laporan praktikum rske modul 5 psikologi kerja

43
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psikologi kerja sangat erat kaitannya dengan beban kerja. Beban kerja yang harus ditanggung dalam suatu unit organisasi erat kaitannya dengan efisiensi dan efektivitas suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan beban kerja tersebut termasuk pada pengaturan sumber daya manusia yang merupakan sumber daya penting dalam perusahaan. Dampak beban kerja mental berlebih menyebabkan kelelahan, yang dapat menimbulkan kelalaian dalam menjalankan tugasnya hingga dapat menyebabkan kecelakaan dalam pekerjaan. Psikologi kerja adalah beban yang dialami atau diterima oleh seseorang ketika ia sedang melakukan suatu pekerjaan. Aspek psikologis adalah aspek yang tidak nyata, yang hanya dapat diukur berdasarkan akibat yang ditimbulkan dan dalam suatu pekerjaan dapat berubah setiap saat. Perhitungan beban psikologis seorang pekerja dapat dilakukan berdasarkan hasil pekerjaan faktor yang dapat diukur secara objektif maupun tingkah laku, dan penuturan si pekerja sendiri yang dapat diidentifikasikan. PT. RSK&E merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Karyawan pada perusahaan ini dituntut untuk mampu dan terampil serta mempunyai semangat kerja yang tinggi untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Di perusahaan ini, analisa beban kerja (workload analysis) cukup mendapat perhatian yang serius karena pada prinsipnya bertujuan untuk membuat proses organisasi lebih efektif dan efisien. Salah satu faktor keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada kemampuan manajer dalam mengorganisir karyawan dimana faktor-faktor penentu yang dapat meningkatkan kemauan dan kemampuan karyawan dalam memenuhi target yang ditetapkan juga harus

Upload: ryan-mediana

Post on 20-Jan-2016

103 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Psikologi kerja sangat erat kaitannya dengan beban kerja. Beban kerja yang

harus ditanggung dalam suatu unit organisasi erat kaitannya dengan efisiensi dan

efektivitas suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan beban kerja tersebut termasuk

pada pengaturan sumber daya manusia yang merupakan sumber daya penting

dalam perusahaan. Dampak beban kerja mental berlebih menyebabkan kelelahan,

yang dapat menimbulkan kelalaian dalam menjalankan tugasnya hingga dapat

menyebabkan kecelakaan dalam pekerjaan.

Psikologi kerja adalah beban yang dialami atau diterima oleh seseorang

ketika ia sedang melakukan suatu pekerjaan. Aspek psikologis adalah aspek yang

tidak nyata, yang hanya dapat diukur berdasarkan akibat yang ditimbulkan dan

dalam suatu pekerjaan dapat berubah setiap saat. Perhitungan beban psikologis

seorang pekerja dapat dilakukan berdasarkan hasil pekerjaan faktor yang dapat

diukur secara objektif maupun tingkah laku, dan penuturan si pekerja sendiri yang

dapat diidentifikasikan.

PT. RSK&E merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang

manufaktur. Karyawan pada perusahaan ini dituntut untuk mampu dan terampil

serta mempunyai semangat kerja yang tinggi untuk meningkatkan produktivitas

kerja karyawan. Di perusahaan ini, analisa beban kerja (workload analysis) cukup

mendapat perhatian yang serius karena pada prinsipnya bertujuan untuk membuat

proses organisasi lebih efektif dan efisien. Salah satu faktor keberhasilan suatu

perusahaan sangat bergantung pada kemampuan manajer dalam mengorganisir

karyawan dimana faktor-faktor penentu yang dapat meningkatkan kemauan dan

kemampuan karyawan dalam memenuhi target yang ditetapkan juga harus

2

diperhatikan. Pengukuran beban kerja yang dilakukan adalah secara subjektif

dengan menggunakan metode NASA-TLX (National Aeronautics and Space

Administration-Task Load Index).

1.2 Rumusan Masalah

Dalam latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Berapa beban kerja yang diperoleh pada task 1 dan task 2?

2. Berapa perbandingan beban kerja antara task 1 dan task 2?

3. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi psikologi kerja?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian tentang pengukuran waktu kerja ini bertujuan untuk:

1. Menghitung beban kerja pada task 1 dan task 2.

2. Membandingkan beban kerja pada task 1 dan task 2.

3. Menentukan faktor-faktor yang memengaruhi psikologi kerja.

1.4 Batasan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penulis membatasi masalah pada

pengukuran waktu kerja yang meliputi:

1. Pengukuran beban kerja mental didapat dari data-data kualitatif berdasarkan

task 1 dan task 2. Task 1 adalah Tes Koran (Newspaper Test) dan task 2

adalah Toyota Game.

2. Pengukuran beban kerja mental secara subjektif menggunakan metode NASA-

TLX (National Aeronautics and Space Administration – Task Load Index).

3. Perhitungan perbandingan beban kerja mental task 1 dan task 2 menggunakan

software SPSS.

4. Penelitian dilakukan di Laboratorium Rekayasa Sistem Kerja & Ergonomi FT

Untirta.

3

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan, penulis membagi dalam beberapa bab sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan teori-teori yang relevan dengan pemecahan masalah atau

pencapaian tujuan dari penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan penelititan

meliputi tahapan-tahapan penelitian dan penjelasan tiap tahapan secara ringkas

disertai diagram alirnya.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisi data beban kerja operator pada task 1 dan task 2, uji kenormalan

data, perbandingan beban kerja mental pada masing-masing task.

BAB V ANALISA

Bab ini menjelaskan analisa mengenai beban kerja mental pada task 1 dan task 2,

perbandingan beban kerja task 1 dan task 2, faktor-faktor yang memengaruhi

psikologi kerja, hasil newspaper test.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

4

Bab ini menyimpulkan inti dari seluruh uraian di atas dan memberikan saran bagi

penelitian selanjutnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Psikologi Kerja

Psikologi berasal dari bahasa yunani yaitu psycho yang berarti jiwa dan logos

yang berarti ilmu. Secara umum pengertian psikologi adalah ilmu yang

mempelajari tentang kejiwaan dan tingkah laku manusia. Psikologi memiliki

beberapa sub bidang seperti psikologi pendidikan, psikologi klinis, psikologi

sosial, psikologi perkembangan, psikologi lintas budaya, psikologi industri &

organisasi dan psikologi lingkungan. Psikologi industri dan organisasi (PIO)

merupakan bidang khusus yang memfokuskan perhatian pada penerapan-

penerapan ilmu psikologi bagi masalah-masalah individu dalam perusahaan,

secara khusus menyangkut penggunaan sumber daya manusia dan perilaku

organisasi.

Psikologi industri adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia di tempat

kerja dalam hubungannya dengan aspek pekerjaan untuk menurunkan masalah

5

manusia dalam melakukan suatu pekerjaan. Ilmu ini berfokus pada pengambilan

keputusan kelompok, semangat kerja karyawan, motivasi kerja, produktivitas,

stres kerja, seleksi pegawai, strategi pemasaran, rancangan alat kerja, dan berbagai

masalah lainnya. (Pappu, 2002)

Pekerjaan akan menimbulkan reaksi psikologis bagi pekerja yang melakukan

pekerjaan tersebut, baik reaksi positif maupun negatif. Reaksi yang bersifat

positif, yaitu senang, bergairah, merasa bahagia, dan sebagainya. Sedangkan

reaksi yang bersifat negatif, yaitu bosan, acuh, tidak serius dan sebagainya.

Definisi kerja adalah semua aktivitas manusia yang untuk menjamin kelangsungan

hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai umat keseluruhan. (Lehman,

1953)

Psikologi kerja merupakan beban yang dialami atau diterima oleh pekerja

ketika ia melakukan suatu pekerjaan. Aspek psikologis hanya dapat diukur

berdasarkan akibat yang ditimbulkan dan merupakan aspek yang tidak nyata.

Aspek psikologis dalam suatu pekerjaan dapat berubah setiap saat. Seiring dengan

berjalannya waktu, kemampuan seseorang dapat berubah. (Laboratorium RSK&E,

2013)

Beberapa fungsi psikologi, yaitu (Laboratorium RSK&E, 2013) :

1. Untuk menjelaskan apa, bagaimana dan mengapa suatu tingkah laku dapat

terjadi.

2. Untuk memprediksikan atau meramalkan apa, bagaimana dan mengapa

tingkah laku tersebut terjadi.

3. Untuk mengendalikan tingkah laku pekerja sesuai dengan yang diinginkan.

2.2 Beban Kerja

Tubuh manusia dirancang untuk melakukan aktivitas kerja sehari-hari yang

memungkinkan manusia untuk dapat menggerakan tubuh dan melakukan

pekerjaan. Pekerjaan mempunyai arti penting bagi kemajuan dan peningkatan

6

prestasi, namun di pihak lain dengan pekerjaan tubuh akan menerima beban dari

luar tubuhnya. (Laboratorium RSK&E, 2013)

Beban kerja (workload) merupakan sebuah isue yang semakin popular

diperbincangkan, baik di forum ilmiah, di lingkungan pendidikan maupun di

lingkungan perusahaan. Beban kerja timbul sebagai reaksi akibat terjadinya

kelelahan yang dialami pekerja dalam bekerja secara terus menerus. Kelelahan

dapat terjadi karena beberapa faktor seperti kerja otot statis, stasiun kerja yang

tidak ergonomis, kondisi kesehatan pekerja dan masalah fisik pekerjaan itu

sendiri. Beban kerja yang tinggi dapat mengurangi tingkat kewaspadaan

(vigilance) pekerja dan berkurangnya daya ingat sesaat, yang pada akhirnya

mempengaruhi keputusan untuk mengambil suatu tindakan dalam melakukan

suatu pekerjaan. (Dwi Cahyadi, 2012)

Beban kerja (workload) merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seorang

pekerja untuk menerima suatu pekerjaan sesuai dengan beban (demand) yang

dibebankan kepada pekerja tersebut untuk mencapai tingkat performansi tertentu.

Beban kerja juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan tubuh seorang pekerja

dalam menerima suatu pekerjaan. Beban kerja merupakan sesuatu yang muncul

dari interaksi antara tuntutan tugas-tugas, lingkungan yang digunakan sebagai

tempat kerja, keterampilan pekerja, perilaku dan persepsi dari pekerja. Beban

kerja dibedakan menjadi beban mental dan beban fisik. (Nussbaum, 2007)

Beban kerja fisik merupakan beban kerja yang timbul akibat aktivitas fisik

pekerja. Misalnya pada perawat, beban kerja fisik perawat meliputi mengangkat

pasien, memandikan pasien, membantu pasien ke kamar mandi, mendorong

peralatan kesehatan, merapikan tempat tidur pasien, mendorong brankart pasien

dan sebagainya. (Murni Kurnia, 2012)

Beban kerja mental (mental workload) merupakan beban kerja yang timbul

dan terlihat dari pekerjaan yang dilakukan, beban kerja mental terbentuk secara

kognitif (pikiran). Beban kerja mental dapat didefinisikan sebagai evaluasi

7

operator atau pekerja terhadap selang kewaspadaan (kapasitas ketika sedang

termotivasi dengan beban kerja yang ada) ketika melakukan suatu pekerjaan

mental (metacontroller activity) untuk mencapai tujuan tertentu dalam melakukan

suatu pekerjaan. Misalnya pada perawat, beban kerja mental yang dialami

perawat, diantaranya bekerja shift atau bergiliran, mempersiapkan rohani mental

pasien dan keluarga terutama bagi yang akan melaksanakan operasi atau dalam

keadaan kritis, bekerja dengan keterampilan khusus dalam merawat pasien serta

harus menjalin komunikasi dengan pasien. (Hancock, et all 1988)

2.2.1 Faktor yang Memengaruhi Beban Kerja

Beban kerja seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi beban kerja seseorang, yaitu faktor eksternal dan faktor

internal. (Laboratorium RSK&E, 2013)

2.2.1.1 Faktor Eksternal

Faktor eksernal yang mempengaruhi beban kerja merupakan faktor beban

kerja yang berasal dari luar tubuh seorang pekerja. Hal yang termasuk kedalam

faktor eksternal beban kerja antara lain adalah tugas, organisasi dan lingkungan

kerja. (Laboratorium RSK&E, 2013)

1. Tugas

Tugas yang dilakukan oleh seorang pekerja baik berupa fisik maupun mental.

Tugas-tugas yang bersifat fisik, seperti sikap kerja, peralatan, beban yang

diangkat, sarana informasi dan sebagainya. Sedangkan tugas-tugas yang

bersifat mental, seperti tingkat kesulitan pekerjaan, tanggung jawab terhadap

pekerjaan, dan sebagainya.

2. Organisasi

8

Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja, seperti lamanya

waktu bekerja, lamanya waktu beristirahat, model struktur organisasi, waktu

kerja malam, sistem pelimpahan tugas dan sebagainya.

3. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja, yaitu lingkungan

kerja fisik, lingkungan kerja kimiawi, liingkungan kerja biologis dan

lingkungan kerja psikologis. Lingkungan kerja fisik, seperti intersitas

penerangan, kebisingan, temperatur ruangan dan sebagainya. Lingkungan

kerja kimiawi, seperti debu, gas-gas pencemar udara dan sebagainya.

Lingkungan kerja biologis, seperti bakteri, virus, jamur, parasit dan

sebagainya. Lingkungan kerja psikologis, seperti pemilihan dan penempatan

tenaga kerja, hubungan antara pimpinan dan pekerja maupun hubungan antar

sesama pekerja.

2.2.1.2 Faktor Internal

Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh

pekerja sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal yang dialami.

Reaksi tubuh tersebut dikenal sebagai strain, berat ringannya strain dapat dinilai

secara objektif maupun subjektif. Penilaian secara objektif, yaitu penilaian melalui

perubahan reaksi fisiologis. Sedangkan penilaian secara subjektif dapat dilakukan

berdasarkan dengan harapan, keinginan, kepuasan dan sebagainya. Faktor internal

meliputi faktor somatis dan faktor psikis. (Laboratorium RSK&E, 2013)

1. Faktor somatis

Faktor somatis merupakan faktor internal yang berkaiitan dengan jenis

kelamin pekerja, umur pekerja, ukuran tubuh pekerja, kondisi kesehatan

pekerja, status gizi pekerja dan sebagainya.

2. Faktor psikis

9

Faktor psikis merupakan faktor yang berkaitan dengan motivasi, persepsi

pekerja, kepercayaan, keinginan, kepuasan pekerja dan sebagainya.

Hubungan antara kinerja pekerja dengan beban kerja dapat dilihat dalam

kurva yang berbentuk U terbalik. Jika tingkat beban kerja seseorang rendah, maka

orang tersebut akan mudah bosan dan cenderung kehilangan ketertarikan terhadap

pekerjaan yang dilakukan. Jika tingkat beban kerja seseorang tinggi, maka orang

tersebut akan mudah kelelahan dan kehilangan semangat untuk melakukan

pekerjaan. (Laboratorium RSK&E, 2013)

Kurangnya perhatian seorang pimpinan terhadap cara kerja para pekerjanya

akan menimbulkan kebosanan pada kalangan pekerja, dan akibat dari kebosanan

tersebut pekerja akan mencari alternatif pekerjaan lain atau mencari versi

pekerjaan lain yang tidak mereka kuasai untuk menghindari kebosanan. Tingkah

laku para pekerja ini dapat beakibat buruk bagi pekerjaan karena dapat

mengakibatkan kecelakaan kerja. Oleh karena itu, pengukuran beban kerja pada

seorang pekerja perlu dilakukan untuk mengetahui beban kerja yang dialaminya

dan mengevaluasi metode kerja serta memperbaiki sistem kerja yang telah ada

agar menjadi lebih baik. (Laboratorium RSK&E, 2013)

2.2.2 Kriteria Pengukuran Beban Kerja Mental

Beberapa kriteria yang harus dimiliki untuk melakukan pengukuran beban

kerja mental terhadap pekerja, yaitu (Laboratorium RSK&E, 2013) :

1. Sensitivitas

Kriteria sensitivitas merupakan suatu pengukuran yang dapat membedakan

situasi antara tugas yang satu dengan tugas yang lainnya berdasarkan intuisi

atau perasaan untuk melihat perbedaan tingkat beban kerja mental.

2. Selektivitas

Kriteria selektivitas merupakan suatu pengukuran yang tidak mempengaruhi

bagian kerja mental secara umum seperti beban fisik dan beban emosional.

10

3. Interferensi

Kriteria interferensi merupakan suatu pengukuran yang tidak harus

berhubungan dengan pemilihan tugas atau pekerjaan beban kerja pada

pekerja.

4. Reabilitas

Kriteria rebilitas merupakan suatu pengukuran yang dilakukan secara benar

atau nyata dan dapat dipercaya, hasil dari pengukuran tersebut dapat diulang

setiap saat.

5. Dapat diterima

Yang dimakksud dengan kriteria dapat diterima yaitu teknik pengukuran

beban kerja yang dilakukan harus dapat diterima oleh manusia atau pekerja

yang sedang diukur.

2.2.3 Metode Pengukuran Beban Kerja

Untuk mengukur besarnya beban mental yang dialami pekerja dapat

dilakukan melalui beberapa metode. Beberapa metode pengukuran beban kerja

dapat dilakukan secara umum ada tiga cara, yaitu (Laboratorium RSK&E, 2013) :

2.2.3.1 Pengukuran Beban Kerja Secara Objektif

Pengukuran beban kerja secara objektif meliputi pengukuran denyut jantung,

pengukuran waktu kedipan mata dan pengukuran dengan metode lain. Pada

pengukuran denyut jantung, peningkatan denyut jantung berkaitan dengan

meningkatnya level pembebanan kerja. Pada pengukuran waktu kedipan mata,

pekerjaan yang membutuhkan atensi visual berasosiasi dengan kedipan mata

yang lebih sedikit dan durasi kedipan lebih pendek. (Laboratorium RSK&E, 2013)

11

2.2.3.2 Pengukuran Beban Kerja Secara Pemilihan Tugas

Pengukuran beban kerja secara pemilihan tugas dilakukan dengan

menggunakan metode SWAM (Statistical Workload Assessement Model). Metode

SWAM merupakan pengukuran untuk menganalisa tugas beban kerja mental yang

sederhana atau ringan yang membagi tugas dengan waktu yang diberikan. Namum

metode ini memiliki kelemahan sehingga metode ini tidak banyak digunakan.

Kelemahan tersebut yaitu tidak dapat memasukan jumlah data yang benar

kedalam beberapa tugas sehingga waktu yang tersedia tidak dapat berjalan lancar

dan pengukuran beban kerja mental yang dihasilkan tidak spesifik. (Laboratorium

RSK&E, 2013)

2.2.3.3 Pengukuran beban kerja secara subjektif

Pengukuran beban kerja secara subjektif merupakan pengukuran beban kerja

mental dimana sumber data yang diolah merupakan data-data kualitatif. Beberapa

jenis pengukuran secara subjektif yang telah dilakukan, yaitu pengukuran dengan

NASA TLX (National Aeronautics and Space Administration-Task Load Index),

pengukuran dengan metode SWAT (Subjektive Workload Assessement Technique)

dan pengukuran dengan metode MCH (Modified Cooper Harper Scaling).

(Laboratorium RSK&E, 2013)

A. NASA TLX (National Aeronautics and Space Administration-Task Load

Index)

NASA-TLX merupakan metode pengukuran subjektif yang sering digunakan

dalam pengukuran beban kerja mental pada individu atau pekerja di berbagai

industri atau perusahaan. Pada metode NASA TLX ini, terdapat beberapa

komponen yang akan diukur dari setiap individu. Pada komponen kebutuhan

mental, kebutuhan fisik, kebutuhan waktu, dan tingkat frustasi, skala yang

12

digunakan adalah rendah hingga tinggi. Sedangkan untuk pengukuran

performansi digunakan skala baik hingga buruk. (Raras Mayang, 2012)

NASA TLX merupakan suatu prosedur penilaian multidimensional yang

memberikan kuantifikasi beban kerja yang berdasarkan pada rata-rata bobot

ratting yang didasarkan pada 6 sub skala. 6 sub skala yang dilakukan dalam

metode NASA TLX, yaitu (Laboratorium RSK&E, 2013) :

1. Kebutuhan mental atau mental demand (MD)

Pekerjaan-pekerjaan dengan tipe memikir, memutuskan, menghitung,

mengingat, melihat, mencari, dan sebagainya. Disimbolkan dengan

pertanyaan, apakah pekerjaan tersebut mudah atau sulit, apakah

pekerjaan tersebut sederhana atau kompleks dan apakah pekerjaan

tersebut pasti atau penuh toleransi.

2. Kebutuhan fisik atau physical demand (PD)

Pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan hal fisik, seperti

mendorong, menarik, mengangkat, memutar, membelokan dan

sebagainya. Disimbolkan dengan pertanyaan apakah pekerjaan tersebut

berat atau ringan, apakah pekerjaan tersebut lambat atau cepat dan

apakah pekerjaan tersebut memiliki waktu yang cukup untuk istirahat

atau tidak.

3. Kebutuhan waktu atau temporal demand (TD)

Pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan waktu. Disimbolkan

dengan pertanyaan ada tidaknya tekanan waktu dalam pekerjaan tersebut

dan apakah waktu yang tersedia dalam pekerjaan tersebut cukup, kurang,

atau banyak.

4. Performansi atau own performance (OP)

Berhubungan dengan tingkat kesuksesan dalam mencapai suatu tujuan

dalam pekerjaan. Disimbolkan dengan seberapa besar tingkat kesuksesan

13

dalam melakukan pekerjaan untuk menyelesaikan tuuan pekerjaan

tersebut.

5. Usaha atau effort (EF)

Berhubungan dengan tingkat usaha yang dilakukan. Disimbolkan dengan

pertanyaan seberapa besar usaha yang dilakukan atau dikeluarkan secara

mental maupun secara fisik untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

6. Stress atau frustation level (FR)

Berhubungan dengan stres. Disimbolkan dengan pertanyaan seberapa

besar tingkat keamanan dalam melakukan suatu pekerjaan, aman atau

tidak aman. Seberapa tingkat stres yang dialami dalam melakukan suatu

pekerjaan dan seberapa termotivasinya pekerja dalam melakukan suatu

pekerjaan.

Terdapat beberapa nilai yang menunjukan besarnya tingkat beban kerja dan

diklasifikasikan kedalam sebuah tabel. Klasifikasi beban kerja berdasarkan

analisa NASA TLX, yaitu (Laboratorium RSK&E, 2013) :

Tabel 2.1 Klasifikasi Beban Kerja Berdasarkan NASA TLX

0 – 20 Sangat Rendah

21 – 40 Rendah

41 – 60 Sedang

61 – 80 Tinggi

81 – 100 Sangat Tinggi

Penjelasan indikator beban mental yang akan diukur berdasarkan metode

NASA TLX dapat dilihat pada tabel penjelasan indikator beban mental

dibawah ini (Ade Sri, 2013):

14

Tabel 2.2 Indikator Beban Mental Berdasarkan Metode NASA TLX

15

Langkah-langkah pengukuran beban kerja dengan menggunakan metode

NASA TLX adalah sebagai berikut (Meshkati, 1988) :

1. Pembobotan

Responden/pekerja diminta untuk membandingkan dua dimensi yang

berbeda dengan metode perbandingan berpasangan. Total perbandingan

berpasanganuntuk keseluruhan dimensi (6 dimensi) yaitu 15. Jumlah tally

untuk masing-masing dimensi inilah yang akan menjadi bobot dimensi.

2. Pemberian Rating

Dalam tahap ini, responden diminta memberikan penilaian/rating

terhadap keenam dimensi beban mental. Penilaian yang diberikan

tergantung pada responden.

Skor akhir beban mental nasa TLX diperoleh dengan mengalikan bobot

dengan rating setiap dimensi, kemudian dijumlahkan dan dibagi 15.

∑ bobot rating

16

Skor =

15

B. SWAT (Subjektive Workload Assessement Technique)

Metode SWAT (Subjective Workload Assesment Tehnique) merupakan salah

satu cara untuk mengukur beban kerja mental yang dikembangkan oleh Harry

G. Armstrong untuk menjawab berbagai pertanyaan, seperti bagaimana cara

mengukur beban kerja mental dalam lingkungan yang sebenarnya (Real

World Environtment) secara alamiah dan obyektif dari sumber data yang

bersifat kualitatif. Metode pengukuran subjektif beban kerja SWAT memiliki

kelemahan, yaitu sangat tidak sensitif untuk beban kerja mental yang

rendah dan itu memerlukan waktu penyortiran serta memakan tugas pra

prosedur. (Kurniawan Yuli, 2011)

Metode ini muncul sebagai akibat dari meningkatnya kebutuhan akan

pengukuran subjektif yang dapat digunakan secara langsuung dalam

pekerjaan. Pada metode ini tanggapan hanya diberikan melalui tiga

deskriptor pada masing-masing faktor atau dimensi. Faktor atau dimensi yang

dimaksud, yaitu beban waktu (time load), beban mental (mental effort load)

dan beban psikologis (psychological stress load). Ada dua tahapan pekerjaan

dalam melakukan metode SWAT ini, yaitu scale development dan event

scoring. (Laboratorium RSK&E, 2013)

C. MCH (Modified Cooper Harper Scaling)

MCH adalah skala rating yang paling banyak digunakan untuk menilai

kualitas penanganan pada suatu pekerjaan. Sejak tahun 1960, beban mental

yang dipaksakan oleh tugas kontrol manual khususnya pada kualitas handling

pesawat telah diukur oleh skala cooper, yaitu Cooper-Harper (CH) dan kini

metode tersebut telah dimodifikasi menjadi Modified Cooper Harper scaling

17

(MCH). Skala MCH adalah salah satu skala yang lebih divalidasi untuk

pengukuran beban kerja subjektif pada kualitas penanganan pesawat. Skala

tersebut terdiri dari 10 titik skala dengan format pohon keputusan. Hal

tersebut membuat suatu ketentuan untuk melaksanakan tugas penilaian secara

berurutan, untuk mencapai peringkat akhir secara disengaja dan hati-hati.

Skala tersebut juga dapat diterapkan pada jenis beban kerja tugas, terutama

untuk sistem yang mungkin memuat persepsi, meditasi dan kegiatan

komunikasi dalam tugasnya. Nilai skala MCH yang terdiri dari 10 titik skala

dengan format pohon keputusan berkisar mulai dari titik 1 yaitu mudah

hingga titik 10 yaitu mustahil. (Kurniawan Yuli, 2011)

2.3 Stres dan Burnout

Aspek lain dari psikologi kerja yang sering terjadi pada pekerja dan menjadi

masalah bagi kesehatan peerja adalah stres dan burnout. Beban kerja berlebih

dapat memicu timbulnya stres pada pekerja. Hampir semua pekerja mengalami

stres, baik pada tingkat pimpinan maupun pekerjanya. Lingkungan tempat bekerja

juga berpengaruh pada timbulnya stres, lingkungan kerja yang kurang baik sangat

berpotensi untuk menimbulkan stres pada pekerjanya. Misalnya pada perawat,

beban kerja yang berlebih pada perawat dapat memicu timbulnya stres dan

burnout. Perawat yang mengalami stres dan burnout memungkinkan mereka

untuk tidak dapat menampilkan performa kerja mereka secara efektif dan efisien

dikarenakan kemampuan fisik dan kognitif mereka menjadi berkurang. (Dewi

Kurnia, 2012)

Stres yang timbul pada pekerja di lingkungan kerja tidak dapat dihindarkan,

namun agar tidak mengganggu pekerjaan hal yang harus dilakukan adalah

mengelola, mengatasi atau mencegah terjadinya stres dengan mengidentifikasi

penyebab terjadinya stres pada pekerja di lingkungan kerja atau stressor. Setelah

mengetahui penyebab stres pada pekerja, dilakukan pelatihan-pelatihan bagi

18

pekerja untuk meningkatkan rasa percaya diri dalam melaksanakan pekerjaan

mereka dan meningkatkan higiene atau kondisi lingkungan kerja serta

meningkatkan hubungan antar pekerja. (Laboratorium RSK&E, 2013)

Kejenuhan kerja atau burnout adalah suatu kondisi fisik atau mental yang

kurang baik akibat situasi kerja yang berat dalam jangka waktu panjang.

Kejenuhan kerja atau burnout adalah suatu kondisi fisik, emosi dan mental

pekerja yang sangat drop yang diakibatkan oleh situasi kerja yang sangat

menuntut dalam jangka waktu yang cukup panjang. (Muslihudin, 2009)

Kejenuhan kerja merupakan sesuatu hal yang sering dialami pekerja dalam

setiap pekerjaan, perawat merupakan salah satu profesi yang beresiko tinggi untuk

mengalami stres dan beban kerja tinggi yang berakibat kejenuhan. Kinerja

perawat adalah sesuatu yang dapat dirasakan langsung oleh para pasien. Apabila

kinerja perawat buruk akan menyebabkan penurunan mutu pelayanan perawat

bagi para pasien. Kejenuhan seringkali membuat pikiran kita menjadi terasa penuh

dan mulai kehilangan rasional. Hal ini dapat menyebabkan keletihan mental dan

emosional dan membuat minat terhadap pekerjaan dan motivasi menurun, pada

akhirnya kualitas kerja akan menurun. Kejenuhan kerja juga dapat menjadi suatu

masalah bagi organisasi apabila mengakibatkan kinerja menurun. Karena jika

kinerja kerja menurun, maka produktivitas juga menurun. (Dale, 2011)

2.4 Newspaper Test (Pauli Krapelin Test)

Newspaper test merupakan tes menghitung deretan angka di atas kertas

sebesar kertas koran. Tes tersebut disebut juga dengan pauli kraepelin test. Tes

pauli krapelin dikembangkan pertama kali oleh seorang psikiater bernama Emil

Kraepelin. Newspaper test ini bertujuan untuk mengukur karakter seseorang pada

beberapa aspek tertentu, yaitu (Akbar Sidiq, 2012) :

Aspek keuletan (daya tahan)

19

Aspek kemauan atau kehendak individu

Aspek Emosi

Aspek penyesuaian diri

Aspek stabilitas diri

Dalam tes ini responden hanya diminta untuk mengerjakan hitungan

sederhana, yaitu menjumlahkan deretan angka-angka. Namun yang menjadi

masalah adalah jumlah deretan angka yang diberikan sangat banyak, yaitu sebesar

lembaran koran. Sehingga tes tersebut menuntut konsentrasi, ketelitian, stabilitas

emosi dan daya tahan yang prima dari responden. Semakin banyak kesalahan

yang dibuat, menunjukkan bahwa responden tidak teliti, tidak cermat, tidak hati-

hati dan kurang memiliki daya tahan yang cukup terhadap stres atau tekanan

pekerjaan. (Akbar Sidiq, 2012)

Contoh Tes Koran Pauli Kraepelin

Jumlahkan deret angka-angka berikut (dibawah dan diatasnya) dan

tulislah jawabannya diantara kedua angka yang anda jumlahkan.

3 9

5 8

2 9

9 2

7 3

4 1

7 8

Keterangan :

Pada contoh diatas, angka yang dicetak tebal adalah jawaban penjumlahan

dari dua bilangan yang berdekatan (yang dibawah dan diatasnya). 7+7 = 14 ; 7+2=

9 dan seterusnya. Jika hasil penjumlahan lebih dari dua digit, maka ditulis digit

terakhirnya saja. Misal 4+9= 13 (ditulis angka 3 saja)

20

2.5 Toyota Game

Jika pekerja berkonsentrasi pada pekerjaannya terlalu lama, mak tingkat

kesigapannya akan semakin berkurrang. Oleh karena itu perlu dilakukan tes untuk

menguji kesigapan dan kewaspadaan pekerja. Tes yang tepat untuk menilai

kewaspadaan / vigilance adalah tes terhadap waktu reaksi, di mana waktu sering

digunakan sebagai cara untuk menilai kemampuan dalam melakukan tugas-tugas

yang berhubungan dengan beban kerja. Tes tersebut dilakukan dengan

menggunakan suatu metode permainan (games) sebagai suatu metode untuk

mengukur tingkat beban kerja terhadap waktu. Di beberapa negara maju, games

dapat digunakan untuk menilai tingkat konsentrasi, kewaspadaan, dan kerja sama

team dalam suatu kegiatan simulasi. Semakin lama waktu luang yang digunakan

bagi si pemain untuk bekonsentrasi pada gamenya, maka akan semakin berkurang

tingkat kesigapannya. (Lewis dan Maylor, 2007).

Dengan games yang memanfaatkan fungsi tingkatan waktu diharapkan dapat

menjadi suatu alternatif metode untuk dapat mengukur dan menunjukkan bahwa

terjadinya beban kerja dalam suatu pekerjaan bisa terjadi karena adanya faktor

kelelahan yang terkait dengan hubungan faktor waktu yang ditekankan untuk

menyelesaikan suatu pekerjaan. Tes toyota game merupakan tes memasangkan

ring dan mur kedalam baut dengan jarak yang telah di tentukan dan dengan waktu

yang telah ditetapkan. Di dalam tes ini, responden diminta untuk memasangkan

ring dan baut kedalam sebuah baut yang telah disediakan agar menjadi sebuah

produk. Jarak antar kepala baut dan mur, serta mur dan mur lainnya telah

ditentukan. Responden diminta membuat produk tersebut sebanyak yang mereka

bisa dalam batas waktu yang telah di tetapkan. Banyaknya jumlah produk

menentukan tingkat ketelitian, kesigapan dan kewaspadaan responden. Hal

tersebut dapat dilihat dari produk yang dihasilkan, jika jarak antar mur maupun

antar kepala baut dan mur tidak sesuai, maka dapat dikatakan bahwa produk yang

21

dihasilkan gagal dan responden kurang teliti dan kurang waspada dalam

mengerjakannya. (Dwi Cahyadi, 2012)

Peranan games atau permainan dalam mengukur hubungan antara beban kerja

terhadap waktu, yaitu sebagai alternatif metode untuk menunjukkan bahwa beban

kerja bisa terjadi karena adanya faktor waktu penyelesaian dalam suatu pekerjaan.

Dalam hal ini games adalah sebagai sarananya. (Dwi Cahyadi, 2012)

22

23

Mulai

Teori Pendahuluan

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Pengumpulan Data 11. Data beban kerja operator pada test 12. Data beban kerja operator pada test 2

1. Penghitungan beban kerja metode menggunakan metode NASA TLX2. Pengajian paired sample T-Tesk secara manual dan menggunakan software SPSS 15

Analisah Data

Selesai

Batasan Masalah

Melakukan Aktifitas Test 1

Pengisian Kuisioner Test 1

Melakukan Aktifitas Test 2

Pengisian Kuisioner Test 2

Pengolahan Data

Uji Knormalan Data

Data Berdistribusi

Normal

Simpulan dan Saran

Tidak

Ya

24

3.2 Deskripsi Flow Chart Penelitian

Berikut ini adalah deskripsi dari flow chart penelitian:

1. Mulai

Memulai penelitian.

2. Studi Pendahuluan

Mencari referensi dan materi-materi yang berhubungan dalam pembahasan

kali ini.

Perumusan Masalah

Merumuskan masalah-masalah yang berkaitan dalam penelitian.

3. Tujuan Penelitian dan Batasan Masalah

Tujuan penelitian adalah jawaban dari perumusan masalah dan akan dibahas

dalam kesimpulan. Sedangkan batasan masalah adalah pembatasan satu atau

lebih masalah yang telah dipaparkan di latar belakang masalah yang akan

diselesaikan di penelitian ini.

4. Melakukan kegiatan task 1 dan task 2

Melakukan kegiatan task 1 dengan menghitung angka-angka yang telah

disiapkan yang dinamakan “Newspaper Test”. Sedangkan kegiatan task 2

membuat produk baut dan mur dengan cara dirangkai, tes ini dinamakan

“Toyota Game”.

5. Mengisi kuisioner NASA TLX task 1 dan task 2

Mengisi kuisioner tentang perhitungan beban kerja setelah melakukan

kegiatan task 1 dan task 2 dengan metode subjektif, yaitu NASA TLX.

6. Pengumpulan Data

Mengumpulkan data kuisioner yang telah diisi.

7. Pengolahan Data

Mengolah data yang telah dikumpulkan dengan software SPSS 20.

8. Uji Kenormalan Data

Setelah diolah data dapat dilihat normal atau tidaknya. Jika tidak normal

maka pengumpulan data akan diulang dengan menggunakan bilangan acak,

jika data normal maka dilanjutkan dengan didapatkan nilai skor beban mental,

dan membandingkan kedua task tersebut. III-3

25

9. Nilai skor beban kerja masing-masing task Perbandingan beban task 1 dan

task 2 adalah hasil dari pengolahan data yang datanya sudah teruji

kenormalannya. Sedangkan perbandingan beban task 1 dan task 2 adalah

membandingkan adanya kesamaan atau perbedaan antara beban kerja task 1

dan task 2.

10. Analisa Hasil Pengolahan Data

Menganalisis hasil pengolahan data yang telah didapatkan.

11. Simpulan dan Saran

Simpulan adalah jawaban dari tujuan, dan saran agar penelitian selanjutnya

dapat lebih baik.

12. Selesai

Selesai penelitian.

26

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada task 1 dan task 2 yaitu

newspaper test dan toyota game. Untuk mendapatkan data beban kerja digunakan

metode NASA TLX (National Aeronautics Space Administration - Task Load

Index). Hasil data yang diperoleh dari 13 operator adalah sebagai berikut.

4.1.1 Data Beban Kerja Operator Pada Task 1

Berdasarkan pengamatan hasil data beban kerja operator pada task 1 berupa

newspaper test adalah sebagai berikut:

27

4.1.2 Data Beban Kerja Operator Pada Task 2

Berdasarkan pengamatan hasil data beban kerja operator pada task 2 berupa

toyota game adalah sebagai berikut:

4.2 Pengolahan data

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada task 1 dan task 2, untuk

mengetahui perhitungan beban kerja, kenormalan data, dan perbandingan beban

kerja mental maka dilakukan pengolahan data beban kerja berdasarkan kuisioner

NASA TLX. Hasil data yang diperoleh dari 13 operator adalah sebagai berikut.

4.2.1 Contoh Perhitungan Beban Kerja Mental

28

Contoh perhitungan beban kerja mental dengan metode NASA TLX dari

operator Alfian Kello .

Hari/Tanggal : Selasa/5 Maret 2013

Nama/Operator : Alfian Kello

Task : 1

Jenis Pekerjaan : Newspaper test

Shift : 1

1. Penjelasan indikator yang diukur

Berikut adalah penjelasan indikator beban mental yang diukur.

2. Pembobotan

29

Pilihlah salah satu (beri tanda) dari pasangan kategori ini yang menurut anda

lebih signifikan atau dominan menjadi sumber dari beban kerja mental.

Contoh :

Jika anda merasa bahwa dalam melakukan pekerjaan, fisik anda lebih

berperan daripada mental maka lingkari kolom PD pada pasangan kategori

PD/MD. Lanjutkan untuk pasangan kategori lainnya.

3. Peratingan

Berilah point dan skor pada kolom skala untuk menunjukan berapa skala dari

low hingga high (0-100) untuk menunjukan point yang anda pilih berdasarkan

pertanyaan yang diberikan.

Contoh :

Jika anda merasa bahwa aktivitas mental dan perseptual anda dituntut tinggi

untuk melakukan pekerjaan maka menyatakan secara subjektif dalam skala 0-100.

Lanjutkan untuk kategori lainnya.

A. Newspaper Test

1. Pembobotan

30

Keterangan: Kategori yang di bold adalah kategori yang operator pilih

2. Peratingan

Tabel pengamatan task 1 newspaper test sebagai berikut:

31

32

3. Perhitungan Beban Kerja

4.2.2 Uji Kenormalan Data

Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mendeteksi apakah data yang akan

digunakan sebagai pangkal tolak pengujian hipotesis merupakan data empirik

yang memenuhi hakikat naturalistik. (Zulkifi Matondang, 1992)

a. Menentukan hipotesa awal

H0 = Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

H1 = Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.

b. Menentukan tingkat kepercayaan

α = 100% - 95% = 5% = 0,05

95% confidence adalah tingkat keyakinan kita dalam melakukan perhitungan.

33

c. Kesimpulan

H0 diterima karena Sig. (2-tailed) > 0,05 berarti sampel berasal dari populasi

berdistribusi normal.

4.2.3 Perbandingan Beban Kerja Mental Pada Masing-masing Task

a. Perhitungan Manual

34

Contoh perhitungan:

a.

b. ∑

c. √∑

Berikut ini adalah pengolahan data untuk membandingkan beban kerja mental

masing-masing task secara manual:

1. Menentukan hipotesa awal

35

H0 = beban kerja task 1 = beban kerja task 2

H1 = beban kerja task 1 ≠ beban kerja task 2

2. Menentukan α

α = 100% - 95%

= 5% = 0,05

95% confidence interval merupakan tingkat keyakinan dalam melakukan

perhitungan karena terdapat 2 tail, maka nilai α dibagi 2, sehingga

sebesar

0,025.

3. Menentukan t hitung

= 2,53

4. Menentukan ttabel

ttabel = tα/2 = t(0.025,12)

ttabel = 2,197

36

5. Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan manual uji T diperoleh bahwa thitung = 2,53 dan ttabel =

2,197, sehingga thitung < ttabel yang berarti hipotesa H0 diterima yang berarti

beban kerja task 1 = beban kerja task 2.

b. Menggunakan Software SPSS

Hipotesa : H0 = Beban Kerja Task 1 = Beban Kerja Task 2

H1 = Beban Kerja Task 1 ≠ Beban Kerja Task 2

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan software SPSS 15 didapatkan hasil

berupa mean yang menunjukan nilai rata-rata dari masing-masing task yaitu

70,6369 untuk task 1 dan 64,0485 untuk task 2, N menunjukan banyaknya data

yang diambil yaitu 6 data. Nilai Correlation 0,459 < 1 yang menunjukan ada

hubungan korealasi yang rendah antara task 1 dan task 2.

37

Dari hasil perhitungan software SPSS 20, diperoleh nilai t sebesar 2,528.

Nilai t tersebut lebih kecil dari t tabel (ttabel = 2,197) sehingga menunjukkan bahwa

hipotesa H1 diterima yang berarti beban kerja task 1 = beban kerja task 2. Pada uji

kenormalan data, didapatkan hasil H0 diterima karena Sig. (2-tailed) > 0,05 berarti

sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

38

BAB V

ANALISA

5.1 Analisa Beban Kerja Mental Task 1

Berdasarkan pengamatan pada task 1 yaitu berupa Newspaper Test. Dalam

newspaper test ini operator banyak mendapatkan beban mental. Beban kerja

mental yang ada pada pekerjaan ini yang paling dominan yaitu sesuai dengan 6

kategori ialah kebutuhan mental atau mental demand (MD) karena operator

bekerja dengan memikir, menghitung, dan melihat secara sulit dengan kompleks.

Selain itu juga kebutuhan waktu sangat berpengaruh terhadap pekerjaannya dan

kondisi yang stres pada operator karena dipengaruhi oleh kebisingan pada ketukan

palu saat bekerja sehingga konsentrasi operator menjadi terganggu.

NASA-TLX adalah salah satu metode perhitungan yang digunakan pada

beban kerja mental pekerjaan ini. Dari penelitian pada task 1 yang dilakukan

terhadap 6 operator, maka diperoleh nilai rata-rata hasil beban kerja sebesar 70,64.

Nilai tersebut dalam klasifikasi beban kerja menurut analisa NASA-TLX terdapat

pada tingkat tinggi untuk beban kerja. Itu artinya banyak hal-hal yang

memengaruhi, berdasarkan analisa NASA-TLX ada 6 sub skala yaitu: kebutuhan

mental, kebutuhan fisik, kebutuhan waktu, performansi, usaha, dan stres.

Setelah melakukan penelitian beban kerja mental pada kelompok 3 yang terdiri

dari operator Laura Natalia Sitorus 68; Diega Febriana 82; Gagah Anugerah A.

76; Fajar Rido Butar. B 72; Ferdwin Auliakbar 60; Andi Rahayu 72,67; Ulfi Silvia

62,678; Faisal Umam 73,67; Sastrawan Wijaya 48; Gina Andini 82,3; Puput

Puspitasari 71,3; Rizki Akbar Rismawan 73,67; Alfian Kello 76

Hal demikian menggambarkan bahwa operator Gina Andini mendapatkan

kebutuhan mental yang sangat tinggi untuk menghitung, memikir, mengingat

39

dalam pekerjaan tersebut, sedangkan pada operator Sarmidi cenderung lebih kecil

hal ini bisa disebabkan karena operator tidak begitu mendapatkan beban kerja

yang besar. Untuk operator lainnya itu relatif mendapatkan beban kerja mental

pada sub kebutuhan waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya.

5.2 Analisa Beban Kerja Mental Task 2

Berdasarkan pengamatan pada task 2 yaitu berupa Toyota Game. Dalam

toyota game ini operator banyak mendapatkan beban mental. Beban kerja mental

yang ada pada pekerjaan ini yaitu sesuia dengan 6 kriteria pada NASA-TLX ialah

paling dominan kebutuhan fisik atau Physical Demand (PD) karena pada

pekerjaan ini diperlukan pekerjaan memutar. Selain itu juga kebutuhan waktu

sangat diperlukan karena untuk menghasilkan produk yang banyak dengan waktu

yang singkat.

NASA-TLX merupakan salah satu metode perhitungan yang digunakan pada

beban kerja mental pekerjaan ini. Dari penelitian pada task 2 yang dilakukan

terhadap 6 operator, maka diperoleh nilai rata-rata hasil beban kerja sebesar 64,5.

Nilai tersebut dalam klasifikasi beban kerja menurut analisa NASA-TLX terdapat

pada tingkat sedang untuk beban kerja. Itu artinya tidak terlalu banyak hal-hal

yang memengaruhi, berdasarkan pada analisa NASA-TLX ada 6 sub skala yaitu:

kebutuhan mental, kebutuhan fisik, kebutuhan waktu, performansi, usaha, dan

stres. Setelah melakukan penelitian beban kerja mental pada kelompok 3 yang

terdiri dari operator Laura Natalia Sitorus 76,67; Diega Febriana 70,67; Gagah

Anugerah A. 67,33; Fajar Rido Butar B. 72; Ferdwin Auliakbar 44; Andi Rahayu

61,33; Ulfi Silvia 66,67; Faisal Umam 55,67; Sastrawan Wijaya 55,33; Gina

Andini 62,3; Puput Puspitasari 62; Rizki Akbar Rismawan 71,33; Alfian Kello

67,33.

40

Hal demikian menggambarkan bahwa operator Laura Natalia Sitorus

mendapatkan beban kerja mental yang sangat tinggi untuk menghasilkan tingkat

kesuksesan dalam pekerjaan tersebut, sedangkan pada operator Sarmidi cenderung

lebih kecil hal ini bisa disebabkan karena operator tidak begitu mendapatkan

beban kerja yang besar atau lebih tenang. Untuk operator lainnya itu relatif

mendapatkan beban kerja mental pada sub tingkat kesuksesan dalam

menyelesaikan pekerjaannya.

5.3 Analisa Perbandingan Beban Kerja Task 1 dan Task 2

Perbandingan beban kerja mental pada task 1 dan task 2 dilakukan untuk

mengetahui apakah task 1 dan task 2 memiliki kesamaan atau berbeda,

perbandingan tersebut dilakukan dengan dua cara yaitu perhitungan manual dan

perhitungan dengan menggunakan software SPSS. Berdasarkan perhitungan

manual uji T diperoleh nilai thitung sebesar 2,53 dan ttabel sebesar 2,19. Dikarenakan

thitung > ttabel, sehingga Hipotesa H1 diterima yang berarti bahwa beban kerja task 1

≠ beban kerja task 2. Dari hasil perhitungan software SPSS20 diperoleh nilai Sig.

(2-tailed) sebesar 0,027. Dikarenakan nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 menunjukan

bahwa Hipotesa H1 diterima yang berarti bahwa beban kerja task 1 ≠ beban kerja

task 2. Dan nilai Lower-Upper tidak melalui nol yaitu 0,90932 dan 12,26760

menandakan bahwa task 1 dan task 2 memiliki perbedaan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa task 1 dan task 2 memiiki perbedaan. Hal tersebut terjadi

karena perbedaan faktor eksternal dari kedua task tersebut.

41

5.4 Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Psikologi Kerja

Berdasarkan pengamatan pada task 1 dan task 2 yaitu newspaper test dan

toyota game didapatkan hasil bahwa untuk mengukur beban kerja mental secara

subjektif pada praktikum kali ini dengan menggunakan metode NASA-TLX.

NASA-TLX merupakan suatu prosedur penilaian multidimensional yang

memberikan kuantifikasi beban kerja berdasarkan pada rata-rata bobot rating yang

didasarkan pada 6 sub skala yaitu: kebutuhan mental, kebutuhan fisik, kebutuhan

waktu, performansi, usaha, dan stres.

Dari pengamatan yang dilakukan bahwa kebanyakan operator mengalami

beban kerja mental dengan kriteria tekanan waktu pada pekerjaan newspaper test,

sedangkan pada pekerjaan toyota game kebanyakan operator mengalami beban

kerja mental pada kebutuhan mental tingkat kesuksesan, dan usaha dalam

melakukan pekerjaannya. Hal ini dapat memberikan dampak psikologi bagi

operatornya maka perlu ada perbaikan seperti, diberikannya waktu istirahat yang

cukup, kondisi lingkungan motivasi, dan lain-lain.

Kondisi tersebut merupakan faktor-faktor dari beban kerja mental. Ada 2

faktor beban kerja mental yaitu internal dan eksternal. Pada task 1 dan task 2

terdapat faktor-faktor yang memengaruhi beban kerja mental, yaitu: Task 1,

Faktor internal berpengaruh terhadap kerja operator yaitu pada faktor kebisingan,

psikis, motivasi, dan somatis seperti kondisi kesehatan. Operator dituntut untuk

melakukan pekerjaannya dengan baik untuk melakukan suatu perbaikan sistem

kerja pada PT. RSK&E. Sedangkan Eksternal yaitu: Lingkungan kerja fisik yang

digunakan untuk melakukan pekerjaan tidak memberikan kenyamanan bagi

operator dalam melaksanakan pekerjaannya akan menambah beban kerja

mental, karena ketika operator sedang melakukan pekerjaan terdapat suara

bising ketukan secara spontan yang menggangu maupun memecah konsentrasi

operator. Hal tersebut membuat kinerja operator mengalami penurunan. Tugas-

tugas yang bersifat mental yaitu tingkat kesulitan pekerjaan yang dapat

42

dikatakan sulit, dikarenakan dibutuhkan kegiatan melihat, memikir,

konsentrasi, konsistensi yang cukup baik dalam mengerjakan pekerjaan

tersebut. Selain beberapa ketrampilan tersebut, operator dituntut

menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan waktu yang sangat cepat.

Setelah itu pada Task 2 ada Internal dan Eksternal. Faktor internal yang

terdapat pada pekerjaan task 2 merupakan faktor psikis yaitu faktor motivasi.

Berbeda dengan task 1, pada task 2 pekerjaan yang dilakukan oleh operator

ditentukan dengan cermat oleh PT. RSK&E. Setelah dilakukan penilaian maka

untuk operator yang menghasilkan produktivitas tertinggi akan diberikan

penghargaan. Dengan penghargaan tersebut operator termotivasi untuk

melakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin guna mencapai produktivitas kerja

yang tinggi. Eksternal yaitu tugas-tugas yang sifatnya fisik pada task 2 dapat

dikatakan tidak membutuhkan banyak energi untuk menyelesaikannya, namun

dibutuhkan tingkat ketelitian yang cukup tinggi, konsistensi, dan kecepatan.

Operator dituntut untuk melakukan pekerjaan tersebut dengan cepat, namun tetap

dalam ukuran yang telah ditetapkan.

Sebagian besar operator mengalami kelelahan atau jenuh dengan tugas yang

monoton, hal tersebut membuat kinerja operator menurun sebanding dengan jumlah

waktu yang ditempuh dalam mengerjakan pekerjaan tersebut. Hal ini dapat

diperbaiki dengan pemberian tugas-tugas yang baru atau ada waktu istirahat yang

cukup. Lingkungan kerja fisik yang kurang baik, hal tersebut dikarenakan

temperatur ruangan kurang sejuk untuk pekerjaan yang membutuhkan kerja fisik.

43

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari pengamatan mengenai beban kerja mental

terhadap task 1 dan task 2 pada psikologi kerja adalah sebagai berikut :

1. Nilai rata-rata beban kerja mental dengan menggunakan metode NASA TLX

pada Task 1 sebesar 70,64 dan task 2 sebesar 64,05, dalam klasifikasi beban kerja,

pekerjaan task 1 dan task 2 termasuk beban kerja tinggi.

2. Berdasarkan perhitungan manual uji T diperoleh nilai thitung sebesar 2,53 dan

ttabel sebesar 2,19. Dikarenakan thitung > ttabel, sehingga Hipotesa H1 diterima

yang berarti bahwa beban kerja Task 1 ≠ beban kerja Task 2. Maka terdapat

perbedaan beban kerja mntal antara task 1 dan task 2.

3. Pada task 1 dan task 2 terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja

mental, yaitu faktor internal antara lain motivasi, keinginan dan juga

kepuasan, faktor eksternal pada task 1 meliputi lingkungan kerja fisik yang kurang

baik dengan adanya gangguan spontan berupa suara bising, tingkat kesulitan

pekerjaan yang cukup sulit karena dibutuhkan ketelitian, pemikiran, dan

kecepatan sedangkan pada task 2, yaitu tugas fisik yang diberikan yaitu memutar

benda secara terus menerus dengan ketelitian jarak serta

memindahkannya dan lingkungan kerja fisik dengan temperatur yang kurang

sejuk.

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan oleh PT. RSK&E untuk pengamatan terhadap beban

kerja task 1 dan task 2 pada psikologi kerja adalah seagai berikut :

1. Dalam melakukan pengukuran beban kerja mental sebaiknya pengamat

memahami secara mendalam mengenai indikator beban kerja mental dari metode

NASA TLX.

2. Melakukan pengamatan secara sistematis.