pelabuhan - umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/.../uploads/2015/12/e-book_pelabuhan.pdf ·...
TRANSCRIPT
BUKU AJAR
MATA KULIAH
PELABUHAN
Oleh :
Dr. Ir. S. Imam Wahyma udi, DEA Ir. Gata Dian Asfari, MT
DIBERIKAN UNTUK MAHASISWA S1 TEKNIK SIPIL
Buku Ajar Pelabuhan 0-1
RANCANGAN BUKU AJAR
MATA KULIAH : PELABUHAN
SKS : 2 SKS
BAHASAN : TINJAUAN MATA KULIAH
1. Deskripsi Singkat
Mata Kuliah Pelabuhan merupakan mata kuliah pilihan bagi mahasiswa program
strata I (S1) semester V Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam
Sultan Agung (Unissula) Semarang. Mata kuliah ini mencakup penjelasan tentang
artipenting pelabuhan, kriteria perencanaan, hidro-oceanografi dan model matematika.
Setiap pokok bahasan memiliki keterhubungan dan merupakan kesatuan dalam
memahami dan menerapkan teori-teori dasar hidrolika dalam perencanaan pelabuhan.
2. Relevasi (kegunaan)
Dalam proses perencanaan pelabuhan dan analisisnya diperlukan seorang
profesional peneliti, perencana dan kontraktor yang harus dapat memahami fenomena
pantai di satu sisi dan kebutuhan transportasi di sisi yang lain. Pelabuhan merupakan
prasarana transportasi intermoda dari darat ke laut (air) dan sebaliknya.
3. Standar Kompetensi
Mata Kuliah ini mendukung pencapaian kompetensi dalam sikap dan perilaku
berkarya dalam teknik keairan (Hidrolika) kurikulum Teknik Sipil FT Unissula.
Diharapkan mahasiswa yang telah menempuh kuliah ini akan mampu berpikir kritis,
mandiri, kreatif, inovatif dan tanggung jawab terhadap disiplin ilmunya dan
lingkungan. Mahasiswa mampu memahami dasar-dasar teori gelombang, pasang surut
dan variabel teknik pantai serta analisisnya secara baik dan menempatkannya dalam
memecahkan persoalan pembangunan pelabuhan pada khususnya.
4. Kompetensi Dasar
Setelah menyelesaikan perkulihan ini, mahasiswa akan mampu:
• menjelaskan arti penting pelabuhan dan jenis-jenis peruntukan Pelabuhan
Buku Ajar Pelabuhan 0-2
• menjelaskan tahapan perencanaan mulai dari survey yang harus dilakukan,
analisis dan penggambarannya.
• menjelaskan jenis kapal yang berlabuh ke Pelabuhan, fungsi dan dimensinya
• menjelaskan pengertian dari alur pelayaran, kedalaman dan lebar yang
diperlukan.
• menjelaskan fungsi kolam Pelabuhan, luasan dan kedalaman yang diperlukan
• menjelaskan fungsi dan jenis-jenis Dermaga, ketinggian elevasi, luasnya dan
infrastruktur yang harus ada di dermaga.
• menjelaskan fasilitas detail dari Pelabuhan diantaranya adalah fender dan alat
penambat (Boulder)
• menjelaskan fasilitas-fasilitas pelabuhan umum
• menjelaskan Fasilitas Pelabuhan Khusus
• menjelaskan fenomena Pasang Surut air laut, mengerti cara mengukur dan
menganalisis
• menjelaskan fenomena Gelombang laut, mengerti cara mengukur dan
menganalisis
• menjelaskan kegunaan Pemecah Gelombang dan bagaimana merencanakan
• menjelaskan Alat Pemandu Pelayaran dan syarat-syarat apa saja prasarana
tersebut
• membuat Simulasi Model matematika sebagai alat analisis dan mampu
melakukan pada contoh kasus sederhana
5. Indikator
Indikator keberhasilan mahasiswa dalam setiap pertemuan / bahasan adalah:
• jika materi 1 diberikan mahasiswa mampu menjelaskan arti penting pelabuhan
dan jenis-jenis peruntukan Pelabuhan secara benar 85%
• jika materi 2 diberikan mahasiswa mampu menjelaskan tahapan perencanaan
mulai dari survey yang harus dilakukan, analisis dan penggambarannya secara
benar 80%
• jika materi 3 diberikan mahasiswa mampu menjelaskan jenis kapal yang
berlabuh ke Pelabuhan, fungsi dan dimensinya secara benar 90%
• jika materi 4 diberikan mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dari alur
pelayaran, kedalaman dan lebar yang diperlukan secara benar 90%
Buku Ajar Pelabuhan 0-3
• jika materi 5 diberikan mahasiswa mampu menjelaskan fungsi kolam
Pelabuhan, luasan dan kedalaman yang diperlukan secara benar 85%
• jika materi 6 diberikan mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dan jenis-jenis
Dermaga, ketinggian elevasi, luasnya dan infrastruktur yang harus ada di
dermaga secara benar 85%
• jika materi 7 diberikan mahasiswa mampu menjelaskan fasilitas detail dari
Pelabuhan diantaranya adalah fender dan alat penambat (Boulder) secara benar
80%
• jika materi 8 diberikan mahasiswa mampu menjelaskan fasilitas-fasilitas
pelabuhan umum secara benar 80%
• jika materi 9 diberikan mahasiswa mampu menjelaskan Fasilitas Pelabuhan
Khusus secara benar 80%
• jika materi 10 diberikan mahasiswa mampu menjelaskan fenomena Pasang
Surut air laut, mengerti cara mengukur dan menganalisis secara benar 80%
• jika materi 11 diberikan mahasiswa mampu menjelaskan fenomena
Gelombang laut, mengerti cara mengukur dan menganalisis secara benar 80%
• jika materi 12 diberikan mahasiswa mampu menjelaskan kegunaan Pemecah
Gelombang dan bagaimana merencanakan secara benar 80%
• jika materi 13 diberikan mahasiswa mampu menjelaskan Alat Pemandu
Pelayaran dan syarat-syarat apa saja prasarana tersebut secara benar 85%
• jika materi 14 diberikan mahasiswa mampu membuat Simulasi Model
matematika sebagai alat analisis dan mampu melakukan pada contoh kasus
sederhana secara benar 75%
6. Susunan Bahan Ajar
Sistematika penulisan bahan ajar di adalah sebagai berikut:
BAB I : Pengertian Pelabuhan
BAB II : Perencanaan Pelabuhan
BAB III : Kapal
BAB IV : Alur Pelayaran
BAB V ; Kolam Pelabuhan
BAB VI : Dermaga
BAB VII : Fender dan Alat Penambat
Buku Ajar Pelabuhan 0-4
BAB VIII : Fasilitas labuhan Umum
BAB IX : Fasilitas Pelabuhan Khusus
BAB X : Pasang Surut
BAB XI : Gelombang
BAB XII : Pemecah Gelombang
BAB XIII : Alat Pemandu Pelayaran
BAB XIV : Simulasi Model matematika
7. Petunjuk Bagi Mahasiswa
Dalam menggunakan bahan ajar Mata Kuliah Pelabuhan, mahasiswa diharuskan
mambaca Tujuan Instruksional Umum dan Tujuan Instruksional Khusus, agar dalam
mempelajari materi ini mahasiswa sudah punya pegangan yang harus dicapai. Di
dalam mempelajari satu bab tertentu, mahasiswa harus mengerjakan tes formatif yang
ada di setiap bab, agar dapat benar-benar memahami dan dapat menerapkan konsep-
konsep tersebut.
RANCANGAN BUKU AJAR MATA KULIAH : PELABUHAN SKS : 2 SKS BAHASAN : TINJAUAN MATA KULIAH 1 Deskripsi Singkat 2 Relevasi (Kegunaan) 3 Standar Kompetensi 4 Kompetensi Dasar 5 Indikator 6 Susunan Bahan Ajar
Bab I : Pengertian Pelabuhan Bab II : Perencanaan Pelabuhan Bab III : Kapal Bab IV : Alur Pelayaran Bab V : Kolam Pelabuhan Bab VI : Dermaga Bab VII : Fender dan Alat Penambat Bab VIII : Fasilitas Pelabuhan Umum Bab IX : Fasilitas Pelabuhan Khusus Bab X : Pasang Surut Bab XI : Gelombang Bab XII : Pemecah Gelombang Bab XIII : Alat Pemandu pelayaran Bab XIV : Simulasi Model Matematika
7 Petunjuk Bagi Mahasiswa
Daftar Isi
RANCANGAN BUKU AJAR MATA KULIAH : PELABUHAN SKS : 2 SKS BAHASAN : TINJAUAN MATA KULIAH
Bab I Pengertian Pelabuhan
1.1. Pendahuluan
1.1.1. Deskripsi 1.1.2. Relevansi 1.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
1.2. Penyajian 1.2.1. Perkembangan dan Definisi Pelabuhan
1.2.1.1. Perkembangan Pelabuhan 1.2.1.2. Definisi Pelabuhan 1.2.1.3. Macam Pelabuhan 1.2.1.4. Pelabuhan di Indonesia
1.3. Penutup 1.3.1. Tes Formatif 1.3.2. Umpan Balik 1.3.3. Tindak Lanjut 1.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
Daftar Isi
RANCANGAN BUKU AJAR MATA KULIAH : PELABUHAN SKS : 2 SKS BAHASAN : TINJAUAN MATA KULIAH
Bab II Perencanaan Pelabuhan
2.1. Pendahuluan
2.1.1. Deskripsi Singkat 2.1.2. Relevasi ( Mata Kuliah ) 2.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
2.2. Penyajian 2.2.1. Umum 2.2.2. Karakteristik Kapal Rencana 2.2.3. Karakteristik Hidrooseanografi
2.2.3.1 Pasang Surut 2.2.3.2 Gelombang Rencana
2.3. Penutup 2.3.1. Tes Formatif 2.3.2. Umpan Balik 2.3.3. Tindak Lanjut 2.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
Daftar Isi
RANCANGAN BUKU AJAR MATA KULIAH : PELABUHAN SKS : 2 SKS BAHASAN : TINJAUAN MATA KULIAH
Bab III Kapal
3.1. Pendahuluan
3.1.1. Deskripsi 3.1.2. Relevansi 3.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
3.2. Penyajian 3.2.1. Kapal 3.2.2. Jenis-jenis Kapal
3.2.2.1. Berdasarkan Tenaga Penggerak 3.2.2.2. Berdasarkan Fungsinya
3.2.3. Bagian-bagian Utama Kapal 3.2.3.1. Anjungan Kapal 3.2.3.2. Buritan 3.2.3.3. Geladak 3.2.3.4. Haluan 3.2.3.5. Jangkar 3.2.3.6. Kemudi
3.2.4. Karakteristik Kapal 3.2.5. Istilah-istilah yang Digunakan Dalam Praktek di Lapangan
Daftar Isi
3.3. Penutup 3.3.1. Tes Formatif 3.3.2. Umpan Balik 3.3.3. Tindak Lanjut 3.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
RANCANGAN BUKU AJAR MATA KULIAH : PELABUHAN SKS : 2 SKS BAHASAN : TINJAUAN MATA KULIAH
Bab IV Alur Pelayaran
4.1. Pendahuluan
4.1.1. Deskripsi 4.1.2. Relevansi 4.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
4.2. Penyajian 4.2.1. Prinsip Umum Alur Pelayaran 4.2.2. Bagian-bagian Alur Pelayaran 4.2.3. Arah Alur Pelayaran 4.2.4. Lengkungan / Tikungan Alur Pelayaran 4.2.5. Kedalaman Alur Pelayaran 4.2.6. Gerakan Kapal Karena Pengaruh Gelombang 4.2.7. Lebar Alur 4.2.8. Panjang Alur Pelayaran
4.3. Penutup 4.3.1. Tes Formatif 4.3.2. Umpan Balik 4.3.3. Tindak Lanjut 4.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
Daftar Isi
RANCANGAN BUKU AJAR MATA KULIAH : PELABUHAN SKS : 2 SKS BAHASAN : TINJAUAN MATA KULIAH
Bab V Kolam Pelabuhan
5.1. Pendahuluan
5.1.1. Deskripsi 5.1.2. Relevansi 5.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
5.2. Penyajian 5.2.1. Prinsip Umum Kolam Pelabuhan 5.2.2. Lokasi dan Area untuk Kolam Pelabuhan 5.2.3. Lebar Kolam di Depan Fasilitas Penambatan 5.2.4. Lebar Kolam Putar ( Turning Basin )
5.3. Penutup 5.3.1. Tes Formatif 5.3.2. Umpan Balik 5.3.3. Tindak Lanjut 5.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
Daftar Isi
RANCANGAN BUKU AJAR MATA KULIAH : PELABUHAN SKS : 2 SKS BAHASAN : TINJAUAN MATA KULIAH
Bab VI Dermaga
6.1. Pendahuluan
6.1.1. Deskripsi 6.1.2. Relevansi 6.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
6.2. Penyajian 6.2.1. Prinsip Umum 6.2.2. Rancangan Dermaga 6.2.3. Tipe Dermaga 6.2.4. Panjang Dermaga dan Kedalaman Air
6.3. Penutup 6.3.1. Tes Formatif 6.3.2. Umpan Balik 6.3.3. Tindak Lanjut 6.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
Daftar Isi
RANCANGAN BUKU AJAR MATA KULIAH : PELABUHAN SKS : 2 SKS BAHASAN : TINJAUAN MATA KULIAH
Bab VII Fender dan Alat Penambat
7.1. Pendahuluan
7.1.1. Deskripsi 7.1.2. Relevansi 7.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
7.2. Penyajian 7.2.1. Fender dan Alat Penambat 7.2.2. Fender
7.2.2.1. Fender Kayu 7.2.2.2. Fender Karet 7.2.2.3. Fender grafitasi 7.2.2.4. Tipe Fender Lainnya
7.2.3. Perencanaan Fender 7.2.4. Posisi Daerah yang Dilindungi 7.2.5. Alat Penambat
7.2.5.1. Bolder / Alat Pengikat 7.2.5.2. Dolphin 7.2.5.3. Pelampung Penambat ( mooring buoys )
Daftar Isi
7.3. Penutup 7.3.1. Tes Formatif 7.3.2. Umpan Balik 7.3.3. Tindak Lanjut 7.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
RANCANGAN BUKU AJAR MATA KULIAH : PELABUHAN SKS : 2 SKS BAHASAN : TINJAUAN MATA KULIAH
Bab VIII Fasilitas Pelabuhan Umum
8.1. Pendahuluan
8.1.1. Deskripsi 8.1.2. Relevansi 8.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
8.2. Penyajian 8.2.1. Fasilitasi Pelabuhan di Darat 8.2.2. Terminal Barang Potongan 8.2.3. Terminal Peti Kemas
8.3. Penutup 8.3.1. Tes Formatif 8.3.2. Umpan Balik 8.3.3. Tindak Lanjut 8.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
Daftar Isi
RANCANGAN BUKU AJAR MATA KULIAH : PELABUHAN SKS : 2 SKS BAHASAN : TINJAUAN MATA KULIAH
Bab IX Fasilitas Pelabuhan Khusus
9.1. Pendahuluan
9.1.1. Deskripsi Singkat 9.1.2. Relevasi ( Mata Kuliah ) 9.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
9.2. Penyajian 9.2.1. Pola Kegiatan Operasional 9.2.2. Pola Penanganan Ikan 9.2.3. Pola Pendaratan Ikan 9.2.4. Fasilitas Laut 9.2.5. Fasilitas Darat
9.3. Penutup 9.3.1. Tes Formatif 9.3.2. Umpan Balik 9.3.3. Tindak Lanjut 9.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
Daftar Isi
RANCANGAN BUKU AJAR MATA KULIAH : PELABUHAN SKS : 2 SKS BAHASAN : TINJAUAN MATA KULIAH
Bab X Pasang Surut
10.1. Pendahuluan
10.1.1. Deskripsi Singkat 10.1.2. Relevasi ( Mata Kuliah ) 10.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
10.2. Penyajian 10.2.1. Umum 10.2.2. Definisi Elevasi Muka Air 10.2.3. Tipe Pasang Surut 10.2.4. Pengamatan Pasang Surut
10.3. Penutup 10.3.1. Tes Formatif 10.3.2. Umpan Balik 10.3.3. Tindak Lanjut 10.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
Daftar Isi
RANCANGAN BUKU AJAR MATA KULIAH : PELABUHAN SKS : 2 SKS BAHASAN : TINJAUAN MATA KULIAH
Bab XI Gelombang
11.1. Pendahuluan
11.1.1. Deskripsi Singkat 11.1.2. Relevasi ( Mata Kuliah ) 11.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
11.2. Penyajian 11.2.1. Kondisi Gelombang di Laut Dalam 11.2.2. Deformasi Gelombang
11.3. Penutup 11.3.1. Tes Formatif 11.3.2. Umpan Balik 11.3.3. Tindak Lanjut 11.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
Daftar Isi
RANCANGAN BUKU AJAR MATA KULIAH : PELABUHAN SKS : 2 SKS BAHASAN : TINJAUAN MATA KULIAH
Bab XII Pemecah Gelombang
12.1. Pendahuluan
12.1.1. Deskripsi Singkat 12.1.2. Relevasi ( Mata Kuliah ) 12.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
12.2. Penyajian 12.2.1. Pengertian Pemecah Gelombang 12.2.2. Tipe Pemecah Gelombang 12.2.3. Analisa Pemecah Gelombang
12.3. Penutup 12.3.1. Tes Formatif 12.3.2. Umpan Balik 12.3.3. Tindak Lanjut 12.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
Daftar Isi
RANCANGAN BUKU AJAR MATA KULIAH : PELABUHAN SKS : 2 SKS BAHASAN : TINJAUAN MATA KULIAH
Bab XIII Alat Pemandu Pelayaran
13.1. Pendahuluan
13.1.1. Deskripsi 13.1.2. Relevansi 13.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
13.2. Penyajian 13.2.1. Pemandu Pelayaran Konstruksi Tetap 13.2.2. Alat Pemandu Pelayaran Konstruksi Terapung 13.2.3. Macam-macam Pelampung Tambat ( buoys )
13.3. Penutup 13.3.1. Tes Formatif 13.3.2. Umpan Balik 13.3.3. Tindak Lanjut 13.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
Daftar Isi
RANCANGAN BUKU AJAR MATA KULIAH : PELABUHAN SKS : 2 SKS BAHASAN : TINJAUAN MATA KULIAH
Bab XIV Simulasi Model
14.1. Pendahuluan
14.1.1. Deskripsi 14.1.2. Relevasi ( Mata Kuliah ) 14.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
14.2. Penyajian 14.2.1. Tinjauan Umum 14.2.2. Metode Analisis
14.2.2.1. Gelombang Rencana 14.2.2.2. Analisis pola dan Besar Gelombang serta Arus
Bangkitannya 14.2.2.3. Analisis Perubahan Garis Pantai
14.2.3. Data 14.2.4. Pembahasan Hasil Perhitungan dan Simulasi
14.2.4.1. Gelombang Rencana 14.2.4.2. Analisis Pola Gelombag dan Arus
14.2.5. Analisis Perubahan Garis Pantai
Daftar Isi
14.3. Penutup 14.3.1. Tes Formatif 14.3.2. Umpan Balik 14.3.3. Tindak Lanjut 14.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
I. PENGERTIAN PELABUHAN
Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini adalah merupakan salah satu pokok bahasan
mengenai Pengertian pelabuhan ( BAB I dalam susunan pembahasan )
1.1. Pendahuluan
1.1.1. Deskripsi
Menjelaskan tentang Pengertian Pelabuhan meliputi perkembangan pelabuhan, arti
penting pelabuhan, definisi Pelabuhan, Macam pelabuhan dan Pelabuhan di Indonesia
1.1.2. Relevansi
Membekali Sarjana Teknik Jurusan Sipil dalam merencanakan, melaksanakan
pembangunan Pelabuhan dengan pengertian Pelabuhan. Rinciannya adalah tentang
perkembangan pelabuhan, defiinisi pelabuhan, macam pelabuhan dan pelabuhan di Indonesia.
1.1.3. Kompetensi Dasar
Dengan diberikannya rincian materi tentang Perkembangan Pelabuhan, arti penting suatu
Pelabuhan, difenisi Pelabuhan, macam-macam Pelabuhan, dan Pelabuhan di Indonesia,
Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai pengertian pelabuhan dengan benar (85 % )
1.2. PENYAJIAN
1.2.1. PERKEMBANGAN DAN DEFINISI PELABUHAN
1.2.1.1. PERKEMBANGAN PELABUHAN
Pada masa yang lalu, Pelabuhan hanyalah suatu tempat di perairan seperti di muara
sungai, teluk atau pantai yang secara alamiah terlindung dari gempuran gelombang, sehingga
1-2 BUKU AJAR PELABUHAN
kapal-kapal dan perahu-perahu dapat merapat dan membuang jangkar untuk melakukan kegiatan
bongkar muat barang maupun menaik turunkan penumpang dengan aman.
Dengan perkembangan kehidupan sosial dan ekonomi penduduk di suatu daerah atau
negara, maka semua kebutuhan akan sandang, pangan dan fasilitas-fasilitas hidup lainnya akan
meningkat. Disamping itu hasil produksi baik berupa hasil bumi maupun industri juga semakin
meningkat. Untuk itu diperlukan sarana dan prasarana pengangkutan yang lebih memadai dalam
pemindahan atau pemasaran hasil produksi ke daerah/negara lain.
Sejalan dengan kemajuan zaman, Pelabuhan sebagai prasarana angkutan laut juga
mengalami kemajuan. Pelabuhan tidak lagi di perairan yang terlindungi secara alamiah, tetapi
bisa berada di laut terbuka sebagai Pelabuhan Samudra dengan perairan yang luas dan dalam,
dimana kapal-kapal yang beroperasi semula sederhana dan kecil, sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan teknologi menjadi kapal-kapal dengan ukuran besar bahkan berkembang menjadi
kapal-kapal khusus yang disesuaikan dengan barang yang akan diangkut, misalnya kapal peti
kemas, kapal tanker, kapal penumpang, kapal ferry dll.
Perkembangan selanjutnya, Pelabuhan sekarang merupakan salah satu segmen mata-
rantai Transportasi dari kegiatan bisnis yang terlibat dalam proses Transportasi yang dimuai dari
asal barang (obyek transportasi) sampai pada tujuan akhir barang tersebut, sehingga peranan
Pelabuhan sebagai prasarana dapat menunjang dan mendorong pertumbuhan ekonomi dan perkembangan
industri didaerah belakang pelabuhan ( hinterland ). Oleh karena itu Pelabuhan sebagai prasarana harus
selangkah lebih maju dari sektor yang ditunjang. Hal ini berarti bahwa setiap rencana pembangunan dan
pengembangan industri, perdagangan maupun pertanian di suatu daerah/negara seyogyanya didahului
atau bersama-sama dengan program pembangunan dan pengembangan Pelabuhan.
ARTI PENTING PELABUHAN
Pelabuhan merupakan salah satu prasarana ekonomi yang sangat penting bagi daerah atau
Negara, bahkan bagi Negara kepulauan seperti Indonesia, transportasi laut merupakan tulang
punggung baik dari aspek ekonomi, sosial, budaya, pemerintah maupun pertahanan/keamanan
nasional.
Jika ditinjau dari aspek transportasi, maka Pelabuhan merupakan :
1-3 BUKU AJAR PELABUHAN
• suatu titik Temu (interface) antara moda transportasi laut dan moda transportasi darat,
sebagai mata rantai (link) yang merupakan salah satu segmen dari keseluruhan rangkaian
transportasi,
• pintu gerbang utama (gateway) arus keluar masuknya barang perdagangan dari atau ke
daerah belakang pelabuhan (hinterland) yang bersangkutan,
• Industri estat (industry estate) untuk pengembangan industri di daerah pelabuhan yang
berorientasi ekspor.
Ditinjau dari aspek pelayanan, maka pelabuhan juga melayani, antara lain:
• kebutuhan perdaganan terutama perdagangan internasional dari daerah belakang
Pelabuhan tersebut,
• membantu berjalannya roda perdagangan dan pengembangan industri Nasional,
• menampung pangsa pasar yang semakin meningkat guna melayani perdagangan
Internasional baik Utran’shipment U maupun transit traff,
• menyediakan fasilitas transit untuk tujuan daerah belakang atau daerah / negara tetangga,
• menyediakan fasilitas pengembangan industri di sekitasr Pelabuhan bagi industri yang
berorientasi eksport.
Ditinjau dari aspek HINTERLAND CONNECTION
Antara Pelabuhan dan hinterland terjadi hubungan yang saling mempengaruhi dan saling
ketergantungan. Seperti suatu Pelabuhan tidak akan ada artinya bila tidak didukung oleh
hinterland yang berpotensi untuk berkembang, sebaliknya pada suatu daerah yang merupakan
hinterland dari suatu Pelabuhan akan terhambat perkembangan industri, pertanian dan
perdagangannya jika tidak ditunjang oleh suatu pelabuhan dengan fasilitas yang memadai
dengan tingkat keefesiensi yang tinggi.
Maka hinterland connection merupakan salah satu pertimbangan yang sangat penting bagi
insvertor untuk menaman modalnya di kawasan yang menjadi hinterland pelabuhan tersebut,
walaupun Pelabuhannya sudah cukup memadahi
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, Hinterland connection berarti semua fasilitas yang
memungkinkan terlaksananya hubungan antara pelabuhan dengan seluruh lokasi industri,
1-4 BUKU AJAR PELABUHAN
pertanian dan perdagangan dalam arti luas yang berada di hinterland di mana pelabuhan tersebut
berada. Fasilitas yang dimaksud :
• prasarana jalan raya yang menghubungkan suatu lokasi dengan Pelabuhan
• Sarana transportasi darat ( truk, kereta api )
• Prasarana jaringan telekomunikasi Internasional
• Sisten perbank-kan
• Prosedur ekspor / impor
• Sistem Keamanan Nasional, dll
Gambar 1.1. Contoh, Pelabuhan Tanjung Priok dengan Hinterland Connection
1.2.1.2. DEFINISI PELABUHAN
Kata Pelabuhan dapat diartikan dua istilah, yaitu Bandar dan Pelabuhan. Kedua istilah
tersebut masih rancu, sehingga banyak yang mengartikan sama. Sebenarnya arti kedua istilah
tersebut menurut bahasa Indonesia berlainan.
1-5 BUKU AJAR PELABUHAN
Bandar ( harbour ),
Bandar adalah suatu fasilitas di daerah per-air-an ( estuari atau muara sungai, teluk )
dengan kedalaman air yang memadai dan terlindung dari gempuran gelombang, angin
dan arus untuk berlabuh, bertambat maupun tempat singgah kapal untuk mengisi bahan
bakar, reparasi dan sebagainya.
Pelabuhan ( port ) adalah suatu daerah per-air-an ( di samudera, estuari/muara sungai, dan
teluk ) dengan kedalaman yang memadai dan terlindung dari gempuran gelombang, angin
dan arus, dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat
berlabuh atau bertambat, kran-kran untuk melakukan bongkar muat barang/hewan,
gudang untuk menyimpan barang-barang dalam jangka yang cukup lama selama
menunggu mengiriman ke daerah tujuan atau pengapalan. terminal darat untuk menaik
turunkan penumpang, mengisi BBM, dll. serta memiliki akses ke darat dengan
transportasi penghubung seperti kereta api dan truk. Dengan demikian daerah pengaruh
pelabuhan bisa sangat jaut dari pelabuhan tersebut (hinterland )
Dari uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelabuhan merupakan bandar
yang dilengkapi dengan fasilitas dasar seperti bangunan-bangunan untuk pelayanan
muatan, penumpang seperti dermaga, tambatan, kolam pelabuhan, alur pelayaran dan
failitas-fasilitas fungsional dan pendukung lainnya.
Jadi suatu Pelabuhan tentu merupakan Bandar, tetapi suatu bandar belum tentu suatu
Pelabuhan.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 2001 tentang Kepelabuhan, disebutkan bahwa
definisi Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan
batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan Pemerintah dan kegiatan Ekonomi yang
dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik/turun penumpang dan atau bongkar
muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang
pelabuhan serta sebagai tempat berpindahnya intra dan antar moda transportasi.
1-6 BUKU AJAR PELABUHAN
1.2.1.3. MACAM PELABUHAN
Pelabuhan dapat dibedakan menjadi beberapa macam tergantung dari sudut tinjauannya,
yaitu ditinjau dari segi penyelenggaraannya, segi kegunaan dan segi geografisnya.
Ditinjau dari segi penyelenggaraannya
• Pelabuhan Umum
Pelabuhan Umum diselenggarakan untuk kepentingan pelayaran masyarakat
umum. Penyelenggaraan umumnya dapat dilakukan oleh Pemerintah atau
Badan Usaha Milik Negara maupun oleh Swasta.
• Pelabuhan Khusus
Pelabuhan Khusus diselenggarakan untuk kepentingan sendiri dalam
menunjang kegiatan tertentu.Pelabuhan ini tidak boleh digunakan untuk
kepentingan umum, kecuali dalam keadaan tertentu dengan ijin Pemilik
Pelabuhan.
Ditinjau dari segi kegunaannya
• Pelabuhan Ikan
Pada umumnya pelabuhan ikan tidak memerlukan kedalaman air yang besar,
karena kapal-kapal yang digunakan untuk menangkap ikan tidak besar. Jenis
kapal ikan ini bervariasi, dari yang sederhana berupa jukung sampai kap[al
motor.
Jukung adalah perahu yang terbuat dari kayu atau fiberglass dengan lebar
sekitar 1m s/d 2-2,5 m dan panjang 6-7 m dan 8-12 m dengan tenaga
penmggerak dari layar atau motor tempel. Ada pula kapal yang lebih besar
dengan panjang mencapai 30 – 40 m.
1-7 BUKU AJAR PELABUHAN
Pelabuhan ikan biasanya dibangun disekitar daerah perkampungan /
masyarakat Nelayan.
Pelabuhan harus dilengkapi dengan bangunan pelengkap, antara lain : tempat
lelang ikan, pabrik es, tempat penjemuran ikan yang cukup luas, tempat
perawatan alat-alat penangkap ikan, tempat persediaan bahan bakar
Contoh : Pelabuhan ikan Cilacap.
Pelabuhan Ikan Cilacap berada di teluk Penyu dan menghadap ke samudera
Indonesia dengan gelombang cukup besar. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan
dalam yang dibuat dengan mengeruk daerah daratan untuk kolam pelabuhan.
Hal ini akan mengurangi panjang pemecah gelombang, tetapi dibutuhkan
pengerukan lebih besar. Pemecah gelombang dibuat dari tumpukan batu
dengan lapis lindung dari tetrapod dan hanya berfungsi sebagai pelindung
mulut pelabuhan bukan perairan pelabuhan. Pelabuhan ini direncanakan dapat
menampung 250 kapal denga ukuan kapal maksimum 40 GRT, dengan dimensi
panjang 30 m dan lebar 5 m sedangkan draft maksimum 2,3 m. Produksi ikan
diharapkan mencapai 36 ton/hari. Fasilitas yang ada antara lain : kantor
pelabuhan, kantor syahbandar, pemecah gelombang, dermaga, tempat
pelelangan ikan, penyediaan air tawar, persediaan bahan bakar minyak, tempat
penjemuran ikan, pabrik es, tempat reparasi kapal, rambu suar, tempat
penjemuran ikan dan perawatan jala.
•• PPeellaabbuuhhaann BBaarraanngg
Pelabuhan ini mempunyai dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas untuk
bongkar muat barang. Pelabuhan barang dapat berada di pantai atau di muara
sungai yang besar dan mempunyai daerah perairan cukup dalam serta tenang
sehingga memudahkan melakukan bongkar muat barang. Pelabuha barang
dapat dibuat oleh Pemerintah sebagai pelabuhan niaga atau oleh perusahaan
swasta untuk keperluan transpor hasil produksinya, misalnya baja, alumunium
Asahan, pabrik pupuk Asean dan Iskandar Muda.
1-8 BUKU AJAR PELABUHAN
Pelabuhan barang umumnya harus mempunyai fasilidas-fasilitas pelabuhan,
yaitu :
a. Dermaga, panjang dermaga harus dapat menampung seluruh panjang
kapal atau minimum 80 % dari panjang kapal terbesar, karena proses
bongkar muat barang dilakukan melalui bagian depan, tengah dan
belakang kapal.
b. Mempunyai halaman dermaga yang cukup luas untuk bongkar muat
barang. Barang yang akan dimuat disiapkan di dermaga dan jika kapal
sudah siap, barang akan diangkat dengan kran masuk kapal. Demikian
pula pada saat pembongkaran, barang diturunkan dari kapal diangkat
dengan kran kemudian diletakan di dermaga yang kemudian diangkut
dimasukan ke dalam gudang.
c. Mempunyai gudang transito/penyimpanan yang terletak dibelakang
halaman dermaga.
d. Tersedia jalan dan halaman untuk pengambilan/pemasukan barang dari
dan ke gudang.
Sebelum barang dimuat ke kapal atau diturunkan dari kapal diletakan di
halaman dermaga.
Bentuk halaman dermaga tergantung dari jenis muatannya, yaitu :
a. Barang-barang potongan ( general cargo ),
yaitu barang-barang yang dikirim dalam bentuk satuan, misalnya
mobil, mesin, barang-barang yang dibungkus dalam peti, karung drum
dan sebagainya.
1-9 BUKU AJAR PELABUHAN
b. Muatan curah/lepas ( bulk cargo ),
yaitu barang-barang yang dikirim tanpa pembungkus dan berbentuk
curah, misalnya batu bara, biji-bijian, tepung, semen, minyak dan
sebagainya.
c. Peti kemas ( container )
yaitu barang-barang yang dikirim dimasukan dalam peti dengan ukuran
yang sudah distandarisasi sebagai pembungkus. Karena ukurannya
sudah tertentu dan teratur, maka penempatannya dan penganguktannya
lebih efesien. Ukuran peti kemas ada enam macam yaitu : 8x8x5 ftP
3P-
berat maks. 5 ton, 8x8x7 ftP
3P-berat maks. 7 ton, 8x8x10 ftP
3P-berat maks.
10 ton, 8x8x5 ftP
3P-berat maks. 20 ton, 8x8x25 ftP
3P-berat maks. 25 ton,
8x8x40 ftP
3P-berat maks. 40 ton.
• Pelabuhan Penumpang
Pelabuhan penumpang hampir sama dengan pelabuhan barang, hanya berbeda
pada bangunan di belakang dermaga yaitu bangunan stasiun penumpang .
Stasiun Penumpang melayani segala kegiatan yang berhubungan dengan
kebutuhan orang bepergian, seperti kantor imigrasi, duane, keamanan, direksi
1-10 BUKU AJAR PELABUHAN
pelabuhan, maskapai pelayaran, dan sebagainya. Barang-barang yang perlu
dibongkar muat tidak banyak, sehingga gudang barang tidak perlu besar.
Untuk kelancaran keluar masuk penumpang dan barang dari dan ke kapal,
dibuat jalan keluar masuk penumpang dan barang dipisahkan misalnya untuk
keluar masuk penumpang melalui lantai atas sedangkan barang melalui
dermaga
Contoh :
Ditinjau dari segi geografisnya
Menurut letak geografisnya, pelabuhan daoat dibedakan menjadi pelabuhan alam,
pelabuhan semi alam dan pelabuhan buatan.
• Pelabuhan Alam,
adalah daerah perairan yang terlindungi dari gelombang, angin dan arus
secara alamiah, misalmya oleh suatu pulau, jazirah atau terletak di teluk,
estuari dan muara sungai. Didaerah ini pengaruh gelombang sangat kecil
sehingga kapal yang berlabuh dapat melakukan kegiatan bongkar muat
barang atau menaik turunkan penumpang dengan aman.
Contoh : pelabuhan Cilacap yang terletak di selat antara daratan Cilacap dan
pulau Nusakambangan, sehingga daerah perairan pelabuhan Cilacap
terlindung dari pengaruh gelombang secara alamiah oleh Pulau
Nusakambangan. contoh lain : pelabuhan belawan, Pontianak, Palembang.
Estuari adalah bagian dari sungai yang dipengaruhi oleh pasang-surut air laut.
Pada saat pasang, air laut akan masuk ke hulu sungai, dan air sungai di hulu
terhalang tidak dapat langsung dibuang ke laut sehingga diestuari terjadi
1-11 BUKU AJAR PELABUHAN
penumpukan air dalam jumlah yang besar. Sedangkan pada saat surut, air
akan kelaut. Dengan volume air yang dikeluarkan sangat besar maka
kecepatan aliran menjadi sangat besar dan dapat mengerosi endapan dasar
sungai sehingga.
Karena adanya pasang surut tersebut maka kedalaman air di estuari cukup
besar, baik pada saat pasang maupun pada saat surut, sehingga
memungkinkan kapal-kapal untuk masuk ke daerah perairan tersebut. Di
estuari tidak dipengaruhi oleh gelombang tetapi pengaruh arus dan
sedimentasi cukup besar.
Contohnya
• Pelabuhan Buatan
Adalah suatu perairan yang terlindung terhadap gelombang dengan membuat
bangunan pemecah gelombang ( breakwater ). Pemecah gelombang ini
membuat daerah perairan terpisah dari alut dan hanya dihubungkan oleh suatu
celah ( mulut pelabuhan ) untuk jalur keluar masuk kapal. Di dalam derah
tersebut dilengkapi dengan alat penambat. Bangunan ini dibuat mulai dari
pantai dan menjorok ke arah laut sehingga gelombang yang menjalar ke
pantai terhalang oleh bangunan tersebut.
Contoh :
1-12 BUKU AJAR PELABUHAN
• Pelabuhan Semi alam
Pelabuhan ini merupakan campuran dari pelabuhan alam dan buatan.
Misalnya suatu pelabuhan yang terlindung oleh lidah pasir dan perlindungan
buatan hanya untuk alur masuknya.
Contoh :
1.2.1.4. PELABUHAN DI INDONESIA
Pelabuhan yang ada di Indonesia kurang lebih 560 Pelabuhan terdiri dari Pelabuhan besar
dan Pelabuhan kecil,
110 pelabuhan relatif besar yang bersifat komersial, dan dikelola oleh Badan Usaha
Milik Negara (BUMN).
Ada ratusan pelabuhan dan dermaga yang bersifat khusus yang dikelola oleh Industri
untuk melayani usaha pokoknya
Sedangkan lainnya merupakan pelabuhan-pelabuhan kecil yang tersebar di pulau-pulau
terpencil di seluruh Nusantara dan bersifat tidak komersial namun fungsinya sangat
penting bagi prasarana umum guna melayani kebutuhan pokok masyarakat.
Ketiga jenis Pelabuhan tersebut mempunyai arti penting dan peranan yang berbeda-beda :
Pelabuhan Komersial, mempunyai arti penting sebagai penunjang langsung
pertumbuhan Industri, pertanian, perkebunan yang ber orientasi ekspor bagi daerah yang
bersangkutan.
1-13 BUKU AJAR PELABUHAN
Di Indonesia dibentuk empat BUMN yang berwenang mengelola pelabuhan komersial
yang harus dapat meraih keuntungan, karena sebagai salah satu sumber pendapatan
Negara bukan Pajak.
Keempat BUMN tersebut dengan status Persero Terbatas, yaitu PT Pelabuhan Indonesia
I yang berkedadukan di Medan, PT Pelindo II, yang berkedudukan di Jakarta, PT Pelindo
III yang berkedudukan di Surabaya dan PT. Pelindo IV berkedudukan di Ujung Pandang.
Pelabuhan Non Komersial, mempunyai arti penting untuk pengembangan ekonomi,
sosial budaya, demi berjalannya fungsi pemerintahan maupun pertahanan dan keamanan
dari daerah atau pulau terpencil.
