respon pembentukan bunga sawit pada an pupuk n dengan dosis berbeda

37
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditi dari tiga komoditi (karet, kakao, dan kelapa sawit) pada sub sektor perkebunan yang mendapat prioritas utama pemerintah dalam revitalisasi perkebunan seluas 2 juta ha yang dimulai tahun 2007 sampai 2009 (Dirjen Perkebunan 2007). Sektor industri kelapa sawit merupakan salah satu sektor unggulan bagi negara Malaysia dan Indonesia. Hal ini dikarenakan kondisi geografis wilayah Malaysia dan Indonesia memang sangat cocok untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Malaysia dan Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit. Hingga tahun 2005, lebih dari 85% produksi minyak dunia dihasilkan oleh dua negara produsen utama minyak sawit, yaitu Malaysia dan Indonesia.

Upload: deni-ramadoni

Post on 12-Jun-2015

1.829 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Respon Pembentukan Bunga Sawit Pada an Pupuk N Dengan Dosis Berbeda

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditi dari tiga

komoditi (karet, kakao, dan kelapa sawit) pada sub sektor perkebunan yang mendapat

prioritas utama pemerintah dalam revitalisasi perkebunan seluas 2 juta ha yang dimulai tahun

2007 sampai 2009 (Dirjen Perkebunan 2007). Sektor industri kelapa sawit merupakan salah

satu sektor unggulan bagi negara Malaysia dan Indonesia. Hal ini dikarenakan kondisi

geografis wilayah Malaysia dan Indonesia memang sangat cocok untuk pengembangan

perkebunan kelapa sawit. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam

perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Malaysia dan Indonesia untuk

memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit. Hingga tahun 2005, lebih dari 85%

produksi minyak dunia dihasilkan oleh dua negara produsen utama minyak sawit, yaitu

Malaysia dan Indonesia.

Syahbana (2007) mengemukakan bahwa luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia

pada tahun 2005 mencapai 5,6 juta ha, melibatkan 2,7 juta kepala keluarga petani, dengan

produksi tandan buah segar (TBS) rata-rata nasional baru dapat mencapai 14 sampai 16 ton ha

tahun ¹־ , sedangkan Malaysia telah mencapai 30 ton tiap hektar tiap tahun. Rendahnya

produksi TBS yang dicapai sebagai akibat rendahnya produksi tandan bunga betina, yaitu 8

sampai 12 pohon ¹־ tahun ¹־ , sedangkan produksi tersebut dapat mencapai 16 sampai 24 tandan

pohon tahun ¹־ (Hardon dan Corley, 1982; Tahir, 2003).

Page 2: Respon Pembentukan Bunga Sawit Pada an Pupuk N Dengan Dosis Berbeda

Produksi tanaman ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan, rendahnya

produksi tandan bunga betina kelapa sawit salah satunya dipengaruhi oleh tingkat radiasi

matahari yang diterima, jumlah daun (pelepah), kerapatan pelepah, dan serapan hara, terutama

unsur nitrogen (N), khusus daerah tropis seperti Indonesia radiasi matahari bukan merupakan

faktor pembatas dalam pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit (IOPRI, 2008).

Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman golongan C4, yaitu memiliki titik kompensasi

cahaya tinggi sampai cahaya terik, tidak dibatasi oleh fotorespirasi, besaran yang

menggambarkan banyak sedikit radiasi matahari yang mampu diserap tanaman tergantung

pada indeks luas daun (ILD). Selain itu, dalam daunnya terdapat dua klroplast, yaitu sel

mesopil dan seludang berkas, pada kloroplast terdapat klorofil yang berfungsi untuk (a) panen

cahaya, (b) mengubah energi cahaya menjadi energi kimia, (c) penyumbang elektron utama (P

680 dan P 700), (d) penerima elektron utama dan eflouresensinya, keadaan inilah bila optimal

yang diikuti dengan serapan N optimal, maka produksi tanaman meningkat, yaitu

terbentuknya bunga dan buah maksimal (Sallisbury dan Ross, 1992).

Permasalahan utama rendahnya produktivitas pertumbuhan, perkembangan, dan

produksi suatu tanaman ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu faktor genetik dan faktor

lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang sangat menentukan laju pertumbuhan,

perkembangan, dan produksi suatu tanaman adalah tersedianya unsur hara yang cukup di

dalam tanah, diantaranya 105 unsur yang ada di atas permukaan bumi, ternyata baru 16 unsur

yang mutlak diperlukan oleh suatu tanaman untuk dapat menyelesaikan siklus hidupnya

dengan sempurna. Ke 16 unsur tersebut terdiri dari 9 unsur makro dan 7 unsur mikro. 9 unsur

makro dan 7 unsur mikro inilah yang disebut sebagai unsur esensial (Suwandi dan Tobing,

1982).

