laporan residensi manajemen keperawatan

144
Laporan Residensi_  Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Peningkatan profesionalisme keperawatan di Indoneasia dimulai sejak diterima dan diakui sebagai suatu profesi pada Lokakarya Nasional Keperawatan. Sejak itu berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan, dan organisasi profesi dengan terus mengembangkan keperawatan diantaranya membuka pendidikan pada tingkat sarjana, mengembangkan kurikulum keperawatan dan mengembangkan standar praktik keperawatan. Walaupun sudah banyak hal positif yang dicapai, tetapi gambaran  pengelolaan layanan keperawatan sampai saat ini belum memuaskan. Layanan keperawatan masih sering mendapat keluhan masyarakat, terutama tentang sikap  perawat terhadap klien/keluarga dan kemampuan perawat dalam melaksanakan tugasnya (Nurachmah : 2000). Terdapat banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu asuhan keperawatan, yang dapat ditinjau dari aspek struktur dan proses pelayanan keperawatan. Pada aspek struktur faktor utama yang berperan adalah jenis tenaga keperawatan yang masih rendah ( SPK ). Pada aspek proses, faktor utama yang menyebabkan rendahnya mutu asuhan keperawatan adalah penggunaan metode  pemberian asuhan yang tidak memungkinkan pemberian asuhan keperawatan secara profesional. Pada beberapa rumah sakit digunakan metode fungsional yaitu metode penetapan tugas perawat berdasarkan fungsi, misalnya memberi obat dan

Upload: galapuang

Post on 19-Oct-2015

1.149 views

Category:

Documents


91 download

DESCRIPTION

laporan residen 2013

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar belakangPeningkatan profesionalisme keperawatan di Indoneasia dimulai sejak diterima dan diakui sebagai suatu profesi pada Lokakarya Nasional Keperawatan. Sejak itu berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan, dan organisasi profesi dengan terus mengembangkan keperawatan diantaranya membuka pendidikan pada tingkat sarjana, mengembangkan kurikulum keperawatan dan mengembangkan standar praktik keperawatan. Walaupun sudah banyak hal positif yang dicapai, tetapi gambaran pengelolaan layanan keperawatan sampai saat ini belum memuaskan. Layanan keperawatan masih sering mendapat keluhan masyarakat, terutama tentang sikap perawat terhadap klien/keluarga dan kemampuan perawat dalam melaksanakan tugasnya (Nurachmah : 2000).Terdapat banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu asuhan keperawatan, yang dapat ditinjau dari aspek struktur dan proses pelayanan keperawatan. Pada aspek struktur faktor utama yang berperan adalah jenis tenaga keperawatan yang masih rendah ( SPK ). Pada aspek proses, faktor utama yang menyebabkan rendahnya mutu asuhan keperawatan adalah penggunaan metode pemberian asuhan yang tidak memungkinkan pemberian asuhan keperawatan secara profesional. Pada beberapa rumah sakit digunakan metode fungsional yaitu metode penetapan tugas perawat berdasarkan fungsi, misalnya memberi obat dan mengambil darah. Metode ini kurang memungkinkan adanya hubungan perawat-klien yang baik, karena seorang klien akan dirawat oleh banyak perawat, tetapi tidak diketahui perawat mana yang bertanggung jawab penuh terhadap klien tersebut, dan perawat pun tidak mengetahui dengan pasti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan (Sitorus :2006).Demikian juga banyak rumah sakit yang masih menggunakan metode asuhan TIM yang bagi sebagian rumah sakit hal ini merupakan sesuatu yang baru, padahal metode ini pun belum mencerminkan bentuk pelayanan profesional karena terputusnya asuhan keperawatan dimana tim yang merawat klien pada shif siang tidak mempunyai tanggung jawab terhadap klien pada sore harinya dan seterusnya.Dengan gambaran seperti ini dapat disimpulkan bahwa sampai saat ini layanan keperawatan yang ada di rumah sakit masih bersifat okupasi. Artinya tindakan keperawatan yang dilakukan hanya pada pelaksanaan prosedur, pelaksanaan tugas berdasarkan instruksi dokter, tugas dilaksanakan tidak didasarkan pada tanggung jawab moral dan tidak adanya analisis dan sintesis yang mandiri tentang asuhan keperawatan.Berdasarkan hal tersebut perlu dikembangkan sebuah model praktik keperawatan profesional ( MPKP ) di suatu ruang rawat di rumah sakit. Model praktik keperawatan profesional ( MPKP ) diartikan sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional ) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut ( Hofart and Woods, 1996) dalam Nurachmah (2000).Pelayanan keperawatan merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit sudah pasti punya kepentingan untuk menjaga mutu pelayanan, terlebih lagi pelayanan keperawatan sering dijadikan tolok ukur citra sebuah rumah sakit di mata masyarakat, sehingga menuntut adanya profesionalisme perawat pelaksana maupun perawat pengelola dalam memberikan dan mengatur kegiatan asuhan keperawatan kepada pasien. Kontribusi yang optimal dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas akan terwujud apabila sistem pemberian asuhan keperawatan yang digunakan mendukung terjadinya praktik keperawatan profesional dan berpedoman pada standar yang telah ditetapkan serta dikelola oleh manajer dengan kemampuan dan ketrampilan yang memadai. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sitorus (2000) menunjukkan bahwa gambaran mutu pelayanan keperawatan di berbagai rumah sakit pemerintah di Indonesia belum memuaskan, dan terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya mutu asuhan keperawatan, jika ditinjau dari aspek struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan. Sistem pemberian asuhan keperawatan (care delivery system) merupakan metode yang digunakan dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien (Sitorus : 2006).Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional adalah penataan sistem pemberian pelayanan keperawatan melalui pengembangan model praktik keperawatan yang ilmiah yang disebut dengan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP). Model ini sangat menekankan pada kualitas kinerja tenaga keperawatan yang berfokus pada profesionalisme keperawatan antara lain melalui penetapan dan fungsi setiap jenjang tenaga keperawatan, sistem pengambilan keputusan, sistem penugasan dan sistem penghargaan yang memadai (Sitorus : 2006).Sampai dengan saat ini Rumah Sakit Bhayangkara Makassar masih terus melakukan pengembangan-pengembangan baik terhadap ruang direksi maupun ruang perawatan. Sekarang ini rumah sakit Bahayngkara Makassar memiliki ruang rawat jalan (17 jenis poliklinik), IGD dan ruang rawat inap dengan berbagai kelas (VIP = 42 tempat tidur, kelas I = 10 tempat tidur, kelas II = 144 tempat tidur, kelas III = 48 tempat tidur dan 12 tempat tidur untuk ruang khusus/ICU), total tempat tidur 256, serta sarana penunjang lainnya (laboratorium klinik, instalasi radiologi, instalasi gizi, instalasi fisioterapi, laundry, apotik dan kompartemen Dokpol) (Subagrenmin : Maret 2012).Sejak tahun 2005 secara bertahap Rumah Sakit Bhayangkara Makassar telah melakukan upaya-upaya menerapkan Model Praktik Keperawatan Profesional dengan metode penugasan tim-modifikasi diruang rawat inap namun belum berjalan optimal. Dalam pengembangan Model Praktik Keperawatan Profesioanl peran dan fungsi kepala ruang merupakan hal yang sangat penting, sehingga kompetensi kepemimpinan dan manajemen mutlak dibutuhkan, karena kemampuan manajerial kepala ruang akan diuji untuk menentukan sistem pemberian asuhan keperawatan kepada pasien yang merupakan cerminan pelaksanaan praktik keperawatan profesional. Hasil wawancara dengan kepala seksi pembinaan dan pengendalian keperawatan diperoleh informasi bahwa sejak pengembangan MPKP belum adanya pedoman penerapan MPKP menyebabkan tim yang dibentuk belum memahami tugas dan tanggungjawabnya serta mekanisme pengorganisasian di ruang MPKP. Hasil observasi selama melakukan residensi penerapan prinsip-prinsip dasar dalam MPKP juga belum berjalan sebagai mana mestinya, seperti belum dilakukan penerimaan pasien baru, pre dan post conference, case confrence, belum ada alokasi pasien yang menjadi tanggungjawab tim, kegiatan operan belum terstruktur dan belum nampak adanya perbedaan aktifitas pelayanan antara ketua tim dengan anggota tim.Jika dilihat dari indikator mutu pelayanan Rumah Sakit Bhayangkara Makassar secara umum yaitu pencapai BOR (Bed Occupancy Rate) tahun 2011 sebesar 81,69 % sesuai dengan standar depkes, Nilai rata-rata lama perawatan pasien di rumah sakit ALOS (Avarage Length of Stay) pada tahun 2012 mencapai 5,29 hari. Begitupun angka pencapaian TOI (Turn Over Interval) yaitu lama rata-rata tempat tidur tidak terisi pada tahun 2012 mencapai angka 1,09 hari (memenuhi target standar). Jika diamati dari angka pencapaian BTO (Bed Turn Over) yaitu keluar masuknya pasien perawatan baik hidup/ mati per tempat tidur, pada tahun 2012 sebesar 5,17 (memenuhi target standar) artinya intensitas keluar masuk pasien Rumah Sakit Bhayangkara Makassar tergolong baik. Jumlah pasien meninggal 48 jam Net Death Rate (NDR) pada tahun 2012 sebesar 1,70 terjadi sedangkan jumlah pasien meninggal seluruhnya Gross Death Rate (GDR) pada tahun 2012 sebesar 2,59 (Subagrenmin : Maret 2012).Dari kondisi-kondisi diatas menunjukkan bahwa indikator mutu pelayanan secara umum Rumah Sakit Bhayangkara Makassar tergolong baik. Sehingga merupakan tempat belajar yang baik dalam program akademik residensi mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin jurusan Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Kegiatan residensi ditujukan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam mengaplikasikan teori dan konsep kepemimpinan dan manajemen keperawatan dalam membantu rumah sakit untuk menyelesaikan masalah melalui upaya mengidentifikasi permasalahan pelayanan keperawatan dengan pendekatan Problem Solving for Better Nursing Service (PSBNS) dan diharapkan mampu berperan sebagai change agent dengan menerapkan suatu teori berubah.B. Tujuan1. Tujuan umumSetelah menyelesaikan kegiatan residensi, mahasiswa mampu menerapkan konsep dan prinsip kepemimpinan dan manajemen keperawatan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit khususnya manajemen pelayanan keperawatan.

