makalah geodas

91
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Geologi merupakan ilmu yang mempelajari, menyelediki dan menganalisa struktur lapisan yang berada di permukaan bumi. Selain itu geologi juga mempelajari tentang, sifat fisik bumi, proses-proses yang terjadi dipermukaan dan di kerak bumi, tentang evolusi dan benda ruang angkasa. Dalam peranannya sebagai ilmu bumi, pastilah mengetahui seluk beluk aktivitas bumi dimana bumi selalu dikontrol oleh dua tenaga besar yaitu tenaga endogen dan tenaga eksogen, yang berpotensi besar merubah bentang-bentang alam dan roman muka bumi. Dengan begitu kompleksnya ilmu yang dipelajari dalam geologi mengenai bumi hendaknya seorang geologis mampu menganalasis secara detail mengenai dinamika bumi yang begitu kompleks dan selalu berubah-ubah tidak menentu. II.2 Ruang Lingkup II.3 Tujuan

Upload: fitrawan-fattah

Post on 20-Jan-2016

57 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

geologi dasar

TRANSCRIPT

Page 1: makalah geodas

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Geologi merupakan ilmu yang mempelajari, menyelediki dan menganalisa

struktur lapisan yang berada di permukaan bumi.

Selain itu geologi juga mempelajari tentang, sifat fisik bumi, proses-proses

yang terjadi dipermukaan dan di kerak bumi, tentang evolusi dan benda ruang

angkasa.

Dalam peranannya sebagai ilmu bumi, pastilah mengetahui seluk beluk

aktivitas bumi dimana bumi selalu dikontrol oleh dua tenaga besar yaitu tenaga

endogen dan tenaga eksogen, yang berpotensi besar merubah bentang-bentang

alam dan roman muka bumi.

Dengan begitu kompleksnya ilmu yang dipelajari dalam geologi mengenai

bumi hendaknya seorang geologis mampu menganalasis secara detail mengenai

dinamika bumi yang begitu kompleks dan selalu berubah-ubah tidak menentu.

II.2 Ruang Lingkup

II.3 Tujuan

1 Agar mahasiswa mengetahui jenis batuan beku, sedimen dan metamorf

melalui sifat fisik batuan dan mineral mineral pembentuk batuan

2. Agar mahasiswa dapat menggunakan alat navigasi dengan baik dan benar

3. Mahasiswa mampu membuat peta geologi.

4.    Mahasiswa mampu menjelaskan penyebaran batuan dipermukaan bumi

berdasarkan peta geologi yang dibuat.

Page 2: makalah geodas

BAB II

DASAR TEORI PRAKTIKUM

II. 1. Pendahuluan

Geologi dasar adalah salah  Ilmu yang mempelajari tentang bumi,

komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses

pembentukannya.

Dalam peranannya dapat pula mengetahui seluk-beluk aktivitas

bumi, dimana bumi selalu dikontrol oleh dua tenaga besar yaitu tenaga

endogen dan tenaga eksogen yang berpotensi besar dalam merubah

bentang alam serta roman muka bumi.

II. 2. Pengenalan Mineral dan Batuan

Mineral merupakan benda padat yang terbentuk secara alamiah

(anorganik), homogen, dan mempumyai komposisi kimia terntentu. Batuan

adalah sekumpulan mineral-mineral yang menjadi satu. Bisa terdiri dari satu

atau lebih mineral. Lapisan lithosphere di bumi terdiri dari batuan.

Berdasarkan klasifikasinya mineral dibagi menjadi dua yaitu sifat

fisik dan kimia.

Klasifikasi sifat fisik mineral, meliputi:

Kilap

Merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh permukaan

mineral saat terkena cahaya (Sapiie, 2006)

Kilap ini secara garis besar dapat dibedakan menjadi  jenis:

Page 3: makalah geodas

a. Kilap Logam (metallic luster): bila mineral tersebut mempunyai

kilap atau kilapan seperti logam. Contoh mineral yang mempunyai

kilap logam: Gelena, Pirit, Magnetit, Kalkopirit, Grafit, Hematit

b.    Kilap Bukan Logam (non metallic luster), terbagi atas:

Kilap Intan (adamantin luster), cemerlang seperti intan.

Kilap kaca (viteorus luster), misalnya pada kuarsa dan kalsit.

Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyeruai sutera pada

umumnya terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat,

misalnya pada asbes, alkanolit, dan gips.

Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar

misalnya pada spharelit.

Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun,

misalnya pada serpentin,opal dan nepelin.

Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada

kaolin, bouxit dan limonit.

Kilap mineral sangat penting untuk diketahui, karena sifat fisiknya ini

dapat dipakai dalam menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu perlu

dibiasakan membedakan kilap mineral satu dengan yang lainnya, walaupun

kadang-kadang akan dijumpai kesulitan karena batas kilap yang satu dengan

yang lainnya tidak begitu tegas (Danisworo 1994).

Warna

Warna penting untuk membedakan warna untuk mineral akibat

pengotoran dan warna asli (tetap) yang berasal dari elemen utama pada

mineral tersebut. Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemen –

elemen utama pada mineral disebut Idiochromatic.

Page 4: makalah geodas

Misal : Sulfur warna kuning

Magnetite warna hitam

Pyrite warna kuning loyang

Warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsur

lain, sehingga membuat warna berubah – ubah tergantung dari

pengotornya, disebut dengan nama Allochromatic.

Misal : Halite, warna dapat berubah – ubah :

- Abu – abu

- Biru bervariasi

- Kuning

- Coklat gelap

Kwarsa tak berwarna, tetapi karena ada campuran/pengotoran, warna

berubah – ubah menjadi :

- Violet (amethyst)

- Merah muda

- Coklat hitam

Kehadiran kelompok ion asing yang dapat memberikan warna tertentu

pada mineral disebut dengan nama Chromophores.

Misal : ion – ion Cu yang terkena proses hidrasi merupakan

chromophores dalam mineral Cu sekunder, maka akan memberikan

warna hijau dan biru.

Faktor yang dapat mempengaruhi warna :

a. Komposisi kimia

Misal : Chlorite – hijau.........................chloro (greek)

Albite – putih............................albus (latin)

Melanite – melas.......................melas (greek)

Page 5: makalah geodas

Erythrite – merah......................erythrite (greek)(sel darah

merah)

Rhodonite – merah jambu.........radon (greek)

Warna di atas berdasarkan warna mineral.

b. Struktur kristal dan ikatan atom

Misal : Polymorph dari Carbon – C

Intan – tak berwarna – isometrik

Graphite – hitam – hexagonal

c. Pengotoran dari mineral

Misal : Silika tak berwarna

Jasper – merah

Chalsedon – coklat hitam

Agate – asap/putih

Kekerasan

Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi suatu

mineral dapat membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai sebagai

kekerasan yang standard. Mineral yang mempunyai kekerasan yang lebih kecil

akan mempunyai bekas dan badan mineral tersebut. Standar kekerasan yang biasa

dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jeman dan

dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari skala

1 untuk mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras .

Skala Kekerasan Mohs

Skala Kekerasan Mineral Rumus Kimia

1 Talc H2Mg3 (SiO3)4

Page 6: makalah geodas

2 Gypsum CaSO4. 2H2O

3 Calcite CaCO3

4 Fluorite CaF2

5 Apatite CaF2Ca3 (PO4)2

6 Orthoklase K Al Si3 O8

7 Quartz SiO2

8 Topaz Al2SiO3O8

9 Corundum Al2O3

10 Diamond C

Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas maka di bawah ini

diberikan kekerasan dari alat penguji standar :

Alat Penguji Derajat Kekerasan

Page 7: makalah geodas

Mohs

Kuku manusia 2,5

Kawat Tembaga 3

Paku 5,5

Pecahan Kaca 5,5 – 6

Pisau Baja 5,5 – 6

Kikir Baja 6,5 – 7

Kuarsa 7

Cerat

Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat

dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping

porselin atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan

tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda. Warna

cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap walaupun warna mineralnya berubah-

ubah. Contohnya :

Pirit :  Berwarna keemasan namun jika digoreskan pada plat porselin akan

meninggalkan jejak berwarna hitam.

Page 8: makalah geodas

Hematit :  Berwarna merah namun bila digoreskan pada plat porselin akan

meninggalkan jejak berwarna merah kecoklatan.

Augite :  Ceratnya abu-abu kehijauan

Biotite :  Ceratnya tidak berwarna

Orthoklase  :  Ceratnya putih

Warna serbuk, lebih khas dibandingkan dengan warna mineral secara

keseluruhan, sehingga dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi mineral

(Sapiie, 2006).

Belahan

Balahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada

satu atau lebih arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral

yang mampu membelah yang oleh sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak

hancur, tetapi terbelah-belah menjadi bidang belahan yang licin. Tidak semua

mineral mempunyai sifa ini, sehingga dapat dipakai istilah seperti mudah terbakar

dan sukar dibelah atau tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat atom di dalam di

dalam sruktur kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila terdapat

ikatan yang lemah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah

melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui bidang-

bidang tersebut. Karena keteraturan sifat dalam mineral, maka belahan akan

nampak berjajar dan teratur (Danisworo, 1994).

Contoh mineral yang mudah membelah adalah kalsit yang mempunyai tiga

arah belahan sedang kuarsa tidak mempunyai belahan.  Berikut contoh

mineralnya:

a. Belahan satu arah, contoh : muscovite.

b. Belahan dua arah, contoh   : feldspar.

Page 9: makalah geodas

c. Belahan tiga arah, contoh    : halit dan kalsit.

Pecahan

Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah

yang tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan

belahan dapat dilihat dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar.

Permukaan bidang belah akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar seperti

cermin datar, sedang bidang pecahan memantulkan sinar ke segala arah dengan

tidak teratur (Danisworo, 1994).

Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:

Concoidal: bila memperhatikan gelombang yang melengkung di

permukaan pecahan, seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan

botol. Contoh Kuarsa.

Splintery/fibrous: Bila menunjukkan gejala seperti serat, misalnya

asbestos, augit, hipersten

Even: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan

halus, contoh pada kelompok mineral lempung. Contoh Limonit.

Uneven: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang

pecahan yang kasar, contoh: magnetit, hematite, kalkopirite, garnet.

Hackly: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar tidak

teratur dan runcing-runcing. Contoh pada native elemen emas dan

perak.

Bentuk

Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur yang

dikendalikan oleh system kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang

Page 10: makalah geodas

membentuk kristal disebut mineral kristalin. Mineral kristalin sering mempunyai

bangun yang khas disebut amorf (Danisworo, 1994).

Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas, misalnya:

a. Bangun kubus : galena, pirit.

b. Bangun pimatik                  : piroksen, ampibole.

c. Bangun doecahedon         : garnet

d. Mineral amorf misalnya : chert, flint.

Kristal dengan bentuk panjang dijumpai. Karena pertumbuhan kristal

sering mengalami gangguan. Kebiasaan mengkristal suatu mineral yang

disesuaikan dengan kondisi sekelilingnya mengakibatkan terjadinya bentuk-

bentuk kristal yang khas, baik yang berdiri sendiri maupun di dalam kelompok-

kelompok. Kelompok tersebut disebut agregasi mineral dan dapat dibedakan

dalam struktur sebagai berikut:

Struktur granular atau struktur butiran yang terdiri dari butiran-butiran

mineral yang mempunyai dimensi sama, isometrik. Dalam hal ini

berdasarkan ukuran butirnya dapat dibedakan

menjadi kriptokristalin/penerokristalin (mineral dapat dilihat dengan mata

biasa). Bila kelompok kristal berukuran butir sebesar gula pasir, disebut

mempunyai sakaroidal.

Struktur kolom: terdiri dari prisma panjang-panjang dan ramping. Bila

prisma tersebut begitu memanjang, dan halus dikatakan mempunyai

struktur fibrous atau struktur berserat. Selanjutnya struktur kolom dapat

dibedakan lagi menjadi: struktur jarring-jaring (retikuler), struktur bintang

(stelated) dan radier.

Page 11: makalah geodas

Struktur Lembaran atau lameler, terdiri dari lembaran-lembaran. Bila

individu-individu mineral pipih disebut struktur tabuler,contoh mika.

Struktur lembaran dibedakan menjadi struktur konsentris, foliasi.

