laporan praktikum patologi klinik 2

Upload: normalisanovrita

Post on 02-Jun-2018

309 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 Laporan Praktikum Patologi Klinik 2

    1/22

    LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

    BLOK HEMATOIMMUNOLOGI

    MATERI PRAKTIKUM II

    Oleh :

    Kelompok A.3

    1. Diptyo Ajeng Santoso G1A013060

    2. Ahmad Fauzi G1A013066

    3. Aida Ainul Chikmah G1A013074

    4. Hanifia Ulfa Fawzia G1A013077

    5. Kartika Kencana Putri G1A013079

    6. Tania Paramacitra G1A013081

    7. Normalisa Novrita G1A013106

    Asisten :

    Yefta

    G1A011066

    KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

    JURUSAN KEDOKTERAN

    PURWOKERTO

    2014

  • 8/11/2019 Laporan Praktikum Patologi Klinik 2

    2/22

    LEMBAR PENGESAHAN

    PRAKTIKUM MATERI II

    Oleh :

    Kelompok A.3

    1. Diptyo Ajeng Santoso G1A013060

    2. Ahmad Fauzi G1A013066

    3. Aida Ainul Chikmah G1A013074

    4. Hanifia Ulfa Fawzia G1A013077

    5. Kartika Kencana Putri G1A013079

    6. Tania Paramacitra G1A013081

    7. Normalisa Novrita G1A013106

    Disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti ujian praktikum Patologi Klinik blok

    Hematoimmunologi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Jurusan Kedokteran

    Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

    Diterima dan disahkan

    Purwokerto, September 2014

    Asisten

    Yefta

    G1A011066

  • 8/11/2019 Laporan Praktikum Patologi Klinik 2

    3/22

    BAB I

    DASAR TEORI

    a. Pemeriksaan Hematokrit

    Darah membentuk sekitar 8% dari berat tubuh total dan memiliki volume rata-rata 5

    liter pada wanita dan 5,5 liter pada pria. Darah terdiri dari tiga jenis unsur sel khusus,

    eritrosit, leukosit, dan trombosit, yang terendam dalam cairan kompleks plasma. Pergerakan

    konstan darah sewaktu mengalir melalui pembuluh darah menyebabkan unsur-unsur sel

    tersebut realtif merata di plasma. Namun, apabila suatu sampel darah utuh ditaruh dalam

    sebuah tabung reaksi yang sudah diberi zat untuk mencegah pembekuan, unsur-unsur sel

    yang lebih berat akan secara perlahan mengendap di dasar dan plasma yang lebih ringan naik

    ke bagian atas. Proses ini dipercepat dengan pemusingan atau sentrifugasi, yang dengan cepat

    menyebabkan sel-sel mengendap di dasar tabung (Sherwood, 2012).

    Karena lebih dari 99% sel adalah eritrosit, hematocrit atau packed cell volume pada

    dasarnya mewakili persentase volume darah total yang ditempati oleh eritrosit. Plasma

    membentuk volume sisanya. Hematocrit pada wanita rata-rata adalah 42% dan untuk pria

    sedikit lebih tinggi, yaitu 48%, sedangkan volume rata-rata yang ditempati oleh plasma padawanita adalah 58%, pada pria 55%. Sel darah putih dan trombosit, yang tidak berwarna dan

    kurang padat dibandingkan dengan eritrosit, mengendap membentuk sebuah lapisan tipis

    berwarna krem, buffy coat di atas kolom sel darah merah. Lapisan ini menempati kurang

    dari 1% volume darah total (Sherwood, 2012).

  • 8/11/2019 Laporan Praktikum Patologi Klinik 2

    4/22

    B. Pemeriksaan Jumlah Eritrosit

    Setiap milliliter darah mengandung rata-rata sekitar 5 miliar eritrosit (sel darah

    merah), yang secara klinis sering dilaporkan dalam hitung sel darah merah sebagai 5 juta per

    milliliter kubik. Eritrosit adalah sel gepeng berbentuk piringan yang di bagian tengah di

    kedua sisinya mencekung, seperti sebuah donat dengan bagian tengah menggepeng bukan

    berlubang. Bentuk khas ini sangat berperan melalui dua cara, terhadap efisiensi eritrosit

    melakukan fungsi mereka mengangkut oksigen dalam darah. pertama, bentuk bikonkaf

    menghasilkan luas permukaan yang lebih besar bagi difusi oksigen menembus membrane