2. Tujuan Khususa. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan yang terkait dengan manajemen keperawatan berdasarkan analisis situasi nyata di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. b. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan bersama pihak Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.c. Menyusun tujuan dan rencana alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah yang telah ditetapkan.d. Mengusulkan dan menetapkan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah yang bersifat teknis operasional bagi Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.e. Menyusun perencanaan pemecahan masalah dengan melibatkan pihak Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.f. Melaksanakan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaiaan masalah yang disepakati bersama staf di unit pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.g. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek masukan, proses, hasil dan dampak pada manajemen keperawatan.h. Merencanakan tindak lanjut dari hasil yang dicapai untuk mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerjasama dengan unit terkait di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

C. Implikasi1. Bagi program studi Magister Ilmu Keperawatan peminatan Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, manfaat residensi adalah peningkatan kualitas proses belajar mengajar yang melibatkan mahasiswa secara aktif dalam kegiatan administrasi dan manajemen secara nyata di rumah sakit.2. Bagi Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, diharapkan dapat membantu rumah sakit untuk menyelesaikan masalah yang bersifat teknis operasional yaitu pembuatan instrument penerapan model praktik keperawatan profesional, sehingga diharapkan dapat membantu rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan diantaranya mutu pelayanan keperawatan.3. Bagi mahasiswa program studi Magister Ilmu keperawatan, kegiatan residensi dapat memperluas wawasan dan menambah pengalaman dalam mengaplikasikan kepemimpinan dan manajemen keperawatan secara nyata di rumah sakit.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Kepemimpinan dalam keperawatanKepemimpinan merupakan gaya memimpin yang dapat menghasilkan keluaran melalui pengaturan kinerja orang lain. Pemimpin harus mampu memastikan bahwa bawahan melaksanakan pekerjaannya berdasarkan keterampilan yang dimiliki dan komitmen terhadap pekerjaan untuk menghasilkan keluaran yang terbaik. Oleh karena itu, kepemimpinan timbul sebagai hasil sinergis berbagai keterampilan mulai dari administratif (perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan pengawasan), keterampilan teknis (pengelolaan, pemasaran, dan teknis prosedural), dan keterampilan interpersonal (Nurahmah : 2005). Menurut Handoko (1997) ada tiga implikasi dari definisi tersebut yaitu (1) kepemimpinan menyangkut orang yaitu bawahan atau pengikut, (2) kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang diantara para pemimpin dan anggota kelompok, (3) pemimpin dapat mempergunakan pengaruh. Kepemimpinan bagian yang terpenting dari manajemen yaitu merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengarui orang-orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Robbins menyatakan kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi kelompok dalam mencapai tujuan, yang dapat bersumber dari formal seperti posisi atau kedudukan dalam suatu organisasi dan terdapat enam ciri yang terlihat dari seorang pemimpin yaitu : 1) ambisi dan energi, 2) hasrat untuk memimpin, 3) kejujuran dan integritas, 4) kepercayaan diri, 5) kecerdasan, dan 6) pengetahuan yang relevan dengan tugas pekerjaannya (Robbins : 2001)Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan kemampuan dan keterampilan seorang manajer keperawatan dalam mempengaruhi perawat lain dibawah pengawasannya untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab dalam memberikan pelayanan keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai. Pemberian pelayanan keperawatan merupakan suatu kegiatan yang komplek dan melibatkan berbagai individu. Kepemimpinan dalam keperawatan dapat ditumbuhkan lebih optimal, selain dengan menguasai keterampilan di atas tetapi juga apabila seorang manajer keperawatan mampu memperlihatkan keterampilan dalam menghadapi orang lain dengan efektif. Keterampilan tersebut yaitu : 1) kepiawaian dalam menggunakan posisi, 2) kemampuan dalam memecahkan masalah secara efektif, 3) ketegasan sikap dan komitmen dalam pengambilan keputusan, 4) mampu menjadi media dalam penyelesaian konflik kinerja, dan 5) mempunyai keterampilan dalam komunikasi dan advokasi (Gillies : 1996). Gibson (1996) dalam teori sifat kepemimpinan ditemukan sejumlah ciri individu yang dapat menjadi pemimpin yang efektif yang berdasarkan riset dapat diidentifikasi adalah adanya ciri-ciri intelektual, emosional, fisik dan ciri pribadi lain, hal ini menunjukan bahwa pemimpin lebih cerdas dari pengikutnyaPada hakekatnya pengertian kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Dengan kata lain kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain untuk menggerakkan orang-orang tersebut agar dengan penuh pengertian dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pemimpin tersebut. Kepemimpinan manajerial ditandai dengan sifat manajerial dan keterampilan manajerial yang mengarah ke pemberdayaan. Pembuatan keputusan pemimpian dalam sebuah organisasi tergantung pada gaya kepemimpinan. Ada 4 gaya kepemimpin menurut Malayu S.P Hasibuan yaitu :1. Kepemimpinan otoriterKepemimpinan otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang mutlak pada pimpinan. Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan.2. Kepemimpinan partisipatifKepemimipinan Partisipatif adalah apabila kepemimpinan dilakukan dengan cara persuasif, menciptakan kerjasama yang serasi, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki perusahaan. Pengambilan keputusan tetap dilakukan pada pemimpin dengan mempertimbangkan saran atau ide yang diberikan bawahannya.3. Kepemimpinan delegatifKepemimpinan delegatif apabila seseorang pemimpin mendelegasikan ewenang kepada bawahannya secara lengkap, dengan demikian bawahan dapat mengambil keutusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa dalam melaksanankan pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan kepada bawahannya. 4. Kepemimpinan situasionalTeori kepemimpinan situasional adalah suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin memahami perilakunya sifat-sifat bawahannya, dan situasi sebelum menggunakan suatu gaya kepemimpinan tertentu. Pemikiran dasarnya adalah seorang pemimpin yang efekif harus cukup fleksibel untuk menyesuaikan terhadap perbedaan- perbedaan diantara bawahan dan situasi (Hasibuan : 2005)Agar tujuan keperawatan tercapai diperlukan kegiatan dalam menerapkan keterampilan kepemimpinan. (Nurahmah : 2005). Kegiatan tersebut meliputi : 1) perencanaan dan pengorganisasian, manajer keperawatan dituntut untuk mampu membuat rencana kegiatan keperawatan baik yang bersifat teknik atau non teknik keperawatan, 2) penugasan dan pengarahan, manajer keperawatan bertanggung jawab dalam hal ketepatan dan kebenaran pelaksaan proses pelayanan keperawatan pasien, 3) pemberian bimbingan, manajer keperwatan mampu menjadi media konsultasi dan fasilitator pelaksanaan proses pelayanan keperawatan, 4) mendorong kerjasama dan partisipasi, manajer keperawatan dituntut agar dapat membangun kinerja dalam tim 5) koordinasi, diperlukan sebagai sarana konsolidasi proses pelayanan keperawatan yang dilaksanakan, 6) evaluasi penampilan kerja, manajer keperawatan perlu melakukan penilaian terhadap efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas dan fungsi bawahannya (Monica : 1998).Kepemimpinan yang efektif didasarkan pada pemikiran yang metodis, yang pertama-tama di ambil dari teori (apa yang terbukti efektif melalui sejumlah besar penelitian) dan kemudian intuisi (apa yang terbukti efektif melalui penelitian tentang pengalaman diri) (Monica, 1998). Penggunaan metode ilmiah dalam manajemen adalah untuk membantu pemimpin dalam mengkaji beberapa kebutuhan dari sistem lain dan dalam memilih prioritas, mengidentifikasi elemen orang dan situasi yang penting dalam mengemban tujuan-tujuan khusus, mengkaji secara kritis kekuatan dari orang-orang tersebut dan mengembangkan strategi yang melibatkan kekuatan-kekuatan tersebut dalam pekerjaan (Monica : 1998). Tujuan prioritas dari seorang pemimpin adalah mencapai tujuan-tujuan dengan cara mengaktivasi sebuah sistem. Segala sesuatu yang dilakukan oleh pemimpin untuk mencapai tujuan harus didasarkan pada strategi yang memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi, untuk itulah digunakan metode ilmiah sebagai metode penyelesaian masalah (Monica : 1998). Metode penyelesaian masalah terdiri dari : 1. Pengenalan masalah Suatu masalah diidentifikasi melalui perbedaan antar apa yang sedang terjadi secara nyata (actual) dalam suatu situasi dan apa yang seseorang inginkan untuk terjadi (optimal) (Monica : 1998). 2. Defenisi masalah Setelah suatu situasi dikaji untuk menentukan area prioritas kebutuhan, untuk mengidentifikasi apakah kelompoknya sejalan dengan kebutuhan ini (actual), dan untuk mengidentifikasi apakah keinginan seseorang relatif sesuai dengan kebutuhan ini (optimal), maka kemudian dapat ditetapkan suatu masalah (Monica : 1998). 3. Analisa masalah Setelah masalah diidentifikasi, maka masalah haruslah di analisa. Analisis akan menghasilkan tiga tujuan: 1) mengapa masalah terjadi; 2) menganalisa kemampuan kelompok untuk mencapai tujuan (tingkat kematangan); 3) menspesifikasi perilaku kepemimpinan yang tepat, yang diindikasikan oleh tingkat kematangan kelompok, yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan kelompok untuk mencapai tujuan. Keputusan perilaku kepemimpinan yang tepat akan didasarkan pada apa yang bisa berhasil menurut penelitian (Monica : 1998).B. Pilar-Pilar Nilai Professional Pelayanan Keperawatan1. Pilar I : Manajemen keperawatan (management approach)a. PengertianManajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Gillies :1996).Swanburg (2000) mendefinisikan manajemen sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelayanan keperawatan adalah pelayanan yang dilakukan oleh banyak orang sehingga perlu menerapkan manajemen yaitu dalam bentuk manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan merupakan koordinasi dan integrasi sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan. Keberhasilan pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh bagaimana manajer keperawatan melaksanakan peran dan fungsinya. Menurut Gillies (1996) proses manajemen adalah merupakan rangkaian kegiatan input, proses, dan output. Marquis & Huston (2010) menyatakan proses manajemen dibagi lima tahap yaitu planning, organizing, staffing, directing, controling yang merupakan satu siklus yang saling berkaitan satu sama lain. Manajemen keperawatan adalah keyakinan yang dimiliki oleh tim keperawatan yang bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan berkualitas melalui pembagian kerja, koordinasi dan evaluasi. Manajemen keperawatan terdiri dari manajemen operasional dan manajemen asuhan keperawatan.Model praktek keperawatan mensyaratkan pendekatan manajemen (management approach) sebagai pilar praktek profesional yang pertama. Oleh karena itu proses manajemen harus dilaksanakan dengan disiplin untuk menjamin pelayanan yang diberikan kepada pasien atau keluarga merupakan praktek yang professional. Dalam manajemen asuhan keperawatan ada tiga komponen penting yaitu manajemen sumber daya manusia dengan menggunakan sistem pengorganisasian pekerjaan perawat, sistem klasifikasi kebutuhan klien dan metode proses keperawatan. b. Fungsi-fungsi manajemen 1) Perencanaan kegiatan keperawatan Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang rawat inap yang dilaksanakan oleh kepala ruang sebagai pemikiran atau konsep-konsep tindakan tertulis seorang manajer. Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan, dan peraturan peraturan : membuat perencanaan jangka pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi, menetapkan biaya biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan pengelola rencana perubahan.Sebelum melakukan perencanaan terlebih dahulu dianalisa dan dikaji sistem, strategi organisasi dan tujuan organisasi, sumber-sumber organisasi, kemampuan yang ada, aktifitas spesifik dan prioritasnya. Perencanaan diartikan sebagai rincian kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan dilaksanakan dan dimana kegiatan itu berlangsung (Nursalam : 2011).Kegiatan perencanaan dalam praktek keperawatan profesional merupakan upaya meningkatkan profesionalisme dalam pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan bukan saja dapat dipertahankan tapi bisa terus meningkat sampai tercapai derajat kepuasan tertinggi bagi penerima jasa pelayanan keperawatan dan pelaksana pelayanan itu sendiri. Dengan demikian sangat dibutuhkan perencanaan yang profesional juga.Jenis-jenis perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang, rencana jangka menengah dan rencana jangka pendek. Perencanaan jangka panjang disebut juga perencanaan strategis yang disusun untuk 3 sampai 10 tahun. Perencanaan jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun. Sedangkan perencanaan jangka pendek dibuat satu jam sampai dengan satu tahun. Hirarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi, peraturan, kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston : 2010). Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan kebijakan. Sedangkan untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah perencanaan jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan harian, bulanan dan tahunan. Perencanaan kepala ruang di ruang rawat inap meliputi perencanaan kebutuhan tenaga dan penugasan tenaga, pengembangan tenaga, kebutuhan logistik ruangan, program kendali mutu yang akan disusun untuk pencapaian tujuan jangka pendek, menengah dan panjang. Disamping itu kepala ruang merencanakan kegiatan di ruangan seperti pertemuan dengan staf pada permulaan dan akhir minggu. Tujuan pertemuan adalah untuk menilai atau mengevalkuasi kegiatan perawat sudah sesuai dengan standar atau belum, sehingga dapat dilakukan perubahan-perubahan atau pengembangan dari kegiatan tersebut.Adapun langkah-langkah perencanaan kebutuhan tenaga keperawatan menurut Gillies (1996) meliputi :a) Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan dan asuhan keperawatan yang akan diberikan.b) Menentukan kategori perawat yang akan ditugaskan untuk melaksanakan pelayanan dan asuhan keperawatanc) Menentukan jumlah masing-masing kategori perawat yang dibutuhkan. d) Menerima dan menyaring untuk mengisi posisi yang ada.e) Melakukan seleksi calon-calon yang ada.f) Menentukan tenaga perawat sesuai dengan unit atau shiff.g) Memberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pelayanan dan asuhan keperawatan.2) Pengorganisasian kegiatan keperawatan Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ada tiga aspek penting dalam pengorganisasian meliputi : pola struktur organisasi, penataan kegiatan, dan struktur kerja organisasi. Prinsip-prinsip pengorganisasian adalah pembagian kerja, kesatauan komando, rentang kendali, pendelegasian, koordinasi. Pengorganisasian bermanfaat untuk : penjabaran terinci semua pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan, pembagian beban kerja sesuai dengan kemampuan perorangan/ kelompok, dan mengatur mekanisme kerja antar masing-masing anggota kelompok untuk hubungan dan koordinasi (Sitorus : 2006).Kepala ruang bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang rawat inap meliputi :a) Struktur organisasiStruktur organisasi ruang rawat inap terdiri dari : struktur, bentuk dan bagan. Berdasarkan keputusan Direktur rumah sakit dapat ditetapkan struktur organisasi ruang rawat inap untuk menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf atasan baik vertikal maupun horizontal. Juga dapat dilihat posisi tiap bagian, wewenang dan tanggung jawab serta jalur tanggung gugat. Bentuk organisasi disesuaikan dengan pengelompokan kegiatan atau sistem penugasan.b) Pengelompokan kegiatanSetiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu dikumpulkan sesuai dengan spesifikasi tertentu. Pengelompokan kegiatan dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas pada perawat sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan yang mereka miliki serta disesuaikan dengan kebutuhan klien. Ini yang disebut dengan metoda penugasan keperawatan. Metoda penugasan tersebut antara lain : metode fungsional, metode alokasi klien/keperawatan total, metode tim keperawatan, metode keperawatan primer, dan metode moduler (Sitorus: 2006)c) Koordinasi kegiatanKepala ruang sebagai koordinator kegiatan harus menciptakan kerjasama yang selaras satu sama lain dan saling menunjang untuk menciptakan suasana kerja yang kondusif. Selain itu perlu adanya pendelegasian tugas kepada ketua tim atau perawat pelaksana dalam asuhan keperawatan di ruang rawat inap.d) Evaluasi kegiatanKegiatan yang telah dilaksanakan perlu dievaluasi untuk menilai apakah pelaksanaan kegiatan sesuai rencana. Kepala ruang berkewajiban untuk member arahan yang jelas tentang kegiatan yang akan dilakukan. Untuk itu diperlukan uraian tugas dengan jelas untuk masing-masing staf dan standar penampilan kerja.e) Kelompok kerjaKegiatan di ruang rawat inap diperlukan kerjasama antar staf dan kebersamaan dalam kelompok, hal ini untuk meningkatkan motivasi kerja dan perasaan keterikatan dalam kelompok untuk meningkatkan kualitas kerja dan mencapai tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan.3) Pengarahan kegiatan keperawatan Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap dalam rangka menugaskan perawat untuk melaksanakan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Fungsi pengarahan adalah agar membuat perawat atau staf melakukan apa yang diinginkan dan yang harus mereka lakukan. Kepala ruang dalam melakukan kegiatan pengarahan melalui : saling memberi motivasi, membantu pemecahan masalah, melakukan pendelegasian, menggunakan komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi. Kegiatan saling memberi motivasi merupakan unsur yang penting dalam pelaksanaan tugas pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang rawat inap. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh kepala ruang adalah selalu memberikan reinforcement terhadap hal-hal yang positif, memberikan umpan balik, memanggil perawat yang kurang termotivasi, mungkin prestasi yang dicapai perlu diberikan penghargaan. Di ruang rawat inap terdiri dari personil berbagai latar belakang yang dapat menjadikan konflik. Konflik yang terjadi tidak dibiarkan berkepanjangan dan harus diselesaikan secara konstruktif. Pendekatan yang digunakan kepala ruang dalam menyelesaikan masalah adalah :a) Mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi dengan melakukan klarifikasi pada pihak-pihak yang berkonflikb) Mengidentifikasi penyebab-penyebab timbulnya konflik tersebutc) Mengidentifikasi alternatif-alternatif penyelesaian yang mungkin diterapkand) Memilih alternatif penyelesaian terbaik untuk diterapkane) Menerapkan alternatif terpilihf) Melakukan evaluasi peredaan konflikPendelegasian tugas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan ruangan Pendelegasian digolongkan menjadi 2 jenis yaitu terencana dan insidentil. Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang memang otomatis terjadi sebagai konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan di ruang rawat inap, bentuknya dapat pendelegasian tugas kepala ruang kepada ketua tim, kepada penanggung jawab shift. Pendelegasian insidentil terjadi bila salah satu personil ruang rawat inap berhalangan hadir, maka pendelegasian tugas harus dilakukan. Komunikasi yang efektif dapat dilakukan baik lisan maupun tertulis. Komunikasi lisan diselenggarakan melalui proses : operan, konferens, konsultasi, dan informal antar staf. Komunikasi tertulis diselenggarakan melalui media yaitu papan tulis, buku laporan ruangan, atau pesan-pesan khusus tertulis. Kolaborasi dan koordinasi dilakukan oleh kepala ruang dengan semangat kemitraan dengan tim keswa, seperti konsultasi dengan tim medis terkait dengan program pengobatan, psikolog, pekerja sosial, tim penunjang pelayanan di ruang rawat inap. Selain itu perlu dilakukan koordinasi dengan unit atau bidang lain seperti : instalasi gizi, instalasi farmasi, instalasi IPRS, bidang pelayanan medik, bidang penunjang medik, bidang kesekretariatan, serta unit rawat jalan dan rawat darurat.4) Pengawasan kegiatan keperawatan Pelayanan rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya pasien dan keluarganya. Untuk itu rumah sakit diharapkan dapat memberikan pelayanan yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan pasien dan keluarganya. Pelayanan yang berkualitas perlu didukung oleh sumber-sumber yang memadai yaitu sumber daya manusia, standar pelayanan (Standar Asuhan Keperawatan), dan fasilitas. Sumber-sumber tersebut dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya guna, sehingga tercapai kualitas yang tinggi dengan biaya yang seminimal mungkin. Untuk mencapai tujuan pelayanan rumah sakit tersebut, khususnya pelayanan keperawatan diperlukan supervisi keperawatan. Supervisi keperawatan adalah proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam rangka pencapaian tujuan. Adapun tujuan dari supervisi keperawatan tersebut adalah pemenuhan dan peningkatan kepuasan pelayanan pada pasien dan keluarganya. Jadi supervisi difokuskan pada kebutuhan, ketrampilan, dan kemampuan perawat untuk melakukan tugasnya. Kegiatan supervisi merupakan salah satu fungsi pokok yang harus dilaksanakan oleh pengelola (manajer) dari yang terendah, menengah dan atas. Manajer yang melakukan fungsi supervisi disebut supervisor. Di rumah sakit manajer keperawatan yang melakukan fungsi supervisi adalah kepala ruang, pengawas keperawatan, kepala seksi, kepala bidang dan wakil direktur keperawatan. Maka semua manajer keperawatan perlu mengetahui, memahami dan melaksanakan peran dan fungsinya sebagai supervisor.Tanggung jawab supervisor dalam manajemen pelayanan keperawatan adalah :a) Menetapkan dan mempertahankan standar praktek keperawatanb) Menilai kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang diberikanc) Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan keperawatan,bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait.d) Memantapkan kemampuan perawat.e) Pastikan praktek keperawatan profesional dijalankan.Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi begitu saja, tetapi memerlukan praktek dan evaluasi penampilan agar peran dan fungsi supervisi dapat dijalankan dengan tepat. Kegagalan supervisi dapat menimbulkan kesenjangan dalam pelayanan keperawatan, akibatnya perawat pelaksana mengambil keputusan tentang tindakan keperawatan tanpa penilaian dan pengalaman yang matang sehingga kualitas asuhan keperawatan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Akhirnya dapat terjadi kecelakaan, kegagalan terapi, salah pengertian atau malpraktek. Proses supervisi praktek keperawatan meliputi tiga elemen yaitu:a) Standar praktek keperawatan, sebagai acuanb) Fakta pelaksanaan praktek keperawatan, sebagai pembanding untuk menetapkan pencapaian atau kesenjangan.c) Tindak lanjut, baik berupa upaya mempertahankan kualitas maupun upaya memperbaiki.Adapun area yang disupervisi adalah :a) Pengetahuan dan pengertian tentang pasien dan diri sendirib) Ketrampilan yang dilakukan sesuai dengan standarc) Sikap dan penghargaan terhadap pekerjaan.Cara supervisi yang dilakukan dapat secara langsung dan tidak langsung. Supervisi langsung dapat dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung, dimana supervisor terlibat langsung dalam kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah. Supervisi tidak langsung dapat dilaksanakan dengan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Disini ada kesenjangan fakta dimana supervisor tidak terlibat langsung dilapangan.5) Pengendalian kegiatan keperawatan Adalah penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat dengan mengukur dan mengkaji struktur, proses dan hasil pelayanan dan asuhan keperawatan sesuai standar dan keadaan institusi untuk mencapai dan mempertahankan kualitas. Jadi pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas sebenamya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian penampilan, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengendalian / pengontrolan meliputi :a) Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi kerjab) Melakukan pengukuran prestasi kerjac) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standard) Mengambil tindakan korektifPeralatan atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk menunjukkan standar yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit merupakan penilaian pekerjaan yang telah dilakukan. Terdapat tiga kategori audit keperawatan yaitu :a) Audit strukturb) Audit prosesc) Audit hasilAudit Struktur berfokus pada sumber daya manusia, lingkungan perawatan, termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan, prosedur, standar, SOP dan rekam medik, pelanggan (internal maupun eksternal). Standar dan indikator diukur dengan menggunakan cek list.Audit proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan untuk menemukan apakah standar keperawatan tercapai. Pemeriksaan dapat bersifat restrospektif, concurrent, atau peer review. Restropektif adalah audit dengan menelaah dokumen pelaksanaan asuhan keperawatan melalui pemeriksaan dokumentasi asuhan keperawatan.Concurent adalah mengobservasi saat kegiatan keperawatan sedang berlangsung. Peer review adalah umpan balik sesama anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan.Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien, kondisi SDM, atau indikator mutu. Kondisi pasien dapat berupa keberhasilan pasien dan kepuasan. Kondisi SDM dapat berupa efektivitas dan efisiensi serta kepuasan. Untuk indikator mutu umum dapat berupa BOR, ALOS, TOI, Angka Infeksi Nosokomial (NI), angka dekubitus dan sebagainya.2. Pilar II : Sistem Penghargaan (Compensatory Reward)Fokus utama manajemen keperawatan adalah pengelolaan tenaga keperawatan agar dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Perawat merupakan SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan paling banyak melakukan praktek profesionalnya pada pasien yang dirawat di rumah sakit.Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan professional berfokus pada proses rekruitmen,seleksi kerja orientasi, penilaian kinerja, staf perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawatan baru.Seorang perawat akan mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan yang profesional apabila perawat tersebut sejak awal bekerja diberikan program pengembangan staf yang terstruktur. Metoda dalam menyusun tenaga keperawatan seharusnya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan agar dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan setting tertentu. Fungsi manajemen SDM meliputi : analisis pekerjaan, pengembangan organisasi. staffing, hubungan pekerja, dan evaluasi. Proses yang berhubungan dengan manajemen SDM, yaitu: rekruitmen, seleksi, orientasi, evaluasi/penilaian kinerja konseling dan coaching. retensi dan produktifitas, pengembangan staf, dan hubungan pekerja (labor relations). Fungsi dan proses manajemen sumber daya manusia secara bersama-sama akan membentuk suatu elemen yang dibutuhkan untuk mengelola dan memaksimalkan talen/bakat dan potensi seseorang dalam organisasi.Kemampuan perawat melakukan praktek profesional perlu dipertahankan, dikembangkan. dan ditingkatkan melalui manajemen SDM perawat yang konsisten dan disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan SDM di rumah sakit adalah unluk menciptakan iklim kerja yang menyenangkan dan memberikan kepuasan bagi staf dan pasien. Pengembangan SDM digambarkan sebagai suatu proses pengelolaan motivasi staf sehingga dapat bekerja secara produktif. Hal ini juga merupakan penghargaan bagi profesi keperawatan karena melalui manajemen SDM yang baik maka perawat mendapatkan kompensasi berupa penghargaan (compensatory-reward) sesuai dengan apa yang telah dikerjakan.Manajemen SDM di ruang Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) berfokus pada proses rekruitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi, penilaian kinerja, dan pengembangan staf perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawat baru. 3. Pilar III: Hubungan Profesional (Professional Relationship)Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan merupakan standar dari hubungan antara pemberi pelayanan keperawatan (tim kesehatan) dan penerima pelayanan keperawatan (klien dan keluarga).Pada pelaksanaan hubungan profesional bisa saja terjadi secara internal artinya hubungan yanu terjadi antara pemberi pelayanan kesehatan misalnya antara perawat dengan perawat antara perawat dengan tim kesehatan dan lain-lain. Sedangkan hubungan profesional secara ekstemal adalah hubungan yang terjadi antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan. Kedua hubungan tersebut merupakan suatu siklus yang tidak terpisahkan dalam pemberian pelayanan kesehatan. Hubungan yang terjadi diantara tim tidak terlepas dari komunikasi secara profesional di dalam bekerjasama secara tim. Menurut Gillies (1994) hubungan profesional yang terjadi di antara tim tergantung pada kemampuan memimpin.Bentuk jaringan dalam komunikasi hubungan profesional ada beberapa cara yaitu: a) Horisontal yaitu komunikasi yang terjadi antara sesama manajer.b) Vertikal yaitu komunikasi yang lerjadi antara pimpinan atas dengan bawahan. c) Diagonal yaitu komunikasi yang terjadi antara berbagai jenjang dan masih dalam lingkungan yang sama.Di ruang MPKP komunikasi horizontal dapat terjadi antara Ketua Tim, antar perawat pelaksana. Sedangkan komunikasi vertikal antara Kepala Ruangan dan Ketua Tim dan Perawat Pelaksana dan antara Ketua Tim dan Perawat Pelaksana. Komunikasi diagonal dilakukan antara perawat dan profesi lain. Kegiatan hubungan profesional yang terjadi di ruang Model Praktek Keperawatan Profesional yaitu : a) Rapat perawat ruanganb) Case conference c) Rapat tim kesehatand) Visit dokter4. Pilar IV Manajemen Asuhan Keperawatan (Patient Care Delivery System)Salah satu pilar praktek profesional keperawatan adalah pelayanan keperawatan dengan menggunakan patient care delivery system tertentu. Patient Care Delivery System yang diterapkan di MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan.Praktek keperawatan profesional dengan ciri praktek yang didasari dengan keterampilan intelektual, teknikal, interpersonal dapat dilaksanakan dengan menerapkan suatu metode asuhan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode asuhan untuk praktek profesional tersebut adalah proses keperawatan. Suatu rangkaian asuhan yang terdiri dari pengkajian, menyusun diagnosa keperawatan. perencanaan tindakan, implementasi dan evaluasi.Manajemen asuhan keperawatan yang baik sangat dibutuhkan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien secara sistematis dan terorganisir. Manajemen asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam menjalankan kegiatan keperawatan dengan menggunakan metoda proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien atau menyelesaikan masalah pasien (Keliat : 2000). Tiga komponen penting dalam manajemen asuhan keperawatan yaitu manajemen sumber daya manusia (perawat) dengan menggunakan sistem pengorganisasian pekerjaan perawat (asuhan keperawatan) dan sistem klasifikasi kebutuhan klien dalam metoda pemberian asuhan keperawatan yaitu proses keperawatan.C. Peran manajer keperawatanPeran manajer dapat mempengaruhi faktor motivasi dan lingkungan. Tetapi faktor lain yang mungkin mempengaruhi tergantungnya tugas, khususnya bagaimana manajer bekerja dalam suatu organisasi. Secara umum peran manajer dapat dinilai dari kemampuannya dalam memotivasi dan meningkatkan kepuasan staf. Kepuasan kerja staf dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan fisik, psikis, dimana kebutuhan psikis tersebut dapat terpenuhi melalui peran manajer dalam memperlakukan stafnya. Hal ini dapat ditanamkan kepada manajer agar diciptakan suasana keterbukaan dan memberikan kesempatan kepada staf untuk melaksanakan tugas dengan sebaik - baiknya. Manajer mempunyai lima dampak terhadap faktor lingkungan dalam tugas professional sebagaimana dibahas sebelumnya: (1) komunikasi, (2) potensial perkembangan, (3) kebijaksanaan, (4) gaji dan upah, dan (5) kondisi kerja (Nursalam : 2011).Menurut Gillies (1996) fungsi Kepala Ruang meliputi empat area penting yaitu area personil, area lingkungan dan peralatan, asuhan keperawatan dan area pengembangan. Struktur organisasi ruangan merupakan area asuhan keperawatan yang seharusnya mendapatkan supervisi yang intensif karena berkaitan langsung dengan cara bagaimana pelayanan diorganisasikan dan dilakukan dengan pembagian kerja yang jelas.1. Peran dan fungsi bidang keperawatanAdapun peran dan fungsi bidang pelayanan keperawatan di rumah sakit (Depkes RI : 2004)a. Mengatur dan mengendalikan kegiatan keperawatan di unit-unit pelayanan keperawatan.b. Mengkoordinasikan tenaga keperawatan khususnya yang ditugaskan dalam bidang pelayanan keperawatan.c. Menetapkan dan menerapkan filosofi, tujuan dan standar keperawatan pasien dalam pelayanan keperawatan.d. Menyususn perencanaan pelayanan keperawatan, sesuai dengan lingkup kewenangannya dan perencanaan implementasi untuk setiap tingkat tenaga keperawatan.e. Mengkoordinasikan fungsi-fungsi bidang pelayanan keperawatan dengan fungsi bidang pelayanan yang lain agar dapat memberikan pelayanan terpadu,f. Estimasi tuntutan kebutuhan bidang pelayanan keperawatan dan mengusulkan kebijakan serta prosedur untuk menjaga kestabilan kemampuan staf yang adekuat.g. Mengembangkan metoda kerja bagi staf keperawatan sehingga dapat bekerja sama dengan staf lain di rumah sakit.h. Partisipasi dalam penyusunan kebijakan personalia rumah sakit, menerapkan kebijakan yang telah ditentukan serta mengevaluasi hasilnya.i. Mengembangkan sistem dan prosedur pencatatan dan pelaporan baik perawatan pasien maupun pelayanan keperawatan.j. Estimasi kebutuhan tenaga keperawatan, menetapkan standar ketenagaan, baik kuantitas maupun kualitas untuk memelihara pelayan keperawatan yang bermutu.k. Estimasi kebutuhan fasilitas keperawatan, pengadaan perlengkapan maupun perlatan serta sistem dan prosedur pengawasan dan evaluasinya.l. Partisipasi dalam perencanaan anggaran pendapatan dan biaya tahunan rumah sakit, terutama yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan.m. Mengambil inisiatif dan partisipasi dalam penelitian bidang keperawatan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan di rumah sakit.n. Menyelenggarakan program pembinaan dan latihan yang berkesinambungan bagi tenaga keperawatan di rumah sakit.o. Partisipasi dalam program bimbingan siswa/mahasiswa tenaga kesehatan untuk pengalaman praktekp. Menciptakan dan melaksanakan sistem dan prosedur evaluasi pelayanan keperawatan pada unit-unit keperawatan2. Peran kepala ruanganSebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan menurut Depkes (2004), adalah sebagai berikut: a. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi: 1) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain sesuai kebutuhan. 2) Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan. 3) Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan keperawatan yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien. b. Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan, meliputi: 1) Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di ruang rawat. 2) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan / peraturan yang berlaku (bulanan, mingguan, harian). 3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan satu atau tenaga lain yamg bekerja di ruang rawat. 4) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk melaksanakan asuhan perawatan sesuai standart. 5) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam pelayanan ruang rawat. 6) Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar tercapainya pelayanan optimal. 7) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan bahan lain yang diperlukan di ruang rawat. 8) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu dalam keadaan siap pakai. 9) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris peralatan. 10) Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya meliputi tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya. 11) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk memeriksa pasien dan mencatat program. 12) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat untuk tingkat kegawatan, injeksi dan non injeksi, untuk memudah pemberian asuhan keperawatan. 13) Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk mengetahui keadaan dan menampung keluhan serta membantu memecahkan masalah berlangsung. 14) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama pelaksanaan pelayanan berlangsung15) Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien / keluarga dalam batas wewenangnya16) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi serlama pelaksanaan pelayanan berlangsung17) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data pelayanan asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakuakan secara tepat dan benar18) Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang rawat inap lain, seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala instansi, dan kepala UPF di Rumah Sakit19) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan20) Memberi motivasi tenaga nonkeperawatan dalam memelihara kebersihan ruangan dan lingkungan21) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan22) Memeriksa dan meneliti pengisi daftar pemintaan makanan berdasarkan macam dan jenis makanan pasien kemudian memeriksa / meneliti ulang saat pengkajiannya23) Memelihara buku register dan bekas catatan medis24) Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan serta kegiatan lain di ruangan rawatc. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian, meliputi:1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah ditentukan, melaksanakan penilaian terhadap uapaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan. 2) Melaksanakan penilaian dan mencantumkan kedalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (D.P.3) bagi pelaksana keperawatan dan tenaga lain di ruang yang berada di bawah tanggung jawabnya untuk berbagai kepentingan (naik pangkat / golongan, melanjutkan pendidikan) mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan perawatan serta obat obatan secara efektif dan efisien. 3) Mengawasi pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang rawat3. Peran Perawat Pelaksana Dalam asuhan keperawatan sebagai perawat yang profesional salah satu peran sebagai perawat pelaksana. Perawat sebagai pelaksana secara langsung maupun tidak langsung memberikan asuhan keperawatan kepada pasien individu, keluarga, dan masyarakat. Peran perawat sebagai perawat pelaksana perawat sebagai perawat pelaksana disebut Care Giver yaitu perawat menggunakan metode pemecahan masalah dalam membantu pasien mengatasi masalah kesehatan. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung atau tidak langsung. Untuk meningkatkan kemampuan perawat dalam menerapkan model asuhan keperawatan profesional diperlukan pelatihan secara terencana,terpadu dan hasilnya dilakukan evalusi secara periodik. Menurut Husnan (2002) agar dampak pelatihan dapat efektif dirasakan manfaatnya maka ada beberapa prinsip-prinsip yang harus diperhatikan yaitu : motivasi, laporan kemajuan, reinforcement, praktik dan adanya perbedaan individualDalam melaksanakan peran sebagai perawat pelaksana bertindak sebagai: a. Comferter Perawat mengupayakan kenyamanan dan rasa aman pasien. Menurut Potter & Perry (2005), peran sebagai pemberi kenyamanan yaitu memberikan pelayanan keperawatan secara utuh bukan sekedar fisik saja, maka memberikan kenyamanan dan dukungan emosi sering kali memberikan kekuatan kepada klien untuk mencapai kesembuhan. Dalam memberikan kenyamanan kepada klien, perawat dapat mendemonstrasikan dengan klien. b. Protector dan Advocat Perawat berupaya melindungi pasien dengan mengupayakan terlaksananya hak dan kewajiban pasien dalam pelayanan kesehatan. Menurut Potter & Perry (2005), sebagai pelindung perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau pengobatan. Utnuk menjalankan tugas sebagai advokat, perawat melindungi hak dan kewajiban klien sebagai manusia secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan hakhaknya bila dibutuhkan. Perawat juga melindungi hak hak klien melalui caracara yang umum dengan penolakan aturan atau tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau menetang hak - hak klien. c. Communication Perawat sebagai mediator antara pasien dan anggota tim kesehatan, hal ini terkait dengan keberadaan perawatyang mendampingi pasien selama 24 jam untuk memberikan asuhan keperawatan dalam rangka upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit. Menurut Potter & Perry (2005), peran sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran perawat pelaksana yang lain. Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien, keluarga, antara sesama perawat san profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas. Memberikan perawatan yang efektif, pembuatan keputusan dengan klien dan keluarga, memberikan perlindungan pada klien dari ancaman terhadap kesehatannya, mengokordinasi dan mengatur asuhan keperawatan dan lainlain tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas. d. Rehabilitator Perawat memberikan asuhan keparawatan adalah mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan berfungsi normal. Rehabilitas merupakan proses dimana individu kembali ketingkat fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Rentang aktivitas rehabilitas dan restoratif mulai dari mangajar klien berjalan dengan menggunakan alat pembantu berjalan sampai membantu klien mengatasi perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan penyakit kronis (Potter & Perry : 2005).D. Kompetensi dan penilaian kinerja manajemenMenurut Nurachmah (2005), bagi seorang manajer keperawatan, maka harus memiliki beberapa kompetensi agar pelaksanaan pekerjaannya dapat berhasil yaitu : kemampuan menerapkan pengetahuan, ketrampilan kepemimpinan dan kemampuan melaksanakan fungsi manajemen di mana kelancaran pelayanan keperawatan di suatu ruang rawat baik juga dipengaruhi oleh beberapa aspek antara lain adanya : visi, misi dan tujuan rumah sakit yang dijabarkan secara lokal ruang rawat, struktur organisasi lokal, mekanisme kerja (standar-standar) yang diberlakukan di ruang rawat, sumber daya manusia keperawatan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, metoda penugasan, tersedianya berbagai sumber atau fasilitas yang mendukung pencapaian kualitas pelayanan yang diberikan, kesadaran dan motivasi dari seluruh tanaga keperawatan yang ada serta komitmen dan dukungan dari pimpinan rumah sakit. Kegiatan penilaian kompetensi biasanya dilakukan dengan menggunakan wawancara yang terstruktur atau dengan pendekatan workshop dan dapat juga dilakukan dengan cara sejumlah ahli manajemen berkumpul untuk menganalisis suatu pekerjaan atau jenis pekerjaan. Ada tiga teknik yang dapat dilakukan dalam melakukan analisis atau pengukuran kompetensi, yaitu:1. Teknik insiden kritisTeknik ini adalah suatu cara untuk mengumpulkan data tentang perilaku yang efektif dan kurang efektif yang dihubungkan dengan contoh kejadian yang sesungguhnya. 2. Analisis Repertory GridTeknik ini didasarkan pada teori gagasan personal, yang dapat mengidentifikasi dimensi yang membedakan antara standar kinerja yang baik dan buruk, merupakan cara bagaimana kita memandang dunia dan perilaku orang lain.3. Penilaian kompetensi kerjaMengacu pada penelitian Mc Clelland tentang variabel kompetensi yang dapat memperkirakan tingkat kinerja suatu pekerjaan. Penilaian kompetensi menggunakan 20 indikator kompetensi yang paling sering dipakai untuk memperkirakan keberhasilan yang dikelompokkan dalam enam kluster, yaitu :a. Kluster prestasi yang terdiri dari : orientasi pencapaian, kepedulian akan kualitas dan keteraturan serta inisiatif.b. Kluster pelayanan yang terdiri dari : pemahaman interpersonal, orientasi pelayanan konsumen.c. Kluster pengaruh yang terdiri dari : dampak dan pengaruh, kesadaran organisasional dan membangun hubungan / jejaring. d. Kluster Manajerial yang terdiri dari : pengarahan, kerjasama kelompok dan rasa kerjasama, mengembangkan orang lain, dan kepemimpinan tim.e. Kluster pemikiran kognitif / pemecahan masalah yang terdiri dari kepiawaian teknis, pencarian informasi, berpikir analiltis, dan berpikir konseptual. f. Kluster efektifitas pribadi yang terdiri dari pengendalian diri, daya tahan terhadap stres, rasa percaya diri, komitmen terhadap organisasi dan fleksibilitas. (Dharma,S : 2005).

