laporan rekayasa penyehatan lingkungan klp 3
DESCRIPTION
laporan hasil praktikum rekayasa penyehatan lingkungan, s1 teknik sipil 2014TRANSCRIPT
PRAKTIKUM REKAYASA PENYEHATAN LINGKUNGAN
ANALISA AIR LIMBAH
ANALISA KUALITAS AIR MINUM
ANALISA KEBISINGAN
ANALISA KUALITAS UDARA
OLEH
KELOMPOK 3
GRIAN DAMANI E1A1 10 097 IKA MARLISA KAMBUNO E1A1 13 011
LA RAHMAN E1A1 10 014 BAYU SAPUTRA E1A1 13 004
ASY’ARY SUYANTO E1A1 10 076 ABDUL RAHMAT E1A1 10 001
MARTINA E1A1 11 071 ABDUL RAJAB BAGE E1 A1 13 002
YAYAN PATULAK E1A1 10 048 AL AMIN ANDI RIFAI E1A1 13 003
MUH. ARDIAWAMSA E1A1 11 056
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
PRAKTIKUM REKAYASA PENYEHATAN LINGKUNGAN
ANALISA AIR LIMBAH
ANALISA KUALITAS AIR MINUM
ANALISA KEBISINGAN
ANALISA KUALITAS UDARA
OLEH
KELOMPOK 3
GRIAN DAMANI E1A1 10 097 IKA MARLISA KAMBUNO E1A1 13 011
LA RAHMAN E1A1 10 014 BAYU SAPUTRA E1A1 13 004
ASY’ARY SUYANTO E1A1 10 076 ABDUL RAHMAT E1A1 10 001
MARTINA E1A1 11 071 ABDUL RAJAB BAGE E1 A1 13 002
YAYAN PATULAK E1A1 10 048 AL AMIN ANDI RIFAI E1A1 13 003
MUH. ARDIAWAMSA E1A1 11 056
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
PRAKTIKUM REKAYASA PENYEHATAN LINGKUNGAN
ANALISA AIR LIMBAH
ANALISA KUALITAS AIR MINUM
ANALISA KEBISINGAN
ANALISA KUALITAS UDARA
OLEH
KELOMPOK 3
GRIAN DAMANI E1A1 10 097 IKA MARLISA KAMBUNO E1A1 13 011
LA RAHMAN E1A1 10 014 BAYU SAPUTRA E1A1 13 004
ASY’ARY SUYANTO E1A1 10 076 ABDUL RAHMAT E1A1 10 001
MARTINA E1A1 11 071 ABDUL RAJAB BAGE E1 A1 13 002
YAYAN PATULAK E1A1 10 048 AL AMIN ANDI RIFAI E1A1 13 003
MUH. ARDIAWAMSA E1A1 11 056
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah subhana wata’ala atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga laporan praktikum uji
Kualitas air limbah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam
senantiasa terlimpahkan kepada junjungan Nabiullah Muhammad Shalallahu
‘alaihi Wasallam.
Praktikum rekayasa penyehatan lingkungn ini diadakan sebagai tuntutan
dari kurikulum. Praktikum ini bertujuan memberi pengetahuan kepada praktikan
bagaimana cara mengetahui tingkat kebisingan di suatu daerah.
Kendari, Juli 2014
Penulis
PRAKTIKUM REKAYASA PENYEHATAN LINGKUNGAN
ANALISA AIR LIMBAH
OLEH
KELOMPOK 3
GRIAN DAMANI E1A1 10 097 IKA MARLISA KAMBUNO E1A1 13 011
LA RAHMAN E1A1 10 014 BAYU SAPUTRA E1A1 13 004
ASY’ARY SUYANTO E1A1 10 076 ABDUL RAHMAT E1A1 10 001
MARTINA E1A1 11 071 ABDUL RAJAB BAGE E1 A1 13 002
YAYAN PATULAK E1A1 10 048 AL AMIN ANDI RIFAI E1A1 13 003
MUH. ARDIAWAMSA E1A1 11 056
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
PRAKTIKUM REKAYASA PENYEHATAN LINGKUNGAN
ANALISA AIR LIMBAH
OLEH
KELOMPOK 3
GRIAN DAMANI E1A1 10 097 IKA MARLISA KAMBUNO E1A1 13 011
LA RAHMAN E1A1 10 014 BAYU SAPUTRA E1A1 13 004
ASY’ARY SUYANTO E1A1 10 076 ABDUL RAHMAT E1A1 10 001
MARTINA E1A1 11 071 ABDUL RAJAB BAGE E1 A1 13 002
YAYAN PATULAK E1A1 10 048 AL AMIN ANDI RIFAI E1A1 13 003
MUH. ARDIAWAMSA E1A1 11 056
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
PRAKTIKUM REKAYASA PENYEHATAN LINGKUNGAN
ANALISA AIR LIMBAH
OLEH
KELOMPOK 3
GRIAN DAMANI E1A1 10 097 IKA MARLISA KAMBUNO E1A1 13 011
LA RAHMAN E1A1 10 014 BAYU SAPUTRA E1A1 13 004
ASY’ARY SUYANTO E1A1 10 076 ABDUL RAHMAT E1A1 10 001
MARTINA E1A1 11 071 ABDUL RAJAB BAGE E1 A1 13 002
YAYAN PATULAK E1A1 10 048 AL AMIN ANDI RIFAI E1A1 13 003
MUH. ARDIAWAMSA E1A1 11 056
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................. i
DAFTAR TABEL.........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... iv
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Tujuan Praktikum ........................................................................................... 1
1.2 Prinsip Percobaan ........................................................................................... 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 4
2.1 Kekeruhan ...................................................................................................... 5
2.2 Derajat Keasaman (pH) .................................................................................. 6
2.3 Dissolved Oxygen (Do).................................................................................. 8
2.4 Biochemical Oxygen Demand (BOD) ........................................................... 9
2.5 Parameter kualitas air sungai........................................................................ 11
2.6 Pengaruh air buangan ................................................................................... 11
2.7 Air Limbah Domestik................................................................................... 12
2.8 Pengelolaan Air Limbah............................................................................... 13
BAB III
METODE PELAKSANAAN ..................................................................................... 18
3.1 Waktu dan Tempat ....................................................................................... 18
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................. 18
ii
3.3 Kegunaan Alat .............................................................................................. 20
3.4 Prosedur percobaan ...................................................................................... 20
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN .................................................................................. 24
4.1 Hasil Pengamatan dan Analisa Data............................................................ 24
4.2 Pembahasan .................................................................................................. 26
BAB V
PENUTUP................................................................................................................... 28
5.1 Kesimpulan................................................................................................... 28
5.2 Saran ............................................................................................................. 28
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 pengaruh pH terhadap komunitas biologi perairan ....................................... 7
Tabel 2.2 status kualitas air berdasarkan nilai Do ........................................................ 9
Table 2.3 status kuailitas air berdasarkan BOD .......................................................... 10
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan........................................................................................ 24
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 lokasi pengambilan sampel ..................................................................... 18
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
1.1.1 Percobaan Do Metode Titrasi
Untuk mengetahui nilai Do dari air sampel, sehingga diketahui
jumlah oksigen terlarut dari sampel air.
1.1.2 Percobaan BOD Metode Titrasi
Untuk mengetahui jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk menguraikan (mengoksidasikan) hamper
semua zat organism yang terlarut dan sebagian zat-zat organis yang
tersuspensi dalam air.
1.1.3 Percobaan Do Dengan Do Portable Meter
Untuk mengetahui nilai Do dari air sampel, sehingga diketahui
jumlah oksigen terlarut dari sampel air.
1.1.4 Percobaan Salinitas
Untuk mengetahui jumlah kadar dari air sampel, sehingga
diketahui jumlah kadar garam dari dalam sampel.
1.1.5 Pemeriksaan Suhu
Untuk mengetahui tingkat suhu dari dalam air sampel sehingga
diketahui jumlah tingakt suhu dari dalam sampel.
2
1.2 Prinsip Percobaan
1.2.1 Percobaan Do Metode Titrasi
Sampel air yang akan diuji dimasukkan ke dalam botol kaca,
air yang berada dalam botol kaca tidak boleh memiliki gelembung
udara, kemudian teteskan masing-masing 2 ml larutan MnSO4 dan
alkali-iodida-azida, kocok sampai terjadi pengendapan, kemudian
tambahkan 2 ml H2SO4, kocok kembali sampai endapan larut dengan
sempurna, masukkan kedalam Erlenmeyer kemudian titrasi dengan
tiosulfat, tambahkan lerutan kanji hingga warna biru hilang. Catat
jumlah tiosulfat yang digunakan.
1.2.2 Percobaan BOD Metode Titrasi
Ambil sampel air (250-350 ml), kemudian lerutkan pengencer
sebanyak 10%, setelah melakukan pengenceran sampel diinkubasi
selama 5 hari pada suhu 20º C, kemudian ukur nilai konsentrasi
tiosulfat dan volume tiosulfat.
1.2.3 Percobaan Do Dengan Do Portable Meter
Ambil sampel air (250-350 ml) dan masukkan kedalam gelas
ukur, sebelum melakukan pengukuran, terlebih dahulu kalibrasi alat
Do portable meter, kemudian celupkan ujung probe pada sampel,
tunggu pembacaan alat sampai angka yang ditunjukkan stabil.
1.2.4 Percobaan Salinitas
Pemeriksaan kadar garam dapat dilakukan dengan alat Do
portable meter, yaitu dengan cara memasukkan probe alat Do
portable meter yang telah dikalibrasi kedalam sampel, kemudian
tekan tombol pengganti pembacaan, kemudian tunggu hasil
pembacaan yang ditunjukkan stabil, kemudian catat kadar garam
yang ditunjukkan dengan satuan ppm.
3
1.2.5 Pemeriksaan Suhu
Pemeriksaan suhu dapat dilakukan dengan alat Do portable
meter, yaitu dengan cara memasukkan probe kedalam sampel yang
ingin diukur suhunya, setelah probe tercelup maka akan muncul
tingkat suhu pada display alat Do portable meter.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahtiar (2007) menyatakan menusia merupakan komponen lingkungan alam
yang bersama-sama dengan komponen alam lainnya, hidup bersama dan
mengelola lingkungan. Pengelolaan lingkungan hidup menjadi sesuatu yang
sangat penting untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan. Pencemaran
lingkungan terjadi atas 3 jenis yaitu pencemaran air, udara, dan tanah.
Pencemaran air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut,
dan air tanah yang disebabkan oleh aktifitas manusia. Elyazar, dkk (2007)
menyatakan laut sama dengan ekosistem lainnya, memiliki daya dukung (carrying
capacity) untuk memurnikan diri (self purification) dari segala gangguan yang
masuk ke dalam badan-badan perairan tersebut. Pada kenyataannya, perairan
pesisir merupakan penampungan akhir (storage system) segala jenis limbah yang
dihasilkan oleh aktifitas manusia. Lestari dan Edward (2004) menyatakan bahwa
limbah akibat dari aktifitas manusia seperti limbah industry baik padat, cair,
maupun gas. Limbah tersebut mengandung bahan kimia yang beracun dan
berbahaya masuk keperairan laut yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap
lingkungan.
Maryati dkk (2008) menyatakan pencemaran dapat dikarenakan adanya
sumur gali. Sumur gali menyediakan air dari lapisan tanah dangkal dengan zona
tidak jenuh, oleh karena itu mudah terkena kontaminasi melalui rembesan,
sehingga akan berpotensi menurunkan kualitas air. Dikhawatirkan akan terjadi
penurunan kualitas air akibat adanya sanitas yang buruk, seperti adanya rembesan
air limbah rumah tangga, limbah kimia dan lainnya. Kontaminasi yang buruk
berasal dari sarana pembuangan kotoran akibat dari septic tank yang kurang
permanen.
5
Polutan dalam air mencakup unsure-unsur kimia, pathogen, bakteri, dan
perubahan sifat fisik dan kimia dalam air. Banyak unsur-unsur kimia yang
merupakan racun yang mencemari air. Secara umum, pencemaran air bersumber
dari :
1. Limbah industri (bahan kimia baik cair maupun padatan, sisa bahan
bakar, tumpahan minyak dan oli, kebocoran pipa-pipa minyak tanah
yang ditimbun dalam tanah).
2. Pengurangan lahan hijau/hutan akibat perumahan dan bangunan.
3. Limbah pertanian (pembakaran lahan, penggunaan pestisida).
4. Limbah pengolahan kayu.
5. Penggunaan bom oleh nelayan dalam mencari ikan di laut.
6. Rumah tangga (limbah cari seperti sisa mck, sampah padatan seperti
plastic, kaleng, batu baterei) (bachtiar, 2008)
Pencemaran air juga dapat terjadi karena masuknya air hujan kedalam
timbunan sampah menghanyutkan komponen-komponen sampah (leachate)
kemudian merembes keluar dari TPA sampah sehingga menimbulkan pencemaran
pada air tanah dangkal dan badan air lainnya disekitar TPA sampah (widyatmoko
dkk, 2001).
Pencemaran air lindi sampah akibat air hujan, mecuci sampah yang sudah
busuk serta segala kotoran di dalamnya, air lindi tersebut ada yang terserap ke
dalam tanah, yang dampaknya pada air permukaan yang merembes ke dalam air
permukaan tanah akan menimbulkan pencemaran air tanah dangkal disekitarnya
(Sudrajat 2002 dalam Arbran dkk, 2008) selain itu meningkatnya unsure-unsur
pencemar pada kualitas air tanah dangkal juga dipengaruhi oleh jenis tanah serta
topografi.
2.1 Kekeruhan
Kekeruhan atau turbudilitas adalah suatu kuran yang menyatakan
sampai seberapa jauh cahaya mampu menembus air, dimna cahaya yang
menembus air akan mengalami pemantulan oleh bahan-bahan tersuspensi dan
6
bahan koloidal. Satuan dari turbudilitas adalah Jackson turudity unit (JTU)
dimana 1 JTU sama dengan turbuditas yang disebabkan oleh 1 mg/l SiO2
dalam air. Dalam danau atau peraian lainnya yang relative tenang, turbuditas
disebabkan terutama oleh bahan-bahan kasar terdispersi.
Turbiditas penting bagi kualitas air permukaan, terutama berkenaan
dengan pertimbangan estetika, daya filter, dan disinfeksi. Pada umumnya
kalau turbiditas meningkat, nilai estetika menurun, filtrasi air lebih sulit dan
mahal, dan efektifitas desinfeksi jadi berkurang. Turbiditas dalam perairan
mungkin terjadi karena material alamiah, aktifitas proyek, pembangunan
limbah, dan pergerakan.
2.2 Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman atau pH merupakan suatu parameter penting untuk
memutuskan dan menentukan kadar asam dan basa dalam air. PH ditentukan
untuk menentukan CO2 dan kesetimbangan asam basa. Pada temperature yang
diberikan, intensitas asam atau karakter dasar suatu larutan diidentifikasi oleh
pH dan aktifitas ion hydrogen.
PH air menunjukan tingkat kesuburan air karena mempengaruhi
kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif dan semakin
dapat membunuh budidaya perairan. Pada pH rendah (keasaman tinggi)
kandungan oksigen menurun, aktifitas naik dan selera makan menurun. Atas
dasar ini, maka usaha perairan akan berhasil dalam air dengan pH 6.5 – 9.5,
dan kisaran optimal akan berhasil dengan kisaran optimal antara 7.5 – 8.5
(Kordi dan Andi; 2009).
Adapun pengeruh pH terhadap komunitas biologi perairan dijelaskan
dalam table berkut :
7
Tabel 2.1 pengaruh pH terhadap komunitas biologi perairan
Nilai pH Pengaruh Umum
6.0 – 6.5
1. Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit
menurun
2. Kelimpahan total, biomassa dan produktifitas
tidak mengalami perubahan
5.5 – 6.0
1. Penurunan nilai keanekaragaman plankton
dan bentos semakin nampak
2. Kelimpahan total biomassa, dan
produktifikas masih belum mengalami
perubahan yang berarti
3. Alga hijau berfilamen mulai Nampak pada
zona petoral
5.0 – 5.5
1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi
jenis plankton, perifiton dan bentos semakin
besar
2. Terjadi penurunan total dan biomassa
zooplankton dan bentos
3. Alga hijau berfilamen semakin banyak
4. Proses nitrifikasi terhambat.
4.5 – 5.0
1. Penurunan keanekaragamandan komposisi
jenis plankton, parifelon dan bentos semakin
besar
2. Penurunan keanekaragaman total dan
biomassa zooplankton dan bentos
3. Alga hijau berfilamen semakin banyak
4. Proses nitrifikasi terhambat
Sumber : modifikasi baker et al, 1990 dalam novotiny dan dem 1994.
8
2.3 Dissolved Oxygen (Do)
Oksigen terlarut (Do) adalah jumlah oksigen yang larut dalam air yang
berasal dari fotosintesa dan absorbs atmosfer/udara. Oksigen terlarut disuatu
perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh makhluk
hidup dalam air. Untuk mengetahui kualitas air dala suatu perairan, dapat
dilakukan dengan mengamati beberapa parameter perairan secara kimia
seperti Do, semakin banyak jumlah Do maka kualitas air semakin baik. Jika
jumlah oksigen yang terlarut semakin rendah akan menimbulkan bau yang
tidak sedap akibat degradasi anaerob yang mungkin saja terjadi.
Satuan Do dinyatakan dalam persentase saturasi. Oksigen terlarut
dibuthkan oleh semua makhluk hidup untuk pernapasan, proses metabolisme
dan pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energy untuk pertumbuhan
dan pembakaran. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi
bahan-bahan organic dan anorganik dalam proses aerobic. Sumber utama
oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara dan
hasil fotosintesis organism yang hiup di perairan tersebut (salimin, 2000)
Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi karena
bertambahnya proses difusi antara air dan udara bebas, serta adanya proses
fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalamaa akan terjadi penurunan kadar
oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakan berkurang dan kadar
oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-
ahan organic dan anorganik. Kandungan aksigen terlarut minimum adalah 2
ppm dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun.
Idealnya kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1.7 ppm selama
waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan 70% (HUET, 1970).
Kementrian Lingkungan Hidup menetapkan bahwa kandungan oksigen
terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata dan biota laut. Oksigen
memegang peranan penting sebagai indicator kualitas air.
Dalam proses aerobic peranan oksigen adala untuk mengoksidasi
bahan organic dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrient yang pada
akhirnya memberikan kesuburan. Dalam kondisi anaerobic oksigen dibtuhkan
9
untuk mereduksi cahaya senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk
nutrient dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah peranan oksigen
terlarut sangat dibutuhkan dalam mengurangi pencemaran secara alami
maupun secara perlakuan aerobic.
Oksigen terlarut dapat dianalisa dengan 2 cara yaitu :
1. Cara Titrasi dengan Metode Winkler
Prinsip utama dari metode ini adala dengan menggunakan titrasi
iodemetri.
2. Metode Elektrokimia
Metode ini menentukan oksigen terlarut dengan alat Do Meter
Tabel 2.2 status kualitas air berdasarkan nilai Do
No. Nilai Do (mg/l) Status Kualitas Air
> 6.5 Tidak tercemar sampai tecemar ringan
4.6 – 6.4 Tercemar ringan
2.0 – 4.4 Tercemar sedang
< 2.0 Tercemar berat
Sumber : Lie et al, 1978
2.4 Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Biochemical Oxygen Demand (BOD) adalah jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme selama penghancuran bahan organic dalam
waktu tertentu pada suhu 20ºC. oksidasi biokimiwi ini adalah merupakan
proses yang lambat dan secara teoritis memerlukan reaksi sempurna. Dalam
waktu 20 hari. Oksidasi mencapai 95% - 99% sempurna dan dalam waktu 5
hari seperti yang digunakan untuk mengukur BOD yang kesempurnaan
oksidasinya mencapai 60% - 70%. Suhu 20ºC merupakan nilai rata-rata untuk
daerah perairan arus lambat, didaerah iklim sedang mudah ditiru dalam
10
inkubatir. Hasil yang berbeda akan diperoleh pada suhu yang berbeda karena
kecepatan reaksi biokimia tergantung dari suhu.
BOD adalah suatu analisa empiris yang coba mendekati secara global
nilai proses-proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi didalam air. Anga
BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bekateri untuk
menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organic yang terlarut dan
sebagian zat-zat yang tersuspensi dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan
untuk menentukan bebean pencemaran akibat air pembuangan industry dan
untuk mendesain sistem-sistem pencemaran biologis bagi air yang tercemar
tersebut. Pemeriksaan BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organis dengan
oksigen didalam air, dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri
aerob. Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbon dioksida dan air reaksi
oksidasi dapat dituliskan sebagai berikut :
CnHaObNc + (n+a/4-b/2-3c/4)O2 anCO2 +(a/2-3c/2)+H2O+CN
Pengujian BOD menggunakan metode winkler-alkali-iodida-azida
adalah penetapan BOD yang dilakukan dengan cara mengukur berkurangnya
kadar oksigen terlarut dalam sampel yang disimpan dalam botol yang tertutup
rapat, didinkbasi selama 5 hari dalam suhu kamar. Waktu yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi bahan-bahan organic pada suhu 20ºC adalah seperti
dalam table berikut :
Table 2.3 status kuailitas air berdasarkan BOD.
No. Nilai BOD (ppm) Status Kualitas Air
≤ 2.9 Tidak tercemar
3.0 – 5.0 Tercemar ringan
5.1 – 14.9 Tercemar sedang
≥ 15 Tercemar berat
Sumber : Lie et al, 1978
11
2.5 Parameter kualitas air sungai
Kualitas air sungai sangat tergantung dari komponen penyusunnya dan
juga dipengaruhi oleh masukkan komponen yang berasal dari pemukiman
disekitarnya. Komponen limbah domestik pemukiman tersebut banyak
mengandung bakteri, virus dan berbagai macam parasit phatogen.
Kualitas air sungai dipengaruhi oleh beberapa parameter pencemaran
yang berasal dari air buangan (limbah) yaitu diantaranya :
a. Suhu
b. Kekeruhan
c. Warna, bau dan rasa
d. Bahan padat total
e. Daya hantar listrik
f. Kandungan besi
g. Derajat keasaman
h. Oksigen terlarut
i. Biologytal oksigen demand
j. Chemical oxygen demand
k. Nutrient
l. Logam berat
m. Feaceal califora
2.6 Pengaruh air buangan
Di daerah-daerah sekitar, adanya sungai selain sebagai saluran alamiah,
sering digunakan sebagai tempat pembuangan air limbah. Aktifitas rumah
tangga, industri, fasilitas umum lainnya merupakan sumber buangan limbah
yang dilakukan secara langsung atau setelah melewati proses pengolahan.
Pencemaran terjadi apabila air buangan yang diterima sungai memberikan
dampak terhadap penurunan kualitas air. Air sungai tercemar dapat terlihat
dari fisik airnya, yaitu semula jernih (warna alamiah) menjadi keruh atau
12
kehitam-hitaman bahkan sering menimbulkan bau yang tidak enak.
Sout wick (1976) menyatakan bahwa, limbah secara spesifik disamping
dapat menimbulkan bau, perubahan warna dan rasa, juga dapat mereduksi
kadar oksigen terlarut dan meningkatkan BOD dalam air. Hal ini
menyebabkan suhu yang akan mempengaruhi oksigen dan reaksi kimia dalam
air, serta menyebabkan suhu yang akan mempengaruhi aktifitas organisme
aquatik dan larutan gas oksigen. Selain itu, limbah dapat meningkatkan
sejumlah besar zat organik dan anorganik yang menghasilkan kekeruhan
karena terjadinya proses dekomposisi.
Penurunan BOD dalam air sesungguhnya disebabkan oleh dua hal yaitu
sedimentasi dan juga deoksigenasi efektif dari bahan air sungai atau limbah.
Pengaruhnya adalah kondisi lingkungan sungai dan karakteristik limbah yang
masuk kesungai serta sungai tersebut. Nilai BOD menurut standar untuk Baku
Mutu penggunaan air 3-5 mg/l. 04-pencemaran sungai.pdf
2.7 Air Limbah Domestik
Air limbah domestik adalah limbah cair yang berasal dari dapur, kamar
mandi, cucian, dan kotoran-kotoran manusia. Menurut keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu air
limbah rumah tangga yang dimaksud dengan air limbah rumah tangga adalah
air limbah yang berasal dari usaha atau kegiatan pemukiman (Real Estate),
rumah makan (restoran), perkantoran, perniagaan, apartemen non septic tank
biasanya mengandung partikel-partikel koloid yang dapat mengakibatkan
adanya kekeruan kandungan zat-zat kimia yang terkandung pada sabun,
deterjen, dan pengharum baju.
Selning dengan tingginya pertumbuhan penduduk mengakibatkan
terjadinya peningkatan pemakaian air dalam rumah tangga yang menyebabkan
peningkatan jumlah limbah cair.
13
Baku Mutu air limbah rumah tangga adalah ukuran batas atau kadar
unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang akan dibuang atau
dilepas keair permukaan. Baku mutu air limbah rumah tangga berlaku bagi
usaha dan atau kegiatan pemukiman.
Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktifitas ion
hidrogen dalam perairan. Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa
besar tingkat keasaman atau kebebasan suatu perairan. Perairan nilai pH = 7
adalah netral. pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam. Sedangkan pH> 7 dikatakan kondisi perairan basa. Adanya karbonat, bikarbonat dan
hidroksida akan menaikan kebasaan air, sementara adanya asam-asam mineral
bebas dan asam karbonat menaikan keasaman suatu perairan.
Dari semua variasi media filter menunjukkan bahwa filter belum mampu
menurunkan kandungan derajat sampai memenuhi standar yang diterapkan
oleh peraturan pemerintah noor 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air
dan pengendalian pencemaran air dimana standar maksimum deterjen yang
diperbolehkan 200 mg/l untuk semua kelas badan air.
2.8 Pengelolaan Air Limbah
Air limbah sebelum dilepas kepembuangan akhir harus menjalani
pengelolaan telebih dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengelolaan air limbah
yang efektif diperlukan rencana pengelolaan yang baik. Pengolahan air limbah
dapat dilakukan dengan bantuan kolam peralatan. Pengolahan air limbah
secara alamiah biasanya dilakukan dengan cara bantuan kolam stabilitasi
sedangkan pengolahan air dengan bantuan peralatan, misalnya dilakukan pada
instalasi pengoalahan air limbah (IPAL/waste water treatment plant / wwtp).
14
1. Tujuan Pengolahan Air Limbah
Adapun tujuan dari pengoalahan air limbah itu sendiri, antara
lain :
a. Mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga.
b. Melindungi hewan dan tanaman yang hidup di dalam air.
c. Menghidari pencemaran tanah permukaan.
d. Menghilangkan tempat berkembang biaknya bibit dan vektor
penyakit.
2. Syarat sistem pengelolaan air limbah
Sementara itu, sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus
memenuhi persyaratan berikut :
a. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air
minum.
b. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.
c. Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup
di air di dalam penggunaannya.
d. Tidak dihinggapi oleh vektor atau yang mengakibatkannya
penyakit.
e. Tidak terbuka dan harus tertutup.
f. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap.
3. Metode pengelolaan air limbah
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengelola air
limbah, diantaranya :
1. Pengenceran
Air limbah dibuang kesungai, danau atau laut agar mengalami
pengenceran. Dengan cara ini air limbah akan mengalami
purifikasi alami. Namun cara semacam ini dapat mencemari air
permukaan dengan bakteri phatogen, larva atau telur cacing, serta
bibit penyakit lain yang ada dalam air limbah itu.
15
Apabila hanya cara ini yang dapat diterapkan, maka
persyaratan berikut harus dipenuhi :
a. Air sungai atau danau tidak boleh digunakan untuk keperluan
lain.
b. Volume air mencukupi sehingga pengenceran berlangsung
kurang dari 30-40 kali.
c. Air harus cukup mengandung oksigen. Dengan kata lain air
harus mengalir (tidak boleh stagnam) agar tidak menimbulkan
bau.
2. Cesspol
Bentuk cesspol ini menyerupai sumur tetapi digunakan untuk
pembuangan air limbah. Dibuang pada tanah yang berpasir agar
air buangan mudah meresap ke dalam tanah. Bagian atas ditembak
agar tidak tembus air. Apabila cesspol sudah penuh (± 60 bulan)
lumpur di dalamnya dapat dihisap keluar atau dari semula dibuat
cesspol secara berangkai sehingga bila yang satu penuh, air akan
mengalir ke cesspol dengan sumur air bersih adalah 45 meter dan
minimal 6 meter dari pondasi rumah.
3. Sumur Resapan
Sumur resapan merupakan sumur tempat menampung air
limbah yang telah mengalami pengolahan dalam sistem lain,
misdinya dari aqua privy atau septic tank. Dengan cara ini air
hanya tinggal mengalami peresapan kedalam tanah. Sumur
resapan ini dibuat pada tanah yang berpasir, dengan diameter 1-2.5
m dan kedalaman 2.5 meter. Lama pemakaian dapat mencapai 6-
10 tahun.
4. Septic tank
Septic tank menurut WHO, merupakan metode terbaik untuk
16
mengolah air limbah walau biayanya mahal, rumit dan
memerlukan tanah yang luas, septic tank memiliki 4 bagian,
diantaranya :
a. Ruang pembusukkan
Dalam ruangan ini, air kotor akan tertahan 13 hari dan akan
mengalami penguraian oleh bakteri pembusukkan yang akan
menghasilkan gas, cairan dan lumpur. Gas cairan akan masuk
kedalam dosing chamber melalui pipa. Lumpur akan masuk
keruang lumpur.
b. Ruang lumpur
Ruang lumpur merupakan tempat penampungan lumpur.
Apabila ruang sudah penuh, lumpur dapat dipompa keluar.
c. Dosing chamber
Dalam dosing chamber terdapat shipon me donald yang
berfungsi untuk mengatur kecepatan air yang akan di alirkan
ke bidang resapan agar merata.
d. Bidang resapan
Bidang ini akan menyerap cairan keluar dari klosing
chamber dan menyaring bakteri phatogen maupun bibit
penyakit lain. Panjang minimal bidang resapan ini 10 meter
dan di buat pada tanah berpasir.
5. System riool (sewage)
System riool menampung semua air kotor dari rumah
maupun perusahaan, dan terkadang menampung kotoran dari
lingkungan. Apabila dipakai untuk menampung air hujan, system
riool ini disebut combined system, sedangkan jika bak
penampungan air hujannya dipisahkan maka disebut separated
17
system. Agar tidak merugikan kepentingan lain, air kotor di
alirkan ke ujung kota, misalnya ke daerah peternakan, pertanian
atau perikanan darat. Air kotor itu masih memerlukan pengolahan
yang dilakukan antara lain :
a. Penyaringan
Penyaringan di tunjukan untuk menangkap benda-benda
yang terapung diatas permukaan air.
b. Pengendapan
Pada proses ini, air limbah di alirkan kedalam bak besar
(sound trap) sehingga aliran menjadi lambat dan lumpur serta
pasir mengendap.
c. Proses biologis
Proses ini menggunakan mikroba untuk memusnahkan zat
organic di dalam limbah baik secara aerob maupun anaerob.
d. Disaring dengan saringan pasir (sound filter)
e. Desinfeksi
Desinfeksi merupakan kobarit (10 kg/l suta air limbah)
untuk membunuh mikroba phatogen.
f. Pengenceran
Terakhir air limbah dibuang kesungai, danau atau laut
sehingga mengalami pengenceran, semua proses pengolahan
air limbah ini dilakukan dalam suatu instalasi khusus yang
dibuang diujung kota.
18
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat
3.1.1 Lokasi Pengambilan Sampel
Adapun pengambilan sampel dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : sabtu, 7 juni 2014
Waktu : 10.00 – 11.00 wita
Lokasi :
Gambar 3.1 lokasi pengambilan sampel
3.1.2 Analisis Pengukuran
Adapun percobaan DO dan BOD dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Sabtu, 7 Juni 2014
Waktu : 10.00 - Selesai
Lokasi : Laboratorium Penyehatan Lingkungan, Fakulta
iiiiiiiiiiiii Teknik universitas Halu Oleo
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Percobaan DO Metode Titrasi
a. Alat
- BOD botol
19
- Pipet tetes
- Buret
- Erlenmeyer
b. Bahan
- Larutan MnSO4
- Larutan alkali-iodida-azida
- H2SO4
- Larutan kanji
- Tiosulfat 0.025 N
- Sampel air
3.2.2 Percobaan BOD Metode Titrasi
a. Alat
- BOD botol
- Pipet tetes
- Buret
- Erlenmeyer
- inkubator
b. Bahan
- Larutan MnSO4
- Larutan alkali-iodida-azida
- H2SO4
- Larutan kanji
- Tiosulfat 0.025 N
- Sampel air
3.2.3 Percobaan DO dengan DO Portable Meter
a. Alat
- DO Portable Meter
- BOD Botol
20
b. Bahan
- Sampel air
3.3 Kegunaan Alat
1. DO Portable Meter, untuk mengukur DO awal pada sampel. Alat ini
mempunyai komponen dan fungsi masing-masing yaitu :
a. Sensor, untuk membaca kadar kualitas air dengan parameter
tertentu
b. Display, untuk menampilkan hasil pengukuran kualitas air dengan
parameter tertentu.
2. Incubator, berfungsi untuk menginkubasi sampel air DO5 dengan suhu
20ºC selama 5 hari
3. Tabung uji, berfungsi untuk sebagai wadah menamppung air pada saat
percobaan
4. Pipet tetes, berfungsi sebagai alat ukur menambahkan larutan MnSO4
dan larutan alkali-iodida-azide sebanyak 2 ml kedalam botol BOD
5. Erlenmeyer, berfungsi sebagai alat/wadah untuk menampung larutan.
3.4 Prosedur Percobaan
3.4.1 Prosedur DO Metode Titrasi
1. Mengambil sampel air secara hati-hati dengan botol BOD(tidak
boleh ada gelembung udara sedikitpun)
2. Menambahkan berturut-turut 2 ml larutan MnSO4 dan larutan
alkali-iodida-azide
3. Tutup botol BOD secara hati-hati sehingga tidak terdapat
gelembung udara, kocok selama 15 menit
4. Diamkan beberapa saat sehingga terjadi pengendapan secara
sempurna.
5. Secara hati-hati buka tutup botol dan segeratambahkan H2SO4
pekat dan alirkan melalui leher botol
21
6. Tutup kembali botol, kocok sehingga semua endapan larut
dengan sempurna
7. Setelah itu masukkan sampel dari botol BOD ke dalam
Erlenmeyer 250 ml
8. Titrasi dengan tiosulfat, sampai warna kuning muda, kemudian
tambahkan 1-2ml larutan kanji dan titrasi kembali hingga warna
biru hilang
9. Catat jumlah larutan tiosulfat yang digunakan
3.4.2 Prosedur BOD Metode Titrasi
1. Mengambil sampel air secara hati-hati dengan botol BOD (250
ml – 300 ml)
2. Lakukan pengenceran pada sampel air dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Untuk air limbah yang belum diolah maka pengencerannya
berkisar antara 0.0 – 0.1%
b. Untuk air limbah yang telah mengalami pengendapan,
pengencerannya antara 1.0 – 5.0%
c. Untuk air limbah yang sudah mengalami pengolahan
biologis, pengencerannya antara 5 – 25%.
3. Setelah dilakukan pengenceran sampel diinkubasi selama 5 hari
pada suhu 20ºC
4. Segera ukur DO awal dari sampel yang diencerkan (bila
dilakukan pengenceran) atau dari contoh yang tidak diencerkan.
Metode pengukuran dilakukan dengan metode penetrasi.
5. Setelah itu air diinkubasi selama 5 hari
6. Kemudian ukur nilai Ntio (konsentrasi tiosulfat) dan Vtio (volume
tiosulfat)
3.4.3 Percobaan DO dengan DO Portable Meter
22
1. Mengambil sampel air secra berhati-hati dengan botol BOD (250
ml – 300 ml)
2. Sebelum melakukan pengukuran DO Portable Meter, yang perlu
dilakukan yaitu mengkalibrasi DO Portable Meter. Langkah-
langkah untuk mengkalibrasi DO Portable Meter adalah sebagai
berikut : Buka terlebih dahulu tabung tempat elektroda,
bersihkan dengan tissue seluruh bagian DO Meter (terutama
bagian elektroda) dengan hati-hati hal ini bertujuan untuk
membersihkan. Setelah itu buka bagian tutup depan, ambil
sponsnya dan basahi dengan aquades dan pasang kembali. Hal ini
bertujuan untuk menjaga kelembaban elektroda. Kemudian
kalibrasi alatnya yaitu dengan on-call-off. Setelah meng off kan
alat, langkah berikutnya adalah mengkalibrasi DO meter,
langkah-langkahnya yaitu :
a. Sambungan kabel dilepas dari DO meter
b. Lepaskan tabung tempat elektroda
c. Basahi dengan aquades dan keringkan dengan tissue, lakukan
2 kali
d. Cuci elektroda dengan OX-290 2-3 menit yang bertujuan
untuk mencuci elektroda
e. Basahi kembali dengan aquades dan dikibaskan pelan
f. Tutup membran elektroda (ujung) dengan tabung kecil berisi
OX-290 dimasukkan pelan agar terjadi gelembung
g. Kabel dihubungkan kembali lalu lakukan kalibrasi alat.
3. Setelah alat selesai dikalibrasi, maka siap untuk melakukan
pengukuran kadar oksigen terlarut. Berikut langkah-langkah
untuk mengukur kadar DO pada sampel air
a. Langkah selanjutnya celupkan ujung probe pada sampel
b. Kemudian tekan tombol “on” untuk mengaktifkan alat
c. Selanjutnya tekan tombol “enter”
23
d. Tunggu pembacaan alat sampai angka yang ditunjukkan
stabil
e. Melakukan pembacaan alat sampai angka yang ditunjukkan
stabil
f. Melakukan pembacaan DO dalam %, DO dalam ppm, suhu,
dan salinitas dengan menekan tombol mode
g. Mencatat semua parameter yang dibaca oleh alat
h. Langkah yang terakhir mematikan alat dengan menekan
tombol “off”
4. Berikut langkah-langkah perlakuan alat setelah pengukuran
selesai
a. Menekan tombol “off”
b. Melepas kabel
c. Melepas membran kemudian mencuci dengan aquades
d. Mencuci elektroda dengan aquades, kemudian dikeringkan
e. Memasang kembali membrane
f. Menyimpan alat DO Meter dengan benar seperti semula
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan dan Analisa Data
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan
Kode
Sampel
Volume
Sampel
Pembahasan
DO Portable Meter Titrasi (BOD)
DO0 T Sal P Ntio Vtio Ntio Vtio
1 23.3 29.1 1.8110% 0.025 3.05 0.025 2.20
2 30.8
Sumber : Hasil Pengamatan Laboratorium, 2014
4.1.1 Percobaan DO Metode Titrasi (DO0)
- Faktor Tio (F1)= 0,025= 0.0250.025= 150 × 162162 − 4 = 51.266- Faktor Koreksi (F2)= 51.26650
=1.025- Oksigen Terlarut (DO0)= × × 4 ×= 1 × 1.025 × 4 × 3.05= 12.505
4.1.2 Percobaan DO Metode Titrasi (DO5)
- Faktor Tio (F1)= 0,025
25
= 0.0250.025= 150 × 162162 − 4 = 51.266- Faktor Koreksi (F2)= 51.26650
=1.025- Oksigen Terlarut (DO0)= × × 4 ×= 1 × 1.025 × 4 × 2.20= 9.02
4.1.3 Percobaan BOD Metode Titrasi= −= 12.505 − 9.020.1= 34.85
26
4.2 Pembahasan
Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang
dikaitkan dengan suatu kegiatan dan keperluan tertentu. Air yang
berkualitas baik adalah air yang tidak tercemar, bebas dari kuman penyakit
dan tidak mengandung bahan beracun.
Praktikum kualitas air limbah ini diawali dengan mengambil sampel
pada lokasi yang sudah ditentukan sebanyak 2 buah. Kemudian sampel
pertama diuji untuk mengetahui parameter pencemaran DO, salinitas, dan
suhu. Lima hari berikutnya sampel kedua yang sebelumnya dimasukkan
kedalam incubator kemudian diuji untuk mengetahui kadar DOnya.
Dengan demikian dapat diketahui kadar BOD dengan mencari selisih dari
DO0 dan DO5.
Berdasarkan pengujian analisa kualitas air limbah yang kami
laksanakan maka hasil yang kami dapatkan adalah sebagai berikut :
1. Oksigen terlarut (DO)
Dari hasil pengujian di laboratorium didapatkan hasil 12.505
mg/l. Nilai tersebut menunjukkan bahwa status air tersebt masuk
dalam kategori normal karena kadar oksigennya antara 50 – 10 mg/l
untuk kualita air berdasarkan kandungan DO.
2. Salinitas
Pada lokasi sungai dosamping apangan ex-MTQ, kadar garam
yang didapat sebesar 1.81% unutk sampel pertama dan 2.16% untuk
sampel kedua. Dengan kadar garam sebesar itu maka air pada lokasi
tersebut dapat disimpulkan termasuk dalam spesifikasi air payau
karena kadar garamnya berkisar antara 0.05 – 3%
3. Suhu
Pada hasil pengukuran yang kami lakukan dengan menggunakan
alat DO Portable Meter didapatan tingkat suhu 29.1ºC untuk sampel
pertama dan 29.8ºC untuk sampel kedua yang merupakan kisaran suhu
27
optimal air limbah secara biologi. Dengan nilai tersebut maka air pada
lokasi tersebut masih layak untuk organisme dalam air karena suhu
yang layak berkisar antara 27ºC - 32ºC
4. BOD
Dari hasil pengamatan dan perhitungan yang didapatkan hasil
34.85 mg/l. Berdasarkan hasil pengukuran status kualitas air pada
lokasi tersebut adalah tercemar berat dimana air tercemar ≥ 25 mg/l.
28
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan kali ini yaitu :
5.1.1 Percobaan DO Metode Titrasi
Dari hasil pengujian yang dilakukan didapatkan hasil Do dari
metode titrasi yaitu 12.505 mg/l untuk DO0 dan DO5 adalah 9.02
mg/l.
5.1.2 Percobaan BOD Metode Titrasi
Dari hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan
metode titrasi yaitu 34.85 mg/l.
5.1.3 Percobaan DO dengan DO Portable Meter
Dari hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan alat
DO Portable Meter yaitu untuk sampel pertama 23.3 dan untuk
sampel kedua 30.8
5.1.4 Percobaan Salinitas
Dari hasil percobaan didapatkan kadar garam untuk samel
pertama sebesar 1.81% dan untuk sampel kedua sebesar 2.16%.
5.1.5 Percobaan Temperatur
Dari hasil percobaan didapatkan temperaturnya 29.1ºC untuk
sampel pertama dan 29.8ºC untuk sampel kedua.
5.2 Saran
Adapun saran yang kami berikan setelah melaksanakan praktikum uji
kualitas air limbah yaitu agar dilaksakan pada awal semester sehingga
waktu penulisan laporan dapat dilaksanakan dalam waktu yang cukup.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Rahmawati, A. 2005 perbedaan kadar BOD, COD,TSS, dan Mpn coliform
pada air limbah, sebelum dan sesudah pengolahan di RSUD Nganjuk. Jurnal
vol.2,No1
Aroye, P.A. 2009 the seasonal Variation of PH and dissolved oxygen (DO)
concentration in Asa lake Ilonn, Nigeria. International journal of physical
sciences Vol. 4 (s), PP 271-274, may 2003
Joacluin, M. Jeremia 2010 dissolved oxygen and Biochemical oxygen demand in
the waters close to the quelimane senage discharge, Noma
Sastrawijaya, Tresna A. 1991. Pencemaran lingkungan. Jakarta. PT Rineka Cipta.
L
A
M
P
I
R
A
N
ALAT DAN BAHANALAT DAN BAHANALAT DAN BAHAN
DOKUMENTASI PADA SAAT PENGAMBILAN SAMPEL DILAPANGAN
Air sampel yang di masukkankedalam gelas ukur
air sampel di masukkan kedalambotol BOD
Air sampel di titrasi dengan larutanMNSO4 dan ionida-azida
Air sampel untuk BOD yangdiinkubasis
Dokumentasi praktukum uji libmah di laboratorium
Di titrasi dengan tiosulfat Di titrasi dengan larutan Tiosulfat
PRAKTIKUM REKAYASA PENYEHATAN LINGKUNGAN
ANALISA KUALITAS AIR MINUM
OLEH
KELOMPOK 3
GRIAN DAMANI E1A1 10 097 IKA MARLISA KAMBUNO E1A1 13 011
LA RAHMAN E1A1 10 014 BAYU SAPUTRA E1A1 13 004
ASY’ARY SUYANTO E1A1 10 076 ABDUL RAHMAT E1A1 10 001
MARTINA E1A1 11 071 ABDUL RAJAB BAGE E1 A1 13 002
YAYAN PATULAK E1A1 10 048 AL AMIN ANDI RIFAI E1A1 13 003
MUH. ARDIAWAMSA E1A1 11 056
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
PRAKTIKUM REKAYASA PENYEHATAN LINGKUNGAN
ANALISA KUALITAS AIR MINUM
OLEH
KELOMPOK 3
GRIAN DAMANI E1A1 10 097 IKA MARLISA KAMBUNO E1A1 13 011
LA RAHMAN E1A1 10 014 BAYU SAPUTRA E1A1 13 004
ASY’ARY SUYANTO E1A1 10 076 ABDUL RAHMAT E1A1 10 001
MARTINA E1A1 11 071 ABDUL RAJAB BAGE E1 A1 13 002
YAYAN PATULAK E1A1 10 048 AL AMIN ANDI RIFAI E1A1 13 003
MUH. ARDIAWAMSA E1A1 11 056
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
PRAKTIKUM REKAYASA PENYEHATAN LINGKUNGAN
ANALISA KUALITAS AIR MINUM
OLEH
KELOMPOK 3
GRIAN DAMANI E1A1 10 097 IKA MARLISA KAMBUNO E1A1 13 011
LA RAHMAN E1A1 10 014 BAYU SAPUTRA E1A1 13 004
ASY’ARY SUYANTO E1A1 10 076 ABDUL RAHMAT E1A1 10 001
MARTINA E1A1 11 071 ABDUL RAJAB BAGE E1 A1 13 002
YAYAN PATULAK E1A1 10 048 AL AMIN ANDI RIFAI E1A1 13 003
MUH. ARDIAWAMSA E1A1 11 056
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................. i
DAFTAR TABEL........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... iv
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Tujuan Praktikum ........................................................................................... 1
1.2 Prinsip Percobaan ........................................................................................... 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 3
2.1 Pengertian Kualitas Air .................................................................................. 3
2.2 Hubunngan Antar Kualitas Air....................................................................... 3
2.3 Parameter Kualitas Air ................................................................................... 4
2.4 Ciri-ciri Kualitas Air Yang Baik .................................................................... 6
2.5 Komponen Penyusun Kualitas Air Minum .................................................... 9
2.6 Air Tanah...................................................................................................... 16
2.7 Indeks Pencemaran....................................................................................... 17
BAB III
METODE PELAKSANAAN ..................................................................................... 23
3.1 Waktu dan Tempat ....................................................................................... 23
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................. 23
3.3 Kegunaan Alat .............................................................................................. 29
ii
3.4 Prosedur percobaan ...................................................................................... 29
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN .................................................................................. 31
4.1 Hasil Pengamatan dan Analisa Data............................................................ 31
4.2 Analisa Data ................................................................................................. 32
4.3 Pembahasan .................................................................................................. 34
BAB V
PENUTUP................................................................................................................... 36
5.1 Kesimpulan................................................................................................... 36
5.2 Saran ............................................................................................................. 36
i
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 total dissolved solid untuk air ..................................................................... 10
Tabel 2.2 total suspended solid untuk pencemar air ................................................... 11
Tabel 2.3 klasifikasi air berdasarkan kadar garamnya ................................................ 11
Tabel 2.4 pengaruh Ph terhadap komunitas biologi perairan...................................... 12
Tabel 2.5 standar untuk suhu pada kualitas air ........................................................... 14
Tabel 2.6 klasifikasi air berdasarkan konduktivitas .................................................... 15
Tabel 2.7 syarat-syarat kekeruhan............................................................................... 15
Tabel 2.8 Baku mutu air.............................................................................................. 18
Tabel 4.1 Pengujian Berat Kertas Saring .................................................................... 31
Tabel 4.2 hasil pengujian TDS.................................................................................... 31
Tabel 4.3 hasil pengamatan dengan alat Jenco PorTabel Meter ................................. 32
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Oven ........................................................................................................ 18
Gambar 3.2 desikator .................................................................................................. 18
Gambar 3.3 gelas ukur ................................................................................................ 18
Gambar 3.4 kertas saring............................................................................................. 18
Gambar 3.5 neraca digital ........................................................................................... 18
Gambar 3.6 corong kimia............................................................................................ 18
Gambar 3.7 cawan petri .............................................................................................. 18
Gambar 3.8 bahan ....................................................................................................... 18
Gambar 3.9 Jenco portable meter................................................................................ 18
Gambar 3.10 gelas ukur .............................................................................................. 18
Gambar 3.11 sampel.................................................................................................... 18
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
Secara umum tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui indeks
pencemaran air yang diuji. Adapun secara khusus tujuan dari masing-masing
praktikum ini adalah :
1.1.1 praktikum total suspended solid (TSS) dan total dissolved solid (TDS)
yaitu :
1. mengetahui kadara zat tersuspensi
2. mengetahui metode yang digunakan dalam penentuan zat padat
3. dapat melakukan pemerikaan TDS dan TSS
1.1.2 praktikum uji kualitas air minum yaitu :
1. dapat mengetahui cara menggunakan alat potable meter
2. dapat mengetahui kualitas air dari sampel yang diambil
3. dapat mengetahui batasan-batasan dari kualitas air minum berdasarkan
parameter-parameter yang ada seperti ph,salinitas,konduktivitas dan
suhu
1.2 prinsip percobaan
1.2.1 TSS fdan TDS
Metode pengujian air minum TSS dan TDS secara gravimetri metode
ini termasuk penentuan bagan yang mengapung.Padatan yang mudah
mengapung dan komposisi garam mineral.Pengujian yang telah
homogen disaring dengan kertas saring dan ditimbang. Rasidu yang
2
tertahan dikertas saring kemudian dikeringkan sampai mencapai berat
konstan,dan kemudian dipanaskan dengan suhu 103 ͦC. kenaikanberat
saringan mewakili padatan tersuspensi total. Jika padatan menghambat
saringan dan memperlama proses penyaringan, diameter saringan perlu
diperbesar atau mengurangi volume contoh uji untuk memperoleh
estimilasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan
padatan total.
1.2.2 Portable Meter
Didalam air minum, ph meter digunakan untuk mengukur tingkat
keasaman dan kebasaan.Keasaman dalam larutan dinyatakan dalam
larutan sebagai kadar hydrogen (ion) yang disingkat dengan (H+).
Didalam larutan cara kerja alat portable meter yaitu mencelupkan sensor
kedalam air yang telahdiuhji kira-kira pada kedalaman 2 cm dan secara
otomatis alat bekerja pada saat pertama kali dicelupka. Angka yang
ditunjukkan display mesin berubah-ubah, tunggu kira-kira 2-3 menit
sampai stabil. Selain itu angka portable meter dapat digunakan untuk
mengukur salinitas, temperature, suhu dan konduktivitas.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kualitas Air
Kualiatas air adalah kondisi kualitas air yang diukr atau diuji
berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasrakan
peraqturan perundang-undangan yang berlaku pasal 1 keputusan Menteri
Negara lingkunghan hidup nomor 115 tahun 2003.kualitas air dapat ditentukan
dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisika, kimia
dan mikroorganisme ( Mardugi,2009 )
Menurut acehpedia ( 2010 ), kualitas air dapat diketahui dengan
melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian ini dilakukan
adalah uji fisika, kimia dan biologis atau uji kenampakkan ( bau dan warna ).
Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaaan air sehingga tercapai
kualitas air yang diinginkan sesuai perintukannya untuk menjamin agar
kondisi air tetap dalam kondisi alamiahnya.
2.2 Hubunngan Antar Kualitas Air
Menurut lesmana (2011), suhu pada air mempengaruhi kecepatan
reaksi kimia baik dalam media luar maupun dalam media dalam. Jika suhu
semakin naik maka reaksi kimia akan semakin cepat, sedangkan konsentrasi
gas akan semakin turun, termasuk oksigen, sehingga membuat reaksi toleran
dan tidak toleran.
Menurut anonymous (2010), laju peningkatan ph akan dilakukan poleh
nilai ph awal sebagai contoh kebutuhan ion karbonat perlu ditambahkan untuk
meningkatkan satu-kesatuan ph akan jauh lebih banyak apabila awalnya 6,3
dibandingkan hal yang sama dilakukan pada ph 7,5. Kenaikan ph yang akan
4
tejadi diimbangi pelh kadar CO2 telarut dalam cair sehingga CO2 akan
menurunkan ph.
2.3 Parameter Kualitas Air
2.3.1 Parameter Fisika
A. Kecerahan
Kecerahan adalah parameter fisika errata kaitannya dengan
proses fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang
tinggi menenjukkan daya tembus matahari yang jauh kedalam
perairan. Begitu pula sebaliknya ( Trik Kasianto,2008 )
Menurut kordi adan andi (2009),kekeruhan adalah sebagaian
cahaya yang diterusdkan diteruskan kedalam air dan dinyakan
kedalam (%). Ke3mempuan cahaya matahari untuk yembus sampai
kedasra perairan dipengaruhi kekeruhan (turbidity) air dengan
mengetahuikecerahan suatu perairankita dapat mengetahui sampai
dimana masih ada kemungkinan tejadin prose asimilasi dalam
air,lapisann-lapsian manakah yang tidak keruh,dan yang paling
keruh.
B. Suhu
Menurut ounji (1987), suhu air merupakan factor yang
banyak mendapat perhatian dalam pengkajian-pengkajian
kelautan.Data suhu air dapat dimanfaatkan bukan saja untuk
mempelajari gejala-gejala fisika didalam laut tetapi juga dengan
kaitannya dengan kehidupan hewan tau tumbuhan.Bahkan juga dapat
dimanfaatkan untuk pengkajian meteorology.Suhu air dipermukaan
dipengaruhi oleh kondisi meteorology.Factor-faktor meteorology
yang berperan disini adalah curah hujan, penguapan, kelembaban
udara, suhu udara, kecepatan angina dan radiasi matahari.
5
Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme,
karena itu penyebaran organisme baik di lautan maupun di perairan
air tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut.Suhu sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan biota air. Secara
umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu
dapa meneka kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan
kematian bila penigkatan suhu mewnjadi ekstrim ( kordi dan
andi,2009 ).
2.3.2 Parameter Kimia
A. PH
Menurut Andayani (2005), ph adalah cerminan derajat
keasaman yang diukur dari jumlah ion hydrogen menggunakan
rumus PH = log (H+). Air murni terdiri dari ion H+ dan OH- dalam
jumlah berimbang hingga ph air murni biasa 7.Makin banyak ion
OH- dalam cairan makin rendah ion H+ dan makin tinggi ph. Cairan
demikian tersebut tersusun dari cairan alkalis. Sebaliknya makin
banyak H= maka maikn rendah ph dan cairan tesebut bersifat
masam. Ph antar 7-9 sangat baik untuk air tambak.
B. CO2 (karbon dioksida)
Karbon dioksida (CO2) merupakan gas yang dibutuhkan oleh
tumbuhan. Tumbuhan air renik maupun tingkat tinggi untuk
melakukan proses fotosintesis. Meskipun peranan karbondiokasida
sangat besar bagi kehidupan organisme air, namun kandunganya
yang belebihan sangat menggangu bahkan menjadi racun secara
langsung bagi biota budidaya (kordi dan andi, 2009)
Meskipun presentasi di atmosfer relative kecil, akan tetapi
keberadaan karbondioksida di perairan relative banyak karena
karbondioksida memiliki kelarutan yang relative banyak.
6
C. Amonia
Makin tinggi ph air daya racun amonia semakin menigkat
sebab sebagian besar berada dalam bentuk NH3. Sedangkan dalam
molekul (NH3) lebih beracun daripada berbentuk ion (NH4+),
amonia dalam bentuk molekul bagian membrane sel lebih cepat
daripada ion NH4+ (Kordi dan Andi,2009).
Menurut Andayani (2005) sumber amonia dalam adalah
eksresi amonia oleh ikan dan crustacean. Jumlah amonia yang akan
dieksresikan bias diertimikasikan dari penggunaan protein nito dan
protein prosentase dalam pakan.
2.4 Ciri-ciri Kualitas Air Yang Baik
2.4.1 Kualitas Air Yang Baik Secara Fisik
Secara fisik air air mempunyai standar mutu kelayakan atau
kebaikan terhadap air. Adapun ciri-ciri kualitas air yang baik secara fisik
yaitu sebagai bewrikut :
1. Rasa
Kualitas air yang baik adalah tidak berasa. Rasa dapat ditimbulkan
kerena adeanya zat organic atau bakteri atau unsur lain yang masuk
kedalam air.
2. Bau
Kualitas air bersih yang baik adalah tidak berbau,karena bau ini
dapat ditimbulkan oleh pembusukan zat organic seperti bakteri serta
kemungkinan akibat tidak langsung dari pencemaran lingkungan
terutama system sinitasi.
7
3. Suhu
Secara umum kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan kenaikan
akltifitas biologi sehingga akan membentuk O2 lebih banyak lagi.
Kenaikan suhu peraitran secara alami biasanya disebabkan oleh
aktivitas penebangan vegetasi di sekitar sumber air tersebut,
sehingga menyebabkan banyaknya cahaya matahari yang masuk
tersebut mempengaruhi aktivoitas yang ada secra langsung atau tidak
langsung.
4. Kekeruhan
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan oranik
maupun an organic.Kekeruhan juga dapat mewakili warna,
sedangkan dari segi estetika kekeruhan air dihubungkan dengan
kemungkinan hadirnya pencemaran melalui buangan sedangkan air
tergantung pada warna buangan yang memasuki bada air tersebut.
5. TDS (Jumlah Zat Padat Terlarut)
Total dissolved solid adalah bahan padat yang tertinggal
sebagai residu poada penguapan dan penyaringan pada suhu 103 ͦ C.
dalamportabel meter kebanyakan bahan bakar terdapat dalam bentuk
terlarut yang terdiri dari garam anorganik selain itu juga gas-gas
yang terlarut.
Kandungan total solid pada portabel meter berkisaran antara
20 sampai dengan 100 mg/l dan sebagai suatu pedoman kekerasan air
akan meningkatkan total solid, disamping itu pada semua bahan cair
jumlah kolid yang tidak terlarut dan bahan yang tersuspensi akan
meningkat sesuai derajat dari pencemaran.
Zat padat terlarut terdapat pada air dan kalau jumlahnya
terlalu banyak tida baik sebagai air minum. Banyaknya zat padat
yabg diisyaratkan untuk air minum adalah kurang dari 500 ml/l.
pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada
penyimpangan kualitas air minum dalam hal total solid ini yaitu
8
bahwa air akan memberikan rasa tidak enak pada lidah dan rasa
mual.
2.4.2 Kualitas Air Minum Secara Kimia
Air mimum yang baik juga memiliki ciri-ciri kimia yaitu sebagai
berikut :
1. PH Netrala (Ph 7)
Derajat keasaman air minum harus netral, tidak boleh bersifat
asam maupun basa. Air yang mempunyai ph rendah (asam) akan
tersa asam. Sedangkan air yang mempunyai ph diatas 7 (basa)akan
terasa pahit. Oengukuran ph pada umumnya dilakukan dengan kertas
ph atau ph water.Alat lain yang digunakan adalah ph meter. Ph meter
selain sulit diaplikasikan harganya juga relative mahal.
2. Tidak mengandung bahan kimia beracun
air yang berkualitas baik tidak mengandungn bahan kimia
beracun seperti sianida,sulfide,dan fenolik
3. Tidak mengandung garam atau ion-ion
Air yang berkualitas baik tidaj mengandung garam seperti
Nacl atau ion-ion seperti Fe2+,Zn2+,Mn2+,Cr6+,Al3+
4. Kesadahan rendah
tingginya kesadahan berhubungan dengan ion-ion terlarut
didalam air terutama Ca2+ atau Mg2+
5. Tidak mengandung bahan organic
Kandungan bahan organic dalam air dapat terurai menjadi zat-zat
yang berbahaya bagi kesehatan.
9
2.4.3 Kualitas Air Yang Baik Secara Mikrobiologi
Air minum tidak boelh mengandung bakteri-bakteri penyakit
(pantogen) dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan coli
melebihi batas-batas yang telah ditentukan. Bakteri golongan coli ini
bersal dari usus besar dari tanah.bakteri pantogen yang mungkin ada dala
air antara lain yaitu :
1. Bakteri penyebab tifus
2. Vibrio colera
3. Bakteri penyebab disentri
4. Shigella Sp
5. Bakteri entiris lainya.
Air yang mengandfung golongan coli dianggap telah
terkontaminasi dengan kotoran manusia dengan demikian dalam
pemerikasaan bakteriologik,tidak langsung diperiksa apakah air itu
mengandung bakteri pathogen,tetapi diperiksa ddengan indicator bakteri
coli.
2.5 Komponen Penyusun Kualitas Air Minum
Adapun komponen pengujian kualitas air minum adalah sebagai berikut :
1. Total dissolved solid (TDS)
TDS adalah benda padat yang terlaurt yaitu semua miuneral,
garam, logam serta kation-kation yang terlarut didalam air, termasuk
semua yang terlarut diluar molekul air murni. TDS terukur pada parts
permillion (ppm) perbandingan rasio berat ion dan berat ion air
Sesuai regulasi dari envinsonmesal protection agency (EPA) USA
menyarankan bahwa kadar masimal kontamian pada air minum adalah
sebesa 500 mg/l (500ppm). Saat angaka TDA mencapai 1000 mg/l maka
sangat tidak dianjurkan untuk dikonnsumsi manusia.Dengan angka TDS
yang tinggi maka operlu tindak lanjut dan dilakukan pemerikasaan lebih
10
lanjut.Umumnya tinggi angka TDS disebabkan oleh kandungan potarium
khlorida.
Tabel 2.1 total dissolved solid untuk air
TDS (ppm) Tingkat Keterangan
0-50 Sangat rendah Air hasil reserves
otomatis
50-150 rendah Air dari mata air
dipgungungan
150-300 sedang Air yang biasanya
dikonsumsi
300-500 berat -
500 keatas Sangat berat Tidak boleh dikonsumsi
manusia
Sumber : matra aqua scape.com/wp-content/uploads/2011/11 tps
2. Total suspended solid (TSS)
TSS adalah residu dari padatan total yang tertahan saringan dengan
ukuran portabel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur,tanah
liat,logam,sulfide oksida,oksdia,ganggang,bakteri dan jamur. TSS
umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan.TSS sumur
diberikan kontribusi untuk kekeruhandengan membatasin penetrasi.
Cahaya untuk fotosintesis dan fisibilitas diperairan sehingga nilai
kekeruhan dapat dikonversi kenilai TSS
11
Tabel 2.2 total suspended solid untuk pencemar air
Konsentrasi TSS (mg/l) Kategori kualitas lingkungan
4 Sangat baik
10 baik
15 cukup
20 kurang
35 Sangat kurang
Sumber : yunsupitit.blogspot.com/parameter pencemar air.html
3. Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dala
cair.Salitas juga mengarah pada kandungan garam dalam tanah.Kandungan
garam alami sangat kecil sehingga air ditempat dikategorikan sabagai air
tawar. Kandungan air tawar ini secra devinisi kurang dari 0.05%. jika lebih
dari itu air dapat dikategorikan sebagai air garam yaitu air yang
konsentrasinya 3-5%. Lebih dari 5% disebut brine. Air laut secxara alami
merupakan saline dengan kandungan garam sekitar 3,5%
Tabel 2.3 klasifikasi air berdasarkan kadar garamnya
Kadar garam (mg/l) Klasifikasi Air
< 500 Bersih/segar
500-1500 sedang
1500-5000 payau
>5000 asin
35000 Sangat asin
>35000 pahit
Sumber : dharma.2010/02/11/salinitas air laut
12
4. PH
Ph adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman dan kebasaanya yang dimiliki oleh suatu larutan.Ph juga
didefinisikan sebagai kalogaritmaaktivitas ion hydrogen yang terlarut.
Ph air dimanfaatkan untuk menetukan indeks pencemaran dengan
melihat tingkat keasaman atau kebasaan air terutama oksidasi kalsium atau
magnesium pada proses pembasaan. Angak indeks yang digunakan 0-14
dan merupakan angka logaritmik negative dari konsentrasinya.
Tabel 2.4 pengaruh Ph terhadap komunitas biologi perairan
Nilai ph pengaruh
6,0-6,5
1. Keanekaragaman planton dan
bentos menurun
2. kelimpahan total,bio massa dan
produktivitas tidak mengalami
perubahan
5,5-6,0
1. Penurunan nilai
keanekaragaman planton dam
bio massa semakin tampak
2. Kelimpahan total, bio massa
dan produktivitas masih belum
mengalami perubahan
3. Alga hijau mulai tampak pada
zona litoral
5,0-5,5
1. Penurunan dan
keanekaragaman dan
komposisi jenis planton
perfilton dan bentos semaikin
besar
2. Alga hijau berfilumen semaikn
13
banyak
3. Penurunan kelimpahan total
dan bio massa, panton dan
bnros
4. Proses nitrofikasi terhambat
4,5-5,0
1. Penerunan keanekaragaman
dan komposisi jenis planton
2. Penurunan kelimpahan total
dan bio massa 200 palanton
dan bentos
3. Alga hijua berfilmen semakin
banyak
Sumber : modifikasi baker et 01.1990 dan effendi
5. Temperatur atau Suhu
Suhu memiliki rentang yang luas. Factor yang mempengaruhi suhu
antara lain :
1. Volum cair
2. Lokasi badan air
3. Kedalam badan air
4. Iklim
Suhu dibutuhkan untuk menentukan tingkat kejenuhan oksigen
terlarut dala air.kenaikan termperatur didalam badan air dapat
menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah dapat
menimbulkan bau yang tidak sedap akibat terjadinya degradasi atau
penguraian bahan-bahan organic maupun anorganikdidalam air srcara
anaerob.
14
Tabel 2.5 standar untuk suhu pada kualitas air
Stabdar suhu keterangan
± 3 ͦ C Untuk jenis air minum
38 ͦ C Persyaratan utnuk limbah cair
industry golongan 1
40 ͦ C Jenis limbah cair golongan 2
Suhu udara Persyaratan untuk air sumur
± 1-3 ͦ C
30 ͦ C
Standar untuk jenis air
bangunan
Sumber : menkes /5 k/ VII/2002
6. Konduktivitas
Konduktivitas merupakan suatu kemampuan suattu cairan untuk
mengahntarkan arus listrik yang biasa disebiut dengan daya hantar
listrik.Konduktivitas pada air merupakan ekspus numeric yang
menunjukkan kemapuan suatu larutan untuk menghantarkan listrik.
Menurtut APHA awwan (1992) dan effendi (2003) diketahui
bahwa pengukuran dhl berguna dalam hal sebagai berikut ;
1. menetapkan tingakat menetrealisasi dan derajat disosialisasi dalam air
destilasi
2. memperkirakan efek total dari konsentrasi ion
3. mengawasi pengolahan air yang cocok dengan kondisi mineral air
4. memperkirakan air layak dikonsumsi atau tidak
5. memeperkirakan jumlah zat padat terlarut dala air
15
Tabel 2.6 klasifikasi air berdasarkan konduktivitas
DHL ( ms/m) klasifikasi
0-0055 Air minum
0,5-5 Air suling
5-30 Air hujan
30-200 Air tanah
45000-55000 Air laut
Sumber : davis dan wlest.1996
7. Kekeruhan
Kekeruhan adalah adanya partikel koloid dan suspense dari suatu
bahan pencemar antara beberapa bahan oprganik dan anorganik
merupakan padata atau solid yang tidak larut dalam air. Ukuran partikel
kolois bervariasi dari 0,45 mikrin sampai yang paling besar.
Tabel 2.7 syarat-syarat kekeruhan
Komponen yang
diperhatikan
Kadar bilangan yang
diisyaratkan
Kadar bilangan yang
tidak boleh dilampaui
Keasaman sebagai ph 7.0-8.5 Dibawah 6.7 diatas 8,5
Bahan-bahan padat Tidak melebihi 50 mg/l 1500 mg/l
Warna Tidak boleh melebihi
keasatuan
Tidak melebihi 50
keatuan
Rasa Tidak mengganggu -
Tidak mengganggu -
Sumber : kep menteri kesehatan PI No.907/MENKEN/VII/2002
16
Factor-faktor kekeruhan air ditentukan oleh beberapa hal yairtu :
1. benda-benda halus yang diseuspensikan (lepas lumpur dan
sebagainya)
2. jasad-jasad renik yang merupakan planton
3. warna air (yang antara lain ditimbulkan eleh zat-zat koloid
berasala dari daun-daun tumbuhan yang terekstrak)
2.6 Air Tanah
Air tanah adalah air yangn terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan
dibwah permukaan tanah.Air tanah merupakan salah satu sumber daya air
selain air sungai dan air hujan. Air tanah yang memeiliki perasn penting
terutama dalam menjaga keseimbangan dan letersediaan bahan baku air untuk
kepentingan rumah tangga maupun untuk kepentingan industry.di beberapa
daerah ketergantungan stok air bersih dan air tanah telah mencapai ±70 %.
Air tanah juga terbagi kedalam beberapa macam sumber yaitu sebagai
berikut :
1. menurut letaknya air tanah dapa dibedakan menjadi 2 yaitu air tanah
permukaan dan air tanah dalam
a. air tanah permukaan adalah air tanah yang terdapat diatas lapisan tanah
atau batuan yang tembus air. Untuk memperoleh air yang ada disumur,
sungai,danau dan rawa termasuk dala jenis ini
b. bair tanah dalam adalah air tanah yang terdapat dalam lapisan tanah
atau batuan yang tembus air tanah jenism ini harus dilakukan
pengeboran. Sumur bor atau arteris merupakan salah satu contoh
sumur yang airnya berasal dari tanah dalam.
Diantara laipsan kedap dan tidak kedap air terdapat lapisan
peralihan.Air tanah pada lapisan tak kedap mempengaruhi gerak aliran air.
Jika lapisan yang kurang kadap terletak diatas dan dibawah suatu tubuh air,
maka akan menghasilkan penyimpanan air yaitu air tanahnya yang tidak
17
bebas. Tekanan dari air tanah tak bebas tergantung pada keberadaan tinggi
suatu tempat dengan daerah tangkapan hujanya.
2.7 Indeks Pencemaran
Suwitomo dan nuweran (1970) universitas texas AS,mengusulkan
suatu indeks yang berkaitan dengan senyawa pencemar yang bermakna untuk
suatu peruntukan.
Indeks inidinyatakan sebagai indeks pencemar yang digunakan untuk
menentukan tingkat pencemaran terhadap parameter kualitas air yang
diizinkan,indeks ini memiliki konsep yang berlainan dengan indeks kualitas
udara. Indeks pencemar ditentukan untuk suatu peruntukan kemudian dapat
dikembangkan untuk beberapa pertukaran bagi seluruh bagian badan air atau
sebagian dari suatu sungai.
Pengolahan kualitas air dapat dari indeks pencemar ini dapat memberi
masukan pada pengambilan jeputusan agar dapat menilai kulitas kadar air
untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas
jika terjadi penurunan kualitas akibat kehadiran zat pencemar
Evaluasi terhadap nilai indeks pencemar adalah :
0 < p,4< 1,0 = memenuhi baku mutu (kondisi baik)
1,0< p,4 < 5.0 = cemar ringan
5,0< p,4 < 10 = cemar sedang
P,4> 10 = cemar berat
18
Tabel 2.8 Baku mutu air
parameter satuan
Kelas
Keterangan
I II III IV
Fisika
Temperatur °C
Deviasi Deviasi
3
Deviasi
3
Deviasi
3
Deviasi temperatur dan
keadaan alamnya
Residu Terlarut 1000 1000 1000 1000
Residu
tersuspensi50 50 500 400
Bagi pengolahan air
minum secara residu,
residu tersuspensi ≤
5000 mg/L
Kimia organik
PH 6,9 6,9 6,9 6,9
Apabila secara alamiah
di luar dari rentang
tersebut, maka
ditentukan berdasarkan
kondisi alamiahnya
BOD mg/L 2 3 6 12
COD mg/L 10 35 50 100
19
DO mg/L 6 4 3 0 Angka batas minimum
Total fosfat
sebagai Pmg/L 0,2 0,2 1 5
No3 sebagai N mg/L 10 10 20 20
NH3-N mg/L 0,5 - - -
Bagi perikanan,
kandungan amoniak
batas bebas untuk ikan
yakni per ≤ mg/L
sebagai NH3
Arsen mg/L 0,05 1 1 1
Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2
Bomit mg/L - - -
Bolzin mg/L 1 1 1 1
Senium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05
Kodinult mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01
Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01
Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,01 Bagi pengolahan air
konvensional, Cu ≤ 0.1
20
mg/L
Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1
Bagi pengolahan air
konvensional, Pb ≤ 0.1
mg/L
Besi mg/L 0,3 - - -
Bagi pengolahan air
konvensional, Fe ≤ 5
mg/L
Mangan mg/L 0,1 - - -
Air Raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,002
Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2
Bagi pengolahan air
konvensional, Zn ≤ 5
mg/L
Klorida mg/L 600 - - -
Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 -
Flourida mg/L 0,5 1,5 1,5 -
Nitrit sebagai
Nmg/L 0,06 0,06 0,06 -
Bagi pengolahan air
konvensional, NO2 ≤ 1
mg/L
Sulfat mg/L 400 - - -
21
Khlerlu bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 -Bagi ABAM tidak
dipersyaratkan
Belerang
sebagai H2Smg/L 0,002 0,002 0,002 -
Bagi pengolahan air
konvensional, H2S ≤ 0.1
mg/L
Kimia anorganik
Minyak dan
Lemakmg/L 1000 1000 1000 1000
Mikroba
Fecal Coloform Jumlah/100mL 100 100 200 2000
Bagi pengolahan air
konvensional, fecol
Coliterm ≤ 2000
Jumlah/100mL dan
total Coliterm ≤ 10000
Jumlah/100mLTotal Coliform Jumlah/100mL 1000 5000 10000 10000
Radio aktif
Gross A Bg/L 0,1 0,1 0,1 0,1
Gross B Bg/L 1 1 1 1
Detergen
sebagai MB5mg/L 200 200 200 2
22
fenom mg/L 1 1 1 -
BHC mg/L 210 210 210 -
Aldrin/diedrin mg/L 17 - - -
Chordyne mg/L 3 - - -
DDT mg/L 2 2 2 2
Heptacher dan
Keptacter epo-
iode
mg/L 18 - - -
Lin dan P mg/L 56 - - -
Metmoxyelor mg/L 35 - - -
Edrin mg/L 1 4 - -
toxaphen mg/L 5 - - -
23
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat
3.1.1 Lokasi Pengambilan Sampel
Adapun pengambilan sampel dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Jum’at, 6 Juni 2014
Waktu : 07.30 wita
Lokasi : Kompleks Perumahan BTN Kendari Permai, Blok
iiiiiiiiiiiiiiVI No. 11
3.1.2 Analisis Pengukuran
Adapun percobaan DO dan BOD dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Minggu, 8 Juni 2014
Waktu : 08.00 Wita
Lokasi : Laboratorium Penyehatan Lingkungan, Fakulta
iiiiiiiiiiiii Teknik universitas Halu Oleo
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Percobaan TDS dan TSS
1.oven
Gambar 3.1 Oven
24
2.desikator
Gambar 3.2 desikator
3.gelas ukur 100 ml
Gambar 3.3 gelas ukur
25
4.kertas saring
Gambar 3.4 kertas saring
5.neraca digital
Gambar 3.5 neraca digital
26
6.corong kimia
Gambar 3.6 corong kimia
7.cawan petri
Gambar 3.7 cawan petri
27
8.bahan yang digunakan untuk sampel air sumur
Gambar 3.8 bahan
3.2.2 Alat Yang Digunakan Dalam Percobaan PH, Salinitas,
Konduktivitas, Dan Suhu
1.jenco portable meter
Gambar 3.9 Jenco portable meter
28
2.gelas ukur
Gambar 3.10 gelas ukur
3.sampel air
Gambar 3.11 sampel
29
3.3 Kegunaan Alat
3.3.1 TDS dan TSS
a. ovem untuk memananskan cawan petri dan kertas saring
b. gelas ukur unutk mengukur volume sampel air yang akan
digunakan
c. cawan petri,sebagai wadah objek pengamatan
d. kertas saring digunakan untuk menyaring sampel sehingga
sampai diketahui TSS
e. corong kimia berfungsi untuk membantu pada saat memasukan
sampel air yang akan diamati.
f. desikator berfungsi sebagai pendingin sampel yang akan
digunakan
g. timbangan digunakan untuk menimbang kertas saring dan cawan
petri
3.3.2 PH portable meter
a. display,digunakan untuk membaca tiap tiap parameter uji
b. kabel konektor berfungsi menghubungkan sensor display
c. sensor terbagi menjadi dua,sensor yang berwarna hijau berfungsi
untuk membaca pH air sedangkan yang berwarna kuning untuk
membaca temperature,salinitas dan konduktivitas
3.4 Prosedur Percobaan
3.4.1 pross porcobaan TDS dan TSS
1. memasukkan cawan dan kertas saring ke dalam oven Selma 1
jam dengan suhu 105ºC
2. mengambil cawan dan kertas saring dengan menggunakan kaos
dan penjalar lalu dimasukan kedalam desikator
3. kemudian timbang cawan n kertas saring lalu catat
4. lipat keras mengikuti corong lalu tempatkan kedalam gelas ukur
30
5. memasukan sampel airkedalam gelas ukur sebanyak 100 ml lalu
dikocok
6. saringair mengggunakan kers saringsampai air tidk menetes lagi
7. residu yang tertahan dikertas adalah TSS dan yang terlarut daam
gelas ukur adalah TDS
8. memasukan sampel TDS kedalawan cawan petri adalah
sebanyak 20 ml
9. memasukan kembali kedalam kertas saring dan cawan petri
selama 1 jam
10. setelah itu masukan lagi kedalam desikator selama 15 menit
11. catat kembali cawan dan kertas saring lalu catat
3.4.2 Prosedur Percobaan Pengujian Air Dengan Model 6350( pH Portable
Meter)
1. pertama tama persiapkan alat yang akan dipakai
2. Mengambil sampel air yang dimasukkan kedalam gelas ukur
3. Memasnag alat pH portable meter
4. Menyalakan alat jenco model 6350
5. Mencelupkan sensor tabung hijau kedlam air
6. Menekan tombol mode 1 kali untuk melalkukan pembacaan pH
lalu catat
7. Setelah itu angkat sensor tadi lalu sambungkan konektor warna
kuning lalumasukan secara hati hati bersamaan kedua sensor
terrsebutlalu bacasalinitas,konduktivitas,dan suhu.untuk pH tidak
perlu dibaca kembali.
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Profil Sumur
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih seperti kebutuhan air
minum, mandi, mencuci, dan lain-lain meka salah satu warga yang
berdomisili di kompleks perumahan BTN kendari Permai Blok IV
No. 2 menggali sumur untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-
hari.
Sumur ini digunakan hanya untuk keperluan pribadi sebuah
keluarga dan tidak digunakan untuk umum. Pemilik sumur
melakukan perawatan sederhana yaitu membersihkan sumur dari
lumut-lumut yang menempel di dinding sumur.
4.1.2 Hasil Pengujian
a. Percobaan TSS
Tabel 4.1 Pengujian Berat Kertas Saring
Volume Sampel (ml)Berat Kertas Saring 0
(gr)
Berat Kertas Saring 1
(gr)
100 1.2644 1.2717
b. Percobaan TDS
Table 4.2 hasil pengujian TDS
Volume Sampel (ml)Berat Cawan Petri 0
(gr)
Berat Cawan Petri 1
(gr)
20 39 39
Sumber : Hasil Pengujian TDS, 2014
32
c. Percobaan dengan Portable Meter
Table 4.3 hasil pengamatan dengan alat Jenco Portable Meter
Volume
Sampel (ml)
Pembacaan
pH Konduktiv Salinity Temp
300 6.46 0 0 27.7
4.2 Analisa Data
a. Percobaan TSS
Dik :
- A = 1.2644 gr = 1264.4 mg
- B = 1.2717 gr = 1271.7 mg
- V = 100 ml = 0.1 l
Dit : TSS = ……?
Penye :
TSS = B − AV= 1271.7 − 1264.40.1= 73 mg/l
b. Percobaan TDS
Dik :
- B = 39 gr = 39000 mg
- A = 39 gr = 39000 mg
- V = 20 ml = 0.02 l
Dit : TDS= .........?
33
Penye := −= 39000 − 390000.02= 0 /
c. Indeks Pencemaran TSS
Dik : C1 = 0 mg/l
LIJ = 1000 mg/l
Dit : PIJ = ……..?
Penye :== 01000= 0
d. Indeks Pencemaran TDS
Dik : C1 = 0 mg/l
Lij = 1000 mg/l
Dit : Pij = ……..?
Penye :== 01000= 0
34
4.3 Pembahasan
Pada penentuan padatan tersuspensi di dalam sampel air digunakan
metodegravimetri dengan cara mengendapkan padatan yang tersuspensi
dan terkandung dalam air yang dianalisa. Pengendapan dilakukan dengan
cara menyaring sampel air agar kandungannya terpisah dimana padatan
yang tersuspensi akan tertinggal pada kertas saring. Sebelum disaring
sampel dikocok terlebih dahulu agar zat-zat yang terkandung di dalamnya
tersebar merata dan homogeny. Kemudian dimasukkan sebanyak 100 ml
kedalam gelas ukur lalu disaring menggunakan kertas saring sebagai
padatan yang tersusupensi ini diletakkan dalam wadah yang berupa cawan
petri sebanyak 20 ml kemudian dimasukkan dalam oven selama ja, ini
bertujuan agar kadar air yang ada pada kertas saring dan cawan petri
menghilang. Lalu dimasukkan kedalam desikator selama 15 menit lalu
ditimbang sehingga mendapatkan berat yang konstan.
Adapun hasil yang didapatkan dari percobaan diatas yaitu TSS 73
mg/l, TDS 0 mg/l. Indeks pencemaran PIJ TSS = 1.46 mg/l dan indeks
pencemaran PIJ TDS = 0 mg/l. Berdasarkan keputusan mentri lingakungan
hidup no. 115 tahun 2003 tentang pedoman penentuan status mutu air,
metode indeks pencemaran menyatakan nilai PIJ TDS masuk dalam
kategori memenuhi baku mutu, sedangkan untuk nilai PIJ TSS masuk
kategori tercemar ringan karena bernilai antara 1.0 ≤ PIJ ≤ 5.0
Kualitas air secara umum merupakan mutu atau kondisi air yang
dikaitkan dengan suatu kegiatan atau kperluan tertentu dengan demikian
kualitas air akan berbeda dengan suatu kegiatan lain.pada. Percobaan ini
juga menggunakan portable meter untuk menentukan kualitas air.
Bercobaan ini diawali dengan mengambil sampel air lalu dimasukkan ke
dalam gelas ukur. Setelah itu memasukkan sensor berwarna hijau lalu
membaca nilai suhu, pH, salinitas dan konduktivitas.
Pada hasil pengukuran yang kami lakukan, didapatkan suhu sampel
air adalah 27.7ºC. Nilai tersebut masih layak digunakan oleh manusia.
Batas suhu yang layak untuk digunakan yaitu berkisar antara 27ºC - 32ºC
35
Pada pengukuran derajat keasaman atau pH didapatkan hasil 6.46.
Kadar keasaman atau pH dari sampel tersebut termasuk dalam kategori
asam. Berdasarkan standar yang ditetapkan oleh pemerintah diketahui
bahwa air sampel layak untuk dikonsumsi dengan ketentuan batas antara 6
– 8.5.
Untuk pengukuran salinitas dan konduktivitas didapat hasil yang
sama yaitu masing-masing 0. Nilai ini termasuk menunjukkan bahwa air
sampel masuk dalam kategori dapat dikonsumsi karena semakain kecil
daya hantar listriknya, maka kualitas air semakin bagus. Selain itu untuk
nilai salinitas termasuk dalam kategori air tawara karena kadar garamnya <
0.05%.
36
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Praktikum TSS dan TDS
1. Kadar zat yang tersuspensi dilakukan dengan cara menyaring
sampel air sehingga kandungannya terpisah dimana padatan
tersuspensi memiliki ukura yang lebih besar dibandingkan
dengan padatan terlarut.
2. Metode yang digunakan dalam pengukuran zat padat yaitu
dengan menggunakan metode gravimetric
3. Nilai TSS dan TDS yang didapat dari hasil penelitian yaitu : TSS
= 1.46 mg/l dan TDS = 0 mg/l.
5.1.2 Praktikum Uji Kualitas Air Minum
1. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pH Portable
Meter. Fungsi utama alat ini adalah untuk mengukur kualitas air
dengan parameter-parameter tertentu
2. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kualitas air sampel
yang diambil memenuhi standar baku mutu air minum.
3. Nilai dari parameter-parameter yang dipakai didapat dari hasil
pengamatan yaitu pH = 6.46, dimana standar yang ditentukan
oleh pemerintahberkisar 6 – 8.5, konduktivitas dan salinitas
didapat hasil masing-masing 0.0.
5.2 Saran
Adapun saran dari kami untuk praktikum uji kualitas air minum
adalah sebagai berikut :
1. Tempat pengambilan sampel mewakili seluruh kecamatan dikota
kendari
37
2. Waktu praktikum sebaiknya diwalal semester, agar waktu pengerjaan
laporannya efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Alberts,G. (1984) metode penelitian air..usaha nasional. Surabaya
Shufron,M.2007. pengelolahan kualitas air dalam budidaya perairan. Bineka cipta.
Jakarta
Http:// Library.usu.ac.id. diakses Pada senin, 14-6-2014. Pada jam 14.00 WITA
Http:// Raindape.blogspot.com/2010/01/derajat keasaman PH sebagai parameter
diakses Pada senin, 9-6-2014. Pada jam 14.00 WITA
Whardana.w.A.2001. dampak pencemaran lingkugan. Edisi revisi penerbit andi
.yogyakarata
L
A
M
P
I
R
A
N
Lokasi Pengambilan SampelLokasi Pengambilan SampelLokasi Pengambilan Sampel
DOKUMENTASI PRAKTIKUM UJI KUALITAS AIR MINUM
PRAKTIKUM REKAYASA PENYEHATAN LINGKUNGAN
ANALISA KEBISINGAN
OLEH
KELOMPOK 3
GRIAN DAMANI E1A1 10 097 IKA MARLISA KAMBUNO E1A1 13 011
LA RAHMAN E1A1 10 014 BAYU SAPUTRA E1A1 13 004
ASY’ARY SUYANTO E1A1 10 076 ABDUL RAHMAT E1A1 10 001
MARTINA E1A1 11 071 ABDUL RAJAB BAGE E1 A1 13 002
YAYAN PATULAK E1A1 10 048 AL AMIN ANDI RIFAI E1A1 13 003
MUH. ARDIAWAMSA E1A1 11 056
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
PRAKTIKUM REKAYASA PENYEHATAN LINGKUNGAN
ANALISA KEBISINGAN
OLEH
KELOMPOK 3
GRIAN DAMANI E1A1 10 097 IKA MARLISA KAMBUNO E1A1 13 011
LA RAHMAN E1A1 10 014 BAYU SAPUTRA E1A1 13 004
ASY’ARY SUYANTO E1A1 10 076 ABDUL RAHMAT E1A1 10 001
MARTINA E1A1 11 071 ABDUL RAJAB BAGE E1 A1 13 002
YAYAN PATULAK E1A1 10 048 AL AMIN ANDI RIFAI E1A1 13 003
MUH. ARDIAWAMSA E1A1 11 056
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
PRAKTIKUM REKAYASA PENYEHATAN LINGKUNGAN
ANALISA KEBISINGAN
OLEH
KELOMPOK 3
GRIAN DAMANI E1A1 10 097 IKA MARLISA KAMBUNO E1A1 13 011
LA RAHMAN E1A1 10 014 BAYU SAPUTRA E1A1 13 004
ASY’ARY SUYANTO E1A1 10 076 ABDUL RAHMAT E1A1 10 001
MARTINA E1A1 11 071 ABDUL RAJAB BAGE E1 A1 13 002
YAYAN PATULAK E1A1 10 048 AL AMIN ANDI RIFAI E1A1 13 003
MUH. ARDIAWAMSA E1A1 11 056
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................ i
DAFTAR TABEL................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Tujuan Praktikum.......................................................................... 1
1.2 Prinsip Percobaan.......................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 2
2.1 Pengertian Kebisingan .................................................................. 2
2.2 Penyebab Kebisingan .................................................................... 3
2.3 Klasifikasi Kebisingan .................................................................. 4
2.4 Dampak Kebisingan Terhadap Kesehatan Manusia ..................... 6
2.5 Bunyi ........................................................................................... 11
2.6 Sound Level Meter...................................................................... 13
2.7 Rumus yang Diguanakan ............................................................ 14
2.8 Metoda Pengukuran, Perhitungan dan Evaluasi Tingkat
kebisingan Lingkungan ............................................................... 15
2.8.1. Metoda Pengukuran......................................................... 15
2.8.2. Metoda Evaluasi .............................................................. 17
BAB III METODE PELAKSANAAN............................................................... 18
3.1 Alat dan Bahan............................................................................ 18
3.1.1 Waktu .............................................................................. 18
3.1.2 Tempat............................................................................. 18
ii
3.2 Alat.............................................................................................. 21
3.3 Keguanaan Alat ........................................................................... 21
3.4 Prosedur Percobaan..................................................................... 21
3.5 Gambar Lokasi Penelitian ........................................................... 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 23
4.1. Hasil ............................................................................................ 23
4.2. Analisa Data ................................................................................ 30
4.3. Hasil Analisa Data....................................................................... 33
4.4. Data Kelompok Lain ................................................................... 40
4.5. Pembahasan................................................................................. 46
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 49
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 50
i
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pembagian Zona Tingkat Kebisingan.......................................... 8
Tabel 2.2 Skala Tingkat Kebisingan .............................................................9
Tabel 2.3 Lama Mendengarkan yang Dianjurkan......................................10
Tabel 2.4 Nilai Ambang Batas (NAB)......................................................... 10
Tabel 4.1 Pengamatan Jam 1........................................................................ 23
Tabel 4.2 Pengamatan Jam 2........................................................................ 24
Tabel 4.3 Pengamatan Jam 3........................................................................ 25
Tabel 4.4 Pengamatan Jam 4........................................................................ 26
Tabel 4.5 Penganatan Jam 5........................................................................ 27
Tabel 4.6 Pengamatan Jam 6........................................................................ 28
Tabel 4.7 Pengamatan Jam 7........................................................................ 29
Tabel 4.8 Tabel Hasil Perhitungan Leq 1 menit dan Leq 10 Menit...... 33
Tabel 4.9 Tabel Hasil Perhitungan Leq 1 menit dan Leq 10 Menit...... 34
Tabel 4.10 Tabel Hasil Perhitungan Leq 1 menit dan Leq 10 Menit...... 35
Tabel 4.11 Tabel Hasil Perhitungan Leq 1 menit dan Leq 10 Menit...... 36
Tabel 4.12 Tabel Hasil Perhitungan Leq 1 menit dan Leq 10 Menit...... 37
Tabel 4.13 Tabel Hasil Perhitungan Leq 1 menit dan Leq 10 Menit...... 38
Tabel 4.14 Tabel Hasil Perhitungan Leq 1 menit dan Leq 10 Menit...... 39
Tabel 4.16 Data Kelompok 1................................................................... 40
ii
Tabel 4.17 Data Kelompok 2.................................................................. 40
Tabel 4.18 Data Kelompok 4................................................................... 41
Tabel 4.19 Data Kelompok 5............................................................... 41
Tabel 4.20 Data Kelompok 6................................................................... 42
Tabel 4.21 Data Kelompok 7.............................................................. 42
Tabel 4.22 Data Kelompok 8................................................................ 43
Tabel 4.23 Data Kelompok 9................................................................... 43
Tabel 4.24 Data kelompok 10........................................................................ 44
Tabel 4.25 Data Kelompok 11........................................................................ 44
Tabel 4.26 Data Kelompok 12................................................................... 45
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Lokasi Pengujian Sampel............................................................ 18
Gambar 3.2 Alat Soud Level Meter ............................................................... 19
Gambar 3.3 Tripot.......................................................................................... 20
Gambar 3.4 GPS .............................................................................................20
Gambar 3.5 stopwatch HP ............................................................................... 20
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat kebisingan dengan alat sound level meter
2. Untuk membandingkan nilai kebisingan di lokasi dan baku mutu
kebisingan
1.2 Prinsip Percobaan
Tingkay tekanan bunyi diukur dengan alat sound level meter yang
mempunyai kelengkapan Leq A dengan rentang waktu tertentu pada
pembobotan waktu S. Tekanan bunyi menyentuh membran mikropon pada
alat, sinyal bunyi diubah menjadi sinyal listrik dilewatkan kepada filter hingga
pembobotan (weightingnetwork), sinyal dikuatkan oleh amplifier diperlukan
pada layar hingga dapat terbaca tingkat intensitas bunyi yang terukur. Dengan
sebuah sound level meter bisa diukur tingkat tekanan bunyi dB (A) selama 10
menit untuk tiap pengukuran, pembacaan dilakukan tiap 5 detik. Setiap
Pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan
paling sedikit empat waktu pegukuran pada siang hari dan pada waktu malam
paling sedikit 3 kali pengukuran dengan menghitung nilai Ls dan Lm. Untuk
Mengetahui apakah kebisingan sudah melampaui tingkat kebisingan baku
mutu atau tidak maka perku dicari nilai Lsm dari pengkuran lapangan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kebisingan
Menurut keputusan menteri negara lingkungan hidup No. Kpe-48/
menlh/II/1996 definisi kebisingan adalah “ bunyi yang tidak diinginkan dari
usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tetentu yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan dan kenyamanan lingkungan”.
Kebisingan juga didefinisikan sebagai bunyi atau suara yang tidak
dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan
yang dinyatakan dalam satuan (dB).
Menurut Davis Cornwell (1998) bahwasanya kebisingan didefinisikan
sebagai bunyi yang tidak di inginkan yang dapat menyebabkan polusi
lingkungan.
Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara
yang bergetar. Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul
udara sekitarnya sehingga molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran
sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang rambatan energi mekanis
dalam medium udara menurut pola rambatan longitudinal. Rambatan
gelombang di udara ini dikenal sebagai suara atau bunyi sedang dalam
konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan kenyamana
dan kesehatan
Sifat dari kebisngian antara lain:
1. Kadarnya berbeda
2. Jumlah tingkat bising bertambah maka gangguan akan bertambah
pula
3. Bising perlu dikendalikan karena sifatnya menggangu.
3
2.2 Penyebab Kebisingan
Umumnya Sumber kebisngan dapat berasal dari kegiatan industri.
Perdagangn baik dari sumber bergerak, pembanguan, alat-alat pembangkit
tenaga listrik, kegaiatn pengangkutan dan kegiatan rumah tangga.
Kebisingan lalu lintas berasal dari suara yang dihasilkan dari
kendaraan bermotor, terutama dari mesin kendaraan, knalpot, serta akibat
interaksi antara roda dengan jalan.Kendaraan berat (truk, bus) dan mobil
penumpang merupakan sumber kebisingan utama di jalan raya.Secara garis
besar strategi pengendalian bising dibagi menjadi tiga elemen yaitu
pengendalian terhadap sumber bising, pengendalian terhadap jalur bising dan
pengendalian terhadap penerima bising. Getaran yang diakibatkan oleh
transportasi darat antara lain sebagai berikut.
Presentase getaran yang di akibatkan oleh kendaraan berat adalah 73%,
untuk bisk kota dan bis antar kota adalah 42% dan 51%. Sedangkan untuk
sepeda motor dan mobil masing-masing21%dan 12%. Dalam kegiatan
Industri sumber kebisingan daoat diklasifikasikan menjadi tiga macam :
- Mesin
Yakni kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin
- Vibrasi
Yakni kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang
ditimbulkan akibat gesekan.benturan ketidak seimbangan, getaran
bagian mesin, terjadi pada roda gigi.
- Pergerakan udara gas dan cairan
Secara umum sumber bising dapat dikategorikan atas dua yakni:
1. Indoor : manusia, alat-alat rumah tangga dan mesin
2. Outdoor : lalulintas industri dan kegiatan lain
4
2.3 Klasifikasi Kebisingan
Di tempat kerja, kebisingan diklasifikasikan kedalam dua jenis gollongan
besar (Tambunan, 2005):
1. kebisingan tetap ( unsteady noise) yang kemudian dapat dibagi lagi
kedalam dua jenis, yaitu :
a) kebisingan dengan frekuensi terputus
kebisingan ini berupa “nada-nada” murni pada frekuensi yang
beragam. Contohnya suara mesin, suara kipas dan sebagainya .
b) Broad band noise
Kebisingan dengan frekuensi terputus dan broad band noise
sama-sama digolongkan sebagai kebisingan tetap (steady noise).
Perbedaannya adalah broad band noise terjadi pada frekuensi
yang lebh bervariasi( bukan nada murni)
2. Kebisingan tidak tetap (unsteady noise) dibagi lagi menjadi tiga jenis,
yaitu :
a) Fluktuatif
Kebisingan yang selalu berubah-ubah selama rentang waktu
tertentu
b) Intermittent noise
Seusai dengan terjemahanya, intermittent noise adalah kebisingan
yang terputus-putus dan besarnya dapat berubah-ubah, contohnya
kebisingan lalin
c) Impulsive noise
Kebisigan impulsive dihasilkan oleh suara-suara berintensitas
tinggi ( memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat,
misalkan suara ledakan senjata api dan alat sejenisnya.
Jenis-jenis kebisingan berdasarkan sifat dan spektrum bunyi dapat dibagi
menjadi :
- Bising terus-menerus (continuous noise)
5
Bising terus menerus dihasilkan oleh mesin yang beroperasi tanpa henti.
Misalnya blower, pompa, kipas angin, geregaji dan peralatan
pemprosesan. Bising terus menerus adalah bising dimana fluktuasi dan
intensitasnya tidak lebih dari 6 dB dan tidak putus-putus. Bising continue
dibagi menjadi dua yaitu:
a) Wide spektrum adalah bising dengan spektrum frekuensi yang luas
bising ini relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0.5
detik berturut-turut, seperti suara kipas angin, mesin tenun.
b) Norrow spektrum adalah bising ini relatif tetap, akan tetapi hanya
mempunyai frekuensi tertentu saja (frekuensi, 500, 1000, 4000)
misalnya geregaji sirkuler , maupun katup gas.
- Bising tiba-tiba (impulsive noise)
Merupakan kebisingan dengan kejadian yang singkat dan tiba-tiba,
effek awalnya menyebabkan gangguan yang lebih besar. Seperti
akibat ledakan, misalnya dari mesin pemancang. Bising jenis ini
memiliki perubahan intenstitas suara melebihi 40 dB dalam waktu
yang sangat cepat dan biasnya mengejutkan pendengarnya misalnya
suara meriam .
- Bising impulsive berulang
Sama dengan bising impulsiv, hanya bising ini terjadi berulang-
ulang, misalnya mesin tempa.
- Bising berpola
Merupakan bising yang disebabkan oleh ketidak seimbangan atau
pengulangan yang ditransmisikan melalui permukaan ke udara. Pola
gangguan misalnya diesbabkan oleh putaran bagian mesin seperti
motor, kipas dan pompa. Pola dapat di identifikasikan secara
subjektif dengan mendengarkan atau secara objektif dengan analisa
frekuensi.
- Bising frekuensi rendah ( low frequency noise )
Mudah ke segala arah dan dapat didengar sejauh bermil-mil
6
Berdasarkan pengaruhnya pada manusia, bising dapat di bagi atas:
- Bising yang mengganggu (irritating noise), merupakan bising yang
mempunyai nintensitas tidak terlalu keras misalnya mendengkur.
- Bising yang menutupi (masking noise), merupakan bunyi yang
menutupi pendengaran yang jelas, secara tidak langsung bunyi ini
membahayakan kesehatan dan keselamtan tenaga kerja, karena
teriakan atau isyarat tanpa bahaya tenggelam dalam bising dari
sumber yang lain.
- Bising yang merusak (damaging/injurious noise), merupakan bunyyi
yang intensitasnya melampaui nilai ambang batas, bunyi jenis ini
akan merusak dan menurunkan fungsi pendengaran.
2.4 Dampak Kebisingan Terhadap Kesehatan Manusia
Adapun kebisingan ditinjau dari segi kesehatan, tingkat kebisingan yang
dapat diterima tergantung pada berapa lama kebisingan tersebut diterima.
Berbagai penelitian dibeberapa negara mendapatkan tingkat kebisingan yang
dapat diterima di pemukiman.
tingkat kebisingan yang dapat ditolelir oleh seorang tergantung pada
kegiatan apa yang sedang dilakukan oleh orang tersebut. Seseorang yang
sedang sakit atau beribadah akan terganggu oleh kebisingan yang rendah
sekalipun. Sebaliknya seseorang yang berada di pasar akan dapat menerima
kebisingan yang lebih tinggi. Bising menyebabkan berbagai gangguan pada
tenaga kerja (roestam, 2004). Seperti :
a) Gangguan fisiologis
Pada umumnya bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila
terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan ini dapat berupa
peningkatan tekanan darah (mmHg), peningkatan nadi, kontrkasi
pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat
menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
7
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi,
susah tidur, cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam lokasi dan waktu
yang lama dapat menyebabkann penyakit psikosomatik berupa grastritis,
stress, kelelahan dan lain-lain
b) Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang
menutupi pendengaran yang jelas) atau gangguan kejelasan suara.
Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak.
Gangguan ini bisa menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada
kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau
tanda bahaya; gangguan komunikasi ini secara tidak lamgsung
membahayakan keselamatan tenaga kerja.
c) Gangguan keseimbangan
Berada pada lokasi dengan kebisingan yang sangat tinggi dapat
menyebabkan seakan berjalan di ruang angkasa atau melayang. Yang
dapa menyebabkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo)
atau mual-mual.
d) Efek pada pendengaran
Efek pada pendengaran adalah gangguan paling serius karena dapat
menyebabkan ketulian. Pada umumnya ketulian yang bersifat progresif.
Pada awalnya bersifat sementara dan akan segera pulih kembali bila
meninggalkan atau menghindari sumber bunyi, namun bila terus menerus
bekerja pada tempat bising, daya dengar akan hilang sejenak secara
menetap dan tidak akan pulih kembali.
Alat standar untuk mengukur kebisingan adalah sound level meter (SLM).
SLM dapat mengukur tiga jenis karakterisitik respon frekuensi, yang
ditunjukkan dalam skala A, B dan C. Dimana skala A adalah paling mewakili
batasan pendengaran manusia dan respon terhadap lalu lintas, pabrik,
pembangkit dan lain-lain serta kebisingan yang dapat menimbulkan gangguan
pendengaran. Skala A dinyatakan dalam satuan dBA. Pemerintah Indonesia,
8
melalui SK menteri Negara Lingkungan Hidup No:Kep.
48/MENLH/XI/1996, tanggal 25 November 1996. Tentang kriteria batas
tingkat kebisingan maximum untuk outdoor adalah sebesar 55 dBA
Tabel 2.1: Pembagian zona tingkat kebisingan
No. ZonaTingka Kebisingan (dB)
Min. Yang dianjurkan Maks yang dianjurkan
1
2
3
4
A
B
C
D
35
45
50
60
45
55
60
70
Sumber : Permenkes No 718
Zona A.
Zona A adalah zona yang diperuntukkan bagi tempat penilitian, RS,
tempat parawisata, kesehatan sosial, dan sejenisnya.
Zona B
Zona yang diperuntukan bagi perumahan, tempat pendidikan, rekreasi dan
sejenisnya
Zona C
Zona yang diperuntukan bagi perkantoran perdagangan pasar dan
sejenisnya
Zona D
Zona yang diperuntukkan untuk aktifitas stasiun, terminal bus dan
sejenisnya
9
Tabel 2.2: Skala tingkat kebisingan
Kriteria pendengaran Tingkat kebisingan Ilustrasi
Mematikan120
110Halilintar, meriam
Sangat Buruk100
90
Kuat80
70
Pasar, perdagangan,
kantor gaduh, jalan
radio, pemukiman
Sedang60
30
Rumah, gedung,
kantor, umunya
percakapan keras,
perkotaan
Terang40
30
Rumah tenang, kantor,
perorangan,
audiotorium,
percakapan
Sangat tenang
20
10
0
Suara diam, berisik
batas dengar terendah
Sumber : Permenkes No 48 tahun 1996
Pekerja yang bekerja di daerah atau zona kebisingan yang tinggi harus
menggunakan alat pelindung telinga dan pengaturan jadwal kerja dengan
memperhatikan lama paparan pendengaran terhadap kebisingan kemudian
diharapkan akan memperkecil kejadian gangguan kebisingan. Berikut kami
paparkan tabel lama mendengarkan yang dianjurkan
10
Tabel 2.3: Lama mendengarkan yang dianjurkan
NoTingkat kebisingan (L)
(dBA)
Lama mendengar/hari (T)
(Jam)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
90
92
95
97
100
102
105
110
115
8
6
4
3
2
1,5
1
0,5
0,25 atau Kurang
Sumber : IATA (International Air Tranportation Assotation)
Adapun nilai ambang batas tingkat kebisingan yang diperbolehkan dalam
satu hari adalah :
Tabel 2.4: Nilai ambang batas (NAB)
Baku tingkat kebisingan
Waktu pemaparan
perhari
Intensitas kebisingan
(dBA)
8 Jam
4 Jam
2 Jam
1 Jam
30 menit
15 menit
7,5 menit
3,75 menit
1,88 menit
0,99 menit
85
88
91
94
97
100
103
106
109
112
11
Tabel 2.4: Nilai ambang batas (NAB) Lanjutan
Baku tingkat kebisingan
Waktu pemaparan
perhari
Intensitas kebisingan
(dBA)
28,12 menit
14,06 detik
7, 03 detik
3,52 detik
1,76 detik
0,88 detik
0,44 detik
0,22 detik
0,11 detik
115
118
121
124
127
130
133
136
139
Tidak boleh terpapar lebih dari 140 dB(A)
walaupun hanya sesaat
Sumber : kemenkes No. 1405 tahun 2002
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi dampak dari
kebisingan. Metode yang umumnya digunakan untuk mengendalikan
kebisingan dengan cara mengendalikan sumber suara antara lain dengan
menggunakan peralatan dengan kebisingan rendah. Menghilangkan sumber
kebisingan, melengkapi alat dengan insulasi. Silencer, dam vibration dumper,
jalur transmisi suara yang dapat dilakukan dengan cara pengadaan
penghalang dan absorsi oleh peredam. Kebisingan juga dapat dikendalikan
dengan cara memodifikasi elemen penerima akhir. Hal ini dapat dilakukan
dengan improvisasi, pola kerja, dan penggunaan pelindung pekerjaan
12
2.5 Bunyi
Bunyi adalah sesuatu yang dihasilkan dari benda yang bergetar. Benda yang
menghasilkan bunyi disebut sumber bunyi. Sumber bunyi yang bergetar akan
menggetarkan molekul-molekul udara yang ada disekitarnya. Dengan
demikian, syarat terjadinya bunyi adalah adanya benda yang bergetar.
Perambatan bunyi memerlukan medium. Kita dapat mendengar bunyi jika ada
medium yang dapat merambatkan bunyi. Ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi agar bunyi dapat terdengar. Syarat terjadi dan terdengarnya bunyi
adalah:
a. ada benda yang bergetar (sumber bunyi)
b. ada medium yang merambatkan bunyi, dan
c. ada penerima yang berada di dalam jangkauan sumber bunyi
Bunyi memiliki cepat rambat yang terbatas. Bunyi memerlukan waktu untuk
berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Cepat rambat bunyi sebenarnya
tidak terlampau besar. Cepat rambat bunyi jauh lebih kecil dibandingkan
denga cepat rambat cahaya. Bahkan sekarang orang telah mampu membuat
pesawat yang dapat terbang beberapa kali daripada cepat rambat bunyi. Cepat
rambat bunyi sering dirumuskan sebagai berikut:
Bunyi memiliki sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat gelombang bunyi tersebut,
antara lain:
a. Merupakan gelombang longitudinal
b. Tidak bisa merambat pada ruang hampa
c. Kecepatan rambatnya dipengaruhi oleh kerapatan medium perambatannya
(padat, cair, gas). Paling cepat pada medium yang kerapatannya tinggi.
d. Dapat mengalami resonansi dan pemantulan.
Bunyi dikategorikan ke dalam beberapa jenis. Jenis-jenis bunyi antara lain
sebagai berikut:
13
a. Bunyi infrasonik: yaitu bunyi yang frekuensinya kurang dari 20 Hz, dan
dapat didengar oleh anjing, jangkrik, angsa, dan kuda.
b. Bunyi audiosonik, yaitu bunyi yang frekuensinya berada antra 20 Hz-
20.000 Hz dan dapat didengar manusia.
c. Bunyi untrasonik, yaitu bunyi yang frekuensinya lebih dari 20.000 Hz,
dapat didengar oleh kelelawar dan lumba-lumba.
d. Nada, yaitu bunyi yang frekuensinya beraturan.
e. Desah, yaitu bunyi yang frekuensinya tidak teratur.
f. Gaung atau kerdam, yaitu bunyi pantul yang sebagian datang bersamaan
dengan bunyi asli, sehingga menggangu bunyi asli.
g. Gema yaitu, bunyi pantul yang datang setelah bunyi asli, sehingga
memperkuat bunyi asli.
2.6 Sound Level Meter
Sound Level Meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
tingkat berapa frekuensi/berat suara yang akan ditampilkan pada dB-SPL. 0.0
dB-SPL adalah ambang pendengaran, dan sama dengan 20uPa (micropascal).
Semua Sound Level Meter (SLM) memiliki fitur pengukuran kondensor
mikrofon omnidirectional, preamp mic, jaringan pembobotan frekuensi,
rangkaian detektor RMS, layar pengukuran, AC dan DC output yang
digunakan untuk merekam. Banyak SLM memiliki set yang sama dari
pengaturan pengguna, termasuk pemilihan jangkauan SPL, filter pembobotan
A dan C, respon detektor lambat dan cepat, dan minimum atau maksimum
SPL.
Kisaran SPL tergantung pada keseimbangan antara mengurangi the
preamp noise level dan mengukur berbagai tingkat tekanan suara. Sebagian
besar ukuran SLM secara umum tersedia dari sekitar 30-130 dB-SPL dan
lakukan dalam rentang 3-4.
SLM yang lebih terdepan dan mahal memiliki fitur mikrofon yang dapat
dilepas, 1-octave and/or 1/3-octave filter sets, filter bobot tambahan termasuk
14
B, D dan datar atau Linear (tanpa filter), opsi tambahan respon detektor
(Impulse and Peak) dan data logging atau penyimpanan (baik on-board,
sebagai file komputer atau keduanya). Adapun bagian-bagian sound level
meter antara lain :
1. Mikrofon
2. Layar LCD
3. Tombol Power – Menyalakan/mematikan alat
4. Tombol Rec – Merekam nilai pengukuran
5. Tombl MAXHLD – membekukan nilai maksimal
6. Tombol C/A – memilih frekwensi tertimbang
7. Tombol BA MODE – Mengaktifkan penyerapkebisingan latar
8. Tombol F/S – memilih respon alat
9. Tombol DOWN – Menyesuaikan rentang pengukuran
10. Tombol UPPER - Menyesuaikan rentang pengukuran
11. BACKLIT – Menyalakan / Mematikan lampu latar
Sound level meter digunakan untuk mengukur tingkat kebisngan dalamdesibel (dB). Pengukuran dengan menggunakan sond level meter ini biasanyadiganakan dalam studi polusi suara untuk kuantifikasi kebisingan, namunpada umumnya untuk daerah industri, lingkungan, bandara.
2.7 Rumus yang Diguanakan
Pengukuran tingkat kebisingan menggunakan alat Sound Level Meter,
menghasilkan data mentah yang digunakan pada analisa data, untuk
menentukan beberapa parameter yaitu Leq (1 menit), Leq (10 menit), Lsm,
Ls, dan Lm.
15
LS
dihitung sebagai berikut :
LS
= 10 log 1/16 {T1.100.1.L1
+ … + T4.100.1.L4
} dB (A)
LM
dihitung sebagai berikut :
LM
= 10 log 1/8 {T5.100.1.L5
+ … + T7.100.1.L7
} dB (A)
Untuk mengetahui apakah kebisingan sudah melampaui tingkat kebisingan
maka perlu dicari nilai LSM
dari pengukuran lapangan. LSM
dihitung dengan
rumus :
LSM
= 10 log 1/24 {16.100.1.L
S+ … + 8.10
0.1(L
M
+5)
} dB (A)
Dimana :
Leq = Equivalent Continues Level, merupakan nilai tingkat nilai
kebisingan yang berfluktuatif selama waktu tertentu dan
setara dengan tingkat kebisingan pada selang waktu yang
sama [dB]
L1,…,L12 = Tingkat kebisingan yang terbaca pada detik ke-n selama 1
menit [dB]
LI,…,LX = Tingkat kebisingan yang terbaca pada menit ke-n selama 10
menit [dB]
LS = Leq Siang Hari [dB]
Lm = Leq Malam hari[dB]
LSm = Selama siang dan malam hari [dB]
Ta,…,Tg = Rentang waktu pengukuran
LA,…,LG = Leq selama 10 menit [dB]
16
2.8 Metoda Pengukuran, Perhitungan dan Evaluasi Tingkat kebisingan
Lingkungan
2.8.1. Metoda Pengukuran
Pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan dua cara :
1) Cara Sederhana
Dengan sebuah sound level meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi
dB (A) selama 10 (sepuluh) menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan
dilakukan setiap 5 (lima) detik.
2) Cara Langsung
Dengan sebuah integrating sound level meter yang mempunyai fasilitas
pengukuran LTM5
, yaitu Leq
dengan waktu ukur setiap 5 detik,
dilakukan pengukuran selama 10 (sepuluh) menit.
Waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (LSM
) dengan
cara pada siang hari tingkat aktifitas yang paling tinggi selama 16 jam (LS)
pada selang waktu 06.00 – 22.00 dan aktifitas malam hari selama 8 jam
(LM
) pada selang 22.00 – 06.00.
Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu
dengan menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan
pada malam hari paling sedikit 3 waktu pengukuran, sebagai contoh :
- L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 – 09.00
- L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 – 11.00
- L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 – 17.00
- L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00 – 22.00
- L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 – 24.00
- L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 – 03.00
- L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 – 06.00
Keterangan :
17
-Leq = Equivalent Continuous Noise Level atau Tingkat KebisinganSinambung Setara ialah nilai tingkat kebisingan darikebisingan yang berubah ubah (fluktuatif)
- LTM5 = L
eqdengan waktu sampling tiap 5 detik
- LS = L
eqselama siang hari
- LM = L
eqselama malam hari
- LSM = L
eqselama siang dan malam hari
2.8.2. Metoda Evaluasi
Nilai LSM
yang dihitung dibandingkan dengan nilai baku tingkat
kebisingan yang ditetapkan dengan toleransi + 3 dB (A)
18
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Waktu
Adapun waktu praktikum Kebisingan yaitu pada :
Hari/ Tanggal : Jum’at-Sabtu, 6-7 Juni 2014
Pukul : 06.00- selesai
3.1.2 Tempat
Lokasi atau tempat yang merupaka objek penelitian ini adalah di
jalan Ahmad yani, yakni PLN kota Kendari
Gambar 3.1 Lokasi Pengujian
19
3.2 Alat
3.2.1 Adapun Alat yang digunakan untuk Uji Kualitas kebisingan adalah:
Sound Level Meter
1. Mikrofon
2. Layar LCD
3. Tombol Power
4. Tombol Rec
5. Tombl MAXHLD
6. Tombol C/A
7. Tombol BA MODE
8. Tombol F/S
9. Tombol DOWN
10. Tombol UPPER
11. BACKLIT
Gambar 3.1 : Sound Level Meter
1
2
3
41
5
6
7
8
9 10
11
20
Tripot
Gambar 3.2 : tripot
GPS (Global Position Sistem)
Gambar 3.3 : GPS
Stopwatch Hp
Gambar 3.4 : stopwatch HP
21
3.2.1 Bahan
Adapun Bahan yang digunakan untuk Uji Kualitas kebisingan
adalahb bunyi yang terdapat di lokasi praktikum
3.3 Kegunaan Alat
1. tripot berfungsi sebagai alat penyangga
2. Sound level meter berfungsi sebagai alat yang mengukur tingkat
kebisingan
3. Stopwatch sebagai alat yang mengukur waktu pengujian
4. GPS berfungsi sebagai alat untuk menentukan lokasi/ koordinat posisi
pengukuran
3.4 Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan analisa kebisingan ini antara lain sebagai
berikut :
1. tempatkan tripot pada titik pengukuran yang telah ditentukan
2. Atur nivo dengan menyetel gagang pemutar
3. Pasang alat sound level meter pada tripod
4. Arahkan alat tegak lurus dengan sumber bunyi
5. Sebelum melakukan pengukuran, ambil titik koordinat pasisi
menggunakan GPS
6. Setelah itu melakukan pengukuran dengan menekan tombol power pada
sound level meter, kemudian tunggu beberapa saat
7. Mengukur SLM sesuai dengan standar pengukuran yang ditentukan yaitu
BA mod, A. Dan respon slow
8. Menekan tombol Rec pada alat bersamaan dengan stopwatch untuk
percobaan kebisingan
22
9. Hasil pembacaan dicatat tiap 5 detik selama 10 menit, untuk percobaan
pertama
10. Setiap 10 menit, catat kebisingan minimum dan maksimum dengan
menekan tombol rec kemudian menekan lagi untuk kedua kalinya untuk
membaca tingkat kebisingan maksimum
3.5 Gambaran Lokasi Penelitian
Gambar 3.6 Sketsa pengambilan sampel suara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1 hasil pengamatan kebisingan jam ke-1
MenitKe Detik Ke5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 601 70.2 64.5 66.8 63.8 67.4 65.1 68.1 87.3 62 65.4 63.9 75.92 63.4 69.8 67.1 62.7 65.3 63.9 62.2 67.6 65.1 68.9 71.4 69.93 68.2 64.6 63.1 71.4 70.2 64.3 69.5 66.2 61.5 64.5 68.9 68.54 65.5 62.8 66.4 65.1 65.4 75.3 66 66.6 67.7 64.5 64.6 655 63.4 66.6 65.1 65 65.8 68.1 64.5 68.6 66.6 65.8 64.8 66.86 65 67 68.3 66 67.6 66 67.5 65 63.3 65.1 63.8 65.57 66.8 64.5 64.8 72.8 70.4 71 64.2 63.6 63.2 69.5 63.9 64.88 65.3 69.6 65.1 67.6 65.3 65.6 67.8 64 67.6 64.6 71.2 70.99 64.1 65.8 68.9 66.2 64.4 66.2 67.4 67.4 64.1 63.6 65.5 66.310 65.8 64.9 65.7 66 65.3 63.3 68.3 64.6 62.6 63.4 66.3 64.6Sumber : hasil pengamatan Sound Level Meter, 2014
Tabel 4.2 hasil pengamatan kebisingan jam ke-2
MenitKe Detik Ke5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 601 79 65.9 68.6 71.6 73.3 75.2 68.5 69.2 69 68 69.5 66.22 68.3 68 69.8 67.5 67.7 66.3 67.4 68.3 69.7 66.3 69.5 68.23 66.9 69.2 69.1 68.1 67 67 67 67.1 67 66.9 67.5 65.84 68.1 67.5 67.2 69.1 66.5 68.8 70.9 67.8 68.4 70.5 68.3 67.75 67.6 67.4 68.3 67.4 68 67.1 68.5 72.9 68.7 66.5 66.2 65.76 66 67.4 66.5 66.3 66.4 67.1 67.6 67.9 66.4 68.7 66.2 66.37 66.7 68.4 69.2 72.5 68.6 67.4 66.9 67.5 69.4 68.2 68.3 66.58 65.7 65.7 66.1 69.3 68.2 66.3 66.2 68.1 66.9 66.7 68.2 65.99 66.8 66.8 67.1 65.6 67.2 65.4 66.4 67 67.5 69.8 68.2 67.610 66.8 66.9 66.6 66.7 66 66.2 66.5 65.3 66.4 66.6 67.5 66.4Sumber : hasil pengamatan Sound Level Meter, 2014
Tabel 4.3 hasil pengamatan kebisingan jam ke-3
MenitKe Detik Ke5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 601 66.9 65.9 74.3 64.5 68.8 77.1 72.1 64.6 67.1 69.9 78.9 64.42 73.1 67.7 65.3 64.5 64.8 65.2 66.2 69.8 64.8 69.5 66.9 65.13 64.3 68.5 69.2 64.7 70.9 64.5 65.5 68.4 67.7 68.4 65.3 64.54 66.4 67.5 72.6 65.1 67 69.3 66 67.1 65.8 66.3 67.9 66.45 67.6 66.8 66.8 67.7 67.6 73 71.6 67.4 66 65.9 66.8 69.16 66.3 66.2 65.2 67.6 69.2 65.9 67.7 65.1 69.1 70.6 67.8 67.67 64.6 63.9 66 65.2 64.7 72.4 65.6 67.3 65.7 64.2 65.3 66.78 65.9 67.6 64.5 66.2 66.3 65.1 64.3 66.1 63.6 63.9 64.2 65.89 65 63.7 64.9 63.6 64.4 64.9 63.5 73.2 64.3 63.5 73.2 63.610 66.1 64.1 66.2 63.3 64.9 65.5 68.1 62.3 70 64.2 64 63.5Sumber : hasil pengamatan Sound Level Meter, 2014
Tabel 4.4 hasil pengamatan kebisingan jam ke-4
MenitKe Detik Ke5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 601 68.2 65.2 65 67.3 66.9 68.2 65.1 64.7 65.1 66.4 64.9 64.72 64.8 66 64.6 68.2 67.2 66.2 66.2 68.6 69.2 66.7 70.2 66.33 67.4 67.4 66.3 66.2 66.5 66.8 67.6 69.2 68.8 70.8 66.6 69.94 67 66.5 73.4 66.2 67.5 72.5 67.5 66.6 65.2 65.7 65.2 66.25 65.7 67.9 70.1 71.1 65.7 65.5 71.5 70.9 70.2 69.7 67.9 67.16 70.2 67.2 66.5 67.2 68.4 66.2 67.3 66.6 65.6 67.4 67.9 70.67 77.2 82.1 74.2 68 66.2 67.1 70.1 68 68.7 71.9 71.3 66.88 67.1 66.6 66.4 70.4 66.7 65.7 65 66.5 65.9 68.1 70.7 679 66.9 66.8 66 67.7 66.8 66.3 72 69.2 73.2 66.2 68 67.310 65 67 66.9 66.1 67 65.9 68.5 65 67.2 69.2 68.5 71.6Sumber : hasil pengamatan Sound Level Meter, 2014
Tabel 4.5 hasil pengamatan kebisingan jam ke-5
MenitKe Detik Ke5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 601 66.1 70.2 66.3 69.2 66.1 66.1 67.2 71.4 67.7 66.1 66.1 66.12 66.1 66.1 66.1 66.1 69.2 71.4 68.7 66.1 66.1 66.1 66.1 66.13 69.3 66.1 66.1 66.5 66.5 71 68.4 66.3 66.1 66.1 66.1 66.74 68.4 68.9 66.1 66.1 66.1 66.1 66.1 66.1 69 70.3 67.4 66.35 69.2 66.1 67.1 66.1 66.1 66.1 66.1 70.3 67.1 67.2 68.2 66.16 66.1 66.1 66.1 66.1 67.1 67.1 67.2 66.1 66.1 68.2 71.1 67.17 66.1 66.1 71.1 66.3 75 67.4 66.1 66.5 69.5 66.1 70.6 70.58 68.1 66.1 67.2 67.1 66.1 69.2 70.6 67.2 66.1 66.1 66.1 66.19 71.9 68.4 69.6 69.2 68.6 66.1 76.8 68.1 66.1 72.5 68.1 71.110 69.9 67.9 68.9 68.1 68.7 66.1 66.5 68.7 66.1 66.1 68.9 70Sumber : hasil pengamatan Sound Level Meter, 2014
Tabel 4.6 hasil pengamatan kebisingan jam ke-6
MenitKe Detik Ke5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 601 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 74.9 68.1 68.1 68.1 68.1 68.12 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.13 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.14 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.15 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.3 68.1 68.16 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.17 73.6 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 72.6 68.1 68.1 68.1 68.1 68.18 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 73.1 68.1 68.1 68.1 68.1 70.49 68.1 68.1 74.5 68.1 68.1 68.1 68.1 70.1 68.1 68.1 68.1 71.310 70.1 68.1 69.6 68.1 68.1 68.1 68.1 73.2 68.1 68.1 68.1 68.1Sumber : hasil pengamatan Sound Level Meter, 2014
Tabel 4.7 hasil pengamatan kebisingan jam ke-7
MenitKe Detik Ke5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 601 66.2 64.2 66.1 68.8 65.6 64.3 64.3 64.2 65.5 64.3 65.9 64.82 64.9 64.3 63.8 64.6 64.3 67.9 65.2 65.9 64.2 65.1 64.8 64.23 63.8 63.8 64.5 64.6 64.5 64.5 66.5 64.9 65.3 64.8 64.3 63.84 64 63.5 64.5 64.2 64.6 64 64.3 64.6 64.8 65.3 64.6 64.55 64.3 65.3 64.5 66.1 64.8 64.3 63.8 63.8 64.2 65.1 64 64.86 64.6 64.3 64.5 64.2 64.9 64.3 65.3 65.3 64.3 64.5 65.3 65.37 64.9 65.1 65.3 65.3 65.2 65.6 65.2 65.5 65.2 65.6 65.3 65.28 67.5 65.1 65.2 65.2 65.1 66.5 66.3 65.9 66.5 65.9 65.7 66.39 65.6 66.1 66 66 66.9 66.1 66.9 66.3 65.9 65.6 66 65.810 66.4 65.7 67.1 67.1 66.5 66.3 67.1 67.4 66.8 67 66.6 65.9Sumber : hasil pengamatan Sound Level Meter, 2014
4.1.1 Nilai Equivalent (Leq 1 menit)= 10 160 [(10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . ) × 5]= 77.1= 10 160 [(10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . )× 5]= 67.4= 10 160 [(10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . )× 5]= 67.7= 10 160 [(10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × + 10 . × + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × ) × 5]= 67.5= 10 160 [(10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . ×+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . )× 5]= 66.2
= 10 160 [(10 . × + 10 . × + 10 . × . + 10 . ×+ 10 . × . + 10 . × + 10 . × . + 10 . ×+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . )× 5]= 66.1= 10 160 [(10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . )× 5]= 67.9= 10 160 [(10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . ×+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . )× 5]= 67.7= 10 160 [(10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . )× 5]= 66.1= 10 160 [(10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . ×+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . )× 5]= 65.3
4.1.2 Niali Equivalent 10 Menit
= 10 110 [(10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × . ) × 1]= 68.87Tabel perhitungan nilai Leq 10 menit
NoLeq 10 Menit
1 2 3 4 5 6 7
1 68.87 68.47 68.19 69.16 68.24 68.74 65.38
- Nilai Equivalent siang hari= 10 116 [(3 × 10 . × . + 2 × 10 . × . + 3 × 10 . × .+ 5 × 10 . × . )= 68.137- Nilai Equivalent malam hari= 10 18 [(2 × 10 . × . + 2 × 10 . × . + 3 × 10 . × . )= 67.617- Nilai Equivalent malam hari= 10 124 [(16 × 10 . × . + 8 × 10 . × . )= 70.18
Tabel 4.1 hasil perhitungan nilai kebisingan jam ke-1
MenitKe Detik Ke Lequivalen5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 1 menit 10 menit1 70.2 64.5 66.8 63.8 67.4 65.1 68.1 87.3 62 65.4 63.9 75.970.18
2 63.4 69.8 67.1 62.7 65.3 63.9 62.2 67.6 65.1 68.9 71.4 69.93 68.2 64.6 63.1 71.4 70.2 64.3 69.5 66.2 61.5 64.5 68.9 68.54 65.5 62.8 66.4 65.1 65.4 75.3 66 66.6 67.7 64.5 64.6 655 63.4 66.6 65.1 65 65.8 68.1 64.5 68.6 66.6 65.8 64.8 66.86 65 67 68.3 66 67.6 66 67.5 65 63.3 65.1 63.8 65.57 66.8 64.5 64.8 72.8 70.4 71 64.2 63.6 63.2 69.5 63.9 64.88 65.3 69.6 65.1 67.6 65.3 65.6 67.8 64 67.6 64.6 71.2 70.99 64.1 65.8 68.9 66.2 64.4 66.2 67.4 67.4 64.1 63.6 65.5 66.310 65.8 64.9 65.7 66 65.3 63.3 68.3 64.6 62.6 63.4 66.3 64.6Sumber : hasil analisa data
Tabel 4.2 hasil perhitungan nilai kebisingan jam ke-2
MenitKe Detik Ke Lequivalen5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 1 menit 10 menit1 79 65.9 68.6 71.6 73.3 75.2 68.5 69.2 69 68 69.5 66.2 72.368.47
2 68.3 68 69.8 67.5 67.7 66.3 67.4 68.3 69.7 66.3 69.5 68.2 68.23 66.9 69.2 69.1 68.1 67 67 67 67.1 67 66.9 67.5 65.8 67.54 68.1 67.5 67.2 69.1 66.5 68.8 70.9 67.8 68.4 70.5 68.3 67.7 68.65 67.6 67.4 68.3 67.4 68 67.1 68.5 72.9 68.7 66.5 66.2 65.7 68.36 66 67.4 66.5 66.3 66.4 67.1 67.6 67.9 66.4 68.7 66.2 66.3 67.07 66.7 68.4 69.2 72.5 68.6 67.4 66.9 67.5 69.4 68.2 68.3 66.5 68.68 65.7 65.7 66.1 69.3 68.2 66.3 66.2 68.1 66.9 66.7 68.2 65.9 67.19 66.8 66.8 67.1 65.6 67.2 65.4 66.4 67 67.5 69.8 68.2 67.6 67.310 66.8 66.9 66.6 66.7 66 66.2 66.5 65.3 66.4 66.6 67.5 66.4 66.5Sumber : hasil analisa data
Tabel 4.3 hasil perhitungan nilai kebisingan jam ke-3
MenitKe Detik Ke Lequivalen5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 1 menit 10 menit1 66.9 65.9 74.3 64.5 68.8 77.1 72.1 64.6 67.1 69.9 78.9 64.4 72.568.19
2 73.1 67.7 65.3 64.5 64.8 65.2 66.2 69.8 64.8 69.5 66.9 65.1 67.83 64.3 68.5 69.2 64.7 70.9 64.5 65.5 68.4 67.7 68.4 65.3 64.5 67.44 66.4 67.5 72.6 65.1 67 69.3 66 67.1 65.8 66.3 67.9 66.4 67.85 67.6 66.8 66.8 67.7 67.6 73 71.6 67.4 66 65.9 66.8 69.1 68.66 66.3 66.2 65.2 67.6 69.2 65.9 67.7 65.1 69.1 70.6 67.8 67.6 67.77 64.6 63.9 66 65.2 64.7 72.4 65.6 67.3 65.7 64.2 65.3 66.7 66.78 65.9 67.6 64.5 66.2 66.3 65.1 64.3 66.1 63.6 63.9 64.2 65.8 65.49 65 63.7 64.9 63.6 64.4 64.9 63.5 73.2 64.3 63.5 73.2 63.6 67.510 66.1 64.1 66.2 63.3 64.9 65.5 68.1 62.3 70 64.2 64 63.5 65.8Sumber : hasil analisa data
Tabel 4.4 hasil perhitungan nilai kebisingan jam ke-4
MenitKe Detik Ke Lequivalen5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 1 menit 10 menit1 68.2 65.2 65 67.3 66.9 68.2 65.1 64.7 65.1 66.4 64.9 64.7 66.269.19
2 64.8 66 64.6 68.2 67.2 66.2 66.2 68.6 69.2 66.7 70.2 66.3 67.33 67.4 67.4 66.3 66.2 66.5 66.8 67.6 69.2 68.8 70.8 66.6 69.9 68.14 67 66.5 73.4 66.2 67.5 72.5 67.5 66.6 65.2 65.7 65.2 66.2 68.45 65.7 67.9 70.1 71.1 65.7 65.5 71.5 70.9 70.2 69.7 67.9 67.1 69.16 70.2 67.2 66.5 67.2 68.4 66.2 67.3 66.6 65.6 67.4 67.9 70.6 67.97 77.2 82.1 74.2 68 66.2 67.1 70.1 68 68.7 71.9 71.3 66.8 74.28 67.1 66.6 66.4 70.4 66.7 65.7 65 66.5 65.9 68.1 70.7 67 67.59 66.9 66.8 66 67.7 66.8 66.3 72 69.2 73.2 66.2 68 67.3 68.710 65 67 66.9 66.1 67 65.9 68.5 65 67.2 69.2 68.5 71.6 67.7Sumber : hasil analisa data
Tabel 4.5 hasil perhitungan nilai kebisingan jam ke-5
MenitKe Detik Ke Lequivalen5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 1 menit 10 menit1 66.1 70.2 66.3 69.2 66.1 66.1 67.2 71.4 67.7 66.1 66.1 66.1 67.868.25
2 66.1 66.1 66.1 66.1 69.2 71.4 68.7 66.1 66.1 66.1 66.1 66.1 67.43 69.3 66.1 66.1 66.5 66.5 71 68.4 66.3 66.1 66.1 66.1 66.7 67.44 68.4 68.9 66.1 66.1 66.1 66.1 66.1 66.1 69 70.3 67.4 66.3 67.55 69.2 66.1 67.1 66.1 66.1 66.1 66.1 70.3 67.1 67.2 68.2 66.1 67.46 66.1 66.1 66.1 66.1 67.1 67.1 67.2 66.1 66.1 68.2 71.1 67.1 67.37 66.1 66.1 71.1 66.3 75 67.4 66.1 66.5 69.5 66.1 70.6 70.5 69.58 68.1 66.1 67.2 67.1 66.1 69.2 70.6 67.2 66.1 66.1 66.1 66.1 67.49 71.9 68.4 69.6 69.2 68.6 66.1 76.8 68.1 66.1 72.5 68.1 71.1 70.910 69.9 67.9 68.9 68.1 68.7 66.1 66.5 68.7 66.1 66.1 68.9 70 68.2Sumber : hasil analisa data
Tabel 4.6 hasil perhitungan nilai kebisingan jam ke-6
MenitKe Detik Ke Lequivalen5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 1 menit 10 menit1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 74.9 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 69.368.75
2 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.13 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.14 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.15 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.3 68.1 68.1 68.16 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.17 73.6 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 72.6 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 69.48 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 73.1 68.1 68.1 68.1 68.1 70.4 69.09 68.1 68.1 74.5 68.1 68.1 68.1 68.1 70.1 68.1 68.1 68.1 71.3 69.610 70.1 68.1 69.6 68.1 68.1 68.1 68.1 73.2 68.1 68.1 68.1 68.1 69.1Sumber : hasil analisa data
Tabel 4.7 hasil perhitungan nilai kebisingan jam ke-7
MenitKe Detik Ke Lequivalen5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 1 menit 10 menit1 66.2 64.2 66.1 68.8 65.6 64.3 64.3 64.2 65.5 64.3 65.9 64.8 65.665.38
2 64.9 64.3 63.8 64.6 64.3 67.9 65.2 65.9 64.2 65.1 64.8 64.2 65.13 63.8 63.8 64.5 64.6 64.5 64.5 66.5 64.9 65.3 64.8 64.3 63.8 64.74 64 63.5 64.5 64.2 64.6 64 64.3 64.6 64.8 65.3 64.6 64.5 64.45 64.3 65.3 64.5 66.1 64.8 64.3 63.8 63.8 64.2 65.1 64 64.8 64.66 64.6 64.3 64.5 64.2 64.9 64.3 65.3 65.3 64.3 64.5 65.3 65.3 64.87 64.9 65.1 65.3 65.3 65.2 65.6 65.2 65.5 65.2 65.6 65.3 65.2 65.38 67.5 65.1 65.2 65.2 65.1 66.5 66.3 65.9 66.5 65.9 65.7 66.3 669 65.6 66.1 66 66 66.9 66.1 66.9 66.3 65.9 65.6 66 65.8 66.110 66.4 65.7 67.1 67.1 66.5 66.3 67.1 67.4 66.8 67 66.6 65.9 66.7Sumber : hasil analisa data
4.2 Pembahasan
Praktikum analisa kebisingan dengan menggunakan alat sound level
meter (SLM) yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan di lokasi
praktikum dan untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang
cara mengoperasikan alat Sound Level Meter dengan baik dan benar.
Pada praktikum ini analisa kebisingan, kami lakukan di jalan Durian,
kompleks perumahan PLN Kendari, Sulawesi Tenggara. Pengukuran tingkat
kebisingan yaitu dapat dilkukan dengan cara langsung, yaitu dengan sebuah
antegrating Sound Level Meter (SLM) yang mempengaruhi kualitas
pengukuran dimana Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik selama 10 menit.
Waktu pengukuran dilakukan selama aktivitas 24 jam (LSM) ini dengan
cara pada siang hari tingkat aktivitas yang paling tinggi selama 16 jam (Ls)
pada selang waktu 06.00 – 22.00 dan aktivitas malam hari selama 8 jam (Lm)
pada selang 22.00 – 06.00.
Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan
menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan 3 waktu
pengukuran pada malam hari.
Berdasarkan analisa data yang telah diolah, diketahui bahwa nilai
kebisingan selama 10 hari pertama mewakili jam 06.00 – 09.00 adalah 69.88
dB dengan nilai minimum, 55.3 dB dan nilai max 83.9 dB. Karena lokasi
praktikum berada padadaerah pemukiman dan perumahan, keputusan Mentri
Negara Lingkumgan Hidup No. Kep-48/MENLH/II/1996 menyatakan baku
tingkat kebisingan di daerah tersebut adalah 55 dB. Maka dapat dikatakan
bahwa tingkat kebisingan yang terjadi dilokasi tidak memenuhi Standar Baku
Mutu.
Pada tempo pengukuran 10 menit kedua didapatkan nilai kebisingan
yaitu 68.47 dB dengan nilai min 64.3 dB dan nilai mxs 92.2 dB. Berdasarkan
keputusan Mentri Lingkungan Hidup dalam Kepmen LH no. 48 Tahun 1996
untuk daerah pemukiman dan perumahan adalah 55 dB. Sehingga dalam
waktu tersebut yang mewakili jam 09.00 – 11.00 tidak memenuhi standar
baku mutu kebisingan.
Berdasarkan analisa data yang telah diolah, diketahui bahwa nilai
kebisingan untuk 10 menit ke tiga yang mewakili jam 14.00 – 17.00 adalah
68.19 dB dengan nilai minimum 61.9 dB dan nilai maximum 89.2 dB.
Berdasarkan keputusan Mentri Lingkungan Hidup dalam Kepmen LH no. 48
Tahun 1996 untuk daerah pemukiman dan perumahan adalah 55 dB. Sehingga
dalam waktu tersebut yang mewakili jam 14.00 – 17.00 tidak memenuhi
standar baku mutu kebisingan.
Berdasarkan analisa data yang telah diolah, diketahui bahwa nilai
kebisingan untuk 10 menit ke empat yang mewakili jam 17.00 – 22.00 adalah
69.16 dB dengan nilai minimum 64.4 dB dan nilai maximum 83.2 dB.
Berdasarkan keputusan Mentri Lingkungan Hidup dalam Kepmen LH no. 48
Tahun 1996 untuk daerah pemukiman dan perumahan adalah 55 dB. Sehingga
dalam waktu tersebut yang mewakili jam 17.00 – 22.00 tidak memenuhi
standar baku mutu kebisingan.
Berdasarkan analisa data yang telah diolah, diketahui bahwa nilai
kebisingan untuk 10 menit ke lima yang mewakili jam 22.00 – 24.00 adalah
68.25 dB dengan nilai minimum 66.1 dB dan nilai maximum 104.7 dB.
Berdasarkan keputusan Mentri Lingkungan Hidup dalam Kepmen LH no. 48
Tahun 1996 untuk daerah pemukiman dan perumahan adalah 55 dB. Sehingga
dalam waktu tersebut yang mewakili jam 22.00 – 24.00 tidak memenuhi
standar baku mutu kebisingan.
Berdasarkan analisa data yang telah diolah, diketahui bahwa nilai
kebisingan untuk 10 menit ke enam yang mewakili jam 24.00 – 03.00 adalah
69.16 dB dengan nilai minimum 64.4 dB dan nilai maximum 83.2 dB.
Berdasarkan keputusan Mentri Lingkungan Hidup dalam Kepmen LH no. 48
Tahun 1996 untuk daerah pemukiman dan perumahan adalah 55 dB. Sehingga
dalam waktu tersebut yang mewakili jam 24.00 – 03.00 tidak memenuhi
standar baku mutu kebisingan.
Berdasarkan analisa data yang telah diolah, diketahui bahwa nilai
kebisingan untuk 10 menit ke tujuh yang mewakili jam 03.00 – 06.00 adalah
65.38 dB dengan nilai minimum 63.5 dB dan nilai maximum 80.3 dB.
Berdasarkan keputusan Mentri Lingkungan Hidup dalam Kepmen LH no. 48
Tahun 1996 untuk daerah pemukiman dan perumahan adalah 55 dB. Sehingga
dalam waktu tersebut yang mewakili jam 03.00 – 06.00 tidak memenuhi
standar baku mutu kebisingan.
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1 hasil pengamatan kebisingan jam ke-1
MenitKe Detik Ke5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 601 70.2 64.5 66.8 63.8 67.4 65.1 68.1 87.3 62 65.4 63.9 75.92 63.4 69.8 67.1 62.7 65.3 63.9 62.2 67.6 65.1 68.9 71.4 69.93 68.2 64.6 63.1 71.4 70.2 64.3 69.5 66.2 61.5 64.5 68.9 68.54 65.5 62.8 66.4 65.1 65.4 75.3 66 66.6 67.7 64.5 64.6 655 63.4 66.6 65.1 65 65.8 68.1 64.5 68.6 66.6 65.8 64.8 66.86 65 67 68.3 66 67.6 66 67.5 65 63.3 65.1 63.8 65.57 66.8 64.5 64.8 72.8 70.4 71 64.2 63.6 63.2 69.5 63.9 64.88 65.3 69.6 65.1 67.6 65.3 65.6 67.8 64 67.6 64.6 71.2 70.99 64.1 65.8 68.9 66.2 64.4 66.2 67.4 67.4 64.1 63.6 65.5 66.310 65.8 64.9 65.7 66 65.3 63.3 68.3 64.6 62.6 63.4 66.3 64.6Sumber : hasil pengamatan Sound Level Meter, 2014
24
Tabel 4.2 hasil pengamatan kebisingan jam ke-2
MenitKe Detik Ke5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 601 79 65.9 68.6 71.6 73.3 75.2 68.5 69.2 69 68 69.5 66.22 68.3 68 69.8 67.5 67.7 66.3 67.4 68.3 69.7 66.3 69.5 68.23 66.9 69.2 69.1 68.1 67 67 67 67.1 67 66.9 67.5 65.84 68.1 67.5 67.2 69.1 66.5 68.8 70.9 67.8 68.4 70.5 68.3 67.75 67.6 67.4 68.3 67.4 68 67.1 68.5 72.9 68.7 66.5 66.2 65.76 66 67.4 66.5 66.3 66.4 67.1 67.6 67.9 66.4 68.7 66.2 66.37 66.7 68.4 69.2 72.5 68.6 67.4 66.9 67.5 69.4 68.2 68.3 66.58 65.7 65.7 66.1 69.3 68.2 66.3 66.2 68.1 66.9 66.7 68.2 65.99 66.8 66.8 67.1 65.6 67.2 65.4 66.4 67 67.5 69.8 68.2 67.610 66.8 66.9 66.6 66.7 66 66.2 66.5 65.3 66.4 66.6 67.5 66.4Sumber : hasil pengamatan Sound Level Meter, 2014
25
Tabel 4.3 hasil pengamatan kebisingan jam ke-3
MenitKe Detik Ke5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 601 66.9 65.9 74.3 64.5 68.8 77.1 72.1 64.6 67.1 69.9 78.9 64.42 73.1 67.7 65.3 64.5 64.8 65.2 66.2 69.8 64.8 69.5 66.9 65.13 64.3 68.5 69.2 64.7 70.9 64.5 65.5 68.4 67.7 68.4 65.3 64.54 66.4 67.5 72.6 65.1 67 69.3 66 67.1 65.8 66.3 67.9 66.45 67.6 66.8 66.8 67.7 67.6 73 71.6 67.4 66 65.9 66.8 69.16 66.3 66.2 65.2 67.6 69.2 65.9 67.7 65.1 69.1 70.6 67.8 67.67 64.6 63.9 66 65.2 64.7 72.4 65.6 67.3 65.7 64.2 65.3 66.78 65.9 67.6 64.5 66.2 66.3 65.1 64.3 66.1 63.6 63.9 64.2 65.89 65 63.7 64.9 63.6 64.4 64.9 63.5 73.2 64.3 63.5 73.2 63.610 66.1 64.1 66.2 63.3 64.9 65.5 68.1 62.3 70 64.2 64 63.5Sumber : hasil pengamatan Sound Level Meter, 2014
26
Tabel 4.4 hasil pengamatan kebisingan jam ke-4
MenitKe Detik Ke5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 601 68.2 65.2 65 67.3 66.9 68.2 65.1 64.7 65.1 66.4 64.9 64.72 64.8 66 64.6 68.2 67.2 66.2 66.2 68.6 69.2 66.7 70.2 66.33 67.4 67.4 66.3 66.2 66.5 66.8 67.6 69.2 68.8 70.8 66.6 69.94 67 66.5 73.4 66.2 67.5 72.5 67.5 66.6 65.2 65.7 65.2 66.25 65.7 67.9 70.1 71.1 65.7 65.5 71.5 70.9 70.2 69.7 67.9 67.16 70.2 67.2 66.5 67.2 68.4 66.2 67.3 66.6 65.6 67.4 67.9 70.67 77.2 82.1 74.2 68 66.2 67.1 70.1 68 68.7 71.9 71.3 66.88 67.1 66.6 66.4 70.4 66.7 65.7 65 66.5 65.9 68.1 70.7 679 66.9 66.8 66 67.7 66.8 66.3 72 69.2 73.2 66.2 68 67.310 65 67 66.9 66.1 67 65.9 68.5 65 67.2 69.2 68.5 71.6Sumber : hasil pengamatan Sound Level Meter, 2014
27
Tabel 4.5 hasil pengamatan kebisingan jam ke-5
MenitKe Detik Ke5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 601 66.1 70.2 66.3 69.2 66.1 66.1 67.2 71.4 67.7 66.1 66.1 66.12 66.1 66.1 66.1 66.1 69.2 71.4 68.7 66.1 66.1 66.1 66.1 66.13 69.3 66.1 66.1 66.5 66.5 71 68.4 66.3 66.1 66.1 66.1 66.74 68.4 68.9 66.1 66.1 66.1 66.1 66.1 66.1 69 70.3 67.4 66.35 69.2 66.1 67.1 66.1 66.1 66.1 66.1 70.3 67.1 67.2 68.2 66.16 66.1 66.1 66.1 66.1 67.1 67.1 67.2 66.1 66.1 68.2 71.1 67.17 66.1 66.1 71.1 66.3 75 67.4 66.1 66.5 69.5 66.1 70.6 70.58 68.1 66.1 67.2 67.1 66.1 69.2 70.6 67.2 66.1 66.1 66.1 66.19 71.9 68.4 69.6 69.2 68.6 66.1 76.8 68.1 66.1 72.5 68.1 71.110 69.9 67.9 68.9 68.1 68.7 66.1 66.5 68.7 66.1 66.1 68.9 70Sumber : hasil pengamatan Sound Level Meter, 2014
28
Tabel 4.6 hasil pengamatan kebisingan jam ke-6
MenitKe Detik Ke5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 601 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 74.9 68.1 68.1 68.1 68.1 68.12 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.13 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.14 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.15 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.3 68.1 68.16 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.17 73.6 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 72.6 68.1 68.1 68.1 68.1 68.18 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 73.1 68.1 68.1 68.1 68.1 70.49 68.1 68.1 74.5 68.1 68.1 68.1 68.1 70.1 68.1 68.1 68.1 71.310 70.1 68.1 69.6 68.1 68.1 68.1 68.1 73.2 68.1 68.1 68.1 68.1Sumber : hasil pengamatan Sound Level Meter, 2014
29
Tabel 4.7 hasil pengamatan kebisingan jam ke-7
MenitKe Detik Ke5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 601 66.2 64.2 66.1 68.8 65.6 64.3 64.3 64.2 65.5 64.3 65.9 64.82 64.9 64.3 63.8 64.6 64.3 67.9 65.2 65.9 64.2 65.1 64.8 64.23 63.8 63.8 64.5 64.6 64.5 64.5 66.5 64.9 65.3 64.8 64.3 63.84 64 63.5 64.5 64.2 64.6 64 64.3 64.6 64.8 65.3 64.6 64.55 64.3 65.3 64.5 66.1 64.8 64.3 63.8 63.8 64.2 65.1 64 64.86 64.6 64.3 64.5 64.2 64.9 64.3 65.3 65.3 64.3 64.5 65.3 65.37 64.9 65.1 65.3 65.3 65.2 65.6 65.2 65.5 65.2 65.6 65.3 65.28 67.5 65.1 65.2 65.2 65.1 66.5 66.3 65.9 66.5 65.9 65.7 66.39 65.6 66.1 66 66 66.9 66.1 66.9 66.3 65.9 65.6 66 65.810 66.4 65.7 67.1 67.1 66.5 66.3 67.1 67.4 66.8 67 66.6 65.9Sumber : hasil pengamatan Sound Level Meter, 2014
30
4.2 Analisa Data
4.1.1 Nilai Equivalent (Leq 1 menit)= 10 160 [(10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . ) × 5]= 77.1= 10 160 [(10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . )× 5]= 67.4= 10 160 [(10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . )× 5]= 67.7= 10 160 [(10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × + 10 . × + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × ) × 5]= 67.5= 10 160 [(10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . ×+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . )× 5]= 66.2
31
= 10 160 [(10 . × + 10 . × + 10 . × . + 10 . ×+ 10 . × . + 10 . × + 10 . × . + 10 . ×+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . )× 5]= 66.1= 10 160 [(10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . )× 5]= 67.9= 10 160 [(10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . ×+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . )× 5]= 67.7= 10 160 [(10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . )× 5]= 66.1= 10 160 [(10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . ×+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × . )× 5]= 65.3
32
4.1.2 Niali Equivalent 10 Menit
= 10 110 [(10 . × . + 10 . × . + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × + 10 . × . + 10 . × .+ 10 . × . + 10 . × . ) × 1]= 68.87Tabel perhitungan nilai Leq 10 menit
NoLeq 10 Menit
1 2 3 4 5 6 7
1 68.87 68.47 68.19 69.16 68.24 68.74 65.38
- Nilai Equivalent siang hari= 10 116 [(3 × 10 . × . + 2 × 10 . × . + 3 × 10 . × .+ 5 × 10 . × . )= 68.137- Nilai Equivalent malam hari= 10 18 [(2 × 10 . × . + 2 × 10 . × . + 3 × 10 . × . )= 67.617- Nilai Equivalent malam hari= 10 124 [(16 × 10 . × . + 8 × 10 . × . )= 70.18
33
4.3 Hasil Analisa Data
Tabel 4.8 hasil perhitungan nilai kebisingan jam ke-1
MenitKe Detik Ke Lequivalen5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 1 menit 10 menit1 70.2 64.5 66.8 63.8 67.4 65.1 68.1 87.3 62 65.4 63.9 75.970.18
2 63.4 69.8 67.1 62.7 65.3 63.9 62.2 67.6 65.1 68.9 71.4 69.93 68.2 64.6 63.1 71.4 70.2 64.3 69.5 66.2 61.5 64.5 68.9 68.54 65.5 62.8 66.4 65.1 65.4 75.3 66 66.6 67.7 64.5 64.6 655 63.4 66.6 65.1 65 65.8 68.1 64.5 68.6 66.6 65.8 64.8 66.86 65 67 68.3 66 67.6 66 67.5 65 63.3 65.1 63.8 65.57 66.8 64.5 64.8 72.8 70.4 71 64.2 63.6 63.2 69.5 63.9 64.88 65.3 69.6 65.1 67.6 65.3 65.6 67.8 64 67.6 64.6 71.2 70.99 64.1 65.8 68.9 66.2 64.4 66.2 67.4 67.4 64.1 63.6 65.5 66.310 65.8 64.9 65.7 66 65.3 63.3 68.3 64.6 62.6 63.4 66.3 64.6Sumber : hasil analisa data
34
Tabel 4.9 hasil perhitungan nilai kebisingan jam ke-2
MenitKe Detik Ke Lequivalen5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 1 menit 10 menit1 79 65.9 68.6 71.6 73.3 75.2 68.5 69.2 69 68 69.5 66.2 72.368.47
2 68.3 68 69.8 67.5 67.7 66.3 67.4 68.3 69.7 66.3 69.5 68.2 68.23 66.9 69.2 69.1 68.1 67 67 67 67.1 67 66.9 67.5 65.8 67.54 68.1 67.5 67.2 69.1 66.5 68.8 70.9 67.8 68.4 70.5 68.3 67.7 68.65 67.6 67.4 68.3 67.4 68 67.1 68.5 72.9 68.7 66.5 66.2 65.7 68.36 66 67.4 66.5 66.3 66.4 67.1 67.6 67.9 66.4 68.7 66.2 66.3 67.07 66.7 68.4 69.2 72.5 68.6 67.4 66.9 67.5 69.4 68.2 68.3 66.5 68.68 65.7 65.7 66.1 69.3 68.2 66.3 66.2 68.1 66.9 66.7 68.2 65.9 67.19 66.8 66.8 67.1 65.6 67.2 65.4 66.4 67 67.5 69.8 68.2 67.6 67.310 66.8 66.9 66.6 66.7 66 66.2 66.5 65.3 66.4 66.6 67.5 66.4 66.5Sumber : hasil analisa data
35
Tabel 4.10 hasil perhitungan nilai kebisingan jam ke-3
MenitKe Detik Ke Lequivalen5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 1 menit 10 menit1 66.9 65.9 74.3 64.5 68.8 77.1 72.1 64.6 67.1 69.9 78.9 64.4 72.568.19
2 73.1 67.7 65.3 64.5 64.8 65.2 66.2 69.8 64.8 69.5 66.9 65.1 67.83 64.3 68.5 69.2 64.7 70.9 64.5 65.5 68.4 67.7 68.4 65.3 64.5 67.44 66.4 67.5 72.6 65.1 67 69.3 66 67.1 65.8 66.3 67.9 66.4 67.85 67.6 66.8 66.8 67.7 67.6 73 71.6 67.4 66 65.9 66.8 69.1 68.66 66.3 66.2 65.2 67.6 69.2 65.9 67.7 65.1 69.1 70.6 67.8 67.6 67.77 64.6 63.9 66 65.2 64.7 72.4 65.6 67.3 65.7 64.2 65.3 66.7 66.78 65.9 67.6 64.5 66.2 66.3 65.1 64.3 66.1 63.6 63.9 64.2 65.8 65.49 65 63.7 64.9 63.6 64.4 64.9 63.5 73.2 64.3 63.5 73.2 63.6 67.510 66.1 64.1 66.2 63.3 64.9 65.5 68.1 62.3 70 64.2 64 63.5 65.8Sumber : hasil analisa data
36
Tabel 4.11 hasil perhitungan nilai kebisingan jam ke-4
MenitKe Detik Ke Lequivalen5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 1 menit 10 menit1 68.2 65.2 65 67.3 66.9 68.2 65.1 64.7 65.1 66.4 64.9 64.7 66.269.19
2 64.8 66 64.6 68.2 67.2 66.2 66.2 68.6 69.2 66.7 70.2 66.3 67.33 67.4 67.4 66.3 66.2 66.5 66.8 67.6 69.2 68.8 70.8 66.6 69.9 68.14 67 66.5 73.4 66.2 67.5 72.5 67.5 66.6 65.2 65.7 65.2 66.2 68.45 65.7 67.9 70.1 71.1 65.7 65.5 71.5 70.9 70.2 69.7 67.9 67.1 69.16 70.2 67.2 66.5 67.2 68.4 66.2 67.3 66.6 65.6 67.4 67.9 70.6 67.97 77.2 82.1 74.2 68 66.2 67.1 70.1 68 68.7 71.9 71.3 66.8 74.28 67.1 66.6 66.4 70.4 66.7 65.7 65 66.5 65.9 68.1 70.7 67 67.59 66.9 66.8 66 67.7 66.8 66.3 72 69.2 73.2 66.2 68 67.3 68.710 65 67 66.9 66.1 67 65.9 68.5 65 67.2 69.2 68.5 71.6 67.7Sumber : hasil analisa data
37
Tabel 4.12 hasil perhitungan nilai kebisingan jam ke-5
MenitKe Detik Ke Lequivalen5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 1 menit 10 menit1 66.1 70.2 66.3 69.2 66.1 66.1 67.2 71.4 67.7 66.1 66.1 66.1 67.868.25
2 66.1 66.1 66.1 66.1 69.2 71.4 68.7 66.1 66.1 66.1 66.1 66.1 67.43 69.3 66.1 66.1 66.5 66.5 71 68.4 66.3 66.1 66.1 66.1 66.7 67.44 68.4 68.9 66.1 66.1 66.1 66.1 66.1 66.1 69 70.3 67.4 66.3 67.55 69.2 66.1 67.1 66.1 66.1 66.1 66.1 70.3 67.1 67.2 68.2 66.1 67.46 66.1 66.1 66.1 66.1 67.1 67.1 67.2 66.1 66.1 68.2 71.1 67.1 67.37 66.1 66.1 71.1 66.3 75 67.4 66.1 66.5 69.5 66.1 70.6 70.5 69.58 68.1 66.1 67.2 67.1 66.1 69.2 70.6 67.2 66.1 66.1 66.1 66.1 67.49 71.9 68.4 69.6 69.2 68.6 66.1 76.8 68.1 66.1 72.5 68.1 71.1 70.910 69.9 67.9 68.9 68.1 68.7 66.1 66.5 68.7 66.1 66.1 68.9 70 68.2Sumber : hasil analisa data
38
Tabel 4.13 hasil perhitungan nilai kebisingan jam ke-6
MenitKe Detik Ke Lequivalen5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 1 menit 10 menit1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 74.9 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 69.368.75
2 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.13 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.14 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.15 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.3 68.1 68.1 68.16 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.17 73.6 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 72.6 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 69.48 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 68.1 73.1 68.1 68.1 68.1 68.1 70.4 69.09 68.1 68.1 74.5 68.1 68.1 68.1 68.1 70.1 68.1 68.1 68.1 71.3 69.610 70.1 68.1 69.6 68.1 68.1 68.1 68.1 73.2 68.1 68.1 68.1 68.1 69.1Sumber : hasil analisa data
39
Tabel 4.14 hasil perhitungan nilai kebisingan jam ke-7
MenitKe Detik Ke Lequivalen5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 1 menit 10 menit1 66.2 64.2 66.1 68.8 65.6 64.3 64.3 64.2 65.5 64.3 65.9 64.8 65.665.38
2 64.9 64.3 63.8 64.6 64.3 67.9 65.2 65.9 64.2 65.1 64.8 64.2 65.13 63.8 63.8 64.5 64.6 64.5 64.5 66.5 64.9 65.3 64.8 64.3 63.8 64.74 64 63.5 64.5 64.2 64.6 64 64.3 64.6 64.8 65.3 64.6 64.5 64.45 64.3 65.3 64.5 66.1 64.8 64.3 63.8 63.8 64.2 65.1 64 64.8 64.66 64.6 64.3 64.5 64.2 64.9 64.3 65.3 65.3 64.3 64.5 65.3 65.3 64.87 64.9 65.1 65.3 65.3 65.2 65.6 65.2 65.5 65.2 65.6 65.3 65.2 65.38 67.5 65.1 65.2 65.2 65.1 66.5 66.3 65.9 66.5 65.9 65.7 66.3 669 65.6 66.1 66 66 66.9 66.1 66.9 66.3 65.9 65.6 66 65.8 66.110 66.4 65.7 67.1 67.1 66.5 66.3 67.1 67.4 66.8 67 66.6 65.9 66.7Sumber : hasil analisa data
40
4.4 Data Kelompok Lain
Tabel 4.15 Data Hasil Pengamatan kelompok 1
Leq waktu dB(A)
La 07.00 72,59
Lb 10.00 65,26
Lc 11.00 68,19
Ld 20.00 79,26
LS 16 Jam 74,97
Le 23.00 67,46
Lf 01.00 81,14
Lg 04.00 69,97
LM 8 Jam 77,32
LSM 24 Jam 78,91
Sumber : hasil pengamatan, 2014
Tabel 4.16 Data Hasil Pengamatan kelompok 2
Leq waktu dB(A)
La 07.00 69,87
Lb 10.00 68,47
Lc 11.00 68,19
Ld 20.00 69,16
LS 16 Jam 68,14
Le 23.00 6824
Lf 01.00 68,74
Lg 04.00 65,38
LM 8 Jam 67,62
LSM 24 Jam 70,18
Sumber : hasil pengamatan, 2014
41
Tabel 4.17 Data Hasil Pengamatan kelompok 4
Leq waktu dB(A)
La 07.00 70,27
Lb 10.00 68,36
Lc 11.00 71,77
Ld 20.00 63,66
LS 16 Jam 68,04
Le 23.00 63,66
Lf 01.00 75,71
Lg 04.00 68,20
LM 8 Jam 68,04
LSM 24 Jam 72,83
Sumber : hasil pengamatan, 2014
Tabel 4.18 Data Hasil Pengamatan kelompok 5
Leq waktu dB(A)
La 07.00 65,12
Lb 10.00 62,95
Lc 11.00 64,54
Ld 20.00 62,65
LS 16 Jam 62,93
Le 23.00 61,26
Lf 01.00 52,83
Lg 04.00 64,30
LM 8 Jam 61,51
LSM 24 Jam 64,47
Sumber : hasil pengamatan, 2014
42
Tabel 4.19 Data Hasil Pengamatan kelompok 6
Leq waktu dB(A)
La 07.00 65,12
Lb 10.00 62,95
Lc 11.00 64,54
Ld 20.00 62,65
LS 16 Jam 62,93
Le 23.00 61,26
Lf 01.00 52,83
Lg 04.00 64,30
LM 8 Jam 61,51
LSM 24 Jam 64,47
Sumber : hasil pengamatan, 2014
Tabel 4.20 Data Hasil Pengamatan kelompok7
Leq waktu dB(A)
La 07.00 63,80
Lb 10.00 64,14
Lc 11.00 64,39
Ld 20.00 66,58
LS 16 Jam 64,34
Le 23.00 63,65
Lf 01.00 65,36
Lg 04.00 67,4
LM 8 Jam 65,94
LSM 24 Jam 67,74
Sumber : hasil pengamatan, 2014
43
Tabel 4.21 Data Hasil Pengamatan kelompok 8
Leq waktu dB(A)
La 07.00 56,01
Lb 10.00 60,03
Lc 11.00 59,59
Ld 20.00 64,21
LS 16 Jam 61,04
Le 23.00 59,64
Lf 01.00 58,1
Lg 04.00 58
LM 8 Jam 58,51
LSM 24 Jam 62,03
Sumber : hasil pengamatan, 2014
Tabel 4.22 Data Hasil Pengamatan kelompok 9
Leq waktu dB(A)
La 07.00 69,86
Lb 10.00 68, 47
Lc 11.00 68,19
Ld 20.00 69,16
LS 16 Jam 68,13
Le 23.00 68,24
Lf 01.00 68,75
Lg 04.00 65,38
LM 8 Jam 67,62
LSM 24 Jam 70,18
Sumber : hasil pengamatan, 2014
44
Tabel 4.23 Data Hasil Pengamatan kelompok 10
Leq waktu dB(A)
La 07.00 69,86
Lb 10.00 68,47
Lc 11.00 68,79
Ld 20.00 69,16
LS 16 Jam 68,13
Le 23.00 68,24
Lf 01.00 68,75
Lg 04.00 65,38
LM 8 Jam 67,62
LSM 24 Jam 70,18
Sumber : hasil pengamatan, 2014
Tabel 4.24 Data Hasil Pengamatan kelompok 11
Leq waktu dB(A)
La 07.00 69,2
Lb 10.00 65,19
Lc 11.00 81,1
Ld 20.00 66,3
LS 16 Jam 74,38
Le 23.00 65
Lf 01.00 65,3
Lg 04.00 66,36
LM 8 Jam 65,77
LSM 24 Jam 73,48
Sumber : hasil pengamatan, 2014
45
Tabel 4.25 Data Hasil Pengamatan kelompok 12
Leq waktu dB(A)
La 07.00 73,06
Lb 10.00 61,91
Lc 11.00 65,04
Ld 20.00 71,74
LS 16 Jam 69,66
Le 23.00 64,59
Lf 01.00 62,9
Lg 04.00 61,91
LM 8 Jam 63,08
LSM 24 Jam 69,2
Sumber : hasil pengamatan, 2014
Tabel 4.26 Data Hasil Pengamatan kelompok tujuh
Leq waktu dB(A)
La 07.00 62,08
Lb 10.00 64,08
Lc 11.00 67,48
Ld 20.00 68,82
LS 16 Jam 65,30
Le 23.00 65,3
Lf 01.00 60,7
Lg 04.00 57
LM 8 Jam 61,68
LSM 24 Jam 65,81
Sumber : hasil pengamatan, 2014
46
4.5 Pembahasan
Praktikum analisa kebisingan dengan menggunakan alat sound level
meter (SLM) yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan di lokasi
praktikum dan untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang
cara mengoperasikan alat Sound Level Meter dengan baik dan benar.
Pada praktikum ini analisa kebisingan, kami lakukan di jalan Durian,
kompleks perumahan PLN Kendari, Sulawesi Tenggara. Pengukuran tingkat
kebisingan yaitu dapat dilkukan dengan cara langsung, yaitu dengan sebuah
antegrating Sound Level Meter (SLM) yang mempengaruhi kualitas
pengukuran dimana Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik selama 10 menit.
Waktu pengukuran dilakukan selama aktivitas 24 jam (LSM) ini dengan
cara pada siang hari tingkat aktivitas yang paling tinggi selama 16 jam (Ls)
pada selang waktu 06.00 – 22.00 dan aktivitas malam hari selama 8 jam (Lm)
pada selang 22.00 – 06.00.
Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan
menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan 3 waktu
pengukuran pada malam hari.
Berdasarkan analisa data yang telah diolah, diketahui bahwa nilai
kebisingan selama 10 hari pertama mewakili jam 06.00 – 09.00 adalah 69.88
dB dengan nilai minimum, 55.3 dB dan nilai max 83.9 dB. Karena lokasi
praktikum berada padadaerah pemukiman dan perumahan, keputusan Mentri
Negara Lingkumgan Hidup No. Kep-48/MENLH/II/1996 menyatakan baku
tingkat kebisingan di daerah tersebut adalah 55 dB. Maka dapat dikatakan
bahwa tingkat kebisingan yang terjadi dilokasi tidak memenuhi Standar Baku
Mutu.
Pada tempo pengukuran 10 menit kedua didapatkan nilai kebisingan
yaitu 68.47 dB dengan nilai min 64.3 dB dan nilai mxs 92.2 dB. Berdasarkan
keputusan Mentri Lingkungan Hidup dalam Kepmen LH no. 48 Tahun 1996
untuk daerah pemukiman dan perumahan adalah 55 dB. Sehingga dalam
waktu tersebut yang mewakili jam 09.00 – 11.00 tidak memenuhi standar
baku mutu kebisingan.
47
Berdasarkan analisa data yang telah diolah, diketahui bahwa nilai
kebisingan untuk 10 menit ke tiga yang mewakili jam 14.00 – 17.00 adalah
68.19 dB dengan nilai minimum 61.9 dB dan nilai maximum 89.2 dB.
Berdasarkan keputusan Mentri Lingkungan Hidup dalam Kepmen LH no. 48
Tahun 1996 untuk daerah pemukiman dan perumahan adalah 55 dB. Sehingga
dalam waktu tersebut yang mewakili jam 14.00 – 17.00 tidak memenuhi
standar baku mutu kebisingan.
Berdasarkan analisa data yang telah diolah, diketahui bahwa nilai
kebisingan untuk 10 menit ke empat yang mewakili jam 17.00 – 22.00 adalah
69.16 dB dengan nilai minimum 64.4 dB dan nilai maximum 83.2 dB.
Berdasarkan keputusan Mentri Lingkungan Hidup dalam Kepmen LH no. 48
Tahun 1996 untuk daerah pemukiman dan perumahan adalah 55 dB. Sehingga
dalam waktu tersebut yang mewakili jam 17.00 – 22.00 tidak memenuhi
standar baku mutu kebisingan.
Berdasarkan analisa data yang telah diolah, diketahui bahwa nilai
kebisingan untuk 10 menit ke lima yang mewakili jam 22.00 – 24.00 adalah
68.25 dB dengan nilai minimum 66.1 dB dan nilai maximum 104.7 dB.
Berdasarkan keputusan Mentri Lingkungan Hidup dalam Kepmen LH no. 48
Tahun 1996 untuk daerah pemukiman dan perumahan adalah 55 dB. Sehingga
dalam waktu tersebut yang mewakili jam 22.00 – 24.00 tidak memenuhi
standar baku mutu kebisingan.
Berdasarkan analisa data yang telah diolah, diketahui bahwa nilai
kebisingan untuk 10 menit ke enam yang mewakili jam 24.00 – 03.00 adalah
69.16 dB dengan nilai minimum 64.4 dB dan nilai maximum 83.2 dB.
Berdasarkan keputusan Mentri Lingkungan Hidup dalam Kepmen LH no. 48
Tahun 1996 untuk daerah pemukiman dan perumahan adalah 55 dB. Sehingga
dalam waktu tersebut yang mewakili jam 24.00 – 03.00 tidak memenuhi
standar baku mutu kebisingan.
Berdasarkan analisa data yang telah diolah, diketahui bahwa nilai
kebisingan untuk 10 menit ke tujuh yang mewakili jam 03.00 – 06.00 adalah
65.38 dB dengan nilai minimum 63.5 dB dan nilai maximum 80.3 dB.
48
Berdasarkan keputusan Mentri Lingkungan Hidup dalam Kepmen LH no. 48
Tahun 1996 untuk daerah pemukiman dan perumahan adalah 55 dB. Sehingga
dalam waktu tersebut yang mewakili jam 03.00 – 06.00 tidak memenuhi
standar baku mutu kebisingan.
49
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Tingkat kebisingan yang terjadi di lokasi pengamatan bervariasi
selama satu hari sesuai dengan waktu pengukuran
2. Dari hasil perhitungan nilai equivalen selama 1 hari (LSM) melampaui
tingkat kebisingan yang di tetapkan oleh Mentri Lingkungan Hidup
dengan batas kebisingan untuk kawasan dan perumahan sebesar 55 dB
5.2 Saran
Setelah melakukan pengukuran tingkat kebisingan di lokasi
perumahan PLN, dan melakukan analisa data nilai equivalen 1 hari (LSM)
maka saran yang dapat kami berikan adalah menyarankan kepada pihak
PLN untuk mengganti lokasi PLTD nya karena suara dari mesin PLTD
tersebut melewati baku mutu tingkat kebisingan yang di keluarkan Mentri
Lingkungan Hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Gabriel, J. F (1996) fisika kedokteran. Penerbit buku kdeokteran . EGC jakarta
Http://www.MENLH.go.id/apaec.vc /osaka/ east java/ norse,id/idex/artides. Html.
Pada senin, 9-6-2014. Pada jam 14.00 WITA
KCM(Kompas Cyber Media). Iptek, mengukur, kebisingan dan geser di tempat
kerja. Jakarta
Kemeterian lingkungan hidup 2000. Kep-48//MENLH/II/1996 tentang kebisingan
lingkungan. jakarta
DOKUMENTASI PRAKTIKUM KEBISINGAN
PENGUKURAN PERTAMA
DOKUMENTASI PENGUKURAN KEDUA
DOKUMENTASI PENGUKURAN TIGA
PRAKTIKUM REKAYASA PENYEHATAN LINGKUNGAN
ANALISA KUALITAS UDARA
OLEH
KELOMPOK 3
GRIAN DAMANI E1A1 10 097 IKA MARLISA KAMBUNO E1A1 13 011
LA RAHMAN E1A1 10 014 BAYU SAPUTRA E1A1 13 004
ASY’ARY SUYANTO E1A1 10 076 ABDUL RAHMAT E1A1 10 001
MARTINA E1A1 11 071 ABDUL RAJAB BAGE E1 A1 13 002
YAYAN PATULAK E1A1 10 048 AL AMIN ANDI RIFAI E1A1 13 003
MUH. ARDIAWAMSA E1A1 11 056
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
PRAKTIKUM REKAYASA PENYEHATAN LINGKUNGAN
ANALISA KUALITAS UDARA
OLEH
KELOMPOK 3
GRIAN DAMANI E1A1 10 097 IKA MARLISA KAMBUNO E1A1 13 011
LA RAHMAN E1A1 10 014 BAYU SAPUTRA E1A1 13 004
ASY’ARY SUYANTO E1A1 10 076 ABDUL RAHMAT E1A1 10 001
MARTINA E1A1 11 071 ABDUL RAJAB BAGE E1 A1 13 002
YAYAN PATULAK E1A1 10 048 AL AMIN ANDI RIFAI E1A1 13 003
MUH. ARDIAWAMSA E1A1 11 056
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
PRAKTIKUM REKAYASA PENYEHATAN LINGKUNGAN
ANALISA KUALITAS UDARA
OLEH
KELOMPOK 3
GRIAN DAMANI E1A1 10 097 IKA MARLISA KAMBUNO E1A1 13 011
LA RAHMAN E1A1 10 014 BAYU SAPUTRA E1A1 13 004
ASY’ARY SUYANTO E1A1 10 076 ABDUL RAHMAT E1A1 10 001
MARTINA E1A1 11 071 ABDUL RAJAB BAGE E1 A1 13 002
YAYAN PATULAK E1A1 10 048 AL AMIN ANDI RIFAI E1A1 13 003
MUH. ARDIAWAMSA E1A1 11 056
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................. i
DAFTAR TABEL........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... iv
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Tujuan Praktikum ........................................................................................... 1
1.2 Prinsip Percobaan ........................................................................................... 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 4
BAB III
METODE PELAKSANAAN ..................................................................................... 15
3.1 Waktu dan Tempat ....................................................................................... 15
3.2 Alat ............................................................................................................... 15
3.3 Kegunaan Alat .............................................................................................. 16
3.4 Prosedur percobaan ...................................................................................... 17
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN .................................................................................. 17
4.1 Hasil Pengamatan ........................................................................................ 17
4.2 Pembahasan .................................................................................................. 19
BAB V
PENUTUP................................................................................................................... 23
ii
5.1 Kesimpulan................................................................................................... 23
5.2 Saran ............................................................................................................. 23
i
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Mutu Udara Ambien Nasional ...................................................................... 10
Tabel 2.2 Parameter Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dan Periode Pengukuannya ... 11
Tabel 2.3 Angka dan Kategori ISPU ...................................................................................... 12
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Kualitas Udara .......................................................................... 17
Table 4.2 hasil pemantauan Kinerja Lalulintas....................................................................... 18
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Portable Gas Analyzer............................................................................. 15
Gambar 3.2 Stopwatch ................................................................................................ 16
Gambar 3.3 GPS ......................................................................................................... 16
Gambar 3.4 Alat Penunjang Pemantauan.................................................................... 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum pemantauan kualitas udara antara lain :
1. Agar praktikan dapat mengoperasikan alat Gas Analyzer (E Instrument
BTU 4400) sesuai dengan prosedur praktikum
2. Agar praktikan dapat menganalisa kadar polutan melalui kinerja lalu
lintas
3. Untuk mengetahui konsentrasi HC, CO, NO dan PM (Particulate Matte)
di udara ambient
4. Mengetahui tingkat pencemaran udara berdasarkan parameter yang
dianalisa
5. Untuk mampu memberikan solusi yang tepat untuk penanggulangan
pencemaran udara yang terjadi
1.2 Prinsip Percobaan
1.2.1 Pemantauan kualitas udara dengan portable Gas Analyzer
Pengambilan sampel di lapangan dianalisa dengan alat portable
Gas Analyzer E 4400. E 4400 adalah produk terbaru portable Gas
Analyzer industri yang merupakan suatu alat yang dirancang untuk
melakukan menganalisa, memonitor emisi, pemeliharaan dan tuning,
dan mengukur hasil proses emisi pembakaran / gas buangan termasuk
kabel, pembakar, mesin, gas dan diesel, turbin, tangki, pemanas, dan
analisis laboratorium.
Pengambilan data hasil pemantauan dilakukan dengan pencatatan
data kadar polutan yang diukur atau dibaca oleh Portable Gas Analyzer
2
E 4400. Hasil analisis lapangan akan dibandingkan dengan baku mutu
kualitas udara ambien.
1.2.2 Pemantauan kualitas udara melalui kinerja lalu lintas
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh dengan cara manual yaitu dengan
metode survey langsung oleh petugas pencacah pada titik yang telah
ditetapkan pada ruas jalan yang ditinjau.
1. Survey Volume Lalulintas
Survey ini dilakukan dengan cara manual. Surveyor berada di
suatu pos pengamatan yang terletak di tepi jalan dan mencatat
setiap jenis kendaraan yang melewati pos pengamatan tersebut.
Survey lalu lintas dilaksanakan selama waktu yang dientuka yaitu
pada jam puncak.
Dalam pelaksanaan survey untuk melihat tingkat pencemaran
udara di kota A dilakukan pada jam puncak, dengan pencatatan
waktu dalam selang 5 menit.
Pada saat ini dianggap telah mewakili untuk mendapatkan data
yang diperlukan, karena pada jam – jam tersebut banyak aktivitas
msyarakat yang menggunakan jaringan jalan.
Pelaksanaan survey dilakukan dengan periode pengamatan
volume lalu lintas setiap 15 menit. Jumlah surveyor yang khusus
mencatat data volume lalu lintas pada setiap pos pengamatan
masing – masing 4 orang.
2. Surveyor kecepatan
Pengambilan data kecepatan dilakukan dengan metode
kecepatan setempat. Pada lokasi penelitian ditetapkan suatu jarak
dasar tertentu 50 m pada luas jalan yang terletak di depan pos
pengamatan. Pada kedua ujung jarak tersebut tanda bendera,
3
dimana pada saat sampel kendaraan mewakili bendera kedua
surveyor yang mencatat waktu tempuhnya.
b. Analisis Data
Analisis data dilakukan teknik analisa data dan pendekatan
kuantitatif dengan menggunakan rumus/ persamaan dari manual
kapsitas Jalan Indonesia (MKJI, 1997) dan untuk menentukan jumlah
kadar polutan, maka secara umum metode yang diterapkan untuk
analisis.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Udara merupakan campuran beberapa gas yang perbandinganya tidak
tetap tergantung pada keadaan suhu, udara, tekanan udara dan lingkungannya.
Udara atau atmosfer merupakan selimut tebal gas yang menutupi seluruh bumi
dan berfungsi untuk melindungi bumi dari pemanasan dan pendinginan yang
berlebihan tanpa adanya atmosfer. Suhu bumi pada siang hari lebih dari 95 oC dan
malam hari akan turun sampai 134 oC. Massa udara di atmosfer terdiri dari macam
– macam gas, yaitu Nitrogen (N2) sebesar 70,8 % (volume udara kering), oksigen
(O2) sebesar 20,94 %, Argon(Ar) sebesar 0,93 %, karbon dioksida (CO2) sebesar
0,03 %, serta Neon (Ne) dan uap air (H2O) sebesar 0,02 %. Gas – gas ini dapat
bergerak dengan bebas dan menopang kehidupan di permukaan bumi. Apabila
suatu bahan pencemar masuk ke udara dan mempengaruhi konsentrasi gas – gas
tersebut maka udara disebut tercemar.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran udara, pencemaran udara didedifisikan sebagai masuknya atau
dimasukkannya zat, energi, dan/ atau komponen lain ke dalam udara ambient oleh
kegiatan manusia sehingga mutu udara ambient turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Udara ambien
adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan trofosfir yang berada di
dalam wilayah Yuridiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi
kesehatan manusia dan juga makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup.
Berdasarkan asal dan kelanjutan perkembangan di udara, udara dibrdakan
menjadi 2, yaitu :
a. Pencemaran Udara Primer, yaitu semua pencemar di udara yang hamper tidak
berubah, sama seperti pada saat dibebaskan dari sumbernya sebagai hasil dari
5
suatu proses tertentu. Pencemar udara primer dapat digolongkan menjadi 5
kelompok berikut :
1) Karbon Monoksida (CO)
2) Nitrogen Oksida (NOx)
3) Hidrokarbon (Hc)
4) Sulfur Oksida (Sox)
5) Partikel
b. Pencemaran udara sekunder, yaitu semua pencemar di udara yang sudah
berubah karena reaksi tertentu antara dua atau lebih kontaminan/ polutan.
Umumnya polutan primer sekunder merupakan hasil antara polutan izin yang
berada di udara, misalnya pembentukan ozon yang terjadi antara molekul
Hidrokarbon yang ada di udara dengan NOx.
Beberapa parameter pencemaran udara setara antara lain sebagai berikut :
1. Oksida Nitrogen (NOx)
Nitrogen Dioksida (NOx) adalah salah satu pencemar yang ditentukan
akibat proses pembakaran. Kapanpun NO muncul, NOx juga selalu ditemukan
karena NO diemisikan pada proses pembakaran, akan segera bereaksi dengan
oksigen di udara membentuk NOx sebagai senyawa oksida nitrogen yang
lebih kecil. Terelepas dari perbedaan fisik dan kimia, dan pada dampak
lingkungan, kedua senyawa ini sering disatukan menjadi NOx. Kebanyakan
jenis dari NOx merupakan gas yang tidak berwarna dan berbau. Tetapi NOx
menjadi pengecualian dimana kebebasan di daerah perkotaan dapat dilihat
sebagai lapisan kabut kecoklatan di langit.
Sumber NOx dikategorikan kedalam 2 kelompok, yaitu :
a. Thermal NO
Thermal NO adalah zat yang berbentuk melalui reaksi antara Nitrogen
dan Oksigen di udara suhu yang tinggi. Pada suhu yang tinggi molekul
nitrogen dan oksigen berubah menjadi spigle atom dan kemudian terlipat
6
ke dalam beberapa reaksi. Jenis NO ini biasanya muncul melalui proses
industri yang menggunakan pembatasan pada suhu yang sangat tinggi.
b. Fuel NO
Fuel NO adalah NO yang terbentuk akibat kebakaran bahan bakar
yang mengandung nitrogen. Selama proses pembakaran, ikatan nitrogen
yang terdapat dalam bahan bakar terlepas sebagai radikal bebas dan
kemudian membentuk NO bebas. NO yang berasal dari bahan bakar ini
menjadi penyumbang terbesar emisi NOx di udara. Fuel NO ini biasa
muncul akibat proses pembakaran bahan bakar pada kendaraan bermotor.,
industry maupun pada pembangkit listrik.
2. Karbon Monoksida (CO)
Karbon Monoksida (CO) adalah gas yang tidak berwarna, berbau maupun
yang berasa akibat pembakaran yang tidak sempurna. Bahan bakar yang
mengandung karbon gas ini juga tergolong kategori terbakar serta beracun.
Sumber CO juga terbagi dua, yaitu sumber alami dan sumber antropagenik.
Secara alami CO dihasilkan melalui aktivitas gunung merapidan juga
kebakaran hutan. Sementara CO juga dihasilkan sebagai produk sampingan
akibat aktivitas manusia. Karbon Monoksida dihasilkan oleh proses
pembakaran / oksidasi yang tidak sempurna akibat pengurangan oksigen yang
berkaitan dengan karbon. Pemasok terbesar gas CO adalah aktivitas kendaraan
bermotor.
3. Karbon Dioksida (CO2)
Karbon Dioksida (CO2) merupakan senyawa yang dihasilkan dari
pembakaran sampah sempurna yang tidak beracun. CO2 merupakan komponen
yang secara alamiah banyak terdapat di udara. Pengaruh CO2 adalah efek
rumah kaca.
Agar udara memenuhi syarat kesehatan maka konsentrasi bahan dalam
udara ditetapkan batasnya. Artinya konsentrasi bahan tersebut tidak
7
mengakibatkan penyakit atau kelainan selama 8 jam bekerja sehari atau 40
jam seminggu. Ini menunjukkan bahwa di tempat kerja tidak menutup
kemungkinan bebas dari pencemaran udara. Nilai ambang batas adalah kadar
maksimum yang diperkenankan.
Nilai ambang batas harus lebih atau sama dengan baku mutu udara
ambient. Defenisi baku mutu udara ambien menurut PP No. 41/ 1999 tentang
pengendalian pencemaran udara adalah adalah ukuran bebas atau kadar zat
energi dari atau unsure pencemar yang ditenggang berdasarkan dalam udara
ambien.
Penyebaran polutan udara dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut :
1. Suhu Udara
Suhu udara yang tinggi menyebabkan udara makin renggang sehingga
konsentrasi pencemar semakin rendah, sebaliknya pada suhu rendah keadaan
udara makin padat sehingga konsentrasi pencemar di udara bertambah tinggi.
2. Tekanan Udara
Tekanan udara tertentu dapat mempercepat atau menghambat
terjadinya suatu reaksi kimia antara pencemar di udara atau zat – zat yang ada
di udara, sehingga pencemar udara dapat bertambah maupun berkurang.
3. Kelembaban
Pada kondisi kelembaban yang tingi kadar uap air di udara dapat
bereaksi dengan pencemar udara, atau menjadi pencemar sekunder.
4. Angin
Angin adalah udara yang bergerak akibat pergerakan udara maka akan
terjadi suatu proses penyebaran yang dapat mengakibatkan pengenceran dari
bahan pencemar udara. Sehingga kadar suatu pencemar pada jarak tertentu
8
dari sumbernya akan mempunyai kadar yang berbeda. Demikian juga dengan
arah dan kecepatan aingin dapat mempengaruhi kadar pencemar setempat.
Sumber – sumber pencemar udara dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Pencemaran primer
2. Pencemaran sekunder
Pencemaran primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan
langsung dari pencemaran udara primer, karena ia merupakan hasil dari
pembakaran sampah sedangkan pencemaran sekunder adalah sebuah system
yang kompleks, dinamik, dan rapuh. Belakangan ini pertumbuhan
keprihatinan efek dan emisi polusi udara dalam kompleks global, perubahan
iklim dan deplesi ozon distrahoper semakin meningkat.
Adapun sumber – sumber pencemaran udara adalah :
1. Kegiatan manusia
- Transportasi
- Industri
- Pembangkit listrik
- Pembakaran
2. Sumber alami
- Gunung berapi
- Rawa – rawa
- Kebakaran hutan
Pencemaran udara tidak dapat dihilangkan sama sekali, tetapi hanya dapat
dikurangi atau dikendalikan. Manusia dapat mengakibatkan pencemaran udara,
tetapi juga dapat berperan dalam pengendalian pencemaran udara ini.
Standar – standar batas pencemaran udara secara kuantitatif diatur dalam
Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Mutu Udara Emisi. Baku Mutu Udara
Ambien menunjukkan batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan
9
pencemar terjadi di udara, tetapi tidak menimbulkan gangguan pada makhluk
hidup. Sementara itu, Baku Mutu Udara Emisi menunjukkan kadar yang
diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dikeluarkan dari sumber-
sumber pencemar udara ke udara sehingga tidak mengakibatkan pencemaran yang
melampaui batas Baku Mutu Udara Ambien.
Dengan ketentuan tersebut, perusahaan yang mengeluarkan emisi akan
berusaha untuk menjaga agar sesuai dengan ketentuan tersebut. Secara tidak
langsung, hal ini telah mengendalikan laju pencemaran udara. Pengendalian emisi
dapat dilakukan dengan berbagai alat. Pemilihannya dapat dilakukan dengan
pertimbangan efisiensi, sifat kimiawi pencemar, dan lainnya.
Tabel 2.1 Tabel Mutu Udara Ambien Nasional
No. ParameterWaktu
PemaparanBaku mutu
Metode
AnalisisPeralatan
1.SO2
(Sulfur Dioksida)
1 Jam
24 Jam
1 Thn
900g/Nm3
365 g/Nm3
60 g/Nm3
PerarosanilinSpektrofotometer
2.
CO
(Karbon
Monoksida)
1 Jam
24 Jam
1 Thn
30.000g/Nm3
10.000 g/Nm3 NDIR NDIR Analyzer
3. NO2
1 Jam
24 Jam
1 Thn
400 g/Nm3
150 g/Nm3
100 g/Nm3
Saltzman Spektrofotometri
4. O3 (Oksidan)1 Jam
1 Thn
235 g/Nm3
50 (g/Nm3Chemiluminescent Spektrofotometri
5.HC
(Hidro Karbon)3 Jam 160 (g/Nm3 Flame Ionization
Gas
Chromatografi
6.
PM 10
(Partikel ( 10 (m)
PM 2,5
(Partikel ( 2,5(m)
24 Jam
24 Jam
1 Thn
150 (g/Nm3
65 (g/Nm3
15 (g/Nm3
Gravimetric
Gravimetric
Gravimetric
Hi – Vol
Hi – Vol
Hi – Vol
7.TSP
(Debu)
24 Jam
1 Thn
230 g/Nm3
90 g/Nm3Gravimetric Hi – Vol
10
8.Pb
(Timah Hitam)
24 Jam
1 Thn
2 g/Nm3
1 g/Nm3
Gravimetric
Ekstraktif
Pengabuan
Hi – Vol
AAS
9.Dustfall
(Debu Jatuh)30 Hari
10 Ton/Km2/Bulan
(Pemukiman)
20 Ton/Km2/Bulan
(Industri)
Gravimetric Conister
10.Total Fluorides
(as F)
24 Jam
90 Hari
3 g/Nm3
0,5 g/Nm3
Spesific ion
Ekectrode
Impinger atau
Continous
Analyzer
11. Fluor Indeks 30 Hari
40 g/100 cm2
dari kertas limed
filter
ColourimetricLimed Filter
Paper
12.
Khlorin &
Khlorin Dioksida 24 Jam 150 g/Nm3Spesific ion
Electrode
Impinger atau
Continous
Analyzer
13. Sulphat Indeks 30 Hari
1mg SO3/100 cm3
Dari Lead
Peroksida
ColourimetricLead
Peroxida Candle
Catatan : - (*) PM 2,5 mulai diberlakukan tahun 2003- Nomor 10 s/d 13 hanya diberikan untuk daerah/Kawasan Industri Kimia Dasar
Contoh : Industri Petro KimiaIndustri Pembuatan Asam Sulfat
Sumber : Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999
Beberapa alat pengendali emisi, antara lain sebagai berikut :
1. Filter udara, berguna untuk menyaring partikel yang ikut keluar dari cerobong
agar tidak ikut terlepas ke udara sehingga hanya udara yang bersih yang keluar
ke lingkungan.
2. Pengendap siklon, yaitu pengendap partikel yang ikut dalam emisi dengan
memanfaatkan gaya sentrifugal dari partikel dengan cara partikel diembuskan
ke dinding tabung siklon sehingga partikel yang berat akan mengendap.
3. Pengendapan sistem gravitasi, yaitu ruang panjang yang dilalui partikel
sehingga perlahan-lahan dimungkinkan terjadi pengendapan partikel ke bawah
akibat gaya gravitasi
11
Kualitas udara disampaikan ke masyarakat dalam bentuk Indeks Standar
Pencemaran Udara atau disingkat ISPU. ISPU adalah laporan kualitas udara
kepada masyarakat untuk menerangkan seberapa bersih atau tercemarnya kualitas
udara kita dan sebagaimana dampaknya terhadap kesehatan kita setelah
menghirup udara tersebut selama beberapa jam atau hari. Penetapan ISPU ini
mempertimbangkan tingkat mutu udara terhadap kesehatan manusia, hewan,
tumbuhan, bangunan, dan nilai estetika. Berdasarkan keputusan Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) No. Kep. 107 Tahun 1997.
Penyampaian ISPU kepada masyarakat dapat dilakukan melalui media massa dan
elektronika serta papan peraga di tempat umum. ISPU ditetapkan berdasarkan 5
pencemaran udara, yaitu : CO, SO3, NO2, ozon (permukaan O3), dan partikel debu
(PM10).
Tabel 2.2 Parameter Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dan Periode Pengukuannya
No. PARAMETER WAKTU PENGUKURAN
1. Partikulat (PM10
) 24 Jam (periode pengukuran rata-rata)
2. Sulfur Diokasida (SO2) 24 Jam (periode pengukuran rata-rata)
3. Carbon Monoksida (CO) 8 Jam (periode pengukuran rata-rata)
4. Ozon (O3) 1 Jam (periode pengukuran rata-rata)
5 Nitrogen Dioksida (NO2) 1 Jam (periode pengukuran rata-rata)
Sumber : Kep – 107/Kabapedal/21/1997
12
Tabel 2.3 Angka dan Kategori ISPU
Indeks Kategori Dampak Kesehatan
0 – 50 Baik Tidak memberikan dampak bagi kesehatan
manusia atau hewan
51 – 100 Sedang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia
ataupun hewan tetapi berpengaruh pada
tumbuhan yang peka
101 – 199 Tidak Sehat bersifat merugikan pada manusia ataupun
kelompok hewan yang peka atau dapat
menimbulkan kerusakan pada tumbuhan
ataupun nilai estetika
200 – 299 Sangat tidak sehat kualitas udara yang dapat merugikan
kesehatan pada sejumlah segmen populasi
yang terpapar
300 - 500 Berbahaya kualitas udara berbahaya yang secara
umum dapat merugikan kesehatan yang
serius pada populasi (misalnya iritasi mata,
batuk, dahak dan sakit tenggorokan)
Sumber : Kep – 107/Kabapedal/21/1997
Dengan ketentuan tersebut, perusahaan yang mengeluarkan emisi akan
berusaha untuk menjaga agar sesuai dengan ketentuan tersebut. Secara tidak
langsung, hal tersebut telah dapat mengendalikan laju pencemaran udara.
Pengendalian emisi dapat dilakukan dengan berbagai alat. Pemilihannya dapat
dilakukan dengan pertimbangan efisiensi, sifat kimiawi pencemar, dan lainnya.
Beberapa alat pengendali emisi, antara lain, sebagai berikut
1. Filter udara berguna untuk menyaring partikel yang ikut keluar dari cerobong
agar tidak ikut terlepas ke udara sehingga hanya udara yang bersih yang keluar
ke lingkungan.
13
2. Pengendap siklon, yaitu pengendap partikel yang ikut dalam emisi dengan
memanfaatkan gaya sentrifugal dari partikel dengan cara partikel diembuskan
ke dinding tabung siklon sehingga partikel yang berat akan mengendap.
3. Pengendap sistem gravitasi, yaitu ruang panjang yang dilalui partikel sehingga
perlahan-lahan dimungkinkan terjadi pengendapan partikel ke bawah akibat
gaya gravitasi.
4. Pengendap elektrostatika, berguna untuk mengendapkan partikel di bawah
diameter 5 mikrometer dan paling efektif digunakan pengendap elektrostatik.
Dengan alat ini, volume udara yang dibersihkan dapat dalam jumlah yang
besar.
5. Pengendap elektrostatik Filter basah, scrubber, atau wet collectors, berguna
untuk kan udara bersih dari pencemar nonpartikel. Kerja alat ini adalah dengan
menggunakan larutan penyerap. Pencemar nonpartikel dilewatkan dalam
larutan penyerap sehingga larutan akan menyerap pencemar nonpartikel
tersebut.
Selain itu, ada beberapa pencemar yang dikelola secara khusus, misalnya,
sebagai berikut.
6. Pengendalian sulfur dioksida (SO2)
Pengendalian SO2 dilakukan dengan mengurangi penggunaan bahan
bakar bersulfur tinggi, seperti batu bara dengan bahan bakar yang lebih bersih
untuk lingkungan.
7. Pengendalian oksida nitrogen (NO2)
Cara yang paling tepat untuk menghindari terjadinya pencemaran NO2
adalah dengan menghindari penggunaan bahan bakar fosil.Secara garis besar,
upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya pencemaran
udara adalah:
a. mengurangi atau mengganti bahan bakar rumah tangga yang berasal dari
fosil dengan bahan bakar yang ramah lingkungan;
b. tidak menggunakan barang-barang rumah tangga yang mengandung CFC;
14
c. tidak merokok di dalam ruangan;
d. mencegah terjadinya kebakaran hutan, perusakan hutan, dan penggundulan
hutan;
e. menanam tumbuhan hijau di sekitar rumah dan berpartisipasi dalam
penghijauan dan reboisasi;
f. adanya peraturan yang mengharuskan membuat cerobong asap bagi
industri dan pabrik
Berdasarkan asal dan perkembangannya di udara, udara dapat dibedakan
menjadi :
1. Pencemar udara primer
Yaitu semua pencemar di udara yang ada dalam bentuk yang hampir
tidak berubah, sama seperti pada saat dibebaskan dari sumbernya sebagai hasil
dari suatu proses tertentu. Pencemar udara dapat digolongkan menjadi lima
kelompok berikut :
- Karbon Monoksida (CO)
- Nitrogen Dioksida (Nox)
- Hidrokarbon (HC)
- Sulfur Oksida (Sox)
- Partikel
2. Pencemar udara sekunder
Yaitu semua pencemar di udara yang sudah berubah karena reaksi
tertentu antara dua atau lebih kontaminan atau polutan. Umumnya polutan
sekunder tersebut merupakan hasil antara polutan primer dengan polutan yang
lain yang ada di udara, misalnya pembentukan ozon yang terjadi antara
molekul hidrokarbon yang ada di udara dengan Nox.
15
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Waktu
Adapun waktu praktikum Kebisingan yaitu pada :
Hari/ Tanggal : Sabtu, 14 Juni 2014
Pukul : 13.00 – 14.00 wita
3.1.2 Tempat
Lokasi praktikum uji kualitas udara ini kami lakukan di Jl.
M.T.Haryono, tepat depan BNI syariah, Kendari.
3.2 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
3.2.1 Portable Gas Analyzer
Gambar 3.1 Portable Gas Analyzer
16
3.2.2 Stopwatch
Gambar 3.2 Stopwatch
3.2.3 Gps
Gambar 3.3 GPS
3.2.4 Alat penunjang lainnya (blanko survey, alat tulis)
Gambar 3.4 Alat Penunjang Pemantauan
17
3.3 Kegunaan Alat
Adapun kegunaan alat pengukuran uji kualitas udara antara lain :
a. Portable Gas Analyzer, berfungsi untuk mengetahui tingkat kualitas udara
pada lokasi yang menjadi sampel.
b. Stopwatch, berfungsi untuk menghitung waktu selama praktikum
berlangsung.
c. GPS, berungsi untuk memberikan informasi koordinat lokasi pengukuran.
d. Blanko Survey, berfungsi sebagai tempat peralatan peta pemantauan
e. Alat tulis, berfungsi sebagai alat pencatat pada blanko survey.
3.4 Prosedur Percobaan
3.4.1 Pemantauan Otomatis
Adapun prosedur percobaan analisa pemantauan kualitas udara secara
otomatis, antara lain :
1. Pasang perangkat gas analyzer dititik pengukuran.
2. Nyalakan alat dengan menekan on selama 2 detik.
3. Setting pengaturan alat.
4. Mengarahkan sensor ke arah area pengukuran udara.
5. Amati dan catat nilai - nilai paraameter setiap 1 menit sekali selama
1 jam.
6. Cetak hasil pengamatan yang terdiri dari measure valve, calwlated,
dan COMBS. GAS : NATURAL GAS.
3.4.2 Pemantauan Manual (Kinerja Lalulintas)
Adapun prosedur percobaan, analisa pemantauan kualitas
udara secara manual, antara lain :
1. Survey volume lalulintas
18
Melakukan survey lalulintas dalam waktu 1 jam pada jam puncak.
2. Survey kecepatan lalulintas
Melakukan survey kecepatan lalulintas dengan pengamatn sampel 5
kendaraan untuk setiap jenis selama 1 jam pada jam puncak.
3. Analisa Data
Melakukan teknik analisis data dan pendekatan kuantitatif dengan
menggunakan rumus perrsamaan dari Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI 1997) dan untuk menentukan jumlah kadar
polutan maka secara umum metode yang diterapkan analisis.
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Pemantauan Otomatis
Hari/Tanggal : Sabtu, 14 Juni 2014
Waktu : 12.00-13.00 Wita
Cuaca : Cerah
Lokasi : Depan Lippo Plaza Kendari
Koordinat : 0445875 ; 9558658
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Kualitas Udara
Parameter
Data Pengukuran Tiap 15 Menit Rata-Rata Nilai
Selama60 MenitI II III IV
Min Max Min Max Min Max Min Max Min Max
Tf (ºC) 33.4 35 32.8 35.3 34.6 38.3 34.4 38.7 32.8 38.7
Ta (ºC) 33.2 34.1 34.2 35.9 34.6 38.3 38.2 39 33.2 39
CO (PPM) 3 0 2 0 4 0 3 0 4
NO (PPM) 1 1 2 2 2 2 3 0 3
NOx (PPM) 1 1 3 2 2 2 3 0 3
CO (μg/m3) 3000 0 2000 0 4000 0 3000 0 4000
NO (μg/m3) 1000 1000 2000 2000 2000 2000 3000 0 3000
NOx (μg/m3) 1000 1000 3000 2000 2000 2000 3000 0 3000
Sumber : Hasil Pembacaan Alat Portable Gas Analyzer
18
4.1.2 Pemantauan Manual (Kinerja Lalulintas)
Table 4.2 hasil pemantauan Kinerja Lalulintas
Waktu CO HC NOx PM CO HC NOx PM
(PPM) (PPM) (PPM) (PPM) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3)
08.00-09.00 5.06 841.10 390.31 19.39 5062.29 841.10 390.31 19416.02
09.00-10.00 6.11 1042.10 483.32 21.89 6107.20 1042.10 483.32 21914.14
11.00-12.00 10.94 1692.15 789.82 30.00 10938.37 1692.15 789.82 30034.66
12.00-13.00 15.87 2385.48 1141.03 39.31 15868.91 2385.48 1141.03 39351.20
13.00-14.00 13.19 2047.53 963.21 38.29 13190.31 2047.53 963.21 38333.70
16.00-17.00 7.84 1306.99 607.54 29.01 7843.99 1306.99 607.54 29038.43
17.00-18.00 8.31 1394.56 624.84 26.44 8305.28 1394.56 624.84 26473.26
19
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pemantauan Manual (Portable Gas Analyzer)
Dalam praktikum pemantauan kualitas udara ini kami
menggunakan alat gas analyzer E4400 guna untuk mengetahui
komponen pencemar udara berdasarkan konsentrasi temperatur ( Tf dan
Ta), CO, NO, dan Nox, sehingga dapat diketahui penyebab pencemaran
polutan udara serta komponen – komponen pencemar udara polutan
berupa dampaknya terhadap lingkungan dari hasil pengukuran terhadap
titik pengukuran.
Dalam pengukuran atau pemantauan kualitas udara, kami amati
dalam waktu 1 menit selama 1 jam, sehingga diperoleh hasil
pengukuran berdasarkan parameter yang digunakan dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Temperatur udara (Ta)
Temperatur udara adalah tingkat atau derajat panas dari
kegiatan molekul dalam atmosfer, berdasarkan hasil pemantauan
otomatis dengan alat Gas Analyzer diperoleh temperatur udara pada
15 menit pertama dengan nilai MIN = 30 °C dan MAX = 33.2 °C
hingga 15 menit terakhir dengan nilai MIN = 38.2 °C dan nilai MAX
= 39 °C. Sehingga dapt kita ketahui nilai rata-rata selama satu jam
yakni MIN sebesar 33.2°C dan nilai Max sebesar 39°C. Nilai
temperatur udara berfrekuensi tak menentu, hal ini disebabkan oleh
keadaan yang tak menentu dan kondisi lingkungan yang berada
dekat dengan pepohonan.
b. Temperatur asap (Tf)
Untuk temperatur asap, berdasarkan hasil pemantauan
otomatis dengan alat Gas Analyzer diperoleh nilai untuk pemantauan
20
15 menit pertama yaitu MIN = 33.4 °C dan MAX = 35 °C sedangkan
untuk menit terakhir dalam kurun waktu 1 jam diperoleh nilai MIN =
34.4 °C dan MAX 38.7 °C, sehingga nilai rata-rat selama 1 jam,
nilai MIN = 32.8 °C dan MAX = 38.7 °C. Sama halnya dengan
temperatur udara, penyebab temperatur udara yang tak menentu
disebabkan karena kondisi lingkungan dan cuaca
c. Karbon Monoksida (Co)
Berdasarkan hasil pemantauan otomatis diperoleh nilai 4000
µmg/Nm3, dibandingkan dengan baku mutu udara ambient nasional
nilai parameter pemantauan lebih besar dari 3000 µmg/Nm3.
Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
1999. Sehingga kadar CO depan bank syariah mandiri dan lippo
Plaza Kendari termasuk dalam katergori tercemar dan dalam kondisi
stabil.
d. Nitrogen Monoksida (NO)
Berdasarkan hasil pemantauan otomatis diperoleh nilai NO
adalah 3000 µmg/Nm3. Dibandingkan dengan baku mutu udara
ambient nasional nilai parameter pemantauan lebih besar dari 400
µmg/Nm3. Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 1999. Sehingga kadar NO depan bank syariah
mandiri dan lippo Plaza Kendari termasuk dalam Kurang baik untuk
kesehatan manusia.
e. Nitrogen Dioksida (NOx)
Berdasarkan hasil pemantauan otomatis diperoleh nilai NO
adalah 3000 µmg/Nm3. Dibandingkan dengan baku mutu udara
ambient nasional nilai parameter pemantauan lebih besar dari 400
µmg/Nm3. Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 1999. Sehingga kadar NOX depan bank syariah
21
mandiri dan lippo Plaza Kendari termasuk dalam Kurang baik untuk
kesehatan manusia.
4.2.2 Pemantauan Manual (Kinerja Lalu lintas)
Pemantauan manual untuk mencari nilai pencemar lingkungan
dilakukan dengan cara menghitung volume lalu lintas dan kecepatan
lalu lintas pada jalur kiri dan kanan di jalan poros Wua-wua – Pasar
Baru, dengan titik pengukuran pertama di depan BNI Syariah Kendari
dan depan LIPPO PLAZA.
Data yang diperoleh dari pemantauan manual selama 2 jam,
diolah untuk mencapai nilai konsentrasi polutan dalam satuan Mg/Nm3
dengan menggunakan metode malkamah. Hasil yang diperoleh berupa
parameter CO, HC, Nox, dan PM, dengan hasil hitungan atau analisa
data pada tabel 4.2 terlihat bahwa tingginya parameter – parameter
tersebut terjadi pada jam puncak kegiatan sehingga banyaknya kadar
polutan terjadi pada jam tersebut.
a. Karbon Monoksida
Karbon Monoksida merupakan salah satu bahan pencemar
yang terutama terdapat di dalam gas buangan kendaraan bermotor.
Dari hasil pemantauan kami di depan BNI Syariah Kendari diperoleh
nilai 5,06 ppm dan 5062,29 dalam Mg/Nm3, jika dibandingkan
dengan baku mutu udara ambien nasional, parameter pemantauan
lebih kecil dari 30000 Mg/Nm3 menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999. Hal ini menunjukkan bahwa
kandungan CO di wilayah tersebut masih dalam keadaan stabil.
b. Hidrokarbon (HC)
Hidrokarbon adalah bahan pencemar udara yang dapat
berbentuk gas, cairan, maupun padatan. HC atau Hidrokarbon dapat
22
berasal dari proses industri yang diemisikan ke udara dan kemudian
merupakan sumber fotokimia dari ozon. Berdasarkan pemantauan,
diperoleh nilai 841,1 ppb atau 841,1 Mg/Nm3 ; kandungan ini tidak
terlalu berpengaruh terhadap kesehatan karena nilainya yang lebih
kecil dari 100 ppm sehingga masih dalam keadaan stabil.
c. Nitrogen Dioksida (Nox)
Kandungan Nox di sekitar BNI syariah berdasarkan hasil
pemantauan manual diperoleh nilai 390,31 Mg/Nm3, dibandingkan
dengan baku mutu udara ambien nasional nilai parameter
pemantauan lebih kecil dari standar yang ditentukan yaitu 400
Mg/Nm3 (pengukuran 1 jam) sehingga kandungan Nox di wilayah
tersebut dapat dikatakan stabil.
d. Particulate Matter (PM)
Particulate Matter adalah istilah untuk partikel padat atau cair
yang ditentukan di udara. Berdasarkan pemantauan manual diperoleh
nilai PM yaitu 19416,02 Mg/Nm3. Nilai ini cukup besar jika
dibandingkan dengan standar kesehatan berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun 1999 untuk PM adalah
150 Mg/Nm3. Hal ini menandakan bahwa kandungan nilai PM di
sekitar BNI syariah tidak stabil.
23
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pemantauan kualitas udara adalah sebagai
berikut :
1. Diperoleh kadar polutan dari kinerja lalulintas pada pukul 12.00 –
13.00 wita yaitu :
- CO = 15868.91 μg/Nm3
- HC = 2385.45 μg/Nm3
- NOX = 1141.03 μg/Nm3
- PM = 39351.20 μg/Nm3
2. Diperoleh konsentrasi polutan udara melalui alat gas analyzer pada
pukul 12.00 – 13.00 wita yaitu :
- CO = 4000
- NO = 3000
- NOX = 3000
3. Dari hasil pemantauan kualitas udara secara otomatis (gas analyzer)
dan manual (kinerja lalulintas) untuk konsentrasi polutan CO maupun
NOX sangat signifikan dimana CO adalah 11868.91 μg/Nm3 dan NO
adalah 1858.97 μg/Nm3.
5.2 Saran
Setelah melakukan praktikum uji kualitas udara maka kami
menyarankan untuk menghijaukan daerah sekitas Lippo Plaza agar
pencemaran udara akibat aktivitas lalulintas dapat diminimalisir.
DAFTAR PUSTAKA
Hasim, Kamadi. 2014. Modul isi Kualitas udara. Laboratorium penyehatan
lingkungan. Universitas Halu Oleo. Kendari
Peraturan pemerintah Republik Indonesia no 41 tahum 1999 tentang pengendalian
pencemaran udara.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no. 45 tahun 1997 tentang indeks
standar pencemar udara.
http://www. Hiajuku.com/ kategori/ produk/2014/06/01
http://www.obatherbal.biz/polusi-udara-di-perkotaan picuhipertensi /2014/06.Januari .
TABEL KOMPOSISI UDARA BERSIH
Tabel Mutu Udara Ambien Nasional
No. ParameterWaktuPemaparan
Baku mutuMetodeAnalisis
Peralatan
1.SO2
(Sulfur Dioksida)
1 Jam24 Jam1 Thn
900g/Nm3
365 g/Nm3
60 g/Nm3
PerarosanilinSpektrofotometer
2.CO(KarbonMonoksida)
1 Jam24 Jam1 Thn
30.000g/Nm3
10.000 g/Nm3 NDIR NDIR Analyzer
3. NO2
1 Jam24 Jam1 Thn
400 g/Nm3
150 g/Nm3
100 g/Nm3Saltzman Spektrofotometri
4. O3 (Oksidan)1 Jam1 Thn
235 g/Nm3
50 (g/Nm3 Chemiluminescent Spektrofotometri
5.HC(Hidro Karbon)
3 Jam 160 (g/Nm3 Flame IonizationGasChromatografi
6.
PM 10(Partikel ( 10 (m)
PM 2,5(Partikel ( 2,5(m)
24 Jam
24 Jam1 Thn
150 (g/Nm3
65 (g/Nm315 (g/Nm3
Gravimetric
GravimetricGravimetric
Hi – Vol
Hi – VolHi – Vol
7.TSP(Debu)
24 Jam1 Thn
230 g/Nm3
90 g/Nm3 Gravimetric Hi – Vol
8.Pb(Timah Hitam)
24 Jam1 Thn
2 g/Nm3
1 g/Nm3
GravimetricEkstraktifPengabuan
Hi – Vol
AAS
9.Dustfall(Debu Jatuh)
30 Hari
10 Ton/Km2/Bulan(Pemukiman)
20 Ton/Km2/Bulan(Industri)
Gravimetric Conister
10.Total Fluorides(as F)
24 Jam90 Hari
3 g/Nm3
0,5 g/Nm3Spesific ionEkectrode
Impinger atauContinousAnalyzer
11. Fluor Indeks 30 Hari40 g/100 cm2
dari kertas limedfilter
ColourimetricLimed FilterPaper
12.Khlorin &Khlorin Dioksida 24 Jam 150 g/Nm3 Spesific ion
Electrode
Impinger atauContinousAnalyzer
13. Sulphat Indeks 30 Hari1mg SO3/100 cm3
Dari LeadPeroksida
ColourimetricLeadPeroxida Candle
Catatan : - (*) PM 2,5 mulai diberlakukan tahun 2003- Nomor 10 s/d 13 hanya diberikan untuk daerah/Kawasan Industri Kimia Dasar
Contoh : Industri Petro KimiaIndustri Pembuatan Asam Sulfat
BAKU MUTU EMISI GAS BUANG KENDARAANBERMOTOR
No. Jenis KendaraanBermotor
Jenis Bahan Bakar
Baku Mutu Udara Emisi
CO
% volume
NOx
ppm
HC
ppm
Asap
%
1 MobilPenumpang
- Bensin/Premix
- Solar- BBM 2 Tak- Gas
4,50
4,00
4,50
3,00
1.200
1.200
1.200
-
1.200
1.200
1.200
-
-
40
20
-
2 Mobil Barang - Bensin/Premix
- Solar- Gas
4,50
4,00
3,00
1.200
1.200
-
1.200
1.200
-
-
40
-
3 Mobil Bus - Bensin/Premix
- Solar- Gas
4,50
4,00
3,00
1.200
1.200
-
1.200
1.200
-
-
40
-
4 Sepeda Motor - Bensin/Premix
- BBM 2 Tak
4,50
4,50
2.500
3.000
2.300
2.800
-
-
Catatan :Bilangan oktana kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin ( 87 )Bilangan oktana kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar/diesel ( 45 )
PENGARUH INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA UNTUK SETIAPPARAMETER PENCEMAR
Kategori
Rentang
CarbonMonoksida(CO)
Nitrogen(NO2) Ozon O3
SulfurDioksida(SO2)
Partikulat
Baik 0-50 Tidak ada efek Sedikitberbau
Luka padaBeberapaspesiestumbuhanakibatKombinasidenganSO2(Selama 4Jam)
Luka padaBeberapaspesiestumbuhanakibatkombinasidengan O3(Selama 4Jam)
Tidak adaefek
Sedang 51 -100
Perubahankimia darahtapi tidakterdeteksi
Berbau Luka padaBabarapaspesiestumbuhan
Luka padaBeberapaspesieslumbuhan
Terjadipenurunanpada jarakpandang
TidakSehat
101 -199
Peningkatanpadakardiovaskularpada perokokyang sakitjantung
Bau dankehilanganwarna.Peningkatanreaktivitaspembuluhtenggorokan padapenderitaasma
Penurunankemampuan pada atlityangberlatihkeras
Bau,Meningkatnyakerusakantanaman
Jarakpandangturun danterjadipengotoran debu dimana-mana
SangatTidakSehat
200-299
Maningkatnyakardiovaskularpada orangbukan perokokyangberpanyakitJantung, danakan tampakbeberapakalemahanyang terlihatsecara nyata
Meningkatnyasensitivitas pasienyangberpenyaklt asmadanbronhitis
Olah ragaringanmangakibatkanpengaruhparnafasanpadapasienyangberpenyaklt paru-parukronis
Meningkatnyasensitivitas padapasienberpenyakit asthmadanbronhitis
Meningkatnyasensitivitas padapasienberpenyakit asthmadanbronhitis
Berbahaya
300 -lebih
Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar
BATAS INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA DALAMSATUAN SI
a). Dalam bentuk tabel
IndeksStandar
PencemarUdara
24 jamPM10 ug/m3
24 JamSO2 ug/m3
B jam COug/m3
1 jam O3mg/m3
1 jam NO2ug/m3
10 50 80 5 120 (2)
100 150 365 10 235 (2)
200 350 800 17 400 1130
300 420 1600 34 800 2260
400 500 2100 46 1000 3000
500 600 2620 57.5 1200 3750
b). Dalam bentuk grafik
Lokasi Pengamatan Kualitas Udara
Sketsa lokasi pemantauan kualitas udara
t=9.3l=13
t = 9.3l = 13
t = 9.3l = 13.9
t = 10l = 13.9 t=7.7
l=12.4
t=7l=3
t=6.2l=10
t=9.3l=6.2
t=10l=6.2
t=9.3l=6.2
t= 4L= 3 t=6.2
l=4.6t= 10L= 3
t = 9.9l = 8.5 t= 13.2
L = 14.8t= 49l= 1 t= 10
l= 2 t= 8.5l= 2
t= 9.9l= 8.5
t = 9.3l = 9.3
t= 11.5l = 11.5
DOKUMENTASI PRAKTIKUM UJI KUALITAS UDARADOKUMENTASI PRAKTIKUM UJI KUALITAS UDARADOKUMENTASI PRAKTIKUM UJI KUALITAS UDARA
Data Pengamatan/Pengukuran Uji Kualitas Udara
Hari : Sabtu, 14 Juni 2014Waktu : 07.00 - 08.00 WITALokasi : Jl. MT. Haryono, Depan BNI Syariah (Segmen 1,titik1)Cuaca : Berawan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30O2
CO2
Tf 24.78 24.9 24.6 24.9 25 25.2 25.2 24.9 24.9 25.1 24.6 24.7 25 24.7 24.9 25.5 25.2 25 25.2 25.2 25.4 25.3 25.4 25.1 25.3 25.3 25.3 25.2 25.5 25.3Ta 26.2 26.2 26.2 26.2 26.2 26.2 26.2 26.2 26.2 26.2 26.2 26.3 26.3 26.3 26.3 26.3 26.3 26.3 26.3 26.3 26.4 26.4 26.4 26.5 26.5 26.5 26.6 26.6 26.7 26.7CO 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0NO 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0NOX 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60O2
Parameter Data Ke-
Parameter Data Ke-
O2
CO2
Tf 25.2 25.5 25.3 25.3 25.3 25.3 25.4 25.4 25.4 25.4 25.3 25.2 25.3 25.5 25.3 25.5 25.5 25.6 25.7 26.2 26 25.5 25.5 25.6 25.7 25.8 26 26.3 26 26.3Ta 26.7 26.8 26.8 26.9 26.9 27 27 27 27.1 27.1 27.2 27.2 27.2 27.3 27.3 27.3 27.3 27.4 27.5 27.5 27.5 27.5 27.6 27.6 27.6 27.7 27.7 27.8 27.8 27.8CO 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0NO 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0NOX 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Catatan :Koordinatx = 0445923 Ey =9558619 SData Pengukuran diambil setiap 1 menit selama 1 jam dengan menggunakan Portablel Gas Analyzer BTU 4400Satuan Pengukuran dalam ppm (part per millon)
Data Pengamatan/Pengukuran Uji Kualitas Udara
Hari : Sabtu, 14 Juni 2014Waktu : 08.00 - 09.00 WITALokasi : Jl. MT. Haryono, Depan BNI Syariah (Segmen1,titik2)Cuaca : Berawan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30O2
CO2
Tf 26 26 26 26,1 26,2 26,2 26,2 26,3 26,2 26,2 26,1 26,4 26,4 26,5 26,6 26,4 26,5 26,4 26,3 26,3 26,4 26,4 26,2 26,3 27,2 26,6 27,1 23,3 27,1 27,0Ta 28 27 27,9 27,8 27,8 27,7 27,7 27,6 27,6 27,5 27,5 27,5 27,4 27,4 27,4 27,4 27,4 27,4 27,4 27,4 27,4 27,4 27,4 27,4 27,4 27,4 27,4 27,5 27,5 27,5CO 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0NO 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0NOX 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60O2
Parameter Data Ke-
Parameter Data Ke-
O2
CO2
Tf 27,7 26,7 27,4 26,9 27,5 27,3 27,8 27,7 27,6 27,8 27,8 27,8 27,3 27,8 27,3 26,6 27,6 28,2 27,9 27,8 27,6 27,8 27,8 28,0 28,5 28,9 28,4 28,3 28,4 28,1Ta 27,6 26,7 27,6 27,7 27,7 27,7 27,8 27,8 27,9 28,0 28,0 28,1 28,1 28,1 28,1 28,1 28,2 28,2 28,2 28,2 28,2 28,3 28,3 28,4 28,4 28,5 28,5 28,6 28,6 28,6CO 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0NO 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0NOX 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Catatan :Koordinatx = 0445917 Ey = 9558609 SData Pengukuran diambil setiap 1 menit selama 1 jam dengan menggunakan Portablel Gas Analyzer BTU 4400Satuan Pengukuran dalam ppm (part per millon)
Data Pengamatan/Pengukuran Uji Kualitas Udara
Hari : Sabtu, 14 Juni 2014Waktu : 12.00 - 13.00 WITALokasi : Jl. MT. Haryono, Depan Lippo Plaza (Segmen1,titik3)Cuaca : Cerah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30O2
CO2
Tf 35 33.7 34.3 33.7 34.6 34.1 34.7 33.9 34 33.5 34.2 34.2 34.4 33.4 33.5 35.3 34.3 35.2 33.6 32.9 32.8 33.9 35.1 34.6 34 34.6 34.7 34.8 33.8 34.5Ta 33.2 33.2 33.3 33.4 33.5 33.6 33.6 33.7 33.8 33.9 34 34.1 34.1 33.5 33.4 34.4 34.5 34.5 34.6 34.2 34.8 34.9 35.1 35.2 35.4 35.5 35.5 35.6 35.9 35.9CO 2 0 0 0 0 0 0 0 1 3 0 0 1 0 0 2 0 1 0 0 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0NO 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1NOX 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 3
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60O2
Parameter Data Ke-
Parameter Data Ke-
O2
CO2
Tf 34.8 35.4 34.6 36.2 34.8 35.4 35.6 36.4 36.9 36.5 36.1 35.4 35.6 35.3 38.3 38.7 35.4 36.5 35.4 35.6 35.6 36.2 35.1 34.4 35.2 35.5 35.1 35.6 36.1 36Ta 35.9 36 36.1 36.3 36.6 37.2 37.8 34.6 38.4 38.4 38.3 38.2 38.2 38.2 38.2 38.5 38.4 38.2 38.4 38.3 38.3 38.6 38.7 38.9 39 38.9 39 38.9 38.9 38.6CO 0 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 0 4 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 3NO 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3NOX 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3Catatan :
Koordinatx = 0445875 Ey = 9558658 SData Pengukuran diambil setiap 1 menit selama 1 jam dengan menggunakan Portablel Gas Analyzer BTU 4400Satuan Pengukuran dalam ppm (part per millon)
Data Pengamatan/Pengukuran Uji Kualitas Udara
Hari : Sabtu, 14 Juni 2014Waktu : 13.00 - 14.00Lokasi : Jl. MT. Haryono, Depan Lippo Plaza Kendari (Segmen1,titik3)Cuaca : Cerah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30O2
CO2
Tf 35.8 35.9 36.9 36.3 36.2 37.7 36.3 37.4 37.9 35.9 35.8 36.7 36.1 37.8 35.4 37.9 36.7 36.9 37.1 37.8 34.6 34.2 35.2 36 35.6 37 35.3 36 35.4 38.3Ta 37.1 37.1 37.1 37.1 37.1 37.1 37.2 37.2 37.3 37.3 37.4 37.5 37.6 37.7 37.8 37.9 38.1 38.1 38.2 38.3 38.4 38.5 38.5 38.6 38.6 38.6 38.6 38.6 38.6 38.5CO 1 2 1 1 0 1 2 1 1 1 0 0 1 10 1 8 1 3 1 0 0 2 2 3 2 1 0 2 2 1NO 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1NOX 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60O2
Parameter Data Ke-
Parameter Data Ke-
O2
CO2
Tf 33.6 33.7 35.3 34.1 34.8 34.4 33.6 36.6 34.2 35.3 33.8 33.4 34.1 33.7 33.4 34.2 33 33.5 32.7 33.5 34 33.4 33.4 34.4 34.8 36 34.7 35.3 35.8 34.5Ta 38.3 38.3 38.3 38.1 38 37.9 37.8 37.8 37.7 37.6 37.5 37.4 37.3 37.2 37.1 37 36.9 36.8 36.8 36.7 36.7 36.6 36.6 36.6 36.6 36.6 36.6 36.6 36.6 36.6CO 0 1 9 1 5 3 1 1 1 7 2 2 6 4 8 2 8 2 1 3 4 1 2 2 0 3 1 3 3 4NO 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1NOX 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
Catatan :Koordinatx = 0445875 Ey = 9558658 SData Pengukuran diambil setiap 1 menit selama 1 jam dengan menggunakan Portablel Gas Analyzer BTU 4400Satuan Pengukuran dalam ppm (part per millon)
Data Pengamatan/Pengukuran Uji Kualitas Udara
Hari : Sabtu, 14 Juni 2014Waktu : 16.00 - 17.00Lokasi : Jl. MT. Haryono, Depan Lippo Plaza Kendari (Segmen1,titik4)Cuaca : Cerah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30O2
CO2
Tf 31.4 30.9 31.3 31.5 31.2 31.5 31.4 31.2 30.9 31.2 30.9 31 30.9 31 31.5 31.3 31.1 31 31.2 31.3 30.7 31.3 30.9 30.8 30.6 30.9 30.8 30.6 30.7 31.2Ta 32.6 32.1 32.2 32.2 32.3 32.4 32.5 32.5 32.6 32.6 32.6 32.6 32.6 32.6 32.6 32.6 32.6 32.6 32.6 32.6 32.6 32.6 32.6 32.6 32.6 32.6 32.6 32.6 32.6 32.6CO 0 1 3 2 3 4 3 0 0 0 3 0 1 1 1 2 3 0 1 2 0 1 2 0 0 0 0 4 1 2NO 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0NOX 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60O2
Parameter Data Ke-
Parameter Data Ke-
O2
CO2
Tf 30.9 30.7 30.9 30.7 31 30.8 31.4 31 30.7 30.5 30.6 30.8 30.7 30.9 32.7 30.8 31.4 31 31 31.1 30.6 30.9 30.8 30.5 30.6 30.6 30.5 30.5 31 30.4Ta 32.6 32.7 32.7 32.7 32.6 32.7 32.7 32.7 32.7 32.7 32.7 32.7 32.7 32.7 32.7 32.7 32.7 32.7 32.7 32.7 32.7 32.7 32.7 32.7 32.7 32.7 32.7 32.6 32.6 32.6CO 1 1 0 0 1 4 0 0 0 2 3 3 2 0 0 0 1 7 4 1 0 2 2 2 2 0 1 1 7 0NO 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1NOX 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Catatan :Koordinatx = 0445764 Ey =9558706 SData Pengukuran diambil setiap 1 menit selama 1 jam dengan menggunakan Portablel Gas Analyzer BTU 4400Satuan Pengukuran dalam ppm (part per millon)
Data Pengamatan/Pengukuran Uji Kualitas Udara
Hari : Sabtu, 14 Juni 2014Waktu : 17.00 - 18.00 WITALokasi : Jl. MT. Haryono, Depan Lippo Plaza Kendari (Segmen1,titik4)Cuaca : Cerah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30O2
CO2
Tf 30.6 30.7 30.3 30.3 30.1 30.6 30.4 30.4 30.2 30.2 30.4 30.5 30.2 30.6 30.2 30 30.4 30.5 30.2 30 30.3 30.4 30.4 30.2 30.1 29.9 30.2 29.9 30 29.9Ta 32.5 32.5 32.5 32.4 32.4 32.3 32.3 32.3 32.2 32.2 32.2 32.1 32.1 32.1 32 32 32 32 32 32 31.9 31.9 31.9 31.9 31.9 31.9 31.9 31.9 31.8 31.8CO 7 2 2 0 2 2 1 1 2 4 0 2 1 2 1 1 4 4 7 4 1 4 2 5 1 1 2 9 1 5NO 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1NOX 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60O2
Parameter Data Ke-
Parameter Data Ke-
O2
CO2
Tf 30.1 30.2 29.9 30.1 30.1 30 29.7 29.8 30 29.7 30.6 30 30.2 30.1 29.7 29.8 30 30.1 30 30.1 30 29.7 29.9 29.8 29.9 29.7 29.7 29.9 29.8 29.9Ta 31.8 31.8 31.7 31.7 31.7 31.7 31.6 31.6 31.6 31.6 31.5 31.5 31.5 31.5 31.5 31.5 31.5 31.5 31.5 31.5 31.5 31.5 31.5 31.5 31.5 31.5 31.5 31.4 31.4 31.4CO 27 6 3 3 2 4 5 4 1 2 13 3 3 3 1 2 2 3 0 1 1 3 2 1 3 1 1 2 3 3NO 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1NOX 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
Catatan :Koordinatx = 0445764 Ey =9558706 SData Pengukuran diambil setiap 1 menit selama 1 jam dengan menggunakan Portablel Gas Analyzer BTU 4400Satuan Pengukuran dalam ppm (part per millon)
Form – Survei Volume Lalulintas Form – Survei Volume Lalulintas
Tim Pelaksana : Kelompok 01 - 06 Tim Pelaksana : Kelompok 01 - 06Lokasi : Depan Lippo Plaza Lokasi : Depan Lippo PlazaNama Jalan : Jl. MT. Haryono Nama Jalan : Jl. MT. HaryonoTanggal : Sabtu, 14 Juni 2014 Tanggal : Sabtu, 14 Juni 2014Cuaca : Cerah Cuaca : CerahArah Dari : Ps. Baru Ke Arah : Wua-wua Arah Dari : Wua-wua Ke Arah : Ps. Baru
Ringan (LV) Berat (HV) Motorcycle (MC) Ringan (LV) Berat (HV) Motorcycle (MC)
(kend/jam) (kend/jam) (kend/jam) (kend/jam) (kend/jam) (kend/jam)
07.00 - 07.15 54 1 91 07.00 - 07.15 58 5 6107.15 - 07.30 60 1 89 07.15 - 07.30 87 2 9907.30 - 07.45 71 2 98 07.30 - 07.45 91 0 12707.45 - 08.00 83 1 155 07.45 - 08.00 86 5 16808.00 - 08.15 95 5 190 08.00 - 08.15 94 4 18408.15 - 08.30 68 0 201 08.15 - 08.30 91 3 196
WaktuJenis Kendaraan
Volume Lalu lintas
Waktu
Volume Lalu lintas
Jenis Kendaraan
08.15 - 08.30 68 0 201 08.15 - 08.30 91 3 19608.30 - 08.45 102 3 175 08.30 - 08.45 99 5 14308.45 - 09.00 111 7 183 08.45 - 09.00 80 5 16311.00 - 11.15 77 2 106 11.00 - 11.15 125 1 12911.15 - 11.30 108 5 128 11.15 - 11.30 100 7 20011.30 - 11.45 120 2 155 11.30 - 11.45 66 4 9311.45 - 12.00 126 3 155 11.45 - 12.00 119 4 15512.00 - 12.15 140 6 153 12.00 - 12.15 128 5 18912.15 - 12.30 105 4 155 12.15 - 12.30 122 9 19512.30 - 12.45 95 2 14 12.30 - 12.45 143 5 20012.45 - 13.00 115 4 170 12.45 - 13.00 155 3 17113.00 - 13.15 100 8 170 13.00 - 13.15 154 6 15413.15 - 13.30 130 3 176 13.15 - 13.30 153 2 17113.30 - 13.45 100 5 104 13.30 - 13.45 152 5 19313.45 - 14.00 115 4 147 13.45 - 14.00 145 3 16616.00 - 16.15 121 5 137 16.00 - 16.15 139 5 14816.15 - 16.30 115 4 170 16.15 - 16.30 153 3 15016.30 - 16.45 127 5 184 16.30 - 16.45 145 3 19116.45 - 17.00 130 2 145 16.45 - 17.00 148 4 16617.00 - 17.15 127 2 181 17.00 - 17.15 135 2 16017.15 - 17.30 127 2 184 17.15 - 17.30 153 3 216 LV17.30 - 17.45 135 2 242 17.30 - 17.45 145 0 171 225017.45 - 18.00 130 3 253 17.45 - 18.00 141 1 163 2330
Data Kecepatan 50 M Data Kecepatan 50 M Data Kecepatan 50 M Data Kecepatan 50 MWaktu : 07.00 - 08.00 WITA Waktu : 08.00 - 09.00 WITA Waktu : 11.00 - 12.00 WITA Waktu : 12.00 - 13.00 WITA
Jenis t t rerata km/jam Jenis t t rerata km/jam Jenis t t rerata km/jam Jenis t t rerata km/jam10.2 9.633911 20 7.845.8 9.107468 18.12 14.12
12.4 9.208103 29.8 29.2910.9 10.26694 16.09 16.926.9 9.310987 26.53 24.648 5.045409 14.12 22.92
14 10.89325 19.44 23.7611.6 5.165289 9.11 32.1310.9 6.024096 17.3 23.146.1 6.067961 12.2 23.70
18.7 2.905288 18.8 19.179.2 2.738226 23.37 29.45
11.34 3.324468 14.92 32.67
MC 22.108 8.141849
LV 14.434 12.47056
9.505482 18.56218.93644 MC
HV 9.31387819.326 HV
LV 17.7865610.12 LV
19.480529.24 MCMC
3.040405 22.14459.20263
6.6392 25.1327.1117
HV 17.854 10.08177
9.697231
LV 7.162754
HV 8.12861311.34 3.324468 14.92 32.6723.67 3.166561 13.77 13.5033.72 3.067485 18.41 15.93
Data Kecepatan 50 M Data Kecepatan 50 M Data Kecepatan 50 M 1 8.429992Waktu : 13.00 - 14.00 WITA Waktu : 16.00 - 17.00 WITA Waktu : 17.00 - 18.00 WITA 8.128613
Jenis t t rerata km/jam Jenis t t rerata km/jam Jenis t t rerata km/jam7.84 10.2 5
14.12 7.56 829.29 8.65 1016.92 5.94 924.64 11.62 1222.92 8.57 1023.76 8.72 932.13 7.77 1023.14 9.97 823.7 14.79 7
19.17 17.51 929.45 11.65 732.67 7.43 713.5 10.11 14
15.93 8.71 936
HV 9.31387819.326 HV 3.040405 22.14459.20263 HV 17.854 10.08177 HV 8.128613
HV 22.144 8.128613
MC 18.562 9.697231
LV 25.13 7.162754
HV 11.082 16.24256
8.8
9.2
MC 8.794 20.4685
LV 9.964 18.06503 LV 20.45455
MC 20.45455
HV 19.56522
8.8