laporan praktikum perencanaan pelabuhan

21
MK. PERENCANAAN DAN MANAJEMEN PELABUHAN LAPORAN PRAKTIKUM WAITING TIME KAPAL DI PT. TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA DAN PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA Oleh: Miftachul Huda (C451130171) DOSEN: Dr. Ir. Ernani Lubis, DEA SEKOLAH PASCASARJANA

Upload: miftachul-huda

Post on 28-Dec-2015

327 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

hasil praktikum perencanaa pelabuhan dalam program sekolah pascasarjana

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Perencanaan Pelabuhan

MK. PERENCANAAN DAN MANAJEMEN PELABUHAN

LAPORAN PRAKTIKUM

WAITING TIME KAPAL DI PT. TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA

DAN PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

Oleh:

Miftachul Huda (C451130171)

DOSEN:

Dr. Ir. Ernani Lubis, DEA

SEKOLAH PASCASARJANA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PERIKANAN LAUT

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

Page 2: Laporan Praktikum Perencanaan Pelabuhan

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transportasi laut merupakan tulang punggung perdagangan dunia dan mendorong

timbulnya globalisasi, karena hampir 80% perdagangan dunia di transfer lewat laut

(seaborne trade). Pada tahun 2007, perdagangan dunia lewat laut mencapai 8,02 milyar ton,

atau meningkat 4,8 % Tiap tahun. Perkembangan ini sejalan dengan meningkatnya produk

domestik gross dunia (the world gross domestic product, GDP) yaitu 3,8% seiring dengan

pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang dan berlanjutnya pemulihan ekonomi

global. Peningkatan ekspor bahan bakar dan mineral menyebabkan volume impor juga

meningkat terutama di negara-negara Amerika Latin (20%), Pesemakmuran (18%), Afrika

dan Timur Tengah (12,5) (Supriyanto, 2010).

Sepanjang Januari- Desember 2013, arus petikemas yang melalui Pelabuhan

Tanjung Perak Surabaya mencapai 3.188.036 TEU’s atau setara 2.510.589 Box. Itu artinya

realisasi arus petikemas di pelabuhan yang dikelola oleh PT Pelindo III tersebut meningkat

11,89 dibanding tahun 2012 yang tercatat 2.849.138 TEU’s. Kepala Humas PT Pelindo III,

Edi Priyanto mengatakan, realisasi tersebut terdiri dari arus petikemas internasional

sebanyak 1.269.266 TEU’s atau sebesar 42,31 persen dari total arus petikemas, dimana

setara 894.099 Box atau 35,61 persen dari total arus petikemas (Box) (Didiet, 2014).

Gambar 1. Peta Area Terminal Petikemas di Surabaya milik PELINDO III

Pertumbuhan arus peti kemas pasti akan mempengaruhi dari waktu tunggu kapal di

pelabuhan petikemas. Melihat kepadatan arus barang yang ada di PT. Terminal Petikemas

Surabaya dan PT. PELINDO III Cabang Surabaya, maka perlu diketahui waiting time dari

Page 3: Laporan Praktikum Perencanaan Pelabuhan

kapal-kapal yang melakukan bongkar muat dna kebutuhan logistik yang ada di masing-

masing pelabuhan tersebut.

1.2 Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui Waiting time dari kapal-kapal yang melakukan bongkar muat dan

kebutuhan logistik di PT. Terminal Petikemas Suarabaya dan PELINDO III cabang Surabaya

1.3 Waktu dan Lokasi Kegiatan Praktikum

Praktikum Perencanaan dan Manajemen Pelabuhan dilakukan pada tanggal 10 dan

11 April 2014 di PT. Terminal Petikemas Surabaya dan PT. PELINDO III Cabang Surabaya.

Page 4: Laporan Praktikum Perencanaan Pelabuhan

2. Tinjauan Pustaka

2.1 Terminal Petikemas

Menurut Supriyanto (2010), Terminal Petikemas adalah tempat perpindahan moda

(interface) angkutan darat dan angkutan laut petikemas merupakan suatu area terbatas

(districted area) mulai petikemas diturunkan dari kapal sampai dibawa keluar pintu

Pelabuhan. Pengiriman barang dengan menggunakan Petikemas telah banyak dilakukan

dan volumenya terus meningkat dari tahun ketahun. Terminal Petikemas merupakan

pertemuan antara angkutan laut dan angkutan darat yang menganut sistem unitisasi (unition

of cargo system), dan Petikemas (Container) sebagai wadah/gudang, alat angkut yang

dilayani oleh Terminal/Pelabuhan Petikemas ini, jika dirinci fungsi inti dari Terminal

Petikemas antara lain :

1. Tempat pemuatan dan pembongkaran Petikemas dari kapal-truk atau sebaliknya.

2. Pengepakan dan pembongkaran Petikemas (CFS).

3. Pengawasan dan penjagaan Petikemas beserta muatannya.

4. Penerimaan armada kapal.

5. Pelayanan cargo handling Petikemas dan lapangan penumpukannya.

2.2 Waiting Time

Menurut Wibowo (2010), Waiting Time (WT) adalah waktu tunggu yang dikeluarkan

oleh Kapal untuk menjalani proses kegiatan di dalam area perairan Pelabuhan, bertujuan

untuk mendapatkan pelayanan sandar di Pelabuhan atau Dermaga, guna melakukan

kegiatan bongkar dan muat barang di suatu Pelabuhan. Misalnya, Kapal yang tengah

mengantri di perairan Lampu I mengajukan permohonan sandar kepada PT Pelindo III

Cabang Tanjung Emas Semarang pada pukul 10.30 WIB. Kemudian petugas pandu datang

menjemput Kapal pukul 11.30 WIB maka Waiting Time nya selama 1 jam. Jadi

keterlambatan selama 1 jam dapat dikatakan sebagai waktu terbuang ( non produktif ) yang

harus di emban oleh pihak Kapal, pihak pengusaha pelayaran atau pengirim barang

(Shipper) yang telah menggunakan jasa fasilitas Pelabuhan, yang dikarenakan oleh faktor –

faktor tertentu di Pelabuhan. Adapun Indikator kinerja pelayanan yang terkait dengan jasa

Pelabuhan terdiri dari:

1. Approach Time (AT) atau waktu pelayanan pemanduan adalah jumlah waktu terpakai

untuk Kapal bergerak dari lokasi lego jangkar sampai ikat tali di tambatan.

2. Effective Time (ET) atau waktu efektif adalah jumlah waktu efektif yang digunakan untuk

melakukan kegiatan bongkar muat selama Kapal di tambatan.

Page 5: Laporan Praktikum Perencanaan Pelabuhan

3. Idle Time (IT) adalah waktu tidak efektif atau tidak produktif atau terbuang selama kapal

berada di tambatan disebabkan pengaruh cuaca dan peralatan bongkar muat yang

rusak)

4. Not Operation Time (NOT) adalah waktu jeda, waktu berhenti yang direncanakan

selama Kapal di Pelabuhan. (persiapan b/m dan istirahat kerja)

5. Berth Time (BT) adalah waktu tambat sejak first line sampai dengan last line.

6. Berth Occupancy Ratio (BOR) atau tingkat penggunaan Dermaga adalah perbandingan

antara waktu penggunaan Dermaga dengan waktu yang tersedia (Dermaga siap

operasi) dalam periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam prosentase.

7. Turn around Time ( TRT) adalah waktu kedatangan Kapal berlabuh jangkar di Dermaga

serta waktu keberangkatan Kapal setelah melakukan kegiatan bongkar muat barang

( TA s/d TD)

8. Postpone Time (PT) adalah waktu tunggu yang disebabkan oleh pengurusan

administrasi di Pelabuhan (pengurusan dokumen).

9. Bert Working Time (BWT) adalah waktu untuk kegiatan bongkar muat selama kapal

berada di tambatan/darmaga.

2.3 Peti Kemas

Petikemas (container) adalah satu kemasan yang dirancang secara khusus dengan

ukuran tertentu, dapat dipakai berulang kali, dipergunakan untuk menyimpan dan sekaligus

mengangkut muatan yang ada di dalamnya. Filosofi di balik Petikemas adalah

membungkus atau membawa muatan dalam peti-peti yang sama dan membuat semua

kendaraan dapat mengangkutnya sebagai satu kesatuan, baik kendaraan itu berupa Kapal

laut, kereta api, truk, atau angkutan lainnya, dan dapat membawanya secara cepat, aman,

dan efisien atau bila mungkin, dari pintu ke pintu (door to door).

2.4 Ukuran Petikemas

Pengoperasian Petikemas dapat berjalan dengan baik apabila semua pihak yang

terlibat harus menyetujui agar ukuran - ukuran Petikemas harus sama dan sejenis serta

mudah diangkut. Badan International Standard Organization (ISO) telah menetapkan ukuran

- ukuran dari Petikemas sebagai berikut:

- Container 20’ Dry Freight (20 feet)

Ukuran : panjang = 6,058 m, lebar= 2,438 m dan tinggi= 2,591 m

- Container 40’ Dry Freight (40 feet)

Ukuran : panjang = 12,192 m, lebar= 2,438 m dan tinggi= 2,591 m

- Container 40’ High Cube Dry

Ukuran : panjang = 12,192 m, lebar= 2,438 m dan tinggi= 2,926 m

Page 6: Laporan Praktikum Perencanaan Pelabuhan

- Container 45’

Ukuran : panjang = 13,544 m, lebar= 2, 352 m dan tinggi= 2,698 m

2.5 Jenis-Jenis Petikemas

Petikemas (Container), memiliki beberapa jenis dan kegunaanya, anatara lain

sebagai berikut :

1. Dry Frieght Container/General Cargo, di gunakan untuk mengangkut barang-barang

umum.

2. Reefer Container, digunakan untuk mengangkut barang – barang yang memerlukan

suhu pendingin, misalnya untuk jenis sayur-sayuran, daging dll.

3. Bulk Container, digunakan untuk mengangkut muatan curah, misalnya beras, gandum,

dll.

4. Open Side Container, digunakan untuk mengangkut muatan yang ukurannya tidak

memungkinkan dimasukan dari pintu belakang Petikemas. Jadi semua sisi Peti kemas

harus dibuka. Misalnya alat – alat berat.

5. Soft Tof Contaier, digunakan untuk mengangkut barang yang ukurannya sangat besar.

6. Flat Rack Container, digunakan untuk mengangkut barang – barang berat misalnya,

mesin, spert part , dll

7. Tank Container, yaitu peti baja yang dibangun didalam kerangka container digunakan

untuk mengangkut Tanki yang didalamnya diisi barang-barang yang berbahaya,

misalnya gas, minyak, bahan kimia yang mudah meledak.

Page 7: Laporan Praktikum Perencanaan Pelabuhan

3. Hasil Praktikum

3.1 Profil PELINDO III Cabang Surabaya

Tanjung Perak merupakan salah satu pelabuhan pintu gerbang Indonesia bagian

timur (Golden Gate of East Indonesia), menjadi pusat kolektor dan distributor barang ke

Kawasan Timur Indonesia, khususnya untuk Propinsi Jawa Timur. Karena letaknya yang

strategis dan didukung oleh daerah hinterland Jawa Timur yang potensial maka Pelabuhan

Tanjung Perak juga merupakan pusat pelayaran interinsulair Kawasan Timur Indonesia.

Dahulu, kapal-kapal samudera membongkar dan memuat barang-barangnya melalui

tongkang-tongkang dan perahu-perahu yang dapat mencapai Jembatan Merah (pelabuhan

pertama pada waktu itu) yang berada di jantung kota Surabaya melalui Sungai Kalimas.

3.1.1 Fasilitas Pelabuhan

Fasilitas pelabuhan yang terdapat di Tanjung Perak yang melayani kegiatan

bongkar muat barang dan penumpang, untuk kawasan timur Indonesia, terdiri dari :

1. Terminal Jamrud

2. Terminal Berlian

3. Terminal Nilam

4. Terminal Mirah

5. Terminal Kalimas

6. Terminal Penumpang

7. Terminal RoRo (roll-on roll-off)

8. Terminal Petikemas Surabaya

Gambar 2. Peta dan Fasilitas Terminal Pelabuhan Tanjung Perak

(Sumber: www.perakport.co.id)

Page 8: Laporan Praktikum Perencanaan Pelabuhan

3.1.2 Hinterland Pelabuhan Tanjung Perak

Hinterland merupakan daerah peyangga dari suatu pelabuhan yang berfungsi

sebagai wilayah asal poduksi atau pusat-pusat industri dari barangbarang yang akan

diangkut menggunakan transportasi laut. hinterland untuk pelabuhan Tanjung Perak

terutama adalah :

a. Surabaya dan sekitarnya : Surabaya Industrial Estat Rungkut (SIER), Pasuruan

Industrial Estat Rembang (PIER), Ngoro Industrial Estat (NIE), Pandaan dan

Malang.

b. Daerah pantai utara Jawa Timur : Probolinggo, Jember, lumajang, Situbondo,

Bayuwanggi

c. Kawasan Timur Indonesia : Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,

Sulawesi, Ambon, dan Papua

Seluruh kegiatan Pelabuhan Tanjung Perak ini dikelola secara Nasional oleh

Pemerintah Indonesai melalui PT (Persero) Pelabuhan Indonesia III, yang disingkat

dengan PT. Pelindo III dengan Standar Pengelolaan Pelabuhan secara Internasional

sesuai dengan ketentuan Internasional Maritime Organization (IMO) dengan

menerapkan International Ship and Port Security (ISPS-Code).

Khusus untuk Terminal Petikemas dikelola oleh PT.Terminal Petikemas

Surabaya (PT.TPS) yang merupakan anak Perusahaan PT (Persero) Pelabuhan

Indonesia III, yang bertanggung jawab untuk mengelola atau merupakan operator

Terminal Petikemas. Terminal Petikemas bertugas untuk melayani jasa

kepelabuhanan Kapal Petikemas (operasi kapal, tambat, dermaga dan air tawar untuk

kapal petikemas), bongkar muat petikemas, lapangan penumpukan petikemas baik

ekspor maupun impor terutama dari daerah Jawa Timur dan Kawasan Timur

Indonesia (Supriyono, 2010).

3.2 Profil PT. TPS

PT Terminal Petikemas Surabaya (TPS) bergerak di bidang penyediaan fasilitas

terminal petikemas untuk perdagangan domestik maupun internasional bagi pelaku usaha di

wilayah Indonesia Timur. TPS juga menyediakan jasa transportasi pengiriman barang

secara efisien dan tepat waktu. Saat ini TPS mengantongi ISO 9001 (standar mutu), ISO

14001 (standar lingkungan), OHSAS 18001 (standar keselamatan dan kesehatan kerja), dan

ISPS Code (standar keamanan kapal dan fasilitas pelabuhan). TPS juga merupakan satu-

satunya terminal di Indonesia dan satu-satunya operator terminal di Indonesia yang memiliki

sertifikat C-TPAT dan ISO 28000:2007 (sistem manajemen keamanan untuk rantai pasok).

Page 9: Laporan Praktikum Perencanaan Pelabuhan

3.2.1 Jenis Layanan PT. TPS

3.2.1.1 Layanan Bongkar

Prosedur layanan pembongkaran petikemas adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan ; pelanggan harus melengkapi dokumen :

a. Master Cable

b. CVIA (Container Vessel Identification Advice = Pemberitahuan Identifikasi Kapal

Petikemas)

c. Statement of Fact (Surat Pernyataan Keadaan)

d. Statement Letter (email baplie file)

e. Import Summary List (ISL = Daftar Ringkasan Impor)

f. Dangerous Cargo List (Daftar Kargo Berbahaya)

g. Approval from Harbor Master (Surat Ijin dari Syahbandar)

h. Reefer List (Daftar Reefer)

i. Crane Sequence List (Daftar Urutan Crane)

j. Discharge Stowage Plan (Rencana Penyimpanan Pembongkaran)

k. Discharge Bay Plan (Rencana Bay Pembongkaran)

l. Manifest

m. Special Cargo List (Daftar Kargo Khusus)

2. Yard and Berth Planning Sub-department (Sub-departemen Perencanaan Lapangan

dan Dermaga) memeriksa dokumen. Mereka mengadakan rapat harian, bersama

dengan Departemen Teknik, dengan Perusahaan Pelayaran, untuk merencanakan

jadwal layanan penanganan petikemas.

3. Vessel Berth Planning Sub-department (Sub-departemen Perencanaan Lapangan

dan Dermaga) memproses rencana pembongkaran ke dalam sistem komputer

berdasarkan data yang dikirimkan oleh Perusahaan Pelayaran lewat email, dan

mencetak Discharge List (Daftar Pembongkaran) dan menyerahkannya

kepada Berth Operations (Operasi Dermaga).

4. Berdasarkan Discharge List (Daftar Pembongkaran), Berth Operations

Superintendent(Superitenden Operasi Dermaga) memerintahkan Operator CC, lewat

Petugas Tally Dermaga, untuk membongkar petikemas dari atas kapal dan

memuatnya ke ataschassis Head Truck, dan membawanya ke Lapangan

Penumpukan Petikemas, dan mengkonfirmasi posisi pembongkaran ke dalam sistem

komputer (HHT/Teklogix)

5. Setelah Head Truck tiba di Lapangan Penumpukan Petikemas, Yard Operations

Superintendent (Superintenden Operasi Lapangan) memerintahkan Operator RTG,

lewat Petugas Tally Lapangan, untuk menumpuk petikemas, dan mengkonfirmasi

posisi petikemas ke dalam sistem komputer (HHT/Teklogix). Petugas Tally Lapangan

Page 10: Laporan Praktikum Perencanaan Pelabuhan

memerintahkan pengemudi Head Truck untuk kembali ke Dermaga untuk mengambil

petikemas selanjutnya yang akan dibongkar.

6. Pada akhir shift, Petugas Tally Lapangan melaporkan hasil pekerjaan kepada

Superintenden Operasi Lapangan, sedangkan Petugas Tally Dermaga melaporkan

hasil pekerjaan kepada Superintenden Operasi Dermaga.

3.2.1.2 Pelayanan Pemuatan Petikemas

Prosedur layanan pemuatan petikemas adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan ; pelanggan harus melengkapi dokumen:

1. Master Cable

2. CVIA (Container Vessel Identification Advice = Pemberitahuan Identifikasi Kapal

Petikemas)

3. Statement of Fact (Surat Pernyataan Keadaan)

4. Export Summary List (ESL = Daftar Ringkasan Ekspor)

5. Dangerous Cargo List (Daftar Kargo Berbahaya)

6. Crane Sequence List (Daftar Urutan Crane)

7. General Loading Plan (Rencana Pemuatan Umum)

8. Loading Bay Plan (Rencana Bay Pemuatan)

9. Manifest

2. Yard and Berth Planning Sub-department (Sub-departemen Perencanaan Lapangan

dan Dermaga) memeriksa dokumen. Mereka mengadakan rapat harian, bersama

dengan Departemen Teknik, dengan Perusahaan Pelayaran untuk merencanakan

jadwal layanan penanganan petikemas.

3. Berth Planning Sub-department (Sub-departemen Perencanaan Dermaga)

memasukkan data ke dalam sistem komputer (baplie) yang telah menjalani

pemeriksaan Bea Cukai ,berdasarkan rencana pre-penyimpanan, yang diterima dari

Perusahaan Pelayaran, dan mencetak Loading Work Quay (LWQ = Pekerjaan

Pemuatan Dermaga), berdasarkan data petikemas di dalam sistem komputer, dan

menyerahkannya kepada Yard Supervisor (Supervisor Lapangan) dan Wharf

Supervisor(Supervisor Dermaga).

4. Berdasarkan LWQ (Loading Work Quay), Yard Operations Superintendent

(Superintenden Operasi Lapangan) memerintakan Operator RTG, lewat Petugas

Tally Lapangan, untuk memindahkan petikemas dari Lapangan Penumpukan

Petikemas, dan memuatnya ke atas chassis Head Truck, dan membawanya ke

Dermaga. Petugas Tally Lapangan mengkonfirmasi posisi petikemas ke dalam

sistem komputer (HHT/Teklogix). Petikemas tersebut kemudian dimuat ke atas kapal

Page 11: Laporan Praktikum Perencanaan Pelabuhan

berdasarkan data di dalam TMV (Terminal Mounted Vehicle = Kendaraan yang

Beroperasi di dalam Terminal).

5. Wharf Supervisor (Supervisor Dermaga) memerintahkan Operator CC, lewat

Petugas Tally Dermaga, untuk memuat petikemas dari chass Head Truck ke atas

kapal, berdasarkan data yang telah direncanakan di dalam Loading List (Daftar

Pemuatan). Petugas Tally Dermaga mengkonfirmasi posisi petikemas ke dalam

sistem komputer (HHT/Teklogix). Petugas Tally Dermaga memerintahkan

pengemudi Head Truck untuk kembali ke Lapangan Penumpukan untuk mengambil

petikemas selanjutnya yang akan dimuat.

6. Pada akhir shift, Petugas Tally Lapangan melaporkan hasil pekerjaan kepada

Superintenden Operasi Lapangan, sedangkan Petugas Tally Dermaga melaporkan

hasil pekerjaan kepada Superintenden Operasi Dermaga.

3.2.1.3 Pelayanan Penerimaan Petikemas

Prosedur layanan penerimaan petikemas adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan pelanggan harus melengkapi dokumen:

1. Surat Permohonan Penerimaan Petikemas

2. Penyediaan Warkat Dana (Pembayaran di Depan) (masing-masing 4 lembar)

untuk diserahkan kepada Export Service Staff (Petugas Layanan Ekspor),

dalam waktu 96 sampai dengan 24 jam sebelum kedatangan kapal.

2. Petugas Layanan Ekspor mencetak Job Order/CEIR (Container Equipment

Interchange Receipt = Tanda Terima Pergerakan Peralatan Petikemas) yang telah

disetujui olehExport Superintendent (Superintenden Ekspor). Lembar ke 1, 2, dan 3

CEIR diserahkan kepada Pelanggan. Pelanggan menyerahkannya kepada

pengemudi Head Truck.

3. Pengemudi Head Truck menuju ke In-Gate (Gerbang Masuk), bersama muatan

petikemasnya dan menyerahkan Job Order/CEIR serta salinan CTPS (Catatan

Tanda Pengenal Surveyor)/PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang) kepada Petugas

Gate.

4. Petugas Gate memeriksa keadaan fisik petikemas dan mencetak In-Gate Terminal

Job Slip (Lembar Kerja Terminal Gerbang Masuk), berdasarkan Job Order/CEIR,

dan mengembalikan lembar ke 3 dan 4 kepada pengemudi Head Truck.

5. Pengemudi Head Truck menyerahkan In-Gate Terminal Job dan Job Order/CEIR

kepada Petugas Tally Lapangan.

6. Petugas Tally Lapangan memerintahkan Operator RTG untuk mengangkat

petikemas dari chassis Head Truck ke Lapangan Penumpukan Petikemas di lokasi

Page 12: Laporan Praktikum Perencanaan Pelabuhan

seperti yang tercantum dalam In-Gate Terminal Job Slip. Petugas Tally Lapangan

mengkonfirmasi posisi petikemas ke dalam sistem komputer (HHT/Teklogix).

7. Pengemudi Head Truck menerima Job Order/CEIR dan In-Gate Terminal Job

Slip dari Petugas Tally Lapangan, bergerak menuju Out-Gate (Gerbang Keluar) dan

menyerahkan In-Gate Terminal Job Slip dan Job Order/CEIR lembar ke 3

kepada Out-Gate Staff (Petugas Gerbang Keluar).

3.2.1.4 Pelayanan Pengeluaran Petikemas

Prosedur layanan pengeluaran petikemas adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan pelanggan harus melengkapi dokumen:

1. Surat Permohonan Pengeluaran Petikemas

2. Surat Asli Perintah Pengeluaran (DO = Delivery Order)

3. Penyediaan Warkat Dana (Pembayaran di Depan) (masing-masing 4 lembar)

untuk diserahkan kepada Import Service Staff (Petugas Layanan Impor).

4. SPPB = Surat Persetujuan Pengeluaran Barang dan Surat Pernyataan PP

(Pencekalan dan Pencegahan) dari Bea Cukai

5. Surat Kuasa dari Importir

2. Petugas Layanan Impor mencetak CEIR/Job Order yang telah disetujui oleh Import

Superintendent (Superintenden Impor). Lembar ke 1, 2, dan 3 CEIR diserahkan

kepada Pelanggan. Pelanggan menyerahkan kepada pengemudi Head Truck.

3. Pengemudi Head Truck menuju ke In-Gate (Gerbang Masuk) dan menyerahkan Job

Order/CEIR kepada In-Gate Staff (Petugas Gerbang Masuk).

4. In-Gate Staff mencetak In-Gate Terminal Job Slip berdasarkan Job Order/CEIR dan

mengembalikan lembar ke 1 dan 2 kepada pengemudi Head Truck.

5. Pengemudi Head Truck menyerahkan In-Gate Terminal Job Slip dan Job

Order/CEIR kepada Petugas Tally Lapangan.

6. Petugas Tally Lapangan memerintahkan Operator RTG untuk mengangkat

petikemas dari Lapangan Penumpukan ke atas chassis Head Truck sesuai dengan

posisi yang tercantum dalam In-Gate Terminal Job Slip.

7. Pengemudi Head Truck menerima Job Order/CEIR dan In-Gate Terminal Job

Slip dari Petugas Tally Lapangan bergerak menuju Out-Gate (Gerbang Keluar) dan

menyerahkanIn-Gate Terminal Job Slip dan Job Order/CEIR lembar ke 3 kepada

Petugas Out-Gate, dan Surat Pernyataan Pecekalan dan Pencegahan (PP) kepada

Petugas Bea Cukai.

8. Petugas Out-Gate mengkonfirmasi nomor polisi Head Truck dan nomor referensi

kerjaHead Truck berdasarkan In-Gate Terminal Job Slip ke dalam sistem computer

dengan dilampiri lembar ke 1 CEIR kepada pengemudi Head Truck.

Page 13: Laporan Praktikum Perencanaan Pelabuhan

3.2.2 Fasilitas PT. Terminal Petikemas Surabaya

Dermaga

Dermaga yang ada di PT. Terminal Petikemas Surabaya terdiri dari dermaga

domestik dan dermaga internasional. Klasifikasi masing-masing dermaga seperti

dibawah ini:

Dermaga Internasional

- Panjang 1.000 meter

- Lebar 50 meter

- Kedalaman 10,5 meter

Dermaga Domestik

- Panjang 450 meter

- Lebar 50 meter

- Kedalaman 7,5 mete

Lapangan

Lapangan Penumpukan Internasional

-Luas 29 Hektar

-Kapasitas 21,989 Hektar

Lapangan Penumpukan Domestik

- Luas 9 Hektar

- Kapasitas 5,650 hektar

Area Behandle

(Pemeriksaan Bea Cukai)784 teus

Penumpukan Petikemas Reefer

- Ekspor 350 teus

- Impor 350 Teus

- Reefer Plug 324 Titik

CFS (Pergudangan)

- Luas Total 10.000 meter2

- Barang Berbahaya 6.500 meter2

Jalur Kereta Api (2 jalur) 420 Meter

Page 14: Laporan Praktikum Perencanaan Pelabuhan

Peralatan

Jenis PeralatanJumlah

unit

Container Crane 11

RTG 28

Reach Stacker 6

Sky Stacker 3

Reefer Plug 909

Forklift (electric & diesel) 18

Dolly System 58

Head Truck 80

Chassis 124

Low Bed Chassis 3

Cassette 90

Translifter 7

Terminal Operations System

Sistem TOPS telah beroperasi sejak tahun 1999, dipasok oleh Realtimes Business

Solutionsdari Sydney, Australia. Perangkat lunak terpadu ini digunakan untuk

melayani kegiatan operasional dan Nota Rampung.

TOPS terdiri dari TOP-X (for X Windows) dan TOP-O (for Oracle), oleh karena itu,

pergerakan petikemas dapat dipantau dengan kondisi ;real time; baik oleh Petugas

TPS atau Pemilik Barang.

TOPS menyediakan kondisi aktual dari sistem perencanaan dan pengontrolan sistem

petikemas, serta menyediakan Pertukaran Data Elektronik secara modern.

3.3 Waiting Time Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya

Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dibawah Pelindo III Cabang Surabaya memiliki

8 terminal yang beroperasi diantaranya: Terminal Jamrud, Terminal Berlian, Terminal Nilam,

Terminal Mirah, Terminal Kalimas, Terminal Penumpang, Terminal RoRo (roll-on roll-off),

Terminal Petikemas Surabaya. Berdasarkan data pelindo III menyebutkan waiting time kapal

petikemas domestik di Tanjung Perak 33 jam, kapal curah cair domestik 73 jam dan kapal

Page 15: Laporan Praktikum Perencanaan Pelabuhan

curah kering domestik 31 jam. Kapal curah cair internasional 52 jam dan kapal curah kering

internasional 31 jam. Saat ini waktu sandar dan bongkar muat kapal mencapai 2-4 hari ini

jelas memicu biaya tinggi dan dinilai sebagai hambatan logistik sehingga perlu di efektifkan.

Kondisi ini dipicu umur dermaga yang uzur (100 tahun lebih) dan belum semuanya berhasil

dimoderinasi.

Manajemen PT Pelindo III saat berani mematok target ZWT ini berdasarkan sebuah

langkah pencapaian yang kerja tersistematis. Setidaknya ada lima program besar yang

dicanangkan kabinet Pelindo III dibawah komando Djarwo Surjanto dengan nilai investasi

berkisar Rp6,2 triliun. Lima program itu terdiri pertama, Pembangunan Terminal Multi-

Purpose Teluk Lamong senilai Rp3,4 triliun. Terminal yang dibangun untuk perluasan

kapasitas dermaga-dermaga di Tg. Perak itu rencannya berkapasitas 4,5 juta box petikemas

terdiri 1,55 juta box peti kemas internasional dan 2,9 juta box petikemas domestik dan curah

kering 20,73 juta ton. Targetnya terminal Lamong Bay bisa beroperasi awal 2014. Kedua,

rekonfigurasi dan moderinasi dermaga konvensional menjadi dedicated terminal atau

terminal berfungsi khusus bernilai sekitar Rp1,2 miliar. Dari lima dermaga konvensional

(Nilam, Mirah, Jamrud, Berlian dan Kalimas), baru terminal Nilam yang telah dikerjakan.

Saat ini empat dermaga lainnya tengah dikerjakan. Ketiga, revitalisasi Alur Pelayaran Barat

Surabaya senilai US$70 juta atau Rp659 miliar berupa pendalaman alur dari minus 10,5

meter LWS menjadi minus 13-16 meter LWS serta melebarkan arus dari 100 meter menjadi

200 meter. Lama pengerjaan selama satu tahun. Keempat, pengadaan peralatan untuk

layanan bongkar muat guna peningkatan kinerja bongkar muat sekitar Rp750 miliar dan

kelima, penataan dan modernisasi Terminal Penumpang senilai Rp200 miliar. Proses

modernisasi terminal penumpang antar pulau dan kapal pesiar tengah dikerjakan mulai

pertengahan tahun 2012 (Hidayat, 2012).

Page 16: Laporan Praktikum Perencanaan Pelabuhan

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Yuristiarso. 2012. Pelabuhan Tanjung Perak: ‘Zero Waiting Time’ Kejar Pertumbuhan Tertinggi. www.bumn.go.id. Diakses pada tanggal 25 Mei 2014

PT. PELINDO III Cabang Surabaya. www.perakport.co.id. Diakses pada tanggal 25 Mei 2014

PT. Terminal Petikemas Surabaya. www.tps.co.id. Diakses pada tanggal 25 Mei 2014

Supriyono. 2010. Analisis Kinerja Terminal Petikemas Di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya (Studi Kasus Di PT.Terminal Petikemas Surabaya) [Tesis]. Semarang. Universitas Diponegoro

Wibowo, Harmaini. 2010. Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Waktu Tunggu Kapal Di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang [Tesis]. Semarang. Universitas Diponegoro