laporan sementara lk

18
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM LAYANAN KEFARMASIAN OSTEOARTHRITIS Disusun oleh: 1. AKWILA ALBERT (G1F011056) 2. YULIA NUR ULFA (G1F011058) 3. INAS KHAIRANI (G1F011060) 4. FEBRIANA (G1F011062) JURUSAN FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

Upload: dilla-wendistia

Post on 06-Nov-2015

253 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

yayaya

TRANSCRIPT

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM LAYANAN KEFARMASIANOSTEOARTHRITIS

Disusun oleh:

1. AKWILA ALBERT

(G1F011056)

2. YULIA NUR ULFA

(G1F011058)

3. INAS KHAIRANI

(G1F011060)

4. FEBRIANA

(G1F011062)

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2014A. KASUSIbu N 65 tahun menderita lutut dan jari tangan bengkak, merah, dan terasa nyeri sekali selama 5 tahun. Nyeri tersebut awalnya hanya di kedua lutut saja, tetapi semenjak 3 bulan terakhir, jari tangan ibu N mulai ikut terasa nyeridan bengkak kemerahan. Resep yang diberikan oleh dokter adalah:Dr. XXXXX, Sp. PD

Rumah: Praktek:

Jl. Mawar No.301 Jl. Duku No. 123

Purwokerto Telp 0281-323571 Purwokerto, Telp:0281-325768

Purwokerto, 29 Sept 2014

R/ Ibuprofen 400 mg No XX

S2dd1

R/ Lameson No. XV

S3dd 1/2

R/ Kondroitin Sulfat 800 mg No. X

S1dd1

Pro: Ibu N (65 thn)

Ibu N sudah rutin mendapat obat tersebut. Muka, leher, dan pundak ibu N terlihat tembem membengka. Ibu N minta alternative obat oles, dan bertanya apakah boleh mengkonsimsi Viostin DS bersamaan dengan obat dari dokter.

B. INFORMASI PASIEN

No....... REKAM PENGOBATAN GERIATRI

Nama pasien :Ny.N

Usia:65 ThBB: : 55 KgPekerjaan:

Pensiunan

Alamat:

Jl. Madrani No.5Aktivitas harian:

Bermain dan menggendong cucu, terkadang mengepel dan menyapu.

No. Telp:

Keluhan Saat IniLutut bengkok

Riwayat PenyakitMaag : Ya/ Tidak DM : Ya/ Tidak

Anemia : Ya/ Tidak HT : Ya/ Tidak

Penyakit lain :

Tekanan darah 170/90 mmHg

Riwayat PengobatanDengan resep

Riwayat AlergiSakit perih, bengkak muka leher.

Hasil Lab (Hb, Hati, Ginjal)

DATA PENGOBATAN

Pengobatan SebelumnyaRencana Pengobatan Sekarang

Nama Obat/ Rute PemberianDosisFrekuensiDurasiNama Obat/ Rute PemberianDosisFrekuensiDurasi

Respon Terapi:

Respon Terapi:

Identifikasi Problem Terkait Obat Terdahulu

Drug Without Indication ADRUntretaed Indication Wrong Drug

Overdose Drug InteractionUnderdose Gagal Menerima terapi

Kepatuhan

Catatan :

Identifikasi Kebutuhan Pasien

Obat yang lebih aman (sdkt efek samping)

Obat yang lebih efektif dgn jadwal penggunaan obatnya

Obat yang lebih mudah diminum/ digunakanObat yang lebih sesuai dengan keluhan

Jika Pengobatan Baru (Tidak ada terdahulu):

Harapan Pasien Tentang Obat (Rute, Frekuensi, Bentuk sediaan, dll):

Sediaan topical danViostin DS.

Harapan Pasien Tentang Pengobatan:

Sembuh.

Target Terapi SpesifikRencana MonitoringHasil Monitoring

(Respon Terapi, Outcome, ADR)

ParameterJadwal

Apoteker:

Signature:

C. SOAPI. SUBJEKTIFNama Pasien: Ny. NAlamat: Jl. Madrani no 3Umur: 65 tahunJenis Kelamin: Perempuan

BB/TB: 55kg /

Tanggal berobat: 29 September 2014

Nomer Telp:

Gejala yang dirasakan: Lutut dan jari tangan bengkak, merah dan terasa nyeri sekali selama 5 tahun. Nyeri awalnya dari kedua lutut saja tetapi sejak 3 bulan terakhir jari tangan ibu N mulai ikut terasa nyeri dan bengkak kemerahan.

Riwayat alergi : Sakit perih, bengkak pada muka dan leher

Riwayat pengobatan: Pengobatan berdasarkan resep dokter

Riwayat penyakit: Hipertensi (170/90 mmHg) dan Maag

Riwayat kebiasaan: bermain dengan cucu ( gendong), kadang-kadang nyapu dan ngepelKetika duduk lama dan aktifitas berat terasa nyeri.