Sturktur imitasi : kelompok mineral mempunyai kemiripan bentuk dengan

benda lain. Mineral-mineral ini dapat berdiri sendiri atau berkelompok.

Bentuk kristal mencerminkan  struktur dalam sehingga dapat dipergunakan

untuk pemerian atau pengidentifikasian mineral (Sapiie, 2006).

BERAT JENIS

Adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral. Cara yang

umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang mineral tersebut

terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral ditimbang lagi

dalam keadaan di dalam air, misalnya beratnya y gram. Berat terhitung dalam

keadaan di dalam air adalah berat miberal dikurangi dengan berat air yang

volumenya sama dengan volume butir mineral tersebut.

SIFAT DALAM

Adalah sifat mineral apabila kita berusaha untuk mematahkan, memotong,

menghancurkan, membengkokkan atau mengiris. Yang termasuk sifat ini adalah

Rapuh (brittle): mudah hancur tapi bias dipotong-potong, contoh kwarsa,

orthoklas, kalsit, pirit.

Mudah ditempa (malleable): dapat ditempa menjadi lapisan tipis, seperti

emas, tembaga.

Dapat diiris (secitile): dapat diiris dengan pisau, hasil irisan rapuh, contoh

gypsum.

Fleksible: mineral berupa lapisan tipis, dapat dibengkokkan tanpa patah

dan sesudah bengkok tidak dapat kembali seperti semula. Contoh mineral

talk, selenit.

Blastik: mineral berupa lapisan tipis dapat dibengkokkan tanpa menjadi

patah dan dapat kembali seperti semula bila kita henikan tekanannya,

contoh: muskovit.

Page 12: makalah geodas

KEMAGNITAN

Adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Diatakan sebagai feromagnetic bila

mineral dengan mudah tertarik gaya magnet seperti magnetik, phirhotit. Mineral-

mineral yang menolak gaya magnet disebut diamagnetic, dan yang tertarik lemah

yaitu paramagnetic. Untuk melihat apakah mineral mempunyai sifat magnetik

atau tidak kita gantungkan pada seutas tali/benang sebuah magnet, dengan sedikit

demi sedikit mineral kita dekatkan pada magnet tersebut. Bila benang bergerak

mendekati berarti mineral tersebut magnetik. Kuat tidaknya bias kita lihat dari

besar kecilnya sudut yang dibuat dengan benang tersebut dengan garis vertical.

KELISTRIKAN

Adalah sifat listrik mineral dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu pengantar arus

atau londuktor dan tidak menghantarkan arus disebut non konduktor. Dan ada lagi

istilah semikonduktor yaitu mineral yang bersifat sebagai konduktor dalam batas-

batas tertentu.

DAYA LEBUR MINERAL

Yaitu meleburnya mineral apabila dipanaskan, penyelidikannya dilakukan dengan

membakar bubuk mineral dalam api. Daya leburnya dinyatakan dalam derajat

keleburan.

II.3 PENGENALAN BATUAN BEKU

A. Pengertian

Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silikat cair,

pijar, yang dikenal dengan magma. Penggolongan batuan beku dapat didasarkan

pada ketiga patokan utama yaitu berdasarkan genetik batuan, senyawa kimia yang

terkandung, dan susunan mineraloginya.

Pembagian yang didasarkan pada genetik atau tempat terjadinya batuan beku

dapat dibagi atas :

Page 13: makalah geodas

a. Batuan ekstrusif, terdiri dari semua material yang dikeluarkan kepermukaan

bumi baik didarat maupun dibawah permukaan laut. Material ini mendingin

dengan cepat, ada yang bersifat encer atau bersifat kental dan panas, bisa

disebut lava.

b. Batuan intrusif sangat berbeda dengan batuan ekstrusif. Tiga prinsip tipe

bentuk intrusif batuan beku berdasarkan bentuk dasar dan geometri adalah :

Bentuk tidak beraturan pada umumnya diskordan dan biasanya memiliki

bentuk yang jelas dipermukaan (batholite dan stock).

Intrusi berbentuk tabular, terdiri dari dua bentuk berbeda yang mempunyai

bentuk diskordan dan disebut korok/dyke, dan yang berbentuk konkordan

diantaranya sill dan lakolit.

Tipe ketiga dari intrusif relatif memiliki tubuh yang kecil. Bentuk khas

dari group ini adalah intrusif silinder atau pipa.

A.1. Pengertian Magma

Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah

bersifat mobile, bersuhu antara 900°-1200° atau lebih dan berasal dari kerak bumi

bagian bawah atau selubung bumi bagian atas (F.F.Grotus, 1974; Tumer dan

Verhoogen 1960, H. Williams, 1962).

Bunsen (1951, W.T. Huang) mempunyai pendapat bahwa ada dua jenis

magma primer yaitu basaltis dan granites, dan batuan beku merupakan hasil

campuran dari dua magma ini yang kemudian mempunyai komposisi lain.

Dally 1933, Winkler (Vide W.T. Huang, 1962) berpendapat lain yaitu

magma asli (primer) adalah bersifat basa yang selanjutnya akan mengalami proses

diferensiasi menjadi magma bersifat lain. Magma basa bersifat encer (viskositas

rendah) kandungan unsur kimia berat, kadar H+, OH- dan gas tinggi sedangkan

magma asam sebaliknya.

A.2. Evolusi Magma

Sekurang-kurangnya genesa batuan beku, vulkanik maupun plutonik ditinjau

dari tiga aspek yaitu :

Faktor yang memerikan bagaimana dan dimana larutan bergenerasi

didalam selubung atau pada kerak bumi bagian bawah.

Page 14: makalah geodas

Kondisi yang berpengaruh terhadap larutan sewaktu naik ke permukaan.

Proses-proses didekat permukaan yang menyempurnakan generasi.

Magma dapat berubah menjadi magma yang bersifat lain oleh proses-proses

sebagai berikut :

Hibridisasi adalah pembentukan magma yang baru karena percampuran

dua magma yang berlainan jenisnya.

Sinteksis adalah pembentukan magma baru karena proses asimilasi dengan

batuan samping.

Anateksis adalah proses pembentukan magma dari peleburan batuan pada

kedalaman yang sangat besar.

Dari magma dengan kondisi tertentu ini selanjutnya mengalami diferensiasi

magmatik. Diferensiasi magmatik ini meliputi semua proses yang mengubah

magma dari keadaan awal yang homogen dalam skala besar menjadi masa batuan

beku dengan komposisi yang berbeda.

A.3. Reaksi Bowen seri dari mineral utama pembentuk batuan beku

Seri reaksi bowen merupakan suatu skema yang menunjukkan urutan

kristalisasi dari mineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari dua bagian.

Mineral-mineral tersebut dapat digolongkan dalan dua golongan besar yaitu :

Golongan mineral hitam atau mafic mineral.

Golongan mineral putih atau felsik mineral.

Dalam proses pendinginan magma dimana itu tidak langsung semua

membeku, tetapi mengalami penurunan temperature secara perlahan bahkan

mungkin cepat. Penurunan temperatur ini disertai mulainya pembentukan dan

pengendapan mineral-mineral tertentu yang sesuai dengan temperaturnya.

Pembentukan mineral dalam magma karena penurunan temperatur telah disusun

oleh Bowen. Bowen telah membuat sebuah tabel pembentukan mineral dan tabel

tersebut sangat berguna sekali dalam menginterpretasikan mineral-mineral

tersebut.

Sebelah kiri mewakili mineral mafic, yang pertama kali terbentuk dalam

temperature sangat tinggi adalah olivine. Akan tetapi jika magma tersebut jenuh

oleh SiO2, maka piroksenlah yang terbentuk pertama kali. Olivine dan piroksen

Page 15: makalah geodas

adalah pasangan Ingcongruant Melting dimana setelah pembentukannya olivine

akan bereaksi dengan larutan sisa membentuk piroksen. Temperatur menurun

terus dan pembentukan mineral berjalan sesuai dengan temperaturnya. Mineral

yang terakhir terbentuk adalah biotite, ia terbentuk dalam temperatur yang rendah.

Mineral disebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok plagioklas, karena

mineral ini paling banyak terdapat dan tersebar luas. Anorthite adalah mineral

yang pertama kali terbentuk pada suhu yang tinggi dan banyak terdapat pada

batuan beku basa seperti Gabro atau Basalt. Andesite terbentuk pada suhu

menengah dan terdapat pada batuan beku Diorit atau Andesit. Sedangkan mineral

yang terbentuk pada suhu rendah adalah albite, mineral ini banyak tersebar pada

batuan asam seperti Granit atau Ryolite. Reaksi berubahnya komposisi Plagioklas

ini merupakan deret Solid-Solution yang merupakan reaksi kontinu, artinya

kristalisasi Plagioklas Ca-Plagioklas Na, jika reaksi setimbang akan berjalan

menerus. Dalam hal ini anorthite adalah jenis plagioklas yang kaya Ca, sering

disebut Calcic Plagioklas, sedangkan albite adalah Plahioklas kaya Na (Sodic

plagioklas/Alkali Plagioklas). Lihat tabel W.T. Huang bagian bawah.

Mineral sebelah kanan dan kiri bertemu pada mineral potassium Feldspar

dan mineral-mineral Muscovite dan terakhir sekali mineral Kwarsa, maka mineral

kwarsa merupakan mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral Felsik atau

Mafic dan sebaliknya mineral yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang

sangat tidak stabil dan mudah sekali berubah menjadi mineral lain.

Page 16: makalah geodas
Page 17: makalah geodas

(Gambar 1)Skema yang menunjukkan seri reaksi Bowen (vide H. Williams, 1982)

II.4 BATUAN SEDIMEN

A. Pengertian

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat lithifikasi bahan

rombakan asal, maupun hasil denudasi atau hasil reaksi kimia maupun hasil

kegiatan organisme. Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat

luas dengan ketebalan dari beberapa centimeter sampai kilometer. Juga ukuran

butirnya dari sangat halus sampai sangat kasar dan beberapa proses yang penting

lagi yang termasuk kedalam batuan sedimen. Dibanding dengan batuan beku,

batuan sedimen hanya merupakan tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan sedimen

hanya merupakan 5% dari seluruh batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari

jumlah 5% ini, batu gamping adalah 80%, batu pasir 5% dan batu lempung kira-

kira 80%.

Penggolongan dan Penamaan

Berbagai penggolongan dan penamaan batuan sedimen telah dikemukakan

oleh para ahli, baik berdasarkan genetik maupun deskriptif. Secara genetik

disimpulkan dua golongan (Pettijohn 1975 dan W.T. Huang, 1962) :

Page 18: makalah geodas

a. Batuan Sedimen Klastik

Batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari

pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat

berupa batuan beku, metamorf dan sedimen itu sendiri. Fragmentasi batuan

asal tersebut dimulai dari pelapukan mekanis maupun secara kimiawi,

kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan.

Setelah pengendapan berlangsung, sedimen mengalami diagenesa, yakni

proses perubahan-perubahan yang berlangsung pada temperatur rendah suatu

sedimen, selama dan sesudah lithifikasi ini merupakan proses yang mengubah

suatu sedimen menjadi batuan keras.

Kompaksi sedimen

Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan

dari berat beban diatasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan

antar butir yang satu dengan yang lain menjadi rapat.

Sementasi

Yaitu turunnya material-material diruang antar sedimen dan secara

mengikat butir-butir sedimen satu dengan yang lain. Sementasi makin efektif

bila derajat kelurusan larutan (permeabilitas relative) pada ruang antar butir

makin besar.

Rekristalisasi

Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang

berasal dari pelarutan material sedimen selama diagenesa atau jauh

sebelumnya. Rekristalisasi umumnya terjadi pada pembentukan batuan

karbonat.

Autigenesis

Yaitu terbentuknya mineral baru dilingkungan diagenetik, sehingga

adanya mineral tersebut merupakan partikel baru dalam suatu sedimen.

Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai berikut : karbonat, silica,

klorite, illite dan lain-lain.

Metasomatisme

Page 19: makalah geodas

Yaitu pergantian mineral sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa

pengurangan volume asal. Contoh : dolomitisasi, sehingga dapat merusak

bentuk suatu batuan karbonat atau fosil.

b. Batuan Sedimen Non-Klastik

Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari

hasil kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi

langsung atau reaksi organik (penggaraman unsur-unsur laut, pertumbuhan

kristal dari agregat kristal yang terpresipitasi dan replacement).

