laporan praktikum lapangan dinamika populasi

27
1 LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN DINAMIKA POPULASI JUMLAH STOK IKAN YANG TERDAPAT DIPELABUHAN BUNGUS SUMATERA BARAT OLEH: RAJIS 1004114302 TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Upload: rajis-aditya

Post on 17-Jan-2016

428 views

Category:

Documents


34 download

DESCRIPTION

Laporan Praktikum Lapangan Dinamika Populasi, JUMLAH STOK IKAN YANG TERDAPAT DIPELABUHAN BUNGUS SUMATERA BARAT,,,DINPOP

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Lapangan Dinamika Populasi

1

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN DINAMIKA POPULASI

JUMLAH STOK IKAN YANG TERDAPAT DIPELABUHAN

BUNGUS SUMATERA BARAT

OLEH:

RAJIS

1004114302

TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2012

Page 2: Laporan Praktikum Lapangan Dinamika Populasi

2

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara samudra pasifik dan

samudra hindia dan mempunyai tatanan geografis yang rumit dilihat dari topografi

dasar lautnya. Dasar perairan Indonesia di berbagai tempat, terutama di kawasan barat,

menunjukkan bentuk yang sederhana atau rata dan hampir seragam, tetapi di tempat

lain, terutama dikawasan timur, menunujukkan bentuk-bentuk yang lebih majemuk

tidak teratur dan rumit (Feliatra et al, 2003).

Dinamika populasi merupakan konsep batasan identifikasi populasi dan stok

serta parameter peubahnya yaitu pendugaan parameter pertumbuhan, rekruitmen,

mortalitas alami dan penangkapan (Nurdin, 2011)

Sumatera Barat merupakan salah satu wilayah Negara Republik yang sebagian

besar wilayahnya sekitar 329.867,61 km dengan luas lautnya 2 35.306 km (71,33%)

sedangkan daratan hanya sekitar 94.561,6 km (28,67%) .Kondisi perairan yang sangat

menjadikan sektor perikanan dapat menjadi sektor andalan setalah sektor migas.Pada

akhir tahun 2004 dicatat hasil produksi perikanan budi daya berupa Tambak sebanyak

1.050,6 ton, kolam 15.974,9 ton, keramba 2.362,6 ton dan perikanan sawah mencapai

9,4 ton (Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sumatera Barat, 2004)

Sumber daya ikan mempunyai sifat tidak terlihat (invisble), hidup dan dapat

memperbaharui dirinya (renewable), dengan demikian bila dinamika populasinya dapat

diketahui, maka manusia dapat memperoleh hasil tangkap yang optimal dan

berkelanjutan. Masalah yang ada terdapat dalam identifikasi parameter populasi, yakni

Page 3: Laporan Praktikum Lapangan Dinamika Populasi

3

laju pertumbuhan (growth rate) dan laju kematian (mortality rate) yang tidak mudah

diperoleh karena memerlukan data dan informasi tentang sebaran frekuensi ukuran

secara runtun waktu (time series), hal ini berakibat pada terbatasnya aplikasi model

dinamik dalam pengkajian stok sumber data ikan. Alternatif upaya pengkajian stok

yang biasa digunakan adalah model produksi surplus, yang menggunakan data”catch”

(upaya) yang selama ini bisa dikumpulkan.( Badruddin, B. Sumiono dan B. Iskandar

ps.1992).

Berdasarkan data Statistik Perikanan yang dikeluarkan oleh Dinas Perikanan

dan Kelautan Propinsi Sumatera Barat sekitar 81% produksi perikanan Sumatera Barat

dihasilkan dari perikanan tangkap, baik dari perikanan tangkap perairan laut (74.85%),

maupun dari perikanan tangkap perairan umum (6.15%). Sisanya sebesar 19%

dihasilkan dari perikanan budidaya di perairan Tawar. Dilihat dari jenis-jenis ikan yang

dihasilkan, lebih dari 64% (66 jenis) dihasilkan dari perikanan tangkap, dan hanya

sekitar 34% (12 jenis) yang dihasilkan dari perikanan budidaya.

