laporan praktikum patologi klinik 2013

38
LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK BLOK HEMATOIMMUNOLOGI MATERI PRAKTIKUM I Oleh : Kelompok A.3 1. Diptyo Ajeng Santoso G1A012060 2. Ahmad Fauzi G1A012066 3. Aida Ainul Chikmah G1A012074 4. Hanifia Ulfa Fawzia G1A012077 5. Kartika Kencana Putri G1A012079 6. Tania Paramacitra G1A012081 7. Normalisa Novrita G1A012106 Asisten : Yefta G1A011066 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

Upload: normalisanovrita

Post on 26-Dec-2015

125 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Patologi Klinik 2013

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

BLOK HEMATOIMMUNOLOGI

MATERI PRAKTIKUM I

Oleh :

Kelompok A.3

1. Diptyo Ajeng Santoso G1A012060

2. Ahmad Fauzi G1A012066

3. Aida Ainul Chikmah G1A012074

4. Hanifia Ulfa Fawzia G1A012077

5. Kartika Kencana Putri G1A012079

6. Tania Paramacitra G1A012081

7. Normalisa Novrita G1A012106

Asisten :

Yefta

G1A011066

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEDOKTERAN

PURWOKERTO

2014

Page 2: Laporan Praktikum Patologi Klinik 2013

LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIKUM MATERI I

Oleh :

Kelompok A.3

1. Diptyo Ajeng Santoso G1A012060

2. Ahmad Fauzi G1A012066

3. Aida Ainul Chikmah G1A012074

4. Hanifia Ulfa Fawzia G1A012077

5. Kartika Kencana Putri G1A012079

6. Tania Paramacitra G1A012081

7. Normalisa Novrita G1A012106

Disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti ujian praktikum Patologi Klinik

blok Hematoimmunologi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan

Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Diterima dan disahkan

Purwokerto, September 2014

Asisten

Yefta

G1A011066

Page 3: Laporan Praktikum Patologi Klinik 2013

BAB I

DASAR TEORI

A. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin

Hemoglobin ditemukan hanya di sel darah merah. Molekul

hemoglobin memiliki dua bagian yaitu bagian globin dan gugus hem. Globin

merupakan suatu protein yang terbentuk dari empat rantai polipeptida yang

masing-masing berikatan dengan empat gugus nonprotein yang mengandung

besi. Setiap atom besi dapat berikatan secara reversibel dengan O2.

Hemoglobin adalah suatu pigmen yang berwarna secara alami, sehingga

berfungsi memberi warna merah pada darah dan keunguan jika mengalami

deoksigenasi. Adanya ikatan antara besi dengan O2 mengakibatkan

hemoglobin tampak kemerahan. Hemoglobin juga berfungsi untuk

mengangkut O2 dalam darah dari paru ke jaringan tubuh dan membantu

mengangkut gas CO2 dari sel jaringan kembali ke paru (Sherwood, 2011).

Menurut Murray (2009), sebuah hemoglobin mengikat satu molekul

O2 untuk tiap hem, jadi satu molekul hemoglobin dapat mengikat empat

molekul O2, tetapi hanya satu molekul CO2 yang terikat pada rantai

polipeptida globin sebagai karbamat hemoglobin (kadarnya 15% dari CO2

darah vena). Walaupun begitu, tidak terjadi kompetisi antar kedua gas

tersebut. Hemoglobin juga dapat mengembalikan karbondioksida (CO2) dan

proton dari jaringan di seluruh tubuh ke paru-paru. Selain itu, hemoglobin

bertugas menyangga ion hidrogen asam sehingga asam ini tidak banyak

menyebabkan perubahan pH darah (Sherwood, 2011).

Nilai rujukan hemoglobin menurut Dacie:

1. Dewasa laki-laki : 12,5-18,0 gr %

2. Dewasa wanita : 11,5-16,5 gr %

3. Umur 10-12 tahun : 11,5-14,5 gr %

4. Umur 3-6 tahun : 12,0-14,0 gr %

5. Umur 1 tahun : 10,5-13,5 gr %

6. Bayi >3 bulan : 9,5-13,5 gr %

7. Bayi <3 bulan : 13,5-19,5 gr %

Page 4: Laporan Praktikum Patologi Klinik 2013

Sedangkan, nilai normal hemoglobin menurut Hoffbrand (2013), yaitu pada

pria dewasa 13,5-17,5 g/dL dan wanita dewasa 11,5-15,5 g/dL.

B. Jumlah Leukosit

Leukosit atau sel darah putih sangat berperan penting dalam hal

perlindungan tubuh dari infeksi. Dalam bekerja sel ini bekerja sama dengan

protein respon imun, imunoglobulin, dan komplemen (Mehta and Hoffbrand,

2006).

Pemeriksaan hitung jumlah leukosit menyatakan jumlah berapa ribu

sel leukosit  per-mm3 darah. Pemeriksaan dilakukan dengan menghitung sel

leukosit di dalam darah yang telah diberi suatu larutan yaitu larutan turk, yang

dapat merusak sel-sel lain selain sel leukosit. Penghitungan dilakukan dengan

menggunakan bilik hitung Neubauer Improved (NI) (Mehta and Hoffbrand,

2006).

Nilai rujukan menurut Dacie :

Leukosit (White Blood Cell)

1. Pria Dewasa : 4 – 11 ribu/mm3

2. Wanita Dewasa : 4 – 11 ribu/mm3

3. Bayi : 10 – 25 ribu/mm3

4. 1 tahun : 6 – 18 ribu/mm3

5. 12 tahun : 4,5 – 13 ribu/mm3

C. Laju Endap Darah

Laju Endap Darah (LED) adalah sebuah pengukuran seberapa cepat

sel-sel darah merah jatuh ke dasar sebuah tabung uji. Ketika pembengkakan

dan peradangan hadir, protein darah mengumpul dan menjadi lebih berat dari

biasanya. Ketika diukur, mereka mengendap dan berkumpul lebih cepat di

bagian bawah dari tabung uji. Umumnya, semakin cepat sel-sel darah turun,

lebih parah peradangan. LED adalah gambaran komposisi plasma dan

perbandingan antara eritrosit dan plasma. Darah dengan antikoagulan yang

dimasukkan ke dalam tabung bervolume kecil dan diletakkan tegak lurus

selama 1 jam akan menunjukkan pengendapan eritrosit dengan kecepatan

yang ditentukan oleh rasio permukaan perbandingan volume eritrosit (Sacher,

2004).

Page 5: Laporan Praktikum Patologi Klinik 2013

Laju Endap Darah merupakan tes yang sering digunakan tetapi non-

spesifik dan tes ini mengukur laju sedimentasi sel darah merah dalam plasma

selama periode 1 jam. Kecepatan tersebut terutama bergantung pada

konsentrasi protein-protein besar dalam plasma, misalnya fibrinogen dan

imunoglobulin (Hoffbrand, 2013).

Nilai rujukan menurut Dacie:

1. Pria : 0-5 mm/jam

2. Wanita : 0-7 mm/jam

Nilai rujukan menurut Westergreen:

1. Pria : 0-15 mm/jam

2. Wanita : 0-20 mm/jam

Kisaran normal pada pria adalah 1-5 mm/jam dan pada wanita 5-

15mm/jam tetapi terjadi peningkatan progresif pada usia lanjut. LED

meningkat pada berbagai peradangan sistemik dan penyakit neoplastik serta

kehamilan. Nilai yang tinggi (>100 mm/jam) memiliki nilai prediksi 90%

untuk penyakit serius termasuk infeksi, penyakit kolagen vaskular, atau

keganasan (terutama mieloma). Peningkatan LED berkaitan dengan

pembentukan rouleaux yang mencolok sel darah merah dalam apusan darah

tepi. Perubahan pada LED dapat digunakan untuk memantau respons

terhadap pengobatan (Hoffbrand, 2013).

D. Membuat Preparat Darah Hapus

Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah

mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah

juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa

metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang

bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon

dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah. Darah terdiri daripada

beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah. Bagian

55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan

darah yang disebut plasma darah. Darah manusia bewarna merah, antara

merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan

Page 6: Laporan Praktikum Patologi Klinik 2013

oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein

pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme,

yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.

Terdapat berbagai cara untuk membuat suatu preparat. Pembuatan

preparat merupakan upaya untuk mempermudah pengamatan suatu bahan.

Sediaan apusan merupakan pembuatan preparat dengan menggunkan bahan

berupa zat cair. Fungsi pembuatan preparat apusan adalah untuk mengamati

sel-sel dalam cairan tubuh, misalnya pada darah.

Sedian apus darah tepi (A peripheral blood smear / peripheral blood

film) merupakan slide untuk mikroskop (kaca objek) yang pada salah satu

sisinya di lapisi dengan lapisan tipis darah vena yang diwarnai dengan

pewarnaan dan diperiksa di bawah/ dengan menggunakan mikroskop.

Pemeriksaan yang digunakan pulasan menurut prinsip Romanowsky, yaitu

dengan menggunakan pewarnaan Wright, Giemsa, dan pulasan paduan May

Grunwald & Giemsa.

E. Pemeriksaan Golongan Darah

Tipe darah dikelompokkan berdasarkan ada atau tidaknya antigen

spesifik pada permukaan membran plasma sel darah merah (SDM). Antigen

permukaan ini berupa glikoprotein membran integral atau glikolipid yang

memiliki perbedaan secara genetik. SDM setidaknya memiliki 50 jenis

antigen surface, namun ada tiga antigen surface yang utama yaitu A, B, dan

Rh (atau D). Berdasarkan antigen surface pada SDM, darah dibagi menjadi

empat tipe (Martini, 2012):

1. Tipe A, darah hanya memiliki antigen surface A

2. Tipe B, darah hanya memiliki antigen surface B

3. Tipe AB, memiliki antigen surface A dan B

4. Tipe O, tidak memiliki kedua antigen tersebut

Sedangkan Rh positif (Rh+) mengindikasikan adanya antigen surface

Rh, umumnya disebut faktor Rh. Ketidakadaan antigen ini disebut Rh negatif

(Rh-). Seperti halnya penyebaran antigen surface A dan B, perbedaan tipe Rh

juga umumnya berdasarkan kelompok etnik dan penyebaran wilayah

(Martini, 2012).

Page 7: Laporan Praktikum Patologi Klinik 2013

Gambar 1. Pada reaksi silang, antibodi bereaksi dengan antigen targetnya

menyebabkan aglutinasi dan hemolisis pada sel darah merah. (Sumber:

Martini. 2012. Fundamentals of anatomy & physiology 9th edition.)

Sistem imun tubuh tidak merespon antigen surface pada darah, namun

plasma mengandung antibodi yang disebut agglutinogen, yang akan

menyerang antigen SDM asing. Saat antibodi tersebut menyerang SDM asing

akan menggumpal (Martini, 2012).

Individu dengan golongan darah A, plasmanya mengandung anti-B

antibodi, yang akan menyerang darah dengan antigen B. Jika golongan darah

adalah B, maka plasma mengandung anti-A antibodi. Pada individu dengan

SDM yang tidak memiliki antigen surface baik A maupun B, plasmanya

mengandung anti-A dan anti-B antibodi. Sedangkan pada individu yang

memiliki antigen surface A dan B, plasmanya tidak mengandung anti-A

maupun anti-B antibodi. Keberadaan antigen – antibodi ini mengakibatkan

tidak boleh adanya transfusi silang antar individu berbeda tipe darah karena

plasma darah dalam tubuh resipien akan menyebabkan SDM asing

mengalami aglutinasi (Martini, 2012).

Sedangkan menurut Bain, golongan darah sistem ABO merupakan

sebuah sistem pengelompokan dengan alel A dan B pada lokus ABO di 9q34

yang mengkode secara spesifik glycosytranferase yang memodifikasi

prekursor disakarida, prekursor ini merupakan bagian dari glikoprotein atau

glikolipid yang saat tidak dimodifikasi akan mengekspresikan antigen H. Alel

O tidak mengkode transferase fungsional, sehingga pada homozigot O

antigen H akan terekspresikan, namun tidak pada antigen A dan B. Antigen

Page 8: Laporan Praktikum Patologi Klinik 2013

ABO terdapat pada semua sel darah dan banyak sel tubuh lainnya (Bain,

2003).

BAB II

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Pemeriksaan Hemoglobin Metode Sahli

Alat:

a. Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler.

b. Hemometer Sahli, terdiri dari :

i) Tabung pengencer panjang 12 cm, dinding bergaris mulai angka 2

(bawah) s/d 22 (atas)

ii) Tabung standart Hb.

iii)Pipet Hb dengan pipet karet panjang 12,5 terdapat angka 20 ul.

iv)Pipet HCL.

v) Botol tempat aquadest dan HCL 0,1 N.

vi)Batang pengaduk ( dari kaca )

Bahan :

a. Sample darah (whole blood)

b. HCl 0,1 N

2. Pemeriksaan LED

Alat :

a. Tabung Westergreen.

b. Rak Westergreen.

Bahan :

a. Larutan Natrium Sitrat 3,8 %.

b. Darah EDTA.

3. Hitung Jumlah Leukosit

Alat :

Hemositometer :

a. Pipet Leukosit

- Didalamnya terdapat bola berwarna putih.

Page 9: Laporan Praktikum Patologi Klinik 2013

- Mempunyai garis 0,5 – 1 – 11.

Gambar :

b. Pipet Eritrosit

c. Bilik Hitung

Bilik hitung terbaik adalah bilik hitung Neubauer Improved karena

mempunyai daerah perhitungan yang luas.

Luas seluruh bilik = 3 x 3 mm2.

Didalam bilik terdapat :

i) Kotak besar : 1 x 1 mm2.

ii) Kotak sedang ada 2 macam :

iii) Ditengah : 1/5 x 1/5 mm2.

iv) Di empat sudut : ¼ x ¼ mm2.

v) Kotak kecil : 1/20 x 1/20 mm2.

vi) Tinggi / dalam : 0,1 mm.

vii) Kotak sedang : W : Leukosit ( 1,3,7,9 ) : 14

x14

mm2.

R : Eritrosit ( 5 ) : 15

x15

mm2.

d. Kaca penutup

e. Mikroskop

Bahan :

a. Larutan Turk terdiri dari :

i) Gentian Violet 1 % : 1 ml.

ii) Asam Acetat Glacial : 1 ml.

Page 10: Laporan Praktikum Patologi Klinik 2013

iii) Aquadest ad : 100 ml.

b. Darah vena atau darah kapiler.

4. Preparat Darah Apus

Alat :

a. Obyek glass yang bersih.

b. Spreader / penggeser.

c. Pipet darah dan pengaduk.

d. Bak pengecatan.

e. Bak pengeringan.

f. Timer.

g. Gelas ukur.

Bahan :

a. Giemsa.

b. larutan penyangga pH 6,4 atau dengan aquadest pH 6,4.

c. Methanol ( 90 % ) untuk fiksasi

d. Darah vena atau kapiler

5. Golongan Darah

Alat :

a. Objek Glass

b. Pipet

Bahan :

a. Serum Anti A

b. Serum Anti B

c. Serum Anti A dan Anti B

B. Cara Kerja

1. Pemeriksaan Hemoglobin Metode Sahli

a. Mengisi tabung pengencer dengan HCL 0.1 N sampai angka 2

b. Menghisap darah dengan pipet Hb sampai angka 20 mikroliter dan

jangan sampai ada gelembung udara yang ikut terhisap.

c. Menghapus darah pada ujung pipet.

Page 11: Laporan Praktikum Patologi Klinik 2013

d. Menuangkan darah ke dalamn tabung pengencer lalu membilas dengan

HCL apabila masih ada darah dalam pipet.

e. Mencatat waktu.

f. Menambahkan aquadest tetes demi tetes lalu mengaduk dengan batang

kaca pengaduk.

g. Membandingkan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan

standart.

h. Bila warnanya sudah sama, penambahan aquadest dihentikan.

i. Membaca kadar Hb pada skala yang ada di tabung pengencer / gr / 100

ml darah.

2. Pemeriksaan Laju Endap Darah

a. Mengisaplah dalam semprit steril 50 ml lar natrium sitrat 3,8 %,

masukan dalam tabung.

b. Mengisap 200 ml darah dengan pipet, masukan tabung, campur dengan

Na sitrat 3,8%, sehingga mendapatkan 200 ml campuran.

c. Mengisap darah tersebut ke dalam pipet Westergreen sampai garis

bertanda 0 mm, kemudian biarkan pipet itu dalam keadaan tegak lurus

dalam rak Westergreen selama 30 menit.

d. Membaca tingginya lapisan plasma dg milimeter dan laporkanlah angka

itu sebagai laju endap darah.

3. Hitung Jumlah Leukosit

a. Mencari bilik hitung dengan mikroskop, cari kotak sedang dipojok

ujung bilik hitung.

b. Menghisap darah dengan pipet leukosit sampai angka 1 ( pengenceran =

10 kali ) atau sampai 0,5 ( pengenceran = 20 kali ).

Page 12: Laporan Praktikum Patologi Klinik 2013

c. Membersihkan darah yang melekat pada ujung pipet dengan tissue

d. Kemudian dengan ujung pipet yang sama menghisap larutan Turk

sampai garis tanda 11.

e. Memastikn tidak ada gelembung udara

f. Mengangkatlah pipet dari cairan tutup ujung pipet dengan ujung jari

lalu lepaskan karet penghisap.

g. Mengocok dengan arah horizontal selama 15 – 30 detik.

Gambar :

h. Membuang 3 tetesan yang pertama.

i. Menuang pada bilik hitung yang telah ditutup dengan kaca penutup dan

diletakan di mikroskop.

Gambar :

j. Melakukan penghitungan sel leukosit dengan pembesaran obyektif 10x

atau 40x.

Gambar :

Page 13: Laporan Praktikum Patologi Klinik 2013

Perhitungan :

Jumlah Leukosit = Jumlah leukosit x 16 x 10 (tinggi bilik hitung) x 20

(pengenceran)

Jumlah kotak

4. Preparat Darah Apus

a. Mengambil obyek glass yang bersih, letakan 1 tetes darah (tidak

melebihi 2 mm) disisi kanan.

b. Menyentuh tetesan darah dengan speader, darah akan melebar

sepanjang spreader.

c. Mendorong spreader ke arah kiri dengan sudut 450, lalu keringkan.

d. Mengamati preparat baik bila :

i) Tipis

ii) Rata

iii) Tidak terputus-putus

iv) Ekor tidak robek

v) Bentuk seperti peluru

Page 14: Laporan Praktikum Patologi Klinik 2013

e. Memfiksasi dengan methanol 90% selama 10 menit.

f. Membuat larutan Giemsa kerja dari Giemsa stock dan buffer Sorensen

dengan perbandingan 1: 9 untuk buffernya. Buat setiap hari.

g. Menggenangi preparat yang telah dicat dengan larutan Giemsa selama

20 menit.

h. Membilas dengan air yang mengalir.

i. Mengeringkan preparat.

j. Mengolesi lacquer pada preparat

5. Golongan darah

a. Membersihkan obyek glass.

b. Meneteskan anti a, anti b, dan anti d pada obyek glass pada tempat yang

berbeda, masing-asing 1 tetes.

c. Masing-masing anti a, anti b, anti d, ditetesi darah sebanyak 1 tetes.

d. Mengaduk, perhatikan adanya aglutinasi.

Page 15: Laporan Praktikum Patologi Klinik 2013

BAB III

HASIL

A. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin

Pada kegiatan praktikum Patologi Klinik 1 oleh kelompok A3 telah

dilakukan uji sampel kepada probanus dengan data sebagai berikut :

Nama : Normalisa Novrita

Jenis kelamin : Wanita

Golongan Usia : Dewasa

Dari kegiatan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil kadar

hemoglobin pasien berada di bawah nilai rujukan untuk wanita dewasa. Nilai

rujukan untuk wanita dewasa berada dalam kisaran 11,5 – 16,5 gr %,

sedangkan kadar hemoglobin pasien sebesar 9 g%. Berdasarkan teori yang

ada dapat dicurigai bahwa probanus kekurangan kadar hemoglobin atau

menderita anemia ringan.

Page 16: Laporan Praktikum Patologi Klinik 2013

Nilai rujukan menurut Dacie :

- Dewasa laki – laki : 12,5 – 18,0 gr %

- Dewasa wanita : 11,5 – 16,5 gr %

B. Jumlah Leukosit

Dari pemeriksaan yang telah dilakukan terhadap

darah probandus, disapatkan hasil :

Jumlah leukosit : Jumlah leukosit x 16 x 10

(tinggi bilik hitung) x 10

Jumlah kotak

: 67/8 x 16 x 10 x 10

: 13.400 / mm3

C. Laju Endap Darah

Gambar 2. Hasil Laju Endap Darah yang telah dilakukan

Dari pemeriksaan laju endap darah yang sudah dilakukan, didapatkan

hasil 5mm/jam.

Page 17: Laporan Praktikum Patologi Klinik 2013

D. Membuat Preparat Darah Hapus

Gambar 3. Hasil preparat hapus yang sudah dilakukan.

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, mendapatkan hasil bahwa

apusan yang telah dibuat itu tipis, kurang rata, tidak putus-putus, ekor sedikit

robek dan bentuk seperti peluru. Dari hasil tersebut dikatakan preparat darah

apusan kurang baik.

E. Pemeriksaan Golongan Darah

Gambar 4. Pemeriksaan Golongan darah menggunakan larutan anti A,

larutan anti B, larutan anti D.

Dengan demikian golongan darah probandus adalah A dan memiliki resus

(+).

Anti A Anti B Anti D

+ - +

Page 18: Laporan Praktikum Patologi Klinik 2013

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin

Pemeriksaan hemoglobin pada dasarnya terdapat beberapa metode

yang dapat dilakukan. Diantaranya adalah metode Sahli , metode ini adalah

metode yang digunakan pada praktikum patologiklinik yang baru

dilaksanakan.

Metode yang digunakan pada praktikum kali ini menggunakan HCL

0,1 N yang dicampurkan dengan darah pada tabung pengencer yang ditetesi

dengan aquadest hingga warnanya berubah sama dengan tabung standart

untuk warna Hb. Pada prinsipnya perubahan warna ini terjadi akibat

perubahan Hb menjadi asam hematin karena dicampurkan dengan HCL 0,1

N. Setelah warnanya sama dengan tabung standart kita harus membaca kadar

Page 19: Laporan Praktikum Patologi Klinik 2013

Hb dengan skala yang tertera pada tabung pengencer dengan satuan /gr/100

ml darah.

Pada praktikum kali ini, darah probandus menunjukan kadar Hb

sebesar 9%, dimana pada kadar hemoglobin normal pada wanita dewasa

sebesar 11,5 – 16,5 % . Kadar Hb yang rendah pada probandus bisa terbilang

kurang, dimana bisa menjadi gejala dari anemia. Tinggi rendahnya Hb dapat

disebabkan oleh banyak hal diantaranya adalah kekurangan vitamin dan

mineral, terjadi perdarahan, ketidaksamaan hormon, terjadi gangguan pada

organ limfa, atau mengonsumsi obat-obatan.

Untuk batas hemoglobin setiap usia maupun jenis kelamin memiliki

batas normalnya masing-masing(WHO, 2002).

Kelompok umur Batas hemoglobin (gr/dl)

Anak 6 bulan – 6 tahun 11,0

Anak 6 tahun – 14 tahun 12,0

Pria dewasa 13,0

Wanita dewasa 11,0

Ibu hamil 12,0

Dalam perhitungan kadar hemoglobin menggunakan Metode Sahli

dapat terjadi beberapa kesalahan, karena menggunakan metode ini tingkat

kesalahan dalam melakukan interpretasi sebesar 10% , penyebab kesalah

yang dapat menjadi faktor adalah sbb:

i) Keadaan alat yang kurang mendukung seperti volume pipet yang kurang

tepat atau warna tabung yang sudah pucat.

ii) Ketajaman mata yang berbeda.

iii)Intensitas sinar kurang.

iv)Terdapat gelembung udara.

v) Darah pada ujung pipet yang tidak dibersihkan.

vi)Bila menggunakan darah kapiler akan memberikan hasil yang rendah bila

dipijit saat pengeluaran.

Page 20: Laporan Praktikum Patologi Klinik 2013

Pada praktikum yang dilaksanakan mungkin karena perbedaan dari

ketajaman mata dan subjektifitas dari pemeriksa dalam menginterpretasikan

hasilnya.

B. Jumlah Leukosit

Pemeriksaan leukosit pada praktikum kali ini menggunakan bilik

hitung Naubauer Improved. Pada prinsip dalam metode ini menggunakan

larutan Turk yang didalamnya mengandung Gentian violet 1% (1ml), Asam

asetat glacial (1ml), Aquadest (100ml). Dimana larutan ini mematikan semua

sel dalam darah kecuali sel darah putih atau leukosit.

Dalam hasil percobaan probandus memiliki 13.400/mm3 Leukosit.

Dimana hasil tersebut melebihi batas normal yaitu 4000 – 11.000/mm3 untuk

wanita dewasa.Tinggi rendahnya jumlah leukosit bisa disebabkan beberapa

hal diantaranya adalah karena infeksi virus atau bakteri, merokok, reaksi

alergi, penyakit akut, stress, campak, penyakit peradangan akibat luka bakar ,

ruam kulit, dan kerusakan jaringan.

Tabel Batas Normal Leukosit Dalam Tubuh (Dacie)

Kelompok Nilai

Dewasa pria 4 – 11 ribu/mm3

Dewasa wanit 4 – 11 ribu/mm3

Bayi 10 – 11 ribu/mm3

Anak 1 Tahun 6 – 18 ribu/mm3

Anak 12 Tahun 4,5 – 13 ribu/mm3

Dalam perhitungan tidak selamanya akurat beberapa faktor kesalah

bisa terjadi diantaranya :

vi) Alat

Page 21: Laporan Praktikum Patologi Klinik 2013

ii) Reagensia

iii) Sampel

iv) Pemeriksa

Dalam praktikum kali ini , kesalahan terjadi mungkin bisa dari

pemeriksa serta alat, dimana pemeriksa kurang berpengalaman atau

subjektifitas serta alat yang kurang terawat.

C. Laju Endap Darah

Dari pemeriksaan Laju Endap Darah, didapatkan hasil 5 mm/jam.

Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa LED yang dianalisis

adalah normal, baik menurut interpretasi Dacie ataupun Westergreen. Hasil

normal menurut Dacie bagi pria adalah 0 - 5 mm/jam, sedangkan wanita

adalah 0 - 7 mm/jam. Sedangkan hasil normal menurut Westergreen bagi pria

adalah 0 – 15 mm/jam, untuk wanita adalah 0 – 20 mm/jam.

Laju endap darah atau laju sedimentasi eritrosit adalah kecepatan

sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan

mm/jam. Oleh karena itu dalam percobaan ini darah harus diberi

antikoagulans. Penting sekali untuk menaruh pipet atau tabung laju endap

darah dalam posisi tegak lurus benar, karena selisih kecil dari garis vertikal

sudah dapat berpengaruh banyak terhadap hasil laju endap darah

(Gandasoebrata, 2013).

LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat

selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan

(nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress

fisiologis (misalnya kehamilan). Nilai rujukan LED tidak spesifik karena

dipengaruhi oleh faktor fisiologis yang menyebabkan hasil tidak akurat.

D. Membuat Preparat Hapus

Langkah pertama dalam membuat preparat darah apus adalah

meletakkan satu tetes darah di sisi kanan obyek glass yang bersih, kering,

bebas debu, dan bebas lemak. Kemudian darah yang ada di obyek glass

disentuh dengan spreader dan darah akan melebar sepanjag spreader. Lalu

Page 22: Laporan Praktikum Patologi Klinik 2013

spreader didorong ke sebelah kiri dengan sudut antara 30 sampai 45 derajat.

Biarkan sediaan itu keing di udara (Gandasoebrata, 2013).

Sediaan apus pada obyek glass harus cepat mengering, karena kalau

sediaan apus tersebut lambat mengering umpamanya oleh hawa lembab,

sediaan tersebut akan sering mengalami perubahan morfologi eritrosit.