2

Page 3: Respon Pembentukan Bunga Sawit Pada an Pupuk N Dengan Dosis Berbeda

Schaffer, (1996) mengemukakan bahwa pertumbuhan tanaman erat kaitannya dengan

hara yang diserap dari dalam tanah, terutama unsur N, karena unsur tersebut terfokus pada

sintesis klorofil dan sintesa protein maupun enzim, yaitu enzim rubisco (ribulosa bifosfat

karboksilase) yang berperan sebagai katalisator dalam fiksasi karbondioksida yang

dibutuhkan tanaman untuk fotosintesis. Selanjutnya penurunan kadar N dalam tanaman

berpengaruh terhadap fotosintesis baik lewat kandungan klorofil maupun enzim fotosintetik

yang akhirnya menurunkan hasil (pati) yang terbentuk, keadaan tersebut mempengaruhi

produktivitas tanaman, terutama pembentukan bunga dan buah.

Winarno, dkk., (2000) mengemukakan bahwa pemberian pupuk nitrogen dalam bentuk

urea lebih cepat tersedia dibanding dengan pupuk majemuk dan reaksinya sudah dapat

diamati pada hari ke 15 setelah aplikasi. Selain itu, pengaruh tunggal pupuk urea pada

tanaman kelapa sawit dapat meningkatkan berat tandan buah dari 21,74 ton ha -1 tahun-1

menjadi 27,60 ton ha-1 tahun-1 pada dosis 1,0 sampai 4,5 kg pohon-1. Selanjutnya persentase

bunga yang terbentuk juga tinggi, walaupun dalam penelitian tersebut tidak disebutkan jumlah

bunga tiap tandan bunga betina yang terbentuk.

Untuk itu, dalam percobaan mengenai respon pembentukan bunga kelapa sawit (Elaeis

guineensis Jacq.) terhadap Pupuk N dengan dosis berbeda akan ditelaah apakah pemberian

pupuk N pada tanaman kelapa sawit akan mempengaruhi pembentukan jumlah tandan bunga

betina yang terbentuk optimum, serta menentukan tingkat sex rasio bunga jantan dan bunga

betina yang terbentuk.

3

Page 4: Respon Pembentukan Bunga Sawit Pada an Pupuk N Dengan Dosis Berbeda

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk N yang diaplikasikan pada tanaman kelapa

sawit dalam pembentukan tandan bunga.

2. Untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk N terhadap besarnya sex rasio yang timbul

pada bunga betina dan bunga jantan kelapa sawit.

1.3 Kontribusi

1. Hasil pengamatan ini diharapkan sebagai bahan informasi dalam pengembangan

budidaya kelapa sawit serta peningkatan kualitas pengabdian kepada masyarakat

dalam rangka peningkatan ekonomi kerakyatan.

2. Hasil percobaan diharapkan sebagai bahan pembelajaran pada program studi Produksi

Tanaman Perkebunan Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan.

4

Page 5: Respon Pembentukan Bunga Sawit Pada an Pupuk N Dengan Dosis Berbeda

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peranan Unsur Nitrogen (N)

Gardner dkk., (1985); Sallisbury dan Ross, (1992) mengemukakan bahwa tanaman

menyerap unsur N dalam bentuk ion NOֿ3 dan NH+4. Ion mana yang akan lebih dahulu diserap

tergantung pada keadaan pH. Pada pH di atas 7 (keadaan basa) maka ion NH+4 (amonium)

yang akan lebih cepat diserap sedangkan pada pH dibawah 7 (keadaan asam) maka ion NOֿ3

(nitrat) yang lebih besar peluangnya untuk diserap. Hal ini disebabkan karena pada pH di atas

7 (keadaan basa) banyak terdapat ion hidroksida (OH) ֿ sehingga ion NOֿ3 yang sama-sama

bervalensi satu dan bermuatan negatif akan saling bersaing akibatnya ion NH+4 yang

berpeluang lebih besar untuk diserap dan sebaliknya pada pH rendah banyak tersedia ion H+

berarti ion NH+4 yang sama-sama valensi satu dan bermuatan positif akan berkompetisi

sehingga peluang ion NOֿ3 untuk diserap akan jauh lebih besar kalau diberikan dalam bentuk

pupuk urea, yaitu CO(NH2)2 = O2- → 2HNO2 + 2H2O + Energi dan 2HNO2 + O2 → 2HNO3.

maka H+─ NO3 (diserap), sebaliknya kalau diberikan pupuk ZA (amonium sulfat) (NH4)2 SO4

→ 2NH4 (diserap) + SO4 (diserap).