Potensi sumberdaya perikanan tangkap yang dimiliki propinsi Sumatera Barat

meliputi sumberdaya ikan pelagis (besar dan kecil), ikan demersal, ikan karang (ikan

konsumsi dan ikan hias), udang penaid dan krustase lainnya serta penyu laut. Semua

sumberdaya perikanan tangkap tersebut merupakan potensi yang sangat dihandalkan di

Sumatera Barat, karena mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi dan banyak

ditemukan di perairan Sumatera Barat.

Pelabuhan Perikanan Bungus merupakan salah satu pelabuhan yang terletak di

Jl.Raya Padang-Painan KM.16 Bungus, Padang. Pelabuhan bungus ini merupakan

salah satu pelabuhan terbesar di pantai barat Sumatera. Pelabuhan bungus ini

Page 4: Laporan Praktikum Lapangan Dinamika Populasi

4

merupakan bagian dari Propinsi Sumatera Barat yang memiliki laut sebagai lahan

untuk dikembangkan dalam bidang perikanan tangkap, alat tangkap yang digunakan

dipelabuhan ini bermacam-macam yaitu berupa pukat pantai, pukat cincin, jaring

insang, jaring lingkar, bubu, jaring insang tatap, bagan, serok, long line, dan tonda.

Dari keterangan diatas pelabuhan Bungus dijadikan sasaran untuk dilakukannya

praktikum Dinamika Populasi yaitu sesuai antara potensi umum pelabuhan tersebut

dengan harapan seluruh mahasiswa dapat mengetahui tentang studi mempelajari stok

ikan yang ada di suatu perairan khususnya di pelabuhan Bungus.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan melakukan praktikum dinamika populasi adalah untuk mengetahui stok

serta gambaran populasi ikan yang terdapat di perairan pelabuhan bungus dan untuk

mengetahui sifat-sifat sosial di daerah tersebut. Manfaat praktikum adalah untuk

menambah pengetahuan dan wawasan praktikan, untuk mendapatkan data dan

informasi mengenai perikanan.

Page 5: Laporan Praktikum Lapangan Dinamika Populasi

5

II.TINJAUAN PUSTAKA

Perikanan adalah salah satu usaha manusia untuk memanfaatkan sumber hayati

perairan bagi kepentingan hidupnya baik itu sumber hayati hewan maupun sumber

hayati tumbuh-tumbuhan. Usaha ini hanya mempergunakan taktik dan cara yang

sederhana sehingga hasil yang didapat pada umumnya untuk memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari. Pengelolaan perikanan di Indonesia secara garis besar dapat di bagi

dua, yaitu perikanan budidaya dan perikanan tangkap (Syamsuddin, 1980).

Menurut Kasry (2003) menyatakan bahwa perairan umum adalah bagian dari

permukaan bumi yang secara permanen atau berkala digenangi air, baik air tawar, air

payau, maupun air laut. Perairan tawar menyebar mulai dari air laut surut terendah

kearah daratan dan badan air tersebut terbentuk secara alami atau buatan (waduk/

kolam).

Laut mempunyai berbagai fungsi diantaranya adalah sebagai sarana

transfortasi, usasaha budidaya, aktivas penduduk seperti MCK, usaha penangkapan dan

lain sebainya. Selain itu perairan laut merupakan lingkungan hidup yang berfungsi

sebagai media tempat tumbuh organisme, tempat berkembang biak, untuk pergerakan

pembawa zat hara serta pelarut gas-gas dan mineral (Soesono, 1977). Sedangkan

menurut Odum (1971), sungai dapat menerima bahan-bahan asing dari luar yang

menyebabkan berubahnya kualitas air, sehingga hidro-biota yang hidup di dalamnya

mengalami gangguan.