B. Pemerian Batuan Sedimen Klastik

Pemerian batuan sedimen klastik terutama disasarkan pada tekstur,

komposisi mineral dan struktur.

b.1 Tekstur

Adalah suatu kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk

butir serta susunannya (Pettijohn, 1975). Butiran tersusun dan terikat oleh semen

dan masih adanya rongga diantara butirnya. Pembentukannya dikontrol oleh

media dan cara transportasinya (Jackson, 1970, Reineck dan Singh, 1975).

Pembahasan tekstur meliputi :

1. Ukuran butir

Pemerian ukuran butir didasarkan pada skala Wentworth, 1922 adalah

sebagai berikut :

Nama butir Besar butir (mm)

Bongkah 256-64

Brakal 64-4

Krakal 4-2

Pasir sangat kasar 2-1

Pasir sedang 1-1/2

Pasir halus 1/2 -1/4

Pasir sangat halus 1/4 -1/8

Lanau 1/16-1/256

Page 20: makalah geodas

Lempung 1/256

2. Pemilahan

Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun sedimen,

artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya, maka pemilahan

semakin baik. Dalam pemilahan dipakai batasan-batasan sebagai berikut :

Pemilahan baik (well sorted)

Pemilahan sedang (moderate sorted)

Pemilahan buruk (poorly sorted)

3. Kebundaran

Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingya butiran dimana sifat

ini hanya bisa diamati pada batuan sedimen klasik kasar. Kebundaran dapat

dilihat dari bentuk batuan yang terdapat dalam batuan tersebut. Tentunya

terdapat banyak sekali variasi dari bentuk batuan, akan tetapi untuk mudahnya

dipakai perbandingan sebagai berikut :

1) Well rounded (membulat baik) : semua permukaan konveks hampir

equidimensional, spheroidal.

2) Rounded : pada umumnya permukaan-permukaan bundar, ujung-

ujung dan tepi-tepi butiran bundar.

3) Subrounded : permukaan umumnya datar dengan ujung-ujung yang

membundar.

4) Sunangula : permukaan pada umumnya datar dengan ujung-ujung

tajam.

5) Angular : permukaan konkal dengan ujungnya yang tajam.

4. Kemas (Fabric)

Didalam batuan sedimen klastik dikenal dua macam kemas, yaitu :

a. Kemas terbuka : butiran tidak saling bersentuhan (mengambang

didalam matriks).

b. Kemas tertutup : butiran saling bersentuhan satu sama lainnya.

Page 21: makalah geodas

(gambar 2) Sortasi batuan sedimen

b.2 Struktur

Struktur sedimen meripakan suatu kelainan dari perlapisan normal dari

batuan sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi

pembentukannya. Pembentukannya dapat terjadi pada waktu pengendapan

maupun segera setelah proses pengendapan (Pettijohn & Potter, 1964;

koesoemadinata, 1981). Dengan kata lain, struktur sedimen adalah kenampakan

batuan sedimen dalam dimensi yang lebih besar. Studi struktur paling baik

dilakukan dilapangan (Pettijohn, 1975). Berdasarkan asalnya, struktur sedimen

yang terbentuk dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu :

a. Struktur sedimen primer.

Terbentuk karena proses sedimentasi, dengan demikian dapat

merefleksikan mekanisasi pengendapannya, antara lain : perlapisan,

Page 22: makalah geodas

gelembur gelombang, perlapisan silang siur, konvolut, perlapisan bersusun

dan lain-lain.

b. Struktur sedimen sekunder.

Terbentuk sesudah sedimentasi, sebelum atau pada waktu diagenesa. Juga

merefleksikan keadaan lingkungan pengendapan misalnya keadaan dasar,

lereng dan lingkungan organisnya, antara lain : cetak beban, rekah kerut,

jejak binatang dan lain-lain.

c. Struktur organik.

Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme seperti molusca, cacing

atau binatang lainnya, antara lain : kerangka, laminasi pertumbuhan dan

lain-lain.

Struktur batuan sedimen (struktur primer) tidak banyak yang dapat dilihat

dari contoh-contoh batuan dilaboratorium.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kenampakan adanya struktur perlapisan

adalah :

Adanya perbedaan warna mineral.

Adanya perbedaan ukuran besar butir.

Adanya perbedaan komposisi mineral.

Adanya perubahan macam batuan

Adanya perubahan struktr sedimen.

Adanya perubahan kekompakan.

Macam-macam perlapisan :

Massif, bila menunjukkan struktur dalam, atau ketebalan lebih dari 120 cm

(Mc. Kee 7 Weir, 1953).

Perlapisan sejajar, bila bidang perlapisan saling sejajar.

Laminasi, perlapisan sejajar yang ukuran atau ketebalannya lebih kecil dari

lem. Terbentuk dari suspensi tanpa energi mekanis.

Perlapisan pilihan, bila perlapisan disusun atas butiran yang berubah

teratur dari halus ke kasar pada arah vertikal terbentuk dari arus pekat.

Page 23: makalah geodas

Perlapisan silang siur, perlapisan yang membentuk sudut terhadap bidang

perlapisan yang berada diatas atau dibawahnya dan dipisahkan oleh bidang

erosi, terbentuk akibat intensitas arus yang berubah-ubah.

b.3 Komposisi Mineral.

Komposisi mineral dari batuan sedimen klastik dapat dibedakan yaitu :

Fragmen adalah bagian butiran yang ukurannya paling besar dan dapat

berupa pecahan-pecahan batuan, mineral dan cangkang-cangkang fosil

atau zat organik lainnya.

Matriks adalah bagian butiran yang ukurannya lebih kecil dari fragmen

dan terletak diantara fragmen massa dasar. Matriks dapat berupa batuan,

mineral atau fosil.

Semen, bukan butir tetapi material pengisi rongga antar butir dan bahan

pengikat diantara fragmen dan matriks. Biasanya berbentuk amorf atau

kristalin. Bahan-bahan semen yang lazim adalah :

o Semen karbonat (kalsit, dolomit).

o Semen silika (kalsedon, kwarsa).

o Semen oksida besi (limonit, hematite, siderite).

C. Pemerian Batuan Sedimen Non-Klastik

Pemerian batuan sedimen non-klastik didasarkan pada :

c.1 Tekstur

Tekstur dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

a. Kristalin

Terdiri dari kristal-kristal saling mengunci satu sama lain. Pemerian

menggunakan skala Wentworth dengan modifikasi berikut :

Nama butir Besar butir (mm)

Berbutir kasar > 2

Berbutir sedang 1/16-2

Berbutir halus 1/256-1/16

Berbutir sangat halus < 1/256

Page 24: makalah geodas

b. Amorf

Terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal-kristal atau amorf (non

kristalin).

c.2 Struktur

Struktur batuan sedimen non klastik terbentuk dari proses reaksi kimia

ataupun kegiatan organik. Macam-macam struktur antara lain :

a. Fossiliferous, struktur yang ditunjukkan oleh adanya fosil atau komposisi

terdiri dari fosil.

b. Oolitik, struktur dimana suatu fragmen klasik diselubungi oleh mineral

non klastik, bersifat konsentris dengan diameter berukuran lebih kecil 2

mm.

c. Pisolitik, sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya > 2 mm.

d. Konkresi, kenampakan struktur ini sama dengan struktur oolitik tetapi

tidak menunjukkan adanya sifat konsentris.

e. Cone in cone, struktur oleh organisme murni dan bersifat insitu.

c.3 Komposisi mineral

Komposisi mineral batuan sedimen non klastik cukup penting dalam

menentukan penamaan batuan. Pada batuan sedimen jenis non klastik biasanya

komposisi mineralnya sederhana yaitu bisa terdiri dari satu atau dua macam

mineral. Sebagai contoh :

a. Batugamping : kalsit, dolomit

b. Chert : kalsedon

c. Gypsum : mineral gypsum

d. Anhidrit : mineral anhidrit

c.4 Pemerian Batuan Karbonat

Batuan karbonat adalah batuan dedimen dengan komposisi yang dominan (>

50%) terdiri dari mineral-mineral atau garam-garam karbonat, yang dalam

prakteknya secara umum meliputi batugamping dan dolomite. Proses

pembentukannya dapat terjadi secara insitu berasal dari larutan yang mengalami

proses kimia maupun biokimia dimana organisme turut berperan, dapat terjadi

Page 25: makalah geodas

dari butiran rombakan yang mengalami transportasi secara mekanik dan

diendapkan ditempat lain. Seluruh proses tersebut berlangsung pada lingkungan

air laut, jadi praktis berbeda detritus asal darat.

1. Pemerian batu gamping klastik

Sistematika deskripsi pada hakikatnya sama dengan sedimen klastik, yaitu

meliputi tekstur, komposisi mineral dan struktur.

a. Tekstur, sama dengan pemerian batuan sedimen klastik, hanya berbeda

istilahnya saja meliputi :

Nama butir Besar butir (mm)

Rudite > 1

Arenit 0.062 – 1

Lutite < 0.062

b. Struktur, pemeriannya hampir sama dengan batuan sedimen klastik.

c. Komposisi, juga terdapat pemerian fragmen, matriks, semen, hanya

berbeda istilah saja. (Folk, 1954), komposisi meliputi :

Allochem merupakan fragmen yang tersusun oleh kerangka atau

butiran-butiran klastik dari hasil abrasi batugamping yang

sebelumnya ada.

Mikrit merupakan agregat halus berukuran 1 – 4 mikron,

merupakan kristal-kristal karbonat yang terbentuk secara biokimia

atau kimiawi berlangsung dari prespitasi air laut dan mengisi

rongga antar butir.

Sparit merupakan semen yang mengisi ruang antar butir dan

rekahan berukuran butir halus (0.02 – 0.1 mm), dapat terbentuk

langsung dari sedimen secara insitu atau rekristalisasi mikrit.

2. Pemerian batu gamping non klastik

Pemerian sama dengan batuan sedimen non klastik lainnya.

Page 26: makalah geodas

II.5 BATUAN METAMORF

A. Pengertian

Metamorfosa adalah proses rekristalisasi didalam kerak bumi (3-20 km)

yang keseluruhannya atau sebagian besar terjadi dalam keadaan padat, yakni tanpa

melalui fase cair, sehingga terbentuk struktur dan mineralogi baru pengaruh

temperatur T (200-650C) dan tekanan (P) yang tinggi.

Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk, batuan

sedimen, maupun metamorf sendiri yang mengalami metamorphose.

Menurut H.G.F. Winkler, 1967; Metamorfisme adalah proses-proses yang

mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau respon

terhadap kondisi fisik dan kimia dalam kerak bumi, dimana kondisi kimia dan

fisika tersebut berbeda dengan kondisi sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak

termasuk pelapukan dan diagenesa.

B. Tipe-tipe Metamorfosa

Tipe metamorfosa berdasarkan kejadiannya dan sejarah pembentukannya

banyak dibahas oleh para ahli sehingga banyak pula macam-macam nama

metamorfosa tetapi pada dasarnya dapat digolongkan menjadi :

1. Tipe metamorfosa lokal

Disebut lokal karena penyebaran metamorfosa ini sangat terbatas sekali

(beberapa meter – beberapa puluh meter). Tipe metamorfosa ini meliputi :

a. Metamorfosa kontak atau thermal

Metamorfosa kontak disebabkan oleh adanya kenaikan temperatur

pada batuan tertentu. Panas tubuh intrusi yang diteruskan pada

batuan sekitarnya mengakibatkan metamorfosa kontak. Zona

metamorfosa kontak yang efeknya terutama terlihat pada batuan

sekitarnya. Pada metamorfosa kontak batuan disekitarnya berubah

menjadi hornfel (batu tanduk) yang susunannya tergantung pada

batuan sedimen aslinya.

b. Metamorfosa dislokasi/kataklastik/Dinamo

Batuan metamorf ini dijumpai pada daerah yang mengalami

dislokasi, misal pada daerah sesar besar. Proses metamorfosanya

Page 27: makalah geodas

terjadi pada lokasi dimana batuan ini mengalami proses secara

mekanin yang disebabkan oleh faktor penekanan (kompresional)

baik tegak maupun mendatar. Batuan metamorf kataklastik

khususnya dijumpai dijalur-jalur orogenesa proses pengangkatan

diikuti oleh fase perlipatan dan pematangan batuan.