    daripada yang dihasilkan oleh sel bulat dengan volume yang sama. Kedua, tipisnya sel

    memungkinkan oksigen berdifusi secara lebih cepat antara bagian paling dalam sel dengan

    bagian eksteriornya. Ciri lain yang mempermudah fungsi eritrosit untuk transportasi adalah

    kelenturan atau fleksibilitas membrane eritrosit tersebut. Kelenturan membrane ini

    memungkinkan eritrosit berjalan melalui kapiler yang sempit dan berkelok-kelok untuk

    menyampaikan kargo oksigen ke jaringan tanpa mengalami rupture. Sel darah merah yang

    garis tengahnya dalam keadaan normal (8m) mampu mengalami deformasi kapiler yang

    bahkan hanya bergaris tengah 3m. Dan hal paling penting yang memungkinkan eritrosit

    mengangkut oksigen adalah hemoglobin. (Sherwood, 2012).

    Untuk memaksimalkan kandungan hemoglobinnya, sebuah eritrosit dipenuhi oleh

    ratusan juta molekul hemoglobin dengan menyingkirkan hampir segala sesuatu lainnya.

    Eritrosit tidak memiliki memiliki nucleus, organel, atau ribosom. Struktur-struktur ini

    dikeluarkan ketika masa perkembangan sel untuk menyediakan ruang bagi lebih banyak

    hemoglobin. Dengan demikian, eritrosit pada dasarnya adalah suatu kantung terbungkus

    membrane plasma yang dipenuhi oleh hemoglobin (Sherwood, 2012).

    Di dalam eritrosit matang hanya tersisa sedikit enzim yang tidak dapat diperbarui,

    enzim-enzim tersebut adalah enzim glikolitik dan karbohidrat anhydrase. Enzim glikolitik

    penting untuk menghasilkan energy yang dibutuhkan untuk menjalankan mekanisme

    transportasi aktif yang terlibat dalam pemeliharaan konsentrasi ion-ion di dalam sel.

    Sedangkan enzim karbonat anhydrase penting dalam pengangkutan CO2. Enzim ini

    mengkatalisis CO2 menjadi ion bikarbonat (HCO3-). Ironisnya, walaupun eritrosit

    merupakan kendaraan untuk mengangkut O2 ke semua jaringan tubuh, mereka sendiri tidak

    dapat menggunakan O2 yang mereka angkut untuk menghasilkan energy karena eritrosit

    tidak memiliki mitokondria (Sherwood, 2012).

  • 8/11/2019 Laporan Praktikum Patologi Klinik 2

    5/22

    Karena eritrosit hidup dengan menyingkirkan berbagai perangkat intrasel untuk

    menyediakan ruang bagi hemoglobin, eritrosit tidak mampu hidup lama. Eritrosit hanya

    mampu bertahan hidup rata-rata 120 hari. Tanpa DNA dan RNA sel darah merah tidak dapat

    membentuk protein untuk mempernaiki sel, pertumbuhan, pembelahan, dan untuk

    memperbarui pasokan enzim. Sebagian besar sel darah merah mengakhiri hidupnya di limpa,

    karena jaringan kapiler organ ini sempit dan berbelit-belit, sehingga sel-sel rapuh ini terjepit.

    Selanjutnya sel-sel darah merah tua yang rupture diganti oleh sel baru yang dihasilkan oleh

    sumsum tulang, proses ini dikenal dengan eritropoiesis (Sherwood, 2012).

    C. Hitung Jenis Leukosit

    1. Netrofil (Sel polimorf)

    Sel ini mempunyai inti padat khas yang terdiri atas dua sampai lima lobus, dan

    sitoplasma yang pucat dengan garis batas tidak beraturan mengandung banyak granula merah

    muda-biru (azurofilik) atau kalabu-biru. Granula tersebut dibedakan menjadi granula primer

    yang tampakpada stadium promielosit, dan sekunder (spesifik) yang tampak pada periode

    mielosit dan dominana pada netrofil matur. Kedua jenis granula dari lisosom. Granula primer

    mengandung mieloperoksidase, fostase asam, dan hidrolase asam lainnya, sementara granula

    sekunder mngandung kolagenase, laktoferin, dan lisozim. Lama hidup netrofil dalam darahhanya sekitar 10 jam. (Hoffbrand,2012)