Gill net merupakan alat tangkap yang banyak dipakai nelayan di Sumatera

Barat, dan alat penangkapan ini mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Hal ini

Page 6: Laporan Praktikum Lapangan Dinamika Populasi

6

disebabkan karena gill net disesuaikan dengan jenis ikan komersial yang tertangkap di

perairan Sumatera Barat, di tambah lagi alat penangkapan ini mudah dan relatif murah

serta dicapai nelayan secara teknis maupun ekonomis. Alat tersebut dalam

pengoperasiannya tidak hanya untuk penangkapan di laut tapi juga dapat digunakan di

perairan umum seperti danau, sungai dan lain- lainnya.

Sadhori (1984) mengatakan rawai adalah salah satu alat penangkapan ikan dan

udang terdiri dari rangkaian dari tali–temali yang bercabang- cabang dan pada tiap

jaring ujung cabang diikat sebuah pancing. Sedangkan pancing adalah alat tangkap

yang sederhana yang fungsinya hanya bisa melakukan operasi penangkapan kecil.

Penanganan hasil perikanan adalah salah satu usaha yang dilakukan oleh

manusia baik dengan cara pengolahan dan pengawetan untuk mempertahankan mutu

ikan agar tetap dapat bertahan sampai pada tangan konsumen. Dalam perindustrian

perikanan, penanganan (handling) ikan segar bertujuan untuk mempertahankan

kesegaran ikan dalam waktu selama mungkin. Hal ini karena kesempurnaan dari

penaganan ikan tersebut menentukan baik atau buruknya mutu ikan (Moeljanto, 1992).

Kemunduran mutu ikan berawal dari adanya kerusakan atau pembusukan ikan.

Menurut Murniyati dan Sunarman (2000) secara umum kerusakan atau pembusukan

ikan dan hasil-hasil olahannya dapat digolongkan pada: 1) kerusakan-kerusakan

biologi, 2) kerusakan-kerusakan enzimatis, 3) kerusakan-kerusakan fisika, dan 4)

kerusakan-kerusakan kimiawi.

Ditekankan pula oleh Afrianto dan Liviawaty (1989) bahwa biasanya pada

tubuh ikan yang telah mengalami proses pembusukan akan terjadi perubahan, seperti

timbulnya bau busuk, daging menjadi kaku, sorot mata pudar, serta adanya lender pada

Page 7: Laporan Praktikum Lapangan Dinamika Populasi

7

insang mapun tubuh bagian luar. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk

meningkatkan daya simpan dan daya awet produk perikanan pada pascapanen melalui

proses pengolahan maupun pengawetan.

Adapun tujuan utama proses pengolahan dan pengawetan ikan yaitu mencegah

proses pembusukan pada ikan, terutama pada saat produksi melimpah, meningkatkan

jangkauan pemasaran ikan, melaksanakan diversifikasi pengolahan produk-produk

perikanan, dan meningkatkan pendapatan nelayan atau petani ikan, sehingga mereka

terangsang untuk melipatgandakan produksi. Proses pengolahan dan pengawetan ikan

ini dapat dilakukan dengan menggunakan suhu rendah, suhu tinggi, dan mengurangi

kadar air salah satunya dengan menggunakan panas maupun udara panas.

Menurut Malik (1998), tantangan-tantangan yang dihadapi nelayan dan petani

ikan skala kecil masih dicirikan dengan masalah-masalah sosial ekonomi seperti

tingginya biaya produksi, tidak meratanya kepemilikan, rendahnya nilai investasi,

lemahnya kelembagaan nelayan, konflik dengan usaha perikanan padat modal dan

ketidak sempurnaan pasar.