2. Tipe metamorfosa regional

Tipe metamorfosa ini meliputi :

a. Metamorfosa regional/Dinamo thermal

Metamorfosa ini terjadi pada kulit bumi bagian dalam dan faktor

yang berpengaruh adalah temperatur dan tekanan yang sangat

tinggi. Secara geografis dan genetik penyebaran batuan metamorf

ini sangat erat kaitannya dengan aktivitas orogenesa atau proses

pembentukan pegununganlipatan gunung api, meliputi daerah yang

luas dan selalu dalam bentuk sabuk pegunungan yakni dalam

daerah geosinklin.

b. Metamorfosa beban/Burial

Batuan metamorf ini terbentuk oleh proses pembebanan suatu

massa sedimentasi yang sangat tebal pada suatu cekungan yang

sangat luas atau dikenal dengan sebutan cekungan geosinklin.

Proses kejadiannya hampir tidak berkaitan sama sekali dengan

aktivitas orogenesa maupun intrusi tetapi lebih merupakan suatu

yang bersifat regional atau lebih dikenal dengan proses

epirogenesa.

C. Struktur Batuan Metamorf

Struktur batuan metamorf terbagi atas dua golongan besar yaitu :

1. Struktur Foliasi

Yaitu struktur yang ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral

penyusun batuan metamorf. Struktur ini meliputi :

a. Struktur Slatycleavage.

Peralihan dari sedimen yang berubah ke metamorf, merupakan derajat

rendah dari lempung, mineral-mineralnya berukuran halus dan kesan

Page 28: makalah geodas

kesejajarannya halus sekali, dengan memperlihatkan belahan-belahan yang

rapat dimana terdapat daun-daun mika halus.

b. Struktur filitik

Struktur ini hampir mirip dengan struktur slatycleavage, hanya mineral

dan kesejajarannya sudah mulai agak kasar. Derajat metamorfosa lebih

tinggi dari slatycleavage, dimana daun-daun mika dan klorit sudah cukup

besar, berkilap sutera pada pecahan-pecahannya.

c. Struktur skistosa

Adalah suatu struktur dimana mineral pipih (Biotite, Muskovitr, Feldspar)

lebih dominan dibanding mineral butiran. Struktur ini biasanya dihasilkan

oleh proses metamorfosa regional, sangat khas adalah kepingan-kepingan

yang jelas dari mineral-mineral pipih seperti mika, talk, klorit dari

mineral-mineral yang bersifat serabut. Derajat metamorfosa lebih tinggi

dari filit, karena mulai adanya mineral-mineral yang bersifat serabut.

Derajat metamorfosa lebih tinggi dari filit, karena mulai adanya mineral-

mineral lain dismping mika.

d. Struktur gnesosa

Struktur dimana jumlah mineral-mineral yang granular lebih banyak dari

mineral-mineral pipih, mempunyai sifat banded dan mewakili

metamorfosa regional derajat tinggi. Terdiri dari mineral-mineral yang

mengingatkan pada batuan beku seperti kwarsa, feldspar dan mafik

mineral.

2. Struktur Non Foliasi

Adalah struktur yang tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral

penyusun batuan metamorf. Yang termasuk dalam struktur ini adalah :

a. Struktur Hornfelsik

Dicirikan adanya butiran-butiran yang seragam terbentuk pada bagian

dalam daerahkontak sekitar tubuh batuan beku. Pada umumnya merupakan

rekristalisasi batuan asal, tidak ada foliasi, tetapi batuan halus dan padat.

b. Struktur Milonitik

Page 29: makalah geodas

Struktur yang berkembang karena adanya penghancuran batuan asal yang

mengalami metamorfosa dynamo, batuan berbutir halus dan liniasinya

ditunjukkan oleh adanyaorientasi mineral yang berbentuk lentikuler

terkadng masih menyimpan lensa batuan asalnya.

c. Struktur Kataklastik

Struktur ini hampir sama dengan struktur milonit hanya butirannya yang

lebih kasar.

d. Struktur Pilonitik

Struktur ini menyerupai milonit tetapi butiran relatif lebih kasar dan

strukturnya mendekati tipe filitik.

e. Struktur Flaser

Seperti strutur kataklastik dimana struktur batuan asal yang terbentuk

lensa tertanam pada massa dasar milonit.

f. Struktur Augen

Seperti struktur flaser hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir feldspar

dalam massa dasar yang lebih halus.

g. Struktur Glanulose

Struktur ini hampir sama dengan hornfelsik hanya butirannya mempunyai

ukuran yang tidak sama besar.

h. Struktur Liniasi

Struktur yang diperlihatkan oleh adanya kumpulan mineral yang

terbentuk seperti jarum (fibrous)

D. Tekstur Batuan Metamorf

Tekstur batuan ini digolongkan menjadi :

1. Tekstur Kristoblastik.

Tekstur yang terjadi pada saat tumbuhnya mineral dalam suasana padat

(tekstur batuan asalnya tidak nampak lagi) dan bukan mengkristal dalam suasana

cair. Karena itu kristal yang terjadi disebut biato dan teksturnya meliputi :

a. Lepidoblastik

Tekstur batuan metamorf yang didominasi oleh mineral-mineral pipih dan

memperlihatkan orientasi sejajar, seperti biotite, muskovit dan sebagainya.

Page 30: makalah geodas

b. Granoblastik

Tekstur pada batuan metamorf yang terdiri dari mineral-mineral yang

membentuk butiran yang seragam seperti kwarsa, kalsit, garnet dan lain-

lain.

c. Nematoblastik

Terdiri dari mineral-mineral berbentuk prismatik menjarum yang

memperlihatkan orientasi sejajar seperti mineral amphibol, piroksen dan

lain-lain.

d. Porfiriblastik

Tekstur pada batuan metamorf dimana suatu kristal besar (fenokris)

tertanam dalam massa dasar yang relative halus. Identik dengan porfiritik

pada batuan beku.

e. Idioblastik

Tekstur pada batuan metamorf dimana bentuk mineral-mineral

peyusunnya euhedral.

f. Xenoblastik

Tekstur pada batuan metamorf dimana bentuk mineral-mineral

penyusunnya berbentuk anhedral.

2. Tekstur palimpsest.

Merupakan tekstur sisa dari batuan asal yang dijumpai pada batuan metamorf.

Tekstur ini meliputi :

a. Blastoporfiritik, suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur

porfiritik.

b. Blastopsefit, suatu tekstur sisa dari batuan sedimen yang ukurannya lebih

besar dari pasir.

c. Blastopsamit, sama dengan blastopsefit, hanya saja disini ukuran butirnya

sama dengan pasir.

d. Blastopellite, tekstur sisa dari batuan sedimen yang berukuran butir

laempung.

E. Komposisi Mineral Batuan Metamorf

Page 31: makalah geodas

Secara megaskopis, sulit untuk mendeskripsikan atau menentukan

komposisi mineral batuan metamorf, namun kita tetap dituntut untuk dapat

menentukan komposisi mineralnya, yang dapat dipelajari dari buku atau petunjuk

langsung dilaboratorium. Pada hakekatnya, komposisi batuan metamorf dapat

dibagi dalam dua golongan yaitu :

1. Mineral Stress

Adalah suatu mineral yang stabil dalam kondisi tekanan dimana mineral ini

dapat berbentuk pipih atau tabular, prismatik, maka mineral tersebut akan tumbuh

tegak lurus terhadap arah gaya. Sebagai contoh :

Mika

Tremolit-Actinolit

Hornblende

Serpentin

Silimanit

Kyanit, dan lain-lain.

2. Mineral Anti Stress

Adalah suatu mineral yang terbentuk dalam kondisi tekanan dimana biasanya

berbentuk equidimensional. Sebagai contoh :

Kwarsa

Feldspar

Garnet

Kalsit

Koordierit

Selain mineral stress dan anti stress, ada juga mineral yang khas dijumpai pada

batuan metamorf antara lain :

a. Mineral khas dari metamorfisme regional : silimanit, Andalusit, Talk dll.

b. Mineral khas dari metamorfisme termal : Korundum, Grafit.

c. Mineral khas yang dihasilkan dari efek larutan kimia : Epidut, Chlorite dan

Wollastonite.

F. Dasar Klasifikasi Batuan Metamorf.

a. Berdasarkan Kompisisi Kimia

Page 32: makalah geodas

Berdasarkan komposisi kimia batuan metamorf dibagi menjadi :

a. Calcic metamorphic rock

Adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang bersifat kaya unsur

Al, umumnya terdiri atas batu lempung dan serpih. Contoh : Batusabik,

Fillit.

b. Quatrz feldspatic rock

Adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang kaya akan unsur

kwarsa dan feldspar. Batuan sel umumnya terdiri atas batu pasir, batuan

beku bas dan lain-lain. Contoh : gneiss.

c. Calcareous metamorphic rock

Adalah batuan metamorf yang berasal dari batu gamping dan dolomite.

Contoh : marmer.

d. Basic metamorphic rock

Adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa, semi basa

dan menengah, serta tuffa dan batuan sedimen yang bersifat napalan

dengan kandungan unsur-unsur K, Al,Fe, Mg.

e. Magnesia metamorphic rock

Adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku yang kaya akan

unsur Mg. contoh : serpentin, skiss klorit.

b. Berdasarkan Komposisi Mineral

Didasarkan pada fasies metamorfosa sehingga setiap batuan metamorf akan

mempunyai komposisi mineral spesifik. Hal ini disebabkan karena bila batuan

asal mempunyai komposisi mineral yang khas, maka akan menghasilkan batuan

metamorf dengan komposisi mineral yang khas pula (H.G.F. Winkler, 1965).

II. 6. Pengenalan Fosil

a. Pengertian

Fosil adalah sisa atau jejak atau bekas hewan maupun tumbuhan

yang hidup dimassa lampau yang terawetkan / tertimbung secara

alamiah. Menurut defenisi tersebut, maka orang mesir tidak dapat

Page 33: makalah geodas

dipandang sebagai fosil. Demikian pula dengan peralatan-peralatan

hidup manusia purba.

Batas antara massa lampau dan massa kini adalah pada awal

holosen atau kira-kira 11:000 tahun yang lalu.

b. Pengawetan Fosil

Paleontologi adalah bagian dari ilmu geologi yang menguraikan

penyelidikan dan interpretasi fosil. Ada dua penggunaan fosil yang

sangat penting, yaitu :

1. Untuk menentukan umur relatif batuan.

2. Untuk menentukan keadaan lingkungan batuan dan ekologi yang ada

ketiga batuan yang mengandung fosil tersebut terbentuk.

c. Jenis-jenis Fosil

Berdasarkan tipe pengawetan, fosil dapat dibedakan menjadi

beberapa jenis, yaitu :

1. Fosil tidak berubah

Semua bagian organisme atau hewan terawetkan baik yang lunak

maupun yang keras, misalnya : mammoth yang terawetkan dalam es

di Siberia.

2. Fosil yang mengalami perubahan, meliputi :

a Permineralisasi.

Bagian keras yang porous yang asli terawetkan tetapi beberapa

unsur mineral sekunder mengisi ruang antar sel.

b Replacement (pengantian)

Mineral sekunder menganti semua material fosil asli, contohnya

kayu yang seluruhnya terganti oleh silika di daerah wonosari.

c Rekristalisasi

Dalam proses ini setiap butiran yang sangat halus dari material

asli, bagian keras mengalami reorganisasi (penyusunan kembali).

d. Fosil Berupa Fragmen

Page 34: makalah geodas

Fosil berupa fragmen-fragmen, dan fragmen-fragmen tersebut

dapat terubah maupun tak terubah.

e. Fosil Berupa Jejak / Bekas.

Tidak semua fosil terawetkan dalam bentuk yang siap dikenal, sering

hanya bukti-bukti tidak langsung dari jejak fosil yang ada untuk di

interpretasikan. Contoh bukti tidak langsung :

1. Mold, Cast dan Imprint

2. Track, Trail dan Burrow

3. Coprolite

4. Fosil Kimia.

II. 7. Pengenalan Peralatan Geologi Lapangan

Dalam melakukan kegiatan geologi lapangan kita memerlukan alat yang

menunjang pekerjaan tersebut. peralatan tersebut digunakan untuk mempelajari,

mengumpulkan data, dan mengambil sampelnya. peralatan tersebut antara lain :

A. Kompas Geologi

Kompas adalah alat navigasi untuk mencari arah berupa sebuah

panah penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan

medan magnet bumi secara akurat. Kompas memberikan rujukan arah

tertentu, sehingga sangat membantu dalam bidang navigasi. Arah mata

angin yang ditunjuknya adalah utara, selatan, timur, dan barat. Apabila

digunakan bersama-sama dengan jam dan sekstan, maka kompas akan

lebih akurat dalam menunjukkan arah.

