laporan sosper

29
BAB I. PENDAHULUAN Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan Logosberarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" (August Comte, 1798). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Masyarakat adalah sekelompok individuyang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara individu dengan individu, individu dengan masyarakat, dan masyarakat dengan masyarakat.Selain itu, Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris serta bersifat umum.Sosiologi memusatkan kajiannya pada kehidupankelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut. Adat istiadat, tradisi, nilai-nilai hidup suatukelompok, pengaruhnya terhadap kehidupan kelompok, proses interaksi di antara kelompok dan

Upload: gerald-siahaan

Post on 17-Dec-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan sosper

TRANSCRIPT

BAB I. PENDAHULUAN

Sosiologiberasal dari bahasa Latin yaituSociusyang berarti kawan, teman sedangkanLogosberartiilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive"(August Comte,1798).Walaupun banyakdefinisi tentang sosiologinamun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentangmasyarakat.Masyarakatadalah sekelompokindividuyang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Sebagai sebuahilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara individu dengan individu, individu dengan masyarakat, dan masyarakat dengan masyarakat.Selain itu, Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris serta bersifat umum.Sosiologi memusatkan kajiannya pada kehidupankelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut. Adat istiadat, tradisi, nilai-nilai hidup suatukelompok, pengaruhnya terhadap kehidupan kelompok, proses interaksi di antara kelompok dan perkembangan lembaga-lembaga sosial merupakan perhatian sosiologi.Sosiologi perikanan merupakan cabang sosiologi yang mempunyai objek khusus yaitu masyarakat pesisir yang hidup dari sumber daya laut seperti, nelayan,buruh,pembudidaya, penangkapan, tambak di daerah air laut, tawar dan air payau sesuai dengan potensi-potensi sumberdaya perikanan di daerah tersebut (Adnans, 1997).1.Peranan Sosiologi Perikanan antara lain (Adnans, 1997):a.Masyarakat Perikanan sebagai obyek dalam melaksanakan kehidupannya;b.Dapat mendiskripsikan dan memprediksi perilaku anggota masyarakat perikanan;c.Mempelajari obyek apa yang terjadi saat Ini, bukan apa yang seharusnya terjadi;d.Mengamati indikator-indikator dari proses kehidupan masyarakat perikanan atau di masyarakat pesisir yang sebagian besar mengalami kemiskinan.Masyarakat pesisir adalah golongan besar atau kecil dari beberapa manusiayang sebagian besar wilayahnya adalah wilayah pesisir, dengan karena sendirinya bertalian secara golongan dan mempengaruhisatu sama lain.

BAB II. HASIL DAN PEMBAHASAN2.1 Artikel 1Traditional fisheries management of flyingfish on the west coast of Sulawesi, Indonesia2.1.1 Abstrak Artikel 1Ikan Terbang adalah spesies komersial yang pentingdi beberapa daerah Indonesia Timur. Mereka dimanfaatkan untuk generasi oleh komunitas lokal yang hidup di selatan pantai Sulawesi . Diperkirakan bahwa lebih dari3.825 keluarga, atau sekitar 19.125 orang, dariKabupaten Majene di Sulawesi Barat bergantung padaIkan Terbang di Selat Makassar . Namun,manajemen yang tidak pantas telah mengakibatkankonsistennya tingkat penangkapan dan produksiikan terbang. Ketidakkonsistenan dalam produktifitas penangkapan ikan yang tidak berkelanjutanadalah praktek dan overfishing. Ini juga merupakanindikator ancaman untuk mengakibatkan suatu potensial kepunahan spesies. Ada yang mendesakuntuk dibutuhkan sebuah studi komprehensif tentang pengelolaan perikanan berkelajutan untuk mengatasi masalah overfishing ikan terbang di Selat Makasar, karena ini merupakan sebuah aset ekonomi untuk masyarakat lokal itu sendiri. Peneliti seharusnya mempersiapka kebutuhanuntuk mencakup semua aspek perkembangan agar perikanan itu normal dalam segi: biologis, sosial, budaya,ekonomi, hukum dan kelembagaan .Makalah ini menganalisis kerangka kelembagaanmanajemen tradisional ikan terbang,terutama hubungan kekeluargaan antara Ponggawa dan Sawi di Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Utara.Hal inididasarkan pada studi yang dilakukan antaraFeb-Okt. 2007 di desaMosso . Makalah ini menyimpulkan beberapa Rekomendasi untuk pelaksanaanManajemen Berbasis Masyarakat ( CBM ) dan pengelolaan untuk mengatasi masalah bersamapenangkapan ikan yang berlebihan dan untuk memfasilitasi pengembanganpengelolaan perikanan berkelanjutan ikan terbang didaerah ini.