Rendahnya produksi perikanan mempengaruhi pendapatan rumah tangga

masyarakat nelayan juga menjadi rendah. Besar kecilnya anggota keluarga akan

mempengaruhi secara langsung terhadap pendapatan perkapita keluarga. Makin besar

anggota keluarga maka makin besar pula beban yang harus dipikul oleh kepala

keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karena itu Mubyarto (1997)

mengatakan bahwa sumberdaya perikanan di Indonesia mempunyai arti sosial yang

penting bagi masyarakat mengingat : a) Besarnya jumlah penduduk maupun nelayan,

b) Sebagian besar dari wilayahnya adalah laut ditambah perairan darat, c) Rendahnya

Page 8: Laporan Praktikum Lapangan Dinamika Populasi

8

konsumsi protein berpengaruh pada kemampuan untuk pertumbuhan dan kecerdasan,

d) Keterbatasan dan keterlambatan peningkatan produksi.

Ikan merupakan salah satu sumber protein yang sangat dibutuhkan oleh

manusia, karena kandungan proteinnya yang tinggi dan mengandung asam amino

esensial yang diperlukan oleh tubuh, disamping itu nilai biologisnya mencapai 90%

dengan jaringan pengikat sedikit sehingga mudah dicerna, dan harganya murah

dibandingkan dengan sumber protein lainnya. Namun, disamping kelebihan yang

dimiliki oleh ikan terdapat juga kelemahan – kelemahan diantaranya adalah ikan sangat

cepat mengalami kerusakan atau pembusukan (Adawiyah, 2006)

Ikan segar atau ikan basah adalah ikan yang mempunyai bentuk maupun sifat

yang hampir sama dengan ikan yang masih hidup di dalam air atau belum sama sekali

mengalami usaha penanganan. Penanganan hasil perikanan adalah salah satu usaha

yang dilakukan oleh manusia baik dengan cara pengolahan dan pengawetan untuk

mempertahankan mutu ikan agar tetap dapat bertahan sampai pada tangan konsumen.

Dalam perindustrian perikanan, penanganan (handling) ikan segar bertujuan untuk

mempertahankan kesegaran ikan dalam waktu selama mungkin. Hal ini karena

kesempurnaan dari penaganan ikan tersebut menentukan baik atau buruknya mutu ikan

(Moeljanto, 1992).

Page 9: Laporan Praktikum Lapangan Dinamika Populasi

9

III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada Hari Jumat Tanggal 5 Mei 2012, bertempat di

Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus Sumatera Barat.

3.2.Bahan dan Alat

Peralatan yang digunakan dalam praktikum Dinamika Populasi ini adalah

lembaran kuisioner , kamera untuk mendokumentasikan gambar, alat-alat tulis untuk

mencatat data primer dan data sekunder yang didapat dari lokasi praktikum.

3.3. Metode Praktikum

Metode praktikum yang digunakan adalah metode survey yaitu melakukan

pengamatan langsung ke lokasi praktek serta wawancara dengan beberapa orang

nelayan untuk mendapatkan data.

3.4 Prosedur Praktikum

Prosedur yang digunakan yaitu para praktikan terlebih dahulu mendengarkan

arahan yang diberikan kepada ketua setempat untuk mendapatkan data yang

bermanfaat, setelah selesai semua praktikan menuju kepelabuhan samudra bungus,

sumatera barat, atau disekitar pelabuhan bungus tersebut, dan mewawancarai para

nelayan yang ada disana mengenai operasi penangkapan, jumlah alat yang digunakan,

hasil yang didapat kemudian dianalisa di Pekanbaru untuk dibuat laporan.

Page 10: Laporan Praktikum Lapangan Dinamika Populasi

10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil yang didapat seperti pada tabel berikut:

Tabel 1: Konversi Alat Ke Gill Net

No jenis alatjlh

(Unit)∑ hsl/hr

rata hasil/alat/

ratio hsl/alat/hr/ effort konversi

        hr (4/3) GN (5/rata/Gn/Hr) GN (3 x 6)