Karena peranannya sebagai perintis, maka Pelabuhan ini tidak akan meraih keuntungan
sehingga semua biaya pengelolaan pelabuhan ditanggung oleh Pemerintah
Pelabuhan Khusus, dikelola dan dibangun oleh Industri (swasta) yang bersangkutan.
Bila dilihat dari Industri yang bersangkutan maka pelabuhan ini juga bersifat komersial.
Pembangunan pelabuhan ini didasarkan atas pertimbangan kepentingan Industri yang
bersangkutan, lokasi Pelabuhan khusus biasanya jauh dari pelabuhan umum.
Sesuai dengan kondisi jenis / ukuran kapal yang singgah di pelabuhan dan tingkat
perkembangan daerah yang tidak sama, maka Pemerintah telah melakukan kebijaksanaan
dalam pengembangan jaringan sistem pelayanan angkutan laut dan kepelabuhanan yang
didasarkan pada 4th Gate Way Ports System yaitu :
a. Gate way Port, yang terdiri dari Pelabuhan :
o Tanjung Priok
o Tanjung Perak
o Belawan
o Ujung Pandang
o Tanjung Mas
b. Regional Collector Port, yang terdiri dari pelabuhan :
o Teluk Bayur
o Palembang
o Balik papan
o Dumai
1-14 BUKU AJAR PELABUHAN
o Lembar
o Pontianak
o Cirebon
o Panjang
o Ambon
o Kendari
o Lhok Seumawe
o Sorong
o Bitung
c. Trunk Port, yang dibedakan menjadi 2 katagori :
o Kategori I :
o Banjarmasin
o Samarinda
o Meneng
o Cilacap
o Tarakan
o Donggala
o Tenau
o Ternate
o Krueng Raya
o Sibolga
o Jayapura
o Gorontalo
o Bengkulu
o Batam
o Kategori II :
o Kuala langsa
o Sampit
o Benoa
o Pekanbaru
o Jambi
o Pare-pare
1-15 BUKU AJAR PELABUHAN
o Sintete
o Biak
o Merauke
o Toli-Toli
o Kalianget
d. Feeder Port, pelabuhan ini merupakan pelabuhan kecil dan perintis yang jumlahnya lebih dari
250 buah di seluruh Indonesia. Pelabuhan ini melayani pelayaran di daerah-daerah terpencil
di Indonesia. Pelabuhan perintis ini dimaksudkan untuk membuka kegiatan ekonomi daerah
terpencil seperti di wilayah barat Sumatra, nusa Tenggara barat, Maluku dan Irian jaya
1.3. Penutup
1.3.1. Tes Formatif
a. Jelaskan tentang Perkembangan Pelabuhan
b. Uraikan macam-macam pelabuhan disertai contoh dan gambar.
c. Uraikan definisi Pelabuhan
d. Jelaskan arti penting suatu Pelabuhan bagi suatu negara.
1-16 BUKU AJAR PELABUHAN
e. Jelaskan mengenai pengelolaan pelabuhan di Indonesia.
1.3.2. Umpan Balik
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada pada halaman
berikut ini. Periksa jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus ini untuk mengetahui
tingkat penguasaan anda terhadap materi dalam bab ini.
Rumus:
%1002
xbenaryangJawabanguasaanTingkatPen ∑=
Arti tingkat penguasaan yang anda capai adalah:
90% - 100% : baik sekali
80% - 89% : baik
70% - 79% : cukup
60% – 69% : kurang
0% - 59% : gagal
1.3.3. Tindak Lanjut
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 70% keatas, maka anda dapat meneruskan dengan
kegiatan belajar selanjutnya, tetapi jika tingkat penguasaan anda belum mencapai 70%, maka
anda harus mengulangi kegiatan belajar bab tersebut terutama pada bagian yang anda belum
kuasai. Untuk mencapai pemahaman tersebut anda dapat menghubungi dosen pengampu di luar
waktu kuliah.
1.3.4. Rangkuman
- Perkembangan sistem transportasi menuntut juga transportasi perairan dimana fasilitasnya
adalah Pelabuhan
- Pelabuhan dapat dibedakan atas segi penyelenggaraan, fungsinya dan geografisnya
1-17 BUKU AJAR PELABUHAN
- Pelabuhan di Indonesia 4th Gate Way Ports System yaitu : Gate way Port, Regional
Collector Port, Trunk Port, Feeder Port, pelabuhan kecil (perintis)
UDaftar Pustaka
Bambang Triatmodjo, 1996, Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta.
Bambang Triatmodjo, 1999, Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta.
CERC US. Army, 1984, Coastal Engineering Manual, Washington DC., USA.
EDCLT. 1992. Engineering and Design: Coastal Littoral Transport (EDCLT), EM 1110-2-1502. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Ebersole, B. A., Cialone, M. A., dan Prater, M. D. 1986. Regional Coastal Processes Numerical Modeling System: Report 1: RCPWAVE A Linear Wave Propagation Model for Engineering Use. Laporan Akhir CERC-86-4. Mississippi: USAE Waterways Experiment Station.
Gravens, M. B. 1991. User’s Guide to the Shore-line Modeling System. Instruction Report CERC-92-1. Mississippi: USAE Waterways Experiment Station.
Sorensen, R.M. 1978. Basic Coastal Engineering. New York: John Wiley and Sons.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. I. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. II. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Wahyudi, S. Imam, dkk, 1999, Evaluasi Penurunan Tanah di Areal Pelabuhan Tanjung emas Semarang, J. Pondasi, ISSN 0853-814X, Vol. 5 No. 2 Desember 1999, p. 67-74
Buku Ajar Pelabuhan 2-1
II. PERENCANAAN PELABUHAN
Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini merupakan cakupan secara
menyeluruh aspek-aspek yang diperlukan dalam merencanakan Pelabuhan.
Perencanaan umum Pelabuhan dimulai dari pemahaman parameter – parameter yang
mempengaruhinya, diantaranya pasang surut, gelombang, karakteristik tanah dan lain-
lain.
2.1. Pendahuluan
2.1.1. Deskripsi Singkat
Menjelaskan tentang dasar – dasar perencanaan pelabuhan mulai dari tahapan
pengumpulan data, survey, analisis dan perencanaan. Perencanaan pelabuhan
memperhatikan parameter yag berpengaruh yaitu pasang surut, gelombang,
karakteristik tanah dan lain-lain. Parameter tersebut digynakan untuk merencanakan
fasilitas utama, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjangnya.
2.1.2. Relevasi (mata kuliah)
Membekali Sarjana Teknik Jurusan Sipil dalam merencanakan Pelabuhan.
Rinciannya adalah tentang Karakteristik kapal rencana, karakteristik hidro-
oseanografi, tahapan perencanaan.
2.1.3 Kompetensi Dasar
Dengan diberikannya rincian materi tentang Karakteristik kapal rencana,
karakteristik hidro-oseanografi, tahapan perencanaan. Mahasiswa mampu
menjelaskan tahapan perencanaan pelabuhan dengan benar (80% ).
2.2 Penyajian
2.2.1 Umum
Sebuah pelabuhan harus direncanakan untuk menjamin keamanan,
kenyamanan, dan efisiensi, baik dari segi biaya pengangkutan maupun
Buku Ajar Pelabuhan 2-2 penanganannya. Sebuah pelabuhan juga harus mampu memenuhi kebutuhan pada
masa yang akan datang.
Untuk memenuhi standar operasi pelabuhan perikanan yang memuaskan persyaratan
umum, yang harus dipenuhi adalah:
1. Alur pelayaran yang aman.
2. Ukuran dan kedalaman kolam pelabuhan cukup memenuhi kebutuhan kapal
yang berlabuh.
3. Tempat berlabuh (kolam pelabuhan) terlindung dari serangan gelombang.
4. Tersedia cukup ruang untuk melakukan aktivitas bongkar muat.
5. Tersedia fasilitas pendukung yang memadai.
Salah satu aspek yang sangat penting dalam perencanaan pelabuhan perikanan ialah
aspek perencanaan teknik pelabuhan tersebut. Beberapa aspek perencanaan pelabuhan
yang penting adalah karakteristik kapal, elevasi pasang surut, gelombang. Untuk lebih
valid analisis hidrodinamika, juga diperlukan model matematika dan model fisik.
2.2.2 Karakteristik Kapal Rencana
Fasilitas dermaga yang akan didesain direncanakan untuk menerima beban dengan contoh desain kriteria data kapal pada Tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Contoh Kriteria Data Kapal
Uraian Satuan Kapal 30 GT Panjang (LOA)) m 16.00 Lebar m 4.00 Draft m 2.5 Freeboard m 1.00 Panjang (LRBPR) m - Kecepatan Merapat m/det 0.25 Sudut Merapat deg 10°
2.2.3 Karakteristik Hidrooseanografi
Buku Ajar Pelabuhan 2-3 2.2.3.1 Pasang Surut
Survei Pasang Surut Pengamatan pasang surut dilaksanakan selama 15 hari dengan pembacaan
ketinggian air setiap satu jam. Pengukuran dilakukan pada satu tempat yang secara
teknis memenuhi syarat.
Pengamatan pasut dilaksanakan menggunakan peilschaal dengan interval skala 1
(satu) cm. Hasil pengamatan pada papan peilschaal dicatat pada formulir pencatatan
elevasi air pasang surut yang telah disediakan. Kemudian diikatkan (levelling) ke
patok pengukuran topografi terdekat pada salah satu patok seperti Gambar 2.3, untuk
mengetahui elevasi nol peilschaal dengan menggunakan Zeiss Ni-2 Waterpass.
Sehingga pengukuran topografi, batimetri, dan pasang surut mempunyai datum (bi-
dang referensi) yang sama.
Elevasi Nol Peilschaal = T.P + BT.1 – BT.2
dimana: T.P = Tinggi titik patok terdekat dengan peilschaal
BT.1 = Bacaan benang tengah di patok
BT.2 = Bacaan benang tengah di peilschaal
Gambar 4.1 Pengikatan (levelling) peilschaal.
Data Pasang Surut
Pengolahan data pasang surut dengan alur sebagaimana disajikan oleh Gambar 4.2.
Perhitungan konstanta pasang surut dilakukan dengan menggunakan metode Least
Patok
BT. 1 BT. 2
Peilschaal
Buku Ajar Pelabuhan 2-4 Square. Hasil pencataan diambil dengan interval 1 jam sebagai input untuk Least
Square dan konstanta pasang surut. Dengan konstanta pasang surut yang ada pada
proses sebelumnya dilakukan penentuan jenis pasang surut menurut rumus berikut:
22
11
SMOK
NF++
=
di mana jenis pasut untuk nilai NF:
0 - 0,25 = semi diurnal
0,25 - 1,5 = mixed type (semi diurnal dominant)
1,5 - 3,0 = mixed type (diurnal dominant)
>3,0 = diurnal
Kemudian hasil pengamatan dan peramalan dibandingkan dengan pasang surut yang
didapat dari NAO Tide. NAO Tide adalah suatu permodelan pasang surut global yang
dikembangkan oleh National Astronomical Observatory, Jepang, tahun 1999. Yang
dapat menyajikan 16 konstituen pasang surut dan mempunyai cakupan wilayah model
00 BT – 3600 BT dan 900 LS – 900 LU, Resolusi 0.50. Langkah selanjutnya dari
pengolahan data pasang surut adalah mencari harga elevasi-elevasi acuan dari
karakteristik perairan di wilayah proyek. Untuk mencari harga elevasi-elevasi
tersebut, digunakan nilai-nilai komponen pasang surut dari hasil peramalan seperti
disajikan pada Tabel 4.2 sebagai berikut.
Tabel 4.2 Komponen Pasang Surut Sesuai Hasil Pengamatan
Konstituen Amplitudo Beda Fasa
M2 34.06 128.14
S2 22.91 97.44
N2 6.31 142.61
K2 16.16 -66.58
K1 6.77 77.84
O1 9.9 9.52
P1 9.68 -68.22
Buku Ajar Pelabuhan 2-5
M4 0.02 268.49
MS4 0.01 216.07
SO 19.74
dimana: A : amplitudo, g : beda fase, M2 : komponen utama bulan (semi diurnal), S2 : komponen utama matahari (semi diurnal), N2 : komponen eliptis bulan, K2 : komponen bulan, K1 : komponen bulan, O1 : komponen utama bulan (diurnal), P1 : komponen utama matahari (semi diurnal), M4 : komponen utama bulan (kuarter diurnal), dan MS4 : komponen utama matahari-bulan.
Contoh perhitungan bBerdasarkan komponen yang telah didapatkan dapat diketahui sifat pasang surut yang terjadi dengan
51,12211=
++
=SMOKF
Dari nilai F (Formazalh) didapat berada di 5,125,0 << F maka pasang surut dikategorikan dalam pasang campuran dominan Semi diurnal.
Dengan konstanta di atas, dilakukan pula peramalan pasang surut untuk masa 20 tahun sejak tanggal pengamatan. Hasil peramalan ini dibaca untuk menentukan elevasi-elevasi acuan pasang surut yang menjadi ciri daerah tersebut contoh sebagaimana disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 2.3 Harga Elevasi-elevasi Acuan di Lokasi Pekerjaan Terhadap LLWL
No Elevasi Acuan Elevasi Terhadap LLWL (cm)
Jumlah Kejadian
1 HHWL Highest High Water Level 334,78 192.78
2 MHWS Mean High Water Spring 294,44 163.95
3 MHWL Mean High Water Level 240,86 133.29
4 MSL Mean Sea Level 182,23 91.8
Buku Ajar Pelabuhan 2-6
5 MLWL Mean Low Water Level 125,56 50.23
6 MLWS Mean Low Water Spring 64,79 22.27
7 LLWL Lowest Low Water Level 0 0
2.2.3 Gelombang Rencana
Mengingat pengukuran gelombang secara langsung di lapangan membutuhkan biaya
yang sangat mahal, biasanya data gelombang untuk jangka waktu lama diperoleh dari
peramalan berdasarkan data angin (hindcasting). Demikian juga untuk pekerjaan ini,
data gelombang yang diperoleh didasarkan pada hasil hindcasting. Untuk perairan
pelabuhan Bengkunat, data gelombang didasarkan pada hasil hindcasting dengan
menggunakan data angin stasiun meteorologi maritim Branti, Lampung. Garis besar
metode peramalan gelombang diuraikan di bawah ini.
Jumlah kejadian angin harian maksimum per arah disajikan dalam Tabel 2.4.
Sedangkan gambar windrose total disajikan pada Gambar 2.4.
Untuk melakukan peramalan gelombang di suatu perairan diperlukan masukan berupa
data angin dan peta batimetri. Interaksi antara angin dan permukaan air menyebabkan
timbulnya gelombang (gelombang akibat angin atau wind induced waves). Peta
perairan lokasi dan sekitarnya diperlukan untuk menentukan besarnya “fetch” atau
kawasan pembentukan gelombang. Fetch adalah daerah pembentukan gelombang
yang diasumsikan memiliki kecepatan dan arah angin yang relatif konstan. Adanya
kenyataan bahwa angin bertiup dalam arah yang bervariasi atau sembarang, maka
panjang fetch diukur dari titik pengamatan dengan interval 5°.
Panjang fetch sedianya dihitung untuk 8 arah mata angin. Untuk kasus pelabuhan
Bengkunat, fetch efektif yang diperhitungkan hanya 5 (lima) arah tanpa arah utara,
arah timur laut dan arah timur, karena arah-arah tersebut merupakan pantai yang tidak
mempunyai daerah pembentukan gelombang. Panjang fetch efektif dihitung dengan
menggunakan rumus berikut:
∑∑=
i
iii
LfLf
αα
coscos.
Buku Ajar Pelabuhan 2-7 dimana:
LfRi = Panjang fetch ke-i
αRiR = Sudut pengukuran fetch ke-i
i = Jumlah pengukuran fetch
Jumlah pengukuran “i” untuk tiap arah mata angin tersebut meliputi pengukuran-pengukuran dalam wilayah pengaruh fetch (22,5° searah jarum jam dan 22,5° berlawanan arah jarum jam dari masing-masing arah mata angin). Peta fetch untuk contoh kawasan perairan Pelabuhan Bengkunat ditampilkan pada Gambar 2.3.Perhitungan panjang fetch efektif disajikan dalam Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Perhitungan Fetch Efektif di Perairan Lepas Pantai Pelabuhan Bengkunat
Arah Utama Sudut(α) Panjang Fetch, F
F.Cosα Fetch Efektif
(P
oP) (m) (m)
0 0 0
-5 0 0
Tenggara -10 1.497.979.64 1.475.221.96 842.346
-15 1.416.942.28 1.368.661.14
-20 1.353.998.72 1.272.342.61
20 1.305.925.64 1.227.168.69
15 1.270.486.78 1.227.195.99
10 1.246.153.92 1.227.222.04
5 1.231.935.20 1.227.247.31
Selatan 0 1.227.272.19 1.227.272.19 1.258.993
-5 1.231.985.15 1.227.297.07
-10 1.246.255.77 1.227.322.34
-15 1.270.644.57 1.227.348.41
-20 1.306.145.96 1.227.375.72
20 1.231.985.15 1.157.687.35
15 1.246.255.77 1.203.790.63
10 1.270.644.57 1.251.340.62
Buku Ajar Pelabuhan 2-8
5 1.306.145.96 1.301.175.68
Barat Daya 0 1.354.291.39 1.354.291.39 1.370.694
-5 1.417.321.50 1.411.928.16
-10 1.498.465.86 1.475.700.8
-15 1.565.172.21 1.511.840.26
-20 1.444.805.39 1.357.672.96
20 1.354.291.39 1.272.617.63
15 1.417.321.50 1.369.027.44
10 1.498.465.86 1.475.700.8
5 1.565.172.21 1.559.216.26
Barat 0 1.444.805.39 1.444.805.39 1.361.042
-5 1.351.178.66 1.346.037.02
-10 1.278.082.91 1.258.665.96
-15 1.177.945.82 1.137.808.29
-20 1.145.979.95 1.076.868.9
20 0 0
15 1.124.031.70 1.085.731.25
10 1.111.206.39 1.094.324.67
5 1.111.251.45 1.107.022.8
Barat Laut 0 1.124.123.56 1.124.123.56 811.507
-5 1.146.122.27 1.141.760.93
-10 1.178.144.55 1.160.245.89
-15 232.147.83 224.237.585
-20 193.782.77 182.096.239
Buku Ajar Pelabuhan 2-9
Gambar 4.5 Peta fetch untuk contoh kawasan perairan Pelabuhan Bengkunat.
Buku Ajar Pelabuhan 2-10
Gambar 4.10 Windrose bulan September-Desember kawasan perairan Pelabuhan Bengkunat.
U
S
B T
TGBD
TLBL
0%
10%
20%
30%
40%
Calm = 59.48% Tidak Tercatat = 0.11%
stribusi Tinggi dan Arah Gelombang di Lepas Pantai Teluk BengkunatDiramal Berdasarkan Data Angin Jam-jaman di Branti
Total 2001-2005
Jenis tongkat menunjukkan tinggi gelombang dalam meter.
Panjang tongkat menunjukkan persentase kejadian.
Buku Ajar Pelabuhan 2-11
Gelombang rencana didapat dengan memprediksikan kejadiaan angin maksimum dengan perioda tertentu. Dari hasil hindcasting didapat gelombang maksimum tiap arah selama tahun 2001-2005.
Tabel 4.19 Tinggi Gelombang Maksimum dari Tahun 2001-2005
Tahun U TL T TG S BD B BL Max2001 1.12 2.13 3.7 1.62 1.88 0 0 0 3.72002 2.46 1.93 2.63 1.93 1.18 0 0 0 2.632003 1.15 2.96 2.86 1.36 0.87 0 0 0 2.962004 0.52 1.61 2.57 0.88 0.87 0 0 0 2.572005 0.56 1.93 2.79 1.82 0.77 0 0 0 2.79Max 2.46 2.96 3.7 1.93 1.88 0 0 0
Didapat nilai tinggi gelombang tiap-tiap perioda ulang seperti yang disajikan pada Tabel 4.24.
Tabel 4.24 Nilai tinggi gelombang tiap-tiap perioda ulang
Periode Ulang Nilai Ekstrim(tahun) Tinggi Gel. (m)
1 2.71 2 2.90 3 3.09 5 3.30 10 3.53 25 3.80 50 3.98
100 4.15 200 4.31
Setelah mengetahui gelombang dalam dianalisis deformasi gelombang berupa refraksi, difraksi, gelombang pecah yang akan diuraikan dalam bab yang lain dari buku ini.
2.3 Penutup
2.3.1. Tes Formatif
• Sebutkan dan jelaskan parameter penting dalam perencanaan Pelabuhan
• Bagaimana tahapan perencanaan pelabuhan
• Fasilitas apa saja yang direncanakan sebelum pembangunan pelabuhan.
2.3.2. Umpan Balik
Buku Ajar Pelabuhan 2-12 Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada pada
halaman berikut ini. Periksa jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus ini
untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi dalam bab ini.
Rumus:
%1002
xbenaryangJawabanguasaanTingkatPen ∑=
Arti tingkat penguasaan yang anda capai adalah:
90% - 100% : baik sekali
80% - 89% : baik
70% - 79% : cukup
60% – 69% : kurang
0% - 59% : gagal
2.3.3. Tindak Lanjut
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 70% keatas, maka anda dapat meneruskan
dengan kegiatan belajar selanjutnya, tetapi jika tingkat penguasaan anda belum
mencapai 70%, maka anda harus mengulangi kegiatan belajar bab tersebut terutama
pada bagian yang anda belum kuasai. Untuk mencapai pemahaman tersebut anda
dapat menghubungi dosen pengampu di luar waktu kuliah.
2.3.4. Rangkuman
- Parameter yang penting dikuasai dalam perencanaan pelabuhan adalah gelombang,
pasang surut, sedimen, arus, data OD barang dan penumpang.
- Fasilitas yang direncanakan dalam pembangunan dapat dibagi menjadi fasilitas
utama, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
Buku Ajar Pelabuhan 2-13 - Tahapan perencanaan pelabuhan meliputi tahap pengumpulan data (survey), Analisis
data dan membuat rencana dalam gambar dan menghitung rencana anggarannya.
Daftar Pustaka
Bambang Triatmodjo, 1996, Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta.
Bambang Triatmodjo, 1999, Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta.
CERC US. Army, 1984, Coastal Engineering Manual, Washington DC., USA.
EDCLT. 1992. Engineering and Design: Coastal Littoral Transport (EDCLT), EM 1110-2-1502. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Ebersole, B. A., Cialone, M. A., dan Prater, M. D. 1986. Regional Coastal Processes Numerical Modeling System: Report 1: RCPWAVE A Linear Wave Propagation Model for Engineering Use. Laporan Akhir CERC-86-4. Mississippi: USAE Waterways Experiment Station.
Gravens, M. B. 1991. User’s Guide to the Shore-line Modeling System. Instruction Report CERC-92-1. Mississippi: USAE Waterways Experiment Station.
Gravens, M. B., N. C. Kraus, dan H. Hanson. 1991. Generalized Model for Simulating Shoreline Change: GENESIS:, Report 2: Workbook and System User’s Manual. Technical Report CERC-89-19.Missisip-pi: USAE WaterwaysExperiment Station.
Hanson, H. dan N. C. Kraus. 1989. GENESIS Generalized Model for Simulating Shore-line Change: Report 1. Technical Refer-ence CERC-89-19. Mississippi: USAE Waterways Experiment Station
Sorensen, R.M. 1978. Basic Coastal Engineering. New York: John Wiley and Sons.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. I. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. II. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Triatmadja R, 2001, Fluidisasi Dasar sebagai Alternatif Metoda Perawatan Muara Sungai dan Alur Pelayaran, Prosiding Seminar Nasional Teknik Pantai, PSIT-UGM, pp. 94
Wahyudi, S. Imam, dkk, 1999, Evaluasi Penurunan Tanah di Areal Pelabuhan Tanjung emas Semarang, J. Pondasi, ISSN 0853-814X, Vol. 5 No. 2 Desember 1999, p. 67-74
Wahyudi, S. Imam, dkk, 2001, Studi Penanggulangan Rob Kota Pekalongan, BAPPEDA Kota Pekalongan
Wahyudi, S. Imam, 2001, Uji Hipotesis terhadap Faktor Penyebab Banjir Rob Kota Semarang, Prosiding Seminar Nasional ITS, ISBN, 979-96565-08, p.A13-1 s/d A13-6
III. KAPAL Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini adalah merupakan salah satu pokok bahasan mengenai Kapal ( BAB III dalam susunan pembahasan ) 3.1. Pendahuluan
3.1.1. Deskipsi
Menjelaskan tentang Kapal meliputi pengertian kapal, jenis kapal, bagian-bagian kapal, karakteristik kapal, istilah – istilah kapal.
3.1.2. Relevansi Membekali Sarjana Teknik Jurusan Sipil dalam merencanakan, melaksanakan
pembangunan Pelabuhan dengan materi tentang kapal rencana. Rinciannya adalah jenis-
jenis kapal, bagian utama kapal, karakteristikkapal, istilah-istilah yang digunakan dalam
praktek di lapangan.
3.1.3. Kompetensi Dasar
Dengan diberikannya rincian materi tentang jenis-jenis kapal, bagian utama kapal,
karakteristikkapal, istilah-istilah yang digunakan dalam praktek di lapangan. Mahasiswa
mampu menjelaskan tentang kapal rencana dengan benar (90% ).
3.2. Penyajian 3.2.1. Kapal
adalah kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut, atau di sungai. Seperti halnya UsampanU atau UperahuU yang lebih kecil. Kapal biasanya cukup besar untuk membawa UperahuU kecil seperti UsekociU. Sedangkan dalam istilah UinggrisU, dipisahkan antara UshipU yang lebih besar dan UboatU yang lebih kecil. Biasaannya kapal dapat membawa perahu tetapi perahu tidak dapat membawa kapal. Sebuah perahu disebut kapal ditentukan oleh ukuran kapal, undang-undang dan peraturan pemerintah atau kebiasaan setempat. Untuk penggeraknya manusia pada awalnya menggunakan UdayungU kemudian angin dengan bantuan layar, Umesin uap,U setelah muncul revolusi Industri dengan mesin diesel serta Nuklir, Beberapa penelitian memunculkan kapal bermesin yang berjalan mengambang diatas air seperti UHovercraftU dan Eakroplane. Serta kapal yang digunakan di dasar lautan yakni Ukapal selamU.
BUKU AJAR PELABUHAN 3-2
Berabad abad kapal digunakan untuk mengangkut penumpang dan barang sampai akhirnya pada awal Uabad ke-20U ditemukan Upesawat terbangU yang mampu mengangkut barang dan penumpang dalam waktu singkat maka kapal pun mendapat saingan berat. Namun untuk Kapal memiliki keunggulan dibandingkan alat angkut lain misal pesawat terbang, yakni mampu mengangkut barang dengan tonase yang lebih besar sehingga lebih banyak didominasi 1TUkapal niagaU1T dan tanker sedangkan 1TUkapal penumpangU1T banyak dialihkan menjadi 1TUkapal pesiarU1T seperti Queen Elizabeth. Berabad-abad kapal digunakan oleh manusia untuk mengarungi sungai atau lautan yang diawali oleh penemuan perahu. Biasanya manusia pada masa lampau mengunakan 1TUkanoU1TU, U1TUrakitU1T ataupun perahu, semakin besar kebutuhan akan daya muat maka dibuatlah perahu atau rakit yang berukuran lebih besar yang dinamakan kapal. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan kapal pada masa lampau menggunakan kayu, bambu dll, kemudian digunakan bahan bahan logam seperti besi/baja karena kebutuhan manusia akan kapal yang kuat. Untuk menentukan arah, pada masa lalu kapal berlayar tidak jauh dari benua atau daratan. Namun sesuai dengan perkembangan akhirnya para awak kapal menggunakan bintang sebagai alat bantu UnavigasiU dengan alat bantu berupa UkompasU dan astrolabe serta peta. Ditemukannya Ujam pasirU oleh orang-orang Arab juga ikut membantu navigasi ditambah dengan penemuan UjamU oleh John Harrison pada abad ke-17. Penemuan UtelegrafU oleh US.F.B MorseU dan UradioU oleh UC. MarconiU, terlebih lebih penggunaan UradarU dan UsonarU yang ditemukan pada abad ke 20 membuat peranan navigator agak tergeser. Satuan kecepatan kapal dihitung dengan UknotU dimana 1 knot = 1,85200 km/jam.
Menjelang akhir Uabad ke-20U, navigasi sangat dipermudah oleh UGPSU, yang memiliki ketelitian sangat tinggi dengan bantuan UsatelitU.Selain dari itu system komunikasi yang sangat modern juga menunjang navigasi dengan adanya beberapa macam peralatan seperti radar type Harpa memungkinkan para navigator / Mualim bisa melihat langsung keadaan kondisi laut. Radar harpa ini adalah radar modern yang bisa mendeteksi langsung jarak antara kapal dgn kapal, kapal dengan daratan , kapal dengan daerah berbahaya, kecepatan kapal, kecepatan angin,dan mempunyai daya akurasi gambar yang jelas. Selain dari itu ada lagi system GMDSS (Global Maritime Distress safety system) Suatu system keselamatan pelayaran secara global. Kalau suatu kapal berada dalam kondisi berbahaya system ini akan memancarkan berita bahaya yang berisi posisi kapal, nama kapal, jenis marabahaya,tersebut secara otomatis, cepat, tepat , akurat. Untuk system komunikasi lainnya ada INMARSAT (International Maritime satelite) Suatu system pengiriman berita menggunakan E-Mail, Telephone, Telex, ataupun Faximile.
3.2.2. Jenis-jenis kapal
Kapal sulit untuk diklasifikasikan, terutama karena banyak sekali kriteria yang menjadi dasar klasifikasi, antara lain :
BUKU AJAR PELABUHAN 3-3
3.2.2.1. Berdasarkan tenaga penggerak
• Kapal bertenaga manusia (Pendayung)
Rakit merupakan desain perahu yang paling sederhana.
• UKapal layarU
UKRI DewaruciU, Ukapal layarU milik UTNI Angkatan LautU
• UKapal uapU
• UKapal dieselU atau Kapal motor
• UKapal nuklir
3.2.2.2. Berdasarkan fungsinya • Kapal Perang, adalah 1TUkapalU1T yang digunakan untuk kepentingan 1TUmiliterU1T atau
1TUangkatan bersenjataU1T. Umumnya terbagi atas 1T Ukapal indukU1T, 1TUkapal kombatanU1T, kapal patroli, 1TUkapal angkutU1T, 1TUkapal selamU1T dan di beberapa negara yang memiliki lautan yang membeku pada musim tertentu seperti Rusia dan Finlandia misalnya, 1TUkapal pemecah esU1T juga digunakan.
4TKapal selam4T adalah kapal yang bergerak di bawah permukaan UairU, umumnya digunakan untuk tujuan dan kepentingan militer. Sebagian besar Angkatan Laut memiliki dan mengoperasikan kapal selam sekalipun jumlah dan populasinya masing-
BUKU AJAR PELABUHAN 3-4
masing negara berbeda. Selain digunakan untuk kepentingan militer, kapal selam juga digunakan untuk ilmu pengetahuan laut dan air tawar dan untuk bertugas di kedalaman yang tidak sesuai untuk penyelam manusia.
Kapal selam militer digunakan untuk kepentingan UperangU atau patroli laut suatu negara, berdasarkan jenisnya setiap kapal selam militer selalu dilengkapi dengan senjata seperti meriam kanon, UtorpedoU, UrudalU penjelajah / anti pesawat dan anti kapal permukaan, serta Urudal balistikU antar benua.
• Kapal penumpang, adalah kapal yang digunakan untuk angkutan penumpang. Untuk meningkatkan effisiensi atau melayani keperluan yang lebih luas kapal 1Tpenumpang1T dapat berupa 1Tkapal Ro-Ro1T
Kapal feri, adalah kapal yang digunakan untuk angkutan penumpang dengan perjalanan pendek terjadwal. Feri mempunyai peranan penting dalam sistem pengangkutan bagi banyak kota pesisir pantai, membuat transit langsung antar kedua tujuan dengan biaya lebih kecil dibandingkan UjembatanU atau terowong.
Feri pejalan kaki dengan banyak pemberhentian, seperti di UVenesiaU, kadang kala dikenali sebagai 4Tbis air4T atau 4TUtaksi airU4T.
Berbagai macam kendaraan air digunakan sebagai feri, tergantung pada jarak perjalanan, kapasitas kapal, kecepatan yang diperlukan dan keadaan air yang harus dilalui. 0TUHydrofoilU0T digunakan karena kelebihannya untuk melaju pada kecepatan tinggi, menggantikan 0TUhovercraftU0T. 0THydrofoil0T juga terbukti sebagai solusi praktis, mudah, cepat dan ekonomis. Untuk Jarak yang dekat dapat digunnakan feri kabel, dimana feri digerakkan dan di kendalikan dengan menggunakan kabel yang disambung di kedua sisi. Kadangkala feri kabel digerakkan menggunakan tenaga
BUKU AJAR PELABUHAN 3-5
manusia. Feri arus adalah feri kabel yang menggunakan kekuatan arus sebagai sumber energi. Feri rantai dapat digunakan di sungai yang berarus laju pada jarak pendek.
Kapal feri seringkali berlabuh di tempat yang dibuat khusus untuk meletakkan kapal dengan cepat dan untuk penurunan dan pengisian yang mudah, dikenal sebagai slip feri. Jika feri membawa kendaraan atau kereta, biasanya terdapat jambatan (0Tramp0T) yang disebut 0Tapron0T yang merupakan bagian dari 0Tslip0T. Dalam kasus lain, jembatan apron merupakan bagian daripada feri itu sendiri.
Kapal Penumpang kapal feri
• Kapal barang atau 4Tkapal kargo4T adalah segala jenis UkapalU yang membawa barang-barang dan UmuatanU dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lainnya. Ribuan kapal jenis ini menyusuri UlautanU dan UsamudraU dunia setiap tahunnya - memuat barang-barang Uperdagangan internasionalU.
Kapal kargo pada umunya didesain khusus untuk tugasnya, dilengkapi dengan 0TUcraneU 0T dan mekanisme lainnya untuk bongkar muat, serta dibuat dalam beberapa ukuran.
Bongkar muat barang dilakukan dengan dua cara yaitu secara vertikal ( lift on-lift off / Lo-Lo ) dan horizontal ( Roll on – Roll off / Ro-Ro )
Kapal Ro-Ro adalah 1TUkapalU1T yang bisa memuat 1TUkendaraanU1T yang berjalan masuk kedalam kapal dengan penggeraknya sendiri dan bisa keluar dengan sendiri juga sehingga disebut sebagai kapal roll on - roll off disingkat Ro-Ro, untuk itu kapal dilengkapi dengan 1TUramp doorU1T yang dihubungkan dengan 1TUmoveble bridgeU1T atau dermaga apung ke dermaga.Kapal Roro selain digunakan untuk angkutan 1TUtrukU1T juga digunakan untuk mengangkut 1TUmobilU1T penumpang, 1T Usepeda motorU1T serta 1TUpenumpangU1T jalan kaki. Angkutan ini merupakan pilihan populer antara 1TUJawaU1T dengan 1TUSumateraU1T di 1TUMerakU1 T - 1TUBakauheniU1T, antara Jawa dengan 1TUMaduraU1T dan antara Jawa dengan 1TUBaliU1T.
BUKU AJAR PELABUHAN 3-6
Kapal Ro-Ro memuat mobil Kapal Ro-Ro sedang merapat di dermaga
• Kapal Keruk atau dalam bahasa Inggris sering disebut dredger merupakan kapal yang memiliki peralatan khusus untuk melakukan 1Tpengerukan1T. 1TKapal1T ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan, baik dari suatu pelabuhan, alur pelayaran, ataupun industri lepas pantai, agar dapat bekerja sebagaimana halnya alat-alat 1Tlevelling1T yang ada di darat seperti 1Texcavator1T dan 1TBuldoser1T.
2TTrailing suction hopper dredger2T 2TCutter-suction dredger2T 2TBackhoe/dipper dredge
• Kapal tanker, adalah kapal yang digunakan untuk mengangkut minyak
• 4TKapal pandu4T, adalah UkapalU yang memandu kapal besar masuk kedalam UpelabuhanU melalui alur yang berbahaya dan ramai sampai sandar di UdermagaU. Merupakan salah satu jabatan tertua yang sangat penting untuk meningkatkan Ukeselamatan pelayaranU.
BUKU AJAR PELABUHAN 3-7
Seorang pandu sedang menaiki kapal yang akan dipandu yang sedang berlayar
• 4TKapal tunda4T adalah UkapalU yang dapat digunakan untuk melakukan manuver / pergerakan, utamanya menarik atau mendorong kapal lainnya di UpelabuhanU, laut lepas atau melalui sungai atau terusan. Kapal tunda digunakan pula untuk menarik tongkang, kapal rusak, dan peralatan lainnya.
Kapal tunda memiliki tenaga yang besar bila dibandingkan dengan ukurannya. Kapal tunda zaman dulu menggunakan mesin uap, saat ini menggunakan mesin diesel. Mesin Induk kapal tunda biasanya berkekuatan antara 750 sampai 3000 Utenaga kudaU (500 s.d. 2000 kW), tetapi kapal yang lebih besar (digunakan di laut lepas) dapat berkekuatan sampai 25 000 tenaga kuda (20 000 kW). Kebanyakan mesin yang digunakan sama dengan mesin Ukereta apiU, tetapi di kapal menggerakkan Ubaling-balingU. Dan untuk keselamatan biasanya digunakan minimum dua buah mesin induk.
Kapal tunda memiliki kemampuan manuver yang tinggi, tergantung dari unit penggerak. Kapal Tunda dengan penggerak konvensional memiliki baling-baling di belakang, efisien untuk menarik kapal dari pelabuhan ke pelabuhan lainnya. Jenis penggerak lainnya sering disebut Schottel propulsion system (0Tazimuth thruster/Z-peller0T) di mana baling-baling di bawah kapal dapat bergerak 360° atau sistem propulsi Voith-Schneider yang menggunakan semacam pisau di bawah kapal yang dapat membuat kapal berputar 360°.
ASL Prosper III melakukan tes pemadam kebakaran
BUKU AJAR PELABUHAN 3-8
• Kapal peti kemas (1TUInggrisU1T: containership) adalah 1TUkapalU1T yang khusus digunakan untuk mengangkut 1TUpeti kemasU1T yang standar. Peti kemas diangkat ke atas kapal di 1TUterminal peti kemasU1T dengan menggunakan kran khusus, yang dapat dilakukan dengan cepat.
• Kapal tongkang / Ponton adalah suatu UkapalU yang dengan lambung datar atau suatu kotak besar yang mengapung, digunakan untuk mengangkut barang dan ditarik dengan Ukapal tundaU atau digunakan untuk mengakomodasi pasang-surut seperti pada Udermaga apungU. Ponton digunakan juga untuk mengangkut UmobilU menyeberangi UsungaiU, didaerah yang belum memiliki UjembatanU. Sangat banyak digunakan pada tahun 1960an, 70an dan 80an di jalur lintas USumateraU, UKalimantanU, USulawesiU, UPapuaU. Sekarang sebagian besar sudah diganti dengan UjembatanU.
Untuk keperluan UwisataU, ponton juga masih digunakan. Untuk meningkatkan kestabilan kapal biasanya digunakan dua ponton yang digabungkan secara UparalelU.
kapal ponton boat kecil untuk wisata Ponton di dermaga apung UKamalU, dari antara dua ponton yang dipadukan UJawa TimurUyang dibangun
3.2.3. Bagian – bagian utama kapal
BUKU AJAR PELABUHAN 3-9
3.2.3.1. Anjungan kapal, atau UInggrisnyaU UBridgeU adalah ruang komando UkapalU dimana ditempatkan Uroda kemudiU kapal, peralatan UnavigasiU untuk menentukan posisi kapal berada dan biasanya terdapat kamar UnahkodaU dan kamar UradioU. Anjungan biasanya ditempatkan pada posisi yang mempunyai Ujarak pandangU yang baik kesegala arah Alat-alat yang melengkapi anjungan modern antara lain: URoda kemudiU, URadarU, Global Positioning Satelite atau dikenal sebagai UGPSU, URadio komuniasiU, Perangkat komando ruang UmesinU, UKompasU, UTeropongU
Anjungan Ukapal tundaU
3.2.3.2. 4TBuritan4T adalah bagian belakang dari UkapalU. Di bagian buritan terdapat instrumen pengendali (UrudderU dan lain sebagainya). Bagian buritan dari Ukapal perangU dipakai sebagai tempat mendarat UhelikopterU.
