laporan pratikum geodas (bimajp)

85
i Laporan Pratikum Geologi Dasar KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepata Tuhan YME dimana berkat rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan laporan “Pratikum Geologi Dasar” dengan lancar dan hasil yang baik. Laporan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat bahwa selesainya pratikum geologi dasar. Disisi lain, penulis mengajak kepada para pembaca agar dapat memahami dan mendalami tentang laporan ini, serta dapat menerapkan dan mempergunakan laporan pratikum ini dikehidupan ataupun pada kegiatan lainnya dengan semestinya. Tidak lupa selaku penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada asisten dosen selaku pebimbing kami dalam pelaksanaan pratikum geologi dasar, teman-teman dan pihak terkait yang membantu penulis menyelesaikan laporan ini. Dalam penulisan laporan ini selaku penulis menyadari akan segala kekurangan, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan demi perbaikan laporan ini dan mohon maaf bila ada kesalahakan yang disengaja maupun tidak disengaja pada laporan ini. Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan juga teman-teman yang membutuhkan.

Upload: abdularz398

Post on 11-Jul-2016

245 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

save

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepata Tuhan YME dimana berkat rahmat

dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan laporan “Pratikum Geologi Dasar”

dengan lancar dan hasil yang baik. Laporan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu

syarat bahwa selesainya pratikum geologi dasar.

Disisi lain, penulis mengajak kepada para pembaca agar dapat memahami dan

mendalami tentang laporan ini, serta dapat menerapkan dan mempergunakan laporan

pratikum ini dikehidupan ataupun pada kegiatan lainnya dengan semestinya.

Tidak lupa selaku penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada asisten

dosen selaku pebimbing kami dalam pelaksanaan pratikum geologi dasar, teman-

teman dan pihak terkait yang membantu penulis menyelesaikan laporan ini. Dalam

penulisan laporan ini selaku penulis menyadari akan segala kekurangan, untuk itu

kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan demi perbaikan laporan ini dan

mohon maaf bila ada kesalahakan yang disengaja maupun tidak disengaja pada

laporan ini. Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan juga teman-

teman yang membutuhkan.

Surabaya, Desember

2015

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 2: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

ii

Bima Joko Prasetyo

DAFTAR ISI

Kata pengantar………………………………………………………………………...

i

Daftar isi………………………………………………………………………………

ii

Daftar gambar………………………………………………………………………...

iv

Daftar tabel……………………………………………………………………………

v

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………... 1

1.2 Maksud & Tujuan……………………………………………………….. 1

BAB II : METODE PRATIKUM

2.1 Metode pengamatan……………………………………………………….

2

2.2 Alat yang digunakan………………………………………………………

4

2.3 Waktu pelaksanaan……………………………………………………….

5

BAB III : DASAR TEORI

3.1 Mineralogi………………………………………………………………... 6

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 3: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

iii

3.1.1 Definisi Mineral…………………………………………………

6

3.1.2 Sifat kimiawi mineral…………………………………………...

6

3.1.3 Sifat fisik mineral……………………………………………...

13

3.2 Batuan……………………………………………………………………

26

3.2.1 Batuan Beku……………………………………………………26

3.2.1 Batuan Sedimen………………………………………………. 30

3.2.3 Batuan Metamorf………………………………………………38

3.3 Struktur Geologi…………………………………………………………

41

3.3.1 Struktur primer…………………………………………………41

3.3.2 Struktur skunder………………………………………………..41

3.3.3 Kekar…………………………………………………………...42

3.3.4 Sesar……………………………………………………………43

3.4 Stratigrafi………………………………………………………………...45

3.5 Geologi Sejarah………………………………………………………….47

BAB IV : PEMBAHASAN

4.1 Lembar deskripsi mineral………………………………………………..48

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 4: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

iv

4.2 Lembar deskripsi batuan beku……………………………………………

49

4.3 Lembar deskripsi batuan

sedimen………………………………………..50

4.4 Lembar deskripsi batuan metamorf………………………………………

51

BAB V : PENUTUP

5.1 Kesimpulan………………………………………………………………52

DAFTAR PUSTAKA………………………………..................................................53

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Contoh mineral logam ………………………………………………….

7

Gambar 3.2 Contoh mineral non-logam………………………………………………

7

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 5: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

v

Gambar 3.3 Galena……………………………………………………………………

8

Gambar 3.4 Contoh mineral oksida………………………………………………….

10

Gambar 3.5 Mineral Halida…………………………………………………………

10

Gambar 3.6 Mineral Karbonat……………………………………………………….

11

Gambar 3.7 Metalik luster……………………………………………………………

14

Gambar 3.8 Non-Metalik Luster……………………………………………………. 14

Gambar 3.9 Idiochromatic Mineral………………………………………………….

15

Gambar 3.10 Allochromatic mineral…………………………………………………

15

Gambar 3.11 Cerat pada mineral…………………………………………………….

17

Gambar 3.12 Belahan mineral………………………………………………………

18

Gambar 3.13 Mineral fracture……………………………………………………….

19

Gambar 3.14 Drajat ketransparan……………………………………………………

25

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 6: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

vi

Gambar 3.15 Pembundaran………………………………………………………….

36

Gambar 3.16 Antiklin dan Sinklin……………………………………………………

42

Gambar 3.17 Skala waktu geologi……………………………………………………

47

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Alat Pratikum……………………………………………………………… 4

Tabel 2.2 Waktu Pelaksanaan…………………………………………………………

5

Tabel 3.1 Skala mohs………………………………………………………………...

16

Tabel 3.2 Drajat ukuran butir………………………………………………………..

35

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 7: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

vii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Geologi berasal dari kata “Geos” yang berarti bumi dan “Logos” yang berarti

ilmu jadi geologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari bumi mulai

dari perlapisanya, bagian penyusunya hingga apa yang ada didalam maupun

dipermukaan bumi. Dari sini dapat disimpulkan bahwa ilmu geologi sangat luas

karena itu geologi memiliki beberapa cabang ilmu seperti geomorfologi, paleontologi,

hidrologi, petrologi, stratigrafi, sedimentologi, geologi dasar, mineralogi dan masih

banyak yang lainnya.

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 8: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

viii

Geologi dasar merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang sangat penting,

di geologi dasar kita dapat mengatahui semua ilmu geologi secara keseluruhan secara

singkat untuk memperdalam rasa cinta kepada geologi untuk kedepannya.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari pembuatan laporan ini adalah agar mahasiswa/i dapat lebih

memahami materi tentang pratikum geologi dasar.

Tujuan dari pembuatan laporan ini merupakan salah satu syarat bahwa

selesainya pratikum geologi dan dapat dipergunakan sebagai bahan bacaan yang

semestinya.

BAB II

METODE PRAKTIKUM

2.1 Metode Pengamatan

Pada praktikum geologi dasar ini, praktikan menggunakan metode

pengamatan langsung, dimana praktikan terlibat secara langsung dalam

melakukan praktikum. Adapun praktikum yang dilakukan adalah sebagai

berikut :

1. Pada pertemuan pertama, praktikan di perkenalkan dan diberi penjelasan

tentang mineral dan cara pendeskripsiannya

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 9: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

ix

2. Pada pertemuan kedua praktikan diberikan 10 buah sample mineral yang

berbeda yang selanjutnya masing-masing praktikan diminta untuk

mendeskrpisikannya, yang kemudian akan di assistensikan

3. Pada pertemuan ketiga, praktikan melanjutkan pendeskripsian mineral

karna belum selesai pada pertemuan sebelumnya. Kemudian

mendapatkan asistensi dari pendeskripsian mineral pada pertemuan

sebelumnya.

4. Pada pertemuan keempat, praktikan di jelaskan tentang batuan beku dan

cara pendeskripsiannya. Setelahnya praktikan diberikan 5 sample batuan

beku yang selanjutnya praktikan diminta unttuk mendeskripsikan batuan

beku tersebut.

5. Pada pertemuan kelima, praktikan melanjutkan pendeskripsian batuan

beku karna belum selesai pada pertemuan sebelumnya. Kemudian

mendapatkan asistensi dari pendeskripsian mineral pada pertemuan

sebelumnya.

6. Pada pertemuan keenam, praktikan di jelaskan tentang batuan sedimen

dan cara pendeskripsiannya. Setelahnya praktikan diberikan 5 sample

batuan sedimen yang selanjutnya praktikan diminta unttuk

mendeskripsikan batuan sedimen tersebut.

7. Pada pertemuan ketujuh, praktikan mendapatkna asistensi batun sedimen

yang sebelumnya telah dideskrpisikan. Kemudian praktikan di beri materi

lagi tentang batuan metamorf dan cara pendeskrpisiannya. Setelahnya

praktika di berikan 5 contoh sample batuan metamorf yang selanjutnya

harus di deskrpiskan oleh praktikan.

8. Pada pertemuan ke delapan, praktikan mendapatkan asistensi deskrpisi

batuan metamorf pada pertemuan sebelumnya. Kemudian pada pertemuan

ini praktikan mendapat materi tentang struktur & stratigrafi serta

pengenalan alat-alat geologi. Pada pertemuan ini, praktikan di berikan

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 10: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

x

tugas untuk menyambungkan masa yang sama pada urutan umur geologi

suatu perlapisan

9. Pada pertemuan kesembilan, praktikan diminta untuk mempraktekkan

secara langusng penggunaan alata\-alat geologi di lapangan.

10. Pada pertemua kesepuluh, praktikan diuji, sejauh mana pengetahuan atau

ilmu yang didapat dari 9x pertemuan praktikum tersebut. Praktikan diuji

dengan cara mendeskrpisikan mineral, batuan dan alat-alat geologi

sendiri-sendiri dan di nilai langsung oleh asisten dosen yang bertugas

sebagai penguji.

2.2 Alat yang Digunakan

Adapun alat-alat yang penulis gunakan dalam praktikum geologi dasar

adalah sebagai berikut :

NoAlat yang

digunakan1 Alat Tulis

2 Loupe

3

Alat Ukur Kekerasan

(kuku, kaca, cutter,

paku)

4 Hcl

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 11: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xi

5 Handbook

6 Sampel Mineral

7 Sampel Batuan Beku

8Sampel Batuan

Sedimen

9Sampel Batuan

Metamorf

10Lembar Deskripsi

Mineral

11Lembar deskripsi

Batuan Beku

12Lembar Deskripsi

Batuan Sedimen

13Lembar Deskripsi

Batuan Metamorf

14 GPS, Kompas

2.3 Waktu Pelaksanaan

Adapun waktu pelaksanaan praktikum geologi dasar ini dilaksanakan

pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.2 waktu pelaksanaan

No Hari/Tanggal Materi

1 Rabu 11 november 2015 pendahuluan

2 Rabu 18 november 2015 Mineral

3 Kamis 19 november Mineral

4 Rabu 25 november Batuan Beku

Table 2.1 Alat praktikum

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 12: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xii

5 Kamis 26 november Batuan Beku

6 Rabu 02 desember 2015 Batuan Sedimen

7 Kamis 03 desember 2015 Batuan Metamorf

8 Senin 07 desember 2015 Struktur & Stratigrafi

9 Senin 14 desember 2015 Kompas & GPS

10 Rabu 16 desember 2015 Tes Deskripsi &

penggunann alat geologi

BAB III

DASAR TEORI

3.1 MINERALOGI

Mineralogi merupakan cabang ilmu geologi yang mempelajari mineral

3.1.1 Definisi Mineral

Mineral adalah suatu padatan yang umumnya organik terbentuk secara alami

memiliki komposisi kimia dan bentuk kristal serta merupakan bagian penyusun dari

batuan.

3.1.2 Sifat Kimiawi Mineral

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 13: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xiii

Berdasarkan beberapa sifat sifat tertentu yang dimiliki oleh mineral, maka

mineral-mineral yang ada di alam ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa

kelompok mineral. Bedasarkan hal tersebut, James D. Dana, seorang Professor Yale

University pada tahun 1873 mengelompokkan mineral dalam beberapa kelompok

berdasarkan kemiripan komposisi kimia dan struktur kristal menjadi 8 kelompok,

yaitu:

1. Unsur bebas (Native Element)

2. Sulfida (Mengandung S)

3. Oksida (Mengandung Oksigen)

4. Halida

5. Karbonat

6. Sulfat (Mengandung SO4)

7. Phosfat

8. Silikat

1. Unsur Bebas (Native Element)

Mineral-mineral dalam kelompok ini hanya tersusun oleh unsur tunggal (native

element). Unsur-unsur dalam native element ini terbagi menjadi 3 sub

kelompok,antara lain logam, semilogam, dan nonlogam. Kelompok native element

umumnya very malleable and ductile, serta memiliki specific gravity range yang

besar.

· Logam, contohnya :

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 14: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xiv

Gambar 3.1 contoh mineral logam, tembaga(Cu), platina(Pt), perak(Ag) dan Emas(Au)

Semilogam, contohnya

   Arsenik (As), sistem kristal Heksagonal

  Bismuth (Bi), sistem kristal Heksagonal

· Nonlogam,contohnya :

2.  Sulfida (Mengandung S)

Kelompok ini dicirikan dengan adanya anion S2- . Kelompok sulfida merupakan

kombinasi antara logam atau semilogam dengan belerang (S). Biasanya terbentuk

pada urat batuan atau dari larutan hidrotermal.

Beberapa contoh mineral sulfida :

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Gambar 3.2 contoh Mineral non-logam, balerang (S), Intan( C )

Page 15: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xv

Argentite (Ag2S)            Kalkosit (Cu2S)               Bornite (Cu3FeS4)

Galena (PbS)                  Alabandite (MnS)             Sphalerite (ZnS)

Kalkopirit (CuFeS2)       Cinnabar (HgS)                Pyrite (FeS2)

Marcasite (FeS2)           Arsenopyrite (FeAsS)       Molybdenite (MoS)

Niccolite (NiAs)             Realgar (AsS)                   Stibnite (Sb2S3)

Beberapa manfaat dari mineral kelompok sulfida :

Gambar 3.3 galena

a. Galena (PbS) : digunakan dalam industry cat, penyimpanan baterai,

easily fussible alloy, perkakas. Merupakan sumber utama metallic lead

dan juga bijih perak.

b. Kalkosit (Cu2S), merupakan bijih tembaga yang penting.

c. Alabandite (MnS), sebagai produk pembakaran.

d. Sphalerite (ZnS): sumber seng yang penting, digunakan dalam

galvanisasi besi dan dalam pembuatan kuningan, kawat seng, dan dry

cell, digunakan dalam industry kima dan medis.

e. Cinnabar (HgS), sumber utama mercury yang digunakan dalam

berbagai industri.

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 16: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xvi

f. Stibnite (Sb2S3), digunakan dalam pembuatan kabel, baterai timbel,

alloy, cat, dan dalam peralatan medis.

g. Pyrite (FeS2), sebagai mineral yang berasosiasi dengan emas,

pembuatan asam sulfat dan copperas.

h. Molybdenite (MoS), digunakan dalam pembuatan baja, iron castings

dan dalam peralatan perkakas kecepatan tinggi.

3. Oksida

Mineral oksida dan hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari kombinasi

unsur tertentu dengan gugus anion oksida (O) dan gugus hidroksil hidroksida (OH

atau H). Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara

oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral

oksida umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga

lebih berat kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam oksida adalah besi,

chrome, mangan, timah dan aluminium. Beberapa mineral oksida yang paling umum

adalah “es” (H2O), korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).

Seperti mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk akibat pencampuran atau

persenyawaan unsur-unsur tertentu dengan hidroksida (OH). Reaksi pembentukannya

dapat juga terkait dengan pengikatan dengan air. Sama seperti oksida, pada mineral

hidroksida, unsur utamanya pada umumnya adalah unsur-unsur logam. Beberapa

contoh mineral hidroksida adalah goethit (FeOOH) dan limonite (Fe2O3.H2O).

Beberapa contoh mineral oksida :

           

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 17: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xvii

H2O     =     Air

Fe3O4  =     Magnetit

4. Halida

Mineral sebagai persenyawaan Halides

5. Karbonat

Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut “karbonat”, umpamanya

persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium karbonat”, CaCO3 dikenal sebagai

mineral “kalsit”. Mineral ini merupakan susunan utama yang membentuk batuan

sedimen.

Carbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton. Carbonat

juga terbentuk pada daerah evaporitic dan pada daerah karst yang membentuk gua

Laporan Pratikum Geologi Dasar

gambar 3.4 contoh mineral oksida SnO2=Cassiterite, Al2O3

=Corundum

Gambar 3.5 Mineral Halida, CaF2 = Fluorite, NaCl = Halite

Page 18: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xviii

(caves), stalaktit, dan stalagmite. Dalam kelas carbonat ini juga termasuk nitrat (NO3)

dan juga Borat (BO3).Carbonat, nitrat dan borat memiliki kombinasi antara logam

atau semilogam dengan anion yang kompleks dari senyawa-senyawa tersebut (CO3,

NO3, dan BO3).

Beberapa contoh mineral yang termasuk kedalam kelas carbonat ini adalah dolomite

(CaMg(CO3)2, calcite (CaCO3), dan magnesite (MgCO3). Dan contoh mineral nitrat

dan borat adalah niter (NaNO3) dan borak (Na2B4O5(OH)4.8H2O)

Beberapa contoh mineral karbonat :

6. Sulfat

Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO42-). Mineral sulfat adalah kombinasi logam

dengan anion sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya terjadi pada daerah

evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya, kemudian perlahan-lahan menguap

sehingga formasi sulfat dan halida berinteraksi.

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Gambar 3.6 mineral karbonat, CaCO3 Calcite, CaMg (CO)2  Dolomite, MgCO3

Magnesite

Page 19: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xix

Pada kelas sulfat termasuk juga mineral-mineral molibdat, kromat, dan tungstat. Dan

sama seperti sulfat, mineral-mineral tersebut juga terbentuk dari kombinasi logam

dengan anion-anionnya masing-masing.

Contoh-contoh mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah anhydrite (calcium

sulfate), Celestine (strontium sulfate), barite (barium sulfate), dan gypsum (hydrated

calcium sulfate). Juga termasuk didalamnya mineral chromate, molybdate, selenate,

sulfite, tellurate serta mineral tungstate.

     7. Posfat

Mineral sebagai persenyawaan Phosphat

Ca5(PO4)3F      = Apatite

    8. Silikat

Silicat merupakan 25% dari mineral yang dikenal dan 40% dari mineral yang

dikenali. Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang

merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal.

Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-Bumi terdiri dari

mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai kedalaman 2900 Km

dari kerak Bumi). 

Silikat merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu sedimen, batuan

beku maupun batuan malihan (metamorf). Silikat pembentuk batuan yang umum

adalah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-

ferromagnesium.

1.Quartz (SiO2)

2.Feldspar Alkali (KAlSi3O8)

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 20: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xx

3.Feldspar Plagioklas ((Ca,Na)AlSi3O8)

4.Mica Muscovit (K2Al4(Si6Al2O20)(OH,F)2)

5.Mica Biotit (K2(Mg,Fe)6Si3O10(OH)2)

6.Amphibol Horblende ((Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH))

7.Piroksin ((Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si2O6)

8.Olivin ((Mg,Fe)2SiO4)

Nomor 1 sampai 4 adalah mineral non-ferromagnesium dan 5 hingga 8 adalah

mineral ferromagnesium.

3.1.3 Sifat Fisik Mineral

Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan  penyusun atom-

atom yang beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik/kimia

tersendiri. Dengan mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis mineral dapat

dikenal, sekaligus kita mengetahui susunan kimiawinya dalam batas-batas tertentu

(Graha,1987)

Sifat-sifat fisik yang dimaksudkan adalah:

1. Kilap

Merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh

permukaan mineral saat terkena cahaya (Sapiie, 2006)

Kilap secara garis besar dapat dibedakan menjadi  jenis:

a. Kilap Logam (metallic luster): bila mineral tersebut mempunyai

kilap atau kilapan seperti logam. Contoh mineral yang mempunyai

kilap logam:

Gelena

Pirit

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 21: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xxi

Magnetit

Kalkopirit

Grafit

Hematit

b. Kilap Bukan Logam (non metallic luster), terbagi atas:

Kilap Intan (adamantin luster), cemerlang seperti intan.

Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyeruai sutera pada

umumnya terdapat pada mineral yang mempunyai struktur

serat, misalnya pada asbes, alkanolit, dan gips.

Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar

misalnya pada spharelit.

Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun,

misalnya pada serpentin,opal dan nepelin.

Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada

kaolin, bouxit dan limonit.

Kilap lilin, terlihat sama seperti halnya kilapan lilin

Gambar 3.8 Non-Metallic Luster

2. Warna

Warna merupakan sifat fisik mineral yang dapat dengan langsung

teramati, namun warna tidak sepenuhnya mencerminkan warna asli dari

mineral. Karena warna mineral tidak hanya berasal dari mineral itu sendiri

namun juga dapat berasal dari warna zat lain yang mengotori mineral. Warna

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Gambar 3.7 Metallic Luster

Page 22: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xxii

asli mineral disebut dengan warna idiochromatic sedangkan warna yang

dihasilkan oleh adanya pengotor disebut warna allochromaatic.

Warna idiochromatic   dihasilkan oleh warna materi penyusun mineral,

contoh warna idiochromatic   pada mineral adalah sebagai berikut : sulfur

memiliki warna kuning, magnetit berwarna hitam, hornblende berwarna

cokelat kehitaman, corundum berwarna merah muda, emas berwarna kuning.

Sedangkan warna allochromatic  ini disebabkan oleh adanya zat lain yang

mengotori mineral yang mengakibatkan warnanya berbeda dengan mineral

pada kondisi murni. Warna allochromatic ini dapat berubah-ubah meskipun

pada mineral yang sama, contohnya pada kuarsa. Kuarsa warnanya tidak

selalu putih transparan, kuarsa dapat berwarna merah muda, ungu, ataupun

cokelat kehitaman. Jasper merupakan SiO2 yang dapat berwarna hijau, merah,

ataupun warna lain karena tercampur dengan hematit ataupun limonit.

Warna tidak selamanya menjadi indikator atau karakteristik khas dari

satu mineral. Karena warna tidak selamanya menunjukkan warna asli mineral.

Warna mineral di alam dipengaruhi oleh komposisi kimia penyusun mineral

dan pengotor pada mineral.

3. Kekerasan

Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi

suatu mineral dapat membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Gambar 3.9 Idiochromatic mineral Gambar 3.10 allochromatic mineral

Page 23: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xxiii

sebagai kekerasan yang standard. Mineral yang mempunyai kekerasan yang

lebih kecil akan mempunyai bekas dan badan mineral tersebut. Standar

kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat oleh

Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs

mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak sampai skala

10 untuk mineral terkeras .

Tabel 3.1 Skala Kekerasan Mohs

Skala

KekerasanMineral Rumus Kimia

1 Talc H2Mg3 (SiO3)4

2 Gypsum CaSO4. 2H2O

3 Calcite CaCO3

4 Fluorite CaF2

5 Apatite CaF2Ca3 (PO4)2

6 Orthoklase K Al Si3 O8

7 Quartz SiO2

8 Topaz Al2SiO3O8

9 Corundum Al2O3

10 Diamond C

4. Cerat

Adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat

dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping

porselin atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan

tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda.

Warna cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap walaupun warna

mineralnya berubah-ubah. Contohnya :

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 24: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xxiv

Pirit :  Berwarna keemasan namun jika digoreskan pada plat

porselin akan meninggalkan jejak berwarna hitam.

Hematit :  Berwarna

merah namun bila

digoreskan pada plat

porselin akan

meninggalkan jejak

berwarna merah

kecoklatan.

Augite :  Ceratnya abu-abu kehijauan

Biotite :  Ceratnya tidak berwarna

Orthoklase  : 

Ceratnya putih

Warna serbuk, lebih khas dibandingkan dengan warna mineral secara

keseluruhan, sehingga dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi mineral

(Sapiie, 2006).

5. Belahan

Merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu

atau lebih arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang

mampu membelah yang oleh sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak

hancur, tetapi terbelah-belah menjadi bidang belahan yang licin. Tidak semua

mineral mempunyai sifa ini, sehingga dapat dipakai istilah seperti mudah

terbakar dan sukar dibelah atau tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat atom di

dalam di dalam sruktur kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu

bila terdapat ikatan yang lemah melalui suatu bidang, maka mineral akan

cenderung membelah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Contoh Cerat pada mineral

Gambar 3.11 cerat pada mineral

Page 25: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xxv

membelah melalui bidang-bidang tersebut. Karena keteraturan sifat dalam

mineral, maka belahan akan nampak berjajar dan teratur (danisworo, 1994).

Contoh mineral yang mudah membelah adalah kalsit yang mempunyai

tiga arah belahan sedang kuarsa tidak mempunyai belahan.  Berikut contoh

mineralnya:

a. Belahan satu arah, contoh : muscovite.

b. Belahan dua arah, contoh   : feldspar.

c. Belahan tiga arah, contoh    : halit dan kalsit.

Gambar 3.12 Belahan Mineral

6. Pecahan

Adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang

tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan

dapat dilihat dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar.

Permukaan bidang belah akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar

seperti cermin datar, sedang bidang pecahan memantulkan sinar ke segala

arah dengan tidak teratur (danisworo, 1994).

Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 26: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xxvi

Concoidal: bila memperhatikan gelombang yang melengkung di

permukaan pecahan, seperti kenampakan kulit kerang atau

pecahan botol. Contoh Kuarsa.

Splintery/fibrous: Bila menunjukkan gejala seperti serat, misalnya

asbestos, augit, hipersten

Even: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang

pecahan halus, contoh pada kelompok mineral lempung. Contoh

Limonit.

Uneven: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang

pecahan yang kasar, contoh: magnetit, hematite, kalkopirite,

garnet.

Hackly: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar

tidak teratur dan runcing-runcing. Contoh pada native elemen

emas dan perak.

Gambar 3.13 Mineral Fracture, letf to right : concoidal, splintery, even. uneven, hackly

7. Bentuk

Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai

bentuk teratur yang dikendalikan oleh system

kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 27: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xxvii

membentuk kristal disebut mineral kristalin. Mineral kristalin sering

mempunyai bangun yang khas disebut amorf (danisworo, 1994).

Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas, misalnya:

a.    Bangun kubus            : galena, pirit.

b.    Bangun prismatik      : piroksen, ampibole.

c.    Bangun doecahedon  : garnet

Mineral amorf misalnya     : chert, flint.

Pada wujudnya sebuah kristal dapat ditentukan dengan mengetahui

sudut-sudut bidangnya. Dalam ilmu Kristalografi, geometri dipakai enam jenis

sistem sumbu, yaitu :

a.   Sistem sumbu isometrik

Ketiga sumbu kristal terletak tegak lurus satu dengan yang lain,

mempunyai panjang yang sama. Contohnya : mineral yang mempunyai

sistem, kordinat demikian adalah pirit, magnetik, garam dapur.

b.  Sistem sumbu Tetragonal

Jumlah sumbu 3 buah, 2 buah sumbu mendatar sama panjang, satu tegak

lurus dengan kesatuan sumbu lain, ketiga -tiganya saling tegak lurus

sesamanya. Contohnya sirkon atau keseterit.

c.   Sitem sumbu Ortorombik

Jumlah sumbu tiga bsaling tegak lurus, ketiganya mempunyai panjang

yang berbeda. Contohnya : Olivim atau Topas.

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 28: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xxviii

d.  Sistem Sumbu Monoklin

Jumlah sumbu 3 buah, mempunyai panjang tidak sama, salah satu sumbu

terletak tegak lurus pada sebuah sumbu mendatar. Contohnya : Ortoklas,

horenblenda, mika, gipsum.

e.  Sistem Sumbu Triklin

Jumlah sumbu 3 buah tidak sama panjang, tidak tegak lurus sesamanya.

Contohnya : Plagioklas

f.   Sistem Sumbu Heksagonal

Jumlah sumbu 4 buah, 3 buah sumbu herizontal dan sama panjang

membuat sudut-sudut yang sama besarnya. Contohnya : Kalsit, kuarsa,

aparit.

Kristal dengan bentuk panjang bisa dijumpai,  karena pertumbuhan

kristal sering mengalami gangguan. Kebiasaan mengkristal suatu mineral

yang disesuaikan dengan kondisi sekelilingnya mengakibatkan terjadinya

bentuk-bentuk kristal yang khas, baik yang berdiri sendiri maupun di dalam

kelompok-kelompok. Kelompok tersebut disebut agregasi mineral dan dapat

dibedakan dalam struktur sebagai berikut:

Struktur granular atau struktur butiran yang terdiri dari butiran-

butiran mineral yang mempunyai dimensi sama, isometrik. Dalam

hal ini berdasarkan ukuran butirnya dapat dibedakan

menjadikriptokristalin/penerokristalin (mineral dapat dilihat

dengan mata biasa). Bila kelompok kristal berukuran butir sebesar

gula pasir, disebut mempunyai sakaroidal.

Struktur kolom: terdiri dari prisma panjang-panjang dan ramping.

Bila prisma tersebut begitu memanjang, dan halus dikatakan

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 29: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xxix

mempunyai struktur fibrous atau struktur berserat. Selanjutnya

struktur kolom dapat dibedakan lagi menjadi: struktur jarring-

jaring (retikuler), struktur bintang (stelated) dan radier.

Struktur Lembaran atau lameler, terdiri dari lembaran-lembaran.

Bila individu-individu mineral pipih disebut struktur

tabuler,contoh mika. Struktur lembaran dibedakan menjadi

struktur konsentris, foliasi.

Sturktur imitasi : kelompok mineral mempunyai kemiripan bentuk

dengan benda lain. Mineral-mineral ini dapat berdiri sendiri atau

berkelompok.

Bentuk kristal mencerminkan  struktur dalam sehingga dapat

dipergunakan untuk pemerian atau pengidentifikasian mineral (Sapiie, 2006).

8. Berat jenis

Adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral.

Cara yang umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang

mineral tersebut terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian

mineral ditimbang lagi dalam keadaan di dalam air, misalnya beratnya y gram.

Berat terhitung dalam keadaan di dalam air adalah berat miberal dikurangi

dengan berat air yang volumenya sama dengan volume butir mineral tersebut.

9. Daya tahan terhadap pukulan

Sifat dalam adalah sifat mineral apabila kita berusaha untuk

mematahkan, memotong, menghancurkan, membengkokkan atau mengiris.

Yang termasuk sifat ini adalah:

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 30: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xxx

Rapuh (brittle): mudah hancur tapi bias dipotong-potong, contoh

kwarsa, orthoklas, kalsit, pirit.

Mudah ditempa (malleable): dapat ditempa menjadi lapisan tipis,

seperti emas, tembaga.

Dapat diiris (secitile): dapat diiris dengan pisau, hasil irisan

rapuh, contoh gypsum.

Fleksible: mineral berupa lapisan tipis, dapat dibengkokkan

tanpa patah dan sesudah bengkok tidak dapat kembali seperti

semula. Contoh mineral talk, selenit.

Blastik: mineral berupa lapisan tipis dapat dibengkokkan tanpa

menjadi patah dan dapat kembali seperti semula bila kita henikan

tekanannya, contoh: muskovit.

10. Kemagnitan

Kemagnitan adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Diatakan

sebagai feromagnetic bila mineral dengan mudah tertarik gaya magnet seperti

magnetik, phirhotit. Mineral-mineral yang menolak gaya magnet

disebut diamagnetic, dan yang tertarik lemah yaitu paramagnetic. Untuk

melihat apakah mineral mempunyai sifat magnetik atau tidak kita gantungkan

pada seutas tali/benang sebuah magnet, dengan sedikit demi sedikit mineral

kita dekatkan pada magnet tersebut. Bila benang bergerak mendekati berarti

mineral tersebut magnetik. Kuat tidaknya bias kita lihat dari besar kecilnya

sudut yang dibuat dengan benang tersebut dengan garis vertical.

11. Kelistrikan

Kelistrikan adalah sifat listrik mineral dapat dipisahkan menjadi dua,

yaitu pengantar arus atau londuktor dan idak menghantarkan arus disebut non

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 31: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xxxi

konduktor. Dan ada lagi istilah semikonduktor yaitu mineral yang bersifat

sebagai konduktor dalam batas-batas tertentu.

12. Daya lebur mineral

Daya lebur mineral yaitu meleburnya mineral apabila dipanaskan,

penyelidikannya dilakukan dengan membakar bubuk mineral dalam api. Daya

leburnya dinyatakan dalam derajat keleburan.

13. Derajat ketransparanan

Sifat transparan dari suatu mineral tergantung kepada kemampuan

mineral tersebut men-transmit sinar cahaya ( berkas sinar ). Sesuai dengan itu,

variasi jenis mineral dapat dibedakan atas :

Opaque mineral : Mineral yang tidak tembus cahaya meskipun

dalam bentuk helaian yang amat tipis. Mineral-mineral ini

permukaannya mempunyai kilauan metalik dan meninggalkan

berkas hitam atau gelap (logam-logam mulia,belerang,ferric

oksida )

Transparant mineral : Mineral-mineral yang tembus pandang

seperti kaca biasa ( batu-batu kristal dan ieland spar )

Translusent mineral : mineral yang tembus cahaya tetapi tidak

tembus pandang seperti kaca frosted ( Calsedon, Gypsum, dan

kadang-kadang Opal ).

Mineral-mineral yang tidak tembus pandang (non transparent)

dalam bentuk pecahan-pecahan (fragmen) tetapi tembus cahaya

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 32: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xxxii

3.2 BATUAN

Batuan adalah material penyusun kerak bumi yang terdiri atas kumpulan satu

mineral atau lebih. Batuan secara umum dibagi atas 3, yaitu batuan beku, sediment,

dan metamorf

Berikut jenis batuan menurut penggolongannya :

3.2.1 Batuan Beku

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Gambar 3.14 drajat ketransparan mineral

Page 33: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xxxiii

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku secara

langsung.

1. Jenis batuan beku

Jenis batuan beku dibagi menjadi 2 yaitu menurut genesanya dan komposisi kimianya

sebagai berikut :

Menurut Genesanya

1. Batuan beku intrusif (plutonik)

Batuan beku instrusi adalah batuan yang terbentuk didalam permukaan bumi.

Terbentuk sangat lambat sehingga batuan seluruhnya terdiri atas kristal-kristal dan

mineral yang besar-besar. Contoh; granit, granodiorit dan gabro.

2. Batuan beku korok/gang (hypabisal)

Batuan beku korok adalah batuan yang terbentuk pada celah-celah atau

retakan pada gunung api. Proses pendinginannya agak cepat sehingga batuannya

terdiri atas kristal-kristal yang tidak sempurna dan bercampur dengan masa dasar

sehingga membentuk struktur porfiritik. Contoh; granit porfirit dan diorit porfirit

3. Batuan beku ekstrusi(efusif)

Batuan beku ekstrusi adalah batuan yang terbentuk diluar bumi. Proses

pendinginannya sangat cepat sehingga kristal-kristal yang terbentuk dominan kecil

hingga tidak ada. Struktur batuan seperti ini dinamakan amorf. Contoh; obsidian,

riolit, dan batuapung.

Menurut Komposisi Kimia

1. Batuan Beku ultra basa, contohnya dunit, peridotit

2. Batuan beku basa, contohnya gabro, basalt

3. Batuan beku menengah(intermediet), contohnya andesit, syenit

4. Batuan beku asam, contohnya, granit, riolit

5. Batuan beku alkali,contohnya kimberlit, leusitit

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 34: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xxxiv

dari segi warna, batuan yang komposisinya semakin basa akan semakin gelap

dibandingkan batuan yang bersifat asam

2. Tekstur dan Struktur Batuan Beku

1. Tekstur batuan beku

Tekstur adalah sifat butiran (mineral) dan hubungan antar butir dalam batuan.

Tekstur pada batuan beku terbagi menjadi beberapa bagian diamana bagian-bagian

tersebut mempunyai unsur-unsur penyusun yang dapat menunjukan ciri dan sifat

tertentu.

Tekstur batuan beku meliputi :

a. Derajat kristalisasi yaitu perbandingan antara batuan yang kristalin dan

nonkristalin (amorf). Macam-macam kristalinitas batuan adalah :

Holokristalin; terdiri dari kristal seluruhnya

Hypokristalin; terdiri dari kristal dan amorf

Holohyalin; seluruhnya terdiri dari amorf

b. Besar butir (kristal)

Fanerik, butiran yang dapat dilihat secara mata telanjang. Terbagi atas 3

macam, yaitu :

Kasar : butir yang berukuran > 5 mm

Sedang : butir yang berukuran 3 – 5 mm

Halus : butir yang berukuran 1 – 3 mm

Afanitik, butiran yang tidak terlihat secara jelas. Dimana mempunya

ukuran butir < 1mm (fine grain/halus)

Mikrokristalin : butirannya sangat kecil hanya bisa dilihat dengan

mikroskop.

Kriptokristalin : ukuran butirnya lebih halis dibandingkan

mikrokristalin

Amorf : butiran penyusunnya berupa gelas halus menyeluruh.

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 35: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xxxv

Ukuran butir berhubungan dengan cepat – lambatnya pembekuan. Umumnya batuan

lelehan (extrusif) membeku cepat (berbutir sangat halus); sedangkan lava termasuk

batuan beku ekstrusif yang mengalir dipermukaan, oleh sebab itu lava menunjukan

struktur lubang-lubang gas (struktur vesikuler) pada permukaan bagian luarnya. Jika

lubang-lubang gas tersebut terisi oleh mineral laindisebut struktur amigdaloid.

Apabila pembekuan tersebut berjalan sangat cepat, maka akan terbentuk gelas

(amorf), misalnya obsidian. Ini terjadi karena pendinginan yang terlalu cepat

sehingga larutan mineral tidak sempat menghablur.

c. Bentuk kristal

Tidak semua batuan membentuk kristal yang sempurna. Pengamatan dibawah

mikroskop dapat membedakan bentuk-bentuk sebagai berikut :

Euhedral : bentuk kristal yang sempurna

Subhedral : bentuk kristal sempurna sebagian

Anhedral : bentuk kristal tidak sempurna

Bentuk-bentuk ini juga dipengaruhi oleh pengubahan (alterasi) menjadi mineral lain.

d. Hubungan antar butir

Yang dimaksud butiran disini adalah bentuk-bentuk kristal dari mineral

pembentuk batuan beku. Hubungan butir pada batuan beku dapat dibedakan

menjadi 2 maca, yaitu :

Equigranular : butiran yang mempunyai ukuran yang seragam

Inequigranular : butiran yang mempunyai ukuran tidak seragam

Pada ukuran butir yang tidak seragam, dikenal tekstur – tekstur :

Porfiritik : Yaitu tekstur yang memperlihatkan adanya butiran yang besar

(fenokris), berada didalam masa dasar(matriks) yang lebih halus.

Vitrofirik : Yaitu tekstur yang hampir sama dengan porfiritik, tetapi masa

dasarnya berupa gelas(amorf)

e. Kemas/fabric

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 36: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xxxvi

Yaitu suatu keseragaman bentuk butir dari pada hubungan butir, kemas ini

hanya dapat digunakan untuk batuan yang berstruktur equigranular (butiran

relatif berukuran sama). Macam-macam kemas adalah :

Panidiomorphic granular : seluruhnya terdiri dari kristal – kristal yang

subhedral (dominan).

Hypiodiomorfic granular : terdiri dari kristal – kristal yang euhedral

(dominan).

Allotriomorfic granular : terdiri dari kristal – kristal yang anhedral

(dominan).

2. Struktur batuan beku

Struktur adalah gambaran bentuk arsitektur dan hubungan dari keadaan tekstur

didalam batuan. Pada batuan beku dikenal beberapa struktur batuan yang khas,

tidak ditemui pada batuan lain, seperti :

Vesikuler : struktur batuan beku yang berupa pori – pori batuan bekas

keluarnya gas pada saat proses pendinginan magma yang beraturan atau

sejajar.

Skoria : struktur batuan beku yang sama seperti vesikuler bedanya

lubang lubang bekas keluarnya gas tidak beraturan.

Amigdaloidal : struktur batuan beku yang hampir sama dengan vesikuler

tetapi pori – pori batuan diisi oleh mineral sekunder.

Kekar : -sheeting joint yaitu struktur kekar diamana pengkekarannya

searah dengan aliran lava hasil erupsi gunungapi

-columnar joint yaitu struktur kekar yang berupa kolom –

kolom atau tiang-tiang tegak hipabisal berupa sill

Masif : struktur batuan beku yang tidak menunjukan adanya lubang –

lubang ataupun struktur aliran. Tidak berbentuk khusus

Xenolith : struktur memperlihatkan adanya fragmen atau pecahan batuan

lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 37: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xxxvii

Pillow lava : struktur batuan beku pada lava yang terbentuk dibawah

permukaan laut.

Pseudostratification : akibat proses gravity settling mineral yang terbentuk

lebih lebih besar dan cenderung berada pada bagian bawah dari batuan.

3.2.2 Batuan Sedimen

Batuan sedimen adalah batuan hasil pengendapan batuan asal. Batuan asal

mengalami pengikisan(erosi), material tersebut tertransport dan terendapkan disebuah

cekungan (cebakan) pada cekungan tersebut sedimen mengalami kompaksi dan

sementasi jadilah batuan sedimen.

1. Proses Yang Mempengaruhi Pembentukan Batuan Sedimen

Dalam proses pembentukan batuan sedimen di alam dapat dipengaruhi oleh

beberapa hal antara lain :

1. Proses pelapukan

Proses berupa lapuknya batuan asal atau batuan induk secara mekanik maupun

secara kimiawi.

a. Secara kimiawi

Proses pelarutan, yaitu proses penghancuran oleh reaksi kimia

dengan air

Proses dehidrasi, yaitu proses pele[asan molekul air pada mineral,

khususnya mineral-mineral pada olivin

Proses karbonisasi, yaitu proses pembentukan mineral karbonat yang

kaya akan kandungan kalsium

b. Secara Mekanik

Pemecahan / pemisahan pemisahan bahan – bahan batuan asal akibat

tingkat perbedaan suhu yang cukup antara 0° - 50° C.

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 38: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xxxviii

Proses pelapukan ini di kontrol oleh radiasi matahari dengan curah

hujan yang sangat rendah

2. Proses pengangkutan

Yaitu proses terangkutnya material-material lepas kedalam sebuah lingkungan

pengendapan. Proses pengangkutan ini dapat dilakukan oleh air, angin, maupun

gletser.

3. Proses pengendapan

Yaitu terendapnya material lepas di suatu lingkungan pengendapan. Beberapa

hal yang terdapat dalam proses pengendapan, yaitu :

a. Proses pemadatan oleh gaya gravitasi.

b. Proses pembatuan akibat penekanan yang kontinyu, sehingga kadar air

yang ada di dalam endapan tersebut keluar dari batuan sehingga

terbentuk pori kecil.

c. Proses diagenesa yang diikuti penghabluran kembali sebagian material

asal (Allogenik) menjadi mineral baru (Autigenik), jika berlangsung

secara kontinu terbentuk batuan sedimen dan batuan metamorf.

2. Jenis Batuan Sedimen

a. Menurut Proses Pembentukannya

Secara umum batuan sedimen dibagi atas 2 jenis batuan yaitu :

1. Batuan sedimen klastik

Batuan sedimen klastik yaitu batuan yang berasal dari proses alamiah

yang disebabkan oleh proses-proses seperti :

1. Proses pelapukan, berdasarkan sifatnya dibagi menjadi 2 yaitu

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 39: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xxxix

Pelapukan mekanis

Pelapukan kimiawi

2. Proses pengangkutan

3. Proses pengendapan

2. Batuan sedimen nonklastik

Yaitu batuan sedimen yang terbentuk oleh proses – proses

penghabluran dari suatu larutan yang jenuh akan kandungan kimia

tertentu akibat suatu hasil penguapan, proses penggantian serta

endapan biokimia. Proses yang mengontrol :

Adanya reaksi – reaksi kimia yang berlangsung

Penghabluran dari larutan jenuh, misal kadar garam tinggi pada

suatu danau

Oleh proses biokimia yang disebabkan oleh aktivitas organisme

yang ada, pengendapan / pembentukan batuan sedimen organik

b. Berdasarkan genesanya

Oleh R.P Koesoemadinata (1979) telah membedakan batuan sedimen

menjadi 5 golongan, yaitu :

1. Golongan detritus

Berdasarkan ukuran dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Golongan detritus halus, dapat dikenali melalui butiran penyusun batuan

yang relatif berukuran halus, (diameter <1/16 mm) sebagai hasil

sedimentasi kimiawi

b. Golongan detritus kasar, dapat dikenali melalui ukuran butir penyusun

batuan yang relatif kasar dengan diameter butirnya > 1/16 mm dan

umumnya dihasilkan oleh sedimentasi mekanis. Misalnya batu pasir,

konglomerat, dan breksi.

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 40: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xl

2. Golongan karbonat

Adalah golongan batun sedimen yang tersusun oleh kelompok mineral

karbonat (misalnya kalsit, dolomite, aragonit) dan cangkang – cangkang

mineral kerang. Golongan ini dapat terbentuk sebagai hasil :

a. Sedimentasi mekanis, misalnya batugamping bioklastik, batugamping

oolit

b. Sedimentasi organis, misalnya batugamping terumbu

c. Sedimentasi kimiawi, misalnya batugamping kristalin, dolomite

3. Gologan evaporit

Golongan ini diberikan terhadap barugaram karena asal terjadinya

disebabkan oleh evaporasi air laut.(R.P. Koesoemadinata 1979). Umumnya

golongan ini terdiri dari batuan monomineralik. Nama batuannya sama

dengan mineral. Contohnya gypsum, Halit

4. Golongan sedimen silica

Yang termasuk golongan ini adalah batuan monomineralik dan umumnya

tersusun oleh mineral silica, terbentuknya secara sedimentasi kimiawi atau

organik. Contoh:

- Sedimentasi kimiawi : Rijang (chert)

- Sedimentasi organik : radioralian dan

diatomea

5. Golongan batubara

Terbentuk oleh adanya akumulasi zat-zat organik yang kaya akan unsur

karbon, umumnya terdiri dari tumbuh –tumbuhan. Contoh: Gambut,

Bituminus, Antrasit

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 41: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xli

3. Tekstur dan Struktur Batuan Sedimen

1. Tekstur batuan sedimen

Tekstur batuan sediment adalah segala kenampakan yang menyangkut butir

sedimen sepertiukuran butir, bentuk butir dan orientasi. Tewkstur batuan sedimen

mempunyai arti penting karena mencerminkan proses yang telah dialamin batuan

tersebut terutama proses transportasi dan pengendapannya, tekstur juga dapat

digunakan untuk menginterpetasi lingkungan pengendapan batuan sediment. Secara

umum batuan sedimen dibedakan menjadi dua, yaitu tekstur klastik dan non klastik.

a. Tekstur klastik

Unsur dari tekstur klastik fragmen, massa dasar (matrik) dan semen.

Fragmen  : Batuan yang ukurannya lebih besar daripada pasir.

Matrik       : Butiran yang berukuran lebih kecil daripada fragmen

dan diendapkan bersama-sama dengan fragmen.

Semen     : Material halus yang menjadi pengikat, semen

diendapkan setelah fragmen dan matrik. Semen umumnya berupa

silica, kalsit, sulfat atau oksida besi.

Jika kristalnya sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan disebut mikrokristalin.

b. Ukuran Butir

Ukuran butir yang digunakan adalah skala Wenworth (1922), yaitu :

Ukuran Butir

(mm)

Nama Butir Nama Batuan

> 256 Bongkah (Boulder) Breksi : jika fragmen

64-256 Berangkal (Couble) berbentuk runcing

4-64 Kerakal (Pebble) Konglomerat : jika

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 42: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xlii

membulat

2-4 Kerikil (Gravel) fragmen berbentuk

membulat

1-2 Pasir Sangat Kasar(Very

Coarse Sand)

1/2-1 Pasir Kasar (Coarse Sand)

1/4-1/2 Pasir Sedang (Fine Sand) Batupasir

1/8-1/4 Pasir halus (Medium Sand)

1/16-1/8 Pasir Sangat Halus( Very

Fine Sand)

1/256-1/16 Lanau Batulanau

<1/256 Lempung Batulempung

Tabel 3.2 drajat ukuran butir

Besar butir dipengaruhi oleh :

1. Jenis Pelapukan

2. Jenis Transportasi

3. Waktu/jarak transport

Resistensi

c. Bentuk Butir

Tingkat kebundaran butir (roundness)

Tingkat kebundaran butir dipengaruhi oleh komposisi butir, ukuran

butir, jenis proses transportasi dan jarak transport (Boggs,1987. Butiran dari

mineral yang resisten seperti kwarsa dan zircon akan berbentuk kurang

bundar dibandingkan butiran dari mineral kurang resisten seperti feldspar

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 43: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xliii

dan pyroxene. Butiran berukuran lebih besar daripada yang berukuran pasir.

Jarak transport akan mempengaruhi tingkat kebundaran butir dari jenis butir

yang sama, makin jauh jarak transport butiran akan makin bundar.

Pembagian kebundaran :

Gambar 3.15 pembundaran butir

Sortasi (Pemilahan)

Pemilahan adalah keseragaman dariukuran besar butir penyusun batuan

sediment, artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka,

pemilahan semakin baik.

Pemilahan yaitu kesergaman butir didalam batuan sedimen

klastik.bebrapa istilah yang biasa dipergunakan dalam pemilahan batuan,

yaitu :

- Sortasi baik      :  bila besar butir merata atau sama besar

- Sortasi buruk   : bila besar butir tidak merata, terdapat matrik

dan fragmen.

Kemas (Fabric)

Didalam batuan sedimen klastik dikenal dua macam kemas, yaitu :

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 44: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xliv

- Kemas terbuka   : bila butiran tidak saling bersentuhan

(mengambang dalam matrik).

- Kemas tertutup    : butiran saling bersentuhan satu sama lain

2. Struktur Batuan Beku

Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan

sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan energi pembentuknya.

Pembentukkannya dapat terjadi pada waktu pengendapan maupun segera setelah

proses pengendapan.

(Pettijohn & Potter, 1964 ; Koesomadinata , 1981)

a. Masif, jika tidak menampakkan struktur apapun

b. Perlapisan, jika menunjukkan adanya perlapisan pada tubuh

batuan dengan ukuran bedding mulai dari 1 cm hingga >1 cm.

menunjukkan bidang kesamaan waktu yang ditunjukkan oleh

perbedaan besar butir atau warna dari penyusunnya.

c. Laminasi, jika menunjukkan struktur berlapis tetapi ukurannya

lebih kecil dari perlapisan yaitu <1 cm .

3.2.3 Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah batuan hasil ubahan dari batuan asal karena

adanya panas dan tekanan. Komposisi kimia batuan tidak berupah tetapi

susunan mineraloginya.

Tipe metamorfisme :

1. Metamorfisme termal / kontak

- Terjadi akibat kenaikan temperatur ( T )

- Biasanya ditemukan pada kontak antara tubuh intrusi magma atau

ekstrusi dengan batuan sekitarnya

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 45: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xlv

2. Metamorfisme dinamo / dislokasi / kataklastik

- Terjadi akibat kenaikan tekanan ( P ), tekanan yang mempengaruhi

disini ada 2 macam, yaitu tekanan hidrostatis (kesegala arah) dan

tekanan stress(satu arah)

- Biasanya terdapat pada daerah sesar / patahan.

3. Metamorfisme regional / dinamo termal

- Terjadi akibat kenaikan tekanan ( P ) dan temperatur (T) secara

bersamaan

- Biasanya didapatkan pada geosinklin yang dasarnya mengalami

penurunan terus menerus (daerah tumbukan lempeng – lempeng yang

disebut dengan “subduction zone”)

Klasifikasi dan penamaan jenis batuan metamorf

Struktur batuan metamorf

1. Struktur foliasi : umumnya merupakan hasil metamofphose regional, dimana

secara visual menampakan kesan seperti lapisan pada batuan sediment

Beberapa struktur yang bersifat foliasi yaitu :

1. Slaty clevage : mineral mika mulai hadir, mineralnya sangat halus

2. Filitik : mineral mika sedikit ada,mineral lebih kasar

dari slaty

3. Schistose : mineral mika yang timbul mulai banyak,

granular

4. Gneistose :tersusun atas mineral mika (pipih), dan mineral

granular

1.

2. Struktur non-foliasi : terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan

sering terjadi pada metamorfosa termal / kontak

Struktur yang bersifat non-foliasi :

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 46: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xlvi

a. Granulose / hornfelsic : tidak mempunyai belahan, terdiri dari mineral

equidimensional

b. Kataklastik : terdiri dari pecahan-pecahan / fragman-

fragman batuan maupun mineral

c. Milonitik : sama seperti kataklastik hanya butirannya

lebih halus dan dapat dibelah-belah seperti shistose

Tekstur Batuan Metamorhose

1. tekstur homeoblastik, apabila batuan terdiri atas satu mineral saja

Terdiri dari :

a. lepidoblastik : mineral pipih/tabular, misalnya mineral mika (muskovit,

biotit)

b. nematoblastik : mineral berbentuk menjarum yang memperlihatkan orientasi

sejajar, misalnya amphibol, silimanit, piroksen dll

c. granoblastik : mineral granular, tidak teratur dan mineral yang anhedral,

contoh mineral kuarsa, kalsit , garnet dll

2. tekstur heteroblastik, apabila batuan terdiri lebih dari satu mineral

Tekstur khas lainnya:

1. Porfiroblastik, yaitu tekstur yang memperlihatkan beberapa mineral dengan

ukuran yang lebih besar dikelilingi oleh mineral yang lebih kecil.

2. Blastoporfiritik, yaitu tekstur porfiritik yang terjadi sebelum proses

metamorfosa 9daribatuan beku porfiritik.

Bentuk-bentuk kristal pada batuan metamorfosa :

1. dioblastik, jika mineralnya berbentuk euhedral

2. Hypidioblastik, jika mineralnya berbentuk subhedral

3. Xenoblastik / Alotrioblastik, jika mineralnya berbentuk anhedral

Komposisi mineral

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 47: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

xlvii

Pada hakekatnya komposisi mineral batuan metamorf terdiri dari 2 yaitu :

1. Mineral stress

- Yaitu mineral yang terbentuk dan stabil dalam kondisi tekanan (P)

dan temperatur (T)

- Mineralnya berbentuk pipih atau tabukar, prismatik

- Contohnya mika, kyanit, termonit, aktinolit, zeolit, silimanit,

hornblende dll.

2. Mineral Anti-Stress

Terbentuk bukan dalam kondisi tekanan, (hanya (P) yang bekerja).

Bentuknya umumnya equidimensional

Misalnya kuarsa, kalsit, feldspar dll.

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 48: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

48

2.

3.

3.3 STUKTURGeologi struktur yaitu ilmu yang membahas mengenai arsitektur kulit bumi

dan gejala – gejala yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan bentuk

(deformasi) pada kulit bumi.

3.3.1 Struktur Primer

Struktur primer adalah suatu struktur pada batuan yang terjadi bersamaan

pada saat pembentukan batuan (sint genetik). Struktur ini terdapat pada semua

jenis batuan. Oleh karena itu, secara mendalam dipelajari tersendiri, misalnya

dalam sedimentologi dan petrologi

Beberapa struktur primer

Batuan Sedimen : struktur sedimen berlapis / paralel, gelembur

gelombang, konvulut dan graded bedding, load

cast, flute cast, mud crack dan sebagiannya.

Batuan beku : struktur aliran lava (flow structure), struktur

bantal(pillow) dan struktur meniang(columnar)

Batuan metamorf : struktur foliasi, slaty

3.3.2 Struktur Sekunder

Struktur sekunder adalah struktur pada batuan yang terjadi setelah batuan

terbentuk (post genetik), terutama akibat adanya tegasan eksternal yang bekerja

selama atau setelah pembentukan batuan. Terdiri atas lipatan, kekar, sesar

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 49: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

49

1. Lipatan

Lipatan adalah perubahan bentuk dan volume pada batuan yang

ditunjukan oleh pelengkungan atau melipatnya batuuan akibat pengaruh suatu

tegasan(gaya) yang bekerja pada batuan tersebut. Terbagi atas 2 bentukan :

Gambar 3.16 antiklin dan sinklin

Anticline (antiform) : adalah unsur struktur lipatan dengan

bentuk convec (cembungnya mengarah keatas)

Syncline (sinform) : adalah unsur struktur lipatan dengan

bentuk convace (cekungnya kebawah)

3.3.3 Kekar

kekar adalah suatu fracture (retakan pada suatu batuan) yang relative

tidak mengalami pergeseran pada bidang rekahnya (ragan, 1973). Kekar dapat

disebabkan oleh terjadinya gejala tektonik maupun non tektonik.

Berdasarkan cara terjadinya (genesa), kekar diklarifikasikan menjadi dua,

yaitu :

Shear joint (kekar gerus)

Terjadi akibat adanya tegasan tekanan (compressive stress).

Karakteristiknya sebagai berikut :

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 50: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

50

Bidang pergerakan lurus dan rata, permukaan licin, menyusun semua

bidang – bidang batuan.

Terjadi akibat stress yang cenderung untuk menggelincir satu sama

lain, searah bidang kekar.

Apabila terjadi cermin sesar belum berarti telah terjadi pergeseran

akibat kompresi, tetapi mungkin terjadi pergerakan sesudahnya.

3. Tension joint (kekar tarik)

Tension joint (kekar tarik) dibedakan menjadi dua, yaitu :

Extension joint, terjadi akibat pemekaran / tarikan.

Release joint, terjadi akibat berhentinya gaya yang bekerja.

3.3.4 Sesar

Sesar (fault) adalah suatu bidang rekahan pada kulit bumi yang telah

mengalami pergeseran. Ukuran sesar biasanya mulai dari beberapa cm sampai

lebih dari ratusan km.

Beberapa indikasi dan gejala sebagai petunjuk adanya struktur sesar

disuatu daerah, diantaranya yaitu :

b. Terdapatnya kelurusan (lineament) pada peta topografi dan foto

udara, adanya sumber air panas dan daerah berawa-rawa.

c. Kelurusan pada jalur – jalur mineralisasi, silifikasi, dan ubahan.

d. Perubahan yang mendadak pada kedudukan bidang perlapisan

batuan atau foliasi.

e. Hilangnya struktur secara mendadak, misalnya pada lipatan, retas

dan struktur-struktur lainya.

f. Perubahan jurus dan kemiringan pada kekar dan foliasi.

g. Pergeseran kontak antara batuan, hal ini terlihat pada bergesernya

batas satuan – satuan peta.

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 51: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

51

h. Terjadinya perulangan atau hilangnya satuan batuan

i. Terdapatnya bongkah – bongkah asing pada batuan yang terdapat

dibawahnya.

j. Perubahan pada jalur atau facies metamorfosa.

k. Berdasarkan data geofisika adanya pelurusan-pelurusan atau

perubahan pada sifat animali gaya berat dan magnetik, dan

gradien-gradien yang curam pada peta gaya berat magnetik.

Secara umum struktur sesar dikelompokan menjadi tiga jenis, yaitu :

a. Sesar Normal/Turun (Normal Fault), pada sesar ini hanging wall berada

dibawah bidang sesar, bergerak relatif turun terhadap foot wall, yaitu blok

batuan yang berada dibawah bidang sesar. Sesar normal terdapat disegala

keadaan geologi, seperti pada daerah pegunungan lipatan, bagian puncak salt

dome, daerah dengan gejala tension, serta pada bagian luar jalur orogen.

b. Sesar mendatar, atau sering disebut juga rifts, strike slip, transcurrent, wrench

fault, transverse fault dan sebagiannya dengan kemiringan bidang sesar

curam-tegak.

c. Sesar naik (reverse fault), dimana hanging wall bergerak relative naik

terhadap foot wall dengan sudut kemiringan bidangnya kecil, yaitu < 450 .

sesar ini memiliki beberapa sifat yang tergantung pada batuannya, intensitas

geseran serta arah kedudukan dari sesar, yaitu sejajar atau menyilang terhadap

lapisan batuan.

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 52: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

52

1.

2.

3.

3.1.

3.2.

3.3.

3.3.1.

3.3.2.

3.3.3.

3.3.4.

3.4.STRATIGRAFIstratigrafi adalah ilmu yang mempelajari tentang posisi dan hubungan

perlapisan batuan dalam ruang waktu geologi.

Stratigrafi terbagi dua aspek, yaitu :

1. Stratigrafi fisik, dalam arti sifat-sifat fisiknya. Bagaimana besaran-

besaran satuan stratigrafinya, bagaimana proses terjadinya satuan,

kemudian analisa dan interpretasinya.

2. Stratigrafi biologis, membahas aspek biologis dalam aspek kulit

bumi. Artinya bagaimana kandungan fosil, perkembangannya

pengelompokkannya dalam satuan stratigrafi.

Hukum-hukum geologi yang berkenaan dengan startigrafi, antara lain :

a. Hukum yagn dikemukanan STENO (1669), terdiri dari:

- prinsip superposisi

- prinsip kesinambungan

- prinsip akumulasi vertikal

b. Uniformitarianism (JAMES HUTTON, 1785)

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 53: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

53

Yang terkenal dengan semboyannya yaitu “The prensent is the key to

the past”

c. Hukum intrusi penerobosan ( AWR POTTER & H.ROBINSON)

“batuan yang menerobos lebih muda dari batuan yang di terobosnya”

d. Hukum pergantian / urutan fauna (DE SOULOVIE, 1777)

Dalam urut-urutan batuan sedimen, sekelompok lapisan dapat

mengandung lapisan fosil tertentu (berbeda) dengan sekelompok

lapisan diatas, maupun dibawahnya. e. Strata identified by fossil (WILLIAM SMITH, 1869)

Suatu lapisan yang sama (meski litologinya berbeda) akan tetap

dikenali dengan kandungan fosil yang saya.

f. Prinsip-Prinsip kepunahan organik (GEORGE CUVIER) 1769 –

1832

Prinsip yang dikemukakan oleh George cuvier ini dibuktikan oleh

kumpulan fosil yang berlainan dalam satu stratigrafi yang sama

dimana endapan yang lebih muda mengandung makhluk-makhluk yan

sekarang daripada endapan yang dikandung oelh endapan yane lebih

tua.

Dalam membahas kolom startigrafi kadang-kadang diselingi dengan

ketidakselarasan (unconfirmity).

- Unconfirmity adalah tidak menerusnya siklus pengendapan

atau sedimentasi yang disebabkan oleh proses erosi

- Confirmity, pengendapan yang berlangsung terus menerus

tanpa ada selang waktu dari suatu lapisan yang lain dibawah

lapisan yang berada diatasnya.

Macam-macam ketidakselarasan

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 54: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

54

1. Ketidakselarasan menyudut (angular unconfirmity)

Yaitu sekelompok batuan yang berada di bawah ketidakselarasan yang

membetuk sudut dengan sekelompok batuan yang ada diatasnya.

2. Ketidakselarasan sejajar (Disconfirmity)

Adalah lapisan yang berada dilapisan diatas dan dibawah bidang keselarasan

saling sejajar satu sama lain, tetapi bidang erosi masih nampak jelas.

3. Nonconfirmity

Merupakan ketidakselarasan yang terjadi karena batas antar lapisan sedimen

yang mengendap diatas lapisan batuan beku, yang otomatis batuan bekunya

terbentuk terlebih dahulu baru kemudian lapisan sedimen terbentuk diatasnya.

1.

2.

3.

3.1.

3.2.

3.3.

3.4.

3.5 GEOLOGI SEJARAH

Geologi sejarah merupakan suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari

tentang sejarah bumi, termasuk aspek-aspek yang berada didalamnya, karena

sejarah itu selalu berkaitan dengan waktu, maka dalam membicarakan sejarah

pembagian bumi ini juga didasarkan pada waktu yang telah disusun oleh para

ahli. Dimana pembagiannya meliputi Kala, Masa, Zaman, dan Kurun.

Selanjutnya dapat di lihat pada tabel skala waktu geologi dibawah ini.

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 55: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

55

Gambar 3.17 skala waktu geologi

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Lembar Deskripsi Mineral

Lembar deskribsi mineral berisi lampiran hasil pratikum deskripsi mineral yang telah

disetujui oleh asisten laboratorium yang bersangkutan.

( terlampir dibalik lembar ini )

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 56: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

56

4.2 Lembar Deskripsi Batuan Beku

Lembar deskripsi batuan beku berisi lampiran hasil pratikum deskripsi batuan beku

yang telah disetujui oleh asisten laboratorium yang bersangkutan.

( terlampir dibalik lembar ini )

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 57: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

57

4.3 Lembar Deskripsi Batuan Sedimen

Lembar deskripsi batuan sedimen berisi lampiran hasil pratikum deskripsi batuan

sedimen yang telah disetujui oleh asisten laboratorium yang bersangkutan.

( terlampir dibalik lembar ini )

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 58: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

58

4.4 Lembar Deskripsi Batuan Metamor

Lembar deskripsi batuan metamorf berisi lampiran hasil pratikum deskripsi batuan

metamorf

( terlampir dibalik lembar ini )

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 59: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

59

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari laporan hasil pratikum geologi dasar ini dapat disimpulkan bahwa

pratikum geologi dasar ini bertujuan memperkenalkan ilmu geologi secara luas

kepada para mahasiswa agar mahasiswa dapat lebih mengenal aspek-aspek dalam

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 60: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

60

geologi, lebih memahami setiap teori geologi dasar dengan melalukan praktek secara

langsung dilaboratorium, dan menambah minat serta rasa cinta mahasiswa terhadap

geologi itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Catatan pribadi

Heni, S.W., ST., 2011, Buku Petunjuk Pratikum Geologi Dasar Dan Geologi Fisik –

Dinamik, Jurusan Teknik Geologi Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.

Laporan Pratikum Geologi Dasar

Page 61: Laporan Pratikum Geodas (BimaJp)

61

Ir.Dono, G., 2007, Diktat Penuntun Pratikum Petrologi, Laboratorium Geologi

Universitas Islam Bandung

Laporan Pratikum Geologi Dasar