain roda dua dengan berbagai jenis. (Buku Data,

Tabel SE-16).

Jenis kendaraan terbanyak adalah pick-up (5.179 unit), sedangkan paling

sedikit adalah, bajaj, kendaraan khusus kecil dan kendaraan khusus besar

(masing-masing 1 unit). Tidak diperoleh data jumlah penggunaan bahan bakar

masing-masing kendaraan bermotor tersebut, akan tetapi berdasarkan asumsi

survei perilaku penggunaan BBM, BPPH Migas, tahun 2008, didapatkan

sebagaimana tabel III.6 berikut:

Tabel III.6 Asumsi Penggunaan BBM Kendaraan Bermotor

No. Jenis Kendaraan Premium (liter/hari)

Solar (liter/hari)

1 Beban 11,85 17,45

2 Penumpang pribadi 9,90 11,96

3 Penumpang umum 24,74 28,68

4 Bus besar pribadi -- 34,68

5 Bus besar umum -- 84,29

6 Bus kecil pribadi -- 17,77

7 Bus kecil umum -- 45,52

8 Truk besar -- 61,54

9 Truk kecil -- 20,74

10 Roda tiga 10,16 --

11 Roda dua 1,85 -- Sumber : Survei Perilaku Penggunaan BBM bersubsidi, BPH Migas, 2008

Page 56: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

50

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

Berdasarkan data Bidang Pertambangan, seperti pada Buku Data, Tabel

SE-17, tercatat 41 SPBU yang ada di Kabupaten Karawang, namun belum

diperoleh data jumlah penjualan bahan bakar minyak (BBM) per bulannya.

H. Transportasi

Sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang sangat berperan

dalam pembangunan ekonomi yang menyeluruh. Perkembangan sektor

transportasi akan secara langsung mencerminkan pertumbuhan pembangunan

ekonomi yang berjalan. Namun demikian sektor ini dikenal pula sebagai salah

satu sektor yang dapat memberikan dampak terhadap lingkungan dalam

cakupan spasial dan temporal yang besar.

Transportasi atau pengangkutan adalah perpindahan dari suatu tempat

ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan

oleh tenaga manusia, hewan (kuda, sapi, kerbau), atau mesin.

Ada lima unsur pokok transportasi , yaitu :

Manusia, sebagai pengguna transportasi

Barang, sebagai objek dari pengguna transportasi

Kendaraan, sebagai sarana transportasi

Jalan, sebagai prasarana transportasi

Organisasi, sebagai pengelola transportasi

Isu mengenai dampak lingkungan akibat transportasi merupakan isu yang

telah muncul sejak ditemukannya kendaraan bermotor yang menggunakan

bahan bakar fosil. Data lingkungan yang ada menunjukkan bahwa sektor

transportasi umumnya berkontribusi sekitar 23% dari emisi gas CO (carbon

monoxide/green house gas) dan tumbuh lebih cepat dari penggunaan energi di

sektor lainnya.

Faktor-faktor lingkungan yang timbul akibat aktivitas transportasi umumnya

terkait dengan; kebisingan, polusi udara, tundaan pejalan kaki, kecelakaan lalu

lintas, stress bagi pengemudi dan kesehatan masyarakat.

Faktor penting yang menyebabkan dominannya pengaruh sektor

transportasi terhadap pencemaran udara perkotaan di Indonesia antara lain:

Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (eksponensial).

Tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang

ada.

Page 57: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

51

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

Pola lalu lintas perkotaan yang berorientasi memusat, akibat terpusatnya

kegiatan-kegiatan perekonomian dan perkantoran di pusat kota.

Masalah turunan akibat pelaksanaan kebijakan pengembangan kota yang

ada, misalnya daerah pemukiman penduduk yang semakin menjauhi pusat

kota.

Kesamaan waktu aliran lalu lintas.

Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor.

Faktor perawatan kendaraan.

Jenis bahan bakar yang digunakan.

Jenis permukaan jalan.

Siklus dan pola mengemudi (driving pattern).

1. Sarana Terminal Kendaraan Penumpang Umum

Terminal merupakan sarana penunjang kelancaran transoprtasi.

Keberadaan terminal penumpang kendaraan umum menjadi sangat penting

mengingat sebagian besar masyarakat Karawang masih mengandalkan

kendaraan umum sebagai sarana transportasi. Sebagai salah satu Kabupaten

yang memiliki beberapa kawasan industri, Karawang menjadi salah satu tujuan

bagi para pendatang yang bermaksud menjadi pekerja di industri yang tersebar

di beberapa wilayah di Karawang.

Guna memperlancar arus pendatang tersebut maka diperlukan sarana

terminal yang memadai. Lokasi terminal yang strategis, yang memiliki fasilitas

yang cukup memadai, serta mampu menampung Kendaran antar kota antar

provinsi belum optimal. Kondisi luas beberapa terminal yang ada di kabupaten

Karawang seperti pada Buku Data, Tabel SE-21:

a. Terminal Klari yang merupakan terminal utama di kabupaten Karawang,

hanya memiliki luas kawasan sekitar 6.188 m2. Dengan kondisi ini maka

terminal hanya mampu menampung beberapa kendaraan bis antar kota

dalam propinsi yang melayani trayek tertentu saja.

b. Terminal tanjungpura dan terminal Cikampek yang terkategori pada

terminal tipe C berfungsi sebagai terminal untuk trayek menuju ke

beberapa kecamatan di Karawang.

Page 58: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

52

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

2. Limbah Padat dari Sarana Transportasi

Terminal sebagai tempat bertemunya penumpang sebagai pengguna jasa

transportasi dengan kendaraan sebagai alat transportasi, akan menimbulkan

beberepa dampak bagi lingkungan. Selain tentu saja menimbulkan pencemaran

udara yang diakibatkan oleh gas buang dari kendaraan bermotor, sampah

menjadi permasalahan yang umum. Seringkali terminal menjadi tempat para

pedangan asongan dan pedagang kaki lima untuk berjualan.