Gambar 1. Ikatan kimia dan molekul pupuk UreaSumber: aqobah.net/tag/tanaman

5

Page 6: Respon Pembentukan Bunga Sawit Pada an Pupuk N Dengan Dosis Berbeda

Schaffer, (1996) menyatakan bahwa protein dan asam nukleat yang diperoleh dalam

fotosintesis dipakai untuk pengisian inti sel yang terus membelah dari satu menjadi dua, dua

menjadi empat, empat menjadi delapan dan seterusnya sehingga tanaman dapat tumbuh dan

membesar. Suatu hal yang perlu diingat bahwa apabila pemberian N yang berlebihan akan

menyebabkan rasa pahit seperti yang terjadi pada timun, sedang untuk pertumbuhan tanaman

kelapa sawit daun menjadi lemah dan mudah terserang hama penyakit. Kekurangan N dapat

menghambat pertumbuhan tanaman, daun menguning, kering dan jaringan mati. Buah yang

kekurangan N pertumbuhannya tidak sempurna, cepat masak dan kadar proteinnya rendah.

Bila pemberian N melalui pemupukan daun terlalu sering, maka NH3 akan

tertimbun dalam tubuh tanaman, dilain pihak ada hambatan pembentukan protein dan asam

nukleat menyebabkan tanaman mencari alternatif lain yaitu pembentukan amida yaitu

senyawa sekunder yang rasanya pahit. Sebab bila NH3 ini tertimbun dalam jumlah banyak

justru akan berbalik meracuni tanaman (Sukarji, dkk., 2000).

Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung N berkadar tinggi atau sekitar 46

persen, pupuk tersebut merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk urea

berbentuk butir kristal berwarna putih dengan rumus kimia NH2CONH2 mudah larut dalam air

dan bersifat higroskopis, sehingga dalam aplikasinya di lapangan ditaburkan di sekitar

bokoran atau batang tanaman. Kegunaan pupuk tersebut adalah daun tanaman berwarna hijau

dan meningkatkan kandungan klorofil daun, mempercepat pertumbuhan tanaman terutama

organ vegetatif dan perakaran serta menambah kandungan protein tanaman (IOPRI, 2008).

6

Page 7: Respon Pembentukan Bunga Sawit Pada an Pupuk N Dengan Dosis Berbeda

Gambar 2. Pupuk Urea.Sumber: eriantosimalango.wordpress.com

Fisher, (1992) mengemukakan ketersediaan unsur-unsur esensial di dalam tanah sangat

ditentukan oleh pH, unsur N tersedia pada pH 5,5 sampai 8,5, P pada pH 5,5 sampai 7,5

sedangkan K pada pH 5,5 sampai 10 sebaliknya unsur mikro relatif tersedia pada pH rendah.

Pelajaran penting yang perlu diingat dari ketersediaan unsur esensial dalam hubungannya

dengan pH, yaitu bahwa untuk melakukan percobaan lapang disarankan agar dilakukan pada

area dengan pH tanah kurang lebih 7. Hal ini disebabkan pada pH tersebut semua unsur hara

esensial baik makro maupun mikro berada dalam keadaan yang siap untuk diserap oleh akar

tanaman sehingga dapat menjamin pertumbuhan dan produksi tanaman.

Kriteria yang harus dipenuhi sehingga suatu unsur dapat disebut sebagai unsur esensial

adalah (a). Unsur tersebut diperlukan untuk menyelesaikan satu siklus hidup tanaman secara

normal (dari biji ke biji), (b). Unsur tersebut memegang peran penting dalam proses

biokhemis tertentu dalam tubuh tanaman dan peranannya tidak dapat digantikan atau

disubtitusi secara keseluruhan oleh unsur lain, (c). Peranan dari unsur tersebut dalam proses

biokimia tanaman adalah secara langsung dan bukan secara tidak langsung (IOPRI, 2008).