Diagnosa: Ostheoartritis

Keterangan lain : Belum pernah melakukan rontgen dan MRIII. OBJEKTIF

Tekanan Darah : 170/90 mmHg (hipertensi stage 2).III. ASSESSMENT

1. PatofisiologiOsteoarthritis merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secaraklinik ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban. Seringkali berhubungan dengan trauma atau mikrotrauma yang berulang- ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh, dan penyakit-penyakit sendi lainnya (Mansjoer, 2000).Akibat peningkatan aktivitas enzim enzim yang merusak makromolekul matriks tulang rawan sendi (proteoglikan dan kolaen) terjadi keusakan fokal tulang rawan sendi secara progresif dan pembentukan tulang baru pada dasar lesi tulang rawan sendi serta tepi sendi (osteofit). Osteofit terbentuk sebagai suatu perbaikan untuk membentuk kembali persendian, sehingga dipandang sebagai kegagalan sendi yang progresif (Mansjoer, 2000).Pada penderita OA, dilakukannya pemeriksaan radiografi padasendi yang terkena sudah cukup untuk memberikan suatu gambarandiagnostik (Soeroso, 2006). Gambaran Radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA adalah :a. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian yang menanggung beban seperti lutut).b. Peningkatan densitas tulang subkondral (sklerosis).c. Kista pada tulang.d. Osteofit pada pinggir sendi.

Prevalensi keseluruhan OA pada tahun 2001 adalah 10,8%. 8,9% pada pria dan 12,6% pada wanita. Prevalensi lebih tinggi pada perempuan di semua kelompok umur. Pada usia 70-74 tahun, sekitar sepertiga dari pria dan 40% wanita memiliki OA. Tingkat insiden pada 2000-2001 adalah 11,7%. Jumlah meningkat dengan usia antara 50 dan 80 tahun. Data epidemiologi OA menunjukan kondisi patologis yang mendasari dapat diamati pada sendi yang memungkinkan klasifikasi sebagai OA sekunder sebanyak 41,7% pasien OA panggul dan 33,4% pasien OA lutut. 82,1% pasien OA pinggul dan 87,4% pasien OA lutut memiliki perubahan radiografi pada sendi mereka. Prevalensi OA meningkat dengan usia dan lebih tinggi pada pasien wanita. OA lebih sering diamati pada pasien OA lutut dibandingkan pada pasien OA panggul sebanyak 34,9% berbanding 19,3% (Kopec et al., 2007).2. EtiologiEtiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Hasil penelitian menunjukan 87% adalah kasus OA primer, dan 13% kasus OA sekunder. Menurut klasifikasi rontgentography, 38% adalah jenis awal, 28,5% jenis patellofemoral dan 23,2% jenis medio-patellofemoral. Klasifikasi radiologi itu terkait dengan manifestasi klinis jika varus dan deformitas valgus lebih parah, penilaian X ray juga akan menjadi lebih parah (Yongping et al.,2000)Ada beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan denganpenyakit ini, yaitu:

a. Usia lebih dari 40 tahun

b. Jenis kelamin

c. Suku bangsa

d. Genetik

e. Kegemukan den penyakit metabolik

f. Cedera sendi, pekerjaan, olahraga

g. Kelainan pertumbuhan

h. Kepadatan tulang, dan lain-lain (Mansjoer, 2000).3. Guideline

(Bruyre et al,2014)4. DRPa. Interaksi ObatTerjadi interaksi obat antara pemberian Metil prednisolon dengan obat golongan NSAID (Ibufrofen). Penggunaan bersama sama glukokortikoid dengan antiinflamasi non-steroid atau antireumatik lain dapat mengakibatkan risiko gastrointestinal, perdarahan gastrointestinal (Tatro,2003).

Saran : NSAID oral (ibuprofen)digantikan dengan NSAID topical (Voltaren yang berisi Na. Diklofenak). b. ADR (Adverse Drug Reaction) Metil prednisolonEfek samping yang timbul tergantung pada dosis dan lamanya pengobatan, glukokortikoid dapat menimbulkan reaksi seperti "moon face", deposit lemak, kelemahan otot, hipertensi, osteoporosis, penurunan toleransi glukosa, diabetes melitus, gangguan sekresi hormon seksual, tukak peptik, penurunan pertahanan tubuh, terhambatnya pertumbuhan pada anak-anak, glaukoma, katarak, trombosis dan pancreatitis (Tatro,2003).

