laporan praktikum satuan operasi udt

30
LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI ALIRAN MELALUI UNGGUN DIAM DAN TERFLUIDISASI MENGGUNAKAN UDARA SEBAGAI FLUIDA OLEH : KELOMPOK 2 Nama : Ariyo Dwisaputra (061330401008) Jannatul Fitri (061330401011) Maria Ulfa Srisundari(061330401014) Millahi Nursyafa’ah (061330401017) Rifa Nurjihanti (061330401021)

Upload: sarah-swasti-p

Post on 26-Dec-2015

500 views

Category:

Documents


51 download

DESCRIPTION

1

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Satuan Operasi Udt

LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI

ALIRAN MELALUI UNGGUN DIAM DAN TERFLUIDISASI

MENGGUNAKAN UDARA SEBAGAI FLUIDA

OLEH :

KELOMPOK 2

Nama : Ariyo Dwisaputra (061330401008)

Jannatul Fitri (061330401011)

Maria Ulfa Srisundari(061330401014)

Millahi Nursyafa’ah (061330401017)

Rifa Nurjihanti (061330401021)

Sarah Swasti Putri (061330401024)

Kelas : 3KD

Dosen Pembimbing : Ir. Selastia Yuliati, M.Si.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

2014

Page 2: Laporan Praktikum Satuan Operasi Udt

1. TUJUAN PERCOBAAN

- Menentukan penurunan tekanan (h) pada unggun diam dan

terfluidisasi

- Membuktikan persamaan CARMAN – KONZENY

- Mengamati kelakuan fluidisasi

2. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

o Alat yang digunakan :

1. Neraca analitik

2. Jangka sorong

3. Regulator

4. Piknometer 25 ml

5. Corong plastik

6. Gelas piala 500 ml

7. Peralatan fluidisasi

o Bahan yang digunakan :

1. Baliotini kasar 1kg

2. Baliotini Halus 1kg

3. DASAR TEORI

Fluidisasi adalah metoda pengontakan butiran-butiran padat dengan fluida baik cair maupun gas. Dengan metoda ini diharapkan butiran-butiran padat memiliki sifat seperti fluida dengan viskositas tinggi. Sebagai ilustrasi, tinjau suatu kolom berisi sejumlah partikel padat berbentuk bola! Melalui unggun padatan ini kemudian dialirkan gas dari bawah ke atas. Pada laju alir yang cukup rendah, butiran padat akan tetap diam, karena gas hanya mengalir dari bawah ke atas. Pada laju alir yang cukup rendah, butiran padat akan tetap diam, karena gas hanya mengalir melalui ruang antar partikel tanpa menyebabkan perubahan susunan partikel tersebut. Keadaan yang demikian disebut unggun diam atau fixed bed.

Kalau laju alir kemudian dinaikkan, akan sampai pada suatu keadaan di mana unggun padatan akan tersuspensi di dalam aliran gas yang melaluinya. Pada keadaan ini masing-masing butiran akan terpisahkan satu sama lain sehingga dapat bergerak dengan lebih mudah. Pada kondisi butiran yang dapat bergerak ini, sifat unggun akan menyerupai suatu cairan dengan viskositas tinggi, misalnya adanya kecenderungan untuk mengalir, mempunyai sifat hidrostatik dan sebagainya. Sifat unggun terfluidisasi ini

Page 3: Laporan Praktikum Satuan Operasi Udt

dapat dilihat pada Gambar 1b. Dalam dunia industri, fluidisasi diaplikasikan dalam banyak hal seperti transportasi serbuk padatan (conveyor untuk solid), pencampuran padatan halus, perpindahan panas (seperti pendinginan untuk bijih alumina panas), pelapisan plastic pada permukaan logam, proses drying dan sizing pada pembakaran, proses pertumbuhan partikel dan kondensai bahan yang dapat mengalami sublimasi, adsorpsi (untuk pengeringan udara dengan adsorben), dan masih banyak aplikasi lain.

Fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada prose fluidisasi antara lain:1. Fenomena fixed bed yang terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju

minimum yang dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini partikel padatan tetap diam. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 1a.

2. Fenomena minimum or incipient fluidization yang terjadi ketika laju alir fluida mencapai laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada kondisi ini partikel-partikel padat mulai terekspansi. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 1b.