1 gill net 10 105134 10513,4 1 10

2 rawai 2 46395 23197,5 2,2 4,4

3 pukat 8 162 20,25 0,0019 0,0152

4 pancing 2 1923 961,5 0,091 0,182

5 jaring 2 70 35 0,0033 0,0066

6pure seine

1 4 4 0,0003 0,0003

Total 25       14,6041

Konv alat ke GN = 25/14,6041 =1,71

Tabel 2: Data Sekunder

Bulan C Alat Konv GN f (x) c/f (y)1 105820 19 1,71 11,11 9524,752 153688 24 1,71 14,04 10946,443 143180 32 1,71 18,71 7652,594 136536 26 1,71 15,20 8982,635 114419 18 1,71 10,53 10866,006 101062 14 1,71 8,19 12339,687 79891 17 1,71 9,94 8037,328 150317 20 1,71 11,70 12847,619 61397 17 1,71 9,94 6176,7610 76545 18 1,71 10,53 7269,2311 60236 16 1,71 9,36 6435,4712 84127 28 1,71 16,37 5139,10

       ∑x=145,62 ∑y=106217,58

Page 11: Laporan Praktikum Lapangan Dinamika Populasi

11

XY X2 Y2

105819,97 123,43 90720862,56153688,02 197,12 119824548,67143179,96 350,06 58562133,71136535,98 231,04 80687641,72114418,98 110,88 118069956,00101061,98 67,08 152267702,5079903,18 98,83 64598512,78150317,04 136,89 165061082,7161396,99 98,80 38152364,1076544,99 110,88 52841704,7960236,00 87,61 41415274,1284127,07 267,98 26410348,81

∑XY=1267230,15

∑X²=1880,61

∑Y²=1008612132,48

Y=a+bxa=11175,70 a²=124896270,5b=-191,52961 q=191,52961Y=11175,70 * 191,530No = (a/q)x 250No = (11175,70/191,53) x 250No = 58,35 x250No = 14587,5

Nt = No-CNt = 14587,5 - 84127Nt = -69539,5

MSY = a²/2qMSY = 124896270,5 / 2 (191,53)MSY = 124896270,5 / 383,06MSY = 326048,84

f-optimal = a/2qf-optimal = 11175,70 / 2 (191,53) f-optimal = 11175,70 / 383,06f-optimal = 29,175

Page 12: Laporan Praktikum Lapangan Dinamika Populasi

12

% Exploitasi = C/MSY% Exploitasi = 84127 / 326048,84% Exploitasi = 0,26

4.2. Pembahasan

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan nelayan di pelabuhan perikanan

samudera Bungus, pekerjaan nelayan merupakan pekerjaan utama untuk menghidupi

kebutuhan sehari-hari. Meski banyak juga diantara nelayan yang masih lajang.

Waktu nelayan melakukan penangkapan tergantung kepada jenis kapal atau alat

tangkapnya. Ada yang hanya 3 hari, 4 hari bahkan seminggu lebih. Tetapi ada juga

yang menangkap ikan pada pagi dan sore hari.

Di PPS Bungus memiliki produksi ikan tuna yang besar, beberapa jenis ikan

tuna yang diperoleh Tuna Ekor Kuning, Tuna Mata Besar, Tongkol Bojo, Situhuk. Dari

berbagai macam jenis ikan tuna yang di produksi salah satunya yang terbesar jenis ikan

tuna ekor kuning mencapai 23.000 ton/tahun. Tempat perdagangan yang banyak

dilakukan pada daerah jepang. Jepang pernah menolak pemasaran ikan tuna dari

Indonesia, karena jenis ikan tuna pada saat itu dagingnya mengandung bahan merkuri

dan pencemar yang lain. Itu terjadi karena tingginya bahan pencemar diperairan laut

sehaingga salinitas itu sendiri tidak mampu untuk mendaur ulang.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan usaha penangkapan adalah

pemilihan alat tangkap, pemakaian metode penangkapan spesies yang ditangkap,

keahlian nelayan, kedalam perairan dan karakteristik perairan (Sainbury, 1986).

Sedangkan masing-masing alat tangkap memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam

penerapannya diperlukan pertimbangan dari berbagai segi, antara lain aspek teknik

Page 13: Laporan Praktikum Lapangan Dinamika Populasi

13

penangkapan ikan itu sendiri serta harus dapat dipertanggungjawabkan secara teknis,

social ekonomi maupun ekologi.

Pemasaran yang dilakukan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus adalah

pemasaran ikan segar dari hasil tangkapan. Khusus ikan tuna dan ikan-ikan besar

diolah dulu pada dua perusahaan besar yang ada di pelabuhan Bungus hingga

dipasarkan keluar kota maupun diekspor. Sedangkan ikan lain ada yang langsung dijual

di pasar terdekat.

Di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus jenis alat tangkap yang digunakan

nelayan adalah Dengan alat tangkap dan armada yang beroperasi terdiri dari bagan

purseine, tonda, jaring insang, long line, bubu, pukat cincin, pukat pantai.

Page 14: Laporan Praktikum Lapangan Dinamika Populasi

14

V.KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus merupakan pelabuhan terbesar yang

ada di Sumatera Barat. Kegiatan perikanan di pelabuhan ini meliputi usaha

penangkapan, pengolahan ikan, perbengkelan kapal, jasa docking dan penjualan air

bersih, penyaluran bahan bakar minyak, pabrik es dan sebagainya. Jenis ikan yang

tertangkap diantaranya ikan ikan tuna yellow fin & big eye, cakalang, kembung,

tongkol, layaran, bawal, sunglir, lemadang, selar kuning, kerapu, teripang, dan lobster.

Dengan alat tangkap dan armada yang beroperasi terdiri dari bagan purseine, tonda,

jaring insang, long line, bubu, pukat cincin.

5.2.Saran

Melalui praktikum yang telah dilakukan perlu ditekankan kepada praktikan

agar lebih aktif melakukan wawancara kepada para nelayan agar informasi yang

dibutuhkan tentang gambaran stok ikan di perairan Bungus didapatkan secara

maksimal.

Page 15: Laporan Praktikum Lapangan Dinamika Populasi

15

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E dan Liviawaty, E. 2000. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. 124 hal

Badruddin, B. Sumiono dan B. Iskandar ps.1992. Dugaan prospek pemanfaatan sumber daya ikan demersal di perairan Nusa Tenggara Barat. Jrnn. Pen. Perik. Laut. No. 66 :29-36

Dinas Perikanan Dan Kelautan Propinsi Riau, 2001. Potensi dan tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan dan kelautan propinsi Riau. 45 hal (tidak diterbitkan).

Feliatra, Arthur Brown, Syafril Nurdin, Kusai, Putu Sedana, Sukendi, Suparmi,Elberizon. 2003. Pengantar Perikanan dan Ilmu Kelautan II.Faperikan Press Universitas Riau. Pekanbaru.180 hal.

Kasry.A., 2003. Manajemen Sumberdaya Perairan dalam Pengantar Perikanan dan Ilmu Kelautan. Feliatra dan I. Syofyan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Universitas Raiau Press. 75 hal

Malik, B.A., 1998. Prospek Pembangunan Perikanan di Daerah Riau, hal 158 – 185. dalam Feliatra (editor) Strategi Pembangunan Perikanan dan Kelautan Nasional Dalam Meningkatkan Devisa Negara. Universitar Riau Press, Pekanbaru

Moeljanto., 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Penerbit Swadaya, Jakarta. 259 hal

Murniyati, A. S dan Sunarman., 2000. Pendinginan, Pengawetan dan Pembekuan. Penerbit Kanisius, yogyakarta. 220 hal.

Nurdin, Syafril. 2012. Dinamika Populasi. Universitas Riau. Pekanbaru, 83 hal. (tidak diterbitkan)

Sadhori. N., 1984. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa. Bandung. 488 hal.

Syamsuddin, A. R., 1980. Pengantar Perikanan. Karya Nusantara. Jakarta.58 halaman.

Page 16: Laporan Praktikum Lapangan Dinamika Populasi

16

LAMPIRAN

Page 17: Laporan Praktikum Lapangan Dinamika Populasi

17

Dokumentasi Kegiatan Selama Praktikum