    2. Monosit

    Monosit biasanya berukuran lebih besarndari leukosit darah tepi lainnya dan

    mempunyai inti sentral berbentuk lonjong atau berlekuk dengan kromatin, yang

    menggumpal. Sitoplasmanya yang banyak berwarna biru dan mengandung banyak vakola

    halus, sehingga memberikan gambaran kaca asa (ground-glass appearance). Granula

    sitoplasma juga sering dijumpai. Prekursor monosit dalam sumsum tulang (monoblas dan

    promonist) sulit dibedakan dari mieloblas dan monosit. Monosit hanya sebentar berada dalam

    sumsum tulang dan, setelah bersikulasi selama 20-40 jam, meninggalkan darah dan

    memasuki jaringan untuk menjadi matur dan melaksanakan fungsi utamanya. Lama hidup

    ekstravaskular setelah berubah menjadi makrofag dapat selama beberapa bulan atau bahkan

    beberapa tahun. Monosit dapat menjalankan fungsi spesifik dalam jaringan yang berbeda,

    misalnya kulit, usus, hati, dll. Salah satu jalur yang sangat penting adalah jalur sel dendritik

  • 8/11/2019 Laporan Praktikum Patologi Klinik 2

    6/22

    yang terlibat dalam presentasi antigen ke sel T. GM-CSF dan M-CSF trelibat dalam produksi

    dan aktivasinya. (Hoffbrand,2012)

    3. Eosinofil

    Eosinofil mirip dengan netrofil, kecuali granula sitoplasmanya lebih kasar, lebih

    berwarna merah tua, dan jarang dijumpai lebih dari tiga lobus inti. Mielosit eosinofil dapat

    dikenali, tetapi stadium yang lebih awal tidak dapat dibedakan dari prekursor netrofil. Waktu

    transit eosinofil dalam darah lebih lama daripada netrofil. Sel ini memasuki eksudat

    inflamatorik dan berperan khusus dalam respon alergi, pertahan terhadap parasit, dan

    pembuangan fibrin yang terbentuk selama infalamasi. (Hoffbrand,2012)

    4. Basofil

    Sel ini jarang ditemukan dalam darah tepi normal. Sel ini mempunyai banyak granula

    sitoplasma yang gelap, menutup inti, serta mengandung heparin dan histamin. Didalam

    jaringan, basofil berubah menjadi sel mast. Basofil mempunyai tempat perlekatan

    imunoglobulin E (igE) dan degranulasinya disertai dengan pelepasan histamin.

    (Hoffbrand,2012)

    5. Limfosit

    Pada kehidupan pascanatal, sumsum tulang dan tymus adalah organ limfoid primer

    tempat berkembangnya limfoid. Organ limfoid sekunder tempat pembentukan respon imun

    spesifik adalah kelenjar getah bening, limpa, dan jaringan limfoid saluran cerna dan saluran

    napas.

    Respon imun bergantung pada dua jenis limfosit, yaitu sel B dan Sel T. Pada

    manusia, sel B berasal dari sel induk sumsum tulang. Hingga saat ini masih belum jelas

    aoakah sel tersebut diproses di luar sumsum tulang untuk menjadi limfosit B matur. Pada

    burung, proses ini berlangsung di bursa Fabricius, tetapi pada manusia belum ditemukan

    organ yang setara. Sel T juga awalnya berasal dari sel induk sumsum tulang tetapi bermigrasi

    ke tymus tempat berdiferensiasi menjadi sel T matur selama perjalanan dari korteks menuju

    medula. Selama proses ini, sel T yang swareaktif (self-reactive) dibuang (seleksi negatif)

    sedangkan sel T yang memiliki sedikit spesifisitas terhadap molekul antigen leukosit manusia

    (human leucocyte antigen, HLA) pejamu diseleksi (seleksi positif). Sel helper matur

    mengekspresikan CD4, sedangkan sel sitotoksik mengekspresikan CD8. Sel-sel tersebut juga

  • 8/11/2019 Laporan Praktikum Patologi Klinik 2

    7/22

    mengekspresikan salah satu dari dua heterodimeter reseptor antigen sel T, yaitu (>90%)

    atau (

  • 8/11/2019 Laporan Praktikum Patologi Klinik 2

    8/22

    BAB II

    METODE PRAKTIKUM

    A. Alat dan Bahan

    1.

    Pemeriksaan Hematokrit:

    a. Alat

    1) Alat untuk memeperoleh darah vena / kapiler.