Supaya cepat kering, obyek glass boleh dikibas-kibaskan di udara ataupun

menggunakan kipas angin elektronik (Gandasoebrata, 2013).

Untuk membuat sediaan apus sebaiknya digunakan darah kapiler segar

atau darah vena yang telah bercampur dengan heparin atau EDTA. Jangan

pernah menggunakan darah oxalat untuk membuat sediaan apus karena

morfologi leukosit akan sangat berubah. Sudut miring yang dibentuk antara

spreader dengan obyek glass dan kecepatan menggerakkan spreader

berpengaruh terhadap tebalnya sediaan yang dibuat. Makin kecil sudut maka

makin tipis sediaan dan makin lambat menggeser maka makin tipis pula

sediaan (Gandasoebrata, 2013).

Penyebaran leukosit pada sediaan apus yang dibuat dengan cara ini

akan tidak merata, leukosit yang kecil selalu lebih banyak terdapat di tengah-

tengah, sedangkan leukosit yang besar lebih banyak terdapat di pinggir.

Semakin buruk sediaan apus yang dibuat maka semakin kurang baik

penyebaran itu (Gandasoebrata, 2013).

Adapun ciri-ciri sediaan baik menurut Gandasoebrata tahun 2013

adalah:

a. Sediaan tidak melebar sampai pinggir kaca objek.

b. Pada sediaan harus ada bagian yang cukup tipis untuk diperiksa, pada

bagian itu eritrosit terletak berdekatan tanpa bertumpukan dan tidak

menyusun gumpalan atau rouleaux.

c. Pinggir sediaan rata dan sediaan tidak boleh berlubang-lubang atau

bergaris-garis.

d. Penyebaran leukosit tidak boleh buruk, leukosit tidak boleh berhimpun

pada pinggir-pinggir atau ujung-ujung sediaan.

Page 23: Laporan Praktikum Patologi Klinik 2013

Preparat apusan yang dibuat dalam praktikum kali ini kurang baik

karena walaupun preparat apusan yang dibuat tipis, tidak terputus-putus, dan

tidak melebar sampai pinggir kaca objek, tetapi pada bagian ekor masih

sedikit robek dan terdapat penebalan pada ujung apusan sehingga apusan

tidak rata.

E. Pemeriksaan Golongan Darah

Cara yang terbaik untuk menetapkan golongan darah adalah dengan

melakukan penetapan aglutinogen dan penetapan aglutinin secara bersama-

sama. Dalam melakukan tes golongan darah dibutuh kan beberapa reagen

yaitu:

Keterangan :

a. Serum anti A berwarna hijau atau biru

b. Serum anti B berwarna kuning

c. Serum anti D dan AB netral atau tidak berwarna

Antiserum yang kuat biasanya memberikan hasil yang tegas dalam

waktu kurang dari satu menit, sebaiknya hasil diperiksa setelah dua menit dan

kemudian disusul dengan pemeriksaan ulangan lewat 20 menit. Jagalah

jangan sampai bahan pemeriksaan itu mengering pada obyek glass. Belilah

antiserum dari perusahaan yang dapat diandalkan dan simpanlah antiserum

tersebut sesuai dengan anjuran yang menyertainya (Gandasoebrata, 2013).

Obyek glass yang dipakai untuk memeriksa golongan darah harus

benar-benar bersih, tidak boleh ada sisa-sisa zat kimia atau darah meskipun

hanya sedikit saja. Jika terdapat pencemaran seperti itu maka bisa

menyebabkan adanya aglutinasi palsu (Gandasoebarata, 2013).

Pada praktikum kali ini didapatkan adanya penggumpalan pada serum

anti A tetapi tidak ada penggumpalan pada serum anti B. Selain itu juga

terdapat penggumpalan pada serum Rh. Jadi dapat disimpulkan golongan

darah yang diperiksa adalah A dengan Rh + (positif).

Page 24: Laporan Praktikum Patologi Klinik 2013

BAB IV

APLIKASI KLINIS

Leukemia

Leukemia ialah keganasan hematologic akibat proses neoplastic yang

disertai gangguan diferensiasi pad berbagai tingkatan sel induk hema[etik

sehingga terjadi ekspansi progresif dari kelompok sel ganas tersebut daklam

sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik. (Bakta,2013)

Gejala klinik leukemia akut sangat bervariasi, tetapi pada umumnya

timbul cepat, dalam beberapa hari sampai minggu, salah satunya adalah

leukostasis terjadi jika leukosit melebihi 50.000/µL. Penderita dengan

leukositosis serebral ditandai oleh sakit kepala, confusion, dan gangguan

Page 25: Laporan Praktikum Patologi Klinik 2013

visual. Leukostsis pulmoner ditandai oleh sesak napas, takipnea, ronchi, dan

adanya infiltrate pada foto rontgen.(Bakta,2013)

Dehidrasi

Dehidrasi adalah suatu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang

disebabkan baik oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena

gangguan kesehatan. Pada kehilangan cairan tubuh G 1,5% gejalanya tidak

nampak, kelelahan muncul lebih awal dan mulut mulai kering. (Abidin,2009)

Saat terjadi dehidrasi akan terjadi peningkatan Hb karena plasma

darah berkurang sehingga darah akan menjadi kental.

Hemoglobin merupakan zat protein yang ditemukan dalam sel darah

merah, yang memberi warna merah pada darah. Hemoglobin terdiri atas zat

besi yang merupakan pembawa oksigen. Kadar hemoglobin yang tinggi

abnormal terjadi karena keadaan hemokonsentrasi akibat dehidrasi

(kehilangan cairan). Kadar hemoglobin darah yang rendah berkaitan dengan

berbagai maslah klinis (Kee, 2007)

Luka Bakar

Luka bakar adalah cedera terhadap jaringan yang disebabkan oleh

kontak dengan panas kering (api), panas lembab (uap atau cairan panas),

kimiawi (seperti, bahan-bahan korosif), barang-barang elektrik (aliran listrik

atau lampu), friksi, atau energi elektromagnetik dan radian. Luka bakar dapat

diklasifikasikan berdasarkan luas luka bakar dan derajat luka bakarnya.

Kematian karena luka bakar dapat di bagi menjadi 2 yaitu kematian cepat dan

kematian lambat. Perbedaan antara luka bakar antemortem dengan

postmortem adalah pada luka bakar antemortem terdapat tanda-tanda

intravital pada gelembung bula dan vesikula sedangkan pada luka bakar

postmortem tidak terdapat tanda tersebut. Ada tiga point utama untuk

membedakan luka bakar antemortem/postmortem, yaitu garis kemerahan,

vesikasi, dan proses perbaikan. (Dewi,2013)

Pada luka bakar <20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih

dapat mengatasinya. Luka bakar >20% dapat menimbulkan syok hipovolemik

Page 26: Laporan Praktikum Patologi Klinik 2013

dengan gejala yang khas.15 Luka bakar termal pada ruang tertutup dapat

menyebabkan trauma inhalasi dengan penemuan berupa sputum berwana

gelap akibat jelaga, luka bakar pada wajah, alis dan bulu hidung yang

terbakar, edema orofaring, perubahan suara seperti serak, perubahan

kesadaran, dan stridor. Pada luka bakar terjadi peningkatan katabolisme

sehingga keseimbangan protein menjadi negatif. Oleh karena itu, penderita

menjadi sangat kurus, otot mengecil dan berat badan menurun. Terjadi

hiperpireksia persisten, takikardi, hiperventilasi, dan hiperglikemi.15 Pada

luka bakar yang berat, respons imun mengalami penurunan dan dapat terjadi

bakterimia, syok septik serta kematian.5 Pada luka bakar dapat pula

ditemukan ileus paralitik. Stres atau beban faal dapat mengakibatkan tukak di

mukosa lambung atau duodenum dengan gejala sama seperti tukak peptik

yang disebut dengan tukak Curling dan dapat menyebabkan hematemesis

atau melena. (Dewi,2013)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z., & Widagdo, S. (2009). Studi Literatur Tentang Lingkungan Kerja

Fisik Perkantoran. Seminar Nasional V Teknologi Nuklir

Bain, Barbara J. 2003. A – Z Haematology. Malden: Blackwell Publishing

Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC

Dewi, S., & Ratna, Y. (2013). Burn injury: General Concepts and Investigation

Based on Antemortem and Postmortem of Clinical Injury. E-Jurnal

Medika Udayana, 2(3), 389-409.

Gandasoebrata, R. 2013. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.

Hoffbrand, A. V. dan P. A. H. Moss. 2013. Kapita Selekta Hematologi. Jakarta:

EGC

Kee, Joyce LeFever. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboraturium & Diagnostik.

Edisi 6. Jakarta : EGC.

Page 27: Laporan Praktikum Patologi Klinik 2013

Martini, Frederic H. 2012. Fundamentals of Anatomy & Physiology 9th edition.

San Francisco: Benjamin Cummings

Mehta Atul & Victor Hoffbrand. 2008. At a Glance Hematologi (Edisi Kedua).

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Murray, R. K., Granner, D. K. & Rodwell, V. W., 2009. Biokimia Harper. 27th

ed. Jakarta: EGC

Sacher, R. A. dan McPherson R. A., 2004. Tinjauan Klinik Hasil Pemeriksaan

Laboratorium Edisi 11. Jakarta: EGC

Sherwood, L., 2011. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. 6th ed. Jakarta: EGC