Hal ini memeberikan dampak ikutan, dimana sampah-sampah terutama

sampah organik yang berasal seringkali tidak tertangani. Selain dikarenakan

kesadaran para pengguna sarana terminal masih sangat rendah, fasilitas berupa

tempat sampah pun masih dirasa kurang (Buku Data, Tabel SP-12):

h. Volume tempat penampungan sampah sementara di terminal Klari sebagai

terminal terbesar di Kabupaten Karawang mampu menampung sampah

sebanyak 1,9 m3/hari.

i. Terminal Tanjungpura dan terminal Cikampek sebagai terminal pembantu

masing-masing mampu menampung volume limbah padat sebanyak 1,2

m3/hari dan 1,5 m3/hari.

I. Pariwisata

Kabupaten Karawang memiliki banyak objek wisata yang dapat dijadikan

sebagai tujuan wisata keluarga. Keberadaan objek wisata alam misalnya yang

terdapat di dua wilayah berbeda misalnya wisata bahari di sepanjang jalur utara

Kabupaten Karawang dan Wisata Hutan dan dataran tinggi/pegunungan di

sepanjang jalur selatan. Berikut sekilas gambaran objek wisata di Karawang.

1. Lokasi dan Luas Kawasan Wisata di Kabupaten Karawang

Kabupaten Karawang sebelah utara dibatasi oleh laut jawa sedangkan

sebelah tenggara berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Cianjur. Dengan

demikian di sebelah utara memiliki potensi wisata bahari, dan di sebelah

tenggara memilik potensi wisata alam berupa air terjun. Meskipun

pengelolaannya msih belum optimal, tetapi objek-objek wisata tersebut masih

potensial untuk dikembangkan. Adapun luas kawasan yang menjadi objek wisata

Page 59: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

53

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

unggulan di kabupaten Karawang, sesuai data pada Buku Data, Tabel SE-24

adalah sebagai berikut:

a. Pantai Tanjungpakis di Kecamatan Pakisjaya dengan panjang pantai 7 km

membentang meliputi Blok Bungin, Karangjaya dan Pakis I. Objek wisata

ini terletak di ujung sebelah utara Karawang yang berbatasan dengan

wilayah Kabupaten Bekasi, lokasinya terletak di Desa Tanjung Pakis, jarak

dari kota ke lokasi ini cukup jauh jika dengan menggunakan sepeda motor

dibutuhkan waktu sekira 1 jam untuk mencapai lokasi wisata ini. Lokasi ini

cukup nyaman, dan telah dikelola secara profesional oleh perusahaan

pariwisata PT. JHI sejak tahun 2000-an yang lalu, rata-rata pengunjung

yang datang ke lokasi ini tidak kurang dari 1000 orang setiap bulannya dan

ini merupakan salah satu objek wisata unggulan Kabupaten Karawang.

Luas kawasan wisatanya mencapai 5 Ha.

b. Karawang juga memiliki objek wisata alam pegunungan yang cukup luas,

daya tarik wisata pegunungan ini adalah terdapatnya beberapa air terjun

alam yang disebut dengan Curug, yaitu Curug Cigentis, yang terletak di

kaki gunung sanggabuana. Pada sekitar tahun 1990-an objek wisata ini

banyak dikunjungi wisatawan dari dalam dan luar daerah, namun sekarang

ini objek wisata tersebut relatif kurang pengunjungnya dan pemerintah

Kecamatan Tegalwaru telah mencanangkan program wisata unggulan di

wilayah ini untuk menarik kembali para wisatawan yang ingin berkunjung

ke wilayah ini. Luas kawasan wisatanya mencapai 10 Ha.

c. Pantai Pisangan juga memiliki daya tarik pantai yang cukup bagus.

Lokasinya terletak di sebelah utara Karawang tepatnya di Kecamatan

Cibuaya, objek wisata ini masih belum dikelola secara optimal mengingat

tepi pantai yang relatif lebih sempit jika dibandingkan dengan pantai

Tanjungpakis. Luas kawasan wisatanya mencapai 12 Ha.

d. Lokasi objek wisata Tanjungbaru ini berada di Kecamatan Cilamaya, jalur

menuju ke pantai ini lebih dekat dari arah Cikampek. Kondisi pantai ini

cukup baik karena lokasi ini di bangun dan dicanangkan sebagai objek

wisata unggulan Kabupaten Karawang. Luas kawasan wisatanya mencapai

9 Ha.

Page 60: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

54

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

2. Sarana Hotel/Penginapan, Jumlah Kamar, dan Tingkat Hunian

Berdasarkan data terakhir Dinas Pariwisata Kabupaten Karawang tahun

2009, tercatat 27 hotel/penginapan yang ada di wilayah Kabupaten Karawang,

terdiri dari hotel bintang 3 (1 unit), hotel bintang 2, (4 unit), hotel bintang 1 (2

unit), hotel melati 3 (8 unit), dan hotel melati 2 (12 unit).

Jumlah kamar yang tersedia sebanyak 1.109 kamar, dengan tingkat hunian

pengunjung selama tahun 2009 sebanyak 140.484 pengunjung, atau rata-rata

pengunjung tiap bulannya mencapai 11.707 pengunjung (Buku Data, Tabel SE-

25).

3. Perkiraan Volume Limbah Padat dari Obyek Wisata

Salah satu dampak yang menyebabkan tekanan terhadap lingkungan, dari

dikembangkannya suatu kawasan menjadi daerah tujuan wisata adalah

bertambahnya sampah/limbah padat yang dihasilkan oleh para wisatawan. Untuk

kawasan pantai limbah yang terutama berasal dari hempasan gelombang laut,

semakin bertambah pada saat musim kunjungan wisata. Selain itu salah satu

faktor yang juga sangat memberikan pengaruh adalah kesadaran dari wisatawan

untuk turut serta menjaga kelestarian ekosistem.

Berdasarkan Buku Data, Tabel SP-13, diperkirakan volume limbah padat

yang berasal dari obyek wisata mencapai 12,6 m3/hari.

4. Perkiraan Beban Pencemaran Volume Limbah Padat dari Hotel

Berdasarkan Buku Data, Tabel SE-10, diperkirakan volume limbah padat

yang dihasilkan dari hotel lebih dari 8,4 m3/hari (dengan data 10 hotel). Apabila

dihitung dengan jumlah hotel mencapai 27 hotel, maka diperkirakan volume

limbah padat hotel mencapai 21,15 m3/hari.

