laporan praktikum rske modul 5 psikologi kerja

43
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psikologi kerja sangat erat kaitannya dengan beban kerja. Beban kerja yang harus ditanggung dalam suatu unit organisasi erat kaitannya dengan efisiensi dan efektivitas suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan beban kerja tersebut termasuk pada pengaturan sumber daya manusia yang merupakan sumber daya penting dalam perusahaan. Dampak beban kerja mental berlebih menyebabkan kelelahan, yang dapat menimbulkan kelalaian dalam menjalankan tugasnya hingga dapat menyebabkan kecelakaan dalam pekerjaan. Psikologi kerja adalah beban yang dialami atau diterima oleh seseorang ketika ia sedang melakukan suatu pekerjaan. Aspek psikologis adalah aspek yang tidak nyata, yang hanya dapat diukur berdasarkan akibat yang ditimbulkan dan dalam suatu pekerjaan dapat berubah setiap saat. Perhitungan beban psikologis seorang pekerja dapat dilakukan berdasarkan hasil pekerjaan faktor yang dapat diukur secara objektif maupun tingkah laku, dan penuturan si pekerja sendiri yang dapat diidentifikasikan. PT. RSK&E merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Karyawan pada perusahaan ini dituntut untuk mampu dan terampil serta mempunyai semangat kerja yang tinggi untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Di perusahaan ini, analisa beban kerja (workload analysis) cukup mendapat perhatian yang serius karena pada prinsipnya bertujuan untuk membuat proses organisasi lebih efektif dan efisien. Salah satu faktor keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada kemampuan manajer dalam mengorganisir karyawan dimana faktor-faktor penentu yang dapat meningkatkan kemauan dan kemampuan karyawan dalam memenuhi target yang ditetapkan juga harus

Upload: habdullah

Post on 24-Nov-2015

158 views

Category:

Documents


28 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Psikologi kerja sangat erat kaitannya dengan beban kerja. Beban kerja yang

    harus ditanggung dalam suatu unit organisasi erat kaitannya dengan efisiensi dan

    efektivitas suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan beban kerja tersebut termasuk

    pada pengaturan sumber daya manusia yang merupakan sumber daya penting

    dalam perusahaan. Dampak beban kerja mental berlebih menyebabkan kelelahan,

    yang dapat menimbulkan kelalaian dalam menjalankan tugasnya hingga dapat

    menyebabkan kecelakaan dalam pekerjaan.

    Psikologi kerja adalah beban yang dialami atau diterima oleh seseorang

    ketika ia sedang melakukan suatu pekerjaan. Aspek psikologis adalah aspek yang

    tidak nyata, yang hanya dapat diukur berdasarkan akibat yang ditimbulkan dan

    dalam suatu pekerjaan dapat berubah setiap saat. Perhitungan beban psikologis

    seorang pekerja dapat dilakukan berdasarkan hasil pekerjaan faktor yang dapat

    diukur secara objektif maupun tingkah laku, dan penuturan si pekerja sendiri yang

    dapat diidentifikasikan.

    PT. RSK&E merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang

    manufaktur. Karyawan pada perusahaan ini dituntut untuk mampu dan terampil

    serta mempunyai semangat kerja yang tinggi untuk meningkatkan produktivitas

    kerja karyawan. Di perusahaan ini, analisa beban kerja (workload analysis) cukup

    mendapat perhatian yang serius karena pada prinsipnya bertujuan untuk membuat

    proses organisasi lebih efektif dan efisien. Salah satu faktor keberhasilan suatu

    perusahaan sangat bergantung pada kemampuan manajer dalam mengorganisir

    karyawan dimana faktor-faktor penentu yang dapat meningkatkan kemauan dan

    kemampuan karyawan dalam memenuhi target yang ditetapkan juga harus

  • 2

    diperhatikan. Pengukuran beban kerja yang dilakukan adalah secara subjektif

    dengan menggunakan metode NASA-TLX (National Aeronautics and Space

    Administration-Task Load Index).

    1.2 Rumusan Masalah

    Dalam latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis

    merumuskan masalah sebagai berikut:

    1. Berapa beban kerja yang diperoleh pada task 1 dan task 2?

    2. Berapa perbandingan beban kerja antara task 1 dan task 2?

    3. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi psikologi kerja?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Penelitian tentang pengukuran waktu kerja ini bertujuan untuk:

    1. Menghitung beban kerja pada task 1 dan task 2.

    2. Membandingkan beban kerja pada task 1 dan task 2.

    3. Menentukan faktor-faktor yang memengaruhi psikologi kerja.

    1.4 Batasan Masalah

    Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penulis membatasi masalah pada

    pengukuran waktu kerja yang meliputi:

    1. Pengukuran beban kerja mental didapat dari data-data kualitatif berdasarkan

    task 1 dan task 2. Task 1 adalah Tes Koran (Newspaper Test) dan task 2

    adalah Toyota Game.

    2. Pengukuran beban kerja mental secara subjektif menggunakan metode NASA-

    TLX (National Aeronautics and Space Administration Task Load Index).

    3. Perhitungan perbandingan beban kerja mental task 1 dan task 2 menggunakan

    software SPSS.

    4. Penelitian dilakukan di Laboratorium Rekayasa Sistem Kerja & Ergonomi FT

    Untirta.

  • 3

    1.5 Sistematika Penulisan

    Dalam sistematika penulisan, penulis membagi dalam beberapa bab sebagai

    berikut:

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

    batasan masalah, dan sistematika penulisan.

    BAB II LANDASAN TEORI

    Bab ini menguraikan teori-teori yang relevan dengan pemecahan masalah atau

    pencapaian tujuan dari penelitian.

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    Bab ini berisi metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan penelititan

    meliputi tahapan-tahapan penelitian dan penjelasan tiap tahapan secara ringkas

    disertai diagram alirnya.

    BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

    Bab ini berisi data beban kerja operator pada task 1 dan task 2, uji kenormalan

    data, perbandingan beban kerja mental pada masing-masing task.

    BAB V ANALISA

    Bab ini menjelaskan analisa mengenai beban kerja mental pada task 1 dan task 2,

    perbandingan beban kerja task 1 dan task 2, faktor-faktor yang memengaruhi

    psikologi kerja, hasil newspaper test.

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

  • 4

    Bab ini menyimpulkan inti dari seluruh uraian di atas dan memberikan saran bagi

    penelitian selanjutnya.

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Psikologi Kerja

    Psikologi berasal dari bahasa yunani yaitu psycho yang berarti jiwa dan logos

    yang berarti ilmu. Secara umum pengertian psikologi adalah ilmu yang

    mempelajari tentang kejiwaan dan tingkah laku manusia. Psikologi memiliki

    beberapa sub bidang seperti psikologi pendidikan, psikologi klinis, psikologi

    sosial, psikologi perkembangan, psikologi lintas budaya, psikologi industri &

    organisasi dan psikologi lingkungan. Psikologi industri dan organisasi (PIO)

    merupakan bidang khusus yang memfokuskan perhatian pada penerapan-

    penerapan ilmu psikologi bagi masalah-masalah individu dalam perusahaan,

    secara khusus menyangkut penggunaan sumber daya manusia dan perilaku

    organisasi.