3. Fenomena smooth or homogenously fluidization terjadi ketika kecepatan dan distribusi aliran fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam unggun sama atau homogen sehingga ekspansi pada setiap partikel padatan seragam. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3 Fenomena smooth or homogenously fluidization

4. Fenomena bubbling fluidization yang terjadi ketika gelembung –gelembung pada unggun terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak homogen. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4 Fenomena bubbling fluidization.5. Fenomena slugging fluidization yang terjadi ketika gelembung-gelembung

besar yang mencapai lebar dari diameter kolom terbentuk pada partikel partikel padat. Pada kondisi ini terjadi penorakan sehingga partikel- partikel padat seperti terangkat. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 5.

Page 4: Laporan Praktikum Satuan Operasi Udt

Gambar 5 Fenomena slugging fluidization

6. Fenomena chanelling fluidization yang terjadi ketika dalam ungggun partikel padatan terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertikal. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6 Fenomena chanelling fluidization.

7. Fenomena disperse fluidization yang terjadi saat kecepatan alir fluida melampaui kecepatan maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini sebagian partikel akan terbawa aliran fluida dan ekspansi mencapai nilai maksimum. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 7 Fenomena disperse fluidization

Fenomena-fenomena fluidisasi tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor:

1. laju alir fluida dan jenis fluida

2. ukuran partikel dan bentuk partikel

3. jenis dan densitas partikel serta faktor interlok antar partikel

4. porositas unggun

5. distribusi aliran,

6. distribusi bentuk ukuran fluida

Page 5: Laporan Praktikum Satuan Operasi Udt

7. diameter kolom

8. tinggi unggun.

Faktor-faktor di atas merupakan variabel-variabel dalam proses fluidisasi yang akan menentukan karakteristik proses fluidisasi tersebut. Pada praktikum fluidisasi ini fluida yang digunakan adalah udara tekan. Butiran padat yang akan difluidisasikan juga dapat bervariasi seperti butiran batu bara, batu bata, pasir, dan sebagainya.

Ukuran partikel juga divariasikan dengan melakukan pengayakan dengan mesh tertentu. Densitas partikel dapat juga divariasikan dengan menyampur partikel, baik yang berbeda ukuran maupun berbeda jenis. Selain itu variasi juga dapat dilakukan pada tinggi unggun. Dalam praktikum ini akan teramati fenomena-fenomena fluidisasi, Selama fluidisasi berlangsung juga dapat diamati kecepatan minimum fluidisasi secara visual. Dari hasil pengukuran tekanan dan laju alir fluida dibuat pula Kurva Karakteristik Fluidisasi, Karakteristik unggun terfluidakan digambarkan pada kurva karakteristik fluidisasi yang merupakan plot antara log U dan log ΔP. Persamaan yang digunakan adalah Persamaan Ergun dan Persamaan Wen Yu.

Proses fluidisasi biasanya dilakukan dengan cara mengalirkan fluida gas atau cair ke dalam kolom yang berisi unggun butiran-butiran padat. Pada laju alir yang kecil aliran hanya menerobos unggun melalui celah-celah/ ruang kosong antar partikel, sedangkan partikel-partikel padat tetap dalam keadaan diam. Kondisi ini dikenal sebagai fenomena unggun diam. Saat kecepatan aliran fluida diperbesar sehingga mencapai kecepatan minimum, yaitu kecepatan saat gaya seret fluida terhadap partikel-partikel padatan lebih atau sama dengan gaya berat partikel-partikel padatan tersebut, partikel yang semula diam akan mulai terekspansi, Keadaan ini disebut incipient fluidization atau fluidisasi minimum.

Jika kecepatan diperbesar, akan terjadi beberapa fenomena yang dapat diamati secara visual dan pada kondisi inilah partikel-partikel padat memiliki sifat seperti fluida dengan viskositas tinggi. Karena sifat-sifat partikel padat yang menyerupai sifat fluida cair dengan viskositas tinggi, metoda pengontakan fluidisasi memiliki beberapa keuntungan dan kerugian. Keuntungan proses fluidisasi, antara lain:

1. Sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat padat secara kontinu dan memudahkan pengontrolan.

2. Kecepatan pencampuran yang tinggi membuat reaktor selalu berada dalam kondisi isotermal sehingga memudahkan pengendaliannya.