Hotel Bestin sebagai hotel bintang 3 diperkirakan menghasilkan volume

limbah padat terbanyak yaitu sekitar 2 m3/hari. Hotel-hotel lain sebagai hotel

kelas melati diperkirakan menghasilkan limbah padat dengan volume kurang dari

1 m3/hari.

Page 61: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

55

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

J. Limbah B3

Keanekaragaman jenis limbah akan bergantung pada aktivitas industri

serta penghasil limbah lainnya. Sebagian dari limbah industri tersebut berkatagori

hazardous waste. Tetapi jenis limbah ini juga dapat dihasilkan dari kegiatan

selain industri misalnya kegiatan pertanian (seperti penggunaan pestisida, pupuk,

dll), kegiatan enersi (seperti limbah radioaktif PLTN), rumah sakit (seperti limbah

infectisius), bahkan kegiatan rumah tangga (seperti penggunaan baterai, karbol).

Sesuai dengan PP 18/99 jo PP 85/99, padanan kata untuk hazardous waste

yang digunakan di Indonesia adalah Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun,

serta disingkat menjadi Limbah B3.

Definisi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun berdasarkan BAPEDAL

(1995) adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan

berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau

jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan

dan/atau merusak lingkungan hidup dan/atau dapat membahayakan lingkungan

hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.

Peraturan-peraturan yang mengatur mengenai Limbah B3:

a. UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup;

b. PP No. 18 tahun 1999 jo PP No.85 tahun 1999 tentang Pengelolaan

Limbah B3;

c. PP No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan B3;

d. Permen LH No. 2 tahun 2008 tentang Pemanfaatan Limbah B3;

e. Permen LH No. 3 tahun 2008 tentang Tatacara Pemberian simbol dan

Label B3;

f. Keputusan Kepala Bapedal yang terkait dengan limbah B3.

Proses awal pengelolaan Limbah B3 adalah identifikasi limbah yang

tergolong B3. Identifikasi ini penting artinya bila dikaitkan dengan aspek legal

yang akan mengikat setiap penghasil limbah untuk mematuhinya. Limbah B3

dapat diidentifikasi menurut sumber dan/atau uji karakteristik dan/atau pengujian

toksikologi untuk menentukan sifat akut dan/atau kronik.

Menurut sumbernya, limbah B3 dibagi menjadi:

a. Sumber tidak spesifik

Page 62: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

56

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

Berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan

pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi, pelarut kerak,

pengemasan, dll (berdasarkan lampiran I, tabel 1, PP 85 tahun 1999).

b. Sumber spesifik

Sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat

ditentukan berdasarkan kajian ilmiah (berdasarkan lampiran I, tabel 2&3,

PP 85 tahun 1999).

c. Bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan, buangan produk yang

tidak memenuhi spesifikasi

Uji karakteristik Limbah B3 meliputi:

a. Korosif

b. Reaktif

c. Mudah terbakar (ignitable dan Flamable)

d. Mudah meledak (explosive)

e. Menyebabkan infeksi (infectious)

f. Bersifat Racun (toxic)

Penentuan sifat racun Limbah B3 dilakukan dengan pemeriksaan TCLP

(Toxicity Characteristic Leaching Procedure). Baku mutu konsentrasi TCLP

terdapat pada lampiran II PP 85/1999.

Uji toksikologi dilakukan untuk menentukan sifat akut dan atau kronik suatu

limbah. Sifat akut limbah ditentukan dengan pengukuran nilai LD50. Apabila nilai

LD50 > 50 mg/kg berat badan maka dilakukan evaluasi sifat kronis (Lampiran III

PP 85/1999).

Secara teknis operasional, pengelolaan Limbah B3 menurut PP 18/99 jo

PP 85/99 merupakan suatu rangkaian kegiatan mulai dari upaya reduksi limbah

yang akan terbentuk sampai terbentuknya limbah oleh penghasil. Kemudian yang

selanjutnya adalah penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan,

dan pengolahan/penimbunan limbah. Setiap kegiatan tersebut wajib disertai

dokumen.

Batas waktu bagi penghasil limbah untuk menyimpan limbahnya sebelum

dikelola oleh pihak yang berwenang adalah 90 hari. Selama penyimpanan

tersebut, maka penghasil limbah dikenai kewajiban untuk mematuhi tata cara

penyimpanan bagi Limbah B3. Kewajiban penghasil Limbah B3 yaitu:

Page 63: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

57

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

a. Mereduksi Limbah B3, baik dengan memanfaatkannya sendiri maupun

memberikannya kepada pihak pemanfaat

b. Mengolah Limbah B3 sendiri atau memberikannya kepada pihak pengolah

(dalam atau luar negeri)

c. Menimbun Limbah B3

d. Mendata limbahnya secara baik, yang mencakup : jenis, karakteristik,

jumlah dan waktu, baik pada saat limbah dihasilkan maupun pada saat

limbah tersebut diserahkan kepada pengelola berikutnya.

e. Menyampaikan catatan tersebut sekurang-kurangnya 6 bulan sekali

kepada instansi terkait dan bupati/walikota.

Kewajiban pengumpul Limbah B3 diantaranya :

a. Membuat dan menyimpan catatan mengenai jenis, karakteristik dan jumlah

B3 yang dihasilkan serta nama pengangkut dan pihak

pengumpul/pemanfaat/pengolah/penimbun.

b. Menyampaikan catatan tersebut sekurang-kurangnya 6 bulan sekali

kepada instansi terkait dan bupati/walikota.

c. Menyimpan paling lama 90 hari.

Pengangkutan Limbah B3 dapat dilakukan oleh badan usaha ataupun

penghasil sendiri. Proses pemindahan Limbah B3 dari penghasil ke pengumpul

dan/atau pengolah termasuk ke tempat penimbunan akhir dengan menggunakan

alat angkut. Alat angkut yang digunakan harus sesuai dengan peraturan tentang

angkutan yang ada, yaitu; perkeretaapian (UU 13/1992), angkutan darat (UU

14/1992), penerbangan (UU 15/1992), dan pelayaran (UU 21/1992).