Alat ini membantu perkembangan perdagangan maritim dengan

membuat perjalanan jauh lebih aman dan efisien dibandingkan saat

manusia masih berpedoman pada kedudukan bintang untuk menentukan

arah.

Alat apa pun yang memiliki batang atau jarum magnetis yang bebas

Page 35: makalah geodas

bergerak menunjuk arah utara magnetis dari magnetosfer sebuah planet

sudah bisa dianggap sebagai kompas.

Page 36: makalah geodas

(Gambar 3) kompas geologi

1.1.1. Bagian Utama Kompas

Bagian utama kompas geologi adalah :

1. 1.JarumKompas

Ujung jarum kompas selalu mengarah ke kutub utara megnetik bumi

biasanya diberi tanda warna kuning.

2. Lingkaran Pembagian Derajat

Dibagi dua, yaitu kompas azimuth dan kompas kwardan.

- Kompas azimuth, mempunyai pembagian derajat, mulai dari 0 derajat

(utara) sampai 360 derajat (kembali ke utara) yang ditulis berlawanan arah

jarum jam, dan pembacaannya juga demikian Kompas kwardan,

mempunyai pembagian derajat mulai dari derajat pada arah utara dan

selatan sampai 90 derajat pada arah timur dan barat. pembacaan dimulai

dari arah utara atau selatan kea rah timur atau barat sesuai kedudukan

jarum kompas.

Page 37: makalah geodas

3. Klinometer

Merupakan rangkaian alat yang digunakan untuk mengukur besarnya

kemiringan bidang. rangkaian alat tersebut terdiri dari Nivo tabung,

penunjuk skala, busur setengah lingkaran berskala. pada bagian atas busur

bernilai 00 di tengahnya. pada bagian tepinya bernilai 900. pada bagian

bawah busur, skala bernilai 0% dan di tengah dan 100% tepat pada 450

(tan 45=1=100%). klinometer dapat digerakkan dengan menggerakkan

tangkai di belakang kompas.

4. Pengatur Horizontal

Alatnya adalah sebuah nivo bulat yang bergandengan dengan klinometer.

kedudukan kompas horizontal bila gelembung udara tepat di tengah

lingkaran.

5. Pengatur Arah

Rangkaian alatnya terdiri dari sighting arm, peep sigh, axial line, felding

sight, dan sight window. alat-alat tersebut dibantu dengan cermin. bila

kompas ditembakkan ke sasaran, semua rangkaian alat tersebut harus

bearada di garis sasaran.

1.1 Peta Dasar (Base Map).

Peta dasar berguna untuk mengetahui gambaran secara garis besar terhadap

daerah yang akan kita selidiki, sehingga memudahkan penelitian lapangan

baik litologi, morfologi, struktur, dan lain-lain. Selain itu, peta dasar

digunakan juga untuk menentukan lokasi dan pengeplotan data. Umumnya

peta dasar yang digunakan adalah peta topografi/ kontur.

1.2 Palu Batuan Beku

Atau disebut juga pick point, yaitu jenis palu yang berujung runcing dan

umumnya dipakai untuk jenis batuan keras. Selain digunakan untuk batuan

beku, palu ini juga bias digunakan untuk batuan metamorf.

Page 38: makalah geodas

(Gambar 4) Palu Beku

1.3 Palu Batuan Sedimen

Disebut juga chisel point, yaitu jenis yang berujung lebar seperti pahat

umumnya dipakai untuk batuan berlapis seperti sedimen.

(Gambar 5) Palu Sedimen

1.4 Lup

Lup atau kaca pembesar adalah sebuah lensa cembung yang mempunyai

titik fokus yang dekat dengan lensanya. Benda yang akan diperbesar terletak di

dalam titik fokus lup itu atau jarak benda ke lensa lup tersebut lebih kecil

dibandingkan jarak titik fokus lup ke lensa lup tersebut. Bayangan yang dihasilkan

bersifat tegak, nyata, dan diperbesar. Lup ditemukan oleh seorang dari Arab

bernama Abu Ali al-Hasan Ibn Al-Haitham. Lup digunakan untuk membantu

mengamati batuan. lupa yang umumnya dipakai di lapangan adalah yang

pembessarannya 8 sampai 20 kali.

1.5.1 Menghitung Jarak Titik Fokus Lup

Titik fokus suatu lup menentukan perbesaran yang dihasilkan, oleh karena itu titik

fokusnya adalah besaran yang perlu diketahui (lihat juga dibawah). Dalam

Page 39: makalah geodas

penggunaan sehari-hari jarak titik fokus dari sebuah lup dapat ditentukan dengan

percobaan sederhana cahaya dapat dikumpulkan di satu titik yang berjarak

tertentu dari lensa lup. Apabila cahaya mencapai tingkat energi yang tinggi maka

kertas, serpih kayu, atau lainnya dapat terbakar ketika diletakkan di bawah lup

tersebut.

Dalam hal ini cahaya dikumpulkan di sebuah titik yang disebut titik fokus atau

titik api yang sifatnya maya atau semu bukan nyata atau di belakang lensa

tersebut. Metode lain yang lebih nyata untuk menentukan jarak titik fokus atau

disebut juga Autoklimasi dapat menggunakan :

persamaan gambar Newtonschen (juga dapat diturunkan dari persamaan lensa)

• Metode Bessel

• Metode Abbe

1.6 Alat Ukur

Biasanya yang dipakai adalah tali ukur atau meter (roll meter atau lipat).

berukuran dengan skala cm atau ukuran standar lainnya. dipakai untuk

mengukur ketebalan lapisan, lebar singkapan, dan lain-lain.

1.4.1 HCl

Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Ia adalah

asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini

juga digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus ditangani dengan

wewanti keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang sangat korosif.

Asam klorida pernah menjadi zat yang sangat penting dan sering digunakan dalam

awal sejarahnya. Ia ditemukan oleh alkimiawan Persia Abu Musa Jabir bin

Hayyan sekitar tahun 800.

Senyawa ini digunakan sepanjang abad pertengahan oleh alkimiawan dalam

pencariannya mencari batu filsuf, dan kemudian digunakan juga oleh ilmuwan

Eropa termasuk Glauber, Priestley, and Davy dalam rangka membangun

pengetahuan kimia modern.

Page 40: makalah geodas

Pada saat di lapangan, HCl digunakan untuk menguji kadar karbonat pada batuan.

HCl yang digunakan sebaiknya tidak terlalu pekat, umumnya yang dipakai adalah

yang 0,1 N.

1.8 Kantong sampel

kantong sampel atau kantong contoh batuan dapat digunakan kantong

plastik yang kuat atau kantong jenis lainnya asal kuat yang dapat dipakai untuk

membungkus contoh-contoh batuan dengan alat yang baik, yaitu dengan ukuran

kurang lebih 13 x 9 x 3 cm.

II.8 PENGENALAN PETA TOPOGRAFI

Peta topografi adalah jenis peta yang ditandai dengan skala besar dan

detail, biasanya menggunakan garis kontur dalam pemetaan modern. Sebuah peta

topografi biasanya terdiri dari dua atau lebih peta yang tergabung untuk

membentuk keseluruhan peta. Sebuah garis kontur merupakan kombinasi dari dua

segmen garis yang berhubungan namun tidak berpotongan, ini merupakan titik

elevasi pada peta topografi.

(Gambar 6) Peta topografi

dengan kontur garis.

Pusat Informasi Peta

Topografi Kanada

memberikan definisi untuk peta topografi sebagai berikut:

Page 41: makalah geodas

Sebuah peta topografi adalah representasi grafis secara rinci dan akurat

mengenai keadaan alam di suatu daratan.

Penulis lain mendefinisikan peta topografi dengan membandingkan mereka

dengan jenis lain dari peta, mereka dibedakan dari skala kecil "peta sorografi"

yang mencakup daerah besar, "peta planimetric" yang tidak menunjukkan

elevasi, dan "peta tematik" yang terfokus pada topik tertentu 

Karakteristik unik yang membedakan peta topografi dari jenis peta lainnya adalah

peta ini menunjukkan kontur topografi atau bentuk tanah di samping fitur lainnya

seperti jalan, sungai, danau, dan lain-lain. Karena peta topografi menunjukkan

kontur bentuk tanah, maka peta jenis ini merupakan jenis peta yang paling cocok

untuk kegiatan outdoor dari peta kebanyakan.

Sejarah

Secara historis, perkembangan peta topografi sebagian besar didorong oleh

kebutuhan militer. Saat ini, operasi taktis dan kegiatan tentara sedemikian

kompleks sehingga sangat penting bagi semua prajurit untuk dapat membaca dan

menafsirkan peta, agar dapat bergerak cepat dan efektif di medan perang.

Pengenalan medan dapat memberikan perbedaan nyata dalam medan

pertempuran. Kemampuan membaca peta sangat di butuhkan jika ingin

memenangkan pertempuran. Tidak hanya dalam medan pertempuran, hal ini juga

berlaku untuk keperluan sipil seperti berburu, menempuh rimba, menyusur rawa,

hiking, mendaki gunung, bukit atau penggunaan lainnya dimana

ketepatan navigasi darat diperlukan.

Definisi

Peta topografi adalah representasi grafis dari bagian permukaan bumi yang ditarik

ke skala, seperti yang terlihat dari atas. Menggunakan warna, simbol, dan label

untuk mewakili fitur yang ditemukan pada permukaan bumi. Representasi yang

ideal akan terwujud jika setiap fitur dari daerah yang dipetakan dapat ditunjukkan

dalam bentuk yang benar. Untuk dapat dimengerti, peta harus diwakili dengan

tanda konvensional dan simbol. Pada peta skala 1:250.000, simbol yang

ditentukan untuk membangun mencakup areal seluas 500 meter persegi di atas

Page 42: makalah geodas

tanah, sebuah simbol jalan adalah setara dengan lebar jalan sekitar 520 kaki di

tanah, simbol untuk rel kereta api tunggal adalah setara dengan rel kereta api

sekitar 1.000 kaki pada tanah. Pemilihan fitur yang akan ditampilkan, serta

penggambaran legenda harus sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Badan

Pemetaan.

Tujuan

Peta topografi dibuat untuk memberikan informasi tentang keberadaan, lokasi,

dan jarak, seperti lokasi penduduk, rute perjalanan dan komunikasi. Peta topografi

juga menampilkan variasi daerah, ketinggian kontur, dan tingkat tutupan vegetasi.

Dengan kekuatan militer yang tersebar di seluruh dunia, maka militer bergantung

pada peta untuk memberikan informasi terhadap unsur-unsur tempur dan untuk

menyelesaikan operasi logistik. Mobilitas tentara dan material yang harus

diangkut, disimpan, dan ditempatkan ke dalam operasi pada waktu dan tempat

yang tepat. Banyak dari perencanaan ini harus dilakukan dengan menggunakan

peta. Oleh karena itu, setiap operasi memerlukan pasokan peta, namun meskipun

kita memiliki peta terbaik, peta tidak akan berharga kecuali pengguna peta tahu

bagaimana cara membacanya.

Kebanyakan unit militer yang berwenang memiliki proyek pembuatan

peta. Seperti Direktorat Topografi Angkatan Darat di Indonesia. Kita dapat

memesan peta topografi dengan mengisi formulir untuk setiap satu lembar

petanya. Misi Direktorat Topografi adalah untuk menyediakan pemetaan,

charting, dan semua dukungan geodesi untuk angkatan bersenjata dan semua

operasi keamanan nasional lainnya. Selain peta topografi, DiTopAD juga

memproduksi produk lain seperti peta tematik, peta tiga dimensi, peta foto,

mozaik foto udara dan peta yuridiksi. Semua peta topografi harus dianggap

sebagai dokumen yang memerlukan penanganan khusus. Jika peta jatuh ke tangan

yang tidak sah, dapat membahayakan.

“Peta tidak boleh jatuh ke tangan yang tidak sah.”