3. Sirkulasi butiran-butiran padat antara dua unggun fluidisasi memungkinkan pemindahan jumlah panas yang besar dalam reaktor

4. Perpindahan panas dan kecepatan perpindahan mass antara partikel cukup tinggi.

5. Perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah panas yang baik memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang memiliki luas permukaan kecil.

Page 6: Laporan Praktikum Satuan Operasi Udt

Sebaliknya, kerugian proses fluidisasi antara lain:

1. Selama operasi partikel-partikel padat mengalami pengikisan sehingga karakteristik fluidisasi dapat berubah dari waktu ke waktu

2. Butiran halus akan terbawa aliran sehingga mengakibatkan hilangnya sejumlah tertentu padatan

3. Adanya erosi terhadap bejana dan sistem pendingin4. Terjadinya gelombang dan penorakan di dalam unggun sering kali

tidak dapat dihindari sehingga kontak antara fluida dan partikel tidak seragam, Jika hal ini terjadi pada reaktor, konversi reaksi akan kecil.

2.1.2 Hilang Tekan (Pressure Drop)

Aspek utama yang akan ditinjau dalam percobaan ini adalah mengetahui besarnya hilang tekan (pressure drop) di dalam unggun padatan yang terfluidakan. Hal tersebut mempunyai arti yang cukup penting karena selain erat sekali hubungannya dengan besarnya energi yang diperlukan, juga bisa memberikan indikasi tentang kelakuan unggun selama operasi berlangsung. Penentuan besarnya hilang tekan di dalam unggun terfluidakan terutama dihitung berdasarkan rumus-rumus yang diturunkan untuk unggun diam, terutama oleh Balke, Kozeny, Carman, ataupun peneliti-peneliti lainnya.

1.2.3 Hilang Tekan dalam Unggun Diam

Korelasi-korelasi matematik yang menggambarkan hubuangan antara hilang tekan dengan laju alir fluida di dalam suatu sistem unggun diam diperoleh pertama kali pada tahun 1922 oleh Blake melalui metoda-metoda yang bersifat semi empiris, yaitu dengan menggunakan bilangan-bilangan tidak berdimensi.

2.1.4 Kecepatan Minimum fluidisasi

Yang dimaksud dengan kecepatan minimum fluidisasi (dengan notasi Umf) adalah kecepatan superfisial fluida minimum dimana fluidisasi mulai terjadi. harganya diperoleh dengan mengombinasikan persaman Ergun dengan persamaan neraca massa pada unggun terfluidakan.

2.1.5 Karakteristik Unggun Terfluidakan

Karakteristik unggun terfluidakan biasanya dinyatakan dalam bentuk grafik antara penurunan tekanan (ΔP) dan kecepatan superfisial (u). Untuk keadaan yang ideal, kurva hubungan ini berbentuk seperti Gambar 8.

Page 7: Laporan Praktikum Satuan Operasi Udt

Gambar 8 Kurva karakteristik fluidisasi ideal

Garis A-B dalam grafik menunjukkan hilang tekan pada daerah unggun diam (porositas unggun = 0). Garis B-C menunjukkan keadaan dimana unggun telah terfluidakan. Garis D-E menunjukkan hilang tekan dalam daerajh unggun diam pada waktu menurunkan kecepatan alir fluida. Harga penurunan tekanannya, untuk kecepatan aliran fluida tertentu, sedikit lebih rendah dari pada harga penurunan tekanan pada saat awal operasi.

Penyimpangan dari keadaan ideal:

1. InterlockKarakteristik fluidisasi seperti digambarkan pada kurva fluidisasi ideal hanya terjadi pada kondisi yang betul-betul ideal dimana butiran zat padat dengan mudah saling melepaskan pada saat terjadi kesetimbangan antara gaya seret dengan berat partikel. Pada kenyataannya, keadaan di atas tidak selamanya bias terjadi karena adanya kecenderungan partikel-partikel untuk saling mengunci satu dengan lainnya (interlock), sehingga akan terjadi kenaikan hilang tekan (ΔP) sesaat sebelum fluidisasi terjadi. Fenomena interlock ini dapat dilihat pada Gambar 9, terjadi pada awal fluidisasi saat terjadi perubahan kondisi dari unggun tetap menjadi unggun terfluidakan.