Pemanfaatan Limbah B3 dapat dilakukan oleh penghasil atau badan usaha

yang mempunyai ijin. Kep-04/Bapedal/09/1995 mengatur tata cara penimbunan.

Penanggung jawab kegiatan tersebut wajib menyampaikan laporan mengenai

pengolahan dan pengurugan limbahnya serta hasil pemantauan baku mutu

limbah yang dihasilkan sekurang-kurangnya 3 bulan sekali kepada Kepala

Bapedal dengan tembusan kepada Bupati/Walikota dan Gubernur.

1. Kondisi Eksisting

Sebelum krisis ekonomi 1997, Negara-negara di wilayah asia dan pasifik

secara keseluruhan memperlihatkan pertumbuhan industri yang kuat bila

dibandingkan dengan tempat-tempat lain di dunia. Di Kabupaten Karawang

Page 64: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

58

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

Beberapa Jenis Limbah B3 yang

di timbulkan oleh Industri di Kab. Karawang

Oli Bekas

Pelarut

Milk Sludge

Scrap

Used Rags

Epoxy Resin

Bottom Ash

Contaminated Goods

Cull Resin

WWT Sludge

Rejected

Rubber

terdapat sekitar 426 buah industri dan sekitar 45 buah perusahaan yang terdaftar

menghasilkan Limbah B3 berdasarkan dokumen manifest B3 yang dilaporkan ke

BPLH (Buku Data, Tabel SP-15).

Sebagian besar perusahaan menghasilkan Limbah B3 berupa oli bekas

dan pelarut. Selain itu bentuk Limbah B3 yang dihasilkan diantaranya scrap, milk

sludge, used rags, epoxy resin, organic waste, Bottom ash, Contaminated goods,

Contaminated Packaging can&tube, Cull resin, WWT sludge dan rejected rubber.

Kep 68/Bapedal/05/1994 mengatur tentang tata cara memperoleh ijin

penyimpanan, pengumpulan, pengoperasian alat pengolahan dan pengurugan

Limbah B3.

Gambar 3.11 Jenis Limbah B3 yang dihasilkan Industri di Kabupaten Karawang

Keputusan tersebut menegaskan keharusan memiliki ijin dari bapedal bagi

setiap usaha atau kegiatan di bidang pengelolaan Limbah B3. Beberapa

perusahaan yang telah terdaftar sebagai pengelola Limbah B3 yang telah

mendapatkan ijin dari KLH dapat dilihat pada Tabel SP-16.a. Sebagian besar

perusahaan tersebut mengolah limbah pelumas.

Beberapa permasalahan mengenai pengelolaan Limbah B3 yang ada saat

ini di lingkungan Kabupaten Karawang diantaranya:

a. Kurang adanya kesadaran industri akan pengelolaan Limbah B3 yang

dihasilkan. Selain karena biaya pengelolaan yang dianggap cukup tinggi,

industri-industri tersebut juga kurang memperhatikan mengenai UU No. 32

tahun 2009 tentang PPLH.

Page 65: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

59

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

b. Perijinan mengenai pengelolaan Limbah B3 masih terpusat di Kementerian

Lingkungan Hidup RI. Hal ini diakibatkan karena belum adanya perda yang

mengatur mengenai pengelolaan Limbah B3 di Kabupaten Karawang

sebagai tindak lanjut dari UU No. 32 tahun 2009 tentang PPLH.

2. Penanganan

a. Limbah B3 harus ditangani secara khusus mengingat bahaya dan resiko

yang mungkin ditimbulkan apabila limbah tersebut menyebar ke

lingkungan, mulai dari proses pengemasan, penyimpanan, dan

pengangkutannya.

b. Pengemasan Limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah.

Namun secara umum kemasan Limbah B3 harus memiliki kondisi yang

baik, bebas dari karat dan kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang

tidak dapat bereaksi dengan limbah yang disimpan di dalamnya.

c. Untuk limbah yang mudah meledak, kemasan harus dibuat rangkap,

dimana kemasan bagian dalam harus dapat menahan agar zat tidak

bergerak dan mampu menahan kenaikan tekanan dari dalam atau luar

kemasan.

d. Limbah B3 yang dihasilkan harus disimpan dengan perlakuan khusus

sebelum akhirnya diolah. Penyimpanan harus dilakukan dengan sistem

blok dan tiap blok terdiri atas 2x2 kemasan. Limbah-limbah harus

diletakkan dan terhindar dari kontak antarlimbah yang tidak kompatibel.

e. Bangunan penyimpan limbah harus dibuat dengan lantai kedap air, tidak

bergelombang, dan melandai kearah bak penampung dengan kemiringan

maksimal 1%. Bangunan juga harus memiliki ventilasi yang baik, terlindung

dari masuknya air hujan, dibuat tanpa plafon, dan dilengkapi dengan

system penangkal petir.

f. Limbah yang bersifat reaktif atau korosif memerlukan bangunan penyimpan

yang memiliki konstruksi dinding yang mudah dilepas untuk memudahkan

keadaan darurat dan dibuat dari bahan konstruksi yang tahan api dan

korosi.

g. Mengenai pengangkutan Limbah B3, persyaratan yang harus dipenuhi

kemasan diantaranya ialah apabila terjadi kecelakaan dalam kondisi

Page 66: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

60

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

pengangkutan yang normal, tidak terjadi kebocoran limbah ke lingkungan

dalam jumlah yang berarti.

h. Selain itu, kemasan harus memiliki kualitas yang cukup agar efektifitas

kemasan tidak berkurang selama pengangkutan.

i. Limbah gas yang mudah terbakar harus dilengkapi dengan head shields

pada kemasannya sebagai pelindung dan tambahan pelindung panas

untuk mencegah kenaikan suhu yang cepat.

Page 67: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

61

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

BAB IV UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

A. Rehabilitasi Lingkungan

1. Rencana dan Realisasi Kegiatan Penghijauan

Upaya penghijauan melalui penanaman pohon baik pohon pelindung

maupun pohon produktif terus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang

melalui kegiatan-kegiatan seperti Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK),

Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL), Kegiatan Hutan

Rakyat, kegiatan pengkayaan hutan, dan kegiatan hutan kota, dimana

pelaksanaan kegiatan tersebut dimotori oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan

Kabupaten Karawang dan instansi terkait lainnya.