Saran: Metil prednisolon di berhentikan dengan tepering dose kemudian bila sudah berhenti di berikan tramadol. Ibuprofen

Efek samping yang paling sering timbul (1 10%) adalah mual, muntah,diare, konstipasi, nyeri perut atau rasa terbakar pada perut bagian atas, ruam kulit, penurunan kadar trombosit, penurunan kadar limfosit darah, dan gangguan penglihatan. Efek samping yang lebih jarang adalah luka pada kerongkongan, gagal jantung, penyempitan saluran napas, gangguan ginjal, reaksi alergi kulit berat, dan peningkatan kadar kalium darah. Ibuprofen dapat mencetuskan serangan asma yang pada sebagian kecil orang dapat berakibat fatal (Tatro,2003).

Saran: NSAID oral (ibuprofen)digantikan dengan NSAID topical (Voltaren yang berisi Na. Diklofenak).

IV. PLAN

1. TujuanTerapi: Menghilangkan nyeri pada lutut pasien Memelihara fungsi sendi Pencegahan terjadinya proses destruktif Memberikan edukasi terkait penyakit osteoarthritis2. Terapi Farmakologi

a. Natrium diklofenak topical (Voltaren)

Sediaan topical antiinflamasi nonsteroid (AINS) dan capsaicin menjadi alternative bagi pasien yang dikontraindikasikan untuk menggunakan obat sistemik atau bisa juga sebagai terapi tambahan.Walaupun terapi topical jangka panjang dengan AINS masih kontroverial, namun sebuah penelitian melaporkan bahwa diklofenak topical jangka panjang efektif untuk mengatasi nyeri pada OA lutut. Selain itu pemakaian topical jangka panjang AINS pada pasien geratri juga menurunkan efek samping toksisitas saluran cerna (Biswal et al., 2006).b. Metil Prednisolon (Lameson)

Metil prednisolone, suatu derivat semisintetik hormon korteks adrenal, kortisol. Methylprednisolone memiliki sifat glukokortikoid. Seperti umumnya glukokortikoid lain, methylprednisolone akan mempengaruhi metabolisme pada hampir seluruh jaringan. Pada kadar fisiologis, efek tersebut penting untuk mempertahankan homeostasis baik pada keadaan istirahat ataupun dalam keadaan stress, dan mengatur aktivitas sistem imun (Tatro,2003).c. Glukosamin dan Kondroitin Sulfat (Viostin DS)

Glucosamine merupakan suatu amino monosakarida larut air yang merupakan precursor untuk sintesis protein terglikosilasi dan lemak (Sherman et al., 2012). Salah satu peran fisiologis utama dari Glucosamine adalah stimulasi sintesis senyawa-senyawa yang dibutuhkan untuk fungsi persendian. Glucosamin mampu menstimulasi sintesis proteoglikan, menghambat degradasi proteoglikan, serta menstimulasi regenerasi tulang rawan setelah terjadi kerusakan (Kelly, 1998). Glucosamine sulphate, baik digunakan tunggal maupun kombinasi dengan chondroitin sulphate menunjukkan perbaikan bermakna pada regenerasi tulang rawan (Kamarul et al., 2011)

Chondroitin sulfate (CS) merupakan glikosaminoglikan tersulfatasi yang biasa ditemukan terikat pada protein sebagai bagian dari proteoglikan (Sherman et al., 2012). CS yang tersedia di pasaran umumnya berasal dari trachea sapi, tulang rawan hiu atau sumber lain, dengan kemurnian, beratmolekul, derajat sulfotasi yang bervariasi. Pertama, dari semua studi yang sudah dilakukan tidak muncul efek samping yang signifikan akibat pemakaian glucosamine maupun chondroitin. Kedua, tidak teramatinya efikasi pada beberapa studi disebabkan karena dosis yang digunakan terlalu rendah. Ketiga, testimony pasien dan case report tentang efikasi kedua suplemen inisangat tinggi (Sherman et al., 2012). Dosis yang direkomendasikanuntuk glucosamine sulphatadalah 1500 mg per hari, dan untuk chondroitin sulphat 800-1200 mg per hari.3. Terapi Non Farmakologi

1. Pengaturan Berat Badan

Latihan fisik dapat melindungi sendi secara tidak langsung dengan mengontrol berat badan. Lutut adalah subjek yang mendapat beban 3 kali berat badan selama berjalan dan 5 kali selama menuruni tangga atau berlari. Osteoartritis berkembang lebih cepat pada individu yang kelebihan berat badan. Satu penelitian menemukan bahwa mengurangi berat badan pada wanita usia pertengahan secara bermakna dapat mengurangi insidensi osteoarthritis simptomatik pada lutut (DiNubile, 1997:2).2. Edukasi pasien

Menurut American geriatics society (2000: 810), edukasi pasien menjadi komponen penting untuk rehabilitasi yang efektif. Program konseling dapat mengurangi nyeri dan disabilitas yang terkait dengan osteoartritis. Pemberian brosur, penyuluhan tentang osteoarthritis dan teknik praktis untuk mengurangi nyeri dapat memperbaiki fungsi dan meningkatkan derajat kesehatan secara umum. Menurut Lee dkk (2005: 8), terapi edukasi yang bisa dilakukan adalah dengan menjalin hubungan yang baik dengan pasien melalui telepon, penyuluhan kelompok, dan program edukasi secara individual pada saat kontrol.