7

Page 8: Respon Pembentukan Bunga Sawit Pada an Pupuk N Dengan Dosis Berbeda

2.2 Morfologi Bunga Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai

mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang,

sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan silang

(cross pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan

dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin dan atau serangga penyerbuk. Bunga

kelapa sawit berumah satu, artinya pada satu batang terdapat bunga jantan dan bunga betina

yang letaknya terpisah pada tandan bunga yang berbeda. Tandan bunga terletak di ketiak

daun, mulai tumbuh setelah tanaman berumur sekitar satu tahun. Primordia (bakal) bunga

terbentuk sekitar 33 sampai 34 bulan sebelum bunga matang (siap melaksanakan

penyerbukan). Pertumbuhan bunga sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanaman. Tanaman

yang tumbuh kerdil pertumbuhan bunganya lebih lambat. Letak bunga jantan yang satu

dengan lainnya sangat rapat dan membentuk cabang-cabang bunga yang panjangnya antara 10

sampai 20 cm. Pada tanaman dewasa, satu tandan mempunyai kurang lebih 200 cabang

bunga. Setiap cabang mengandung 700 sampai 1200 bunga jantan. Bunga jantan ini terdiri

dari 6 helai benangsari dan 6 perhiasan bunga. Satu tandan bunga jantan dapat menghasilkan

25 sampai 50 gram tepungsari. Bunga betina terletak dalam tandan bunga, tiap tandan bunga

mempunyai 100-200 cabang dan setiap cabang terdapat paling banyak 30 bunga betina.

Dalam satu tandan terdapat 3.000 sampai 6.000 bunga betina. Bunga betina memiliki 3 putik

dan 6 perhiasan bunga. Diantara bakal buah hanya satu yang subur, jarang terdapat dua atau

lebih.

8

Page 9: Respon Pembentukan Bunga Sawit Pada an Pupuk N Dengan Dosis Berbeda

Bunga jantan maupun bunga betina biasanya terbuka selama 2 hari (jika dalam musim

hujan bisa sampai 4 hari). Tepung sari dapat menyerbuki selama 2-3 hari, tetapi makin lama

daya hidup viabilitasnya makin menurun.

(a) (b) (c) (d)

Gambar 3.Bunga jantan dan bunga betina kelapa sawitKeterangan : a. bunga jantan

b. bunga betina c. bunga betina masa anthesis d. bunga jantan masa anthesis

2.3 Pembentukan Tandan Bunga Kelapa Sawit

Pelepah daun kelapa sawit yang terbentuk diikuti dengan bakal bunga, bunga kelapa

sawit yang terbentuk hingga anthesis memerlukan waktu hingga dua bulan. Hal tersebut

terjadi bila keadaan menguntungkan. Terhambatnya pembentukan bunga pada tanaman

kelapa sawit akibat faktor lingkungan, seperti serapan hara terutama unsur N. Bila unsur N

pada daun nomor 17 yang dihitung dari pucuk kurang dari 2,5 %, maka bunga yang terbentuk

rendah atau 1 sampai 2 bunga setiap dua bulan.

Pembentukan bunga secara optimal terjadi bila serapan N tinggi diikuti dengan sudut

daun yang menangkap radiasi matahari juga maksimal, keadaan tersebut dapat menyebabkan

tandan bunga kelapa sawit terbentuk sekitar dua buah setiap bulan (IOPRI, 2008).

9

Page 10: Respon Pembentukan Bunga Sawit Pada an Pupuk N Dengan Dosis Berbeda

Selanjutnya penurunan kadar N dalam tanaman berpengaruh terhadap fotosintesis baik lewat

kandungan klorofil maupun enzim fotosintetik yang akhirnya menurunkan hasil (pati) yang

terbentuk, keadaan tersebut mempengaruhi produktivitas tanaman, terutama pembentukan

bunga dan buah.

Lamanya proses pembentukan buah (dari saat penyerbukan sampai matang), tergantung

pada keadaan iklim dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Lama proses

pemasakan buah di beberapa kawasan berbeda, di Malaysia sekitar 5,5 bulan, di Sumatera

sekitar 3 sampai 6 bulan dan di Afrika sekitar 6-9 bulan. Selama buah kelapa sawit masih

muda yaitu sampai berumur 4,5 sampai 5 bulan, buah kelapa sawit berwarna ungu. Setelah itu

kulit buah (exocarp) berangsur berubah dari ungu menjadi merah kekuningan. Pada saat ini

terjadilah pembentukan minyak yang intensif pada daging buah (mesocarp) dan butir-butir

minyak tersebut mengandung zat warna karotin yang berwarna jingga. Proses pembentukan

minyak dalam daging buah berlangsung selama 24 hari, yaitu sampai buah mencapai tingkat

masak. Masaknya buah dalam satu tandan tidak sekaligus, tetapi berangsur-angsur mulai

bagian atas dan bagian samping yang terkena sinar matahari menuju ke arah bawah (pangkal).