Pada Tahun 2009, kegiatan penghijauan direncanakan tersebar di 11

Kecamatan dengan luas area rehabilitasi sebanyak 3.260 Ha dan jumlah bibit

pohon yang ditanam sebanyak 1.789.000 bibit pohon, termasuk didalamnya bibit

pohon mangrove untuk wilayah pesisir. Realisasi kegiatan dimulai bulan

Nopember dan Desember, dan saat ini telah terealisasi seluruhnya.

11 Kecamatan yang menjadi sasaran kegiatan antara lain: Tegalwaru,

Pangkalan, Ciampel, Tirtajaya, Cimaya Wetan, Cibuaya, Pedes, Telukjambe

Barat, Telukjambe Timur, Karawang Barat dan Rengasdengklok.

2. Rencana dan Realisasi Kegiatan Reboisasi

Kegiatan reboisasi terhadap kawasan hutan pada Tahun 2009 juga

dilakukan oleh Perum Perhutani yang salah satu wilayah kerjanya mencakup

wilayah Purwakarta dan Karawang.

Kegiatan reboisasi yang direncanakan seluas 1.641,15 Ha dengan jumlah

pohon yang ditanam sebanyak 1.686.507 bibit pohon yang tersebar di 8

Kecamatan antara lain; Kecamatan Batujaya, Ciampel, Cibuaya, Pangkalan,

Tegalwaru, Telukjambe Barat, Telukjambe Timur dan Tirtajaya. Pelaksanaan

kegiatan dimulai bulan Nopember dan Desember, dan saat ini telah terealisasi

seluruhnya sesuai yang direncanakan.

Page 68: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

62

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

3. Kegiatan Fisik Lainnya

Beberapa kegiatan fisik yang secara langsung maupun tidak langsung

terkait dengan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan dilakukan oleh

instansi terkait di Kabupaten Karawang seperti; Dinas Pertanian dan Kehutanan,

Dinas Ciptakarya, Dinas Binamarga, Dinas Kesehatan dan Dinas Perikanan dan

Kelautan.

Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain terkait dengan reboisasi hutan,

penanaman mangrove, perluasan ruang terbuka hijau (RTH), pengelolaan

persampahan, pembuatan dan perbaikan drainase dan jalan dipermukiman,

normalisasi sungai dan saluran air serta penyediaan air bersih.

Gambar 4.1

Kegiatan Fisik Upaya Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

B. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

1. Rekomendasi AMDAL/UKL-UPL

Berdasarkan data yang tercatat di BPLH Kabupaten Karawang, selama

tahun 2009, tidak ada rekomendasi AMDAL yang ditetapkan, sedangkan

dokumen UKL-UPL yang ditetapkan sebanyak 63 dokumen, yang terdiri dari 28

dokumen baru dan 35 dokumen revisi (Buku Data, Tabel UP-4).

Berdasarkan ketaatan dalam menyampaikan laporan semester

pengelolaan lingkungannya, dari 82 perusahaan yang menyampaikan laporan

semester, 10 perusahaan yang menyampaikan laporan pada semester I dan

semester II, 63 perusahaan hanya menyampaikan laporan semester I, dan 9

Page 69: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

63

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

perusahaan hanya menyampaikan laporan semester II. (Buku Data, Tabel UP-

4.a.)

Gambar 4.2 Grafik Evaluasi Laporan Semester Pengelolaan Lingkungan Tahun 2009

2. Pengawasan Dokumen AMDAL dan UKL-UPL

Pada tahun 2009 ini, dilakukan pengawasan penerapan dokumen AMDAL

dan UKL-UPL terhadap 30 perusahaan/industri baik di lingkup Zona maupun

Kawasan Industri, melalui kegiatan Evaluasi Penerapan Dokumen Lingkungan

yang anggarannya berasal dari APBD Kabupaten Karawang.

Kegiatan pengawasan tersebut dilaksanakan mulai tanggal 13 januari

sampai dengan 19 Maret 2009 oleh Bidang Bina Hukum dan Dampak

Lingkungan, BPLH Kabupaten Karawang.

Dari 30 perusahaan yang diawasi, tercatat 11 perusahaan menyampaikan

laporan semester secara aktif, 13 perusahaan belum aktif, 3 perusahaan

dokumennya dalam proses revisi, 2 perusahaan dokumennya dalam proses

penyusunan, serta 1 perusahaan belum memiliki dokumen UKL-UPL (Buku Data,

Tabel UP-5).

Laporan semester dapat digunakan sebagai alat pantau BPLH terhadap

penerapan dokumen lingkungan, baik dari penaatan baku mutu maupun upaya

untuk menciptakan produksi bersih (clean production).

Selain kegiatan yang bersifat rutin, pelaksanaan pengawasan dilakukan

juga terhadap perusahaan/industri atas permintaan sendiri, maupun apabila

10

63

9

Evaluasi Laporan Semester

Laporan Semester I & II

Laporan Semester I

Laporan Semester II

Page 70: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

64

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

0

2

4

6

8

10 9

5 4

1 1

Ju

mla

h P

en

gad

ua

n

Jenis Pengaduan

Pengaduanpencemaran air

Pengaduanpencemaran udara

Pengaduanpencemaran akibatlimbah B3

Pengaduanpencemaran dankerusakan lingkungan

diduga terjadi permasalahan-permasalahan lingkungan, dimana informasinya

berasal dari laporan pengaduan masyarakat dan media massa.

Gambar 4.3 Grafik Hasil Pengawasan Penerapan Dokumen Lingkungan

C. Penegakan Hukum

1. Jumlah Pengaduan Masalah Lingkungan Menurut Jenis Masalah

Pengaduan masyarakat terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup

selama tahun 2009 yang tercatat di BPLH Kabupaten Karawang sebanyak 20

pengaduan, yang terdiri dari 5 jenis pengaduan; pengaduan pencemaran air,

pencemaran udara, limbah B3, kerusakan lingkungan, dan kinerja BPLH

(Gambar 4.4).