BAB IIIPERENCANAANA. Ruang lingkup kegiatanRuang lingkup kegiatan residensi :1. Pengelolaan manajemen pelayanan keperawatan secara umum meliputi 4 pilar nilai profesional terdiri dari pilar nilai profesional yaitu management approach (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian), compensatory reward, professional relationship dan patient care delivery. 2. Pengelolaan asuhan keperawatan langsung melalui manajemen keperawatan meliputi : pengelolaan asuhan keperawatan melalui kegiatan bimbingan dan supervisi.B. Target residensi 1. Residensi I (mengidentifikasi masalah sistem pelayanan keperawatan dan pelayanan kesehatan di suatu rumah sakit yang berkaitan dengan struktur organisasi, perilaku organisasi, fungsi manajemen dan sistem pengelolaan rumah sakit) Kegiatan pada residensi I meliputi :a. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan terkait kepemimpinan dan manajemen keperawatan berdasarkan analisis situasi nyata di rumah sakit tempat residensib. Menerapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan bersama pihak rumah sakit tempat residensi.c. Menyusun tujuan dan rencana alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah yang telah dirumuskan.d. Mengusulkan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah yang bersifat teknis operasional bagi Rumah Sakit. 2. Residensi II (menyelesaikan masalah secara ilmiah dan melakukan perubahan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi keperawatan) Kegiatan pada residensi II meliputi :a. Melaksanakan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaiaan masalah yang disepakati bersama staf di unit pelayanan keperawatan Rumah Sakit.b. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek masukan, proses, hasil dan dampak pada manajemen keperawatan.c. Merencanakan tindak lanjut dari hasil yang dicapai berupa upaya mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerjasama dengan unit terkait di Rumah Sakit.C. Waktu pelaksanaanResidensi akan dilaksanakan pada tanggal 29 Maret s/d 30 Mei 2012, dari hari Selasa, Rabu dan Kamis : Pukul 08.00 s.d 15.00. (jadual kegiatan terlampir)

D. Pengumplan data1. Sumber dataSumber diperoleh dari Kauryanwat, Kepala Ruang Rawat Inap, Ketua Tim (Katim), perawat pelaksana dan bagian SDM dan rekam medis. 2. Instrumen pengumpulan dataSebagai instrumen pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan pedoman wawancara. Instrument berisi kegiatan keperawatan berdasarkan 4 pilar nilai profesional yaitu management approach, compensatory reward, professional relationship dan patient care delivery. Cara pengumpulan dataPengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner terstruktur dengan jawaban sudah tersedia dan pengamatan atau observasi, fokus grup diskusi (FGD) dan penelusuran dokumen terkait. Data yang diperoleh menjadi gambaran kasar yang perlu dieksplorasi dan divalidasi dengan menggunakan kuesioner kepada staf unit/ kepala ruang dan perawat pelaksana di ruang rawat inap dan kemudian dilakukan pengolahan dan analisa data.E. Pengolahan dan analisa datapengolahan data dimulai dengan tabulating Skor atau melakukan entry data kasar dalam bentuk tabulasi pada lembar kertas data. Analisis univariat dipergunakan untuk memperoleh karakteristik dari masing masing subjek pengamatan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Skor penilaian digolongkan menjadi 2 kategori dengan mengunakan batasan nilai mean. Jika nilai > mean data dikategorikan dalam kinerja optimal dan jika mean data dikategorikan sebagai kinerja kurang optimal. Dengan menggunakan data input-proses dan output dari aspek-aspek manajemen pelayanan keperawatan selanjutnya mengidentifikasi masalah dengan pendekatan problem solving cycleF. Alur Perencanaan Gbr 4.1 Alur Perencanaan Analisis Praktek Residensi Manajemen Keperawatan Di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, Maret 2012

Output:Peningkatan kinerja perawat dalam implementasi MPKP Input:Kinerja bidang keperawatan dalam pilar nilai profesional: Management approach:PerencanaanPengorganisasian Pengarahan PengendalianCompensatory RewardProfessional RelationshipPatient Care Delivery SystemProses:Pengumpulan data : kuesioner, wawancara, FGDAnalisa dataPrioritas masalahAlternatif pemecahan masalahSeleksi alternatif pemecahan masalahPresentasi hasil pengkajianDiskusi/ kesepakatan masalah yang akan dipecahkanPlan of actionImplementasiOutcome:Kualitas askep meningkatKepuasan : perawat, pasien/keluarga dan nakes lain

Secara rinci tahapan kegiatan residensi sebagai berikut :1. Tahap persiapana. Penelusuran literatur terkait untuk mendukung pelaksanaan residensib. Survey awal lokasi residensic. Penyusunan proposal residensid. Penyusunan instrument2. Tahap orientasi umum di rumah sakita. Mahasiswa mengajukan permohonan/proposal residensi, surat pengantar ke direktur rumah sakit;b. Melakukan pertemuan dengan unsur direksi rumah sakit, manajer divisi keperawatan dalam rangka orientasi, penjelasan tujuan residensi dan bentuk-bentuk kegiatan serta partsipasi yang diharapkan;c. Orientasi ruangan bersama dengan pembimbing dan divisi keperawatand. Mempelajari data input, proses dan output dari aspek manajemen yang akan dikaji.3. Tahap identifikasi masalahDengan menggunakan data input-proses dan output dari aspek-aspek manajemen pelayanan keperawatan yang akan dikaji pada tahap orientasi umum, bersama pembimbing residensi selanjutnya mengidentifikasi masalah dengan pendekatan problem solving cycle.Dari permasalahan yang ditemukan, dengan mempertimbangkan waktu, sumber daya dan kewenangan dilakukan prioritas masalah yang akan diatasi. Selanjutnya diidentifikasi masalah utama yang memungkinkan dapat dipecahkan yang memiliki daya ungkit yang kuat dengan mempertimbangkan: Magnitude (M) kecenderungan dan seringnya kejadian masalah Severity (S); besarnya kerugian yang ditimbulkan, Manageable (Mn); bisa di pecahkan, Nursing consern (Nc); melibatkan perhatian dan pertimbangan perawat dan Affordability (Af) ; ketersediaan sumber daya.4. Tahap penyelesaian masalaha. Penetapan prioritas masalah dari data input-proses-output yang telah disepakati pihak rumah sakit dilanjutkan dengan penetapan tujuan dan seleksi alternatif pemecahan masalah yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan apa, siapa, bagaimana, dimana dan berapa lama tujuan dapat tercapai.b. Penyusunan Plan of Action (POA) dengan mempertimbangan aspek biaya, waktu, sarana, teknologi dan kebijakan rumah sakit.c. Presentasi dan sosialisasi rencana kegiatand. Implementasi rencana kegiatane. Tahap evaluasi dan rencana tindak lanjut.5. Tahap pembuatan laporana. Konsultasi pembimbingb. Presentasi hasil akhir laporan residensic. Penyerahan laporan ke rumah sakit tempat residensi.G. Hasil Pengkajian1. Gambaran Rumah Sakita. Sejarah Rumah Sakit Makassar Berdasarkan perintah Lisan Pangdak (Panglima Daerah Kepolisian) XVIII Sulselra pada tanggal 2 November 1965 untuk menempati dan menggunakan bangunan bekas Sekolah Polisi Negara Djongaya menjadi Rumah Sakit yang diberi nama Rumah Sakit AKRI Bhayangkara dan sebagai Kepala Rumah Sakit pertama adalah Komisaris Polisi (Tit) dr. Zainal Arifin, berdasarkan Surat Perintah Panglima Komando Daerah Angkatan Kepolisian XVIII Sulselra, No.: 6/1969, tanggal 24 Januari 1969. Pada tanggal 10 Januari 1970 Rumah Sakit Bhayangkara Makassar diakui oleh Mabes Polri dengan Surat Keputusan Kapolri No. Pol B/117/34/I/1970 yang ditandatangani oleh Wakapolri, dalam perjalanan waktu, Rumah Sakit Bhayangkara akhirnya berubah menjadi Rumah Sakit Tingkat II dengan Surat Keputusan Kapolri No. Pol: SKEP/1549/X/2001 tanggal 10 Oktober 2001. Selanjutnya Kepala Rumah Sakit kedua adalah Letkol. Pol. Dr. Ida Bagus Putra Djungutan, Sp.B (Alm) sejak tahun 1985 hingga tahun 1991, kemudian Kepala Rumah Sakit ketiga dijabat oleh Letkol. Pol. Purn. Dr. Roesman Roesli, Sp.PD dari tahun 1991 hingga tahun 1993, selanjutnya pada tahun 1993 Kepala Rumah Sakit keempat dijabat oleh Kombes. Pol. Drg. Peter Sahelangi,DFM sampai dengan tahun 2007, selanjutnya dijabat oleh Kombes. Pol. Dr. Syafrizal, MM sebagai Kepala Rumah Sakit yang kelima dengan masa jabatan dari tahun 2007 hingga tahun 2008, kemudian Kombes. Pol. Dr. Didi Agus Mintadi, Sp.JP, DFM menjabat Kepala Rumah Sakit yang keenam dari tahun 2008 hingga tahun 2010, selanjutnya pada tahun 2010 berdasarkan Surat Telegram Kapolri Nomor : STR/193/III/2010 tanggal 9 Maret 2010 tentang pemberitahuan pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan di lingkungan Polri dari Kombes. Pol. Dr. Didi Agus Mintadi, Sp.JP, DFM kepada Kepala Rumah Sakit yang ketujuh yaitu Kombes. Pol. Dr. Purwadi, SSt Mk., MS., MARS dari tahun 2010 hingga sekarang. Untuk menghilangkan kesan bahwa Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara hanya diperuntukkan bagi anggota Polri maka berdasarkan Surat Keputusan Kapolda Sulsel No Pol : SKEP/321/X/2001 tanggal 16 Oktober 2001 diputuskan pergantian nama Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara Makassar menjadi Rumah Sakit Bhayangkara Tk. II Mappaoudang Makassar.Perkembangan fisik Rumkit Bhayangkara Makassar dimulai pada tanggal 7 Oktober 1971 dengan diresmikannya ruang Disdokkes dan Rumkit Bhayangkara oleh Kapolda Sulsel. Pembangunan tahap pertama dimulai dari ruang perawatan Perwira dengan diresmikannya ruang paviliun tahun 1973, kemudian tahun 1977 dengan dukungan dana dari Menhankam Pangab Jendral M. Yusuf dibangunlah sarana pendukung diagnostik dan sarana pelayanan kesehatan.Pembangunan tahap kedua tahun 1983 terdiri atas Ruang Perawatan Anak 2 lantai, Ruang Fisioterapi dan Ruang Gawat Darurat, tahun 1996 peresmian ruang Outopsi dan Mushola, tahun 1997 peresmian ruang ICU dan ruang Operasi dan di tahun 2000 rumah sakit mendapat bantuan lunak peralatan kesehatan dari Spanyol.Perkembangan pembangunan selanjutnya adalah pembangunan koridor yang menghubungkan ruang-ruang perawatan maupun poliklinik, gedung perawatan berlantai dua dan ruang perawatan lainnya untuk meningkatkan pelayanan.Sampai dengan saat ini Rumah Sakit Bhayangkara Makassar masih terus melakukan pengembangan-pengembangan baik terhadap ruang direksi maupun ruang perawatan. Sekarang ini rumah sakit Bahayngkara Makassar memiliki ruang rawat jalan (17 jenis poliklinik), IGD dan ruang rawat inap dengan berbagai kelas (VIP = 42 tempat tidur, kelas I = 10 tempat tidur, kelas II = 144 tempat tidur, kelas III = 48 tempat tidur dan 12 tempat tidur untuk ruang khusus/ICU), total tempat tidur 256, serta sarana penunjang lainnya (laboratorium klinik, instalasi radiologi, instalasi gizi, instalasi fisioterapi, laundry, apotik dan kompartemen Dokpol) .b. Visi & Misi 1) VisiMenjadi Rumah Sakit Bhayangkara terbaik di kawasan Timur Indonesia dan jajaran Polri, dengan Pelayanan Prima dan mengutamakan penyembuhan serta terkendali dalam pembiayaan.2) Misia. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima dengan meningkatkan kualitas disegala bidang pelayanan kesehatan, termasuk kegiatan kedokteran kepolisian (forensik, perawatan tahanan, kesehatan kamtibmas dan DVI) baik kegiatan operasional kepolisian, pembinaan kemitraan maupun pendidikan dan latihan.b. Menyelenggarakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan anggaran secara transparan dan akuntabel.c. Meningkatkan kualitas SDM yang professional, bermoral dan memiliki budaya organisasi sebagai pelayan prima.d. Mengelola seluruh sumber daya secara efektif, efisien dan akuntabel guna mendukung pelaksanaan tugas pembinaan maupun operasional Polri.c. Struktur organisasi

(Sumber : Subagrenmin; Maret 2012)d. Jenis pelayanan kesehatan1) Instalasi rawat jalana) Klinik umumb) Klinik penyakit dalamc) Klinik bedahd) Klinik KIAe) Klinik jiwaf) Klinik matag) Klinik gigi dan muluth) Klinik Anaki) Klinik Kebidananj) Klinik Ortopedik) Klinik Syarafl) Klinik Kulit Kelaminm) Klinik Parun) Klinik THTo) Klinik Jantung2) Instalasi rawat inapa) Ruang rawat VIPb) Ruang rawat Kelas 1c) Ruang rawat Kelas 2d) Ruang rawat Kelas 3e) Ruang rawat Anak f) Ruang rawat intermediate g) Ruang rawat tahananh) Ruang rawat nifasi) Ruang rawat ICUe. Indikator Kinerja Rumkit Tahun 2011Tabel 3.1 Indikator Kinerja Unit Ruangan Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Makassar; Maret 2012JenisJanPebMarAprMeiJnJulAguSepOktNopDes

BOR84.68%85.89%83.67%83.85%84.34%82.50%79.19%64.70%78.96%81.87%82.31%88.32 %

LOS5.395.555.645.455.295.384.945.195.154.985.035.50

TOI0.920.8410.940.890.991.292.351.2710.980.62

BTO5.144.685.025.165.465.324.974.644.985.465.385.85

GDR2.30 %3.32 %2.14 %2.94 %2.58 %3.13 %3.58 %3.27 %2.52 %3.36 %3.66 %1.54 %

NDR1.02 %1.97 %1.47 %1.57 %1.09 %1.89 %2.76 %1.99 %1.93 %2.03 %2 %2.60 %

(Sumber : Subagrenmin; Maret 2012)Jika dilihat dari indikator mutu pelayanan Rumah Sakit Bhayangkara Makassar secara umum yaitu pencapai BOR (Bed Occupancy Rate) tahun 2011 sebesar 81,69 % sesuai dengan standar depkes, Nilai rata-rata lama perawatan pasien di rumah sakit ALOS (Avarage Length of Stay) pada tahun 2012 mencapai 5,29 hari. Begitupun angka pencapaian TOI (Turn Over Interval) yaitu lama rata-rata tempat tidur tidak terisi pada tahun 2012 mencapai angka 1,09 hari (memenuhi target standar). Jika diamati dari angka pencapaian BTO (Bed Turn Over) yaitu keluar masuknya pasien perawatan baik hidup/ mati per tempat tidur, pada tahun 2012 sebesar 5,17 (memenuhi target standar) artinya intensitas keluar masuk pasien Rumah Sakit Bhayangkara Makassar tergolong baik. Jumlah pasien meninggal 48 jam Net Death Rate (NDR) pada tahun 2012 sebesar 1,70 terjadi sedangkan jumlah pasien meninggal seluruhnya Gross Death Rate (GDR) pada tahun 2012 sebesar 2,59. (Subagrenmin; Maret 2012).f. 10 Jenis Penyakit terbesar di RS Bhayangkara Makassar Tahun 2011Tabel 3.2 10 Jenis Penyakit terbesar di RS Bhayangkara Makassar Tahun 2011; Maret 2012

PenyakitJanPebMarAprMeJunJulAguSepOktNopDes

GEA1068715111112414311312198157230155

TYPOID123136868887837653405980137

DHF1014936292724---19--

DISPEPSIA1047311110794677587507915095

HIPERTENSI585092706855614960317877

VOMITING----28333726-36--

KP49-32524934482727283962

DIABETES M--4033312933-382252-

ISK2124----24--1629-

KOLIK ABD-23----------

TRAUMA KAP28253120---1610---

FEBRIS485332615635265256---

ISPA292935263526------

POST OP SC------202417---

NHS-------1917-46-

MELENA---------20--

(Sumber : Subagrenmin; Maret 2012)g. Data Kepegawaian RS BhayangkaraTabel 3.1. Distribusi Sumber Daya Manusia di RS Bhayangkara Makassar ; Maret 2012NoKualifikasi PendidikanStatus KepegawaianJml

POLRIPNS / CPNSKARY. BLUMITRA

1.Dokter Spesialis6--4551

2.Dokter Gigi Spesialis---11

3.Dokter Umum3319530

4.Dokter Gigi Umum-5--5

5.Paramedis

a.Bidan1510-16

b.Perawat3655148-239

c.Apoteker-7--7

d.S1 Farmasi-25-7

e.Asisten Apoteker1424-29

f.Fisiotherapi112-4

g.Gizi116-8

h.Radiologi215-8

i.Analis Kimia1212-15

j.Rekam Medik--3-3

6.Non Medis303468-132

J U M L A H8212030251555

(Sumber : Subagrenmin; Maret 2012)2. Hasil Pengkajian Manajemen KeperawatanKegiatan pengkajian sampai dengan pengembangan perencanaan dilakukan mulai dari tanggal 3 s/d 12 April 2012. Data yang diperoleh menjadi gambaran makro untuk dieksplorasi, dianalisis dan divalidasi sehingga dapat diidentifikasi masalah dan kebutuhan manajemen keperawatan diruangan. Kuesioner dibagikan kepada 10 kepala ruangan dan 23 ketua tim.Hasil pengkajian data sebagai berikut :a. Analisis SWOT Gambaran Umum RS Bhayangkara Makassar1) Strenght/ Kekuatan : a) Rumah sakit mempunyai visi dan misi yang mendukung pencapaian tujuan organisasib) Adanya dukungan kuat kepolisian RI dalam pengembangan RS. c) Lokasi RS Bhayangkara Makassar mudah dijangkau dengan berbagai jenis alat transportasi, lingkungan yang cukup luas, nyaman dan menyenangkan.d) RS memiliki kedokteran kepolisian (forensik, perawatan tahanan, kesehatan kamtibmas dan DVI) baik kegiatan operasional kepolisian, pembinaan kemitraan maupun pendidikan dan latihan.e) Sebagai tempat praktek mahasiswa serta tempat penelitian dari berbagai perguruan tinggi kesehatan, khususnya keperawatan dan kebidanan.f) RS memiliki komitmen pengembangan SDM dan memberikan kesempatan kepada perawat untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.2) Weakness/Kelemahan a) Belum ada visi bidang keperawatan dan penjabaran visi, misi, tujuan dan filosofi disetiap ruangan.b) Belum optimalnya rencana kegiatan perawatan diruang rawat inapc) Belum optimalnya pemahaman uraian tugas dan rentang kendali/ mekanisme kerja dalam organisasi, pembuatan jadual dinas dan alokasi pasien berdasarkan klasifikasi pasien d) Sistem administrasi dan pendomentasian askep yang belum terkomputerisasie) Keterbatasan sarana dan prasarana medik dan non medikf) Belum optimalnya pelaksanaan metode penugasan asuhan keperawatan di ruangan.g) Secara kuantitas dan kualitatif tenaga perawat di rumah sakit masih kurang.h) Belum optimalnya pemahaman kepala ruangan tentang prinsip dan mekanisme pendelegasian tugas yang diperlukan untuk dilaksanakan oleh staf perawatani) Kegiatan supervisi belum berjalan dengan baik disebabkan karena belum dipahaminya materi dan mekanisme supervisi dan tidak adekuatnya pemahaman pentingnya supervisi dalam mempertahankan mutu asuhan keperawatanj) Belum adanya sistem jenjang karir perawat di rumah sakitk) Belum efektifnya kinerja sistem pengendalian dan pengukuran mutu pelayanan keperawatanl) Belum optimalnya kegiatan komunikasi dalam melakukan asuhan keperawatanm) Belum maksimalnya pemanfaatan proses keperawatan sebagai pendekatan perawat dalam melakukan pelayanan keperawatan, hal ini dapat dilihat dari pendokumentasian yang belum lengkap dan masih banyak yang bekerja didasarkan pada instruksi medis dan rutinitas kegiatan di ruangan.3) Opportunity/Peluang a) RS Bhayangkara Makassar merupakan satuan unit kerja kepolisian daerah Sulsel memiliki kedokteran kepolisian (forensik, perawatan tahanan, kesehatan kamtibmas dan DVI) baik kegiatan operasional kepolisian, pembinaan kemitraan maupun pendidikan dan latihanb) Sumber daya tenaga keperawatan sebagian besar usia produktif, sehingga memiliki peluang besar dalam pengembangan SDMc) Pemanfaatan sarana kesehatan akan semakin meningkatan seiring dengan program pelayanan kesehatan gratis dari pemerintah provinsi Sulawesi Selatand) Semakin berkembangnya kegiatan ekonomi kota Makassar yang berdampak pada peningkatan pendapatan sehingga kemampuan untuk mengakses sarana kesehatan juga semakin tinggie) Adanya kemitraan dengan berbagai perguruan tinggi kesehatan/ keperawatan dengan demikian turut mempengaruhi perkembangan pelayanan dan kegiatan penelitian.4) Threath/ Tantangan a) Regulasi perumahsakitan yang semakin ketat dalam penerapan standar ketenagaan dan standar pelayananb) Semakin kompetitifnya persaingan rumah sakit dengan mencetuskan beberapa pelayanan unggulan dengan sarana dan prasarana yang berbasis teknologi.c) Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang hak-haknya atas pelayanan kesehatan yang harus berkualitas dan aman.d) Keterbatasan sumber daya manusia yang berkualitas subspesialise) Liberalisasi dibidang perumahsakitanb. Hasil Pengkajian dan AnalisaAnalisa dilakukan berdasarkan distribusi frekuensi data primer yang diperoleh dari kuesioner pengumpulan data pada perawat yang bekerja di RS Bhayangkara Makassar. Kuesioner yang dibagikan 85 % dikembalikan yang terdiri dari 17 Kepala Ruangan (Karu), 23 Ketua Tim (Katim) dan 43 Perawat Pelaksana (PP).Untuk mendukung kesimpulan, dilakukan observasi langsung dan wawancara dengan Kepala Bidang Keperawatan, Kepala Seksi keperawatan, kepala ruangan serta dengan beberapa perawat di ruangan. c. Analisis Hasil Pengkajian1) Pilar I : Management approach a) Fungsi perencanaan(1) Visi, misi dan filosofi bidang keperawatanHasil wawancara :(a) Kepala Seksi Keperawatan : penyusunan visi dan misi rumah sakit dilakukan melalui rapat kerja dengan semua manajemen rumah sakit dan melibatkan seluruh kepala ruangan dan disosialisasikan kepada seluruh perawat melalui rapat keperawatan. Misi rumah sakit sejalan dengan tugas dan fungsi Bidang Keperawatan, akan tetapi belum ditetapkan visi Bidang keperawatan. (b) Hasil wawancara dengan kepala ruangan : belum ditetapkan visi dan misi serta filosofi ruangan karena sudah ada misi bidang keperawatan sebagai pedoman dalam melakukan tugas dan fungsinya.Hasil kuesioner :(a) Pemahaman visi dan misi rumah sakit dan misi, falsafah dan tujuan bidang keperawatan telah dipahami dengan baik (100 %) oleh kepala ruangan dan Ketua tim (97,5 %) (b) Perawat pelaksana yang belum memahami visi dan misi rumah sakit dan misi bidang keperawatan sebanyak 25.4%. Hasil observasi : diruangan belum ada visi dan misi ruangan, penelurusan dokumentasi belum ada misi bidang keperawatan dan visi/misi setiap ruangan.Analisis :Hirarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi, peraturan, kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston, 2010). Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan kebijakan. Visi ini dimaksudkan agar perawat harus dapat mempunyai sudut pandang dan pengetahuan yang luas tentang manajemen dan proses perubahaan yang terjadi saat ini dan akan datang. (2) Program Rencana Strategik dan Rencana Jangka PendekHasil wawancara :a. Informasi dari Kepala seksi Keperawatan bahwa proses penyusunan rencana strategik bidang keperawatan yang berlaku 5 tahun dirumuskan dalam rapat kerja.b. Hasil wawancara dengan kepala ruangan dan ketua tim bahwa mereka dilibatkan dalam penyususnan rencana strategik bidang keperawatan. c. Informasi dari karu dan katim perencanaan kegiatan diruangan disesuaikan rutinitas tugas dan rencana asuhan keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya dalam askep pasien, disamping laporan pershif. Dari wawancara juga terungkap bahwa baik kepala ruangan maupun katim belum memahami pentingnya serta cara pembuatan rencana kegiatan jangka pendek.Hasil kuesioner :a. Penyusunan rencana jangka pendek oleh kepala ruangan sebanyak 40% belum membuat rencana harian, sebanyak 40 % belum membuat rencana bulanan dan 100 % belum membuat rencana tahunan berdasarkan 4 pilar nilai profesional. b. Sedangkan ketua tim 69,6 % membuat rencana kerja harian dan membuat rencana bulanan sesuai dengan tugasnya sebanyak 73, 9 %.Hasil observasi : pendokumentasian perencanaan jangka pendek tidak disusun secara kronologis dan belum menggambarkan kegiatan manejerial dan askep. Analisis :Perencanaan kepala ruang sebagai manajer meliputi perencanaan tahunan, bulanan, mingguan dan harian. Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap akan memberi petunjuk dan mempermudah pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan kepada klien (Gillies: 1996).Masalah : Berdasarkan hasil pengkajian diatas teridentifikasi masalah/ kebutuhan pada fungsi perencanaan yang belum optimal yaitu:(a) Belum ditetapkannya visi bidang keperawatan dan visi dan misi ruangan disebabkan belum dipahaminya pentingnya dijabarkan lagi kedalam visi misi ruangan perawatan sebagai pedoman kerja staf perawatan dalam memberikan pelayanan keperawatan(b) Belum optimalnya penyusunan rencana kegiatan perawatan diruang rawat inap karena belum dipahaminya pembuatan rencana jangka pendek.b) Fungsi Pengorganisasian(1) Ketenagaan (SDM)Hasil wawancara :1. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Keperawatan bahwa perencanaan kebutuhan disetiap unit mengacu pada perencanaan makro dan belum mengacu pada perhitungan tingkat ketergantungan pasien. Pola pengembangan karir adalah perencanaan makro disusun oleh pimpinan keperawatan struktural sedangkan perencanaan mikro oleh pimpinan keperawatan fungsional, akan tetapi upaya peningkatan SDM perawat belum optimal hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan dana dan peraturan kepegawaian Pemerintah Kabupaten Luwu.2. Informasi dari kepala ruangan dan katim belum mengetahui perencaaan pengembangan tenaga keperawatan.Hasil kuesioner :1. Hasil kuesioner kepala ruangan sebanyak 40 % dan 26, 1 % Katim menyatakan kekurangan tenaga keperawatan. 2. Informasi yang diperoleh dari kuesioner kepala ruangan sebanyak 80 % menyatakan bahwa belum mengetahui perhitungan perencanaan kebutuhan tenaga dengan mempertimbangkan beban kerja dan klasifikasi pasien. 3. Kepala ruangan 100 % dan ketua tim 56,5 % belum mengetahui rencana pengembangan tenaga perawat 4. 87,5 % karu dan 95,6 % katim mengatakan belum pernah mengikuti pendidikan dan latihan manajemen pelayanan keperawatan. Analisis :Salah satu aspek yang sangat penting untuk mencapai pelayanan keperawatan yang bermutu adalah tersedianya tenaga keperawatan yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan baik kuantitas maupun kualitasnya. Untuk itu diperlukan perencanaan yang baik dalam menetukan pengembangan tenaga perawat. Perencanaan yang salah bisa mengabkitkan kekurangan tenaga atau kelebihan tenaga, bila tenaga berlebih akan mengakibatkan kerugian pada rumah sakit, dan apabila tenaga kurang bisa mengakibatkan beban kerja yang tinggi sehingga kualitas pelayanan akan menurun. Manajer keperawatan dituntut untuk bisa merencanakan jumlah tenaga perawat yang betul-betul sesuai dengan kebutuhan yang real, sehuingga mutu pelayanan dapat terjamin (Swanburg : 2000 ).(2) Penyusunan Jadual Dinas/Shif.Hasil wawancara :Hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa hambatan dalam penyusunan jadual dinas adalah keterbatasan tenaga dan sebagian besar berlatar belakang pendidikan vokasional.Hasil kuesioner :a. 40 % kepala ruangan karu dan 43,5 % katim menyatakan kesulitan menyusun daftar dinas/shif karena keterbatasan tenaga. b. 80 % karu dan 52,2 %Ketua tim belum memahami penentuan klasifikasi ketergantungan pasien. Hasil observasi :Hasil observasi jadual dinas belum ada pembagian alokasi pasien ke perawat pelaksana dan jadual shif sore/malam belum mencamtumkan penanggungjawab shif. Analisis :Daftar dinas ruangan berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas, penanggung jawab dinas. Daftar pasien berisi nama pasien, nama dokter, nama perawat dalam tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi perawat saat menjalankan dinas di tiap shift. Daftar dinas ruangan disusun berdasarkan tim, dibuat dalam satu minggu, sehingga perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk melakukan dinas. Pembuatan jadwal dinas perawat dilakukan oleh kepala ruangan pada hari terahir minggu tersebut untuk jadwal dinas pada minggu yang selanjutnya dan bekerja sama dengan ketua tim (Sitorus;2006).(3) Metode Penugasan/Pengorganisasian Perawatan PasienHasil wawancana : 1. Informasi dari Kepala Seksi Keperawatan bahwa metode penugasan diruang rawat inap adalah metode kombinasi tim-modifikasi namun belum berjalan optimal. 2. Hal ini didukung informasi yang diperoleh dari kepala perawatan dan ketua tim yang menyatakan belum memahami sistem kendali dan mekanismen penerapan metode penugasan asuhan keperawatan. Hasil kuesioner :(a) 80 % karu mengatakan belum dilakukan perhitungan klasifikasi pasien karena tidak memahami cara perhitugannya, sebanyak 56,7 % menyatakan tidak memahami rentang kendali dan metode tim.(b) Sedangkan ketua tim menyatakan belum dilakukan perhituangan sebanyak 52,2 % dan 75,7 % menyatakan belum memahami uraian tugasnya.Hasil observasi :Hasil observasi penerapan prinsip-prinsip dasar dalam MPKP juga belum berlajan sebagai mana mestinya, seperti belum dilakukan penerimaan pasien baru, pre dan post conference, case confrence.Analisis :Perencanaan yang strategis dan sistematis dalam memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan. Dan perencanaan yang baik mempertimbangkan : klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan, metode pemberian asuhan keperawatan, jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta perhitungan jumlah tenaga keperawatan. Untuk itu diperlukan kontribusi dari manager keperawatan dalam menganalisis dan merencanakan kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit rumah sakit (Gillies : 1996).Masalah :Dari hasil pengkajian fungsi pengorganisasian teridentifikasi kegiatan yang belum optimal yaitu : (a) Belum optimalnya pemahaman uraian tugas dan rentang kendali/ mekanisme kerja dalam organisasi, pembuatan jadual dinas dan alokasi pasien berdasarkan klasifikasi pasien akibat belum adanya pedoman penerapan MPKP diruangan.(b) Belum optimalnya perencanaan kebutuhan tenaga perawat disebabkan karena belum dipahaminya perhitungan beban kerja perawat.c) Fungsi PengarahanSupervisiHasil wawancara :a. Informasi Kepala Seksi Keperawatan bahwa kegiatan suprvisi dilakukan melalui pengawasan secara top up tetapi belum memahami materi dan mekanisme supervisi dalam keperawatan dan belum ada pedoman supervisi.b. Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan kegiatan supervisi yang dilakukan hanya berupa pemeriksaan kelengkapan dokumentasi askep. Hasil kuesioner :(a) 70 % karu menyatakan belum melakukan supervisi. (b) 80 % karu menyatakan belum melakukan supervisi terjadual dan terstruktur dan belum memberikan umpan balik saat melakukan supervisi.(c) 56,6 % katim menyatakan belum pernah disupervisi karu dan 34,8 % menyatakan tidak mendapat bimbingan dari karu.Hasil observasi :Belum ada dokumen tertulis hasil kegiatan supervisi dan belum adanya instrumen pelaksanaan supervisi.Analisis :Menurut Gillies (1996) fungsi Kepala Ruang meliputi empat area penting yaitu area personil, area lingkungan dan peralatan, asuhan keperawatan dan area pengembangan. Struktur organisasi ruangan merupakan area asuhan keperawatan yang seharusnya mendapatkan supervisi yang intensif karena berkaitan langsung dengan cara bagaimana pelayanan diorganisasikan dan dilakukan dengan pembagian kerja yang jelas. Apabila fungsi ini tidak dilakukan maka siklus perbaikan mutu tidak akan terjadi, karena tidak ada proses umpan balik dari manajer tingkat tinggi.Masalah :Dari hasil pengkajian diatas teridentifikasi masalah/ kebutuhan pada fungsi pengarahan yang belum optimal yaitu : Belum optimalnya kegiatan supervisi disebabkan belum dipahaminya materi dan mekanisme supervisi dan tidak adekuatnya pemahaman pentingnya supervisi dalam mempertahankan mutu asuhan keperawatan.d) Fungsi Pengendalian(1) Mutu pelayanan keperawatanHasil wawancara :(a) Informasi dari Kepala Seksi Keperawatan bahwa pengendalian mutu keperawatan dibawah koordinasi Komite Keperawatan. (b) Hasil wawancara dengan Ketua Komite Keperawatan bahwa dalam upaya peningkatan mutu ditetapkan Indikator Mutu Klinik, akan tetapi penerapan program ini belum berjalan dengan baik yang salah satu penyebabnya adalah sosialisasi program belum optimal. Hasil kuesioner :(a) Hal ini didukung oleh data kuesioner Katim dimana sebanyak 75 % menyatakan belum melakukan penilaian indikator pelayanan keperawatan karena belum memahami cara penilaiannya. (b) Informasi karu sebanyak 70 % belum melakukan observasi pelaksanaan asuhan keperawatan demikian juga dengan capaian pada fungsi melakukan pengawasan SOP hanya 20 %, dan belum ada yang melakukan evaluasi secara berkala terhadap SAK dan SOP sesuai perkembangan IPTEK.(c) 40 % karu belum pernah melakukan survey kepuasan pasien/keluarga, dan belum pernah dilakukan survey kepuasan perawat dan dokter terhadap hasil pelayanan keperawatan. Hasil observasi :Belum dilakukan survey masalah kesehatan / keperawatan dan belum adanya pedoman penjaminan mutu keperawatan diruangan. Analisis :Pengendalian manajemen adalah usaha sistematis untuk menetapkan standar prestasi kerja dengan tujuan perencanaan, untuk mendesain sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan prestasi yang sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan, untuk menetapkan apakah ada deviasi dan untuk mengukur signifikansinya, serta mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa sumber daya digunakan dengan cara yang seefektif dan seefisien mungkin untuk mencapai tujuan. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengendalian meliputi : menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja, melakukan pengukuran prestasi kerja, menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar, mengambil tindakan korektif (Gillies :1996).(2) Audit Standar KeperawatanHasil wawancara :(a) Dari Kepala Seksi Keperawatan diperoleh informasi bahwa setiap ruangan telah dilengkapi pedoman SAK dan SOP(b) Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan sebagian besar belum melakukan audit dokumentasi keperawatan. Hasil kuesioner :50 % Karu belum melakukan audit SAK dan SOP dengan alasan belum ada pedoman audit SAK dan SOP. Hasil observasi :(a) Perawat masih kurang memanfaatkan SAK dan SOP dalam memberikan asuhan keperawatan, meskipun diruangan. (b) Hasil pengamatan selama melakukan residensi kepala ruang hanya sekilas memeriksa dokumentasi dan jarang sekali memberikan komentar atau dorongan-dorongan terhadap perawat.(c) Hasil observasi dokumentasi proses keperawatan sudah menggunakan format baku akan tetapi pendokumentasiannya belum dilakukan dengan baik. Analisis :Evaluasi merupakan kegiatan penilaian keberhasilan pelayanan keperawatan yang dilakukan secara obyektif sebagai upaya yang dapat mendorong terjadinya perubahan perkembangan sistem dalam peningkatan mutu pelayanan. Adanya umpan balik dan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi akan memudahkan manajer dalam melakukan upaya perbaikan (Gillies : 1996).Masalah :Dari hasil pengkajian diatas teridentifikasi masalah/ kebutuhan pada fungsi pengendalian yang belum optimal yaitu: (a) Belum efektifnya kinerja Tim pengendalian dan pengukuran mutu pelayanan keperawatan disebabkan karena belum adanya panduan pelaksanaan.(b) Belum optimalnya penerapan standar asuhan keperawatan disebabkan karena budaya dan pengawasan keharusan menggunakan SAK dan SOP dan pendomentasian belum efektif.

b. Pilar II : Compensatory rewadHasil wawancara :(a) Informasi dari Kepala Seksi Keperawatan bahwa sudah ada instrument penilaian kinerja perawat dan penilaian dilakukan secara periodik sebagai laporan dari kepala ruangan. (b) Informasi dari Kepala Seksi Keperawatan salah satu cara meningkatkan motivasi adalah meralui reward dan punishment, bagi perawat dengan prestasi kerja baik diprioritaskan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan sedangkan punishment ditetapkan sesuai dengan peraturan kepegawaian.(c) Informasi dari kepala ruangan dan ketua tim mereka belum mengetahui program pengembangan SDM bagi perawat tetapi pihak rumah sakit mengizinkan setiap perawat yang akan melanjutkan pendidikan.Hasil Keusioner :(a) Dari hasil kuesioner kepala ruangan diperoleh informasi sebanyak 30 % mengatakan belum menyusun pengembangan jenjang karir fungsional, demikian halnya dengan ketua Tim yang belum mengetahui pengembangan karirnya sebanyak 30,4 %. (b) Fungsi motivasi kepala ruangan dari hasil kuesioner 40 % menyatakan memberikan motivasi ke perawat pelaksana. (c) Hasil kuesioner kepala ruangan sebanyak 80 % mengatakan tidak memberikan reward kepada staf perawat yang berprestasi dan sebaliknya sebanyak 100 % mengatakan ada punishment kepada staf dengan kinerja buruk. (d) Hal ini didukung informasi pada kuesioner dimana sebanyak 52,2