laporan praktikum patologi klinik hapusan darah

13
LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK HEMATOLOGI BLOK SISTEMIK Oleh : 1. Haris Mega Prasetyo 2. A. Agung Istri Puspita Dewi 3. Fakhirotuz Zakiyah 4. Malun Nasrudin 5. Rio Faisal Ariady 6. Anjayani Sri Utami 7. Zulfa Fitri LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2014

Upload: fayzakiyah

Post on 20-Oct-2015

261 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

PK

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Patologi Klinik Hapusan Darah

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

HEMATOLOGI

BLOK SISTEMIK

Oleh :

1. Haris Mega Prasetyo2. A. Agung Istri Puspita Dewi3. Fakhirotuz Zakiyah4. Malun Nasrudin5. Rio Faisal Ariady6. Anjayani Sri Utami7. Zulfa Fitri

LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2014

Page 2: Laporan Praktikum Patologi Klinik Hapusan Darah

PRAKTIKUM HAPUSAN DARAH

A. TINJAUAN PUSTAKA

Darah mempunyai tiga fungsi utama, yaitu membantu pengangkutan zat-zat

makanan, proteksi dari benda asing, regulasi kandungan air pada jaringan, pengatur

suhu tubuh, serta pengatur Ph. Darah mempunyai tiga unsur seluler, yaitu:

1) Eritrosit

Eritrosit merupakan diskus bikonkaf, bentuknya bulat dengan lekukan pada

bagian tengahnya jadi bagian tengah lebih tipis dari tepinya dan diameternya

7,65µm. Eritrosit bisa menembus kapiler karena terbungkus dalam membran sel

yang elastis dan fleksibel dengan permeabilitas tinggi. Dalam eritrosit terkandung

sekitar 300 juta molekul Hb ( sejenis pigmen pernapasan untuk mengikat

oksigen ), dimana volume Hb sepertiga volume sel.

Eritrosit ini juga berfungsi dalam penentuan golongan darah seseorang.

Karena adanya Hb pada eritrosit sehingga eritrosit membawa oksigen dari

paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Sel menggunakan oksigen tersebut untuk

membentuk energi dan sisanya yaitu karbondioksida (Sloane, 2003).

Konsentrasi eritrosit normalnya pada laki-laki 4.330.000-5.950.000/ cmm dan

pada perempuan 3.900.000-4.820.000/ cmm. Khusus orang yang tinggal di

dataran tinggi eritrositnya lebih besar (Guyton&Hall, 2012).

2) Leukosit

Jika dibandingkan dengan jumlah eritrosit maka jumlah leukosit lebih sedikit,

jadi dari sekitar 1 leukosit untuk setiap 660 eritrosit. Leukosit bertanggung jawab

terhadap sistem imun tubuh dan memusnahkan benda asing. Terdapat lima jenis

leukosit dalam bekerja pada mekanisme utama tubuh dalam melawan infeksi,

termasuk menghasilkan antibodi. Perbedaannya berdasarkan ukuran, bentuk

nukleus, dan ada tidaknya granula sitoplasma.

a) Granulosit

Granulosit merupakan sel yang memiliki granula sitoplasma diantara adalah:

1. Neutrofil

Neutrofil merupakan granulosit yang mengandung enzim dan terdiri

dari granul-granul dan jumlahnya paling banyak. Fungsi neutrofil yaitu

membantu melindungi tubuh melawan infeksi bakteri dan jamur serta

mencerna benda-benda asing sisa-sisa peradangan. Neutrofil ini terdapat

Page 3: Laporan Praktikum Patologi Klinik Hapusan Darah

dua jenis, yaitu neutrofil bentuk pita (imatur, belum matang) dan neutrofil

bersegmen (matur, matang).

Menurut Sloane (2003), neutrofil mempunyai granula kecil berwarna

merah muda dalam sitoplasmanya. Nukleusnya mempunyai tiga sampai

lima lobus yang dihubungkan dengan benang kromatin tipis. Diameternya

mencapai 9µm-12µm.

2. Eosinofil

Eosinofil granula sitoplasmanya kasar dan besar, jika dalam pewarnaan

orange kemerahan. Sel ini mempunyai nukleus berlobus dua dengan

diameter 12µm-15µm dan fungsinya sebagai fagosit lemah. Jumlahnya

bisa meningkat jika terjadi alergi atau penyakit parasit, tetapi bisa

berkurang selama stress berkepanjangan.

3. Basofil

Basofil mempunyai granula sitoplasma besar dengan bentuk tidak

beraturan dan berwarna keunguan sampai hitam serta tampak nukleusnya

berbentuk S. Untuk diameternya sekitar 12 µm-15µm. Basofil juga

berperan dalam respon alergi maka dari itu sel ini mengandung histamin.

b) Agranulosit

Agranulosit merupakan sel tanpa granula.