Gambar 4.4

Grafik Jenis dan Jumlah Pengaduan Masyarakat

0

5

10

1511

13

2 1

Ju

mla

h P

eru

sah

aan

Hasil Pengawasan

Aktif

Belum aktif

ProsesPenyusunan

Belum AdaDokumen

Page 71: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

65

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

Metode pengaduan yang digunakan masyarakat antara lain 6 pengaduan

melalui surat resmi secara langsung yang ditujukan kepada BPLH, 8 pengaduan

melalui SMS gate Bupati Karawang, yang kemudian diteruskan ke BPLH, serta 6

pengaduan melalui media massa.

2. Status Pengaduan

Dari 20 pengaduan masyarakat tersebut, statusnya telah ditangani dan

ditindaklanjuti oleh BPLH bersama-sama dengan pihak terkait. Diluar itu, 1 kasus

lingkungan yang terkait dengan PT. Chun Pao Indonesia, penyelesaian kasusnya

diselesaikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).

Upaya penanganan pengaduan-pengaduan masyarakat dilakukan oleh

BPLH dan pihak terkait diantaranya dengan:

a. Melakukan verifikasi ke lokasi yang diduga terjadi permasalahan

lingkungan, dengan melakukan inventarisasi permasalahan, pengumpulan

bahan keterangan untuk memperoleh bukti dan informasi dari pihak terkait

dan masyarakat sekitar.

b. Melakukan pengujian laboratorium terhadap sampel yang diambil dari

lokasi yang diindikasikan tercemar apabila diperlukan, untuk memperkuat

analisis penyelesaian kasusnya.

c. Memfasilitasi pihak pelapor dan pihak yang dilaporkan, untuk

mendudukkan permasalahan dan diupayakan diselesaikan dengan saling

menguntungkan, berdasarkan data dan fakta yang diperoleh.

d. Apabila tidak dapat diselesaikan oleh BPLH maka akan dikoordinasikan

dengan unsur pemerintah lainnya yang lebih berkompeten untuk

penyelesaian permasalahan.

e. Untuk pengaduan lewat SMS gateway dan media massa, dilakukan

dengan peninjauan ke lokasi dan hasilnya disampaikan melalui Bagian

Humas Setda, untuk diteruskan kepada pihak-pihak terkait.

Berdasarkan tingkat kompleksitas permasalahan yang terjadi, beberapa

pengaduan yang penanganannya cukup kompleks, antara lain:

a. Penanganan pengaduan pembuangan limbah B3 di sekitar Saluran Induk

Tarum Barat, Desa Kutapohaci, Desa Mulyasari dan Desa Kutamekar,

Kecamatan Ciampel.

Page 72: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

66

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

b. Penanganan pengaduan dugaan pencemaran dan kerusakan lingkungan

oleh PT. Atlasindo Utama, Tegalwaru. Untuk kasus PT. Atlasindo utama ini,

kejadian bermula dari sengketa lahan garapan yang dimiliki warga kampung

Cinta langgeng dengan pihak perusahaan dimaksud, masyarakat menuntut 12

kesepakatan yang ditandatangani bersama pada tanggal 06 Agustus 2009 di

Kecamatan Tegalwaru dan apabila pihak perusahaan tidak melaksanakan

kesepakatan tersebut, maka masyarakat menuntut PT. Atlasindo untuk ditutup.

Pertemuan-pertemuan seperti ini yang dimaksudkan untuk menyelesaikan

permasalahan yang ada, sering dilakukan baik antara pihak masyarakat,

Perusahaan, DPRD Kabupaten Karawang, BPLH Kabupaten Karawang,

Disperindag Tamben maupun Satpol PP, Bahkan pada tanggal 23 Desember

2009 digelar penyelesaian sengketa lingkungan di luar pengadilan/Alternative

Dispute Resolution (ADR) di BPLHD Provinsi Jawa Barat, dimana acara tersebut

hanya dihadiri oleh BPLH Kabupaten Karawang, Perwakilan masyarakat

Kecamatan Tegal Waru dan tidak dihadiri oleh PT. Atlasindo Utama, sehingga

upaya gelar penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak dapat dilaksanakan.

PPNS BPLHD Provinsi Jawa Barat akan menindaklanjuti atas ketidakhadiran PT.

Atlasindo Utama dengan Penyelesaian Sengketa di Pengadilan.

PPNS BPLHD Provinsi Jawa Barat menjelaskan agar proses penyelesaian

sengketa di pengadilan dapat dilaksankan dan menjadi tanggungjawab BPLHD

Provinsi Jawa Barat sepenuhnya, untuk itu pihak BPLH Kabupaten Karawang

diminta harus memberikan sanksi administrasi/perintah kepada PT. Atlasindo

Utama untuk melaksanakan kesepakatan yang telah ditandatangani.

BPLH Kabupaten Karawang langsung menindaklanjutinya dengan

memberikan surat berupa perintah/sanksi administrasi kepada PT. Atlasindo

Utama, yang intinya menyimpulkan bahwa:

PT. Atlasindo Utama tidak membuat dan melaporkan pelaksanaan upaya

pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup seperti yang tercantum dalam

dokumen UKL/UPL setiap 6 (enam) bulan sekali, yaitu setiap bulan Juni dan

Desember tahun berjalan berupa:

1) Penanaman pohon/revegetasi.

2) Penyemprotan air untuk menurunkan kadar debu di udara ambient

3) habitat penyangga hewan liar

4) Penahan bahan galian di sungai

Page 73: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

67

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

5) Penampung tanah pucuk

6) Tanda peringatan dilokasi penimbunan

7) Pemulihan habitat

8) Analisis laboratorium kualitas air dan tanah

9) Laporan timbulan limbah padat di are kegiatan.

Pelaksanaan butir-butir di atas wajib diselesaikan paling lambat 3 (tiga)

bulan dan apabila tidak melaksanakan akan dikenakan sanksi hukum sesuai

ketentuan yang berlaku, namun hingga kini belum ada follow-up dari pihak

perusahaan.

