laporan praktikum pengukuran debu
DESCRIPTION
lapaoran praktikum pengukuran debuTRANSCRIPT
BAB IV
DEBU
A. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui cara-cara mengukur kadar debu total di
udara
2. Mengukur kadar debu total di udara lantai 1 gedung
Dekanat FKM Unsri
3. Mengetahui prosedur pengukuran debu total di udara
dengan menggunakan HVS
B. Teori
B.1 Pengertian
Pencemaran udara adalah hadirnya satu atau lebih kontaminan
di atmosfer pada jumlah atau durasi tertentu sehingga dapat atau
cenderung menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia,
hewan, tumbuhan atau meterial serta dapat mengganggu
kenyamanan dan kesejahteraan hidup.
Debu adalah debu adalah zat kimia padat, yang disebabkan oleh
kekuatan-kekuatan alami atau mekanis seperti
pengolahan,penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat,
peledakan, dan lain-lain dari benda, baik organik maupun
anorganik (Suma‟mur, 2009). Menurut Departemen Kesehatan RI
(2003) debu ialah partikel-partikel kecil yang dihasilkan oleh
proses mekanis. Jadi, pada dasarnya pengertian debu adalah
partikel yang berukuran kecil sebagai hasil dari proses alami
maupun mekanik.
B.2 Sifat Debu
Menurut Departemen Kesehatan RI yang dikutip oleh Sitepu
(2002), partikel-partikel debu di udara mempunyai sifat:
1. Sifat pengendapan
Sifat pengendapan adalah sifat debu yang cenderung selalu
mengendap karena gaya gravitasi bumi. Namun karena kecilnya
ukuran debu, kadang-kadang debu ini relatif tetap berada di
udara.
2. Sifat permukaan basah
Sifat permukaan debu akan cenderung selalu basah, dilapisi oleh
lapisan air yang sangat tipis. Sifat ini penting dalam
pengendalian debu dalam tempat kerja.
3. Sifat penggumpalan
Oleh karena permukaan debu selalu basah, sehingga dapat
menempel satu sama lain dan dapat menggumpal. Turbulensi
udara meningkatkan pembentukan penggumpalan debu.
Kelembaban di bawah saturasi, kecil pengaruhnya terhadap
penggumpalan debu. Kelembaban yang melebihi tingkat
huminitas di atas titik saturasi mempermudah penggumpalan
debu. Oleh karena itu partikel debu bias merupakan inti dari
pada air yang berkonsentrasi sehingga partikel menjadi besar.
4. Sifat listrik statis
Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel
lain yang berlawanan. Dengan demikian, partikel dalam larutan
debu mempercepat terjadinya proses penggumpalan.
5. Sifat optis
Debu atau partikel basah atau lembab lainnya dapat
memancarkan sinar yang dapat terlihat dalam kamar gelap.
Partikel debu yang berdiameter lebih besar dari 10 mikron
dihasilkan dari proses-proses mekanis seperti erosi angin,
penghancuran dan penyemprotan , dan pelindasan benda-benda
oleh kendaraan atau pejalan kaki. Partikel yang berdiameter
antara 1-10 mikron biasanya termasuk tanah dan produk-produk
pembakaran dari industri lokal. Partikel yang mempunyai diameter
0,1-1 mikron terutama merupakan produk pembakaran dan aerosol
fotokimia (Fardiaz, 1992).
B.3 Sumber Debu
Debu yang terdapat di dalam udara terbagi dua, yaitu
deposite particulate matter adalah partikel debu yang hanya
berada sementara di udara, partikel ini segera mengendap karena
ada daya tarik bumi. Suspended particulate matter adalah debu
yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap (Yunus,
1997). Sumber-sumber debu dapat berasal dari udara, tanah,
aktivitas mesin maupun akibat aktivitas manusia yang tertiup
angin.
B.4 Jenis Debu
Jenis debu terkait dengan daya larut dan sifat kimianya.
Adanya perbedaan daya larut dan sifat kimiawi ini, maka
kemampuan mengendapnya di paru juga akan berbeda pula.
Demikian juga tingkat kerusakan yang ditimbulkannya juga akan
berbeda pula. Suma‟mur (2009) mengelompokkan partikel debu
menjadi dua yaitu debu organik dan anorganik. Klasifikasi debu
dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1. Jenis Debu Yang Dapat Menimbulkan Gangguan
Kesehatan Pada Manusia
No Jenis Debu Contoh (Jenis Debu)
1 Organik
a. Alamiah
1. Fosil Batu bara, karbon hitam,
arang, granit.
2. Bakteri TBC, antraks, enzim,
bacillus substilis.
3. Jamur Koksidiomikosis,
Histoplasmosis,
Actinomycosis,
kriptokokus, thermophilic.
4. Virus Cacar air, Q fever,
psikatosis.
5. Sayuran Kompos jamur, ampas
tebu, tepung padi, gabus,
serat nanas, atap alang-
alang, katun, rami.
6. Binatang Kotoran burung, kesturi,
ayam
b. Sintesis
1. Plastik Politetrafluoretilen,
toluene diisosianat
2. Reagen Minyak isopropyl, pelarut
organic
2 Anorganik
a. Silika bebas
1. Crystaline
2. Amorphous
Quarz, trymite cristobalite
Diatomaceous earth, silica
gel
b. Silika
1. Fibrosis
2. Lain-lain
Asbestosis, sillinamite,
talk
Mika, kaolin, debu semen
c. Metal
1. Inert
2. Lain-lain
3. Bersifat keganasan
Besi, barium, titanium,
alumunium
Berilium
Arsen, kobal, nikel
hematite, uranium,
khrom,
(Sumber : Suma’mur.P.K 2009)
B.5 Nilai Ambang Batas (NAB) Kadar Debu
Nilai ambang batas (NAB) adalah standard faktor-faktor
lingkungan kerja yang dianjurkan di tempat kerja agar tenaga
kerja masih dapat menerimanya tanpa mengakibatkan penyakit
atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk
waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu
(Permenakertrans RI No.13 tahun 2011 tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja). Kegunaan NAB ini
sebagai rekomendasi pada praktik higiene perusahaan dalam
melakukan penatalaksanaan lingkungan kerja sebagai upaya untuk
mencegah dampaknya terhadap kesehatan.
Kadar debu yang melampaui ambang batas yang ditentukan
dapat mengurangi penglihatan, menyebabkan endapan tidak
menyenangkan pada mata ,hidung,dan telinga dan dapat juga
mengakibat kerusakan pada kulit. Nilai ambang batas kadar debu
di udara berdasarkan Permenakertrans RI Nomor 13 tahun 2011
tentang Nilai Ambang Batas Bahan Fisika dan Kimia di Tempat
Kerja, bahwa kadar debu di udara tidak boleh melebihi 3,0 mg/m3.
B.6 Dampak Kesehatan
Polutan partikel masuk ke dalam tubuh manusia terutama
melalui sistem pernafasan, oleh karena itu pengaruh yang
merugikan terutama terjadi pada sistem pernafasan. Faktor lain
yang paling berpengaruh terhadap sistem pernafasan terutama
adalah ukuran partikel, karena ukuran partikel yang menentukan
seberapa jauh penetrasi partikel ke dalam pernafasan. Debu-debu
yang berukuran 5-10 mikron akan ditahan oleh jalan pernafasan
bagian atas, sedangkan yang berukuran 3-5 mikron ditahan oleh
bagian tengah jalan pernafasan (Yunus, 1997).
American Lung Association membagi penyakit paru akibat
kerja mejadi dua kelompok besar : Pneumokoniosis disebabkan
karena debu yang masuk ke dalam paru serta penyakit
hipersensitivitas seperti asma yang disebabkan karena reaksi yang
berlebihan terhadap polutan di udara (Suma‟mur, 2009).
Menurut Suma‟mur (1996), debu yang dapat menimbulkan
ganggguan kesehatan bergantung dari :
a. Solubility
Jika bahan-bahan kimia penyusun debu mudah larut dalam air,
maka bahan- bahan itu akan larut dan langsung masuk ke
pembuluh darah kapiler alveoli. Apabila bahan-bahan tersebut
tidak mudah larut, tetapi ukurannya kecil, maka partikel-partikel
itu dapat memasuki dinding alveoli, lalu ke saluran limpa atau ke
ruang peri bronchial menuju ke luar bronchial oleh rambut-
rambut getar di kembalikan ke atas.
b. Komposisi kimia debu
1. Inert dust
Golongan debu ini tidak menyebabkan kerusakan atau reaksi
fibrosis pada paru. Efeknya sangat sedikit atau tidak ada sama
sekali pada penghirupan normal.
2. Poliferal dust
Golongan debu ini di dalam paru akan membentuk jaringan
parut atau fibrosis. Fibrosis ini akan membuat pengerasan
pada jaringan alveoli sehingga mengganggu fungsi paru. Debu
golongan ini menyebabkan fibrocytic pneumoconiosis,
contohnya : debu silika, asbestosis, kapas, berilium dan
sebagainya.
3. Tidak termasuk inert dust dan poliferatif dust
Kelompok debu ini merupakan kelompok debu yang tidak
tahan di dalam paru, namun dapat ditimbulkan efek iritasi
yaitu debu yang bersifat asam atau asam kuat.
c. Konsentrasi debu
Semakin tinggi konsentrasi debu di udara tempat kerja, maka
semakin besar kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan.
d. Ukuran partikel debu
Ukuran partikel besar akan di tangkap oleh saluran nafas bagian
atas. Ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya
penyakit pada saluran pernapasan.
Dari hasil penelitian ukuran tersebut dapat mencapai target
organ sebagai berikut :
1. Ukuran debu 5 – 10 mikron, akan tertahan olah cilia pada
saluran
pernapasan bagian atas.
2. Ukuran debu 3 – 5 mikron, akan tertahan oleh saluran
pernapasan
bagian tengah.
3. Ukuran debu 1 – 3 mikron, sampai dipermukaan alveoli.
4. Ukuran debu 0,5 – 1 mikron, hinggap dipermukaan alveoli,
selaput
lendir sehingga menyebabkan fibrosis paru.
5. Ukuran debu 0,1 – 0,5 mikron, melayang dipermukaan
alveoli.
C. Alat Ukur
Pengukuran kadar debu di udara bertujuan untuk mengetahui
apakah kadar debu pada suatu lingkungan kerja berada
konsentrasinya sesuai dengan kondisi lingkungan kerja yang aman
dan sehat bagi pekerja. Dengan kata lain, apakah kadar debu
tersebut berada di bawah atau di atas nilai ambang batas (NAB)
debu udara.
Pengambilan/pengukuran kadar debu di udara biasanya
dilakukan dengan metode gravimetri, yaitu dengan cara menghisap
dan melewatkan udara dalam volume tertentu melalui saringan
serat gelas/kertas saring. Alat-alat yang biasa digunakan untuk
pengambilan sampel debu total (TSP) di udara seperti:
1. High Volume Air Sampler (HVAS)
Alat ini menghisap udara ambien dengan pompa
berkecepatan 1,1 - 1,7 m³/menit, partikel debu berdiameter
0,1-10 mikron akan masuk bersama aliran udara melewati
saringan dan terkumpul pada permukaan serat gelas. Alat ini
dapat digunakan untuk pengambilan contoh udara selama 24
jam, dan bila kandungan partikel debu sangat tinggi maka
waktu pengukuran dapat dikurangi menjadi 6 - 8 jam.
2. Low Volume Air Sampler (LVAS)
Alat ini dapat menangkap debu dengan ukuran sesuai yang
kita inginkan dengan cara mengatur flow rate 20 liter/menit
dapat menangkap partikel berukuran 10 mikron. Dengan
mengetahui berat kertas saring sebelum dan sesudah
pengukuran maka kadar debu dapat dihitung.
3. Low Volume Dust Sampler (LVDS)
Alat ini mempunyai prinsip kerja dan metode yang sama
dengan alat low volume air sampler.
4. Personal Dust Sampler (PDS)
Alat ini biasa digunakan untuk menentukan Respiral Dust
(RD) di udara atau debu yang dapat lolos melalui filter bulu
hidung manusia selama bernafas. Untuk flow rate 2
liter/menit dapat menangkap debu yang berukuran < 10
mikron. Alat ini biasanya digunakan pada lingkungan kerja
dan dipasang pada pinggang pekerja karena ukurannya yang
sangat kecil.
Gambar alat ukur:
HVS (High Volume Air Sampler) LVAS (Low Volume Air
Sampler)
PDS (Personal Dust Sampler)
D. Cara Ukur
- Alat-Alat yang Digunakan
1. Face Plate (plat bagian depan) dan gasket;
2. Filter adapter;
3. Motor pompa vakum;
4. Neraca analitik, dengan ketelitian 0,1 mg;
5. Filter fiber glass;
6. Pinset;
7. Kompas, untuk penentuan arah angin;
8. Hygrothermometer, pengukur suhu dan kelembaban;
9. Barometer, pengukur tekanan udara;
10. Desikator, digunakan untuk mengkondisikan filter
selama
minimal 24 jam sebelum dan setelah sampling
dilakukan.
- Prosedur Praktikum
Sebelum Praktikum
1. Bersihkan filter fiber yang digunakan dari kotoran
dengan
menggunakan sikat kecil;
2. Filter dikondisikan selama 24 jam kemudian ditimbang
dengan
neraca analitik (pemberian nomor pada filter dilakukan
sebelum penimbangan).
3. Sebelum sampling dilakukan filter tidak boleh rusak;
4. Setelah ditimbang, letakkan filter dalam file box yang
telah diisi
dengan silica gel dan dilapisi dengan kertas atau
alumunium
foil;
5. Tutup rapat file box dengan selotip/plester agar tidak
berkontak
dengan udara luar.
Pada Saat Praktikum
1. Siapkan sumber arus listrik, pastikan voltase alat sama
dengan
voltase sumber arus listrik;
2. Pasang filter dengan rapi diantara face plate dan
gasket, pasang
alat pengukur debit sesuai dengan waktu pengukuran;
3. Hidupkan HVS dan setelah berjalan 5 menit catat
kecepatan
aliran udara;
4. Biarkan sampling berlangsung selama 1 jam;
5. Catat kondisi meteorologi (suhu, tekanan udara,
kelembaban
udara, arah dan kecepatan angin) minimal setiap 10
menit, dan
apabila sampling berakhir catat kembali laju aliran
udara;
6. Setelah praktikum berakhir, matikan alat HVS, face
plate
dibuka dan filter dikeluarkan, filter dilipat sedemikian
rupa
sehingga bagian yang mengandung partikulat
tersuspensi
saling berhadapan;
7. Masukkan filter tersebut ke dalam plastik;
8. Kondisikan filter dalam desikator selama minimal 24
jam.
Setelah Praktikum
Timbang filter yang telah dikondisikan minimal 3 kali
pengukuran untuk masing-masing filter.