    2) Pipet Hematokrit : panjang 7,5 cm dan diameter 1,2 mm.

    3)

    Vasellin.

    4)

    Sentrifuge yang dapat memutar dengan kecepatan 16.000 rpm.

    5) Skala pembaca Hematokrit.

    b. Bahan : Darah vena.

    c.

    Reagensia : Heparin (biasanya sudah melapisi lumen pipet kapiler Hematokrit)

    2. Pemeriksaan Jumlah Eritrosit:

    a.

    Alat

    1) Alat untuk memeperoleh darah vena.

    2) Bilik hitung Neubauer Improve.

    3)

    Kaca penutup.

    4) Pipet eritrosit : pipet dengan bola merah dengan skala 0,5-1-101.

    b. Bahan : Darah vena.

    c.

    Reagensia : Larutan Hayem

    3. Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit:

    a.

    Alat : Mikroskop

    b. Bahan : Preparat apusan darah

    4.

    Pemeriksaan Indeks Eritrosit:

    a. Alat : kalkulator

    b. Bahan

    1)

    Data jumlah eritrosit pasien

  • 8/11/2019 Laporan Praktikum Patologi Klinik 2

    9/22

    2) Data hematokrit pasien

    3) Data kadar hemoglobin pasien

    B. Cara Kerja

    1. Pemeriksaan Hematokrit

    Darah probandus Hisap dengan

    tabung kapiler

    Darah dalam tabung

    kapiler

    Sumbat ujung bagian

    bawah dengan Vaselin

    Sentrifuge dengan kecepatan

    16.000 rpm selama 3-5 menit

    Baca dengan skala hematokrit

  • 8/11/2019 Laporan Praktikum Patologi Klinik 2

    10/22

    2. Pemeriksaan Jumlah Eritrosit

    3. Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit

    4. Pemeriksaan Indeks Eritrosit

    a.

    MCV

    Volume Eritrosit Rata-rata ( V E R ) satuan Femtoliter

    x 10

    Nilai normal = 8292 Femtoliter

    Siapkan bilik hitung

    Hisap darah ke pipet sampai angka

    0,5 (pengenceran 200)

    Hisap larutan hayem ke

    pipet sampai angka 101

    Kocok horizontal

    selama 15- 30 detik

    Buang 3 tetes pertama

    Teteskan pada

    bilik hitung

    Amati apusan darah di

    bawah mikroskop

    Perhatikan jenis-jenis sel yang ada di

    dalamnya (basofil, eosinofil,

    neutrofil, limfosit, dan monosit)

  • 8/11/2019 Laporan Praktikum Patologi Klinik 2

    11/22

    b. MCH

    Hemoglobin Eritrosit Rata rata ( H E R ), adalah banyaknya Hb per eritrosit

    dinyatakan dengan satuan pikogram

    x 10

    Nilai normal 2732 Pikogram

    c. MCHC

    Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit rata-rata ( KHER ), adalah KadarHemoglobin Eritrosit yang didapat per Eritrosit dinyatakan dengan satuan %

    Nilai normal 3237 %

  • 8/11/2019 Laporan Praktikum Patologi Klinik 2

    12/22

    BAB III

    HASIL

    I. Hitung Jenis Leukosit

    Dari penghitungan jenis leukosit (eusinofil, basofil, neutrofil staff, neutrofil segmen,limosit dan monosit) yang telah dilakukan didapatkan jumlah

    a.

    Eusinofil : 0 buah

    b.

    Basofil : 2 buah

    c.

    Staff : 3 buah

    d.

    Limfosit : 11 buah

    e.

    Monosit : 8 buah

    II. Pemeriksaan Jumlah Eritrosit

    Setelah dilakukan penghitungan eritrosit melalui bilik Neubauer Improved dengan

    mengambil 5 kotak sedang secara acak, didapatkan hasil:

    Jumlah eritrosit : 3.950.000

    III.Pemeriksaan Hematokrit

    Dari pemeriksaan hematokrit ini didapatkan hasil 48 %

  • 8/11/2019 Laporan Praktikum Patologi Klinik 2

    13/22

    IV. Nilai Eritrosit Rata-Rata (Nilai Indeks Eritrosit)

    Nilai eritrosit rata rata yang terdiri dari MCV, MCH dan MCHC diukur dengan rumus

    yang telah ditentukanNilai Ht : 48 %

    Nilai Hb : 9%

    Jumlah eritrosit : 3,95 (dalam juta)