D. Peran Serta Masyarakat

1. LSM Lingkungan

Berdasarkan ketentuan umum dalam UU Nomor 32 Tahun 2009, bahwa

organisasi lingkungan hidup adalah sekelompok orang yang terorganisasi dan

terbentuk atas kehendak sendiri yang tujuan dan kegiatannya berkaitan dengan

lingkungan hidup.

Saat ini tidak terdapat data mengenai jumlah LSM lingkungan yang ada di

Kabupaten Karawang berdasarkan ketentuan tersebut, akan tetapi walaupun

tidak termasuk LSM lingkungan, ada beberapa LSM yang juga bergerak dalam

ikut menyelesaikan permasalahan pencemaran dan kerusakan lingkungan.

2. Penerima Penghargaan Lingkungan

Pada tahun 2009 ini, tidak terdapat data penerima penghargaan lingkungan

baik secara perorangan maupun lembaga.

3. Kegiatan Penyuluhan, Pelatihan, Workshop dan Seminar

Pada tahun 2009, berdasarkan data yang tercatat di BPLH, kegiatan

penyuluhan, pelatihan, workshop dan seminar yang terkait dengan pengelolaan

lingkungan yang dilaksanakan di Kabupaten Karawang sebanyak 14 kegiatan

(Tabel UP-10).

Dari 14 kegiatan tersebut, 11 diantaranya dilaksanakan oleh BPLH, sisanya

dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan, Dinas Ciptakarya serta Konsultan

Page 74: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

68

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

Lingkungan, dengan peserta sosialisasi terdiri dari pelaku usaha,

perusahaan/industri, masyarakat serta unsur pemerintahan.

Dalam kegiatan tersebut, umumnya dilakukan pemberian bantuan-bantuan

terkait pengelolaan lingkungan seperti bibit pohon, alat bor tanah untuk

pembuatan lubang resapan biopori, alat komposting, buku panduan dan bentuk

bantuan lainnya.

4. Kegiatan Fisik Perbaikan Kualitas Lingkungan

Upaya meningkatkan peran serta masyarakat dilakukan dengan kegiatan-

kegiatan antara lain; penyuluhan, sosialisasi, pelatihan, maupun workshop

mengenai perlindungan dan pengelolaaan lingkungan hidup yang diprakarsai

oleh BPLH Karawang, dengan peserta dari warga masyarakat, masyarakat

industri, masyarakat sekolah, serta aparatur pemerintah.

Berpedoman pada UU No. 32 Tahun 2009 pasal 70 ayat (2), bahwa peran

serta masyarakat dapat berupa:

1. Pengawasan sosial

2. Pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan.

3. Penyampaian informasi dan/atau laporan.

Apabila dilihat dari kriteria yang tercantum dalam UU No. 32/2009, maka

peran serta masyarakat di Kabupaten Karawang dalam perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup terutama dalam hal mengembangkan dan

menjaga budaya serta kearifan lokal dan ketanggapan masyarakat untuk

melakukan pengawasan sosial, maupun dalam rangka pelestarian fungsi

lingkungan hidup sudah cukup baik. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa

informasi kerusakan lingkungan di berbagai wilayah di Kabupaten Karawang

yang disampaikan oleh masyarakat kepada BPLH Kab. Karawang.

Dengan adanya beberapa perusahaan yang telah mengembangkan

Ruang Terbuka Hijau di sekitar perusahaannya terutama di kawasan industri,

maupun bantuan bibit pohon dan penanamannya di pemukiman penduduk

sekitar perusahaan maupun disalurkan melalui BPLH Kab. Karawang untuk di

alokasikan pada daerah-daerah gersang dengan melibatkan peran serta

masyarakat setempat, telah membuktikan peran serta masyarakat secara serius

dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menuju Indonesia Hijau,

bersih, sejuk dan nyaman.

Page 75: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

69

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

Demikian juga bahwa BPLH setiap tahunnya secara berkala melalui

program dan kegiatan-kegiatannya yang berhubungan dengan penanaman

pohon/penghijauan maupun pengelolaan sampah/kebersihan lingkungan telah

melibatkan masyarakat setempat.

E. Kelembagaan

1. Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan

Berdasarkan data sampai dengan Desember 2009, yang tercatat di Bagian

Hukum Setda Kabupaten Karawang, jumlah produk hukum yang terkait bidang

pengelolaan lingkungan hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung

adalah sebanyak 15 produk hukum, yang terdiri dari 7 Peraturan Daerah, 3

Peraturan Bupati dan 5 Keputusan Bupati.

Gambar 4.5

Produk Hukum Terkait Bidang Lingkungan Hidup

Dari 15 produk hukum tersebut, yang dilaksanakan secara langsung oleh

BPLH, terdiri dari 2 Peraturan Daerah, 3 Peraturan Bupati dan 5 Keputusan

Bupati.

Pada pertengahan tahun 2008, BPLH Karawang telah menyusun dan

mengajukan sebuah rancangan peraturan daerah (Raperda) tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mengacu kepada Undang-undang Nomor

23 Tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, namun dengan

diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, rancangan tersebut sementara ditarik dan

akan dilakukan pembahasan ulang sesuai dengan undang-undang yang baru

tersebut.

Produk Hukum Terkait Bidang LH

7

Peraturan Daerah

3

Peraturan Bupati

2

Keputusan Bupati

Page 76: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

70

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

Peraturan Daerah tersebut diharapkan mampu menjadi payung hukum

yang bersifat umum, yang kemudian akan dijabarkan pelaksanaannya secara

teknis dalam Peraturan Bupati dan Keputusan Bupati.

2. Anggaran Pengelolaan Lingkungan

Jumlah alokasi dan realisasi anggaran Tahun 2009 sebesar Rp.

3.186.780.000, yaitu terdiri dari Belanja Tidak Langsung Rp. 1.690.170.000 dan

Belanja Langsung (Kegiatan) Rp. 1.496.610.000. Anggaran tersebut hanya

berasal dari APBD Kabupaten, sedangkan dana dari APBD propinsi dan pusat

berupa DAK (dana alokasi khusus) pada tahun 2009 tidak tersedia seperti halnya

pada tahun-tahun sebelumnya.

