laporan praktikumkimia analisis i
DESCRIPTION
ReportTRANSCRIPT
LAPORAN KIMIA ANALISIS I
PERCOBAAN III
ASIDI - ALKALIMETRI
OLEH :
NAMA : CHICHI FAUZIYAH
NIM : F1F1 12 028
KELOMPOK : 1 (SATU)
KELAS : A
ASISTEN : EKY PUTRI PRAMESHWARI
LABORATORIUM FARMASI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013
ASIDI ALKALIMETRI
A. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Untuk menetapkan kadar asam borat dalam suatu larutan.
2. Untuk menetapkan kadar senyawa asam yang tidak larut dalam air.
B. DASAR TEORI
Analisis kimia dapat digunakan untuk pemeriksaan obat-obatan,
makanan, minuman, yang apabila berkontak dengan tubuh atau masuk ke dalam
tubuh dapat mengganggu kesehatan. Analisis kimia dapat dilakukan dengan 2
hal yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kuantitaif bertujuan
untuk menentukan kadar suatu ion atau molekul dalam suatu sampel
(Sumardjo, 2006).
Metode kuantitatif merupakan metode-metode yang didasarkan pada
informasi numerik atau kuantitas-kuantitas, dan biasanya diasosiakan dengan
analisis-analisis statistik. Penelitian kuantitatif kerap disederhanakan sebagai
jenis penelitian yang menaruh perhatian pada angka-angka, tidak teoritis, serta
tidak kritis (Stokes, 2006).
Metode asidi-alkalimetri merupakan metode asam basa. Asidimetri
merupakan analisis penentuan konsentrasi asam bebas di dalam suatu larutan
yang didasarkan atas reaksi asam basa (Yudhi dan Pranjono, 2007).
Asam borat memiliki massa molar 61,832 gram/mol dan densitas sebesar
1,435 g/cm3. Asam borat larut dalam air dengan kelarutan 5,7 gram tiap 100 ml
air pada temperatur 250 oC. Fasa kristalin asam borat terdiri dari layer-layer
molekul B(OH)3 yang diikat bersama oleh ikatan hidrogen . Asam borat tidak
terdisosiasi dalam larutan (air), tetapi asamnya yang akan berinteraksi dengan
molekul air melalui suatu reaksi kimia (Harsanti, 2010).
Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang cukup penting
dalam kehidupan sehari-hari serta mempunyai nilai eknomis yang cukup tinggi
karena dapat digunakan sebagai bahan intermediet dari pembuatan obat-obatan
seperti antiseptik dan analgesik serta pembuatan bahan baku untuk keperluan
farmasi. Dari data yang ada saat ini, Indonesia masih termasuk negara pengimpor
asam salisilat. Asam salisilat yang ada dipasaran saat ini dihasilkan dengan
menggunakan bahan baku sodium phenate (Kristian dan Panji, 2007).
Gliserol adalah produk samping produksi biodisel dari reaksi
transesterifikasi dan merupakan senyawa alkohol dengan gugus hidroksil
berjumlah tiga buah. Gliserol (1,2,3 propanetriol) merupakan cairan yang tidak
berwarna, tidak berbau dan merupakan cairan kental yang memiliki rasa manis.
Gliserol dapat dimurnikan dengan proses destilasi agar dapat digunakan pada
industri makanan, farmasi atau juga dapat digunakan untuk pengolahan air.
Sebagai produk samping industri biodiesel, gliserol belum banyak diolah
sehingga nilai jualnya masih rendah (Prasetyo dkk, 2012).
Indikator umumnya adalah senyawa yang berwarna, dimana senyawa
tersebut akan berubah warnanya dengan adanya perubahan pH. Indikator dapat
menanggapi munculnya kelebihan titran dengan adanya perubahan warna.
Indikator berubah warna karena sistem kromofornya diubah oleh reaksi asam
basa (Suirta, 2010).
C. URAIAN BAHAN
1. Asam Borat (Dirjen POM, 1979 : halaman 49)
Nama Lain : Acidum Boricum
Berat Molekul : 61,83
Rumus Molekul : H3BO3
Rumus Struktur :
Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air , dalam 3 bagian air
mendidih, dalam 16 bagian etanol (95%) P dan dalam 5
bagian gliserol P.