Pembagian kapal berdasarkan bentuk buritan : Buritan berbentuk sendok, Buritan berbentuk miring dan Buritan berbenttuk siku
Bagian buritan kapal
3.2.3.3. 4TGeladak4T dalam bahasa UInggrisnyaU deck adalah lantai UkapalU, nama - nama geladak ini tergantung dari banyaknya geladak yang ada dikapal tersebut . pada umumnya geladak yang berada dibawah sendiri dinamakan geladak dasar serta geladak yang diatas dinamakan geladak atas atau geladak utama ( 0Tmain deck0T ) Bila antara geladak dasar dan geladak atas terdapat geladak lagi , maka geladak tersebut dinamakan geladak antara.
BUKU AJAR PELABUHAN 3-10
Memuat Mobil ke geladak Ukapal Ro-RoU
3.2.3.4. 4THaluan4T adalah bagian depan dari badan UkapalU. Haluan kapal dirancang untuk mengurangi UtahananU ketika haluan kapal memecah air dan harus cukup tinggi untuk mencegah UairU masuk kedalam kapal akibat UombakU atau belahan air saat kapal berlayar. Untuk kapal dengan kecepatan tinggi biasanya haluan dibuat lancip sehingga gesekan antara air dengan haluan bisa dikurangi sekecil mungkin seperti pada Ukapal perangU, sedang kapal dengan kecepatan rendah seperti pada kapal UtangkerU bisa tidak diperlukan haluan yang lancip sekali.
Pembagian kapal berdasarkan bentuk haluan yaitu : Miring, Tegak, Siku, Memancang, Sendok, Lurus dan Menonjol bagian bawah
Haluan yang menonjol pada bagian bawah dari sebuah kapal.
BUKU AJAR PELABUHAN 3-11
3.2.3.5. 4TJangkar4T adalah perangkat penambat UkapalU ke dasar UperairanU, di UlautU, UsungaiU ataupun UdanauU sehingga tidak berpindah tempat karena hembusan UanginU, UarusU ataupun UgelombangU. Jangkar dihubungkan dengan UrantaiU yang terbuat dari UbesiU ke kapal dan dengan UtaliU pada kapal kecil, perahu. Jangkar didesain sedemikian sehingga dapat tersangkut di dasar perairan. Jangkar biasanya dibuat dari bahan Ubesi corU.
Jangkar ini merupakan perangkat yang menjadi UsimbolU dari hampir semua kegiatan yang terkait dengan kepelautan ataupun UmaritimU.
Jangkar kapal feri Jangkar UkapalU UnelayanU Jangkar fluke-style
Cara kerja jangkar, jangkar yang diturunkan kedasar laut menggigit dasar laut seperti ditunjukkan dalam gambar berikut. Penting sekali bahwa jangkar beserta rantainya cukup berat untuk bisa tertancap didasar laut dan tidak akan terlepas dari asar laut kecuali ditarik keatas kapal.
3.2.3.6. 4TKemudi4T atau UInggrisnyaU rudder adalah perangkat untuk merubah arah UkapalU dengan merubah arah arus cairan yang mengakibatkan perubahan arah kapal. Kemudi ditempatkan diujung belakang Ulambung kapalU/ UburitanU dibelakang baling-baling digerakkan secara UmekanisU atau UhidrolikU dari anjungan dengan menggerakkan Uroda kemudiU.
Kemudi/rudder UkapalU Uferi
BUKU AJAR PELABUHAN 3-12
3.2.4. Karakteristik Kapal Daerah yang diperlukan untuk pelabuhan tergantung pada karakteristik kapal yang akan berlabuh. Pengembangan pelabuhan di masa mendatang harus meninjau daerah perairan untuk alur, kolam putar, kolam pelabuhan, penambatan, dermaga, tempat untuk membuang hasil pengerukan, daerah dataran yang diperlukan untuk penempatan, penyimpanan dan pengangkatan barang-barang. Kedalaman dan lebar alur pelayaran tergantung pada kapal terbesar yang menggunakan pelabuhan tersebut. Luas kolam pelabuhan dan panjang dermaga sangat dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran kapal terbesar yang akan berlabuh Untuk keperluan perencanaan pelabuhan, diberikan karakteristik kapal secara umum, sebagai berikut :
Bobot Panjang Loa ( m )
Lebar ( m )
Draft ( m ) Bobot Panjang
Loa ( m )Lebar ( m )
Draft ( m )
500 51 10.2 2.9 10.000 140 18.7 8.11.000 68 11.9 3.6 15.000 157 21.5 9.02.000 88 13.2 4.0 20.000 170 23.7 9.83.000 99 14.7 4.5 30.000 192 27.3 10.65.000 120 16.9 5.2 40.000 208 31.2 11.48.000 142 19.7 5.8 50.000 222 32.6 11.9
10.000 154 20.9 6.2 70.000 244 37.8 13.315.000 179 22.8 6.8 90.000 250 38.5 14.520.000 198 24.7 7.5 100.000 275 42.0 16.130.000 230 27.5 8.5 150.000 313 44.5 18.0
700 58 9.7 3.7 20.000 201 27.1 10.61.000 64 10.4 4.2 30.000 237 30.7 11.62.000 81 12.7 4.9 40.000 263 33.5 12.43.000 92 14.2 5.7 50.000 280 35.8 13.05.000 109 16.4 6.88.000 126 18.7 8.0
10.000 137 19.9 8.515.000 153 22.3 9.320.000 177 23.4 10.030.000 186 27.1 10.940.000 201 29.4 11.750.000 216 31.5 12.4
Kapal Penumpang ( GRT )
Kapal barang ( DWT )
Kapal barang Curah ( DWT )
Kapal peti Kemas ( DWT )
3.2.5. Istilah – istilah yang digunakan dalam praktek di lapangan, antara lain :
BUKU AJAR PELABUHAN 3-13
Displacement Tonnnage, (Ukuran Isi Tolak) adalah volume air yang dipindahkan oleh kapal, atau sama dengan berat kapal. Ukuran tolak kapal bermuatan maksimum disebut Displacement Tonnage Loaded, yaitu berat kapal maksimum. Ukuran tolak kapal tanpa muatan disebut Displacement Tonnage Light, yaitu berat kapal tanpa muatan. Apabila kapal sudah mencapai Displacement Tonnaga Loaded masih dimuati lagi, kapal akan terganggu kestabilannya. Deadweight Tonnage (DWT), Bobot mati Yaitu berat total muatan yang dapat diangkut kapal dalam keadaan pelayaran optimal ( draft kapal ). Jadi DWT adalah selisih antara Displacement tonnage Loaded dan Displacement Tonnage Light. Gross register tons (GRT), Ukuran isi kotor adalah volume keseluruhan ruangan kapal (1 GRT = 100 ftP
3P = 2,83 mP
3P)
Draft, Sarat adalah bagian kapal yang terendam air pada keadaan muatan maksimum, atau jarak antara garis air pada beban yang direncanakan (design load water line) dengan titik terendah kapal Length overall, LRoa R( Panjang total ) adalah panjang kapal dihiting dari ujung depan ( haluan ) sampai ujung belakang (buritan ) Length between perpendiculars, LRPP R( panjang garis air ) adalah panjang antara kedua ujung design load water line.
3.3. Penutup
3.3.1. Tes Formatif
a. Sebutkan jenis – jenis kapal dan bagian-bagiannya. b. Perlengkapan apa saja yang ada di Kapal, jelaskan c. Jelaskan apa yang dimaksud dengan :
- Deadweight Tonnage (DWT), - Displacement Tonnnage - Gross register tons (GRT) - Draft, - Length overall, LRoa
3.3.2. Umpan Balik
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada pada halaman
berikut ini. Periksa jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus ini untuk mengetahui
tingkat penguasaan anda terhadap materi dalam bab ini.
Rumus:
BUKU AJAR PELABUHAN 3-14
%1002
xbenaryangJawabanguasaanTingkatPen ∑=
Arti tingkat penguasaan yang anda capai adalah:
90% - 100% : baik sekali
80% - 89% : baik
70% - 79% : cukup
60% – 69% : kurang
0% - 59% : gagal
3.3.3. Tindak Lanjut
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 70% keatas, maka anda dapat meneruskan dengan kegiatan
belajar selanjutnya, tetapi jika tingkat penguasaan anda belum mencapai 70%, maka anda harus
mengulangi kegiatan belajar bab tersebut terutama pada bagian yang anda belum kuasai. Untuk
mencapai pemahaman tersebut anda dapat menghubungi dosen pengampu di luar waktu kuliah.
3.3.4. Rangkuman
- Jenis-jenis kapal merupakan pamameter penting dalam perencanaan Pelabuhan
- Dimensi Kapal dan sarana yang ada dalam kapal dipergunakan dalam menentukan kedalaman
alur pelayaran dan kolam pelabuhan,
UDaftar Pustaka
Bambang Triatmodjo, 1996, Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta.
Bambang Triatmodjo, 1999, Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta.
CERC US. Army, 1984, Coastal Engineering Manual, Washington DC., USA.
BUKU AJAR PELABUHAN 3-15
EDCLT. 1992. Engineering and Design: Coastal Littoral Transport (EDCLT), EM 1110-2-1502. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Ebersole, B. A., Cialone, M. A., dan Prater, M. D. 1986. Regional Coastal Processes Numerical Modeling System: Report 1: RCPWAVE A Linear Wave Propagation Model for Engineering Use. Laporan Akhir CERC-86-4. Mississippi: USAE Waterways Experiment Station.
Gravens, M. B. 1991. User’s Guide to the Shore-line Modeling System. Instruction Report CERC-92-1. Mississippi: USAE Waterways Experiment Station.
Gravens, M. B., N. C. Kraus, dan H. Hanson. 1991. Generalized Model for Simulating Shoreline Change: GENESIS:, Report 2: Workbook and System User’s Manual. Technical Report CERC-89-19.Missisip-pi: USAE WaterwaysExperiment Station.
Hanson, H. dan N. C. Kraus. 1989. GENESIS Gene ralized Model for Simulating Shore-line Change: Report 1. Technical Refer-ence CERC-89-19. Mississippi: USAE Waterways Experiment Station
Sorensen, R.M. 1978. Basic Coastal Engineering. New York: John Wiley and Sons.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. I. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. II. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Triatmadja R, 2001, Fluidisasi Dasar sebagai Alternatif Metoda Perawatan Muara Sungai dan Alur Pelayaran, Prosiding Seminar Nasional Teknik Pantai, PSIT-UGM, pp. 94
Wahyudi, S. Imam, dkk, 1999, Evaluasi Penurunan Tanah di Areal Pelabuhan Tanjung emas Semarang, J. Pondasi, ISSN 0853-814X, Vol. 5 No. 2 Desember 1999, p. 67-74
Wahyudi, S. Imam, dkk, 2001, Studi Penanggulangan Rob Kota Pekalongan, BAPPEDA Kota Pekalongan
Wahyudi, S. Imam, 2001, Uji Hipotesis terhadap Faktor Penyebab Banjir Rob Kota Semarang, Prosiding Seminar Nasional ITS, ISBN, 979-96565-08, p.A13-1 s/d A13-6
IV. ALUR PELAYARAN Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini adalah merupakan salah satu pokok bahasan mengenai Alur Pelayaran ( BAB IV dalam susunan pembahasan ) 4.1. Pendahuluan
4.1.1. Deskipsi
Menjelaskan Alur Pelayaran meliputi prinsip Umum Alur Pelayaran, Bagian-bagian alur pelayaran, arah alur pelayaran, kedalaman alur pelayaran, gerakan kapal karena gelombang, lebar dan panjang alur pelayaran.
4.1.2. Relevansi Membekali Sarjana Teknik Jurusan Sipil dalam merencanakan, melaksanakan
pembangunan Pelabuhan dengan materi tentang Alur Pelayaran. Rinciannya adalah
prinsip umum alur pelayaran, bagian-baguan alur pelayaran, arah alur pelayaran,
lengkungan alur pelayaran, kedalaman alur pelayaran, gerakan kapal karena pengaruh
gelombang, lebar alur, panjang alur pelayaran.
4.1.3. Kompetensi Dasar
Dengan diberikannya tentang alur pelayaran, bagian-bagian alur pelayaran, kedalaman, lebar, penjang alur pelayaran, gerakan kapal karena gelombang, Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai Alur Pelayaran dengan benar ( 90 % )
4.2. Penyajian
4.2.1. Prinsip umum Alur Pelayaran
Alur pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal yang akan masuk dan keluar pelabuhan. Untuk menjamin keselamatan kapal dalam perjalanannya masuk ke pelabuhan melalui di alur pelayaran sampai kemudian berhenti di dermaga dibutuhkan perairan di alur pelayaran dan kolam pelabuhan yang cukup tenang dan terlindung terhadap gempuran gelombang dan arus, sehingga kapal dapat berlabuh dan melakukan kegiatan bongkar muat barang dengan aman. untuk mendapatkan navigasi yang aman dan memudahkan dalam mempertahankan alur, dalam perencanaan alur pelayaran harus mengusahakan agar alur pelayaran tidak terjadi pendangkalan karena sedimentasi. Perencanaan alur pelayaran dan kolam pelabuhan ditentukan oleh kapal terbesar yang akan masuk ke pelabuhan untuk itu perlu survey tipe dan jumlah kapal yang keluar-masuk Pelabuhan, kondisi meteorologi terutana arah dan kecapatan angin, kondisi laut meliputi batimetri, oseanografi terutama arah dan tinggi gelombang,
BUKU AJAR PELABUHAN 4-2
4.2.2. Bagian – bagian alur pelayaran Kapal dalam perjalanan masuk ke kolam pelabuhan melalui alur Pelayaran , akan mengurangi kecepatannya sampai kemudian berhenti di Dermaga. Alur ini ditandai oleh alat bantu pelayaran yang berupa pelampung atau lampu-lampu. Secara umum ada beberapa daerah yang dilewati selama perjalanan tersebut yaitu : a). Daerah tempat kapal melempar sauh letaknya di luar Pelabuhan, b). Daerah Pendekatan terletak di luar alur masuk, c). Daerah Alur masuk letaknya di luar pelabuhan tetapi berada didalam daerah terlindung dan d). Daerah kolam putar
ULayout Alur Pelayayaran U
4.2.3. Arah alur pelayaran
Dalam perencanakan arah alur pelayaran yang harus memperhatikan, yaitu : Alur pelayaran harus dibuat selurus mungkin, Arah alur pelayaran dibuat sedemikian rupa sehingga searah dengan arah angin dan gelombang dominan.Hal ini untuk memudahkan kapal melewatinya dengan aman dan lancar.Pada alur pelayaran dekat alur masuk dibuat bersudut tertentu ( 30P
oP – 60P
oP) terhadap arah angin dan gelombang dominan, hal ini untuk
mengurangi hempasan gelombang yang masuk ke Pelabuhan Disamping itu ababila keadaan memungkinkan, alur masuk dibuat lurus.,
BUKU AJAR PELABUHAN 4-3
4.2.4. Lengkungan / Tikungan alur pelayaran Meskipun lebih baik mempunyai alur yang lurus, pembuatan tikungan sering kali diperlukan dalam kaitannya dengan perencanaan layout dermaga dan kebutuhan untuk ketenangan kolam pelabuhan. Dalam pembuatan tikungan, sudut persinggungan dari garis tengah alur harus tidak boleh lebih dari 30P
oP atau radius lengkung sekitar 4 kali atau lebih dari panjang keseluruhan
kapal
4.2.5. Kedalaman alur pelayaran
Untuk mendapatkan kondisi operasi yang ideal kedalaman air di alur pelayaran harus cukup besar untuk memungkinkan pelayaran pada muka air terendah (LWL) dengan kapal bermuatan maksimum atau kedalaman alur harus lebih besar dibandingkan dengan batas muatan kapal terbesar yang melewatinya, disamping itu kedalam alur Pelayaran harus memperhatikan jarak toleransi dari gerakan kapal yang disebabkan oleh gelombang, angin dan arus Kedalaman alur pelayaran secara umum dapat ditentukan sbb :
o H = d + G + R + P + S + K
BUKU AJAR PELABUHAN 4-4
4.2.6. Gerakan kapal karena pengaruh gelombang Gerakan kapal relatif terhadap posisinya pada saat tidak bergerak di air diam adalah paling penting didalam perencanaan alur pelayaran dan muliut pelabuhan. Gerakan vertikal kapal digunakan untuk menentukan kedalaman alur, sedangkan gerakan horizontal kapal terhadap sumbu alur untuk menentukan lebar alur Beberapa gerakan kapal karena pengaruh gelombang, yaitu heaving (angkatan), pitching (anggukan), rolling ( oleng), swaying ( goyangan), surging (sentakan) dan yawing (oleng kesamping). Kenaikan draf kapal yang disebabkan oleh gerakan tersebut kadang-kadang sangat besar misalnya pada kapal-kapal yang besar, pengaruh rolling sangat besar, terutama bila frekwensi rolling kapal sama dengan frekwensi gelombang.
Dengan : d = draft kapal G = gerak vertikal kapal karena gelombang R = ruang kebebasan unt. Kolam 7%-15% dari draft kapal unt. Alur 10%-15% dari draft kapal P = Ketelitian pengukuran s = Pengendapan sedimen antara pengerukan K = toleransi pengerukan
BUKU AJAR PELABUHAN 4-5
4.2.7. Lebar alur Lebar alur tergantung pada beberapa faktor, yaitu : o Lebar, kecepatan dan gerakan kapal, o Trafik kapal, apakah alur direncanakan untuk satu atau dua jalur o Kedalaman alur o Stabilitas tebing alur o Angin, gelombang, arus dan arus melintang dalam alur
Lebar alur dapat ditetapkan dengan berdasarkan pada lebar kapal. Untuk lebar alur pelayaran satu jalur (tidak ada persimpangan) adalah tiga sampai empat kali lebar kapal, sedangkan untuk lebar alur dengan dua jalur (ada persimpangan) adalah enam sampai tujuh kali lebar kapal.
Cara lain untuk menentukan lebar alur ( OCDI, 1991), yaitu :
Panjang Alur Kondisi Pelayaran Lebar Kapal sering bersimpangan 2 LoaKapal tidak sering bersimpangan 1.5 LoaKapal sering bersimpangan 1.5 LoaKapal tidak sering bersimpangan Loa
Relatif panjang
Selain dari alur diatas
BUKU AJAR PELABUHAN 4-6
4.2.8. Panjang alur Pelayaran Panjang alur pelayaran dari alur masuk sampai dengan Kolam Pelabuhan atau tempat tambat untuk jangkar, berdasarkan potensial setiap kapal. Kapal yang masuk Pelabuhan tanpa bimbingan kapal penarik (kapal tandu) dengan kecepatan relatif tinggi (6 knot), akan menempuh 4 kali panjangnya sampai benar-benar berhenti. Dengan adanya penambahan panjang kapal dan jarak berhenti maka panjang alur dari alur masuk sampai dengan kolam atau tempat tambat memerlukan lebih dari empat kali panjang kapal
4.3. Penutup
4.3.1. Tes Formatif a. Jelaskan tentang prinsip umum perencanaan Alur Pelayaran. b. Sebutkan bagian-bagian dari alur pelayaran disertai gambar. c. Bagaimana menentukan arah dan lengkungan alur pelayaran, Jelaskan ! d. Faktor – faktor apa saja yang diperhitungkan dalam perencanaan kedalaman, lebar
dan panjang alur pelayaran. Jelaskan ! 4.3.2. Umpan Balik
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada pada halaman berikut ini. Periksa jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi dalam bab ini.
Rumus:
%1002
xbenaryangJawabanguasaanTingkatPen ∑=
Arti tingkat penguasaan yang anda capai adalah:
90% - 100% : baik sekali
80% - 89% : baik
70% - 79% : cukup
60% – 69% : kurang
0% - 59% : gagal
BUKU AJAR PELABUHAN 4-7
4.3.3. Tindak Lanjut
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 70% keatas, maka anda dapat meneruskan dengan kegiatan
belajar selanjutnya, tetapi jika tingkat penguasaan anda belum mencapai 70%, maka anda harus
mengulangi kegiatan belajar bab tersebut terutama pada bagian yang anda belum kuasai. Untuk
mencapai pemahaman tersebut anda dapat menghubungi dosen pengampu di luar waktu kuliah.
4.3.4. Rangkuman
- Lebar dan kedalaman alur pelayaran disesuaikan dengan dimensi kapal yang akan dilayani
- Gelombang yang ada dalam alur pelayaran diusahakan rendah atau dibawah 50 cm.
UDaftar Pustaka
Bambang Triatmodjo, 1996, Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta.
Bambang Triatmodjo, 1999, Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta.
CERC US. Army, 1984, Coastal Engineering Manual, Washington DC., USA.
Ebersole, B. A., Cialone, M. A., dan Prater, M. D. 1986. Regional Coastal Processes Numerical Modeling System: Report 1: RCPWAVE A Linear Wave Propagation Model for Engineering Use. Laporan Akhir CERC-86-4. Mississippi: USAE Waterways Experiment Station.
Gravens, M. B. 1991. User’s Guide to the Shore-line Modeling System. Instruction Report CERC-92-1. Mississippi: USAE Waterways Experiment Station.
Gravens, M. B., N. C. Kraus, dan H. Hanson. 1991. Generalized Model for Simulating Shoreline Change: GENESIS:, Report 2: Workbook and System User’s Manual. Technical Report CERC-89-19.Missisip-pi: USAE WaterwaysExperiment Station.
Hanson, H. dan N. C. Kraus. 1989. GENESIS Generalized Model for Simulating Shore-line Change: Report 1. Technical Refer-ence CERC-89-19. Mississippi: USAE Waterways Experiment Station
Sorensen, R.M. 1978. Basic Coastal Engineering. New York: John Wiley and Sons.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. I. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. II. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Triatmadja R, 2001, Fluidisasi Dasar sebagai Alternatif Metoda Perawatan Muara Sungai dan Alur Pelayaran, Prosiding Seminar Nasional Teknik Pantai, PSIT-UGM, pp. 94
BUKU AJAR PELABUHAN 4-8
Wahyudi, S. Imam, dkk, 1999, Evaluasi Penurunan Tanah di Areal Pelabuhan Tanjung emas Semarang, J. Pondasi, ISSN 0853-814X, Vol. 5 No. 2 Desember 1999, p. 67-74
Wahyudi, S. Imam, dkk, 2001, Studi Penanggulangan Rob Kota Pekalongan, BAPPEDA Kota Pekalongan
V. KOLAM PELABUHAN Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini adalah merupakan salah satu pokok bahasan mengenai KOLAM PELABUHAN ( BAB V dalam susunan pembahasan ) 5.1. Pendahuluan
5.1.1. Deskipsi
Menjelaskan tentang Kolam Pelabuhan meliputi
5.1.2. Relevansi Membekali Sarjana Teknik Jurusan Sipil dalam merencanakan, melaksanakan
pembangunan Pelabuhan dengan materi tentang Kolam Pelabuhan. Rinciannya adalah
prinsip umum kolam pelabuhan, lokasi dan area untuk kolam pelabuhan, lebar kolam di
depan fasilitas penambatan, lebar kolam putar.
5.1.3. Kompetensi Dasar
Dengan diberikannya pengetahuan mengenai prinsip umum kolam pelabuhan, lokasi dan area untuk kolam pelabuhan, lebar kolam di depan fasilitas penambatan, lebar kolam putar. Mahasiswa mampu menjelaskan menganai jenis, dimensi luasan kedalaman kolam yang biasa dipergunakan dengan benar (85%)
5.2. Penyajian
5.2.1. Prinsip Umum Kolam Pelabuhan Prinsip dasar untuk rencana Kolam Pelabuhan ( Basin ) adalah : Manufer dan penjangkaran kapal dengan aman Kolam yang ideal harus memiliki area air yang cukup luas dan tenang. Kedalaman air harus dapat mencukupi untuk manuver kapal, penjangkaran dan pengerjaan cargo dengan aman dan lancar,
5.2.2. Lokasi dan area untuk Kolam Pelabuhan.
Kolam Pelabuhan harus ditempatkan pada area yang tenang dari pengauh gelombang, angin dan arus, hal ini untuk memudahkan keluar-masuk kapal, membuat manuver serta pengangkutan cargo dengan aman dan lancar. Area Kolam untuk penjangkaran dan tambatan pelampung (buoy mooring) dapat ditentukan dengan harga standart seperti dalam tabel dan gambar sbb.
BUKU AJAR PELABUHAN 5-2
o Swinging mooring, tambatan dengan sangkutan jangkar dan berat rantai dari
sebuah jangkar yang dijatuhkan dari haluan kapal ke dasar laut, sehingga kapal dapat menahan kekuatan angin, arus dan gelombang yang dapat menghayutkan kapal.
o Tambatan dengan pelampung, kapal ditambatkan dengan menggunakan pelampung (buoy). Pelampung-pelampung untuk penambatan dengan double-buoy harus diletakan sedemikian rupa sehingga arah dari haluan dari buritan kapal tetap sejajar dengan arah angin, arus dan gelombang.
Area kolam di depan fasilitas tambatan Kolam dibagian depan dermaga (wharf, piers) harus cukup luas untuk kelancaran pengoperasian pengangkatan maupun penambatan kapal-kapal.
5.2.3. Lebar kolam didepan fasilitas penambatan :
o Mooring head in, yaitu methode pamanbatan dengan cara kapal memasuki
tempat penambatan dengan haluannya pada arah yang berlawanan dengan jalan masuk ke palabuhan. Haluan kapal bergerak maju ke arah sisi yang benar pada saat akan berhenti.
BUKU AJAR PELABUHAN 5-3
Sudut arah masuk pada pemanbatan model menyamping lebih besar dari penambatan model Stanbourt mooring Luas area perairan untuk manuver kapal diperlukan bebih besar apabila terdapat angin, gelobang dari arah haluan kapal.
o Mooring Head out, yaitu suatu metode penambatan dengan cara kapal memasuki tempat penambatan dengan haluannya searah dengan jalan masuk ke Pelabuhan. Dengan metode ini, kapal akan ditambatkan dengan bagian belakangnya terdorong oleh angin dan arus serta gelombang yang datang dari arah laut.
o Unmooring (Pelepasan tambatan)
Area yang diperlukan untuk unmooring tanpa adanya angin, gelombang sbb.
5.2.4. Lebar Kolam Putar ( Turning basin ), adalah area kolam yang dipergunakan
BUKU AJAR PELABUHAN 5-4
untuk memutar haluan kapal. Area standart untuk kolam putar sbb :
CONTOH :
5.3. Penutup
5.3.1. Tes Formatif a. Uraikan dasr-dasar untuk perencanaan Kolam pelabuhan. b. Faktor apa saja yang mempengaruhi lebar, panjang dan kedalaman kolam pelabuhan c. Bagaimana menentukan letak dari kolam pelabuhan.
10.3.2. Umpan Balik
BUKU AJAR PELABUHAN 5-5
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada pada halaman berikut ini. Periksa
jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda
terhadap materi dalam bab ini.
Rumus:
%1002
xbenaryangJawabanguasaanTingkatPen ∑=
Arti tingkat penguasaan yang anda capai adalah:
90% - 100% : baik sekali
80% - 89% : baik
70% - 79% : cukup
60% – 69% : kurang
0% - 59% : gagal
10.3.3. Tindak Lanjut
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 70% keatas, maka anda dapat meneruskan dengan kegiatan belajar
selanjutnya, tetapi jika tingkat penguasaan anda belum mencapai 70%, maka anda harus mengulangi
kegiatan belajar bab tersebut terutama pada bagian yang anda belum kuasai. Untuk mencapai pemahaman
tersebut anda dapat menghubungi dosen pengampu di luar waktu kuliah.
10.3.4. Rangkuman
- Fungsi kolam pelabuhan yaitu untuk memfasilitasi kapal bongkar muat di dermaga, manuver kapal
- Luas dan kedalaman kolam pelabuhan tergantung dari dimensi kapal yang berlabuh, jumlah kapal yang
bongkar, muat dan sandar.
UDaftar Pustaka
Bambang Triatmodjo, 1996, Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta.
BUKU AJAR PELABUHAN 5-6
Bambang Triatmodjo, 1999, Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta.
CERC US. Army, 1984, Coastal Engineering Manual, Washington DC., USA.
EDCLT. 1992. Engineering and Design: Coastal Littoral Transport (EDCLT), EM 1110-2-1502. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Gravens, M. B., N. C. Kraus, dan H. Hanson. 1991. Generalized Model for Simulating Shoreline Change: GENESIS:, Report 2: Workbook and System User’s Manual. Technical Report CERC-89-19.Missisippi: USAE WaterwaysExperiment Station.
Hanson, H. dan N. C. Kraus. 1989. GENESIS Generalized Model for Simulating Shore -line Change: Report 1. Technical Refer-ence CERC-89-19. Mississippi: USAE Waterways Experiment Station
Sorensen, R.M. 1978. Basic Coastal Engineering. New York: John Wiley and Sons.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. I. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. II. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Wahyudi, S. Imam, dkk, 1999, Evaluasi Penurunan Tanah di Areal Pelabuhan Tanjung emas Semarang, J. Pondasi, ISSN 0853-814X, Vol. 5 No. 2 Desember 1999, p. 67-74
Wahyudi, S. Imam, dkk, 2001, Studi Penanggulangan Rob Kota Pekalongan, BAPPEDA Kota Pekalongan
Wahyudi, S. Imam, 2001, Uji Hipotesis terhadap Faktor Penyebab Banjir Rob Kota Semarang, Prosiding Seminar Nasional ITS, ISBN, 979-96565-08, p.A13-1 s/d A13-6
VI. DERMAGA Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini adalah merupakan salah satu pokok bahasan mengenai DERMAGA ( BAB VI dalam susunan pembahasan ) 6.1. Pendahuluan
6.1.1. Deskipsi
Menjelaskan tentang Dermaga meliputi prinsip dasar dermaga, Rancangan dermaga, tipe dermaga dan panjang dermaga.
6.1.2. Relevansi Membekali Sarjana Teknik Jurusan Sipil dalam merencanakan, melaksanakan
pembangunan Pelabuhan dengan materi tentang Dermaga. Rinciannya adalah Prinsip
umum dermaga, rancangan dermaga, tipe dermaga, panjang dermaga dan kedalaman
dermaga.
6.1.3. Kompetensi Dasar
Dengan diberikannya rincian materi tentang Prinsip umum dermaga, rancangan dermaga,
tipe dermaga, panjang dermaga dan kedalaman dermaga. Mahasiswa mampu menjelaskan
mengenai dermaga dengan benar (85 % )
6.2. Penyajian
6.2.1. Prinsip Umum
Peranan Demaga sangat penting, karena harus dapat memenuhi semua aktifitas-aktifitas distribusi pisik di Pelabuhan, antara lain :
o menaik turunkan penumpang dengan lancer, o mengangkut dan membongkar cargo yang terjamin aman dan lancar, o menghubungakan angkutan dari-ke darat atau dari-ke laut, o merapat, menambatkan dan melepaskan kapal, o tempat penyimpanan yang efektif, o gudang o fasilitas yang berhubungan dengan lalu-lintas darat
6.2.2. Rancangan Dermaga
BUKU AJAR PELABUHAN 6-2
o Dimensi dermaga ditentukan oleh jenis, ukuran dan jumlah kapal yang menggunakannya
o Daerah perairan disekelilingnya harus tenang, dan tidak mudah mengalami pendangkalan.
o Ditempatkan pada daerah yang tidak terhalang angin pada saat kapal memasuki / meninggalkan Pelabuhan,
o Ditempatkan pada daerah yang memungkinkan kapal dapat beroperasi dengan lancar dari alur masuk pelabuhan sampai ke dermaga yang bersangkutan,
o Lokasi Dermaga harus berada dalam koordinasi dengan rencana pemanfaatan lahan untuk area-area disekelilingnya
o Dermaga harus ditempatkan pada area dengan akses lalu lintas darat dan fasilitas penyimpanan yang baik
o Dermaga harus dikonstruksikan dengan cara yang mudah, kuat dan murah o Lokasi Dermaga harus memungkinkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
lebih lanjut.
6.2.3. Tipe dermaga :
o Tipe Paralel ( Wharf ) dermaga yang dibuat sejajar garis pantai, atau berimpit garis pantai
o Tipe Pier Dermaga yang dibangun menjorok ke arah laut, tegak lurus atau membentuk sudut terhadap garis pantai.
BUKU AJAR PELABUHAN 6-3
6.2.4. Panjang Dermaga dan kedalaman air Panjang Dermaga ditentukan dengan panjang kapal ditambah dengan lebar kapal. Panjang tambahan sekitar 30 meter harus ditambahkan di kedua sisi dermaga Kedalaman air pada bagian muka Dermaga ditentukan sama dengan kedalaman kolam pelabuhan. Contoh :
Dermaga tipe Wharf Dermaga tipe pier
6.3. Penutup
6.3.1. Tes Formatif
a. Uraikan dasar-dasar untuk perancangan Dermaga. b. Faktor apa saja yang mempengaruhi lebar, panjang dan tipe Dermaga c. Uraikan tipe – tipe Dermaga yang saudara ketahui, disertai gambar
10.3.2. Umpan Balik
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada pada halaman berikut ini.
Periksa jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus ini untuk mengetahui tingkat
penguasaan anda terhadap materi dalam bab ini.
Rumus:
%1002
xbenaryangJawabanguasaanTingkatPen ∑=
BUKU AJAR PELABUHAN 6-4
Arti tingkat penguasaan yang anda capai adalah:
90% - 100% : baik sekali
80% - 89% : baik
70% - 79% : cukup
60% – 69% : kurang
0% - 59% : gagal
10.3.3. Tindak Lanjut
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 70% keatas, maka anda dapat meneruskan dengan kegiatan
belajar selanjutnya, tetapi jika tingkat penguasaan anda belum mencapai 70%, maka anda harus
mengulangi kegiatan belajar bab tersebut terutama pada bagian yang anda belum kuasai. Untuk
mencapai pemahaman tersebut anda dapat menghubungi dosen pengampu di luar waktu kuliah.
10.3.4. Rangkuman
- Dermaga merupakan fasilitas utama pelabuhan yang dipergunakan untuk bongkar, muat dan
berlabuh kapal
- Panjang dan lebar dermaga ditentukan oleh jenis kapal yang dilayani dan jumplahnya
- Sesuai dengan fungsinya s=dermaga dapat berbentuk jetty (tegak lurus dengan pantai) atau
wharf (sejajar) pantai.
UDaftar Pustaka
Bambang Triatmodjo, 1996, Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta.
Bambang Triatmodjo, 1999, Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta.
CERC US. Army, 1984, Coastal Engineering Manual, Washington DC., USA.
EDCLT. 1992. Engineering and Design: Coastal Littoral Transport (EDCLT), EM 1110-2-1502. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
BUKU AJAR PELABUHAN 6-5
Gravens, M. B., N. C. Kraus, dan H. Hanson. 1991. Generalized Model for Simulating Shoreline Change: GENESIS:, Report 2: Workbook and System User’s Manual. Technical Report CERC-89-19.Missisippi: USAE WaterwaysExperiment Station.
Hanson, H. dan N. C. Kraus. 1989. GENESIS Generalized Model for Simulating Shore -line Change: Report 1. Technical Refer-ence CERC-89-19. Mississippi: USAE Waterways Experiment Station
Sorensen, R.M. 1978. Basic Coastal Engineering. New York: John Wiley and Sons.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. I. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. II. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Wahyudi, S. Imam, dkk, 1999, Evaluasi Penurunan Tanah di Areal Pelabuhan Tanjung emas Semarang, J. Pondasi, ISSN 0853-814X, Vol. 5 No. 2 Desember 1999, p. 67-74
Wahyudi, S. Imam, dkk, 2001, Studi Penanggulangan Rob Kota Pekalongan, BAPPEDA Kota Pekalongan
Wahyudi, S. Imam, 2001, Uji Hipotesis terhadap Faktor Penyebab Banjir Rob Kota Semarang, Prosiding Seminar Nasional ITS, ISBN, 979-96565-08, p.A13-1 s/d A13-6
VII FENDER DAN ALAT PENAMBAT Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini adalah merupakan salah satu pokok bahasan mengenai Fender dan Alat Penambat ( BAB VII dalam susunan pembahasan ) 7.1. Pendahuluan
7.1.1. Deskipsi
Menjelaskan tentang Fender dan Alat Penambat meliputi Macam-macam fender, perencanaan fender, macam-macam alat penambat
7.1.2. Relevansi Membekali Sarjana Teknik Jurusan Sipil dalam merencanakan, melaksanakan
pembangunan Pelabuhan dengan materi tentang Fender dan Alat Penambat. Rinciannya
adalah jenis-jenis fender, perencanaan fender, posisi daerah yang dilindungi, jenis-jenis
alat penambat.
7.1.3. Kompetensi Dasar
Dengan diberikannya rincian materi tentang jenis-jenis fender, perencanaan fender, posisi
daerah yang dilindungi, jenis-jenis alat penambat. Mahasiswa mampu menjelaskan
mengenai fender dan alat penambat dengan benar (80 % )
7.2. Penyajian
7.2.1. FENDER DAN ALAT PENAMBAT Kapal yang akan merapat ke dermaga masih mempunyai kecepatan baik yang digerakan oleh mesinnya sendiri ( untuk kapal kecil ), maupun yang ditarik oleh kapal tinda ( untuk kapal besar ), sehingga pada saat kapal merapat terjadi benturan antara kapal dan dermaga Walaupun kecepatan kapal kecil tetapi massanya sangat besar akan mengakibatkan benturan yang besar, dan energi yang terjadi akibat benturan tersebut juga besar. Untuk menghindari kerusakan pada kapal maupun dermaga karena benturan, maka didepan dermaga diberi bantalan yang berfungsi sebagai penyerap energi benturan. Bantalan yang ditempatkan didepan dermaga disebut dengan FENDER. Pada saat kapal melakukan bongkar muat barang atau selama menunggu di perairan pelabuhan, kapal harus tetap berada ditempatnya dengan tenang. Untuk itu kapal harus diikat pada alat penambat. Gerak kapal dapat disebabkan oleh gelombang, arus dan angin
BUKU AJAR PELABUHAN 7-2
yang dapat menimbulkan gaya tarikan kapal ke alat penambat. Alat penambat harus mampu menahan gaya tarik yang ditimbulkan oleh kapal.
Ada Beberapa tipe fender yaitu : Fender kayu, Fender Karet dan Fender Fender Grafitasi 7.2.2.1. Fender Kayu
a. Fender Kayu gantung Fender kayu biasanya berupa batang-batang kayu yang dipasang horizontal dan
sejumlah kayu vertical. Contoh :
fender dari kayu yang digantung pada sisi dermaga. Panjang fender sama dengan sisi atas dermaga sampai muka air. Fender kayu ini mempunyai sifat untuk menyerap energi.
b. Fender tiang pancang kayu yang ditempatkan didepan dermaga dengan
kemiringan 1 (horizontal): 24 (vertikal) akan menyerap energi karena defleksi yang terjadi pada waktu dibentur kapal. Contoh :
Fender kayu yang berupa tiang pancang yang dilengkapi dengan balok memanjang. Tiang kayu dipasang pada setiap seperempat bentang.
7.2.2. Fender adalah perangkat yang digunakan untuk meredam benturan yang terjadi pada saat kapal akan merapat ke dermaga atau pada saat kapal yang sedang ditambatkan tergoyang oleh gelombang atau arus yang terjadi di pelabuhan. Peredaman dilakukan dengan menggunakan bahan elastis, biasanya terbuat dari karet.
BUKU AJAR PELABUHAN 7-3
Fender kayu yang pasang pada tiang pancang dari besi profil. Dibelakang tiang besi juga dipasang balok profil memanjang. Antara tiang dan sisi atas dermaga diberi bantalan kayu. Penyerapan energi diperoleh dari fender kayu dan defleksi tiang dan balok besi. I depan fender ditempatkan balok apung yang berfungsi untuk menahan kapal tetap didepan dermaga dan membantu mendistribusikan beban disepanjang sistem fender. Balok apung diikatkan pada fender dengan menggunakan kabel baja.
7.2.2.2. Fender Karet
BUKU AJAR PELABUHAN 7-4
Bentuk paling sederhana dari fender karet yang banyak digunakan berupa ban-ban luar mobil yang dipasang pada sisi depan disepanjang dermaga. Fender ban mobil digunakan untuk kapal-kapal kecil Bebrapa bentuk-bentuk fender karet antara lain : fender karet tabung silinder dan segiempat, fender karet raykin, fender karet Seibu V
a. Fender karet tabung silinder, Fender digantung secara melengkung pada
dermaga dengan menggunakan rantai (draped fender). Fender ini cocok untuk dermaga tipe tertutup (solid).
b. Fender karet Raykin, terdiri dari plat-plat baja yang dibuat berlapis dengan karet
c. Fender karet Seibu tipe V, sesuai dengan perkembangan kapal tanker dengan
ukuran yang sangat besar, telah dikembangkan pula fender karet Seibu tipe V yang dapat menahan benturan kapal tanker besar. Untuk menahan energi yang lebih besar dapat dilakukan dengan memasang dua fender Seibu menjadi satu. Dengan cara seperti itu penyerapan energi dapat menjadi dua kali lipat tanpa terjadi peningkatan gaya reaksi
BUKU AJAR PELABUHAN 7-5
7.2.2.3. Fender Grafitasi. Fender grafitasi yang digantung sepanjang dermaga dan dibuat dari tabung baja yang diisi dengan beton dan sisi depan diberi pelindung kayu dengan berat 15 ton. Apabila terbentur kapal, fender akan bergerak kebelakang dan keatas, sehingga kecepatan kapal dapat dikurangi, karena untuk menggerakan kebelakang dibutuhkan tenaga yang cukup besar.
7.2.2.4. Tipe Fender lainnya.
Selain beberapa tipe fender yang telah disebutkan diatas masih banyak tipe tipe fender lainnya, seperti :
Types Of Fender
Applicable Kind of
Berth Applicable Type of
Construction
General Cargo Berth
Container Berth
Ore Berth Oil Berth LPG, LNG
Berth Shipyard RO/RO Berth Bridge
Protection
Gravity Type Quarry
Caisson Jetty
Pier Dolphin Jacket
HYPER CELL FENDER
BUKU AJAR PELABUHAN 7-6
General Cargo Berth
Container Berth
Ore Berth Oil Berth LPG, LNG
Berth Shipyard RO/RO Berth Bridge
Protection
Gravity Type Quarry
Caisson Jetty
Pier Dolphin Jacket
SUPER CELL FENDER
General Cargo Berth
Container Berth
Ore Berth Oil Berth Shipyard RO/RO Berth Bridge
Protection Tower
Protection
Gravity Type Quarry
Caisson Jetty
Pier Jacket
DYNA ARCH FENDER
General Cargo Berth
Container Berth
Ore Berth Oil Berth Shipyard RO/RO Berth Bridge
Protection Tower
Protection
Gravity Type Quarry
Caisson Jetty
Pier Jacket
SUPER ARCH FENDER
BUKU AJAR PELABUHAN 7-7
General Cargo Berth
Fishing Port
Gravity Type Quarry
Caisson Jetty
Pier
CYLINDRICAL FENDER
Fishing Port Yacht
Harbors Barge Berth
Gravity Type Quarry
Floating Pier Pontoon
SMALL CRAFT FENDERING
7.2.3. Perencanaan Fender.
Dalam perencanaan fender dianggap bahwa kapal bermuatan penuh dan merapat ke dermaga membentuk sudut 100
terhadap sisi depan dermaga.
BUKU AJAR PELABUHAN 7-8
Pada saat merapat sisi depan kapal membentur fender, dan hanya ½ dari bobot kapal yang secara efektif menimbulkan energi benturan yang diserap oleh fender dan dermaga. Karena benturan tersebut fender memberikan gaya reaksi F, apabila d adalah defleksi fender, maka terdapat hubungan :
2
2
2
21
21
21
21
Vgd
WF
FdVg
W
FdE
=
=
=
dengan : F : gaya bentur yang diserap system fender d : defleksi fender V : komponen kecepatan dalam arah tegak lurus sisi dermaga W : bobot kapal bermuatan penuh.
7.2.4. Posisi daerah yang dilindungi
Tipe dan penempatan fender pada sisi depan dermaga harus dapat melindungi dan menyerap energi benturan dari semua jenis dan ukuran kapal untuk berbagai elevasi muka air.
BUKU AJAR PELABUHAN 7-9
Dalam arah horizontal jarak antara fender harus ditentukan sedemikian rupa sehingga dapat menghindari kontak langsung antara kapal dan dermaga. Untuk menentukan jarak maksimum antar fender, sebagai : 22 )(2 hrrL −−= Dengan : L : jarak maksimum antar fender (m) r : jari-jari kelengkungan sisi haluan kapal (m) h : tinggi fender
7.2.5. Alat Penambat
Adalah suatu konstruksi yang digunakan untuk
o Mengikat kapal pada saat berlabuh, agar tidak terjadi pergerakan kapal oleh gelombang, arus dan angin
o Menolong kapal untuk berputar
Alat penambat ini dapat diletakkan di darat / dermaga dan didalam air.
Menurut macam konstruksinya alat penambat dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
7.2.5.1. Bolder / Alat pengikat
digunakan sebagai tambatan kapal yang berlabuh dengan mengikatkan tali yang di pasang pada haluan, buritan dan badan kapal ke dermaga. Bolder diletakan pada sisi dermaga dengan jarak antara bolder 15 – 25 meter
BUKU AJAR PELABUHAN 7-10
7.2.5.2. Dolphin Suatu konstruksi untuk menambat kapal tangker berukuran besar, biasanya digunakan bersama-sama dengan pier dan wharf untuk nenperpendek panjang bangunan tersebut. Dolphin ini banyak digunakan pada pelayanan bongkar muat barang curah
Dolphin dibedakan menjadi dua macam yaitu a. Dolphin Penahan (breasting dolphin)
mempunyai ukuran yang lebih besar, dilengkapi dengan fender untuk menahan benturan dan bolder untuk menempatkan tali
b. Dolphin Penambat (mooring dolphin) hanya digunakan sebagai tambatan, diletakan dibelakang dermaga, dan dilengkapi dengan bolder
Menurut konstruksinya, dolpin dapat dibedakan menjadi :
a. Dolphin lentur
terdiri dari sekelompok tiang dari kayu, besi, beton (3,7,19 atau lebih) yang diikat menjadi satu dengan menggunakan kabel baja.
BUKU AJAR PELABUHAN 7-11
Biasanya digunakan oleh kapal-kapal kecil ( 5000 DWT)
b. Dolphin kaku terdiri dari tiang-tiang pancang kayu, baja, beton atau sel turap dan dilengkapi denga fender. Apabila kapal yang bertambat cukup besar, maka digunakan tambatan kapal yang dibuat dari plat beton tebal yang didukung oleh tiang-tiang baja yang dipancang secara vertikal dan miring
7.2.5.3. Pelampung penambat ( mooring buoys )
Pelampung penambat berada di dalam kolam Pelabuhan atau di tengah laut. Kapal-kapal yang akan melakukan bongkat muat barang tidak selalu dapat langsung merapat di dermaga karena dermaga sedang dipergunakan / penuh, diperbaiki. Jika kapal berada di luar lindungan pemecah gelombang, kapal dapat berlabuh dengan cara membuang jangkarnya sendiri tetapi tidak selalu tenang, oleh karena itu kapal dianjurkan berlabuh didalam lindungan pemecah gelombang. Mengingat luas daerah lindungan pemecah gelombang terbatas, maka kapal yang berlabuh menggunakan jangkarnya sendiri dapat mengganggu kapal lain, karena kapal akan berputar 360o
.
BUKU AJAR PELABUHAN 7-12
Selain sebagai pengikat kapal, dapat juga berfungsi sebagai penolong untuk berputar kapal dan membantu pengereman
Penambatan kapal dapat dilakukan dengan jangkarnya sendiri atau dengan sebuah pelampung, atau sekelompok pelampung maupun kombinasi dari keduanya. Jumlah pelampung tergantung dari ukuran kapal angin, arus, gelombang dan keadaan dasar laut serta pertimbangan ekomoni.
7.3. Penutup
7.3.1. Tes Formatif a. Apa yang dimaksud dengan fender dan alat penambat, uraikan ! b. Sebutkan macam-macam fender dan alat penambat c. Apa saja yang diperhitungkan dalam perencanaan fender, sebutkan!
7.3.2. Umpan Balik
BUKU AJAR PELABUHAN 7-13
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada pada halaman berikut ini.
Periksa jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus ini untuk mengetahui tingkat
penguasaan anda terhadap materi dalam bab ini.
Rumus:
%1002
xbenaryangJawabanguasaanTingkatPen ∑=
Arti tingkat penguasaan yang anda capai adalah:
90% - 100% : baik sekali
80% - 89% : baik
70% - 79% : cukup
60% – 69% : kurang
0% - 59% : gagal
7.3.3. Tindak Lanjut
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 70% keatas, maka anda dapat meneruskan dengan kegiatan
belajar selanjutnya, tetapi jika tingkat penguasaan anda belum mencapai 70%, maka anda harus
mengulangi kegiatan belajar bab tersebut terutama pada bagian yang anda belum kuasai. Untuk
mencapai pemahaman tersebut anda dapat menghubungi dosen pengampu di luar waktu kuliah.
7.3.4. Rangkuman
Fender merupakan fasiliatas pelabuhan yang menyatu dengan dermaga digunakan untuk
menahan benturan kapal ke dermaga.
Bambang Triatmodjo, 1996, Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta.
Daftar Pustaka
BUKU AJAR PELABUHAN 7-14
Bambang Triatmodjo, 1999, Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta.
CERC US. Army, 1984, Coastal Engineering Manual, Washington DC., USA.
EDCLT. 1992. Engineering and Design: Coastal Littoral Transport (EDCLT), EM 1110-2-1502. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Gravens, M. B., N. C. Kraus, dan H. Hanson. 1991. Generalized Model for Simulating Shoreline Change: GENESIS:, Report 2: Workbook and System User’s Manual. Technical Report CERC-89-19.Missisippi: USAE WaterwaysExperiment Station.
Hanson, H. dan N. C. Kraus. 1989. GENESIS Generalized Model for Simulating Shore-line Change: Report 1. Technical Refer-ence CERC-89-19. Mississippi: USAE Waterways Experiment Station
Sorensen, R.M. 1978. Basic Coastal Engineering. New York: John Wiley and Sons.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. I. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. II. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Wahyudi, S. Imam, dkk, 1999, Evaluasi Penurunan Tanah di Areal Pelabuhan Tanjung emas Semarang, J. Pondasi, ISSN 0853-814X, Vol. 5 No. 2 Desember 1999, p. 67-74
Wahyudi, S. Imam, dkk, 2001, Studi Penanggulangan Rob Kota Pekalongan, BAPPEDA Kota Pekalongan
Wahyudi, S. Imam, 2001, Uji Hipotesis terhadap Faktor Penyebab Banjir Rob Kota Semarang, Prosiding Seminar Nasional ITS, ISBN, 979-96565-08, p.A13-1 s/d A13-6
VIII. FASILITAS PELABUHAN UMUM Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini adalah merupakan salah satu pokok bahasan mengenai FASILITAS PELABUHAN DI DARAT (BAB VIII dalam susunan pembahasan ) 8.1. Pendahuluan
8.1.1. Deskipsi
Menjelaskan tentang fasilitas Pelabuhan di darat meliputi : fasilitas-fasilitas darat yang berada di terminal barang potongan, terminal peti kemas, terminal barang curah.
8.1.2. Relevansi Membekali Sarjana Teknik Jurusan Sipil dalam merencanakan, melaksanakan
pembangunan Pelabuhan dengan materi tentang Fasilitas Pelabuhan Umum Rinciannya
adalah fasiliatas pelabuhan di darat, terminal barang, peti kemas.
8.1.3. Kompetensi Dasar
Dengan diberikannya pengertian tentang fasiliatas pelabuhan di darat, terminal barang, peti kemas. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai fasilitas Pelabuhan di darat dengan benar ( 80 % )
8.2. Penyajian
8.2.1. FASILITAS PELABUHAN DI DARAT
Fasilitas intermoda yang lengkap di suatu pelabuhan harus mampu menghubungkan Pelabuhan dengan hinterlandnya, mampu melayani kapal-kapal generasi mutakhir yang secara langsung menuju ke berbagai pusat perdagangan internasional (direct call). Pengembangan pelabuhan diarahkan untuk mampu mengantisipasi percepatan bongkar muat barang melalui penyediaan dan kelengkapan fasilitas pelayanan spesialisasi misalnya dengan pembangunan inner road, pelebaran alur dan pintu gerbang masuk kapal (menjadi two way traffic) dan pendalaman alur. Penanganan bongkar muat barang dilakukan di terminal pengapalan yang disesuaikan dengan jenis muatan yang diangkut. Terminal merupakan tempat untuk pemindahan muatan diantara sistem pengangkutan yang berbeda yaitu dari angkutan darat ke laut dan sebaliknya.
BUKU AJAR PELABUHAN 8-2
Masing masing terminal mempunyai bentuk dan fasilitas yang berbeda. Misalnya pada terminal barang potongan ( general cargo terminal ) harus mempunyai fasilitas bongkar muat untuk berbagai jenis barang seperti crane-crane. Terminal barang curah biasanya direncanakan hanya untuk melayani satu macam barang saja, sehingga fasilitas yang tersedia hanya untuk barang curah tersebut. Demikian juga dengan terminal peti kemas khusus menangani muatan yang dimasukan dalam peti kemas. Berbagai jenis termial tersebut dapat berada dalam satu lingkungan pelabuhan, dan letak antara terminal satu dengan lainnya dapat berdampingan. Untuk mendukung penanganan muatan di pelabuhan, selain fasilitas pelabuhan di perairan seperti alur pelayaran, pemecah gelombang, kolam pelabuhan, dermaga, fender dan alat tambat; diperlukan juga fasilitas yang ada didarat seperti gudang laut, gudang, bangunan pendingin, gedung administrasi, gedung perkantoran pemerintah maupun swasta pengelola pelabuhan, kantor polisi, kantor keamanan, ruang untuk buruh / pekerja pelabuhan, bengkel, garasi, rumah pemadam kebakaran, elevator dan sebagainya.
8.2.2. TERMINAL BARANG POTONGAN
Fasilitas – fasilitas yang ada di dalam terminal barang potongan antara lain Kantor, Apron, lapangan penumpukan terbuka, gudang, parkir mobil dan truk, gudang laut, jalan / jalan KA, seperti pada gambar berikut :
a. Apron
Apron adalah halaman di atas dermaga yang terbentang dari sisi muka dermaga sampai gudang laut atau lapangan penumpukan terbuka. Apron digunakan untuk menempatkan barang yang akan dinaikkan ke kapal atau barang yang baru diturunkan dari kapal. Bentuk apron tergantung dari jenis barangnya apakah barang potongan, curah atau peti kemas. Lebar apron tergantung dari fasilitasnya, seperti jalan untuk truk dan/atau KA, kran, alat pengangkut lainnya seperti forklift, kran mobil, gerbong yang ditarik traktor, dan sebagainya. Biasanya lebar apron adalah antara 15 sampai dengan 25 meter.
b. Gudang Laut dan Lapangan Penumpukan Terbuka
BUKU AJAR PELABUHAN 8-3
Gudang laut disebut juga gudang pabean, gudang linie ke I, gudang transit adalah gudang ada ditepi perairan pelabuhan dan hanya dipisahkan dari laut oleh dermaga pelabuhan. Gedung ini menyimpan barang-barang yang baru turun/akan naik dari/ke kapal yang memerlukan perlindungan terhadap cuaca ( hujan dan sinar matahari ), sedangkan untuk barang-barang yang tidak memerlukan perlindungan, seperti mobil, besi beton dan sebagainya dapat ditempatkan pada lapangan penumpukan terbuka. Barang-barang tersebut harus diselesaikan urusan administrasinya terlebih dahulu sebelum pengangkutan barang lebih lanjut ke tempat tujuan terakhir. Pengurusan administrasinya meliputi pengecekan penyesuaian antara barang dan packing list ( dokumen pengiriman barang ), pembayaran bea masuk (import) atau bea ekport dan biaya lainnya. Masa penyimpanan barang di gudang laut maksimum 15 hari untuk barang yang akan ke luar pelabuhan ( dengan angkutan darat ), dan maksimum 30 hari untuk barang-barang yang akan diteruskan ke pelabuhan lain dengan kapal lain. Apabila sampai batas waktu tersebut belum dapat dikirim ke tujuan akhir, maka barang harus dipindahkan ke gudang linie II ( werehouse ). Untuk pemakaian fasilitas yang ada di gudang laut selama 3 sampai 5 hari tidak dipungut biaya, selebihnya akan dikenai biaya sesuai tarip yang berlaku. Ukuran gudang laut dapat ditentukan dengan memperhitungkan kapasitas dermaga. Misalnya : dermaga dapat melayani kapal dengan bobot 10.000 DWT, setelah kapal membongkar muatannya, kemudian ruang kosong harus diisi kembali dengan muatan yang akan dikapalkan. Dengan demikian muatan yang harus dilayani adalah 20.000 DWT. Apabila dari muatan tersebut terdapat 20% atau 4.000 ton muatan muatan yang bisa disimpan di lapangan terbuka, sedangkan yang 16.000 DWT disimpan dalam gudang. Misalnya setiap 1 m3 muatan mempunyai berat 1,5 ton, maka memerlukan volume penyimpanan sebesar 10.666 m3. Apabila dalam penyimpanannya ditumpuk setinggi 4 m, maka diperlukan luasan sebesar 2.666 m2
Mengingat adanya ruangan yang hilang diantara tumpukan sebesar 25 % .
Gudang harus mempunyai gang yang diperuntukan bagi lalulintas alat angkut sebesar 50% Jadi luas total gudang untuk tiap tambat adalah sebesar {2.666 + (25% x 2.666) + ( 50% x 2.666)} m2
.
Panjang gudang laut tergantung pada panjang tempat tambatan pada dermaga. Panjang minimum adalah sama dengan jarak antara palka (hatch) depan dan belakang.
c. Gudang
BUKU AJAR PELABUHAN 8-4
Gudang digunakan untuk menyimpan barang dalam waktu lama, Gudang ini dibuat agak jauh dari dermaga. Hal ini mengingat beberapa hal berikut ini :
• Ruang didepan dermaga terbatas dan hanya untuk bongkar muat barang • Pengoperasian gudang laut sangat berbeda dengan gudang
d. Fasilitas penanganan barang
Ada beberapa macam alat yang dipergunakan untuk melakukan bongkar muat barang potongan, antara lain : • Derek Kapal
Alat ini digunakan untuk mengangkat muatan yang tidak terlalu berat dengan radius kecil antara 6 meter dari lambung kapal Derek kapal ini terdiri dari lengan, kerekan dan kabel baja yang digerakan ( dilepas dan ditarik ) dengan bantuan winch. Pada sebuah kapal biasanya terdapat beberapa buah derek kapal dengan kapasitas 0.5 ton, 2.5 ton, 5 ton yang tergantung dari besar kecilnya kapal.
• Kran darat
Krat darat adalah alat untuk bongkar muat dengan lengan yang cukup panjang yang ditempatkan di atas dermaga pelabuhan, dipinggir permukaan perairan pelabuhan. Kran ini mempunyai roda dan dapat berpindah sepanjang rek kereta api. Daya angkut kran darat bermacam-macam, yaitu : 2.5 ton, 5 ton, 10 ton, atau lebih.
• Alat pengengkut muatan di atas dermaga Ada beberapa macam-macam alat untuk mengangkut dan mengangkat barang diatas dermaga, diantaranya adalah fork lift, kran mobil, gerbong yang ditarik traktor dan lain sebagainya.
8.2.3. TERMINAL PETI KEMAS
Pengiriman barang dengan menggunakan peti kemas telah banyak dilakukan, dan volumenya terus meningkat dari tahun ke tahun.
Pengangkutan dengan menggunakan peti kemas memungkinkan barang-barang digabung menjadi satu dalam peti kemas sehingga aktifitas bongkar muat barang dapat dimkanisasikan. Hal ini dapat meningkatkan jumlah muatan yang bisa ditangani dengan cepat.
BUKU AJAR PELABUHAN 8-5
a. Penanganan Peti kemas
Penangana bongkar muat di terminal peti kemas dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu lift on / lift off ( Lo/Lo ) dan roll on / roll off ( Ro/Ro ). Pemakaian kedua cara tersebut tergantung pada cara kapal memuatai dan membongkar muatannya.
Methode Lo/Lo dapat dilakukan dengan dua cara
- Kapal menggunakan krannya untuk mengangkat peti kemas dari dan ke kapal. cara ini sudah titinggalkan.
:
- Menggunakan peralatan ( gantry crane ) yang berupa crane raksasa dan dipasang diatas rel di sepanjang dermaga untuk bongkar muat peti kemas dari dan ke kapal.
Untuk menangani muatan di darat menggunakan : straddle loader / carrier, alat ini dapat menumpuk peti kemas dalam dua tingkat. Side loader, alat ini dapat mengangkat peti kemas dalam tiga tingkat. Transtainer, kran peti kemas yang berbentuk portal dan dapat berjalan pada rel atau mmpunyai ban karet. Alat ini dapat menumpuk peti kemas sampai empat tingkat dan dapat mengambil peti kemas tersebut dan menempatkannya diatas gerbong kereta api atau chasis truk.
Peti kemas diatas chasis truk atau trailer yang ditarik traktor masuk ke kapal. Trailer dan peti kemas kemudian dilepaskan dari traktor dan ditempatkan di geladak kapal. selanjutnya traktor akan kembali ke darat untuk mengambil trailer yang lain. Bongkar muat dilakukan secara simultan. Kapal tipe Ro/Ro mempunyai geladak yang bertingkat. Keluar masuk truk ke kapal melalui semacam jembatan
Methode Ro / Ro
BUKU AJAR PELABUHAN 8-6
yang disebut rampa yang biasanya berada di buritan, haluan atau samping kapal. peti kemas ditempatkan di tingkat bawah, tengah atau atas sesuai dengan tujuan pengirimannya. Kelebihan dari pengoperasian Ro/Ro adalah : dapat memuat jenis muatan lain seperti pipa, baja, mobil dan lain sebagainya dan mempunyai tingkat pembongkaran dan pemuatan yang tinggi, dan tidak memerlukan kran-kran darat yang mahal.sedangkan kekurangan dari metode ini adalah banyaknya ruang kosong yang tidak dimanfaatkan, mengingat peti kemas berada di atas chasis, sehingga mengurangi kapasitas kapal.
b. Fasilitas pada terminal peti kemas
Beberapa fasilitas yang ada diterminal peti kemas, antara lain :
o Dermaga
Terminal peti kemas memerlukan halaman yang luas, biasanya dermaga bertype wharf yang cukup panjang antara 250 m sampai 350 m dan dalam antara 12 m sampai 15 m, karena kapal peti kemas berukuran besar.
o Apron
Apron terminal peti kemas lebih besar dibandingkan dengan terminal lainnya, biasanya berukuran dari 20 m sampai 50 m. Apron ini ditempatkan peralatan bongkar muat peti kemas.
o Marshaling yard ( lapangan penumpukan sementara )
Marshaling yard adalah lapangan yang digunakan untuk menempatkan secara smentara peti kemas yang akan dimuat ke dalam kapal. lapangan ini terletak didekat apron.
o Container yard ( lapangan penumpukan peti kemas )
Adalah lapanga penumpukan peti kemas yang berisi muata FCL dan peti kemas kosong yang akan dikapalkan. Lapangan ini berada di daratan dan permukaannya diberi perkerasan agar dapat mendukung peralatan pengangkatan/pengangkutan dan beban mati peti kemas.
o Container freight station ( CFS )
BUKU AJAR PELABUHAN 8-7
Adalah gudang yang disediakan untuk barang-barang yang diangkut secara LCL. Di CFS pada pelabuhan pemuat, barang-barang dari beberapa pengirim dimasukan menjadi satu dalam peti kemas. Di pelabuhan tujuan/pembongkaran, peti kemas yang bermuatan LCL diangkut ke CFS dan kemudian muatan tersebut dikeluarkan dan ditimbun dalam gudang pelayaran yang bersangkutan dan peti kepasnya dikembalikan ke kapal.
o Menara pengawas
Menara pengawas digunakan untuk melakukan pengawasan di semua tempat dan mengatur serta mengarahkan semua kegiatan di terminal peti kemas, seperti pengoperasian peralatan dan pemberitahuan arah penyimpangan dan penempatan peti kemas.
c. Peti kemas
Peti kenas (Ingggris: ISO container) adalah peti atau kotak yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan International Organization for Standardization (ISO) sebagai alat atau perangkat pengangkutan barang yang bisa digunakan diberbagai moda, mulai dari moda jalan dengan truk peti kemas, kereta api dan kapal petikemas laut.
Berat maksimum peti kemas muatan kering 20 kaki adalah 24,000 kg, dan untuk 40 kaki (termasuk high cube container), adalah 30,480 kg. Sehingga berat muatan bersih/payload yang bisa diangkut adalah 21,800 kg untuk 20 kaki, 26,680 kg untuk 40 kaki.
Standar Ukuran peti kemas, standar yang digunakan ditampilkan dalam tabel berikut :
Peti kemas 20 kaki Peti kemas 40 kaki Peti kemas 45 kaki
inggris metrik inggris metrik inggris metrik
dimensi luar
panjang 19' 10½" 6.058 m 40′ 0″ 12.192 m 45′ 0″ 13.716 m
lebar 8′ 0″ 2.438 m 8′ 0″ 2.438 m 8′ 0″ 2.438 m
tinggi 8′ 6″ 2.591 m 8′ 6″ 2.591 m 9′ 6″ 2.896 m
dimensi dalam panjang 18′ 10 5/16 5.758 m " 39′ 5 45/64 12.032 m ″ 44′ 4″ 13.556 m
lebar 7′ 8 19/32 2.352 m ″ 7′ 8 19/32 2.352 m ″ 7′ 8 19/32 2.352 m ″
BUKU AJAR PELABUHAN 8-8
tinggi 7′ 9 57/64 2.385 m ″ 7′ 9 57/64 2.385 m ″ 8′ 9 15/16 2.698 m ″
bukaan pintu width 7′ 8 ⅛″ 2.343 m 7′ 8 ⅛″ 2.343 m 7′ 8 ⅛″ 2.343 m
tinggi 7′ 5 ¾″ 2.280 m 7′ 5 ¾″ 2.280 m 8′ 5 49/64 2.585 m ″
Volume 1,169 ft³ 33.1 m³ 2,385 ft³ 67.5 m³ 3,040 ft³ 86.1 m³
berat kotor 52,910 lb 24,000 kg 67,200 lb 30,480 kg 67,200 lb 30,480 kg
berat kosong 4,850 lb 2,200 kg 8,380 lb 3,800 kg 10,580 lb 4,800 kg
muatan bersih 48,060 lb 21,800 kg 58,820 lb 26,680 kg 56,620 lb 25,680 kg
Salah satu keunggulan angkutan peti kemas adalah intermodalitynya dimana peti kemas bisa diangkut dengan truk peti kemas, kereta api dan kapal petikemas. Hal inilah yang menyebabkan peralihan angkutan barang umum menjadi angkutan barang dengan menggunakan peti kemas yang menonjol dalam beberapa dekade terakhir ini.
Penumpukan peti kemas Suatu kereta api intermodal yang
mengangkut peti kemas
8.3. Penutup
8.3.1. Tes Formatif
a. Sebutkan fasilitas-fasilitas yang ada di pelabuhan peti kemas. b. Sebutkan ada berapa macam pengoperasian bongkar muat peti kemas
BUKU AJAR PELABUHAN 8-9
c. Jelaskan fasilitas–fasilitas apa saja untuk membongkar muat barang potongan
7.3.2. Umpan Balik
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada pada halaman berikut ini.
Periksa jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus ini untuk mengetahui tingkat
penguasaan anda terhadap materi dalam bab ini.
Rumus:
%1002
xbenaryangJawabanguasaanTingkatPen ∑=
Arti tingkat penguasaan yang anda capai adalah:
90% - 100% : baik sekali
80% - 89% : baik
70% - 79% : cukup
60% – 69% : kurang
0% - 59% : gagal
7.3.3. Tindak Lanjut
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 70% keatas, maka anda dapat meneruskan dengan kegiatan
belajar selanjutnya, tetapi jika tingkat penguasaan anda belum mencapai 70%, maka anda harus
mengulangi kegiatan belajar bab tersebut terutama pada bagian yang anda belum kuasai. Untuk
mencapai pemahaman tersebut anda dapat menghubungi dosen pengampu di luar waktu kuliah.
7.3.4. Rangkuman
- Fasilitas pelabuhan di perairan seperti alur pelayaran, pemecah gelombang, kolam
pelabuhan, dermaga, fender dan alat tambat
BUKU AJAR PELABUHAN 8-10
- Fasilitas yang ada didarat seperti gudang laut, gudang, bangunan pendingin, gedung
administrasi, gedung perkantoran pemerintah maupun swasta pengelola pelabuhan, kantor
polisi, kantor keamanan, ruang untuk buruh / pekerja pelabuhan, bengkel, garasi, rumah
pemadam kebakaran, elevator dan sebagainya.
Bambang Triatmodjo, 1996, Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta.
Daftar Pustaka
Bambang Triatmodjo, 1999, Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta.
CERC US. Army, 1984, Coastal Engineering Manual, Washington DC., USA.
EDCLT. 1992. Engineering and Design: Coastal Littoral Transport (EDCLT), EM 1110-2-1502. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Gravens, M. B., N. C. Kraus, dan H. Hanson. 1991. Generalized Model for Simulating Shoreline Change: GENESIS:, Report 2: Workbook and System User’s Manual. Technical Report CERC-89-19.Missisippi: USAE WaterwaysExperiment Station.
Hanson, H. dan N. C. Kraus. 1989. GENESIS Generalized Model for Simulating Shore -line Change: Report 1. Technical Refer-ence CERC-89-19. Mississippi: USAE Waterways Experiment Station
Sorensen, R.M. 1978. Basic Coastal Engineering. New York: John Wiley and Sons.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. I. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. II. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Wahyudi, S. Imam, dkk, 1999, Evaluasi Penurunan Tanah di Areal Pelabuhan Tanjung emas Semarang, J. Pondasi, ISSN 0853-814X, Vol. 5 No. 2 Desember 1999, p. 67-74
Wahyudi, S. Imam, dkk, 2001, Studi Penanggulangan Rob Kota Pekalongan, BAPPEDA Kota Pekalongan
Wahyudi, S. Imam, 2001, Uji Hipotesis terhadap Faktor Penyebab Banjir Rob Kota Semarang, Prosiding Seminar Nasional ITS, ISBN, 979-96565-08, p.A13-1 s/d A13-6
Buku Ajar Pelabuhan 9-1
IX. FASILITAS PELABUHAN KHUSUS
Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini adalah merupakan salah satu pokok
bahasan mengenai fasilitas fasilitas pelabuhan khusus diantaranya pelabuhan ikan.
9.1 Pendahuluan
9.1.1 Deskripsi Singkat
Menjelaskan tentang beberapa fasilitas yang perlu dimiliki untuk jenis pelabuhan
khusus. Dimana dalam bab ini lebih banyak menjelaskan tentang pelabuhan ikan.
9.1. 2 Relevasi (mata kuliah)
Membekali Sarjana Teknik Jurusan Sipil dalam merencanakan, melaksanakan
pembangunan Pelabuhan dengan materi tentang Fasilitas pelabuhan khusus.
Rinciannya adalah pola kegiatan operasional, pola penanganan ikan, pola
pendaratan ikan, fasilitas laut, fasilitas darat.
9.1.3 Kompetensi Dasar
Dengan diberikannya rincian materi tentang pola kegiatan operasional, pola
penanganan ikan, pola pendaratan ikan, fasilitas laut, fasilitas darat. Mahasiswa
mampu menjelaskan mengenai pengertian pelabuhan dengan benar (80 % )
9.2 PENYAJIAN
9.2.1. Pola Kegiatan Operasional
Rencana pengembangan PPI Gentuma telah diuraikan dimuka yaitu mengembangkan
pembangunan sarana prasarana untuk kelancaran proses produksi, pengolahan dan
pemasaran hasil perikanan yang diprioritaskan pada sarana prasarana yang betul-betul
dibutuhkan oleh nelayan dan masyarakat perikanan. Selanjutnya dibuat perencanaan
kebutuhan fasilitas yang disesuaikan dengan pola kegiatan operasional pelabuhan
perikanan, pada umumnya sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 0-1meliputi :
Buku Ajar Pelabuhan 9-2
⇒ Kegiatan Operasional di laut.
• Penangkapan Ikan di laut.
Kegiatan penangkapan ikan di laut dilakukan oleh nelayan-nelayan lokal
yang umumnya menggunakan perahu yang bertenaga kecil 5 GT ke bawah.
• Pendaratan Ikan di Dermaga
Kegiatan pendaratan kapal penangkap ikan di dermaga mencakup bongkar
ikan, pengangkutan ke TPI, penyortiran, pembersihan dan sebagai sarana
tempat tambat / labuh. Kondisi saat ini belum ada pemisahan dermaga
masing-masing peruntukannya, sehingga aktivitas bongkar, muat dan
istirahat menjadi satu.
Hasil dari tangkapan sebagian besar tidak didaratkan melalui dermaga,
sedangkan alat angkut ikan dari dermaga ke TPI masih menggunakan tenaga
orang dan keranjang. Hal ini disebabkan karena kemampuan Jetty / dermaga
belum memadai untuk menampung kendaraan roda 4
• Perawatan dan Perbaikan
Kegiatan ini mencakup perbaikan bagi kapal-kapal yang rusak berat/ringan,
penggantian suku cadang, maupun perawatan rutin sebelum melaut. Untuk
kegiatan ini diperlukan fasilitas perbengkelan dan fasilitas docking
(slipway).
⇒ Kegiatan Operasional di darat.
• Pelelangan
Kegiatan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) adalah kegiatan pelelangan ikan
hasil tangkapan yang merupakan kegiatan utama pada PPP – Kwandang.
Kegiatan lain di dalam pelelangan ini adalah kegiatan administrasi
(pencatatan, penarikan retribusi, penimbangan, dan lain-lain) yang
dilakukan oleh petugas Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan kegiatan jual beli
yang melibatkan pemilik ikan / penjual dan pedagang / pembeli.
• Penyortiran dan Pengepakan
Buku Ajar Pelabuhan 9-3
Ikan hasil tangkapan yang telah dilelang selanjutnya disortir dan dipak
untuk kemudian dipasarkan atau diolah lebih lanjut. Kegiatan ini biasanya
dilakukan di dalam ruangan gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
• Pengolahan (Processing)
Kegiatan pengolahan meliputi pendinginan / pembekuan di dalam cold
storage atau freezer, pengawetan dan cara pengeringan (drying) atau
penggaraman (salting), pemindangan, pengalengan (cannig) dan sebagainya.
• Pengangkutan (Transportation)
Sarana penghubung yang ada di Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas
sarana darat, laut dan udara, sarana darat berupa jalan-jalan dan jembatan
dengan fasilitas kendaraan roda 2 dan kendaraan roda 4 cukup memadai.
Sarana angkutan air dilakukan oleh kapal motor berukuran kecil (2 - 5 GT),
kapal penumpang se-kelas KM-Unsini yang merapat di pelabuhan umum
Aggrek kearah timur dari Kwandang. Angkutan udara dilakukan dengan
pesawat terbang.
• Pemasaran (Marketing)
Pemasaran hasil produksi ikan laut di Kabupaten Gorontalo Utara terdiri
atas pemasaran ikan basah dan pemasaran ikan olahan. Penyalur ikan basah
(ikan laut) mulai dari nelayan sebagai produsen sampai kepada konsumen
melalui berbagai cara. Di PPP – Kwandang pemasaran produksi ikan yang
didaratkan, dilaksanakan dengan cara lelang oleh KUD setempat.
Buku Ajar Pelabuhan 9-4
Penangkapan Di Laut
Pembersihan
Pendinginan
Penyimpanan
Pelayanan
Suplai Air
Suplai BBM
Suplai Maakanan
Perbaikan / Perawatan
KapalMesin
Alat
Tambat / Istirahat
Pembersihan
Pemeliharaan
Istirahat
Pendaratan
Bongkar
Angkut
Sortir
Pembersihan
Pelelangan
Lelang
Angkut
Pembersihan
Cold Storage
Pembersihan
SortirPacking
Freezer
Pembersihan
Packing
Pemasaran Antar Pulau
Transportasi Laut
Tabur Es
Pemasaran Lokal
Transportasi Darat
Tabur Es
Aktivitas Di Laut Aktivitas Di Darat
Penyortiran /Pengepakan
AngkutPembersihan
Packing
Taber Es
Pengolahan
Pengeringan
Penggaraman
Pengalengan
Filleting
Tepung Ikan
Krupuk Ikan
Minyak Ikan
Dan Lain-Lain
Gambar 0-1 Pola Operasional Pelabuhan
Buku Ajar Pelabuhan 9-5
9.2.2. Pola Penanganan Ikan
Dalam penanganan ikan perlu diperhatikan usaha untuk mempertahankan mutu ikan hasil
tangkapan sejak dari penangkapan, penyimpanan dan pengangkutan sampai ke tangan
konsumen. Kegiatan penanganan ikan meliputi : seperti terlihat pada.
⇒ Penanganan Ikan di Laut.
Penanganan ikan yang baik yaitu dengan menjaga agar ikan tetap segar setelah
ditangkap. Untuk itu ikan hasil tangkapan disimpan dalam palkah (fish hold)
dan diawetkan dengan es. Dengan demikian ikan tersebut tetap dingin dan
segar selama perjalanan di laut. Untuk itu kapal penangkap ikan yang akan
berlayar juga harus dibekali dengan es yang cukup untuk menjaga agar mutu
ikan selama operasi penangkapan tetap terjaga.
⇒ Penanganan Ikan di Pelabuhan
Dalam proses pembongkaran ikan dari kapal ke dermaga dan pengangkutan ke
Tempat Pendaratan Ikan (TPI) di tentukan penanganan yang baik, agar mutu
ikan tetap terjaga. Pada saat kapal merapat di dermaga ikan di bongkar dari
palkah, dibersihkan dari kotoran dan es dengan menggunakan air bersih, lalu di
sortir dan disusun dalam keranjang sambil ditaburi es. Setelah itu keranjang-
keranjang yang berisi ikan tersebut diangkut ke Tempat Pendaratan Ikan (TPI)
dengan menggunakan kereta dorong, ikan yang telah dilelang tersebut selanjut
diangkut ke tempat penyimpanan atau pengolahan atau langsung di pasarkan.
⇒ Penanganan Ikan Dalam Pengangkutan
Untuk penanganan ikan yang dijual dalam keadaan segar agar mutunya tetap
terjaga dengan baik selama pengangkutan, perlu diperhatikan, apabila jarak
pengangkutan cukup jauh, maka ikan-ikan tersebut harus diangkut dalam
keadaan tetap dingin, dengan cara menyimpannya dalam peti yang ditaburi
dengan es. Sementara untuk jarak yang relatif dekat, diangkut bersama-sama
dengan keranjangnya dan ditaburi dengan es curai.
9.2.3. Pola Pendaratan Ikan
Buku Ajar Pelabuhan 9-6
Dengan adanya Rencana Pengembangan PPI Gentuma, maka pola pendaratan ikan dalam
produksi dan pemasarannya akan diubah dan direncanakan sebagai seperti pada Gambar
0-1.
Dari gambar tersebut terlihat bahwa kapal yang berukuran besar (> 5 GT), akan
mendaratkan ikannya di dermaga, sebagian masuk ke TPI, diolah ke industri pengemasan
dan pengolahan ikan. Dari hasil pengolahan dan pengemasan tersebut akan dipasarkan ke
pabrik tepung, pemasaran antar pulau atau eskport. Sebagian lagi hasil ikan ini dilelang
untuk kebutuhan lokal termasuk pengolahan tradisional.
Sedangkan kapal motor yang berukuran kecil (< 5 GT) akan mendaratkan ikannya di
dermaga , dan dibawa ke TPI. Di TPI ini ikan dilelang untuk kebutuhan lokal termasuk
pengolahan tradisional.
Buku Ajar Pelabuhan 9-7
Penangkapan Di Laut
Pembersihan
Pendinginan
Penyimpanan
Pelayanan
Suplai Air
Suplai BBM
Suplai Maakanan
Perbaikan / Perawatan
Kapal
Mesin
Alat
Tambat / Istirahat
PembersihanPemeliharaan
Istirahat
Pendaratan
Bongkar
Angkut
Sortir
Pembersihan
Pelelangan
Lelang
Angkut
Pembersihan
Cold Storage
Pembersihan
Sortir
Packing
Freezer
Pembersihan
Packing
Pemasaran Antar Pulau
Transportasi Laut
Tabur Es
Pemasaran Lokal
Transportasi Darat
Tabur Es
Aktivitas Di Laut Aktivitas Di Darat
Gambar 0-1 Pola Pendaratan Ikan
Buku Ajar Pelabuhan 9-8
Penangkapan Pendaratan Pengolahan Penyimpanan Penjualan Konsumen
< 5 GT
Siklus 1 hari
Di daratkan
dalam keranjang
dengan es curai
Pembersihan
Segera dijual ke
pedagang &
konsumen
Konsumen
> 5 GT
Siklus 1 hari
Penggaraman
Pengeringan
Pengelengan
Pembersihan
Filleting
Tepung Ikan
Minyak Ikan
Krupuk Ikan
Produk Ikan
Di daratkan
dalam keranjang
dengan es curai
Penyimpanan
Penyimpanan
Pendinginan
Cold Storage
Pembekuan
Penyimpanan
dalam Silo
Pedagang Konsumen
File: Drawing2
Gambar 0-2 Pola Penanganan Ikan
Buku Ajar Pelabuhan 9-9
9.2.4. Fasilitas Laut
Fasilitas laut meliputi dermaga (dermaga bongkar dan muat), kolam pelabuhan, alur
pelayaran, dan bangunan pelindung pelabuhan/breakwater. Dasar pertimbangan bagi
perencanaan fasilitas laut adalah sebagai berikut:
• Kondisi pasang surut di lokasi sekitar +3,3 m (berdasarkan peramalan selama
20 tahun) terhadap LLWL, atau dapat dikatagorikan sedang, sehingga harus
mengunakan katrol mesin yang dioperasikan oleh operator untuk handling
ikan dari kapal ke dermaga atau dari kapal ke dermaga.
• Penentuan lokasi dermaga bongkar disesuaikan dengan kedalaman perairan
untuk menhindari pekerjaan pengerukan yang besar.
• Dermaga bongkar berjarak sependek mungkin dengan fasilitas darat,
khususnya tempat pelelangan ikan (TPI) dengan tetap mempertimbangkan
kedalaman perairan.
• Penempatan posisi dermaga dilakukan dengan mempertimbangkan arah serta
kecepatan arus, arah dan kekuatan angin, kestabilan pantai, serta kemudahan
gerak kapal.
• Ketinggian dermaga dilaksanakan dengan memperhatikan kondisi pasang
surut, tinggi gelombang, dan tinggi dek kapal di atas muka air.
• Panjang dermaga disesuaikan dengan kebutuhan kapal yang akan berlabuh.
• Lebar dermaga disesuaikan dengan kemudahan gerak bongkar muat kapal.
• Perairan relatif tenang.
1. Dermaga
Dermaga berfungsi sebagai tempat membongkar ikan/muatan (anloading),
memuat/pelayanan perbekalan (loading/servicing) seperti BBM, air es dan lain-lain;
dan tambat labuh untuk beristirahat (idle berthing). Berhubung kegiatan tersebut tidak
berkesinambungan dan demi efisiensi kerja, maka kegiatan tersebut dipisahkan pada
masing-masing tempat, sehingga perlu disiapkan dermaga untuk membongkar
ikan/muatan, mengisi perbekalan dan untuk bertambat labuh/istirahat. Sesuai dengan
pemisahan zona kapal besar dan kapal kecil, maka dibuatkan pula pemisahan antara
deraga untuk kapal besar dan kapal kecil untuk mempermudahan operasional tambat
Buku Ajar Pelabuhan 9-10
labuh dan bongkar muat di pelabuhan perikanan. Untuk masing-masing zona
direncanakan dermaga bongkar (anloading berth) dan dermaga muat service berth
yang juga terpisah.
2. Fasilitas-fasilitas Penunjang Lainnya
Pada sisi depan berdekatan dengan dermaga muat disediakan lahan untuk fasilitas
perbaikan kapal yaitu (docking Facility) yang dilengkapi dengan sistem derek kapal
dan bengkel kapal. Selain itu juga terdapat rumah mesin sebagai tempat penyimpanan
mesin-mesin kapal.
9.2.5. Fasilitas Darat
1. Lahan Darat
Lahan fasilitas darat dihasilkan dari reklamasi sampai elevasi + 2 m terhadap LLWL
yang memiliki luas ± 3 Ha.
2. Pembagian Zoning Areal Darat
Perencanaan tata ruang area darat didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
• Pembagian zona yang jelas untuk masing-masing peruntukannya.
• Pemisahan yang jelas antara area bersih adan kotor.
• Zona-zona dengan aktivitas yang saling terkait posisinya berdekatan tetapi
tidak saling mengganggu.
• Pembagian zona diusahakan sedemikian sehingga jaringan jalan di dalam
komplek pelabuhan memudahkan bagi pemakai jalan.
Secara garis besar area darat dibagi menjadi 5 zona, yaitu:
1) Zona Pelelangan Ikan
2) Zona Permukiman
3) Zona Perkantoran dan Sosial
Buku Ajar Pelabuhan 9-11
4) Zona Perbekalan, Bengkel dan Docking
5) Zona Industri
Lokasi area darat sebagai tempat dermaga dan beraktivitas perikanan ini merupakan
hasil dari reklamasi pantai yang direncanakan meliputi 3 ruang dermaga yaitu
dermaga untuk bongkar, dermaga muat dan dermaga untuk industri yang mampu
menampung kebutuhan zona yang direncanakan. Konsep perincian fasilitas yang
direncanakan untuk setiap zona disajikan pada Tabel 3.1 dan perubahan yang ada
disesuaikan dengan kondisi dan pertimbangan-pertimbangan agar fasilitas yang
diberikan benar-benar terpenuhi dan memberikan manfaat yang optimal di PPI
Gentuma.
Tabel 3.1 Perincian Fasilitas Darat Yang Direncanakan
Kawasan Rincian
Zona Pelelangan Ikan
Area pelelangan ikan beserta fasilitas pendukung, yang terdiri: bangunan TPI, gudang TPI, Pabrik Es, Cold Storage, dan lapangan parkir
Zona Permukiman
Area hunian beserta fasilitas pendukungnya yang terdiri dari: mess karyawan, mess tamu, rumah dinas dan instalasi air bersih pemukiman.
Zona Perkantoran dan Sosial
Area pekantoran dan sosial terdiri dari: kantor administrasi, stasiun SSB, koperasi, pertokoan, sarana olahraga, klinik, pemadam kebakaran dan balai pertemuan nelayan.
Zona Perbekalan, Bengkel dan Docking
Area ini terdiri dari: SPBU, bengkel kapal rumah mesin, dan fasilitas docking.
Zona Industri Merupakan lahan untuk areal industri
Penjelasan dari masing-masing zona adalah sebagai berikut:
1) Zona Pelelangan Ikan
Buku Ajar Pelabuhan 9-12
Zona pelelangan diletakkan di dekat dermaga bongkar. Zona pelelangan
merupakan bagian utama dari fasilitas darat dalam kegiatan PPI sehari-hari nanti,
yang terdiri dari sarana-sarana sebagai berikut:
a. Tempat pelelangan ikan (TPI)
TPI merupakan pusat kegiatan PPI di darat, yaitu tempat melelang ikan hasil
tangkapan. Tempat ini merupakan pertemuan antara penjual dengan pembeli.
Lokasi TPI diusahakan sedekat mungkin dengan dermaga.
Kebutuhan luas TPI pada dasarnya dipengaruhi oleh jumlah ikan produksi
yang akan dilelang di tempat ini. Kebutuhan luasan tersebut untuk proses
pelelangan ikan diantaranya mulai dari ruang penimbangan, ruang lelang
(auction hall) dan penyimpanan sementara (sebelum diangkut). Proporsi
kebutuhan ruang penimbangan, ruang lelang (auction hall) dan penyimpanan
sementara tersebut diperkirakan sebesar 1:3:1. Namun demikian untuk
menghitung kebutuhan luas TPI tersebut pendekatan atau formulasi yang
yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
αR
NxPS =
Dimana;
S = Luas TPI yang dibutuhkan (m2)
N = Jumlah ikan yang dilelang per hari (ton/hari)
R = Jumlah lelang per hari (kali/hari)
α = 0,3
P = Luas yang dibutuhkan untuk setiap satuan berat ikan (m2/ton)
b. Gudang TPI
Gudang TPI digunakan sebagai tempat penyimpanan alat-alat pendukung
operasi pelelangan.
Buku Ajar Pelabuhan 9-13
c. Cold Storage
Cold storage dibangun sebagi tempat pengawetan ikan.
d. Area parkir
Untuk mendukung kegiatan TPI, area parkir ditempatkan berdekatan TPI.
2) Zona Pemukiman
Untuk mendukung aktivitas pelabuhan, perlu disediakan fasilitas rumah dinas
bagi pimpinan dan staf pengelola PPI, mess karyawan, mess tamu dan instalasi
air besih. Sedangkan zona pemukiman untuk para nelayan telah dijumpai di
lokasi dan telah tertata dengan baik.
3) Zona Perkantoran dan Sosial
Area perkantoran dan sosial ditempatkan pada lokasi yang dapat menjangkau
pemantauan semua kawasan pelabuhan terutama untuk memantau lalu-lintas
kapal di pelabuhan, yang terdiri dari bangunan-bangunan sebagai berikut:
a. Kantor Administrasi PPI
Segala kegiatan yang berada di pelabuhan memerlukan pengelola. Oleh
karena itu perlu dibangun kantor administrasi PPI yang akan menampung
segala kegiatan yang bersifat di atas meja.
b. Stasiun SSB
Segala kegiatan yang berada di pelabuhan memerlukan control komunikasi.
Oleh karena itu perlu dibangun stasiun SSB yang akan mengatur sistem
komunikasi di pelabuhan.
c. Koperasi
Dibangun sebagai koperasi nelayan.
d. Klinik Kesehatan
Buku Ajar Pelabuhan 9-14
Dibangun sebagai sarana kesehatan.
e. Pemadam Kebakaran
Dibangun sebagai sarana pengaman fasilitas pelabuhan.
f. Balai Pertemuan Nelayan
Gedung ini berfungsi untuk menampung semua kegiatan yang menyangkut
sosialisasi formal dan non formal seperti penyuluhan dan bimbingan, rapat
atau musyawarah, perayaan/peringatan, dan ruang istirahat.
g. Kios dan Pertokoan
Perlu direncanakan pula suatu areal untuk dijadikan sebagai areal niaga,
yaitu pertokoan dan kios-kios yang menjual kebutuhan hidup sehari-hari
maupun kebutuhan nelayan untuk melaut.
h. Sarana OLahraga
Berupa lapangan sepakbola sebagai sarana olahraga.
i. Area Parkir
Area parkir juga perlu direncanakan di sekitar zona ini.
4) Zona Perbekalan, Bengkel dan Docking
Zona perbekalan, Bengkel dan Docking ditempatkan dekat dermaga muat. Zona
perbekalan merupakan kegiatan pendukung bagi terselenggaranya kegiatan
penangkapan di laut. Fasilitas pada zona perbekalan terdiri dari:
a. SPBU
SPBU/Pom Bensin perlu diletakkan sedekat mungkin dengan dermaga
muat, sehingga memudahkan para nelayan dalam mengisi bahan ba-kar
sebelum berlayar. Pembekalan bahan bakar untuk kebutuhan di laut ini
ditampung dengan cara yang ditentukan oleh pola distribusi PERTAMINA.
Buku Ajar Pelabuhan 9-15
b. Docking Facility dan Bengkel Kapal
Fasilitas untuk perbaikan kapal.
c. Rumah Mesin
Dibangun sebagai tempat penyimpanan mesin-mesin kapal.
5) Zona Industri
Kawasan Industri Pengelolaan Ikan ditempatkan di daerah tengah berdekatan dengan
areal perkantoran, dengan tujuan agar memudahkan hubungan antara pabrik dengan
kantor. Kawasan industri pengelolaan ikan direncanakan dalam bentuk kapling-
kapling dengan ukuran 200 x 100 m. Dalam pelaksanaannya pihak swasta yang akan
membangun pada kawasan industri harus mengacu pada pedoman yang akan
dikeluarkan pihak penguasa pelabuhan, terutama pada bentuk arsitektur bangunan dan
jumlah lantai.
9.3 Penutup
9.3.1. Tes Formatif
a. Bagaimana pola operasi di laut untuk jenis pelabuhan ikan dan infrastruktur apa perlu dipersiapkan
b. Bagaimana pola operasi di darat dan apa saja infrastruktur yang perlu dipersiapkan.
9.3.2. Umpan Balik
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada pada halaman
berikut ini. Periksa jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi dalam bab ini.
Rumus:
%1002
xbenaryangJawaban
guasaanTingkatPen∑
=
Arti tingkat penguasaan yang anda capai adalah:
90% - 100% : baik sekali
Buku Ajar Pelabuhan 9-16
80% - 89% : baik
70% - 79% : cukup
60% – 69% : kurang
0% - 59% : gagal
9.3.3. Tindak Lanjut
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 70% keatas, maka anda dapat meneruskan
dengan kegiatan belajar selanjutnya, tetapi jika tingkat penguasaan anda belum
mencapai 70%, maka anda harus mengulangi kegiatan belajar bab tersebut terutama
pada bagian yang anda belum kuasai. Untuk mencapai pemahaman tersebut anda
dapat menghubungi dosen pengampu di luar waktu kuliah.
9.3.4. Rangkuman
- Fasiliats infrastruktu di laut dibuat untuk memfasilitasi pola oparasi kapal dan
angkutannya saat berapda di laut
- Fasiliats infrastruktur di darat dibuat berdasarkan atas pola operasi barang ketika
berada di darat. Untuk itu perlu zonasi kebutuhan-ebutuhannya.
Daftar Pustaka
Bambang Triatmodjo, 1996, Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta.
Bambang Triatmodjo, 1999, Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta.
CERC US. Army, 1984, Coastal Engineering Manual, Washington DC., USA.
EDCLT. 1992. Engineering and Design: Coastal Littoral Transport (EDCLT), EM 1110-2-1502. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Gravens, M. B., N. C. Kraus, dan H. Hanson. 1991. Generalized Model for Simulating Shoreline Change: GENESIS:, Report 2: Workbook and System User’s Manual. Technical Report CERC-89-19.Missisippi: USAE WaterwaysExperiment Station.
Buku Ajar Pelabuhan 9-17
Hanson, H. dan N. C. Kraus. 1989. GENESIS Generalized Model for Simulating Shore-line Change: Report 1. Technical Refer-ence CERC-89-19. Mississippi: USAE Waterways Experiment Station
Sorensen, R.M. 1978. Basic Coastal Engineering. New York: John Wiley and Sons.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. I. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. II. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Wahyudi, S. Imam, dkk, 1999, Evaluasi Penurunan Tanah di Areal Pelabuhan Tanjung emas Semarang, J. Pondasi, ISSN 0853-814X, Vol. 5 No. 2 Desember 1999, p. 67-74
Wahyudi, S. Imam, dkk, 2001, Studi Penanggulangan Rob Kota Pekalongan, BAPPEDA Kota Pekalongan
Wahyudi, S. Imam, 2001, Uji Hipotesis terhadap Faktor Penyebab Banjir Rob Kota Semarang, Prosiding Seminar Nasional ITS, ISBN, 979-96565-08, p.A13-1 s/d A13-6
X. PASANG SURUT
Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini adalah merupakan salah satu
pokok bahasan mengenai fenomena pasang surut, cara pengukuran dan analisisnya.
10.1 Pendahuluan
10.1.1 Deskripsi Singkat
Menjelaskan tentang salah satu aspek hidro-oseanografi yang penting
diketahui dalam merencanakan dan membangun pelabuhan.
10.1. 2 Relevasi (mata kuliah)
Membekali Sarjana Teknik Jurusan Sipil dalam merencanakan, melaksanakan
pembangunan Pelabuhan dengan materi tentang Pasang Surut. Rinciannya adalah
definisi elevasi muka air, tipe pasang surut, pengamatan dan analisis pasang surut.
10.1.3 Kompetensi Dasar
Dengan diberikannya teori tentang pasang surut, cara pengukuran dan
analisisnya, mahasiswa jurusan Teknik Sipil akan mampu menjelaskan pasang surut
sebagai dasar perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemeliharaan
pelabuhan dengan benar (80%).
10.2 Penyajian
10.2.1. Umum
Pasang surut (pasut) pada umumnya dikaitkan dengan proses naik turunnya air
laut (sea level) secara berkala yang ditimbulkan adanya gaya tarik dari benda –benda
angkasa, terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Elevasi muka air
tertinggi (pasang) dan terendah (surut) sangat penting untuk merencanakan bangunan-
bangunan pelabuhan. Untuk menentukan elevasi puncak bangunan pemecah
gelombang, dermaga dan fasilitas pelabuhan lainnya ditentukan oleh muka air pasang
sedangkan kedalaman alur pelayaran / pelabuhan ditentukan oleh muka air surut.
Pengetahuan tentang waktu, ketinggian dan arus pasang surut sangat penting dalam
aplikasi praktis yang begitu luas seperti dalam navigasi, dalam pekerjaan rekayasa
kelautan (pelabuhan, bangunan penahan gelombang, dok, jembatan laut, pemasangan
pipa bawah laut, dll), dalam penentuan chart datum bagi hidrografi. Dapat dikatakan
semua perencanaan bangunan pantai harus diperhitungkan terhadap berbagai keadaan
elevasi muka air laut. Muka air laut berfluktasi dengan periode yang lebih besar dari
periode gelombang angin.
10.2.2. Definisi Elevasi Muka Air
Elevasi muka air laut selalu berubah setiap saat, maka diperlukan suatu elevasi
yang ditetapkan berdasarkan data pasang surut, menurut US Army (1984) beberapa
elevasi itu adalah:
a. Muka air tinggi (high water level, HWL)
Yaitu muka air tertinggi yang dicapai pada saat pasang dalam satu siklus pasang
surut.
b. Muka air rendah (low water level, LWL)
Yaitu kedudukan air terendah yang dicapai pada saat air surut dalam suatu siklus
pasang surut.
c. Muka air tinggi rerata (mean high water level, MHWL)
Yaitu rerata dari muka air tinggi selama periode 19 tahun.
d. Muka air laut rendah rerata (mean lo water level, MLWL)
Yaitu rerata dari muka air rendai selama periode 19 tahun.
e. Muka air laut rerata (mean sea level, MSL)
Yaitu muka air rerata antara muka air tinggi rerata dan muka air rendah rerata.
Elevasi ini digunakan sebagai referensi untuk elevasi di daratan.
f. Muka air tinggi tertinggi (highest high water level, HHWL)
Yaitu air tertinggi dapat saat pasang surut purnama atau bulan mati.
g. Air rendah terendah (lowest low water level, LLWL)
Yaitu air terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.
h. Higher high water level,
Yaitu air tertinggi dari dua air tinggi dalam satu hari, seperti dalam pasang surut
tipe campuran.
i. Lower low water level,
Yaitu air terendah dari dua air rendah dalam satu hari.
Secara khusus angka elevasi rata-rata muka air saat purnama (spring), yaitu
MHWS dan MLWS diperoleh dari merata-ratakan pasang tertinggi dan surut terendah
setiap periode waktu purnama (pada umumnya terjadi satu kali dalam kurun waktu
selama 15 hari).
Umumnya yang biasa digunakan dalam perencanaan bangunan-bangunan
pelabuhan seperti MHWL untuk menentukan elevasi puncak pemecah gelombang,
LLWL untuk keperluan kedalaman alur pelayaran dan kolam pelabuhan. Sebagai
gambarannya berikut diberikan deskripsi posisi pasang surut hasil pengukuran
lapangan.
10.2.3. Tipe Pasang Surut
6.35 m BM-01
2.75 m MSL
2.99 m
3.18 m
2.51 m
2.32 m
MHWS
MHW
MLW
MLWS
4.52 m
1.84 m
1.83 m LLWL
3.67 m HHWL
7.00 m
600 m
4.00 m
3.00 m
200 m
1.00 m
0.00 m
+1.84 m
+0.92 m
+ 0.00 m
Menurut Dientrik 1944 dan Zehel 1972 terdapat dua macam pasang surut yaitu
a. Semi Diurnal Tide
Yaitu pasang surut yang mempunyai periode ± 12,4 jam.
Jadi dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut. Keadaan ini
terjadi apabila poros perputaran bumi tegak lurus pada garis yang
menghubungkan pusat bumi dan bulan.
bulan bumi
Gambar Semi Diurnal Tides
b. Diurnal Tide
Yaitu pasang surut yang mempunyai periode ± 24 jam.
Jadi dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut. Keadaan ini
terjadi apabila poros perputaran bumi tidak tegak lurus pada garis yang
menghubungkan pusat bumi dan bulan
Bumi bulan
Gambar Diurnal Tides
Tipe pasang surut suatu perairan ditentukan dengan nilai Formzahl (F) dalam
Otto S.R. (1999), yang diklasifikasikan menjadi :
1) Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide) atau pasang ganda jika F < ¼.
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali surut dengan tinggi yang
hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan secara teratur. Periode
pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. Pasang surut jenis ini terdapat di
selat Malaka sampai laut Andaman.
2) Pasang surut harian tunggal (diurnal tide) atau pasang tunggal jika F > 3.
Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut. Periode pasang
surut adalah 24 jam 50 menit. Pasang surut tipe ini terjadi di perairan selat
Karimata.
3) Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevalling
semidiurnal) atau pasang campuran dominasi ganda jika ¼ < F < 1½.
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan
periodenya berbeda. Pasang surut jenis ini banyak terdapat di perairan Indonesia
Timur.
4) Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevalling diurnal)
atau pasang campuran dominasi tunggal jika 1½ < F < 3.
Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang-
kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan
tinggi dan periode yang sangat berbeda. Pasang surut jenis ini terdapat di selat
Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.
Penentuan tipe pasang surut berdasarkan data pengamatan pasang surut dari
hasil survey lapangan.
10.2.4. Pengamatan Pasang Surut
Tujuan dilakukan pengamatan pasang surut adalah untuk menentukan
kedudukan air laut yaitu: kedudukan air tinggi (High Water Level), duduk tengah
(Mean Sea Level) dan kedudukan air rendah (Low Water Level). Dengan demikian
akan didapat nilai datum line (penentuan garis nol) yang secara umum merupakan
elevasi dari LWS.
Pengamatan pendek pasang surut yang dilakukan 15 hari terus menerus
dengan interval pembacaan 60 menit. Dengan pengamatan selama 15 hari tersebut
telah tercakup satu siklus pasang surut yang meliputi pasang purnama dan perbani.
Pengamatan lebih lama (30 hari atau lebih) akan memberikan data yang lebih
lengkap.
Pengamatan muka air dapat dengan menggunakan bak ukur (Papan Ukur
Berskala) dengan interval setiap jam, siang dan malam. Untuk dapat melakukan
pembacaan dengan baik tanpa pengaruh gelombang, biasanya pengamatan dilakukan
di tempat terlindung, seperti muara sungai atau teluk.(Teknik Pantai, Bambang
Triatmodjo).
Alat yang digunakan adalah 1 (satu) buah Peil Scale dan alat penunjang seperti
kayu kruing untuk penyangga Peil Scale ditancapkan di tepi pantai atau menempel
pada bangunan sedemikian rupa sehingga dibuat kedudukannya kuat tahan gerakan
dari pada gelombang maupun arus. Dan yang lebih penting adalah agar Peil Scale
tersebut dapat untuk membaca pada saat air laut pasang maupun surut.
.
Gambar Pengikatan Peil scale
Berdasar teori perhitungan pasang surut air laut, dengan sistem Doodson
Rouster, maka pengamatan tersebut dilakukan selama 9 (sembilan) seri yang berarti
9 X 38 jam atau selama kurang lebih 15 (lima belas) hari secara terus-menerus.
Pembacaan dilakukan pada setiap 1 (satu) jam sekali, dicatat waktu dan tinggi air laut
selama kurang lebih 15 (lima belas) hari selama terus-menerus.
Hasil data pengamatan pasang surut tersebut dipakai untuk bahan perhitungan
Air Pasang (HWL), Air Surut (LWL) dan Duduk Tengah (MSL). Untuk analisa
pasang surut menggunakan metode pasang surut dan aplikasi perangkat lunak yaitu :
a) Metode Doodson Rouster
Metode ini untuk mengetahui nilai rata-rata kedudukan air laut,
b) Metode Admiralty
Patok
BT. 1 BT. 2
Peilschaal
Sebagai pembanding dan mengetahui parameter-parameter/konstanta
pasang surut serta mengetahui sifat/tipe pasang surut,
c) Program Dina tide
Mengetahui parameter/konstanta pasang surut termasuk tipe pasut di lokasi
pekerjaan dan melakukan peramalan selama periode waktu tertentu serta
mengetahui nilai probabilitas terlampaui untuk setiap elevasi penting
pasut.
Pengolahan dan analisis data pengamatan pasang surut dilaksanakan sesuai
dengan diagram alir sebagai berikut.
Gambar Bagan Alir proses analisa pasang surut
a. Metode Doodson Rouster
Berdasar teori metode Doodson Rouster, maka pengamatan dilakukan selama
9 (Sembilan) seri yang berarti 9 x 38 jam atau selama kurang lebih 15 (lima
belas) hari secara terus-menerus.
Data Pasut
Least Square
Komponen Pasang Surut
Jenis Pasang Surut
Peramalan Pasang Surut 15 Hari
Peramalan Pasang Surut 20 Tahun
Perbandingan Hasil Ramalan denganPengukuran
Lapangan
Elevasi Acuan
Pasang Surut Probalitas Kejadian tiap Elevasi Acuan
Pasang Surut
Dari data pengamatan pasang surut yang sudah terekam dilakukan
perhitungan untuk mendapatkan nilai duduk tengah (MSL), air rendah rerata
(ARR) dan air tinggi rerata (ATR) dengan menggunakan rumus dasar yaitu:
( )( )Faktor
BacaanFaktorMSL
∑
×∑=
ARR = MSL - Zo
ATR = MSL + Zo
Dimana :
MSL = Duduk tengah suatu air laut
Faktor = Konstanta pengali (Jawatan Hidro-oseanografi
Jakarta)
Bacaan = Tinggi bacaan / pengamatan pasang surut
ARR = Air rendah rerata
ATR = Air tinggi rerata
Zo = Elevasi muka air pada duduk tengah (MSL)
Berikut diberikan contoh hasil pengamatan pasang surut dianalis
menggunakan metode doodson rouster.
Tabel Nilai Kedudukan Air Laut Dengan Metode Doodson Rouster
No.
Hari ke- Faktor
Pemb x
Fak
ATR/HW
L MSL
ARR/LW
L
Ser
i (cm) (cm) (cm) (cm)
1 1 - 2 30 2591 146.37 86.37 26.37
2 2 - 4 30 2846 154.87 94.87 34.87
3 4 - 5 30 2500 143.33 83.33 23.33
4 5 - 7 30 2817 153.90 93.90 33.90
5 7 - 9 30 2688 149.60 89.60 29.60
6 9 - 10 30 2516 143.87 83.87 23.87
7 10 - 12 30 2606 146.87 86.87 26.87
8 12 - 13 30 2955 158.50 98.50 38.50
9 13 - 15 30 2957 158.57 98.57 38.57
b. Metode Admiralty
Analisa menggunakan metode Admiralty dengan 15 piantan (sesuai waktu
pengamatan yang dilakukan) merupakan pembanding metode Doodson
Rouster. Dimana cara ini digunakan menentukan permukaan air laut rata-rata
dari empat komponen-komponen penting pasang surut (tidal constant)
berturut-turut untuk konstanta S2, M2, O1dan K1.
Perhitungan dengan Metode Admiralty melalui tahapan perhitungan yang
panjang, untuk menjabarkan proses perhitungan tersebut berikut
dideskripsikan dalam bentuk skema perhitungan yang diberikan berikut ini.
: Hasil Pekerjaan
: Tabel
: Garis kerja
: Garis konfirmasi dengan Tabel
Data Pengamatan
Disusun
2 Tabel 2
Skema
3
Tabel
4
DATA
PENGAMATAN
Skema
6
Skema 7 Tabel 30 dan
5
8 Skema 5
& Skema 6
1
0
9 Tabel 40,41,42
Skema 7
1
11
Posisi : Lintang : Bulan :
Bujur : Waktu Tolak : GMT + 7,00
Bacaan Skala Pada Jam X1 Y1 X2 Y2 X4 Y4 X0 X1 Y1 X2 Y2 X4 Y4 Tanggal
No 0:00 1:00 2:00 3:00 4:00 5:00 6:00 7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00 19:00 20:00 21:00 22:00 23:00 + - + - + - + - + - + - +2000 +1000 +1000 +1000 +1000 +1000
1 150 140 120 90 70 60 60 80 110 140 170 190 200 180 160 120 90 60 50 50 60 80 100 120 1550 -1100 1260 -1230 1390 -910 1200 -1450 870 -770 1330 -1320 2650 2450 1030 1480 750 1100 1010 4 Mei 2005
2 130 130 120 100 90 70 70 80 100 130 150 170 180 180 160 140 110 90 70 60 60 70 90 100 1470 -1090 1270 -1240 1260 -950 1210 -1350 900 -760 1260 -1300 2560 2380 1030 1310 860 1140 960 5 Mei 2005
3 110 110 110 110 100 90 90 90 100 120 130 150 160 160 160 150 130 110 100 80 80 80 80 90 1480 -1130 1490 -1200 1190 -1170 1420 -1270 900 -770 1350 -1340 2690 2350 1290 1020 1150 1130 1010 6 Mei 2005
4 90 100 100 100 100 100 100 100 110 110 120 130 140 140 150 140 140 130 120 110 100 90 80 80 1530 -1150 1510 -1170 1070 -1310 1420 -1260 890 -740 1350 -1330 2680 2380 1340 760 1160 1150 1020 7 Mei 2005
5 80 80 90 100 100 110 110 120 120 120 120 120 120 120 130 130 130 140 130 130 120 100 90 80 1480 -1190 1500 -1190 990 -1430 1370 -1320 890 -760 1360 -1330 2690 2290 1310 560 1050 1130 1030 8 Mei 2005
6 70 70 80 90 100 110 120 130 130 120 120 110 100 100 100 110 120 130 140 140 140 120 110 90 1400 -1240 1480 -1180 910 -1510 1280 -1380 870 -770 1330 -1330 2660 2160 1300 400 900 1100 1000 9 Mei 2005
7 70 70 70 80 90 110 130 140 140 140 120 110 90 80 80 90 110 130 140 150 150 140 120 100 1370 -1280 1450 -1200 860 -1570 1180 -1470 870 -780 1330 -1320 2650 2090 1250 290 710 1090 1010 10 Mei 2005
8 80 60 60 70 90 110 130 150 160 150 140 110 90 70 70 70 90 110 130 150 160 150 140 110 80 -1310 1420 -1230 880 -1580 1060 -1590 860 -810 1320 -1330 2650 770 1190 300 470 1050 990 11 Mei 2005
9 90 70 60 60 80 100 130 160 170 170 150 120 90 70 50 50 70 90 120 150 160 160 150 120 1310 -1330 1370 -1270 890 -1560 950 -1690 880 -820 1330 -1310 2640 1980 1100 330 260 1060 1020 12 Mei 2005
10 90 70 50 50 70 100 130 160 180 180 170 140 100 70 50 40 50 70 100 130 160 160 160 130 1310 -1210 1310 -1300 950 -1490 850 -1810 850 -830 1300 -1310 2610 2100 1010 460 40 1020 990 13 Mei 2005
11 110 80 60 50 60 90 120 160 180 190 180 160 120 80 50 30 30 50 80 120 150 150 150 140 1310 -1260 1260 -1310 1020 -1360 760 -1810 490 -420 1300 -1270 2570 2050 950 660 -50 1070 1030 14 Mei 2005
12 120 80 60 50 50 80 110 150 180 200 200 180 140 100 60 30 20 40 60 100 130 160 160 150 1360 -1250 1270 -1340 1140 -1280 740 -1870 860 -850 1300 -1310 2610 2110 930 860 -130 1010 990 15 Mei 2005
13 130 90 70 50 50 70 100 140 180 200 210 190 160 120 80 40 20 30 50 80 110 140 160 150 1420 -1200 1270 -1350 1240 -1170 770 -1850 870 -850 1300 -1320 2620 2220 920 1070 -80 1020 980 16 Mei 2005
14 140 110 80 50 50 60 90 120 160 200 210 210 180 140 100 60 30 20 40 60 100 130 150 150 1470 -1170 1300 -1340 1340 -1060 830 -1810 880 -850 1310 -1330 2640 2300 960 1280 20 1030 980 17 Mei 2005
15 140 120 90 60 50 50 70 110 140 180 200 210 190 160 120 80 50 130 130 50 80 110 130 140 1700 -1090 1510 -1280 1370 -1150 1110 -1680 970 -810 1300 -1490 2790 2610 1230 1220 430 1160 810 18 Mei 2005
Tabel 3. Penyusunan Hasil Penghitungan Harga X dan Y Indeks Ke Dua Dari Skema 4 jumlah 39710 32240 16840 12000 7540 16260 14830
X00 =
0 + X10 =
10 + X12 - Y1b =
- X13 - Y1C =
+ X20 =
12 - X22 - Y2b =
+ X23 - Y2c =
1b + X12 - Y4b =
- X44 - Y4d =
+
13 - Y10 =
+ Y12 + X1b =
1c + Y13 + X1C = F = Parameter Pasut Yang Dicari
- Y20 =
20 + Y22 + X2b = Zo = 39,672 cm
- Y23 + X2c = HWL = 197,58 cm
+ Y42 + X4b = MSL = 132,06 cm
22 - Y44 + X4d = LWL = 65,519 cm
+
2b +
-
+
23 -
+ Perhitungan besaran - besaran w dan (1+W)
2c + dari kostanta -konstanta Pasut
- w dan (1 + W) untuk S2 , MS4
+ VII : K1 : V = 301,6
42 - VII : K1 : u = -6,5
+ Jumlah V + u =295,1
4b +
- Tabel 10 : S2 : w/f = -0,186
+ Tabel 10 : S2 : W/f = -0,186
44 - Tabel 5 : K1 f = 1,075
+ w = -0,2
4d + W = -0,2
- (1 + W) = 0,8
w dan (1 + W) untuk K1
VII : K1 : 2V = 603,2
VII : K1 : u = -6,5
Jumlah 2V + u = 596,7
Tabel 10 : K1 : w*f = 2,258
Tabel 10 : K1 : W*f = -0,215
Penyusunan Hasil untuk Besaran A (Amplitudo) Cm dan g0
Dibulatkan Tabel 5 : K1 f = 1,075
S0 M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4 K2 P1 w = 2,1
110,12 44,60 11,11 37,70 12,94 11,55 7,51 0,83 2,9988 4,271 W = -0,2
360 1040,9 12846 455,7 304,9 275,7 280,6 247,6 12846 455,7 ( 1 + W) = 0,8
w dan (1 + W) untuk N2
VII : M2 : 3V = 1616
VII : N2 : 2V = 1585
Jumlah M2 - N2 = 31,5
Tabel 10 : N2 : w = -0,8
Tabel 10 : N2 : (1 + W) = 0,2
-103,3
-9,8
S0
-12,5
-7640,3
1193,6
-104
-1176
2860
-
2240
450,9
-1002
995,7
555,1
1
-716,2
7,6
274,8
156
720
0 0 14,8
160 307 316
273 64 142
0 0
136,6
1 15,8
143,7 0
273 280
1,121 0,958 0,979
VMS4 = V M2
620,1 869,10
2019,09 1963,40 3574,27
-30
-215,4
-132
-
u S2 = 0
uN2= uMS4 = uM2
4. Besaran f, V dan u untuk M4
fM4 = (fM2).2
VM4 = VM2.2
uM4 = uM2.2
6. Besaran A dan g untuk K2
AK2 = (AS2)* 0.27
gK2 = (gS2)
VS2 = 0
2. Besaran f, V dan u untuk S2
fS2 = 1
-
-156,8 22,4 Tabel 6. Hubungan W, f , V, u, A dan g terhadap konstanta - konstanta Pasut
1. Besaran W untuk M2, O1, dan M4
W. M2 = W . O1 = W.M4 = 0 fN2 = f MS4 = fM2
3. Besaran f dan u untuk N2 dan MS4 5. Besaran V MS4
-
-100,2
-
-5010 100,2
2955,9 -150,3
- -60 -
323,1 -323,1 107,7
- 220 44
- -340 -3400
- 92,4 840
- - 380 -22,8
-
-117,6
-2 10
74,6
-50,4
117,6 -318,5
151,2
2393,7
-262,5
1858,4
30 7,5
-147,2
223,8
-118,5
K1 O1 M4 MS4
-
-1,8
7. Besaran A dan g untuk P1
A P1 = (AK1) * 0.33
g P1 = gK1
3,5 0,2
0 356,5
-
301,6
360 1040,9
0
0
0
0
0
110,12 44,60
327
12846,2 455,7
8 59
13206,2 1175,7
37,70
720
11,11
-6,5
-0,2
0 792,3
0 -1,8
2,5 -0,8
22,7
166
1 0,979
0 217,1
0 218,7
269,1
1,075
-7035,1 -331,2
8318,87
217
1225,50
214
S2 N2
-4439,7 1179,9
0,8
9,8
K1
1311,5
2028,2
2415,29
75
2
18,4 18,4
-2,5
9,819,6
-4
1311,5 -1887,8 1862,9 -3467
2028,2 -716,2 620,1 869,1
O1 M4 MS4
-1887,8 1862,9 -3467
720
1360,6 967,6
0
0 0
-3,6 -1,8
993,2 496,6
47,4
1730,4
N2
36,8
12,5
44,1
-2238
64
22
-
23,7
67,2
450,9
-651,3
-870
6569,7
-4400
-34
50,1
-50,1
-3000
-1507,8
S2
16,8
-11,4
-
- 3,8
-18,4
-2,5
-9,8
-
-34
-23,7
M2
-450,9
350,7
450
-10770
-
-
39642,5
0
-
-
-
-
-107,7
88
-
-
-5010
-5010
1840
Kostanta Harmonik
-3000
-10770
-4400
-3400
2370
22,42240 22,4
39710 -
-22,4
2000
13650
100,2
-39710X
39710
32240
-200,4
30
-12760
9100
-23140
10000
16050
-15420
12000
275,7
-15000
3000
-9000
1000
840
380
280,6 247,6304,9
12,94
Bila F > 3 : Pasut Tunggal
11,55 7,51 0,83
1080
3380
-4160
1000
8310
-7340
7540
-15000
2240
-3360
-
-
-
-
630
-
-
-5000
-4040
-
-
970
-
-250
490
-7460
-
-
380
-
SKEMA 6
220
-
- -4439,7
-
19
-
-7460
SKEMA 5
1680
-100
Tabel 8 : V"'
V = V' + V" + V"'
Tabel 9 : u
Tabel 3b : P
Tabel 5 : f
Tabel 7 : V"
Tabel 6 : V'
Tabel 37 : 1+ W
0
PR
39642,5
0
39642,5
V : PR Cos r
V1 : PR Sin r
0
0
0
0
0,979
1
360
0
0
195,6
183,9
159,2
538,7
-7640,3
-103,3
7641,00
175
360
0
985
239
1760,9
197
664,9
173735,8
720
Tabel 37 : w
Tabel 3b: p
360
Tabel 4 : r
g
kelipatan dari 3600
g0
Konstanta Pasut
A (Amplitudo) Cm
A (amplitudo) cm
go
-
-4540 -3420 - -
1000 1000 - -
4460 2470 -80 -950
-5790 -4040 - -
1000 1000 - -
310
-6120 -3230 - -
6210 3500 1420 460
-
1840
-3000
-
-
-630 1650
-
-140
-
- 39710
16840 -
-30000 -15000
8110
-8730
13440
-18800
40
-10990
5000
Besarnya X
1000
7520
-5870
5850
-8740
-6210 -5990 530
6740 6030 -
-7760 -220 -
5580 4190 -540 960
7520 7070 -
Bila 1,5 < F < 3 : Pasut Campuran Dominan Tunggal
M2So
1179,9
Tabel 5. Penyusunan Hasil Perhitungan Skema 7 untuk besaran - besaran V, V1, PR, P f, V', V",V"', u, p, r , w,
(1 + W ), g, A dan go Dari konstanta Pasut
-
-7035,1 -331,2
-7460
15
436,8
: Pasut Campuran Dominan Ganda0,439595533
Bila 0,25 < F < 1,5 : Pasut Campuran Dominan Ganda
Bila F < 0,25 : Pasut Ganda
-50,4
-149,2
3 - 18 April 200607032' - 08
015' LS
110041' - 111
018' BT
Tabel 2. Penyusunan Hasil Penghitungan Harga X1, Y1, X2, Y2, X4 DAN Y4 Dari Skema 4
Tabel 4. Penyusunan Hasil Penghitungan Besaran X dan Y dari Konstanta - konstanta Pasut untuk 15 Piantan Y
Ind
ek
s
Ta
nd
a
Y -
Tabel 1. Penyusunan Hasil Pengamatan Data Pasang Surut
--
4340
-4660
5000
5830
-60
5000
1780 2380
-10220 -5160
-
-320
-
-
5770
-
-3440 2220
- -
Gambar Skema Perhitungan Pasang Surut Dengan Metode Admiralty
Sebagai contoh hasil perhitungan dengan metode admiralty diberikan dalam
bentuk tabel berikut ini.
Perhitungan komponen-komponen pasang surut (tidal constituents) dilakukan
dengan menguraikan data pengamatan pasut menggunakan metode kuadrat
terkecil (method of least square) atau metode Admiralty. Berikut diberikan
contoh data komponen pasang surut.
Tabel Komponen Pasang Surut Sesuai Hasil Pengamatan
Dimana :
S0 M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4 K2 P1
A (cm) 95.43 6.03 4.06 1.44 54.42 21.24 0.43 0.43 5.88 8.47
g (0) 0 54.01 -22.3 14.31 255.7 233.83 -13.05 -79 27.59 231.79
A = amplitude
g = beda fase
S0 = elevasi muka air laut rata-rata terhadap nol rambu ukur
M2 = komponen utama bulan (semi diurnal)
S2 = komponen utama matahari (semi diurnal)
N2 = komponen eliptis bulan
K2 = komponen bulan
K1 = komponen bulan
O1 = komponen utama bulan (diurnal)
P1 = komponen utama matahari (semi diurnal)
M4 = komponen utama bulan (kuarter diurnal)
Ms4= komponen utama matahari-bulan
Dengan menggunakan amplitude komponen-komponen pasut K1, O1, M2 dan
S2 seperti pada tabel diatas, dapat ditentukan jenis pasut dari nilai Formzahl
sebagai berikut
0,350,706,403,6
24,2142,54
22
11 ≥=+
+=
+
+=
SM
OKF
Sehingga didapatkan tipe pasut di lokasi adalah diurnal (dalam 1 hari terjadi 2
kali pasang dan 2 kali surut atau pasang harian ganda).
c. Dina-Tide Program
Merupakan suatu perangkat lunak komputer yang memberikan hasil/out-put
lebih rinci dan peramalan elevasi pasut guna mengetahui perbandingan elevasi
penting pasut terhadap nol papan duga (peilschaal), muka air laut rata-rata
(MSL), dan terhadap muka air laut terendah (MSL). Pada perangkat lunak
Dina-Tide terdapat beberapa modul program masing-masing memiliki fungsi
berbeda-beda. Modul tersebut diantaranya bertujuan untuk :
22
11
SM
OKF
+
+=
0
50
100
150
200
0
24
48
72
96
12
0
14
4
16
8
19
2
21
6
24
0
26
4
28
8
31
2
33
6
WAKTU (jam)
TIN
GG
I A
IR (
cm
)
� Menguraikan data pasang surut hasil pengamatan lapangan menjadi
konstanta pasang surut (M2,S2, N2, K2, K1, O1, P1, M4 dan MS4) yaitu
Modul program Dina-Tide.exe
� Meramal pasang surut dalam waktu 20 tahun yaitu modul program Dina-
Ramal.exe
� Untuk membaca data pasang surut hasil peramalan, kemudian
menentukan elevasi-elevasi penting pasang surut yaitu modul program
Dina-Elev.exe
� Untuk membaca data pasang surut hasil peramalan, kemudian
menentukan probabilitas terlampaui dari elevasi-elevasi penting pasang
surut yaitu modul program Prob-T.exe
� Membaca data pasang surut hasil peramalan, mengoreksi data elevasi
terhadap elevasi penting dalam meter, kemudian menyimpan dalam
format time series tahunan yaitu modul program Tideseries.exe
� Menjalankan modul-modul program diatas secara berurutan yaiotu
modul program GoTide.exe.
Selain itu berdasarkan komponen-komponen pasut juga diramalkan elevasi
pasut selama 30 hari sesuai dengan waktu pengamatan. Hasil peramalan
dibandingkan dengan pengamatan di lapangan untuk melihat kesesuaiannya.
Contoh perbandingan pasang surut hasil survey dan hasil pengamatan
ditampilkan pada gambar-gambar berikut ini.
Grafik Pengamatan Pasang Surut Lapangan Selama 15 Hari
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
110.00
120.00
130.00
01/Dec/06 00 06/Dec/06 00 11/Dec/06 00 16/Dec/06 00 21/Dec/06 00 26/Dec/06 00 31/Dec/06 00
Gambar Peramalan Pasang Surut
Jika peramalan dan pengamatan sesuai, berdasarkan komponen-komponen
yang sama dilakukan peramalan pasut selama 0 tahun sejak tanggal
pengamatan (secara teoritis peristiwa pasut di suatu tempat di bumi akan
berulang selama 18,6 tahun).
Selanjutnya elevasi-elevasi acuan pasut yang menjadi ciri daerah tersebut
dihitung berdasarkan seluruh data ramalan pasut selama 20 tahun tersebut dan
hasilnya diberikan seperti pada tabel berikut.
Tabel elevasi acuan pasut hasil peramalan
No Elevasi acuan Nilai (cm)
1 HWS Highest water spring 184.93
2 MHWS Mean high water spring 172.80
3 MHWL Mean high water level 151.49
4 MSL Mean sea level 95.43
5 MLWL Mean low water level 35.78
6 MLWS Mean low water spring 14.93
7 LWS Lowst water spring 2.32
Dari hasil peramalan tersebut dapat dihitung nilai probabilitas terlampaui
untuk setiap elevasi penting pasut pada tabel elevasi acuan pasut hasil
peramalan menghasilkan grafik probabilitas terlampaui seperti gambar berikut.
Grafik Probabilitas Terlampaui di Lokasi Studi
LLWL = -1.47m
MLWS = -1.05m
MLWL = -0.70m
MSL = 0.00m
MHWL = 0.73m
MHWS = .38m
HHWL = 0.52m
-0.8
-0.5
-0.3
0.0
0.3
0.5
0.8
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100
Probabilitas Terlampaui (%)
EM
A t
hd
MS
L (
m)
Gambar Probabilitas terlampaui untuk elevasi penting pasang surut
10.3 Penutup
10.3.1. Tes Formatif
a. Berdasarkan pada elevasi pasang surut mana infrastruktur berikut ditentukan
• Kedalaman alur pelayaran
• Elevasi Dermaga
• Elevasi Break Water
b. Berdasarkan pengamatan pasang surut selama 38 jam, didapat hasil dalam cm yaitu:
95, 99, 100, 98, 97, 89, 82, 75, 70, 68 62, 67, 66, 63, 65, 67, 69, 71, 74, 84 87, 91, 95, 98, 101, 104, 100, 96, 92, 88 82, 77, 73, 69, 65, 62, 60, 64
Tentukan Mean Sea Level dengan sistem Doodson Ruster
10.3.2. Umpan Balik
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada pada halaman
berikut ini. Periksa jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi dalam bab ini.
Rumus:
%1002
xbenaryangJawaban
guasaanTingkatPen∑
=
Arti tingkat penguasaan yang anda capai adalah:
90% - 100% : baik sekali
80% - 89% : baik
70% - 79% : cukup
60% – 69% : kurang
0% - 59% : gagal
10.3.3. Tindak Lanjut
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 70% keatas, maka anda dapat meneruskan
dengan kegiatan belajar selanjutnya, tetapi jika tingkat penguasaan anda belum
mencapai 70%, maka anda harus mengulangi kegiatan belajar bab tersebut terutama
pada bagian yang anda belum kuasai. Untuk mencapai pemahaman tersebut anda
dapat menghubungi dosen pengampu di luar waktu kuliah.
10.3.4. Rangkuman
- Fenomena pasang surut menjadi parameter dominan dalam menentukan elevasi
infrastruktur di Palabuhan
- Elevasi pasang surut yang paling sering digunakan adalah duduk bawah (LWS),
duduk tengah (MSL) dan duduk atas (HWS)
- Analisis dengan menggunakan Metode Doodson Ruster, metode Admiralty dan
program DinaTide
Daftar Pustaka
Bambang Triatmodjo, 1996, Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta.
Bambang Triatmodjo, 1999, Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta.
CERC US. Army, 1984, Coastal Engineering Manual, Washington DC., USA.
EDCLT. 1992. Engineering and Design: Coastal Littoral Transport (EDCLT), EM
1110-2-1502. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Gravens, M. B., N. C. Kraus, dan H. Hanson. 1991. Generalized Model for
Simulating Shoreline Change: GENESIS:, Report 2: Workbook and System
User’s Manual. Technical Report CERC-89-19.Missisippi: USAE
WaterwaysExperiment Station.
Hanson, H. dan N. C. Kraus. 1989. GENESIS − Generalized Model for Simulating Shore-line Change: Report 1. Technical Refer-ence CERC-89-19. Mississippi:
USAE Waterways Experiment Station
Sorensen, R.M. 1978. Basic Coastal Engineering. New York: John Wiley and Sons.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. I. Washington DC: USAE Water-
ways Experiment Station.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. II. Washington DC: USAE Water-
ways Experiment Station.
Wahyudi, S. Imam, dkk, 1999, Evaluasi Penurunan Tanah di Areal Pelabuhan
Tanjung emas Semarang, J. Pondasi, ISSN 0853-814X, Vol. 5 No. 2
Desember 1999, p. 67-74
Wahyudi, S. Imam, dkk, 2001, Studi Penanggulangan Rob Kota Pekalongan,
BAPPEDA Kota Pekalongan
Wahyudi, S. Imam, 2001, Uji Hipotesis terhadap Faktor Penyebab Banjir Rob Kota
Semarang, Prosiding Seminar Nasional ITS, ISBN, 979-96565-08, p.A13-1
s/d A13-6
Buku Ajar Pelabuhan 11-1
XI. GELOMBANG
Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini adalah merupakan salah satu
pokok bahasan mengenai fenomena gelombang, cara pengumpulan data sekunder dan
primer dan metode analisisnya.
11.1. Pendahuluan
11.1.1. Deskripsi Singkat
Menjelaskan tentang salah satu aspek hidrooseanografi yang penting diketahui
dalam merencanakan dan membangun pelabuhan. Gelombang merupakan parameter
yang penting dalam menentukan dimensi dan kekuatan struktur di Pelabuhan.
11.1.2. Relevasi (mata kuliah)
Membekali Sarjana Teknik Jurusan Sipil dalam merencanakan, melaksanakan
pembangunan Pelabuhan dengan materi tentang Gelombang. Rinciannya adalah
fenomena alam kelautan, bagaimana mengumpulkan data sehingga dapat dianalisis
besaran – besaran gelombang seperti tinggi gelombang, periode gelombang dan
deformasi gelombang di pantai.
11.1.3 Kompetensi Dasar
Dengan diberikannya rincian materi tentang fenomena alam kelautan,
bagaimana mengumpulkan data sehingga dapat dianalisis besaran – besaran
gelombang seperti tinggi gelombang, periode gelombang dan deformasi gelombang di
pantai., Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai gelombang dengan benar (80 %).
11.2. Penyajian
Gelombang akibat angin merupakan gelombang yang selalu terdapat di laut
atau danau, dengan demikian gelombang angin adalah gelombang yang sangat
penting, terutama terhadap hal-hal yang berkaitan dengan proses morfologi pantai.
Angin yang berhembus di atas permukaan air akan memindahkan energinya ke air dan
akan menimbulkan gelombang angin. Daerah dimana gelombang dibentuk disebut
daerah pembentukan gelombang (wave generating area).
Buku Ajar Pelabuhan 11-2
Gelombang yang terjadi di daerah pembentukan gelombang di sebut sea,
sedangkan yang terbentuk setelah menjalar keluar daerah pembentukan disebut
gelombang swell.
11.2.1 Kondisi Gelombang di Laut Dalam
Pembentukan gelombang di laut dalam dianalisa dengan formula-formula
empiris yang diturunkan dari model parametrik berdasarkan spektrum
gelombang JONSWAP (Shore Protection Manual, 1984). Prosedur peramalan
tersebut berlaku baik untuk kondisi fetch terbatas (fetch limited condition)
maupun kondisi durasi terbatas (duration limited) sebagai berikut :
2/1
220016.0
=
AA
mo
U
gF
U
gH
3/1
222857.0
=
AA
p
U
gF
U
gT
3/2
228,68
=
AA
d
U
gF
U
gt
Dalam persaman tersebut,UA =0,71 U101.23 0
adalah faktor tekanan angin,
dimana UA dan U10 dalam m/dt. Hubungan antara Tp dan Ts diberikan
sebagai Ts =0,95 Tp .
Persamaan tersebut di atas hanya berlaku hingga kondisi gelombang telah
terbentuk penuh (fully developed sea condition), sehingga tinggi dan periode
gelombang yang dihitung harus dibatasi dengan persamaan empiris berikut :
243.02
=A
mo
U
gH
13.8=A
p
U
gT
41015.7 xU
gT
A
d =
Buku Ajar Pelabuhan 11-3
dimana:
0mH = tinggi gelombang signifikan menurut energi spektral
pT = perioda puncak gelombang
Dalam bentuk bagan alir, metode peramalan gelombang disajikan pada
gambar berikut
Start
tg
U
U
gF8.68t A
3/2
2
A
e ≤⋅
⋅=
No
(Duration Limited)
Yes
(Non Fully
Developed)
g
U
U8.68
gtF
2
A
2/3
A
min ⋅
⋅=
g
U243.00H
2
Am ⋅=
g
U134.8T
2
Ap ⋅=
Finish
Finish
Yes
(Fetch Limited)
minFF =
No
Fully Developed
4
3/2
2
AA
10x15.7U
gF8.68
U
gt≤
⋅=
2/1
2
A
2
Am
U
gF
g
U0016.00H
⋅=
3/1
2
A
2
Ap
U
gF
g
U2857.0T
⋅=
HS = significant wave height
Tp = peak wave period
F = effective fetch length
UA = wild stress factor (modifed wind speed)
T = wind duration
Gambar 4. Diagram Alir Proses peramalan gelombang berdasarkan data angina
Peramalan Gelombang
Beberapa parameter yang harus diketahui untuk keperluan peramalan
gelombang yaitu:
1. Kecepatan rata-rata angin di permukaan air (U)
Buku Ajar Pelabuhan 11-4
<5 5-<10 10-<15 15-<20 >20 Total <5 5-<10 10-<15 15-<20 >20 Total
utara 5174 6976 1524 597 270 14541 3.32 4.47 0.98 0.38 0.17 9.33
timur laut 1842 1572 548 101 51 4114 1.18 1.01 0.35 0.06 0.03 2.64
timur 17111 6268 1429 213 6 25027 10.97 4.02 0.92 0.14 0.00 16.05
tenggara 15656 3905 3191 1024 29 23805 10.04 2.50 2.05 0.66 0.02 15.27
selatan 4320 489 32 5 2 4848 2.77 0.31 0.02 0.00 0.00 3.11
barat daya 2494 646 77 11 3 3231 1.60 0.41 0.05 0.01 0.00 2.07
barat 5400 4530 1496 360 22 11808 3.46 2.91 0.96 0.23 0.01 7.57
barat laut 5423 7923 1951 657 550 16504 3.48 5.08 1.25 0.42 0.35 10.59
berangin = 103878 = 66.63
tidak berangin = 29525 = 18.94
tidak tercatat = 22510 = 14.44
total = 155913 = 100
Arah
Jumlah Jam Persentase
2. Arah angin
3. Panjang daerah pembengkit gelombang (Fetch, F)
4. Lama hembus (td)
Perhitungan Tinggi Gelombang menggunakan data angin
Peramalan gelombang menggunakan data kecepatan angin melalui proses
koreksi dan konversi. Data angin yang digunakan adalah data angin setiap hari
berikut informasi mengenai arah dan kecepatan angin selama n tahun. Data
yang ada diolah dan dikonversi sebagai input analisis gelombang selanjutnya
disajikan dalam bentuk tabel dan gambar mawar angin (windrose).
Dari data kecepatan dan data arah angin dibuat penggolongan kecepatan
berdasarkan jumlah kecepatan dan arah angin untuk selanjutnya dicari
prosentase arah angin dan ditabelkan. Memudahkan pembacaan dan
mengetahui data arah angin dominan dibuat gambar Windrose. Berikut
diberikan contoh tabel dan gambar data arah angin (prosentase) berdasarkan
kecepatan.
Tabel 1 Data Prosentase Kejadian Angin Total
Buku Ajar Pelabuhan 11-5
Gambar 5. Wind Rose
Sama dengan cara perhitungan analisis kecepatan angin, data arah dan tinggi
gelombang yang didapatkan dapat dicari jumlah arah gelombang berdasarkan
penggolongan tinggi gelombang dan dihitung jumlah data untuk masing-
masing range selanjutnya prosentase arah dan tinggi gelombang dapat dicari
serta ditabelkan. Dari tabel tersebut dibuat gambaran Wave Rose untuk
menggambarkan prosentase data arah gelombang dominan seperti contoh
gambar berikut.
Buku Ajar Pelabuhan 11-6
Gambar 6. Wave Rose
Perhitungan Tinggi Gelombang (H) berdasarkan panjang fetch
Selain berdasarkan data gelombang dari Badan Meteorologi Maritim setempat,
tinggi gelombang (H) dan periode gelombang (T) dapat juga dicari dengan
cara perhitungan berdasarkan data angin dengan penentuan panjang fetchnya.
Peramalan gelombang berdasarkan data angin sebagai pembangkit utama
gelombang dan daerah pembentukan gelombang (fetch) biasa disebut sebagai
proses hindcasting.
Fetch adalah panjang daerah pembangkitan gelombang dimana angin memiliki
pengaruh dominan, ditinjau dari pembangkitan gelombang di laut, fetch
dibatasi oleh daratan lokasi pengamatan dan daratan diseberang, yang dibatasi
oleh laut. Di daerah pembentukan gelombang, gelombang tidak hanya
dibangkitkan dalam arah yang sama dengan arah angin tetapi juga dalam
berbagai arah sudut terhadap arah angin dominan dilokasi pengamatan. Fetch
efektif dapat dihitung dengan menggunakan rumusan berikut :
i
ii
i
LfLf
αα
cos
cos.
∑
∑=
Dimana
Lf1 = panjang fetch ke-i
αi = sudut pengekuran fetch ke-i
i = jumlah pengukuran fetch
Jumlah pengukuran ‘i’ untuk tiap arah mata angin tersebut meliputi
pengukuran-pengukuran dalam wilayah pengaruh.
Panjang fetch ditentukan berdasarkan jarak titik tinjauan dengan daratan
diseberang. Jarak ini diukur dengan sudut tertentu berdasarkan arah datangnya
Buku Ajar Pelabuhan 11-7
angin. Panjang fetch pada contoh perhitungan ini diperhitungkan untuk arah
Utara.
Gambar 7 Penentuan panjang fetch dan titik observasi gelombang
Dari hasil penggambaran didapatkan jarak fetch dan dimasukkan dalam tabel
seperti contoh tabel berikut.
Tabel 2 Panjang Fetch efektif untuk arah Barat Laut
Nomor
Garis
αααα (…o) Cos αααα Jarak
Xi (Km)
Xi cos αααα
1 72 0.309 528.54 163.32
2 66 0.4067 539.33 219.35
3 60 0.5 566.29 283.15
4 54 0.5878 598.65 351.89
5 48 0.6691 566.29 378.90
6 42 0.7431 528.54 392.76
7 36 0.809 442.25 357.78
8 24 0.9135 463.82 423.7
9 12 0.9781 555.51 543.34
Buku Ajar Pelabuhan 11-8
1,0
1.5
2.0
0.50.0 5 1510 20 25 m/dt
RL=UW/UL
10 6 0.9945 490.79 488.09
0 0 1 377.53 377.53
A 6 0.9945 382.92 380.81
B 12 0.9781 382.92 374.53
C 18 0.9511 399.10 379.58
D 24 0.9135 404.49 369.50
E 30 0.866 366.74 317.6
F 36 0.809 43.15 34.91
Total 13.423 5836.74
831,434423,13
74,5836===
∑∑
α
α
Cos
XiCosFeff km
Setelah panjang fetch effective diketahui, maka tinggi gelombang (H) dan
periode gelombang (T) dihitung dengan menggunakan grafik dari Shore
Protection Manual (SPM).
Hubungan antara pencatatan kecepatan angin di darat dan perhitungan
kecepatan angin di laut , dibantu dengan grafik dibawah ini.
(Sumber: Pelabuhan, Bambang Triatmodjo,1996)
Gambar 8 Grafik Hub Antara Kecepatan Angin Darat dan Laut
Keterangan :
Buku Ajar Pelabuhan 11-9
RL = Koefisien hubungan angin di darat dan di laut
Uw = Kecepatan angin di laut
UA = Kecepatan angin di darat
Untuk memudahkan dalam perhitungan perlu ada konversi satuan kecepatan
angin, yaitu : 1 knot =1,852 km/jam = 0,515 m/detik.
Arah Utara untuk U = 10 Knot = 5,15 m/det, dari grafik didapat RL = 1,4;
maka UW = 1,4 x 5,15 = 7,21 m/det.; UA = 8,06 m/dt dengan Fetch eff =
434.831 km ; dari grafik SPM didapat :
H = 1,50 m dan
T = 7,0 detik
Mencari tinggi gelombang pada kedalaman tertentu
Untuk merencanakan bangunan pemecah gelombang / breakwater diperlukan
data besarnya tinggi gelombang pada lokasi konstruksi. Elevasi dasar ujung
pemecah gelombang dipakai adalah –4.0 m dibawah muka air terendah (LWL).
Arah gelombang yang diperhitungkan dari arah Utara (αo = 0°),
H = 1.50 m dan T = 7.0 detik
Panjang gelombang di laut dalam dihitung:
Lo = 1.56 x T2
= 1.56 x (7.0)2 = 76,44 m,
Co = Lo / T
= 76,44 / 7.0 = 10,92 m/dt
d/L = 4,0 / 76,44 = 0.052
Untuk nilai d/L di atas, dengan tabel didapat:
d/Lo = 0.09623.; L = 4,0 / 0.09623 = 41.56
C = L / T = 41,56 / 7,0 = 5,94 m/dt
Arah datang gelombang pada kedalaman 4,0 m:
Sin α1 = (c1 / co) Sin αo
= (5,94 / 10,92) sin 45° = 0,385
Buku Ajar Pelabuhan 11-10
α1 = 22,64°
Koefisien refraksi dihitung dengan rumus:
Kr = √(cos αo / cos α1)
= √ (cos 45°/cos 22,64°) = 0.766
dengan tabel untuk d / Lo = 0.09623 didapat
n1 = 0.8187 dan no = 0.5
Koefisien shoaling/pendangkalan dihitung dengan rumus:
Ks = √ [(no . Lo ) / (n1 . L1)]
= √ [(0.5 x 76,44) / (0.8187 x 41,56)] = 1,06
maka tinggi gelombang pada kedalaman 1.94 m didapat:
H1 = Ks . Kr . H
= 1,06 x 0.766 x 1.5 = 1,218 m.
H1 = Ks . Kr . H
= 1,06 x 0.766 x 3,5 = 2,84 m
Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan:
H1 = 1.22 m
Ho = 1.50 m.
Dengan demikian � H1< Ho
Untuk keamanan , dalam perhitungan breakwater / penahan gelombang,
ditentukan tinggi gelombang yang digunakan H1 = 1,98 m (digunakan angka
keamanan (SF) sebesar 1,5).
Gelombang Rencana
Gelombang rencana didapat dengan memprediksikan kejadiaan angin
maksimum dengan perioda tertentu. Dari hasil hindcasting didapat
gelombang maksimum tiap arah selama n tahun. Analisis perhitungan
berdasarkan dari data tinggi gelombang selama n tahu seperti tabel berikut.
Buku Ajar Pelabuhan 11-11
Tabel 3 Tinggi Gelombang Maksimum selama n tahun
Tahun U TL T TG S BD B BL Max
2001 1.12 2.13 3.7 1.62 1.88 0 0 0 3.7
2002 2.46 1.93 2.63 1.93 1.18 0 0 0 2.63
2003 1.15 2.96 2.86 1.36 0.87 0 0 0 2.96
2004 0.52 1.61 2.57 0.88 0.87 0 0 0 2.57
2005 0.56 1.93 2.79 1.82 0.77 0 0 0 2.79
Max 2.46 2.96 3.7 1.93 1.88 0 0 0
Hasil peramalan gelombang yang berupa series waktu kejadian gelombang
akibat angin, masih belum dapat langsung digunakan untuk perencanaan.
Perencanaan memerlukan suatu tinggi (dan periode) gelombang yang
biasanya didasarkan pada suatu fenomena statistik yang dikenal dengan nama
periode ulang.
Dalam kajian ini gelombang rencana yang dipakai adalah berdasarkan
analisis harga ekstrim dari data gelombang terbesar tahunan hasil peramalan
gelombang. Untuk analisis tinggi gelombang, dilakukan dengan
menggunakan beberapa metoda (ada 4 metoda). Hasil analisa dari keempat
model fungsi distribusi nilai maksimum tersebut didapat satu fungsi
distribusi yang mempunyai simpangan terkecil dari data. Fungsi distribusi
inilah yang digunakan untuk menghitung gelombang rencana untuk perioda
ulang tertentu. Dari Jenis fungsi distribusi yang dipakai untuk menghitung
gelombang rencana dapat digambarkan dalam contoh grafik berikut.
Gambar 9 Grafik probabilitas gelombang berbagai distribusi
2.0
2.2
2.4
2.6
2.8
3.0
3.2
3.4
3.6
3.8
4.0
0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Probabilitas Weibull
Tinggi Gelombang (m)
Data Tinggi Gelombang
Distribusi Log Normal
Distribusi Pearson
Distribusi Log Pearson
Distribusi Gumbel
Teluk Bengkunat
Buku Ajar Pelabuhan 11-12
Menggunakan metode rata-rata kuadrat error terkecil, dari masing-masing
metoda didapat bahwa metode log normal mempunyai nilai terbaik.
Tabel 4 Fungsi Distribusi Lognormal untuk Menghitung Tinggi Gelombang
Rencana
Weibul Data Prediksi Stdev
0.17 2.57 2.49 0.214
0.33 2.63 2.71 0.195
0.5 2.79 2.9 0.2007
0.67 2.96 3.09 0.228
0.83 3.7 3.36 0.2876
Sehingga dari didapat nilai tinggi gelombang tiap-tiap perioda ulang seperti
yang disajikan pada berikut.
Tabel 5 Nilai tinggi gelombang tiap-tiap perioda ulang
Periode Ulang Nilai Ekstrim
(tahun) Tinggi Gel. (m)
1 2.71
2 2.90
3 3.09
5 3.30
10 3.53
25 3.80
50 3.98
100 4.15
200 4.31
11.2.2. Deformasi Gelombang
Untuk memperoleh kondisi gelombang di titik-titik tertentu suatu lokasi
dilakukan analisis transformasi gelombang Penyebaran gelombang dipengaruhi oleh
kontur dasar perairan dimana pergerakan gelombang ditransformasikan menurut
variasi topografi dasar perairan tersebut. Ada beberapa tipe transformasi gelombang,
diantaranya : pendangkalan (shoaling), pecah (breaking), refraksi (refraction),
difraksi (difraction), refleksi(reflaction) dan lain-lain.
Shoaling
Shoaling (pendangkalan) adalah perubahan tinggi gelombang karena perubahan
kedalaman dasar laut.
Buku Ajar Pelabuhan 11-13
Refraksi
Refraksi adalah peristiwa berubahnya arah perambatan dan tinggi gelombang
akibat perubahan kedalaman dasar laut. Ilustrasi secara sederhana dapat dilihat
pada gambar 1. Gelombang akan merambat lebih cepat pada perairan dalam dari
pada perairan yang dangkal. Hal ini menyebabkan puncak gelombang membelok
dan menyesuaikan diri dengan kontur dasar laut.
Gambar 1. Perambatan arah gelombang akibat refraksi
Parameter-parameter yang penting pada analisa refraksi gelombang adalah :
Ks = koefisien pendangkalan
Kr = koefisien refraksi
Dimana :
g
go
sC
CK =
b
bK o
s =
Cg = kecepatan ‘grup’ gelombang (‘ ‘ menyatakan laut dalam)
Sementara tinggi gelombang yang terjadi pada perairan dangkal (H) dapat
dihitung sebagai berikut :
H = H0.Ks.Kr
Buku Ajar Pelabuhan 11-14
Difraksi
Difraksi adalah peristiwa transmisi energi gelombang dalam arah kesamping
(lateral) dari arah perambatan. Peristiwa ini terjadi apabila terdapat bangunan
laut yang menghalangi perambatan gelombang seperi yang diilustrasi pada
gambar b. Pada bagian yang terlindungi oleh bangunan laut, tetap terbentuk
gelombang akibat transmisi lateral tadi. Fenomena difraksi tidak terbatas pada
perairan dangkal saja karena difraksi terjadi dimana terdapat bangunan laut
yang menghalangi perambatan gelombang.
Gambar 2. Perambatan arah gelombang akibat difraksi
Dalam Triatmodjo (1999) Tinggi gelombang akibat difraksi dapat dihitung
dengan persamaan berikut:
HA = KD x HP
dengan :
HA = tinggi gelombang di titik A,
HP = tinggi gelombang di titik P,
KD = koefisiensi difraksi di titik A.
Koefisien difraksi (KD) merupakan fungsi dari θ, β dan r/L. Nilai KD
untuk θ, β dan r/L tertentu dapat dilihat dalam Triatmodjo (1999)
Refleksi
Refleksi gelombang adalah proses pemantulan gelombang oleh dinding atau
bentuk garis pantai tertentu. Proses refleksi gelombang dapat digambarkan
A
P
Buku Ajar Pelabuhan 11-15
sebagai proses pemantulan oleh sebuah cermin. Gelombang akan dipantulkan
dengan arah yang sesuai dengan arah bayangan gelombang pada cermin.
Gambar 3. Sketsa Refleksi Gelombang
Tinggi gelombang terefleksi dapat dihitung dengan persamaan berikut.
Hr = Kr x Hi
Dengan:
Hr = tinggi gelombang refleksi,
Hi = tinggi gelombang datang = H gelombang bayangan,
Kr = koefisien refleksi (0 < Kr < 1).
Besarnya koefisien refleksi ini dipengaruhi oleh kekasaran, kekerasan,
kemiringan serta bentuk permukaan dinding reflektor.
Pengaruh proses reflaksi, difraksi dan refleksi gelombang secara simultan
dipengaruhi oleh bentuk wilayah perairan serta berbagai bentuk bangunan
pantai yang terdapat didalamnya. Sebagai contoh, apabila di dalam kolam
pelabuhan (di dalam konstruksi pemecah gelombang) besar kedalaman
perairannya tidak sama, maka akan terjadi proses difraksi akibat adanya
bangunan pemecah bangunan, proses refraksi akibat tidak samanya kedalaman
perairan kolam pelabuhan, serta proses refleksi gelombang akibat pemantulan
oleh dinding pemecah gelombang atau konstruksi dermaga pada pelabuhan.
10.3 Penutup
10.3.1. Tes Formatif
Buku Ajar Pelabuhan 11-16
1. Pada Prediksi gelombang angin dikenal istilah sebagai berikut, dan jelaskan dengan sketsa
a. Gelombang SEA dan SWELL
b. Panjang Fetch
c. Tinggi dan Periode Gelombang
10.3.2. Umpan Balik
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada pada halaman
berikut ini. Periksa jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi dalam bab ini.
Rumus:
%1002
xbenaryangJawaban
guasaanTingkatPen∑
=
Arti tingkat penguasaan yang anda capai adalah:
90% - 100% : baik sekali
80% - 89% : baik
70% - 79% : cukup
60% – 69% : kurang
0% - 59% : gagal
10.3.3. Tindak Lanjut
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 70% keatas, maka anda dapat meneruskan
dengan kegiatan belajar selanjutnya, tetapi jika tingkat penguasaan anda belum
mencapai 70%, maka anda harus mengulangi kegiatan belajar bab tersebut terutama
pada bagian yang anda belum kuasai. Untuk mencapai pemahaman tersebut anda
dapat menghubungi dosen pengampu di luar waktu kuliah.
10.3.4. Rangkuman
- Fenomena gelombang laut menjadi parameter dominan dalam menentukan dimensi
dan kekuatan infrastruktur di Palabuhan
- Parameter gelombang yang sering digunakan adalah tinggi gelombang dan periode
gelombang
- Gelombang mengalami deformasi ketika menuju ke pantai diantaranya: Shoaling,
Refraksi, Defraksi dan gelombang pecah
Buku Ajar Pelabuhan 11-17
Daftar Pustaka
Bambang Triatmodjo, 1996, Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta.
Bambang Triatmodjo, 1999, Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta.
CERC US. Army, 1984, Coastal Engineering Manual, Washington DC., USA.
EDCLT. 1992. Engineering and Design: Coastal Littoral Transport (EDCLT), EM
1110-2-1502. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Gravens, M. B., N. C. Kraus, dan H. Hanson. 1991. Generalized Model for
Simulating Shoreline Change: GENESIS:, Report 2: Workbook and System
User’s Manual. Technical Report CERC-89-19.Missisippi: USAE
WaterwaysExperiment Station.
Hanson, H. dan N. C. Kraus. 1989. GENESIS − Generalized Model for Simulating Shore-line Change: Report 1. Technical Refer-ence CERC-89-19. Mississippi:
USAE Waterways Experiment Station
Sorensen, R.M. 1978. Basic Coastal Engineering. New York: John Wiley and Sons.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. I. Washington DC: USAE Water-
ways Experiment Station.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. II. Washington DC: USAE Water-
ways Experiment Station.
Triatmadja R, 2001, Fluidisasi Dasar sebagai Alternatif Metoda Perawatan Muara
Sungai dan Alur Pelayaran, Prosiding Seminar Nasional Teknik Pantai, PSIT-
UGM, pp. 94
Wahyudi, S. Imam, dkk, 1999, Evaluasi Penurunan Tanah di Areal Pelabuhan
Tanjung emas Semarang, J. Pondasi, ISSN 0853-814X, Vol. 5 No. 2
Desember 1999, p. 67-74
Wahyudi, S. Imam, dkk, 2001, Studi Penanggulangan Rob Kota Pekalongan,
BAPPEDA Kota Pekalongan
Wahyudi, S. Imam, 2001, Uji Hipotesis terhadap Faktor Penyebab Banjir Rob Kota
Semarang, Prosiding Seminar Nasional ITS, ISBN, 979-96565-08, p.A13-1
s/d A13-6
XII. Pemecah Gelombang 12-1
XII. PEMECAH GELOMBANG
Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini adalah merupakan salah satu
pokok bahasan mengenai fenomena gelombang, cara meredam gelombang,
infrastruktur yang dapat digunakan untuk memecah gelombang sehingga gelombang
dapat teredam di lokasi yang perludiamankan.
12.1. Pendahuluan
12.1.1. Deskripsi Singkat
Menjelaskan tentang salah satu cara untuk meredam gelombang yang penting
diketahui dalam merencanakan dan membangun pelabuhan. Gelombang merupakan
parameter yang penting dalam menentukan dimensi dan kekuatan struktur di
Pelabuhan. Salah satu struktur yang berhadapan langsung dengan gelombang adalah
pemevah gelombang.
12.1.2. Relevasi (mata kuliah)
Membekali Sarjana Teknik Jurusan Sipil dalam merencanakan, melaksanakan
pembangunan Pelabuhan dengan materi tentang Pemecah Gelombang. Rinciannya
adalah pengertian pemecah gelombang (break water), tipe pemecah gelombang dan
analisis pemecah gelombang.
12.1.3 Kompetensi Dasar
Dengan diberikannya teori tentang pemecah gelombang, cara pengukuran dan
analisisnya, mahasiswa jurusan Teknik Sipil akan mampu menjelaskan pemecah
gelombang sebagai dasar perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta
pemeliharaan pelabuhan dengan benar (80%)
12.2. Penyajian
12.2.1 Pengertian Pemecah Gelombang
Pemecah gelombang adalah bangunan yang digunakan untuk melindungi
daerah perairan pelabuhan dari gangguan gelombang. Bangunan ini memisahkan
XII. Pemecah Gelombang 12-2
daerah perairan dari laut bebas, sehingga perairan pelabuhan tidak banyak
dipengaruhi oleh gelombang besar dilaut. Daerah perairan dihubungkan dengan laut
oleh mutu pelabuhan dengan lebar tertentu, dan kapal keluar / masuk pelabuhan
melalui celah tersebut .Dengan adanya pemecah gelombang ini daerah pelabuhan
menjadi tenang dan kapal bisa melakukan bongkar muat barang dengan mudah.
Pada prinsipnya, pemecah gelombang dibuat sedemikian rupa sehingga mulut
pelabuhan tidak menghadap kearah gelombang dan arus dominan yang terjadi
dilokasi pelabuhan.