    Psikologi industri adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia di tempat

    kerja dalam hubungannya dengan aspek pekerjaan untuk menurunkan masalah

  • 5

    manusia dalam melakukan suatu pekerjaan. Ilmu ini berfokus pada pengambilan

    keputusan kelompok, semangat kerja karyawan, motivasi kerja, produktivitas,

    stres kerja, seleksi pegawai, strategi pemasaran, rancangan alat kerja, dan berbagai

    masalah lainnya. (Pappu, 2002)

    Pekerjaan akan menimbulkan reaksi psikologis bagi pekerja yang melakukan

    pekerjaan tersebut, baik reaksi positif maupun negatif. Reaksi yang bersifat

    positif, yaitu senang, bergairah, merasa bahagia, dan sebagainya. Sedangkan

    reaksi yang bersifat negatif, yaitu bosan, acuh, tidak serius dan sebagainya.

    Definisi kerja adalah semua aktivitas manusia yang untuk menjamin kelangsungan

    hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai umat keseluruhan. (Lehman,

    1953)

    Psikologi kerja merupakan beban yang dialami atau diterima oleh pekerja

    ketika ia melakukan suatu pekerjaan. Aspek psikologis hanya dapat diukur

    berdasarkan akibat yang ditimbulkan dan merupakan aspek yang tidak nyata.

    Aspek psikologis dalam suatu pekerjaan dapat berubah setiap saat. Seiring dengan

    berjalannya waktu, kemampuan seseorang dapat berubah. (Laboratorium RSK&E,

    2013)

    Beberapa fungsi psikologi, yaitu (Laboratorium RSK&E, 2013) :

    1. Untuk menjelaskan apa, bagaimana dan mengapa suatu tingkah laku dapat

    terjadi.

    2. Untuk memprediksikan atau meramalkan apa, bagaimana dan mengapa

    tingkah laku tersebut terjadi.

    3. Untuk mengendalikan tingkah laku pekerja sesuai dengan yang diinginkan.

    2.2 Beban Kerja

    Tubuh manusia dirancang untuk melakukan aktivitas kerja sehari-hari yang

    memungkinkan manusia untuk dapat menggerakan tubuh dan melakukan

    pekerjaan. Pekerjaan mempunyai arti penting bagi kemajuan dan peningkatan

  • 6

    prestasi, namun di pihak lain dengan pekerjaan tubuh akan menerima beban dari

    luar tubuhnya. (Laboratorium RSK&E, 2013)

    Beban kerja (workload) merupakan sebuah isue yang semakin popular

    diperbincangkan, baik di forum ilmiah, di lingkungan pendidikan maupun di

    lingkungan perusahaan. Beban kerja timbul sebagai reaksi akibat terjadinya

    kelelahan yang dialami pekerja dalam bekerja secara terus menerus. Kelelahan

    dapat terjadi karena beberapa faktor seperti kerja otot statis, stasiun kerja yang

    tidak ergonomis, kondisi kesehatan pekerja dan masalah fisik pekerjaan itu

    sendiri. Beban kerja yang tinggi dapat mengurangi tingkat kewaspadaan

    (vigilance) pekerja dan berkurangnya daya ingat sesaat, yang pada akhirnya

    mempengaruhi keputusan untuk mengambil suatu tindakan dalam melakukan

    suatu pekerjaan. (Dwi Cahyadi, 2012)

    Beban kerja (workload) merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seorang

    pekerja untuk menerima suatu pekerjaan sesuai dengan beban (demand) yang

    dibebankan kepada pekerja tersebut untuk mencapai tingkat performansi tertentu.

    Beban kerja juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan tubuh seorang pekerja

    dalam menerima suatu pekerjaan. Beban kerja merupakan sesuatu yang muncul

    dari interaksi antara tuntutan tugas-tugas, lingkungan yang digunakan sebagai

    tempat kerja, keterampilan pekerja, perilaku dan persepsi dari pekerja. Beban

    kerja dibedakan menjadi beban mental dan beban fisik. (Nussbaum, 2007)

    Beban kerja fisik merupakan beban kerja yang timbul akibat aktivitas fisik

    pekerja. Misalnya pada perawat, beban kerja fisik perawat meliputi mengangkat

    pasien, memandikan pasien, membantu pasien ke kamar mandi, mendorong

    peralatan kesehatan, merapikan tempat tidur pasien, mendorong brankart pasien

    dan sebagainya. (Murni Kurnia, 2012)

    Beban kerja mental (mental workload) merupakan beban kerja yang timbul

    dan terlihat dari pekerjaan yang dilakukan, beban kerja mental terbentuk secara

    kognitif (pikiran). Beban kerja mental dapat didefinisikan sebagai evaluasi

  • 7

    operator atau pekerja terhadap selang kewaspadaan (kapasitas ketika sedang

    termotivasi dengan beban kerja yang ada) ketika melakukan suatu pekerjaan

    mental (metacontroller activity) untuk mencapai tujuan tertentu dalam melakukan

    suatu pekerjaan. Misalnya pada perawat, beban kerja mental yang dialami

    perawat, diantaranya bekerja shift atau bergiliran, mempersiapkan rohani mental

    pasien dan keluarga terutama bagi yang akan melaksanakan operasi atau dalam

    keadaan kritis, bekerja dengan keterampilan khusus dalam merawat pasien serta

    harus menjalin komunikasi dengan pasien. (Hancock, et all 1988)

    2.2.1 Faktor yang Memengaruhi Beban Kerja

    Beban kerja seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor

    yang dapat mempengaruhi beban kerja seseorang, yaitu faktor eksternal dan faktor

    internal. (Laboratorium RSK&E, 2013)

    2.2.1.1 Faktor Eksternal

    Faktor eksernal yang mempengaruhi beban kerja merupakan faktor beban

    kerja yang berasal dari luar tubuh seorang pekerja. Hal yang termasuk kedalam

    faktor eksternal beban kerja antara lain adalah tugas, organisasi dan lingkungan

    kerja. (Laboratorium RSK&E, 2013)

    1. Tugas

    Tugas yang dilakukan oleh seorang pekerja baik berupa fisik maupun mental.

    Tugas-tugas yang bersifat fisik, seperti sikap kerja, peralatan, beban yang

    diangkat, sarana informasi dan sebagainya. Sedangkan tugas-tugas yang

    bersifat mental, seperti tingkat kesulitan pekerjaan, tanggung jawab terhadap

    pekerjaan, dan sebagainya.

    2. Organisasi

  • 8

    Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja, seperti lamanya

    waktu bekerja, lamanya waktu beristirahat, model struktur organisasi, waktu

    kerja malam, sistem pelimpahan tugas dan sebagainya.

    3. Lingkungan kerja

    Lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja, yaitu lingkungan

    kerja fisik, lingkungan kerja kimiawi, liingkungan kerja biologis dan

    lingkungan kerja psikologis. Lingkungan kerja fisik, seperti intersitas

    penerangan, kebisingan, temperatur ruangan dan sebagainya. Lingkungan

    kerja kimiawi, seperti debu, gas-gas pencemar udara dan sebagainya.

    Lingkungan kerja biologis, seperti bakteri, virus, jamur, parasit dan

    sebagainya. Lingkungan kerja psikologis, seperti pemilihan dan penempatan

    tenaga kerja, hubungan antara pimpinan dan pekerja maupun hubungan antar

    sesama pekerja.

    2.2.1.2 Faktor Internal

    Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh

    pekerja sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal yang dialami.

    Reaksi tubuh tersebut dikenal sebagai strain, berat ringannya strain dapat dinilai

    secara objektif maupun subjektif. Penilaian secara objektif, yaitu penilaian melalui

    perubahan reaksi fisiologis. Sedangkan penilaian secara subjektif dapat dilakukan

    berdasarkan dengan harapan, keinginan, kepuasan dan sebagainya. Faktor internal

    meliputi faktor somatis dan faktor psikis. (Laboratorium RSK&E, 2013)

    1. Faktor somatis

    Faktor somatis merupakan faktor internal yang berkaiitan dengan jenis

    kelamin pekerja, umur pekerja, ukuran tubuh pekerja, kondisi kesehatan

    pekerja, status gizi pekerja dan sebagainya.

    2. Faktor psikis

  • 9

    Faktor psikis merupakan faktor yang berkaitan dengan motivasi, persepsi

    pekerja, kepercayaan, keinginan, kepuasan pekerja dan sebagainya.

    Hubungan antara kinerja pekerja dengan beban kerja dapat dilihat dalam

    kurva yang berbentuk U terbalik. Jika tingkat beban kerja seseorang rendah, maka

    orang tersebut akan mudah bosan dan cenderung kehilangan ketertarikan terhadap

    pekerjaan yang dilakukan. Jika tingkat beban kerja seseorang tinggi, maka orang

    tersebut akan mudah kelelahan dan kehilangan semangat untuk melakukan

    pekerjaan. (Laboratorium RSK&E, 2013)

    Kurangnya perhatian seorang pimpinan terhadap cara kerja para pekerjanya

    akan menimbulkan kebosanan pada kalangan pekerja, dan akibat dari kebosanan

    tersebut pekerja akan mencari alternatif pekerjaan lain atau mencari versi

    pekerjaan lain yang tidak mereka kuasai untuk menghindari kebosanan. Tingkah

    laku para pekerja ini dapat beakibat buruk bagi pekerjaan karena dapat

    mengakibatkan kecelakaan kerja. Oleh karena itu, pengukuran beban kerja pada

    seorang pekerja perlu dilakukan untuk mengetahui beban kerja yang dialaminya

    dan mengevaluasi metode kerja serta memperbaiki sistem kerja yang telah ada

    agar menjadi lebih baik. (Laboratorium RSK&E, 2013)

    2.2.2 Kriteria Pengukuran Beban Kerja Mental

    Beberapa kriteria yang harus dimiliki untuk melakukan pengukuran beban

    kerja mental terhadap pekerja, yaitu (Laboratorium RSK&E, 2013) :

    1. Sensitivitas

    Kriteria sensitivitas merupakan suatu pengukuran yang dapat membedakan

    situasi antara tugas yang satu dengan tugas yang lainnya berdasarkan intuisi

    atau perasaan untuk melihat perbedaan tingkat beban kerja mental.

    2. Selektivitas

    Kriteria selektivitas merupakan suatu pengukuran yang tidak mempengaruhi

    bagian kerja mental secara umum seperti beban fisik dan beban emosional.

  • 10

    3. Interferensi

    Kriteria interferensi merupakan suatu pengukuran yang tidak harus

    berhubungan dengan pemilihan tugas atau pekerjaan beban kerja pada

    pekerja.

    4. Reabilitas

    Kriteria rebilitas merupakan suatu pengukuran yang dilakukan secara benar

    atau nyata dan dapat dipercaya, hasil dari pengukuran tersebut dapat diulang

    setiap saat.

    5. Dapat diterima

    Yang dimakksud dengan kriteria dapat diterima yaitu teknik pengukuran

    beban kerja yang dilakukan harus dapat diterima oleh manusia atau pekerja

    yang sedang diukur.

    2.2.3 Metode Pengukuran Beban Kerja

    Untuk mengukur besarnya beban mental yang dialami pekerja dapat

    dilakukan melalui beberapa metode. Beberapa metode pengukuran beban kerja

    dapat dilakukan secara umum ada tiga cara, yaitu (Laboratorium RSK&E, 2013) :

    2.2.3.1 Pengukuran Beban Kerja Secara Objektif

    Pengukuran beban kerja secara objektif meliputi pengukuran denyut jantung,

    pengukuran waktu kedipan mata dan pengukuran dengan metode lain. Pada

    pengukuran denyut jantung, peningkatan denyut jantung berkaitan dengan

    meningkatnya level pembebanan kerja. Pada pengukuran waktu kedipan mata,

    pekerjaan yang membutuhkan atensi visual berasosiasi dengan kedipan mata

    yang lebih sedikit dan durasi kedipan lebih pendek. (Laboratorium RSK&E, 2013)

  • 11

    2.2.3.2 Pengukuran Beban Kerja Secara Pemilihan Tugas

    Pengukuran beban kerja secara pemilihan tugas dilakukan dengan

    menggunakan metode SWAM (Statistical Workload Assessement Model). Metode

    SWAM merupakan pengukuran untuk menganalisa tugas beban kerja mental yang

    sederhana atau ringan yang membagi tugas dengan waktu yang diberikan. Namum

    metode ini memiliki kelemahan sehingga metode ini tidak banyak digunakan.

    Kelemahan tersebut yaitu tidak dapat memasukan jumlah data yang benar

    kedalam beberapa tugas sehingga waktu yang tersedia tidak dapat berjalan lancar

    dan pengukuran beban kerja mental yang dihasilkan tidak spesifik. (Laboratorium

    RSK&E, 2013)

    2.2.3.3 Pengukuran beban kerja secara subjektif

    Pengukuran beban kerja secara subjektif merupakan pengukuran beban kerja

    mental dimana sumber data yang diolah merupakan data-data kualitatif. Beberapa

    jenis pengukuran secara subjektif yang telah dilakukan, yaitu pengukuran dengan

    NASA TLX (National Aeronautics and Space Administration-Task Load Index),

    pengukuran dengan metode SWAT (Subjektive Workload Assessement Technique)

    dan pengukuran dengan metode MCH (Modified Cooper Harper Scaling).

    (Laboratorium RSK&E, 2013)

    A. NASA TLX (National Aeronautics and Space Administration-Task Load

    Index)

    NASA-TLX merupakan metode pengukuran subjektif yang sering digunakan

    dalam pengukuran beban kerja mental pada individu atau pekerja di berbagai

    industri atau perusahaan. Pada metode NASA TLX ini, terdapat beberapa

    komponen yang akan diukur dari setiap individu. Pada komponen kebutuhan

    mental, kebutuhan fisik, kebutuhan waktu, dan tingkat frustasi, skala yang

  • 12

    digunakan adalah rendah hingga tinggi. Sedangkan untuk pengukuran

    performansi digunakan skala baik hingga buruk. (Raras Mayang, 2012)

    NASA TLX merupakan suatu prosedur penilaian multidimensional yang

    memberikan kuantifikasi beban kerja yang berdasarkan pada rata-rata bobot

    ratting yang didasarkan pada 6 sub skala. 6 sub skala yang dilakukan dalam

    metode NASA TLX, yaitu (Laboratorium RSK&E, 2013) :

    1. Kebutuhan mental atau mental demand (MD)

    Pekerjaan-pekerjaan dengan tipe memikir, memutuskan, menghitung,

    mengingat, melihat, mencari, dan sebagainya. Disimbolkan dengan

    pertanyaan, apakah pekerjaan tersebut mudah atau sulit, apakah

    pekerjaan tersebut sederhana atau kompleks dan apakah pekerjaan

    tersebut pasti atau penuh toleransi.

    2. Kebutuhan fisik atau physical demand (PD)

    Pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan hal fisik, seperti

    mendorong, menarik, mengangkat, memutar, membelokan dan

    sebagainya. Disimbolkan dengan pertanyaan apakah pekerjaan tersebut

    berat atau ringan, apakah pekerjaan tersebut lambat atau cepat dan

    apakah pekerjaan tersebut memiliki waktu yang cukup untuk istirahat

    atau tidak.

    3. Kebutuhan waktu atau temporal demand (TD)

    Pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan waktu. Disimbolkan

    dengan pertanyaan ada tidaknya tekanan waktu dalam pekerjaan tersebut

    dan apakah waktu yang tersedia dalam pekerjaan tersebut cukup, kurang,

    atau banyak.

    4. Performansi atau own performance (OP)

    Berhubungan dengan tingkat kesuksesan dalam mencapai suatu tujuan

    dalam pekerjaan. Disimbolkan dengan seberapa besar tingkat kesuksesan

  • 13

    dalam melakukan pekerjaan untuk menyelesaikan tuuan pekerjaan

    tersebut.

    5. Usaha atau effort (EF)

    Berhubungan dengan tingkat usaha yang dilakukan. Disimbolkan dengan

    pertanyaan seberapa besar usaha yang dilakukan atau dikeluarkan secara

    mental maupun secara fisik untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

    6. Stress atau frustation level (FR)

    Berhubungan dengan stres. Disimbolkan dengan pertanyaan seberapa

    besar tingkat keamanan dalam melakukan suatu pekerjaan, aman atau

    tidak aman. Seberapa tingkat stres yang dialami dalam melakukan suatu

    pekerjaan dan seberapa termotivasinya pekerja dalam melakukan suatu

    pekerjaan.

    Terdapat beberapa nilai yang menunjukan besarnya tingkat beban kerja dan

    diklasifikasikan kedalam sebuah tabel. Klasifikasi beban kerja berdasarkan

    analisa NASA TLX, yaitu (Laboratorium RSK&E, 2013) :

    Tabel 2.1 Klasifikasi Beban Kerja Berdasarkan NASA TLX

    0 20 Sangat Rendah

    21 40 Rendah

    41 60 Sedang

    61 80 Tinggi

    81 100 Sangat Tinggi

    Penjelasan indikator beban mental yang akan diukur berdasarkan metode

    NASA TLX dapat dilihat pada tabel penjelasan indikator beban mental

    dibawah ini (Ade Sri, 2013):

  • 14

    Tabel 2.2 Indikator Beban Mental Berdasarkan Metode NASA TLX

  • 15

    Langkah-langkah pengukuran beban kerja dengan menggunakan metode

    NASA TLX adalah sebagai berikut (Meshkati, 1988) :

    1. Pembobotan

    Responden/pekerja diminta untuk membandingkan dua dimensi yang

    berbeda dengan metode perbandingan berpasangan. Total perbandingan

    berpasanganuntuk keseluruhan dimensi (6 dimensi) yaitu 15. Jumlah tally

    untuk masing-masing dimensi inilah yang akan menjadi bobot dimensi.

    2. Pemberian Rating

    Dalam tahap ini, responden diminta memberikan penilaian/rating

    terhadap keenam dimensi beban mental. Penilaian yang diberikan

    tergantung pada responden.

    Skor akhir beban mental nasa TLX diperoleh dengan mengalikan bobot

    dengan rating setiap dimensi, kemudian dijumlahkan dan dibagi 15.

    bobot rating

  • 16

    Skor =

    15

    B. SWAT (Subjektive Workload Assessement Technique)

    Metode SWAT (Subjective Workload Assesment Tehnique) merupakan salah

    satu cara untuk mengukur beban kerja mental yang dikembangkan oleh Harry

    G. Armstrong untuk menjawab berbagai pertanyaan, seperti bagaimana cara

    mengukur beban kerja mental dalam lingkungan yang sebenarnya (Real

    World Environtment) secara alamiah dan obyektif dari sumber data yang

    bersifat kualitatif. Metode pengukuran subjektif beban kerja SWAT memiliki

    kelemahan, yaitu sangat tidak sensitif untuk beban kerja mental yang

    rendah dan itu memerlukan waktu penyortiran serta memakan tugas pra

    prosedur. (Kurniawan Yuli, 2011)

    Metode ini muncul sebagai akibat dari meningkatnya kebutuhan akan

    pengukuran subjektif yang dapat digunakan secara langsuung dalam

    pekerjaan. Pada metode ini tanggapan hanya diberikan melalui tiga

    deskriptor pada masing-masing faktor atau dimensi. Faktor atau dimensi yang

    dimaksud, yaitu beban waktu (time load), beban mental (mental effort load)

    dan beban psikologis (psychological stress load). Ada dua tahapan pekerjaan

    dalam melakukan metode SWAT ini, yaitu scale development dan event

    scoring. (Laboratorium RSK&E, 2013)

    C. MCH (Modified Cooper Harper Scaling)

    MCH adalah skala rating yang paling banyak digunakan untuk menilai

    kualitas penanganan pada suatu pekerjaan. Sejak tahun 1960, beban mental

    yang dipaksakan oleh tugas kontrol manual khususnya pada kualitas handling

    pesawat telah diukur oleh skala cooper, yaitu Cooper-Harper (CH) dan kini

    metode tersebut telah dimodifikasi menjadi Modified Cooper Harper scaling

  • 17

    (MCH). Skala MCH adalah salah satu skala yang lebih divalidasi untuk

    pengukuran beban kerja subjektif pada kualitas penanganan pesawat. Skala

    tersebut terdiri dari 10 titik skala dengan format pohon keputusan. Hal

    tersebut membuat suatu ketentuan untuk melaksanakan tugas penilaian secara

    berurutan, untuk mencapai peringkat akhir secara disengaja dan hati-hati.

    Skala tersebut juga dapat diterapkan pada jenis beban kerja tugas, terutama

    untuk sistem yang mungkin memuat persepsi, meditasi dan kegiatan

    komunikasi dalam tugasnya. Nilai skala MCH yang terdiri dari 10 titik skala

    dengan format pohon keputusan berkisar mulai dari titik 1 yaitu mudah

    hingga titik 10 yaitu mustahil. (Kurniawan Yuli, 2011)

    2.3 Stres dan Burnout

    Aspek lain dari psikologi kerja yang sering terjadi pada pekerja dan menjadi

    masalah bagi kesehatan peerja adalah stres dan burnout. Beban kerja berlebih

    dapat memicu timbulnya stres pada pekerja. Hampir semua pekerja mengalami

    stres, baik pada tingkat pimpinan maupun pekerjanya. Lingkungan tempat bekerja

    juga berpengaruh pada timbulnya stres, lingkungan kerja yang kurang baik sangat

    berpotensi untuk menimbulkan stres pada pekerjanya. Misalnya pada perawat,

    beban kerja yang berlebih pada perawat dapat memicu timbulnya stres dan

    burnout. Perawat yang mengalami stres dan burnout memungkinkan mereka

    untuk tidak dapat menampilkan performa kerja mereka secara efektif dan efisien

    dikarenakan kemampuan fisik dan kognitif mereka menjadi berkurang. (Dewi

    Kurnia, 2012)

    Stres yang timbul pada pekerja di lingkungan kerja tidak dapat dihindarkan,

    namun agar tidak mengganggu pekerjaan hal yang harus dilakukan adalah

    mengelola, mengatasi atau mencegah terjadinya stres dengan mengidentifikasi

    penyebab terjadinya stres pada pekerja di lingkungan kerja atau stressor. Setelah

    mengetahui penyebab stres pada pekerja, dilakukan pelatihan-pelatihan bagi

  • 18

    pekerja untuk meningkatkan rasa percaya diri dalam melaksanakan pekerjaan

    mereka dan meningkatkan higiene atau kondisi lingkungan kerja serta

    meningkatkan hubungan antar pekerja. (Laboratorium RSK&E, 2013)

    Kejenuhan kerja atau burnout adalah suatu kondisi fisik atau mental yang

    kurang baik akibat situasi kerja yang berat dalam jangka waktu panjang.

    Kejenuhan kerja atau burnout adalah suatu kondisi fisik, emosi dan mental

    pekerja yang sangat drop yang diakibatkan oleh situasi kerja yang sangat

    menuntut dalam jangka waktu yang cukup panjang. (Muslihudin, 2009)

    Kejenuhan kerja merupakan sesuatu hal yang sering dialami pekerja dalam

    setiap pekerjaan, perawat merupakan salah satu profesi yang beresiko tinggi untuk

    mengalami stres dan beban kerja tinggi yang berakibat kejenuhan. Kinerja

    perawat adalah sesuatu yang dapat dirasakan langsung oleh para pasien. Apabila

    kinerja perawat buruk akan menyebabkan penurunan mutu pelayanan perawat

    bagi para pasien. Kejenuhan seringkali membuat pikiran kita menjadi terasa penuh

    dan mulai kehilangan rasional. Hal ini dapat menyebabkan keletihan mental dan

    emosional dan membuat minat terhadap pekerjaan dan motivasi menurun, pada

    akhirnya kualitas kerja akan menurun. Kejenuhan kerja juga dapat menjadi suatu

    masalah bagi organisasi apabila mengakibatkan kinerja menurun. Karena jika

    kinerja kerja menurun, maka produktivitas juga menurun. (Dale, 2011)

    2.4 Newspaper Test (Pauli Krapelin Test)

    Newspaper test merupakan tes menghitung deretan angka di atas kertas

    sebesar kertas koran. Tes tersebut disebut juga dengan pauli kraepelin test. Tes

    pauli krapelin dikembangkan pertama kali oleh seorang psikiater bernama Emil

    Kraepelin. Newspaper test ini bertujuan untuk mengukur karakter seseorang pada

    beberapa aspek tertentu, yaitu (Akbar Sidiq, 2012) :

    Aspek keuletan (daya tahan)

  • 19

    Aspek kemauan atau kehendak individu

    Aspek Emosi

    Aspek penyesuaian diri

    Aspek stabilitas diri

    Dalam tes ini responden hanya diminta untuk mengerjakan hitungan

    sederhana, yaitu menjumlahkan deretan angka-angka. Namun yang menjadi

    masalah adalah jumlah deretan angka yang diberikan sangat banyak, yaitu sebesar

    lembaran koran. Sehingga tes tersebut menuntut konsentrasi, ketelitian, stabilitas

    emosi dan daya tahan yang prima dari responden. Semakin banyak kesalahan

    yang dibuat, menunjukkan bahwa responden tidak teliti, tidak cermat, tidak hati-

    hati dan kurang memiliki daya tahan yang cukup terhadap stres atau tekanan

    pekerjaan. (Akbar Sidiq, 2012)

    Contoh Tes Koran Pauli Kraepelin

    Jumlahkan deret angka-angka berikut (dibawah dan diatasnya) dan

    tulislah jawabannya diantara kedua angka yang anda jumlahkan.

    3 9

    5 8

    2 9

    9 2

    7 3

    4 1

    7 8

    Keterangan :

    Pada contoh diatas, angka yang dicetak tebal adalah jawaban penjumlahan

    dari dua bilangan yang berdekatan (yang dibawah dan diatasnya). 7+7 = 14 ; 7+2=

    9 dan seterusnya. Jika hasil penjumlahan lebih dari dua digit, maka ditulis digit

    terakhirnya saja. Misal 4+9= 13 (ditulis angka 3 saja)

  • 20

    2.5 Toyota Game

    Jika pekerja berkonsentrasi pada pekerjaannya terlalu lama, mak tingkat

    kesigapannya akan semakin berkurrang. Oleh karena itu perlu dilakukan tes untuk

    menguji kesigapan dan kewaspadaan pekerja. Tes yang tepat untuk menilai

    kewaspadaan / vigilance adalah tes terhadap waktu reaksi, di mana waktu sering

    digunakan sebagai cara untuk menilai kemampuan dalam melakukan tugas-tugas

    yang berhubungan dengan beban kerja. Tes tersebut dilakukan dengan

    menggunakan suatu metode permainan (games) sebagai suatu metode untuk

    mengukur tingkat beban kerja terhadap waktu. Di beberapa negara maju, games

    dapat digunakan untuk menilai tingkat konsentrasi, kewaspadaan, dan kerja sama

    team dalam suatu kegiatan simulasi. Semakin lama waktu luang yang digunakan

    bagi si pemain untuk bekonsentrasi pada gamenya, maka akan semakin berkurang

    tingkat kesigapannya. (Lewis dan Maylor, 2007).

    Dengan games yang memanfaatkan fungsi tingkatan waktu diharapkan dapat

    menjadi suatu alternatif metode untuk dapat mengukur dan menunjukkan bahwa

    terjadinya beban kerja dalam suatu pekerjaan bisa terjadi karena adanya faktor

    kelelahan yang terkait dengan hubungan faktor waktu yang ditekankan untuk

    menyelesaikan suatu pekerjaan. Tes toyota game merupakan tes memasangkan

    ring dan mur kedalam baut dengan jarak yang telah di tentukan dan dengan waktu

    yang telah ditetapkan. Di dalam tes ini, responden diminta untuk memasangkan

    ring dan baut kedalam sebuah baut yang telah disediakan agar menjadi sebuah

    produk. Jarak antar kepala baut dan mur, serta mur dan mur lainnya telah

    ditentukan. Responden diminta membuat produk tersebut sebanyak yang mereka

    bisa dalam batas waktu yang telah di tetapkan. Banyaknya jumlah produk

    menentukan tingkat ketelitian, kesigapan dan kewaspadaan responden. Hal

    tersebut dapat dilihat dari produk yang dihasilkan, jika jarak antar mur maupun

    antar kepala baut dan mur tidak sesuai, maka dapat dikatakan bahwa produk yang

  • 21

    dihasilkan gagal dan responden kurang teliti dan kurang waspada dalam

    mengerjakannya. (Dwi Cahyadi, 2012)

    Peranan games atau permainan dalam mengukur hubungan antara beban kerja

    terhadap waktu, yaitu sebagai alternatif metode untuk menunjukkan bahwa beban

    kerja bisa terjadi karena adanya faktor waktu penyelesaian dalam suatu pekerjaan.

    Dalam hal ini games adalah sebagai sarananya. (Dwi Cahyadi, 2012)

  • 22

  • 23

    Mulai

    Teori Pendahuluan

    Latar Belakang

    Rumusan Masalah

    Tujuan Penelitian

    Pengumpulan Data 11. Data beban kerja operator pada test 12. Data beban kerja operator pada test 2

    1. Penghitungan beban kerja metode menggunakan metode NASA TLX2. Pengajian paired sample T-Tesk secara manual dan menggunakan software SPSS 15

    Analisah Data

    Selesai

    Batasan Masalah

    Melakukan Aktifitas Test 1

    Pengisian Kuisioner Test 1

    Melakukan Aktifitas Test 2

    Pengisian Kuisioner Test 2

    Pengolahan Data

    Uji Knormalan Data

    Data Berdistribusi

    Normal

    Simpulan dan Saran

    Tidak

    Ya

  • 24

    3.2 Deskripsi Flow Chart Penelitian

    Berikut ini adalah deskripsi dari flow chart penelitian:

    1. Mulai Memulai penelitian.

    2. Studi Pendahuluan Mencari referensi dan materi-materi yang berhubungan dalam pembahasan

    kali ini.

    Perumusan Masalah

    Merumuskan masalah-masalah yang berkaitan dalam penelitian.

    3. Tujuan Penelitian dan Batasan Masalah Tujuan penelitian adalah jawaban dari perumusan masalah dan akan dibahas

    dalam kesimpulan. Sedangkan batasan masalah adalah pembatasan satu atau

    lebih masalah yang telah dipaparkan di latar belakang masalah yang akan

    diselesaikan di penelitian ini.

    4. Melakukan kegiatan task 1 dan task 2 Melakukan kegiatan task 1 dengan menghitung angka-angka yang telah

    disiapkan yang dinamakan Newspaper Test. Sedangkan kegiatan task 2 membuat produk baut dan mur dengan cara dirangkai, tes ini dinamakan

    Toyota Game.

    5. Mengisi kuisioner NASA TLX task 1 dan task 2 Mengisi kuisioner tentang perhitungan beban kerja setelah melakukan

    kegiatan task 1 dan task 2 dengan metode subjektif, yaitu NASA TLX.

    6. Pengumpulan Data Mengumpulkan data kuisioner yang telah diisi.

    7. Pengolahan Data Mengolah data yang telah dikumpulkan dengan software SPSS 20.

    8. Uji Kenormalan Data Setelah diolah data dapat dilihat normal atau tidaknya. Jika tidak normal

    maka pengumpulan data akan diulang dengan menggunakan bilangan acak,

    jika data normal maka dilanjutkan dengan didapatkan nilai skor beban mental,

    dan membandingkan kedua task tersebut. III-3

  • 25

    9. Nilai skor beban kerja masing-masing task Perbandingan beban task 1 dan task 2 adalah hasil dari pengolahan data yang datanya sudah teruji

    kenormalannya. Sedangkan perbandingan beban task 1 dan task 2 adalah

    membandingkan adanya kesamaan atau perbedaan antara beban kerja task 1

    dan task 2.

    10. Analisa Hasil Pengolahan Data Menganalisis hasil pengolahan data yang telah didapatkan.

    11. Simpulan dan Saran Simpulan adalah jawaban dari tujuan, dan saran agar penelitian selanjutnya

    dapat lebih baik.

    12. Selesai Selesai penelitian.

  • 26

    BAB IV

    PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

    4.1 Pengumpulan Data

    Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada task 1 dan task 2 yaitu

    newspaper test dan toyota game. Untuk mendapatkan data beban kerja digunakan

    metode NASA TLX (National Aeronautics Space Administration - Task Load

    Index). Hasil data yang diperoleh dari 13 operator adalah sebagai berikut.

    4.1.1 Data Beban Kerja Operator Pada Task 1

    Berdasarkan pengamatan hasil data beban kerja operator pada task 1 berupa

    newspaper test adalah sebagai berikut:

  • 27

    4.1.2 Data Beban Kerja Operator Pada Task 2

    Berdasarkan pengamatan hasil data beban kerja operator pada task 2 berupa

    toyota game adalah sebagai berikut:

    4.2 Pengolahan data

    Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada task 1 dan task 2, untuk

    mengetahui perhitungan beban kerja, kenormalan data, dan perbandingan beban

    kerja mental maka dilakukan pengolahan data beban kerja berdasarkan kuisioner

    NASA TLX. Hasil data yang diperoleh dari 13 operator adalah sebagai berikut.

    4.2.1 Contoh Perhitungan Beban Kerja Mental

  • 28

    Contoh perhitungan beban kerja mental dengan metode NASA TLX dari

    operator Alfian Kello .

    Hari/Tanggal : Selasa/5 Maret 2013

    Nama/Operator : Alfian Kello

    Task : 1

    Jenis Pekerjaan : Newspaper test

    Shift : 1

    1. Penjelasan indikator yang diukur

    Berikut adalah penjelasan indikator beban mental yang diukur.

    2. Pembobotan

  • 29

    Pilihlah salah satu (beri tanda) dari pasangan kategori ini yang menurut anda

    lebih signifikan atau dominan menjadi sumber dari beban kerja mental.

    Contoh :

    Jika anda merasa bahwa dalam melakukan pekerjaan, fisik anda lebih

    berperan daripada mental maka lingkari kolom PD pada pasangan kategori

    PD/MD. Lanjutkan untuk pasangan kategori lainnya.

    3. Peratingan

    Berilah point dan skor pada kolom skala untuk menunjukan berapa skala dari

    low hingga high (0-100) untuk menunjukan point yang anda pilih berdasarkan

    pertanyaan yang diberikan.

    Contoh :

    Jika anda merasa bahwa aktivitas mental dan perseptual anda dituntut tinggi

    untuk melakukan pekerjaan maka menyatakan secara subjektif dalam skala 0-100.

    Lanjutkan untuk kategori lainnya.

    A. Newspaper Test

    1. Pembobotan

  • 30

    Keterangan: Kategori yang di bold adalah kategori yang operator pilih

    2. Peratingan

    Tabel pengamatan task 1 newspaper test sebagai berikut:

  • 31

  • 32

    3. Perhitungan Beban Kerja

    4.2.2 Uji Kenormalan Data

    Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mendeteksi apakah data yang akan

    digunakan sebagai pangkal tolak pengujian hipotesis merupakan data empirik

    yang memenuhi hakikat naturalistik. (Zulkifi Matondang, 1992)

    a. Menentukan hipotesa awal

    H0 = Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

    H1 = Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.

    b. Menentukan tingkat kepercayaan

    = 100% - 95% = 5% = 0,05

    95% confidence adalah tingkat keyakinan kita dalam melakukan perhitungan.

  • 33

    c. Kesimpulan

    H0 diterima karena Sig. (2-tailed) > 0,05 berarti sampel berasal dari populasi

    berdistribusi normal.

    4.2.3 Perbandingan Beban Kerja Mental Pada Masing-masing Task

    a. Perhitungan Manual

  • 34

    Contoh perhitungan:

    a.

    b.

    c.

    Berikut ini adalah pengolahan data untuk membandingkan beban kerja mental

    masing-masing task secara manual:

    1. Menentukan hipotesa awal

  • 35

    H0 = beban kerja task 1 = beban kerja task 2

    H1 = beban kerja task 1 beban kerja task 2

    2. Menentukan

    = 100% - 95%

    = 5% = 0,05

    95% confidence interval merupakan tingkat keyakinan dalam melakukan

    perhitungan karena terdapat 2 tail, maka nilai dibagi 2, sehingga

    sebesar

    0,025.

    3. Menentukan t hitung

    = 2,53

    4. Menentukan ttabel

    ttabel = t/2 = t(0.025,12)

    ttabel = 2,197

  • 36

    5. Kesimpulan

    Berdasarkan perhitungan manual uji T diperoleh bahwa thitung = 2,53 dan ttabel =

    2,197, sehingga thitung < ttabel yang berarti hipotesa H0 diterima yang berarti

    beban kerja task 1 = beban kerja task 2.

    b. Menggunakan Software SPSS

    Hipotesa : H0 = Beban Kerja Task 1 = Beban Kerja Task 2

    H1 = Beban Kerja Task 1 Beban Kerja Task 2

    Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan software SPSS 15 didapatkan hasil

    berupa mean yang menunjukan nilai rata-rata dari masing-masing task yaitu

    70,6369 untuk task 1 dan 64,0485 untuk task 2, N menunjukan banyaknya data

    yang diambil yaitu 6 data. Nilai Correlation 0,459 < 1 yang menunjukan ada

    hubungan korealasi yang rendah antara task 1 dan task 2.

  • 37

    Dari hasil perhitungan software SPSS 20, diperoleh nilai t sebesar 2,528.

    Nilai t tersebut lebih kecil dari t tabel (ttabel = 2,197) sehingga menunjukkan bahwa

    hipotesa H1 diterima yang berarti beban kerja task 1 = beban kerja task 2. Pada uji

    kenormalan data, didapatkan hasil H0 diterima karena Sig. (2-tailed) > 0,05 berarti

    sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

  • 38

    BAB V

    ANALISA

    5.1 Analisa Beban Kerja Mental Task 1

    Berdasarkan pengamatan pada task 1 yaitu berupa Newspaper Test. Dalam

    newspaper test ini operator banyak mendapatkan beban mental. Beban kerja

    mental yang ada pada pekerjaan ini yang paling dominan yaitu sesuai dengan 6

    kategori ialah kebutuhan mental atau mental demand (MD) karena operator

    bekerja dengan memikir, menghitung, dan melihat secara sulit dengan kompleks.

    Selain itu juga kebutuhan waktu sangat berpengaruh terhadap pekerjaannya dan

    kondisi yang stres pada operator karena dipengaruhi oleh kebisingan pada ketukan

    palu saat bekerja sehingga konsentrasi operator menjadi terganggu.

    NASA-TLX adalah salah satu metode perhitungan yang digunakan pada

    beban kerja mental pekerjaan ini. Dari penelitian pada task 1 yang dilakukan

    terhadap 6 operator, maka diperoleh nilai rata-rata hasil beban kerja sebesar 70,64.

    Nilai tersebut dalam klasifikasi beban kerja menurut analisa NASA-TLX terdapat

    pada tingkat tinggi untuk beban kerja. Itu artinya banyak hal-hal yang

    memengaruhi, berdasarkan analisa NASA-TLX ada 6 sub skala yaitu: kebutuhan

    mental, kebutuhan fisik, kebutuhan waktu, performansi, usaha, dan stres.

    Setelah melakukan penelitian beban kerja mental pada kelompok 3 yang terdiri

    dari operator Laura Natalia Sitorus 68; Diega Febriana 82; Gagah Anugerah A.

    76; Fajar Rido Butar. B 72; Ferdwin Auliakbar 60; Andi Rahayu 72,67; Ulfi Silvia

    62,678; Faisal Umam 73,67; Sastrawan Wijaya 48; Gina Andini 82,3; Puput

    Puspitasari 71,3; Rizki Akbar Rismawan 73,67; Alfian Kello 76

    Hal demikian menggambarkan bahwa operator Gina Andini mendapatkan

    kebutuhan mental yang sangat tinggi untuk menghitung, memikir, mengingat

  • 39

    dalam pekerjaan tersebut, sedangkan pada operator Sarmidi cenderung lebih kecil

    hal ini bisa disebabkan karena operator tidak begitu mendapatkan beban kerja

    yang besar. Untuk operator lainnya itu relatif mendapatkan beban kerja mental

    pada sub kebutuhan waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya.

    5.2 Analisa Beban Kerja Mental Task 2

    Berdasarkan pengamatan pada task 2 yaitu berupa Toyota Game. Dalam

    toyota game ini operator banyak mendapatkan beban mental. Beban kerja mental

    yang ada pada pekerjaan ini yaitu sesuia dengan 6 kriteria pada NASA-TLX ialah

    paling dominan kebutuhan fisik atau Physical Demand (PD) karena pada

    pekerjaan ini diperlukan pekerjaan memutar. Selain itu juga kebutuhan waktu

    sangat diperlukan karena untuk menghasilkan produk yang banyak dengan waktu

    yang singkat.

    NASA-TLX merupakan salah satu metode perhitungan yang digunakan pada

    beban kerja mental pekerjaan ini. Dari penelitian pada task 2 yang dilakukan

    terhadap 6 operator, maka diperoleh nilai rata-rata hasil beban kerja sebesar 64,5.

    Nilai tersebut dalam klasifikasi beban kerja menurut analisa NASA-TLX terdapat

    pada tingkat sedang untuk beban kerja. Itu artinya tidak terlalu banyak hal-hal

    yang memengaruhi, berdasarkan pada analisa NASA-TLX ada 6 sub skala yaitu:

    kebutuhan mental, kebutuhan fisik, kebutuhan waktu, performansi, usaha, dan

    stres. Setelah melakukan penelitian beban kerja mental pada kelompok 3 yang

    terdiri dari operator Laura Natalia Sitorus 76,67; Diega Febriana 70,67; Gagah

    Anugerah A. 67,33; Fajar Rido Butar B. 72; Ferdwin Auliakbar 44; Andi Rahayu

    61,33; Ulfi Silvia 66,67; Faisal Umam 55,67; Sastrawan Wijaya 55,33; Gina

    Andini 62,3; Puput Puspitasari 62; Rizki Akbar Rismawan 71,33; Alfian Kello

    67,33.

  • 40

    Hal demikian menggambarkan bahwa operator Laura Natalia Sitorus

    mendapatkan beban kerja mental yang sangat tinggi untuk menghasilkan tingkat

    kesuksesan dalam pekerjaan tersebut, sedangkan pada operator Sarmidi cenderung

    lebih kecil hal ini bisa disebabkan karena operator tidak begitu mendapatkan

    beban kerja yang besar atau lebih tenang. Untuk operator lainnya itu relatif

    mendapatkan beban kerja mental pada sub tingkat kesuksesan dalam

    menyelesaikan pekerjaannya.