Jumlah anggaran tiap tahunnya tersebut, tidak seluruhnya dialokasikan

untuk pelaksanaan program dan kegiatan pengelolaan lingkungan secara

langsung, akan tetapi ada juga yang bersifat rutin, seperti pengadaan sarana

pendukung pelayanan perkantoran serta biaya-biaya pemeliharaan dan jasa

perkantoran.

Berdasarkan data yang ada seperti terlihat juga pada grafik berikut, bahwa

terdapat peningkatan alokasi anggaran yang dikelola BPLH dari tahun ketahun.

Pada tahun 2008 jumlah anggaran keseluruhan mencapai Rp. 2.916.188.000,

dimana terjadi peningkatan sekitar 9,27% pada tahun 2009.

Gambar 4.6 Grafik Jumlah Anggaran Lingkungan Hidup Tahun 2005-2009

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

2005 2006 2007 2008 2009

Ju

mla

h A

ng

gara

n (

Ju

ta R

up

iah

)

Tahun Anggaran

Page 77: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

71

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

Pada tahun anggaran 2010, direncanakan alokasi anggaran lingkungan

hidup sebesar Rp. 3.729.206.250 yang berasal dari APBD Kabupaten Karawang.

Saat ini masih diupayakan agar pada tahun 2010 Kabupaten Karawang

mendapatkan bantuan biaya pengelolaan lingkungan hidup berupa DAK baik dari

propinsi maupun pusat, sehingga dapat lebih menunjang pelaksanaan program

dan kegiatan pengelolaan lingkungan di Kabupaten Karawang, khususnya

pengembangan Laboratorium Lingkungan Hidup, yang membutuhkan alokasi

anggaran yang cukup besar.

3. Personil BPLH

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 10 Tahun

2008, tentang Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga

Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan, bahwa pelaksanaan urusan wajib

Pemerintah Daerah bidang lingkungan hidup di berikan kewenangannya kepada

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH).

BPLH Kabupaten Karawang mempunyai tugas pokok membantu Bupati

dalam melaksanakan sebagian kewenangan daerah di bidang pengelolaan

lingkungan hidup serta tugas pembantuan yang ditugaskan kepada Pemerintah

Daerah. Sedangkan fungsinya yaitu Pengaturan dan perumusan kebijakan

pemerintah daerah di bidang pengelolaan lingkungan hidup serta Pelaksanaan

program pemerintah bidang pengelolaan lingkungan hidup.

Berdasarkan data sampai dengan Bulan Desember 2009, jumlah personil

BPLH yaitu 45 pegawai yang terdiri 34 orang pegawai laki-laki dan 11 orang

pegawai perempuan, dengan tingkat pendidikan seperti pada tabel UP-14 Buku

Data.

Gambar 4.7. Jumlah Pegawai BPLH Menurut Tingkat Pendidikan

0

10

20

30

0

7

26

2

8

2

Ju

mla

h

Tingkat Pendidikan

Doktor (S3)

Master (S2)

Sarjana (S1)

Diploma(D3/D4)SLTA

Page 78: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

72

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

Gambar 4.8 Jumlah Pegawai BPLH Menurut Status Kepegawaian

4. Jabatan Fungsional Lingkungan

Sampai dengan bulan Desember 2009, formasi Jabatan Fungsional

Khusus bidang Teknis belum ada, sehingga diharapkan kedepannya Badan

dapat memiliki Jabatan Fungsional Teknis yang menangani secara khusus

permasalahan yang bersifat teknis.

Jabatan Fungsional Teknis bidang pengelolaan lingkungan hidup yang

dibutuhkan dan dimungkinkan antara lain; Perencana, Peneliti, PPNS

Lingkungan, PPLH, Analis Laboratorium dan jabatan fungsional teknis lainnya

yang dapat lebih mendukung pelaksanaan kegiatan BPLH.

0

10

20

30

40

PNS CPNS TenagaHonorer

TenagaSukwan

PTT

33

6 2 4

0

Page 79: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN …dlhk.karawangkab.go.id/wp-content/uploads/2014/05/1.-Buku-I... · Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dalam

73

Laporan SLH Kabupaten Karawang

Tahun 2009

DAFTAR PUSTAKA

Damanhuri, Enri, 2003, Pengelolaan B3 Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung.

Setiadi, Tjandra, Pengelolaan Limbah Industri, (Wikipedia, US EPA, www.majarimagazine.com/2008/01).

----------------, 2009, Pedoman Umum Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, Kementerian Lingkungan Hidup, Jakarta.

----------------, 2009, Karawang Dalam Angka 2009, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karawang, Karawang.

---------------, 2008, Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Karawang Tahun 2008, Dinas Lingkungan Hidup, Pertambangan dan Energi Kabupaten Karawang, Karawang.

----------------, 2007, Profil Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar, Balai Besar KSDA Jawa Barat, Purwakarta.

----------------, 2008, Laporan Kegiatan Pelestarian Keanekaragaman Hayati Khas Kabupaten Karawang Tahun Anggaran 2008, Dinas Lingkungan Hidup, Pertambangan dan Energi Kabupaten Karawang Bidang Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan. Karawang.

----------------, 2008, Profil Kesehatan Tahun 2008, Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, Karawang.

---------------, 2009, Database, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karawang.

---------------, 2009, Database, Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kabupaten Karawang, Karawang.

---------------, 2009, Database, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Karawang, Karawang.

---------------, 2009, Database, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kabupaten Karawang, Karawang.

---------------, 2009, Database, Dinas Cipta Karya Kabupaten Karawang, Karawang.

---------------, 2009, Database, Dinas Binamarga dan Pengairan Kabupaten Karawang, Karawang.

---------------, 2009, Database, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Karawang, Karawang.

---------------, 2009, Database, Badan Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Karawang, Karawang.

---------------, 2009, Database, Perum Perhutani Unit III KPH Purwakarta, Purwakarta.

---------------, 2009, Database, Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Karawang. Karawang.

---------------, 2009, Database, Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang. Karawang.

---------------, 2009, Database, Perum Jasa Tirta (PJT) II Karawang. Karawang.

----------------, www.karawangkab.go.id.

----------------, www.karawang-info.com.