Peta yang dicetak di atas kertas memerlukan perlindungan dari air, lumpur,

dan robek. Bila memungkinkan, peta harus diletakkan dalam tempat yang tahan

air, atau di beberapa tempat terlindungi yang mudah digapai. Agar peta mampu

Page 43: makalah geodas

bertahan lama, perawatan wajib dilakukan. Jika kita harus menandai peta,

sebaiknya menggunakan pensil. Sehingga tanda dan garis yang kita buat dapat

terhapus dengan mudah tanpa merusak, atau meninggalkan noda dan tanda yang

dapat menyebabkan kebingungan di kemudian hari. Jika margin tepi peta harus

dipotong untuk alasan apapun, maka kita wajib untuk mencatat informasi

marginal yang mungkin diperlukan kemudian, seperti data grid dan deklinasi

magnetis. Perhatian khusus harus diambil pada peta yang digunakan dalam misi

taktis, terutama dalam unit kecil, misi mungkin tergantung pada peta itu. Semua

anggota dari unit tersebut harus akrab dengan lokasi peta di setiap saat.

Kategori

Peta topografi dikategorikan berdasarkan skala dan jenis. Dan skala peta

topografi dibagi ke dalam tiga kategori. Yaitu skala kecil, menengah dan besar.

Kecil. Peta dengan skala 1:1.000.000 dan lebih kecil digunakan untuk

perencanaan umum dan untuk studi strategis. Peta skala kecil standar memiliki

skala 1:1.000.000. Peta ini meliputi area yang sangat besar dengan mengorbankan

detail.

Menengah. Peta dengan skala lebih besar dari 1:1.000.000 tetapi lebih kecil dari

1:75.000 digunakan untuk perencanaan operasional. Peta ini mengandung detail

dengan jumlah sedang. Peta skala menengah standar memiliki skala 1:250.000.

Ada juga peta dengan skala 1:100.000.

Besar. Peta dengan skala 1:75.000 dan lebih besar digunakan untuk perencanaan

taktis, administrasi, dan logistik. Peta jenis inilah yang sering ditemukan dan

digunakan pihak militer. Peta skala besar standar 1:50.000, namun banyak daerah

telah dipetakan dengan skala 1:25.000.

Peta pilihan untuk navigator adalah peta topografi skala 1:50.000. Ketika

beroperasi di tempat-tempat asing, kita mungkin menemukan bahwa produk-

produk peta belum diproduksi untuk mencakup daerah tertentu pada lokasi operasi

kita, atau mungkin tidak tersedia untuk unit kita ketika kita membutuhkannya.

Oleh karena itu, kita harus siap untuk menggunakan peta yang diproduksi oleh

pemerintah asing yang mungkin tidak memenuhi standar untuk akurasi yang

ditetapkan. Peta-peta ini sering menggunakan simbol-simbol yang mirip dengan

Page 44: makalah geodas

yang ditemukan pada peta produksi negara kita tetapi memiliki makna sangat

berbeda. Standar akurasi peta topografi adalah derajat yang sesuai dengan posisi

horizontal dan vertikal yang mewakili nilai-nilai di peta dengan suatu standar

yang ditetapkan. Standar ini ditentukan direktorat terkait berdasarkan kebutuhan

pengguna.

II.9 PENGENALAN GEOLOGI STRUKTUR

Geologi struktur adalah studi mengenai distribusi tiga dimensi

tubuh batuan dan permukaannya yang datar ataupun terlipat, beserta susunan

internalnya.

Geologi struktur mencakup bentuk permukaan yang juga dibahas pada

studi geomorfologi, metamorfisme dan geologi rekayasa. Dengan mempelajari

struktur tiga dimensi batuan dan daerah, dapat dibuat kesimpulan mengenai

sejarah tektonik, lingkungan geologi pada masa lampau dan kejadian

deformasinya. Hal ini dapat dipadukan pada waktu dengan menggunakan kontrol

stratigrafi maupun geokronologi, untuk menentukan waktu pembentukan struktur

tersebut.

Secara lebih formal dinyatakan sebagai cabang geologi yang berhubungan dengan

proses geologi dimana suatu gaya telah menyebabkan transformasi bentuk,

susunan, atau struktur internal batuan kedalam bentuk, susunan, atau susunan

intenal yang lain.

Struktur geologi dibagi menjadi dua yaitu :

1. Struktur primer, adalah struktur yang dibentuk bersamaan dengan

terbentuknya batuan tersebut.

Contoh

- Struktur pelapisan, misalnya laminasi, columnar joint, gradded bedding,

cross bedding, planar bedding, riple maks.

- Struktur sedimen, misalnya load cast, flute cash, mud crack, bioturbasi,

dan sebagainya.

Page 45: makalah geodas

2. Struktur sekunder, yaitu struktur yang terbentuk setelah terjadi

pengendapan batuan. Struktur ini merupakan deformasi akibat adanya

gaya – gaya yang berasal dari dalam bumi yang menimpa batuan, sehingga

batuan menjadi retak – retak, terlipat, bergeser dari kedudukan semula.

Hal ini sipengaruhi oleh :

a. Arah dan kekuatan yang bekerja pada batuan

b. Sifat fisik batuan, misalnya kekompakan, kekerasan, plastisitas

c. Perubahan batuan oleh pengaruh kimia.

Struktur geologi yang banyak diungkap berperan pada bencana geologi

adalah kekar dan sesar. Kekar (joint) secara sederhana dikatakan sebagai rekahan

berbentuk teratur pada masa batuan yang tidak menampakkan (dilihat dengan

mata telanjang)

telah terjadi

pergeseran

pada kedua sisi-

sisinya.

(Gambar 7) Kekar dan sesar dari wikipedia

Secara umum dibedakan menjadi empat (McClay, 1987), yaitu kekar tarik

(rekahan yang membuka akibat gaya ekstensi yang berarah tegak lurus terhadap

arah rekahan), kekar gerus (biasanya berpasangan merupakan suatu set dan lurus,

terdapat pergeseran yang diakibatkan oleh gaya kompresi), kekar hibrid

(berkenampakan sebagai kekar gerus yang membuka, kombinasi antara kekar

Page 46: makalah geodas

gerus dan kekar tarik), dan kekar tarik tak beraturan (arah kekar tak beraturan,

sering merupakan akibat hydraulic fracturing). Kehadiran kekar pada batuan dapat

meningkatkan porositas batuan, sehingga mampu menyimpan air (sebagai aquifer)

ataupun hidrokarbon (seabagai reservoir), sebaliknya juga memperlemah kekuatan

batuan.

Kehadiran kekar di dekat permukaan juga dapat mempercepat proses pelapukan

batuan.

Sesar / patahan (fault) yang dikenal juga sebagai patahan adalah rekahan pada

masa batuan yang telah memperlihatkan gejala pergeseran pada ke dua belah sisi

bidang rekahan (Simpson, 1968). Berdasar kinematikanya, secara garis besar,

dibedakan menjadi sesar turun, sesar naik, dan sesar geser. Sesar yang dimaksud

adalah pergeseran yang disebabkan oleh gaya tektonik.

(Gambar 8)

sesar,

wikipedia indonesia

Jenis sesar berdasarkan aktivitasnya Berkaitan dengan dinamika kerak bumi dan

rentang waktu geologi yang panjang, kehadiran sesar dapat dibedakan

menjadi sesar mati dan sesar aktif. Sesar mati adalah sesar yang sudah tidak

Page 47: makalah geodas

(akan) bergerak lagi, sedangkan sesar aktif adalah sesar yang pernah bergeser

selama 11.000 tahun terakhir dan berpotensi akan bergerak di waktu yang akan

datang (Yeats, Sieh & Allen, 1997). Sesar aktif dikenal pula sebagai bagian dari

peristiwa gempa bumi. Peristiwa gempa bumi bisa menimbulkan sesar di

permukaan (surface faulting) sebagai kemenerusan apa yang terjadi di dalam

kerak bumi (Scholz, 1990) ataupun tidak menghasilkan sesar di permukaan. Hal

ini tampak jelas seperti apa yang terjadi pada gempa bumi di Liwa pada tahun

1994 yang memberikan sesar di permukaan (Pramumijoyo & Natawidjaja, 1994)

dan di Yogyakarta tahun 2006 yang tidak jelas kenampakannya di permukaan,

yang keduanya merupakan sesar geser. Demikian juga peristiwa gempa bumi di

Aceh tahun 2004, telah terjadi pensesaran naik di dasar laut, sehingga mampu

membangkitkan gelombang pasang tsunami yang mengakibatkan ratusan ribu

korban jiwa dan kehancuran pemukiman di beberapa kota.

Panjang, lebar dan pergeseran suatu sesar tektonik saat gempa bumi sangat

bervariasi. Di Amerika dilaporkan bahwa pergeseran sesar bisa mencapai lebih

dari 20 kaki, panjang pensesaran bisa mencapai lebih dari 200 mil dengan lebar

zona pensesaran bervariasi dari 6 sampai dengan 1000 kaki dan zona pensesaran

ini bisa mencapai jarak 3 mil dari sesar utamanya (Hays, 1981).

Saat gempa bumi Liwa 1994, ditemui beberapa kerusakan rumah akibat

tanah longsor sebagai peristiwa penyerta gempa bumi. Di samping itu dilaporkan

bahwa sebuah rumahyang dilewati suatu rekahan/sesar sepanjang 300 m dengan

pergeseran kurang dari 5 cm, telah roboh, sedangkan bangunan di sampingnya

dengan bahan dan konstruksi serupa yang tidak dilewati rekahan tidak mengalami

kerusakan sama sekali (Pramumijoyo & Natawidjaja, 1994).

II.10 PENGENALAN GEOMORFOLOGI DAN FOTO UDARA

Geomorfologi merupakan suatu studi yang mempelajari asal

(terbentuknya) topografi sebagai akibat dari pengikisan (erosi) elemen-elemen

utama, serta terbentuknya material-material hasil erosi. Melalui geomorfologi

dipelajari cara-cara terjadi, pemerian, dan pengklasifikasian relief bumi. Relief

bumi adalah bentuk-bentuk ketidakteraturan secara vertikal (baik dalam ukuran

ataupun letak) pada permukaan bumi, yang terbentuk oleh pergerakanpergerakan

Page 48: makalah geodas

pada kerak bumi. Konsep-konsep dasar dalam geomorfologi banyak

diformulasikan oleh W.M. Davis. Davis menyatakan bahwa bentuk permukaan

atau bentangan bumi (morphology of landforms) dikontrol oleh tiga faktor utama,

yaitu struktur, proses, dan tahapan. Struktur di sini mempunyai arti sebagai

strukturstruktur yang diakibatkan karakteristik batuan yang mempengaruhi bentuk

permukaan bumi. Proses-proses yang umum terjadi adalah proses erosional yang

dipengaruhi oleh permeabilitas, kelarutan, dan sifat-sifat lainnya dari batuan.

Bentuk-bentuk pada muka bumi umumnya melalui

tahapan-tahapan mulai dari tahapan muda (youth), dewasa (maturity), tahapan tua

(old age). Pada tahapan muda umumnya belum terganggu oleh gaya-gaya

destruksional, pada tahap dewasa perkembangan selanjutnya ditunjukkan dengan

tumbuhnya sistem drainase dengan jumlah panjang dan kedalamannya yang dapat

mengakibatkan bentuk aslinya tidak tampak lagi. Proses selanjutnya membuat

topografi lebih mendatar oleh gaya destruktif yang mengikis, meratakan, dan

merendahkan permukaan bumi sehingga dekat dengan ketinggian muka air laut

(disebut tahapan tua). Rangkaian pembentukan proses (tahapan-tahapan)

geomorfologi tersebut menerus dan dapat berulang, dan sering disebut sebagai

Siklus Geomorfik. Gambar Sketsa yang memperlihatkan perkembangan (tahapan)

permukaan bumi (landform). Dari (As/dD) memperlihatkan tahapan geomorfik

muda sampai dengan tua Selanjutnya dalam mempelajari geomorfologi perlu

dipahami istilah-istilah katastrofisme, uniformiaterianisme, dan evolusi.

1. Katastrofisme merupakan pendapat yang menyatakan bahwa gejala-gejala

morfologi terjadi secara mendadak, contohnya letusan gunung api.

2. Uniformitarianisme sebaliknya berpendapat bahwa proses pembentukkan

morfologi cukup berjalan

sangat lambat atau terus menerus, tapi mampu membentuk bentuk-bentuk yang

sekarang, bahkan banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada masa lalu juga

terjadi pada masa sekarang, dan seterusnya (JamesHutton dan John Playfair,

1802).

3.Evolusi cenderung didefinisikan sebagai proses yang lambat dan dengan

perlahan-lahan membentuk dan mengubah menjadi bentukan-bentukan baru.

Page 49: makalah geodas

A. PROSES-PROSES GEOMORFIK

Proses-proses geomorfik adalah semua perubahan fisik dan kimia yang terjadi

akibat proses-proses perubahan muka bumi.Secara umum proses-proses

geomorfik tersebut adalah sebagai berikut :

a. Proses-proses epigen (eksogenetik) :

1) Degradasi ; pelapukan, perpindahan massa (perpindahan secara gravity), erosi

(termasuk transportasi) oleh : aliran air, air tanah, gelombang, arus, tsunami),

angin, dan glasier.

2) Aggradasi ; pelapukan, perpindahan massa (perpindahan secara gravity), erosi

(termasuk transportasi) oleh : aliran air, air tanah, gelombang, arus, tsunami),

angin, dan glasier.

3) Akibat organisme (termasuk manusia)

b. Proses-proses hipogen (endogenetik)

1. Diastrophisme (tektonisme)

2. Vulkanisme

c. Proses-proses ekstraterrestrial, misalnya kawah akibat jatuhnya meteor.

A.1. Proses Gradasional

stilah gradasi (gradation) awalnya digunakan oleh Chamberin dan

Solisbury (1904) yaitu semua proses dimana menjadikan permukaan litosfir

menjadi level yang baru.Kemudian gradasi tersebut dibagi menjadi dua proses

yaitu degradasi (menghasilkan level yang lebih rendah) dan agradasi

(menghasilkan level yang lebih tinggi). Tiga proses utama yang terjadi pada

peristiwa gradasi yaitu :

1. Pelapukan, dapat berupa disentrigasi atau dekomposisi batuan dalam suatu

tempat, terjadi di permukaan, dan dapat merombak batuan menjadi klastis.Dalam

proses ini belum termasuk transportasi.

2. Perpindahan massa (mass wasting), dapat berupa perpindahan (bulk transfer)

suatu massa batuan sebagai akibat dari gaya gravitasi. Kadang-kadang

(biasanya)efek dari air mempunyai peranan yang cukup besar, namun belum

merupakan suatu media transportasi.

Page 50: makalah geodas

3. Erosi, merupakan suatu tahap lanjut dari perpindahan dan pergerakan masa

batuan. Oleh suatu agen (media) pemindah. Secara geologi (kebanyakan)

memasukkan erosi sebagai bagian dari proses transportasi. Secara umum, series

(bagian/tahapan) proses gradisional sebagai berikut landslides (dicirikan oleh

hadirnya sedikit air, dan perpindahan massa yang besar), earthflow (aliran

batuan/tanah), mudflows (aliran berupa lumpur), sheetfloods, slopewash, dan

stream (dicirikan oleh jumlah air yang banyak dan perpindahan massa pada

ukuran halus dengan slope yang kecil).

A.1.1. PelapukanBatuan

Pelapukan merupakan suatu proses penghancuran batuan manjadi klastis

dan akan tekikis oleh gaya destruktif. Proses pelapukan terjadi oleh banyak proses

destruktif, antara lain :

1. Proses fisik dan mekanik (desintegrasi) seperti pemanasan, pendinginan,

pembekuan; kerja tumbuh – tumbuhan dan binatang , serta proses-proses

desintegrasi mekanik lainnya

2. Proses-proses kimia (dekomposisi) dari berbagai sumber seperti : oksidasi,

hidrasi, karbonan, serta pelarutan batuan dan tanah. Proses dekomposisi ini

banyak didorong oleh suhu dan kelembaban yangtinggi, serta peranan organisme

(tumbuh-tumbuhan dan binatang).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan antara lain :

1. Jenis batuan, yaitu komposisi mineral, tekstur, dan struktur batuan

2.Kondisi iklim dan cuaca, apakah kering atau lembab, dingin atau panas, konstan

atau berubah-ubah.

3.Kehadiran dan kelebatan vegetasi

4.Kemiringan medan, pengaruh pancaran matahari, dan curah hujan

A.1.2. Perpindahan massa (mass wasting)

Gerakan tanah sering terjadi pada tanah hasil pelapukan, akumulasi debris

(material hasil pelapukan), tetapi dapat pula pada batuan dasarnya. Gerakan tanah

Page 51: makalah geodas

dapat berjalan sangat lambat hingga cepat. Menurut olehSharpe (1938) kondisi-

kondisi yang menyebabkan terjadinya perpindahan masa adalah :

Faktor-faktor pasif

1. Faktor litologi : tergantung pada kekompakan/rapuh material

2. Faktor statigrafi : bentuk-bentuk pelapisan batuan dan kekuatan (kerapuhan),

atau

permeabel- impermeabelnya lapisan

- Faktor struktural : kerapatan joint, sesar, bidang geser-foliasi

- Faktor topografi : slope dan dinding (tebing)

- Faktor iklim : temperatur, presipitasi, hujan

- Faktor organik : vegetasi

- Faktor-faktor aktif :

1. Proses perombakan

2. Pengikisan lereng oleh aliran air

3. Tingkat pelarutan oleh air atau pengisian retakan

A.2. ProsesDiastromisme dan Vulkanisme

Diastromisme dan vulkanisme diklasifikasikan sebagai proses hipogen atau

endapan karena gaya yang bekerja berasal dari dalam (bagian bawah) kerak bumi.

Proses-proses diastropik dapat dikelompokkan

menjadi 2 tipe yaitu :

1. Orogenik (pembentukkan pegunungan)

2. Epirogenik (proses pengangkatan secara regional). Vulkanisme termasuk

pergerakan dari larutan batuan (magma) yang menerobos ke permukaan bumi.

Akibat dari pergerakan (atau penerobosan) magma tersebut akan memberikan

kenampakan yang muncul di permukaan berupa badan-badan intrusi, atau berupa

deomal folds (lipatan berbentuk dome) akibat terobosan massa batuan tersebut),

sehingga perlapisan pada batuan di atasnya menjadi tidak tampak lagi atau telah

terubah.

Page 52: makalah geodas

PENERAPAN GEOMORFOLOGI SEBAGAI SALAH SATU ALAT

DALAM EKSPLORASI

Sebelum pelaksanaan kegiatan (survei) lapangan, sebaiknya dilakukan

terlebih dahulu pengenalan bentang alam (landform) melalui analisis foto udara

atau analisis peta topografi (berdasarkan pola kontur). Kegiatan ini akan sangat

membantu untuk memberikan gambaran (interpretasi awal) tentang sejarah

geologi, struktur, dan litologi regional daerah yang akan diobservasi. McKinstry

(1948) dalam tulisannya membahas tentang penggunaan petunjuk geomorfik

dalam

pekerjaan eksplorasi, dan mengelompokkan tiga petunjuk dalam pencarian

endapan mineral, yaitu :

1. Beberapa endapan mineral akan memperlihatkan suatu bentuk topografi yang

khas.

2. Topografi suatu daerah dapat memberikan suatu struktur geologi dimana suatu

endapan mineral dapat terakumulasi.

3. Dengan mempelajari sejarah geomorfik suatu daerah memungkinkan untuk

dapat memperkirakan kondisi-kondisi fisik dimana mineral-mineral terakumulasi

atau terkayakan. Tidak semua tubuh bijih mempunyai ekspresi permukaan

(topografi) yang khas, namun ada beberapa diantaranya dapat diprediksikan dari

kenampakan permukaan (topografi) seperti singkapan bijih, gossan, atau mineral-

mineral residual, serta kenampakan struktur geologi seperti fractures, sesar, dan

zona-zona breksiasi. Sebagai contoh : sebaran Pb-Zn di Broken Hill Australia

membentuk suatu punggungan yang menyolok, urat-urat kuarsa masif

diSantaBarbaraMeksiko memperlihatkan bentuk

yang menyolok karena cenderung lebih resistan terhadap pelapukan dari batuan-

batuan di sekitarnya. Menurut Schmitt (1939), ekspresi topografi merupakan suatu

akibat dari laju oksidasi, termasuk daya tahannya terhadap pelapukan dan erosi.

Pada endapan residual, konsep-konsep geomorfologi yang dapat diterapkan

antara lain :

Page 53: makalah geodas

- Pelapukan dan erosi merupakan proses yang mutlak dan selalu terjadi di

muka bumi.

- 3.Hasil pelapukan suatu batuan mungkin dapat menghasilkan suatu

konsentrasi endapan mineral ekonomis.

- Produk dari tahap akhir siklus morfologi pada umumnya tertinggal

membentuk suatu endapan residual yang insitu.

- Tahapan-tahapan awal dari siklus geomorfik pada umumnya bersifat

mengikis, mengerosi, tertransport, dan terendapkan pada suatu tempat.

Sedangkan pada endapan placers (residual, kolovial, eluvial, aluvial, dan

endapan pantai), konepkonsep geomorfologi yang dapat diterapkan antara

lain ; masing-masing tipe endapan placers merupakan hasil dari siklus

geomorfik yang terbatas, dan diendapkan pada kondisi topografi tertentu,

dan mempunyai ekspresi topografi yang khas.

PENGENALAN FOTO UDARA

A. Pendahuluan

Foto udara merupakan foto permukaan bumi (termasuk obyek benda yang

berada di permukaannya), yang diperoleh dari pesawat udara, termasuk disini

pesawat terbang, balon dan satelit. Geologi citra pengindraan jauh (remote

sensing geology adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari geologi dengan

menggunakan citra (image) hasil dari penginderaan jarak jauh (remote

sensing). Termasuk dalam pengertian ini adalah mempelajari geologi dengan

menggunakan foto udara.

Keuntungan menggunakan citra penginderaan jauh dalam bidang pekerjaan

geologi antara lain :

1. Menghemat biaya

2. Penggunaan waktu lebih efisien

3. Foto udara memberikan pandangan tiga dimensi secara langsung dari

permukaan bumi, sehingga memberikan kenampakan yang lebih baik

Page 54: makalah geodas

mengenai kondisi geologi, yaitu mengenai struktur geologi, penyebaran

batuan, geomorfologi serta tataguna lahan suatu daerah penelitian.

B. Macam – macam Citra Penginderaan Jauh

Macam penginderaan jauh dibagi menjadi dua yaitu foto dan citra non foto.

1. Citra foto, yaitu citra yang diperoleh dengan menggunakan alat

penginderaan berupa kamera. Citra foto dibagi menjadi beberapa macam

berdasarkan : spektrum elektromagnetik, kedudukan sumbu kamera, sudut

medan pandang kamera dan jumlah lensa atau jumlah kameranya.

2. Citra non foto, yaitu citra yang telah diperoleh dengan menggunakan alat

penginderaan bukan kamera dan umumnya menggunakan spektrum radar,

bagian spektrum tampak mata dan merah infra thermal. Dalam bidang

geologi, citra penginderaan jauh non foto yang umumnya digunakan misal :

Citra SLAR, citra LANDSAT, citra merah Infra Thermal, citra SIR-A dan

SIR-B.

C. Pencitraan Foto Udara

Merupakan pencitraan suatu daerah yang dilakukan dari dua kedudukan

pesawat yang berlainan akan menghasilkan dua foto yang saling bertampalan

(overlap). Apabila sepasang foto yang bertampilan (foto pair) tersebut terlihat

dengan streoskop, maka akan tampak citra daerah yang bersangkutan dalam

bentuk dimensi. Kenampakan tiga dimensi ini dikenal istilah stereomodel.

Setereomodel sangat penting untuk tujuan pemetaan geologi maupun penelitian

lainnya yang mempergunakan foto udara. Pertampalan depan biasanya dibuat

sebesar ± 60%. Bila tampalan dari 50%, maka terdapat daerah yang tidak terfoto

dua kali. Sehingga tidak dapat terlihat meruang atau tiga dimensi. Bila

pertampalan depan lebih dari 60% maka terlalu banyak foto yang dihasilkan untuk

suatu daerah tertentu, sehingga terlalu boros dalam pembiayaan

pencitraan.pertampalan samping umumnya dibuat ± 20 – 30% sehingga tidak ada

daerah yang tidak terekam serta berfungsi untuk pembuatan mosaik.