2. Fluidisasi heterogen (aggregative fluidization)Jenis penyimpangan yang lain adalah kalau pada saat fluidisasi partikel-partikel padat tidak terpisah-pisah secara sempurna tetapi berkelompok membentuk suatu agregat. Keadaan yang seperti ini disebut sebagai fluidisasi heterogen atau aggregative fluidization. Tiga jenis fluidisasi heterogen yang biasa terjadi adalah karena timbulnya:a. penggelembungan (bubbling), ditunjukkan pada Gambar 10a,b. penorakan (slugging), ditunjukkan pada Gambar 10b,c. saluran-saluran fluida yang terpisahkan (chanelling), ditunjukkan pada Gambar 10c,

Page 8: Laporan Praktikum Satuan Operasi Udt

Gambar 9 Kurva karakteristik fluidisasi tidak ideal karena terjadi interlock

Gambar 10 Tiga jenis agregative fluidization

Bentuk kurva karakteristik untuk unggun terfluidakan yang mengalami penyimpangan dari keadaan ideal yang disebabakan oleh tiga jenis fenomena di atas dapat dilihat dalam pustaka (1) dan (3).

PENGGUNAAN PROSES FLUIDISASI DALAM INDUSTRI

1. Operasi Secara Fisik (Physical Operation), seperti:

a. Transportasi: Sifat fluidisasi pada fluidized bed juga merupakan sifat yang sama dengan cairan dan sifat ini sangat efektif digunakan untuk alat transportasi dari bubuk padatan.

b. Heat Exchanger (HE): Fluidized bed dapat digunakan untuk HE operasi fisik dan kimia kareana kemampuannya untuk mempercepat perpindahan panas dan menjaga suhu menjadi konstan dengan ditunjukkan sebagian kecil dari bermacam penggunaan dalam lingkup ini.

c. Adsorpsi: Proses adsorpsi multistages fluid chart untuk pemisahan dan pemurnian kembali komponen gas.

Page 9: Laporan Praktikum Satuan Operasi Udt

2. Operasi Secara Kimia

Contoh: Reaksi gas dengan katalis padat dan reaksi padat dengan gas.

APLIKASI FLUIDISASI DALAM INDUSTRI

a. Gasifikasi : batubara

b. Transportasi

Fluidisasi dapat terfluidisasikan sama seperti cairan, sifat ini digunakan untuk transportasi padat berupa serbuk.

c. Pencampuran bubuk halus (dengan ukuran partikel berlainan)

d. HE

e. Pelapisan bahan peledak pada permukaan logam

f. Drying dan sizeing

INDUSTRI YANG MENGGUNAKAN METODA FLUIDISASI

1. Proses desulfurisasi batubara

Proses desulfurisasi batubara Tondongkurah, Sulawesi Selatan telah dilakukan dengan menggunakan larutan hidrogen peroksida yang diencerkan dalam asam sulfat berkonsentrasi 0,1 N.

2. Pembuatan Gas Sintetis Dari Batubara Dengan Teknologi Gasifikasi Unggun Terfluidisasi

Percobaan gasifikasi dilakukan terhadap contoh batubara Indonesia dengan menggunakan reactor gasifikasi sistem unggun terfluidisasi digunakan batubara ukuran halus (-48 + 65 mesh). Gas pereaksi masuk melalui plat distributor untuk mengangkat batubara dan pasir silica sebagai unggun material dalam zona reaksi sehingga unggun terfluidisasi dan terjadi proses pencampuran yang sempurna antara gas pereaksi dan batubara.

4. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Mengisi kolom pengatur ukuran air

2. Menutup kran pengatur aliran air.

3. Memeriksa apakah pembacaan manometer pada posisi nol, bila tidak,

aturlah sampai pada titik nol.

