laporan pratikum

23
LAPORAN PRATIKUM BAYANGAN PADA CERMIN Oleh KELOMPOK 4 Aprina Defianti (A1E008001) Andalusia (A1E008021) Aripin Pitrianto (A1E008024) Dhevana Reviska (A1E008047) Ruri Okto Pratama (A1E008049) Dosen Dra. Connie F, M.Pd PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU 2010

Upload: saiful-rachman

Post on 27-Jun-2015

1.267 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PRATIKUM

LAPORAN PRATIKUM

BAYANGAN PADA CERMIN

Oleh

KELOMPOK 4

Aprina Defianti (A1E008001)

Andalusia (A1E008021)

Aripin Pitrianto (A1E008024)

Dhevana Reviska (A1E008047)

Ruri Okto Pratama (A1E008049)

Dosen

Dra. Connie F, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2010

Page 2: LAPORAN PRATIKUM

I. Judul percobaan : Bayangan pada lensa

II. Tujuan percobaan : Menyelidiki sifat pembiasan pada lensa

III. Landasan teori :

1. PEMANTULAN PADA CERMIN CEMBUNG

Sinar-sinar istimewa untuk permukaan sferis cembung, meliputi:

1.Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah datangnya

dari fokus (F)

2. Sinar datang menuju titik fokus (F) akan dipantulkan sejajar sumbu utama

3.Sinar yang menuju titik pusat kelengkungan P akan dipantulkan kembali

seolah-olah bersumber dari P

Page 3: LAPORAN PRATIKUM

http://klikbelajar.com/pelajaran-sekolah/pelajaran-biologi/sifat-cahaya/

Pembentukan Bayangan pada Cermin Cembung

Untuk melukis pembentukan bayangan pada cermin cembung, dapat dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Lukis dua buah sinar istimewa (menggunakan sinar datang sejajar dengan

sumbu utama yang akan dipantulkan seolah-olah datangnya dari fokus (F)

dan sinar yang menuju titik pusat kelengkungan P yang akan dipantulkan

kembali seolah-olah bersumber dari P).

Secara umum setiap sinar datang yang mengenai cermin cembung

menggunakan aturan Hukum Snellius dengan menunjukkan setiap titik

pantulnya sesuai dengan garis normalnya.

2. Sinar datang dari depan cermin dan dipantulkan kembali ke depan,

perpanjangan sinar-sinar di belakang cermin dilukis sebagai garis putus-

putus. Lukisan garis putus-putus menyatakan bahwa sinar seolah-olah

berasal dari titik tertentu yang akan menggambarkan bayangan semu.

3. Perpotongan kedua buah sinar pantul yang dilukis pada langkah 1

merupakan titik bayangan, karena titik perpotongan sinar tersebut yang

akan menunjukkan bahwa bayangan akan terbentuk. Jika perpotongan

didapat dari sinar pantul terjadi bayangan nyata (sejati), karena titik

perpotongan yang terbentuk terletak di daerah bayangan nyata di depan

cermin. Akan tetapi jika perpotongan didapat dari perpanjangan sinar

pantul, bayangan yang dihasilkan adalah maya (semu), karena titip

perpotongan terletak di daerah bayangan semu di belakang cermin.

Page 4: LAPORAN PRATIKUM

Hendrajaya, et al. (1983) mendefinisikan pengertian benda/bayangan nyata

dan maya sebagai berikut:

Benda nyata : Jika sinar datang divergen pada permukaan pembias (s > 0).

Benda maya : Jika sinar datang konvergen pada permukaan (s < 0)

Bayangan nyata :Jika sinar datang konvergen dari permukaan pembias (s’ > 0)

berpotongan.

Bayangan maya :

Jika sinar datang divergen dari permukaan pembias seakan-

akan datang dari sebuah titik di pihak lain dari permukaan (s’

< 0).

(Bob Foster 2004.112-134)

Pada prinsipnya untuk melukiskan pembentukan bayangan pada cermin cembung

sama dengan pembentukan bayangan pada cermin Cekung, cukup digunakan dua

buah sinar istimewa saja.

Gambar Pembentukan bayangan pada cermin cembung

Tabel 1. Sifat-sifat Bayangan pada Pencerminan Permukaan Sferis

S S’ Cermin Cembung

R I

R II

R III

R IV

R IV

R III

R II

R I

Sejati, tegak, diperbesar

Maya, terbalik, diperbesar

Maya, terbalik, diperkecil

Maya, tegak, diperkecil

Page 5: LAPORAN PRATIKUM

Hubungan antara jarak benda (s), jarak bayangan s' dan fokus

atau

catatan :

R dan f bertanda positif untuk cermin cekung

R dan f bertanda negatif untuk cermin cembung

Perbesaran bayangan pada pemantulan ini berlaku:

Catatan : Bila perbesaran M bertanda negative (-), maka bayangan adalah nyata

dan terbalik terhadap bendanya. Bila perbesaran M bertanda positif (+) maka

bayangan adalah maya dan tegak terhadap bendanya. ( Kanginan , Mulia, & Adjis,

1994).

2. PEMANTULAN PADA CERMIN CEKUNG

Sinar-sinar istimewa untuk permukaan sferis cekung, meliputi: (Faizin, 2007)

1. Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan menuju titik fokus (F)

2. Sinar datang menuju titik fokus (F) akan dipantulkan sejajar sumbu utama

Page 6: LAPORAN PRATIKUM

3.Sinar yang menuju titik pusat kelengkungan (P) akan dipantulkan kembali

melalui P

(http://aditya-pandhu.blogspot.com/2010/02/pemantulan-cahaya-pada-

cermin-cekung.html)

Pembentukan Bayangan pada Cermin Cekung

Untuk melukis pembentukan bayangan pada cermin cekung, dapat dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Lukis dua buah sinar istimewa (menggunakan sinar datang sejajar dengan

sumbu utama yang akan dipantulkan menuju titik fokus dan sinar yang

menuju titik pusat kelengkungan P yang akan dipantulkan kembali melalui

P).

Secara umum setiap sinar datang yang mengenai cermin cekung

menggunakan aturan Hukum Snellius dengan menunjukkan setiap titik

pantulnya sesuai dengan garis normalnya.

Page 7: LAPORAN PRATIKUM

2. Sinar datang dari depan cermin dan dipantulkan kembali ke depan,

perpanjangan sinar-sinar di belakang cermin dilukis sebagai garis putus-

putus. Lukisan garis putus-putus menyatakan bahwa sinar seolah-olah

berasal dari titik tertentu yang akan menggambarkan bayangan semu.

3. Perpotongan kedua buah sinar pantul yang dilukis pada langkah 1

merupakan titik bayangan, karena titik perpotongan sinar tersebut yang

akan menunjukkan bahwa bayangan akan terbentuk. Jika perpotongan

didapat dari sinar pantul terjadi bayangan nyata (sejati), karena titik

perpotongan yang terbentuk terletak di daerah bayangan nyata di depan

cermin. Akan tetapi jika perpotongan didapat dari perpanjangan sinar

pantul, bayangan yang dihasilkan adalah maya (semu), karena titip

perpotongan terletak di daerah bayangan semu di belakang cermin.

Hendrajaya, et al. (1983) mendefinisikan pengertian benda/bayangan nyata dan

maya sebagai berikut:

Benda nyata : Jika sinar datang divergen pada permukaan pembias (s > 0).

Benda maya : Jika sinar datang konvergen pada permukaan (s < 0)

Bayangan nyata :Jika sinar datang konvergen dari permukaan pembias (s’ > 0)

berpotongan.

Bayangan maya :

Jika sinar datang divergen dari permukaan pembias seakan-

akan datang dari sebuah titik di pihak lain dari permukaan (s’

< 0).

(Drs. Abdul Jamal dan Tamrin B.A, 2005 : 165)

Perhatikan Contoh Pembentukan Bayangan Pada Cermin Cekung berikut

Page 8: LAPORAN PRATIKUM

Gambar 1. Pembentukan bayangan pada cermin cekung dengan benda di rung I

Gambar 2. Pembentukan bayangan pada cermin cekung dengan benda di rung II

Gambar 3. Pembentukan bayangan pada cermin cekung dengan benda di rung III

Tabel 1. Sifat-sifat Bayangan pada Pencerminan Permukaan Sferis

S S’ Cermin Cekung

R I

R II

R III

R IV

R IV

R III

R II

R I

Maya, tegak, diperbesar

Sejati, terbalik, diperbesar

Sejati, terbalik, diperkecil

Sejati, tegak, diperkecil

Hubungan antara jarak benda (s), jarak bayangan s' dan fokus

atau

catatan :

Page 9: LAPORAN PRATIKUM

R dan f bertanda positif untuk cermin cekung

R dan f bertanda negatif untuk cermin cembung

Perbesaran bayangan pada pemantulan ini berlaku:

Catatan: Bila perbesaran M bertanda negatif (-), maka bayangan adalah nyata dan

terbalik terhadap bendanya. Bila perbesaran M bertanda positif (+), maka

bayangan adalah maya dan tegak terhadap bendanya. (Kanginan, Mulia, & Adjis,

1994)

Page 10: LAPORAN PRATIKUM

IV. Alat dan bahan :

No Nama Alat Jumlah

1 Meja Optik 1

2 Rel pesisi 2

3 Bola lampu 12 V,12 W 1

4 Diafragma 5 celah 1

5 Cermin cembung dan cermin cekung 1

6 Catu daya 1

7 Kabel penghubung merah dan putih 1

8 Tempat lampu bertangkai 1

9 Mistar 30 cm 1

10 Kertas HVS putih 2

11 Busur derajat 1

12 Lensa f = 100 mm

Page 11: LAPORAN PRATIKUM

V. Langkah percobaan :

a. Langkah-langkah merangkai alat

1) Alat-alat yang diperlukan disusun seperti gambar, dengan keterangan

berurutan dari kiri : sumber cahaya, lensa f = 100mm, diafragma,

lensa f = 100mm, meja optik

2) Sebagai benda digunakan diafragma lima celah yang diterangi sumber

cahaya.

3) Sebagai layar penangkap bayangan digunakan meja yang di atas nya

adalah cermin lengkung

4) Kertas HVS diletakkan di atas meja optik.

5) Kesesuaian sumber cahaya di atur dengan catu daya maupun sumber

listriknya (PLN).

6) Rel presisi yang satu disambungkan dengan rel presisi yang lain, agar

diperoleh rel yang lebih panjang.

b. Langkah Percobaan

a. Letakkan model cermin cembung di atas kertas dengan kedudukan

cermin di atas garis bantu pada kertas hvs.

b. Perhatikan sinar-sinar yang keluar dari cermin. Aturlah kedudukan

cermin sehingga berkas sinar yang ditengah merambat sepanjang garis

lurus melalui cermin.

c. Tandailah jalan sinar-sinar bias dengan menggunakan dua tanda silang

agar dapat menggambarkan jalannya sinar itu.

Page 12: LAPORAN PRATIKUM

d. Singkirkan cermin cembung dan gambarkan jalannya sinar-sinar yang

meninggalkan cermin.

e. Ulangi setiap langkah di awal untuk setiap kali menggunakan cermin

cekung.

VI. HASIL PENGAMATAN

a. Gambar Pemantulan pada cermin cekung

Page 13: LAPORAN PRATIKUM

b. Gambar Pemantulan pada cermin cembung

VII. PEMBAHASAN

Page 14: LAPORAN PRATIKUM

Pada percobaan yang kami lakukan ini yaitu percobaan yang

berjudul Pemantulan cahaya pada cermin lengkung. percobaan ini memiliki

tujuan untuk mengamati bagaimana bentuk pemantulan cahaya pada cermin

lengkung (cekung dan cembung). Adapun alat dan bahan yang digunakan

dalam percobaan untuk mengamati pemantulan pada cermin lengkung adalah

dapat dilihat pada tabel alat dan bahan.pada percobaan cermin lengkung ini,

kita mengamati bentuk atau hasil pemantulan cahaya yang terjadi pada cermin

cembung dan cermin cekung.

Dalam Hukum pemantulan cahaya menyatakan bahwa sudut datang

yang di beri lambang (i) sama dengan sudut pantul ( r). Hukum pemantulan ini

berlaku juga untuk pemantulan cermin lengkung. Pada cermin lengkung garis

normal adalah garis yang menghubungkan titik pusat lengkung cermin dan

titik jatuhnya sinar, sehingga dengan demikian garis normal pada cermin

lengkung selalu berubah-ubah hal ini terjadi karena bergantung pada titik jatuh

sinar.

Dari hasil percobaan yang kami lakukan pada cermin cekung dapat

membentuk bayangan nyata untuk benda yang berada ( diletakkan) di depan

cermin. Pemantulan pada cermin cekung yang terlihat dalam percobaan bahwa

ada dua sinar utama datang dan sinar pantul yang terbentuk.

Yang pertama sinar datang dari celah diafragma adalah sejajar

dengan sumbu utama, kemudian sinar di pantulkan kembali melalui titik

fokus. Yang kedua adalah sinar datang berimpit dengan sumbu utama yang

melalui titik fokus di pantulkan kembali yang berimpitan dengan sumbu utama

melalui titik fokus. Pada percobaan yang kami lakukan ini kami menggunakan

5 celah diafragma, sinar yang datang sejajar dengan sumbu utama adalah 5

sinar datang yang semuanya di pantulkan melalui titik fokus. Namun 1 sinar

datang yang sejajar atau sinar yang berimpit dengan sumbu utama dipantulkan

kembali melalui sumbu utama tersebut.

Page 15: LAPORAN PRATIKUM

Hasil pemantulan yang terjadi pada cermin cekung tersebut dapat

dilihat pada gambar berikut :

Sinar datang yang sejajar dengan sumbu utama pada percobaan ini

dua sinar datang berada di bawah titik focus dan dua lainnya datang sejajar di

atas titik fokus. Semua sinar yang datang dan di pantul kan melalui titik fokus.

Sehingga dapat di tarik suatu kesimpulan dari pemantulan cahaya pada cekung

memiliki sifat mengumpulkan cahaya (konvergen). Semua cahaya pantul

terkumpul di titik fokus.

Sedangkan pada cermin cembung ,titik fokus cermin cembung

terletak dibelakang cermin, dengan demikian dapat juga dikatakan bahwa titik

fokus cermin cembung yaitu titik fokus maya. Pemantulan pada cermin

cembung yang terlihat dalam percobaan bahwa ada dua macam sinar datang

dan sinar pantul yang terbentuk.

Hasil pemantulan yang terjadi pada cermin cembung tersebut dapat

dilihat pada gambar berikut :

Page 16: LAPORAN PRATIKUM

Yang pertama sinar datang dari celah diafragma adalah sejajar

dengan sumbu utama, kemudian sinar di pantulkan secara menyebar

(divergen). Yang kedua adalah sinar datang berimpit dengan sumbu utama

yang melalui titim fokus di pantulkan kembali yang berimpitan dengan sumbu

utama. Pada percobaan ini menggunakan 5 celah diafragma, sinar yang datang

sejajar dengan sumbu utama adalah 4 sinar datang yang semuanya di pantulkan

secara menyebar.dan satu sinar yang berimpit pada sumbu utama juga

dipantulkan sejajar dengan sumbu utama. Sinar datang yang sejajar dengan

sumbu utama pada percobaan ini dua sinar datang berada di bawah titik focus

dan dua lainnya datang sejajar di atas titik focus. Semua sinar yang datang dan

di pantul kan dengan menyebar.

Sehingga dari percobaan yang kami lakukan untuk pemantulan

pada cermin cembung ini dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa cermin

cembung memiki sifat menyebar atau memancarkan cahaya ( divergen).

Dari percobaan pemantulan pada cermin cekung dan cermin

cembung telihat perbedaan yang jelas mengenai sifat pemantulan yang

dilakukan. Dan pada cermin cekung dan cembung memiliki sifat pemantulan

yaitu sinar datang yang sejajar dan beripit dengan sumbu uatama dipantulkan

kembali berimpit dengan sinar datangnya.

Page 17: LAPORAN PRATIKUM

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

VII.1. Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang kami lakukan dapat ditarik kesimpulan

bahwa cermin cekung memiliki sifat mengumpulkan cahaya (convergen)

pada titik focusnya, sedangkan pada cermin cembung memiliki sifat

memancarkan cahaya ( divergen).

VII.2. Saran

Diharapkan sebelum melakukn percobaan, praktika mengetahui tujuan

percobaan yang akan dilakukan

Hendaknya prakrikan berhati-hati dalam melakukan praktikum, hingga

diperoleh hasil yang maksimal.

Hendaknya pencahayaan pada saat pelaksanaan percobaan ini cukup atau

tidak terlalu terang.

VIII. Kemungkinan dalam kehidupan sehari – hari

Penggunaan kaca sepion mobil dengan cermin cembung

Page 18: LAPORAN PRATIKUM

DAFTAR PUSTAKA

Foster, Bob. 2004. Fisika untuk SMA kelas x semester 1b. Jakarta :

Erlangga

http://klikbelajar.com/pelajaran-sekolah/pelajaran-biologi/sifat-cahaya/

(http://aditya-pandhu.blogspot.com/2010/02/pemantulan-cahaya-pada-

cermin-cekung.html)

Jamal,Abdul dan Tamrin B.A.2005. Pintar Fisika untuk SMA. Jawa

Timur: Gitamedia Press