Page 55: makalah geodas

D. Faktor – faktor Interpretasi Foto Udara

Ada dua faktor interpretasi, yaitu :

1. Unsur dasar pengenalan citra, adalah tanda – tanda yang karateristik

untuk benda – benda tertentu, sehingga memumngkinkan pengamat

mengenal benda tersebut, yang meliputi :

a. Rona

b. Tekstur

c. Pola

d. Hubungan dengan keadaan sekitar

e. Bentuk

f. Ukuran

g. Bayangan

2. Unsur – unsur penafsiran geologi, adalah gejala alam yang terlihat pada

foto udara, yang memberikan kemungkinan kepada orang untuk

mengetahui keadaan geologi suatu daerah. Gejala alam ini akan

memberikan keterangan geologi yang berlainan pada setiap orang, dan

penafsiran ini bersifat subyektif. Makanya banyak orang lihat makin

banyak yang diungkapkan, dan keterangan geologi akan makin obyektif.

Unsur ini dibagi menjadi :

a. Relief

b. Pola penyaluran

c. Tumbuhan tertutup

d. Kebudayaan

Page 56: makalah geodas

BAB III

PRAKTIKUM LAPANGAN

III.1 LOKASI, WAKTU, DAN DAERAH

Lokasi Praktikum Lapangan

Daerah : Bayat

Desa : Tanjung

Kecamatan : Gedang Sari (Bayat)

Kabupaten : Gunung Kidul

Provinsi : DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta)

Waktu Pelaksanaan Praktikum

Hari : Sabtu

Tanggal : 17 Desember 2011

III.2 GEOLOGI REGIONAL

Page 57: makalah geodas

Kondisi Umum Kecamatan Bayat

Lokasi daerah Bayat berada kurang lebih 25 km di sebelah timur kota Yogyakarta.

Secara umum fisiografi Bayat dibagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah di

sebelah utara Kampus Lapangan terutama di sisi utara jala raya Kecamatan Wedi

yang disebut sebagai area Perbukitan Jiwo (Jiwo Hills), dan area di sebelah

selatan Kampus Lapangan yang merupakan wilayah Pegunungan Selatan

(Southern Mountains).

Kondisi Statigrafi Regional

Batuan tertua yang tersingkap di daerah Bayat terdiri dari batuan metamorf

berupa filtit, sekis, batu sabak dan marmer. Penentuan umur yang tepat untuk

batuan malihan hingga saat ini masih belum ada. Satu-satunya data tidak langsung

untuk perkiraan umurnya adalah didasarkan fosil tunggal Orbitolina yang

diketemukan oleh Bothe (1927) di dalam fragmen konglomerat yang

menunjukkan umur Kapur. Dikarenakan umur batuan sedimen tertua yang

menutup batuan malihan tersebut berumur awal Tersier (batu pasir batu gamping

Eosen), maka umur batuan malihan tersebut disebut batuan Pre-Tertiary Rocks.

Secara tidak selaras menumpang di atas batuan malihan adalah batu pasir

yang tidak garnpingan sarnpai sedikit garnpingan dan batu lempung, kemudian di

atasnya tertutup oleh batu gamping yang mengandung fosil nummulites yang

melimpah dan bagian atasnya diakhiri oleh batu gamping Discocyc1ina,

menunjukkan lingkungan laut dalarn. Keberadaan forminifera besar ini bersarna

dengan foraminifera plangtonik yang sangat jarang ditemukan di dalam batu

lempung gampingan, menunjukkna umur Eosen Tengah hingga Eisen Atas.

Secara resmi, batuan berumur Eosen ini disebut Formasi Wungkal-Garnping.

Keduanya, batuan malihan dan Formasi Wungkal-Gamping diterobos oleh batuan

beku menengah bertipe dioritik.

Diorit di daerah Jiwo merupakan penyusun utam Gunung Pendul, yang

terletak di bagJn timur Perbukitan Jiwo. Diorit ini kemungkinan bertipe dike.

Singkapan batuan beku di Watuprahu (sisi utara Gunung Pendul) secara stratigrafi

di atas batuan Eosen yang miring ke arah selatan. Batuan beku ini secara

stratigrafi terletak di bawah batu pasir dan batu garnping yang masih mempunyai

Page 58: makalah geodas

kemiringan lapisan ke arah selatan. Penentuan umur pada dike! intrusi pendul oleh

Soeria Atmadja dan kawan-kawan (1991) menghasilkan sekitar 34 juta tahun,

dimana hasil ini kurang lebih sesuai dengan teori Bemmelen (1949), yang

menfsirkan bahwa batuan beku tersebut adalah merupakan leher/ neck dari

gunung api Oligosen. Mengenai genetik dan generasi magmatisme dari diorit di

Perbukitan Jiwo masih memerlukan kajian yang lebih hati-hati.

Sebelum kala Eosen tangah, daerah Jiwo mulai tererosi. Erosi tersebut

disebabkan oleh pengangkatan atau penurunan muka air laut selama peri ode akhir

oligosen. Proses erosi terse but telah menurunkan permukaan daratan yang ada,

kemudian disusul oleh periode transgresi dan menghasilkan pengendapan batu

garnping dimulai pada kala Miosen Tengah. Di daerah Perbukitan Jiwo tersebut

mempunyai ciri litologi yang sarna dengan Formasi Oyo yang tersingkap lenih

banyak di Pegunungan Selatan (daerah Sambipitu Nglipar dan sekitarnya).

Di daerah Bayat tidak ada sedimen laut yang tersingkap di antara Formasi

WungkalGampingan dan Formasi Oyo. Keadaan ini sang at berbeda dengan

Pegunungan Baturagung di selatannya. Di sini ketebalan batuan volkaniklastik-

marin yang dicirikan turbidit dan sedimen hasil pengendapan aliran gravitasi

lainnya tersingkap dengan baik. Perbedaan-perbedaan ini kemungkinan

disebabkan oleh kompleks sistem sesar yang memisahkan daerah Perbukitan Jiwo

dengan Pegunungan Baturagung yang telah aktif sejak Tersier Tengah.

Selama zaman Kuarter, pengendapan batu gamping telah berakhir.

Pengangkatan yang diikuti dengan proses erosi menyebabkan daerah Perbukitan

Jiwo berubah menjadi daerah lingkungan darat. Pasir vulkanik yang berasal dari

gunung api Merapi yang masih aktif mempengaruhi proses sedimentasi endapan

aluvial terutama di sebelah utara dan barat laut dari Perbukitan Jiwo.

Keadaan stratigrafi Pegunugan Selatan, dari tua ke muda yaitu :

Formasi Kebo, berupa batu pasir vulkanik, tufa, serpih dengan sisipan lava, umur

Oligosen (N2-N3), ketebalan formasi sekitar 800 meter.

Formasi Butak, dengan ketebalan 750 meter berumur Miosen awal bagian bawah

(N4), terdiri dari breksi polomik, batu pasir dan serpih.

Page 59: makalah geodas

Formasi Semilir, berupa tufa, lapili, breksi piroklastik, kadang ada sisipan

lempung dan batu pasir vulkanik. Umur N5-N9. Bagian tengah meJ1iari dengan

Formasi Nglanggran.

Formasi Nglanggran, berupa breksi vulkanik, batu pasir vulkanik, lava dan breksi

aliran. Dari puncak Baturagung ke arah selatan, yaitu menuju dataran Wonosari

akan dijumpai Formasi Sambipitu, Formasi Oyo, Formasi Wonosari dan Formasi

Kepek.

III.3 HASIL DESKRIPSI BATUAN, MORFOLOGI, DAN STRUKTUR

GEOLOGI

Pos 2

Di desa Tanjung, Kec.Gedang Sari, Kab.Gunung Kidul, Bayat, Prov DIY

Tujuan : Geomorfologi

Hari : Sabtu

Tanggal : 17 Desember 2011

Cuaca : cerah berawan

Vegetasii : sedang (mangga, pisang, jati)

Morfologi : perbukitan (bergelombang kuat)

Litologi : Batuan sedimen

Lokasi : Desa Tegal Rejo (Bukit Jabalkat 3230)

Pos 3

Di desa Tanjung, Kec.Gedang Sari, Kab.Gunung Kidul, Bayat, Prov DIY

Tujuan : Petrologi

Hari : Sabtu

Tanggal : 17 Desember 2011

Cuaca : Cerah berawan

Waktu : 15:00 WIB

Vegetasi : Sedang (bambu, jati, mindi)

Litologi : Batu Sedimen (Klastik)

Hasil deskripsi Batuan

Page 60: makalah geodas

Warna segar : abu – abu

Warna lapuk : coklat kekuningan

Struktur

Perlapisan : >1cm bentuk tebal beda

Laminasi : <1cm bentuk tebal sama

Masif : kompak padat

Tekstur

Bentuk butir : menyudut, menyudut tanggung

Ukuran butir : membulat tanggung

Sortasi : keseragaman butir (baik) = tertutup, (buruk) = terbuka

Kemas : tertutup

Komposisi

Fragmen lebih besar daripada matrik

Matrik lebih kecil daripada fragmen

Semen : karbonat, silika(cerah), oksida(gelap)

Genesa : Batu yang sudah tertransport jauh dari sumber sehingga butiran

halus

Nama batuan : batu lempung

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 KESIMPULAN

Geologi adalah studi tentang bagian bumi yang bisa diakses secara

langsung melalui suatu observasi maupun secara hipotesis guna rekonstruksi

sejarah bumi, termasuk didalamnya studi proses – proses yang bekerja (Foucault

dan Baoult, 1988).

Page 61: makalah geodas

Studi batuan : - Petrologi

- Mineralogi

Proses : - Sedimentologi

- Struktur geologi

- Stratigrafi

- Geomorfologi

Geologi struktur : mempelajari bagian kulit bumi atau batuan sebagai hasil

proses deformasi (terjadi karena gaya dan pergerakan

didalam bumi).

Tektonik : mempelajari tentang bangun yang lebih luas, gabungan

kenampakan struktur atau deformasi secara regional

evolusinya (misal : proses pembentukan cekungan, rangkaian

pegunungan, lautan, samudra, dll).

Bagian – bagian penyusun bumi :

- inti bumi (core)

- Mantel (mantle)

- Kerak (crush)

IV.2 SARAN

Diharapkan untuk lebih sering dilakukannya proses praktikum lapangan

agar praktika lebih mengenal lapangan geologi sesungguhnya, karena seorang

geologis sejatinya lebih banyak berada dilapangan karena itu dibutuhkan banyak

pengalaman praktik daripada teori, juga diharapkan peningkatan mutu

pembelajaran dengan metode yang bervariasi agar tidak bosan saat proses

pembelajaran.

Page 62: makalah geodas

DAFTAR PUSTAKA

Asikin sukendar,1978,Dasar-dasar geologi struktur,Departemen teknik

Geologi,ITB Bandung

Geologi Fisik (Buku Petunjuk Praktikum).Penerbit : Fakultas Teknik Geologi IST

“AKPRIND”Yogyakarta.

Geologi Dasar (Buku Petunjuk Praktikum).Penerbit : Fakultas Teknik Geologi

UPN “Veteran” Yogyakarta.

http://id.wekipedia.org/wiki/Geologi _Lapangan

http://id.wekipedia.org/wiki/Batuan _Metamorf

http://id.wekipedia.org/wiki/Batuan _Asal Sedimentasi

http://id.wekipedia.org/wiki/Peta _Topografi

http://id.wekipedia.org/wiki/Bivalvia

http://id.wekipedia.org/wiki/Struktur _Geologi

http://id.subscripe.org/scr/Jenis _Mineral

Page 63: makalah geodas

Ir. Suprapto, Dr. Ir. C. Daniswara, Msc dan Ir. Firdaus, M., 1994, Kristalografi

dan Mineralogi, Jurusan Teknik Geologi, Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran”.

Mulyo Agung, 2004. Pengantar ilmu kebumian.CV.Pustaka Setia Bandung

Suharwanto,1993.Buku Panduan Praktikum Petrografi, Laboratorium

Petrologi,UPN“Veteran”Yogyakarta.

Mulyo, Agung, 2004. “ Pengantar Ilmu Kebumian “, Penerbit CV. Pustaka Setia

Bandung.

Sukandarrumidi, 1995. Bahan baku batu mulia.