Gelombang yang datang dengan membentuk sudut terhadap garis pantai dapat
menimbulkan arus sepanjang pantai. Kecepatan arusyang besar akan bisa
mengangkut sedimen dasar dan membawa searah dengan arus tersebut. Mulut
pelabuhan yang menghadap arus tersebut akan memungkinkan masuknya sedimen
kedalam perairan pelabuhan yang berakibat terjadinya pendangkalan.
Gambar 1 Contoh pemecah gelombang
Ada beberapa macam pemecah gelombang ditinjau dari bentuk dan bahan
bangunan yang digunakan. Menurut bentuknya pemecah gelombang dapat
dibedakan menjadi gelombang sisi miring,sisi tegak dan sisi campur. Pemecah
gelombang bisa dibuat dari tumpukan batu, blok beton, beton massa, turap, dan
sebagainya.
Dimensi pemecah gelombang pada banyaknya faktor, diantaranya adalah ukuran
dan lay out perairan pelabuhan, kedalaman laut, tinggi pasang surut dan gelombang,
keterangan pelabuhan yang diharapkan ( besarnya limpasan air melalui puncak
bangunan yang diijinkan ) transpor sedimen di sekitar lokasi pelabuhan.
Mengingat tujuan utama pemecah gelombang adalah untuk melindungi kolam
pelabuhan terhadap gangguan gelombang, maka pengetahuan tentang gelombang
dan gaya-gaya yang ditimbulkannya merupakan faktor penting didalam
XII. Pemecah Gelombang 12-3
perencanaan. Pemecah gelombang harus mampu menahan gaya-gaya gelombang
yang bekerja. Pada pecah gelombang sisi miring, butir-butir batu atau blok beton
harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga tidak runtun oleh serangan
gelombang. Demikian juga, pemecah gelombang dinding tegak lurus mampu
menahan gaya-gaya penguling yang disebabkan oleh gaya gelombang dan tekanan
hidrostatis. Resultan dari gaya berat tersendiri dan gaya-gaya gelombang harus
berada pada sepertiga bagian tengah. Selain itu tanah dasar juga harus mampu
mendukung beban bangunan di atasnya.
12.2.2 Tipe Pemecah Gelombang
Pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu :
1. Pemecah gelombang sisi miring.
2. Pemecah gelombang sisi tegak
3. Pemecah gelombang campuran
Termasuk dalam kelompok pertama adalah pemecah gelombang dari tumbukan batu
alam, balok beton, gabungan antara batu pecah dan blok beton, batu buatan dari
beton dengan bentuk khusus seperti tetrapod, quadripods, tribars, dolod, dan
sebagainya. Sebagian atas pemecah gelombang tipe ini biasanya juga dilengkapi
dengan dinding beton yang berfungsi menahan limpasan air diatas bangunan.
Sedang yang termasuk dalam tipe kedua adalah dinding blok beton massa yang
disusun secara vertikal, kaison beton, sel turap baja yang didalamnya disisi batu,
dinding turap baja atau beton dan sebagainya. Selain kedua tipe tersebut pada
kedalaman air yang besar, dimana pembuatan pemecah gelombang sisi miring atau
vertikal tidak ekonomis, dibuat pemecah gelombang tipe campuran yang merupakan
gabungan dari tipe pertama dan tipe kedua. Gambar 2 menunjukkan beberapa
contoh ketiga tipe pemecah gelombang. Gambar 3 adalah pemecah adalah
pemecah gelombang sisi miring, yang terdiri dari tumpukan batu dibagian dalamnya
sedang lapis luarnya dapat berupa batu dengan ukuran besar atau beton beton
dengan bentuk tertentu. Lapis luar ( lapis pelindung ) ini harus mampu menahan
serangan gelombang. Gambar 4 adalah pemecah gelombang sisi tegak dari kaison
beton. Tanah dasar laut dikeruk dan diganti dengan batu yang berfungsi sebagai
pondasi. Untuk menanggulangi gerusan pada pondasi, maka dibuat pelindung kaki
yang terbuat dari blok beton. Bagian dalam kaison diisi dengan pasir. Sedang
gambar 5 adalah pemecah gelombang campuran. Bagian bawah terdiri bawah terdiri
XII. Pemecah Gelombang 12-4
dari tumpukan batu sedang bagian atas terbuat kaison beton yang didalamnya diisi
pasir.
Gambar 2 Pemecah gelombang sisi miring dari tumpukan batu
Tipe pemecah gelombang yang digunakan biasanya ditentukan oleh ketersediaan
materi di atau didekat pekerjaan. Kondisi dasar laut kedalaman air, fungsi pelabuhan,
dan ketersediaan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan.
Batu adalah salah batu bahan utama yang digunakan untuk membangun pemecah
gelombang. Mengingat jumlah yang diperlukan sangat besar maka keterbatasan
batu disekitar lokasi pekerjaan harus diperhatikan. Ketersediaan batu dalam jumlah
besar dan biaya angkutan dari lokasi batu keproyek yang ekonomis akan
mengarakan pada pemilihan pemecah gelombang tipe tumpukan batu.
Gambar 3 Pemecah gelombang sisi tegak dari koison
Gambar 4 Pemecah gelombang campuran
XII. Pemecah Gelombang 12-5
Faktor penting lainnya adalah karakteristik dasar laut yang mendukung
bangunan tersebut dibawah pengaruh gelombang. Tanah dasar (pondasi bangunan)
harus mempunyai daya dukung yang cukup sehingga stabilitas bangunan dapat
terjamin. Pada pantai dengan tanah dasar lunak, dimana daya dukung tanak kecil,
maka konstruksi harus dibuat ringan ( memperkecil dimensi ) atau memperlebar
dasar sehingga bangunan berbentuk trapesium ( sisi miring ) yang terbuat dari
tumpukan batu atau blok beton. Bangunan terbentuk trapesium mempunyai alas
besar sehingga tekanan yang ditimbulkan oleh berat bangunan kecil. Apabila daya
dukung tanah besar maka dapat dipergunakan pemecah gelombang sisi tegak.
Bangunan ini dapat dibuat dari blok-blok beton massa yang ditumpuk secara vertikal
atau berupa kaison, yaitu bangunan terbentuk kotak dari beton yang didalamnya diisi
pasir atau batu. Sering dijumpai tanah dasar sangat lunak sehingga tidak
mendukung beban diatasnya. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan
perbaikan tanah dasar dengan mengeruk tanah lunak tersebut dan menggantinya
dengan pasir, atau memancang terucuk bambu yang akan berfungsi sebagai
pondasi.
Selain itu kedalaman air juga penting terutama didalam analisa stabilitas
bangunan. Didaerah pantai yang dalam dimensi pemecah gelombang sisi miring (
trapesium ) menjadi dasar yang berarti dibutuhkan bangunan yang sangat banyak
sehingga harga bangunan pemakaian pemecah gelombang sisi miring tidak
ekonomis. Dalam hal ini pemecah gelombang sisi tegak.
Stabilitas pemecah gelombang sisi tegak tergantung pada dimensi bangunan.
Berat sendiri bangunan harus mampu menahan gaya-gaya gelombang.
Perbandingan antara tinggi ( H ) dan lebar ( B ) bangunan juga mempengaruhi
stabilitas. Semakin besar kedalaman diperlukan lebar bangunan lebih besar.
Perbandingan antara lebar dan tinggi pemecah gelombang tidak boleh kurang dari
tiga perempat ( B ≥ 0,75 H ) dengan demikian dilaut yang sangat dalam pemakaian
pemecah gelombang sisi tegak ekonomis lagi. Pada kondisi ini digunakan pemecah
gelombang tipe campuran. Bagian bawah dari bangunan ini terbuat dari tumpukan
batu sedang atas merupakan bangunan sisi tegak.
XII. Pemecah Gelombang 12-6
Tabel 1.
Keuntungan dan kerugian dari ketiga tipe pemecah gelombang
Tipe Keuntungan Kerugian
Pemecah gelombang sisi miring
1.Elevasi puncak bangunan rendah
2.Gelombang refleksi kecil/ merendam energi gelombang
3.Kerusakan berangsur-angsur
4.Perbaikan mudah
5.Murah
1.Dibutuhkan jumlah material besar
2.Pelaksanaan pekerjaan lama
3.Kemungkinan kerusakan pada waktu pelaksa naan besar
4.Lebar dasar besar
Pemecah gelombang sisi tegak
1.Pelaksanaan pekerjaan cepat
2.Kemungkinan kerusakan pada waktu pelaksanaan kecil
3.Luas perairan pelabuhan lebih besar
4.Sisi dalamnya dapat digunakan sebagai dermaga atau tempat tambatan
5.Biaya perawatan kecil
1.Mahal
2.Elevasi puncak bangu nan tinggi
3.Tekanan gelombang be sar
4.Diperlukan tempat pem buatan kaison yang luas
5.Kalau rusak sulit diperbaiki
6.Diperlukan peralatan berat
8.Erosi kaki fondasi
Pemecah gelombang campuran
1.Pelaksanaan pekerjaan cepat
2.Kemungkinan kerusakan pada waktu pelaksanaan kecil
3.Luas perairan pelabuihan besar
1.Mahal
2.Diperlukan peralatan berat
3.Diperlukan tempat pembuatan kaison yang luas
Uraian diatas menjelaskan tipe/jenis pemecah gelombang yang dapat digunakan
dalam perencanaan pelabuhan terutama untuk melindungi bangunan pantai.
Sedangkan keadaan pemecah gelombang dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
� Pemecah gelombang yang dihubungkan dengan pantai (mole)
� Pemecah gelombang lepas pantai (breakwater)
12.2.3 Analisa Pemecah Gelombang
Salah satu jenis bangunan pemecah gelombang yang diperlukan dalam
perencanaan pelabuhan adalah pemecah gelombang lepas pantai (breakwater).
Mengambil studi kasus pada pekerjaan perencanaan breakwater. Perencanaan
pemecah gelombang sangat tergantung oleh tingginya gelombang maksimal yang
XII. Pemecah Gelombang 12-7
terjadi pada pelabuhan yang direncanakan untuk itu diperlukan perhitungan
mengenai jenis pemecah gelombang yang digunakan, bahan yang digunakan dan
bagian-bagian yang berkaitan dengan keamanan dan kestabilan pemecah
gelombang yang dibuat.
Berikut diberikan contoh analisa perencanaaan pemecah gelombang
memakai konstruksi dari tumpukan batu/tetrapod (rubble mounds breakwater)
dengan tipe breakwater yaitu penahan gelombang lepas pantai. Dibuat beberapa
lapis batu alam atau buatan, dimana lapis yang paling bawah mempunyai diameter
dan berat batu yang lebih kecil daripada lapisan bagian atas. Hal ini dikarenakan
lapisan paling atas (lapis lindung) yang terkena langsung gelombang / ombak,
sehingga harus dari tumpukan batu yang berdiameter besar atau berat.
Formula yang dipakai untuk menentukan berat batu setiap satuan, lebar puncak dan
tebal lapis lindung sebagai berikut (SPM, 1984).
Menentukan berat batu (dari tetrapod) menggunakan rumus HUDSON
Dimana :
W = berat batu pelindung (ton)
γr = berat jenis batu lindung (ton/m3)
γa = berat jenis air laut (ton/m3)
h = tinggi gelombang rencana (m)
θ = sudut kemiringan sisi pemecah gelombang
Kd = koefisien stabilitas yang tergantung pada bentuk batu
pelindung, kekasaran permukaan batu, ketajaman sisi-sisinya.
Berat yang dihitung di atas merupakan berat batu pada lapisan luas. Untuk lapis
dibawahnya merupakan batu yang dimensinya lebih kecil sesuai dengan
ketentuan SPM,1984.
Menentukan lebar puncak breakwater
31
×= ∆
r
WKnB
γ
θγγ
γ
cot.3)1)/.((
3.
−=
ardK
hrW
XII. Pemecah Gelombang 12-8
dimana:
B = Lebar puncak
n = jumlah butir batu (minimum = 3)
K∆ = koefisien lapis pelindung
W = berat butir batu pelindung (ton)
γr = berat jenis batu (ton/m3)
Menentukan tebal lapis lindung menggunakan rumus :
dimana:
t = tebal lapis pelindung (m)
n = jumlah lapis batu dalam lapis pelindung
K∆ = koefisien lapis pelindung
W = berat butir batu pelindung (ton)
γt = berat jenis batu (ton/m3)
Berdasarkan rumus di atas dan data-data yang ada dapat dilakukan perhitungan
untuk mendesain breakwater yang terbuat dari tetrapod sebagai lapis lindung dan
lapis batu inti dari batu belah untuk meratakan tekanan digunakan lapis geotextile
non woven (tidak berlubang).
a) Data dan ketentuan
Data gelombang dan koefisien yang dipakai dalam perhitungan
meliputi:
H = 2,763 m
Kd = 6 (gelombang tidak pecah)
Kd = 7 (gelombang pecah)
γa = 1,030 t/m3
3 1
× = ∆ r
W K n T
γ
XII. Pemecah Gelombang 12-9
γr = 2,650 t/m3
K∆ = 1,04 (porositas 50%)
n = 2
m = 1,5 = θ
A = 10 m2
Selanjutnya proses perhitungan untuk untuk mendapatkan besaran
parameter-parameter dalam desain breakwater diberikan berikut ini.
b) Perhitungan Lapis Lindung dari Tetrapod
Pada desain lapis lindung (tetrapod) perhitungan meliputi 2 (dua)
bagian yaitu bagian ujung (head) dan bagian lengan (trunk) yang
masing-masing menggunakan koefisien yang berbeda sehingga
didapatkan besar tetrapod yang berbeda pula.
Lapis lindung bagian ujung (W1) diperoleh sebesar :
60,1596,1
5,1.)103,1
65,2(6
)763,2.(65,2
3
3
1 ≈=−
=W t/bh
sedangkan besar lapis lindung bagian lengan (W2) sebesar :
40,1368,1
5,1.)103,1
65,2(7
)763,2.(65,2
3
3
2 ≈=−
=W t/bh
c) Lebar Puncak breakwater
Dengan jumlah butir batu diambil n=3 maka didapatkan lebar puncak
untuk bagian ujung dan lengan masing-masing.
0,364,2)65,2
60,1(04,1.3 3/1
1 ≈==B m’
50,252,2)65,2
40,1(04,1.3 3/1
2 ≈==B m’
d) Tebal Lapis Lindung
Direncanakan dengan jumlah lapis batu dalam lapis pelindung (n)
sebanyak 2 buah dengan tebal untuk tiap bagian yaitu :
75,1)65,2
60,1(04,1.2 3/1
1 ==t m
70,1)65,2
40,1(04,1.2 3/1
2 ==t m
e) Jumlah Tetrapod pada Lapis Lindung Breakwater
XII. Pemecah Gelombang 12-
10
L1
L2
L3
L4
r1
r2
L1
L7
L5
L6
L4
L6
Untuk mengetahui jumlah tetrapod pada lapis lindung tiap 10 m2
diketahui dengan persamaan yaitu :
3
2
1001
−××= ∆
W
PKnAN rγ
Sehingga N1 = 10 . 2 . 1,04 . (1 – 50/100) (2,65/1,60)2/3
= 15,56 ∼ 15 bh/10 m2
N2 = 10 . 2 . 1,04 . (1 – 50/100) (2,65/1,40)2/3
= 15,91 ∼ 16 bh/10 m2
Dari besar tetrapod yang diketahui dapat didesain dimensi lapis lindung
tersebut yang diberikan pada gambar di bawah ini.
( a )
( b ) depan ( c ) samping
Gambar 5 Tampak (a) atas (b) depan, (c) samping tetrapod
f) Penentuan Elevasi Puncak Breakwater
Tipe.1 (W1)
r1 = 0.225 m Bj.Con. = 2.400 t/m3
r2 = 0.275 m A1 = 0.159 m2
L1 = 0.780 m A2 = 0.237 m2
L2 = 1.055 m A = 0.198 m2
L3 = 1.382 m Vol = 0.155 m3
L4 = 2.006 m
L5 = 0.963 m
L6 = 1.784 m
L7 = 1.784 m
Tipe.2 (W2)
r1 = 0.225 m Bj.Con. = 2.400 t/m3
r2 = 0.275 m A1 = 0.159 m2
L1 = 0.650 m A2 = 0.237 m2
L2 = 0.925 m A = 0.198 m2
L3 = 1.142 m Vol = 0.129 m3
L4 = 1.798 m
L5 = 0.833 m
L6 = 1.654 m
L7 = 1.654 m
XII. Pemecah Gelombang 12-
11
Tahap perhitungan dalam menentukan elevasi puncak sebagai berikut :
� Elevasi puncak dihitung berdasarkan tinggi run-up gelombang
saat menghantam breakwater.
2
02
Tg
L
=
π = 9,81/2 . 3,14 (2,9864)2 = 13,932 m
� Direncanakan kemiringan sisi breakwater 1 : 1,5 dimana nilai Run-
up(Ru) diperoleh dari penguraian Bilangan Irribaren dengan
rumus:
( ) 5.0LoH
TgI
Lokasi
r
θ= =
2/1)932,13/763,2(
5,1 = 3,368
Dari grafik perbandingan run-up dan run-down dengan θ = 1,5
didapat H
Ru = 0,85 (diketahui data awal tinggi gelombang =
2,763 sehingga diperoleh nilai Ru = 0,85 (1/2 . 2,763) = 1,170 m’.
Sehingga elevasi puncak breakwater dengan lapis lindung dari
tetrapod; dapat diketahui melalui persamaan
El = HWL + Ru
= 1,83 + 1,17
= + 3,00 meter
Gambaran desain breakwater hasil perhitungan di atas di deskripsikan
pada gambar berikut ini.
Gambar 6 Penampang Tetrapod Breakwater bagian head
�
����
����
��� �� � � ���� � �� ����� �
��� ��� �� ��
3.0
Lapis batu inti W=25-75 kg/bt
Lapis Geotextile
1
1.5
XII. Pemecah Gelombang 12-
12
12.3 Penutup
12.3.1. Tes Formatif
• Apa keuntungan dan kekurangan ketiga jenis tipe pemecah gelombang yang ada?
• Dengan tinggi gelombang 1,5 m, kedalaman pemecah gelombang ada di 5,5 m tentukan dimensi dan jenis pemecah gelombang yang diperlukab
10.3.2. Umpan Balik
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada pada
halaman berikut ini. Periksa jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus ini
untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi dalam bab ini.
Rumus:
%1002
xbenaryangJawaban
guasaanTingkatPen∑
=
Arti tingkat penguasaan yang anda capai adalah:
90% - 100% : baik sekali
80% - 89% : baik
70% - 79% : cukup
60% – 69% : kurang
0% - 59% : gagal
10.3.3. Tindak Lanjut
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 70% keatas, maka anda dapat meneruskan
dengan kegiatan belajar selanjutnya, tetapi jika tingkat penguasaan anda belum
mencapai 70%, maka anda harus mengulangi kegiatan belajar bab tersebut terutama
pada bagian yang anda belum kuasai. Untuk mencapai pemahaman tersebut anda
dapat menghubungi dosen pengampu di luar waktu kuliah.
10.3.4. Rangkuman
- Fenomena gelombang laut menjadi parameter dominan dalam menentukan dimensi
dan kekuatan pemecah gelombang di Palabuhan
XII. Pemecah Gelombang 12-
13
- Parameter yang digunakan untuk merencanakan pemecah gelombang adalah tinggi
gelombang dan periode gelombang, elevasi pasang surut dan karakteristik tanahnya.
- Pemecah Gelombang meredamkan gelombang, sehingga alur pelayaran dan kolam
pelabuhan tenang atau ketinggian gelombangnya tinggal maksimum 0,5 m.
Daftar Pustaka
Bambang Triatmodjo, 1996, Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta.
Bambang Triatmodjo, 1999, Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta.
CERC US. Army, 1984, Coastal Engineering Manual, Washington DC., USA.
EDCLT. 1992. Engineering and Design: Coastal Littoral Transport (EDCLT), EM
1110-2-1502. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Ebersole, B. A., Cialone, M. A., dan Prater, M. D. 1986. Regional Coastal Processes
Numerical Modeling System: Report 1: RCPWAVE − A Linear Wave
Propagation Model for Engineering Use. Laporan Akhir CERC-86-4.
Mississippi: USAE Waterways Experiment Station.
Gravens, M. B. 1991. User’s Guide to the Shore-line Modeling System. Instruction
Report CERC-92-1. Mississippi: USAE Waterways Experiment Station.
Gravens, M. B., N. C. Kraus, dan H. Hanson. 1991. Generalized Model for
Simulating Shoreline Change: GENESIS:, Report 2: Workbook and System
User’s Manual. Technical Report CERC-89-19.Missisip-pi: USAE
WaterwaysExperiment Station.
Hanson, H. dan N. C. Kraus. 1989. GENESIS − Generalized Model for Simulating
Shore-line Change: Report 1. Technical Refer-ence CERC-89-19. Mississippi:
USAE Waterways Experiment Station
Sorensen, R.M. 1978. Basic Coastal Engineering. New York: John Wiley and Sons.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. I. Washington DC: USAE Water-
ways Experiment Station.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. II. Washington DC: USAE Water-
ways Experiment Station.
Triatmadja R, 2001, Fluidisasi Dasar sebagai Alternatif Metoda Perawatan Muara
Sungai dan Alur Pelayaran, Prosiding Seminar Nasional Teknik Pantai, PSIT-
UGM, pp. 94
Wahyudi, S. Imam, dkk, 1999, Evaluasi Penurunan Tanah di Areal Pelabuhan
Tanjung emas Semarang, J. Pondasi, ISSN 0853-814X, Vol. 5 No. 2
Desember 1999, p. 67-74
Wahyudi, S. Imam, dkk, 2001, Studi Penanggulangan Rob Kota Pekalongan,
BAPPEDA Kota Pekalongan
Wahyudi, S. Imam, 2001, Uji Hipotesis terhadap Faktor Penyebab Banjir Rob Kota
Semarang, Prosiding Seminar Nasional ITS, ISBN, 979-96565-08, p.A13-1
s/d A13-6
Buku Ajar Pelabuhan 13-1
XIII. ALAT PEMANDU PELAYARAN
Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini adalah merupakan salah satu pokok bahasan mengenai Alur Pelayaran ( BAB XIII dalam susunan pembahasan ) 13.1. Pendahuluan
13.1.1. Deskripsi
Menjelaskan Alat Pemandu Pelayaran meliputi prinsip Umum Alur Pelayaran, Bagian-bagian alur pelayaran, arah alur pelayaran, kedalaman alur pelayaran, gerakan kapal karena gelombang, lebar dan panjang alur pelayaran.
13.1.2. Relevansi
Membekali Sarjana Teknik Jurusan Sipil dalam merencanakan, melaksanakan
pembangunan Pelabuhan dengan materi tentang Alat Pemandu Pelayaran. Rinciannya
adalah Pemandu pelayaran konstruksi tetap, alat pemandu pelayaran konstruksi terapung,
macam-macam pelampung tambat.
13.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
Dengan diberikannya tentang Alat Pemandu Pelayaran , bagian-bagian alur pelayaran, kedalaman, lebar, penjang alur pelayaran, gerakan kapal karena gelombang, Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai Alur Pelayaran dengan benar (85% )
13.2. Penyajian
13.2.1 Pemandu Pelayaran Konstruksi Tetap
Alat pemandu pelayaran diperlukan untuk keselamatan, efesiensi dan kenyamanan
pelayaran kapal. Alat ini dapat dipasang di sungai, alur pelayaran, pelabuhan dan sepanjang pantai, sehingga pelayaran kapal tidak menyimpang dari jalurnya. Selain sebagai pemandu pelayaran, alat ini juga berfungsi sebagai peringatan pada kapal adanya bahaya, seperti karang, tempat-tempat dangkal, dan sebagai pemandu agar kapal dapat berlayar dengan aman di sepanjang pantai, sungai, alur dan memandu kapal masuk ke pelabuan. Alat ini berupa suatu konstruksi tetap atau terapung yang dilengkapi dengan menara api, bel, bunyi peringatan, lampu, radar dan alat pemandu pelayaran telah distandarisasi.
2 BUKU AJAR PELABUHAN
Alat pemandu pelayaran dengan konstruksi tetap dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : a. Rambu pelayaran pada pier, wharf, dolphin,
Rambu ini untuk mengetahui batas-batas dari pier, wharf, dolphin penambat dan bangunan-bangunan pantai lainnya. Rambu suar ditempatkan di ujung Bangunan tersebut.
b. Rambu suar pada pemecah gelombang, pantai, dll Rambu suar merupakan konstruksi tetap yang ditempatkan di ujung bangunan breakwater pada mulut pelabuhan dan ditempat-tempat berbahaya bagi kapal. Bangunan ini dari konstruksi rangka baja berbentuk menara dengan sumber cahaya berada di puncak bangunan. Sumber cahaya berupa tenaga listrik dari pantai, baterai, atau gas acetyline, apabila perlu dipuncak bangunan juga dipasang radar reflektor.
c. Mercu suar Mercu suar adalah banguan menara yang tinggi dengan lampu suar di puncak menara. Bangunan ini didirikan di suatu titik di pantai guna memandu kapal yang akan menuju ke pelabuhan.
13.2.2 Alat Pemandu Pelayaran konstruksi terapung Alat pemandu tipe ini berupa pelampung (buoy) yang diletakan disuatu tempat tertentu. Pelampung ini diberi alat pemberi tanda peringatan berupa lampu, pemantul gelombang radar, bel, atau bunyi peringatan lain, yang tergantung dari penggunaannya. Sumber cahaya dapat dari listrik atau gas.
13.2.3 Macam-macam pelampung tambat ( buoys )
3 BUKU AJAR PELABUHAN
4 BUKU AJAR PELABUHAN
5 BUKU AJAR PELABUHAN
13. 3 Penutup
13.3.1. Tes Formatif
6 BUKU AJAR PELABUHAN
a. Bagaimana pola operasi di laut untuk jenis pelabuhan ikan dan infrastruktur apa perlu dipersiapkan
b. Bagaimana pola operasi di darat dan apa saja infrastruktur yang perlu dipersiapkan.
13.3.2. Umpan Balik
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada pada halaman berikut ini.
Periksa jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus ini untuk mengetahui tingkat
penguasaan anda terhadap materi dalam bab ini.
Rumus:
%1002
xbenaryangJawaban
guasaanTingkatPen∑
=
Arti tingkat penguasaan yang anda capai adalah:
90% - 100% : baik sekali
80% - 89% : baik
70% - 79% : cukup
60% – 69% : kurang
0% - 59% : gagal
13.3.3. Tindak Lanjut
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 70% keatas, maka anda dapat meneruskan dengan kegiatan
belajar selanjutnya, tetapi jika tingkat penguasaan anda belum mencapai 70%, maka anda harus
mengulangi kegiatan belajar bab tersebut terutama pada bagian yang anda belum kuasai. Untuk
mencapai pemahaman tersebut anda dapat menghubungi dosen pengampu di luar waktu kuliah.
13.3.4. Rangkuman
- Fasiliats infrastruktu di laut dibuat untuk memfasilitasi pola oparasi kapal dan angkutannya saat
berapda di laut
7 BUKU AJAR PELABUHAN
- Fasiliats infrastruktur di darat dibuat berdasarkan atas pola operasi barang ketika berada di
darat. Untuk itu perlu zonasi kebutuhan-ebutuhannya.
Daftar Pustaka
Bambang Triatmodjo, 1996, Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta.
Bambang Triatmodjo, 1999, Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta.
CERC US. Army, 1984, Coastal Engineering Manual, Washington DC., USA.
EDCLT. 1992. Engineering and Design: Coastal Littoral Transport (EDCLT), EM 1110-2-1502. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Gravens, M. B., N. C. Kraus, dan H. Hanson. 1991. Generalized Model for Simulating Shoreline Change: GENESIS:, Report 2: Workbook and System User’s Manual. Technical Report CERC-89-19.Missisippi: USAE WaterwaysExperiment Station.
Hanson, H. dan N. C. Kraus. 1989. GENESIS Generalized Model for Simulating Shore-line Change: Report 1. Technical Refer-ence CERC-89-19. Mississippi: USAE Waterways Experiment Station
Sorensen, R.M. 1978. Basic Coastal Engineering. New York: John Wiley and Sons.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. I. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. II. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Wahyudi, S. Imam, dkk, 1999, Evaluasi Penurunan Tanah di Areal Pelabuhan Tanjung emas Semarang, J. Pondasi, ISSN 0853-814X, Vol. 5 No. 2 Desember 1999, p. 67-74
Wahyudi, S. Imam, dkk, 2001, Studi Penanggulangan Rob Kota Pekalongan, BAPPEDA Kota Pekalongan
Wahyudi, S. Imam, 2001, Uji Hipotesis terhadap Faktor Penyebab Banjir Rob Kota Semarang, Prosiding Seminar Nasional ITS, ISBN, 979-96565-08, p.A13-1 s/d A13-6
Buku Ajar Pelabuhan 14-1
1
XIV. SIMULASI MODEL
Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini adalah merupakan salah satu pokok
bahasan mengenai simulasi model matematika, data input, keluarannya. Model
matematika ini dapat membuat isualisasi fenomena pantai karena ada pembangunan
fasilitas pelabuhan utamanya breakwater dan groin.
14.1 Pendahuluan
14.1.1 Deskripsi Singkat
Menjelaskan tentang salah satu aspek hidrooseanografi yang penting diketahui
dalam merencanakan dan membangun pelabuhan.
14.1. 2 Relevasi (mata kuliah)
Membekali Sarjana Teknik Jurusan Sipil dalam merencanakan, melaksanakan
pembangunan Pelabuhan dengan materi tentang permodelan matematik gelombang dan
pantai. Rinciannya adalah tinjauan umum, metode analisis, pembahasan hasil
perhitungan dan simulasi dan perubahan garis pantai.
14.1.3 Kompetensi Dasar
Dengan diberikannya rincian materi tentang tentang permodelan matematik
gelombang dan pantai. Rinciannya adalah tinjauan umum, metode analisis, pembahasan
hasil perhitungan dan simulasi dan perubahan garis pantai. Mahasiswa mampu
menjelaskan mengenai pemodelan matematika tentang gelombang dan pantai dengan
benar (75 %)
14.2. PENYAJIAN
14.2.1 TINJAUAN UMUM
Pembangunan pelabuhan baru harus dilandaskan pada hasil investigasi pengaruh
angin, gelombang, dan arus, serta transpor sedimen pantai yang dibangkitkannya.
Demikian juga pembangunan pemecah gelombang (breakwater) untuk pengembangan
PPI Sarang di Kabupaten Rembang pada tahun anggaran 2007 ini, pengaruh keempat
Buku Ajar Pelabuhan 14-2
2
fenomena alam tersebut harus diinvestigasi secara mendalam untuk memperoleh hasil
perencanaan yang memuaskan, memprediksikan dampak-dampak yang mungkin timbul,
hingga menemukan mekanisme antisipasi atas dampak-dampak negatif yang mungkin
timbul tersebut. Investigasi untuk keperluan itu dilakukan melalui analisis hidro-
oseanografi dan sedimentasi pantai yang dikaji lebih lanjut dalam bagian ini.
Sebagaimana umum dalam perancangan pelabuhan, analisis hidro-oseanografi
(hydro-oceanography analysis) akan mencakup tinjauan: (1) pola dan besar gelombang
pasang surut serta arus bangkitkannya di Daerah Pantai Sarang, (2) pola dan besar
gelombang angin di perairan lepas pantai Sarang, (3) gelombang rencana untuk
perencanaan pemecah gelombang PPI Sarang, (4) pola dan besar gelombang serta arus
bangkitannya (wave induced current) di Daerah Pantai Sarang sebelum dan setelah
rencana pelabuhan dibangun. Di antara 4 pokok tinjauan tersebut, pokok ke-(4) akan
dikaji dari hasil keluaran model matematik CGWAVE dalam perangkat lunak Surface-
water Modeling System (SMS)-BOSS. Pokok ke-(1) dan ke-(2) dikaji berdasar teori-
teori empirik dalam SPM 1984 dalam bagian data, yang akan digunakan dalam simulasi
model matematik. Sedangakan pokok ke-(3) juga dikaji berdasar teori-teori empirik
dalam SPM 1984 berdasarkan data gelombang atas penyelesaian pokok ke-(2).
Berdasar informasi kondisi gelombang hasil analisis hidro-oseanografi tersebut,
pola dan besar transpor sedimen pantai di daerah pantai setempat dikaji lebih praktis
dalam terminologi analisis perubahan garis pantai (shoreline change analysis). Analisis
ini mencakup tinjauan perubahan garis pantai sebelum dan setelah rencana pemecah
gelombang dibangun. Tinjauan akan dilakukan secara detil dari hasil keluaran model
matematik dalam perangkat lunak SMS-GENESIS (Shoreline Modeling System -
Generalized Model for Simulating Shoreline Change).
14.2.2 METODE ANALISIS
14.2.2.1. Gelombang Rencana
Untuk keperluan simulasi pola gelombang dan arus serta pendimensian pemecah
gelombang, digunakan gelombang rencana (HD, design wave) yang ditetapkan berdasar
gelombang pecah (Hb, breaking wave) di depan pemecah gelombang. Gelombang pecah
ini diperoleh dari gelombang representatif yang dirambatkan dari air dalam ke dangkal
dan mengalami refraksi, shoaling, dan transformasi gelombang lainnya.
Buku Ajar Pelabuhan 14-3
3
0
'0' .. HKKH r=
Pemilihan gelombang representatif bergantung pada apakah struktur pemecah
gelombang (bangunan pantai) bersifat kaku, semi kaku, atau fleksibel. Untuk bangunan
kaku, seperti dinding beton atau kaison, di mana tinggi gelombang dalam deretan
gelombang dapat meruntuhkan seluruh bangunan, tinggi gelombang representatif
biasanya dipilih H1. Untuk bangunan semi kaku, seperti sel turap baja, tinggi gelombang
representatif dipilih antara H10 sampai H1. Untuk bangunan fleksibel, seperti bangunan
dari tumpukan batu, tinggi gelombang representatif bervariasi dari H5 sampai H33.
Kerusakan yang terjadi pada bangunan tumpukan batu, jika gelombang yang terjadi
lebih besar dari gelombang rencana, tidak akan berakibat fatal karena bangunan masih
bisa berfungsi dan batu-batu yang tergeser dari tempatnya akan mudah diperbaiki.
Transformasi tinggi gelombang air dalam ke air dalam ekivalen dilakukan dengan
persamaan:
. . . . . . . . . (1.1)
dengan 0'H adalah tinggi gelombang laut dalam ekivalen, 'K adalah koefisien difraksi,
rK adalah koefisien refraksi, dan 0H adalah tinggi gelombang laut dalam.
Gelombang pecah pada lokasi dengan kedalaman tertentu di air dangkal dihitung
dengan persamaan:
3
0
00 '
3,3
1
'
=
L
HH
Hb . . . . . . . . . (1.2)
Kedalaman air di mana gelombang pecah diberikan rumus sebagai berikut :
−
=
2
1
gT
aHb
H
d
bb
b . . . . . . . . . (1.3)
di mana a dan b merupakan fungsi kemiringan pantai m sesuai persamaan:
( )mea 19175,43 −−= dan
)1(
56,15,19 me
b−+
= . . . . . . . . . (1.4)
dengan: Hb adalah tinggi gelombang pecah, 0'H adalah tinggi gelombang laut dalam
ekivalen, L0 adalah panjang gelombang di laut dalam, db adalah kedalam air saat
Buku Ajar Pelabuhan 14-4
4
gelombang pecah, m adalah kemiringan dasar laut, g adalah percepatan gravitasi, dan
T adalah periode gelombang.
14.2.2.2. Analsis Pola dan Besar Gelombang serta Arus Bangkitannya
Pola dan besar gelombang serta arus di Daerah Pantai Sarang sebelum dan
setelah rencana pelabuhan dibangun diinvestigasi mamakai model matematik dalam
perangkat lunak CGWAVE Surface-water Modeling System (SMS)-BOSS versi 8.1.
Bagan alir pemodelan matematik pola gelombang dan arus dimuat pada Gambar 14.1.
Persamaan penentu (governing equation) pada model matematik tersebut adalah
persamaan gelombang di air dangkal 2-Dimensi (2-dimensional elliptic mild-slope wave
equation). Persamaan tersebut secara matematik ditulis:
. . . . . . . . . (1.5)
dengan: (x,y) adalah estimasi elevasi permukaan air di titik (x,y), adalah sudut
phase gelombang, C(x,y) adalah cepat rambat gelombang di titik (x,y), Cg(x,y) adalah
cepat rambat grup gelombang di titik (x,y), dan k(x,y) angka gelombang di titik (x,y).
Penyelesaian persamaan dicari menggunakan teknik iterasi Newton Raphson
guna mempersingkat waktu penyelesaiannya. Skema persamaan ini dapat dirujuk pada
pustaka numerik lanjut.
Buku Ajar Pelabuhan 14-5
5
Tidak
Ya
Kalibrasi Model
Ok?
Membuat Daerah Hitungan untuk Daerah Pantai Sarang
Sesuai Topografi dan Bathimetri Hasil Survey Lapangan
dan Menata Konfigurasi Rencana Bangunan Pantai
Memasukkan Kondisi Batas Daerah Hitungan
Memasukkan Data Model,
cq. Gelombang Datang Individual
Jalankan Model
Kalibrasikan Model terhadap Hasil
Pengukuran Arus di Lapangan
Pola Gelombang dan Arus pada Setiap Arah
Dominan Gelombang Datang
Ubah faktor
kemiringan
gelombang (c)
atau spasi 1-d
Mulai
Selesai
Interprestasi Pola Gelombang dan
Arus Keluaran Model
Simulasikan Model untuk Seluruh Arah Dominan
Gelombang Datang
Gambar 1.1. Bagan Alur Pemodelan Matematik Pola Gelombang dan Arus
Buku Ajar Pelabuhan 14-6
6
14.2.2.2.Analisis Perubahan Garis Pantai
Analisis transpor sedimen oleh arus dibangkitkan gelombang (wave induced
current) dalam laporan ini dilakukan dengan perangkat lunak dari Waterways
Experiment Station (WES) yaitu SMS-GENESIS (Shoreline Modeling System -
GENEralized model for SIimulating Shoreline change). Dalam hal ini, GENESIS
dipakai untuk mengetahui perubahan garis pantai oleh arus bangkitan gelombang angin
pada keadaan sebelum dan setelah rencana pemecah gelombang dibangun. Transformasi
gelombang (perambatan) dari perairan lepas pantai hingga ke perairan di daerah studi
dilakukan secara internal dalam model. Hal demikian didasarkan pada pertimbangan
kondisi kontur bathimtri Darah Pantai Sarang relatif sejajar dengan garis pantainya.
Bagan alir pemodelan matematik perubahan garis pantai dimuat pada Gambar 14.2.
Buku Ajar Pelabuhan 14-7
7
Kalibrasi Model
Ok?
Membuat Daerah Hitungan untuk Daerah Pantai Sarang
Sesuai Topografi dan Bathimetri Hasil Survey Lapangan
dan Menata Konfigurasi Rencana Bangunan Pantai
Memasukkan Kondisi Batas Daerah Hitungan
Memasukkan Data Model, cq. Gelombang
Datang dari Seluruh Arah Dominan
Jalankan Model
Kalibrasikan Model terhadap Hasil
Investigasi Lapangan (yang ada):
Tinggi dan Kedalaman Gelombang
Pecah serta Debit Sedimen
Ubah nilai K1
dan K2
Mulai
Cetak Total Transpor Sedimn Pantai dan
Perubahan Garis Pantai Selama Tahun Simulasi
Selesai
Interprestasi Pola Gelombang dan
Arus Keluaran Model
Ya
Tidak
Gambar 14.2. Bagan Alir Pemodelan Matematik Perubahan Garis Pantai
Mensimulasikan Model untuk Seluruh
Tahun Simulasi
Masukkan Garis Pantai Hasil Hitungan
Akhir Tahun Sebelumnya
Buku Ajar Pelabuhan 14-8
8
Proses transportasi sedimen penyebab perubahan garis pantai dalam GENESIS
disimulasikan berdasar pada transformasi energi gelombang pecah. GENESIS dibangun
pada sistem koordinat Cartesius dengan sumbu-x parallel garis pantai dan sumbu-y ke
arah laut. Domain komputasi untuk perhitungan menggunakan RCPWAVE dan
GENESIS dimaksud divisualisasikan pada Gambar 14.3.
Sumber: Hanson dan Kraus (1989)
Gambar 14.3. Domain dalam GENESIS pada Sistem Koordinat Kartesius
Elevasi pantai berada dalam kisaran berm height DB dan closure depth DC,
keduanya diukur dari datum misalnya muka air laut rata-rata (MSL, mean sea level) atau
muka air laut rendah terendah (MLWL, mean low water level atau MLLW, mean lowest
low water level).
Persamaan penentu (governing equation) untuk perhitungan laju perubahan garis
pantai yang digunakan adalah:
. . . . . . . . . (1.11)
B C+
10
( )
y Qq
t D D x
∂ ∂= − =
∂ ∂
Buku Ajar Pelabuhan 14-9
9
Term ∂Q/∂x dalam persamaan tersebut diselesaikan dengan skema numerik implisit
Crank-Nicholson, yang dikembangkan berbasis solusi beda hingga (finite difference
solution scheme). Selanjutnya, term ∂y/∂t dalam persamaan juga diselesaikan dengan
skema beda hingga ∆y/∆t, dengan nilai-nilai variabel q, DB, DC, dan ∆t merupakan data
yang telah diketahui (ditetapkan senbelum simulasi). Sistem persamaan aljabar linier
yang terbentuk lebih lanjut diselesaikan secara numeris memakai algoritma sapuan
ganda (double-sweep algorithm). Skema persamaan ini dapat dirujuk pada pustaka
numerik lanjut.
Sumber: Hanson dan Kraus (1989)
Gambar 14.4. Visualisasi Domain Komputasi
Tampak dalam Gambar 14.4, dari sejumlah N pias hitungan (cell walls), pias
hitungan nomor-i didefinisikan dengan lebar pias ∆x dan posisi garis pantai yi. Volume
sedimen pada pias tersebut akan mengalami perubahan volume sedimen ∆Vi dan posisi
garis pantai ∆yi, yang dihitung dalam setiap interval waktu ∆t.
Perubahan volume sedimen ∆Vi pada setiap pias dihitung dari volume bersih
sedimen yang masuk atau keluar melalui keempat sisi pias hitungan dengan formula:
. . . . . . . . . (1.12)
Perubahan tersebut hanya terjadi jika ada perubahan laju transpor sedimen ∆Qi (=Qi ),
akibat beda laju transpor sedimen pada pias i-1 dan i+1 (Qi-1 dan Qi+1).
( )B Ci i + D DV x y=∆ ∆ ∆
Buku Ajar Pelabuhan 14-
10
10
Sumber: Hanson dan Kraus (1989)
Gambar 14.5. Visualisasi 3-Dimensi Potongan Lintang Pias Hitungan
Laju transpor sedimen sejajar pantai akibat gelombang pecah dihitung dengan
Formula CERC dalam SPM (1984), yaitu:
. . . . . . . . . (1.13)
di mana a1 dan a2 adalah variabel-variabel non dimensi yang diformulasikan dengan
persamaan berikut:
. . . . . . . . . (1.14)
. . . . . . . . . (5)
dengan:
K1, K2 = variabel kalibrasi non dimensi untuk,
Cg = kecepatan grup gelombang (m/s),
Cg = kecepatan grup gelombang (m/s),
H = tinggi gelombang (m),
Cg = kecepatan grup gelombang (m/s),
b = subskrip menyatakan keadaan gelombang pecah,
θbs = sudut gelombang pecah terhadap garis pantai setempat,
ρs = rapat massa pasir (diambil 2,65x103 kg/m
3 untuk quartz sand),
ρ = rapat massa air laut (diambil 1,03x103 kg/m
3),
p = porositas butiran pasir di dasar perairan (diambil 0,4), dan
tan β = kemiringan rata-rata dasar perairan mulai dari dari garis pantai sampai
kedalaman perairan di mana transpor sedimen sejajar pantai aktiv.
( )2sin 21 2bs bsb
b
cosg
Hq
xQ H C a aθ θ
∂= −
∂
−
( )( )
11
5 2s 116 1 1, 416p
Ka
ρρ
=
− −
( ) ( )
22
7 2s 18 1 tan 1, 416p
Ka
ρβ
ρ
=
− −
Buku Ajar Pelabuhan 14-
11
11
Dalam persamaan (5), faktor 1,416 dipakai untuk mengkonversi tinggi gelombang
signifikan (Hs), tinggi gelombang hasil analisis statistik yang diperlukan sebagai data
oleh GENESIS, menjadi tinggi gelombang root-mean-square (Hrms). Koefisien K1 dan
K2 dalam persamaan disebut parameter transformasi, nilainya harus ditentukan degan
cermat. Kedua parameter tersebut digunakan untuk kalibrasi model, yaitu untuk
mengontrol skala waktu dalam simulasi perubahan garis pantai dan besar laju transpor
sedimen sejajar pantai yang dinyatakan dengan term faktor l/(DB+DC) dalam persamaan
(1). Nilai K1 dapat diambil dalam selang antara 0,58 sampai 0,77. Dalam simulasi kali
ini, digunakan K1 = K2 = adalah 0,58.
14.2.3 DATA
Untuk pelaksanaan kedua analisis tersebut diperlukan data teknis mencakup:
(1) kondisi morfologi; (2) profil pantai, garis pantai, dan batimetri zone litoral;
(3) gelombang dan arus bangkitannya, (4) karakteristik material pantai, (5) konfigurasi
struktur, dan (6) kondisi batas daerah hitungan.
Konfigurasi Struktur Bangunan Pantai
Sebagaiana telah diuraikan pada bagian terdahulu, simulasi model matematik
akan dilakukan dalam 2 lingkup tinjauan:
(1) pola gelombang dan arus bangkitannya dan
(2) perubahan garis pantai.
Masing-masing simulasi tersebut memerlukan daerah hitungan (computational
domain) dan konfigurasi struktur yang berlainan, meskipun dalam realita konfigurasi
struktur tersebut adalah sama. Hal ini karena perangkat lunak GENESIS tidak dapat
mengakomodasikan area kolam pelabuhan dalam model matematik (daerah kolam
pelabuhan diabaikan).
Daerah hitungan simulasi model matematik pola gelombang dan arus
Simulasi model matematik pola gelombang dan arus bangkitannya memakai
CGWAVE SMS BOSS dilakukan dengan 2 jenis struktur bangunan pantai yaitu struktur
bangunan pemecah gelombang dan kolam pelabuhan. Tata letak sruktur divisualisasikan
dalam bentuk daerah hitungan model matematik pada Gambar 14.12 dan Gambar 14.13.
Tampak pada Gambar 14.12, garis pantai setempat memiliki arah azimuth 128O 15”,
sedangkan As Pelabuhan merupakan garis normal dari garis pantai dengan arah azimuth
38O 15”, di mana As tersebut melalui BM-01. BWU adalah pemecah gelombang utara dan
BWS adalah pemecah gelombang selatan dengan BM-01 tepat di tengahnya. Lebar
pelabuhan (jarak antara kaki-kaki BWU dan BS) adalah 400 m pada garis pantai. BWU dan
BWS diplot pada lingkaran berjari-jari 375 m, yang berpotongan dengan As Pelabuhan
pada jarak 367 m dari BM-01. Ujung (head) BWU dan BWS juga diplot pada lingkaran
berjari-jari 100 m pada kolam pelabuhan. Lebar mulut pelabuhan merupakan jarak
terpendek antara kedua ujung pemecah gelombang yaitu 60 m. Tampak juga dalam
gambar dermaga bentuk persegi dan gelombang dominan dari arah timur dan utara.
Buku Ajar Pelabuhan 14-
12
12
Gambar 14.12. Konfigurasi Bangunan Pantai PPI Sarang (tanpa skala)
Gambar 14.13. Daerah hitungan Model Pola Gelombang dan Arus (tanpa skala)
Buku Ajar Pelabuhan 14-
13
13
Mencermati pola gelombang di perairan lepas pantai, lihat Gambar 14.11, perletakan mulut pelabuhan perlu diarahkan ke arah timur laut, di mana pada arah tersebut kondisi angin
dan gelombang adalah paling tidak dominan. Upaya tersebut ditujukan untuk mengurangi atau
mereduksi masuknya gelombang maupun arus ke kolam pelabuhan hingga sekecil mungkin sehingga pemecah gelombang dapat berfungsi efektif melindungi kapal-kapal yang bersandar,
bertambat, maupun bongkar muat di kolam pelabuhan. Pilihan tersebut juga didasarkan pada
pertimbangan bahwa di daerah pantai setempat gelombang datang dari arah timur maupun utara
memiliki dominansi berimbang yang menyebabkan letak mulut pelabuhan tidak mudah di
sembunyikan di balik pemecah gelombang. Selain itu, pilihan perletakan mulut yang
tersembunyi juga menyulitkan navigasi kapal saat masuk pelabuhan karena harus kapal harus mengantisipasi gelombang dari samping kapal. Sebagai misal, di mana gelombang dari arah
utara lebih moderat daripada arah timur, letak mulut ke arah utara akan memudahkan masuknya
gelombang dan arus dari arah tersebut. Kapal juga tidak mudah masuk pelabuhan karena harus mengantisipasi gelombang dari arah dominan timur yang menghantam sisi kiri kapal.
Perlindungan daerah kolam pelabuhan terhadap gelombang dan arus bangkitannya,
bagian ujung dari pemecah gelombang dapat diperpanjang atau dibesarkan dimensinya sehingga gelombang dan arus makin tidak mudah masuk kolam pelabuhan. Upaya demikian secara
langsung akan memperpanjang lintasan hidraulik oleh arus yang membawa sedimen sehingga
akan mengantisipasi masuknya sedimen ke kolam pelabuhan.
Pada Gambar 14.13, divisualisasikan daerah hitungan berbentuk semi-lingkaran
dengan jari-jari 972,9 m. Bathimetri setempat diakomodasikan pada setiap elemen
segitiga dalam daerah hitungan. Dalam hal ini, daerah kolam pelabuhan disimulasikan
dengan kedalaman 3,5 m yang diperoleh melalui pengerukan (dregging), termasuk
ruangan pada sisi utara dan selatan dermaga.
Gambar 14.14. Daerah hitungan Model Pola Gelombang dan Arus (tanpa skala)
Buku Ajar Pelabuhan 14-
14
14
Daerah hitungan simulasi model matematik perubahan garis pantai
Dalam simulasi model matematik perubahan garis pantai memakai GENESIS,
hanya struktur bangunan pemecah gelombang yang disimulasikan. Tata letak sruktur
bangunan pantai tersebut divisualisasikan dalam bentuk daerah hitungan model
matematik pada Gambar 14.14.
Tampak pada Gambar 14.14, grid hitungan berupa cell atau pias-pias dengan
jumlah pias terpakai adalah 32 pias. Lebar setiap pias sejajar garis pantai (dx) adalah
100 m sehingga panjang daerah hitungan adalah 3.200 m (3,2 hm). Sedangkan lebar
tegak lurus garis pantai adalah 2.000 m (2 hm). Jadi, daerah hitungan berukuran 6,4 ha
(= 3,2 x 2 hm). Masing-masing pias diberi nomor urut 1 hingga 32. Pemecah gelombang
disimulasikan menjorok ke laut melebihi zone gelombang pecah memakai jetty panjang.
Di sini, JU mewakili pemecah gelombang utara BWU dan JS mewakili pemecah
gelombang selatan BWS. Panjang JU dan JS adalah sama yaitu 320 m dari garis pantai
dan diposisikan secara berurutan pada pias nomor 15 dan 18.
i. Kondisi Batas
Kedua domain model matematik yang digunakan, CGWAVE dan GENESIS,
memakai kondisi batas tetap (Dirclet problems). Namun, kondisi batas tetap pada
kedua model matematik tersebut tidak sama.
Pada simulasi model matematik memakai CGWAVE, di sisi daratan dipakai
kondisi batas berupa nilai-nilai kecepatan (u,v), elevasi (h), koefisien refleksi (Kr) pada
setiap koordinat (x,y) di mana garis pantai dan tepi-tepi struktur bangunan pantai
berada. Pada dasar seluruh daerah hitungan diakomodasikan pula kedalaman dasar
perairan (x,y,z) berdasar data bathimetri perairan. Di sisi laut dipakai kondisi batas
berupa karakteristik gelombang rencana di perairan transisi, baik kedalaman air (d),
tinggi gelombang (H), periode gelombang (T), dan arah datang gelombang (α). Kondisi
batas lautan itu diletakkan pada koordinat garis lengkung (kurva) setengah lingkaran.
Sedangkan pada simulasi model matematik memakai GENESIS, di sisi daratan
akan digunakan kondisi batas berupa nilai-nilai levasi bahu pantai pada setiap koordinat
(x,y) di mana garis pantai berada. Di sisi laut diakomodasikan karakteristik gelombang
terjadi (incident wave) di perairan transisi, baik kedalaman air (d), tinggi gelombang
(H), periode gelombang (T), dan arah datang gelombang (α).
14.2.3. PEMBAHASAN HASIL PERHITUNGAN DAN SIMULASI
14.2.3.1. Gelombang Rencana
Berdasar hasil hindcasting diperoleh 708 gelombang dominan pada arah barat
laut di antara 2649 gelombang pada delapan penjuru arah mata angin. Dari jumlah
gelombang dominan tersebut, didapat 33,3% tinggi gelombang signifikan dengan periode
10 tahunan [(HS)10th] sebesar 1,41 m dengan periode 9,79 s. Dalam hal ini, gelombang
representatif adalah gelombang individu (individual wave) yang dapat mewakili spektrum
gelombang. Gelombang representatif ini dipilih gelombang signifikan dengan periode 10
tahunan [(HS)10th] dengan mempertimbangakan pilihan struktur bangunan pantai fleksibel dan
panjang data rekaman angin tersedia.
Untuk keperluan pendimensian pemecah gelombang digunakan tinggi gelombang
rencana yang ditetapkan berdasar (HS)10th yang ditranformasikan menuju pantai dan pecah di
depan pemecah gelombang. Pada kedalaman air 4,1 m ini, nilai HD adalah 1,488 m ≈ 1,5 m.
Kondisi gelombang pada kedalaman ini dapat diartikan sebagai gelombang air dangkal.
Buku Ajar Pelabuhan 14-
15
15
Gelombang representatif, (HS)10th, juga ditranformasikan menuju pantai dengan kedalaman 6,2 m untuk masukan simulasi model matmatik pola gelombang dan arus. Nillai HD
pada kedalaman tersebut adalah 1,10 m. Kondisi gelombang di sini adalah pada gelombang di
perairan transisi.
Berlainan dengan 2 keperluan terdahulu, untuk data simulasi perubahan garis pantai,
seluruh data gelombang signifikan (tinggi, periode, dan arah) hasil hindcasting pada arah timur,
timur laut, dan utara. Jumlah gelombang tersebut adalah 1911 gelombang di antara 2649
gelombang pada delapan penjuru arah mata angin.
14.2.3.2.Analisis Pola Gelombang dan Arus
Hasil keluaran model (model output) pola gelombang dan arus adalah berwujud film. Oleh karena itu, sebagian besar hasil tersebut tidak dapat dicetak dalam laporan ini dan hanya
bisa dilampirkan. Namun, pada bagian ini sebagian keluaran tersebut akan disampaikan guna
menyampaikan hasil-hasil interpretasi yang perlu dikaji.
Keluaran model dalam keadaan pemecah gelombang belum dibangun dikalibrasikan
dengan hasil-hasil pengukuran kecepatan dan arah arus di lapangan. Keluaran model tersebut
cukup disimulasikan pada kondisi arah datang gelombang dari timur. Setelah model dikalibrasi,
model dipakai untuk mensimulasikan pola gelombang dan arus bangkitannya pada keadaan
setelah pelabuhan dibangun pada kondisi arah datang gelombang dari timur dan timur laut.
Hasil simulasi pola gelombang secara berturut-turut disimpan dalam file:
(1) WAVE-EXISTING-E.avi untuk arah gelombang datang dari timur sebelum pemecah
gelombang dibangun,
(2) WAVE-BW-E.avi untuk arah gelombang datang dari timur setelah pemecah gelombang dibangun,
(3) WAVE-BW-N.avi untuk arah gelombang datang dari utara setelah pemecah gelombang
dibangun, (4) WAVE-BW-E-PLUS.avi untuk arah gelombang datang dari timur setelah pemecah
gelombang dibangun dengan pembesaran dimensi ujung pemecah gelombang,
(5) WAVE-BW-N-PLUS.avi untuk arah gelombang datang dari utara setelah pemecah gelombang dibangun dengan pembesaran dimensi ujung pemecah gelombang.
Demikian juga pola arus bangkitan gelombang hasil keluaran model dimuat dalam file:
(1) FLOW-EXISTING-E.avi untuk arah gelombang datang dari timur sebelum pemecah
gelombang dibangun,
(2) FLOW-BW-E.avi untuk arah gelombang datang dari timur setelah pemecah gelombang
dibangun, (3) FLOW-BW-N.avi untuk arah gelombang datang dari utara setelah pemecah gelombang
dibangun,
(4) FLOW-BW-E-PLUS.avi untuk arah gelombang datang dari timur setelah pemecah
gelombang dibangun dengan pembesaran dimensi ujung pemecah gelombang,
(5) FLOW-BW-N-PLUS.avi untuk arah gelombang datang dari timur setelah pemecah
gelombang dibangun dengan pembesaran dimensi ujung pemecah gelombang.
Darah sekitar dermaga atau rencana kolam pelabuhan merupakan daerah yang memiliki
perbedaan pola gelombang dan arus paling kontras antara sebelum dan setelah pelabuhan
dibangun. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pembangunan pemecah gelombang, yang difungsikan untuk mereduksi tinggi gelombang di daerah tersebut. Pada keadaan sebelum
pelabuhan dibangun, gelombang di daerah sekitar dermaga dapat mencapai tinggi 1,5 m baik
pada keadaan pecah atau beberapa saat sebelum pecah, lihat Gambar 14.15. Sedangkan pada keadaan setelah pemecah gelombang dibangun tinggi gelombang antara 0,01 hingga 0,26 m,
lihat Gambar 14.16. Dengan demikian, tinggi gelombang di kolam pelabuhan telah memenuhi
persyaratan kurangdari 0,4 m dan nyaman untuk bongkar muat ikan hasil tangkapan.
Buku Ajar Pelabuhan 14-
16
16
Gambar 14.15. Pola Gelombang pada Arah Datang Gelombang dari Timur Sebelum
Pemecah Gelombang Dibangun t = 8,5 s
Gambar 14.16. Pola Gelombang pada Arah Datang Gelombang Timur dari Setelah
Pemecah Gelombang Dibangun t = 8,5 s
Buku Ajar Pelabuhan 14-
17
17
Gambar 14.17. Pola Gelombang pada Arah Datang Gelombang dari Utara Setelah
Pemecah Gelombang Dibangun t = 8,5 s
Gelombang pada daerah kolam pelabuhan, lihat Gambar 14.16 dan 14.17, tampak lebih
tinggi di sisi utara kolam daripada di sisi selatan kolam pada saat gelombang datang dari arah
timur. Fenomena demikian terjadi ketika musim timur. Sedangkan pada saat gelombang datang
dari arah utara, gelombang di sisi selatan kolam akan lebih tinggi di sisi utara. Fenomena ini
terjadi saat berlangsung musim pancaroba dari muson timur ke muson barat atau sebaliknya. Keadaan ini menguntungkan kapal yang bongkar muat di depan dermaga karena gelombang di
lokasi ini relatif lebih rendah/tenang daripada daerah lainnya pada kolam pelabuhan.
Dil luar pemecah gelombang, gelombang dari arah timur pada msim timur membentur pemecah gelombang selatan dengan energi relatif lebih tinggi daripada gelombang yang
membentur pemecah gelombang sisi utara pada saat musim pancaroba. Kondisi tersebut dapat
dicermati dari tinggi gelombang dalam dua keadaan tersebut. Dengan demikian, perencanaan dimensi pemecah gelombang selatan perlu mendapat perhatian agar mampu menerima atau
mentransfer energi tersebut ke dasar pantai.
Pola arus bangkitan gelombang pada keadaan gelombang datang dari timur setelah
pemecah gelombang dibangun ditunjukkan pada Gambar 14.18. Pola arus tersebut sesuai
dengan pola gelombang dalam Gambar 14.16. Tampak dari ukuran vektor kecepatan partikel air
dalam gambar, daerah di sisi barat kolam pelabuhan lebih dinamik daripada di sisi selatan
kolam pelabuhan. Sedangkan pada keadaan gelombang datang dari utara setelah pelabuhan
dibangun akan terjadi dinamika gerak partikel air berlawanan, pola arus demikian ini dapat
dicermati dari Gambar 14.19 yang sesuai dngan pola gelombang dalam Gambar 14.17. Tampak dari ukuran vektor kecepatan partikel air dalam gambar, daerah di sisi selatan kolam pelabuhan
lebih dinamik daripada di sisi utara kolam pelabuhan.
Hempasan arus di dalam kolam pelabuhan, baik akibat gelombang datang dari arah timur maupun selatan pada keadaan pemecah gelombang talah dibangun berpotensi mengikis
material pantai di sisi-sisi dalam pemecah gelombang. Namun demikian, erosi pada daerah
tersebut tidak berbahaya bagi stabilitas pemecah gelombang karena relatif kecil. Selain itu, arus
tersebut akan cenderung kembali dinormalkan oleh sisi-sisi kapal yang bersandar di daerah
kolam pelabuhan.
Buku Ajar Pelabuhan 14-
18
18
Gambar 14.18. Pola Arus pada Arah Datang Gelombang dari Timur Setelah Pemecah
Gelombang Dibangun t = 8,5 s
Gambar 14.19. Pola Arus pada Arah Datang Gelombang dari Utara Setelah Pemecah
Gelombang Dibangun t = 8,5 s
Buku Ajar Pelabuhan 14-
19
19
Guna lebih menjamin ketenangan permukaan air di kolam pelabuhan sehingga lebih meningkatkan keamanan dan kenyamanan bongkar muat, tinggi gelombang dan arus dalam
kolam pelabuhan dapat lebih diminimalkan dengan menambah panjang bagian ujung pemecah
gelombang atau memperbesar dimensi bagian ujung tersebut 50 m. Fenomena hasil keluaran model atas upaya ini ditunjukkan dalam Gambar 14.20 dan 14.21, di mana tampak tinggi
gelombang dalam gambar lebih rendah daripada dalam Gambar 14.16 dan 14.17. Upaya
tersebut skaligus akan berfungsi memperkuat stabilitas ujung pemecah gelombang dari
hempasan gelombang.
Gambar 14.20. Pola Gelombang pada Arah Datang Gelombang Timur dari Setelah
Pemecah Gelombang Dibangun t = 8,5 s
Gambar 14.21. Pola Gelombang pada Arah Datang Gelombang Timur dari Setelah
Pemecah Gelombang Dibangun t = 8,5 s
Buku Ajar Pelabuhan 14-
20
20
14.2.4. Analisis Perubahan Garis Pantai
Setelah model matematik pola gelombang dan arus bangkitannya mengeluarkan hasil
dan diintepretasikan, kecenderungan pola transpor sedimen oleh arus bangkitan gelombang
tersebut di Daerah Pantai Sarang dapat diidentifikasikan pula. Selanjutnya, model perubahan
garis pantai dapat disusun berdasar hasil identifikasi tersebut dan data lainnya yang telah dikaji
dalam sub bab terdahulu.
Setelah model perubahan garis pantai telah dikalibrasikan, model tersebut dapat dipakai
untuk mensimulasikan perubahan garis pantai di daerah studi. Dalam hal ini, kalibrasi dicapai
pada nilai K1 = 0,58 dan K2 = 0,77. Simulasi model matematik tersebut secara umum
ditujukan untuk mengetahui perubahan pola transpor sedimen dan garis pantai (morfologi pantai) setempat akibat dibangunnya rencana pemecah gelombang. informasi tersebut dapat
diketahui dengan membandingkan pola perubahan garis pantai antara kondisi sebelum dan
setelah dibangunnya pemecah gelombang.
Hasil keluaran model (model output) simulasi perubahan garis pantai mencakup
prediksi total volume sedimen transpor dan perubahan garis pantai dalam kurun waktu simulasi.
Dalam hal ini, kurun waktu simulasi diambil 3 tahun. Total volume sedimen transpor keluaran
model dimuat dalam Tabel 14.6. Sedangkan perubahan garis pantai keluaran model dimuat
dalam Tabel 14.5 dan Gambar 14.14(a) hingga (f). Hasil-hasil keluaran model tersebut
diintepretasikan hingga kurun waktu 3 tahun kedepan sebagai berikut.
Variabilitas proses pantai seperti kedalaman air, tinggi, periode, dan arah
gelombang, serta penambahan maupun pengambilan material sedimen dapat merubah
kondisi zone litoral (littoral zone), yaitu zone pertemuan antara lautan dan daratan, yang
dibatasi oleh pantai (beach) di daratan dan membentang ke lautan sampai zone
gelombang pecah (zone of wave breaking). Pada zone tersebut energi gelombang
didisipasikan dalam jarak puluhan hingga ratusan meter bergantung pada beberapa
parameter, termasuk laju disipasi energi gelombang, transfer momentum, permeabilitas
sedimen, dan kecepatan endap sedimen pantai. Fenomena ini dapat dicermati pada
visualisasi Gambar 14.22(a) hingga (c) dan angka-angka dalam Tabel 14.5. Tampak bahwa
tanpa campur tangan manusia pun daerah pantai secara dinamik akan mengalami perubahan,
baik ke arah yang menguntungkan maupun merugikan manusia.
Dominansi gelombang angin (swell) di daerah pantai secara umum cenderung
meratakan dan meluruskan garis pantai. Artinya, bagian-bagian dari paras pantai yang menonjol
secara alami tanpa henti digempur serangan gelombang. Bagian paras pantai yang tahan
terhadap gempuran gelombang akan menunjukkan morfologi relatif tetap menonjol. Namun, bagian paras pantai yang tidak tahan menerima gempuran gelombang mula-mula akan runtuh
dan material runtuhannya akan tertranspor oleh arus bangkitan gelombang ke lain tempat.
Fenomena demikian lebih umum dikenal dengan istilah abrasi/erosi pantai. Sebaliknya, daerah
pantai dapat mengalami penambahan material dari daerah lain yang mengalami erosi. Fenomena
penambahan material inilah yang lebih dikenal dengan istilah akresi.
Pada Daerah Pantai Sarang pada keadaan sebelum dibangun pemecah gelombang, zone
yang rawan erosi karena memiliki paras menonjol terletak di sisi utara maupun selatan.
Demikian halnya zone yang cenderung mengalami akresi terletak baik di sisi utara maupun
selatan, di mana cekungan-cekungan garis pantai berada. Fenomena tersebut mengindikasikan
bahwa transpor sedimen di Daerah Pantai Sarang mengalami perubahan secara berimbang. Pada suatu massa zone tertentu mengalami akresi sehingga memiliki profil garis pantai lebih
menonjol daripada zone lainnya. Namun pada masa berikutnya, tonjolan profil pantai tersebut
akan tererosi sehingga menjadi rata atau pun cekung. Erosi material akan ditranspor oleh arus pantai dan memicu akresi pada zone lainnya yang akan pula mengalami erosi pada masa lainnya
untuk kembali menimbulkan akresi pada zone terdahulu. Fenomna demikian diidentifikasikan
Buku Ajar Pelabuhan 14-
21
21
dipicu oleh pola gelombang yang berimbang pada arah timur dan utara. Sementara, kedua arah gelombang datang tersebut tepat membentuk sudut dalam kisaran -45 hingga 45o.
(a) (b)
(c) (d)
(e) (d)
Buku Ajar Pelabuhan 14-
22
22
1 th 2 th 3 th 1 th 2 th 3 th 1 th 2 th 3 th
1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2 7.16 9.81 10.77 7.23 10.37 11.89 0.07 0.56 1.12
3 28.39 33.34 35.20 28.57 34.53 37.48 0.18 1.19 2.28
4 48.28 54.94 57.55 48.65 56.85 61.10 0.37 1.91 3.55
5 39.40 47.00 50.16 40.08 49.79 55.13 0.68 2.79 4.97
6 23.65 31.37 34.88 24.82 35.26 41.46 1.17 3.89 6.58
7 10.18 17.31 20.91 12.09 22.55 29.37 1.91 5.24 8.46
8 1.20 7.22 10.68 4.20 14.10 21.32 3.00 6.88 10.64
9 4.54 9.16 12.26 9.06 18.03 25.46 4.52 8.87 13.20
10 -6.67 -3.52 -0.95 -0.12 7.75 15.23 6.55 11.27 16.18
11 -17.81 -15.98 -14.09 -8.61 -1.83 5.59 9.20 14.15 19.68
12 -23.16 -22.40 -21.32 -10.61 -4.75 2.56 12.55 17.65 23.88
13 -21.63 -21.69 -21.49 -5.06 0.18 7.40 16.57 21.87 28.89
14 4.14 3.47 2.71 25.19 30.14 37.30 21.05 26.67 34.59
15 14.69 13.49 11.71 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
16 13.58 11.76 8.93 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
17 5.43 2.77 -1.12 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
18 3.04 -0.78 -5.73 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
19 11.00 5.70 -0.29 0.88 -12.94 -28.16 10.12 18.64 27.87
20 5.82 -1.22 -8.18 -1.39 -15.87 -31.01 7.21 14.65 22.83
21 -4.66 -13.54 -21.36 -9.62 -24.87 -39.87 4.96 11.33 18.51
22 -20.63 -31.28 -39.80 -23.93 -39.91 -54.65 3.30 8.63 14.85
23 -28.50 -40.65 -49.64 -30.62 -47.11 -61.43 2.12 6.46 11.79
24 -33.14 -46.31 -55.51 -34.45 -51.06 -64.76 1.31 4.75 9.25
25 -29.05 -42.61 -51.71 -29.83 -46.05 -58.89 0.78 3.44 7.18
26 -25.61 -38.86 -47.54 -26.05 -41.29 -53.03 0.44 2.43 5.49
27 -34.31 -46.54 -54.46 -34.55 -48.22 -58.57 0.24 1.68 4.11
28 -37.61 -48.17 -54.99 -37.74 -49.31 -57.98 0.13 1.14 2.99
29 -0.58 -8.94 -14.37 -0.64 -9.68 -16.44 0.06 0.74 2.07
30 34.28 28.50 24.74 34.26 28.07 23.44 0.02 0.43 1.30
31 28.93 25.97 24.04 28.92 25.77 23.42 0.01 0.20 0.62
32 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
-37.61 -48.17 -55.51 -37.74 -51.06 -64.76
48.28 54.94 57.55 48.65 56.85 61.10
Keterangan: dx = 100 m; total x = 3200 m; jetty pada nomor pias 15 dan 18; besar erosi dalam huruf warna beru cetak tebal;
EM : erosi maksimal; AM: akresi maksimal; dan deviasi dalam nilai absolut.
Ketika dan Setelah Pelabuhan Dibangun
Perubahan Garis Pantai pada Akhir Simulasi (m)No.
Pias
EM
AM
Sebelum dan Setelah pelabuhan Dibangun
Deviasi Perubahan Garis Pantai
21.05 26.67 34.59
Sebelum Pelabuhan Dibangun (Existing)
Gambar 14.22 Perubahan Garis Pantai pada Kondisi yang Ada (Existing)
Tabel 14.5 Perubahan Garis Pantai Sebelum dan Setelah Pelabuhan Dibangun
Pembangunan pemecah gelombang secara langsung akan berpengaruh merubah
dinamika proses pantai tersebut. Hal itu karena pembangunan pemecah gelombang
menjorok ke laut menembus daerah gelombang pecah di Daerah Pantai Sarang akan
menghalau transpor sedimen dari sisi utara ke sisi selatan pemecah gelombang atau
sebaliknya. Namun demikian, karena manfaat yang diproyeksikan dapat diraih, dalam
banyak kasus resiko tersebut dipandang lebih ringan daripada manfaat yang akan diraih.
Fenomena hasil simulasi pada Gambar 14.22(d) hingga (f) dan angka-angka dalam
Tabel 14.6 menunjukkan bahwa pemecah gelombang akan merubah pola transpor sedimen
sejajar pantai sehingga memiliki arah dominan dari utara ke selatan. Selain itu, pemecah
Buku Ajar Pelabuhan 14-
23
23
1 2 3
Existing:
Erosi - -4,03 x 10 4
-7,9 x 10 4
Akresi +1,63 x 10 2 - -
+ Breakwater
Erosi - -4,17 x 10 4
-8,29 x 10 4
Akresi +5,24 x 10 1 - -
Deviasi:
Erosi - -1,4 x 10 3
-3,9 x 10 3
Akresi +1,106 x 10 2 - -
Total Transpor Sedimen Alongshore
Akhir Tahun keKondisi Pantai
dalam Simulasi
gelombang akan membagi sistem imbangan sedimen setempat dari 1 sistem menjadi 2 sub sistem akibat material sedimen sulit melintasi pemecah gelombang baik dari utara ke selatan
atau sebaliknya. Dengan demikian, sebelum pemecah gelombang dibangun (existing), sistem
imbangan transpor sedimen setempat yang dikatakan sebagai Sistem Imbangan Transpor Sedimen Daerah Pantai Serang, setelah pemecah gelombang dibangun menjadi lebih detil
sebagai Sistem Imbangan Transpor Sedimen Daerah Pantai Serang di Utara PPI Sarang dan
Sistem Imbangan Transpor Sedimen Daerah Pantai Serang di Selatan PPI Sarang.
Perubahan sitem inbangan sedimen antara sebelum dan setelah pemecah gelombang
dibangun dapat dicermati dalam Tabel 14.5, pada pias nomor 1 hingga 10, pemecah gelombang
akan meningkatkan laju akresi. Pada pias nomor selanjutnya, nomor 11 hingga 14, pemecah gelombang akan mereduksi erosi yang terjadi di zone tersebut dan selanjutnya merubah kondisi
setempat menjadi akresi. Jadi pada pias-pias ini, pemecah gelombang merubah pola yang
semula erosi menjadi akresi. Pias nomor 15 hingga 18 tidak dikaji. Berikutnya, ias nomor 21 hingga hingga 29, pemecah gelombang akanmeningkatkan laju erosi. Sedangkan pada pias
nomor 30 hingga 32, pemecah gelombang akan meereduksi laju akresi.
Profil garis pantai di sisi utara pemecah gelombang cenderung mengalami akresi dan sebagian besar material erosi tertahan tepat di sisi utara pemecah gelombang. Material akresi ini
dimungkinkan berasal dari zone di sebelah utaranya. Sedangkan profil pantai di sisi selatan
pemecah gelombang cenderung tererosi terutama tepat di sisi selatan pemecah gelombang. Erosi
ini perlu dikendalikan, terutama erosi tepat pada sisi selatan kaki pemecah gelombang.
Secara teknik, resiko perubahan pola transpor sedimen dapat dikendalikan dengan
membangn bangunan penahan erosi pantai maupun akresi, sebagai misal adalah membangun
revetment pada garis pantai tepat di sisi selatan pemecah gelombang selatan guna mengatasi
erosi pada zone tersebt. Namun demikian, pokok tersebut di luar kajian kali ini, sehingga tidak
dibahas lebih lanjut.
Adapun total volume transpor sedimen sebelum maupun setelah pemecah gelombang
dibangun dari hasil simulasi dimuat dalam Tabel 14.6 berikut. Pada keadaan sebelum pemecah
gelombang dibangun sluruh daerah hitungan mengalami akresi hingga akhir tahun pertama
sebesar +1,63x102 m
3. Pada akhir tahun kedua, fenomena akresi tersbut berubah menjadi erosi
hingga mencapai angka -4,0x104 m3. Erosi di seluruh kawasan cenderung pula meningkat
hingga -7,9x104 m
3 pada akhir tahun ketiga.
Tabel 14.6 Total Transport Sedimen Alongshore Daerah Pantai Sarang
Pembangunan pemecah gelombang cenderung menahan akresi dan memicu erosi di seluruh kawasan. Pada akhir tahun pertama simulasi, struktur pemecah gelombang akan
mereduksi akresi hingga mencapai nilai +1,106x102 m3. Demikian halnya pada tahun kedua
dan ketiga simulasi, struktur pemecah gelombang akan dimungkinkan memicu erosi hingga
Buku Ajar Pelabuhan 14-
24
24
-1,4x103 m
3 sehingga erosi di seluruh daerah pantai mencapai angka -4,17x10
4 m
3. Sedangkan
di akhir tahun ketiga erosi di seluruh kawasan cenderung pula meningkat -3,9x104 m3 sehingga
mencapai -8,29x104 m
3.
14.3 Penutup
14.3.1. Tes Formatif
- Jelaskan permodelan matematika untuk simulai gelombang, arus dan sedimen
- Jelaskan permodelan matematik untuk simulasi perubahan garis pantai, akibat
dibangunnya break water.
14.3.2. Umpan Balik
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada pada halaman
berikut ini. Periksa jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi dalam bab ini.
Rumus:
%1002
xbenaryangJawaban
guasaanTingkatPen∑
=
Arti tingkat penguasaan yang anda capai adalah:
90% - 100% : baik sekali
80% - 89% : baik
70% - 79% : cukup
60% – 69% : kurang
0% - 59% : gagal
14.3.3. Tindak Lanjut
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 70% keatas, maka anda dapat meneruskan dengan
kegiatan belajar selanjutnya, tetapi jika tingkat penguasaan anda belum mencapai 70%,
maka anda harus mengulangi kegiatan belajar bab tersebut terutama pada bagian yang
anda belum kuasai. Untuk mencapai pemahaman tersebut anda dapat menghubungi
dosen pengampu di luar waktu kuliah.
14.3.4. Rangkuman
- Simulasi matematik dibuat dengan menggunakan differensial finit dan elemen finit
Buku Ajar Pelabuhan 14-
25
25
Untuk simulasi gelombang, arus dan sedimen salah satu program yang dapat digunakan
adalah SMS BOSS untuk menu RMA dan SED2.
Untuk simulasi perubahan garis pantai bisa digunakan SMS Genesis
Hasil simulasi tersebut dapat dijadikan dasar perencanaan infrastruktur pelabuhan
utamanya break water, groin dan revetment.
DAFTAR PUSTAKA
Dean, R.G. dan R.A. Dalrymple. 1984. Water Waves Mechanics for Engineers and
Scientist. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall Inc.
Gravens, M. B. 1991. User’s Guide to the Shore-line Modelling System (SMS).
Instruction Report CERC-92-1. Mississippi: USAE Waterways Experiment
Station.
Hanson, H. dan N. C. Kraus. 1989. GENESIS: Generalized Model for Simulating
Shoreline Change, Report 1: Technical Reference. Technical Report CERC-89-
19. Mississippi: USAE Waterways Experiment Station.
Gravens, M. B., N. C. Kraus, dan H. Hanson. 1991. GENESIS: Generalized Model for
Simulating Shoreline Change, Report 2: Workbook and System User’s Manual.
Technical Report CERC-89-19. Mississippi: USAE Waterways Experiment
Station.
Horikawa, K. 1984. Coastal Processes. Tokyo: Tokyo University Press.
Shore Protection Manual Vol. I. 1984. Coastal Engineering Research Center US Army
Engineer Waterways Experiment Station. Washington DC.
Shore Protection Manual Vol. II. 1984. Coastal Engineering Research Center US Army
Engineer Waterways Experiment Station. Washington DC.