3. Latihan fisikTulang rawan (kartilago) tidak mempunyai pembuluh darah dan saraf, sehingga suplai nutrisi berasal dari cairan sendi secara difusi melalui matriks kartilago. Pergerakan sendi diperlukan untuk memastikan suplai nutrisi terjamin dan mempertahankan integritas kartilago. Beban tekanan dalam rentang fisiologis akan meningkatkan laju pembentukan proteoglikan oleh sel kartilago dewasa, sedangkan inaktivitas sebaliknya, akan mengurangi aktivitas sel kartilago. Secara klinis, mobilitas diketahui dapat mempercepat penyembuhan sendi sesudah trauma atau pembedahan (DiNubile, 1997:2).Latihan fisik disesuaikan dengan kondisi pasien. Apabila ada gejala-gejala seperti nyeri sendi selama aktivitas, nyeri masih terasa 1-2 jam sesudah latihan, bengkak dan rasa lelah yang berlebihan, program latihan harus dievaluasi lagi (American geriatrics society,2001: 810).4. KIE

1. Memberikan informasi kepada pasien tentang penyakit yang dihadapi

2. Memberikan informasi kepada pasien tentang obat yang digunakan

3. Menjelaskan tentang efek samping obat yang dapat muncul

4. Menganjurkan pasien untuk selalu konsultasi bila pasien menggunakan obat lain.

5. Memberikan motifasi agar melakukan perubahan gaya hidup yang lebih baik.

(Long, 1996)

5. Monitoring1. Monitoring penggunaan obat

2. Monitoring tentang efek samping obat

3. Monitoring tekanan darah pasien

4. Monitoring perkembangan sendi bila dilakukan operasi

5. Monitoring berkurangnyarasa nyeri

6. Monitoring aktifitas fisik yan dilakukan

(Anonim,2011)

DAPUS

American geritrics society. (2001). Exercise prescription for older adults with osteoarthritis pain: consensus practice recommendation. JAGS; 49:808-23.Biswal S, Medhi B, Pandhi P. 2006. Longterm efficacy of topical nonsteroidalantiinflammatory drugs in knee osteoarthritis: metaanalysis of randomized placebo controlled clinical trials. J Rheumatol.,33(9):18414.Bruyre et al,2014, An algorithm recommendation for the management of knee osteoarthritis in Europe and internationally: A report from a task force of the European Society for Clinical and Economic Aspects of Osteoporosis and Osteoarthritis (ESCEO) , Seminars in Arthritis and Rheumatism ] (2014).Center for disease control and prevention. Osteoartritis. 2011. Available at http://www.cdc.gov/arthritis/basics/osteoarthritis.html.

DiNubile, N.A. (1997). Osteoarthritis: how to make exercise part of your treatment plan. The Physician &sportmedicine, vol.25. no.7: 1-10.Kamarul K, Ab-Rahim S, Tumin M, Selvaratnam L and Ahmad TS. 2011. A Preliminary Study of the Effects of Glucosamine Sulphate and Chondroitin Sulphate on Surgically Treated and Untreated Focal Cartilage Damage, European Cells and Materials, Vol 21: 259-271.Kelly GS. 1998. The Role of Glucosamine Sulfate andChondroitin Sulfates in the Treatment of Degenerative Joint Disease, Alternative Medicine Review, 3 (1): 27-39. Lee, A., Wong, W., & Wong, S. (2005). Clinical guidelines for managing lower-limbosteoarthritis in Hongkong primary care setting, Guidelines: 1-30.Long c barbara,1996, Perawatan medika bedah (suatu pendekatan proses keperawatan), yayasan ikatan alumni pendidikan keperawatan pajajaran, bandung.

Mnsjoer Arif,dkk. 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius.Reginster,Y., Deroisy,R., &Rovati,L.(2001).Longterm effects of glucosaminesulphate on osteoarthritis progression. A randomized controlled trial.Lancet;357:251-6.Sherman AL, Ojeda-Correal G, and Mena J. 2012. Use of Glucosamine and Chondroitin in Persons With Osteoarthritis, Osteoarthritis Supplement, Vol. 4: S110-S116. Soeroso S, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoartritis. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2006.p.1195-1201.Tatro, David S., PharmD, 2003,A to Z Drug Facts,Facts and Comparisons, San Franscisco.