4. Menjalankan pompa air, dan atur laju alir sampai 1 L/min

5. Mencatat tinggi unggun, pembacaan manometer dan jenis unggun

(unggun diam atau terfluidisasi)

Page 10: Laporan Praktikum Satuan Operasi Udt

6. Mentabulasikan pada tabel.

7. Mengulangi percobaan memakai balotini halus.

8. Menentukan rapat masa partikel dengan menimbang sejumlah balliotini

dengan volume tertentu ( yang diketahui)

5. DATA PENGAMATAN

a. Minggu pertama :

Tinggi unggun (mm)

Laju alir(L/min)

Penurunan tekanan

(mmH2O)

Jenis unggun

155,5 2 5,5 Fix bed157,5 4 8,6 Smooth160,5 6 11,9 Bubble167,5 8 14,4 Bubble179 10 16,35 Chanelling194 12 17,75 Chanelling230 14 18,15 Chanelling

252,5 16 18,45 Chanelling266 18 18,55 Chanelling275 20 18,85 Chanelling

b. Minggu kedua :

Tinggi unggun (mm)

Laju alir(L/min)

Penurunan tekanan

(mmH2O)

Jenis unggun

155 – 156 3 6,6 Fix bed156 – 160 5 10,1 Smooth157 – 165 7 12,4 Smooth160 – 180 9 14,5 Bubble165 – 190 11 16,5 Bubble170 – 210 13 18,2 Bubble175 – 245 15 18,4 Chanelling180 – 280 17 18,5 Chanelling185 – 290 19 18,6 Chanelling195 - 320 21 18,9 Chanelling

Page 11: Laporan Praktikum Satuan Operasi Udt

a. Densitas : 1 gr/mlb. Densitas udara : 1,8 gr/mlc. Viskositas udara : 1,81 x 10-4 kg/m3

d. Viskositas kinematic : -e. Ukuran partikel : 0,491 mmf. Densitas partikel : 2,089 gr/mlg. Tinggi kolom : 0,55 mh. Diameter kolom : 0,06 mi. Masa partikel : 0,35 kgj. Berat pikno : 31,02 grk. Berat pikno + air : 55,53 grl. Berat pikno + pasir : 52,92 grm. Berat air : 14,03 grn. Berat pasir : 21 gro. Diameter partikel : 0,1 cm = 1 x 10-3

Minggu pertama :

PRAKTIKUM

0 5 10 15 20 250

50

100

150

200

250

300

155.5 157.5 160.5167.5

179194

230

252.5266

275

LAJU ALIR VS TERFLUIDISASI (PRAKTIKUM)

TERFLUIDISASI

LAJU ALIR

TERF

LUID

ISAS

I(Tin

ggi u

nggu

n)

Page 12: Laporan Praktikum Satuan Operasi Udt

0 5 10 15 20 250

50

100

150

200

250

300

f(x) = 7.56818181818182 x + 120.5R² = 0.927608673708678

LAJU ALIR VS TERFLUIDISASI (PRAKTIKUM)

TERFLUIDISASI Linear (TERFLUIDISASI )

LAJU ALIR

TERF

LUID

ISAS

I(Tin

ggi U

nggu

n)

Teoritis

1 2 3 4 5 6 7 8 90

5000000

10000000

15000000

20000000

25000000

f(x) = − 3108350 x + 20992000R² = 0.599382536414282

GRAFIK UNGGUN DIAM

HLinear (H)

LAJU ALIR

H

Page 13: Laporan Praktikum Satuan Operasi Udt

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 220

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

400000

450000

500000

f(x) = 13858.3333333333 x + 178700R² = 0.950484939717628

GRAFIK UNGGUN TERFLUIDISASI(LAJU ALIR VS H)

HLinear (H)

LAJU ALIR

H

0 5 10 15 20 250

50

100

150

200

250

300

f(x) = 7.79848484848485 x + 121.966666666667R² = 0.937138223029949

GRAFIK HUBUNGAN TITIK MAKSIMUM VS LAJU ALIR

TITIK MAKSIMUM Linear (TITIK MAKSIMUM )

LAJU ALIR

TITI

K M

AKSI

MUM

Page 14: Laporan Praktikum Satuan Operasi Udt

Minggu kedua :

PRAKTIKUM

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 220

50

100

150

200

250

155 156 157 160 165 170 175 180185

195

LAJU ALIR VS TERFLUIDISASI (PRAKTIKUM)

TERFLUIDISASI

LAJU ALIR

TERF

LUID

ISAS

I (Ti

nggi

Ung

gun)

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 220

50

100

150

200

250

f(x) = 2.20606060606061 x + 143.327272727273R² = 0.950528007346189

LAJU ALIR VS TERFLUIDISASI (PRAKTIKUM)

TERFLUIDISASI

Linear (TERFLU-IDISASI )

LAJU ALIR

TERF

LUID

ISAS

I (Ti

nggi

Ung

gun)

Page 15: Laporan Praktikum Satuan Operasi Udt

TEORITIS

0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.20

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

f(x) = − 2.401975 x + 5.401975R² = 1

GRAFIK UNGGUN DIAM

Series2Linear (Series2)

LAJU ALIR

H

4 6 8 10 12 14 16 18 20 220

5

10

15

20

25

f(x) = 0.3875 x + 12.9713888888889R² = 0.969018592967226

GRAFIK UNGGUN TERFLUIDISASI (LAJU ALIR VS H)

HLinear (H)

LAJU ALIR (L/min)

H (m

mH2

O)

Page 16: Laporan Praktikum Satuan Operasi Udt

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 220

50

100

150

200

250

300

350

f(x) = 9.65151515151515 x + 103.681818181818R² = 0.943743211530455

GRAFIK HUBUNGAN TITIK MAKSIMUM VS LAJU ALIR

TITIK MAKSIMUM

Linear (TITIK MAK-SIMUM)

LAJU ALIR

TITI

K M

AKSI

MUM

6. PERHITUNGAN

a. Menentukan berat jenis partikel

1. Berat piknometer : 31,02 gr

2. Berat pikno + air : 55,53 gr

3. Berat air (c) : 24,51 gr

4. Berat pikno + pasir : 52,92 gr

5. Berat pikno + pasir + air : 66,95 gr

6. Berat zat padat (m) : 21,9 gr

7. Berat air (q) : 14,03 gr

8. Vol. pikno : c/p = 24,51 gr / 1 gr/ml = 24,51 ml

9. Vol. air : q/p = 14,03 gr / 1 gr/ml = 14,03 ml

10. Vol. pasir : vol. pikno – vol air

: 24,51 ml – 14,03 ml = 10,48 ml

11. Berat jenis pasir : 21,9 gr / 10,48 gr = 2,09 gr

Page 17: Laporan Praktikum Satuan Operasi Udt

b. Penentuan unggun diam dan terfluidisasi

1. Minggu pertama :- Unggun diam ( 2 L/min )

A = π/4 (D)2 = ¼ x 3,14 x (0,06)2 = 2,83 x 10-3 m2

Volbed = π x r2 x t = 3,14 x (0,03)2 x 0,55 = 1,554 x 10-3 m3

ɛ (porositas bed) = massa partikel / p partikel x volbed

= 0,22 kg / 2.09 kg/m3 x 1,554 . 10-3

= 0,068

Vsm = Q.10-3 / A

= 2.10-3 L/min / 2,3.10-3 m2

= 0,707 L/min.m-2 x 1 menit/60 sekon

= 1,178.10-3

Re = 1000 (aliran laminasi)

- Unggun terfluidisasi

1. 4 L/min

h = L/pa (1-ɛ) (ps – pa) 103 mmH2O

= 0,1575/1,18 (1 – 0,068) (2090 – 1,18) 103 mmH2O

= 2,6 x 103 mmH2O

2. 6 L/min

h = L/pa (1-ɛ) (ps – pa) 103 mmH2O

= 0,1605/1,18 (1 – 0,068) (2090 – 1,18) 103 mmH2O

= 2,65 x 10-3 mmH2O

3. 8 L/min

h = L/pa (1-ɛ) (ps – pa) 103 mmH2O

= 0,1675/1,18 (1 – 0,068) (2090 – 1,18) 103 mmH2O

= 2,76 x 10-3 mmH2O

Page 18: Laporan Praktikum Satuan Operasi Udt

4. 10 L/min

h = L/pa (1-ɛ) (ps – pa) 103 mmH2O

= 0,179/1,18 (1 – 0,068) (2090 – 1,18) 103 mmH2O

= 2,95 x 10-3 mmH2O

5. 12 L/min

h = L/pa (1-ɛ) (ps – pa) 103 mmH2O

= 0,194/1,18 (1 – 0,068) (2090 – 1,18) 103 mmH2O

= 3,2 x 10-3 mmH2O

6. 14 L/min

h = L/pa (1-ɛ) (ps – pa) 103 mmH2O

= 0,23/1,18 (1 – 0,068) (2090 – 1,18) 103 mmH2O

= 3,8 x 10-3 mmH2O

7. 16 L/min

h = L/pa (1-ɛ) (ps – pa) 103 mmH2O

= 0,2525/1,18 (1 – 0,068) (2090 – 1,18) 103 mmH2O

= 4,16 x 10-3 mmH2O

8. 18 L/min

h = L/pa (1-ɛ) (ps – pa) 103 mmH2O

= 0,266/1,18 (1 – 0,068) (2090 – 1,18) 103 mmH2O

= 4,39 x 10-3 mmH2O

9. 20 L/min

h = L/pa (1-ɛ) (ps – pa) 103 mmH2O

= 0,275/1,18 (1 – 0,068) (2090 – 1,18) 103 mmH2O

= 4,54 x 10-3 mmH2O

Page 19: Laporan Praktikum Satuan Operasi Udt

2. Minggu kedua :- Unggun diam ( 3 L/min )

A = π/4 (D)2 = ¼ x 3,14 x (0,06)2 = 2,83 x 10-3 m2

Volbed = π x r2 x t = 3,14 x (0,03)2 x 0,155 = 4,3803 x 10-4 m3

ɛ (porositas bed) = massa partikel / p partikel x volbed

= 0,35 kg / 2.090 kg/m3 x 4,3803 x 10-4 m3 = 0,382

Vsm = Q.10-3 / A

= 3.10-3 L/min / 2,83.10-3 m2

= 1,06

Re = 1000 (aliran laminasi)

- Unggun terfluidisasi1. 5 L/min

h = L/pa (1-ɛ) (ps – pa) 103 mmH2O

= 0,156/1,18 (1 – 0,382) (2.09 – 1,18) 103 mmH2O

= 15,53 mmH2O

2. 7 L/min

h = L/pa (1-ɛ) (ps – pa) 103 mmH2O

= 0,157/1,18 (1 – 0,382) (2,09 – 1,18) 103 mmH2O

= 15,69 mmH2O

3. 9 L/min

h = L/pa (1-ɛ) (ps – pa) 103 mmH2O

= 0,16/1,18 (1 – 0,382) (2,09 – 1,18) 103 mmH2O

= 16,17 mmH2O

4. 11 L/min

h = L/pa (1-ɛ) (ps – pa) 103 mmH2O

= 0,165/1,18 (1 – 0,382) (2,09 – 1,18) 103 mmH2O

= 16,97 mmH2O

Page 20: Laporan Praktikum Satuan Operasi Udt

5. 13 L/min

h = L/pa (1-ɛ) (ps – pa) 103 mmH2O

= 0,17/1,18 (1 – 0,382) (2,09 – 1,18) 103 mmH2O

= 17,77 mmH2O

6. 15 L/min

h = L/pa (1-ɛ) (ps – pa) 103 mmH2O

= 0,175/1,18 (1 – 0,382) (2,09 – 1,18) 103 mmH2O

= 18,58 mmH2O

7. 17 L/min

h = L/pa (1-ɛ) (ps – pa) 103 mmH2O

= 0,18/1,18 (1 – 0,382) (2,090 – 1,18) 103 mmH2O

= 19,38 mmH2O

8. 19 L/min

h = L/pa (1-ɛ) (ps – pa) 103 mmH2O

= 0,185/1,18 (1 – 0,382) (2,090 – 1,18) 103 mmH2O

= 20,18 mmH2O

9. 21 L/min

h = L/pa (1-ɛ) (ps – pa) 103 mmH2O

= 0,195/1,18 (1 – 0,382) (2,090 – 1,18) 103 mmH2O

= 21,79 mmH2O

Page 21: Laporan Praktikum Satuan Operasi Udt

ANALISA PERCOBAAN

            Pada percobaan ini kami menggunakan pasir sebagai bahan utama dan

setelah percobaan yang telah dilakukan, dapat dianalisa bahwa Fluidisasi adalah

metode pengontakan butiran-butiran padat dengan fluida baik cair maupun gas.