    MCV = VER = Hematokrit x 10

    Jumlah eritrosit

    = 48 x 10

    3.95

    = 121.51 Femtoliter

    MCH = HER = Hemoglobin x 10

    Jumlah eritrosit

    = 9 x 10

    3.95

    = 22, 7 Pikogram

    MCHC /KHER = Hb x 100 %

    Ht

    = 9 x 100%

    48

    = 18,75 %

  • 8/11/2019 Laporan Praktikum Patologi Klinik 2

    14/22

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    A. Pemeriksaan jumlah Eritrosit

    Dalam perhitungan jumlah eritrosit, terdapat 2 metode , yaitu manual dan

    elektronik (automatik). Metode manual hampir sama dengan hitung leukosit, yaitu

    menggunakan bilik hitung. Dalam praktikum kali ini menggunakan perhitungan

    manual yaitu menggunakan bilik hitung NI.

    Pada metode manual ini sel yang dihitung yaitu semua sel dalam 5 bidang

    yang terdiri dari 16 bidang kecil dan terletak pada bidang besar di tengah-tengah, sel

    yang menyinggung garis batas kiri dan atas, lalu lihat dengan perbesaran 40 x. dan

    menggunakan larutan hayem dimana fungsi larutan hayem adalah membunuh semua

    sell kecuali sell darah merah (eritrosit). Pada perhitungan kali ini , darah probandus

    menunjukan hasil 3.950.000. karena probandus adalah pria dan menunjukan nilai

    yang tidak normal.

    Hal ini bisa karana probandus menderita anemia atau hidrasi. Selain itu

    terdapat juga factor- factor yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium seperti pada

    pengambilan sampel darah di daerah tangan yang terpasang jalur intravena

    menyebabkan hitung eritrosit rendah, pengenceran yang tidak tepat, larutan pengencer

    tercemar darah / lainnya, alat yang digunakan seperti pipet, cover glass yang

    digunakan kotor/ basah, serta penghitungan mikroskopik yang kurang tepat.

    Nilai Rujukan

    a) Dewasa pria : 4.506.50 (x10^6/mmk)

    b) Dewasa wanita : 3.804.80 (x10^6/mmk)

    c) Bayi baru lahir : 4.306.30 (x10^6/mmk)

    d) Anak usia 1-3 tahun : 3.605.20 (x10^6/mmk)

    e) Anak usia 4-5 tahun : 3.705.70 (x10^6/mmk)

    f) Anak usia 6-10 tahun : 3.805.80 (x10^6/mmk)

  • 8/11/2019 Laporan Praktikum Patologi Klinik 2

    15/22

    B. Pemeriksaan Hematokrit

    Hematokrit adalah persentase volume seluruh SDM yang ada dalam darah

    yang diambil dalam volume tertentu. Untuk tujuan ini, darah diambil dengan semprit

    dalam suatu volume yang telah ditetapkan dan dipindahkan kedalam suatu tabung

    khusus berskala hematokrit. Untuk pengukuran hematokrit ini darah tidak boleh

    dibiarkan menggumpal sehingga harus diberi anti koagulan.

    Prinsip pemeriksaan hematokrit cara manual yaitu darah yang mengandung

    antikoagulan disentrifuse dan total sel darah merah dapat dinyatakan sebagai persen

    atau pecahan desimal. Penetapan nilai hematokrit cara manual dapat dilakukan

    dengan metode makrohematokrit atau metode mikrohematokrit.

    Pada praktikum , nilai hematokrit probandus adalah 48% dimana nilai batas

    normal bagi dewasa pria adalah kisaran 40 54%. Ada beberapa faktor yang

    mempengaruhi nilai hematokrit, seperti :

    - Lupa mengocok sampel.

    -

    Penutupan ujung kapiler tidak rapat.

    - Antikoagulan tidak tepat.

    - Tabung kapiler tidak ditera.

    -

    Sentrifuge yang tidak benar.

    Nilai Rujukan menurut Daicie

    Dewasa pria : 477%

    Dewasa wanita:425%

    Bayi baru lahir:5410%

    3 bulan :386%

    3-6 bulan :4045%

    10-12 tahun :414%

  • 8/11/2019 Laporan Praktikum Patologi Klinik 2

    16/22

    C. Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit

    Dari penghitungan jenis leukosit (eusinofil, basofil, neutrofil staff, neutrofil segmen,

    limosit dan monosit) yang telah dilakukan didapatkan jumlah

    a.