2.1.2 Identifikasi Status PeranNoStatusPeran

1Wanita di Majenemereka terlibat dalam pengolahan ikan ( pengasinan danmerokok ) , distribusi , grosir dan eceran pemasaran .

2Nelayan dan Budidaya PerikananSebagai pelaku yang menangkap ikan komersial, ikan terbang

3Sorensen dan McCreary Sebagai institusional untuk pengaturan sebagai ' gabungan dari hukum , adat , dan organisasi yang didirikan oleh toallocate masyarakat sumber daya yang langka dan bersaing nilai-nilai . "

4Tokoh masyarakatmengalokasikan sumber daya yang langka dan untuk menyelesaikan konflik di antara pengguna sumberdaya

5Kepala Desamengalokasikan sumber daya yang langka dan untuk menyelesaikan konflik di antara pengguna sumberdaya

6Sumber Daya yang ada di Selat Makasar menjadi gangguanPejabat / Pemerintahmengalokasikan sumber daya yang langka dan untuk menyelesaikan konflik di antara pengguna sumberdaya

7Ponggawa Penyedia modal yang biasanya adalah seorang pengusaha atau pedagang

8Sawi (Tenaga Kerja)orang yang bekerja sebagai buruhbawah Juragan dalam operasi penangkapan

2.1.3 Akar MasalahTerjadinya overfishing yang menimbulkan masalah kepunahan ikan terbang di Selat Makassar karena ini merupakan aset ekonomi yang penting untuk masyarakat lokal.1. Spesies Popolasi Ikan Terbang mengalami penurunan akibat penangkapan berlebihan2. Pengamatan dilakukan untuk memahami aspek mata pencaharian danHubungan antara masyarakat pesisir dansumber daya laut dan pesisir .3. Keluarga nelayan mengalami kepemilikan modal yang sangat kecil4. Kemiskinan nelayan, sehingga mereka melakukan suatu pengelolahan ikan kering.5. Sistem Harga pasar yang dipengaruhi oleh Ponggawa6. Selektifitas alat tangkap untuk menangkap ikan terbang

2.1.4 Visualisasi Artikel 1

SAWIPeminjaman modalNelayanWanita (Istri)Faktor Ekonomi

Selektifitas alat tangkapKepunahan ikan TerbangTOKOH MASYARAKATSumber daya tergangguSorensen dan McCrearyPEJABATAtaupemerintahKEPALA DESAPONGGAWAPengelolaan ikanMemenuhi Kebutuhan