Satu tandan buah telah siap dipanen apabila beberapa buah dari tandan tersebut telah terlepas

dan jatuh ke tanah.

10

Page 11: Respon Pembentukan Bunga Sawit Pada an Pupuk N Dengan Dosis Berbeda

III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan dalam bentuk percobaan yang berlangsung di kebun PTPN VII

Unit Usaha Rejosari, percobaan dimulai pada bulan Agustus 2008 sampai dengan Juli 2009.

Umur tanaman yang dijadikan sebagai bahan percobaan adalah 8 tahun dengan jenis tanah

Ultisol, dengan pH 5,47 – 5,97.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan : Pupuk Urea,

Alat : cangkul, meteran, cat, tali rafia, bor, label, cawan, oven, plastik, golok,

tangga, ember, timbangan, dan alat tulis menulis.

3.3 Metode Pelaksanaan

Percobaan disusun dengan menggunakan rancangan acak kelompok, yaitu dua belas

perlakuan dosis pupuk urea dengan tiga ulangan sebagai berikut:

1. 0 g 5.1.250 g 9. 2.250

g

2. 500 g 6. 1.500 g 10. 2.500 g

3. 750 g 7. 1.750 g 11. 2.750 g

4. 1.000 g 8. 2.000 g 12. 3.000 g

Dari hasil uji F, pada analisis varians menunjukkan perbedaan yang bermakna pada

taraf 5%, maka dilanjutkan pengujiannya dengan uji BNT berikut,

BNT = nilai pada t tabel 0,05 (Petersen, 1994).

11

Page 12: Respon Pembentukan Bunga Sawit Pada an Pupuk N Dengan Dosis Berbeda

3.4 Pelaksanaan Percobaan

Tanaman yang dijadikan sebagai bahan percobaan adalah kelapa sawit yang berumur 8

tahun (PTPN VII Kebun Rejosari) dengan pH tanah 5,47 sampai 5.97. Sebelum aplikasi

pemupukan terlebih dahulu dilakukan pembersihan bokoran sepanjang 1,5 m yang melingkari

pohon sawit, pupuk dibenamkan sedalam 10 cm. Pupuk diberikan pada awal percobaan.

3.5 Jadwal Pelaksanaan

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Laporan Tugas Akhir Mahasiswa

No Uraian KegiatanTriwulan

Keterangan1 2 3 4

1.2.3.4.5.6.7.8.

Izin dan Penetapan Blok PenelitianPemupukanPemeliharaa TanamanPengamatanAnalisis DataPenulisan LaporanSeminarPenyerahan Laporan

xxxx

x x xxxxx

Surat izin dari PTPN VII

3.6 Pengamatan

Data analisis tanah sebelum aplikasi pupuk urea diperoleh dari PTPN VII Unit Usaha

Rejosari. Pengamatan dilakukan setelah tiga bulan aplikasi pupuk urea, adapun variabel yang

diamati adalah :

(1) Jumlah tandan bunga yang terbentuk, dihitung setiap bulan, setelah tiga bulan

aplikasi perlakuan pemupukan, hal tersebut dilakukan karena bunga yang terbentuk

hingga mekar atau anthesis memerlukan waktu 2 bulan sampai 2,5 bulan,

(2) Sex rasio bunga jantan dan bunga betina yang terbentuk.

12

Page 13: Respon Pembentukan Bunga Sawit Pada an Pupuk N Dengan Dosis Berbeda

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1. analisis tanah dari PTP N VII

Data analisis tanah lokasi percobaan sebelum aplikasi pupuk urea dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Hasil analisis tanah di PTP N VII

No. Jenis Nilai Harkat1234567891011121314151617181920

FormasiBahan induk Fisiografi Bentuk wilayah Jenis tanah Kesuburan TeksturStrukturKonsistensi Kedalaman efektif pHC organic NC/N P tersedia K-dd Ca-ddMg-dd Kejenuhan basah KTK

> 100 cm 5,47–5,97 0,34–0,97 % 0,07-0,17 % 4,86–6,80 5–8 ppm 0,29–0,38 me/100g1,55–4,99 me/100g 0,34–1,115 me/100g 16 – 25 % 9,83 – 13,50 me/100g

tertierbatuanliat/batuan pasirlipatandatar samapai berombaktypic palendult (Podsolik kuning)sedanglempung liat berpasirgumpal-remahagak tegakcukup dalam rendah-sedangrendahrendah-agak rendahrendah-agak rendahrendah-agak rendahagak rendahrendah-agak rendahrendah-tinggi rendah-agak rendahagak rendah-sedang

13

Page 14: Respon Pembentukan Bunga Sawit Pada an Pupuk N Dengan Dosis Berbeda

4.1.2 Respon pembentukan tandan bunga pada pemberian pupuk N dengan dosis berbeda

Hasil rata-rata bunga betina yang terbentuk (Tabel 3) menunjukkan perbedaan yang

nyata dengan kontrol, dan tidak berbeda nyata antar perlakuan, sedangkan pada pembentukan

bunga jantan tidak menunjukan hubungan yang signifikan pada setiap perlakuan.

Pembentukan bunga betina tertinggi diperoleh pada perlakuan dosis pupuk urea 1750 g pohon-

1, yaitu 12,7 buah, namun secara statistik angka tertinggi ini tidak berbeda nyata denga

perlakuan 500 g pohon-1 sampai dengan 3000 g pohon-1. Penambahan pupuk urea terbaik

dilakukan pada dosis 500 g pohon-1 karena hasil pembentukan bunga betina pada perlakuan

dosis 2 sampai 12 sama.

Tabel 3. Respon Karakter Pembentukan Produksi Bunga pada pemberian pupuk N dengan dosis berbeda

Tandan bungaNo Perlakuan Jantan Betina

123456789101112

0 g500 g750 g1000 g1250 g1500 g1750 g2000 g2250 g2500 g2750 g3000 g

4,7 ns2 ns3,7 ns3,3 ns2,7 ns2,3 ns1,7 ns1,7 ns2 ns1.7 ns1.7 ns5,3 ns

3,3 c9,3 ab6 bc8,7 ab10 a8,7 ab12,7 a9,7 ab9,7 ab10 a9,7 ab9 ab

Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata dengan uji BNT pada taraf 5%.

14

Page 15: Respon Pembentukan Bunga Sawit Pada an Pupuk N Dengan Dosis Berbeda

4.1.3 Sex rasio bunga jantan dan bunga betina yang terbentuk

Sex rasio bunga jantan dan betina yang terbentuk selama

percobaan yang dilakukan kurang lebih 12 bulan seperti pada (Tabel 4). Rumus perhitungan

sex rasio adalah: 100 – perbandingan bunga jantan dan bunga betina X 100% (suwandi, 1982)

Tabel 4. Sex rasio bunga jantan dan bunga betina yang terbentuk

No Perlakuan

Sex rasio (%)

123456789101112

0 g500 g750 g1000 g1250 g1500 g1750 g2000 g2250 g2500 g2750 g3000 g

42,42 a78,5 a38,33 b62,07 a73 a73,56 a86,62 a82,47 a79,38 a83 a82,47 a41,12 a

Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata dengan uji BNT pada taraf 5%.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisis tanah dari PTP N VII

PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Rejosari berdasarkan data hasil analisis

tanah Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat yang diperoleh pada bulan Agustus,

2008 secara geologis tergolong dalam formasi tertier dengan bahan induk batuan liat/batuan

pasir, fisiografi sebagian besar areal adalah lipatan dengan bentuk wilayah datar samapai

15

Page 16: Respon Pembentukan Bunga Sawit Pada an Pupuk N Dengan Dosis Berbeda

berombak. Jenis tanah typic palendult (Podsolik kuning), kesuburan sedang, tekstur lempung

liat berpasir dengan struktur tanah gumpal-remah dan konsistensi tergolong agak tegak,

kedalaman efektif cukup dalam > 100 cm, pH 5,47 – 5,97 rendah-sedang, C organik (0,34 –

0,97 %) rendah, N tergolong rendah-agak rendah (0,07 - 0,17 %), C/N tergolong rendah-agak

rendah = 4,86 – 6,80, P tersedia rendah-agak rendah (5 – 8 ppm), kation-kation yang dapat

dipertukarkan (-dd) seperti K-dd tergolong agak rendah (0,29 – 0,38 me/100 g), Ca-dd

tergolong rendah-agak rendah (1,55 – 4,99 me/100 g), Mg-dd tergolong rendah-tinggi (0,34 –

1,115 me/100 g), kejenuhan basah rendah-agak rendah (16 – 25 %), KTK agak rendah-sedang

(9,83 – 13,50 me/100 g.

4.2.2 Jumlah tandan bunga yang terbentuk

Gambar 4. Grafik hasil pembentukan tandan bunga

16

Page 17: Respon Pembentukan Bunga Sawit Pada an Pupuk N Dengan Dosis Berbeda

Grafik hasil pembentukan tandan bunga pada (Gambar 4) menunjukan pembentukan

rata-rata bunga betina tertinggi pada dosis perlakuan 1750 g pohon-1, sedangkan pada hasil uji

BNT pembentukan rata-rata bunga betina pada setiap dosis perlakuan, kecuali kontrol tidak

berbeda nyata, sehingga penambahan dosis pupuk N cukup dilakukan pada perlakuan 500 g

pohon-1. Tingginya bunga betina yang terbentuk diduga adanya kontribusi sudut pelepah daun,

karena dengan sudut pelepah 70 - 75 derajat akan menghasilkan fotosintesis pada tanaman

kelapa sawit sekitar 26 mg/C02/dm2/jam (IOPRI, 2008). Nilai N daun yang diperoleh

sebelum penelitian di lakukan adalah 55,1, sedang angka kritisnya adalah 51. Dengan

demikian, kandungan N daun yang di atas kritis menunjukkan bahwa dengan penambahan

sekitar 500 g tanaman-1 dapat meningkatkan pembentukan bunga betina. Adanya peningkatan

tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Gardner, dkk., (1985), bahwa meningkatnya

serapan nitrogen pada tanaman dapat meningkatkan kandungan klorofil daun dan enzim

fotosintesis dalam menghasilkan pati. Hal inilah, yang memungkinkan adanya peningkatan

pembentukan bunga lebih tinggi. Sebaliknya pada hasil rata-rata pembentukan bunga jantan

setelah dilakukan uji BNT tidak menunjukan perbedaan yang nyata antara dosis perlakuan

dengan kontrol.

17

Page 18: Respon Pembentukan Bunga Sawit Pada an Pupuk N Dengan Dosis Berbeda

4.2.3 Sex rasio bunga jantan dan bunga betina yang terbentuk

Gambar 5. Grafik sex rasio bunga jantan dan bunga betina yang terbentuk

Hasil Sex rasio bunga jantan dan bunga betina yang terbentuk (Gambar 5) menunjukkan

bahwa persentase tertinggi pada perlakuan dosis 1750 g tanaman-1 yaitu sebesar 86,62%.

Persentase terkecil didapat pada perlakuan dosis 3000 g tanaman-1 yaitu sebesar 41,12%,

sedangkan pada perlakua kontrol 0 g tanaman-1 persentase yang didapat juga kecil yaitu

sebesar 42,42%. Hasil rata-rata sek rasio yang terbentuk (Tabel 4) menunjukan perbedaan

yang nyata, namun setelah dilakukan uji BNT tidak menunjukan hubungan yang signifikan

antara perlakuan kecuali pada perlakuan dosis 750 g tanaman-1 sehingga dapat dikatakan

tingkat sek rasio pada semua perlakuan dosis kecuali perlakuan dosis 750 g tanaman-1 sama.

18

Page 19: Respon Pembentukan Bunga Sawit Pada an Pupuk N Dengan Dosis Berbeda

Perlakuan dosis 500 g tanaman-1 sex rasio yang terbentuk sudah maksimal. Tingginya sek

rasio yang terbentuk pada pembentukan bunga kelapa sawit didukung oleh penyinaran yang

cukup. Kekurangan cahaya matahari akan menyebabkan sex rasio pada tanaman kelapa sawit

kecil yang ditunjukan dengan pembentukan bunga betina lebih sedikit dari bunga jantan

(Priyono, 2008).

19

Page 20: Respon Pembentukan Bunga Sawit Pada an Pupuk N Dengan Dosis Berbeda

V. RENCANA ANGGARAN

Rencana anggaran yang dimaksud adalah biaya yang dikeluarkan selama kegiatan

proyek usaha mandiri ini dilaksanakan. Biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp.

1.281.070.00, meliputi Biaya izin kegiatan Rp. 25.000.00, Biaya pemupukan Rp. 651.370.00,

Biaya pemeliharaan tanaman Rp. 54.700.00, Biaya pengamatan Rp. 402.000.00, Biaya

analisis data Rp. 105.000.00. dengan rincian seperti pada Tabel 5.

20

Page 21: Respon Pembentukan Bunga Sawit Pada an Pupuk N Dengan Dosis Berbeda

21

Page 22: Respon Pembentukan Bunga Sawit Pada an Pupuk N Dengan Dosis Berbeda

22

Page 23: Respon Pembentukan Bunga Sawit Pada an Pupuk N Dengan Dosis Berbeda

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa;

(1) Penambahan dosis pupuk N tidak mempengaruhi pembentukan bunga jantan,

(2) Penambahan dosis pupuk N mempengaruhi pembentukan bunga betina. Dosis pupuk

N 1750 g pohon-1 menghasilkan bunga betina sebanyak 12,7 tandan, tetapi tidak

berbeda dengan perlakuan dosis 500 g pohon-1 sampai 3000 g pohon-1,

(3) Dosis pupuk N adalah 500 g pohon-1,

(4) Hasil sex rasio tertinggi pada perlakuan dosis 1750 g tanaman-1 yaitu sebesar 86,62%.

(5) Sex rasio maksimal terbentuk pada perlakuan dosis 500 g pupuk N tanaman-1.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, Perlu percobaan lanjut yang dilakukan

pada musim kemarau dengan variasi umur tanaman.

23

Page 24: Respon Pembentukan Bunga Sawit Pada an Pupuk N Dengan Dosis Berbeda

DAFTAR PUSTAKA

Aqobah, 2008. Mengenal Pupuk Urea. www. aqobah . net / tag / tanaman [11 Desember 2008].

Direktur Jendral Perkebunan, 2007. Fokus Pembangunan Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Eriantosimalango, 2008. Dampak Pupuk Kimia. www. eriantosimalango . wordpress . com . [13 Desember 2008].

Fisher, N.M, 1992. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman: fase vegetatif. Dalam Goldsworthy, P.R., dan N.M. Fisher (Penyunting). Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Terjemahan Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Gardner, F.P., R.B. Perarce, dan R.L. Mitchell. 1985. Fisiologi Tanaman Budidaya. Alih Bahasa H. Susilo dan Subiyanto, 1991. UI Press. Jakarta.

Hardon, J.J. and R.H.V. Corley, 1982. Oil Palm Research. Elsevier Scientifie Publishing Company, Johor. Malaysia.

IOPRI, 2008. Pengaruh unsur esensial terhadap pertumbuhan dan produksi. www.iopri.org/webned/ioprind.htm. [26 juni 2008].

Petersen, R.G. 1994. Agriculture Field Experimentals Design and Analisis. Marcel Dekker. Inc. USA.

Priyono Herry, 2008. Mengenal Tanaman Kelapa Sawit. www.btsmkn2tgt.blogspot.com. [13 Agustus 2009]

Sallisbury , F.B., and C.W., Ross, 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Diterjemahkan Diah R. Lukman dan Sumaryono. Penerbit ITB. Bandung.

24

Page 25: Respon Pembentukan Bunga Sawit Pada an Pupuk N Dengan Dosis Berbeda

Schaffer, AA., 1996. Photoassimilate Distribution in Plant and Crops. New York. Marsel Dekker, Inc.

Sukarji, R dan R.L, Tobing, 1982. Jenis Pupuk pada Tanaman Kelapa Sawit. PPM. Pematang Siantar. Medan.

Syahbana, S. 2007. Palm Oil and Rubber Plantation Business Prospects. Pidato Ilmiah pada Peringatan Dies Natalis ke 23 Politeknik Negeri Lampung. Bandar Lampung.

Suwandi dan E.L., Tobing, 1982. Pengambilan Contoh Daun Tanaman Kelapa Sawit. Pedoman Teknis. Pusat Penelitian Marihat. Medan.

Tahir, M. 2003. Uji Perbandingan Pollen Extractor Motor 3,6 v dan 4,8 V Terhadap Bobot, Kemurnian, dan Kemurnian Pollen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) serta Pengaruhnya Terhadap Pollinasi Buatan dan Hasil Tandan Buah Segar (TBS). Politeknik Negeri Lampung. (Laporan Penelitian Tidak dipublikasikan).

Winarno, E.S., E.S, Sutarto., R. Yuliasari., dan Z Poelongan, 2000. Pelepasan Hara Pupuk Majemuk Kelapa Sawit, Jurnal Penekitian Kelapa Sawit Vol. 9 (2-3):103-109.

25