1. Limfosit

Limfosit merupakan sel utama pada sistem getah bening dengan

bentuk sferis, relatif lebih kecil dibanding makrofag dan neutrofil dan

diameternya 6-8µm. Pada leukosit darah terdapat 20-30% limfosit.

Limfosit mempunyai inti relatif besar, bulat sedikit cekung pada satu sisi.

Sitoplasma yang terkandung sedikit begitu pula kandungan basofilik dan

azurofiliknya sedikit. Limfosit-limfosit dapat digolongkan berdasarkan

asal, struktur halus, surface markers yang kaitannya dengan sifat

imunologis, siklus hidup serta fungsi (Efendi, 2003).

Menurut Farieh (2008) limfosit dibagi menjadi 2 kelompok utama:

Limfosit B berasal dari sel stem di dalam sumsum tulang dan tumbuh

menjadi sel plasma yang menghasilkan antibodi.

Limfosit T terbentuk jika sel stem dari sumsum tulang pindah ke

kelenjar thymus yang mengalami pembelahan dan pematangan. Dalam

kelenjar thymus tersebut, limfosit T bekerja membedakan mana benda

Page 4: Laporan Praktikum Patologi Klinik Hapusan Darah

asing dan mana bukan benda asing. Limfosit T dewasa meninggalkan

kelenjar thymus dan masuk ke pembuluh getah bening dan berfungsi

sebagai bagian dari sistem pengawasan kekebalan.

2. Monosit

Monosit merupakan leukosit yang besar 3-8% dari jumlah leukosit normal,

diameter 9-10µm tapi pada sediaan darah kering bisa 20µm bahkan lebih.

Intinya eksentris dan terdapat lekukan yang dalam dengan bentuk seperti

tapal kuda. Monosit tergolong fagositik mononuclear dan terdapat tempat-

tempat reseptor pada permukaan membrannya (Efendi, 2003).

3) Trombosit

Trombosit untuk pembekuan darah pada daerah yang mengalami pendarahan.

Setelah mengalami pengaktivan trombosit melekat satu sama lain dan

menggumpal untuk membentuk sumbatan yang membantu menutup pembuluh

darah dan menghentikan perdarahan. Saat itulah trombosit melepaskan bahan

yang membantu untuk mempermudah pembekuan (Junquiera, 1997).

Sediaan hapusan darah merupakan sarana untuk menilai berbagai unsur sel

darah tepi, seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit. Sediaan hapusan yang dibuat

dan dicat dengan baik merupakan syarat mutlak untuk memperoleh hasil

pemeriksaan yang baik.

B. METODOLOGI

Alat :

Gelas objek

Gelas penghapus

Mikroskop

Alat suntik

Bahan :

Darah vena

Alkohol 70%

Wright’s stain

Buffer fosfat

Aquadest / air biasa

Page 5: Laporan Praktikum Patologi Klinik Hapusan Darah

Cara kerja:

1. Sampel darah diambil dari salah satu anggota kelompok yaitu Malun. Sampel

darah yang sudah diambil tadi dicampur dengan antikoagulan agar tidak cepat

membeku.

2. Gelas objek dan gelas penghapus dipersiapkan dengan mensterilkannya

menggunakan kapas yang mengandung alkohol 70%.

3. Setelah itu setetes sampel darah tadi bisa diletakkan pada gelas objek. Lalu

dihapus dengan gelas penghapus. Cara menggunkan gelas penghapus terhadap

gelas objek agar diperoleh hapusan yang bagus yaitu sudutnya ±30º. Jadi tebal

tipisnya hapusan tergantung sudut, banyaknya darah yang diteteskan, dan

kecepatan saat pergeseran gelas penghapus terhadap gelas objek. Cara

menggesernya yaitu dengan cara digeserkan ke arah yang bertentangan dengan

arah pertama.

4. Ketika hapusan tipis sesuai tujuan terbentuk segera dilakukan pengeringan

dengan diangin-anginkan tapi jangan ditiup dengan hembusan nafas. Karena

jika tidak segera dikeringkan bisa berakibat eritrosit rusak (kretinasi) dan

menjadi rouleau serta leukosit akan mengkerut.

5. Kemudian dilakukan pengecatan pada hapusan darah. Pada hapusan yang

sudah kering difiksasi dengan meneteskan Wright’s stain ±2 menit. Lalu

dilanjutkan dengan larutan buffer selama ±20 menit hingga terbentuk Metallic

Scum.

6. Hapusan kemudian dicuci dengan air bersih sehingga semua cat ikut hanyut

bersama air.

7. Lalu hapusan diletakkan pada sisinya dan ditunggu sampai kering.

Page 6: Laporan Praktikum Patologi Klinik Hapusan Darah

8.

C. DATA HASIL PRAKTIKUM

Penilaian Kualitas Hapusan Darah

Penilaian kualitas hapusan darah dilakukan dibawah mikroskop didapatkan

pengamatan sebagai berikut:

1. Lapisan darah cukup tipis sehingga sel-sel darah terpisah satu sama lain.

2. Hapusan darah mengandung sedikit endapat cat.

3. Eritrosit dan leukosit tercat dengan baik.

4. Leukosit tidak menggerombol dibagian akhir hapusan.

Page 7: Laporan Praktikum Patologi Klinik Hapusan Darah

Penaksiran Jumlah Leukosit

Pada pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran objektif 10x

pada tiap lapang pandangnya ditemukan 28 leukosit. Jadi penaksiran jumlah

leukosit diperoleh sebanyak 5000.

Differential leukosit

Sebelumnya pada hapusan darah diberi minyak emersi untuk diamati di bawah

mikroskop. Perhitungan yang dilakukan dengan mengidentifikasi 100 leukosit.

Jenis

leukos

it

Jumlah

normal

Hasil pengamatan dari sampel

darah saudara MalunTotal

Eo 4 - - - - 2 1 - - - - 3

Ba 1 - - - - - - - - - - 0

St 5 - - 1 - - - - - - - 1

Seg 59 6 4 7 7 3 6 6 5 8 7 59

Ly 27 2 3 2 - 5 3 4 4 1 2 26

Mo 4 2 3 - 3 - - - 1 1 1 11

D. DISKUSI KELOMPOK

Penilaian Kualitas Hapusan Darah

Berdasarkan diskusi kelompok hasil kualitas hapusan darah lumayan bagus

karena masih bisa diamati antar sel sel darahnya yang saling terpisah satu

sama lain. Namun sayangnya masih terdapat sedikit endapan cat yang awalnya

mempengaruhi pengamatan di bawah mikroskop. Adanya pengendapan cat

kemungkinan saat pencucian hapusan darah posisi gelas objek dimiringkan.

Fiksasi yang dihasilkan cukup bagus karena kromatin dan inti terbukti masih

bisa diamati. Untuk eritrositnya dalam pengamatan berwarna merah jingga.

Inti sel terlihat berwarana ungu di bawah mikroskop. Endapan cat yang terjadi

sedikit sekali tidak terpengaruh pada pengamatan sehingga secara keseluruhan

kualitas hapusan bisa dikatakan bagus karena masih bisa diamati tiap-tiap

selnya.

Penaksiran Jumlah Leukosit

Dari hasil pengamatan per lapang pandangnya diperoleh 28 leukosit. Dalam

perlakuan penaksiran jika didapatkan 20-30 leukosit per lapang pandangnya

Page 8: Laporan Praktikum Patologi Klinik Hapusan Darah

bisa ditaksir jumlah leukosit yaitu 5000. Tapi jika 40-50 leukosit per lapang

pandang maka penaksirannya 10.000 leukosit, leukosit dalam batas abnormal.

Sampel darah saudara Malun termasuk kategori normal yaitu sekitar 5000

leukosit. Karena pada dasarnya batas normal leukosit yaitu 5000-10.000/mm3.

Differential leukosit

Jenis leukosit terdapat dua jenis yaitu granulosit dan agranulosit. Neutrofil,

basofil, dan eosinofil termasuk jenis granulosit. Sedangkan limfosit dan

monosit termasuk agranulosit. Pada pengamatan sampel darah saudara Malun

jumlah monositnya 11 lebih besar dari nilai normalnya yaitu 4. Peningkatan

jumlah monosit ini disebut monositosis terkait dengan dijumpai penyakit

virus, penyakit parasitic, dan sebagainya. Dilihat secara keseluruhan

differential leukosit normal. Kemungkinan monosit jumlahnya meningkat

dalam memerangi benda asing tersebut misalkan virus. Adanya basofil yang

meningkat terkait proses inflamasi, sedangkan jika mengalami penurunan

kemungkinan bisa terjadi karena stress, reaksi hipersensitivitas, dan

sebagainya. Karena normalnya basofil 0,4-1 sedangkan saudara malun tidak

terkandung sama sekali basofil.

E. KESIMPULAN

Kualitas hapusan darah yang bagus bisa membantu pengamatan sel sel darah

untuk menentukan suatu diagnosa.

Leukosit terlihat bening, ameboid, berinti, ukuran lebih besar dari eritrosit.

Defferintial leukosit dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan atau tidak

pada leukositnya, karena pada dasarnya leukosit ada dua yaitu agranulosit dan

granulosit.

Page 9: Laporan Praktikum Patologi Klinik Hapusan Darah

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, William F. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:EGC.

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : EGC.

Wulan, Agustin dkk. 2014. Petunjuk Praktikum Patologi Klinik Hematologi dan Urinalis

Blok Sistemik. Jember: FKG UNEJ.