Pertama kami mengisi kolom dan mengatur udara dengan cara menutup kran dan

pompa udara dinyalakan serta memeriksa pembacaan manometer dan apabila

tidak di posisi nol maka, kami harus mengaturnya terlebih agar di posisi nol, dan

juga laju aliran udara telah disetting maka butiran-butiran padatan akan mulai

bergerak karena dialiri fluida (udara). Semakin tinggi laju aliran udara yang

diberikan terhadap butiran-butiran padatan di dalam bed, maka pergerakan

butiran-butiran padatan tersebut semakin cepat. Kita dapat melihat kenaikan tinggi

butiran padatan yang terangkat keatas akibat laju aliran udara yang diberikan

terhadap butiran-butiran padat semakin meningkat, sehingga penurunan tekanan

menjadi lebih besar.

            Aspek utama yang akan ditinjau dalam percobaan ini adalah mengetahui

besarnya pressure drop (beda tekan) di dalam unggun padatan yang terfluidakan.

Hal ini mempunyai arti yang cukup penting karena selain erat sekali hubungannya

dengan besarnya energi yang diperlukan juga bisa memberikan indikasi tentang

kelakuanunggung selama operasi berlangsung.Penentuan besarnya hilang tekan

di dalam unggun terfluidakan. Jenis unggun terbagi menjadi 2, yaitu unggun diam

dan unggun terfluidisasi. Pada laju alir yang cukup rendah butiran padat akan

tetap diam karena gas hanya mengalir melalui ruang antar partikel tanpa

menyebabkan perubahan susunan partikel tersebut. Keadaan yang demikian

disebut unggun diam atau fixed bed sedangkan yang terfluidisai adalah Pada laju

alir yang cukup tinggi butiran padat akan bergerak karena gas mengalir melalui

ruang antar partikel dan menyebabkan perubahan susunan partikel tersebut.

            Pada percobaan minggu pertama kami mengambil interval pembacaan

yang yaitu sebesar 2 L/min. Dimana unggun diam dapat kita lihat saat laju udara 2

L/min, dan unggun terfluidisasi dapat kita lihat saat laju udara diberikan pada

kenaikan 4-20 L/min. Sedangkan pada percobaan minggu kedua kami

menggunakan interval pembacaan sebesar 2 L/min dimana unggun diam terjadi

pada laju alir 3 L/min dan unggun terfluidisasi pada laju alir 5-21 L/min. Butiran

Page 22: Laporan Praktikum Satuan Operasi Udt

padat terlihat tidak terlalu banyak bergerak pada saat unggun diam. Sedangkan

jenis unggun terfluidisasi dapat terlihat ketika butiran-butiran padatan terangkat

keatas karena laju aliran udara yang besar. Dimana di unggun terfluidisasi ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti Laju alir fluida dan jenis fluida, Ukuran

partikel, Jenis dan densitas partikel serta faktor interlok antar partikel, Porositas

unggun, Distribusi aliran, Distribusi bentuk aliran fluida, Diameter kolom dan

Tinggi

 KESIMPULAN

  Fluidisasi adalah peristiwa dimana unggun berisi butiran padat berkelakuan

seperti fluida karena di aliri udara.

  Semakin besar laju alir udara yang diberikan, maka akan semakin besar pula

penurunan tekanannya.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi fluidisasi:

1.      Laju alir fluida dan jenis fluida

2.      Ukuran partikel

3.      Jenis dan densitas partikel serta faktor interlok antar partikel

4.      Porositas unggun

5.      Distribusi aliran

6.      Distribusi bentuk aliran fluida

7.      Diameter kolom

8.      Tinggi

  Percobaan minggu pertama unggun diam pada laju alir 2 L/min. Sedangkan

unggun terfluidisasi pada laju alir 4-20 L/min dengan interval pembacaan sebesar

2 L/min.

Percobaan minggu kedua unggun diam pada laju alir 3 L/min. Sedangkan

unggun terfluidisasi pada laju alir 5-21 L/min dengan interval pembacaan sebesar

2 L/min.

Page 23: Laporan Praktikum Satuan Operasi Udt

GAMBAR ALAT

Alat Fluidisasi unggun

Neraca DigitalPiknometer

Pompa