    5.3 Analisa Perbandingan Beban Kerja Task 1 dan Task 2

    Perbandingan beban kerja mental pada task 1 dan task 2 dilakukan untuk

    mengetahui apakah task 1 dan task 2 memiliki kesamaan atau berbeda,

    perbandingan tersebut dilakukan dengan dua cara yaitu perhitungan manual dan

    perhitungan dengan menggunakan software SPSS. Berdasarkan perhitungan

    manual uji T diperoleh nilai thitung sebesar 2,53 dan ttabel sebesar 2,19. Dikarenakan

    thitung > ttabel, sehingga Hipotesa H1 diterima yang berarti bahwa beban kerja task 1

    beban kerja task 2. Dari hasil perhitungan software SPSS20 diperoleh nilai Sig.

    (2-tailed) sebesar 0,027. Dikarenakan nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 menunjukan

    bahwa Hipotesa H1 diterima yang berarti bahwa beban kerja task 1 beban kerja

    task 2. Dan nilai Lower-Upper tidak melalui nol yaitu 0,90932 dan 12,26760

    menandakan bahwa task 1 dan task 2 memiliki perbedaan. Sehingga dapat

    disimpulkan bahwa task 1 dan task 2 memiiki perbedaan. Hal tersebut terjadi

    karena perbedaan faktor eksternal dari kedua task tersebut.

  • 41

    5.4 Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Psikologi Kerja

    Berdasarkan pengamatan pada task 1 dan task 2 yaitu newspaper test dan

    toyota game didapatkan hasil bahwa untuk mengukur beban kerja mental secara

    subjektif pada praktikum kali ini dengan menggunakan metode NASA-TLX.

    NASA-TLX merupakan suatu prosedur penilaian multidimensional yang

    memberikan kuantifikasi beban kerja berdasarkan pada rata-rata bobot rating yang

    didasarkan pada 6 sub skala yaitu: kebutuhan mental, kebutuhan fisik, kebutuhan

    waktu, performansi, usaha, dan stres.

    Dari pengamatan yang dilakukan bahwa kebanyakan operator mengalami

    beban kerja mental dengan kriteria tekanan waktu pada pekerjaan newspaper test,

    sedangkan pada pekerjaan toyota game kebanyakan operator mengalami beban

    kerja mental pada kebutuhan mental tingkat kesuksesan, dan usaha dalam

    melakukan pekerjaannya. Hal ini dapat memberikan dampak psikologi bagi

    operatornya maka perlu ada perbaikan seperti, diberikannya waktu istirahat yang

    cukup, kondisi lingkungan motivasi, dan lain-lain.

    Kondisi tersebut merupakan faktor-faktor dari beban kerja mental. Ada 2

    faktor beban kerja mental yaitu internal dan eksternal. Pada task 1 dan task 2

    terdapat faktor-faktor yang memengaruhi beban kerja mental, yaitu: Task 1,

    Faktor internal berpengaruh terhadap kerja operator yaitu pada faktor kebisingan,

    psikis, motivasi, dan somatis seperti kondisi kesehatan. Operator dituntut untuk

    melakukan pekerjaannya dengan baik untuk melakukan suatu perbaikan sistem

    kerja pada PT. RSK&E. Sedangkan Eksternal yaitu: Lingkungan kerja fisik yang

    digunakan untuk melakukan pekerjaan tidak memberikan kenyamanan bagi

    operator dalam melaksanakan pekerjaannya akan menambah beban kerja

    mental, karena ketika operator sedang melakukan pekerjaan terdapat suara

    bising ketukan secara spontan yang menggangu maupun memecah konsentrasi

    operator. Hal tersebut membuat kinerja operator mengalami penurunan. Tugas-

    tugas yang bersifat mental yaitu tingkat kesulitan pekerjaan yang dapat

  • 42

    dikatakan sulit, dikarenakan dibutuhkan kegiatan melihat, memikir,

    konsentrasi, konsistensi yang cukup baik dalam mengerjakan pekerjaan

    tersebut. Selain beberapa ketrampilan tersebut, operator dituntut

    menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan waktu yang sangat cepat.

    Setelah itu pada Task 2 ada Internal dan Eksternal. Faktor internal yang

    terdapat pada pekerjaan task 2 merupakan faktor psikis yaitu faktor motivasi.

    Berbeda dengan task 1, pada task 2 pekerjaan yang dilakukan oleh operator

    ditentukan dengan cermat oleh PT. RSK&E. Setelah dilakukan penilaian maka

    untuk operator yang menghasilkan produktivitas tertinggi akan diberikan

    penghargaan. Dengan penghargaan tersebut operator termotivasi untuk

    melakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin guna mencapai produktivitas kerja

    yang tinggi. Eksternal yaitu tugas-tugas yang sifatnya fisik pada task 2 dapat

    dikatakan tidak membutuhkan banyak energi untuk menyelesaikannya, namun

    dibutuhkan tingkat ketelitian yang cukup tinggi, konsistensi, dan kecepatan.

    Operator dituntut untuk melakukan pekerjaan tersebut dengan cepat, namun tetap

    dalam ukuran yang telah ditetapkan.

    Sebagian besar operator mengalami kelelahan atau jenuh dengan tugas yang

    monoton, hal tersebut membuat kinerja operator menurun sebanding dengan jumlah

    waktu yang ditempuh dalam mengerjakan pekerjaan tersebut. Hal ini dapat

    diperbaiki dengan pemberian tugas-tugas yang baru atau ada waktu istirahat yang

    cukup. Lingkungan kerja fisik yang kurang baik, hal tersebut dikarenakan

    temperatur ruangan kurang sejuk untuk pekerjaan yang membutuhkan kerja fisik.

  • 43

    BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Simpulan

    Kesimpulan yang diperoleh dari pengamatan mengenai beban kerja mental

    terhadap task 1 dan task 2 pada psikologi kerja adalah sebagai berikut :

    1. Nilai rata-rata beban kerja mental dengan menggunakan metode NASA TLX

    pada Task 1 sebesar 70,64 dan task 2 sebesar 64,05, dalam klasifikasi beban kerja,

    pekerjaan task 1 dan task 2 termasuk beban kerja tinggi.

    2. Berdasarkan perhitungan manual uji T diperoleh nilai thitung sebesar 2,53 dan

    ttabel sebesar 2,19. Dikarenakan thitung > ttabel, sehingga Hipotesa H1 diterima

    yang berarti bahwa beban kerja Task 1 beban kerja Task 2. Maka terdapat

    perbedaan beban kerja mntal antara task 1 dan task 2.

    3. Pada task 1 dan task 2 terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja

    mental, yaitu faktor internal antara lain motivasi, keinginan dan juga

    kepuasan, faktor eksternal pada task 1 meliputi lingkungan kerja fisik yang kurang

    baik dengan adanya gangguan spontan berupa suara bising, tingkat kesulitan

    pekerjaan yang cukup sulit karena dibutuhkan ketelitian, pemikiran, dan

    kecepatan sedangkan pada task 2, yaitu tugas fisik yang diberikan yaitu memutar

    benda secara terus menerus dengan ketelitian jarak serta

    memindahkannya dan lingkungan kerja fisik dengan temperatur yang kurang

    sejuk.

    6.2 Saran

    Saran yang dapat diberikan oleh PT. RSK&E untuk pengamatan terhadap beban

    kerja task 1 dan task 2 pada psikologi kerja adalah seagai berikut :

    1. Dalam melakukan pengukuran beban kerja mental sebaiknya pengamat

    memahami secara mendalam mengenai indikator beban kerja mental dari metode

    NASA TLX.

    2. Melakukan pengamatan secara sistematis.