    Eusinofil : 0 buah

    b. Basofil : 2 buah

    c. Staff : 3 buah

    d. Segmen : 26 buah

    e. Limfosit : 11 buah

    f. Monosit : 8 buah

    Sebaiknya jumlah ke-enam di atas dikonversikan ke dalam bentuk prosentase.

    a. Eusinofil : 0 %

    b. Basofil :

    x 100% = 4 %

    c. Staff :

    x 100% = 6 %

    d. Segmen :

    x 100% = 52 %

    e. Limfosit :

    x 110% = 22%

    f. Monosit :

    x 110% = 16 %

    Dengan membandingkan ke-enam nilai tersebut dengan nilai normal menurut Miller,

    bisa diinterpretasikan sebagai berikut:

    a. Eusinofil : di bawah normal

    b. Basofil : di atas normal

    c. Staff : normal

    d.

    Segmen : normal

    e. Limfosit : normal

    f. Monosit : di atas normal

    Berikut ini adalah gambar sel-sel darah putih yang didapatkan pada preparat darah

    hapus :

    a. Basofil

  • 8/11/2019 Laporan Praktikum Patologi Klinik 2

    17/22

    b. Neutrofil Staff

    c.

    Neutrofil Segmen dan monosit

    d. Limfosit

  • 8/11/2019 Laporan Praktikum Patologi Klinik 2

    18/22

    D. Pemeriksaan index eritrosit

    Dalam praktikum kali ini , pemeriksaan index eritrosit bertujuan untuk

    memperkirakan ukuran eritrosit rata rata dan banyaknya hemoglobin tiap eritrosit.

    Macam-macam cara perhitungan ditentukan dengan apa yang ingin dicari ,

    diantaranya:

    MCV/VER ( mean corpusculum volume/ volume eritrosit rata rata)

    Digunakan untung menghitung volume eritrosit dengan rumus :

    MCV =

    x 10 =

    nilai normal = 8292 Femtoliter

    Dalam pemeriksaan , didapatkan nilai probandus 121,15 femtoliter.

    Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya :

    -

    Bila nilai rendah bisa terjadi karena anemia mikrositik, anemia

    defisiensi besi (ADB), malignansi, artritis reumatoid,

    hemoglobinopati (talasemia, anemia sel sabit, hemoglobin C),

    keracunan timbal, radias

    - Bila nilai tinggi bisa terjadi karena anemia makrositik, aplastik,

    hemolitik, pernisiosa; penyakit hati kronis; hipotiroidisme(miksedema); pengaruh obat (defisiensi vit B12, antikonvulsan,

    antimetabolik)

    MCH/HER ( mean corpusculum hemoglobin/Hemoglobin rata-rata)

    Digunakan untuk menghitung banyaknya Hb per eritrosit

    MCH =

    x 10 =

    Nilai normal : 27-32 pikogram

    Dalam pemeriksaan MCH , nilai yang didapat dari probandus adalah

    22,7 pikogram. Terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi nilai

    ini , diantaranya :

    - Bila nilai rendah dapat dijumpai pada penderita anemia mikrositik-

    normokromik atau anemia mikrositik-hipokromik.

    - Bila nilai tinggi dapat dijumpai pada penderita anemia makrositik-

    normokromik atau sferositosis

    MCHC(Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata)

  • 8/11/2019 Laporan Praktikum Patologi Klinik 2

    19/22

    Digunakan untuk mengihtung kadar hemoglobin eritrosit yang terdapat

    per eritrosit

    MCHC =

    x 100% =

    Nilai normal : 32-37%

    Pada saat praktikum nilai yang didapat dari probandus adalah 18,25%

    Hal-hal yang dapat mempengaruhi nilai tersebut diantaranya adalah

    - penurunan nilai MCHC dijumpai pada anemia hipokromik, defisiensi zat

    besi serta talasemia.

  • 8/11/2019 Laporan Praktikum Patologi Klinik 2

    20/22

    BAB V

    APLIKASI KLINIS

    1. Eosinofilia

    Eosinofilia adalah suatu keadaan di mana jumlah eosinofil lebih dari 300/l darah.