2.1.5 Interpretasi Artikel 1

Ekonomi merupakan salah satu faktor mengapa masayarakat (nelayan) di Majene Selat makasar menangkap ikan terbang, para nelayan dibantu oleh wanita Majene untuk melakukan pengelolahan hasil tangkapan hal tersebut dalam bentuk ikan asin, selain itu wanita Majene juga berperan dalam penujalan atau pemasaran ikan segar, Hal ini bertujuan untuk meningkatkan nilai ekonomis agar kebutuhan keluarga terpenuhi. Mereka mendapat modal dari hasil pinjaman pada Ponggawa, Ponggawa adalah seorang penyedia modal, pengusaha dan pedagang. Dan nelayan sebagai sawi atau tenaga kerja atau buruh dalam suatu perahu. Dalam hal penangkapan Ikan, para nelayan Majene tidak mempunyai kemampuan khusus dalam selektifitas alat tangkap, sehingga menyebabkan Sumber daya terutama alam yang ada di dalam laut selat makasar menjadi terganggu dan populasi spesies ikan terbang mengalami kepunahan. Untuk mengalokasikan Sumber daya yang langka dan menyelesaikan konflik ini diantara pengguna sumber daya, mereka dibantu oleh Pejabat/pemerintah setempat dan dibantu oleh tokoh masyarakat serta kepala desa. Sebagai panduannya adalah Sorensen dan McCreary dimana sebagai institusional untuk pengaturan sebagai gabungan dari hukum, adat, dan organisasi yang didirikan oleh toallocate masyarakat sumber daya langka dan bersaing nilai-nilai.2.2 Artikel 2Anthropological Applications in the Management of Federally Managed Fisheries: Context, Institutional History, and Prospectus2.2.1 Abstrak Artikel 2Manajemen perikanan bukanlah sekedar menjaga keseimbangan antara stok sumberdaya yang ada dilaut dengan sumberdaya yang ditangkap, tetapi juga manajemen pada masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari hasil laut. Masyarakat yang menggantungkan hidup mereka pada laut sebenarnya terjebak diantara usaha untuk melestarikan dan memulihkan keadaan laut, mengikuti perkembangan sosial ekonomi yang juga menuntut perkembangan pada wilayah pesisir, dan efek dari perubahan iklim global. Maka dari itu ilmu antropologi dan sosial dibutuhkan untuk menganalisis dan mengalamatkan dengan tepat bagaimana manajemen perikanan agar berjalan lebih efektif. Seperti mengamati masalah ketergantungan masyarakat pesisir pada aktivitas memancing, kepegasan mereka terhadap perubahan, dan faktor-faktor luar yang mendorong mereka kepada perubahan.Isu-isu seputar masyarakat inilah menjadi alasan bahwa ilmu antropologi dan sosial perlu diterapkan dalam sistem manajemen perikanan. Amerika Serikat adalah salah satu negara yang telah menerapkan ilmu antropologi dan ilmu sosial dalam manajemen perikanan federal melalui NMFS (National Marine Fisheries Service) yang adalah anak dari departemen perikanan mereka. NMFS pada dasarnya mempelajari tentang dampak yang timbulkan dari aktivitas manajemen perikanan terhadap masyarkat pesisir, misalnya bagaimana sikap yang ditimbulkan oleh masing-masing masyrakat, rumah tangga, atau individu di wilayah pesisir terhadap tekanan yang dihasilkan oleh kebijakan untuk menjaga kelesatarian laut, perubahan iklim dan lingkungan laut, serta perubahan ekonomi baik nasional maupun global. Dan nantinya data yang diperoleh dari penilaian secara antropologi dan sosial melalui NMFS ini akan dijadikan acuan dalam memperbaiki dan mengalamatkan masalah-masalah yang terjadi ditiap regional wilayah Amerika Serikat untuk membuat kebijakan yang tepat disetiap regionalnya dalam rangka manajemen perikanan federal.2.2.2 Identifikasi Status PeranNoStatusPeran

1Pemerintah Amerika Serikat- Mengontrol serta mengawasi lembaga-lembaga yang dibentuk untuk menjalankan fungsi manajemen perikanan.- Membentuk NMFS- Membuat kebijakan-kebijakan untuk menjaga stabilitas perikanan

2NMFS (National Marine Fisheries Service) Lembaga yang dibentuk pemerintah Amerika Serikat untuk menjalankan fungsi manajemen perikanan federal melalui sisi antropologi dan sosial masyarakat

3Masyarakat Perikanan/ pesisir (Masyarakat, rumah tangga dan individu)Adalah para pelaku yang menjalankan aktivitas dibidang perikanan dan juga sebagai obyek yang dipelajari oleh NMFS dalam usaha manajemen perikanan

4AntropologOrang yang dipekerjakan oleh NMFS untuk mempelajari antropologi dari masyrakat perikanan/pesisir

5SosiologOrang yang dipekerjakan oleh NMFS untuk mempelajari dimensi sosial dari masyrakat perikanan/pesisir

2.2.3 Akar Masalah1. Manajemen perikanan bukan hanya soal menjaga keseimbangan antara stok sumberdaya alam yang ada dilaut dan sumberdaya alam di laut yang dieksploitasi, tetapi juga masyarakat yang mendukung manajemen perikanan itu sendiri.2. Dibutuhkan analisis dalam sisi antropologi dan sosial masyarakat perikanan untuk membantu keefektifan manajemen perikanan 3. Hal-hal seputar pelestarian dan menjaga sumberdaya alam dilaut, pengembangan daerah pesisir atau perikanan, perkembangan sosial ekonomi dan perubahan iklim menjadi faktor penekan bagi masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada hasil laut.4. Dibutuhkan lembaga penengah antara pemerintah dan masyarakat agar pemerintah dapat mempelajari sebab dan akibat suatu kebijakan tentang perikanan terhadap masyarakat perikanan sehingga tepat sasaran.

NMFS(National Marine Fisheries Service)Pemerintah2.2.4 Visualisasi Artikel 2

Masyarakat Nelayan

EkonomiSosial

Laut

Manajemen Perikanan

2.2.5 Interpretasi Artikel 2Dalam visualisasi tersebut menggambarkan bahwa sebenarnya masyrakat nelayan mendapat banyak tekanan dari berbagai macam faktor, dari kebijakan pemerintah soal pembatasan penangkapan dalam rangka pelestarian laut, tetapi juga terdapat kebijakan tentang pengembangan bidang perikanan dan kelautan sehingga bertabrakan. Serta dari dimensi sosial dan ekonomi yang semakin berkembang juga dapat meningkatkan kebutuhan rumah tangga nelayan juga meningkatnya permintaan akan hasil laut yang mengakibatkan nelayan perlu melakukan usaha lebih dalam penangkapan. Serta faktor alam seperti perubahan iklim global yang mengakibatkan perubahan pada aktivitas penangkapan.Maka dari itu dibutuhkan lembaga atau media seprti NMFS tersebut yang dapat membaca tingkah laku nelayan dalam sisi antropologi dan sosial melalui pertimbangan atas segala faktor yang mempengaruhi tingkah laku serta struktur mereka, sehingga bisa menjadi jembatan bagi kebijakan pemerintah yang tepat sasaran untuk keefektifan manajemen perikanan.

2.3 Artikel 3PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN BERBASIS MASYARAKAT (PSPBM) MELALUI MODEL CO-MANAGEMENT PERIKANAN

2.3.1 Abstrak Artikel 3Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Co - Manajemen PSPBM , Dalam menelaan dinamika sosiologi ekonomi dan konflik manajemen nelayan tradisional, di kota Bengkulu .Sifat penelitian ini menggunakan metode kualitatif - phenomenalogis dengan lokasi penelitiandi kota Bengkulu .Teknik pengumpulan data meliputi pengumpulan data sekunderdan data primer melalui penentuan informan, observasi, kedalaman wawancara, FGD. Hasil penelitian menemukan hubungan patron-klien masih sangat mendominasi wilayah ini , dan sekali ekonomi jaminan sosial bagi nelayan.Hubungan kekerabatan umumnya baik . Solidaritas sosial masih tinggi tetapi bukan jaminan dan strategi kelangsungan hidup nelayan masih dibilang relatif tradisional karenahanya titik awal untuk memancing di laut saja dan tidak meluas ke daerah lain yang masihmemanfaatkan sumber daya laut . Hasil analisis konflik secara umum dapat dilihat dari beberapa konflikdikalangan nelayan yang terjadi dan terdapat di lokasi penelitian, beberapa konflik tersebut adalah: konflik kelas,atau vertikal konflik dan konflik agraria .

NoStatusPeran

1NelayanSebagai pelaku penangkap ikan dan Sebagian besar masyarakathidup di bawah garis kemiskinan dengankualitas sumberdaya manusia yang rendah.

2Masyarakat dalam definisiPSPBMsekelompok orang yangmemiliki tujuan yang sama.

3PemerintahLembaga untuk meminimalisir terjadinya kerusakan sumberdaya pesisir, dan memerikan bantuan kepada para nelayn pesisir.

4stakehoderPihak pihak yang terkait dengan isu dan prmasalahan perikanan

5Co-ManagementBertugas sebagai kerja sama pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan laut antara Pemerintah dengan Masyarakat sebagai jembatanuntuk mewujudkan proses pengambilankeputusan di antara keduabelahpihak sehingga menjadi mekanisme untukmencapai visi dan tujuan nelayan lokal sertamengurangi konflik antarnelayan melalui

2.3.2 Identifikasi Status Peran

2.3.3 Akar Masalah1. PSPBM ini tidak mampu mengatasimasalah-masalah inter-komunitas,bersifat spesifik lokal, sangat rentan terhadapperubahan eksternal, sulit mencapai skalaekonomi, serta tingginya biaya institusionalisasinya.2. pengelolaandan pemanfaatan sumberdaya perikanancenderung makin berkurang, interaksi antaramasyarakat lebih banyak terekspresi dalambentuk saling kompetisi.3. pemanfaatan fungsi PPI danTPI tidak optimal, rendahnya kemampuanmanajemen pemasaran hasil perikanan, sehinggarendahnya tingkat margin yang diperolehmasyarakat nelayan4. Munculnya isu isu dalam pengelolaan Sumber Daya Laut Pesisir5. untuk menentukanpengelolaan sumberdaya pesisir terpadu berbasis masyarakat (PPSBM) melalui modelCo-Management perikanan ditinjau dari dinamika sosial ekonomi dan manajemen konflik nelayan sesuai dengan kondisi lapangan yang terjadi di kota Bengkulu.6. Mengidentifikasi dinamika sosial ekonominelayan dan manajemen konflik nelayan tradisionaldi Bengkulu terutama mengenai batas-batas wilayah terdefinisi.7. Menciptakan keterpaduan pengelolaan sumberdayapesisir oleh para stakeholder, seperti keterpaduanvisi dan misi dari pengelolaan yangdilakukan.8. Kurangnya pengetahuan tentang selektifitas alat tangkap yang dilakukan para nelayan untuk menangkap ikan

2.3.4 Visualisasi Artikel 3Analisis Teori :

NelayanPENDIDIKAN DAN KEMISKINAN

SALING BERKOMPETISI

Kurangnya Pengetahuan selektifitas alat tangkapMemenuhi Kebutuhan sehari- hari

CO-MANAGEMENTSTAKEHODERPSPBMTIMBUL BEBERAPA ISU DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA PESISIR DAN LAUTPEMERINTAHSumber Daya Laut Pesisir

2.3.5 Interpretasi dari Analisi Teori

Kurangnya pendidikan dan kemiskinan dialami oleh Masyarakat nelayan pesisir yang ada di Bengkulu. Para Nelayan saling berkompetisi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga mereka melakukan penangkapan ikan sebagai mata pencaharian sehari-hari, Namun kurangnya pengetahuan tentang selektifitas alat tengkap menyebabkann Sumber Daya Pesisir Dan Laut mengalami kerusakan, Sehingga terdapat Isu isu dalam Pengelolaan Sumber Daya pesisir Dan Laut di daerah Bengkulu.Dalam masalah ini Pemerintah merupakan lembaga yang berkerja sama dengan PSPBM dan Stakeholder untuk mnegatasi masalah tersebut. Pemerintah tidak tinggal diam dalam mengatasi masalah ini, terutama masalah kemiskinan nelayan pesisir, Pemerintah berusaha memberikan bantuan ke mereka, Namun bantuan tersebut terkadang tidak mengakomodasi kebutuhan masyarakat nelayan tersebut dan terkedang tidak tepat sasaran. Untuk mengatasi masalah ini, anatar Pemerintah, stakehoder, dan PSPBM melakukan kerja sama untuk mencapai suatu tujuan, dan Tujuan tersebut dibantu oleh Co-Management, dimana Co-Management dalam bidang perikanan ini didefinisikan sebagai pembagian atau pendistribusian tanggung jawab dan wewenang anatar pemerintah dan masyarakat lokal dalam mengelola sumberdaya perikanan.2.4 Benang MerahManajemen Perikanan Berbasis Kemasyarakatan2.4.1 Analisa Masalah 3 ArtikelArtikel 1. Di Selat Makassar terjadi kepunahan species ikan terbang akibat overfishing yang dilakukan oleh nelayan lokal (nelayan Majene, Sulawesi Barat) yang disebabkan oleh kemiskinan. Nelayan Majene tidak mempunyai kemampuan khusus dalam selektifitas alat tangkap, sehingga menyebabkan Sumber daya terutama alam yang ada di dalam laut selat makasar menjadi terganggu dan populasi spesies ikan terbang mengalami kepunahan.Artikel 2. Studi Antropologi untuk menganalisis bagaimana manajemen perikanan agar berjalan lebih efektif di Amerika Serikat. Analisisi ini seperti mengamati masalah ketergantungan masyarakat pesisir pada aktivitas memancing, kepegasan mereka terhadap perubahan, dan faktor-faktor luar yang mendorong mereka kepada perubahan.Artikel 3. Penerapan model Co-Management perikanan untuk mengelola sumberdaya pesisir terpadu berbasis masyarakat di Kota Bengkulu, namun dalam praktiknya terdapat konflik kelas di kalangan nelayan yang mengakibatkan penerapan Co-Management ini belum optimal. PSPBM ini tidak mampu mengatasi masalah-masalah inter-komunitas,bersifat spesifik lokal, sangat rentan terhadap perubahan eksternal, sulit mencapai skalaekonomi, serta tingginya biaya institusionalisasinya.2.4.2 Status dan Peran Gabungan 3 ArtikelNoStatusPeran

1Masyarakat Perikanan (mencakup nelayan dan keluarganya yang tinggal di wilayah pesisir)Adalah para pelaku yang menjalankan aktivitas dibidang perikanan dan juga sebagai obyek yang dipelajari, dan baisanya hidup di bawah garis kemiskinan dengankualitas sumberdaya manusia yang rendah

2Tokoh Masyarakatmengalokasikan sumber daya yang langka dan untuk menyelesaikan konflik di antara pengguna sumberdaya

3.PemerintahMengontrol serta mengawasi lembaga-lembaga yang dibentuk untuk menjalankan fungsi manajemen perikanan serta Membuat kebijakan-kebijakan untuk menjaga stabilitas perikanan

3StakehoderPihak pihak yang terkait dengan isu dan permasalahan perikanan

4Co-ManagementBertugas sebagai kerja sama pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan laut antara Pemerintah dengan Masyarakat sebagai jembatanuntuk mewujudkan proses pengambilankeputusan di antara keduabelahpihak sehingga menjadi mekanisme untukmencapai visi dan tujuan nelayan lokal sertamengurangi konflik antarnelayan melalui

5NMFS (National Marine Fisheries Service) Lembaga yang dibentuk pemerintah Amerika Serikat untuk menjalankan fungsi manajemen perikanan federal melalui sisi antropologi dan sosial masyarakat

6.Sorensen dan McCreary Sebagai institusional untuk pengaturan sebagai ' gabungan dari hukum , adat , dan organisasi yang didirikan oleh toallocate masyarakat sumber daya yang langka dan bersaing nilai-nilai . "

7Ponggawa Penyedia modal yang biasanya adalah seorang pengusaha atau pedagang

8Sawi (Tenaga Kerja)orang yang bekerja sebagai buruhbawah Juragan dalam operasi penangkapan

9AntropologOrang yang dipekerjakan oleh NMFS untuk mempelajari antropologi dari masyrakat perikanan/pesisir

10SosiologOrang yang dipekerjakan oleh NMFS untuk mempelajari dimensi sosial dari masyrakat perikanan/pesisir

2.4.3 Visualisasi GabunganManajemen Perikanan Berbasis Masyarakat

PemerintahTokoh MasyarakatCo-ManagementNMFS termasuk Institusi/LSM lainnya

Masyarakat Pesisir (termasuk Ponggawa dan Sawi)

2.4.4 Interpretasi GabunganPada visualisasi di atas menggambarkan, pemerintah dalam menjalankan manajemen perikanan serta membuat kebijakan-kebijakan untuk menjaga stabilitas perikanan harus bekerja sama dengan Tokoh Masyarakat maupun Co-Management karena mereka sebagai pihak yang menjembatani antara masyarakat dengan pemerintah agar tujuan manajemen tersebut tepat sasaran dan efektif. Selain itu peran lembaga kemasyarakatan seperti NMFS maupun LSM juga sangat dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan manajemen perikanan yang berbasis kemasyaraktan sehingga masyarakat pesisir (nelayan termasuk keluarganya) mau melaksanakan manajemen tersebut. 2.4.5 SolusiUntuk lebih mengefektifkan manajemen perikanan khususnya Indonesia, seharusnya pemerintah juga mengadakan lembaga seperti NMFS yang ada di Amerika Serikat untuk mempelajari karakteristiik masyrakat perikanan dan sebab-akibat dari perilaku mereka. Sehingga manajemen perikanan juga dapat melibatkan peran masyarakat perikanan secara lebih maksimal, pemerintah juga perlu memanfaatkan peran tokoh masyrakat dan LSM untuk menjembatani antara pemerintah dan masyarakat. Karena manajemen perikanan bukan hanya soal mengelola sumberdaya perikanan namun juga masyarakatnya.

BAB 3 PENUTUP3.1 KesimpulanManajemen perikanan tidak hanya mengatur tentang sumberdaya perikanan tapi juga sumberdaya manusianya yaitu masyarakat pesisir yang mencakup nelayan dan keluarganya.Pemerintah dalam menjalankan manajemen perikanan serta membuat kebijakan-kebijakan untuk menjaga stabilitas perikanan harus bekerja sama dengan Tokoh Masyarakat maupun Co-Management agar tujuan manajemen tersebut tepat sasaran dan efektifPeran lembaga kemasyarakatan seperti NMFS maupun LSM juga sangat dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan manajemen perikanan yang berbasis kemasyaraktan sehingga masyarakat pesisir (nelayan termasuk keluarganya) mau melaksanakan manajemen tersebut.

3.2 SaranPemerintah perlu terus mengembangkan jembatan antara pemerintah dengan masyrakat perikanan untuk lebih mengefektifkan sistem manajemen perikanan. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan LSM dan tokoh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Alains, Muluk. A, et.al.2009. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berbasis Masyarakat (PSPBM) Melalui Model Co-Management Perikanan. Fakultas Ekonomi: Universitas Bengkulu.Bengkulu

Colburn, Lisa.L et.al. 2006. Anthropological Applications in the Management of Federally Managed Fisheries: Context, Institutional History, and Prospectus. Journal :Human Organization, Vol.65,No. 3. Society Applied Antrhopolgy. Dirhamsyah.2008. Traditional fisheries management of flyingfish on the west coast of Sulawesi, Indonesia. Research Centre for Oceanography: Indonesian Institute of Sciences . Jakarta.