Pemerian : Hablur, serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak
berwarna; kasar; tidak berbau; rasa agak asam dan pahit
kemudian manis.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Antiseptikum ekstern/ sebagai sampel.
2. Asam Salisilat (Dirjen POM, 1979 : halaman 56)
Nama Lain : Acidum Salicylicum
Berat Molekul : 138,12
Rumus Molekul : C7H6O3
Rumus Struktur :
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol
(95%)P; mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P;
larut dalam larutan ammonium asetat P, dinatrium hidrogen
fosfat P, kalium sitrat P, dan natrium sitrat P.
Pemerian :Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih;
hampir tidak berbau; rasa agak manis dan tajam.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Keratolitikum, antifungi, / sebagai sampel.
3. Air Suling (Dirjen POM, 1979 : halaman 96)
Nama Lain : Aqua Destillata
Berat Molekul : 18,02
Rumus Molekul : H2O
Rumus Struktur :
Pemerian :Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai
rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
4. Natrium Hidroksida (Dirjen POM, 1979 : halaman 412)
Nama Lain : Natrii Hydroxydum
Berat Molekul : 40,00
Rumus Molekul : NaOH
Rumus Struktu : Na – O – H
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P.
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping, kering,
keras, rapuh, dan menunjukkan susunan hablur; putih, mudah
meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap
karbondioksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Zat tambahan / sebagai larutan baku.
5. Gliserol (Dirjen POM, 1979 : halaman 271)
Nama Lain : Glycerolum
Berat Molekul : 92,10
Rumus Molekul : C3H8O3
Rumus Struktur :
Kelarutan : Dapat campur dengan air dan dengan etanol (95%) P;
praktis tidak larut dalam kloroform P, dalameter P dan dalam
minyak lemak..
Pemerian :Cairan seperti sirop; jernih, tidak berwarna; tidak berbau;
manis diikuti rasa hangat. Higroskopis, jika disimpan
beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk
massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu
mencapai lebih kurang 20o.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan/ co-solvent.
6. Etanol (Dirjen POM, 1979 : halaman 65)
Nama Lain : Aethanolum
Berat Molekul : 444,44
Rumus Molekul : C2H6O
Rumus Struktur :
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam
eter P.
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah
bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya; di tempat
sejuk, jauh dari nyala api.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan/ co-solvent.
7. Indikator Fenolftalein (Dirjen POM, 1995 ; halaman 662)
Nama Lain : Phenolftalein
Berat Molekul : 318,33
Rumus Molekul : C20H14O4
Rumus Struktur :
Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol (95%) P.
Pemerian : Serbuk hablur putih, putih atau kekuningan, larut dalam
etanol, agak sukar larut dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai larutan indikator.
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
Buret
Statif dan klem
Timbangan analitik
Batang pengaduk
Pipet ukur
Filler
Pipet tetes
Lebu erlenmeyer
Labu takar
Gelas kimia
Gelas ukur
2. Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
Sampel yang mengandung asam borat
Sampel yang mengandung asam salisilat
Gliserol
Etanol 96 %
NaOH 0,1 N
Indikator fenolftalein
Akuades
E. PROSEDUR KERJA
1. Penetapan Kadar Asam Borat
Sampel Asam Borat
- Ditimbang 100 mg
- Dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer
- Ditambahkan air 10 ml
- Ditambahkan gliserol 5 ml
- Ditambahkan indikator fenolftalein 2 pipet
- Dititrasi dengan NaOH 0,1 N
Larutan berwarna merah muda
Volume NaOH = 1,2 ml
2. Penetapan Kadar Asam Salisilat
Sampel Asam Salisilat
- Ditimbang 100 mg
- Dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer
- Ditambahkan air 10 ml
- Ditambahkan etanol 5 ml
- Ditambahkan indikator fenolftalein 2 pipet
- Dititrasi dengan NaOH 0,1 N
Larutan berwarna merah muda
Volume NaOH = 4,3 ml
F. HASIL PENGAMATAN
1. Data Pengamatan
PERLAKUAN HASIL
1. Penetapan Kadar Asam Borat
100 mg sampel + air 10 ml + gliserol
5 ml + 2 pipet indikator fenolftalein,
dititrasi dengan NaOH 0,1 N.
Bening menjadi merah muda
VNaOH = 1,2 ml
2. Penetapan Kadar Asam Salisilat
100 mg sampel + air 10 ml + etanol
5 ml + 2 pipet indikator fenolftalein,
dititrasi dengan NaOH 0,1 N.
Bening menjadi merah muda
VNaOH = 4,3 ml
2. Data Perhitungan
a. Penetapan Kadar Asam Borat
Dik : VNaOH = 1,2 ml
NNaOH = 0,1 N
BE = 6,183
Berat sampel = 100 mg
Dit : Kadar asam borat = …. ?
Peny :
Kadar Asam Borat = VNaOH × NNaOH ×BE
mg sampelx 100%
= 1,2ml× 0,1 N × 6,183
100mgx 100%
= 0,74 %
b. Penetapan Kadar Asam Salisilat
Dik : VNaOH = 4,3 ml
NNaOH = 0,1 N
BE = 13,812
Berat sampel = 100 mg
Dit : Kadar asam salisilat = …. ?
Peny :
Kadar Asam Salisilat = VNaOH × NNaOH ×BE
mg sampelx 100%
= 4,3 ml× 0,1 N ×13,812
100 mg x 100%
= 5,93 %
G. PEMBAHASAN
Titrasi adalah cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume
tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan
mengukur volumenya secara pasti. Pada percobaan kali ini, pertama-tama akan
dilakukan penetapan kadar senyawa asam borat dalam sampel yang beredar di
masyarakat. Jenis sampel yang digunakan yaitu rohto. Asam borat merupakan zat
pengawet yang digunakan sebagai zat tambahan dalam suatu sediaan obat.
Kadar asam borat dalam sediaan obat tidak boleh lebih atau kurang dari
yang telah ditentukan . Jika zat berlebih, maka akan membahayakan konsumen.
Bahayanya akan timbul efek toksik (racun) di dalam tubuh. Sebaliknya, jika
kadar zat kurang, maka efek terapinya tidak ada. Zat pengawet ini berfungsi
menghindari cemaran mikroba pada sediaan, jika kadar asam borat kurang, maka
sediaan ini akan mudah terkontaminasi oleh mikroba.
Awalnya asam borat ditimbang 100 mg, kemudian ditambah dengan 10
ml air. Karena sampel yang digunakan dalam bentuk sediaan cair, maka tidak
akan terlihat jika asam borat yang digunakan sebenarnya sukar larut dalam air.
Jika sediaan dalam bentuk serbuk, maka akan terlihat jika asam borat yang
digunakan sukar larut dalam air kecuali ditingkatkan kelarutannya dengan
penambahan gliserol. Oleh karena itu ditambahkan gliserol 5 ml. Gliserol
berfungsi sebagai co-solvent yaitu peningkat kelarutan. Co-solvent ditambahkan
untuk membantu melarutkan atau meningkatkan stabilitas dari suatu zat.
Selanjutnya larutan asam borat dititrasi dengan NaOH. NaOH dijadikan sebagai
titran karena sampel yang akan diuji bersifat asam. Namun, sebelum dititrasi,
larutan asam borat diberi indikator fenolftalein sebanyak 2 pipet. Hal ini
dilakukan karena tanpa adanya indikator, maka titik akhir titrasi tidak akan
terlihat. Tercapainya titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna. Kadar
pemberian indikator fenolftalein tidak boleh kurang maupun lebih. Kegagalan
terjadi saat dilakukan percobaan pertama akibat sedikitnya pemberian indikator
pada sampel yaitu 2 tetes. Akhirnya percobaan diulangi dengan menggunakan
indikator fenolftalein sebanyak 2 pipet. Hasilnya terjadi perubahan warna
menjadi merah muda (keunguan) yang menandai tercapainya titik akhir titrasi.
Volume NaOH yang digunakan yaitu 1,2 ml. Reaksi yang terjadi antara asam
borat dan NaOH yaitu :
H3BO3 + NaOH NaH2BO3 + H2O
Percobaan selanjutnya yaitu penetapan kadar asam salisilat dalam sampel
yaitu bintang tujuh. Asam salisilat adalah senyawa aktif yang mampu memberi
efek terapi yang diinginkan. Asam salisilat merupakan zat analgetik (anti nyeri)
dan antipireutik (anti demam).
Apabila kadar asam salisilat lebih didalam suatu sediaan, maka akan
memberikan efek toksik (racun) bagi yang mengkonsumsi. Jika kadarnya kurang,
maka tidak akan memberi efek terapi yang diinginkan. Awalnya asam salisilat
ditimbang 100 mg. Kemudian dilarutkan dalam 10 ml air. Dalam percobaan ini
seharusnya digunakan air bebas CO2. Namun karena kurangnya kelengkapan alat
dan bahan seperti gas nitrogen serta dibutuhkan perlakuan khusus, maka hal itu
tidak dilakukan. Tujuan digunakan air bebas CO2 agar NaOH tidak bereaksi
dengan CO2 didalam air. NaOH bersifat higroskopis, NaOH mudah menyerap
CO2. Akibatnya akan berpengaruh terhadap volume titran. Selanjutnya, pada
sampel ditambahkan 5 ml etanol. Sama halnya seperti gliserol, etanol juga
berfungsi sebagai co-solvent yaitu peningkat kelarutan. Pemilihan peningkat
kelarutan dilihat dari sifat bahan aktifnya itu sendiri. Sifat asam borat dan asam
salisilat berbeda, maka digunakanlah co-solvent yang berbeda pada masing-
masing sampel. Setelah dititrasi dengan NaOH, maka sampel mencapai titik
akhir titrasi saat volume NaOH yang digunakan 4,3 ml. Reaksi yang terjadi
antara asam salisilat dan NaOH yaitu :
Setelah dilakukan perhitungan masing-masing kadar asam borat dan asam
salisilat, diperoleh hasil kadar asam borat dalam sediaan obat adalah 0,74 % dan
kadar asam salisilat adalah 5,93 %. Kadar asam borat dan asam salisilat sesuai
syarat yang tertera dalam Farmakope Indonesia yaitu tidak kurang dari 99,5 %.
Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa kadar asam borat dan asam
salisilat jauh dari syarat yang telah ditentukan didalam Farmakope. Hal ini terjadi
bukan karena kesalahan sediaan namun karena pengaruh bahan-bahan yang
digunakan. Misalnya NaOH yang digunakan kemungkinan besar sudah bereaksi
dengan CO2 diudara dan tidak digunakannya air bebas CO2. Selain itu
kemungkinan besar terjadi kesalahan dalam hal penimbangan sampel yang
akibatnya berpengaruh terhadap kadar yang di hitung.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kadar asam borat dalam sampel sebesar 0,74 %.
2. Kadar asam salisilat dalam sampel sebesar 5,93 %.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dirjen POM, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Harsanti, Dini, 2010, Sintesis dan Karakteristik Boron Karbida dari Asam Borat, Asam Sitrat, dan Karbon Aktif, Jurnal Sains dan Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 11, UPT Hujan Buatan BPPT, Jakarta.
Kristian, Rieko dan Panji Setya Amitra, 2007, Asam Salisilat dari Phenol, Artikel Mahasiswa, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten.
Prasetyo, Ari Eko dkk, 2012, Potensi Gliserol dalam Pembuatan Turunan Gliserol melalui Proses Esterifikasi, Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol. 10, Universitas Diponegoro, Semarang.
Stokes, Jane, 2006, How To Do Media and Cultural Studies, Bentang, Yogyakarta. (Halaman 1)
Suirta, I W, 2010, Sintesis Senyawa orto-Fenilazo-2-Naftol sebagai Indikator dalam Titrasi, Jurnal Kimia 4(1), Universitas Udayana, Bukit Jimbaran.
Sumardjo, Damin, 2006, Pengantar Kimia, EGC, Jakarta (Halaman 4).Yudhi, Noor dan Pranjono, 2007, Analisis Asam Bebas Secara Potensiometrik di
dalam Larutan Uranil Nitrat Murni, Urania, No. 21-22, ISSN 0852-4777.