    Eosinofil terutama dijumpai pada keadaan alergi. Histamin yang dilepaskan pada reaksi

    antigen-antibodi merupakan substansi kemotaksis yang menarik eosinofil. Penyebab lain

    dari eosinofilia adalah penyakit kulit kronik, infeksi dan infestasi parasit, kelainan

    hemopoiesis seperti polisitemia vera dan leukimia granulositik kronik (Chernecky, 2008).

    2. Basofilia

    Basofilia adalah suatu keadaan di mana jumlah basofil lebih dari 100/l darah.

    Basofilia sering dijumpai pada polisitemia vera dan leukimia granulositik kronik. Pada

    penyakit alergi seperti eritroderma, urtikaria pigmentosa dan kolitis ulserativa juga dapat

    dijumpai basofilia. Pada reaksi antigen-antibodi basofil akan melepaskan histamin dari

    granulanya (Chernecky, 2008).

    3.Neutrofilia

    Neutrofilia adalah suatu keadaan di mana jumlah neutrofil lebih dari 7000/l dalam

    darah tepi. Penyebab biasanya adalah infeksi bakteri, keracunan bahan kimia dan logam

    berat, gangguan metabolik seperti uremia, nekrosa jaringan, kehilangan darah dan kelainan

    mieloproliferatif (Chernecky, 2008).

    Penyebab neutrofilia yang paling sering adalah infeksi, walaupun obat-obatan dan

    peradangan dapat juga menyebabkan neutrofilia. Neutrofilia merupakan salah satu akibat

    dari mekanisme berikut:

    a.

    Peningkatan produksi neutrofil oleh sumsum tulang

    b. Peningkatan pelepasan neutrofil dari penyimpanan sumsum tulang

    c.

    Pergeseran neutrofil dari perifer ke sirkulasi sistemik

    d. Ketahanan hidup neutrofil memanjang akibat penurunan pemasukan neutrofil ke

    jaringan atau penurunan penghancuran neutrofil oleh limpa (Schwartz, 2005).

    4. Limfositosis

    Limfositosis adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan jumlah limfosit lebih

    dari 8000/l oada bayi dan anak-anak serta lebih dari 4000/l darah pada dewasa.Limfositosis dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti morbili dan mononukleosis

  • 8/11/2019 Laporan Praktikum Patologi Klinik 2

    21/22

    infeksiosa, infeksi kronik seperti tuberkulosis, sifilis, pertusis, dan oleh kelainan

    limfoproliferatif seperti leukimia limfositik kronik dan makroglobulinemia primer

    (Chernecky, 2008).

    5. DBD

    Diagnosis DBD dilakukan dengan melihat gejala klinis dan laboratorium. Pemeriksaan

    laboratorium yang saat ini dipakai untuk menunjang diagnosis demam dengue baik primer

    maupun sekunder adalah dengan menggunakan pemeriksaan Ig M dan atau Ig G anti

    dengue karena dapat diperoleh hasil yang cepat dan sensitivitas mirip dengan Uji

    Hemaglutinasi Inhibisi (HI). Pemeriksaan ini cukup mahal. Hematokrit dipakai untuk

    menentukan derajat hemokonsentrasi seorang penderita. Meningkatnya nilai hematokrit

    pada kasus DBD merupakan indikator yang peka terhadap akan terjadinya renjatan

    (Pusparini, 2004).

    Hemokonsentrasi dapat dilihat dari:

    a. Peningkatan kadar hematokrit setinggi kadar hematokrit pada masa pemulihan.

    b.

    Peningkatan kadar hematokrit sesuai usia dan jenis kelamin >20% dibandingkan

    dengan kadar rujukan atau lebih baik lagi dengan data awal pasien.

    c. Penurunan kadar hematokrit 20% setelah mendapat penggantian cairan.

  • 8/11/2019 Laporan Praktikum Patologi Klinik 2

    22/22

    DAFTAR PUSTAKA

    Chernecky, C. C. dkk. 2008.Laboratory Tests and Diagnostic Procedures 5th Edition. USA:

    Saunders-Elsevier

    Gandasoebrata, R. 2013.Penuntun Labaratorium Klinik. Jakarta:Dian Rakyat

    Hoffbrand, A.V. et al. 2012.Kapita Selekta Hematologi. Jakarta:EGC

    Pusparini. 2004. Kadar hematokrit dan trombosit sebagai indikator diagnosis infeksi dengue

    primer dan sekunder. Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas TrisaktiSherwood, Lauralee. 2012.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC

    Schwartz, M. W. 2005.Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC